SISTEM PENGENDALIAN PH NIRA PADA PROSES PEMURNIAN GULA MENGGUNAKAN ADAPTIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEMS (ANFIS)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SISTEM PENGENDALIAN PH NIRA PADA PROSES PEMURNIAN GULA MENGGUNAKAN ADAPTIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEMS (ANFIS)"

Transkripsi

1 SISTEM PENGENDALIAN PH NIRA PADA PROSES PEMURNIAN GULA MENGGUNAKAN ADAPTIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEMS (ANFIS Ftrana Suhartat, Indrazno Sraduddn Abstrak:Bahan baku embuatan gula (sakarosa, sukrosa yang utama d Indonesa adalah tebu (Saccharum ofcnarum yang termasuk keluarga Gramnea. Proses embuatan gula n melut beberaa tahaan yatu taha engglngan, emurnan, enguaan dan krstalsas. Kualtas gula yang dhaslkan sangat dtentukan oleh engawasan yang dlakukan selama roses tersebut. Proses emurnan meruakan suatu roses yang dlakukan untuk memurnkan nra mentah yang dhaslkan oleh roses engglngan tebu. Dalam roses emurnan n, sebanyak mungkn zat bukan gula dkeluarkan dar nra mentah. Salah satu roses emurnan tersebut adalah dengan cara sulftas. Dalam roses n, enetralan ar kaur yang berlebhan ada emurnan nra dlakukan dengan alan memberkan gas SO2. Besarnya H yang dngnkan dalam roses n adalah 7,2. Beana sulftas meruakan salah satu unt ada roses emurnan gula yang dgunakan sebaga temat untuk mencamur nra dengan gas SO2. Pengendalan H ada Beana Sulftas sangat entng, karena H akan berengaruh terhada kualtas gula uth yang dhaslkan. Adatve Neuro Fuzzy Inference Systems (ANFIS meruakan sstem kontrol yang teat untuk mengendalkan H ada Beana sulftas. Dar hasl enguan ddaatkan ess sebesar -0,0278 % dengan ts (settlng tme 2,988 ment. Pada tekanan yang berbeda, kontroler ANFIS mamu untuk mengurang ess yang terad kurang dar 2 %. Pada erubahan lau alran nra sebesar ± 0 % dar lau alran normal sebesar 52,375 ton/am, emakaan kontroler ANFIS mamu mengurang error. Kata Kunc : H nra, beana sulftas, Adatve Neuro Fuzzy Inference Systems (ANFIS Bahan baku embuatan gula (sakarosa, sukrosa yang utama d Indonesa adalah tebu (Saccharum ofcnarum yang termasuk keluarga Gramnea. Proses embuatan gula n melut beberaa tahaan yatu taha engglngan, emurnan, enguaan dan krstalsas. Kualtas gula yang dhaslkan sangat dtentukan oleh engawasan yang dlakukan selama roses tersebut. Proses emurnan meruakan suatu roses yang dlakukan untuk memurnkan nra mentah yang dhaslkan oleh roses engglngan tebu. Dalam roses emurnan n, sebanyak mungkn zat bukan gula dkeluarkan dar nra mentah. Salah satu roses emurnan tersebut adalah dengan cara sulftas. Dalam roses n, enetralan ar kaur yang berlebhan ada emurnan nra dlakukan dengan alan memberkan gas SO2. Besarnya H yang dngnkan dalam roses n adalah 7,2. Beana Sulftas meruakan salah satu bagan ada roses emurnan gula. Beana n dgunakan sebaga temat untuk mencamur nra dengan gas SO2. Pengendalan H ada Beana Sulftas sangat entng, karena H n akan berengaruh terhada kualtas gula uth yang dhaslkan. Kontrol logka Fuzzy, dalam hal n ANFIS, meruakan alternatf yang dgunakan untuk mengendalkan H ada Beana Sulftas n. Perubahan emberan gas SO2 sangat berengaruh terhada H nra yang keluar dar Beana Sulftas. Lau normal nra yang mengalr ke beana n sebesar 52,375 ton/am sedangkan lau normal gas SO2 adalah 78 kg/am. Perbandngan n menghaslkan H nra kurang lebh 7. Pengendalan ketnggan ada beana n tdak dlakukan dkarenakan gas SO2 tdak memengaruh level caran dalam beana. Perubahan alran nra sebesar ± 0 % dar lau normal mengakbatkan teradnya erubahan ada arameter lant. Mekansme adatas dar kontroler ANFIS n dharakan mamu untuk mengatas

