BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA"

Transkripsi

1 BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA Pada bagian ini akan dibahas pertama-tama tentang gambaran Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) Salatiga. Selanjutnya akan dipaparkan tentang keluarga dengan orang tua beda agama di GKMI Salatiga, orang tua Kristen dalam keluarga beda agama di GKMI Salatiga kurang memahami PAK, peran orang tua Kristen dalam pelaksanaan PAK di keluarga beda agama, dan PAK bagi anak dalam keluarga dengan orang tua beda agama Sekilas tentang Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) Salatiga Salatiga adalah salah satu kota yang terdapat di Jawa Tengah. Kota ini memiliki luas km², dengan jumlah penduduk orang. 1 Penduduk kota Salatiga sangat majemuk dalam agama, hal itu ditunjukkan bahwa dari jumlah penduduk yang ada terdapat penduduk yang beragama Islam 77,29%, Kristen Protestan 17,05%, Katolik 5,10%, Budha 0,50%, Hindu 0,06% dan Kepercayaan 0,06%. 2 Jumlah orang Kristen tersebut menjadi anggota di berbagai gereja di Salatiga. Menurut data Badan Kerjasama Gereja-gereja se Salatiga (BKGS) ada 94 gereja yang terdaftar menjadi anggota. 3 Daftar tersebut dapat juli Ibid 3 Buku daftar anggota BKGS 44

2 mengalami peningkatan dalam setiap tahunnya karena ada gereja-gereja yang sedang mengurus perijinannya dan belum masuk dalam keanggotaan BKGS. Dari jumlah dan kondisi tersebut menunjukan bahwa jumlah orang Kristen yang ada di kota Salatiga cukup signifikan. Gereja-gereja tersebar di empat kecamatan di kota Salatiga yaitu kecamatan Argomulyo, kecamatan Sidomukti, kecamatan Sidorejo, dan kecamatan Tingkir. Oleh karena itu gereja-gereja di Salatiga memiliki kontribusi yang besar dalam pemerintah maupun kehidupan masyarakat di kota Salatiga secara khusus. Kontribusi tersebut terlihat dari dilibatkannya BKGS dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) yang dibentuk bersama-sama dengan pemerintah untuk menjaga kerukunan antar umat beragama di kota Salatiga. GKMI Salatiga berada di kecamatan Tingkir kelurahan Kutowinagun Salatiga. Sebagaimana gereja-gereja pada umumnya memiliki sejarah berdirinya masing-masing demikian juga GKMI Salatiga. Keberadaan GKMI Salatiga diawali oleh penginjilan yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa dari GKMI di daerah pantai utara yang berlajar di Universitas Kristen Satya Wacana pada tahun Dari penginjilan tersebut beberapa orang bertobat dan menerima Baptisan Kudus. Setelah memiliki beberapa anggota dilakukan persekutuan di salah satu rumah keluarga jemaat yang telah menjadi percaya. Setelah beberapa waktu persekutuan semakin berkembang dengan adanya anggota-anggota baru, akhirnya tempat yang digunakan untuk mengadakan persekutuan tidak mencukupi. 45

3 Oleh karena itu pada tahun 1978 mereka membeli tanah dan bangunan yang ada di Jalan Candisari No. 3 Salatiga, untuk dijadikan tempat persekutuan yang baru dan menetap. Setelah mendapat perijinan secara resmi dari pemerintah untuk menggunakan tempat terebut sebagai tempat ibadah dan dukungan dari masyarakat di sekitarnya, serta berdasarkan jumlah jemaat yang memadai dan tempat ibadah yang dimiliki maka persekutuan tersebut pada tahun itu pula, tepatnya pada tangga 26 Mei 1978 diresmikan menjadi gereja dewasa dengan nama Gereja Kristen Muria Indonesia Salatiga dan menjadi bagian dari Sinode GKMI. Gambar 2: Foto Rumah Jemaat (Kel. Slamet Rasid) di Jalan Pahlawan, tempat persekutuan pertama diadakan. Dalam keluarga ini dulu anggotanya tidak semuanya beragama Kristen. Namun, sekarang seluruh anggota dalam keluarga telah beragama Kristen. 46

4 Gambar 3: Foto Gereja sekarang yang ada di Jalan Candisari no. 3 Salatiga. Gereja ini berada di tengah-tengah masyarakat yang penduduknya mayoritas tidak beragama Kristen. Oleh karena itu, beberapa anggota gereja berasal dari keluarga beda agama. GKMI Salatiga memiliki berbagai bidang pelayanan pembinaan jemaat, seperti pelayanan kategorial (anak, remaja, pemuda, perempuan, sampai usia lanjut). Sedangkan pembinaan keluarga, dimulai dari persiapan pernikahan sampai dengan setelah menikah. Pembinaan setelah menikah terdapat persekutuan pasutri (pasangan suami istri) dan persekutuan keluarga. Jumlah keluarga dalam keanggotaan di GKMI mencapai 300 keluarga dari jumlah jemaat 816 orang. 4 Berdasarkan sejarah banyaknya keluarga dalam anggota jemaat oleh karena adanya penginjilan yang diterima anggota keluarga di GKMI Salatiga, salah satu anggota keluarga seperti seorang ayah atau ibu bahkan anak dalam satu keluarga, kemudian mereka mengajak juga seluruh anggota keluarganya untuk percaya. Dalam konteks masyarakat yang mayoritas beragama Islam, hal tersebut juga dapat terjadi dalam pemeluk agama Islam. Anggota keluarga dari agama Islam 4 Buku Induk GKMI Salatiga. 47

5 mengajak anggota keluarganya yang tidak beragama Islam untuk masuk menjadi Islam. Dengan demikian perpindahan agama sangat dimungkinkan dalam masyarakat yang majemuk, sehingga terjadi satu keluarga anggotanya beragama berbeda. Pembinaan lain terkait dengan keluarga, gereja mengadakan persekutuan keluarga yang dilaksanakan setiap hari Kamis, pukul WIB. Jumlah kelompok persekutuan keluarga di GKMI Salatiga ada 16 kelompok, kelompokkelompok tersebut ada di Wilayah Gendongan berjumlah lima, masing-masing satu kelompok di wilayah Ngentak, Pancuran, Gunungsari, Karangduwet, Celong, Perum Wahid, Ledoksari. Empat kelompok lainnya ada di gereja cabang GKMI Salatiga. Persekutuan keluarga yang diselenggarakan dihadiri oleh keluargakeluarga (ayah, ibu dan anak-anak). Jumlah kehadiran kurang lebih 5 10 keluarga. Tak terkecuali anggota yang juga keluarganya berbeda agama. Dalam acara persekutuan tersebut mereka saling mendoakan, memuji Tuhan dan belajar Firman Tuhan dalam bentuk Pendalaman Alkitab (PA). 48

6 Gambar 4: Foto salah satu Persekutuan Keluarga di salah satu kelompok di GKMI Salatiga. Dalam persekutuan tersebut dihadiri juga para ibu dari keluarga beda agama. Keluarga dengan orang tua beda agama yang ada di GKMI adalah mereka yang memiliki ayah dan ibu beda agama dan mereka yang menjadi suami atau istri dalam keluarga, tetapi pasangannya tidak beragama Kristen. Perbedaan yang dimaksud adalah agama Kristen dan Islam. GKMI Salatiga tetap memberikan kesempatan yang sama bagi setiap anggotanya untuk terlibat dalam pelayanan gerejawi, termasuk anggota gereja yang berasal dari keluarga beda agama. Mereka dapat terlibat dalam pelayanan ibadah, persekutuan, diakonia maupun kesaksian. Keterlibatan tersebut, mendorong dan memotivasi mereka untuk memiliki semangat meskipun di keluarga mereka berbeda agama. Bahkan dengan keterlibatan mereka dalam pelayanan menolong mereka untuk mampu bersaksi bagi keluarganya. Sementara mereka sendiri terus mempertahankan imannya. 49

7 1.2. Keluarga dengan orang tua beda agama di GKMI Salatiga Gereja yang berada di tengah kemajemukkan agama seperti di Indonesia memiliki ciri tersendiri, diantaranya gereja memiliki anggota-anggota yang tidak semua berasal dari keluarga Kristen. Bahkan terdapat juga anggota gereja sebagai istri atau suami di mana pasangannya tidak beragama Kristen. Hal itu tentu menjadi pergumulan tersendiri baik bagi gereja maupun anggota yang bersangkutan. Hal itu pula yang terjadi dalam Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) Salatiga. GKMI Salatiga memiliki 30 anggota-anggota yang berasal dari keluarga dengan orangtua beda agama. 5 Terjadinya keluarga dengan orang tua beda agama di GKMI Salatiga disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sebelum pernikahan maupun setelah pernikahan terjadi. Sebagaimana diungkapkan oleh Pdt. W dan Bapak Wd : Di jemaat ada keluarga sebagai istri yang beragama Kristen, tetapi suaminya non Kristen. Hal itu karena dulu mereka sebelum menikah memang beragama non Kristen. Setelah menikah si istri bertobat dan pindah ke agama Kristen sampai sakarang, tetapi suaminya tidak. 6 Beberapa keluarga dengan orangtua beda agama itu disebabkan sebelum menikah mereka sudah beda agama, hanya untuk kepentingan proses pernikahan mereka melakukan pernikahan sesuai salah satu agama, setelah itu mereka tetap memegang agamanya masing-masing 7 Dari hasil wawancara tersebut menunjukan bahwa adanya keluarga dengan orang tua beda agama dikarenakan beberapa fakor. Pertama, faktor perpindahan 5 Mereka yang merasal dari keluarga beda agama tersebar di dua wilayah, yaitu di GKMI Salatiga yang di pusat (Salatiga) dan di gereja cabang yang ada masuk di wilayah kabupaten Semarang. Gereja Cabang tersebut adalah Brangkongan, Sumberejo, Jangglengan dan Cukilan (Daerah gereja cabang tersebut disebut GKMI Salatiga cabang Salatiga Timur). 6 Hasil Wawancara dengan Pdt. W, di Salatiga, hari Minggu, 12 April 2015, jam WIB. 7 Hasil Wawancara dengan Pak Wd (Ketua Majelis), di Gunung Sari, Salatiga, Selasa, 14 April

