TINJAUAN PUSTAKA. Botani

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA. Botani"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman cabai besar (Capsicum annuum L.) menurut sejarah berasal dari Peru. Pada abad ke-15 baru menyebar ke benua Eropa dan Arnerika. Bangsa Eropa inilah yang menyebarkan ke daerah-daerah tropis seperti Indonesia (Rukmana 1996). Tanaman ini mempunyai manfaat yang bermacam-macam, misalnya digunakan sebagai rempah dan bahan pengobatan. Cabai mengandung vitamin A dan C yang cukup tinggi. Cabai besar (Capsicum annuum L) termasuk tanaman semusim yang berbentuk perdu, mempunyai akar yang menyebar. Penyebaran akamya dangkal sehingga cabang dan rambut akar banyak terdapat di permukaan tanah, dan semakin ke dalam akar-aka. tersebut semakin berkurang. Akar horizontal cepat berkembang di dalam tanah dan menyebar dengan kedalaman cm (Messiaen 1992). Tanaman ini mempunyai batang tegak, tingginya cm dari permukaan tanah. Daun berbentuk lonjong dan bagian ujungnya meruncing. Panjang daun antara 4-10 cm, dan lebarnya antara 1,5-4 cm. Cabai besar berbunga tunggal, yang keluar dari ketiak-ketiak dam. Posisi bunga menggantung, dan memiliki 5-6 daun mahkota bunga. Panjang bunga biasanya 1-1,s cm, lebar 0,5 cm dan panjang tangkai bunga 1-2 cm. Tangkai putik berwarna putih, panjangnya sekitar 0,5 cm. Sedangkan kepala putiknya berwarna kekuning-kuningan. Tangkai sari berwarna putih dengan

2 panjang sekitar 0,5 cm. Kepala sarinya yang belum matang berwarna biru atau ungu (Rukmana 1996). Struktur buah cabai besar terdiri atas kulit, daging buah clan sebuah plasenta tempat melekatnya biji. Bentuk buahnya memanjang antara 1-30 cm dan setelah tua berwarna merah kecoklatan sarnpai merah tua. Biji buah berwarna kuning kecoklatan (Prajnanta 1999). Di Indonesia tanaman cabai telah dikenal secara luas di kalangan para petani. Sentra produsen cabai sekarang ini tidak hanya di pulau Jawa, tetapi juga di luar pulau Jawa. Berdasarkan data Departemen Pertanian bahwa luas areal panen cabai pada tahun 1999 di Indonesia mencapai hektar dengan produksi sebesar ton. Produktivitas rata-ratanya sebesar 1,63 tonlha (Deptan 2000). Produksi ini sangat rendah jika dibandingkan dengan rata-rata produksi dunia 9,5 tonha. Berdasarkan data Informasi Hortilcultura dan Aneka Tanaman, Deptan (2000) produsen terbesar cabai adalah daerah Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan. Tanarnan cabai ini mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, sehingga berpeluang besar menjadi salah satu komoditas ekspor yang unggul. Berdasarkan data ekspor komoditi hortikultura, cabai merah telah berhasil diekspor ke negara Singapura, Taiwan, Emirat Arab dan Arab Saudi. Jenis-jenis cabai yang sudah dibudidayakan secara komersial dan berkembang di Indonesia ada 2 spesies, yaitu cabai besar (Capsicum annuum L.) dan cabai kecil (Capsicum fmtescens L.). Cabai besar di kenal 3 varietas, yaitu

3 cabai merah (varietas longurn), cabai keriting, dan cabai paprika (varietas grossum). Perbedaan varietas cabai merah besar dengan cabai merah keriting terletak pada morfologi buahnya. Cabai merah besar ukuran buahnya besar, panjang, ujungnya runcing, dan rasanya sedikit pedas serta agak manis. Buah pada saat muda berwarna hijau, dan setelah tua menjadi merah. Sedangkan cabai merah keriting ukuran buahnya panjang, runcing, kecil dan rasanya lebih pedas dari cabai merah besar. Disamping itu kulit buah agak tipis serta diameter buahnya lebih kecil dibanding cabai merah besar (Messiaen 1992; Rukmana 1996). Biologi Reproduksi Tanaman Pengetahuan tentang cara perkembangbiakan tanaman sangat penting bagi pemuliaan tanaman, karena dapat menentukan metode seleksi yang dipergunakan untuk memperoleh varietas unggul yang diharapkan. Cara perkembangbiakan tanaman secara seksual menggunakan 2 bagian organ reproduktif, yaitu mikrosporofil (androesium) dan megasporofil (ginoesium) (Kaufinan 1989; Sedgley & Griffin 1989). Mikrosporofil (Androesium) Menurut Crepet (1983); Sedgley & Griffin (1989) androesium adalah keseluruhan benang sari (stamen) yang terdiri atas kepala sari (anter) dan tangkai sari (filamen). Kepala sari yang matang mempunyai 2 kantung (lokus). Di dalam kantung ini terdapat serbuk sari (polen) yang jurnlahnya banyak sekali.

