BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
|
|
- Ratna Darmali
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan antara peneliti dan partisipan, didapatkan beberapa data umum yang menggambarkan partisipan secara singkat sebagai berikut: Nama : DN Umur : 25 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : Sarjana Status : Orangtua Tunggal Agama : Katolik Partisipan yang saat ini berusia 25 tahun merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Seluruh keluarganya berdomisili di Lampung. Dari dua saudaranya, hanya partisipan yang mengemban kuliah sampai ke luar daerah. Partisipan berkuliah di UKSW Salatiga dan telah menyelesaikan perkuliahannya dengan gelar Sarjana. Proses wawancara dilakukan di tempat teman partisipan di daerah Solo. Beberapa fakta yang dapat dihimpun oleh peneliti dalam proses wawancara adalah sebagai berikut. Pacar terakhir ini merupakaan pacar ke empat dari partisipan dan telah berpacaran selama 5 tahun. Sebelumnya partisipan pernah berpacaran dengan tiga orang dimana partisipan menceritakan bahwa ia putus dengan pacar sebelumnya (pacar ke tiga) karena pacarnya menghamili orang lain. Pertemuan pertamakali dengan pacar ke-empatnya ini bermula dari kampus dan juga kebetulan mereka berasal dari daerah yang sama. Pacar partisipan yang ke empat ini berusia tiga tahun lebih muda darinya. Pada dasarnya partisipan memiliki gambaran yang baik ketika memutuskan untuk berpacaran. Karena hal ini terkait 33
2 dengan proses belajar membangun relasi yang lebih dekat dengan seseorang secara personal. Bentuk kekerasan dalam pacaran yang dialami partisipan merupakan bentuk kekerasan psikis. Kekerasan dalam berpacaran ini dialami saat partisipan berumur tahun. Partisipan tidak mengalami kekerasan secara fisik. Menurut tuturan partisipan, pacar partisipan merupakan sosok yang sering selingkuh, suka memarahi partisipan, dan juga selalu membatasi ruang lingkup pergaulan partisipan. Partisipan menjadi tidak bebas untuk bergaul dengan teman-temannya dan menjadi terasing dari lingkungannya. Meskipun begitu, partisipan tetap mempertahankan hubungannya karena kebaikan-kebaikan yang diberikan oleh pacarnya. Hal ini membuat partisipan menjadi merasa tergantung dengan pacarnya dan menerima semua sikap buruk pacarnya. Dalam hubungannya, partisipan pernah mencoba untuk mengakhiri hubungan dengan pacarnya ini dan menjalin hubungan baru dengan laki-laki lain. Tetapi hal tersebut tidak bertahan lama dan partisipan kembali menjalin hubungan dengan pacar keempatnya. B. PEMBAHASAN PARTISIPAN Rasa Ketertarikan dalam Diri Ketertarikan yang dirasakan menurut partisipan didasarkan pada beberapa pengalaman pribadi partisipan yang sama dengan pacarnya seperti pada pernyataan berikut ini:...waktu itu memang saya nggak tertarik sama dia, maksudnya bukan typicall laki-laki yang saya bikin saya tertarik secara fisik...karna waktu itu kita punya kisah masa lalu yang sedikit mirip, dan kebetulan kita sama-sama dari luar Jawa... Kriteria pada umumnya dari partisipan adalah fisik, namun kemudian dalam prosesnya partisipan mempertimbangkan ketertarikan itu dari pengalaman masa lalu dalam berpacaran yang mirip, dan adanya kesamaan identitas, sehingga hal ini membentuk suatu proses relasi dan interaksi yang 34
3 lebih dekat. Bermula dari pertemanan. Hal ini kemudian dalam prosesnya akan menuju pada tahap selanjutnya yakni berpacaran. Proses interaksi menuju tahap yang lebih serius dimulai dengan:...dia cuma, O yauda temen main gitu ada temen jalan main, main bareng gitulah... Emmm.. Sebenarnya Sebenernya waktu pas di awal saya nggak tertarik ya sama dia. Emm dia kan temen, temen, temen main aja gitu, main, kita biasa main bareng terus abis itu... eeeemm mungkin karna kebiasaan bareng. Karna kebiasaan bareng itu jadi kita... jadiii biasa bareng, dan kebetulan kita sama-sama dari luar Jawa, dia lebih nyaman. Tahap ini selanjutnya menimbulkan perhatian yang semakin hari semakin serius sehingga membentuk rasa ingin tahu dari partisipan terhadap teman dekatnya ini. Perhatian yang dimaksudkan berawal dari rasa peduli terhadap apa yang dialami oleh teman dekatnya mengenai masalah pacaran (putus dengan pacar) yang mengakibatkan temannya ini tidak menghiraukan perkuliahan sebagai fokus utamanya. Proses in berlanjut dengan percakapan masalah pribadi yang lebih serius. Kepedulian yang dimaksud dibentuk dari perasaan prihatin. Hal ini di dukung oleh pernyataan:...di awal saya lebih ke kasihan ya... Karena dia tampak tidak bisa meng-handle dirinya sendiri... Ya.. Saya ngomong kayak gitu ke dia gitu Lo bukan laki banget lo. Saya kalau disuruh masalah perempuan kan saya cari, eh, ya putus satu masih banyak yang lain gitu loh.... Yaudah akhirnya, dia balik, dia balik, emm.. balik ke Salatiga, dan itu kita sering main, sering main bareng, sering main bareng. Dan dia ngomong sama saya dan temen-temen yang lain, emm, ditemenin dong pokoknya intinya dia mau ditemenin, emm, temenin terus, temenin terus. 35
4 Pemikiran ini berlanjut pada kedekatan yang semakin intens untuk bertemu antara satu sama lain sebagai sebuah kebutuhan. Apalagi menurut partisipan, pacarnya sering meminta untuk ditemani kemana-mana baik secara personal maupun dalam kelompok pergaulan. Partisipan kemudian mewujudkan rasa kepeduliannya melalui menuruti permintaan dari pacarnya. Proses ini berlanjut pada hubungan timbal balik. Maksudnya terjadi saling memperhatikan secara khusus antara keduanya (partisipan dan pacarnya). Bahkan pacarnya semakin mulai menjadi lebih protektif....mulai, mulai saya tau kalau dia, dia mulai nganggep lebih itu ketika... saya, saya gak bisa deket sama orang lain. Jadi ketika saya deket sama orang lain dia marah, ato gimana, ato gimana.. Karena tindakan protektif tersebut, proses hubungan ini membentuk ketidaksadaran dari partisipan bahwa mereka ternyata sedang berpacaran. Karena partisipan baru menyadari bahwa tindakan protektif ini secara langsung merubah status dari teman dekat menjadi pacar. Hal ini juga diperkuat oleh rasa kecemburuan ketika partisipan mulai dekat dengan orang lain. Masa Berpacaran Masa-masa ini dibangun dari tindakan over protektif pacar terhadap partisipan. Namun awalnya hal ini tidak menjadi masalah partisipan karena menurutnya hal ini merupakan bagian dari sifat-sifat yang dianggap baik seperti pernyataan dibawah ini:...dia orangnya caring, dan dia banyak mengajarkan banyak hal sebenarnya. Banyak hal yang.. misalnya dulu kan saya suka ribut dengan ibu saya, dia yang kasi pengertian, biar gimana-gimana.. Karna saya kan keras orangnya, dia membantu saya untuk, ya jangan keras-keras lah, gitu-gitu juga itu orangtua... 36
