BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Sejarah Bank Rakyat Indonesia (BRI) Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau "Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto". Lembaga tersebut berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI. Pada periode setelah Kemerdekaan Republik Indonesia mengatakan bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 Tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 21 Tahun 1992 status Bank Rakyat Indonesia (BRI) berubah menjadi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang kepemilikannya masih 100% ditangan Pemerintah. Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham bank ini, sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, yang masih digunakan sampai dengan saat ini. 2. Visi dan Misi Bank Rakyat Indonesia (BRI) a. Visi Bank Rakyat Indonesia (BRI) Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah. b. Misi Bank Rakyat Indonesia (BRI) a) Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi commit masyarakat. to user 74

2 75 b) Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dengan melaksanakan praktek good corporate governance; c) Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihakpihak yang berkepentingan (stakeholders). B. Pelaksanaan Novasi Subjektif Pasif dalam Perjanjian Kredit karena Pemberi Hak Tanggungan Meninggal Dunia Kasus novasi subjektif pasif yang terjadi di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Jatinegara dapat dijelaskan seperti berikut : Pada tahun 1992, Tuan A yang bertempat tinggal di Jakarta Timur dengan persetujuan isterinya Nyonya B mengajukan permohonan fasilitas kredit ke PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Jatinegara dengan jenis Kredit Modal Kerja (KMK) yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Kredit tersebut digunakan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai, atau biayabiaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan. Permohonan fasilitas kredit tersebut diajukan dengan melengkapi persyaratan yang telah ditentukan oleh bank dan fasilitas kredit tersebut disetujui untuk jangka waktu satu tahun dan berakhir sesuai dengan akta persetujuan membuka kredit yang dibuat dihadapan Notaris di Jakarta. 2. Pada tahun 1993 karena kreditnya masih digunakan untuk pengembangan usahanya dan pembayaran angsuran lancar, maka debitor mengajukan permohonan perpanjangan kredit dengan jangka waktu satu tahun yang dibuat secara dibawah tangan dan dilegalisasi oleh Notaris di Jakarta. 3. Pada tahun 1994 dilakukan perpanjangan kredit dengan jangka waktu satu tahun. 113 Wawancara dengan Account Officer PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Jatinegara, tgl 20 Oktober 2014

3 76 4. Pada tahun 1995, dilakukan perpanjangan kredit dengan jangka waktu satu tahun. 5. Pada tahun 1996 dilakukan perpanjangan kredit dengan jangka waktu satu tahun. 6. Pada tahun 1997 dilakukan perpanjangan kredit dengan jangka waktu satu tahun. 7. Pada tahun 1998 dilakukan perpanjangan kredit dengan jangka waktu satu tahun. 8. Pada tahun 1999 dilakukan perpanjangan kredit dengan jangka waktu satu tahun. 9. Pada tahun 2000 dilakukan perpanjangan kredit dengan jangka waktu satu tahun. 10. Pada tahun 2001 dilakukan perpanjangan kredit dan perubahan jangka waktu kredit dengan jangka waktu tiga tahun. 11. Pada tahun 2004 dilakukan perpanjangan kredit dengan jangka waktu tiga tahun. 12. Pada tahun 2007 dilakukan perpanjangan kredit dengan jangka waktu tiga tahun. 13. Pada tahun 2010 dilakukan perpanjangan kredit dengan jangka waktu tiga tahun. 14. Pada tahun 2011 ketika fasilitas kreditnya belum lunas, tuan A selaku debitor meninggal dunia ditempat tinggal yang terakhir. (Berdasarkan Kutipan Akta Kematian tertanggal 14 Juni 2011 Nomor 1110 / JT / KMT / 2011 yang dikeluarkan oleh Kantor Catatan Sipil). Pelaksanaan pemberian fasilitas kredit dilakukan dengan mengadakan suatu perjanjian yaitu melalui perjanjian kredit antara bank sebagai pemberi kredit (kreditor) dengan nasabah sebagai pemohon kredit (debitor) sehingga diantara keduanya tersebut terjadi hubungan hukum. Sebelum fasilitas kredit dilaksanakan, maka pihak bank telah menyediakan blanko perjanjian kredit terlebih dahulu untuk diberikan kepada setiap pemohon kredit, guna meminta persetujuan debitor mengenai isi commit perjanjian to user tersebut, apakah debitor menerima

4 77 atau menolak isi perjanjian tersebut. 114 Salah satu bank yang menyalurkan dana bagi masyarakat dalam bentuk kredit / pinjaman adalah PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Langkah yang ditempuh dalam pengajuan kredit di PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Jatinegara adalah : 1. Tahap Permohonan Kredit Calon debitor datang ke PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Jatinegara untuk mengajukan pinjaman dengan jenis Kredit Modal Kerja yaitu kredit yang digunakan untuk meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Kredit modal kerja diberikan dengan tujuan untuk membiayai tambahan modal kerja yaitu piutang dan tambahan persediaan. Kemudian calon debitor melengkapi persyaratan yang telah ditentukan oleh bank dan mengisi formulir pengajuan permohonan kredit yang disediakan oleh pihak bank, kemudian formulir ditandatangani oleh pemohon. Dalam pengajuan kredit calon debitor harus melampirkan fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) yang masih berlaku serta harus melengkapi Ijin Usaha seperti Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), dan Surat Ijin Tempat Usaha (SITU). Dalam hal ini formulir pengajuan permohonan kredit ditandatangani oleh pemohon yaitu Tuan A atas persetujuan isterinya Nyonya B Tahap Analisis Kredit/ Tahap Pemeriksaan Bank harus mempunyai keyakinan bahwa nasabah benar-benar dapat dipercaya dan kredit yang diberikan akan benar-benar kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari analisis kredit sebelum kredit diberikan. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, jaminan dan dana prospek dari usaha dari calon debitor. Pada tahap ini, Account Officer menerima berkas pengajuan pinjaman kredit yang telah 114 Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Aditya Bakti, Bandung,1991, hlm Wawancara dengan Account Officer commit PT.Bank to Rakyat user Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Jatinegara, tanggal 20 Oktober 2014

5 78 diisi lengkap persyaratannya. Kemudian persyaratan kredit yang diajukan oleh debitor tersebut akan dilakukan analisis oleh Account Officer. Analisis kredit dilakukan dengan mencocokkan fotokopi bukti diri / identitas sesuai dengan aslinya. Fotokopi KTP atau Identitas tersebut harus diberi paraf oleh Account Officer sebagai bukti bahwa alamat calon nasabah pada fotokopi KTP tersebut benar dan cocok dengan aslinya. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah agar tidak terjadi penyalahgunaan identitas oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Account Officer memastikan kebenaran alamat calon debitor, menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan usaha calon debitor, untuk mengetahui kemampuan membayar pinjaman kredit. Bila usaha calon debitor feasible (usaha produktif yang layak) maka bank akan memprosesnya melalui penilaian yang diwujudkan dalam analisis kredit. Analisis kredit dilakukan berdasarkan pedoman dan prosedur tertulis yang ditetapkan bank sebagai peraturan intern bank. 116 Tujuan analisis kredit adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan dan kemauan debitor untuk membayar kembali kreditnya kepada bank melalui analisis prinsip 5C, 7P dan 3R. Selain menggunakan analisis 5C, 7P dan 3R, maka penilaian suatu kredit layak atau tidak untuk diberikan dapat dilakukan dengan menilai seluruh aspek yang ada. 117 Aspek hukum yang dinilai adalah masalah legalitas badan usaha serta izin-izin yang dimiliki perusahaan yang mengajukan kredit. Penilaian dimulai dengan meneliti keabsahan dari dokumen dan surat-surat penting lainnya seperti seperti Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), dan Surat Ijin Tempat Usaha (SITU), Nomor Pajak Wajib Pajak (NPWP), keabsahan sertifikat tanah yang dijaminkan, dan dokumen-dokumen penting lainnya seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP). PT.Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Jatinegara dalam memberikan kredit melakukan analisa terhadap character / watak debitor 116 Wawancara dengan Account Officer PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Jatinegara, tgl 20 Oktober Kasmir, Op.Cit, hlm. 139