4 Proses ringkas terbentuknya inti sperma berawal dari sebuah sel induk serbuk sari (mikrospora) dalam kepala sari (anter) yang mengalami dua kali meiosis. Meiosis pertama menghasilkan sepasang sel haploid. Meiosis kedua menghasilkan 4 mikrospora haploid. Tiap mikrospora tersebut mengalami karyokinesis, sehingga memiliki 2 inti haploid. Inti tersebut adalah inti generatif dan inti saluran serbuk sari. Setelah terbentuk serbuk sari, inti generatif membelah membentuk 2 inti sperma (Kaufinanl989; Sedgley & Griffi 1989). Sebutir serbuk sari yang telah matang mengandung 3 inti haploid, yaitu sebuah inti saluran serbuk sari (inti vegetatif) dan dua buah inti sperma (inti generatif) (Satifah & Darjanto 1990; Suradinata 1998). Megasporofil (Ginoesium) r Menurut Suradinata (1998) karpel yang secara keseluruhan disebut alat kelamin betina (ginoesium) adalah megasporofil yang melipat memanjang, yang menutup satu atau lebih bakal biji. Megasporogenesis adalah proses pembentukan megaspora di dalam ovarium (Satifah & Darjanto, 1990). Proses awal terbentuknya inti sel telur adalah dimulai dari sebuah sel megaspora dalam ovulurn. Kemudian sel megaspora mengalami proses meiosis dua kali, sehingga menghasilkan 4 megaspora haploid. Tiga diantaranya mengalami degenerasi dan mati, sedangkan yang satu mengalami pembelahan secara mitosis 3 kali berturut-turut tanpa diikuti pembelahan plasma. Hasilnya sebuah sel besar yang mengandung 8 inti haploid yang disebut kantung embrio (Kaufman 1989; Sedgley & Griffin 1989). Tiga dari 8 inti ini

5 menempatkan diri di dekat mikrofil, tetapi dua diantaranya mengalami degenerasi (sinergid). Inti yang ketiga ini berkembang menjadi sel telur yang nantinya akan dibuahi oleh inti sperma. Tiga buah inti lainnya bergerak ke arah yang berlawanan lalu mengalami degenerasi pula (antipoda). Kemudian 2 inti yang tersisa bersatu di tengah kantung ernbrio dm membentuk sebuah inti diploid yang nantinya akm dibuahi f nti spma membentuk endosperma (Kaufman 1989; Satifah & Darjanto 1990; Suradinata I 998). Untuk lebih jelasnya tahapan pertumbuhan dm perkembangan megaspom &pat dilihat pada Gambar 1. Kandung Edllo Garnbar 1. Tahap perhmbuhan dm perkembangan megaspom pada tanaman (dari Kaufman, 1989).

6 Penyerbukan dan Pembuahan Serbuk sari yang telah matang akan melekat di kepala putik oleh berbagai vektor. Kepala putik yang reseptif akan mengeluarkan lendir. Lendir ini mengandung larutan gula dan zat-zat lain yang dibutuhkan untuk perkecambahan serbuk sari. Serbuk sari yang telah melekat di kepala putik akan menyerap lendir tadi, lalu akan menggembung dan berkecambah. Kemudian membentuk tabung serbuk sari yang memanjang dan masuk ke dalam tangkai putik. Tabung serbuk sari melekat pada ovulum dan masuk ke dalarn kantung embrio lewat mikrofil (Satifah & Darjanto 1990; Suradinata 1998). Di dalam tabung serbuk sari terdapat tiga inti haploid, yaitu inti saluran serbuk sari terdapat di depan sedang kedua inti spenna mengikuti dibelakangnya. Kedua inti spenna masuk ke kantung embrio. Salah satu inti spenna bersatu dengan inti sel telur dan membentuk zigot diploid, yang kemudian &an berkembang menjadi embrio. Inti spenna lainnya bersatu dengan inti diploid yang merupakan hasil penyatuan dari dua inti kutublinti polar yang menghasilkan inti triploid (3n). Setelah mengalami pembelahan berkali-kali, inti triploid ini akan membentuk jaringan besar yang berisi zat makanan untuk pertumbuhan embrio, yang biasa disebut endosperma atau putih lembaga (Crepet 1983; Kaufinan 1989; Satifah & Darjanto 1990). Pembuahan akan berjalan normal, bila serbuk sari dan inti sel telur dalam keadaan sehat dan subur (fertil). Oleh karena itu serbuk sari harus mempunyai daya turnbuh yang tinggi, sedang kepala putik hams merupakan medium yang baik untuk perkecambahan dan pertumbuhan serbuk sari. Untuk lebih jelasnya proses pembuahan pada tanarnan dapat dilihat pada Gambar 2.

7 Garnbar 2. Proses pembuahan dm embriogenesis pada tamman dik~til (dari Kaufman, 1989). Usaha-Usaha Mendolpatkan Twnaman Haploid Tanaman haploid adalah tanaman yang mempunyai jumlah kromosum yang sama dengan jumlah kromosom pada garnetnya (Wanimena 1992). Tanaman ini dapat dipergunakan untuk pembentukan galur murni. S e m alami tanaman

8 haploid dapat terjadi, namun fiekuensinya sangat kecil sekali. Pierik (1987) menyebutkan cara-cara mendapatkan tanaman haploid baik secara in vivo maupun secara in vitro. Secara in vivo, tanaman haploid diperoleh dengan cara-cara: (1) Ginogenesis yaitu perkembangan sel telur yang tidak dibuahi sebagai hasil persilangan antar jenis. (2) Androgenesis, perkembangan sel telur yang mengalami eliminasi, intinya diganti oleh inti gamet jantan. (3) Eliminasi genom, perkembangan zigot yang mengalami eliminasi salah satu genomnya sebagai hasil persilangan antar jenis atau antar marga. (4) Semigami, inti sel telur dan inti sel generatif serbuk sari berkembang dan menghasilkan khimera haploid. (5) Perlakuan kimiawi untuk mengeliminasi kromosom. (6) Pemberian kejutan dengan suhu tinggi atau rendah, dan (7) Radiasi dengan sinar X atau sinar UV. Tanaman haploid yang dihasilkan dengan cara in vitro dapat diperoleh melalui: (1) Kultur kepala sari, yaitu kepala sari yang telah diisolasi dari tanaman induk ditumbuhkan dalam medium buatan secara aseptik. (2) Kultur serbuk sari, yaitu serbuk sari dalam tingkat perkembangan tertentu diisolasi dari kepala sari, kemudian ditumbuhkan dalam medium sintetis. (3) Kultur perbungaan, seluruh perbungaan ditumbuhkan dalam medium buatan secara aseptik. (4) Kultur embrio yaitu penyelamatan embrio dari hasil persilangan antar jenis atau antar marga. Embrio ditumbuhkan secara aseptik dalam medium buatan. (5) Fertilisasi semu ailtar marga yang kemudian ditanam dalam kultur buatan secara aseptik. (6) Penumbuhan ovul yang tidak dibuahi dalam kultur buatan secara aseptik, dan (7) kombinasi antara radiasi gamet dan kultur ovarium.

