Pasca tahun 2015, seluruh negara anggota UNESCO menyepakati tujuan. Agenda pendidikan tahun 2030, komitmen dunia untuk mendukung kesempatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pasca tahun 2015, seluruh negara anggota UNESCO menyepakati tujuan. Agenda pendidikan tahun 2030, komitmen dunia untuk mendukung kesempatan"

Transkripsi

1

2 i

3 KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat KATA PENGANTAR Direktur Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Pasca tahun 2015, seluruh negara anggota UNESCO menyepakati tujuan pendidikan global, yaitu memastikan pendidikan yang inklusif, adil dan bermutu, serta mempromosikan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua. Tujuan tersebut untuk menyelesaikan agenda Pendidikan Untuk Semua (PUS) dan Millenium Development Goals (MDGs), serta menjawab sebagai tantangan nasional. Kesepakatan yang dibuat ini lebih dikenal dengan Agenda Pendidikan 2030 Agenda Pendidikan 2030 disusun berdasarkan prinsip bahwa pendidikan merupakan komoditi masyarakat, hak azasi manusia, dan dasar penjaminan hak-hak lainnya. Secara lebih tegas, Agenda pendidikan 2030 memuat komitmen untuk mendukung kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua, pada seluruh lingkungan dan tingkat pendidikan. Hal ini termasuk penjaminan kepastian bagi semua remaja dan orang dewasa, terutama anak perempuan untuk memperoleh tingkat keterampilan keaksaraan, serta memberikan mereka berbagai kesempatan pembelajaran, pendidikan dan pelatihan. Sejalan dengan Agenda Pendidikan 2030, layanan pendidikan keaksaraan memegang peran strategis dan penting. Hal ini disebabkan karena secara nasional masih terdapat sebesar 3,43% atau 5,629,943 penduduk usia tahun buta aksara, dua pertiga diantaranya adalah perempuan (PDSP, Kemdikbud, 2016). Agar dapat menjangkau seluruh sasaran tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat berupaya memperluas sekaligus meningkatkan mutu pendidikan keaksaraan melalui keragaman layanan program, seperti pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan orang dewasa, dan pendidikan berkelanjutan yang terintegrasi dengan pendidikan kecakapan hidup, peningkatan minat dan budaya baca, pemberdayaan perempuan, pendidikan keluarga, pengarusutamaan gender bidang pendidikan, dan penataan kelembagaan. Jakarta, Januari 2017 Direktur Jenderal Agenda pendidikan tahun 2030, komitmen dunia untuk mendukung kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua, pada seluruh lingkungan dan tingkat pendidikan. Termasuk menjamin kepastian bagi semua remaja dan orang dewasa, terutama anak perempuan untuk memperoleh tingkat keterampilan keaksaraan fungsional yang relevan dan diakui serta memberikan mereka berbagai kesempatan pendidikan dan pelatihan bagi orang dewasa. Sejalan dengan itu, Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, memperluas berbagai layanan pendidikan keaksaraan dan kesetaraan bagi para remaja, orang dewasa, dan komunitas masyarakat dikemas dalam berbagai program antara lain pendidikan keaksaraan, peningkatan budaya baca masyarakat, pendidikan kesetaraan orang dewasa, pendidikan kecakapan hidup perempuan, dan pendidikan berkelanjutan. Dalam rangka pengembangan dan penjaminan mutu pendidikan keaksaraan dan kesetaraan perlu dirumuskan norma, standar, prosedur, kriteria (NSPK) dalam bentuk standar kompetensi lulusan (SKL), silabus, panduan, petunjuk teknis, bahan ajar, dan perangkat pembelajaran lainnya sebagai acuan di lapangan. SKL merupakan tolak ukur dalam pencapaian kualifikasi lulusan pada jenjang atau program tertentu yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. SKL pendidikan multikeaksaraan diarahkan sesuai dengan minat peserta didik pada bidang keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni dan budaya, sosial, politik dan kebangsaan, serta pekerjaan atau profesi. Kami memberikan penghargaan kepada semua pihak yang telah menyusun dokumen tersebut, untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan keaksaraan dan kesetaraan yang lebih berkualitas. Semoga panduan, petunjuk teknis, dan perangkat pembelajaran tersebut yang telah disusun dengan kesungguhan, dan keikhlasan dapat bermanfaat untuk kita semua, semoga Allah SWT memberikan rakhmat dan hidayahnya kepada kita semua, Amin. Jakarta, Januari 2017 Direktur Ir. Harris Iskandar, Ph.D. NIP Dr. Erman Syamsuddin NIP ii PANDUAN PENYELENGGARAAN DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN iii

4 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Dasar Hukum... 2 C. Tujuan... 2 D. Pengertian... 3 BAB II PENGELOLAAN PROGRAM PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN... 4 A. Tujuan Program Pendidikan Multikeaksaraan... 4 B. Lembaga Penyelenggara... 4 C. Tugas dan Fungsi Unsur Terkait... 5 D. Pendidik dan Tenaga Kependidikan... 6 E. Kriteria Peserta Didik... 7 F. Rombongan Belajar... 8 G. Jadwal Belajar... 8 H. Sarana dan Prasarana... 8 I. Pembiayaan... 8 BAB III PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN... 9 A. Prinsip-Prinsip Pembelajaran... 9 B. Kompetensi Lulusan C. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar D. Tema dan Sub-Tema Pembelajaran E. Assemen Kebutuhan Belajar Peserta Didik F. Penyepakan Kontrak Belajar dan Jenis Karya G. Silabus Pembelajaran H. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I. Pendekatan, Stategi, Metode, dan Teknik Pembelajaran J. Sumber, Bahan, dan Media Pembelajaran K. Penilaian Pembelajaran L. Tindak Lanjut Pembelajaran M. Kriteria Kelulusan dan Pengakuan Hasil Belajar N. Kriteria Keberhasilan BAB IV MONITORING, EVALUASI, PEMBINAAN, DAN TINDAK LANJUT PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN A. Monitoring dan Evaluasi B. Pembinaan C. Tindak Lanjut BAB IV PENUTUP DAFTAR PUSTAKA Lampiran Lampiran 1. ontoh Program Kerja Pendidikan Multikeaksaraan Lampiran 2. Contoh Format Kelengkapan Administrasi Kelompok Belajar Lampiran 3. Contoh Instrumen Monitoring, Evaluasi dan Pengawasan Lampiran 4. Contoh Instrumen Penilaian Karya/Keterampilan Peserta Didik Lampiran 5. Contoh Instrumen Penilaian Sikap Peserta Didik Lampiran 6. Contoh Instrumen Penilaian Pengetahuan Lampiran 7. Contoh Format Kisi-Kisi Penilaian Akhir iv PANDUAN PENYELENGGARAAN DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN v

5 DAFTAR BAGAN, GAMBAR, DAN TABEL BAB I PENDAHULUAN Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4, Bagan 1. Gambar 1. Gambar 2. SPembagian Tugas dan Fungsi Unsur Terkait Dalam Program Pendidikan Multikeaksaraan. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pendidikan Multikeaksaraan. Format Silabus Pembelajaran Pendidikan Multikeaksaraan. Kriteria Nilai Kelulusan Peserta Didik Program Pendidikan Multikeaksaraan. Strategi Pembelajaran Berbasis Karya Pada Program Pendidikan Multikeaksaraan. Tampak Depan SUKMA-Lanjutan. Tampak Belajang SUKMA-Lanjutan A. Latar Belakang Grand desain penyelenggaraan pendidikan keaksaraan di Indonesia sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dengan cara membebaskan masyarakat dari permasalahan buta aksara, membagi pendidikan keaksaraan menjadi 2 (dua) jenis layanan yaitu pendidikan keaksaraan dasar dan pendidikan keaksaraan lanjutan. Pendidikan keaksaraan dasar bertujuan untuk menumbuhkan kompetensi membaca, menulis, dan berhitung pada warga masyarakat yang masih buta aksara. Sementara itu, pendidikan keaksaraan lanjutan merupakan layanan bagi lulusan pendidikan keaksaraan dasar supaya kompetensi keberaksaraannya semakin berkembang dan lestari. Kedua layanan tersebut merupakan sistem pendidikan yang sinergis dan berkesinambungan sebagai upaya negara dalam mengembangkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Pendidikan keaksaraan lanjutan, sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 3 ayat (1) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 42 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan, terbagi menjadi pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM) dan pendidikan multikeaksaraan. KUM merupakan pendidikan keaksaraan yang menekankan peningkatan keberaksaraan dan pengenalan kemampuan berusaha. Sementara itu, pendidikan multikeaksaraan merupakan pendidikan keaksaraan yang menekankan peningkatan keragaman keberaksaraan dalam segala aspek kehidupan. Dengan kata lain, tujuan dari pendidikan multikeaksaraan tidak sekadar mendidik masyarakat mampu membaca, menulis, dan berhitung, tetapi juga untuk mengembangkan kemampuan peserta didik agar mampu mengatasi persoalan yang terjadi dalam kehidupannya. Pendidikan multikeaksaraan bisa menjadi medium untuk membuka kesadaran berbangsa dan bernegara, serta pendidikan yang berkelanjutan yang menekankan pada peningkatan keragaman keberaksaraan dalam segala aspek kehidupan, seperti: agama, sosial dan budaya, ekonomi, dan kesehatan. Dengan kata lain, pendidikan multikeaksaraan dalam implementasinya perlu mempertimbangkan realitas sosial dan budaya masyarakat setempat serta lingkungannya. vi PANDUAN PENYELENGGARAAN DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 1