6 79 yang mengajukan permohonan tersebut, sehingga dapat dilihat watak, tanggung jawab, kejujuran, dan adanya itikad baik dari debitor sehingga dapat untuk mengantisipasi risiko yang mungkin timbul atas kredit yang diberikan. PT.Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Jatinegara dalam memberikan kredit melakukan analisis terhadap kemampuan. Hal ini dilakukan untuk mengukur tingkat kemampuan pemohon dalam mengelola usaha dan kemampuan membayar yang meliputi aspek manajemen, produksi, pemasaran, personalia, dan keuangan. Selain itu juga dilakukan penilaian terhadap jaminan meliputi jenis jaminan, lokasi, bukti kepemilikan, dan status hukumnya. Jaminan yang dipakai PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Jatinegara adalah jaminan berupa hak atas tanah yaitu berupa Hak Tanggungan atas nama calon debitor itu sendiri. Pengikatan jaminan memberikan kedudukan yang kuat dan aman kepada kreditor (bank). Jaminan yang dipakai adalah Sertifikat Hak Milik atas nama calon debitor. Hak Milik merupakan hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah, hanya dapat dimiliki oleh Warga Negara Indonesia (WNI) dan Badan Hukum Indonesia yang ditetapkan oleh pemerintah. Jaminan kredit yang diajukan pemohon kredit akan dilakukan penilaian oleh bank untuk mengetahui kelayakannya. 3. Tahap Pemberian Putusan Kredit Keputusan kredit digunakan untuk menentukan apakah kredit akan diberikan atau ditolak, jika diterima maka akan dipersiapkan administrasinya. Keputusan kredit yang diumumkan mencakup jumlah uang yang diterima, jangka waktu kredit, biaya-biaya yang harus dibayar dan waktu pencairan kredit. Pemberian putusan kredit diberikan setelah analisis permohonan kredit selesai dan dikatakan memenuhi syarat, kemudian kelengkapan persyaratan diserahkan kepada Kepala Cabang untuk mendapat putusan pemberian kredit. Kepala Cabang PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang commit Jatinegara to user meneliti dan memastikan bahwa

7 80 dokumen-dokumen yang mendukung pemberian keputusan kredit masih berlaku lengkap, sah dan berkekuatan hukum. Apabila permohonan fasilitas kredit disetujui, maka calon debitor akan memperoleh keputusan kredit sesuai permohonan yang diajukannya. Keputusan persetujuan permohonan kredit berupa mengabulkan sebagian atau seluruh permohonan kredit dari calon debitor. 4. Tahap Pencairan Kredit/Akad Kredit. Persyaratan pengajuan yang telah disetujui oleh Kepala Cabang dan para pihak, kemudian diikat oleh perjanjian kredit. Perjanjian kredit harus memuat secara lengkap janji-janji yang dikehendaki serta melengkapi syarat-syarat umum pinjaman kredit di PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Setelah dilakukan penandatanganan akad akan dilakukan proses realisasi kredit dengan membuka rekening giro atau tabungan dibank. Kemudian dapat dilakukan penarikan dana oleh debitor yaitu pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan yaitu sekaligus atau bertahap. 118 Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pencairan kredit adalah : a) Perjanjian Kredit dan perjanjian accessoir yang mengikutinya telah ditandatangani secara sah oleh pihak yang bersangkutan. b) Semua dokumen yang ditetapkan dalam putusan kredit telah lengkap dan telah diperiksa keabsahannya (termasuk dokumen asli). c) Semua biaya yang berhubungan dengan pemberian fasilitas kredit telah dilunasi pemohon. Bank dalam memberikan kredit harus mempunyai keyakinan bahwa kredit yang diberikan benar-benar kembali sesuai dengan jangka waktu kredit. Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, menyatakan bahwa dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atau itikad dan kemampuan serta kesanggupan 118 Kasmir, Op.Cit, hlm. 147

8 81 nasabah debitor untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu dapat berbentuk jangka pendek (dibawah satu tahun), jangka menengah ( satu sampai tiga tahun), dan jangka panjang ( diatas tiga tahun). Untuk kondisi tertentu jangka waktu ini dapat diperpanjang sesuai kebutuhan. 119 Pemberian kredit yang dilakukan oleh bank pasti mengandung suatu risiko. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah, maupun risiko yang tidak disengaja misalnya bencana alam atau musibah sehingga debitor tidak mampu lagi untuk melunasi kreditnya. Untuk mengurangi risiko dalam pemberian kredit yang diberikan oleh bank, maka bank harus melaksanakan prinsip kehati-hatian. Debitor harus menyerahkan suatu jaminan untuk melindungi kredit dari risiko kerugian. Dalam memberikan kredit juga harus sesuai dengan prosedur pemberian kredit (Standar Operasional dan Prosedur / SOP). Fungsi adanya jaminan kredit adalah sebagai pengamanan pelunasan kredit apabila di kemudian hari debitor ingkar janji yaitu tidak melunasi utangnya kepada bank sesuai dengan ketentuan perjanjian kredit, kemudian dilakukan penjualan atas objek jaminan yang bersangkutan. Selain itu jaminan kredit sebagai pendorong debitor untuk melunasi kreditnya kepada bank, karena debitor takut hartanya yang dijadikan jaminan kredit tersebut akan dilakukan eksekusi apabila hutang tidak dibayar. Jaminan yang dipakai PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Jatinegara adalah jaminan berupa hak atas tanah atas nama calon debitor itu sendiri yang selanjutnya akan dilakukan pengikatan Hak Tanggungan agar bank mendapatkan kedudukan yang preferent. Bagi bank yang menginginkan pengamanan atas kredit yang disalurkannya, diperlukan pengikatan yang sempurna atas objek jaminan kredit yang diterimanya. Pengikatan yang 119 Op.Cit, hlm. 115

9 82 sempurna dapat dilakukan dengan mengikuti dan mematuhi ketentuan hukum yang berlaku terhadap suatu lembaga jaminan 120 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah beserta Benda-benda yang berkaitan dengan tanah menetapkan ketentuan untuk mengikat tanah atau benda yang berkaitan dengan tanah yang dijadikan sebagai jaminan utang. Bila semua ketentuan-ketentuan pengikatan jaminan utang sebagaimana ditetapkan oleh Undang-Undang tersebut dipenuhi, yaitu dengan membuat Akta Pemberian Hak Tanggungan dihadapan PPAT dan kemudian mendaftarkannya ke kantor pertanahan setempat sehingga diterbitkan Sertifikat Hak Tanggungan. Objek jaminan kredit yang bersangkutan dapat dikatakan telah diikat secara sempurna. 121 Pengertian Hak Tanggungan menurut Pasal 1 ayat (1) Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah beserta Benda-benda yang berkaitan dengan tanah (Undang Undang Hak Tanggungan) adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain. Utang yang dijamin pelunasannya dengan Hak Tanggungan dapat berupa utang yang telah ada atau yang telah diperjanjikan dengan jumlah tertentu sesuai yang tertuang dalam Pasal 3 Undang-Undang Hak Tanggungan. Objek Hak Tanggungan adalah tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah. Peran tanah bagi pemenuhan kebutuhan manusia akan terus meningkat baik untuk tempat tinggal ataupun kegiatan usaha. Untuk mendapatkan pinjaman dari bank dengan jenis Kredit Modal Kerja (KMK) tersebut dibuatlah perjanjian kredit yaitu perjanjian antara kreditor dengan debitor untuk memberikan sejumlah dana kepada debitor. Dengan 120 M.Bahsan, Op.Cit, hlm Op.Cit, hlm. 120

10 83 menggunakan jaminan hak atas tanah sebagai bentuk pengamanan untuk mencegah risiko kerugian dari penyaluran kredit. 122 Pembebanan Hak Tanggungan harus dengan tegas dinyatakan dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan yang bersangkutan. Pemberi Hak Tanggungan wajib hadir di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan dilakukan sendiri oleh pemilik benda tersebut. Apabila yang bersangkutan tidak dapat hadir dihadapan PPAT dalam daerah kerja sesuai letak objek jaminan, maka dapat digantikan dengan pemberian kuasa dalam bentuk Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (selanjutnya disebut SKMHT ) yang berbentuk akta otentik. Pembuatan SKMHT selain kepada Notaris juga ditugaskan kepada PPAT yang keberadaannya sampai pada wilayah kecamatan dalam rangka memudahkan pemberian pelayanan kepada pihak-pihak yang memerlukan. Hal ini sesuai dengan Penjelasan Umum angka 7 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. SKMHT wajib dibuat dengan akta notaris atau akta PPAT sesuai dengan Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda yang Berkaitan dengan Tanah dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Tidak memuat kuasa untuk melakukan perbuatan hukum lain daripada membebankan Hak Tanggungan; 2. Tidak memuat kuasa substitusi; 3. Mencantumkan secara jelas objek Hak Tanggungan, jumlah hutang dan nama serta identitas debitor apabila debitor bukan pemberi Hak Tanggungan. SKMHT tidak dapat ditarik kembali atau tidak dapat berakhir oleh sebab apapun juga kecuali karena kuasa tersebut telah dilaksanakan atau habis jangka waktunya. SKMHT mengenai hak atas tanah yang sudah 122 Wawancara dengan Account Officer PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Jatinegara, tgl 20 Oktober 2014