9 Menurut Foroughi & Wenzel(1994), tanaman haploid diperoleh melalui dua cara: spontan dan secara induksi. Cara induksi diterapkan pada proses androgenesis dan partenogenesis. Pada androgenesis tanaman haploid dapat diperoleh melalui kultur anter, kultur floret, dan kultur mikrospora. Sedangkan pada partenogenesis tanaman haploid dapat dihasilkan melalui pseudogami, menggunakan gen-gen khusus, persilangan dengan tingkat ploidi yang berbeda, kultur ovul, dan penyelamatan embrio setelah kromosomnya tereliminasi. Tanaman haploid yang berasal dari gametofit betina berupa kantung embrio dan sel telur disebut partenogenesis. Untuk menghasilkan tanaman haploid, maka metode ini menerapkan pemisahan sel telur yang belum dibuahi, lalu diregenerasikan secara in vitro (Foroughi & Wenzel, 1994). Proses partenogenesis sama dengan proses ginogenesis, yaitu perkembangan dari bunga betina dengan diinduksi serbuk sari yang belum masak, atau serbuk sari yang diradiasi, dan juga dari serbuk sari kerabat jauh (Pierik 1987; Yang & Zhao 1990; Foroughi & Wenzel 1994). Proses ini telah dilakukan oleh Cuny et al. (1993) pada tanaman Cucumis melo L) yang dikombinasikan dengan cara in vitro. Keberhasilan Ginogenesis In Vitro Keberhasilan dalam induksi ginogenesis in vitro untuk menghasilkan tanaman haploid sangat ditentukan oleh beberapa faktor. Menurut Yang & Zhou (1990); Mukhambekzhanov (1997) faktor tersebut terutama adalah umur ginogenesium, genotipe tanaman, komposisi medium kultur, serta metode dan kondisi

10 kultur. Sedangkan menurut Pierik (1987), selain faktor-faktor tersebut keberhasilan induksi genogenesis in vitro ditentukan pula oleh suhu, cahaya, oksigen, dan kondisi pertumbuhan tanaman induk. Medium kultur untuk induksi ginogenesis adalah medium yang lengkap dan spesifik dibanding dengan kultur organ yang lain. Kultur embrio muda mem- butuhkan medium lebih lengkap dan spesifik daripada embrio dewasa (Yang &, Zhou 1990). Biasanya zat pengatur tumbuh BAP dan IAA ditambahkan ke dalam medium untuk merangsang proses diferensiasi atau dediferensiasi. Jenis dan konsentrasinya akan mempengaruhi arah pertumbuhan eksplan. Auksin adalah zat pengatur turnbuh yang berperan dalam pembesaran sel dan diferensiasi & Robert 1995). Auksin berpengaruh pula terhadap pembentukan kalus, senyawa etilen, buah partenokarpi, dominasi apikal dan respirasi (Wattimena 1988). Salah satu jenis auksin yang digunakan untuk menginduksi eksplan menjadi tanaman adalah indoleacetic acid (IAA). Pada konsentrasi optimum 0.1 mgll IAA dapat merangsang pembentukan tanaman pada kultur anter Nicotiana tabacum (Nitsch & Nitsch 1969). Pada kultur in vitro sitokinin berpengaruh terhadap pembelahan sel (Wattimena 1988). Benzylamino purine (BAP) merupakan sitokinin yang banyak digunakan dalam kultur in vitro. Seperti yang dilaporkan oleh Sukamto (1998), penambahan BAP pada medium MS dapat meningkatkan fi-ekuensi terbentuknya embrio somatik belimbing. BAP adalah zat pengatur turnbuh yang berfbngsi untuk merangsang terbentuknya tunas-tunas. Kombinasi BAP dan IAA pada konsentrasi BAP yang tinggi dan IAA yang rendah cocok untuk regenerasi

11 pengakaran dan pemanjangan tunas (Christopher & Rajam 1996). Sedangkan bila menggunakan kombinasi BAP dan IAA yang hampir seimbang, maka yang terinduksi adalah kalus. Seperti hasil penelitian Kesaulya (1996), penggunaan BAP 1,35 mg/l dan IAA 1,05 mg/l hanya mampu menginduksi pembentukan kalus dari jaringan somatik serbuk sari kentang kultivar ASX 5. Pernberian Gibberellic acid (GA3) pada tanarnan menyebabkan pertambahan panjang batang, menambah luas dam, dan menambah besar bunga serta daun (Wattimena 1988). GA3 pada konsentrasi 1 mg/l medium tidak meningkatkan pembentukan embrio, tetapi memacu pembentukan tunas pada kultur anter Nicotiana spp. (Nitsch & Nitsch 1969). Pada konsentrasi 1 mgfl medium, GA3 menyebabkan pemanjangan hipokotil dan menghasilkan tanaman yang kurus serta klorosis. Sukrosa merupakan sumber karbon yang paling baik dan biasa dipakai dalam kultur embrio, tetapi glukosa dan fruktosa terkadang juga dapat dipakai (Yang & Zhou 1990; Dodds & Roberts 1995). Selain sebagai sumber karbon, sukrosa berfiingsi pula sebagai pengatur tekanan osmotik yang sangat penting bagi embrio muda. Embrio dewasa biasanya tumbuh baik dalam kadar gula 2-3%, sedangkan embrio muda pada kadar 8-12% (Pierik 1987). Peningkatan konsentrasi gula dalam media kultur ternyata menghambat pembesaran sel somatik dan pembentukan kalus, namun dapat merangsang pembelahan sel dari serbuk sari. Frekuensi pembentukan embrioid tertinggi didapatkan pada perlakuan dengan kandungan gula sebanyak 10% dan terendah pada kadar 2% pada media tumbuh tanpa zat pengatur turnbuh (Gandawidjaja 1997). Redenbaugh et al.