6 Karena itulah, Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan menyusun Panduan Penyelenggaraan dan Pembelajaran Pendidikan Multikeaksaraan. Keberadaan panduan ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk diacu oleh unsur kompeten supaya mampu mengelola program sesuai prosedur, sehingga mampu mendukung pencapaian kompetensi lulusan peserta didik sesuai dengan kurikulum program pendidikan multikeaksaraan yang telah ditetapkan. B. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar Pendidikan Dasar. 4. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara (GNP-PWB/PBA). 5. Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2006 tentang Acuan Pelaksanaan Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara (GNP- PWB/PBA). 7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 42 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan. C. Tujuan Panduan penyelenggaraan dan pembelajaran pendidikan multikeaksaraan ini disusun dengan tujuan sebagai berikut: 1. Memberikan acuan kepada pengelola/tenaga kependidikan agar mampu mengelola program pendidikan multikeaksaraan secara bermutu dan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan 2. Memberikan pedoman kepada tutor/pendidik dalam mengelola pembelajaran pendidikan multikeaksaraan supaya dapat memfasilitasi pencapaian standar kompetensi lulusan sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan. 3. Sebagai bahan acuan bagi Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, pemerintah kabupaten/kota, serta unsur terkait untuk melakukan penjaminan mutu penyelenggaraan program pendidikan multikeaksaraan. D. Pengertian Dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 42 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan, disebutkan bahwa: 1. Pendidikan Keaksaraan Lanjutan adalah layanan pendidikan keaksaraan yang menyelenggarakan pembelajaran bagi peserta didik yang telah selesai melaksanakan pendidikan keaksaraan dasar dalam rangka mengembangkan kompetensi bagi warga masyarakat pasca pendidikan keaksaraan dasar. Pendidikan Keaksaraan Lanjutan terdiri dari pendidikan keaksaraan usaha mandiri dan pendidikan multikeaksaraan. 2. Pendidikan Multikeaksaraan merupakan pendidikan keaksaraan lanjutan yang menekankan peningkatan keberagaman keberaksaraan dalam segala aspek kehidupan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan keterampilan profesi, pekerjaan atau kemahiran yang dimiliki dan diminati peserta didik. Pendidikan Multikeaksaraan diarahkan sesuai dengan minat peserta didik tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan, serta pekerjaan atau profesi. 3. Pengelolaan adalah pengaturan kewenangan dalam penyelenggaraan pendidikan keaksaraan lanjutan yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pelaporan, dan penilaian pertanggungjawaban agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan keaksaraan. 4. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai kompetensi, cakupan isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan keaksaraan lanjutan. 5. Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan atau sumber belajar pada satuan pendidikan nonformal. 6. Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan keaksaraan. 7. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi dan memiliki kompetensi sebagai pamong belajar, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan keaksaraan. 2 PANDUAN PENYELENGGARAAN DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 3

7 BAB II PENGELOLAAN PROGRAM PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN A. Tujuan Program Pendidikan Multikeaksaraan 1. Memberikan kesempatan kepada lulusan program keaksaraan dasar untuk meningkatkan dan mengembangkan kompetensi membaca, menulis, dan berhitung dalam bahasa Indonesia, sehingga mampu menjadi warga masyarakat yang sepenuhnya melek aksara fungsional; 2. Memfasilitasi peserta didik untuk mendapatkan akses pada informasi baru untuk memperbaiki kualitas kehidupannya; 3. Mengembangkan sikap rasional dan ilmiah pada diri peserta didik, sehingga tumbuh kesadaran kritis tentang peristiwa mutakhir yang terjadi di lingkungan sekitar kehidupannya; dan 4. Mengorientasikan peserta didik pada nilai dan sikap baru yang dibutuhkan dalam pembangunan, sehingga memiliki aset yang secara sosio-ekonomi mampu berpartisipasi aktif dan produktif dalam proses pembangunan bangsa; B. Lembaga Penyelenggara Program pendidikan multikeaksaraan dapat diselenggarakan oleh Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Kelompok Belajar (Kejar), Majelis Taklim, dan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Dapat juga diselenggarakan oleh satuan pendidikan seperti: LKP, Bimbingan Belajar, Yayasan, Lembaga yang bergerak di bidang pendidikan, dan lain-lain. Pada kondisi tertentu dapat juga diselenggarakan oleh satuan pendidikan formal, seperti; Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi. Sebagai bentuk akuntabilitas dan penjaminan mutu, maka penyelenggara pendidikan multikeaksaraan harus memenuhi persayaratan dan kriteria sebagai berikut: 1. Memiliki izin operasional/surat keterangan/surat rekomendasi dari pejabat berwenang dan mendapat persetujuan dari Dinas Pendidikan kabupaten/kota; 2. Memiliki data calon peserta didik yang ditandai kepemilikan SUKMA; 3. Menyelenggarakan program pendidikan keaksaraan dasar pada tahun sebelumnya; 4. Memiliki data calon pendidik/tutor dan narasumber teknis; 5. Memiliki sarana dan prasarana pendukung program; 6. Memiliki nomor rekening dan NPWP atas nama lembaga; 7. Memiliki kesanggupan menyelenggarakan program pendidikan multikeaksaraan yang dinyatakan dengan surat keterangan 8. Diprioritaskan memiliki sertifikat akreditasi lembaga, dan/atau sertifikat evaluasi kinerja lembaga. C. Tugas dan Fungsi Unsur Terkait Supaya program pendidikan multikeaksaraan dapat berjalan secara efisien dan efektif, maka dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pelaporan, dan penilaiannya memerlukan keterlibatan dan dukungan semua unsur terkait. Beberapa unsur yang terkait secara langsung dalam pengelolaan pendidikan multikeaksaraan adalah sebagai berikut. Tabel. 1 Pembagian Tugas dan Fungsi Unsur Terkait No Instansi Tugas dan Fungsi 1 Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan 2 Direktorat Pembinaan GTK PAUD dan Dikmas. Menyusun regulasi dan NSPK tentang penyelenggaraan program pendidikan mul keaksaraan. Mengembangkan kurikulum pendidikan mul keaksaraan. Mengembangkan contoh silabus, bahan ajar, dan penilaian hasil belajar pendidikan mul keaksaraan. Memberikan bimbingan teknis dan orientasi berkaitan dengan pengelolaan program pendidikan mul keaksaraan. Menyediakan bantuan untuk penyelenggaraan program pendidikan mul keaksaraan Melakukan pengawasan, monitoring, dan evaluasi terhadap pelaksanaan program pendidikan mul keaksaraan. Mencetak dan mendistribusikan blangko Surat Keterangan Melek Aksara Lanjutan (SUKMA-L). Mengeluarkan nomor seri SUKMA-L untuk lulusan program pendidikan mul keaksaraan. Memfasilitasi terwujudnya jalinan kerjasama dengan lembaga mitra untuk mendukung pengelolaan program pendidikan mul keaksaraan. Melaksanakan peningkatan kompetensi PTK (Pendidik dan Tenaga Kependidikan) program pendidikan mul keaksaraan. Membantu pemerintah kabupaten/kota dalam penjaminan mutu dan kinerja PTK program pendidikan mul keaksaraan. Menyediakan bantuan untuk peningkatan kompetensi PTK program pendidikan mul keaksaraan, sesuai dengan kewenangannya. 4 PANDUAN PENYELENGGARAAN DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 5

8 No Instansi Tugas dan Fungsi 3 UPT di lingkungan Mengembangkan dan atau memperkaya model program/pembelajaran pendidikan mul keaksaraan. Ditjen PAUD Mengembangkan material learning untuk mendukung kualitas pembelajaran dan Dikmas. program pendidikan mul keaksaraan. Melaksanakan penjaminan mutu penyelenggaraan program pendidikan mul keaksaraan. 4 Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota. 5 Satuan Pendidikan Melakukan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan operasional program pendidikan mul keaksaraan di ngkat kabupaten/kota. Memberikan pembinaan, khususnya dalam hal proses pembelajaran dan manajemen program pendidikan mul keaksaraan. Melakukan supervisi, monitoring, dan evaluasi terhadap pelaksanaan program pendidikan mul keaksaraan. Menyediakan bantuan untuk penyelenggaraan program pendidikan mul keaksaraan sesuai kewenangannya. Mengembangkan perangkat pembelajaran program pendidikan mul keaksaraan. Memfasilitasi terwujudnya jalinan kerjasama dengan lembaga mitra untuk mendukung penyelenggaraan program pendidikan mul keaksaraan. Membentuk m pelaksana penilaian akhir pembelejaran program pendidikan mul keaksaraan ngkat kabupaten/kota. Menandatangani dan menerbitkan Surat Keterangan Melek Aksara Lanjutan (SUKMA-L). Melaksanakan rekrutmen peserta didik, tutor, dan narasumber teknis program pendidikan mul keaksaraan. Mengembangkan dan/atau mengadaptasikan silabus pembelajaran program pendidikan mul keaksaraan. Mengembangkan progam belajar dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) program pendidikan mul keaksaraan. Menyediakan sarana prasarana pendukung program pendidikan mul keaksaraan. Melaksanakan pembelajaran program pendidikan mul keaksaraan. Melaksanakan penilaian awal dan penilaian proses pembelajaran program pendidikan mul keaksaraan. Mengembangkan bahan dan media belajar program pendidikan mul keaksaraan. Melaksanakan jalinan kerjasama dengan lembaga mitra untuk mendukung penyelenggaraan program pendidikan mul keaksaraan. Melaporkan hasil penyelenggaraan program pendidikan mul keaksaraan kepada Dinas Pendidikan kabupaten/kota, dan unsur terkait. D. Pendidik dan Tenaga Kependidikan 1. Pendidik/tutor a. Diprioritaskan pendidikan minimal SMA/sederajat; b. Diprioritaskan berdomisili di sekitar lokasi program; c. Diprioritaskan pernah mengikuti kegiatan peningkatan kompetensi yang berkaitan dengan pendidikan multikeaksaraan; d. Memiliki kemampuan mengelola pembelajaran dengan kaidah-kaidah pembelajaran orang dewasa; dan e. Diprioritaskan mempunyai kemampuan menggunakan piranti laptop/ komputer. 2. Narasumber Teknis a. Diprioritaskan berasal dari tokoh masyarakat atau warga masyarakat sekitar; b. Memiliki pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang berkaitan dengan tema pembelajaran pendidikan multikeaksaraan, seperti dalam bidang tata boga, kesehatan, jasa, pertanian, kelautan, kehutanan, peternakan, perikanan, politik, seni tari, seni suara, seni kriya, olahraga, keuangan, tradisional, teknologi tepat guna, dll. 3. Tenaga Kependidikan; minimal terdiri atas ketua dan sekretaris, serta melibatkan penilik dan/atau unsur dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk melaksanakan kegiatan evaluasi dan pengawasan. Tenaga kependidikan yang direkrut diprioritaskan memiliki kriteria sebagai berikut: a. Pendidikan minimal SMA/sederajat; b. Berdomisili di sekitar penyelenggaraan program; c. Berpengalaman dalam mengelola pendidikan keaksaraan; dan d. Pernah mengikuti pelatihan/orientasi yang berkaitan dengan pendidikan multikeaksaraan. Pendidik, narasumber teknis, dan tenaga kependidikan ditetapkan melalui penerbitan SK (Surat Keputusan) dari ketua/pimpinan lembaga penyelenggara, disertai penjelasan tentang tugas dan wewenang, serta keterangan tentang masa berlaku SK. E. Kriteria Peserta Didik Sebagai program yang bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi keaksaraan lulusan pendidikan keaksaraan dasar, maka peserta didik pendidikan multikeaksaraan harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Berminat dan memiliki kesiapan untuk berpartisipasi dalam pembelajaran program pendidikan multikeaksaraan; 2. berusia 15 tahun ke atas, diprioritaskan berumur tahun; 3. Memiliki sertifikat Surat Keterangan Melek Aksara (SUKMA) dengan nilai minimal 56 dan kriteria CUKUP; 6 PANDUAN PENYELENGGARAAN DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 7