11 84 terdaftar wajib diikuti dengan pembuatan APHT selambat-lambatnya satu bulan setelah diberikan. Menurut Pasal 95 Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, SKMHT merupakan akta pemberian kuasa yang dipergunakan dalam pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan. Surat Kuasa ini diberikan oleh pemberi Hak Tanggungan kepada kreditor selaku kuasanya untuk membebankan Hak Tanggungan. Pemberian Hak Tanggungan didahului janji untuk memberikan Hak Tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu yang dituangkan di dalam dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perjanjian utang piutang atau perjanjian lainnya yang menimbulkan utang tersebut sesuai yang tertuang dalam Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Pembebanan Hak Tanggungan dilakukan dengan pembuatan APHT oleh PPAT sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebelumnya sertifikat harus dicek terlebih dahulu, apabila ada blokir bahwa tanah yang dijaminkan tersebut dalam sengketa, maka Hak Tanggungan tidak bisa didaftar. Pendaftaran Hak Tanggungan sesuai dengan Pasal 13 Undang-Undang Hak Tanggungan dilakukan oleh Kantor Pertanahan dengan membuatkan buku tanah Hak Tanggungan dan mencatatnya dalam buku tanah hak atas tanah yang menjadi objek Hak Tanggungan serta menyalin catatan tersebut pada sertifikat hak atas tanah yang bersangkutan. Kemudian setelah sertifikat Hak Tanggungan terbit diserahkan kepada pemegang Hak Tanggungan. Pendaftaran paling lambat tujuh hari setelah penandatanganan APHT. Mekanisme pendaftaran Hak Tanggungan yang objeknya berupa hak atas tanah yang sudah terdaftar atas nama pemberi Hak Tanggungan sesuai dengan Pasal 114 Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, commit Pejabat to Pembuat user Akta Tanah yang membuat

12 85 Akta Pemberian Hak Tanggungan wajib selambat-lambatnya tujuh hari setelah penandatanganan menyampaikan di Kantor Pertanahan berupa: 1. Surat Pengantar dari PPAT yang dibuat rangkap dua dan memuat daftar jenis surat-surat yang disampaikan; 2. Surat permohonan pendaftaran Hak Tanggungan dari penerima Hak Tanggungan; 3. Fotocopy surat bukti identitas pemberi dan pemegang Hak Tanggungan; 4. Sertifikat asli hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang menjadi objek Hak Tanggungan; 5. Lembar ke-2 Akta Pemberian Hak Tanggungan; 6. Salinan Akta Pemberian Hak Tanggungan yang sudah diparaf oleh PPAT yang bersangkutan untuk disahkan sebagai salinan oleh Kantor Pertanahan untuk pembuatan Sertifikat Hak Tanggungan; 7. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan, apabila pemberian Hak Tanggungan dilakukan melalui kuasa. Kredit yang diajukan oleh debitor di PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk tersebut setiap tahun dilakukan perpanjangan kredit dengan jangka waktu satu tahun dan tiga tahun untuk memaksimalkan usahanya. Pembayaran kredit oleh debitor tergolong lancar dan tidak mengalami hambatan. Tetapi pada tahun 2011, ketika kreditnya diperpanjang dalam jangka waktu tiga tahun dan belum lunas, Tuan A atau debitor yang sekaligus sebagai pemilik jaminan meninggal dunia ditempat tinggal yang terakhir. (Berdasarkan kutipan Akta Kematian tertanggal 14 Juni 2011 Nomor 1110/JT/KMT/2011 yang dikeluarkan oleh Kantor Catatan Sipil). 123 Debitor yang tidak mampu lagi melakukan kewajibannya karena debitor meninggal dunia terlebih dahulu sedangkan usahanya masih harus terus berjalan, maka bank mensyaratkan adanya novasi (pembaharuan hutang). Debitor lama yang sudah meninggal dunia digantikan kedudukannya dengan debitor baru. Dengan pergantian debitor lama ke debitor baru tersebut berarti 123 Wawancara dengan Account Officer PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Jatinegara, tgl 20 Oktober 2014

13 86 membebaskan debitor lama dari kewajibannya membayar hutang kepada kreditor. 124 Debitor baru setuju dan menerima sepenuhnya novasi tersebut sehingga menerima semua peralihan hak dan kewajiban debitor lama pada bank. Debitor baru yang menggantikan debitor lama merupakan salah satu ahli waris debitor debitor dan juga harus memenuhi kriteria atau persyaratan sebagai debitor baru. Novasi adalah suatu proses pergantian kontrak lama oleh suatu kontrak baru, yang menyebabkan kontrak lama hapus, sehingga yang berlaku selanjutnya adalah kontrak baru dengan perubahan terhadap syarat dan kondisinya, dan atau dengan perubahan terhadap para pihak dalam kontrak tersebut. 125 Menurut Pasal 1381 KUHPerdata, perikatan hapus salah satunya adalah karena pembaharuan utang. 126 John Locke, Rosseau, Immanuel Kant dan John Rawls berpendapat bahwa tanpa kontrak serta hak dan kewajiban yang ditimbulkannya, maka masyarakat bisnis tidak akan berjalan. Oleh karena itu tanpa adanya kontrak, orang tidak akan bersedia terikat dan bergantung pada pernyataan pihak lain. Kontrak memberikan sebuah cara dalam menjamin bahwa masing-masing individu akan memenuhi janjinya, dan selanjutnya hal ini memungkinkan terjadinya transaksi diantara mereka. 127 Novasi atau pembaharuan hutang ada 3 (tiga) jenis yaitu : Novasi Objektif, yaitu pembaharuan hutang dengan mana debitor membuat suatu kontrak hutang yang baru untuk menggantikan hutangnya yang lama. Jadi dalam hal ini yang diganti dengan kontrak yang baru semata-mata adalah hutangnya dan tidak ada perubahan pihak debitor atau kreditor. 2. Novasi Subjektif Aktif, yaitu adanya pergantian kreditor lama dengan kreditor baru. Akibatnya antara debitor dengan kreditor lama tidak lagi mempunyai kontrak hutang piutang. 124 Wawancara dengan Account Officer PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Jatinegara, tgl 20 Oktober Munir Fuady, Op.Cit, hlm Wawancara dengan Account Officer PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Jatinegara, tgl 20 Oktober Agus Yudha Hernoko, Op.Cit, hlm Op.Cit, hlm

14 87 3. Novasi Subjektif Pasif, yaitu adanya pergantian debitor lama dengan debitor baru, dan kreditor setuju bahwa debitor lama dibebaskan dari kewajibannya. Pelaksanaan novasi di PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu : Syarat formal meliputi : a. Harus dinyatakan dengan tegas (tidak boleh dipersangkakan) dan dibuat secara tertulis dengan akta bawah tangan atau dengan akta Notaris b. Mencantumkan judul novasi atau pembaharuan hutang 2. Syarat materiil terdiri dari : a. Memuat pernyataan kehendak dari para pihak untuk melakukan novasi, pernyataan ini dicantumkan dalam premisse perjanjian novasi dengan menegaskan maksud para pihak untuk melakukan novasi / pembaharuan kredit b. Memuat pernyataan pembebasan segala kewajiban debitor atau kreditor lama untuk digantikan oleh debitor baru Pasal 1318 KUHPerdata menegaskan jika seorang minta diperjanjikan sesuatu hal, maka dianggap bahwa itu adalah untuk ahli waris-ahli warisnya dan orang-orang yang memperoleh hak daripadanya, kecuali jika dengan tegas ditetapkan atau dapat disimpulkan dari sifat perjanjian, bahwa tidak sedemikianlah maksudnya. Maksudnya adalah jika ternyata debitor meninggal dunia padahal perjanjiannya belum berakhir atau kredit tersebut belum lunas sementara kredit masih dipakai untuk kegiatan usahanya maka ahli waris berkewajiban meneruskan perjanjian tersebut, kecuali jika dengan tegas ditetapkan atau dapat disimpulkan dari sifat perjanjian bahwa tidak demikian maksudnya. Bank sebenarnya bisa saja tidak melakukan novasi jika menghendaki adanya eksekusi Hak Tanggungan. Hanya saja, bank berkepentingan untuk kelanjutan / kelancaran angsuran pengembalian pinjaman tanpa harus 129 Wawancara dengan Account Officer PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Jatinegara, tanggal 20 Oktober 2014

