STUDI MOTOR PENGGERAK KEMUDI KMP. SULTAN MURHUM SETELAH MENGALAMI PERUBAHAN DIMENSI DAUN KEMUDI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI MOTOR PENGGERAK KEMUDI KMP. SULTAN MURHUM SETELAH MENGALAMI PERUBAHAN DIMENSI DAUN KEMUDI"

Transkripsi

1 Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 11, Nomor 1, Januari - Juni 2013 STUDI MOTOR PENGGERAK KEMUDI KMP. SULTAN MURHUM SETELAH MENGALAMI PERUBAHAN DIMENSI DAUN KEMUDI Baharuddin Staf pengajar Program Studi Teknik Sistem Perkapalan Jurusan Teknik Perkapalan - Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea - Makassar, Sulsel Telp , baharmarine@yahoo.com Muhammad Iqbal Nikmatullah Alumni Program Studi Teknik Sistem Perkapalan Abstrak Kemudi merupakan salah satu di antara alat mekanis yang dipakai untuk menentukan dan mengatur arah haluan atau maneuvering kapal pada saat berlayar. Pada kapal KMP.SULTAN MURHUM terdapat permasalahan pada daun kemudinya, dimana terjadi getaran yang mengurangi kelincahan pada saat melakukan maneuvering. Oleh karena itu, pemilik kapal menginginkan perubahan ukuran atau dimensi daun kemudi yang tidak sesuai dengan ketentuan maneuvering kapal yang terjadi pada KMP.SULTAN MURHUM sebelumnya. Tujuannya adalah untuk mencegah over maneuvering yang terjadi. Oleh karena itu penulis ingin melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui luas daun kemudi dan gaya-gaya yang bekerja pada daun kemudi, dan mengetahui berapa besar daya mesin penggerak kemudi yang dibutuhkan. Gaya-gaya yang bekerja pada daun kemudi akibat perubahan dimensi kemudi maka diperoleh gaya normal daun kemudi (Pn) = 1183,525 N, kapasitas mesin kemudi (Power Steering Gear) (D) = 2,50 Hp. Dari hasil perhitungan luas daun kemudi yang bekerja pada daun kemudi adalah = 0,910 m 2. Kata Kunci Perubahan dimensi daun kemudi, motor penggerak kemudi PENDAHULUAN Daun kemudi dan motor penggerak kemudi merupakan salah satu di antara alat mekanis yang dipakai untuk menentukan dan mengatur arah haluan atau maneuvering kapal. Dari hasil pengamatan dan penelitian para ahli merancang kapal, membuktikan bahwa kelincahan pengemudian kapal (kelincahan olah gerak kapal) dipengaruhi oleh bentuk lambung (bentuk buritan), tenaga baling-baling, bentuk dan ukuran daun kemudi, kemiringan kapal pada waktu berbelok bahkan muatan kapal. Daun kemudi yang tidak sesuai untuk ukuran kapal tertentu memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kapal tersebut pada saat berlayar. Daun dan motor penggerak kemudi lah yang memberikan arah pada saat kapal akan berbelok atau maneuvering dan memberikan balance atau keseimbangan pada saat kapal bergerak lurus. Secara prinsip, motor penggerak kemudi kapal sangat dipengaruhi oleh perancangan, sistem propulsi dan sistem kemudi. Sejumlah elemen tersebut secara langsung memberi pengaruh terhadap gaya-gaya dan momen hidrodinamika yang bekerja pada daun kemudi. Hal lain yang juga bisa berpengaruh adalah akibat kondisi. Daun kemudi yang terlalu besar, Sehingga terjadi ketidaksesuaian antara mesin penggerak kemudi dengan kemudi tersebut pada saat kapal dibelokkan. 53

2 Studi Motor Penggerak Kemudi KMP. Sultan Murhum setelah Mengalami Perubahan Dimensi Daun Kemudi Perubahan yang ingin dilakukan oleh pemilik kapal KMP. Sultan Murhum menyangkut masalah perubahan dimensi daun kemudi yang tidak sesuai dengan ketentuan maneuvering kapal yang terjadi. Tujuannya adalah untuk mencegah over maneuvering yang terjadi pada KMP. Sultan Murhum, pada saat kapal tersebut dibelokkan. Komponen Instalasi Kemudi Sistem Hidrolik Sistem hidrolik adalah suatu sistem pemindah tenaga dengan menggunakan zat cair atau fluida sebagai perantara. Sistem hydraulic ini mempunyai banyak keunggulan dibanding jika menggunakan sistem mekanik (Komponen-Komponen System Hidrolik, 2009). Adapun keuntungannya adalah sebagai berikut: a. Dapat menyalurkan torque dan gaya yang besar b. Pencegahan overload tidak sulit c. Kontrol gaya pengoperasian mudah dan cepat d. Pergantian kecepatan lebih mudah e. Getaran yang timbul relatif lebih kecil f. Daya tahan lebih lama Namun sistem hydraulic ini juga mempunyai beberapa kekurangan yaitu: a. Peka terhadap kebocoran b. Peka terhadap perubahan temperatur c. Kadang kecepatan kerja berubah d. Kerja sistem saluran tidak sederhana Fluida berfungsi sebagai media penghantar energi dalam sistem hidrolik. Fungsi yang lain sebagai pelumas, media penghilang kalor yang timbul akibat tekanan yang ditingkatkan, meredam getaran dan suara. Syarat fluida kerja: a. Memiliki sifat pelumas yang baik walaupun terjadi perubahan temperatur dan tekanan b. Memiliki tahanan yang tinggi terhadap putusnya lapisan film c. Sifat kimianya stabil walaupun terjadi perubahan temperatur dan tekanan kerja d. Memiliki viskositas yang merata: nilai viskositas cm 2 e. Memiliki titik beku yang rendah f. Tidak boleh menyerap dan menahan udara agar tidak menimbulkan buih Fungsi Daun Kemudi Salah satu di antara sekian banyak alat-alat mekanis yang dipakai untuk menentukan dan mengatur arah haluan dan maneuvering kapal adalah daun kemudi beserta motor penggerak. Daun kemudi dipasang pada bagian ujung belakang (buritan) kapal, pada posisi ini daun kemudi dapat memberikan control arah yang lebih efektif. Gambaran tentang sifat-sifat dan kebutuhan kapal akan kemudi pada waktu sedang berlayar yang sangat erat hubungannya dengan pengemudian kapal (N.A Soekarsono, 1989) adalah sebagai berikut: 54