9 F. Rombongan Belajar Pada program pendidikan multikeaksaraan peserta didik dihimpun dalam kelompok belajar yang terdiri atas 10 (sepuluh) peserta didik. Pengelompokan ini untuk efisiensi, mempermudah pengelolaan, dan memotivasi peserta didik. Namun, jika hal tersebut sulit dilakukan, pendidik dapat melakukan pengelompokan sesuai situasi dan kondisi dengan tetap memperhatikan rasio ideal untuk jumlah pendidik/tutor dan jumlah peserta didik adalah 1:10. G. Jadwal Belajar Program pendidikan multikeaksaraan diselenggarakan dengan alokasi waktu belajar minimal 86 menit. Penyusunan jadwal belajar; harus disepakati bersama peserta didik dengan mempertimbangkan kesiapan belajar dan waktu luang peserta didik; H. Sarana dan Prasarana Penyelenggaraan program pendidikan multikeaksaraan dapat memanfaatkan sarana yang tersedia di lingkungan sekitar, adapun sarana minimal yang diperlukan antara lain; 1. Perlengkapan belajar, antara lain papan tulis, spidol/kapur, tempat duduk, meja belajar, dan lemari/rak buku; 2. Peralatan belajar, antara lain, buku tulis, buku laporan hasil belajar, buku induk, jadwal belajar, silabus, RPP, buku tamu, dll; dan 3. Sumber belajar, bahan ajar, modul pembelajaran, dan media pembelajaran. Program pendidikan multikeaksaraan dapat dilaksanakan di satuan pendidikan, balai desa, tempat ibadah, rumah penduduk atau fasilitas lain yang layak dengan mempertimbangkan kriteria: 1. Berdekatan dengan tempat tinggal peserta didik; 2. Cukup untuk menampung minimal satu rombongan belajar; 3. Rapi dan bersih; 4. Cukup cahaya dan sirkulasi udara; 5. Memberikan keleluasaan gerak, pandangan, pendengaran; dan 6. Dilengkapi papan nama kelompok/rombongan belajar. I. Pembiayaan Penyelenggaraan program pendidikan multikeaksaraan dapat dibiayai oleh swadaya masyarakat, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dan sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat. Biaya tersebut dapat dialokasikan untuk biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. BAB III PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN A. Prinsip-Prinsip Pembelajaran 1. Pembelajaran pendidikan multikeaksaraan harus dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan berbasis karya/produk sebagai bentuk aktualisasi dari fungsionalisasi hasil belajar yang sebaiknya dilakukan secara berkelompok, serta menekankan pembelajaran pada kegiatan pemecahan masalah sehingga peserta didik mempunyai nilai dan sikap baru yang dibutuhkan untuk memperoleh solusi dari persoalan atau dinamika yang sedang terjadi pada kehidupan peserta didik. 2. Tema, materi, dan bahan/media belajar pendidikan multikeaksaraan harus sesuai dan relevan dengan realitas sosial budaya masyarakat, serta lingkungan tempat peserta didik berdomisili, supaya tema dan materi belajar dapat berkesan dan bermakna. 3. Pada setiap penyusunan perencanaan dan pelaksanaan program pembelajaran pendidikan multikeaksaraan, perlu memadukan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara menyeluruh melalui unjuk kerja yang utuh. Penyusunan rancangan pembelajaran dimulai dengan menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan memperhatikan karakteristik pembelajaran keaksaraan, yaitu menggunakan pendekatan tematik, terpadu dan fungsional melalui pembelajaran yang memperhatikan perkembangan usia, pembelajaran orang dewasa, dan belajar mandiri. 4. Pembelajaran pendidikan multikeaksaraan harus dikelola secara interaktif, partisipatif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan dapat memotivasi peserta didik dalam membentuk sikap rasional dan ilmiah, sehingga tumbuh kesadaran kritis tentang peristiwa mutakhir yang terjadi di lingkungan sekitar kehidupannya. 5. Pembelajaran pendidikan multikeaksaraan harus dikelola secara kooperatif dan kolaboratif dengan cara menghimpun peserta didik dalam kelompok kecil untuk bekerja sama dan lebih mengutamakan penghargaan pada kerja kelompok. 8 PANDUAN PENYELENGGARAAN DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 9

10 B. Kompetensi Lulusan Lulusan pendidikan multikeaksaraan, diharapkan memiliki kualifikasi kemampuan sebagai berikut: 1. Sikap; memiliki perilaku dan etika yang mencerminkan sikap orang beriman dan bertanggung jawab menjalankan peran dan fungsi dalam kemandirian berkarya di masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup; 2. Pengetahuan; menguasai pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tentang pengembangan peran dan fungsi dalam kehidupan di masyarakat dengan memperkuat cara berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dan berhitung untuk meningkatkan kualitas hidup; dan 3. Keterampilan, mampu menggunakan bahasa Indonesia dan keterampilan berhitung secara efektif dalam melakukan pengembangan peran dan fungsi untuk kemandirian berkarya di masyarakat serta meningkatkan kualitas hidup. C. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kompetensi inti dan kompetensi dasar yang diharapkan dapat diampu peserta didik untuk mencapai kompetensi lulusan pendidikan multikeaksaraan yang telah ditentukan, sebagai berikut: Tabel. 2 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pendidikan Multikeaksaraan Dimensi Kompetensi In Kompetensi Dasar Sikap Menghaya dan mengamalkan ajaran Meningkatkan rasa syukur dan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas potensi diri yang dimiliki. agama/ kepercayaan Menunjukkan sikap jujur sebagai dasar dalam yang dianutnya membangun hubungan sosial. sehingga berperilaku Menunjukkan komitmen untuk membangun dan memiliki e ka kebersamaan dalam mengembangkan peran dan sebagai warga yang fungsi dalam kehidupan di masyarakat. baik. Pengetahuan Menguasai pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tentang cara meningkatkan peran dan fungsi dalam kehidupan di masyarakat dengan memanfaatkan peluang sumber daya yang ada melalui ak vitas membaca, menulis, berbicara, dan berhitung dalam bahasa Indonesia. Menggali informasi dari teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau poli k dan kebangsaan sesuai dengan yang dimina minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana. Menggali informasi dari teks penjelasan tentang pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan dimina minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana. Menggali informasi dari teks khusus yang berbentuk brosur atau leaflet sederhana tentang keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, poli k dan kebangsaan tertentu yang dimina berkaitan dengan pekerjaan atau profesinya. Dimensi Kompetensi In Kompetensi Dasar Mengenal penggunaan operasi bilangan tentang produk teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya atau jasa, dan uang yang disesuaikan dengan kebutuhan. Menggunakan konsep pecahan sederhana dalam melakukan penjumlahan dan pengurangan pada kehidupan sehari-hari. Menggali informasi dari teks tabel atau diagram sederhana yang berkaitan dengan kajian ilmu keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, poli k dan kebangsaan serta keterampilan tertentu yang dimina. Mengiden fikasi pengetahuan keruangan (geometri) sederhana yang diterapkan dalam kajian keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, poli k dan kebangsaan tertentu yang dimina dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Menggali informasi dari teks petunjuk atau arahan yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan dimina minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana. Menggali informasi dari teks narasi yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan dimina minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana. Menggali informasi dari teks laporan yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan dimina minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana. Keterampilan Mampu mengolah, menalar, dan menyaji pengetahuan yang diperoleh dalam prak k untuk kemandirian berkarya dalam menjalankan peran dan fungsi di masyarakat melalui ak vitas membaca, menulis, berbicara, dan berhitung dalam bahasa Indonesia. Mengolah informasi dari teks penjelasan tentang pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan dimina dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana secara lisan dan tertulis. Mengolah teks penjelasan tentang wawasan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, poli k dan kebangsaan serta keterampilan tertentu dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana secara tertulis; Mengolah teks khusus yang berbentuk brosur atau leaflet sederhana tentang ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, poli k dan kebangsaan tertentu yang dimina berkaitan dengan pekerjaan atau profesinya; Memprak kkan pengetahuan dan krea vitas yang dimiliki dan dimina menjadi produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, dan budaya yang inova f dengan memanfaatkan peluang dan sumber daya yang ada di sekitarnya; 10 PANDUAN PENYELENGGARAAN DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 11

