Niken Dyah Ariesti, Istianatus Sunnah, I Gusti Raka Widiantara

Transkripsi

1 15 EFFECTIVENESS TEST OF KERSEN (Muntingia calabura L.) LEAVES EXTRACT OINTMENT IN TE INFECTED WOUND EALING PERIODS ON TE WITE RATS INFECTED Staphylococcus aureus Niken Dyah Ariesti, Istianatus Sunnah, I Gusti Raka Widiantara ABSTRACT Kersen (Muntingia calabura L.) leaves contains flavonoids, saponins, and tannins which expected to have effect in the wound healing periods. This study aims the effect kersen (Muntingia calabura L.) leaves extract ointment in the wound healing periods on the white rats of wistar have been infected Staphylococcus aureus bacteria. This research is pure experimental research Post Test Control Design. Population consist of twenty-five white male rats of wistar were divided into five treatment groups randomly. Negative control (vaselin album and paraffin liquidum), positive control (Gentamicin 0.1% ointment), kersen (Muntingia calabura L.) leaves extract ointments 10%, 20 %, and 40%. Treatment was given three times a day at 8 hours intervals, observations were made up to a wound healed. Incision wound has been made on the backs of rat with 2 cm length and 0,25 depth. Data obtained has the wound healing periods within days were analyzed using SPSS 19.0 for Windows with a level of 95%. Analysis was using one way ANAVA and LSD test. The results showed that the kersen (Muntingia calabura L.) leaves extract ointment in levels 20% and 40% are 7 ±0,71 and 6,2 ±0,84 days as effective as positive control (Gentamicin 0.1% ointment) in infected wound healing with p value of 1,000 (P>0,05) and 0,178 (p> 0,05). Keywords : kersen (Muntingia calabura L.) leaves extract ointment, Staphylococcus aureus, infected wound.

2 16 UJI EFEKTIVITAS SALEP EKSTRAK DAUN KERSEN (Muntingia calabura L.) TERADAP LAMA KESEMBUAN LUKA INSISI TIKUS PUTI YANG TERINFEKSI BAKTERI Staphylococcus aureus Niken Dyah Ariesti, Istianatus Sunnah, I Gusti Raka Widiantara INTISARI Daun kersen (Muntingia calabura L.) mengandung senyawa flavonoid, saponin, dan tanin diduga mempunyai efek terhadap lama kesembuhan luka infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek salep ekstrak daun kersen (Muntingia calabura L.) terhadap lama kesembuhan luka insisi terinfeksi bakteri Staphylococcus aureus pada tikus jantan galur wistar. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan Post Test Control Design. Populasi meliputi dua puluh lima ekor tikus putih jantan galur wistar dibagi menjadi lima kelompok perlakuan secara acak. Kontrol negatif (vaselin alba dan paraffin liquidum), kontrol positif (salep Gentamicin 0,1%), kelompok perlakuan salep ekstrak daun kersen (Muntingia calabura L.) 10%, 20%, dan 40%. Perlakuan diberikan sebanyak tiga kali sehari dengan interval 8 jam, pengamatan dilakukan sampai luka sembuh. Luka insisi dibuat pada punggung tikus sepanjang 2 cm dengan kedalaman 0,25 cm. Data yang didapat berupa lama kesembuhan luka dalam hari dianalisa menggunakan SPSS 19.0 for Windows dengan taraf kepercayaan 95%. Analisa dengan metode ANAVA satu jalan dilanjutkan dengan uji LSD. asil penelitian menunjukkan bahwa salep ekstrak daun kersen (Muntingia calabura L.) pada kadar 20% dan 40% adalah 6,2 ±0,71 dan 7 ±0,84 hari mempunyai efektivitas yang sama dengan kontrol positif (salep Gentamicin 0,1%) dalam kesembuhan luka infeksi dengan p value 1,000 (P>0,05) dan 0,178(p>0,05) Kata kunci : Daun kersen (Muntingia calabura L.), Staphylococcus aureus, luka...insisi PENDAULUAN Daun kersen mengandung senyawa seperti flavonoid, triterpenoid, tanin, saponin dan steroid. Flavonoid berfungsi sebagai antioksidan, antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks dengan protein extraseluler, protein terlarut, serta mengganggu integritas membran sel bakteri. Salah satu bakteri yang dapat menyebabkan infeksi adalah Staphylococcus aureus (Pusputa, Y.A., 2010). Staphylococcus aureus merupakan salah satu kuman yang, mempunyai kemampuan besar untuk menimbulkan penyakit infeksi pada luka yang berefek pada terjadinya radang bernanah. Prevalensi kejadian terjadinya luka yang disebabkan infeksi Staphylococcus aureus dapat memperpanjang fase inflamasi luka dan memperpanjang waktu kesembuhan luka (Jawetz, et al 1996)..