12 (1981) dalam Gandawidjaja (1997), menyatakan bahwa pembentukan tanaman dihaploid pada kultur anter Ulmus americana makin meningkat dengan adanya interaksi antara kandungan gula dengan zat pengatur tumbuh dalam media kultur. Untuk mencapai keberhasilan pada kultur ginogenesis, khususnya kultur embrio atau biji muda maka vitamin, ekstrak malt, air kelapa dan kasein hidrolisat sering pula ditambahkan pada medium kultur. Ekstrak tersebut mengandung beberapa asam amino yang merupakan sumber nitrogen yang sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan embrio selanjutnya (Yang & Zhou 1990; Dodds & Roberts 1995). Selain itu stadium perkembangan ginoesium (ovarium dan ovul) sangat penting untuk keberhasilan induksi tanaman haploid. Pada penelitian Castillio dan Cistue (1993), bahwa penginduksian ovarium Hordeum vulgare untuk membentuk tanaman haploid terjadi pada kantung embrio stadium trinucleate, sedangkan pada tanaman barley kantung embrionya berada pada stadium uninuclear (berinti satu). Metode dan kondisi kultur sangat mempengaruhi keberhasilan induksi ginogenesis dalam membentuk tanaman haploid. Seperti yang dikatakan Mukharnbetzhanov (1997), pengisolasian ovarium dan ovul biasanya ditumbuhkan pada kondisi suhu "C, namun kadang-kadang juga dapat diturnbuhkan pada suhu rendah yaitu OC. Beberapa hasil penelitian telah dilaporkan bahwa umur tanaman untuk sumber eksplan, dan kondisi kultur sangat berpengaruh terhadap respons morfogenetik didalam memacu pertumbuhan kultur ovarium untuk membentuk tanaman haploid (Honkanen et al. 1992).

13 Menurut Mukhambetzhanov (1997) bahwa untuk menginduksi tanaman menjadi haploid sangat bergantung pada genotipe tanaman. Dilaporkan bahwa frekuensi untuk mendapatkan tanaman haploid terhadap perbedaan genotipe tanaman hanya 0,2 sampai dengan 1,I%. Interaksi antara umur biji muda dengan media dan kombinasi zat pengatur tumbuh dapat mempercepat proses perkecambahan biji muda cabai. Seperti yang dilaporkan Supena dan Suharsono (1997) media MS dengan kombinasi ZPT 0,l mgll BA + 0,5 mgll GA3 dan 0,l mg/l BA + 0,s mg/l IAA + 0,s mg/l GA3 mempercepat perkecambahan serta menginduksi perakaran pada biji muda cabai. Mukhambetzhanov (1997) melaporkan pula bahwa ada beberapa tanarnan yang telah berhasil diinduksi menjadi tanaman haploid melalui kultw ovarium yang tidak dibuahi yaitu Nicotiana tabacum, Triticum aestivum dan Beta vulgaris Efek Radiasi Sinar Gamma Menurut Djojosoebagio (1988) bahwa sinar gamma termasuk dalam kelompok radiasi elektromagnetik. Terjadinya kerusakan-kerusakan akibat radiasi bergantung kepada besarnya energi yang diserap oleh organisme. Satuan dosis radiasi dinyatakan sebagai banyaknya energi yang diserap oleh satu kesatuan benda disebut rad (radiation absorbes dose). Satu rad saka dengan penyerapan dosis radiasi sebanyak 100 erg oleh bahan yang diradiasi (Bosemark et at. 1994; van Harten 1998). Salah satu efek yang ditimbulkan oleh radiasi pada organisme adalah terjadinya mutasi. Mutasi adalah perubahan-perubahan yang permanen pada

14 struktur DNA (Bosemark et al. 1994). Mutasi gen terjadi karena perubahan pada struktur primer dari DNA. Mutasi gen dapat terjadi karena substitusi, tambahan ataupun hilangnya satu atau lebih basa-basa di dalam sebuah molekul DNA (Bosemark et ; van Harten 1998). Substitusi dapat timbul karena pasangan yang keliru pada susunan basa pada saat terjadinya proses replikasi. Kekeliruan di dalam pasangan dapat ditimbulkan karena terjadinya ionisasi pada basa-basa dan karena pergeseran secara tautomeris di dalam posisi atom-atomnya. Sedangkan penambahan atau kehilangan satu atau beberapa nukleotida akan menyebabkan mutasi ubah kerangka. Mutasi kromosom dapat disebabkan karena kerusakan benang gelendong atau tefhambatnya pembentukan bakal dinding sel, sehingga pembagian sel tidak dapat terbentuk setelah proses mitosis tejadi (Bosemark et al. 1994). DNA sangat sensitif terhadap radiasi, sehingga radiasi sinar gamma dapat menyebabkan perubahan DNA makhluk hidup (van Harten 1998). DNA memiliki peranan yang sangat penting di dalam sel, maka perubahan molekul ini akan menimbulkan efek atau gangguan dalam aktivitas sel. Serbuk sari cabai yang telah diradiasi yang digunakan untuk penyerbukan menyebabkan terbentuknya buah dan biji cabai yang berukuran kecil dibanding dengan hasil penyerbukan dengan serbuk sari yang tidak diradiasi (Fahrni 1996). Berbagai penelitian tentang pengaruh radiasi sinar gamma terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman telah dilikukan. Raquin (1984) dalam Suharsono (1993) menggunakan serbuk sari Petunia yang telah diradiasi untuk penyerbukan dalam rangka mendapatkan tanaman haploid. Demikian pula

15 Suharsono (1993) yang meradiasi serbuk sari tanaman Nicotiana tabacum untuk menghasilkan tanaman haploid dengan menggunakan dosis 600, 1000, 2000 Gy. Daya kecambah serbuk sari tembakau yang telah diradiasi 2000 Gy masih mencapai 65%, dan tidak berbeda nyata dengan yang tidak diradiasi. Abak & Caglar (1999), telah meradiasi serbuk sari ketimum (Cucumis sativus L.) untuk mendapatkan tanarnan haploid. Penggunaan dosis 300 Gy pada serbuk sari yang digunakan untuk penyerbukan, hanya menghasilkan 25-35% tanaman haploid. Demikian pula Faris et al. (1999) yang meradiasi serbuk sari ketimun untuk pembentukan embrio haploid. Pada Cucumis melo, Cuny et al. (1993) mendapatkan buah dan biji yang dihasilkan dari penyerbukan dengan menggunakan serbuk sari yang diradiasi dengan dosis 0,15 dan 1,6 kgy tidak berbeda nyata dengan yang dihasilkan dengan serbuk sari normal. Namun pada dosis 2,s kgy hanya menginduksi embrio sekitar 3,4%. Dari pembentukan embrio ini dapat menghasilkan 70% tanarnan haploid. Radiasi sinar gamma sering dipakai pula dalam usaha pernuliaan tanaman (Wattimena 1992; Zottini et al. 1997). Pada tanaman semangka, dosis 800 Gy yang diberikan pada serbuk sari yang digunakan untuk penyerbukan dapat menyebabkan buah yang terbentuk berbiji kecil dan jumlahnya sedikit dibanding dengan yang yang tidak diradiasi (Sugiyama & Morishita 1998). Demikian pula pada pir Jepang kultivar Hosui buah yang terbentuk dari hasil penyerbukan dengan serbuk sari yang telah diradiasi 20 Gy menghasilkan buah dan biji lebih sedikit dibanding dengan yang tidak diradiasi (Kotobuki et al. 1998). Organ generatif (serbuk sari) cabai (Capsicum annuum L.) dapat diradiasi dengan sinar

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia dikenal sebagai negara dengan tingkat keanekaragaman sumber daya hayati yang tinggi, khususnya tumbuhan. Keanekaragaman genetik tumbuhan di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Bunga Kedelai Induksi Androgenesis

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Bunga Kedelai Induksi Androgenesis 4 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Bunga Kedelai Bunga tanaman kedelai termasuk bunga sempurna dengan tipe penyerbukan sendiri yang terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup, sehingga kemungkinan kawin silang

Lebih terperinci

PROSES PEMBENTUKAN BIJI PADA ANGIOSPERMAE

PROSES PEMBENTUKAN BIJI PADA ANGIOSPERMAE PROSES PEMBENTUKAN BIJI PADA ANGIOSPERMAE DISUSUN OLEH: PREKDI S. BERUTU NIM: 160301034 Mata Kuliah : Teknologi Benih Dosen Pengampu : Risky Ridha, SP., MP PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara-negara berkembang dan yang sedang berkembang baik di

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara-negara berkembang dan yang sedang berkembang baik di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan tanaman hortikultura semusim yang mempunyai nilai ekonomi. Cabai rawit memiliki nilai tinggi untuk industri makanan dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Kultur in vitro merupakan suatu budidaya dalam botol. Salah satu kegiatan dalam kultur in vitro adalah kultur jaringan yaitu budidaya in vitro yang menggunakan

Lebih terperinci

SET 5 REPRODUKSI SEL 2 (GAMETOGENESIS) Gametogenesis adalah pembentukan gamet pada tubuh makhluk hidup. a. GametOGenesis pada manusia dan hewan

SET 5 REPRODUKSI SEL 2 (GAMETOGENESIS) Gametogenesis adalah pembentukan gamet pada tubuh makhluk hidup. a. GametOGenesis pada manusia dan hewan 05 MATERI DAN LATIHAN SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA BIOLOGI SET 5 REPRODUKSI SEL 2 (GAMETOGENESIS) Gametogenesis adalah pembentukan gamet pada tubuh makhluk hidup. a. GametOGenesis pada manusia dan hewan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja atau Soja max, tetapi pada tahun 1984 telah disepakati nama botani yang

Lebih terperinci

DUNIA TUMBUHAN. Plant 1. 1/24

DUNIA TUMBUHAN. Plant 1. 1/24 DUNIA TUMBUHAN CIRI-CIRI TUMBUHAN PENGELOMPOKAN TUMBUHAN A.TUMBUHAN TIDAK BERPEMBULUH B.TUMBUHAN BERPEMBULUH B.1.TIDAK BERBIJI B.2.BERBIJI B.2.1.GYMNOSPERMAE B.2.2.ANGIOSPERMAE Plant 1. 1/24 CIRI-CIRI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya produktivitas tebu dan rendahnya tingkat rendemen gula. Rata-rata produktivitas tebu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Perbanyakan tanaman secara generatif biasanya dilakukan melalui biji dan mengalami penyerbukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pisang merupakan salah satu jenis tanaman asal Asia Tenggara yang kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tanaman pisang memiliki ciri spesifik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit disebut dengan nama latin Elaeis guineensis Jacq. Elaeis berasal dari Elaion yang dalam bahasa Yunani berarti minyak. Guineensis