2 erubahan arameter lant sehngga H nra yang dngnkan sesua dengan settng ont yatu 7,2 serta kemamuan kontroler n untuk menangan sstem yang nonlner seert ada Beana Sulftas tersebut. D samng tu engaturan H dengan mengatur umlah alran gas SO2 erlu dlakukan, karena erubahan sedkt saa ada alran gas SO2 akan berdamak besar terhada H nra yang keluar dar Beana Sulftas. Batasan Masalah. Kontroler yang dgunakan adalah ANFIS (Adatve Neuro Fuzzy Inference System. 2. Masukan kontroler adalah error dan selsh error. 3. Beana Sulftas yang dgunakan adalah Beana Sulftas yang terdaat d PT. PG. Krebet Baru II Malang. 4. Tekanan gas SO2 adalah konstan dengan tekanan 3, s, 4,4 s dan 5,7 s. Lau normal sebesar 78 kg/am, lau mnmal sebesar 90 kg/am dan lau maksmal sebesar 267 kg/am. 5. Lau normal nra adalah 52, 375 ton/am dan fluktuas alran nra ± 0 % dar lau normal. 6. Proses embelaaran dlakukan secara off-lne. 7. Smulas hasl erancangan menggunakan rogram matlab Temeratur dalam beana dasumskan konstan dan homogen. Proses Pengolahan Gula Dalam mengolah bahan mentah tebu untuk droduks menad gula krstal uth, PT. PG. Krebet Baru II Malang menggunakan serangkaan mesn roduks melalu beberaa taha engolahan. Urutan roses roduks gula krstal uth ada PT. PG. Krebet Baru II Malang melut stasun glngan, stasun emurnan, stasun enguaan, stasun krstalsas, stasun emutaran dan stasun enyelesaan. Tebu yang dangkut dengan truk masuk tmbangan bruto untuk dlakukan roses enmbangan kemudan masuk ke stasun glngan. Stasun glngan berfungs sebaga enghasl nra yatu memsahkan nra dar amas tebu. Nra mentah dar stasun glngan mash banyak mengandung kotoran sehngga erlu dlakukan roses lanutan yatu roses emurnan dengan alan emanasan, enambahan susu kaur dan gas SO2. Stasun enguaan bertugas untuk menernhkan nra dengan alan menguakan ar yang terdaat dalam nra sama mencaa tngkat kekentalan tertentu. Nra kental dar stasun enguaan kemudan dmasak menad bentuk krstal d stasun masakan. Nra mentah mengandung gula dan zat bukan gula. Dalam roses emurnan nra mentah n, sebanyak mungkn zat bukan gula dkeluarkan. Konds lngkungan nra mentah harus datur agar sukrosa dan zat gula yang mereduks tdak rusak dan daat dertahankan, sehngga sebanyak mungkn zat yang bukan gula dkeluarkan. Pertmbangan ekonom akan menentukan sstem emurnan mana yang akan dterakan. Dalam ndustr gula d Indonesa banyak dgunakan kaur tohor (CaO sebaga zat emurn dan enernh dalam nra mentah, yang daat mengendakan sebagan besar zat bukan gula. Pada roses ndustr gula d Indonesa membuktkan bahwa engeluaran zat bukan gula secara otmal terad bla H nra mentah antara 7,3-7,8 dan H nra encer dertahankan antara 7,0-7,4 (A. Moerdokusumo,993. Bahan kaur meruakan kunc dar emurnan, sehngga kadarnya harus teat. Tuuan utama emurnan adalah :. Mencegah teradnya erstwa nvers dengan alan menetralkan on hdrogen 2. Menghlangkan kekeruhan dengan roses engendaan 3. Menghlangkan kotoran dan zat-zat kolod (amas halus, lln, asr, dsers tanah