5 Karakter semacam ini lalu membentuk kebiasaan diantara mereka berdua. Secara tidak sadar tindakan pacarnya tersebut menyebabkan partisipan menjadi patuh terhadap pacarnya. Kepatuhan ini semakin lebih kuat sebab pacarnya sering memberi perhatian yang dianggap lebih seperti mengantarkan makan, menjaga saat sakit, mengantar jemput dan perilaku lainya seperti lazim orang berpacaran. Perlakuan yang dilakukan oleh pacarnya menimbulkan rasa sungkan dalam diri partisipan karena partisipan merasa ketergantungan. Hal ini berdasarkan pernyataan:...kadang saya juga suka ga enak, saya tau ngerepotin, dan awalnya saya juga berfikir saya ga mau ketergantungan. Tapi kan, ya digituin ya lama-lama, siapa yang ga suka juga ya digituin ya?... Namun demikian rasa ketergantungan ini menjadi kebiasaan yang dibenarkan oleh partisipan. Karena baginya, hal ini merupakan hal yang wajar dan baik bagi dirinya sehingga apa yang dilakukan oleh pacarnya dianggapnya bagian dari sikap perhatian yang benar. Padahal tidak selamanya segala yang dilakukan oleh pacarnya berakibat baik bagi hubungan mereka. Alasannya perlakuan semacam ini menimbulkan ketimpangan dalam hubungan mereka sebab meskipun pacarnya sangat protektif terhadap partisipan, namun dirinya tidak melakukan hal yang sama. Hasilnya pacarnya dapat melakukan tindakan semena-mena terhadap partisipan. Hal ini dimulai dari:...sampai akhirnya dia yang minta saya untuk emm.. saya jadi dijauhin dari lingkungan itu karena, buat dia, dia ngerasanya dia ngejaga perasaannya si devi gitu gue lupa. Sebenernya kenapa sih? Agak-agak aneh kan gitu, tapi ya karena saya juga waktu itu saya, saya bukan typically orang yang, saya suka mikir gini-gitu, oh yaudah, kalo emang, kalo emang, kalo saya ga bisa main disana, ya walaupun sebenarnya saya merasa aneh yaudah... 37
6 Secara perlahan-lahan hal ini menyebabkan penarikan diri partisipan dari lingkungannya. Akibatnya, semakin terbatasnya lingkup pergaulan partisipan. Adanya Tindak Kekerasan Dalam Pacaran Karena pacar partisipan mulai membatasi ruang gerak partisipan, partisipan menjadi tidak dapat bebas bergaul dengan lingkungannya. Sedangkan pacarnya justru sebaliknya bebas untuk bergaul dengan siapapun termasuk mantan pacar. Artinya bahwa ada pengorbanan yang secara langsung dilakukan oleh partisipan, meskipun hal ini sebenarnya berakibat buruk bagi dirinya dan hubungan mereka berdua. Sebagai buktinya dalam hubungan berpacaran ini terjadi perselingkuhan yang dilakukan oleh pacarnya dengan mantan pacar. Hal ini berdasarkan pengakuan partisipan bahwa:...dia suka selingkuh. Kalo menyakiti hati, itu, dia suka selingkuh. Terus, ada hal yang waktu pas dia awal ngajak pacaran juga, saya ngomong sama dia, emm bener apa enggak? karena ketika kita pacaran dan kita temenan itu akan beda. Ketika, ketika saya sudah, ketika dia jadi pacar saya akan beda ketika saya jadi temennya dia. Kalo saya jadi temennya dia, lu mau ngapain juga gua ga akan peduli, nah tapi kalo udah jadi pacar, saya, saya ngomong pasti akan ada hal-hal, kebutuhan-kebutuhan yang lebih. Dia bilang, yaudah gak papa, gini-gini, bla-bla-blablabla... Perselingkuhan ini lebih lanjut menurut partisipan merupakan tindakan yang menyakitkan. Namun, partisipan menegaskan bahwa bukan pacarnya yang salah sehingga terjadi perselingkuhan namun lingkunganlah yang menyebabkan pacarnya melakukan tindakan semacam itu. Pandangan tersebut ditegaskan melalui pernyataan bahwa:...sbenernya nyakitinnya tuh bukan dia yang nyakitin sih, lingkungannya dia sih, yang mulai agak aneh... 38
7 ...Cuma yang saya pegang adalah, anak ini tuh anak yang baik ya, Cuma dia salah masuk pergaulan dan dia sangat sangat labil... Artinya bahwa partisipan secara sadar maupun tidak sadar merasa bahwa dirinya tersakiti, namun tidak pada tindakan pacarnya melainkan lingkungan pergaulannya yang menyebabkan perselingkuhan terjadi. Pertimbangan konkritnya adalah partisipan menitik beratkan pada kesetiaan terhadap pacarnya dalam berpacaran. Kesetiaan menjadi komitmen utama dari partisipan untuk bertahan dalam hubungan tersebut. Padahal hubungan ini tidaklah baik bagi dirinya. Karena meskipun mengetahui hal tersebut, partisipan tetap membangun pandangan yang positif terhadap pacarnya. Akibatnya mulai muncullah pertengkaran dalam menjalani hubungan tersebut. Masalah utamanya adalah pacarnya tidak mau mengakui bahwa dirinya berselingkuh kepada partisipan. Hal ini menjadi peluang yang berakhir pada perselingkuhan kedua yang didasarkan pada pernyataan:...habis itu, trus kita ribut, ribut, ribut, ribut, trus dia selingkuh lagi sama.. emm.. ada tu perempuan dari..... Ungaran yah..... Perempuan Ungaran itu... Seringnya terjadi pertengkaran menjadi alasan utama yang digunakan untuk membenarkan perselingkuhan yang kedua oleh pacarnya. Partisipan dalam konteks ini kemudian menyadari bahwa alasan yang dibuat tidak masuk akal. Namun anehnya, partisipan kembali merenungkan dan berpandangan bahwa hal tersebut ada benarnya dan mulai menyalahkan dirinya. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan bahwa:...ketika dia ngomong ya ini kan karna kesalahan-kesalahan kamu...waktu pas awal-awal saya mikir, tolol banget gitu.. Tapi habis itu saya mikir lagi, oh iya mungkin ada kelakukan saya yang salah yang saya gak tahu. Walaupun saya gak tahu itu apa... 39
8 Oleh karena itu hal ini menggambarkan bahwa, partisipan kembali membenarkan tindakan-tindakan dari pacarnya. Berbeda dengan yang sebelumnya kini, partisipan lebih menyalahkan dirinya dalam konteks perselingkuhan yang kedua. Partisipan kemudian menerima apa yang dikatakan dan dilakukan oleh pacarnya dan memilih untuk mengalah guna mengakhiri pertengkaran. Dengan keadaan yang semacam itu, partisipan kemudian lebih memilih bertahan untuk mempertahankan hubungan tersebut. Berdasarkan pada pemikiran awalnya bahwa lingkungan sekitarlah yang menyebabkan keadaan seperti ini dapat terjadi. Disini terlihat bahwa partisipan secara langsung memproteksi tindakan pacarnya terhadap dirinya. Hal ini pada akhirnya tidak bertahan lama karena partisipan sempat memutuskan untuk untuk mengakhiri hubungan tersebut, dan mencoba untuk menjalani hubungan dengan orang lain. Namun terjadi ketergantungan terhadap mantan pacar tersebut dan partisipan maupun mantan pacarnya bersepakat untuk kembali membina hubungan mereka berdua. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan yaitu:..emm, sebenarnya itu kalau dibilang bertahan juga, saya gak bertahan-bertahan banget, karena saya juga sempet mencoba menjalin hubungan dengan orang lain. Cuma, ketika intimacy yang saya dapat itu beda dengan intimacy yang saya dapat dengan pacar saya ini, nah itu yang bikin saya jadi ngerasa, o iya ya. Em.. Ada yang kurang.. Faktor lainnya yang menjadi pertimbangan dari partisipan dalam mempertahankan hubungan ini adalah karena tahap hubungan yang terjadi juga sudah sampai pada tahap yang lebih intim. Hal ini dibuktikan melalui pernyataan:...karena,... Sexual intercouse saya sama dia. Jadi pas begitu saya putus sama dia kan saya udah nggak, kan saya udah gak melakukan sexual intercouse lagi, dan disana saya baru tau ternyata, setelah kamu pernah mengalami itu, itu akan menjadi suatu kebutuhan. Dan 40