3 Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 11, Nomor 1, Januari - Juni 2013 a. Untuk kapal-kapal kecil yang dapat melayari dan memasuki perairan-perairan sempit atau pelabuhan-pelabuhan kecil yang terdapat fasilitas kapal-kapal tunda ataupun kapal yang melayari sungai-sungai membutuhkan kelincahan bergerak dalam arti banyak mengubah arah dalam waktu yang relatif pendek untuk menghindarkan diri dari tabrakan dengan kapal lain atau benda-benda lain yang dapat merusak kapal. b. Untuk kapal-kapal samudera besar yang hanya memasuki pelabuhan-pelabuhan besar, dimana fasilitas-fasilitas pembantu seperti kapal-kapal tunda tersedia, dan bila sedang berlayar di lautan bebas pengubahan arah kapal jarang dilakukan maka dibutuhkan kemantapan arah gerak. Berdasarkan sifat-sifat dan kebutuhan kapal ini, maka besarnya lengkungan yang dibuat oleh badan kapal waktu berbelok atau besarnya jari-jari lengkungan adalah menjadi suatu ukuran kemampuan dari setiap kapal untuk mengolah gerak (kemampuan olah gerak suatu kapal). Jadi jelaslah fungsi dari daun kemudi adalah memberikan balance atau arah gerak kapal, baik dalam berbelok (maneuvering) maupun arah gerak lurus. Gaya-Gaya yang Bekerja pada Daun Kemudi Jika dimisalkan daun kemudi yang tenggelam dalam air digerakkan ke muka tanpa ada kapal di depannya serta diberikan sudut daun kemudi tertentu misalkan starboard, maka akan terjadi gangguan aliran sehingga kecepatan aliran pada kedua sisi daun kemudi akan berlainan. Menurut hukum Bernoulli di bagian starboard dimana kecepatannya akan naik, tekanan akan turun sebaliknya di bagian portside kecepatan aliran berkurang dan tekanannya bertambah. Oleh pemberian sudut ke starboard akan timbul perbedaan tekanan antara kedua sisi yang mengakibatkan timbul sebuah gaya yang mengarah ke portside. Gaya ini disebut gaya normal daun kemudi Pn yang tegak lurus daun kemudi. Gambar 1. Gaya-gaya pada daun kemudi. (Sumber: N.A Soekarsono, 1989) 55

4 Studi Motor Penggerak Kemudi KMP. Sultan Murhum setelah Mengalami Perubahan Dimensi Daun Kemudi Oleh gerakan ke muka timbul gaya tahanan air P t yang sejajar dengan center line kemudi. Resultan kedua gaya Pn dan P t menghasilkan gaya P yang kemudian dapat diuraikan menjadi dua komponen yaitu komponen D yang sejajar pada center line kapal yang mengarah ke belakang disebut Drag dan komponen L yang tegak lurus D yang mengarah ke samping disebut Lift. Momen Torsi Daun Kemudi Hasil perkalian antara gaya normal maksimum pada kemudi dan jarak titik pusat gaya tekan terhadap pusat rotasi adalah momen torsi kemudi, yang mana sebesar harga ini harus diberikan steering gear untuk menggerakkan daun kemudi. Berdasarkan ketentuan ( Biro Klasifikasi Indonesia, 2001), ditentukan rumus torsi daun kemudi sebagai berikut: Untuk spade rudder: = ( ) (1) r b = b ( - kb) = lebar daun kemudi = 0,66 untuk kondisi di buritan (umum) kb = faktor balance (Af / A) = 0.2 Gaya dan Momen Yang Bekerja Pada Spade Rudder Berdasarkan ketentuan dari ( Biro Klasifikasi Indonesia, 2001), analisis gaya dan momen yang bekerja pada daun kemudi dapat ditentukan rumus sebagai berikut: Gambar 2. Sistem spade rudder. (Sumber: Biro Klasifikasi Indonesia, 2001) 56

5 - Beban pada badan kemudi (PR) Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 11, Nomor 1, Januari - Juni 2013 =. 10 ( / ) (2) - Momen lentur pada neck bearing (Mb) = + (2 + ) 3( + ) ( ) (3) - Gaya yang bekerja pada Upper bearing (B3) = (4) - Gaya yang bekerja pada Neck bearing (B2) = + (5) Kapasitas Mesin Kemudi (Steering Gear Pump) Kapasitas mesin kemudi (power steering gear) dapat ditentukan berdasarkan, gaya dan momen yang bekerja pada mesin tersebut yang telah dihitung sebelumnya yaitu gaya normal daun kemudi (Pn). Kemudian langkah selanjutnya mencari Momen puntir (Mp) yang ada pada kemudi, untuk mengetahuinya maka dirumuskan sebagai berikut. = ( ) ( ) (6) a = Jarak poros kemudi (m) x = (0, ,305 sin α).c (m) Pn = AR. Vr2. sin α (N) Dan untuk mengetahui kapasitas mesin kemudi (Power steering gear) (D) adalah dapat dirumuskan sebagai berikut. = 1,4 /(1.000 ) ( ) (7) nrs = 1/3 x a/t α = 35º τ = 30º sg = 0,1 ~ 0,35 57

6 Data Kapal Studi Motor Penggerak Kemudi KMP. Sultan Murhum setelah Mengalami Perubahan Dimensi Daun Kemudi Ukuran Utama Kapal: Panjang seluruhnya (Loa) : 36,4 m Panjang antara garis tegak (Lpp) : 31,5 m Lebar (Bm/d) : 8,7 m Tinggi samping (Hm/d) : 2,65 m Sarat (D) : 1,65 m Kecepatan (Vs) : 10,5 Knot Spesifikasi Daun Kemudi (Sebelum Perubahan) Lebar : 845 mm Tinggi (I 10) : mm Tebal : 153 mm Luas daun kemudi : 1.4 m 2 I 20 (Jarak antara daun kemudi atas dengan neck bearing) : 0,23 m I 30 (Jarak antara upper bearing dengan neck bearing) : 1,013 m Spesifikasi Daun Kemudi (Sesudah Perubahan) Lebar : 680 mm Tinggi : mm Tebal : 153 mm Luas daun kemudi : m 2 Jarak antara daun kemudi atas dengan neck bearing : 0,26 m Jarak antara upper bearing dengan neck bearing : 1,013 m Analisa Dimensi Daun Kemudi dan Gaya-Gaya pada Daun Kemudi Perhitungan Luas Daun Kemudi: Penentuan luas daun kemudi sebagaimana ditetapkan Dalam buku Rules BKI Vol. 2 Section 14 (Biro Klasifikasi Indonesia, 2001), diberikan formula sebagai berikut: =.... 1, ( ) (8) Dimana; c1 c2 c3 c4 L = Faktor untuk type kapal = 1,0 (umum) = Faktor untuk type daun kemudi = 1,0 (umum) = Faktor profil daun kemudi = 1,0 (daun kemudi pelat) = Faktor perencanaan daun kemudi = 1,0 = Panjang kapal (LBP) = 31,5 m 58