3 Proses sulftas meruakan roses emurnan gula menggunakan gas SO2 dalam menetralkan ar kaur. Proses n dlakukan dalam embuatan gula uth. Ar kaur yang dgunakan dalam roses n auh lebh besar darada roses emurnan dengan cara defekas (roses emurnan yang dgunakan dalam embuatan gula merah. Keuntungan dlakukan roses sulftas adalah :. Lebh banyak bukan gula tersarng 2. Mutu gula lebh bak dbandngkan defekas Dalam Beana Sulftas n, nra mentah akan dcamur dengan gas SO2 agar ddaatkan nra dengan H 7,2 dan memeroleh endaan sulft CaSO3 yang akan menark dan mengendakan kotorankotoran ada nra membentuk folk. Gambar Dagram alr roses engolahan gula Sumber: PT. PG. Krebet Baru II Malang Adatve Neuro Fuzzy Inference Systems ANFIS meruakan enggabungan dar Fuzzy dengan arngan syaraf tru-an. Model Fuzzy yang dgunakan adalah model Takag-Sugeno-Kang (TSK Model. Model tersebut adalah (Negnevtsky, 2002: IF x s A AND x2 s A2. AND xm s Am THEN y f(x, x2,..., xm x, x2,..., xm adalah varbel masukan, sedangkan A, A2,..., Am adalah Fuzzy set. Jka y teta, maka ddaatkan zeroorder untuk model Fuzzy Sugeno. Jka y adalah frst order olnomal, y k0 + kx + k2x kmxm maka ddaatkan frst-order model Fuzzy Sugeno (Negnevtsky, Struktur arngan ANFIS daat dlhat dalam Gambar 3. Layer : Layer n adalah fuzzfcaton layer. Untuk model Jang s, Neuron- Neuron fuzzfkas memlk fungs aktvas bell (Negnevtsky, D dalam layer n ula dlakukan engkalkulasan nla membersh untuk arameter rems. Fungs smul tersebut adalah : Outut O, untuk smul,2 O, µ ( x A Outut O, untuk smul 3,4 O, µ ( y B 2 A dan B adalah label lngustk, x dan y adalah masukan ada smul. Keluaran smul untuk layer adalah membersh value dar nut. 2b x c µ A ( x ex ( a Efek dar erubahan arameter {a, b, c} adalah sebaga berkut : Layer 2 : Layer n adalah rule Layer. Ta Neuron dalam layer n berkesesuaan

4 dengan sngle Sugeno-tye Fuzzy rule. Rule Neuron menerma masukan-masukan dar Neuron fuzzfkas dan mengkalkulas frng strength dar ta-ta rule.dalam ANFIS, konungs dar rule antecedent devaluas dengan oerator roduct. Fungs smul adalah : O2, w µ ( x µ ( y untuk,2 A B Gas SO2 8" 2" Cerobong Gas SO2 00 cm 90 cm Overflow Te Flexbel (Telescoe Nra Masuk 2" 90 cm 420 cm 265 cm 2" 90 cm 48 cm 2" 2" Nra Keluar Gambar 2 Beana Sulftas Gambar 3 ANFIS Network

5 Gambar 4 Efek erubahan arameter a, b, c Sumber : Fungs n daat derluas aabla bagan rems memlk lebh dar dua hmunan Fuzzy. Banyaknya smul ada lasan n menunukkan banyaknya rule yang dbentuk. Oerator yang dgunakan adalah T-norm. Keluaran dar smul n adalah frng strength dar rule (Pero, Layer 3 : Layer n meruakan normalsaton layer. Ta Neuron dalam layer n menerma nut dar semua Neuron dalam rule layer, dan mengkalkulas normalsas frng strength dar rule-rule yang ada. Normalsas frng strength adalah raso dar frng strength untuk ta rule yang telah dberkan dengan umlah keseluruhan frng strength dar semua rule. Fungs smul tersebut adalah : w O3, w untuk,2.. (2 w + w2 Keluaran ttk smul adalah frng strength yang ternormalsas (Pero, Layer 4 : Meruakan layer defuzzfkas. Ta Neuron dalam layer n dhubungkan dengan Neuron normalsas dan uga menerma masukan awal, x dan y (Negnevtsky, Neuron defuzzfkas mengkal-kulas bobot nla konsekuen dar rule yang dberkan, dengan fungs smul (Pero, 2000 : O w f w ( x + q y + r (3 4,, q, dan r adalah arameter-arameter konsekuen dar rule. Layer 5 : Pada lasan n hanya terdaat satu smul yang dgunakan untuk menumlahkan semua outut dar Neuron defuzzfkas dan menghaslkan keseluruhan keluaran ANFIS (Negnevtsky, Fungs smul n adalah : O, w f 5 w f (4 w Pembelaaran dalam ANFIS ANFIS menggunkan algortma embelaaran hybrd yang mengkombnaskan estmator least squares dan metode gradent descent. Algortma embelaaran A-