15 88 mengeksekusi Hak Tanggungan. Sedangkan dari pihak debitor lebih menyayangkan apabila benda jaminan dieksekusi, selain itu ahli waris mampu dan mau untuk melanjutkan pembayaran kredit. Oleh karena itu dilakukan novasi demi kepentingan kedua belah pihak. Pihak bank akan memanggil ahli waris debitor dan membicarakan tentang hutang debitor tersebut kepada para ahli warisnya. Pasal 123 KUHPerdata mengatakan bahwa segala hutang kematian, terjadi setelah matinya, harus dipikul oleh ahli waris dari si yang meninggal sendiri. Bahwa hutang-hutang kematian tidak menjadi tanggungan harta persatuan, tetapi dibayar dari harta warisan. Sedangkan yang dimaksud dengan hutang kematian adalah hutang-hutang, ongkos-ongkos penguburan. 130 Untuk mengetahui siapa saja sebagai ahli waris yang sah dari debitor yang telah meninggal dunia tersebut dapat dilihat dari surat keterangan ahli waris. Pihak bank akan meminta ahli waris untuk menentukan siapa yang akan melanjutkan hutangnya. Kesepakatan tentang siapa ahli waris yang berkewajiban untuk melunasi hutang pewaris tersebut diserahkan oleh pihak bank kepada para ahli waris itu sendiri. Setelah ahli waris sepakat, kemudian ahli waris mempunyai hak mempertimbangkan mengenai harta warisan yaitu sesuai dengan Pasal 1023 KUHPerdata yang mengatakan bahwa : Semua orang yang memperoleh hak atas suatu warisan, dan ingin menyelidiki keadaan harta peninggalan, agar mereka dapat mempertimbangkan, apakah akan bermanfaat bagi mereka, untuk menerima warisan itu secara murni, atau dengan hak istimewa untuk mengadakan pendaftaran harta peninggalan, atau pula untuk menolaknya, mempunyai hak untuk memikir dan tentang itu mereka harus melakukan suatu pernyataan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri, yang di dalam wilayahnya telah jatuh meluang warisan tersebut, pernyataan mana akan dibukukan dalam suatu register yang disediakan untuk itu. Pasal tersebut mengandung pengertian bahwa ahli waris yang bersangkutan mempunyai kesempatan untuk berpikir dan kemudian memberikan sikap yaitu: 1. Menerima secara murni; 130 J.Satrio, 1998, Hukum Perikatan tentang Hapusnya Perikatan Bagian I, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 293

16 89 2. Menerima dengan hak istimewa untuk mendaftarkan harta peninggalan; 3. Menolak warisan. Berdasarkan surat keterangan ahli waris yang dibuat secara dibawah tangan, tertanggal 01 April 2011 bermeterai cukup yang diketahui oleh Kantor Kelurahan, pada tanggal 13 April 2011 dibawah Nomor 45/I dan dikuatkan oleh Camat pada tanggal 19 April 2011 dibawah Nomor 277/I /11, ahli waris dari almarhum ada 4 (empat) yaitu: 1. Nyonya B yang lahir di Jakarta 2. Nona C yang lahir di Jakarta 3. Nona D yang lahir di Jakarta 4. Tuan E yang lahir di Jakarta Ahli waris harus menyatakan secara tegas mengenai penolakan warisan. Pasal 1057 KUHPerdata menyatakan bahwa menolak suatu warisan harus terjadi dengan tegas, dan harus dilakukan dengan suatu pernyataan yang dibuat di Kepaniteraan Pengadilan Negeri, yang dalam daerah hukumnya telah terbuka warisan itu. Walaupun pernyataan tersebut tidak harus diberikan secara tertulis, tetapi oleh Pengadilan pernyataan tersebut dicatat dalam register yang bersangkutan. Pasal 1058 KUHPerdata menyebutkan bahwa si waris yang menolak warisannya, dianggap tidak pernah telah menjadi waris. Akibat daripada suatu penolakan adalah bahwa ahli waris yang bersangkutan dianggap tidak pernah menjadi ahli waris dari pewaris yang bersangkutan. 131 Ahli waris diberikan hak untuk menuntut agar benda warisan yang sedang dibebani Hak Tanggungan dibersihkan terlebih dahulu sebelum pemisahan dan pembagian. Pada saat dilakukan pencoretan Hak Tanggungan kreditor melakukan perjanjian novasi diikuti dengan pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT). Proses turun waris dan Pembagian Hak Bersama sudah ditangani oleh Notaris PPAT yang bersangkutan. Notaris dan PPAT mengeluarkan Surat Keterangan (covernote) kepada bank, sehingga saat itu Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) langsung dapat ditandatangani dan kreditor merasa aman. 131 Ibid, hlm

17 90 Ahli waris yang perlu diperhatikan adalah ahli waris yang menerima warisan. Yang menolak warisan dianggap tidak pernah menjadi ahli waris dan karenanya juga dianggap tidak pernah menjadi ahli waris dan karenanya juga dianggap tidak pernah menerima apa-apa dari warisan. Dalam pelaksanaannya di PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Jatinegara, ahli waris menyatakan dengan tegas siapa yang menerima warisan dan melanjutkan hutang pewaris. Kesepakatan dan persetujuan siapa yang menjadi ahli waris sah dan mengikat para ahli waris, tetapi tidak bisa mengikat para kreditor. Pasal 1315 KUHPerdata menyatakan bahwa pada umumnya tak seorang dapat mengikat diri atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji daripada untuk dirinya sendiri. Pembaharuan hutang dilakukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak dimana pihak kreditor dan debitor bersepakat untuk menghapuskan perikatan lama dan menggantinya dengan perikatan baru. Perjanjian accessoir turut hapus jika perjanjian pokoknya hapus, kecuali para pihak secara tegas menyatakan sebaliknya. Menurut Pasal 1422 KUHPerdata, apabila pembaharuan utang diterbitkan dengan penunjukan seorang berutang baru yang menggantikan orang berutang lama, maka hak-hak istimewa dan hipotikhipotik dari semula mengikuti piutang tidak berpindah atas barang-barang si berutang baru. Perjanjian accessoir yang mengikuti perjanjian utang piutang adalah Perjanjian Hak Tanggungan. Menurut Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Bendabenda Yang Berkaitan Dengan Tanah, Hak Tanggungan hapus karena hal-hal sebagai berikut : 1. Hapusnya utang yang dijamin dengan Hak Tanggungan; 2. Dilepaskannya Hak Tanggungan oleh pemegang Hak Tanggungan; 3. Pembersihan Hak Tanggungan berdasarkan Penetapan peringkat oleh Ketua Pengadilan Negeri; 4. Hapusnya hak atas tanah yang dibebani Hak Tanggungan. Pelaksanaan pembaharuan hutang pada hakekatnya membuat perjanjian baru yang menggantikan perjanjian commit lama. to user Pembaharuan hutang harus dilakukan

18 91 dengan tegas dan tidak boleh dipersangkakan. Dalam proses pembaharuan hutang, antara debitor baru dengan ahli warisnya dan pihak bank, menandatangani akta pembaharuan hutang (novasi) dengan penggantian debitor. Akta tersebut merupakan dasar dari pelaksanaan pembaharuan hutang. Sebelum proses novasi atau pembaharuan hutang, diperlukan proses pencoretan Hak Tanggungan, kemudian diperlukan Surat Keterangan Waris, Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT), Akta Pembagian Hak Bersama (APHB), Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT), serta benda jaminan harus benar-benar atas nama orang yang masih hidup (bisa semua ahli waris atau salah seorang ahli waris). Pihak Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Jatinegara memberikan surat permohonan untuk melakukan pencoretan Hak Tanggungan ke Kantor Pertanahan. Kemudian di proses oleh Kantor Pertanahan setempat. Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda Yang Berkaitan Dengan Tanah menyebutkan bahwa setelah Hak Tanggungan hapus, Kantor Pertanahan mencoret catatan Hak Tanggungan tersebut pada buku tanah hak atas tanah dan sertifikatnya. Permohonan pencoretan Hak Tanggungan diajukan oleh pihak yang berkepentingan dengan melampirkan sertifikat Hak Tanggungan yang telah diberikan catatan oleh kreditor bahwa Hak Tanggungan hapus karena hutang yang dijamin pelunasannya dengan Hak Tanggungan itu sudah lunas, atau karena kreditor melepaskan Hak Tanggungan yang bersangkutan. Kantor Pertanahan melakukan pencoretan catatan Hak Tanggungan menurut tata cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam waktu tujuh hari terhitung sejak diterimanya permohonan. Kepemilikan hak atas tanah setelah dilakukan proses turun waris dan ahli waris telah sepakat untuk memberikan kepada salah satu ahli waris, maka setelah proses turun waris dilakukan Pembagian Hak Bersama dengan Akta Pembagian Hak Bersama. Proses turun waris dan Pembagian Hak Bersama ditangani oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). commit to Setelah user proses Pembagian Hak Bersama