7 Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 11, Nomor 1, Januari - Juni 2013 Jadi ; T A = Sarat kapal = 1,65 m = 1,0 x 1,0 x 1,0 x 1,0 x = 0,910 m 2 1,75x31,5 x1, Kecepatan Aliran Pada Daun Kemudi (Vr): Vr V0 = 1,15 x V0 (m / sec) = 10,5 x 0,5144 m/sec = 5,401 m/sec Sehingga: Vr = 1,15 x 5,401 = 6,221 m/sec Gaya Daun Kemudi (CR): = 132 ( ) Maka: A = Luas daun kemudi = 0,910 m 2 V = kecepatan kapal = 5,401 m/s k1 = Koefisien yang berhubungan dengan aspect ratio k1 = ( + 2) / 3 ; tidak boleh lebih dari 2 At = A + luas rudder horn, jika ada = 0,910 h = tinggi daun kemudi = 1,2 m = h 2 / At = 2,993 k1 = (2, ) / 3 = 1,664 CR = 132 x 0,910 x 5,4012 x 1,664 x 1,1 x 1,0 x 1,0 = 6412,644 N = 6,412 KN Gaya Normal Daun Kemudi (Pn): = 58,8 sin AR = 0,910 m 2 59

8 Studi Motor Penggerak Kemudi KMP. Sultan Murhum setelah Mengalami Perubahan Dimensi Daun Kemudi Vr = 6,211 m / sec α = 350 sehingga: Pn = 1183,525 N Titik pusat gaya tekan pada daun kemudi dapat dihitung sebagai berikut: = (0, ,305 sin ) ( ) dimana: Sehingga: c x = lebar rata-rata daun kemudi (sesudah perubahan) = 0,540 m = 0,198 m Jadi, jarak titik pusat gaya tekan adalah = 0,198 m dari leading edge. Momen Torsi Daun Kemudi (QR): = CR = Gaya daun kemudi (rudder force) = 6,412 KN r = b x ( - kb) b = lebar daun kemudi (sesudah perubahan) = 0,540 m = 0,66 untuk kondisi di buritan (umum) kb = faktor balance (Af / A) = 0,23 r = 0,54 x (0,66 0,23) = 0,2322 Maka: QR = 1489,016 Nm = 1,489 KNm Radius Sirkulasi Kapal: =. /(.. cos ) Δ = displacement volume kapal = 278,092 m 3 Ar = 0,910 m 2 K3 = 0,2999 CN.Cos = 1,03 60

9 Sehingga: R Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 11, Nomor 1, Januari - Juni 2013 = 89,045 m Balance Ratio (kb): Balance ratio atau koefisien kompensasi (kb) adalah nilai dari luas bagian depan tongkat kemudi (pada kemudi balansir) dibagi dengan luas keseluruhan kemudi. Dimana nilainya berkisar antara (0,1~0,35). Penggunaan koefisien kompensasi biasa dilakukan agar kemudi menghasilkan momen putar yang sangat kecil pada tongkat kemudi, sehingga memperkecil kekuatan motor penggerak kemudi. Dari definisi di atas dapat diperoleh nilai balance ratio. kb = A Af = 0,323 Kecepatan Aliran Air Pada Daun Kemudi (Vr): = 1,15 ( / ) Dimana : Jadi, V0 V0 Vr = Kecepatan kapal maksimum = 10,5 knot = 10,5 x 0,5144 m/sec = 5,401 m/sec = 6,211 m/sec Diameter tongkat kemudi (Du dan DL): = 4,2. ( ) dimana: QR = Momen torsi = 1,489 knm kr = Koefisien tergantung dari material rudder stock =. untuk ReH > 235 N/mm 2 Maka: Dt = Jenis material KI 304 L ; ReH = 400 N/mm 2 = (235 / 400) 0.75 = = 41,989 mm 61

10 Studi Motor Penggerak Kemudi KMP. Sultan Murhum setelah Mengalami Perubahan Dimensi Daun Kemudi - Diameter kemudi bagian atas yang hanya mentransfer momen torsi dari alat bantu steering gear dapat dihitung sebagai berikut: Du = 0,9 x Dt = 37,799 mm - Untuk penambahan diameter rudder stock: = ( ) = 63,400 mm - Pelindung tongkat daun kemudi (shaft linner) Tebal shaft linner dapat dihitung sebagai berikut: dimana: maka: ts dt ts = 0,03 x dt + 7,5 (mm) = diameter tongkat daun kemudi = 41,989 mm = 8,760 mm Tebal Pelat Daun Kemudi: Tebal pelat daun kemudi dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut: = 1, ,5 ( ) dimana: Maka, a V0 t = jarak lengan penegar, tidak boleh lebih dari 1 m = 1 m = kecepatan kapal (knot) = 10,5 knot = 18,25 mm Perhitungan Kapasitas Mesin Kemudi (Steering Gear Pump) Kapasitas mesin kemudi (power steering gear) dapat ditentukan berdasarkan, gaya dan momen yang bekerja pada mesin tersebut yang telah dihitung sebelumnya yaitu gaya normal daun kemudi (Pn) dengan nilai yang diperoleh adal ah 1.183,525 N. Kemudian mencari 62