6 NFIS ada dua, ta eoch dsusun dar roses embelaaran mau dan mundur. Dalam roses embelaaran mau (forward ass, embelaaran dar modelmodel nut dmasukkan ke dalam ANFIS, Neuron outut dhtung layer er layer dan arameter-arameter konsekuen rule d-dentfkas menggunakan least square estmator (Negnevtsky, Dalam embelaaran mundur (backward, embelaaran menggunakan algortma backroagaton. Snyal error d kembalkan, dan arameter antecedent dudate berdasarkan metode chan rule (Negnevtsky, Dalam embelaaran ANFIS n, arameter-arameter antecedent dan konsekuen dotmas. Pembelaaran mau, arameter-arameter konsekuen datur sedangkan arameter-arameter rems teta. Pada arah embelaaran mundur, arameter-arameter rems dtunng, sedangkan arameter konsekuen dbuat teta. Satu taha arah embelaaran maumundur dnamakan satu eoch. Tabel. Proses embelaaran hybrd ANFIS Arah mau Arah mundur Parameter rems Teta Gradent descent Parameter konsekuen RLSE Teta Snyal Keluaran Lau smul kesalahan Sumber: Jyh-Shng Roger Jang, IEEE Trans, 993 Penghtungan error untuk embelaa-ran ke-k, arngan error-back roagaton ddefnskan sebaga berkut (Valshev-sky : 2 Ek ( yk Ok (5 2 dengan yk adalah keluaran sstem yang dngnkan dan Ok adalah keluaran sstem yang sebenarnya. Ta arameter harus dhtung berdasarkan Ek Ek k β k β Error rata-rata dar arameter konsekuen daat dhtung sebaga berkut: k ( yk Ok (6 β E E 5 4 (7 β c 5 4 β c d mana adalah arameter konsekuen dan O adalah outut dar lasan ke-. Error rata-rata untuk arameter rems dhtung sebaga berkut: E E β β (8 d mana adalah arameter rems dan O adalah outut dar lasan ke-. Turunan dar, 5,..., 2 adalah 5 4 ( f w ( f w d mana adalah normalsas frng strengthdar rule ke- ( f w f ( w (9 4 (0 3 d mana adalah umlah dar rule yang bersesuaan ( umlah dar unt ada Layer ke 3 3 w w w n w w ( n 2 2 n w n adalah umlah keseluruhan dar rule d sstem 2 A A A m A R ( Am A R ( Am, A Am (2 d mana menunukkan Fuzzy set, yang membuat bagan rems dar rule mengan-