11 Dimensi Kompetensi In Kompetensi Dasar Menggunakan sifat operasi hitung dalam menyederhanakan atau menentukan hasil penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan; Menggunakan uang atau jenis transaksi lainnya dalam kehidupan sehari-hari; Memperkirakan kebutuhan komponen produk teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang inova f yang sedang dikerjakan, dimiliki dan dimina untuk menentukan biaya yang diperlukan; Menerapkan pecahan sederhana ke bentuk pecahan desimal dan persen pada perhitungan yang berkaitan dengan uang dan produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang inova f dan dimina ; Menggunakan satuan pengukuran panjang, waktu, berat, atau satuan lainnya yang diperlukan pada kegiatan menciptakan produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, yang inova f; Menggunakan hasil pengolahan dan penafsiran data dalam bentuk tabel, diagram, dan grafik sederhana mengenai kajian ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, poli k dan kebangsaan serta keterampilan tertentu yang dimina ; Mengolah informasi dari teks narasi yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan dimina dalam 5 kalimat sederhana secara lisan dan tertulis; Memprak kkan kemitraan dalam mengembangkan produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, secara inova f yang dimina di wilayahnya; Mengolah informasi teks laporan yang berkaitan dengan hasil produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, secara inova f yang dimina ; dan Mengomunikasikan ide dan produk inova f berkaitan dengan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang dimina. D. Tema dan Sub-Tema Pembelajaran 1. Profesi, Keahlian, dan pekerjaan, adalah suatu aktivitas antar-manusia untuk saling memenuhi kebutuhan dengan tujuan tertentu, yang dalam prakteknya sebuah pekerjaan membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan dan keahlian khusus yang kemudian dikenal sebagai profesi dan keahlian. Beberapa subtema yang dapat dipilih pendidik bersama kelompok belajar misalnya yang berkaitan dengan: a. kesehatan; b. pendidikan; c. jasa; d. pertanian; e. kelautan; f. kehutanan; g. peternakan; dan h. perikanan; 2. Pengembangan dalam seni budaya, adalah segala sesuatu ciptaan manusia yang berkembang bersama pada suatu kelompok yang mengandung unsur keindahan (estetika), dan kebiasaan untuk menata kelakuan dalam mengatur kehidupan bersama yang dilakukan secara turun temurun. Beberapa subtema yang dapat dipilih pendidik bersama kelompok belajar misalnya yang berkaitan dengan: a. kearifan budaya lokal; b. tradisi; c. bahasa ibu; d. tatakrama; e. seni tari; f. seni suara; g. cerita rakyat; dan h. permainan tradisional. 3. Sosial, politik, dan kebangsaan, adalah wahana strategis untuk membangun kesadaran kolektif sebagai warga bangsa dan mengukuhkan ikatan-ikatan sosial, dengan tetap menghargai keragaman budaya, ras, suku-bangsa, dan agama, sehingga dapat memantapkan keutuhan nasional yang berlandaskan wawasan kebangsaan. Beberapa subtema yang dapat dipilih pendidik bersama kelompok belajar misalnya yang berkaitan dengan: a. organisasi dan kelembagaan; b. perdamaian; c. wawasan kebangsaan; d. cinta tanah air; dan e. Hak Asasi Manusia (HAM) 4. Kesehatan dan olah raga, adalah upaya menjaga kesehatan diri dan lingkungan guna meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan sedini mungkin dengan memanfaatkan aktivitas fisik agar memperkuat daya tahan tubuh dan kebugaran yang diperlukan untuk melakukan berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari. Beberapa subtema yang dapat dipilih pendidik bersama kelompok belajar misalnya yang berkaitan dengan:: 12 PANDUAN PENYELENGGARAAN DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 13

12 a. kesehatan Lansia; b. kesehatan diri; c. kesehatan lingkungan; d. olahraga tradisional; dan e. kesegaran jasmani. 5. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), adalah segala yang memiliki keterkaitan yang luas dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi secara menyeluruh, atau berpotensi memberikan dukungan yang besar bagi kesejahteraan masyarakat, kemajuan bangsa, keamanan dan ketahanan bagi perlindungan negara, pelestarian fungsi lingkungan hidup, pelestarian nilai luhur budaya bangsa, serta peningkatan kehidupan kemanusiaan. Beberapa subtema yang dapat dipilih pendidik bersama kelompok belajar misalnya yang berkaitan dengan: a. literasi teknologi; b. pengetahuan umum; c. teknologi tepat guna; d. literasi keuangan; dan e. mitigasi bencana. E. Asesmen Kebutuhan Belajar Untuk mengetahui keragaman kebutuhan belajar diperlukan asesmen dengan menggunakan teknik-teknik tertentu. Asesmen kebutuhan belajar dalam pendidikan multikeaksaraan dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya: 1. Dari orang-orang yang membantu peserta didik, cara ini dapat dilakukan dengan cara mewawancarai atau memberikan kuesioner kepada penilik, pendidik, atau penyelenggara program keaksaraan; 2. Dari media massa, cara ini dapat dilakukan dengan cara mengkaji - penting yang ada di dalam media massa; 3. Mengenal kehidupan masyarakat, sebelum terlibat dalam kelompok belajar, pendidik perlu mengenal dengan baik masyarakat di sekitar peserta didik. Pendidik bisa mengunjungi tempat-tempat di mana orang berdiskusi secara terbuka tentang masalah-masalah yang terdapat dalam masyarakat. Pendidik dapat menggunakan diskusi informal untuk mengetahui tema pendidikan multikeaksaraan yang mungkin dikembangkan di dalam kelompok belajar; 4. Wawancara dengan peserta didik. Tema diperoleh dari hasil curah pendapat dan diskusi tentang minat dan kebutuhan warga belajar yang dipandu oleh pendidik. Dengan kata lain. kita melakukan pengenalan (identifikasi) potensi peserta didik, karena setiap mereka memiliki potensi yang berbeda, baik menyangkut minat dan kebutuhan, pengalaman, maupun masalah yang dihadapi. Perbedaan ini menjadi dasar atau bahan pertimbangan bagi pendidik dalam menentukan tema-tema dan bahan ajar dalam pembelajaran. Pendidik dituntut mempunyai kemampuan untuk menggali permasalahanpermasalahan dan merumuskannya dalam bentuk tema dan bahan ajar yang menarik untuk dipelajari peserta didik pendidikan multikeaksaraan. F. Penyepakatan Kontrak Belajar dan Jenis Karya Penyepakatan kontrak belajar ditandai oleh keikutsertaan peserta didik dalam menentukan dan merumuskan waktu, tempat, komitmen bersama, dan aturanaturan yang harus dijadikan kesepakatan selama pembelajaran pendidikan multikeaksaraan. Contoh format kontrak belajar yang dapat dipergunakan sebagai berikut: Saya yang bertanda-tangan di bawah ini: Nama :.. Umur :.. Pekerjaan :.. Kelompok belajar :.. dengan ini menyatakan akan mengikuti dan berpartisipasi dalam pembelajaran pendidikan multikeaksaraan, serta menaati aturan-aturan yang disepakati.., 2017 Peserta didik, Ttd ( nama ) Setelah peserta didik dan pendidik sepakat dan menandatangani kontrak belajar, maka pendidik harus melakukan kegiatan penentuan karya yang akan dilaksanakan di kelompok belajar pendidikan multikeaksaraan. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari assesmen kebutuhan belajar yang telah dilaksanakan. Langkah yang dapat dilakukan dalam menentukan pembuatan karya bersama, antara lain sebagai berikut: 1. Ajaklah semua peserta didik untuk hadir dan secara bersama-sama membahas hasil assesmen kebutuhan belajar; 14 PANDUAN PENYELENGGARAAN DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 15

13 2. Pendidik meminta pendapat kepada peserta didik, tentang kegiatan lain/ karya bersama yang akan dilaksanakan, selain belajar membaca, menulis, dan berhitung. Diskusikan apa bentuk karya atau kegiatannya, bagaimana cara melakukan, dimana, kapan, dan apa manfaatnya; dan 3. Buatlah agenda bersama-sama dengan peserta didik untuk memulai, melakukan, dan kegiatan-kegiatan yang akan menjadi karya bersama dari proses pembelajaran pendidikan multikeaksaraan. G. Silabus Pembelajaran Silabus merupakan garis besar kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan melalui tema tertentu yang kontekstual. Silabus pembelajaran multikeaksaraan dikembangkan sebagai rujukan bagi pendidik/tutor dalam menyusun silabus yang sesuai dengan tema/subtema yang dipilih oleh pendidik/tutor dan kelompok belajar. Sebagai rujukan/contoh Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan telah menyusun 5 (lima) contoh silabus pembelajaran pendidikan multikeaksaraan, yaitu: 1. Tema profesi, keahlian, dan pekerjaan, subtema pekerjaan dan usaha di bidang pertanian; 2. Tema pengembangan seni budaya, subtema kearifan budaya lokal; 3. Tema sosial, politik, dan kebangsaan, subtema wawasan kebangsaan; 4. Tema kesehatan dan olahraga, subtema kesehatan Lansia; dan 5. Tema ilmu pengetahuan dan teknologi, subtema literasi keuangan. Silabus tersebut masih dimungkinkan untuk dikembangkan oleh pendidik dengan mempertimbangkan kesesuaian karakteristik dan kebutuhan belajar peserta didik, realitas sosial budaya masyarakat, serta lingkungan tempat peserta didik berdomisili. Adapun prosedur pengembangan silabus pembelajaran multikeaksaraan sebagai berikut: 1. Memilih dan menetapkan tema/subtema sesuai karakteristik dan kebutuhan kelompok belajar. Tema/subtema dipilih dan ditetapkan secara kontekstual berdasarkan kondisi, kapasitas dan karakteristik kelompok belajar dan masyarakatnya, serta dikaitkan dengan minat dan kebutuhan peserta didik dalam bidang keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan, serta pekerjaan/profesi tertentu; 2. Memilih kompetensi inti, kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi dengan cara membuat pemetaan kompetensi yang relevan dengan tema/subtema terpilih untuk setiap kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kriteria dan rumusan indikator pencapaian kompetensi dapat disesuaikan dengan tema, materi, kebutuhan, dan karakteristik pembelajaran sebagai dasar untuk merumuskan bentuk dan jenis instrumen penilaian yang dapat dikembangkan; 3. Memilih dan menetapkan materi pembelajaran yang memuat konsep, fakta, prinsip atau prosedur yang harus dipelajari peserta didik berkaitan dengan kompetensi dan tema/subtema pembelajaran. Kedalaman dan keluasan materi pembelajaran dikaitkan dengan tema/subtema sebagai konteks pembelajaran; 4. Merumuskan variasi dan garis besar kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dengan memperhatikan kapasitas peserta didik, kelompok belajar dan sumber daya yang tersedia yang sesuai dengan tema, materi, kebutuhan dan karakteristik pembelajaran. Kegiatan pembelajaran berisi penjelasan tentang: a. keterpaduan kompetensi inti pengetahuan dengan kompetensi inti keterampilan pada setiap kompetensi dasar; b. integrasi kompetensi inti sikap pada setiap kompetensi dasar dalam setiap kegiatan pembelajaran; c. metode pembelajaran yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai dengan mempertimbangkan: 1) kesesuaian dengan tujuan belajar; 2) kesesuaian dengan materi belajar; 3) ketersediaan media, alat, bahan, dan sumber belajar; 4) kemampuan dan karakter belajar peserta didik; 5) ketersediaan waktu; 6) variasi belajar; dan 7) pola interaksi antara pendidik dengan peserta didik, dan diantara sesama peserta didik. 5. Mengalokasikan waktu yang disesuaikan dengan ketersediaan dan kebutuhan belajar peserta didik; 6. Merumuskan garis besar penilaian yang memberikan petunjuk tentang bentuk, jenis instrumen penilaian dan rumusan tugas yang perlu dikembangkan sesuai dengan kompetensi dan indikator; dan 7. Menginformasikan sumber belajar yang meliputi alat, media, bahan ajar (buku, modul), sarana pembelajaran, sumber belajar alam dan sosial, serta lainnya yang disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan kapasitas kelompok belajar. 16 PANDUAN PENYELENGGARAAN DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 17