11 Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 11, Nomor 1, Januari - Juni 2013 Momen puntir (Mp) yang ada pada kemudi dengan menggunakan persamaan 6, maka diperoleh: = 1.183,525 (0,198 1,013) = 964,398 kgm = 0,964 Ton/m Kapasitas mesin kemudi ( Power steering gear) (D) dengan menggunakan persamaan 7 adalah sebagai berikut. dimana: = 1,4 (1.000 ) ( ) Mp = 865,707 kgm nrs = 1/3 x a/t α = 35o τ = 30o sg = 0,1 ~ 0,35 = dipilih 0,35 Maka : D = 2,50 HP Pembahasan Untuk menggerakkan 2 unit kemudi dipasang 1 unit mesin kemudi Electro Hydraulic tipe teletwin yang dilengkapi dengan 1 (satu) unit motor listrik, yang ditempatkan di ruang mesin kemudi. Tipe teletwin dapat menggerakkan 2 poros daun kemudi secara singkron karena terhubung secara mekanik oleh mesin kemudi. SIMPULAN Setelah menghitung gaya-gaya yang bekerja pada kemudi akibat perubahan dimensi kemudi, maka diperoleh gaya normal daun kemudi (Pn) = 1.183,525 N, kapasitas mesin kemudi (Power steering gear) (D) = 2,50 HP. Dari hasil perhitungan luas daun kemudi yang sesuai dengan gaya-gaya yang bekerja pada daun kemudi adalah: 0,910 m². DAFTAR PUSTAKA Biro Klasifikasi Indonesia, 2001, Peraturan Konstruksi Mesin, Jilid II, Jakarta. Biro Klasifikasi Indonesia, 2000, Peraturan Tentang Bahan dan Las, Jilid V, Jakarta. Edward. V, Lewis Principles Of Naval Architecture, Second Revition, Volume II Resistance, Propulsion ang Vibration Editor Pubishet by The Society Of Naval Achitects and Marine Enginers Pavonia Avenue Jercy City Desember 2009 (Online) 63

12 Studi Motor Penggerak Kemudi KMP. Sultan Murhum setelah Mengalami Perubahan Dimensi Daun Kemudi Komponen - Komponen Sistem Hidrolik., 2009 yang diakses di - komponen Merchant Ships Design Handbook, 1978, Book Three, Basic Design, The Kansai Society of Naval Architects, Japan. Merchant Ships Design Handbook, 1978, Book Five, Outfitting (I), The Kansai Society of Naval Architects, Japan Moch. Sofi dan Indra Kusna Djaja, 2008, Jilid II, Teknik Konstruksi Kapal Baja, Jakarta. Soekarsono,N.A, 1989, Sistem dan Perlengkapan Kapal, Jakarta 64

BAB IV PERHITUNGAN HIDRAULIK

BAB IV PERHITUNGAN HIDRAULIK BAB IV PERHITUNGAN HIDRAULIK.1. Perhitungan Silinder-silinder Hidraulik.1.1. Kecepatan Rata-rata Menurut Audel Pumps dan Compressor Hand Book by Frank D. Graha dan Tara Poreula, kecepatan piston dipilih

Lebih terperinci

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN )

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN ) BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN ) C.. PERHITUNGAN DASAR A. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + % x Lpp 5.54 + % x 5.54 7.65 m B. Panjang Displacement (L Displ) L Displ,5 x ( Lwl + Lpp

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN )

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN ) MT LINUS 90 BRT LINES PLAN BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN ). PERHITUNGAN DASAR. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + % x Lpp 07,0 + % x 07,0 09, m. Panjang Displacement (L Displ) L Displ

Lebih terperinci

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) A. PERHITUNGAN DASAR A.. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + 2 % x Lpp Lwl 3,00 + 2 % x 3,00 Lwl 5,26 m A.2. Panjang Displacement (L.Displ) L Displ 0,5

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR MV EL-JALLUDDIN RUMMY GC 3250 BRT BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

TUGAS AKHIR MV EL-JALLUDDIN RUMMY GC 3250 BRT BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) A. PERHITUNGAN DASAR A.. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + 2 % x Lpp Lwl 6, + 2 % x 6, Lwl 8,42 m A.2. Panjang Displacement (L.Displ) L Displ 0,5 x (Lwl

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN & ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN & ANALISA BAB IV PERHITUNGAN & ANALISA 4.1 Data Utama Kapal Tabel 4.1 Prinsiple Dimention NO. PRINCIPLE DIMENTION 1 Nama Proyek Kapal 20.7 CATAMARAN CB. KUMAWA JADE 2 Owner PT. PELAYARAN TANJUNG KUMAWA 3 Class BV

Lebih terperinci

MODIFIKASI BENTUK BURITAN KAPAL DAN SISTEM PROPULSI KT ANGGADA XVI AKIBAT RENCANA REPOWERING. A.K.Kirom Ramdani ABSTRAK

MODIFIKASI BENTUK BURITAN KAPAL DAN SISTEM PROPULSI KT ANGGADA XVI AKIBAT RENCANA REPOWERING. A.K.Kirom Ramdani ABSTRAK MODIFIKASI BENTUK BURITAN KAPAL DAN SISTEM PROPULSI KT ANGGADA XVI AKIBAT RENCANA REPOWERING A.K.Kirom Ramdani 4205100037 ABSTRAK KT Anggada XVI adalah kapal tunda yang beroperasi di pelabuhan Balikpapan.

Lebih terperinci

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) A. PERHITUNGAN DASAR. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + % x Lpp 99,5 +,98, m. Panjang Displacement (L Displ) L Displ,5 x (Lwl + Lpp),5 x (, + 99,5),5

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Prinsip Dasar Alat uji Bending 2.1.1. Definisi Alat Uji Bending Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kekuatan lengkung (bending)

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS BAB II A. PERHITUNGAN DASAR A.1. Panjang Garis Muat ( LWL ) LWL = Lpp + 2 % Lpp = 78,80 + ( 2%x 78,80 ) = 80,376 m A.2. Panjang Displacement untuk kapal Baling baling Tunggal (L displ) L displ = ½ (LWL

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR

ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR JURNAL TEKNIK SISTEM PERKAPALAN Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR Prasetyo Adi Dosen Pembimbing : Ir. Amiadji

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

IIN FATIMAH. Dosen Pembimbing : Proyek Priyonggo SL, ST, MT TEKNIK PERMESINAN KAPAL

IIN FATIMAH. Dosen Pembimbing : Proyek Priyonggo SL, ST, MT TEKNIK PERMESINAN KAPAL Oleh : IIN FATIMAH Dosen Pembimbing : Proyek Priyonggo SL, ST, MT TEKNIK PERMESINAN KAPAL LATAR BELAKANG Sistem kemudi adalah unit yang menghasilkan gaya untuk memanover daun kemudi pada kapal sehingga

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan Menurut Nomura dan Yamazaki (1977) kapal perikanan sebagai kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan yang meliputi aktivitas penangkapan atau pengumpulan

Lebih terperinci

1. Steering Gear (Mesin Kemudi)

1. Steering Gear (Mesin Kemudi) Permesinan bantu atau pemesinan geladak merupakan sistem permesinan yang berhubungan dengan operasional kapal yang tidak ada hubungannya dengan sistem penggerak utama kapal. Sistem permesinan geladak yang