7 dung Fuzzy set Am dan daat drngkas menad, E ( y O 4 β β (3 c d mana {, q, r } c c β. Persamaan d atas dturunkan secara arsal terhada, q, dan r. 4 O q 4 O q r 4 O r ( f w ( w ( x + q y + r wx q ( f w ( w ( x + q y + r w y r ( f w ( w ( x + q y + r w Dan untuk arameter rems β dar membersh functon untuk label lngustk Am adalah E ( y O f β n w w A 2 n A R ( Am, A A β m w E ( y O f β β d mana { a, b, c } (4 β. Persamaan d atas dturunkan secara arsal terhada a, b, dan c O (5 a b b a x c ln a (6 O (7 c b x c d mana adalah umlah dar rule yang bersesuaan dan adalah umlah dar varable lngustk yang bersesuaan dalam rule. METODE Pemodelan Beana Sulftas D dalam Beana Sulftas H keluaran meruakan hasl dar encamuran antara gas SO2 dengan nra dan dukur oleh sensor H. Snyal keluaran tersebut akan dbandngkan dengan set ont oleh kontroler. Lau alran gas SO2 meruakan fungs dar bukaan katub kendal. Fungs alh dar ta-ta roses deroleh dar erhtungan kesetmbangan massa dan komonen. Hukum kesetmbangan massa menyebutkan bahwa: lau erubahan massa dalam sstem lau massa lau massa masuk sstem keluar sstem Pada beana sulftas daat drumuskan sebaga : d (ρv dt ρ v + ρ N N S S O NS v ρ v (8 V Ah (9 Untuk alran lamner, daat dnyatakan dalam h v NS R (20 Substtus ersamaan (9 dan (20 ke (8, maka : dh ρ N ρ S ρ O v N ( t + v S ( t h( t dt A A RA (2 dengan memasukkan nla tekns dar PT. PG. Krebet Baru II Malang, ddaatkan : 9 v N ( s 4 v S ( s ( 2,59 0 C NO ( s + ( 7,424 0 C NO ( s C NO h( s h( s ( s s 0,78 C NO ( s ( 2 + 0,78 C NO ( s

8 Gambar 5 Dagram Blok Sstem Pengendalan H Te aktuator katub kendal gas SO2 adalah dafragma. Aktuator n dgerakkan dengan menggunakan snyal neumatk. I/P tranduser dgunakan untuk mengubah arus menad snyal neumatk 3-5 s. P ( s I ( s 0,75 0,005 s + (22 Control valve berfungs untuk mengubah varabel yang dkendalkan menad snyal keluaran aktuator yatu gerakan mekank dar valve yang akan mengatur lau alran fluda dan meruakan elemen yang berfungs untuk memanulas varabel roses. Berdasarkan sesfkas dar beana, katub yang dgunakan untuk mengendalkan adalah te butterfly dengan karakterstk equal ercentage (PT. PG. Krebet Baru II Malang. Fungs alh katub: X ( s P ( s 0,5 0,008 s + ( V S 3, X( s + 2,076 0 P( s (24 Fungs alran roses n berdasarkan emodelan dar skrs sebelumnya. Alran gas SO2 (VS meruakan fungs dar katub gas SO2 (X, tekanan nut katub kendal (P dan tekanan outut katub kendal (P2 (Gunterus, 994. Alat yang dgunakan sebaga sensor H adalah elektroda gelas (sel konduktvtas yang menghaslkan snyal keluaran berua arus 4-20 ma. Gan dar sensor dan transmtter daat dnyatakan : (20 4 ma,43 (4 0 H ma/h (25 Dengan konstanta waktu 0,48 detk deroleh fungs alh transmtter dan sensor H, yatu : I ( s,43 H ( s 0,008s + (26 HASIL Metode enalaran Fuzzy yang dgunakan oleh kontroler ANFIS adalah MAX-DOT karena mendukung fungs yang dgunakan dalam elathan ANFIS: Setelah dlakukan embentukan FIS, langkah selanutnya adalah melakukan roses embelaaran FIS dengan metode LSE. PEMBAHASAN Perancangan Kontroler ANFIS Perencanaan kontroler n menggunakan ANFIS (Adatve Neuro Fuzzy Inference System. ANFIS n meruakan enggabungan mekansme Fuzzy Inference System yang dgambarkan dalam arngan syaraf. Sstem Inference Fuzzy yang dgunakan adalah ANFIS yang drancang memlk dua varabel masukan

9 yatu error dan delta error, serta satu varabel keluaran yatu besarnya arus yang masuk ke I/P tranduser. Gambar 6 Proses tranng ada tekanan 3, s Gambar 7 Proses Tranng ada 4,4 s Gambar 8 Proses tranng ada 5,7 s Gambar 9 Pengamblan data tranng