14 Adapun format yang bisa dipergunakan untuk mengembangkan silabus pembelajaran multikeaksaraan sebagai berikut: Tabel. 3 Format Silabus Pembelajaran Pendidikan Multikeaksaraan Kompetensi Inti Sikap : Kompetensi Inti Pengetahuan : Kompetensi Inti Keterampilan : Kompetensi Materi Kegiatan Alokasi Sumber Indikator Penilaian Dasar Pokok Pembelajaran Waktu Belajar Sebagai catatan. untuk kompetensi-kompetensi yang tidak bisa atau tidak relevan dikaitkan dengan tema/subtema tertentu misalnya untuk kompetensi yang terkait dengan berhitung, konsep keruangan atau konsep lainnya, dapat dikembangkan kegiatan pembelajaran secara langsung untuk mencapai kompetensi tersebut atau dikembangkan silabus secara mandiri. H. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan langkah kegiatan pembelajaran yang rinci untuk mencapai seperangkat kompetensi dasar dan/ atau indikator pencapaian kompetensi melalui tema/subtema tertentu yang kontekstual sebagai penjabaran dari silabus. RPP disusun oleh pendidik/tutor untuk satu pertemuan atau lebih. Pada pasal 11 ayat 1 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 42 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan, dijelaskan bahwa perencanaan pembelajaran pendidikan keaksaraan lanjutan paling sedikit memuat informasi yang berkaitan dengan: 1. Identitas lembaga dan rombongan belajar; 2. Kompetensi dasar; 3. Materi pembelajaran; 4. Indikator pencapaian kompetensi; 5. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran; 6. Penilaian; dan 7. Alokasi waktu. Perlu diketahui, bahwasanya butir yang harus diinformasikan dalam RPP pendidikan keaksaraan lanjutan, termasuk RPP pendidikan multikeaksaraan dapat dikembangkan oleh pendidik/tutor sesuai kondisi dan kebutuhan. Adapun prosedur pengembangan RPP multikeaksaraan adalah sebagai berikut: 1. Menuliskan identitas lengkap, dari mulai nama lembaga, kelompok belajar, desa/kelurahan/subdistrik, kecamatan/distrik, kabupaten/kota dan provinsi; 2. Menuliskan kompetensi dasar untuk menginformasikan seperangkat kemampuan dalam mendukung pencapaian kompetensi inti yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan dan sebagai acuan dalam perumusan indikator; 3. Menuliskan materi belajar sesuai dengan yang ditetapkan pada silabus pembelajaran; 4. Menjelaskan indikator pencapaian kompetensi dengan cara; a. memuat perilaku yang terukur dan/atau dapat diobservasi; b. menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu; c. merumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional; dan d. menjelaskan cakupan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 5. Menjelaskan kegiatan pembelajaran yang diuraikan dalam bentuk penjelasan prosedur sebagai berikut: a. kegiatan pendahuluan; antara lain menginformasikan tentang: 1) pengkondisian suasana belajar yang menyenangkan; 2) penyampaian kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari; 3) penyampaian keterkaitan kompetensi yang akan dipelajari dengan kompetensi yang sudah dipelajari; 4) penyampaian garis besar cakupan materi dan kegiatan belajar yang akan dilaksanakan; dan 5) penyampaian lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik. b. kegiatan inti, berisi proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian peserta didik. selain itu, pada kegiatan inti, pendidik harus memperhatikan perkembangan sikap peserta didik pada kompetensi dasar dari kompetensi inti sikap, 18 PANDUAN PENYELENGGARAAN DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 19

15 c. kegiatan penutup, antara lain menginformasikan tentang: 1) aktivitas membuat rangkuman atau simpulan; 2) refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang sudah selesai dilaksanakan; 3) umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; dan 4) rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya. d. mengungkapkan prosedur dan instrumen penilaian yang terdiri dari penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam membaca, menulis, berhitung, dan nilai tentang multikeaksaraan. e. menuliskan rencana penggunaan alokasi waktu yang sesuai dengan keperluan untuk pencapaian kompetensi dasar dengan proporsi pembagian waktu yang ideal. I. Pendekatan, Strategi, Metode, dan Teknik Pembelajaran 1. Pendekatan Pendekatan yang dipegunakan untuk memfasilitasi pembelajaran program pendidikan multikeaksaraan, adalah Pembelajaran Berbasis Karya yang diadopsi peristilahannya dari Project Based Learning (PBL) yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek secara kolaboratif yang pada akhirnya menghasilkan produk kerja yang dapat dipresentasikan kepada orang lain. Manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan pembelajaran berbasis karya dalam pendidikan multikeaksaraan, antara lain: a. meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai; b. meningkatkan kemampuan pemecahan masalah; c. membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan masalah-masalah yang kompleks; d. Meningkatkan kolaborasi; e. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi; f. Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumbersumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas g. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata; h. Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata; dan i. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran. 2. Strategi Strategi yang dipergunakan untuk mengimplementasikan pembelajaran berbasis karya dalam pendidikan multikeaksaraan, dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut: Bagan 1. Strategi Pembelajaran Berbasis Karya/Produk Multikeaksaraan Penjelasan strategi pembelajaran berbasis karya dalam pendidikan multikeaksaraan sebagai berikut. a. penentuan pertanyaan mendasar, pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas dalam bentuk karya bersama. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam dan pendidik harus berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk peserta didik; b. mendisain perencanaan karya sebagai bentuk penugasan, perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pendidik dan peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa memiliki atas karya tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian suatu karya; c. menyusun jadwal, pendidik dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan karya/tugas. Aktivitas pada tahap ini antara lain: 20 PANDUAN PENYELENGGARAAN DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 21

16 1) membuat rencana alokasi waktu untuk membuat karya; 2) membuat batas waktu penyelesaian proyek; 3) mengajak peserta didik agar merencanakan karya; dan 4) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu karya. d. pendampingan, pendidik bertanggungjawab untuk melakukan pendampingan terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan karya. Agar mempermudah proses monitoring, sebaiknya dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas. e. mengevaluasi hasil dan pengalaman belajar, dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur ketercapaian kompetensi yang telah ditetapkan. Selain itu, pendidk dan peserta didik harus bediskusi dalam rangka memperbaiki karya, sehingga pada akhirnya tercipta suatu karya untuk menjawab permasalahan peserta didik. f. menampilkan hasil karya, pendidik harus memfasilitasi terjadinya kegiatan untuk menampilkan hasil karya peserta didik kepada orang lain atau masyarakat luas, sebagai bentuk penghargaan dan memotivasi peserta didik untul terus belajar dan memanfaatkan hasil belajarnya dalam aktivitas kehidupannya sehari-hari. Selain pembelajaran berbasis karya/produk, strategi yang dapat dipergunakan untuk memfasilitasi pembelajaran pendidikan multikeaksaraan supaya dapat berjalan secafa efektif dan efesien, antara lain: a. problem possing adalah strategi untuk memfasilitasi analisa kritis peserta didik terhadap lingkungannya, dengan menempatkan pemberdayaan peserta didik sebagai pusat pengembangannya, dengan memperhatikan keadaan masyarakat pada saat ini; b. PRA (Participatory Rural Appraisal) merupakan suatu strategi pengkajian pedesaan secara partisipasif yang memungkinkan masyarakat desa saling berbagi, menambah dan menganalisis pengetahuan tentang kondisi kehidupannya dalam rangka untuk membuat perencanaan dan tindakan. Metode ini merupakan sarana efektif untuk memberdayakan warga masyarakat melalui pengkajian terhadap masalah-masalah yang muncul di pedesaan; dan c. BDPS (Belajar Dari Pengalaman Sendiri) merupakan suatu strategi belajar yang bertujuan untuk mempermudah pendidik dalam menggali minat dan kebutuhan belajar peserta didik sekaligus membelajarkan baca-tulishitung berdasarkan pengalaman, permasalahan yang dihadapi, minat dan kebutuhan, informasi yang dimiliki, ide/gagasan peserta didik. 3. Metode Pendidik dapat mempergunakan berbagai macam metode untuk menerampilkan materi belajar kepada peserta didik, Pemilihan metode belajar yang baik untuk memfasilitasi proses pembelajaran pada program pendidikan multikeaksaraan, minimal harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a. dapat membangkit motivasi belajar peserta didik; b. relevan dengan lingkungan dan dinamika kehidupan peserta didik; dan c. fungsional dan langsung bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Namun secara khusus, jenis metode pembelajaran pendidikan multikeaksaraan telah diatur dalam pasal 12 ayat (2) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 42 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan, Pada pasal tersebut bahwa metode untuk memfasilitasi pembelajaran pendidikan keaksaraan lanjutan, termasuk pendidikan multiekeaksaraan adalah: a. tatap muka adalah pembelajaran yang dilakukan dimana pendidik dan peserta didik bertatap muka secara langsung dan membahas materi yang secara utuh; b. tutorial adalah pembelajaran yang bersifat pembimbingan untuk tujuan pendalaman materi yang sulit, penguatan motivasi, dan peningkatan ketuntasan belajar. Tutorial juga dilakukan untuk membantu kelancaran proses belajar mandiri peserta didik secara perorangan atau kelompok berkaitan dengan materi belajar yang menunjang pencapaian kompetensi. Misalnya pada pembelajaran berhitung biasanya sedikit mengalami kesulitan, karena peserta didik sudah mampu mengenal/menghitung nilai nominal uang, jumlah ternak yang dimiliki, anak dan sebagainya. Akan tetapi ternyata peserta didik belum mampu menulis secara benar tentang penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perbandingan. Oleh karena itu, pendidik perlu membantu membenarkan berhitung yang sudah biasa dikenal dan digunakan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. c. pendampingan pada pendidikan multikeaksaraan dapat diartikan sebagai usaha pendidik untuk memberikan bantuan dan dukungan kepada peserta didik pada saat mereka mencoba untuk mengimplementasikan apa yang mereka peroleh dari setelah mengikuti pembelajaran. Misalnya pendidik melakukan pendampingan pada saat peserta didik mencoba mempraktikan pembuatan sebuah produk, belajar gerak senam Lansia, belajar membuat brosur/leaflet atau belajar membuat karya seni. 22 PANDUAN PENYELENGGARAAN DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 23