3 2 asil penelitian yang dilakukan oleh Prima Ayu Wibawati, pemberian ekstrak daun sirih merah (Piper betle Var. Rubrum) dapat meningkatkan waktu tiga hari lebih cepat daripada kontrol (luka insisi yang diinfeksi Staphylococcus aureus tanpa pemberian ekstrak daun sirih merah) yang diujikan pada tikus putih.karena Sirih merah mengandung flavonoid, saponin. Pengobatan terhadap luka terutama yang mengalami infeksi dengan obat-obat sintetis telah berkembang dan banyak penemuan berbagai zat kimia sebagai antibakteri. Tetapi karena pertimbangan terhadap zat kimia sintetik yang mahal dan mempunyai efek samping terhadap organ vital, serta penggunaan antibiotik untuk infeksi akibat Staphylococcus aureus kurang efesien, maka pengobatan dengan herbal alami menarik perhatian para ahli di bidang medis sebagai alternatif pengganti yang lebih poten, murah, memiliki efek samping yang relative kecil, dan terjamin ketersediaannya. Berdasarkan hal tersebut maka diharapkan salep ekstrak etanol daun kersen dalam kadar tertentu dapat meningkatkan lama kesembuhan luka insisi yang diinfeksi Staphylococcus aureus pada tikus putih. METODE PENELITIAN Alat Yang Digunakan Alat alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah alat cukur, scalpel, kertas saring, cawan penguap, water bath, gelas ukur, gelas beker, timbangan analisis, timbangan gram, tabung reaksi, cawan petri, ose, inkubator, dan pipet pasteur, miropipet, mikroskop, indikator p, pot salep dan kamera. Bahan Yang Digunakan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kersen (Muntingia calabura L.) yang berasal dari daerah Ungaran Jawa Tengah, salep gentamisin 0,1 %, eter, Staphylococcus aureus, Nutrient agar, vaselin putih, paraffin liquidum, NaCl, etanol 70%, pakan standar tikus, aquades steril,, 2 SO 4, Cl, Ferriklorida, kalium bikromat, formalin 1 %, cat gram A, gram B, gram C, gram D. CARA PENELITIAN Determinasi Tanaman Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Biosistematik Jurusan Biologi Fakultas MIPA Univesitas Diponegoro Semarang. Persiapan Sampel Daun kersen (Muntingia calabura L.) yang masih segar dirajang, dicuci menggunakan air mengalir sampai bersih kemudian ditiriskan. Kemudian dikeringkan, daun kersen kering dihaluskan dengan blender kemudian diayak menggunakan ayakan 30 mesh. Ekstraksi Daun Kersen Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi, serbuk daun kersen di maserasi menggunakan etanol 70% diperoleh maserat kemudian diuapkan demgam waterbath pada suhu 50 O C sampai diperoleh ekstrak etanol kental daun kersen.

4 3 Uji kualitatif Uji flavonoid ditambahkan 2 SO 4 terbentuk warna merah menunjukkan adanya senyawa flavonoid. Uji saponin ditambahkan air hangat, digojog kuat-kuat timbul buih menunjukkan adanya saponin. Uji tanin ditambahkan ferriklorida 0,1% adanya perubahan warna menjadi merah, hijau, ungu, biru atau hitam menunjukkan uji positif adanya senyawa tannin Pembuatan Salep Ekstrak Daun Kersen Basis salep yang digunakan yaitu vaselin album dan paraffin liquidum. Pengujian Sediaan Salep Pengujian sediaan salep ekstrak daun kersen dilakukan dengan cara Tes Organoleptik (diamati bentuk, warna dan bau), Tes omogenitas (dioleskan pada sekeping kaca transparan), Tes p. Pengujian ini dilakukan di awal dan akhir penelitian. Pengobatan Luka Insisi Tikus yang Diinfeksi Staphylococcus aureus Tikus dibius total dengan inhalasi eter per ekor, kemudian bagian punggung tikus diinsisi menggunakan scalpel sepanjang 2 cm dan kedalaman 0,25 cm. Luka insisi diinfeksi Staphylococcus aureus dengan meneteskan suspensi kuman yang telah dibuat sebanyak satu tetes pipet pasteur (0,05 ml) (Analia, 2001). Pengobatan topikal dilakukan 5 perlakuan P1 ( basis salep), P2 (salep Gentamicin 0,1%), P3 (SEDK) 10%, P4 (SEDK) 20%, P5 (SEDK) 40% sebanyak 40 mg tiap sekali oles. Perlakuan pengobatan dilakukan sebanyak 3 kali sehari dengan interval 8 jam sampai luka sembuh. Parameter kesembuhan luka ditandai dengan tidak adanya nanah dan keradangan, tepi luka yang menutup dan terkelupasnya jaringan nekrotik (Analia 2001). Analisis Data Data hasil penelitian diperoleh lama kesembuhan luka dalam hari dianalisis dengan SPSS 19.0 for windows dengan taraf 95% kepercayaan. ASIL PENELITIAN asil Determinasi Tanaman Kunci determinasi : 1b 2b 3b 4b 6b 7b 9b 10b 11b 12b 13b 14a 15a 109b 119b 120b 128b 129b 135b 136b 139b 140b 142b 143b 146b 154b 155b 156b 162b 163b 167b 169b 171b 177b 179a 180b 182b 183b 184b 185b 186a (Famili 73. Elaeocarpaceae) Muntingia calabura L. (Van Steenis,1987).

5 2 asil Uji Kualitatif = uji flavonoid. 2 = uji saponin. 3 = uji tanin. asil Uji Stabilitas Fisik asil pengujian stabilitas fisik Salep Ekstrak Daun Kersen (SEDK) yang dilakukan secara organoleptik menunjukan salep yang dibuat stabil, hasil tes homogenitas menunjukan salep yang dibuat homogen karena tidak terdapat perubahan mulai dari awal penelitian sampai akhir penelitian, hasil tes p menunjukan p 5 dan untuk salep gentamisin p 6. Tabel I. asil Uji LSD Perlakuan p-value Keterangan P1 P2 P3 P2 P3 P4 P5 P3 P4 P5 P4 P5 0,000 0,000 0,000 0,000 0,049 1,000 0,178 0,049 0,002 Tidak berbeda bermakna Tidak berbeda bermakna P4 Vs P5 0,178 Tidak berbeda bermakna Keterangan : P1 : Kontrol negatif ( basis salep) P2 : Kontrol positif (salep Gentamicin 0,1%) P3 : Salep ekstrak daun kersen (SEDK) dengan konsentrasi 10% P4 : Salep ekstrak daun kersen (SEDK) dengan konsentrasi 20% P5 : Salep ekstrak daun kersen (SEDK) dengan konsentrasi 40%

6 1 PEMBAASAN Berdasarkan hasil determinasi diperoleh kepastian bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah Muntingia calabura L. atau tanaman kersen. Uji kualitatif O kalkon O O flavanon larutan berwarna merah menunjukan positif mengandung flavonoid C C 3 3 C C 3 + Cl + Cl - C 3 C 3 saponin buih yang stabil menunjukan positif mengandung saponin. buih stabil + Fe 3+ + Fe() 3 Warna hijau tua Polifenol tanin larutan berwarna hijau menunjukan positif mengandung tannin. asil pengujian stabilitas fisik Salep Ekstrak Daun Kersen (SEDK) yang dilakukan secara organoleptik menunjukan salep yang dibuat stabil, hasil tes homogenitas menunjukan salep yang dibuat homogen, hasil tes p menunjukan rentang p untuk kulit (4,5-6,5) dari hasil uji stabilitas fisik tersebut salep dalam kondisi stabil sehingga salep dapat terabsorbsi optimal pada permukaan kulit. asil uji LSD membuktikan bahwa salep ekstrak daun kersen

7 16 dengan konsentrasi 20% dan 40% mempunyai kandungan bahan yang dapat mempercepat penyembuhan luka yang sebanding dengan salep Gentamicin 0,1%. Karena salep ekstrak daun kersen mengandung flavonoid, saponin dan tanin yang merupakan senyawa yang berkhasiat sebagai antibakteri dengan mekanisme kerja mengganggu permeabilitas membran sel bakteri, yang mengakibatkan kerusakan membran sel dan menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel bakteri yaitu protein, asam nukleat dan nukleotida sehingga menyebabkan kematian sel. Dalam penelitian ini senyawa yang memberikan efek terbesar terhadap kesembuhan luka adalah flavonoid karena kandungan flavonoid paling tinggi (++) dalam daun kersen, selanjutnya saponin (+) dan tanin (+) yang mendukung mekanisme kerja flavonoid dalam proses kesembuhan luka. Saponin mampu memacu pembentukan kolagen, yaitu protein struktur yang berperan dalam proses penyembuhan luka. Tanin memiliki aktivitas antibakteri, toksisitas tanin dapat merusak membran sel bakteri. Berdasarkan hasil yang diperoleh membenarkan penelitian Prima Ayu Wibawati bahwa tanaman yang mengandung flavonoid dan saponin dapat memperpendek lama kesembuhan luka yang yang terinfeksi bakteri Staphylococcus aureus. KESIMPULAN Rerata lama kesembuhan luka insisi pada pemberian salep ekstrak daun kersen dengan kadar 20% dan 40 %, masing masing 7 hari ±0,71 dan 6,2 hari ±0,84 mempunyai efek terhadap lama kesembuhan luka yang sebanding dengan salep Gentamisin 0,1%. SARAN 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan membandingkan dasar salep mana yang paling baik sebagai pembawa untuk ekstrak daun kersen sebagai anti bakteri. 2. Pengamatan pada penelitian ini hanya sebatas pada pengamatan waktu kesembuhan melalui panca indera (pengamatan makroskopis). Perlu pengamatan gambaran mikroskopis luka untuk membandingkan kesembuhan luka secara makrokopis dengan mikroskopis. DAFTAR PUSTAKA 1. Puspita Y.A., 2010, Isolasi dan Uji Daya Antimikroba Ekstrak Daun Kersen (Muntingia calabura), skripsi, Universitas Negeri Semarang. 2. Jawetz, E.J.L., Melnick, E.A., Adelberg, G.F., Brooks, J.S., Butel, L.N., Ornston, 1996, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 20, 53-58, , ECG, Jakarta. 3. Taylor, C., Lilis, C., LeMone, P., 1997, Fundamental Of Nursing : The Art And Science Of Nursing Care, Lippinott-Raven Publishers : Philadelphia. 4. Wibawati, P.A., 2012, Pengaruh Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper betle var. Rubrum) Terhadap Waktu Kesembuhan Luka Insisi yang Diinfeksi Staphylococcus aureus pada Tikus Putih, skripsi, Fakultas kedokteran hewan Universitas Airlangga, Surabaya.

8 5. Analia, A. 2001, Perbandingan Lama Waktu Kesembuhan Luka yang Diinfeksi Stapylococcus aureus Setelah Pemberian Gerusan Daun Waru, Ekstrak Daun Waru (Graptophyllum pictum (L) Griff) dan Oksitetrasiklin secara Topikal pada Tikus Putih (Rattus norwegicus), Skripsi, Fakultas Kedokteran ewan Universitas Airlangga, Surabaya. 17