10 Taha-taha yang dlakukan dalam erancangan ANFIS melut engamblan data tranng, embentukan FIS, embelaaran FIS, defuzzfkas FIS dan engetesan FIS. Data yang ddaatkan berumlah 200 asangan data yatu error dan delta error melalu roses samlng. 200 asangan data dgunakan untuk roses embelaaran ANFIS, 200 data lannya meruakan target untuk tes hasl embelaaran ANFIS. Pasangan data yang deroleh terdr dar 400 asangan data untuk beban 3, s, 400 untuk 5,7 s dan 400 untuk beban 4,4 s. Gambar 0 MF Error ada tekanan 3, s Gambar MF Delta Error ada tekanan 3, s Gambar 2 MF Error ada tekanan 4,4 s Gambar 3 MF Delta Error ada tekanan 4,4 s

11 Gambar 4 MF Error ada tekanan 5,7 s Gambar 5 MF Delta Error ada tekanan 5,7 s Gambar 6 MF error setelah tranng ada 3, s Gambar 7 MF delta error setelah tranng ada 3, s

12 Gambar 8 MF error setelah tranng ada 4,4 s Gambar 9 MF delta error setelah tranng ada 4,4 s Gambar 20 MF error setelah tranng ada 5,7 s Gambar 2 MF delta error setelah tranng ada 5,7 s

13 Penguan dlakukan untuk mengetahu erformans dar kontroler ANFIS dalam memnmalkan error akbat erubahan tekanan gas SO2 yang berbeda. Kontroler ANFIS mamu mengurang error yang terad selama roses enambahan dan engurangan gas SO2 kurang dar 2 %. Tabel 2 Reson sstem terhada varas tekanan Perubahan Tekanan Gas SO2 (s Parameter 4,4 4,4 ke 3, ke 5,7,35 Waktu emulhan,27 mnt 8 mnt Tabel 3 Parame ter Waktu emulh an Reson sstem terhada varas tekanan Perubahan Tekanan Gas SO2 (s 4,4 ke 5,7,358 mnt 5,7 ke 3, 2,3 mnt 3, ke 4,4,344 mnt 4,4 ke 3,,27 mnt 3, ke 5,7,667 mnt 5,7 ke 4,4,238 mnt Tabel 4 Reson sstem terhada varas alran nra Perubahan Parameter Alran Nra +0% -0% - 0,477 Error rata-rata 0,622 % % Tabel 5 Reson sstem terhada erubahan tekanan Perubahan Tekanan Gas SO2 (s Parameter 4,4 ke 4,4 ke 5,7 3, Waktu,27,358 ment emulhan mnt Error steady -0,6 0,722 % state, ess % KESIMPULAN Pada tekanan gas normal (4,4 s, sstem d abrk akan mencaa keadaan manta dengan waktu 5,5 ment dan memlk ess sebesar 3 %. Setelah dberkan kontroler ANFIS, sstem memlk ess sebesar -0,0278 % dengan waktu meneta 2,988 ment. Pada tekanan yang berbeda, kontroler ANFIS mamu untuk mengurang error steady state yang terad kurang dar 2 %. RUJUKAN Coughanowr, D. R., 99, Process Sstem Analyss and Control, Prentce Hall, USA. Fahme, M. Y., 2002, Pengaruh Energ Pemurnan Nra ada Stasun Pemu rnan d PT. PG. Kebon Agung Malang, Gunterus, F Falsafah Dasar : Sstem Pengendalan Proses. Jakarta: PT. Elex Meda Komutndo. Jamshd, Mohammad., Nader, Vadee., Tmothy, J. Ross Fuzzy Lo gc and Control, Software and Hard ware Alcatons Volume 2. Prent ce Hall Internatonal,Inc: New Jersey. Jan Jantzen Desgn of Fuzzy Controllers, Tech. reort no 98-E 864, Deartment of Automaton, Techncal Unversty of Denmark, Lyngby, Denmark, 5 May. Lee, CC Fuzzy Logc n Control Systems: Fuzzy Logc Controller- Part II. IEEE Transactons on Systems, Man, and Cybernetcs, Vol. 20, No. 2, March-Ar. Seborg, D.E. Edgar,T.F. Mellcham, D. A.989. Process Dynamcs and Co ntrol.sngaore:johnwley& Sons. Shnskey, F.G H & Ion Measurement System. New York: McGraw- Hll, Inc. Yan, Jun Usng Fuzzy Logc. McGraw-Hll: Sngaore.