19 92 selesai dan sudah atas nama salah satu ahli waris, kemudian dilanjutkan dengan pembebanan Hak Tanggungan kembali atas nama debitor baru. Pendaftaran peralihan hak karena pewarisan menurut Pasal 42 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah menyebutkan bahwa mengenai bidang tanah hak yang sudah didaftar dan hak milik atas satuan rumah susun sebagai yang diwajibkan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36, wajib diserahkan oleh yang menerima hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun yang bersangkutan sebagai warisan kepada Kantor Pertanahan, sertifikat hak yang bersangkutan, surat kematian orang yang namanya dicatat sebagai pemegang haknya dan surat tanda bukti pendaftaran sebagai ahli waris. Peralihan hak karena pewarisan terjadi karena hukum pada saat pemegang hak yang bersangkutan meninggal dunia. Sejak itu para ahli waris menjadi pemegang haknya yang baru. Menurut Pasal 42 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah Jika penerima warisan terdiri dari satu orang, pendaftaran peralihan hak tersebut dilakukan kepada orang tersebut berdasarkan surat tanda bukti sebagai ahli waris. Apabila warisan berupa hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun yang menurut akta pembagian waris harus dibagi bersama antara beberapa penerima warisan atau waktu didaftarkan belum ada akta pembagian warisnya, didaftar peralihan haknya kepada para penerima waris yang berhak sebagai hak bersama mereka berdasarkan surat tanda bukti sebagai ahli waris atau akta pembagian waris. Pendaftaran peralihan hak karena pewarisan juga diwajibkan dalam rangka memberikan perlindungan hukum kepada ahli waris dan demi ketertiban tata usaha pendaftaran tanah. Permohonan pendaftaran peralihan hak atas tanah diajukan oleh ahli waris atau kuasanya sebagaimana tertuang dalam Pasal 111 angka 1 Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, dengan melampirkan :

20 93 1. Sertifikat hak atas tanah atau sertifikat Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun atas nama pewaris atau apabila mengenai tanah yang belum terdaftar, bukti pemilikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997; 2. Surat Kematian atas nama pemegang hak yang tercantum dalam sertifikat yang bersangkutan dari Kepala Desa / Lurah tempat tinggal pewaris waktu meninggal dunia, rumah sakit, petugas kesehatan, atau instansi lain yang berwenang; 3. Surat tanda bukti sebagai ahli waris dapat berupa : a Wasiat dari pewaris, atau b Putusan Pengadilan, atau c Penetapan Hakim / Ketua Pengadilan, atau d Persyaratan untuk tiap Warganegara berbeda - beda yaitu : 1) Bagi Warganegara Indonesia penduduk asli : surat keterangan ahli waris yang dibuat oleh para ahli waris dengan disaksikan oleh 2 orang saksi dan dikuatkan oleh Kepala Desa / Kelurahan dan Camat tempat tinggal pewaris pada waktu meninggal dunia; 2) Bagi Warganegara Indonesia keturunan Tionghoa : akta keterangan hak mewaris dari Notaris; 3) Bagi Warganegara Indonesia keturunan Timur Asing lainnya : surat keterangan waris dari Balai Harta Peninggalan. 4. Surat Kuasa tertulis dari ahli waris apabila yang mengajukan permohonan peralihan hak bukan ahli waris yang bersangkutan; 5. Bukti identitas ahli waris. Permohonan pendaftaran peralihan hak atas tanah dalam kasus ini dilakukan oleh ahli waris atau kuasanya dengan melampirkan sertifikat hak atas tanah atas nama pewaris, Surat Kematian dari kepala desa setempat dan harus ada Surat Keterangan Waris yang dibuat oleh Kepala Desa / Kelurahan dan Camat tempat tinggal waktu pewaris meninggal dunia dan harus ada bukti identitas dari ahli waris.

21 94 Pembagian Hak Bersama atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun menjadi hak masing-masing pemegang hak bersama didaftar berdasarkan akta yang dibuat PPAT yang berwenang menurut peraturan yang berlaku yang membuktikan kesepakatan antara para pemegang hak bersama mengenai pembagian hak bersama tersebut sesuai dengan yang tertuang dalam Pasal 51 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Persyaratan mengenai Pembagian Hak Bersama terdapat didalam Pasal 136 Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah yaitu : 1. Jika suatu hak atas tanah atau Hak Milik Atas satuan Rumah susun yang semula dimiliki secara bersama oleh beberapa orang, dijadikan milik salah satu pemegang hak bersama dalam rangka pembagian hak bersama, permohonan pendaftarannya diajukan oleh pemegang hak tunggal yang bersangkutan atau kuasanya dengan melampirkan : a) Sertifikat hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun bersangkutan; b) Akta PPAT tentang Pembagian Hak Bersama; c) Bukti identitas para pemegang hak bersama; d) Surat Kuasa tertulis apabila pemohonan pendaftaran tersebut bukan dilakukan oleh pemegang hak yang berkepentingan; e) Bukti pelunasan pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997, dalam hal bea terutang; f) Bukti pelunasan pembayaran PPh sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1996, dalam hal pajak tersebut terutang. 2) Pendaftaran pembagian hak bersama dilakukan seperti pendaftaran peralihan hak sebagaimana diatur dalam Pasal 105. Dari kedua persyaratan yang telah disebutkan diatas bahwa apabila proses pendaftaran peralihan hak commit karena to user warisan tidak disertai dengan surat

22 95 pernyataan ahli waris yang menunjuk salah satu ahli waris sebagai pemegang haknya, maka setelah pendaftaran peralihan hak tersebut selesai ke atas nama seluruh ahli waris, kemudian para ahli waris sepakat untuk menunjuk salah satu ahli waris sebagai pemegang haknya, maka sebagai dasar peralihan hak dari para ahli waris kepada salah satu pemegang hak yang ditunjuk tidak dapat hanya dengan membuat surat pernyataan ahli waris saja, akan tetapi peralihan hak tersebut harus melampirkan sertifikat hak atas tanah yang bersangkutan, menggunakan dasar akta yang dibuat oleh PPAT yaitu Akta Pembagian Hak Bersama, bukti identitas para pemegang hak bersama, Surat Kuasa tertulis apabila pemohonan pendaftaran tersebut bukan dilakukan oleh pemegang hak yang berkepentingan, bukti pelunasan pembayaran pajak. Pasal 111 angka 4 Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah menyebutkan bahwa apabila ahli waris lebih dari satu orang dan belum ada pembagian warisan, maka pendaftaran peralihan haknya dilakukan kepada para ahli waris sebagai pemilikan bersama, dan pembagian hak selanjutnya dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan Pasal 52 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Akta mengenai pembagian waris dapat dibuat dalam bentuk akta dibawah tangan oleh semua ahli waris dengan disaksikan dua orang saksi atau dengan akta Notaris. Pelaksanaan peralihan haknya dilakukan kepada seluruh ahli waris sebagai pemilikan bersama kemudian dilakukan pembagian hak kepada salah satu ahli waris yang ditunjuk untuk pembaharuan hutang (novasi). Pendaftaran hapusnya Hak Tanggungan yang disebabkan oleh hapusnya utang yang dijamin Pasal 122 angka 1 Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dilakukan berdasarkan : 1. Pernyataan dari kreditor bahwa utang yang dijamin dengan Hak Tanggungan itu sudah hapus atau sudah dibayar lunas, yang dituangkan dalam akta otentik atau dalam surat pernyataan dibawah tangan, atau

23 96 2. Tanda bukti pembayaran pelunasan utang yang dikeluarkan oleh orang yang berwenang menerima pembayaran tersebut, atau 3. Kutipan risalah lelang obyek Hak Tanggungan disertai pernyataan dari kreditor bahwa pihaknya melepaskan Hak Tanggungan untuk jumlah yang melebihi hasil lelang yang dituangkan dalam surat pernyataan dibawah tangan. Pendaftaran hapusnya Hak Tanggungan yang disebabkan karena hapusnya hutang yang dijamin dapat dilakukan berdasarkan pernyataan dari kreditor bahwa utang yang dijamin dengan Hak Tanggungan itu sudah hapus atau sudah dibayar lunas, yang dituangkan dalam akta otentik atau dalam surat pernyataan dibawah tangan. Jadi bank mengeluarkan surat permohonan untuk melakukan pencoretan Hak Tanggungan. Pembaharuan utang hanya dapat terlaksana antara orang-orang yang cakap untuk mengadakan perikatan-perikatan, hal ini sesuai dengan apa yang dituangkan dalam Pasal 1414 KUHPerdata. Bank mensyaratkan adanya novasi subjektif pasif untuk kepentingan keteraturan administrasi dan kepastian siapa yang akan bertanggungjawab terhadap jalannya kredit dan usahanya sehingga dapat melunasi kredit tepat pada waktunya. Sehingga apabila terjadi kredit macet di kemudian hari, bank akan lebih mudah mengetahui siapa yang akan bertanggungjawab terhadap kreditnya. Dengan adanya pelaksanaan novasi tersebut maka seluruh hutang dan kewajiban-kewajiban dalam perjanjian kredit tersebut beralih kepada debitor baru. Kasus yang terjadi di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Jatinegara, proses novasi terjadi karena debitor meninggal dunia yaitu bernama Tuan A, sedangkan ahli warisnya menghendaki usahanya tetap berjalan maka dari itu masih dibutuhkan fasilitas kredit tersebut demi kelangsungan usahanya. Sehingga bank mensyaratkan novasi subjektif pasif. Pada kasus ini kredit tidak langsung lunas, karena kredit tersebut tidak diasuransikan. Berdasarkan kesepakatan dari ahli warisnya, kredit dan usahanya diteruskan oleh debitor baru yang bernama Tuan E. Dalam kasus ini, debitor baru yang akan meneruskan commit usaha to user dari debitor lama adalah Tuan E.