Lebih terperinci

Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero)

Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero) Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero) Nama : Geraldi Geastio Dominikus NPM : 23412119 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Eko Susetyo

Lebih terperinci

Analisa Penerapan Bulbous Bow pada Kapal Katamaran untuk Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Bahan Bakar

Analisa Penerapan Bulbous Bow pada Kapal Katamaran untuk Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Bahan Bakar JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-13 Analisa Penerapan Bulbous Bow pada Kapal Katamaran untuk Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Bahan Bakar Prasetyo Adi dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), adalah suatu pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air

Lebih terperinci

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Spesifikasi TOYOTA YARIS Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA YARIS memiliki spesifikasi sebagai berikut : 1. Daya maksimum (N) : 109 dk. Putaran

Lebih terperinci

PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) A. PERHITUNGAN DASAR A.. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + % x Lpp 9,5 + % x 9,5 5, m A.. Panjang Displacement (L Displ) L Displ,5 x ( Lwl + Lpp ),5 x (5, +

Lebih terperinci

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) A. PERHITUNGAN DASAR A.. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + ( % x Lpp) 6, + ( % x,6) 8,8 m A.. Panjang Displacement (L Displ) untuk kapal berbaling-baling

Lebih terperinci

Oleh : Bimo Arindra Hapsara Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi. Proposal Tugas Akhir. Tugas Akhir

Oleh : Bimo Arindra Hapsara Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi. Proposal Tugas Akhir. Tugas Akhir Proposal Tugas Akhir Tugas Akhir Oleh : Bimo Arindra Hapsara 2106 100 047 Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kecelakaan

Lebih terperinci

Dhani Priatmoko REDUCTION GEAR AND PROPULSION SYSTEM VIBRATION ANALYSIS ON MV.KUMALA

Dhani Priatmoko REDUCTION GEAR AND PROPULSION SYSTEM VIBRATION ANALYSIS ON MV.KUMALA Dhani Priatmoko 4207 100 002 REDUCTION GEAR AND PROPULSION SYSTEM VIBRATION ANALYSIS ON MV.KUMALA Pendahuluan KM Kumala diinformasikan mengalami getaran yang berlebih dan peningkatan temperatur gas buang

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pemotong krupuk rambak kulit ini adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan kepulley 2 dan memutar pulley 3 dengan

Lebih terperinci

Analisis Kekuatan Konstruksi Sekat Melintang Kapal Tanker dengan Metode Elemen Hingga

Analisis Kekuatan Konstruksi Sekat Melintang Kapal Tanker dengan Metode Elemen Hingga JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-183 Analisis Kekuatan Konstruksi Sekat Melintang Kapal Tanker dengan Metode Elemen Hingga Ardianus, Septia Hardy Sujiatanti,

Lebih terperinci

ANALISA KEKUATAN POROS KEMUDI KAPAL PENAMPUNG IKAN TRADISIONAL 200 GT KABUPATEN BATANG DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KEKUATAN POROS KEMUDI KAPAL PENAMPUNG IKAN TRADISIONAL 200 GT KABUPATEN BATANG DENGAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISA KEKUATAN POROS KEMUDI KAPAL PENAMPUNG IKAN TRADISIONAL 200 GT KABUPATEN BATANG DENGAN METODE ELEMEN HINGGA Achmad F.R. Prabowo 1, Hartono Yudo 1, Muhammad Iqbal 1 1) Program Studi S1 Teknik Perkapalan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Power Loss Power loss adalah hilangnya daya yang diakibatkan kesalahan pengemudi dalam melakukan pemindahan gigi transmisi yang tidak sesuai dengan putaran mesin seharusnya, sehingga

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Skema Dinamometer (Martyr & Plint, 2007)

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Skema Dinamometer (Martyr & Plint, 2007) 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Dinamometer Dinamometer adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengukur torsi (torque) dan daya (power) yang diproduksi oleh suatu mesin motor atau penggerak berputar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Angin Angin adalah gerakan udara yang terjadi di atas permukaan bumi. Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara, ketinggian dan temperatur. Semakin besar

Lebih terperinci

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK Dalam ilmu hidraulik berlaku hukum-hukum dalam hidrostatik dan hidrodinamik, termasuk untuk sistem hidraulik. Dimana untuk kendaraan forklift ini hidraulik berperan

Lebih terperinci

Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar

Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar Ray Posdam J Sihombing 1, Syahril Gultom 2 1,2 Departemen

Lebih terperinci

PENGARUH BENTUK LAMBUNG KAPAL TERHADAP TAHANAN KAPAL

PENGARUH BENTUK LAMBUNG KAPAL TERHADAP TAHANAN KAPAL PROSIDING 20 13 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PENGARUH BENTUK LAMBUNG KAPAL TERHADAP TAHANAN KAPAL Jurusan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Tamalanrea Makassar,

Lebih terperinci

DESAIN DAN ANALISA STATIK SISTEM PENGGERAK ITS AUV-01 (AUTONOMUS UNDERWATER VEHICLE)

DESAIN DAN ANALISA STATIK SISTEM PENGGERAK ITS AUV-01 (AUTONOMUS UNDERWATER VEHICLE) LAPORAN TUGAS AKHIR MOCHAMAD RUSLI AL MATURIDI 2107100167 DESAIN DAN ANALISA STATIK SISTEM PENGGERAK ITS AUV-01 (AUTONOMUS UNDERWATER VEHICLE) LATAR BELAKANG Indonesia mempunyai kekayaan bawah laut yang

Lebih terperinci

STUDI STARTING UDARA TEKAN DENGAN MOTOR PNEUMATIK PADA MESIN INDUK KMP.BONTOHARU

STUDI STARTING UDARA TEKAN DENGAN MOTOR PNEUMATIK PADA MESIN INDUK KMP.BONTOHARU Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 10, Nomor 2, Juli - Desember 2012 STUDI STARTING UDARA TEKAN DENGAN MOTOR PNEUMATIK PADA MESIN INDUK KMP.BONTOHARU Abd. Latief Had, M. Rusydi Alwi & Andi

Lebih terperinci

UNJUK KERJA MESIN DIESEL MITSUBISHI 4DR5 SEBAGAI PENGGERAK KAPAL PADA KONDISI TRIM

UNJUK KERJA MESIN DIESEL MITSUBISHI 4DR5 SEBAGAI PENGGERAK KAPAL PADA KONDISI TRIM Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 11, Nomor 1, Januari - Juni 2013 UNJUK KERJA MESIN DIESEL MITSUBISHI 4DR5 SEBAGAI PENGGERAK KAPAL PADA KONDISI TRIM M. Rusydi Alwi, Syerly Klara & M. Amril