PENERAPAN METODE ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM UNTUK MEMPREDIKSI NILAI POST TEST MAHASISWA PADA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FTIF ITS

PENERAPAN METODE ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM UNTUK MEMPREDIKSI NILAI POST TEST MAHASISWA PADA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FTIF ITS Makalah Semnar Tugas Akhr Perode Januar 0 PENERAPAN METODE ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM UNTUK MEMPREDIKSI NILAI POST TEST MAHASISWA PADA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FTIF ITS Banon Tr Kuncahyo,

Lebih terperinci

Pengaturan Proses Tekanan pada Sistem Pengaturan Berjaringan Menggunakan Kontroler Fuzzy Neural Network

Pengaturan Proses Tekanan pada Sistem Pengaturan Berjaringan Menggunakan Kontroler Fuzzy Neural Network TUGAS AKHIR TE - 091399 Pengaturan Proses Tekanan pada Sstem Pengaturan Berjarngan Menggunakan Kontroler Fuzzy Neural Network Rende Ramadhan NRP 2208100131 Dosen Pembmbng : Ir. Al Faton, M.T. Imam Arfn,

Lebih terperinci

VII AKSI DASAR PENGENDALIAN

VII AKSI DASAR PENGENDALIAN 110 VII ASI DASAR PENGENDALIAN Deskrs : Bab n memberkan gambaran tentang aks dasar engendalan dengan menggunakan engendal roorsonal, ntegral dan dervatf serta kombnasnya ada berbaga sstem kendal Objektf

Lebih terperinci

Hybrid intelligent system adalah kombinasi lebih dari dua teknologi cerdas.

Hybrid intelligent system adalah kombinasi lebih dari dua teknologi cerdas. Teny Handhayan Pendahuluan Hybrd ntellgent system adalah kombnas lebh dar dua teknolog cerdas. Contohnya kombnas Neural Network dengan Fuzzy membentuk Neuro-fuzzy system Perbandngan Expert Systems, Fuzzy

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh November Kampus ITS Keputih Sukolilo Surabaya 60111

Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh November Kampus ITS Keputih Sukolilo Surabaya 60111 STUDI PERFORMANSI SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATURE, RELIABILITY DAN SAFETY PADA HEAT EXCHANGER DI PT. PETROWIDADA GRESIK Oleh (Novan Yudha A, Ir.Ronny Dw Noryat, M.Kes, Imam Abad, ST.MT) Jurusan Teknk Fska

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT

PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT 06 06 PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT Tujuan: Mhs mengenal dan mamu menjelaskan sstem engendalan uman-balk lanjut dan engendalan uman-maju secara umum. Mater: 1. Alkas Pengendalan Uman Balk ada Proses

Lebih terperinci

DesainKontrolFuzzy BerbasisPerformansiH dengan Batasan Input-Output untuk Sistem Pendulum-Kereta

DesainKontrolFuzzy BerbasisPerformansiH dengan Batasan Input-Output untuk Sistem Pendulum-Kereta ugasakhr E 91399 DesanKontrolFuzzy BerbassPerformansH dengan Batasan Input-Output untuk Sstem Pendulum-Kereta to Febraranto (8116) Dosen Pembmbng: Prof. Dr. Ir. Achmad Jazde, M.Eng. Jurusan eknk Elektro

Lebih terperinci

satu proses pemurnian tersebut adalah dengan cara sulfitasi. Dalam proses ini, penetralan air kapur yang berlebihan pada pemurnian nira dilakukan deng

satu proses pemurnian tersebut adalah dengan cara sulfitasi. Dalam proses ini, penetralan air kapur yang berlebihan pada pemurnian nira dilakukan deng SIMULASI SISTEM PENGONTROL PH NIRA PADA PROSES PEMBUATAN GULA MENGGUNAKAN METODE ANFIS Novan Wahyudi 50403516 Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Informatika Abstrak Proses pemurnian nira rupakan

Lebih terperinci

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE 6B.1 Pelathan ADALINE Model ADALINE (Adaptve Lnear Neuron) dtemukan oleh Wdrow & Hoff (1960) Arstekturnya mrp dengan perseptron Perbedaan