24 97 Alasan penunjukan adalah sebagai anak laki-laki satu-satunya dari pewaris, selain itu dengan pertimbangan bahwa sudah cakap untuk melakukan perbuatan hukum karena telah dewasa yaitu berumur 26 tahun sehingga diharapkan mampu untuk melanjutkan dan meneruskan usaha dari keluarganya. 132 Penunjukan ahli waris Tuan E berdasarkan persetujuan dari ahli waris yang lainnya, karena dianggap anak laki-laki yang paling mampu untuk melanjutkan usahanya dan sudah cakap untuk melakukan perbuatan hukum. Dalam hal ini terjadi pergantian debitor lama ke debitor baru atau yang dinamakan novasi subjektif pasif yang berarti membebaskan debitor lama dari kewajibannya membayar hutangnya kepada kreditor. Bank dan debitor baru saling setuju dan mufakat untuk melakukan novasi, dengan syarat setelah adanya novasi maka kewajiban debitor pertama menjadi gugur selanjutnya kewajiban menjadi tanggungjawab debitor baru, sehingga debitor baru harus menyalurkan aktivitas keuangannya di bank. Novasi Subjektif Pasif tidak memerlukan pihak pertama atau orang yang diambil alih hutangnya. 133 Persyaratan novasi harus lengkap dan debitor harus memperbaharui ijin usaha yang telah habis masa berlakunya kemudian dibuat perjanjian novasi dan dilakukan pendaftaran Hak Tanggungan kembali. Pasal 115 ayat (1) Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah mengatakan bahwa untuk pendaftaran Hak Tanggungan yang objeknya berupa hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang sudah terdaftar tetapi belum atas nama pemberi Hak Tanggungan karena peralihan hak melalui pewarisan atau pemindahan hak, PPAT yang membuat Akta Pemberian Hak Tanggungan wajib selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah penandatanganan akta tersebut menyerahkan kepada Kantor Pertanahan berkas yang diperlukan yang terdiri dari : 132 Wawancara dengan Account Officer PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Jatinegara 133 Wawancara dengan Account Officer PT.Bank commit Rakyat to user Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Jatinegara

25 98 1. Surat Pengantar dari PPAT, yang dibuat dirangkap dua dan memuat daftar jenis surat-surat yang disampaikan; 2. Surat permohonan pendaftaran peralihan hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun dari pemberi Hak Tanggungan; 3. Fotokopi surat bukti identitas pemohon pendaftaran peralihan hak sebagaimana dimaksud huruf b; 4. Sertifikat asli hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang menjadi objek Hak Tanggungan; 5. Dokumen asli yang membuktikan terjadinya peristiwa / perbuatan hukum yang mengakibatkan beralihnya hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun kepada pemberi Hak Tanggungan yaitu : a. Dalam hal pewarisan : surat keterangan sebagai ahli waris dan Akta Pembagian Waris apabila sudah diadakan pembagian waris; b. Dalam hal pemindahan hak melalui jual beli : Akta Jual Beli; c. Dalam hal pemindahan hak melalui lelang : Kutipan Risalah Lelang; d. Dalam hal pemindahan hak melalui pemasukan modal dalam perusahaan (inbreng) : Akta Pemasukan ke Dalam Perusahaan; e. Dalam hal pemindahan hak melalui tukar menukar : Akta Tukar Menukar; f. Dalam hal pemindahan hak melalui hibah : Akta Hibah; 6. Bukti pelunasan pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997, dalam hal bea terutang; 7. Bukti pelunasan pembayaran PPh sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1996, dalam hal pajak tersebut terutang; 8. Surat permohonan pendaftaran Hak Tanggungan dari penerima Hak Tanggungan; 9. Fotokopi surat bukti identitas pemberi dan pemegang Hak Tanggungan; 10. Lembar ke-2 Akta Pemberian Hak Tanggungan;

26 Salinan Akta Pemberian Hak Tanggungan yang sudah diparaf oleh PPAT yang bersangkutan untuk disahkan sebagai salinan oleh Kepala Kantor Pertanahan untuk pembuatan Sertifikat Hak Tanggungan; 12. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan, apabila pemberi Hak Tanggungan dilakukan melalui kuasa. Pendaftaran Hak Tanggungan yang objeknya berupa hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang sudah terdaftar tetapi belum atas nama pemberi Hak Tanggungan dan diperoleh oleh pemberi Hak Tanggungan karena peralihan hak, pendaftaran hak yang bersangkutan dilaksanakan terlebih dahulu. Menurut Pasal 13 Undang-Undang Hak Tanggungan, pemberian Hak Tanggungan wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan. Pendaftaran pemberian Hak Tanggungan merupakan syarat mutlak untuk lahirnya Hak Tanggungan tersebut dan mengikatnya Hak Tanggungan tersebut terhadap pihak ketiga. Untuk proses novasi di PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Jatinegara sertifikat hak atas tanah yang belum atas nama ahli waris dilakukan peralihan hak terlebih dahulu ke atas nama salah satu ahli warisnya, kemudian setelah proses selesai dilakukan pendaftaran Hak Tanggungan kembali. Sekalian ahli waris dengan sendirinya karena hukum memperoleh hak milik atas segala barang, segala hak dan segala piutang si yang meninggal seperti yang tertuang dalam Pasal 833 KUHPerdata. Pasal 1100 KUHPerdata menyebutkan bahwa para waris yang telah menerima suatu warisan diwajibkan dalam hal pembayaran utang, hibah wasiat dan lain-lain beban, memikul bagian yang seimbang dengan apa yang diterima masing-masing dari warisan. Sebelum dilakukan pemisahan dan pembagian, hutang-hutang warisan oleh para ahli waris harus diselesaikan lebih dahulu dengan aktiva warisan, sudah tentu kalau hutang itu sudah matang untuk ditagih atau disetujui oleh kreditor untuk segera dilunasi. Novasi dilakukan agar ada salah satu pihak yang bertanggung jawab terhadap hutang debitor, sehingga bisa bertanggungjawab sepenuhnya terhadap kreditor.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat perlu melakukan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tetapi tidak semua masyarakat mempunyai modal yang cukup untuk membuka atau mengembangkan

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH DALAM PERALIHAN HAK ATAS TANAH TERHADAP WARGA NEGARA ASING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL

BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL 1 BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL 3.1. PENGERTIAN PENDAFTARAN TANAH Secara general, pendaftaran tanah adalah suatu kegiatan administrasi yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah. Misi BRI : 1. Melakukan kegiatan

Lebih terperinci

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT PERJANJIAN KREDIT Yang bertanda tangan di bawah ini : I. ------------------------------------- dalam hal ini bertindak dalam kedudukan selaku ( ------ jabatan ------- ) dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, manusia hidup di atas tanah

I. PENDAHULUAN. sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, manusia hidup di atas tanah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah adalah salah satu kebutuhan hidup manusia, ia memegang peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, manusia hidup di atas tanah dengan segala kebutuhannya

Lebih terperinci

BAB II PROSES PELAKSANAAN PENINGKATAN STATUS TANAH DARI HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK DI PERUMNAS MARTUBUNG MEDAN

BAB II PROSES PELAKSANAAN PENINGKATAN STATUS TANAH DARI HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK DI PERUMNAS MARTUBUNG MEDAN BAB II PROSES PELAKSANAAN PENINGKATAN STATUS TANAH DARI HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK DI PERUMNAS MARTUBUNG MEDAN A. Hak Guna Bangunan Ketentuan Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria Nomor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, DAN JAMINAN KREDIT. 2.1 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, DAN JAMINAN KREDIT. 2.1 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan 21 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, DAN JAMINAN KREDIT 2.1 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan a. Pengertian Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan P engertian mengenai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT A. Pengertian Hukum Jaminan Kredit Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, zekerheidsrechten atau security of law. Dalam Keputusan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan Pembangunan Nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang undang Hak

BAB I PENDAHULUAN. Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang undang Hak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pembangunan disegala bidang ekonomi oleh masyarakat memerlukan dana yang cukup besar. Dana tersebut salah satunya berasal dari kredit dan kredit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang sedang giat dilaksanakan melalui rencana bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, baik materiil

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peningkatan pembangunan nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

8. PENDAFTARAN KARENA PERUBAHAN DATA YURIDIS

8. PENDAFTARAN KARENA PERUBAHAN DATA YURIDIS 8. PENDAFTARAN KARENA PERUBAHAN DATA YURIDIS A. Pendahuluan Berdasarkan ketentuan Pasal 36 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997, pendaftaran tanah karena perubahan data yuridis termasuk dalam lingkup

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA YURIDIS PELAKSANAAN NOVASI SUBJEKTIF PASIF DALAM PERJANJIAN KREDIT KARENA PEMBERI HAK TANGGUNGAN MENINGGAL DUNIA

PROBLEMATIKA YURIDIS PELAKSANAAN NOVASI SUBJEKTIF PASIF DALAM PERJANJIAN KREDIT KARENA PEMBERI HAK TANGGUNGAN MENINGGAL DUNIA PROBLEMATIKA YURIDIS PELAKSANAAN NOVASI SUBJEKTIF PASIF DALAM PERJANJIAN KREDIT KARENA PEMBERI HAK TANGGUNGAN MENINGGAL DUNIA (Mahasiswa S2 Program MKN FH UNS) Email: Noor Saptanti, M. Najib Imanullah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia modern seperti sekarang ini, banyak orang atau badan hukum yang memerlukan dana untuk mengembangkan usaha, bisnis, atau memenuhi kebutuhan keluarga (sandang,pangan,dan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Dana Berputar (PDB) pada Bank Syariah. Dalam menyalurkan dana pembiayaan, Bank Syariah Mandiri memiliki

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Dana Berputar (PDB) pada Bank Syariah. Dalam menyalurkan dana pembiayaan, Bank Syariah Mandiri memiliki BAB IV PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pembiayaan Dana Berputar (PDB) pada Bank Syariah Mandiri KC Lubuk Sikaping Dalam menyalurkan dana pembiayaan, Bank Syariah Mandiri memiliki prosedur pembiayaan yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, maka berbagai macam upaya perlu dilakukan oleh pemerintah. lembaga keuangan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, maka berbagai macam upaya perlu dilakukan oleh pemerintah. lembaga keuangan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mengatasi berbagai permasalahan ekonomi di Indonesia terkait dengan meningkatnya jumlah pengangguran di Indonesia di setiap tahunnya, maka berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical), BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman yang mempunyai kelebihan uang bersedia meminjamkan uang kepada

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman yang mempunyai kelebihan uang bersedia meminjamkan uang kepada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pinjam meminjam telah dilakukan sejak lama oleh masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran yang sah. Pihak pemberi pinjaman yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang populasi manusianya berkembang sangat pesat. Pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat tajam pada setiap tahun akan menimbulkan

Lebih terperinci

*35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN PP 24/1997, PENDAFTARAN TANAH *35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan pembangunan nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM ALIH DEBITUR PADA PERJANJIAN KREDIT PERUMAHAN DI BANK TABUNGAN NEGARA CABANG PALU

AKIBAT HUKUM ALIH DEBITUR PADA PERJANJIAN KREDIT PERUMAHAN DI BANK TABUNGAN NEGARA CABANG PALU AKIBAT HUKUM ALIH DEBITUR PADA PERJANJIAN KREDIT PERUMAHAN DI BANK TABUNGAN NEGARA CABANG PALU Valentryst Antika Alfa Steven Rumayar/D 101 11 139 Pembimbing : 1. Sulwan Pusadan, SH.,MH. 2. Nurul Miqat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Tujuan kegiatan bank tersebut sesuai dengan Pasal 1 butir 2. UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Tujuan kegiatan bank tersebut sesuai dengan Pasal 1 butir 2. UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Bank membantu pemerintah dalam menghimpun dana masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering kita mendapati perbuatan hukum peminjaman uang antara dua orang atau lebih. Perjanjian yang terjalin antara dua orang atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan obyek benda tetap berupa tanah dengan atau tanpa benda-benda yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan obyek benda tetap berupa tanah dengan atau tanpa benda-benda yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam bisnis perbankan, penyaluran kredit merupakan kegiatan utama. Dana yang dihimpun dari para penabung dan para deposan disalurkan kepada penerima kredit.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan Pembangunan Nasional yang ber-kelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. pemerintahan yang beroperasi pertama kali di Indonesia. Dalam

BAB II GAMBARAN UMUM PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. pemerintahan yang beroperasi pertama kali di Indonesia. Dalam 24 BAB II GAMBARAN UMUM PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK 2.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk merupakan bank pemerintahan yang beroperasi pertama kali di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Prosedur Pengajuan Kredit di Bank BRI Cabang Bantul Daerah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Prosedur Pengajuan Kredit di Bank BRI Cabang Bantul Daerah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pengajuan Kredit di Bank BRI Cabang Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta Prosedur pengajuan kredit dapat dilihat dari tahapan-tahapan dalam proses perkreditan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan Pembangunan Nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

PRINSIP=PRINSIP HAK TANGGUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG

PRINSIP=PRINSIP HAK TANGGUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG PRINSIP=PRINSIP HAK TANGGUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH Oleh: Drs. H. MASRUM MUHAMMAD NOOR, M.H. A. DEFINISI

Lebih terperinci

BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA TAKE OVER PEMBIAYAAN DI PT. BANK SYARIAH MANDIRI CABANG MEDAN

BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA TAKE OVER PEMBIAYAAN DI PT. BANK SYARIAH MANDIRI CABANG MEDAN 87 BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA TAKE OVER PEMBIAYAAN DI PT. BANK SYARIAH MANDIRI CABANG MEDAN A. Penyebab Terjadinya Take Over Pembiayaan di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Take

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak. Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang

BAB III PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak. Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang BAB III PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang PT. BPRS Suriyah Semarang dalam memberikan Produk Pembiayaan, termasuk Pembiayaan Murabahah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka memelihara

I. PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka memelihara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang ekonomi, merupakan bagian dari pembangunan nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. oleh Raden Aria Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulp

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. oleh Raden Aria Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulp BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Perusahaan Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia didirikan di Purwokerto, Jawa tengah oleh Raden Aria Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulp enspaarbank

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Bank Rakyat Indonesia Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 301/KMK.01/2002 TENTANG PENGURUSAN PIUTANG NEGARA KREDIT PERUMAHAN BANK TABUNGAN NEGARA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 301/KMK.01/2002 TENTANG PENGURUSAN PIUTANG NEGARA KREDIT PERUMAHAN BANK TABUNGAN NEGARA KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 301/KMK.01/2002 TENTANG PENGURUSAN PIUTANG NEGARA KREDIT PERUMAHAN BANK TABUNGAN NEGARA Menimbang : MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Piutang

Lebih terperinci

Dimyati Gedung Intan: Prosedur Pemindahan Hak Atas Tanah Menuju Kepastian Hukum

Dimyati Gedung Intan: Prosedur Pemindahan Hak Atas Tanah Menuju Kepastian Hukum PROSUDUR PEMINDAHAN HAK HAK ATAS TANAH MENUJU KEPASTIAN HUKUM Oleh Dimyati Gedung Intan Dosen Fakultas Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai ABSTRAK Tanah semakin berkurang, kebutuhan tanah semakin meningkat,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Proses Pemberian Pembiayaan Oleh Account Officer Kepada Nasabah

BAB IV PEMBAHASAN. A. Proses Pemberian Pembiayaan Oleh Account Officer Kepada Nasabah BAB IV PEMBAHASAN A. Proses Pemberian Pembiayaan Oleh Account Officer Kepada Nasabah Saat memberikan pembiayaan, Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah Kantor Cabang Pembantu Payakumbuh menggunakan prinsip

Lebih terperinci

DAFTAR WAWANCARA Jawab

DAFTAR WAWANCARA Jawab 89 DAFTAR WAWANCARA 1. Bagaimana Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Pemberian Kredit dengan Jaminan Hak Tanggungan pada Bank Prekreditan Rakyat Jawab a. Bagi pihak pemberi kredit/kreditur (bank) Pemberian

Lebih terperinci

HAK TANGGUNGAN TANAH & BANGUNAN SEBAGAI JAMINAN PELUNASAN UTANG

HAK TANGGUNGAN TANAH & BANGUNAN SEBAGAI JAMINAN PELUNASAN UTANG HAK TANGGUNGAN TANAH & BANGUNAN SEBAGAI JAMINAN PELUNASAN UTANG Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA DEFINISI Hak Tanggungan adalah: Hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah, berikut/tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian Anak merupakan karunia yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada kedua orang tuanya. Setiap anak tidak hanya tumbuh dan berkembang dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Usaha Pemerintah di dalam mengatur tanah-tanah di Indonesia baik bagi perorangan maupun bagi badan hukum perdata adalah dengan melakukan Pendaftaran Tanah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 Peraturan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENULISAN Sejarah Berdirinya PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

BAB III METODE PENULISAN Sejarah Berdirinya PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. BAB III METODE PENULISAN 3.1 Gambar Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Berdirinya PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan bank milik pemerintah yang terbesar di Indonesia.