9 saya gak mudah untuk ngelakuin itu sama orang. Jadi saya jadi merasa saya butuh dia ya karena itu... Faktor kebutuhan seksual menjadi hal yang secara langsung mengikat dirinya kepada pacarnya untuk tetap bertahan. Selain itu, partisipan juga mengakui bahwa dirinya bukan tipe orang yang mudah tertarik dan membuka diri dalam membangun relasi dengan orang lain. Akibatnya kekerasan dalam menjalin hubungan (berpacaran) semakin berakibat buruk bagi diri partisipan. Karena partisipan tidak mempedulikan dan merasa bahwa terjadi kekerasan terhadap dirinya dalam berpacaran baik secara psikis maupun fisik lewat pertengkaran-pertengkaran yang berlangsung antara pacarnya dengan dirinya. Hingga akhirnya hubungan inipun berakhir tanpa ada kata sepakat untuk mengakhiri hubungan ini karena masingmasing memutuskan untuk berjalan sendiri-sendiri dan partisipan tetap tidak menyalahkan pacarnya tersebut. C. PEMBAHASAN DAN ANALISA Kekerasan Dalam Berpacaran yang Dialami Partisipan Kekerasan dalam berpacaran merupakan kekerasan psikologis dan fisik yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam hubungan pacaran, yang mana perilaku ini ditujukan untuk memperoleh kontrol, kekuasaan dan kekuatan atas pasangannya (Warkentin, 2008). Penelitian ini menemukan bahwa terjadi kekerasan secara psikis seperti membatasi ruang gerak pasangan, menyakiti hati pasangan dengan berselingkuh, dan menyalahkan pasangan atas masalah keretakan hubungan (Muray, 2007). Kekerasan ini bermula dari adanya tindakan over protektif sang pacar seperti selalu memperhatikan korban secara berlebihan, mengantar kemanapun korban pergi dan melarang korban unutk dekat kepada lawan jenis. Tindakan semacam ini dibenarkan oleh korban karena ia telah merasa nyaman dan menganggap tindakan itu sebagai wujud kasih sayang yang wajar dalam berpacaran. Hal ini pada akhirnya membentuk alasan dari korban untuk tetap bertahan terhadap tindak kekerasan yang dialaminya secara psikis. 41
10 Kebertahanan Korban menurut Teori Psikoanalisa Melalui penelitian ini, dapat dilihat bahwa partisipan merasa sangat tergantung dengan pacarnya dan menilai tindak kekerasan yang dilakukan oleh pacarnya merupakan suatu wujud dari rasa cinta pasangan dan memandang bahwa perselingkuhan yang dilakukan pacarnya adalah akibat dari kesalahan partisipan. Psikoanalis feminis seperti Alfred Adler dan Karen Horney berpendapat bahwa identitas gender, perilaku gender, serta orientasi seksual pada perempuan dan laki-laki bukanlah hasil dari fakta biologis, melainkan hasil dari nilai-nilai sosial (Tong, 2008). Faktor budaya memberikan kontribusi pada salah satu kelemahan terbesar wanita, yaitu ketergantungan terhadap orang lain yang dinilai sebagai salah satu sifat alamiah perempuan. Aspek lain yang memengaruhi penilaian perempuan yang berlebihan terhadap cinta adalah sebuah pandangan yang beranggapan bahwa cinta dan pengabdian merupakan cita-cita dan visi dari kehidupan setiap perempuan. Bagi perempuan, pasangan dan anak merupakan satu-satunya sumber kebahagian, rasa aman dan kehormatan dalam hidupnya. Perempuan memandang cinta sebagai sebuah nilai kebenaran. Faktor-faktor kebudayaan seperti itu yang menyebabkan perempuan memiliki penilaian berlebihan terhadap cinta dan memiliki harapan yang besar terhadapnya sehingga menyebabkan perempuan lebih takut akan kehilangan cinta dibandingkan dengan kaum laki-laki (Horney, 1939). Hal tersebutlah yang terlihat dalam penelitian ini. Partisipan mempunyai penilaian yang berlebihan dalam hubungan dengan pacarnya. Partisipan sudah merasa nyaman dengan pasangannya selayaknya merasakan ikatan suami-isteri, dimana partisipan dalam hubungannya sering melakukan sexual intercourse dengan pacarnya. Kepuasan dalam hal seksual dirasakan partisipan hanya bisa diberikan oleh pacarnya saat itu. Hal tersebut terbukti dari pernyataan partisipan yang berkata bahwa dirinya hanya bisa melakukan sexual intercourse bersama dengan pacarnya, tidak bisa bersama dengan orang lain. Pada saat partisipan 42
11 sempat memutuskan hubungan dengan pacarnya dan mencoba menjalin hubungan dengan laki-laki lain, ia merasakan ada hal yang kurang, yaitu ia tidak dapat menyalurkan keinginan seksualnya. Hal tersebut dikarenakan, menurut penuturan sahabat partisipan, karena pacar baru tersebut terlalu religius dan menjalankan hubungan pacaran yang baik-baik sebagaimana mestinya dilakukan oleh orang yang berpacaran, tidak ada sexual intercourse. Inilah yang membuat partisipan merasa ada yang kurang dalam hubungan barunya, partisipan menjadi cemas dan kemudian memutuskan untuk kembali lagi kepada pacar lamanya. Konflik yang Menimbulkan Kecemasan Moral Menurut Freud, kecemasan moral merupakan hasil dari konflik antara Id dan superego. Secara dasar merupakan ketakutan akan suara hati individu sendiri. Ketika individu termotivasi untuk mengekspresikan impuls instingtual yang berlawanan dengan nilai moral yang termaksud dalam superego individu itu maka ia akan merasa malu atau bersalah. Rasa malu dan perasaan bersalah menyertai kecemasan moral. Dapat dikatakan bahwa yang menyebabkan kecemasan adalah kata hati individu itu sendiri. Freud mengatakan bahwa superego dapat memberikan balasan yang setimpal karena pelanggaran terhadap aturan moral (Schultz, 1986). Apapun tipenya, kecemasan merupakan suatu tanda peringatan kepada individu. Hal ini menyebabkan tekanan pada individu dan menjadi dorongan pada individu termotivasi untuk memuaskan. Tekanan ini harus dikurangi. Kecemasan memberikan peringatan kepada individu bahwa ego sedang dalam ancaman dan oleh karena itu apabila tidak ada tindakan maka ego akan terbuang secara keseluruhan. Dalam penelitian ini, rasa cemas paling utama yang dirasakan partisipan adalah rasa cemas bahwa dirinya tidak bisa mendapatkan kepuasan seksual yang sama dengan yang telah ia alami dengan pacar sebelumnya. Saat partisipan mencoba mengakhiri hubungan dan memulai hubungan baru dengan laki-laki lain, partisipan tidak mendapatkan kepuasan seksual sebagaimana yang telah ia dapati dari pacar sebelumnya. 43
12 Dorongan id dalam diri partisipan untuk mendapatkan kepuasan seksual cukup besar dan mendesak ego untuk memenuhi hal tersebut, tetapi superego dalam diri partisipan juga menekan ego agar tidak mengikuti keinginan id karena merupakan hal yang bertentangan dengan moral. Dengan adanya konflik antara id dan superego dalam diri partisipan, maka ego dari partisipan harus mengambil tindakan untuk mempertahankan dirinya. Ada berbagai cara ego melindungi dan mempertahankan dirinya. Individu akan mencoba lari dari situasi yang mengancam serta berusaha untuk membatasi kebutuhan impuls yang merupakan sumber bahaya. Individu juga dapat mengikuti kata hatinya. Atau jika tidak ada teknik rasional yang bekerja, individu dapat memakai mekanisme pertahanan diri (defence mechanism) yang non-rasional untuk mempertahankan ego. Partisian merasa bahwa baginya untuk bisa mendapatkan kembali kepuasan seksual yang telah didapati oleh pacar sebelumnya adalah dengan cara kembali lagi ke pacar sebelumnya dan bertahan dalam hubungan tersebut. Mekanisme Pertahanan terhadap Kecemasan Mekanisme pertahanan diri Sigmund Freud merupakan proses mental yang bertujuan untuk mengurangi kecemasan. Fungsinya agar dapat melindungi ego dari kritik-kritik yang tidak adil dari superego dan dari dorongan id yang tidak dapat diterima. Tindakan tersebut dapat terjadi karena ego sangat lemah untuk mengatasi tuntutan dari id (Kanserina, 2011). Dalam hal ini ego harus mengurangi konflik antara kemauan Id dan Superego. Konflik ini akan selalu ada dalam kehidupan manusia karena menurut Freud, insting akan selalu mencari pemuasan sedangkan lingkungan sosial dan moral membatasi pemuasan tersebut. Sehingga menurut Freud suatu pertahanan akan selalu beroperasi secara luas dalam segi kehidupan manusia. Layaknya semua perilaku dimotivasi oleh insting, begitu juga semua perilaku mempunyai pertahanan secara alami, dalam hal untuk melawan kecemasan. 44
13 Kecemasan yang dirasakan oleh korban adalah rasa cemas bahwa dirinya tidak bisa melakukan hubungan intim dengan orang lain selain pasangannya, dan juga korban merasa bahwa dirinya belum siap untuk menjalin hubungan yang baru dengan orang lain. Demi menghilangakan kecemasan tersebut, korban melakukan mekanisme pertahanan diri agar dapat tetap bertahan dalam hubungan berpacarannya. Proses terjadinya mekanisme pertahanan dalam diri partisipan secara singkat dapat digambarkan dalam grafik berikut. Figur 7. Proses terjadinya mekanisme pertahanan diri korban KDP. Adapun beberapa bentuk mekanisme pertahanan diri yang dilakukan oleh korban untuk mempertahankan hubungan adalah (Andri, 2007; Baihaqi, 2007; Yuindartanto, 2009; Novita, 2015) : Rasionalisasi. Rasionalisasi merupakan bentuk pertahanan yang membuat suatu perilaku yang menyimpang menjadi masuk akal dan dapat diterima oleh korban. Hal ini terlihat dari tindakan korban yang lebih menyalahkan lingkungan daripada pelaku. Terlihat dalam kutipan wawancara berikut....sbenernya nyakitinnya tuh bukan dia yang nyakitin sih, lingkungannya dia sih, yang mulai agak aneh... 45
14 Interpretasi: Korban tersakiti dengan tindakan pacarnya, tetapi korban merasa bahwa tindakan tersebut dikarenakan lingkungan pergaulan dari pacarnya yang kurang baik dan memengaruhi pasangannya sehingga pasangannya bersikap keras dan melalukan kekerasan terhadap korban. Intelektualisasi. Hal ini terlihat dari pandangan korban yang cenderung menyalahkan lingkungan pergaulan dan dirinya sendiri dalam menjalin relasi dengan pelaku. Hal ini terjadi bersamaan dengan adanya rasionalisasi dari korban....dia ini orang yang baik, cuma salah, cuma salah pergaulan dan salah lingkungan. Dia labil. Udah itu aja. Interpretasi: Dalam pikiran korban, sudah tertanam pemikiran bahwa pacarnya adalah orang yang baik dan selalu perhatian kepadanya. Korban tidak ingin menerima kenyataan bahwa sifat pacarnya memang tidak baik. Korban mencari alasan yang dapat diterima dan masuk akan yaitu akibat pergaulan yang salah dan lingkungan yang tidak baik. Represi. Tindakan represi merupakan upaya korban untuk menolak sesuatu hal atau perasaan yang membuatnya tidak nyaman seperti masalah perselingkuhan, dan korban lebih cenderung memikirkan komitmen awal berpacaran yang menjurus pada sisi baik dari pelaku....dia orangnya caring, dan dia banyak mengajarkan banyak hal sebenarnya. 46 Dia itu orangnya penyayang..
15 ...Cuma yang saya pegang adalah, anak ini tuh anak yang baik ya, Cuma dia salah masuk pergaulan dan dia sangat sangat labil... Interpretasi: Untuk menekan rasa cemas dan ketidaknyamanan akibat tindakan kekerasan yang dilakukan pacarnya, korban berusaha kembali mengingat hal-hal yang baik dari pacarnya yang dapat menghilangkan kecemasan tersebut. Seperti sifat baik pacarnya saat awal pacaran dan juga mengingat berbagai perhatian yang telah diberikan oleh pacarnya. Penyangkalan. Proses ini terjadi karena korban berusaha untuk melindungi diri sendiri terhadap kenyataan yang tidak menyenangkan. Proses ini berjalaan bersamaan dengan tindakan represi yang dilakukan korban. Interpretasi: Karena kalau diliat, bahkan sampe sekarang pun, anaknya sebenernya baik.. Dia selalu, makan selalu ngenterin, atau kalo enggak, kalo misalnya saya sakit juga, dia selalu, dia selalu ada.. Dari kalimat yang diutarakan korban, dapat dilihat adanya pembelaan dari korban. Korban melindungi dirinya sendiri dari persamaan yang tidak menyenangkan dengan cara menyangkal perlakuan buruk yang didapat dari pacarnya. Korban menyangkal perbuatan buruk pacarnya dengan berpikir bahwa perbuatan kasar tersebut merupakan bentuk dari perhatian sang pacar. Penyekatan Emosional. Terjadinya penyekatan emosional dalam diri korban dikarenakan pada saat hubungan ini berakhir korban 47
16 hanya menerimanya tanpa membicarakan siapa yang salah atau benar dan menerima perlakuan yang dialaminya. Tapi habis itu saya mikir lagi, oh iya mungkin ada kelakukan saya yang salah yang saya gak tahu. Walaupun saya gak tahu itu apa... Interpretasi: Untuk menghilangkan kecemasan yang dialaminya, korban memilih untuk menerima keadaan yang dialaminya dan cenderung menyalahkan diri sendiri terhadap perbuatan pacarnya. Melalui proses berpikir yang cukup lama, korban akhirnya menerima bahwa kekerasan yang dilakukan oleh pacarnya merupakan akibat dari kesalahan yang diakukannya. Isolasi. Pertahanan ini merupakan cara menghindari suatu perasaan yang tidak dapat diterima dengan cara melepaskan perasaan tersebut seperti contohnya, korban mengakhiri hubungan tanpa menyalahkan siapapun dan tidak ingin membahas lagi masalah tersebut di waktu-waktu mendatang. kalo misalnya berfikir bahwa tidak ada yang bisa menggantikannya juga enggak... Cuma mungkin, lebih ke, sayanya yang gak mau. Sayanya yang belum mau untuk itu. Interpretasi: Melalui perkataan korban, dapat dilihat bahwa setelah cukup lama bertahan dalam hubungan dengan pacarnya, pada akhirnya korban memilih untuk tidak berpacaran lagi dan belum mau untuk menjalin hubungan yang baru karena masih ingin menenangkan diri. 48
17 Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kekerasan dalam pacaran dapat terjadi karena tindakan over protektif yang dibenarkan oleh korban sehingga menyebabkan korban tetap ingin mempertahankan relasi tersebut meskipun terjadi tindak kekerasan secara psikis. Padahal hal ini seharusnya tidak terjadi karena dampaknya adalah rusaknya relasi sosial korban dengan lingkungannya terlebih khusus dalam membangun relasi yang baru dengan orang lain. Selain itu jika hubungan yang tidak sehat ini berlanjut maka lama kelamaan akan menyebabkan trauma, secara sosial posisi perempuan menjadi lemah di lingkungannya (Tisyah & Rochana, 2013). D. RANGKUMAN KASUS Berdasarkan analisa dan pembahasan kasus yang telah diuraikan, maka peneliti dapat merangkumkannya dalam tabel berikut. Rangkuman Analisa Partisipan Data Diri Nama DN Umur 25 Tahun Jenis Kelamin Perempuan Pendidikan Sarjana Status Orangtua Tunggal Agama Katolik Analisa Jenis KDP Penyebab KDP Mekanisme Pertahanan Diri yang Digunakan Korban Kekerasan psikis Pasangan yang over protektif Rasionalisasi...sbenernya nyakitinnya tuh bukan dia yang nyakitin sih, lingkungannya dia sih, yang mulai agak aneh... Korban tersakiti dengan tindakan pacarnya, tetapi korban merasa bahwa tindakan tersebut dikarenakan lingkungan 49
18 Intelektualisasi Represi...dia ini orang yang baik, cuma salah, cuma salah pergaulan dan salah lingkungan. Dia labil. Udah itu aja....dia orangnya caring, dan dia banyak mengajarkan banyak hal sebenarnya. Dia itu orangnya penyayang.. 50 pergaulan dari pacarnya yang kurang baik dan memengaruhi pasangannya sehingga pasangannya bersikap keras dan melalukan kekerasan terhadap korban. Dalam pikiran korban, sudah tertanam pemikiran bahwa pacarnya adalah orang yang baik dan selalu perhatian kepadanya. Korban tidak ingin menerima kenyataan bahwa sifat pacarnya memang tidak baik. Korban mencari alasan yang dapat diterima dan masuk akan yaitu akibat pergaulan yang salah dan lingkungan yang tidak baik. Untuk menekan rasa cemas dan ketidaknyamanan akibat tindakan kekerasan yang dilakukan pacarnya, korban
19 Penyangkalan...Cuma yang saya pegang adalah, anak ini tuh anak yang baik ya, Cuma dia salah masuk pergaulan dan dia sangat sangat labil... Karena kalau diliat, bahkan sampe sekarang pun, anaknya sebenernya baik.. Dia selalu, makan selalu ngenterin, atau kalo enggak, kalo misalnya saya sakit juga, dia selalu, dia selalu ada.. berusaha kembali mengingat hal-hal yang baik dari pacarnya yang dapat menghilangkan kecemasan tersebut. Seperti sifat baik pacarnya saat awal pacaran dan juga mengingat berbagai perhatian yang telah diberikan oleh pacarnya. Dari kalimat yang diutarakan korban, dapat dilihat adanya pembelaan dari korban. Korban melindungi dirinya sendiri dari persamaan yang tidak menyenangkan dengan cara menyangkal perlakuan buruk yang didapat dari pacarnya. Korban menyangkal perbuatan buruk pacarnya dengan berpikir bahwa perbuatan kasar tersebut merupakan bentuk dari perhatian sang pacar. 51
20 Penyekatan Emosional Isolasi Tapi habis itu saya mikir lagi, oh iya mungkin ada kelakukan saya yang salah yang saya gak tahu. Walaupun saya gak tahu itu apa... kalo misalnya berfikir bahwa tidak ada yang bisa menggantikannya juga enggak... Cuma mungkin, lebih ke, sayanya yang gak mau. Sayanya yang belum mau untuk itu. Untuk menghilangkan kecemasan yang dialaminya, korban memilih untuk menerima keadaan yang dialaminya dan cenderung menyalahkan diri sendiri terhadap perbuatan pacarnya. Melalui proses berpikir yang cukup lama, korban akhirnya menerima bahwa kekerasan yang dilakukan oleh pacarnya merupakan akibat dari kesalahan yang diakukannya. Melalui perkataan korban, dapat dilihat bahwa setelah cukup lama bertahan dalam hubungan dengan pacarnya, pada akhirnya korban memilih untuk tidak berpacaran lagi dan belum mau untuk menjalin hubungan yang baru karena masih ingin menenangkan diri. 52
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Individu yang memasuki tahap dewasa awal memiliki berbagai tugas perkembangan. Salah satu tugas perkembangan dewasa awal adalah mencari cinta (Santrock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi seorang anak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga sebagai institusi sosial terkecil, merupakan fondasi dan investasi awal untuk membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individual yang bisa hidup sendiri tanpa menjalin hubungan apapun dengan individu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia di dunia ini dimana manusia memiliki akal, pikiran, dan perasaan. Manusia bukanlah makhluk individual yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas perkembangan yang sangat penting yaitu mencapai status
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa termasuk di dalam kategori remaja akhir dan dewasa awal. Pada masa itu umumnya merupakan masa transisi. Mereka masih mencari jati diri mereka masing-masing,
Lebih terperinciMungkin banyak yang berpikir, Ah kalo cuma kenalan doang, gue juga bisa.
Berikut ini adalah artikel yang tidak akan Anda lewatkan begitu saja. Anda ingin mencari tehnik yang praktis, ini adalah hari keberuntungan Anda. Saya akan membeberkan sedikit tentang teknik dan cara-cara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama rentang kehidupan manusia, telah terjadi banyak pertumbuhan dan perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase perkembangan manusia
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar pelitian. Berikut adalah beberapa teori yang terkait sesuai dengan penelitian ini. 2.1 Anxiety (Kecemasan)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran
Lebih terperinciLampiran 3. Verbatim Subjek 1. Waktu Wawancara : Sabtu, 08 Februari 2014 PENELITI (P) SUBJEK1 (YS)
131 Lampiran 3 Verbatim Subjek 1 Subjek 1 : Waktu Wawancara : Sabtu, 08 Februari 2014 ENELITI () SUBJEK1 () Kode Verbatim Koding Hallo.. gimana kerjaannya? 1 Udah. Uda beres. Oke. Anakmu gimana kabarnya?
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Indonesia
1 LAMPIRAN 2 I. Identitas Pribadi Subjek 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Agama 4. Suku Bangsa Pedoman Wawancara Lampiran 1: Pedoman Wawancara II. Gambaran Pribadi Subjek 1. Masa Kecil Subjek (Prob: Peristiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tugas perkembangan individu dewasa adalah merasakan ketertarikan terhadap lawan jenis yang akan menimbulkan hubungan interpersonal sebagai bentuk interaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai pakaian yang ketinggalan zaman, bahkan saat ini hijab sudah layak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hijab merupakan kewajiban bagi wanita umat Islam untuk menutup auratnya. Hijab sendiri kini tidak hanya digunakan oleh perempuan dewasa dan tua saja, akan tetapi sudah
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA. Eksistensi Komunitas Lesbian Di Kota Bandung. (Suatu Fenomenologi Tentang Eksistensi Komunitas Lesbian Di Kota Bandung)
107 PEDOMAN WAWANCARA Hari, tanggal : Sabtu, 3 juli 2010 Waktu : 15.15 Tempat : Kostan, Sekeloa Nara Sumber : Diana Umur : 20 tahun pendidikan terakhir Pekerjaan : SMA : Mahasiswi Eksistensi Komunitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sudut pandang saja. Sehingga istilah pacaran seolah-olah menjadi sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Membahas mengenai pacaran dalam era globalisasi ini sudah tidak asing lagi. Pacaran sekarang bahkan seolah olah sudah merupakan aktifitas remaja dalam kehidupan sehari
Lebih terperinciMbak DN, ini dipanggilnya apa nih Mbak? Eh, jangan Mbak! Saya sungkan, saya panggil Mbak aja ya..
LAMIRAN 59 Lampiran 1. Transkrip Wawancara artisipan Utama endekatan awal dengan partisipan. Tempat: Rumah teman partisipan di Solo Halo.. Mbak! Yaaa Mbak, ini dipanggilnya apa nih Mbak? anggil aja Eh,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah. Semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam kemampuan fisik maupun
Lebih terperinci"Ya ampun ini anak pikirannya makan terus. Hahahaha," jawab Ricky "Yah keliatan kali dari pipi Ki. Hahaha," timpal Cella Persahabatan yang nyaris
PROLOG "Grace, gimana tadi bisa gak?" Tanya Cella "Bisa sih, mudah-mudahan dapat nilainya bagus yah Cel," jawab Grace "Hai cewek-cewek, gimana tadi UNnya bisa gak?" Ucap Ricky "Bisa dong," jawab Cella
Lebih terperinciIngatan lo ternyata payah ya. Ini gue Rio. Inget nggak? Rio... Rio yang mana ya? Ok deh, gue maklum kalo lo lupa. Ini gue Rio, senior lo di Univ
Bab 1 Dina sangat bingung apa yang harus dilakukannya sekarang. Ia merasa sangat terpojok. Kenapa disaat-saat seperti ini ia bertemu lagi dengannya padahal ia sudah berhasil melupakannya. Dina kan? seorang
Lebih terperinciDaftar pertanyaan untuk key informan : Customer service PT Galva Technologies (Sdri. Ayu)
Daftar pertanyaan untuk key informan : Customer service PT Galva Technologies (Sdri. Ayu) 1. Seberapa sering anda berkomunikasi dengan pelanggan 2. Apakah semua pelanggan yang datang diperlakukan yang
Lebih terperinciLAMPIRAN II VERBATIM DAN FIELD NOTE RESPONDEN IC
LAMPIRAN II VERBATIM DAN FIELD NOTE RESPONDEN IC 106 107 VERBATIM WAWANCARA HASIL WAWANCARA SUBJEK 2 (IC) Hari : Selasa Tanggal : 13 Oktober 2015 Jam : 09.00-12.00 Tempat : Ruang tamu Kostan responden
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ini berada di lereng Gunung Merbabu di ketinggian 1307 meter
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian Penelitian dilaksanakan di Dusun Plalar Kulon, Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Dusun ini berada di lereng
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada
144 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian secara mendalam peneliti membahas mengenai self
Lebih terperincia. Berapa lama mereka menikah b. Apa yang diharapkan dari hubungan pernikahan yang sedang dijalani 4. Perbedaan Tingkat Pendidikan
LAMIRAN 49 50 51 52 Lampiran 3. edoman Wawancara 1. Identitas ubjek a. Nama b. Usia c. endidikan d. ekerjaan 2. Identitas uami ubjek a. Nama b. Usia c. endidikan d. ekerjaan 3. Hubungan ubjek dengan uami
Lebih terperinciCATATAN KECIL MASA SEKOLAH. dan cerita-cerita lainnya
CATATAN KECIL MASA SEKOLAH dan cerita-cerita lainnya Isi Buku PENGANTAR THE LOVE BETWEEN ME AND MY BEST FRIEND SAHABAT MASA KECIL PERTEMUAN DI KEDAI PERJALANAN PERKENALAN SINGKAT BELUM ADA JUDUL 5CM HUBUNGAN
Lebih terperinciKeindahan Seni Pendatang Baru
Pendatang Baru Hari ini adalah hari pertama Fandi masuk ke kampus. Karena dia baru pulang dari Aussie, setelah tiga tahun menetap dan sekolah disana, bersama dengan keluarganya. Orangtuanya telah mendaftarkannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan orang lain. Manusia dianggap sebagai makhluk sosial yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia di dunia ini tidak hidup sendiri, selalu ada bersama-sama dan berinteraksi dengan orang lain. Manusia dianggap sebagai makhluk sosial yang dalam kesehariannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehamilan yang sama. Jenis kelamin dari anak kembar ini bisa sama, tapi bisa
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak kembar adalah dua orang anak atau lebih yang lahir dari satu masa kehamilan yang sama. Jenis kelamin dari anak kembar ini bisa sama, tapi bisa juga berbeda. Secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rumah tangga sudah tentu terdapat suami dan istri. Melalui proses perkawinan, maka seseorang individu membentuk sebuah miniatur dari organisasi sosial
Lebih terperinciPENDAHULUAN. seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan lingkungan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga terdiri dari beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan lingkungan yang menyenangkan dan nyaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan ini khususnya dalam melatih kemampuan verbal, kuantitatif, berpikir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan peserta didik di tingkat perguruan tinggi yang akan mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian. Pengembangan kemampuan ini khususnya dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia harus melewati tahap-tahap perkembangan di dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia harus melewati tahap-tahap perkembangan di dalam kehidupannya. Salah satu tahapan yang harus dilewati adalah masa dewasa awal. Masa dewasa awal (young
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena berpacaran sudah sangat umum terjadi dalam masyarakat. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan memahami lawan jenisnya
Lebih terperinciBAB II. 1. Pasangan WE dan ET (Mahasiswa perantauan asal Riau)
BAB II A. PROFIL INFORMAN 1. Pasangan WE dan ET (Mahasiswa perantauan asal Riau) WE adalah mahasiswa perempuan asal Riau. WE menempuh pendidikannya di kota Yogyakarta sejak tahun 2013. WE memilih berkuliah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cinta dan seksual merupakan salah satu permasalahan yang terpenting yang dialami oleh remaja saat ini. Perasaan bersalah, depresi, marah pada gadis yang mengalami
Lebih terperinci: PETUNJUK PENGISIAN SKALA
65 No : PETUNJUK PENGISIAN SKALA 1. Sebelum menjawab pernyataan, bacalah secara teliti 2. Pada lembar lembar berikut terdapat pernyataan yang membutuhkan tanggapan Anda. Pilihlah salah satu tanggapan yang
Lebih terperinciBAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE
BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE Komunikasi menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia, setiap hari manusia menghabiskan sebagian besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paling menarik dari percepatan perkembangan seorang remaja adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan satu masa yang sangat menyulitkan, di mana terjadi percepatan perkembangan baik secara fisik, seksual, maupun sosial. Hal yang paling menarik dari
Lebih terperinciNaskah Manajemen Complain dan Customer Care
Naskah Manajemen Complain dan Customer Care 1. Karakter Emosional Complain Seorang ibu yang merupakan anggota keluarga pasien datang ke customer service menanyakan perihal tidak adanya tempat tidur yang
Lebih terperinciLEMBAR HASIL WAWANCARA (INFORMAN)
LEMBAR HASIL WAWANCARA (INFORMAN) Inisial Nama : MA Jenis Kelamin : Laki-Laki Umur Pendidikan Pekerjaan : 45 Tahun : SMA : Tidak Ada No. Variabel / Pertanyaan Informan Kemudahan Memperoleh Narkoba 1 Apakah
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. Analisis dengan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) didalam Menangani
80 BAB IV ANALISIS DATA Analisis dengan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) didalam Menangani Pola Pikir dan Perilaku Lesbian pada Remaja di Jeruk Lakarsantri Surabaya Setelah menyajikan data di lapangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman membawa masalah seks tidak lagi tabu untuk dibahas dan diperbincangkan oleh masyarakat khusunya di kalangan remaja. Hal tersebut terjadi akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pondok Pesantren Daar el-qolam merupakan salah satu pondok pesantren
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pondok Pesantren Daar el-qolam merupakan salah satu pondok pesantren yang menerapkan sistem pendidikan pondok modern (khalafi). Sistem pendidikan pondok pesantren modern
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN hingga (Unicef Indonesia, 2012). Menurut Departemen Sosial
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah panti asuhan terbesar di dunia dengan perkiraan jumlah lembaga pengasuhan anak pada tahun 2007 sekitar 5.250 hingga 8.610 (Unicef
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia akan mengalami peristiwa penting dalam hidupnya, salah satunya adalah momen perkawinan dimana setiap orang akan mengalaminya. Manusia diciptakan untuk
Lebih terperinciLAMPIRAN. Pedoman Wawancara. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara
113 LAMPIRAN Pedoman Wawancara 114 Tujuan penelitian: - untuk mengetahui alasan siswa menggunakan jejaring sosial Ask.Fm. - untuk mengetahui keterbukaan diri siswa melalui jejaring sosial Ask.Fm. 1 Apa
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTAR PRIBADI
HUBUNGAN ANTAR PRIBADI Modul ke: Fakultas Psikologi Macam-macam hubungan antar pribadi, hubungan dengan orang belum dikenal, kerabat, hubungan romantis, pernikahan, masalah-masalah dalam hubungan pribadi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan
PENDAHULUAN I.A. Latar belakang Perkawinan merupakan salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan seseorang, disamping siklus lainnya seperti kelahiran, perceraian, atau kematian (Pangkahila, 2004).
Lebih terperinciLampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy. Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari )
Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy DATA PRIBADI Nama ( inisial ) : Jenis Kelamin : Usia : Fakultas : Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari ) Kadang-kadang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas perkembangan pada remaja salah satunya adalah mencapai kematangan hubungan sosial dengan teman sebaya baik pria, wanita, orang tua atau masyarakat. Dimana
Lebih terperinciANALISIS MARKET RESEARCH UNEJ
1. Kegiatan selama liburan Bantu orang tua:3 Ya, kalo aku sih ya diem aja dirumah soalnya dirumah juga kan ada ibu punya took jadi bisa bantu-bantu (D,P,Aktif, Jalan-jalan:5 Kalo traveling, mungkin naik
Lebih terperinciPERTANYAAN WAWANCARA KELUARGA HARMONIS DAN TIDAK. 1) Bagaimana pendapat anda mengenai komunikasi antara orang tua dan anak
PERTANYAAN WAWANCARA KELUARGA HARMONIS DAN TIDAK HARMONIS 1) Bagaimana pendapat anda mengenai komunikasi antara orang tua dan anak didalam keluarga? 2) Apakah anda sering berkomunikasi dengan keluarga?
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa dewasa merupakan masa dimana setiap individu sudah mulai matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock (dalam Jahja, 2011), rentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan manusia terdapat berbagai bentuk hubungan sosial. Salah satunya adalah hubungan intim lawan jenis atau hubungan romantis. Hubungan ini dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. positif dan dampak negatif dalam kehidupan kita. Berbagai macam orang dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Sebagai seorang manusia, kita memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain di sekitar kita. Interaksi kita dengan orang lain akan memiliki dampak
Lebih terperinciWawancara Partisipan 1
55 Verbatim Partisipan Wawancara Partisipan 1 S Isi Percakapan Kode P Selamat pasi mas 1 P1 Selamat pagi juga mbak 2 P Bisa minta waktunya sebentar mas sekitar 5-10 menit 3 P1 Iya bisa 4 P Perkenalkan
Lebih terperinciThis is the beginning of everything
This is the beginning of everything Sudah cukup lama rasanya aku tak berhubungan lagi dengan Tomi. Dan sekarang, aku sudah kuliah. Ya, kuliah. Aku menjadi mahasiswa sekarang. Dimana inilah saat-saat yang
Lebih terperinciART OF THE TRIOMPE. Oleh: Dwi Wulandari
ART OF THE TRIOMPE Oleh: Dwi Wulandari Malang, 2014. Masyaallah, Lun! Pakaian kamu ituloh, gak bisa lebih ketutup dikit apa? seru lelaki yang akrab aku sapa Dan, Romdan. Hari ini pakaianku memang agak
Lebih terperinciLampiran 4. Verbatim Subjek 2. Waktu Wawancara : Rabu, 26 Maret 2014 PENELITI (P) SUBJEK2 (A)
142 Lampiran 4 Verbatim Subjek 2 Subjek 2 : Waktu Wawancara : Rabu, 26 Maret 2014 ENELITI () SUBJEK2 () Kode Verbatim Koding Bagaimana pekerjaan kamu? Ya begitu aja sih, Cuma akhir bulan katanya mau ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketika ia dilahirkan, baik ia dilahirkan sebagai orang kaya atau miskin, berkulit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak ada seorangpun yang dapat memilih oleh siapa dan menjadi apa ketika ia dilahirkan, baik ia dilahirkan sebagai orang kaya atau miskin, berkulit terang
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG
BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Berita mengenai kekerasan, terutama kekerasan terhadap perempuan (KtP) seakan sudah menjadi bagian sehari-hari yang dapat diketahui melalui media massa. Laporan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan
BAB I PENDAHULUAN I. A. LATAR BELAKANG Dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan sosial ini terbagi atas
Lebih terperinciyang putih. Cukuplah menutupi kulit Bayu yang sedikit hitam. Karena saking pemalunya, jangankan untuk minta nomor hp Fivin, ngajak kenalan aja Bayu
Jomblo Banyak hal yang dibanggakan seseorang ketika sudah menjadi senior di perkuliahan, sekolah dan organisasi lainnya. Ilmu yang lebih banyak, atau bahkan jabatan yang sedikit bisa dibanggakan. Setelah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan pada bab IV maka ada beberapa hal yang dapat
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab IV maka ada beberapa hal yang dapat disimpulkan pada penelitian ini, antara lain : 1. Penyebab kekerasan yang dialami pada masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran
Lebih terperinciTranskrip Wawancara dengan Suami Broken Home
Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home Informan 1 Nama : Bapak MH Jenis kelamin : Laki-laki Usia : 39 tahun Pendidikan : SMA Hari/tanggal wawancara : Selasa, 8 April 2014 Tempat wawancara : Rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dimuka bumi ini harus senantiasa berusaha dalam mempertahankan hidupnya. Manusia dibekali otak untuk berpikir bagaimana cara mempertahankan hidup
Lebih terperinciWe see, we observe, we investigate, we conclude, we solve
We see, we observe, we investigate, we conclude, we solve Elle Ugh. Panas banget sih pagi ini. Apa matahari dan alam nggak bisa lebih bersahabat dikit? Tega banget manggang gue pagi-pagi begini. Oh iya.
Lebih terperinciLAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah
LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah bagi diri anda sendiri? 2. Bagaimana anda menggambarkan
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA AWAL. 1. Apa yang anda ketahui mengenai orang gila? orang gila dalam masyarakat kita? Bagaimana reaksi anda pada saat itu?
70 PEDOMAN WAWANCARA AWAL - 1. Apa yang anda ketahui mengenai 2. Menurut anda tindakan apa yang seharusnya dilakukan untuk menangani orang gila dalam masyarakat kita? 3. pernah memiliki pengalaman pribadi
Lebih terperinciI. Arga ( tentang Dia dan Dia )
I. Arga ( tentang Dia dan Dia ) Dia indah, dia cantik. Bagiku dia penghuni taman hatiku. Namanya Andin. Buatku melihatnya tertawa, melihat dia tak terbebani itu bahagiaku. Andini Soebagio, perempuan cantik
Lebih terperinciGUIDE INTERVIEW No. Uraian Pertanyaan
GUIDE INTERVIEW No. 1. 2. 3. Uraian Pertanyaan Berapa usia Anda ketika menikah dengan suami? Pada saat anda hamil apakah anda masih berstatus siswa (masih aktif sekolah)? Bagaimana tanggapan orang tua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saling berbagi serta menemukan kecocokan di dalamnya. untuk menjalani pernikahan, mereka akan mendambakan sebuah pernikahan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dilahirkan bukan sebagai individu yang akan hidup dengan kesendirian. Mereka akan berhubungan dengan manusia lainnya dan membutuhkan hubungan yang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua. Melalui orang tua,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua. Melalui orang tua, anak beradaptasi dengan lingkungannya dan mengenal dunia sekitarnya serta pola pergaulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mahasiswa lulus dari mata kuliah tersebut. selalu menilai negatif, tidak mengikuti ujian, belum mengambil mata kuliah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 49 tahun 2014 pasal 17 ayat 3b menyatakan bahwa mahasiswa yang mengambil program sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada umumnya memiliki perilaku yang berbeda-beda sesuai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada umumnya memiliki perilaku yang berbeda-beda sesuai dengan kepribadian masing-masing. Perilaku adalah merupakan perbuatan atau tindakan dan perkataan seseorang
Lebih terperinciTranskrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home
Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home Informan 1 Nama : AD Jenis kelamin : Perempuan Usia : 14 Tahun Pendidikan : SMP Hari/tanggal wawancara : Jum at, 4 April 2014 Tempat wawancara : Rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pulau Jawa merupakan tempat yang paling banyak menjadi tujuan para calon mahasiswa di Indonesia untuk menggali ilmu. Berdasarkan data Kementrian Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena diciptakan segambar dan serupa dengan Allah (Alkitab, 2007). Setiap manusia memiliki keunikannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dunia pendidikan menjadi salah satu faktor penting yang dapat membantu perkembangan negara Indonesia. Melalui bidang pendidikan, Indonesia dapat mencetak sumber daya
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA. 3. Pernahkah anda melakukan usaha untuk menggugurkan kandungan? tua/pasangan/orang-orang terdekat anda?
LAMPIRAN 59 PEDOMAN WAWANCARA 1. Bagaimana perasaaan anda ketika anda mengetahui bahwa anda sedang hamil? 2. Apa yang anda lakukan ketika anda mengetahui bahwa anda sedang hamil? 3. Pernahkah anda melakukan
Lebih terperinciMenurut sekolah, saya sudah lulus. Menurut Tuhan, belon. :p Justru di saat-saat China, Tuhan mendidik saya dengan berbagai macam hal.
Menurut sekolah, saya sudah lulus. Menurut Tuhan, belon. :p Justru di saat-saat terakhir saya di China, Tuhan mendidik saya dengan berbagai macam hal. Salah satu yang paling seru, mungkin adalah ketika
Lebih terperinciNADIA AKU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com
NADIA AKU Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com JUDUL BUKU Oleh: Nadia Copyright 2015 by Nadia Penerbit nulisbuku nulisbuku.com admin@nulisbuku.com Desain Sampul: nadia Diterbitkan melalui:
Lebih terperinciKarya Asli YW. Tukar Pikiran
Karya Asli YW Tukar Pikiran Buku 1 imuiman.net Mendamba Kakak Cowok Ingin Kakak Cowok "Ver, kita sahabatan udah lama kan, ya..." "Hah? Maksud lo?" "Lagi jomblo, nih..." "Hah? Apa bisa kasih statement bernilai
Lebih terperinciLampiran I PEDOMAN WAWANCARA. 1. Pemahaman pernikahan
58 Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA 1. Pemahaman pernikahan a. Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang pernikahan? b. Menurut Bapak/Ibu, pada usia berapakah seseorang dikatakan siap untuk menikah? c. Menurut Bapak/Ibu,
Lebih terperinciPMS: Petuah Menulis Sukses
Jul M : PMS: Petuah Menulis Sukses Oleh: Jul M Desain Sampul: Jul_mila (IG) Art by:@li.art278 (IG) Diterbitkan secara mandiri oleh: Nulisbuku.com Copyright: November, 2017 2 Teruntuk Sahabatku di Surga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kelompok remaja merujuk pada kelompok individu yang berada dalam kisaran usia 12-21 tahun. Kata remaja berasal dari bahasa Latin yang berarti kematangan,
Lebih terperinciIh! Ngagetin aja! Untung ga jantungan gue! aku berjalan meninggalkan parkiran. Lagian siang-siang bolong kaya gini ngelamun dia mentertawakanku.
Say Hello Siang itu matahari sangat terik. Parkiran sekolah sangat ramai dengan kaka-kaka kelas yang sudah waktunya untuk pulang. Aku memarkirkan kendaraanku dilapangan luas yang disediakan oleh pihak
Lebih terperinciPERTANYAAN WAWANCARA. Jenis kelamin: Pendidikan terakhir: Pendapatan/bulan : <3juta >3juta
PERTANYAAN WAWANCARA Nama: Jenis kelamin: Jabatan: Pendidikan terakhir: Lama bekerja: Pendapatan/bulan : 3juta 1. Saat ini ibu sedang menggunakan bank apa? Sudah berapa lama ibu menggunakan bank
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang
Lebih terperinciTerlanjur sayang? 1. Saya tidak akan menemukan orang yang lebih baik 2. Saya tidak ingin sendiri/takut kesepian
Kak, saya tahu pacaran beda iman itu tidak benar. Saya tahu ayat Alkitab yang bilang gelap dan terang tidak bisa bersatu, tapi pacar saya yang lain agama ini orangnya baik kak, saya berat memutuskan hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didambakan tersebut menjadi hukum alam dalam diri tiap manusia. Akan tetapi,
10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap manusia yang hidup memiliki tujuan dalam kehidupan mereka. Tujuan hidup manusia pada umumnya selain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya juga untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu tahap perkembangan tersebut adalah masa dewasa awal. Menurut Hurlock
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dalam kehidupannya pasti menjalani tahapan perkembangan, salah satu tahap perkembangan tersebut adalah masa dewasa awal. Menurut Hurlock (1996)
Lebih terperinciGURU. Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Ayo silahkan perkenalkan diri.
INT. CLASSROOM - DAY Suasana kelas yang bising akan obrolan murid terhenti oleh sahutan guru yang mendatangi mereka dan membawa seorang murid yang berdiri di depan pintu kelas. GURU Anak-anak, hari ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).
Lebih terperinciUNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I LATAR BELAKANG MASALAH 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap manusia memiliki tugas perkembangannya masing-masing sesuai dengan tahap perkembangannya. Mahasiswa memiliki berbagai tugas
Lebih terperinciWritten by Daniel Ronda Saturday, 08 February :22 - Last Updated Wednesday, 29 October :08
Oleh Daniel Ronda Zaman sekarang pria dan wanita mendapat peluang yang sama dalam karir dan kesempatan, sehingga pria dan perempuan bekerja bersama dan melakukan interaksi yang intens dalam tugas. Bahkan
Lebih terperinci