Lebih terperinci

HASIL Hubungan ciri morfologi malai jantan dan stadia mikrospora

HASIL Hubungan ciri morfologi malai jantan dan stadia mikrospora 3 HASIL Hubungan ciri morfologi malai jantan dan stadia mikrospora Morfologi malai jantan kelapa sawit dalam penelitian ini dibedakan berdasarkan ukuran pembukaan spata, posisi spikelet pada malai, dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai Cabai merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan. Cabai dikenal di Eropa pada abad ke-16, setelah diintroduksi oleh Colombus saat perjalanan pulang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Nanas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah di domestikasi disana

Lebih terperinci

Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup

Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup A. Pertumbuhan dan Perkembangan Hewan Pertumbuhan dan perkembangan hewan dimulai sejak terbentuknya zigot. Satu sel zigot akan tumbuh dan berkembang hingga terbentuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk kedalam famili Solanaceae. Terdapat sekitar 20-30 spesies yang termasuk kedalam genus Capsicum, termasuk diantaranya

Lebih terperinci

Keragaman Somaklonal. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP

Keragaman Somaklonal. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP Keragaman Somaklonal Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP Mekanisme Terjadinya Keragaman Somaklonal Keragaman somaklonal adalah keragaman genetik tanaman yang terjadi sebagai hasil kultur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman yang termasuk dalam famili Gramineae dan genus Oryza (Grist, 1959). Padi dapat tumbuh pada berbagai lokasi dan iklim yang berbeda.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983) diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Subkingdom : Spermatophyta Superdivisio : Angiospermae Divisio

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN XIV. POLIEMBRIONI, APOMIKSIS DAN EMBRIOLOGI EKSPERIMENTAL

POKOK BAHASAN XIV. POLIEMBRIONI, APOMIKSIS DAN EMBRIOLOGI EKSPERIMENTAL POKOK BAHASAN XIV. POLIEMBRIONI, APOMIKSIS DAN EMBRIOLOGI EKSPERIMENTAL Poliembrioni Poliembrioni adalah terdapatnya lebih dari satu embrio dalam satu biji. Orang yang melaporkan pertama kali, terjadinya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Taksonomi Tanaman Dracaena Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan beruas-ruas. Daun dracaena berbentuk tunggal, tidak bertangkai,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak digemari masyarakat Indonesia, sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Cabai merah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan usaha komersil pada mulanya hanya dikenal di negara-negara maju, namun

BAB I PENDAHULUAN. dan usaha komersil pada mulanya hanya dikenal di negara-negara maju, namun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Budaya menggunakan tanaman hias dan bunga bagi tujuan kesenangan dan usaha komersil pada mulanya hanya dikenal di negara-negara maju, namun akhirnya meluas hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanas atau Pineapple bukan tanaman asli Indonesia Penyebaran nanas di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman pengisi di lahan pekarangan, lambat laun meluas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi Umum Percobaan 25 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi Umum Percobaan Sejumlah faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan kultur adalah suhu, cahaya, karbondioksida, oksigen, etilen, dan kelembaban

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam industri otomotif dan merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memberikan sumbangan besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Nanas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah didomestikasi sebelum masa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan sensasi seperti terbakar (burning sensation) jika kontak dengan

I. PENDAHULUAN. memberikan sensasi seperti terbakar (burning sensation) jika kontak dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai (Capsicum) merupakan tanaman budidaya yang buahnya bersifat iritan (Cairns, 2004) dan mempunyai rasa pedas. Sifat iritan memberikan sensasi seperti terbakar (burning

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Jones dan Luchsinger (1979), tumbuhan anggrek termasuk ke dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari sekian banyak tumbuhan berbunga

Lebih terperinci

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang AgroinovasI Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale. L.) merupakan salah satu tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan kacang tanah dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan kacang tanah dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Kacang Tanah Kedudukan kacang tanah dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi Sub divisi Kelas Ordo Famili Genus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Melon

TINJAUAN PUSTAKA Botani Melon TINJAUAN PUSTAKA Botani Melon Klasifikasi botani tanaman melon adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantarum Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Sub-kelas : Sympetalae

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang berguna untuk bahan pangan, pakan, dan bahan baku industri. Selain itu, kacang tanah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan

BAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggrek merupakan jenis tanaman hias yang digemari konsumen. Jenis anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan Phalaenopsis dari Negara

Lebih terperinci

merangsang skutelum menghasilkan GA. GA dikirim ke sel-sel protein untuk membentuk enzim baru sebagai pelarut cadangan makanan.

merangsang skutelum menghasilkan GA. GA dikirim ke sel-sel protein untuk membentuk enzim baru sebagai pelarut cadangan makanan. Pertemuan : Minggu ke 13 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Perkembangan buah dan biji Sub pokok bahasan : 1. Terbentuknya biji 2. Perkembangan buah 3. Perkecambahan biji 4. Penuaan dan kematian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai. Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai. Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari sebuah akar tunggang yang terbentuk dari calon akar,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Semangka Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Cucurbitaceae sehingga masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan melon (Cucumis melo

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas

I. PENDAHULUAN. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Nilai ekonominya yang

Lebih terperinci

Hasil penelitian menunjukkan tanaman betina menghasilkan bunga betina dan tanaman hermafrodit menghasilkan bunga hermafrodit, dan ekspresi seks

Hasil penelitian menunjukkan tanaman betina menghasilkan bunga betina dan tanaman hermafrodit menghasilkan bunga hermafrodit, dan ekspresi seks V. PEMBAHASAN UMUM Pepaya berpotensi menjadi buah utama Indonesia karena sifatnya yang multi fungsi. Indonesia mempunyai banyak plasma nutfah pepaya yang menjadi kekuatan dan modal dasar untuk pengembangan

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KULTUR ANTHERA PEPAYA SECARA IN VITRO UNTUK MENGHASILKAN TANAMAN HAPLOID. Jenis Kegiatan PKM Artikel Ilmiah

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KULTUR ANTHERA PEPAYA SECARA IN VITRO UNTUK MENGHASILKAN TANAMAN HAPLOID. Jenis Kegiatan PKM Artikel Ilmiah PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KULTUR ANTHERA PEPAYA SECARA IN VITRO UNTUK MENGHASILKAN TANAMAN HAPLOID Jenis Kegiatan PKM Artikel Ilmiah Diusulkan oleh : Miftah Faridzi A34070042 (2007) Vicky Saputra A24050609

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

Ciri-ciri Spermatohyta

Ciri-ciri Spermatohyta Ciri-ciri Spermatohyta Memiliki biji Memiliki jaringan pengangkut (xylem dan Floem) Dibedakan atas Gymnospermae (berbiji terbuka), dan Angiospermae (Berbiji tertutup) Gymnospermae (berbiji terbuka) berbiji

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman yang dikenal sebagai sumber utama penghasil minyak nabati sesudah kelapa. Minyak sawit kaya akan pro-vitamin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan yang menjadi andalan nasional karena merupakan sumber protein nabati penting

Lebih terperinci

4.5 KONSEP PEMBIAKAN PADA TUMBUHAN

4.5 KONSEP PEMBIAKAN PADA TUMBUHAN nota disiapkan oleh : Nur Izzati Abd Shukor 4.5 KONSEP PEMBIAKAN PADA TUMBUHAN PEMBIAKAN TUMBUHAN - ASEKS o anak yang dihasilkan tiada variasi o anak seiras dengan induk o boleh menghasilkan anak yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pisang Barangan (Musa acuminata L.) Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa berdaun besar memanjang dari suku Musaceae. Beberapa jenisnya seperti

Lebih terperinci

KULTUR JARINGAN TANAMAN

KULTUR JARINGAN TANAMAN KULTUR JARINGAN TANAMAN Oleh : Victoria Henuhili, MSi Jurdik Biologi victoria@uny.ac.id FAKULTAS MATEMATIKA DA/N ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013 1 Kultur Jaringan Tanaman Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan siklamat semakin meningkat. Hal ini nampak pada industri makanan, meningkatkan gizi makanan, dan memperpanjang umur simpan.

BAB I PENDAHULUAN. dan siklamat semakin meningkat. Hal ini nampak pada industri makanan, meningkatkan gizi makanan, dan memperpanjang umur simpan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenaikan jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar mengakibatkan keperluan gula tebu dan pemanis sintetis lain seperti sakarin dan siklamat semakin meningkat. Hal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Tebu Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu rumput-rumputan. Saccharum officinarum merupakan spesies paling penting

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini diduga memiliki sekitar 90 genus dan

Lebih terperinci

Reproduksi Seksual Gymnospermae

Reproduksi Seksual Gymnospermae Reproduksi Seksual Gymnospermae Adi Rahmat 1. Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, UPI 2. Program Studi Pendidikan IPA, Sekolah Pascasarjana, UPI 1 Biologi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

Isi Materi Kuliah. Pengertian Kalus. Aplikasi Kultur Kalus. Kultur Kalus 6/30/2011

Isi Materi Kuliah. Pengertian Kalus. Aplikasi Kultur Kalus. Kultur Kalus 6/30/2011 Teknologi Kultur Jaringan Tanaman materi kuliah pertemuan ke 9 Isi Materi Kuliah Kultur Kalus Sri Sumarsih Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian UPN Veteran Yogyakarta Email: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom Divisi Sub-divisi Class Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki batang berbentuk segi empat. Batang dan daunnya berwarna hijau

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki batang berbentuk segi empat. Batang dan daunnya berwarna hijau II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Botani Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L) Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman umbi-umbian dan tergolong tanaman berumur pendek. Tumbuhnya bersifat menyemak dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang Pisang termasuk ke dalam famili Musaceae. Famili Musaceae terdiri dari dua genera, yaitu genus Musa dan Ensete. Genus Musa terbagi atas empat kelompok, yaitu Australimusa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting bagi beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia. Cabai dimanfaatkan sebagai bumbu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis (L.) Blume) merupakan jenis. pesona, bahkan menjadi penyumbang devisa bagi negara.

I. PENDAHULUAN. Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis (L.) Blume) merupakan jenis. pesona, bahkan menjadi penyumbang devisa bagi negara. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis (L.) Blume) merupakan jenis anggrek asli Indonesia yang penyebarannya meliputi daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta;

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta; 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedudukan tanaman bawang merah dalam tata nama atau sistematika tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta; subdivisio : angiospermae; kelas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa respons pertumbuuhan tertinggi diperoleh pada eksplan biji panili yang ditanam dalam medium tomat. Pada perlakuan tersebut persentase rata-rata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan nasional sebagai sumber protein dan minyak nabati, dalam setiap 100 g kacang tanah mentah mengandung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah tropika yang menempati urutan ke dua terbesar setelah pisang. Indonesia merupakan produsen

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine soya/ Glycine max L.) berasal dari Asia Tenggara dan telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah ditanam di negara tersebut dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas pertanian perkebunan rakyat. Tanaman ini menjadi andalan bagi petani dan berperan penting bagi perekonomian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai macam tanaman hias. Pengembangan komoditi tanaman hias dilakukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai macam tanaman hias. Pengembangan komoditi tanaman hias dilakukan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki kondisi yang memenuhi persyaratan bagi pertumbuhan berbagai macam tanaman hias. Pengembangan komoditi tanaman hias dilakukan atas berbagai pertimbangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian yang cukup penting. Komoditas kacang tanah diusahakan 70% di lahan kering dan hanya 30% di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Kacang Tanah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan, diperkirakan dari lereng pegunungan Andes, di negara-negara Bolivia, Peru, dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman pangan dari famili Leguminosae yang berumur pendek. Secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Anthurium Wave of Love

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Anthurium Wave of Love TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Anthurium Wave of Love Tanaman Anthurium Wave of Love termasuk ke dalam famili Araceae, berbatang sukulen dan termasuk tanaman perennial. Ciri utama famili

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.) Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil perennial dengan periode regenerasi yang panjang sekitar 20 tahun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. zat pengatur tumbuh memperlihatkan pertumbuhan yang baik. Hal tersebut sesuai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. zat pengatur tumbuh memperlihatkan pertumbuhan yang baik. Hal tersebut sesuai BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Isolasi dan Perkecambahan Biji Hasil penelitian menunjukkan biji yang ditanam dalam medium MS tanpa zat pengatur tumbuh memperlihatkan pertumbuhan yang baik. Hal tersebut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Morfologi tanaman kedelai ditentukan oleh komponen utamanya, yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji. Akar kedelai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nenas merupakan buah tropika ketiga setelah pisang dan mangga yang diperdagangkan secara global (Petty et al. 2002) dalam bentuk nenas segar dan produk olahan. Hampir

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai (Capsicum annuum L.) termasuk dalam genus Capsicum yang spesiesnya telah dibudidayakan, keempat spesies lainnya yaitu Capsicum baccatum, Capsicum pubescens,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Vanilla planifolia Andrews atau panili merupakan salah satu tanaman industri yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting peranannya

Lebih terperinci

REPRODUKSI SEL REPRODUKSI SEL AMITOSIS. Profase I. Pembelahan I. Metafase I. Anafase I MEIOSIS. Telofase I. Interfase. Profase II.

REPRODUKSI SEL REPRODUKSI SEL AMITOSIS. Profase I. Pembelahan I. Metafase I. Anafase I MEIOSIS. Telofase I. Interfase. Profase II. REPRODUKSI SEL AMITOSIS REPRODUKSI SEL Pembelahan I Profase I Metafase I Anafase I Proleptotene Leptotene Zygotene Pachytene Diplotene Diakinesis MEIOSIS Interfase Telofase I Pembelahan II Profase II Metafse

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) Kopi tergolong pohon dan termasuk dalam famili Rubiaceae. Tumbuhan ini tumbuhnya tegak, bercabang dan bila dibiarkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Capsicum annuum L. merupakan tanaman annual berbentuk semak dengan tinggi mencapai 0.5-1.5 cm, memiliki akar tunggang yang sangat kuat dan bercabang-cabang.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang saat ini

I. PENDAHULUAN. Tanaman melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang saat ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang saat ini banyak dibudidayakan di Indonesia. Buah melon banyak digemari oleh masyarakat karena

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Padi 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Padi Padi merupakan tanaman yang termasuk ke dalam genus Oryza Linn. Terdapat dua spesies padi yang dibudidayakan, yaitu O. sativa Linn. dan O. glaberrima Steud.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani, Penyebaran dan Manfaat Tanaman Jarak Pagar ( Jatropha curcas L.) Kultur Jaringan Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani, Penyebaran dan Manfaat Tanaman Jarak Pagar ( Jatropha curcas L.) Kultur Jaringan Tanaman 18 TINJAUAN PUSTAKA Botani, Penyebaran dan Manfaat Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Klasifikasi botani jarak pagar menurut Hambali et al. (2006) yaitu : Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman Dari (tabel 1) rerata tinggi tanaman menunjukkan tidak ada interaksi antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan pemangkasan menunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja,

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium dan vitamin B1 yang efektif bila dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada proses perbanyakan tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Wijen secara Umum

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Wijen secara Umum 11 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Wijen secara Umum Wijen (Sesamum indicum L.) merupakan tanaman setahun yang tumbuh tegak dan bisa mencapai ketinggian 1.5 m 2.0 m. Tanaman wijen berbentuk semak yang berumur

Lebih terperinci

Kultur Invitro untuk Tanaman Haploid Androgenik. Yushi Mardiana, SP, Msi Retno Dwi Andayani, SP, MP

Kultur Invitro untuk Tanaman Haploid Androgenik. Yushi Mardiana, SP, Msi Retno Dwi Andayani, SP, MP Kultur Invitro untuk Tanaman Haploid Androgenik Yushi Mardiana, SP, Msi Retno Dwi Andayani, SP, MP Pendahuluan Tanaman haploid ialah tanaman yang mengandung jumlah kromosom yang sama dengan kromosom gametnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pepaya

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pepaya 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pepaya Pepaya (Carica papaya L.) adalah tanaman yang berasal dari daerah Amerika tropis. Tanaman ini termasuk dalam ordo Caricales, famili Caricaceae, dan genus Carica

Lebih terperinci

Kromosom, DNA, Gen, Non Gen, Basa Nitrogen

Kromosom, DNA, Gen, Non Gen, Basa Nitrogen Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung Mata Kuliah : Biologi Umum Kode MK : Bio 612101 Tahun Ajaran : 2014/2015 Pokok Bahasan : Genetika Jani Master, M.Si.

Lebih terperinci

II. Bagaimana sifat diwariskan

II. Bagaimana sifat diwariskan II. Bagaimana sifat diwariskan Gen-gen letaknya pada kromosom ( inti sel). Kromosom dan gen-gennya gennya diwariskan saat fertilisasi. Pada gonad pembentukan sel kelamin ( meiosis) Contoh; Kromosom dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi. Sebagai buah segar,

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi. Sebagai buah segar, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi. Sebagai buah segar, tanaman pisang banyak ditanam oleh petani baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Lebih terperinci