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGGUNAAN SURAT KETERANGAN WARIS UNTUK PENDAFTARAN TANAH SILVANA MUKTI DJAYANTI / D ABSTRAK

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGGUNAAN SURAT KETERANGAN WARIS UNTUK PENDAFTARAN TANAH SILVANA MUKTI DJAYANTI / D ABSTRAK TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGGUNAAN SURAT KETERANGAN WARIS UNTUK PENDAFTARAN TANAH SILVANA MUKTI DJAYANTI / D 101 09 389 ABSTRAK Penulisan yang diberi judul Tinjauan Yuridis tentang Penggunaan Surat Keterangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia di dalam perjalanan hidupnya pasti akan mengalami peristiwa hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah kejadian, keadaan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL GAWI SABARATAAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

Lebih terperinci

BAB II. A. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT). Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan adalah kuasa yang diberikan

BAB II. A. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT). Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan adalah kuasa yang diberikan 28 BAB II KEDUDUKAN HUKUM ATAS SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN KE-DUA (II) DAN BERIKUTNYA SEBAGAI PERPANJANGAN SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN PERTAMA (I) YANG TELAH BERAKHIR JANGKA WAKTU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemberian Kredit kepada masyarakat dilakukan melalui suatu perjanjian kredit antara pemberi dengan penerima kredit sehingga terjadi hubungan hukum antara keduanya. Seringkali

Lebih terperinci

PERAN DAN FUNGSI COVERNOTE NOTARIS PADA PERALIHAN KREDIT (TAKE OVER) PADA BANK

PERAN DAN FUNGSI COVERNOTE NOTARIS PADA PERALIHAN KREDIT (TAKE OVER) PADA BANK Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : 2541-0849 e-issn : 2548-1398 Vol. 3, No 1 Januari 2018 PERAN DAN FUNGSI COVERNOTE NOTARIS PADA PERALIHAN KREDIT (TAKE OVER) PADA BANK Mohammad Sigit Gunawan

Lebih terperinci

Hak Tanggungan. Oleh: Agus S. Primasta 2

Hak Tanggungan. Oleh: Agus S. Primasta 2 1 Oleh: Agus S. Primasta 2 Pengantar Secara awam, permasalahan perkreditan dalam kehidupan bermasyarakat yang adalah bentuk dari pembelian secara angsuran atau peminjaman uang pada lembaga keuangan atau

Lebih terperinci

Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001

Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001 Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001 UU Tentang Yayasan BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kebutuhan masyarakat baik perorangan maupun badan usaha akan penyediaan dana yang cukup besar dapat terpenuhi dengan adanya lembaga perbankan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pengajuan Pembiayaan Murabahah di PT BPRS PNM Binama Semarang Dalam proses pengajuan pembiayaan murabahah di PT BPRS PNM Binama Semarang, terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian di Indonesia mempunyai dampak yang sangat positif. Perbaikan sistem perekonomian dalam penentuan kebijakan pemerintah di bidang ekonomi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa gejolak moneter yang terjadi di

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa kemajuan dan peningkatan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang bermacam-macam. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus berusaha dengan cara bekerja.

Lebih terperinci

pada umumnya dapat mempergunakan bentuk perjanjian baku ( standard contract)

pada umumnya dapat mempergunakan bentuk perjanjian baku ( standard contract) Definisi pinjam-meminjam menurut Pasal 1754 KUHPerdata adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang habis karena pemakaian,

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 1996 TENTANG BENTUK SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, AKTA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak, yang isinya adalah hak dan kewajiban, suatu hak untuk menuntut sesuatu

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace diubah: UU 28-2004 file PDF: [1] LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 112, 2001 Kehakiman. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah. Wasiat. (Penjelasan

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 1996 TENTANG

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 1996 TENTANG MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 1996 TENTANG BENTUK SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, AKTA

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 09/BAPPEBTI/PER-SRG/7/2008 TANGGAL : 24 JULI 2008

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 09/BAPPEBTI/PER-SRG/7/2008 TANGGAL : 24 JULI 2008 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 09/BAPPEBTI/PER-SRG/7/2008 TANGGAL 24 JULI 2008 A. BAGAN PROSEDUR PENJAMINAN RESI GUDANG B. PEDOMAN TEKNIS PENJAMINAN RESI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur kepada Bank berupa tanah-tanah yang masih belum bersertifikat atau belum terdaftar di Kantor Pertanahan.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab terakhir ini, penulis akan mengemukakan kembali hal-hal pokok

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab terakhir ini, penulis akan mengemukakan kembali hal-hal pokok BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir ini, penulis akan mengemukakan kembali hal-hal pokok yang perlu diketahui dari bab-bab sebelumnya dalam bentuk kesimpulan, selain itu juga memuat tentang saran-saran

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D

TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D101 07 022 ABSTRAK Perjanjian kredit merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam pemberian kredit. Tanpa perjanjian kredit yang

Lebih terperinci

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit Kehadiran bank dirasakan semakin penting di tengah masyarakat. Masyarakat selalu membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut pihak-pihak sebaiknya dituangkan dalam suatu surat yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut pihak-pihak sebaiknya dituangkan dalam suatu surat yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan adanya alat bukti tertulis dalam suatu pembuktian di persidangan mengakibatkan setiap perbuatan hukum masyarakat yang menyangkut pihak-pihak sebaiknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi Indonesia, sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyahkt yang adil dan makmur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam-meminjam uang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam-meminjam uang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Kegiatan pinjam-meminjam uang telah dilakukan sejak lama dalam kehidupan masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran. Dapat diketahui bahwa

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 Peraturan Menteri

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN (SPPJB)

CONTOH SURAT PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN (SPPJB) CONTOH SURAT PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN (SPPJB) Pada hari ini ( ) tanggal [( ) ( tanggal dalam huruf )] ( bulan dalam huruf ) tahun [( ) ( tahun dalam huruf )], kami yang bertanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan yang sangat penting dan mendesak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah badan

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukm normatife-terapan, karena didalam pelaksanaan

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukm normatife-terapan, karena didalam pelaksanaan BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan tipe penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukm normatife-terapan, karena didalam pelaksanaan penelitian melakukan penelaahan terhadap ketentuan hukum

Lebih terperinci

NO. PERDA NOMOR 2 TAHUN 2011 PERDA NOMOR 17 TAHUN 2016 KET 1. Pasal 1. Tetap

NO. PERDA NOMOR 2 TAHUN 2011 PERDA NOMOR 17 TAHUN 2016 KET 1. Pasal 1. Tetap MATRIKS PERBANDINGAN PERDA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DAN PERDA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERDA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS

Lebih terperinci

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA Oleh Rizki Kurniawan ABSTRAK Jaminan dalam arti luas adalah jaminan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BRI yang bernama resmi Bank Rakyat Indonesia merupakan industri yang berkembang dalam bidang perbankan di Indonesia. 1.1.1 Profil PT. Bank Rakyat Indonesia

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA BLOKIR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Abbas Salim, Asuransi Dan Manajemen, Raja Grafindo, Jakarta, 2003, Hal. 01

BAB I PENDAHULUAN. 1 Abbas Salim, Asuransi Dan Manajemen, Raja Grafindo, Jakarta, 2003, Hal. 01 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asuransi adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada tindakan, sistem atau bisnis dimana perlindungan finansial (atau ganti rugi secara finansial) untuk

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/20172017 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

BAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PENGALIHAN HAK ATAS BANGUNAN

BAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PENGALIHAN HAK ATAS BANGUNAN BAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PENGALIHAN HAK ATAS BANGUNAN A. Pengalihan Hak Atas Bangunan Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan adalah: Penjualan, tukarmenukar, perjanjian pemindahan hak, pelepasan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, Menimbang : a.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 112, 2001 Kehakiman. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah. Wasiat. (Penjelasan dalam Tambahan

Lebih terperinci

KETENTUAN-KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT PPJB

KETENTUAN-KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT PPJB KETENTUAN-KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT PPJB Form.# Tgl. R Halaman 1 dari 8 Pasal 1 Letak 1.1. Pengembang dengan ini berjanji dan mengikatkan dirinya sekarang dan untuk kemudian pada waktunya menjual dan

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun No.1112, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. Blokir dan Sita. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci