HUBUNGAN SIKAP AKSEPSTOR KB DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA SUNGAI PUTIH WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMPAR TIMUR TAHUN 2014

Transkripsi

1 Hubungan Sikap Aksepstor KB Dengan Penggunaan Kontrasepsi Suntik Di Desa Sungai Putih Wilayah Kerja Puskesmas Kampr Timur Tahun 04 HUBUNGAN SIKAP AKSEPSTOR KB DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA SUNGAI PUTIH WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMPAR TIMUR TAHUN 04 Alini Dosen STIKes Tuanku Tambusai Riau, Indonesia ABSTRACT Family Planning has a role in reducing the risk of maternal mortality through prevention of pregnancy, pregnancy through maturation delay child-bearing age and spacing of pregnancy. Injectable contraceptives in Indonesia is one of the popular contraceptives, injectable contraceptives because of this practical method is a simple way of administration, long duration of drug action and acceptor do not need to take medication every day. The purpose of this study was to determine the relationship of family planning acceptors attitude to the use of injectable contraceptives in the village of White River Puskesmas 04 East Kampar. Results showed that the proportion of women using contraception injections in the village of White River as many as 4 people ( % ) and the attitude of the acceptor KB of KB injection was positive in 39 ( 54.0 % ). Based on Chi - Square test showed that there was no relationship with the attitude of family planning acceptors injectable contraceptive use ( p-value 0.80 > 0.05 ), so that Ho is accepted at the 0.05 significance level. Bilbliography : 7 (00-03) Keywords : Attitudes, Usage KB injection Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 6

2 Alini PENDAHULUAN Peranan Keluarga Berencana (KB) dalam kesehatan reproduksi adalah untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, sehingga kehamilan yang diinginkan berlansung dalam keadaan dan saat yang tepat, serta menjamin keselamatan ibu dan bayi yang dikandungnya. Keluarga Berencana memiliki peranan dalam menurunkan resiko kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, menunda kehamilan melalui pendewasaan usia hamil dan menjarangkan kehamilan. Kesehatan reproduksi bukan hanya menyangkut kesehatan fisik, bebas dari penyakit dan kecacatan, tetapi juga mengenai kesehatan mental dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua aspek yang berkaitan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi. Dengan demikian pelayanan KB merupakan upaya pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama (Pinem, 009). Kontrasepsi suntik di Indonesia merupakan salah satu kontrasepsi yang populer, karena metode kontrasepsi suntik ini praktis yaitu cara pemberiannya sederhana, durasi kerja obat yang lama dan akseptor tidak perlu memakan obat setiap hari (Sarwono, 006). Kontrasepsi suntik adalah obat pencegah kehamilan yang pemakaiannya dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat tersebut pada wanita subur (Maryani, 007). Berdasarkan data dari BKBPP Kabupaten Kampar, Puskesmas Kampar Timur nomor tiga yang memiliki akseptor KB suntik paling sedikit yaitu pada tahun 0 sebanyak 747 akseptor dan tahun 03 sebanyak 43 akseptor. Di wilayah kerja Puskesmas Kampar Timur terdapat 9 Desa, yang memiliki data akseptor KB suntik yang paling sedikit adalah di Desa Sungai Putih, dengan persentase sebagai berikut: Tabel :Persentase Penggunaan KB suntik di Desa Sungai Putih tahun 0-03 Tahun Persentase 0 37,65% Triwulan I 03,05% Triwulan II 03 5,58% Triwulan 03 Triwulan 03 III IV 5,38% 6,88% Sumber: Puskesmas Kampar Timur 0-03 Dari tabel menunjukkan penggunaan kontrasepsi suntik di Desa Sungai Putih tahun 0 sampai 03. Terlihat adanya fluktuasi dalam penggunaan kontrasepsi suntik, tahun 0 (37,65%), tahun 03 triwulan I (,05%), triwulan II 03 (5,58%) dan triwulan III 03 (5,38%) dan mengalami peningkatan pada triwulan IV (6,88%) (Rekam Medik Puskesmas Kampar Timur, 03). Sikap merupakan penilaian bisa berupa pendapat seseorang terhadap stimulus atau objek. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek tersebut. Dimana sikap mempunyai Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 6

3 Hubungan Sikap Aksepstor KB Dengan Penggunaan Kontrasepsi Suntik Di Desa Sungai Putih Wilayah Kerja Puskesmas Kampr Timur Tahun 04 beberapa komponen yaitu kepercayaan (kayakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional, atau evaluasi terhadap suatu objek dan yang terakhir kecendrungan untuk bertindak (tren to behave). Beberapa komponen tersebut secara bersamasama membentuk sikap yang utuh (total attitude) (Notoatmodjo, 007). Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (007), perilaku manusia dapat dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor perilaku dan faktor luar prilaku. Perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor yaitu faktor prediposisi yang meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai. Faktor pendukung yang meliputi lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas dan sarana kesehatan. Faktor pendorong yang meliputi sikap dan perilaku petugas kesehatan. Sikap seseorang terhadap penggunaan kontrasepsi ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, budaya, ketersediaan fasilitas serta sikap dan perilaku tenaga kesehatan, sehingga mendukung dan memperkuat terbentuknya sikap seseorang terhadap kontrasepsi. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Desa Sungai putih pada tanggal 7 Februari 04, jumlah akseptor KB pada tahun 03 sebanyak 84 akseptor. Hasil wawancara kepada 0 orang akseptor yang memakai kontrasepsi, 6 dari 0 bersikap negatif terhadap KB suntik karena tingginya biaya hidup sehingga akseptor lebih menyukai kontrasepsi jangka panjang seperti Implant dan sibuk bekerja membantu perekonomian keluarga, 4 akseptor yang bersikap positif terhadap KB suntik karena akseptor nyaman dengan metode kontrasepsi ini. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini penulis menggunakan desain penelitian analitik kuantitatif, penelitian ini dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang didalam aplikasinya dengan menggunakan kuesioner yang harus dijawab oleh responden. Penelitian dilakukan di Desa Sungai Putih wilayah kerja Puskesmas Kampar Timur. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 8- Februari 04. Populasi dalam penelitian ini adalah semua akseptor KB yang terdata di Desa Sungai Putih pada bulan Januari sampai Februari 04 berjumlah 7 akseptor. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total populasi, yaitu seluruh akseptor KB yang berdomisili di Desa Sungai Putih bulan Januari sampai Februari 04 yang berjumlah 7 akseptor. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang berisi 0 pertanyaan, terdiri dari 0 pernyataan positif dengan nomor soal -0 dan 0 pernyataan negatif dengan nomor soal -0. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat dan analisa bivariat. Analisis bivariat menggunakan uji chisquare dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat kemaknaan p value Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 63

4 Alini <0,05. Analisa data menggunakan bantuan program komputerisasi. HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada tanggal 8 sampai Februari 04, dengan jumlah responden sebanyak 7 akseptor KB di Desa Sungai Putih Wilayah Kerja Puskesmas Kampar Timur. Data yang di ambil pada penelitian ini meliputi sikap (variabel independen) dan penggunaan KB suntik (variabel dependen). Dari penyebaran kuesioner didapatkan hasil sebagai berikut: Analisa Univariat. Karakteristik Responden Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan No Pendidikan Frekuensi Persentase SD 30,56 SMP 3 3,94 3 SMA 4 33,33 Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penghasilan per bulan No Penghasilan (Rp) Frekuensi Persentase < , ,6 Total 7 00 Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemakain Kontrasepsi dengan Penghasilan Kurang Rp No Kontrasepsi Frekuensi Persentase Suntik 3 40,54 Pil 8,6 3 Implant 9,73 4 MOW 5 3,5 Total Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemakain Kontrasepsi dengan Penghasilan Rp No Kontrasepsi Frekuensi Persentase Suntik 3,43 Pil 8,86 3 Implant 34,8 4 MOW 4,43 Total Perguruan Tinggi 3 4,7 Tabel 7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Anak Total 7 00 Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Suami No Pekerjaan Frekuensi Persentase 3 4 Petani Buruh PNS Swasta ,00 9,44,39,78 5 Wiraswasta 9 6,39 Total 7 00 Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu No Pekerjaan Frekuensi Persentase 3 4 Petani Buruh PNS IRT , 4,7,39 73,6 5 Swasta,78 6 Wiraswasta 5 6,94 Total 7 00 No Paritas Frekuensi Persentase Primipara Multipara ,6 76,39 Total 7 00 Tabel 8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemakain Kontrasepsi dengan Anak Multipara No Kontrasepsi Frekuensi Persentase Suntik 7 30,9 Pil,8 3 Implant 7 30,9 4 MOW 9 6,36 Total Tabel 9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemakain Kontrasepsi dengan Anak Primipara No Kontrasepsi Frekuensi Persentase Suntik 7 4,8 Pil 4 3,53 3 Implant 6 35,9 4 MOW 0 0 Total Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 64