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput BAB II DASAR TEORI 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput Mesin ini merupakan mesin serbaguna untuk perajang hijauan, khususnya digunakan untuk merajang rumput pakan ternak. Pencacahan ini dimaksudkan

Lebih terperinci

FLUIDA. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika FMIPA Universitas Indonesia

FLUIDA. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika FMIPA Universitas Indonesia FLUIDA Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika FMIPA Universitas Indonesia FLUIDA Fluida merupakan sesuatu yang dapat mengalir sehingga sering disebut sebagai zat alir. Fasa zat cair dan gas termasuk ke

Lebih terperinci

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR 3.1 Data Perancangan Spesifikasi perencanaan belt conveyor. Kapasitas belt conveyor yang diinginkan = 25 ton / jam Lebar Belt = 800 mm Area cross-section

Lebih terperinci

KLASTER TONASE KAPAL FERRY RO-RO DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEBUTUHAN LAHAN PERAIRAN PELABUHAN PENYEBERANGAN

KLASTER TONASE KAPAL FERRY RO-RO DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEBUTUHAN LAHAN PERAIRAN PELABUHAN PENYEBERANGAN Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 14, Nomor 1, Januari - Juni 2016 KLASTER TONASE KAPAL FERRY RO-RO DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEBUTUHAN LAHAN PERAIRAN PELABUHAN PENYEBERANGAN Syamsul Asri

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 19 BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 31 Diagram Alur Proses Perancangan Proses perancangan mesin pengupas serabut kelapa seperti terlihat pada diagram alir berikut ini: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

DESAIN KAPAL TANKER 3500 DWT

DESAIN KAPAL TANKER 3500 DWT DESAIN KAPAL TANKER 3500 DWT Marcel Winfred Yonatan 1 Pembimbing: Prof.Dr.Ir. Ricky Lukman Tawekal 2 Program Studi Sarjana Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

PENGARUH BENTUK LAMBUNG KAPAL TERHADAP POLA ALIRAN DAN POWERING PADA KAPAL PERAIRAN SUNGAI DAN LAUT

PENGARUH BENTUK LAMBUNG KAPAL TERHADAP POLA ALIRAN DAN POWERING PADA KAPAL PERAIRAN SUNGAI DAN LAUT PENGARUH BENTUK LAMBUNG KAPAL TERHADAP POLA ALIRAN DAN POWERING PADA KAPAL PERAIRAN SUNGAI DAN LAUT Sahlan 1), Baharuddin Ali 1), Wibowo HN 1), A. Bisri 1), Berlian A. 2) 1 Unit Pelaksana Teknis Balai

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam SIDANG TUGAS AKHIR TM091476 Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam Oleh: AGENG PREMANA 2108 100 603 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/naval JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro ISSN 2338-0322 Studi Pengaruh Bentuk Rumah Pada Buritan

Lebih terperinci

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS () A. Perhitungan Dasar A.1. Panjang Garis Muat ( LWL ) A.2. A.3. A.4. LWL = Lpp + 2 % Lpp = 36.07 + ( 0.02 x 36.07 ) = 36.79 m Panjang Displacement untuk kapal Baling

Lebih terperinci

BIDANG STUDI INDUSTRI PERKAPALAN JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

BIDANG STUDI INDUSTRI PERKAPALAN JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Analisis Teknis dan Ekonomis Produksi Kapal Ikan Dengan Lunas, Gading dan Balok Geladak Berbahan Bambu Laminasi Sebagai Material Alternatif Pengganti Kayu Oleh : Sufian Imam Wahidi (4108100039) Pembimbing

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN Pada rancangan uncoiler mesin fin ini ada beberapa komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu organ penggerak yang digunakan rancangan ini terdiri dari, motor penggerak,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN BAB III METODOLOGI PERENCANAAN Penulisan ini didasarkan atas survey literatur, serta didukung dengan data perencanaan dengan berdasarkan pertimbangan effisiensi waktu pengerjaan dengan tahapan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi Sistem transmisi dalam otomotif, adalah sistem yang berfungsi untuk konversi torsi dan kecepatan (putaran) dari mesin menjadi torsi dan kecepatan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

Bab 3 METODOLOGI PERANCANGAN

Bab 3 METODOLOGI PERANCANGAN Bab 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Spesifikasi New Mazda 2 Dari data yang diperoleh di lapangan (pada brosur), mobil New Mazda 2 memiliki spesifikasi sebagai berikut : 1. Daya Maksimum (N) : 103 PS 2. Putaran

Lebih terperinci

START STUDI LITERATUR MENGIDENTIFIKASI PERMASALAHAN. PENGUMPULAN DATA : - Kecepatan Angin - Daya yang harus dipenuhi

START STUDI LITERATUR MENGIDENTIFIKASI PERMASALAHAN. PENGUMPULAN DATA : - Kecepatan Angin - Daya yang harus dipenuhi START STUDI LITERATUR MENGIDENTIFIKASI PERMASALAHAN PENGUMPULAN DATA : - Kecepatan Angin - Daya yang harus dipenuhi PENGGAMBARAN MODEL Pemilihan Pitch Propeller (0,2 ; 0,4 ; 0,6) SIMULASI CFD -Variasi

Lebih terperinci

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis 4. 1 Perancangan Mekanisme Sistem Penggerak Arah Deklinasi Komponen penggerak yang dipilih yaitu ball, karena dapat mengkonversi gerakan putaran (rotasi) yang

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA 3.1 Perancangan awal Perencanaan yang paling penting dalam suatu tahap pembuatan hovercraft adalah perancangan awal. Disini dipilih tipe penggerak tunggal untuk

Lebih terperinci

BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI IPA SEMESTER GENAP MATERI : DINAMIKA ROTASI

BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI IPA SEMESTER GENAP MATERI : DINAMIKA ROTASI BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI IPA SEMESTER GENAP MATERI : DINAMIKA ROTASI Momen gaya : Simbol : τ Momen gaya atau torsi merupakan penyebab benda berputar pada porosnya. Momen gaya terhadap suatu poros tertentu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan konstruksi mesin pengupas serabut kelapa ini terlihat pada Gambar 3.1. Mulai Survei alat yang sudah ada dipasaran