17 Akan tetapi, secara umum selain penggunaan ketiga metode tersebut, pendidik dapat juga mempergunakan metode belajar yang lainnya, seperti: a. Pendekatan Pengalaman Berbahasa (PPB), merupakan cara pembelajaran keaksaraan (baca-tulis) berdasarkan pengalaman. Warga belajar membaca dan menulis melalui proses membuat bahan belajar yang berasal dari ide atau kalimat yang diucapkan oleh warga belajar sendiri, bukan dari pendidik; b. kata kunci, dalam metode kata kunci, kata-kata kunci yang akan dijadikan bahan belajar dipilih dari berbagai alternatif kata yang diajukan oleh para peserta didik, kemudian kata-kata tersebut digunakan untuk memancing pikiran kritis peserta didik, sejak awal kegiatan sampai akhir kegiatan. c. bermain peran, metode bermain peran dalam pembelajaran multikeaksaraan merupakan usaha untuk memecahkan masalah melalui peragaan, serta langkah-langkah identifikasi masalah, analisis, pemeranan, dan diskusi. d. drill, kegiatan melakukan hal yang sama berulang-ulang secara sungguhsungguh dengan dengan tujuan untuk memperkuat suatu kemampuan supaya menjadi permanen, dan e. pembelajaran berbasis teks, merupakan pembelajaran yang mempergunakan teks-teks untuk menumbuh kemampuan membaca, menulis, dan berhitung sehingga teks tersebut bisa menjadi medium dan katalisator percepatan pemerolehan kompetensi berbahasa Indonesia pada peserta didik pendidikan multikeaksaraan. 4. Teknik Beberapa teknik belajar yang dapat dipergunakan untuk mendukung penerapan strategi dan metode pembelajaran pada program pendidikan multikeaksaraan, antara lain: a. membaca dan menulis 1) membuat kamus pribadi, sebagai contoh dari penggunaan metode PPB dengan cara membantu peserta didik menyusun kata-kata yang dipelajari melalui pendekatan pengalaman berbahasa di kelompok belajar. 2) menulis konkret, peserta didik diminta menulis kata-kata nyata, dengan cara menyalin, meniru atau menjiplak tulisan orang lain, seperti menulis nama diri, anggota keluarganya, meniru gambargambar nyata seperti gelas, piring, pisau dan sebagainya. 3) menulis pesan pendek, peserta didik diminta menulis suatu rangkaian kalimat (pesan pendek) yang dapat dimengerti orang lain. Pendidik tidak perlu khawatir jika kata-kata atau pesan yang ditulis peserta didik tersebut ejaannya belum lengkap 4) menuliskan pengalaman atau kegiatan yang dilakukan sehari-hari seperti, tentang riwayat hidup, aktivitas rutin harian, pengalaman pergi ke suatu tempat, dan lain-lain. 5) teknik peta, garis waktu atau kalender kegiatan. Proses membuat garis waktu atau kalender kegiatan sangat efektif untuk membelajarkan peserta didik memikirkan tentang penggunaan waktu atau membuat rencana kerja dalam kehidupan sehari-hari. 6) membuat tabel adalah salah satu teknik dari strategi PRA yang digunakan di kelompok belajar untuk membuat bahan belajar sendiri, serta mengumpulkan dan membandingkan informasi dari pengetahuan dan pengalaman, serta membantu peserta didik menulis tanggal untuk kegiatan di kalender. b. berhitung 1) survey kegiatan berhitung di masyarakat, tujuannya adalah untuk mengidentifikasi aktivitas (bagaimana, di mana, dan menggunakan media apa, serta mengapa) warga belajar melakukan kegiatan berhitung dalam kegiatan sehari-hari. Tutor perlu menggali hubungan ketrampilan berhitung dengan kegiatan fungsional yang biasa dilakukan warga belajar, seperti: takaran-takaran (ukuranukuran) untuk memasak, menjahit, pertukangan, dan sebagainya, alat bantu berhitung seperti kalkulator, sempoa, lidi dan sebagainya. 2) bermain klasifikasi; misalnya pendidik mengajak peserta didik untuk mengelompokkan atau mengalokasikan uang. 3) bermain statistika; misalnya pendidik mengajak peserta didik untuk memahami perbedaan dalam jumlah dan perbandingan dari hasil pengamatan terhadap suatu objek (dalam bentuk visual) yang berkaitan dengan pengolahan dan penafsiran data dalam teks tabel. 4) bermain ukuran; misalnya pendidik mengajak peserta didik untuk mengenal konsep ukuran standar, seperti satuan pengukuran luas, panjang, waktu, volume, berat, dan suhu. 5) bermain geometri; misalnya pendidik mengajak peserta didik untuk mengenal dan menyebutkan berbagai macam benda, berdasarkan bentuk geometri dengan cara mengidentifikasi bangun datar dan bangun ruang sederhana dari berbagai benda/produk; dan 6) bermain estimasi; misalnya pendidik mengajak peserta didik untuk memperkirakan (estimasi) biaya suatu karya/produk. 24 PANDUAN PENYELENGGARAAN DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 25

18 c. pembuatan karya/produk 1) demonstrasi; suatu cara untuk mempertunjukan atau memperagakan suatu hasil karya/tugas; 2) eksperimen; kegiatan dengan melakukan suatu percobaan dalam membuat suatu karya/tugas; dan 3) jalan-jalan keaksaraan; kegiatan untuk mengamati hal-hal di lingkungan sekitar yang berkaitan dengan pembuatan karya/produk yang menjadi materi belajar, seperti jalan-jalan ke toko souvenir, dan jalan-jalan ke daerah wisata sekitar. J. Sumber, Bahan, dan Media Pembelajaran Pendidik yang terlibat dalam pengelolaan program pendidikan multikeaksaraan dituntut mempunyai kemampuan untuk mengoptimalkan sumber belajar, mengembangkan bahan, dan media belajar untuk memfasilitasi penyampaian materi belajar kepada peserta didik, dan memudahkan peserta didik memahami materi belajar. 1. Sumber belajar, adalah segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku. Area atau tema belajar yang menjadi substansi dari program pendidikan multikeaksaraan, yang meliputi: 1) profesi, keahlian dan pekerjaan; 2) pengembangan dalam seni budaya, 3) sosial, politik dan kebangsaan, 4) kesehatan dan olah raga, dan 5) ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itulah sumber belajar yang diperlukan sangat berkaitan dengan ke-5 (lima) tema belajar tersebut, mengacu pada silabus yang telah dikembangkan Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, antara lain: a. buku referensi antara lain yang berkaitan dengan tema: 1) pertanian; 2) geometri; 3) pariwisata; 4) wawasan kebangsaan; 5) potensi daerah; 6) pengolahan pangan; dan 7) kerajinan tradisional. b. artikel dan/atau kliping yang berkaitan dengan: 1) budidaya pertanian; 2) kearifan budaya lokal; 3) jenis profesi dan pekerjaan; 4) peninggalan budaya bangsa indonesia; 5) dinamika kebangsaan: 6) pilkada; 7) ekonomi kreatif; 8) kesehatan lansia; 9) mata uang asing; 10) kemitraan usaha; 11) layanan keuangan; 12) program asuransi; dan 13) kejahatan keuangan. c. benda, antara lain: 1) alat-alat berbentuk bangun datar, bangun ruang, pengukuran, dll; 2) brosur/leaflet; dan 3) alat peraga uang. d. film, antara lain; 1) kebangsaan; 2) pelestarian warisan bangsa; 3) kesehatan lansia; 4) kerjasama ekonomi antar bangsa; 5) layanan bank dan keuangan mikro; 6) kisah pengusaha sukses; dan 7) pajak untuk pembangunan. 2. Bahan ajar, merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis ditujukan supaya peserta didik termotivasi untuk mempelajari materi ajar. Bahan belajar berisi materi yang bersifat pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus diketahui atau diampu peserta didik, sesuai dengan kompetensi dasar masing-masing materi belajar. Bahan ajar pendidikan multikeaksaraan dapat berupa buku referensi, diktat, buku ajar, maupun modul yang berkaitan dengan tema belajar yang masing-masing kelompok belajar, dan sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik. 3. Media belajar, adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan atau pembelajaran dengan efektif dan efisien. Media belajar yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran multikeaksaraan, dapat berbentuk: a. media audio, yang mengandalkan kemampuan suara seperti radio, kaset; b. media visual yaitu media yang menampilkan gambar diam seperti foto, poster; 26 PANDUAN PENYELENGGARAAN DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 27

19 c. media audio video yaitu media yang menampilkan suara dan gambar seperti film; d. media berbasis komputer yaitu media pembelajaran berbantuan komputer, seperti powerpoint; dan e. alat peraga, dapat berupa benda maupun bentuk lain untuk mempermudah visualisasi materi belajar. K. Penilaian Pembelajaran Penilaian pada pendidikan multikeaksaraan dilaksanakan oleh pendidik; dan Dinas, dalam hal ini Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Penilaian oleh pendidik dilakukan pada awal, proses, dan akhir pembelajaran, sementara itu penilaian oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dilakukan pada akhir program pendidikan multikeaksaraan melalui pembentukan tim secara berkesinambungan untuk mengetahui tingkat capaian program pembelajaran peserta didik sesuai kompetensi lulusan pendidikan multikeaksaraan. 1. Penilaian oleh pendidik a. penilaian awal, dapat dilaksanakan melalui: 1) portofolio; menelaah perolehan nilai membaca, menulis, dan berhitung yang terdapat pada SUKMA peserta didik; 2) tes lisan; misalnya dengan cara meminta peserta didik untuk menjawab tentang data diri minimal dalam tiga kalimat sederhana yang ditujukan untuk mengetahui minat dan motivasi belajar peserta didik; 3) tes tulisan; misalnya dengan cara mempersilahkan peserta didik untuk menulis pada selembar kertas atau di papan tulis; dan 4) unjuk kinerja; misalnya dengan cara mempersilahkan peserta didik mengerjakan soal membaca dan berhitung operasional perkalian, pembagian, penambahan, maupun pengurangan. b. penilaian proses terhadap dimensi: 1) sikap, dapat dilakukan dengan teknik observasi, penyebaran instrumen penilaian diri, dan jurnal pembelajaran; 2) pengetahuan; dapat dilaksanakan dengan memberikan tes tertulis, tes lisan, penugasan, dan observasi.; dan 3) keterampilan, dapat dilakukan dengan penilaian portofolio dan observasi; c. penilaian akhir pembelajaran, dilakukan pendidik/tutor untuk mengukur ketercapain satu kompetensi dasar atau satu materi pembelajaran yang sudah ditetapkan pada silabus pembelajaran pendidikan multikeaksaraan. Penilaian akhir belajar, dapat dilakukan melalui tes formatif, penilaian produk/karya, dan penilaian untuk kinerja/praktik. 2. Penilaian oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota Penilaian akhir dilaksanakan setelah peserta didik tuntas mengikuti pembelajaran multikeaksaraan sesuai dengan SKL yang ditetapkan. Penilaian dilakukan untuk memperoleh: a. data capaian kompetensi pendidikan multikeaksaraan; b. informasi tentang tingkat capaian hasil belajar peserta didik dengan mengacu pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pendidikan multikeaksaraan; dan c. informasi tentang jumlah peserta didik yang berhak memperoleh SUKMA Lanjutan. Peserta didik yang berhak dilibatkan dalam penilaian akhir pendidikan multikeaksaraan adalah mereka yang memenuhi kriteria: a. sudah mengikuti proses pembelajaran pendidikan multikeaksaraan, minimal 86 menit; b. telah tuntas mempelajari semua kompetensi multikeaksaraan yang telah ditetapkan; c. kehadiran minimal 80% dibuktikan dengan daftar hadir dan portofolio kemajuan belajar. Unsur yang menjadi tim pelaksana penilaian akhir pendidikan multikeaksaraan adalah pendidik atau tenaga kependidikan yang memenuhi kriteria: a. ditetapkan melalui SK yang ditandatangani Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau Kepala Bidang PNF; dan b. kualifikasi pendidikan minimal SMA/Sederajat, kecuali untuk daerahdaerah tertentu. L. Tindak Lanjut Pembelajaran Konsekuensi dari pembelajaran tuntas adalah tuntas atau belum tuntas. Bagi peserta didik yang belum mencapai KKM maka dilakukan tindakan remedial dan bagi peserta didik yang sudah mencapai atau melampaui ketuntasan belajar dilakukan pengayaan. Pembelajaran remedial dan pengayaan dilaksanakan untuk kompetensi pengetahuan dan keterampilan, sedangkan sikap tidak ada remedial atau pengayaan namun menumbuhkembangkan sikap, perilaku, dan pembinaan karakter setiap peserta didik. 28 PANDUAN PENYELENGGARAAN DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 29

20 M. Kriteria Kelulusan dan Pengakuan Hasil Belajar Kriteria nilai bagi peserta didik yang mengikuti penilaian akhir pendidikan multikeaksaraan sebagai berikut: Tabel. 4 Kriteria Nilai Kelulusan Pendidikan Multikeaksaraan Rentang Nilai Klasifikasi Nilai Predikat A Sangat Baik B Baik C Cukup 55 D Kurang Peserta didik pendidikan multikeaksaraan yang dinyatakan lulus adalah yang memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Minimal mendapatkan nilai akhir 56 dengan kriteria cukup; 2. Memperoleh keterangan bahwa peserta didik bersikap positif dari pendidik; dan 3. Disiplin selama mengikuti pembelajaran (80% kehadiran). Peserta didik yang telah memenuhi kompetensi lulusan pendidikan multikeaksaraan memperoleh sertifikat berupa Surat Keterangan Melek Aksara Lanjutan (SUKMA-L). Gambar. 1. Tampak Depan SUKMA-Lanjutan G ambar. 2. Tampak Belakang SUKMA-Lanjutan Surat Keterangan Melek Aksara Lanjutan (SUKMA-L) merupakan bentuk pengakuan hasil belajar yang diterbitkan oleh Dinas dan ditandatangani oleh Kepala Bidang yang menangani pendidikan nonformal atas nama Kepala Dinas. Akan tetapi, nomor SUKMA-Lanjutan dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, N. Kriteria Keberhasilan Kriteria keberhasilan pembelajaran program pendidikan multikeaksaraan dapat diukur dari: 1. Pembelajaran berjalan kurang lebih 3 (tiga) bulan dengan struktur program belajar minimal 86 jam@60 menit; 2. Tingkat kehadiran peserta didik minimal 80 % dibuktikan dengan daftar kehadiran dan kemajuan belajar; 3. Terdokumentasikannya dokumen pembelajaran dan portofolio hasil kemajuan belajar peserta didik; 4. Minimal 80% peserta didik lulus dan memperoleh Surat Keterangan Melek Aksara Lanjutan (SUKMA-L); 30 PANDUAN PENYELENGGARAAN DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 31

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEAKSARAAN USAHA MANDIRI

PENDIDIKAN KEAKSARAAN USAHA MANDIRI PENDIDIKAN KEAKSARAAN USAHA MANDIRI i KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Pasca tahun 2015, seluruh negara anggota UNESCO menyepakati tujuan pendidikan global,

Lebih terperinci

2 Menetapkan : Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410); 3

2 Menetapkan : Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410); 3 No. 1264, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Pendidikan Keaksaraan Dasar. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian Seri 1 Sikap Wirausaha Seri 2 Pandai Mencari Peluang Usaha Seri 3 Terampil Membuat Produk Usaha Seri 4 Terampil Menghitung Biaya Produksi Usaha Seri 5

Lebih terperinci

Pasca tahun 2015, seluruh negara anggota UNESCO menyepakati tujuan

Pasca tahun 2015, seluruh negara anggota UNESCO menyepakati tujuan i KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Pasca tahun 2015, seluruh negara anggota UNESCO menyepakati tujuan pendidikan global, yaitu memastikan pendidikan yang

Lebih terperinci

Panduan Teknis Apresiasi Layanan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Melalui. Lomba Keberaksaraan Warga Belajar Pendidikan Keaksaraan Tahun 2017

Panduan Teknis Apresiasi Layanan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Melalui. Lomba Keberaksaraan Warga Belajar Pendidikan Keaksaraan Tahun 2017 Panduan Teknis Apresiasi Layanan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Melalui Lomba Keberaksaraan Warga Belajar Pendidikan Keaksaraan Tahun 2017 DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DAN KESETARAAN

Lebih terperinci

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian Seri 1 Sikap Wirausaha Seri 2 Pandai Mencari Peluang Usaha Seri 3 Terampil Membuat Produk Usaha Seri 4 Terampil Menghitung Biaya Produksi Usaha Seri 5

Lebih terperinci

Bahan Ajar Keaksaraan Dasar Tema Kehutanan

Bahan Ajar Keaksaraan Dasar Tema Kehutanan Bahan Ajar Keaksaraan Dasar Tema Kehutanan Seri 1 Membaca dan Menulis Huruf Seri 2 Membaca, Menulis Angka dan Kalimat Sederhana Seri 3 Belajar Berhitung Permulaan Seri 4 Membaca dan Menulis Teks Sederhana

Lebih terperinci

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian Seri 1 Sikap Wirausaha Seri 2 Pandai Mencari Peluang Usaha Seri 3 Terampil Membuat Produk Usaha Seri 4 Terampil Menghitung Biaya Produksi Usaha Seri 5

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DASAR

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DASAR SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2013 PENDIDIKAN. Standar Nasional Pendidikan. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET A, PROGRAM PAKET B, DAN PROGRAM PAKET C DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEAKSARAAN USAHA MANDIRI

PENDIDIKAN KEAKSARAAN USAHA MANDIRI PENDIDIKAN KEAKSARAAN USAHA MANDIRI i KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Pasca tahun 015, seluruh negara anggota UNESCO menyepakati tujuan pendidikan global,

Lebih terperinci

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 95 Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian Seri 1 Seri 2 Seri 3 Seri 4 Seri 5 Seri 6 Seri 7 Sikap Wirausaha Pandai Mencari Peluang Usaha Terampil Membuat Produk Usaha Terampil Menghitung Biaya

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L No. 1449, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPORA. Sentra Pemberdayaan Pemuda. PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG SENTRA PEMBERDAYAAN PEMUDA DENGAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH

PEDOMAN PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2014 TENTANG PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH PEDOMAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG KURIKULUM MUATAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG KURIKULUM MUATAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG KURIKULUM MUATAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang Mengingat : a. bahwa pendidikan

Lebih terperinci

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG (Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG UPT SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) KABUPATEN BANDUNG 2017 DESAIN PEMBELAJARAN Oleh: Yaya Sukarya,

Lebih terperinci

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian Seri 1 Seri 2 Seri 3 Seri 4 Seri 5 Seri 6 Seri 7 Sikap Wirausaha Pandai Mencari Peluang Usaha Terampil Membuat Produk Usaha Terampil Menghitung Biaya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEAKSARAAN DASAR

PENDIDIKAN KEAKSARAAN DASAR PENDIDIKAN KEAKSARAAN DASAR i KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Pasca tahun 2015, seluruh negara anggota UNESCO menyepakati tujuan pendidikan global, yaitu

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN LITERASI KABUPATEN SEMARANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN LITERASI KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN LITERASI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

MONITORING DAN EVALUASI

MONITORING DAN EVALUASI MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN NSPK Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria PETUNJUK TEKNIS MONITORING DAN EVALUASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 733 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN NON FORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 733 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN NON FORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 733 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN NON FORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI GARUT, : a. bahwa sehubungan dengan telah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

A. KUALIFIKASI PEMBIMBING

A. KUALIFIKASI PEMBIMBING LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 41 TAHUN 2009 TANGGAL 30 JULI 2009 A. KUALIFIKASI PEMBIMBING STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN Standar kualifikasi pembimbing pada kursus

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUWANGI

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 14 Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

SILABUS PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

SILABUS PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN SILABUS PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 1. TEMA PROFESI, KEAHLIAN, DAN PEKERJAAN Subtema Pekerjaan dan Usaha di Bidang Pertanian 2. TEMA PENGEMBANGAN SENI BUDAYA Subtema Kearifan Budaya Lokal 3. TEMA SOSIAL,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN

Lebih terperinci

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian Seri 1 Sikap Wirausaha Seri 2 Pandai Mencari Peluang Usaha Seri 3 Terampil Membuat Produk Usaha Seri 4 Terampil Menghitung Biaya Produksi Usaha Seri 5

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP. Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP

EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP. Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP Mekanisme Pengembangan RPP 1. Perencanaan Tahap pertama dalam pembelajaran yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Kebijakan Ditjen PAUD dan Dikmas Terkait Akreditasi PAUD dan PNF

Kebijakan Ditjen PAUD dan Dikmas Terkait Akreditasi PAUD dan PNF Kebijakan Ditjen PAUD dan Dikmas Terkait Akreditasi PAUD dan PNF Harris Iskandar Direktur Jenderal Disampaikan pada Rapat Koordinasi BAN PAUD dan PNF dan BAP PAUD dan PNF Tahun 2017 Bogor, 23 November

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 10

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 10 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang

Lebih terperinci

2 Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara

2 Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.45, 2015 PENDIDIKAN. Standar Nasional. Kurikulum. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5670) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN MUATAN LOKAL KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG DUKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DAN RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN KEPADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Kebijakan Ditjen PAUD dan Dikmas dalam Penguatan dan Pemanfaatan Hasil Akreditasi

Kebijakan Ditjen PAUD dan Dikmas dalam Penguatan dan Pemanfaatan Hasil Akreditasi Kebijakan Ditjen PAUD dan Dikmas dalam Penguatan dan Pemanfaatan Hasil Akreditasi Harris Iskandar Direktur Jenderal PAUD dan Dikmas Disampaikan pada Rakornas BAN PAUD dan PNF Tahun 2018 Yogyakarta, 22

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa arsitek dalam mengembangkan diri memerlukan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.877, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Pendidikan Nonformal. Satuan. Pendirian. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN

Lebih terperinci

PANDUAN PENGEMBANGAN RPP

PANDUAN PENGEMBANGAN RPP PANDUAN PENGEMBANGAN RPP 1. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015

KEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015 KEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015 Disampaikan pada Temu Koordinasi Penyelenggara Program Pendidikan Masyarakat Bandung, 30 April 2015 oleh: Dr. Ir.

Lebih terperinci

Direktur Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan

Direktur Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Direktur Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan engembangan program pendidikan keaksaraan dan kesetaraan terus dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan dinamika masyarakat di luar sistem persekolahan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERAN PENTING SAKA WIDYA BUDAYA BAKTI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PAUD DAN PNFI

PERAN PENTING SAKA WIDYA BUDAYA BAKTI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PAUD DAN PNFI PERAN PENTING SAKA WIDYA BUDAYA BAKTI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PAUD DAN PNFI Disampaikan pada Kegiatan Workshop Saka Widya Budaya Bakti Di Pekanbaru Riau tgl 9 April 2015 DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PEDOMAN DIKLAT TUTOR INTI

PEDOMAN DIKLAT TUTOR INTI PEDOMAN DIKLAT TUTOR INTI DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN NONFORMAL TAHUN 2009

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. A. SIMPULAN Berdasarkan temuan dan hasil analisis data yang diperoleh dari kegiatan studi

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. A. SIMPULAN Berdasarkan temuan dan hasil analisis data yang diperoleh dari kegiatan studi BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. SIMPULAN Berdasarkan temuan dan hasil analisis data yang diperoleh dari kegiatan studi pendahuluan, uji coba terbatas, uji coba lebih luas dan uji validasi,

Lebih terperinci

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA KTSP DAN IMPLEMENTASINYA Disampaikan pada WORKSHOP KURIKULUM KTSP SMA MUHAMMADIYAH PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA Tanggal 4-5 Agustus 2006 Oleh : Drs. Marsigit MA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KTSP DAN

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar Profesi Keguruan Rulam Ahmadi BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU A. Kompetensi Dasar Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar kompetensi guru yang meliputi guru PAUD/TK/RA, guru SD/MI,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga masyarakat yang buta aksara merupakan penghambat utama baginya untuk bisa

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga masyarakat yang buta aksara merupakan penghambat utama baginya untuk bisa PENDAHULUAN A. Latar Belakang Warga masyarakat yang buta aksara merupakan penghambat utama baginya untuk bisa mengakses informasi, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap positifnya. Akibatnya,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT Jalan Jenderal Sudirman, Gedung E Lantai III, Senayan, Jakarta 10270 Telepon 021-5725061, Fax.:

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI BANYUWANGI

- 1 - BUPATI BANYUWANGI - 1 - BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

Lebih terperinci

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan No.179, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ORGANISASI. Arsitek. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6108) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN. Oleh: Fitta Ummaya Santi

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN. Oleh: Fitta Ummaya Santi PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN Oleh: Fitta Ummaya Santi Fitta Ummaya Santi SASARAN Peserta didik program pendidikan keaksaraan dasar adalah penduduk buta aksara, usia 15-59 tahun Tutor Memiliki

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS ORIENTASI TEKNIS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

PETUNJUK TEKNIS ORIENTASI TEKNIS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN PETUNJUK TEKNIS ORIENTASI TEKNIS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL,

Lebih terperinci

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus A. Prinsip Pengembangan Silabus Prinsip-prinsip pengembangan silabus adalah: 1. Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia. Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia. Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 1. BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PROGRAM GERAKAN MASYARAKAT PEMBERANTASAN TRIBUTA DAN PENGANGKATAN MURID PUTUS SEKOLAH KABUPATEN BANYUWANGI Menimbang

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN. Direktur Jenderal PNFI Depdiknas

KATA SAMBUTAN. Direktur Jenderal PNFI Depdiknas KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal PNFI Depdiknas i Pendidikan diselenggarakan secara berkeadilan, bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat baik lokal, nasional, maupun global sehingga mampu mewujudkan

Lebih terperinci

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP Makalah disampaikan pada Pelatihan dan Pendampingan Implementasi KTSP di SD Wedomartani Oleh Dr. Jumadi A. Pendahuluan Menurut ketentuan dalam Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA TERNATE, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DITJEN PAUD DAN DIKMAS DALAM PENGEMBANGAN MUTU SATUAN PENDIDIKAN PAUD DAN DIKMAS

KEBIJAKAN DITJEN PAUD DAN DIKMAS DALAM PENGEMBANGAN MUTU SATUAN PENDIDIKAN PAUD DAN DIKMAS KEBIJAKAN DITJEN PAUD DAN DIKMAS DALAM PENGEMBANGAN MUTU SATUAN PENDIDIKAN PAUD DAN DIKMAS Ir. Agus Pranoto Basuki, M.Pd KEPALA BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PAUD

Lebih terperinci

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG . BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI MURUNG

Lebih terperinci

IKATAN MAHASISWA PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH INDONESIA (IMADIKLUS INDONESIA)

IKATAN MAHASISWA PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH INDONESIA (IMADIKLUS INDONESIA) PENDAHULUAN Aksara merupakan sistem penulisan suatu bahasa dengan menggunakan tanda-tanda simbol, bukan hanya sebagai huruf atau rangkaian abjad. Aksara merupakan suatu sarana yang menghantar cakrawala

Lebih terperinci

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP RPP Pengertian, Komponen dan Prinsip Penyusunan RPP Pengertian RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI Teks tidak dalam format asli. Kembali LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA - 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pasal 14 ayat (1) dan ayat (2) serta

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Penataan Kelembagaan PKBM

Penataan Kelembagaan PKBM Penataan Kelembagaan PKBM Ella Yulaelawati, M.A., Ph.D. Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang

Lebih terperinci

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 1 Penegasan Istilah Istilah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan terutama untuk

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Berdasarkan : Permendikbud no. 22/2016 Tentang Standar Proses endidikan Dasar &

Lebih terperinci

P Direktur Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan

P Direktur Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan P Direktur Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan engembangan program pendidikan keaksaraan dan kesetaraan terus dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan dinamika masyarakat di luar sistem persekolahan, sebagai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 03 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 03 TAHUN 2016 TENTANG MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 03 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS SUPERVISI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti kurikulum KTSP dengan kurikulum 2013 dengan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.160.2015 KEMENDESA-PDT-TRANS. Desa. Pendampingan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci