BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN. PT Satrya Perkasa Esthetika Film merupakan salah satu importir film-film
|
|
- Hadi Wibowo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Sejarah Singkat PT Satrya Perkasa Esthetika Film merupakan salah satu importir film-film Hollywood tertua di Indonesia yang melakukan impor film dari Eropa dan Amerika. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 19 Juli 1985 dan beralamat di Jalan KH. Wahid Hasyim No. 96, Jakarta Pusat, yang dimiliki dan dioperasikan oleh pemilik dan pengelola Grup 21/XXI. Tujuan didirikannya PT Satrya Perkasa Esthetika Filmadalah menjadi salah satu perusahaan importir film layar lebar yang mampu menghadirkan film-film berkualitas sebagai suplisi dunia Perfilman Nasional sebagaimana di atur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1992 tentang Perfilman. Pada tahun 1991, PT Satrya Perkasa Esthetika Film menjalin kerja sama distribusi film dengan Universal International Pictures dan Columbia Pictures serta mengkhususkan operasi importasinya pada film-film yang diproduksi atau diedarkan oleh kedua perusahaan tersebut. PT Satrya Perkasa Esthetika Film tergolong sebagai importir film-film grade A dimana perusahaan ini mengimpor enam produksi studio utama Motion Picture Association of America (MPAA) yakni Paramount Pictures, Walt Disney, Sony Pictures, Twentieth Century Fox, Universal Studios dan Warner Bros. Jumlah ratarata judul yang diimpor oleh PT Satrya Perkasa Esthetika Film dalam 5 (lima) tahun terakhir berkisar antara 50 (lima puluh) sampai 70 (tujuh puluh) judul film per tahun. 35
2 Visi dan Misi Visi dan misi perusahaan sangatlah penting agar semua elemen kegiatan, fungsi dan strategi dalam perusahaan selalu selaras. Berikut adalah visi dan misi PT Satrya Perkasa Esthetika Film: Visi : Menjadi salah satu perusahaan importir film layar lebar yang menghadirkan filmfilm berkualitas. Misi : Memberikan hiburan kepada masyarakat dengan mengimpor film-film layar lebar berkualitas yang bersifat menghibur dan mendidik Bidang Usaha PT Satrya Perkasa Esthetika Film memfokuskan usahanya sebagai perusahaan importir film-film dari luar negeri yaitu dari beberapa negara produsen film seperti Amerika Serikat dan Eropa. Film yang diimpor tersebut diedarkan ke Pengusaha Bioskop Indonesia Struktur Organisasi Bentuk struktur organisasi PT Satrya Perkasa Esthetika Film yaitu berbentuk line dan staff, dimana kekuasaan mengalir dari puncak pimpinan sampai kepada unit organisasi yang berada dibawahnya. Berikut adalah struktur perusahaan PT Satrya Perkasa Esthetika Film. 36
3 RUPS KOMISARIS Jimmy Herjanto DIREKTUR TR Anitio MANAGER UMUM MANAGER HRD MANAGER KEUANGAN MANAGER OPERASIONAL STAFF STAFF ACCOUNTING ADMINSTRA- TION (Sumber : PT Satrya Perkasa Esthetika Film) Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT Satrya Perkasa Esthetika Film Uraian Kerja Terkait Berikut adalah uraian kerja pada PT Satrya Perkasa Esthetika Film : 1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Merupakan forum para pemegang saham untuk mengambil sebuah keputusan penting mengenai modal yang ditanam dalam perusahaan. 2. Komisaris Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan perusahaan dalam pengembangan perusahaan, mengadakan pembinaan dan pelaksanaan kegiatan perusahaan. 37
4 3. Direktur Bertanggung jawab untuk merumuskan kebijakan-kebijakan yang akan ditempuh oleh perusahaan dan secara keseluruhan dalam pelaksanaan impor dalam menyetujui Purchase Orderfilm yang akan dipesan dari produsen. 4. Manager Umum Bertanggung jawab atas pengambilan keputusan dan tercapainya tujuan perusahaan serta sebagai pengendali seluruh tugas dan fungsi-fungsi dalam perusahaan. 5. Manager Human Resource Development (HRD) Bertanggung jawab dalam membuat perencanaan dan pengembangan, mendokumentasikan data dan menyiapkan program kesejahteraan karyawan. 6. Manager Keuangan Bertanggung jawab untuk merancang dan menetapkan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan dan juga mencatat setiap transaksi yang terjadi dalam proses impor. Bagian ini membawahi bagian akuntansi dan administrasi. Tugas bagian akuntansi adalah menyelesaikan administrasi pembukuan atas transaksi keuangan yang terjadi dalam perusahaan dan menghasilkan laporan keuangan. Tugas bagian administrasi adalah menginput data-data yang diperoleh perusahaan yang berhubungan dengan kegiatan impor perusahaan. 7. Manager Operasional Bertanggung jawab dalam : a. Membuat Purchase Order untuk produsen film. b. Mengajukan Purchase Orderkepada Direktur agar disetujui untuk mengimpor film. 38
5 c. Menghubungi PPJK untuk mengurus kepabeanan atas barang yang diimpor. d. Mengurus dokumen-dokumen yang digunakan dalam proses impor. 8. Staff Bertanggung jawab terhadap manager atas pekerjaan yang ditugaskan oleh manager masing-masing bagian Kebijakan Perpajakan Perusahaan Prosedur Perpajakan Kewajiban perpajakan yang sudah diterapkan oleh perusahaan adalah : 1. Pajak Pertambahan Nilai PT Satrya Perkasa Eshtetika Film dalam hal melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dengan penghitungan dasar pengenaan pajak dikalikan 10% dan dibuatkan Faktur Pajak Standar yang akan digunakan sebagai bukti pungutan pajak dalam hal melakukan penyerahan Barang Kena Pajak yang akan digunakan untuk melaporkan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran yang dilakukan setiap Masa Pajak bukanan dengan menggunakan SPT Masa PPN. 2. Pajak Penghasilan Pasal 21 Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, untuk itu perusahaan diwajibkan untuk memotong Pajak Penghasilan atas gaji setiap karyawan yang dibayarkan oleh perusahaan yang seluruhnya ditanggung perusahaan. 3. Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor PT Satrya Perkasa Eshtetika Film dalam hal pembayaran PPh Pasal 22 atas impor dilakukan setiap bulan oleh perusahaan berdasarkan Undang-Undang 39
6 Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 22 atas impor dan juga dilakukan dan dihitung sendiri (self assessment) oleh perusahaan pada akhir tahun Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian eksploratoria (penelitian kualitatif) yaitu suatu penelitian yang cenderung kepada analisis terhadap objek penelitian berupa keterangan secara tertulis maupun lisan dari pemikiran dan aktifitas lembaga. Pendekatan penelitian ini ialah mengembangkan pengertian, konsep-konsep yang pada akhirnya menjadi teori. Penulis menggunakan penelitian ini untuk meneliti sesuatu yang belum diketahui dan belum dipahami dengan baik berkaitan dengan bidang perpajakan pada usaha importir film. Penulis menggunakan data primer untuk menyelesaikan penelitian ini. Yang dimaksud dengan data primer adalah pengumpulan data yang diperoleh dengan melakukan tinjauan langsung ke tempat yang diteliti seperti melakukan inquires of the client, dokumentasi,wawancara dan juga reperformance Metode Pengumpulan Data Dalam memperoleh data yang dibutuhkan, penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data diantaranya sebagai berikut : a. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Pengumpulan data dilakukan dengan mempelajari dan membaca buku-buku dari perpustakaan dan mencari data-data lain yang mendukung proses pembahasan dan penyelesaian masalah. 40
7 b. Penelitian Lapangan (Field Research) Pengumpulan data dilakukan melalui peninjauan langsung ke PT Satrya Perkasa Esthetika Film guna memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan cara : 1. Inquires of the client Metode ini dilakukan guna memperoleh informasi mengenai latar belakang dari objek penelitian seperti struktur organisasi, tugas dan wewenang dan sejarah dari objek penelitian serta informasi lain yang berhubungan dengan penelitian. 2. Dokumentasi Metode ini dilakukan guna mengumpulkan dokumen yang berhubungan dengan masalah yang dibahas seperti : a. Pemberitahuan Impor Barang (PIB) b. Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP) c. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai 3. Wawancara Pengumpulan data ini dilakukan dengan tanya jawab baik dengan pimpinan maupun dengan karyawan yang berada di PT Satrya Perkasa Esthetika Film guna memperoleh informasi yang lebih jelas mengenai masalah yang akan dibahas didalam penelitian. 4. Reperformance Pengumpulan data dengan melaksanakan penelitian yang dilakukan kembali atas segala perubahan-perubahan yang ada dan juga memberikan pendapat atau saran kepada pihak perusahaan. Yang dilakukan penulis adalah melakukan penghitungan atas Bea Masuk, Pajak Pertambahan 41
8 Nilai dan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor film berdasarkan datadata yang ada pada tahun 2008, 2009 dan 2010 sesuai dengan peraturan yang dalam PMK No. 102/PMK.011/ Inti Bahasan Dalam inti bahasan ini, dijelaskan tentang tata pelaksanaan impor dari mulai perencanaannya, penghitungan pajak atas impor, dokumen-dokumen yang digunakan, sarana yang digunakan dalam pelaksanaan impor sampai pelaksanaan pembayaran pajak dalam rangka impor yang dilakukan oleh PT Satrya Perkasa Esthetika Film PelaksanaanImpor di PT Satrya Perkasa Esthetika Film Proses pelaksanaan impor pada PT Satrya Perkasa Esthetika Film dimulai dari pembuatan Purchase Orderyang berisi jenis dan jumlah copy film yang akan diimpor. Sebelum dilakukan proses pemesanan ke produsen film,purchase Order tersebut harus disetujui oleh Direktur. Setelah mendapatkan persetujuan Direktur dan memperoleh Surat Keterangan Pemasukan Barang, Purchase Order tersebut dikirim ke produsen film. Dalam waktu sekitar 2 (dua) sampai 3 (tiga) hari, produsen film di Amerika mengirimkan film dari Thailand dan Australia melalui udara. Selama dalam perjalanan dari Thailand dan Australia, PT Satrya Perkasa Esthetika Film dengan menggunakan jasa PPJK untuk menyiapkan Arrival Notice 1 (satu) atau 2 (dua) hari sebelum pesawat tiba. Setelah pesawat datang, butuh waktu 2 (dua) sampai 3 (tiga) hari untuk proses bongkar ke gudang. Pembongkaran dan pengecekan barang di gudang disertai surat rekomendasi dilakukan bila barang dikirim dalam satu pesawat dengan barang 42
9 yang diimpor oleh importir lain. Namun, apabila barang yang dikirim dalam satu pesawat, maka tidak perlu dilakukan pembongkaran barang, tetapi hanya dilakukan pengecekan barang. Setelah 1 (satu) hari barang disimpan di gudang, dilakukan pembayaran biaya PIB sebagai biaya atas impor seperti Bea Masuk, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor oleh PPJK beserta penyerahan Surat Keterangan Rekomendasi Impor dan dokumen-dokumen lainnya yang tertera dalam Surat Tanda Terima Dokumen. PT Satrya Perkasa Esthetika Film mendapat bukti setor pajak SSPCP (Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak lainnya). Pembayaran yang dilakukan PPJK yaitu dengan menulis HS. Kode barang yang bersangkutan ke dalam aplikasi Bea Cukai, maka selanjutnya dapat diketahui berapa Bea Masuk, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor yang harus dibayar. Bila nilai pajak yang terutang di atas Rp maka pajak yang akan dibayarkan oleh PT Satrya Perkasa Esthetika Film dengan menggunakan cek. Pengambilan DO (Delivery Order) gudang dilakukan 1 (satu) hari setelah pembayaran PIB. Lalu memasukkan data PIB ke Bea Cukai untuk ditentukan Pemberitahuan Jalur Merah (PJM) oleh PPD (Pejabat Pemeriksa Dokumen). Selanjutnya PPD menunjuk PFPD (Pejabat Fungsional Pemeriksa Dokumen) untuk melakukan pengecekan fisik barang. Lalu setelah 2 (dua) sampai 3 (tiga) hari dibuat Berita Acara atau Laporan Hasil Pemeriksaan dan Berita Acara Pemeriksaan Fisik Barang Impor. Setelah Berita Acara dibuat, 2 (dua) hari setelahnya diserahkan ke PPD. Bila hasil pemeriksaan sesuai, maka dikeluarkan SPPB (Surat Pemberitahuan Pengeluaran Barang) oleh Bea Cukai dan barang dapat keluar 1 (satu) hari setelah dikeluarkan SPPB. Tapi bila hasil tidak sesuai, ditentukan Kasi P2 (Pencegahan dan 43
10 Penindakan) dan ditunjuk Pelaksana P2 untuk dilakukan pencegahan oleh Pelaksana P2 dengan cara penyegelan dan P2 membuat Berita Acara ke PPD. Setelah dikeluarkan SPPB, PPJK mengajukan Surat Pembukaan Segel ke Kasi P2 untuk dibuat Surat Tugas Pembukaan Segel. Lalu petugas yang ditunjuk melakukan pembukaan segel dan membuat Berita Acara yang ditandatangani oleh Kepala Hanggar. Setelah proses pengeluaran SPPB, maka barang dapat keluar dan langsung diambil atau dikirim ke PT Satrya Perkasa Esthetika Film Penghitungan Pajak Atas Impor Film Dalam menghitung pajak dalam rangka impor terdapat hal-hal yang harus diketahui terlebih dahulu, diantaranya Nilai Invoice(Cost), Biaya Perjalanan (Freight), Asuransi (Insurance), tarif Bea Masuk, tarif Pajak Pertambahan Nilai, tarif Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor dan NDPBM (Nilai Dasar Penghitungan Bea Masuk) yang berlaku. Setelah diketahui hal-hal tersebut, maka selanjutnya dapat dilakukan penghitungan pajak atas impor. Penghitungan pajak atas impor dilakukan dengan menghitung besaran tarif yang bersangkutan. Tarif tersebut dikalikan dengan DPP (Dasar Pengenaan Pajak) yang merupakan jumlah dari Cost, Insurance and Freight (CIF). Berikut ini adalah rumus yang berlaku untuk menghitung impor : Bea Masuk = (Cost + Insurance + Freight) x Tarif Bea Masuk PPN Impor = ((Cost + Insurance + Freight) + Bea Masuk) x 10% PPh Pasal 22 = ((Cost + Insurance + Freight) + Bea Masuk) x 2,5% (memiliki API) 44
11 Berdasarkan rumus untuk menghitung besarnya pajak yang dikenakan atas impor film, dapat diketahui besarnya pajak yang harus dibayar oleh PT Satrya Perkasa Esthetika Film ditambah dengan biaya administrasi Pelaksanaan Penyetoran Pajak Atas Impor Film PT Satrya Perkasa Esthetika Film menggunakan jasa PPJK yang dipilih untuk melaksanakan penyetoran pajak atas impor film dalam penyelesaian administrasi impor film, saat dan tempat terutangnya pajak yaitu pada saat barang masuk ke dalam Daerah Pabean atau tiba di bandara. Pembayaran dilakukan melalui bank yang tunjuk oleh Bea Cukai dengan mendapat bukti setoran pajak SSPCP (Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak lainnya) yang selanjutnya langsung disetorkan ke PT Satrya Perkasa Esthetika Film sebagai bukti bahwa pihak PPJK telah membayar biaya-biaya tersebut. Pembayaran biaya administrasi PIB seperti Bea Masuk, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor dilakukan bersamaan dengan penyerahan Surat Keterangan Rekomendasi dan dokumen-dokumen lainnya dari PT Satrya Perkasa Esthetika Film Dokumen-Dokumen yang Digunakan Dokumen-dokumen yang digunakan oleh PT Satrya Perkasa Esthetika Film dalam menunjang kelancaran dan juga merupakan syarat pelaksanaan impor yaitu antara lain : 1. Delivery Order (D.O) Dokumen ini dikeluarkan oleh bank sebagai perintah (order) gudang yang menguasakannya untuk menyerahkan barang-barang yang disimpan di gudang tersebut dengan nama bank kepada yang memegang atau pihak yang 45
12 disebut dalam D.O. Biasanya D.O. tersebut dikeluarkan oleh bank pada saat barang-barang dimasukkan dalam gudang dan diserahkan kepada pembeli (importir). Selain itu, D.O. juga dapat digunakan sebagai surat jalan yang dikeluarkan oleh Bea Cukai untuk mengeluarkan barang-barang dari bandara. 2. Pemberitahuan Impor Barang Yaitu surat pernyataan yang menyatakan pemberitahuan impor barang. Surat ini dijadikan sebagai faktur pajak standar karena didalamnya memiliki datadata yang dapat dianggap sebagai faktur pajak standar. 3. Bill of Landing (B/L) / Air Waybill Bill of Landing (B/L) merupakan dokumen untuk pengangkutan dengan menggunakan kapal laut sedangkan Air Waybill merupakan dokumen untuk pengangkutan dengan menggunakan pesawat terbang. B/L atau Air Waybill memiliki merupakan dokumen yang paling penting karena mempunyai sifat jaminan atau pengamanan. 4. HS Code (Harmony System) HS (Harmony System) Code adalah kode untuk mengelompokkan jenis komoditi impor yang nantinya akan menentukan tarif yang akan digunakan dalam penentuan Bea Masuk. Daftar penamaan sistematik disusun oleh Customs Cooperation Council (Dewan Pabean Dunia) untuk pengklasifikasian dan penomoran barang dalam perdagangan internasional. HS Code setiap jenis produk dapat dilihat dalam PIB. 5. Angka Pengenal Impor Angka Pengenal Impor (API) merupakan tanda pengenal yang harus dimiliki oleh setiap importir atau perusahaan yang melakukan perdagangan impor. API diberlakukan untuk menghindari penyalahgunaan kegiatan impor dan 46
13 berbagai tindakan menyimpang lainnya. Untuk itu, API sudah mulai diberlakukan di Indonesia sejak tahun 1984 berdasarkan Keputusan Menteri Perdagangan No. 1460/KP/XII/84 yang mengalami pembaharuan dengan keluarnya Keputusan Menteri Perdagangan No. 373/KP/XI/ Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP) SSPCP adalah surat dalam rangka impor yang digunakan sebagai bukti bahwa importir telah menyetorkan pajak yang terutang. Pembayaran penerimaan negara dilakukan wajib oleh Wajib Bayar dengan menggunakan SSPCP dan dilampiri dokumen dasar pembayaran. SSPCP dibuat dalam 4 (empat) rangkap dengan peruntukan : Lembar ke-1 untuk Wajib Bayar, Lembar ke-2 untuk KPPN dan diteruskan ke Kantor Bea dan Cukai, Lembar ke-3 untuk Kantor Bea dan Cukai dan Lembar ke-4 untuk Bank Devisa Persepsi Sarana yang Digunakan Sarana yang digunakan PT Satrya Perkasa Esthetika Film sebagai importir dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi yang salah satunya yaitu membayar Bea Masuk, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor, serta kewajiban lainnya adalah dengan menggunakan Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK) yang terdaftar di Departemen Keuangan. PPJK merupakan perusahaan jasa yang bertindak menyediakan jasa pengurusan tentang formalitas kepabeanan dalam hal yang terkait didalamnya. PPJK yang dipilih adalah PPJK yang telah memiliki ijin atau pengesahan dari Kantor Bea dan Cukai setempat. 47
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. yang menjadi bahasan permasalahan dalam penulisan skripsi ini.
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Tinjauan Singkat Perusahaan Dalam tinjauan singkat perusahaan ini penulis menjelaskan mengenai sejarah perusahaan, struktur organisasi, dan uraian
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. ini merupakan perusahaan yang melakukan impor film yang dikenakan pajak atas
BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Sesuai dengan yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, perusahaan ini merupakan perusahaan yang melakukan impor film yang dikenakan pajak atas Bea Masuk, Pajak Pertambahan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. rangka impor flexytank dari perusahaan Qingdao Tongshuai Vehicle. Negara Atas Barang Kena Cukai Buatan Dalam Negeri.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Setelah penulis melakukan praktik kerja di PT. Surya Putra Sentosa (PT. SPS) dengan meninjau perhitungan dan penyetoran Bea Masuk, Pajak Pertambahan Nilai, dan
Lebih terperinciBAB 4 PENUTUP Prosedur Pelaporan Pajak Impor Barang Di PT. Lintas Niaga Jaya. sampai dengan clearance documenct. Seperti B/L, PIB, dll.
45 BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan Pembahasan mengenai Prosedur Pelaporan Pajak Impor barang pada PT. Lintas Niaga Jaya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 4.1.1. Prosedur Pelaporan Pajak
Lebih terperinciIndry Leanitha. No. Telepon : Dosen Pembimbing : Martin Surya Mulyadi, SE., MM., BKP., CPMA.
ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN PMK NO. 75/PMK.03/2010 TERHADAP PENGHITUNGAN DAN PENYETORAN BEA MASUK, PPN DAN PPH PASAL 22 ATAS IMPOR PADA PERUSAHAAN IMPORTIR FILM (STUDI KASUS PT SATRYA PERKASA ESTHETIKA
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Mekanisme Pemungutan PPh Ps. 22, PPN, dan Bea Masuk Atas Impor BKP PT. Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
Lebih terperinciKonsekuensi Penetapan Tarif dan Nilai Pabean
Konsekuensi Penetapan Tarif dan Nilai Pabean ABSTRAK Pengajuan dokumen pemberitahuan impor barang (PIB) bersifat self assessment. Oleh karena itu pihak pabean melakukan penelitian atas kebenaran informasi
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-10/BC/2009 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH
Lebih terperinciSALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 453/KMK
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 453/KMK.04/2002 TENTANG TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa agar pelaksanaan Undang-undang
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-29/BC/2008 TENTANG
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-29/BC/2008 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: P- 05 /BC/2006
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: P- 05 /BC/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELESAIAN IMPOR BARANG KIRIMAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 154/PMK.03/2010 Tanggal 31 Agustus 2010
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 154/PMK.03/2010 Tanggal 31 Agustus 2010 PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 SEHUBUNGAN DENGAN PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN BARANG DAN KEGIATAN DI BIDANG IMPOR ATAU KEGIATAN
Lebih terperinciMenimbang : Mengingat :
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/KMK.05/1997 TENTANG TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-02/BC/2008 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-02/BC/2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 178/PMK.011/2007 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-19/BC/2009 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 154/PMK.03/2010 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 154/PMK.03/2010 TENTANG PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 SEHUBUNGAN DENGAN PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN BARANG DAN KEGIATAN DI BIDANG IMPOR ATAU
Lebih terperinci154/PMK.03/2010 PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 SEHUBUNGAN DENGAN PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN B
154/PMK.03/2010 PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 SEHUBUNGAN DENGAN PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN B Contributed by Administrator Tuesday, 31 August 2010 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN MENTERI
Lebih terperinciTINJAUAN ATAS PERHITUNGAN DAN PENYETORAN BEA MASUK, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 DALAM RANGKA IMPOR FLEXYTANK
TINJAUAN ATAS PERHITUNGAN DAN PENYETORAN BEA MASUK, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 DALAM RANGKA IMPOR FLEXYTANK PADA PT. SURYA PUTRA SENTOSA SURABAYA SKRIPSI Diajukan sebagai salah
Lebih terperinciPROSEDUR KEPABEANAN BEA DAN CUKAI IMPOR BARANG PADA PT. PERTAMINA LUBRICANTS
PROSEDUR KEPABEANAN BEA DAN CUKAI IMPOR BARANG PADA PT. PERTAMINA LUBRICANTS Nama : Dinda Ningrum Gusliyati NPM : 52213554 Program Studi : DIII Manajemen Keuangan Pembimbing : Dr. Sri Murtiasih LATAR BELAKANG
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-20/BC/2009 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH
Lebih terperinciPengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai Dengan Pelayanan Segera (Rush Handling) Abstrak
1 Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai Dengan Pelayanan Segera (Rush Handling) Oleh : Rita Dwi Lindawati Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai Abstrak Pengeluaran barang impor untuk dipakai dengan fasilitas
Lebih terperinciJ : DPP di dapatkan dari harga kontrak yang telah di setujui oleh kedua pihak akan tetapi DPP tersebut tidak termasuk PPN.
Daftar Wawancara T : Kapan RS.HJK Menjadi Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22? J : Berawal Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1243/Menkes/SK/VIII/2005 tanggal 11 Agustus 2005.yang berisi
Lebih terperinci1 of 5 21/12/ :45
1 of 5 21/12/2015 12:45 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 224/PMK.011/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 154/PMK.03/2010
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-11/BC/2010 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-26/BC/2008
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-26/BC/2008 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN
BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan PT GHINA ANUGERAH LESTARI merupakan salah satu perusahaan jasa transportasi (Freight Forwarder) di Jakarta yang melayani jasa pengiriman barang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional memegang peranan penting dalam sejarah pembangunan di Negara berkembang, tak terkecuali di Indonesia. Perdagangan internasional merupakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Pengertian pajak Membahas mengenai perpajakan tidak terlepas dari pengertian pajak itu sendiri, menurut Rochmat Soemitro, dalam Mardiasmo (2011:1) : Pajak
Lebih terperinciRoyalti Dalam Penetapan Nilai Pabean Untuk Penghitungan Bea Masuk. Oleh : Mohamad Jafar Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai
Royalti Dalam Penetapan Nilai Pabean Untuk Penghitungan Bea Masuk Oleh : Mohamad Jafar Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai Beberapa bulan terakhir ini kita disuguhi berita di media cetak dan elektronik
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 38/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT SETORAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 38/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT SETORAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan adanya penyempurnaan Bagan Perkiraan
Lebih terperinciBAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. telah di tunjuk oleh mentri keuangan. (pasal 1 angka 14 UU, KUP) SSP
digilib.uns.ac.id BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Pustaka 1. Surat Setoran Pajak (SSP) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib. membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (Undang-Undang)
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 pengertian pajak Menurut Adriani (2010:3), pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Perusahaan PT Mitra Kargo Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa pelayanan dan pengurusan atas kegiatan yang
Lebih terperinciPPh Pasal 22. Bendaharawan Pemerintah
PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah PEMOTONG Objek Pajak 1. Bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga
Lebih terperinci2 Pertambahan Nilai, perlu melakukan penyesuaian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.667, 2015 KEMENKEU. Pajak Penghasilan. Pembayaran. Barang. Impor. Usaha. Pemungutan. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90/PMK.03/TAHUN 2015
Lebih terperinciMENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (4), Pasal 10A
Lebih terperinciPajak Penghasilan. Andi Wijayanto
Pajak Penghasilan PASAL 22 Andi Wijayanto Pengertian Pajak yg dipungut oleh Bendaharawan Pemerintah sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang, dan badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 42/BC/2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELUARAN BARANG IMPOR UNTUK DIPAKAI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini sedang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini sedang giat melakukan pembangunan di berbagai sektor. Tahap demi tahap pembangunan telah
Lebih terperinciBAB 3 ANALISA SISTEM BERJALAN
BAB 3 ANALISA SISTEM BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT Bahtera Satria Adidaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengurusan jasa kepabeanan yang juga sudah mulai
Lebih terperinciSE-13/PJ.43/2001 PENGANTAR KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 254/KMK.03/2001 TANGGAL 30 APRIL 2001 TE
SE-13/PJ.43/2001 PENGANTAR KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 254/KMK.03/2001 TANGGAL 30 APRIL 2001 TE Contributed by Administrator Thursday, 10 May 2001 Pusat Peraturan Pajak Online PENGANTAR KEPUTUSAN
Lebih terperinciBAB III OBJEK PENELITIAN Sejarah Singkat PT. Lentera Buana Jaya. PT. Lentera Buana Jaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang
BAB III OBJEK PENELITIAN 3.1 Tinjauan Tentang PT. Lentera Buana Jaya 3.1.1 Sejarah Singkat PT. Lentera Buana Jaya PT. Lentera Buana Jaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang Freight Forwarder yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Menurut Resmi (2013:31) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Surat Setoran Pajak (SSP) Menurut Resmi (2013:31) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan penyetoran atau pembayaran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Beberapa pengertian prosedur menurut para ahli adalah :
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Beberapa pengertian prosedur menurut para ahli adalah : 1) Menurut Mulyadi (2001:5), prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-20/BC/2008
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-20/BC/2008 TENTANG TATA LAKSANA PENGELUARAN BARANG IMPOR DARI KAWASAN
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 6 /BC/2011 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 6 /BC/2011 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DITANGGUNG
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-36/BC/2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN BEA MASUK TINDAKAN
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-01 /BC/2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN BEA MASUK TINDAKAN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN
SALINAN 113/PMK.04/2008, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 12 ayat (4) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160/PMK.04/2010 TENTANG NILAI PABEAN UNTUK PENGHITUNGAN BEA MASUK
Menimbang : PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160/PMK.04/2010 TENTANG NILAI PABEAN UNTUK PENGHITUNGAN BEA MASUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1973, 2014 KEMENKEU. Pajak. Penyetoran. Pembayaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242 /PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN
Lebih terperinciBAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. dan bergerak dalam bidang industri dan distribusi tali kipas (v-belt & fan belt) untuk
BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA III.1 Sejarah Perusahaan PT Adiliman Makmur merupakan perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas dan bergerak dalam bidang industri dan distribusi tali kipas (v-belt &
Lebih terperinciTATAKERJA PENGAWASAN PEMBONGKARAN DAN PENIMBUNAN BARANG IMPOR
LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-07/BC/2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR TATAKERJA PENGAWASAN PEMBONGKARAN DAN PENIMBUNAN BARANG IMPOR
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI Jalan Jenderal A. Yani By Pass Telepon 4890308 Jakarta 13230 Faksimile 4897928 Kotak Pos 108 Jakarta 10002 Yth. 1. Kepala Kantor
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan
A. Ekspor BAB II LANDASAN TEORI 1. Pengertian Ekspor Ekspor merupakan upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta
Lebih terperinciBAB IV. Hasil Praktek Kerja dan Analisis. 4.2 Dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem pembelian impor komponen
BAB IV Hasil Praktek Kerja dan Analisis 4.1 Sistem Komputerisasi yang digunakan Perusahaan ini telah menggunakan sistem yang terkomputerisasi sebagai kegiatan operasional kerja. Database yang digunakan
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP- 68 /BC/2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
Lebih terperinciSURAT EDARAN Nomor SE-17/BC/2005 TENTANG
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI Jalan Jenderal A. Yani Telepon : 4890308 Jakarta 13230 Faksimili : 4890871 Kotak Pos 108 Jakarta 10002 Yth. 1. Kepala Kantor Wilayah
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 102/PMK. 011/2011 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 102/PMK. 011/2011 TENTANG NILAI LAIN SEBAGAI DASAR PENGENAAN PAJAK ATAS PEMANFAATAN BARANG KENA PAJAK TIDAK BERWUJUD DARI LUAR
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-50/BC/2009 TENTANG TATALAKSANA PEMBAYARAN PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG PENGEMBALIAN BEA MASUK, BEA KELUAR, SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA, DAN/ATAU BUNGA
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 16 /BC/2008 TENTANG
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 16 /BC/2008 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMESANAN PITA CUKAI HASIL TEMBAKAU DIREKTUR
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciP - 08/BC/2009 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P-42/BC/2008 TENTANG
P - 08/BC/2009 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P-42/BC/2008 TENTANG Contributed by Administrator Monday, 30 March 2009 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
Lebih terperinciPemungut PPh Pasal 22
PPh Pasal 22 PPh yang dipungut oleh Bendaharawan Pemerintah terkait dengan pembelian barang dan Badan tertentu dengan kegiatan di bidang impor dan kegiatan usaha di bidang lainnya. Pemungut PPh Pasal 22
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan
BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. PP (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. PT. PP (Persero) Tbk menyediakan berbagai jasa dan solusi
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.13, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pajak. Kelebihan Pembayaran. Pengembalian. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG TATA
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut (Mardiasmo; 2011) Pajak adalah iuran rakyat
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut (Mardiasmo; 2011) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 40/BC/2010 TENTANG DATABASE NILAI PABEAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 40/BC/2010 TENTANG DATABASE NILAI PABEAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 35 Peraturan Menteri Keuangan
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Yth. : 1. Para Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak; 2. Para Kepala Kantor Pelayanan Pajak; 3. Para Kepala Kantor Pelayanan,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.2097, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Bea Masuk. Bea Keluar. Sanksi Administrasi. Denda. Bunga. Kepabeanan. Pengembalian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P-08/BC/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan Tugas Akhir ini. Adapun penelitian terdahulu yang penulis ulas
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sebelum laporan Tugas Akhir yang penulis kerjakan, telah banyak penelitian terdahulu yang memiliki pembahasan yang sama mengenai ekspor dan impor, hal ini
Lebih terperinciANALISIS TERHADAP SISTEM DAN PROSEDUR PELAPORAN PERPAJAKAN (Studi Kasus PT SRIWIJAYA, BANDUNG)
ANALISIS TERHADAP SISTEM DAN PROSEDUR PELAPORAN PERPAJAKAN (Studi Kasus PT SRIWIJAYA, BANDUNG) DISUSUN OLEH : Lusy Suprajadi, SE, Ak., M.Ak, CPA Elvy Maria Manurung, SE., Ak., MT Sylvia Kumala Dewi, SE,
Lebih terperinciBAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan CV. Mitra Sinergi merupakan salah satu bentuk perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan pipa dan bahan bangunan
Lebih terperinciPenetapan Nilai Transaksi Dengan Menggunakan Rumus Tertentu, Tepatkah?
Penetapan Nilai Transaksi Dengan Menggunakan Rumus Tertentu, Tepatkah? Oleh : Mohamad Jafar Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai Abstrak Nilai transaksi adalah harga yang sebenarnya dibayar atau seharusnya
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dari dokumen perusahaan dan tinjauan lapangan dan wawancara langsung dengan para sumber di lapangan. Adapun
Lebih terperinciSALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 399KMK.01/1996 TENTANG GUDANG BERIKAT MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 399KMK.01/1996 TENTANG GUDANG BERIKAT MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 10
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-19/BC/2016 TENTANG DATABASE NILAI PABEAN
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-19/BC/2016 TENTANG DATABASE NILAI PABEAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciMENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciPajak Penghasilan Pasal 22 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22
Pajak Penghasilan Pasal 22 05 seri PPh PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 I. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 adalah PPh yang dipungut oleh: 1. Bendahara Pemerintah Pusat/Daerah, instansi atau lembaga
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-205/ BC / 2003
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-205/ BC / 2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATALAKSANA KEMUDAHAN IMPOR
Lebih terperinciBAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Pembayaran PPh Pasal 22 pada PT Pertamina (Persero) atas Impor Bahan Bakar Minyak (BBM) PT Pertamina (Persero) merupakan perusahaaan yang bergerak di bidang
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP - 07/BC/2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP - 07/BC/2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak
Lebih terperincipengangkut kepelabuhan, petugas DJBC tidak membongkar isi dari kontainer itu jika memang tidak ada perintah untuk pemeriksaan.) Setelah barang impor
Sekilas Tentang Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Memberikan sedikit gambaran tentang Bea dan Cukai Indonesia di bawah Kementerian Keuangan RI Macam- macam Pemberitahuan Pabean Dalam rangka melayani pengurusan
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P-10/BC/2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELESAIAN KEWAJIBAN PABEAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.746, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Hibah. Millenium Challenge Corporation. Pengelolaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 124/PMK.05/2012 TENTANG MEKANISME
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.04/2017 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.04/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 47/PMK.04/2012 TENTANG TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI
Lebih terperinciPenyelesaian Impor Barang Kiriman Pos
Penyelesaian Impor Barang Kiriman Pos Oleh: Rita Dwi Lindawati Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai Abstrak Penyelesaian Barang kiriman pos yang berasal dari luar negeri memiliki ketentuan yang berbeda
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 213/PMK.04/2008
SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 213/PMK.04/2008 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA IMPOR, PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA EKSPOR, PENERIMAAN NEGARA ATAS
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 45 /BC/2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENELITIAN ULANG TARIF
Lebih terperinciTATAKERJA PENYELESAIAN BARANG IMPOR DENGAN PIB SECARA ELEKTRONIK MELALUI JARINGAN PERTUKARAN DATA ELEKTRONIK
LAMPIRAN SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-19/BC/2005 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-07/BC/2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATALAKSANA
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Impor merupakan kegiatan memasukan barang dari luar wilayah pabean dalam negeri ke dalam wilayah pabean dalam negeri berdasarkan ketentuan undang undang yang berlaku. Kegiatan Impor dapat dilakukan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.462, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Pengawasan. Pengadministrasian. Pembayaran. Pelumasan. PPN. Pajak Penjualan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Suatu negara melakukan pembangunan untuk memajukan bangsa dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, hal ini harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 171/PMK.03/2017
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 171/PMK.03/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 62/PMK.03/2012 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN, PENGADMINISTRASIAN, PEMBAYARAN,
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP- 07/BC/2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 88/PMK.04/2007 TENTANG PEMBONGKARAN DAN PENIMBUNAN BARANG IMPOR MENTERI KEUANGAN,
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 88/PMK.04/2007 TENTANG PEMBONGKARAN DAN PENIMBUNAN BARANG IMPOR MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan
Lebih terperinci