8 agama setelah menikah. Faktor kedua adalah adanya perbedaaan agama yang dimiliki oleh pasangan sebelum mereka menikah. Proses pernikahan mereka lakukan dalam satu agama yang disepakati bersama sehingga setelah menikah mereka kembali menjalankan agama masing-masing. Hal itu menurut Eoh juga dapat diartikan sebagai pernikahan beda agama. 8 Dari FGD kedua faktor tersebut berkaitan dengan latar belakang keluarga masing-masing dari pasangan yang akan menikah. Hal itu diungkapkan oleh ibu S dan ibu WW sebagai berikut: Kalau saya dulu memang sekeluarga dari non Kristen, keluarga besar baik dari saya maupun suami juga non Kristen. Tetapi setelah menerima Injil saya menjadi orang Kristen, tetapi suami saya tidak mau pindah juga tidak melarang saya pindah agama 9 Namun juga ada yang mempunyai pengalaman yang lain : Dulu saya melakukan pernikahan beda agama karena desakan dari calon suami dan keluarganya, akhirnya saya memutuskan untuk menyetujuinya. 10 Suami atau istri berpindah agama karena pemberitaan Injil yang diterima. Dengan demikian terjadi perubahan hidup dalam keluarga khususnya terkait dengan agama, tetapi perubahan agama tersebut tidak mempengaruhi keutuhan keluarga. Dalam konteks masyarakat majemuk, hal itu sangat mungkin terjadi. Sikap toleransi yang ada dalam masyarakat juga menjadi mendukung adanya perpindahan agama tersebut. 8 Eoh, O, S, Perkawinan Antar Agama Dalam Teori dan Praktek, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2001, hal Pengakuan ibu S dalam proses FGD, dia memiliki pengalaman sendiri setelah menjadi orang Kristen meskipun keluarganya tidak. Minggu, 17 Mei 2015, jam WIB. 10 Pernyataan ibu W dalam proses FGD, pengakuan tersebut didukung hampir semua peserta yang lain karena mereka mengalami hal yang sama. Minggu,17 Mei Jam WIB. 51

9 Sedangkan keluarga beda agama yang disebabkan oleh perbedaan agama sebelum menikah atau karena pernikahan beda agama, mereka melakukan pernikahan beda agama karena pengaruh yang kuat dari pasangan dan keluarga pasangan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pernikahan beda agama yang di lakukan oleh jemaat GKMI Salatiga adalah karena faktor sosial. Sebagaimana di jelaskan oleh Bossard, dalam hal ini keluarga dianggap sebagai memiliki otoritas dalam penyelenggaraan nilai-nilai keagamaan termasuk pernikahan karena pernikahan mengandung nilai agamis. Meskipun Undang-Undang Pernikahan di Indonesia tidak mengatur pernikahan beda agama, termasuk gereja (GKMI) juga tidak menyetujuinya, pernikahan beda agama tetap dilakukan. Dengan demikian dalam pernikahan beda agama faktor sosial lebih menentukan dalam masyarakat. Pernikahan beda agama yang dimaksud dalam hal inilah adalah pernikahan dilangsungkan sesuai agama yang dipilih. Artinya mereka yang hendak menikah oleh sebab beda agama maka harus memutuskan untuk memilih satu agama untuk melaksanakan pernikahan. Dengan demikian pemilihan satu agama dalam pelaksanaan pernikahan dari pasangan beda agama terjadi karena terkandung unsur situasi yang memaksa pasangan melakukan hal tersebut. Dengan membuat pilihan tersebut berarti ada satu orang dari pasangan yang harus mengalah guna terlaksananya pernikahan mereka. 52

10 Gambar 5: Foto proses wawancara dengan Bapak Wd (ketua Majelis) Komentar peneliti: Bapak Wd sebagai ketua Majelis memberikan keterangan bahwa masalah pembekalan keluarga beda agama menjadi kepedulian gereja. GKMI Salatiga selama ini dalam mempersiapkan pernikahan melalui konseling pra nikah tidak termasuk bagi pasangan yang berbeda agama. Hal tersebut dikarenakan gereja tidak mengijinkan jemaatnya melakukan pernikahan beda agama. Hal itu dikemukakan oleh bapak Wd sebagai Ketua Majelis : Biasanya gereja memotivasi pasangan yang beda agama untuk membuat pilihan, jika mereka ingin pernikahan mereka diresmikan di gereja berarti yang non Kristen harus menjadi orang Kristen. Pilihan peralihan agama tidak boleh karena palaksanaan, tetapi kesadaran sendiri. Oleh karena itu diberikan cukup waktu untuk mereka membuat keputusan, dan bagi pasangan dari yang beragama non Kristen mereka harus mengikuti kelas katekisasi baptisan dan dibaptis sebelum pernikahan Wawancara dengan Pak Wd, Minggu, 12 April, jam WIB. 53

11 Meskipun gereja terkesan memaksa, namun gereja tidak mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh pasangan beda agama dalam menentukan pernikahan yang akan mereka jalani, demikian ditegaskan oleh Pdt. W dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Gereja juga terbuka terhadap keluarga yang berbeda agama. Dengan demikian keluarga dengan orang tua beda agama di GKMI Salatiga terjadi karena perpindahan agama dan pernikahan beda agama. Dari hasil observasi menunjukkan bahwa keluarga beda agama tersebut tetap memiliki relasi dan interaksi yang kuat, keutuhan keluarga yang tetap terjaga meskipun mereka berbeda agama. Perbedaan agama yang tidak menjadi persoalan dalam keluarga juga membuktikan adanya toleransi yang tinggi terhadap perbedaan agama dalam keluarga. Hal itu dikuatkan oleh Ariarajah yang menyebutkan sikap toleransi atas perbedaan agama yang berkembang dalam masyarakat memungkinkan terjadinya peningkatan pernikahan beda agama Orang tua Kristen dalam keluarga beda agama di GKMI Salatiga kurang memahami PAK Sebelum seseorang memasuki kehidupan rumah tangga atau dengan kata lain membentuk sebuah keluarga tentunya memerlukan pembekalan. Dalam kekristenan pembekalan tersebut dilakukan oleh gereja melalui apa yang disebut 12 Ariarajah, Wesley, S, Not Without My Neighbour, Tak Mungkin Tanpa Sesamaku, Jakarta BPK Gunung Mulia, 2008, hal

12 dengan Bina Pranikah atau Konseling Pranikah. Pembekalan tersebut bertujuan untuk membekali pasangan yang akan menikah dengan berbagai pengetahuan terkait dengan kehidupan keluarga seperti relasi dan komunikasi dalam keluarga, ekonomi keluarga, kesehatan keluarga, dan peran orang tua. Dengan demikian mereka yang akan membentuk keluarga telah sungguh-sungguh memiliki bekal yang cukup dalam memasuki kehidupan rumah tangga. Pemberkatan pernikahan yang dilaksanakan oleh GKMI Salatiga adalah bagi pasangan dari agama sama yaitu Kristen, dengan demikian keluarga yang dihasilkan keluarga-keluarga Kristen. Namun dalam realita di gereja terdapat anggota dari keluarga dengan orang tua beda agama di GKMI Salatiga. Keluarga dengan orang tua beda agama tentu membawa dampak pagi anak-anak. Seperti yang diungkapkan dari hasil penelitian Pattisiana, bahwa perbedaan agama dari orang tua dapat berdampak bagi perkembangan iman anak. 13 Dengan demikian PAK diperlukan dalam keluarga beda agama. Tanggungjawab pelaksanaan PAK dalam keluarga beda agama tentu menjadi tugas utama orang tua yang beragama Kristen di dalam keluarga beda agama. Orang tua Kristen dari keluarga beda agama di GKMI Salatiga dalam melaksanakan PAK lebih banyak melibatkan dan mengharapkan gereja daripada mengajarkan dirumah secara khusus. Hal itu dikemukakan oleh ibu Yn dan Pdt. W : 13 Pattiasina, Marga H.E, Suatu Kajian Terhadap Perkembangan Iman Anak Dalam Keluarga Beda Agama; Magister Sosiologi Agama, UKSW, 2010, hal

13 Orang tua yang beragama Kristen di keluarga beda agama biasanya mengajarkan PAK kepada anak-anaknya dengan cara mengajak beribadah ke gereja setiap hari Minggu, pergi ke persekutuan keluarga yang diselenggarakan gereja. 14 Mereka mengajarkan PAK kepada anak-anak dengan memberikan contoh langsung dalam sikap, seperti menjadi ibu yang baik di keluarga dan setia beribadah. Anak-anaknya didorong untuk mengikuti kegiatan gereja seperti Sekolah Minggu dan Komisi Remaja bagi yang telah remaja. Dengan demikian anak-anak diharapkan melihat contoh orang tua dan mendapatkan pengajaran dari gereja. 15 Dari hasil wawancara tersebut data peneliti validasi dengan teknik FGD, informan mengemukankan : Saya tidak pernah mengajarkan agama Kristen di rumah kepada anak karena saya sibuk bekerja, yang penting mereka tahu saya orang Kristen. Jika mereka mau jadi orang Kristen ya saya senang, jika tidak saya tidak mempermasalahkan. 16 Saya tidak melaksanakan PAK di rumah karena saya sendiri masih sangat minim pengetahuan tentang kekristenan jadi saya hanya mengajarkan anak-anak sesesuai yang saya tahu, seperti berdoa dan pergi ke gereja. 17 Kalau saya, mengajarkan PAK kepada anak-anak saya dengan cara mendorong mereka untuk tidak hanya pergi ke gereja, tetapi aktif dalam kegiatan gereja. Dengan demikian anak saya akan mendapatkan pengetahuan yang banyak tentang agama Kristen. 18 Dengan demikian dari hasil wawancara dan FGD menunjukkan bahwa orang tua Kristen dalam keluarga beda agama kurang memahami secara mendalam tentang PAK keluarga. Hal itu ditunjukkan melalui: tindakan tidak mengajarkan PAK keluarga dan membiarkan anak membuat keputusan sendiri tentang agama yang hendak dianutnya tanpa pengarahan seperti yang 14 Wawancara dengan Yn, Kamis, 23 April, jam WIB. 15 Wawancara dengan Pdt. W, Minggu, 12 April, jam WIB. 16 FGD, Minggu 17 April, jam WIB. 17 Ibid 18 Ibid 56

14 diungkapkan oleh Bpk M dalam FGD. Pemahaman yang kurang dari orang tua Kristen di keluarga beda agama juga ditunjukkan melalui cara mereka mengajarkan PAK keluarga lebih kepada melakukan rutinitas keagamaan secara umum seperti berdoa dan mengajak anak pergi ke gereja di hari Minggu atau persekutuan yang diadakan gereja di luar hari Minggu. Oleh karena itu, dalam melaksanaan PAK orang tua lebih fokus mengarahkan anak-anak pada gereja, dengan demikian tanggungjawab PAK keluarga lebih besar diberikan kepada gereja. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan ada beberapa faktor yang menjadi penyebab orang tua Kristen kurang memahami PAK keluarga. Pertama, adalah faktor ekonomi keluarga. Hal itu tampak dari keluarga Bapak S dalam FGD, karena tuntutan kebutuhan keluarga sehingga harus bekerja di luar kota, sehingga ia tidak dapat mengajarkan PAK keluarga kepada anaknya. Kedua, adalah faktor keterbatasan pengetahuan tentang iman Kristen dari orang tua yang beragama Kristen itu sendiri. Hal itu dikarenakan perpindahan agama yang ia jalani yaitu dari non Kristen menjadi orang Kristen dalam waktu belum lama (setelah menikah dan memiliki anak). Oleh sebab itu, ia kurang mampu mengajarkan PAK keluarga. Ketiga, faktor pemahaman orang tua Kristen bahwa PAK keluarga di dapatkan lebih banyak melalui gereja. Pemahaman tersebut yang menyebabkan orang tua Kristen dalam pelaksanaan PAK keluarga lebih banyak mengarahkan anak-anak pada kegiatan gereja, seperti ibadah dan persekutuan. Sementara itu dari gereja sosialisasi tentang PAK keluarga masih terbatas, seperti yang dikemukakan oleh ibu R : 57

15 Gereja memberikan penjelasan tentang PAK keluarga melalui khotbahkhotbah, pernah seminar bagi orangtua, hanya bagi orangtua yang dari keluarga beda agama belum pernah. 19 Dalam FGD, informan mengemukakan : Saya mendengar tentang tugas PAK keluarga dari khotbah adalam ibadah raya dan persekutuan pada waktu bulan Keluarga. 20 Sementara informan lainnya mengungkapkan : Saya belum pernah medapatkan penjelasan tentang PAK khususnya di keluarga beda agama seperti yang saya alami dari gereja. 21 Dengan demikian, kurangnya pemahaman orang tua terhadap PAK juga disebabkan oleh kurangnya sosialisasi dari gereja tentang PAK keluarga. Hal itu berdampak bagi kerja sama dari kedua lembaga yaitu keluarga dan gereja terkait dengan pelaksanaan PAK keluarga. Westerhoff III menyatakan dari hasil penelitiannya bahwa keluarga dalam hal ini menjadi sumber utama untuk meletakkan nilai-nilai apa yang diteguhkan dan pemahaman atau gaya hidup yang diturunkan. Sedang gereja sebagai komunitas iman mensosialisasikan dan mengevaluasi terlaksananya PAK dalam keluarga. 22 Dengan demikian untuk tercapainya pelaksanaan PAK keluarga dalam hal ini diperlukan kerja sama dan saling menopang dari pihak keluarga dan gereja. 19 Wawancara, dengan ibu R, Senin, 13 April 2015, jam WIB. 20 FGD, pernyataan ibu Y, Minggu, 17 Mei 2015, jam WIB. Pernyataan ibu Y didukung oleh peserta lainnya dalam FGD. 21 FGD, pernyataan ibu S, Rabu, 20 Mei 2015, jam WIB. 22 Westerhoff III, H, John, and Gwen Kennedy Neville, Generation to Generation, Conversation on Religious Education and Culture, The Pilgrim Press, New York-Philadelphia,

16 Orang tua Kristen dalam keluarga beda agama di jemaat GKMI Salatiga secara pendidikan juga terbatas. Hal itu ditunjukkan dari FGD peserta yang berpendidikan perguruan tinggi hanya satu orang, lulusan Sekolah Menengah Atas berjumlah dua orang, lulusan Sekolah Menengah Pertama satu orang, dan tiga orang lulusan Sekolah Dasar. Dengan demikian faktor Sumber Daya Manusia (SDM) dari orang tua Kristen dalam keluarga beda agama di GKMI Salatiga dapat mempengaruhi kurangnya pemahaman mereka terhadap PAK keluarga. Miller menjelaskan bahwa PAK keluarga tidak hanya berhubungan dengan kegiatan ritual keagamaan, melainkan menjadikan PAK sebagai sistem nilai yang memberi makna hidup. 23 Oleh karena itu, orang tua Kristen dalam pelaksanaan PAK diharapkan mampu membangun PAK menjadi sistem nilai dalam keluarganya sehingga bermakna bagi keluarga. Pemahaman dan kemampuan inilah yang tidak nampak pada orang tua Kristen dari keluarga beda agama di GKMI Salatiga. Seperti yang ditunjukkan juga oleh Cooley bahwa keluarga sebagai kelompok primer dari individu tidak dapat dipisahkan dari gereja sebagai kelompok sekunder dalam aktivitas sosialnya terkait dengan PAK. 24 Dengan demikian dalam praktik perlunya sosialisasi lebih jauh dari pihak gereja kepada keluarga terkait dengan PAK keluarga sehingga mereka memiliki pengetahuan yang mendalam. 23 Elizabeth Miller dalam Lemanna, Ann, Mary, and Riedmann, Agnes, Marriages and Families, Making Choices in a Diverse Society, Thomson Higher Education, USA, Susanto, S, Astrid, Phil, Dr, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Binacipta, Bandung,

17 Dengan pengetahuan yang mendalam orang tua Kristen dalam melaksanakan PAK keluarga dan dapat mencapai tujuannya seperti yang dijelaskan oleh Groome bahwa PAK tidak hanya persoalan melakukan rutinitas mengikuti kegiatan keagamaan melainkan sebagai pendidikan nilai-nilai Kristen (Kerajaan Allah, Iman Kristen, dan kebebasan manusia dalam beriman) dalam prantik hidup sehari-hari. Oleh karena itu, dapat penulis simpulkan bahwa dalam keluarga dengan orang tua beda agama pemahaman tentang PAK keluarga masih kurang. Hal itu disebabkan oleh faktor dari keluarga itu sendiri yaitu keterbatasan orang tua Kristen dari keluarga beda agama tentang PAK keluarga dan faktor kurangnya sosialisasi yang mendalam dari gereja. Oleh karena itu bahwa keluarga dan gereja bersama-bersama-sama dalam pelaksanaan PAK dalam praktik masih sangat lemah di GKMI Salatiga Peran orang tua Kristen dalam keluarga beda agama. Dalam perspektif PAK keluarga, keteladanan orang tua terhadap anak sangat penting terkait dengan pelaksanaan PAK keluarga. Dari hasil wawancara, orang tua dari keluarga beda agama orang tua yang beragama Kristen melaksanakan PAK keluarga melalui memberikan nasehat-nasehat, mengajak anak pergi beribadah di hari Minggu. Sementara orang tua yang beragama lain cenderung memilih sikap membiarkan anaknya memilih agamanya sendiri dan melakukan tugas-tugas keagamaan secara mandiri. 60

18 Dari teknik FGD diketahui bahwa para orang tua yang beragama Kristen dalam keluarga beda agama melakukan PAK keluarga : Karena saya adalah Kristen dan pasangan saya tidak maka dalam memberikan PAK kepada anak saya dengan cara melalui perbuatan saya sendiri yaitu berusaha menjadi ibu yang baik dan bertanggungjawab atas keluarga, rajin beribadah ke gereja, bahkan mengikuti pelayanan di gereja. Dengan demikian mereka akan melihat dan dapat mencontoh. 25 Saya mengajarkan melalui nasehat-nasehat, dan karena suami saya mengijinkan saya mengajak anak saya untuk pergi beribadah ke gereja, maupun mengikuti persekutuan yang diadakan oleh gereja. 26 Karena saya sibuk bekerja, jadi saya menyerahkan tanggungjawab pendidikan anak kepada istri termasuk pendidikan agama, tetapi istri saya tidak melarang jika saya mengajak anak untuk pergi ke gereja bersama dengan saya. Jadi saya mengajarkan PAK kepada anak melalui melibatkan anak dalam kegiatan gereja yang saya ikuti. Di rumah, biasanya saya mengajarkan melalui nasehat berdasarkan firman Tuhan baik kepada istri maupun anak. 27 Dari hasil wawancara maupun FGD menunjukkan bahwa relasi yang terjadi pada orang tua beda agama terkait dengan pendidikan agama adalah satu kuat dan satu lemah dalam agama, sehingga pendidikan agama lebih di dominasi oleh yang kuat sesuai dengan ungkapkan oleh Murtadho. Dalam hal ini orang tua yang beragama Kristen lebih kuat dengan ditunjukkan adanya relasi yang baik dari antara orang tua yang beda agama dalam keluarga-keluarga tersebut, dengan demikian orang tua Kristen dapat mengajarkan PAK di tengah keluarga dengan leluasa dan kuat kepada anak-anak. Dalam hal ini, orang tua Kristen juga telah berhasil mengkomunikasikan dengan pasangannya yang non Kristen sehingga 25 FGD, pernyataan ibu An, Minggu, 17 Mei 2015, jam WIB. 26 FGD, pernyataan ibu Dw, Minggu, 17 Mei 2015, jam WIB. 27 FGD, Pernyataan Bpk. M, Rabu, 20 Mai 2015, jam WIB. 61

19 perbedaan agama tidak menjadi konflik dalam interaksi mereka. Dalam hal ini Bossard mengungkapkan bahwa jika terjadi masalah dalam interaksi orang tua terkait dengan perbedaan agama, maka akan mempengaruhi perkembangan anak. 28 Oleh karena itu, jika tidak terjadi masalah interaksi orang tua tentang perbedaan agama yang terjadi di antara mereka, maka anak tidak mengalami hambatan dalam perkembangannya. Gambar 6: Foto ibu W bersama-sama dengan anak-anaknya beribadah ke gereja. Komentar peneliti : Terlihat dari foto tersebut ibu W sebagai orang tua yang beragama Kristen dari keluarga beda agama. Dia mengajarkan anaknya PAK dengan cara melibatkan mereka dalam ibadah gereja. Peran orang tua Kristen dalam pelaksanaan PAK di GKMI Salatiga ditunjukkan melalui memberikan nasehat, contoh dalam hidup sehari-hari seperti berdoa dan bekerja. Orang tua Kristen juga melibatkan langsung anak pada kegiatan keagamaan, seperti mengajak mereka beribadah ke Gereja. 28 Bossard, H.S, James, The Sociologi of Chid Development, Harper And Brothers, United State of America,

20 Dari teknik observasi, wawancara dan FGD dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan PAK di keluarga dengan orang tua beda agama, orang tua yang beragama Kristen memiliki peran ganda. Pertama, orang tua Kristen bertanggungjawab sebagai komunikator. Dalam hal ini yaitu orang tua Kristen dalam keluarga beda agama mengkomunikasikan dengan pasangannya yang non Kristen agar PAK dapat terlaksana. Keberhasilan komunikasi orang tua Kristen dari keluarga beda agama di GKMI Salatiga ditunjukkan melalui relasi dan interaksi yang baik di antara orangtua beda agama, hal itu terlihat dari tidak adanya larangan dari orang tua non Kristen terhadap orang tua Kristen melaksanakan PAK dalam keluarga. Dengan demikian perbedaan agama tidak menjadi sumber konflik dalam keluarga. Peran kedua, orang tua Kristen adalah sebagai penanggungjawab utama terlaksananya PAK dalam keluarga beda agama. Dalam hal ini orangtua Kristen dari keluarga beda agama di GKMI Salatiga menjadi model atau teladan sekaligus pengajar. Sebagai model atau teladan, ditunjukkan melalui menampilkan diri dalam sosok orang tua yang baik dan bertanggungjawab dalam keluarga beda agama. Disamping hal itu orang tua Kristen juga mengupayakan menjadi orang Kristen yang taat, seperti rajin berdoa dan beribadah. Dengan keteladanan tersebut pasangan non Kristen dan anak-anak dalam keluarga beda agama dapat menyaksikan langsung kekristenan melalui orang tua Kristen. Sebagai pengajar orang tua Kristen dari keluarga beda agama di GKMI Salatiga mengajarkan PAK melalui pemberian nasehat-nasehat, menyuruh anak berdoa dan melibatkan melibatkan anak dalam ibadah dan persekutuan di gereja. Dalam hal ini orang tua 63

21 Kristen menggunakan metode sosialisasi dan edukasi, artinya PAK dilaksanakan melalui pembiasaan dan juga terencana. Seperti yang diungkapkan oleh Hadinoto terkait dengan PAK keluarga bahwa keberhasilan PAK keluarga dapat dilakukan dengan dua metode yaitu sosialisasi dan edukasi secara bersama-sama. 29 Metode sosialasasi yang dimaksud adalah pelaksanaan PAK penerusan nilai-nilai kepada anak tanpa terencana untuk memberikan identitas kelompok Kristen dan sebagai induksi alamiah iman Kristen, serta interaksi sosial baik dalam keluarga maupun persekutuan. Sedangkan metode edukasi, PAK dilaksanakan secara terencana dengan melibatkan anak dalam proses belajar dan diupayakan terjadinya intentional sosialisasi yaitu sosialisasi yang terus menerus melalui penciptaan persektuan belajar-mengajar. Metode edukasi juga membawa anak pada pencapaian kesadaran akan iman Kristen dalam lingkungan sehingga anak mampu menganalisis situasi. Dari data menunjukkan bahwa orang tua Kristen dalam keluarga beda agama di GKMI Salatiga telah memadukan kedua metode tersebut di atas. Proses sosialisasi ditunjukkan melalui tindakan-tindakan seperti mengajarkan berdoa, dan mengajarkan Firman Tuhan, dan memberikan contoh sikap yang bertanggungjawab, anak pada akhirnya dapat belajar iman Kristen berdasarkan apa yang didengar dan dilihat dari orangtuanya yang beragama Kristen. Sedangkan metode edukasi ditunjukkan dengan cara sengaja dan terencana 29 Hadinoto, Atmadja, N.K, Dialog dan Edukasi, Keluarga Kristen dalam Masyarakat Indonesia, BPK Gunung Mulia, Jakarta,

22 melibatkan anak-anak untuk beribadah ke gereja bersama-sama dan mengikutsertakan anak dalam kegiatan gereja lainnya seperti pembinaan kategorial maupun persekutuan keluarga. Tetapi pada metode edukasi dalam PAK keluarga yang dilaksanakan oleh orang tua Kristen dalam beda agama menunjukkan masih hanya pada emansipasi yaitu melibatkan anak dalam kegiatan ibadah. Sementara intetional sosialisasi yaitu menciptakan proses sosialisasi secara sengaja melalui persekutuan belajar-mengajar dari orang tua Kristen dengan anak Kristen tidak nampak. 65

23 Gambar 7: Foto FGD, Rabu, 20 Mei 2015, Jam WIB Gambar 8: Foto Proses FGD, Minggu, 17 Mei 2015, jam WIB Komentar penulis : Dari teknik FGD yang terdahulu terlihat jumlah ibu-ibu lebih banyak dibandingkan dengan bapak-bapak. Hal itu menunjukan bahwa dalam keluarga dengan orang tua beda agama lebih didominasi oleh ibu-ibu. Artinya dalam keluarga lebih banyak ibu yang beragama Kristen dibandingkan dengan suami yang beragama Kristen. 66

24 Ibu di tengah keluarga memiliki peranan besar, bahkan karena perannya anak-anak cenderung lebih memiliki hubungan dengan dekat dengan ibu dibandingkan dengan ayah. Oleh karena itulah agama anak-anak juga sangat dipengaruhi oleh ibu dalam keluarga tersebut, seperti yang di ungkapkan oleh para informan : Banyak ibu-ibu yang karena kesetiaannya di keluarga dan gereja, anakanak mereka akhirnya menjadi orang Kristen juga 30 Ibu A dalam gereja sangat tekun mengajak anaknya sejak kecil ke gereja sehingga sampai besar ia menjadi orang Kristen seperti ibunya, tetapi suaminya tidak mempersoalkan hal itu. 31 Dari wawancara tersebut menunjukkan bahwa agama anak-anak sangat dipengaruhi oleh ibu atau maternal seperti yang di ungkapkan oleh Aini. 32 Oleh karena itu seorang ibu di tengah keluarga beda agama memiliki peranan besar untuk memperkenalkan dan mengajarkan kepada anak tentang iman Kristen. Hal itu juga disebabkan oleh karena interaksi yang dibangun oleh ibu dengan ayah sangat kuat. Saya selalu terbuka dengan suami saya termasuk agama, apalagi tentang keinginan saya untuk mendidik anak sesuai dengan agama Kristen. Puji Tuhan suami saya tidak mempersoalkan 33 Suami saya mempercayakan pendidikan agama kepada saya, jadi saya didik anak saya sesuai agama Kristen Wawancara dengan ibu R (ketua kelompok Wilayah Ngentak), Senin, 13 Mei 2015, jam WIB. 31 Wawancara dengan ibu N (Salah satu Penatua Gereja), Jumat, 24 April 2015, jam WIB. 32 Aini, Nuryamin, Drs, Fakta Empiris Nikah Beda Agama, Jaringan Islam Liberal, islamlib.com/?site=1&aid=678&cat=content&cid=12&title=fakta-empiris-nikah-beda-agama, 24 September FGD, Minggu, 17 Mei, jam WIB. 34 FDG, Minggu, 17 Mei, jam WIB. 67

25 Karena saya sibuk bekerja, jadi anak saya serahkan kepada istri yang beragama non Kristen termasuk pendidikan agamanya sehingga anak saya juga tidak Kristen seperti saya. 35 Interaksi yang baik antara suami dan istri sangat mempengaruhi keberhasilan ibu untuk membawa anak-anak mereka kepada iman Kristen. Interaksi tersebut diwujudkan dalam bentuk tidak ada permasalahan terhadap pendidikan agama Kristen yang dilakukan oleh ibu kepada anaknya, bahkan suami mendukung. Dengan demikian seperti yang dijelaskan dari hasil penelitian sebelumnya tentang keluarga beda agama memiliki pengaruh kepada anak-anak. Seperti yang diungkapkan oleh Asrori, 36 bahwa anak-anak dapat memiliki kualitas agama yang rendah karena perbedaan agama dari orangtuanya. Namun jika terjadi interaksi yang kuat di antara orang tua termasuk dalam hal agama, maka anak dapat memiliki kualitas agama yang tinggi, meskipun dari keluarga dengan orang tua beda agama. Anak-anak saya sangat rajin berdoa, membaca Alkitab dan pergi ke gereja meskipun tidak kami suruh. 37 Anak saya telah memutuskan sendiri untuk di baptis, dan ia selalu terlibat dalam pelayanan gereja. 38 Anak-anak pada akhirnya memutuskan sendiri untuk menjalani agama Kristen yang diajarkan oleh ibunya. Anak-anak Kristen oleh ibunya diarahkan untuk rajin mengikuti kegiatan gereja selain hari Minggu dan bersekolah di 35 FGD, Rabu, 20 Mei, jam WIB. 36 Asrori, Mohib, Kritisi Jurnal Millah Keluarga Beda Agama Dalam Masyarakat Jawa Perkotaan, Sudi Kasus di Sinduadi Mlati Sleman Yogyakarta, 37 FGD, Rabu, 20 Mei 2015, jam WIB. 38 FGD, Rabu, 20 Mei 2015, Jam WIB. 68

26 sekolah Kristen. Dengan melakukan hal-hal tersebut, orang tua yang beragama Kristen merasa telah melakukan PAK keluarga. Harapan mereka sangat besar yaitu melalui gereja dan sekolah Kristen anak-anak mereka dididik agama Kristen dengan baik dibandingkan yang anak-anak dapatkan di keluarga. Di samping orang tua Kristen, orangtua yang non Kristen dalam keluarga beda agama juga memiliki peran dalam pelaksanaan PAK. Yakni memberikan dukungan atau tidak melarang pasangannya yang beragama Kristen untuk melaksanakan PAK, hal itu terjadi karena interaksi yang kuat diantara orang tua yang berbeda agama. Dukungan dari orang tua non Kristen dalam pelaksanaan PAK sangat bermanfaat, meskipun para orang tua Kristen tetap mengharapkan terjadinya pelaksanan PAK keluarga dilakukan bersama-sama dengan pasangannya. Orangtua yang beragama Kristen harus melaksanakan PAK keluarga sendiri, meskipun mendapatkan dukungan dari pasangannya yang non Kristen. 39 Dengan demikian dalam keluarga beda agama orangtua Kristen juga harus dapat menyingkirkan perasaan-perasaan kesendirian yang kadang muncul dalam diri demi terlaksananya PAK dalam keluarga. Saya selalu berusaha mencoba mengajarkan PAK kepada anak-anak saya dengan mengajak mereka beribadah, meskipun saya kadang merasa sendirian dalam melaksanakan hal itu. Oleh karena itu saya selalu berdoa 39 Wawancara dengan ibu R, Hari Senin, 13 April 2015, jam WIB. 69

27 agar suami saya menjadi Kristen agar kami bisa mengajarkan PAK bersama. 40 Dalam hal ini menurut peneliti perlunya pendampingan dari gereja bagi orang tua yang beragama Kristen. Dengan pendampingan tersebut diharapkan dapat memperkuat orang tua Kristen dalam melaksanakan PAK keluarga, bahkan seperti yang dikemukakan oleh Westerhoff III yaitu keluarga dan gereja bersamasama melaksanakan PAK keluarga. 41 Gambar 9: Foto wawancara dengan Ibu R (ketua kelompok persekutuan keluarga wilayah Ngentak Komentar peneliti : Dalam wawancara tersebut ibu R, sebagai perempuan sangat memahami perasaan kesendirian yang dialami orang tua Kristen dalam melaksanakan PAK di keluarga beda agama, khususnya ibu-ibu yang beragama Kristen. Oleh karena itu bu R sangat mendukung orang tua Kristen dalam melaksanakan PAK keluarga di keluarga beda agama. 40 FGD, Pernyataan ibu An, hal itu juga dirasakan oleh ibu-ibu peserta lain. Minggu, 17 Mei 2015, jam WIB. 41 Westerhoff III, H, John, and Gwen Kennedy Neville, Generation to Generation, Conversation on Religious Education and Culture, The Pilgrim Press, New York-Philadelphia,

28 Dari data tersebut menunjukkan bahwa orang tua Kristen dalam melaksanakan PAK di keluarga beda agama perlu mendapatkan dukungan dari komunitas persekutuan gereja. Sehingga orang tua Kristen mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan PAK terkait dengan perasaan yang dialami. Menurut peneliti dalam hal ini dapat dicapai melalui sahabat doa, di mana teman-teman dalam persekutuan gereja menjadi pendoa bagi orang tua Kristen yang melaksanakan PAK dalam keluarga beda agama. Dengan demikian orang tua Kristen mendapatkan dukungan dan penguatan dari persekutuan gereja sehingga mampu pelaksanakan PAK di tengah keluarga beda agama yang dihadapi. Dengan demikian peneliti simpulkan bahwa peran orang tua Kristen sangat penting dalam pelaksanaan PAK dalam keluarga beda agama. Peran tersebut meliputi tanggungjawab dalam mengkomunikasikan dengan pasangan yang beda agama dan pelaksanaan PAK. Oleh karena itu, diperlukan dukungan baik dari orang tua yang non Kristen maupun gereja PAK bagi anak dalam keluarga dengan orang tua beda agama Dalam PAK keluarga anak adalah murid dan orang tua adalah guru, meskipun berbentuk informal. Tujuan dari PAK keluarga itu sendiri agar anakanak hidup dalam iman Kristen seperti yang diajarkan oleh orang tua. Dengan demikian mereka menjadi generasi penerus bagi iman Kristen dalam keluarga. Untuk mencapai hal tersebut seperti yang Groome sebutkan tentang muatan 71

29 PAK. 42 Dalam PAK keluarga meliputi pendidikan bagi Kerajaan, dalam hal ini anak mampu memahami bahwa dirinya dipanggil oleh Tuhan melalui Yesus Kristus ke dalam hubungan dengan Allah sehingga menjadi anggota Kerajaan Allah. Hal itu ditandai dengan adanya nilai-nilai dalam diri yaitu keadilan, kebenaran, damai dan kesetaraan. Berikutnya adalah pendidikan bagi iman Kristen, dalam hal ini anak menjadi orang Kristen karena percaya kepada Tuhan Yesus, menyerahkan diri dalam pimpinan Tuhan Yesus dan mampu melakukan apa yang Yesus firmankan. Selanjutnya anak juga menerima kebebasan dalam menentukan imannya. Dari penjelasan di atas menujukkan bahwa PAK bagi anak, tidak hanya bertujuan anak dapat belajar PAK, tetapi anak menjadi orang Kristen dan memiliki pengalaman imannya sendiri. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dalam keluarga dengan orang tua beda agama tidak semuanya beragama Kristen. Hal ini diungkapkan oleh ibu N : Di keluarga ibu W dari ketiga anaknya yang dua Kristen, dan yang satu tidak. Hal itu karena anak yang pertama mengikuti agama ayahnya, sedangkan anak kedua dan ketiga mengikuti ibunya yaitu Kristen. 43 Demikian juga yang dijelaskan oleh Pdt. W : Anak-anak biasanya mengikuti agama salah satu dari orangtuanya bergantung pada orangtua yang memberi pengaruh kuat soal agama dalam keluarga tersebut. Jadi anak dari keluarga dengan orangtua beda agama 42 Groome, H, Thomas, Pendidikan Agama Kristen- Berbagi Cerita dan Visi Kita, BPK Gunung Mulia, Jakarta Wawancara dengan ibu N, Jumat, 24 April 2015, jam WIB. 72

30 menjadi orang Kristen karena ibunya seorang Kristen dan memberikan pengaruh yang kuat di keluarga. 44 Dari data tersebut peneliti validasi melalui FGD menunjukkan bahwa ada empat keluarga yang anak-anaknya beda agama dalam keluarga. 45 Anak-anak yang masih kecil cenderung mengikuti agama ibunya, meskipun setelah dewasa ada di antara mereka berpindah dari Kristen menjadi non Kristen. Hal tersebut diungkapkan oleh para informan dalam FGD : Anak saya Kristen sampai sekarang sama dengan saya, meskipun suami saya non Kristen. 46 Waktu anak saya yang nomor satu masih kecil sering saya ajak untuk ke gereja dan dirumah juga saya ajari berdoa. Hanya pada waktu ia masuk sekolah di Sekolah Menengah Pertama, ia pindah menjadi non Kristen mengikuti ayahnya. 47 Anak-anak saya setelah dewasa menjadi non Kristen karena menikah dengan orang yang tidak beragama Kristen. 48 Perpindahan agama yang ditunjukkan anak dari keluarga beda agama di GKMI Salatiga, pada waktu anak kecil beragama Kristen setelah remaja atau dewasa berpindah non Kristen. Perpindahan agama tersebut dikarenakan pengaruh dari ayah yang beragama non Kristen dan pernikahan, hal itu membuktikan bahwa anak-anak tidak cukup kuat dengan iman Kristen yang dimiliki sehingga mudah berubah. Oleh karena itu, pelaksanaan PAK dalam keluarga beda agama harus 44 Wawancara dengan Pdt. W, Minggu, 12 April, jam WIB 45 Keempat keluarga tersebut adalah keluarga Ibu W, Ibu Y, ibu S dan Bapak J yang manjadi peserta FGD. 46 FGD, pernyataan ibu An, Minggu, 17 Mei 2015, jam WIB. 47 FGD, pernyataan ibu W, 17 Mei 2015, jam WIB. 48 FGD, pernyataan ibu S, Minggu, 17 Mei 2015, jam WIB. 73

31 diarahkan tidak hanya pada rutinitas keagamaan, melainkan pengalaman iman yang dapat membentuk anak menjadi orang Kristen yang kuat. Selain karena faktor pengaruh orang tua yang non Kristen dan pernikahan, terdapat faktor lain yang mempengaruhi perpindahan agama anak dalam keluarga dengan orang tua beda agama. Faktor tersebut adalah keluarga besar seperti kakek-nenek dan saudara-saudara ikut mempengaruhi. Hal itu disebabkan karena mereka tinggal dalam satu rumah atau rumah bereka berdekatan dengan keluarga besar. Jika keluarga besarnya beragama Kristen maka akan memperkuat peran orang tua yang beragama Kristen dalam melaksanakan PAK keluarga, demikian sebaliknya jika keluarga besar beragama non Kristen maka peran orang tua yang beragama Kristen akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan PAK keluarga. Setelah peneliti memvalidasi data melalui FGD, hasilnya hampir sama dengan data dari hasil wawancara. Terdapat orang tua yang beragama Kristen dalam keluarga beda agama mengalami hambatan dalam melaksanakan PAK karena faktor keluarga besar. Hal ini dialami oleh bapak M : Ketika saya akan mengajak anak ke gereja justru dilarang oleh kakekneneknya karena mereka berbeda agama. Dan karena saya tempat tinggal saya dekat saudara-saudara yang non Kristen saya akhirnya tidak jadi mengajak anak saya ke gereja. 49 Berbeda dengan pengalaman ibu A, Saya dengan mudah mengajak anak ke gereja sehingga dia jadi orang Kristen seperti saya karena keluarga besar saya Kristen dan sangat mendukung saya, meskipun suami saya non Kristen FGD, pernyataan bapak M, Rabu, 20 Mei 2015, jam WIB. 50 FGD, pernyataan ibu U, Rabu, 20 Mei 2015, jam WIB. 74

32 Dari dua pernyataan yang berbeda dari informan di atas menunjukkan bahwa pengaruh lingkungan dalam pelaksanaan PAK di keluarga berdasarkan agama mayoritas dalam lingkungan keluarga tersebut. Kondisi ini tentu harus diterima di tengah masyarakat majemuk. Sebagaimana gereja membangun hubungan dengan masyarakat yang berbeda agama melalui dialog seperti yang dikemukakan oleh Knitter. 51 Dialog sangat penting bagi hubungan antar umat beragama, tak terkecuali dalam keluarga jika terjadi perbedaan agama. Oleh karena itu, menurut peneliti perlunya dialog yang dibangun oleh orang tua yang beragama Kristen dengan lingkungannya yang beragama non Kristen agar terjadi hubungan yang kuat tanpa kehilangan iman Kristen dan tetap mampu melaksanaan PAK keluarga. Menurut peneliti dalam hal ini orang tua yang beragama Kristen dapat melakukan dialog dengan lingkungan tentang perbedaan agama karena pasangannya yang non Kristen tidak melarang pelaksanaan PAK dalam keluarga. Oleh karena anak adalah sasaran utama dari PAK dalam keluarga, maka orang tua Kristen dalam melaksanakan PAK terdapat dua unsur penting yang mendapatkan perhatian. Dua unsur tersebut adalah anak dan kemajemukan agama dalam keluarga atau lingkungan. Terkait dengan unsur anak, orang tua Kristen dapat merujuk pada teori Fowler tentang perkembangan iman, khususnya pada 51 Knitter, F, Paul, Satu Bumi Banyak Anggota, Dialog Multi-Agama dan Tanggungjawab Global, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2012, hal

33 masa kanak-kanak sampai remaja. 52 Dengan memanfaatkan teori tersebut orang tua Kristen dapat melaksanakan PAK berdasarkan kebutuhan anak sesuai dengan usianya. Unsur kedua adalah kemajemukan agama dalam keluarga dan lingkungan. Dalam hal ini orang tua Kristen jemaat GKMI Salatiga dalam melaksanakan PAK cenderung menutup diri dari lingkungan sehingga jika ada penolakkan dari lingkungan karena beda agama, mereka segera menghentikan PAK keluarga. Oleh karena itu, menghadapi kondisi tersebut dalam pelaksanaan PAK keluarga perlu dilengkapi dengan pendidikan multikultulral. Penggabungan antara PAK dengan Pendidikan Multikultural guna menyeimbangkan PAK keluarga agar tidak semata-mata bertujuan untuk menjadikan anak memiliki iman Kristen, melainkan juga memiliki sikap toleransi ditengah keluarga yang berbeda agama. Dalam hal ini seperti yang diungkapkan oleh Kurniawati bahwa pendidikan multikultural menolong anak untuk dapat memiliki pemahaman diri lebih luas dengan melihat dirinya dari sudut pandang agama dan budaya lain. Menolong anak untuk mengenal, memahami dan menghargai agama sendiri. Menolong anak mengembangkan kekhususan agama yang dimiliki. Serta menolong anak untuk dapat berpartisipasi dengan penuh dalam kehidupan di keluarga dan masyarakat yang multikultural. Dengan demikian orang tua Kristen dalam melaksanakan PAK keluarga memberikan juga pengertian tentang agama lain yang dianut oleh orang tua non 52 Cremes, Agus, Tahap-tahap Perkembangan Kepercayaan menurut James W. Fowler, Sebuah Gagasan Baru dalam Psikoloi Agama, Yogyakarta, Kanisius, 1995, hal

34 Kristen dan lingkungan. Anak juga dilibatkan dalam tindakkan-tindakkan menghargai anggota keluarga yang beragama lain dalam melakukan ibadah keagamaan. Oleh karena itu PAK keluarga menjadi sarana pengembangan sikap toleransi antar umat beragama dalam keluarga. Dalam hal ini anak tidak hanya diberikan kesempatan menerima dan memahami agama Kristen yang diajarkan oleh orang tua yang beragama Kristen, tetapi juga belajar memahami agama lain yang dianut oleh anggota keluarga yang lain. Dengan demikian anak mampu melihat perbedaan setiap agama yang pada akhirnya sanggup untuk menghargai agama lain. Oleh karena itu, anak dari keluarga dengan orang tua beda agama justru mendapatkan pendidikan agama yang lebih kompleks terkait baik dalam pemahaman maupun praktek. Sikap toleransi yang tertanam pada anak dalam keluarga beda agama tersebut dalam konteks masyarakat yang majemuk sangat diperlukan, hal tersebut berkaitan dengan penciptaan kedamaian dalam hidup bersama di tengah masyarakat. Dengan demikian orang tua Kristen perlu memperoleh pemahaman terkait dengan pendidikan multikultural agar dapat melaksanakan PAK keluarga di tengah keluarga dan lingkungan yang berbeda agama, serta mampu mengembangkan hubungan dengan lingkungan sehingga PAK keluarga tetap dilaksanakan. Dalam hal ini gereja dapat menolong orang tua Kristen untuk melengkapi pengetahuan tersebut. 77

35 Dengan memperhatikan kecenderungan terjadinya perpindahan agama pada anak di dalam keluarga dengan orang tua beda agama, maka dalam pelaksanaan PAK di keluarga perlu mendapatkan perhatian secara khusus dari orang tua dan gereja. PAK keluarga ditujukan bagi anak-anak agar mereka memiliki iman Kristen. Hal tersebut sama dengan untuk anak-anak dari keluarga beda agama. Oleh karena dalam keluarga dengan orang tua beda agama anak tidak hanya mendapatkan pengaruh dari PAK saja melainkan agama lainnya, maka tujuan PAK keluarga tidak hanya agar anak memiliki iman Kristen, tetapi juga dapat mempertahankan iman Kristennya. Dengan tujuan di atas maka menurut peneliti orang tua yang beragama Kristen dalam keluarga tersebut memiliki peranan yang sangat penting. Oleh karena itu mereka harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang PAK keluarga sehingga dapat melaksanakan PAK sesuai dengan konteks keluarga yang beda agama. Dalam hal ini peran gereja sangat diperlukan untuk memperlengkapi para orang tua. Sebagaimana diungkapkan oleh bapak W dan Ibu An : Menjadi tugas gereja untuk menolong orang tua Kristen dalam pelaksanaan PAK di keluarga beda agama. Hal itu yang belum pernah dilakukan oleh gereja. 53 Saya membutuhkan bantuan gereja dalam rangka menolong pemahaman saya tentang PAK keluarga agar saya dapat melaksanakannya di keluarga saya yang berbeda agama Wawancara dengan Bpk. Wd, Minggu, 14 April, jam WIB. 54 FGD, Pernyataan ibu An, Minggu, 17 Mei 2015, jam WIB, yang di dukung oleh peserta lain dalam FGD tersebut. 78

36 Dari pernyataan-pernyataa tersebut para orang tua Kristen dalam keluarga beda agama menyadari keterbatasannya tentang PAK keluarga dan dapat bekerja sama dengan gereja untuk melaksanakan PAK. Oleh karena itu, upaya-upaya gereja dalam hal ini sangat diperlukan bagi pelaksanaan PAK dalam keluarga dengan orang tua beda agama Rangkuman Keluarga dengan orang tua beda agama membawa dampak langsung terhadap PAK keluarga khususnya bagi keluarga yang salah satu dari orang tua beragama Kristen. Sebagai orang tua Kristen memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan PAK keluarga termasuk mereka yang menjadi orang tua di keluarga beda agama. Dalam hal tersebut tentu berbeda pelaksanaannya dengan keluarga yang satu agama. Di GKMI Salatiga keluarga dengan orang tua beda agama kebanyakan karena pernikahan yang dilakukan sejak awal sudah beda agama, sebab lainnya adalah terjadinya perpindahan agama dari salah satu orang tua dalam keluarga tersebut setelah menikah. Meskipun pada akhirnya terjadi pernikahan dan setelah menikah masingmasing mempertahankan agamanya, hal itu berdampak pada anak-anak, khususnya masalah agama. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan permasalahan yang terjadi dalam keluarga dengan orang tua beda agama terkait dengan PAK, bagaimana PAK dilakukan dalam keluarga 79

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan semua kajian dalam bab-bab yang telah dipaparkan di atas, pada bab ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan dan rekomendasi. Rekomendasi ini terutama bagi gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang. Keluarga adalah kelompok terkecil dari masyarakat. Setiap anggota dalam

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang. Keluarga adalah kelompok terkecil dari masyarakat. Setiap anggota dalam BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Keluarga adalah kelompok terkecil dari masyarakat. Setiap anggota dalam keluarga memiliki ikatan yang sangat kuat, bahkan disebut sebagai kekerabatan yang sangat mendasar

Lebih terperinci

TESIS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM KELUARGA DENGAN ORANG TUA BEDA AGAMA DI JEMAAT GKMI SALATIGA

TESIS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM KELUARGA DENGAN ORANG TUA BEDA AGAMA DI JEMAAT GKMI SALATIGA TESIS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM KELUARGA DENGAN ORANG TUA BEDA AGAMA DI JEMAAT GKMI SALATIGA DI SUSUN OLEH ENDANG AYU PURWANINGTYAS (752013020) MAGISTER SOSIOLOGI AGAMA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik.

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik. BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Dalam bab IV ini akan dipaparkan suatu refleksi teologis tentang PAK dalam keluarga dengan orang tua beda agama. Refleksi teologis ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu PAK keluarga

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bab ini dipaparkan tentang (1) kesimpulan dan (2) saran :

BAB V PENUTUP. Pada bab ini dipaparkan tentang (1) kesimpulan dan (2) saran : BAB V PENUTUP Pada bab ini dipaparkan tentang (1) kesimpulan dan (2) saran : 5.1 Kesimpulan Pernikahan yang harmonis, bahagia, dan terjadi sekali untuk selamanya merupakan idaman setiap orang yang menikah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran.

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gereja adalah kumpulan orang-orang yang telah dipanggil Allah keluar dari dunia ini untuk menjadi miliknya, umat kepunyaan Allah sendiri. Allah memanggil mereka di

Lebih terperinci

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan umat beragama tidak bisa dipisahkan dari ibadah. Ibadah bukan hanya sebagai suatu ritus keagamaan tetapi juga merupakan wujud respon manusia sebagai ciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Gereja Kristen Pasundan (GKP) berada dalam konteks masyarakat Jawa bagian barat yang majemuk baik suku, agama, budaya daerah dan status sosial ekonomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki keterbatasan sehingga manusia dapat melakukan ritual - ritual atau kegiatan keagamaan lain

Lebih terperinci

TATA GEREJA PEMBUKAAN

TATA GEREJA PEMBUKAAN TATA GEREJA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya gereja adalah penyataan Tubuh Kristus di dunia, yang terbentuk dan hidup dari dan oleh Firman Tuhan, sebagai persekutuan orang-orang percaya dan dibaptiskan ke

Lebih terperinci

BAB V. Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran

BAB V. Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran BAB V Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran I. Refleksi Kehadiran saksi Yehova di tengah masyarakat Kelurahan Kawua yang merupakan bagian dari wilayah pelayanan GKST, pada akhirnya telah melahirkan tanggapan

Lebih terperinci

PENGINJILAN DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MASYARAKAT MAJEMUK YULIA CITRA, LENDA DABORA J.F. SAGALA STT SIMPSON

PENGINJILAN DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MASYARAKAT MAJEMUK YULIA CITRA, LENDA DABORA J.F. SAGALA STT SIMPSON PENGINJILAN DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MASYARAKAT MAJEMUK YULIA CITRA, LENDA DABORA J.F. SAGALA STT SIMPSON PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN SEKOLAH TINGGI TEOLOGI PENGINJILAN

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH (1) Tata Gereja GKJ adalah seperangkat peraturan yang dibuat berdasarkan Alkitab sesuai dengan yang dirumuskan di dalam Pokok-pokok Ajaran GKJ dengan tujuan

Lebih terperinci

Pentingnya peran saksi dalam pernikahan (Suatu tinjauan terhadap pendampingan saksi nikah di jemaat GMIT Efata Benlutu)

Pentingnya peran saksi dalam pernikahan (Suatu tinjauan terhadap pendampingan saksi nikah di jemaat GMIT Efata Benlutu) Pentingnya peran saksi dalam pernikahan (Suatu tinjauan terhadap pendampingan saksi nikah di jemaat GMIT Efata Benlutu) 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perkawinan ialah ikatan lahir batin

Lebih terperinci

PENGINJILAN DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MASYARAKAT MAJEMUK Yulia Citra, Lenda Dabora J.F. Sagala STT Simpson

PENGINJILAN DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MASYARAKAT MAJEMUK Yulia Citra, Lenda Dabora J.F. Sagala STT Simpson PENGINJILAN DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MASYARAKAT MAJEMUK Yulia Citra, Lenda Dabora J.F. Sagala STT Simpson ABSTRAK Di Indonesia penuh dengan keberagaman budaya, bahasa, bahkan agama oleh sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pernikahan merupakan salah satu fase dari kehidupan manusia. Memasuki jenjang pernikahan atau menikah adalah idaman hampir setiap orang. Dikatakan hampir

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan

BAB V PENUTUP. Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan BAB V PENUTUP Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan keluarga di Jemaat GPIB Immanuel Semarang, maka penulis membuat suatu kesimpulan berdasarkan pembahasan-pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajarannya akan berbeda dengan mainstream, bahkan memiliki kemungkinan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. ajarannya akan berbeda dengan mainstream, bahkan memiliki kemungkinan terjadi BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Dalam suatu masyarakat terdapat sebuah sistem dan komponen yang mendukung eksistensi komunitas. Komponen itu antara lain agama, kewarganegaraan, identitas suku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kelompok sosial yang terdiri dari sejumlah individu di dalamnya tentu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kelompok sosial yang terdiri dari sejumlah individu di dalamnya tentu memiliki BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Kehidupan manusia yang seiring berjalan waktu semakin berkembang, dalam kenyataannya ada berbagai macam hal yang membawa pengaruh positif maupun negatif dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin

Lebih terperinci

XII. Diunduh dari. Bab. Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan

XII.  Diunduh dari. Bab. Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan Bab XII A. Pengantar Bernyani Kucinta Keluarga Tuhan Kucinta k luarga Tuhan, terjalin mesra sekali semua saling mengasihi betapa s nang kumenjadi k luarganya Tuhan Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran gereja sakramen disebut sebagai salah satu alat pemelihara keselamatan bagi umat Kristiani. Menurut gereja-gereja reformasi hanya ada dua sakramen,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Jemaat merupakan bidang yang baru dalam kekristenan, baik Protestan maupun Katolik dan masuk ke dalam ranah teologi praktis, di mana terjadi adanya perpindahan

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan

Lebih terperinci

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) Diajukan Kepada Fakultas Teologi Sebagai Salah Satu Persyaratan Uji Kelayakan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF TEORI MODEL PENGASUHAN UNTUK PEMBANGUNAN KARAKTER TERHADAP MODEL- MODEL PENGASUHAN OLEH

BAB IV TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF TEORI MODEL PENGASUHAN UNTUK PEMBANGUNAN KARAKTER TERHADAP MODEL- MODEL PENGASUHAN OLEH BAB IV TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF TEORI MODEL PENGASUHAN UNTUK PEMBANGUNAN KARAKTER TERHADAP MODEL- MODEL PENGASUHAN OLEH KELUARGA-KELUARGA KRISTEN DI JEMAAT GMIT SONTETUS BONE Dalam bab ini penulis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN PRESPEKTIF KONSELING PASTORAL DAN REFLEKSI TEOLOGIS Dalam Bab ini akan dipaparkan analisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang terpanggil dan dihimpun oleh Allah Bapa, keluar dari kegelapan menuju kepada Yesus Kristus

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah a) Gambaran GKP Dan Konteksnya Secara Umum Gereja Kristen Pasundan atau disingkat GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya di wilayah Jawa

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai penyelengaraan

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai penyelengaraan 86 BAB IV PENUTUP Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai penyelengaraan pendidikan pranikah di Klasis Kota Ambon, maka berikut ini penulis akan memaparkan beberapa kesimpulan serta mengusulkan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP KEAKTIFAN KAUM MUDA DALAM PELAYANAN DI GEREJA KRISTEN HOLISTIK JEMAAT SERENITY MAKASSAR SKRIPSI

PENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP KEAKTIFAN KAUM MUDA DALAM PELAYANAN DI GEREJA KRISTEN HOLISTIK JEMAAT SERENITY MAKASSAR SKRIPSI PENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP KEAKTIFAN KAUM MUDA DALAM PELAYANAN DI GEREJA KRISTEN HOLISTIK JEMAAT SERENITY MAKASSAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat dalam Menyelesaikan Stratum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Katolik, Hindu, dan Budha. Negara menjamin kebebasan bagi setiap umat bergama untuk

BAB I PENDAHULUAN. Katolik, Hindu, dan Budha. Negara menjamin kebebasan bagi setiap umat bergama untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam UUD 1945, disebutkan bahwa Indonesia sebagai Negara yang berlandaskan pada Pancasila mengakui adanya lima agama di dalamnya, antara lain: Islam, Kristen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat

Lebih terperinci

1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus

1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus BAGIAN IV TINJAUAN KRITIS ATAS UPAYA PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN BAGI REMAJA YANG BERAGAMA KRISTEN DAN NON KRISTEN DIPANTI ASUHAN YAKOBUS YANG SESUAI DENGAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL. 4.1 Pendidikan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN DI GKJW SE-KABUPATEN JEMBER (Suatu Analisa dengan Menggunakan Teori Pertukaran Sosial) Tesis Diajukan kepada Program Pasca Sarjana Magister Sosiologi Agama Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB PEMBUKAAN Sesungguhnya Allah didalam Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Ia adalah sumber kasih, kebenaran, dan hidup, yang dengan kuat kuasa

Lebih terperinci

Bagaimana Berjalan Dalam Roh Bagian ke-3

Bagaimana Berjalan Dalam Roh Bagian ke-3 Bagaimana Berjalan Dalam Roh Bagian ke-3 Pengantar Dalam dua bagian pertama pelajaran ini, kita telah belajar pentingnya menerima Roh Kudus, membaca Alkitab, dan berkembang di mana kita ditanamkan. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika seseorang akan melakukan sesuatu hal, pasti orang tersebut memiliki hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. Ketika seseorang akan melakukan sesuatu hal, pasti orang tersebut memiliki hal-hal BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Ketika seseorang akan melakukan sesuatu hal, pasti orang tersebut memiliki hal-hal tertentu yang mempengaruhi dalam dirinya untuk bertindak. Sesuatu yang mempengaruhi

Lebih terperinci

III. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK

III. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK III. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK 3.1 Sejarah dan Perkembangan GKI Palsigunung Depok Gereja Kristen Indonesia (GKI) merupakan buah penyatuan dari GKI Jawa Barat, GKI Jawa Tengah, dan GKI Jawa Timur. Berdirinya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan kasus konversi agama di Bukitsari maka dapat disimpulkan bahwa beberapa kepala keluarga (KK) di daerah tersebut dinyatakan benar melakukan pindah agama

Lebih terperinci

Gereja dan Toleransi Beragama (Usaha GBKP Semarang dalam mewujudkan Toleransi antar umat beragama) FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

Gereja dan Toleransi Beragama (Usaha GBKP Semarang dalam mewujudkan Toleransi antar umat beragama) FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA _ Gereja dan Toleransi Beragama (Usaha GBKP Semarang dalam mewujudkan Toleransi antar umat beragama) Oleh : Ruth Dwi Rimina br Ginting 712007058

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gereja, tetapi di sisi lain juga bisa membawa pembaharuan ketika gereja mampu hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN. gereja, tetapi di sisi lain juga bisa membawa pembaharuan ketika gereja mampu hidup dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gereja tidak bisa lepas dari proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat seperti modernisasi dan sekularisasi. Perubahan akan menimbulkan permasalahan dan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. beberapa saran berdasarkan hasil penelitian lapangan dan analisanya.

BAB V PENUTUP. beberapa saran berdasarkan hasil penelitian lapangan dan analisanya. BAB V PENUTUP Dalam bab ini penulis mencoba menarik beberapa kesimpulan dan mengusulkan beberapa saran berdasarkan hasil penelitian lapangan dan analisanya. A. Kesimpulan. Beberapa kesimpulan yang dapat

Lebih terperinci

BAB IV. Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia

BAB IV. Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia BAB IV Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia 4.1. Diakonia sebagai perwujudan Hukum Kasih Gereja dapat dikatakan sebagai gereja apabila dia sudah dapat menjalankan fungsinya, yaitu

Lebih terperinci

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jika melihat sekilas tentang bagaimana Gereja menjalankan karyanya -khususnya Gereja Kristen Jawa (GKJ)-, memang sangat tampak bahwa Gereja merupakan sebuah organisasi

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan UKDW

Bab I Pendahuluan UKDW Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa (GKJ) Immanuel Ungaran merupakan salah satu gereja yang terletak di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dengan jemaat berjumlah 417 jiwa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gereja merupakan persekutuan orang-orang percaya di dalam Kristus.

BAB I PENDAHULUAN. Gereja merupakan persekutuan orang-orang percaya di dalam Kristus. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Gereja merupakan persekutuan orang-orang percaya di dalam Kristus. Dasar kesaksian dan pelayanan gereja adalah Kristus. Kekuasaan dan kasih Kristus tidak terbatas

Lebih terperinci

PENELAHAAN ALKITAB ANTAR GENERASI

PENELAHAAN ALKITAB ANTAR GENERASI PENELAHAAN ALKITAB ANTAR GENERASI Studi Kritis Terhadap pelaksanaan PJJ sebagai Pembinaan Warga Jemaat Antar Generasi di Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) TESIS Diajukan kepada Fakultas Teologi Untuk

Lebih terperinci

TOPIK 2 = PEMBINAAN REMAJA & PEMUDA

TOPIK 2 = PEMBINAAN REMAJA & PEMUDA TOPIK 2 = PEMBINAAN REMAJA & PEMUDA SUB BIDANG PEMBINAAN WARGA GEREJA SINODE GEREJA KRISTUS YESUS KATA PENGANTAR Puji Syukur kepada Tuhan Yesus atas pimpinan-nya sehingga buku ini dapat diterbitkan. Sesungguhnya

Lebih terperinci

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. 03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat GPIB Jemaat Bethesda Sidoarjo

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat GPIB Jemaat Bethesda Sidoarjo BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat GPIB Jemaat Bethesda Sidoarjo Sekitar tahun 1963 setelah keluarga dalam jemaat menjadi ± 10 keluarga, maka dipilihlah anggota Majelis jemaat, lalu dimintakan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Keluarga adalah institusi pertama yang dibangun, ditetapkan dan diberkati Allah. Di dalam institusi keluarga itulah ada suatu persekutuan yang hidup yang

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang yang merencanakan untuk berkeluarga biasanya telah memiliki impian-impian akan gambaran masa depan perkawinannya kelak bersama pasangannya.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Ibadah etnik merupakan salah satu bentuk ibadah yang memberi ruang bagi kehadiran unsurunsur budaya. Kehadiran unsur-unsur budaya yang dikemas sedemikian rupa

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL Lenda Dabora Sagala STT Simpson Ungaran Abstrak Menghadapi perubahan sosial, Pendidikan Agama Kristen berperan dengan meresponi perubahan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Setiap manusia memiliki hak yang sama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sakramen berasal dari bahasa Latin; Sacramentum yang memiliki arti perbuatan kudus 1. Dalam bidang hukum dan pengadilan Sacramentum biasanya diartikan sebagai barang

Lebih terperinci

TEMA : JADILAH TELADAN DAN TERANG

TEMA : JADILAH TELADAN DAN TERANG Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) TEMA : JADILAH TELADAN DAN TERANG 17 September 2017 Jam 19.00 WIB Jemaat GIDEON Kelapadua Depok Jl. Komjen Pol M. Jasin Kelapadua, Pasirgunung Selatan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katekisasi merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan kristiani yang dilakukan oleh gereja. Istilah katekisasi berasal dari kerja bahasa Yunani: katekhein yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng

BAB V PENUTUP. tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pertama, sebuah konsep etika dibangun berdasarkan konteks atau realita pada masa tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng ditinjau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu gereja yang sudah berdiri sejak tahun 1950 di Indonesia adalah Gereja Kristen Indonesia atau yang biasa disebut GKI. GKI adalah sekelompok gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dianutnya. Setiap orang memilih satu agama dengan bermacam-macam alasan, antara

BAB I PENDAHULUAN. dianutnya. Setiap orang memilih satu agama dengan bermacam-macam alasan, antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dengan kebebasan untuk memilih agama yang ingin dianutnya. Setiap orang memilih satu agama dengan bermacam-macam alasan, antara lain

Lebih terperinci

Bergabunglah dengan Saudara yang Lain Bila Berdoa

Bergabunglah dengan Saudara yang Lain Bila Berdoa Bergabunglah dengan Saudara yang Lain Bila Berdoa III Berdoalah dengan Seorang Teman II Berdoalah dengan Keluarga Saudara III Berdoalah dengan Kelompok Doa II Berdoalah dengan Jemaat Pelajaran ini akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena, masyarakat adalah pencipta sekaligus pendukung kebudayaan. Dengan demikian tidak

Lebih terperinci

2

2 Pk. 17.00 WIB 2 3 4 5 6 7 8 9 PELAYANAN BAPTISAN KUDUS DEWASA, BAPTIS ANAK, PENGAKUAN PERCAYA (SIDI), PENERIMAAN ANGGOTA & PEMBARUAN PENGAKUAN PERCAYA PENGANTAR PF : Dalam kebaktian hari ini akan dilayankan

Lebih terperinci

1. Persiapan. A. Sumber. B. Apa yang dikatakan tentang Toleransi. C. Kemanakah Toleransi ini tertuju

1. Persiapan. A. Sumber. B. Apa yang dikatakan tentang Toleransi. C. Kemanakah Toleransi ini tertuju Pelajaran 13 HIDUP DI SINI DAN SEKARANG: TOLERANSI Kebebasan untuk semua? 28 Maret 2015 1. Persiapan A. Sumber Kisah 17:16-34 Yohanes 10:16 Yesaya 56:6, 7 "Di dunia itu disebut Toleransi, tapi di neraka

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan di perkotaan diperhadapkan dengan sebuah realita kehidupan yang kompleks. Pembangunan yang terus berlangsung membuat masyarakat berlomba-lomba untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Nabeel Jabbour menepis pemahaman tentang gereja hanya sebatas bangunan, gedung dan persekutuan yang institusional. Berangkat dari pengalaman hidup Nabeel Jabbour selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, memacu orang untuk semakin meningkatkan intensitas aktifitas dan kegiatannya. Tingginya intensitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Secara umum masyarakat Karo menganggap bahwa agama Hindu-Karo adalah agama Pemena (Agama Pertama/Awal). Dalam agama Pemena, terdapat pencampuran konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Kristen Sumba (GKS) Nggongi adalah salah satu dari sekian banyak gereja yang ada di Indonesia. Gereja hadir untuk membawa misi menyampaikan kabar baik

Lebih terperinci

BAB 4. Refleksi Teologis. dan kehidupan rohani setiap anggota jemaatnya tidak terkecuali anak-anak yang adalah

BAB 4. Refleksi Teologis. dan kehidupan rohani setiap anggota jemaatnya tidak terkecuali anak-anak yang adalah BAB 4 Refleksi Teologis Ketika Tuhan Yesus naik ke surga, Ia memberikan mandat kepada seluruh murid untuk pergi ke seluruh dunia dan menjadikan semua bangsa menjadi muridnya (Matius 28:19-20). Mandat ini

Lebih terperinci

GPIB Immanuel Depok Minggu, 11 Juni 2017

GPIB Immanuel Depok Minggu, 11 Juni 2017 PERSIAPAN : TATA IBADAH HARI MINGGU TRINITAS Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah di hari Minggu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika Tuhan Yesus naik ke surga, Ia memberikan mandat kepada seluruh murid untuk pergi ke seluruh dunia dan menjadikan semua bangsa menjadi muridnya (Matius

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: BAB V PENUTUP Pada bagian ini penulisan akan dibagi menjadi dua bagian yaitu kesimpulan dan saran. 5.1.KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Gereja adalah persekutuan orang percaya

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitab (24-26)

Pertanyaan Alkitab (24-26) Pertanyaan Alkitab (24-26) Bagaimanakah orang Kristen Bisa Menentukan Dia Tidak Jatuh Dari Iman/Berpaling Dari Tuhan? Menurut Alkitab seorang Kristen bisa jatuh dari kasih karunia, imannya bisa hilang.

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa Kutoarjo merupakan salah satu gereja dari 11 Gereja Kristen Jawa yang berada dibawah naungan Klasis Purworejo. GKJ Kutoarjo merupakan sebuah gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja sebagai suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada Yesus Kristus 1 hadir di dunia untuk menjalankan misi pelayanan yaitu melakukan

Lebih terperinci

BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR

BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR Keluarga adalah salah satu konteks atau setting Pendidikan Agama Kristen yang perlu diperhatikan dengan baik,

Lebih terperinci

I. MENGHADAP TUHAN. NYANYIAN UMAT : MAZMUR 98 : 1, 3 & 4 (do=g) Kantoria

I. MENGHADAP TUHAN. NYANYIAN UMAT : MAZMUR 98 : 1, 3 & 4 (do=g) Kantoria TATA IBADAH HARI MINGGU XIV SESUDAH PENTAKOSTA PERSIAPAN : Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan 21-23 Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Orang-orang yang percaya kepada Kristus terpecah-belah menjadi ratusan gereja. Merek agama Kristen sama

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latarbelakang Pluralitas agama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat lagi dihindari atau disisihkan dari kehidupan masyarakat umat beragama. Kenyataan akan adanya pluralitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil wawancara penulis dengan AK pada tanggal 17 Oktober

BAB I PENDAHULUAN. Hasil wawancara penulis dengan AK pada tanggal 17 Oktober BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) para pelayanan kebaktian anak dan remaja dikenal dengan sebutan pamong. Istilah pamong ini tidak ada dalam buku Tata Pranata GKJW

Lebih terperinci

Ordinary Love. Timothy Athanasios

Ordinary Love. Timothy Athanasios Ordinary Love Timothy Athanasios Bab I Gereja dan Pelayanan Konsep menciptakan berhala, hanya rasa ingin tahu yang bisa memahami. (Gregory Nyssa) Jika Kerajaan Allah hendak direalisasikan dalam rupa dua

Lebih terperinci

MENGUKIR KARAKTER DALAM DIRI ANAK

MENGUKIR KARAKTER DALAM DIRI ANAK MENGUKIR KARAKTER DALAM DIRI ANAK KARAKTER YANG BAIK dan KARAKTER SEPERTI KRISTUS, apa bedanya? Oleh : G.I. Magdalena Pranata Santoso, D.Min. Pendahuluan Meskipun akhir-akhir ini semakin banyak orang tua

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI Dalam bab ini berisi tentang analisa penulis terhadap hasil penelitian pada bab III dengan dibantu oleh teori-teori yang ada pada bab II. Analisa yang dilakukan akan

Lebih terperinci

Gereja Menyediakan Persekutuan

Gereja Menyediakan Persekutuan Gereja Menyediakan Persekutuan Pada suatu Minggu pagi sebelum kebaktian Perjamuan Tuhan, lima orang yang akan diterima sebagaianggota gereja berdiri di depan pendeta dan sekelompok diaken. Salah seorang

Lebih terperinci

32. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMP

32. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMP 32. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMP KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT (G P I B) TATA IBADAH HARI MINGGU VII SESUDAH PENTAKOSTA & SYUKUR HUT KE-35 YAPENDIK GPIB

GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT (G P I B) TATA IBADAH HARI MINGGU VII SESUDAH PENTAKOSTA & SYUKUR HUT KE-35 YAPENDIK GPIB GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT (G P I B) TATA IBADAH HARI MINGGU VII SESUDAH PENTAKOSTA & SYUKUR HUT KE-35 YAPENDIK GPIB TEMA : CERDAS DAN KREATIF DI DALAM KRISTUS Minggu, 03 Juli 2016 Persiapan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor: 99/SK-1-PP/2013 tentang TATA GEREJA dan PERATURAN RUMAH TANGGA GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS)

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor: 99/SK-1-PP/2013 tentang TATA GEREJA dan PERATURAN RUMAH TANGGA GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS) TATA GEREJA GKPS 1 GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS) Simalungun Protestant Christian Church Pimpinan Pusat : Pdt. Jaharianson Saragih, STh, MSc, PhD Sekretaris Jenderal : Pdt. El Imanson Sumbayak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan diartikan sebagai suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita, yang bersama-sama menjalin hubungan sebagai suami-isteri dengan tujuan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah mitra kerja Tuhan Allah dalam mewujudkan rencana karya Tuhan Allah yaitu untuk menyelamatkan umat manusia. Dalam memenuhi panggilan-nya tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam kebaktian yang dilakukan oleh gereja. Setidaknya khotbah selalu ada dalam setiap kebaktian minggu.

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN TERHADAP PERUBAHAN MINAT MELAYANI DARI PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL

BAB IV TINJAUAN TERHADAP PERUBAHAN MINAT MELAYANI DARI PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL BAB IV TINJAUAN TERHADAP PERUBAHAN MINAT MELAYANI DARI PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL Berdasarkan hasil penelitian yang tertuang dalam bab III, peneliti ingin memberi paparan analisis terhadap perubahan minat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA USAHA PENGEMBANGAN JAMUR DI GEREJA BATAK KARO PROTESTAN (GBKP) BOGOR. 4.1 Analisa Usaha Pengembangan Jamur di GBKP Bogor

BAB IV ANALISA USAHA PENGEMBANGAN JAMUR DI GEREJA BATAK KARO PROTESTAN (GBKP) BOGOR. 4.1 Analisa Usaha Pengembangan Jamur di GBKP Bogor BAB IV ANALISA USAHA PENGEMBANGAN JAMUR DI GEREJA BATAK KARO PROTESTAN (GBKP) BOGOR 4.1 Analisa Usaha Pengembangan Jamur di GBKP Bogor Bila dilihat dari hasil penelitian yang penulis telah lakukan, usaha

Lebih terperinci

BAB IV PEMAHAMAN TENTANG PERSEMBAHAN

BAB IV PEMAHAMAN TENTANG PERSEMBAHAN BAB IV PEMAHAMAN TENTANG PERSEMBAHAN Persembahan identik secara formal dengan memberikan sesuatu untuk Tuhan. Berkaitan dengan itu, maka dari penelitian dalam bab tiga, dapat disimpulkan bahwa, pemahaman

Lebih terperinci

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat "Terima kasih, ini uang kembalinya." "Tetapi Pak, uang kembalinya terlalu banyak. Ini kelebihannya." "Betul. Anda seorang yang jujur. Tidak banyak yang akan berbuat

Lebih terperinci