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG Cahya Sutowo Jurusan Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak. Untuk melakukan penelitian tentang kemampuan dari dongkrak ulir ini adalah ketahanan atau

Lebih terperinci

PERHITUNGAN GORDING DAN SAGROD

PERHITUNGAN GORDING DAN SAGROD PERHITUNGAN GORDING DAN SAGROD A. DATA BAHAN [C]2011 : M. Noer Ilham Tegangan leleh baja (yield stress ), f y = 240 MPa Tegangan tarik putus (ultimate stress ), f u = 370 MPa Tegangan sisa (residual stress

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

KEBISINGAN PADA KAPAL MOTOR TRADISIONAL ANGKUTAN ANTAR PULAU DI KABUPATEN PANGKAJENE

KEBISINGAN PADA KAPAL MOTOR TRADISIONAL ANGKUTAN ANTAR PULAU DI KABUPATEN PANGKAJENE Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 10, Nomor 2, Juli - Desember 2012 KEBISINGAN PADA KAPAL MOTOR TRADISIONAL ANGKUTAN ANTAR PULAU DI KABUPATEN PANGKAJENE Baharuddin, Eko Haryono & Muh. Yusuf

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Perencanaan Rangka Mesin Peniris Minyak Proses pembuatan mesin peniris minyak dilakukan mulai dari proses perancangan hingga finishing. Mesin peniris minyak dirancang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Transmisi bertujuan untuk meneruskan daya dari sumber daya ke sumber daya lain, sehingga mesin pemakai daya tersebut bekerja menurut kebutuhan yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PELAKSANAAN

BAB III METODE PELAKSANAAN BAB III METODE PELAKSANAAN Metodologi pelaksanaan merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapan-tahapan yang jelas yang disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Tiap tahapan maupun bagian

Lebih terperinci

PREDIKSI TAHANAN KAPAL CEPAT DOLPIN DENGAN METODE EKSPERIMEN

PREDIKSI TAHANAN KAPAL CEPAT DOLPIN DENGAN METODE EKSPERIMEN PREDIKSI TAHANAN KAPAL CEPAT DOLPIN DENGAN METODE EKSPERIMEN Rosmani, A. Haris Muhammad, Muh. Algan Prog. Studi Teknik Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya.

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya. BAB II TEORI DASAR 2.1 Hydraulic Excavator Secara Umum. 2.1.1 Definisi Hydraulic Excavator. Excavator adalah alat berat yang digunakan untuk operasi loading dan unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya,

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN Dani Prabowo Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta E-mail: daniprabowo022@gmail.com Abstrak Perencanaan ini

Lebih terperinci

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran Bab 5 Puntiran 5.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas mengenai kekuatan dan kekakuan batang lurus yang dibebani puntiran (torsi). Puntiran dapat terjadi secara murni atau bersamaan dengan beban aksial,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/naval JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro ISSN 2338-0322 Analisa Pengaruh Panjang, Letak dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Perhitungan Sebelum mendesain mesin pemotong kerupuk hal utama yang harus diketahui adalah mencari tegangan geser kerupuk yang akan dipotong. Percobaan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERHITUNGAN

BAB III ANALISA PERHITUNGAN BAB III ANALISA PERHITUNGAN 3.1 Data Informasi Awal Perancangan Gambar 3.1 Belt Conveyor Barge Loading Capasitas 1000 Ton/Jam Fakultas Teknoligi Industri Page 60 Data-data umum dalam perencanaan sebuah

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL LISTRIK

PERANCANGAN SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL LISTRIK Jurnal Elemen Volume 4 Nomor 1, Juni 2017 ISSN : 2442-4471 PERANCANGAN SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL LISTRIK Kurnia Dwi Artika 1, Rusuminto Syahyuniar 2, Nanda Priono 3 1),2) Staf Pengajar Jurusan Mesin

Lebih terperinci

Istilah istilah yang ada di teori bangunan kapal Istilah istilah yang ada pada konstruksi bangunan kapal Jenis-jenis kapal

Istilah istilah yang ada di teori bangunan kapal Istilah istilah yang ada pada konstruksi bangunan kapal Jenis-jenis kapal Istilah istilah yang ada di teori bangunan kapal Istilah istilah yang ada pada konstruksi bangunan kapal Jenis-jenis kapal Ukuran utama ( Principal Dimension) * Panjang seluruh (Length Over All), adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilewati dalam memproduksi barang atau jasa. Ada proses produksi membutuhkan waktu yang lama, misalnya

Lebih terperinci

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan Latar Belakang Dalam mencapai kemakmuran suatu negara maritim penguasaan terhadap laut merupakan prioritas utama. Dengan perkembangnya

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Terdapat beberapa definisi mengenai kapal perikanan, menurut Undang- Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat

Lebih terperinci

Awak tidak memperhatikan bangunan dan stabilitas kapal. Kecelakaan kapal di laut atau dermaga. bahaya dalam pelayaran

Awak tidak memperhatikan bangunan dan stabilitas kapal. Kecelakaan kapal di laut atau dermaga. bahaya dalam pelayaran Bagian-bagian Kapal Awak tidak memperhatikan bangunan dan stabilitas kapal Kecelakaan kapal di laut atau dermaga bahaya dalam pelayaran merugikan harta benda, kapal, nyawa manusia bahkan dirinya sendiri.

Lebih terperinci

Beban hidup yang diperhitungkan pada dermaga utama adalah beban hidup merata, beban petikemas, dan beban mobile crane.

Beban hidup yang diperhitungkan pada dermaga utama adalah beban hidup merata, beban petikemas, dan beban mobile crane. Bab 4 Analisa Beban Pada Dermaga BAB 4 ANALISA BEBAN PADA DERMAGA 4.1. Dasar Teori Pembebanan Dermaga yang telah direncanakan bentuk dan jenisnya, harus ditentukan disain detailnya yang direncanakan dapat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. bahan pangan yang siap untuk dikonsumsi. Pengupasan memiliki tujuan yang

BAB II DASAR TEORI. bahan pangan yang siap untuk dikonsumsi. Pengupasan memiliki tujuan yang BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Pengupasan Pengupasan merupakan pra-proses dalam pengolahan agar didapatkan bahan pangan yang siap untuk dikonsumsi. Pengupasan memiliki tujuan yang sangat penting,

Lebih terperinci

ANALISA ENGINE PROPELLER MATCHING PADA KAPAL PERINTIS BARU TYPE 200 DWT UNTUK MEDAPATKAN SISTEM PROPULSI YANG OPTIMAL

ANALISA ENGINE PROPELLER MATCHING PADA KAPAL PERINTIS BARU TYPE 200 DWT UNTUK MEDAPATKAN SISTEM PROPULSI YANG OPTIMAL ANALISA ENGINE PROPELLER MATCHING PADA KAPAL PERINTIS BARU TYPE 200 DWT UNTUK MEDAPATKAN SISTEM PROPULSI YANG OPTIMAL Adhi Paska 1, Eko Sasmito Hadi 1, Kiryanto 1 1) Program Studi S1 Teknik Perkapalan,

Lebih terperinci

Bab IV Analisis dan Pengujian

Bab IV Analisis dan Pengujian Bab IV Analisis dan Pengujian 4.1 Analisis Simulasi Aliran pada Profil Airfoil Simulasi aliran pada profil airfoil dimaskudkan untuk mencari nilai rasio lift/drag terhadap sudut pitch. Simulasi ini tidak

Lebih terperinci

EVALUASI PERBANDINGAN DRAFT KAPAL IKAN FIBERGLASS DAN KAYU BERDASARKAN SKENARIO LOADCASE, STUDI KASUS KAPAL IKAN 3GT

EVALUASI PERBANDINGAN DRAFT KAPAL IKAN FIBERGLASS DAN KAYU BERDASARKAN SKENARIO LOADCASE, STUDI KASUS KAPAL IKAN 3GT EVALUASI PERBANDINGAN DRAFT KAPAL IKAN FIBERGLASS DAN KAYU BERDASARKAN SKENARIO LOADCASE, STUDI KASUS KAPAL IKAN 3GT Nurhasanah Teknik Perkapalan, Politeknik Negeri Bengkalis, Indonesia Email: nurhasanah@polbeng.ac.id

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI II-1 BAB II LANDASAN TEORI Suatu sistem penggerak yang terdapat dalam sebuah mobil tidak lepas dari peranan motor penggerak dan transmisi sebagai penghantar putaran dari motor penggerak sehingga mobil

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dapat mengambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Kondisi rute pelayaran perintis di Kepulauan Riau merupakan salah satu

BAB V PENUTUP. dapat mengambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Kondisi rute pelayaran perintis di Kepulauan Riau merupakan salah satu BAB V V.1. KESIMPULAN Berdasarkan analisa dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Kondisi rute pelayaran perintis di Kepulauan Riau merupakan

Lebih terperinci

Kajian Pemodelan Kemudi Kapal Pengawas Tanpa Awak

Kajian Pemodelan Kemudi Kapal Pengawas Tanpa Awak Kajian Pemodelan Kemudi Kapal Pengawas Tanpa Awak Naufal Abdurrahman, Sapto Wiratno Satoto, Hardi Radesha Program Studi Teknik Mesin Politeknik Negeri Batam Parkway Street, Batam Centre, Batam 29461, Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konstruksi Mesin Secara keseluruhan mesin kepras tebu tipe rotari terdiri dari beberapa bagian utama yaitu bagian rangka utama, bagian coulter, unit pisau dan transmisi daya (Gambar

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN SISTEM PROPULSI DARI SCHOTTLE MENJADI TWIN SCREW PADA KAPAL PENUMPANG KMP NIAGA FERRY II

ANALISA PERUBAHAN SISTEM PROPULSI DARI SCHOTTLE MENJADI TWIN SCREW PADA KAPAL PENUMPANG KMP NIAGA FERRY II FIELD PROJECT ANALISA PERUBAHAN SISTEM PROPULSI DARI SCHOTTLE MENJADI TWIN SCREW PADA KAPAL PENUMPANG KMP NIAGA FERRY II INDRA ARIS CHOIRUR. R 6308030015 D3 Teknik Permesinan Kapal Politeknik Perkapalan

Lebih terperinci

PERANCANGAN MOTORCYCLE LIFT DENGAN SISTEM MEKANIK

PERANCANGAN MOTORCYCLE LIFT DENGAN SISTEM MEKANIK PROS ID I NG 0 1 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PERANCANGAN MOTORCYCLE LIFT DENGAN SISTEM MEKANIK Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya konsumsi bahan bakar khususnya bahan bakar fosil sangat mempengaruhi peningkatan harga jual bahan bakar tersebut. Sehingga pemerintah berupaya mencari

Lebih terperinci

APLIKASI METODE FUNGSI TRANSFER PADA ANALISIS KARAKTERISTIK GETARAN BALOK KOMPOSIT (BAJA DAN ALUMINIUM) DENGAN SISTEM TUMPUAN SEDERHANA

APLIKASI METODE FUNGSI TRANSFER PADA ANALISIS KARAKTERISTIK GETARAN BALOK KOMPOSIT (BAJA DAN ALUMINIUM) DENGAN SISTEM TUMPUAN SEDERHANA APLIKASI METODE UNGSI TRANSER PADA ANALISIS KARAKTERISTIK GETARAN BALOK KOMPOSIT (BAJA DAN ALUMINIUM) DENGAN SISTEM TUMPUAN SEDERHANA Naharuddin, Abdul Muis Laboratorium Bahan Teknik, Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT Pada pembahasan dalam bab ini akan dibahas tentang faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap pembuatan dan perakitan alat, gaya-gaya yang terjadi dan gaya yang dibutuhkan.

Lebih terperinci

Analisa Rekondisi Main Engine dan System Propulsi Kapal Kumawa Jade 20.7 Meter Catamaran

Analisa Rekondisi Main Engine dan System Propulsi Kapal Kumawa Jade 20.7 Meter Catamaran Analisa Rekondisi Main Engine dan System Propulsi Kapal Kumawa Jade 20.7 Meter Catamaran Muhammad Dathsyur Universitas Mercubuana muhammad.dathsyur@gmail.com Abstrak: Kapal Kumawa Jade 20.7M Passanger

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik MARULITUA SIDAURUK NIM

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik MARULITUA SIDAURUK NIM ANALISIS DAN SIMULASI VARIASI SUDUT SUDU-SUDU TURBIN IMPULS TERHADAP DAYA MEKANIS YANG DIHASILKAN TURBIN SEBAGAI PEMBANGKIT TENAGA UAP PADA PKS KAPASITAS 30 TON TBS/JAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk

Lebih terperinci

Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar

Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar A. Torsi 1. Pengertian Torsi Torsi atau momen gaya, hasil perkalian antara gaya dengan lengan gaya. r F Keterangan: = torsi (Nm) r = lengan gaya (m) F = gaya

Lebih terperinci