5 Hubungan Sikap Aksepstor KB Dengan Penggunaan Kontrasepsi Suntik Di Desa Sungai Putih Wilayah Kerja Puskesmas Kampr Timur Tahun 04 Tabel 0 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Anak Paling Kecil No Usia Anak Paling Kecil Frekuensi Persentase <5 tahun 38 5,78 5 tahun 34 47, Total 7 00 Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kontrasepsi yang Digunakan Sekarang No Kontrasepsi Frekuensi Persentase 3 4 Suntik Pil Implant AKDR ,33, 3, MOW 9,50 Total 7 00 Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Kontrasepsi Yang Saat ini Digunakan No Lama Penggunaan Frekuensi Persentase <5 tahun 58 80,56 5 tahun 4 9,44 Total Sikap Akseptor KB Tentang KB Suntik Tabel 3 Distribusi Frekuensi Sikap Akseptor KB Tentang KB Suntik No Sikap Frekuensi Persentase Positif Negatif , 0 45,80 Total Penggunaan KB Suntik Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Penggunaan KB Suntik No Menggunakan Frekuensi Persentase Ya Tidak ,33 66,67 Total 7 00 Analisa Bivariat Tabel 5 Hubungan Sikap Akseptor KB dengan Penggunaan KB Suntik Sikap Aksep Penggunaan KB Suntik Total P Value tor KB Ya Tidak N % N % N % Positif 30, 7 69, , Negatif 36, 36 63, PEMBAHASAN A. Sikap Akseptor KB Tentang KB Suntik Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa lebih banyak responden memiliki sikap positif terhadap KB suntik yaitu 39 orang (54,0%). Hal ini dapat dipengaruhi oleh pendidikan, untuk mengubah sikap yang cendrung negatif menjadi sikap yang cendrung positif harus memperoleh pendidikan. Lembaga pendidikan merupakan suatu system yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan pendidikan meletakkan dasar pengertian dan konsep dalam diri individu. Pendidikan tersebut sangat menentukan sikap individu terhadap suatu hal (Azwar, 005). Pendidikan akseptor KB juga merupakan faktor penunjang dalam penggunaan KB suntik. Dimana pendidikan merupakan cara memperoleh pengetahuan dan berpengaruh dalam sikap seseorang, seperti halnya dalam sikap akseptor KB dengan penggunaan KB suntik, mayoritas responden memiliki pendidikan yang cukup tinggi yaitu SMA sebanyak 4 orang (33,33%). Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku seseorang akan pola hidupnya, terutama untuk sikap yang berperan dalam pemegang kesehatan. Newcomb dalam Notoatmodjo (00), salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 65

6 Alini kesiapan atau kesediaan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai penghayatan terhadap objek. Apabila individu memiliki sikap yang mendukung terhadap suatu stimulus atau objek kesehatan, maka responden akan mempunyai sikap yang menerima, merespon, menghargai dan bertanggung jawab. Sebaliknya bila responden memiliki sikap tidak mendukung terhadap suatu objek, maka responden akan memiliki sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak setuju (Notoatmodjo, 007). Hasil penelitian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (007), bahwa sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang baik atau buruk terhadap suatu stimulus atau objek, jadi dengan adanya sikap yang baik maka akan ada reaksi baik pula terhadap suatu objek dan sebaliknya. Untuk mengubah sikap yang cenderung negatif menjadi sikap yang cenderung positif harus memperoleh pendidikan. Lembaga pendidikan merupakan suatu sistem yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan meletakkan dasar pengertian dan konsep dalam diri individu. Pendidikan tersebut sangat menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal (Azwar, 005). B. Hubungan Sikap Akseptor KB dengan Penggunaan KB suntik Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang bersikap positif lebih cendrung tidak menggunakan KB suntik sebanyak 7 orang (69,3%). Berdasarkan uji statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap akseptor KB dengan penggunaan KB suntik di Desa Sungai Putih wilayah kerja Puskesmas Kampar Timur. Hal ini dibuktikan P value = 0,80 > α 0,05, sehingga Ho diterima pada derajat kemaknaan 0,05. Faktor sikap sangat berhubungan dengan perilaku responden dalam menggunakan KB suntik. Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau hasil perasaan. Pembentukan sikap tidak terjadi dengan sendirinya tetapi senantiasa berlansung dalam interaksi dan berkaitan dengan objek tertentu. Interaksi didalam kelompok dan diluar kelompok dapat mengubah sikap atau membentuk sikap yang baru. Semakin baik atau positif sikap seseorang terhadap KB suntik maka orang tersebut akan semakin banyak menggunakan KB suntik. Purwanto dalam Wawan (0), menyampaikan bahwa sikap dapat bersifat positif atau dapat bersifat negatif, sikap positif kecendrungan tindakannya adalah mendekati, menyayangi dan mengharapkan obyek tertentu. Sikap negatif terdapat kecendrungan untuk Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 66

7 Hubungan Sikap Aksepstor KB Dengan Penggunaan Kontrasepsi Suntik Di Desa Sungai Putih Wilayah Kerja Puskesmas Kampr Timur Tahun 04 menjauhi, menghindari, membenci dan tidak menyukai objek tertentu. Setelah dilakukan pengolahan data didapatkan banyaknya akseptor yang memiliki sikap positif tetapi tidak menggunakan KB suntik, seharusnya dengan sikap positif yang dimiliki akseptor maka akseptor tersebut akan lebih cendrung menggunakan KB suntik sebagai alat kontrasepsi. Faktor penyebab akseptor cendrung bersikap positif dan tidak menggunakan KB suntik adalah faktor ekonomi, paritas dan gratisnya alat kontrasepsi. Menurut Yanuar (00), faktor ekonomi yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi adalah pekerjaan dimana pekerjaan seseorang berpengaruh pada metode kontrasepsi yang dipilih. Petani, buruh dan ibu rumah tangga lebih memilih metode kontrasepsi yang praktis, efektif dan harga yang terjangkau disesuaikan dengan penghasilan mereka. Ibu rumah tangga lebih memilih metode kontrasepsi yang mempunyai efek samping yang sedikit, tidak perlu pengawasan terus-menerus dan mudah untuk mengontrolnya. Teori ini sesuai dengan hasil pengolahan data yang penulis peroleh mayoritas pekerjaan akseptor adalah Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 53 orang (73,6%), dengan sebagian akseptor menggunakan KB suntik sebanyak 4 orang (33,33%) dan implant 3 orang (3,94%). Sehingga responden lebih memilih metode kontrasepsi yang mempunyai efek samping yang sedikit, tidak perlu pengawasan terus menerus dan mudah untuk mengontrolnya. Selain faktor pekerjaan, biaya lansung juga dapat mempengaruhi sikap seseorang terhadap pemakain KB, jadi apakah suatu metode yang diinginkan membutuhkan biaya besar hanya satu kali atau serangkaian biaya ringan selama beberapa waktu (WHO, 007). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang penulis peroleh bahwa mayoritas responden memiliki penghasilan kurang dari Rp , sebanyak 37 orang (5,39%), responden lebih memilih KB yang efektivitasnya tinggi dengan jangka waktu perlindungan yang lama, sehingga responden bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa harus memikirkan biaya kontrasepsi. Selain itu, kontrasepsi yang merupakan program dari pemerintah (seperti implant, suntik tiga bulanan, dan lain-lain), sehingga akseptor tidak perlu memikirkan biaya untuk kontrasepsi. Selain faktor ekonomi, paritas juga mempengaruhi akseptor dalam pemilihan penggunaan kontrasepsi. Menurut Yanuar (00), jumlah anak yang dimiliki akan mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi yang akan digunakan, semakin banyak anak yang dimiliki Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 67

8 Alini maka semakin besar kecendrungan untuk menghentikan kesuburan sehingga lebih cendrung untuk memilih metode kontrasepsi jangka panjang. Hasil pengolahan data menunjukkan mayoritas responden memiliki anak atau lebih (multiparitas) yaitu 55 orang (76,39%) dengan sebagian besar akseptor menggunakan kontrasepsi implant dan suntik masing-masing 7 orang (30,9%). Jumlah anak yang dimiliki mempengaruhi akseptor KB dalam pemilihan metode kontrasepsi yang akan digunakan, semakin banyak anak yang dimiliki maka semakin besar kecendrungan untuk memilih metode kontrasepsi mantap atau berefektivitas yang tinggi dan akseptor sudah tepat dalam memilih kontrasepsi yang berefektivitas yang tinggi untuk menjarangkan anak atau menunda kesuburan. Berkaitan dengan responden lebih memilih kontrasepsi suntik dan implant disebabkan karena gratis yang merupakan program dari pemerintah, praktis, jangka waktu kerja implant lebih lama dan tidak memerlukan pengawasan terus menerus dan mudah untuk mengontrolnya. Tidak meratanya penggunaan kontrasepsi di Desa Sungai Putih disebabkan karena masyarakatnya berpartisipasi dengan baik dengan program KB yang di canangkan oleh Pemerintah. Sehingga akseptor memakai KB sesuai dengan kebutuhan tanpa melihat status ekonomi. Pembentukan sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang lain, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan, agama dan pengaruh factor emosional (Azwar, 005). Menurut Snehandu B. Kar dalam Notoatmodjo (007), perilaku seseorang bertitik tolak dari niat seseorang untuk bertindak yang berhubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya, dukungan sosial dari masyarakat sekitar, kemudian ada tidaknya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan, keinginan pribadi seseorang dalam mengambil tindakan atau keputusan serta situasi yang memungkinkan seseorang untuk bertindak atau tidak bertindak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hastuti (03), dengan judul hubungan sikap Wanita Usia Subur (WUS) dengan penggunaan KB suntik di BPS Sunarsi Sumber Lawang Sragen tahun 03. Berdasarkan hasil uji statistic menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap WUS dengan penggunaan KB suntik, dengan hasil P = 0,53 > α 0,05. Penelitian Anik (0), mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Pasangan Usia Subur (PUS) dalam pemilihan kontrasepsi suntik di Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 68

9 Hubungan Sikap Aksepstor KB Dengan Penggunaan Kontrasepsi Suntik Di Desa Sungai Putih Wilayah Kerja Puskesmas Kampr Timur Tahun 04 BPS Yacinta Plumbon Tawamangu tahun 0. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara sikap dengan perilaku PUS dalam pemilihan kontrasepsi suntik. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan pada penelitian sebagai berikut:. Ibu yang memakai KB suntik di Desa Sungai Putih wilayah kerja Puskesmas Kampar Timur tahun 04 sebanyak 4 orang (33,33%). Sikap akseptor KB tentang KB suntik di Desa Sungai Putih wilayah kerja Puskesmas Kampar Timur tahun 04 adalah positif sebanyak 39 orang (54,0%). 3. Tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap akseptor KB dengan penggunaan KB suntik di Desa Sungai Putih wilayah kerja Puskesmas Kampar Timur tahun 04. Hal ini dibuktikan dengan P Value 0,80 > 0,05, sehingga Ho diterima pada derajat kemaknaan 0,05. DAFTAR PUSTAKA Anik, Hutari W. (0). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pasangan Usia Subur (PUS) dalam Pemilihan Kontrasepsi Suntik di BPS Yacinta Plumbon Tawamangun tahun 0. Diperoleh Januari content/uploads/03/08/jurnal- Hutari-Sekeon AKK.pdf Arikunto, Suharsimi. (00). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Azwar. S. (005). Sikap Manusia dan Teori Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Wilayah Hartanto, Hanafi. (004). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta: Pustaka Bina Pustaka Hastuti. (03). Hubungan Sikap Wnita Subur (WUS) dengan Penggunaan KB Suntik di BPS Sunarsi Sumber Lawang Sragen tahun igital/arini%0estetia%0hastuti.pd f. Diperoleh tanggal 0 Januari 04. Henny, (009).Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu PUS Akseptor Kontrasepsi Non Hormonal tentang Kontrasepsi Hormonal di Desa Telaga Sari Kec. Tanjung Morowa Tahun FK/pdf/09E0377.Diperoleh 5 Desember 03. Hidayat, Aziz Alimul. (007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.Jakarta: Salemba Medika. Maryani, H. (007). Cara Tepat Memilih Alat Kontrasepsi Keluarga Berencana. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Notoatmodjo, Soekidjo. (00). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Asdi Mahasatya Notoatmodjo, Soekidjo. (005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. (007) Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. (00). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 69

10 Alini Pinem, Saroha. (009). Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info Media. Puskesmas Kampar Timur (03). Laporan Kegiatan Program Keluarga Berencana. Februari 04 Sumantri, Arif (0). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana Wawan, Dewi (0). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia, Yogyakarta:Nuha Medika WHO.(007). Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta: EGC Yanuar, (00).Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Pasangan Usia Subur Tentang KB terhadap Pemilihan Kontrasepsi di Lingkungan Kelurahan Joho Kecamatan Sukoharjo. org/uii/kti/47550.html. Diperoleh 6 Desember 03. Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 70