Lebih terperinci

Taksiran Kurva Regresi Spline pada Data Longitudinal dengan Kuadrat Terkecil

Taksiran Kurva Regresi Spline pada Data Longitudinal dengan Kuadrat Terkecil Vol. 11, No. 1, 77-83, Jul 2014 Taksran Kurva Regres Slne ada Data Longtudnal dengan Kuadrat Terkecl * Abstrak Makalah n mengka tentang estmas regres slne khususnya enggunaan ada data longtudnal. Data

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

Perbaikan Unjuk Kerja Sistem Orde Satu PERBAIKAN UNJUK KERJA SISTEM ORDE SATU DENGAN ALAT KENDALI INTEGRAL MENGGUNAKAN JARINGAN SIMULATOR MATLAB

Perbaikan Unjuk Kerja Sistem Orde Satu PERBAIKAN UNJUK KERJA SISTEM ORDE SATU DENGAN ALAT KENDALI INTEGRAL MENGGUNAKAN JARINGAN SIMULATOR MATLAB Perbakan Unjuk Kerja Sstem Orde Satu PERBAIKAN UNJUK KERJA SISTEM ORDE SATU DENGAN ALAT KENDALI INTEGRAL MENGGUNAKAN JARINGAN SIMULATOR MATLAB Endryansyah Penddkan Teknk Elektro, Jurusan Teknk Elektro,

Lebih terperinci

LOGO ADAPTIVE PREDICTIVE CONTROL BERBASIS ANFIS-PI UNTUK PENGENDALIAN TEMPERATUR HEAT EXCHANGER TESIS RE2099. Ruslim

LOGO ADAPTIVE PREDICTIVE CONTROL BERBASIS ANFIS-PI UNTUK PENGENDALIAN TEMPERATUR HEAT EXCHANGER TESIS RE2099. Ruslim LOGO PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN TEKNIK SISTEM PENGATURAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA TESIS RE099 ADAPTIVE PREDICTIVE CONTROL BERBASIS

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

I BBB TINJAUAN PUSTAKA

I BBB TINJAUAN PUSTAKA I BBB TINJAUAN PUTAKA. Pendahuluan Dalam enulsan mater okok dar skrs n derlukan beberaa teor-teor yang mendukung, yang menjad uraan okok ada bab n. Uraan dmula dengan membahas dstrbus varabel acak kontnu,

Lebih terperinci

PEMILIHAN VARIABEL YANG RELEVAN PADA ATURAN FUZZY MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF

PEMILIHAN VARIABEL YANG RELEVAN PADA ATURAN FUZZY MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF PEMILIHAN VARIABEL YANG RELEVAN PADA ATURAN FUZZY MENGGUNAKAN JARINGAN YARAF r Kusumadew Jurusan Teknk Informatka, Fakultas Teknolog Industr Unverstas Islam Indonesa Yogyakarya emal: cce@ft.u.ac.d Abstrak

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

Kontrol Tracking Robot Pendulum Terbalik Beroda Dua Menggunakan Kontrol Fuzzy Hybrid

Kontrol Tracking Robot Pendulum Terbalik Beroda Dua Menggunakan Kontrol Fuzzy Hybrid JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (3) -6 Kontrol Trakng Robot Pendulum Terbalk Beroda Dua Menggunakan Kontrol Fuzzy Hybrd Abdul Halm, Trhastut Agustnah Teknk Elektro, Fakultas Teknolog Industr, Insttut Teknolog

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

Sistem kontrol pemanas ruangan Tanpa carrier fluids

Sistem kontrol pemanas ruangan Tanpa carrier fluids Sstem kontrol emanas ruangan Tana carrer fluds Oleh : Hen Hndayant NIM. M00034 SRIPSI dtuls dan dajukan untuk memenuh sebagan ersyaratan memeroleh gelar Sarjana Sans Matematka FAULTAS MATEMATIA DAN ILMU

Lebih terperinci

PENGURUTAN DATA. A. Tujuan

PENGURUTAN DATA. A. Tujuan PENGURUTAN DATA A. Tuuan Pembahasan dalam bab n adalah mengena pengurutan data pada sekumpulan data. Terdapat beberapa metode untuk melakukan pengurutan data yang secara detl akan dbahas ddalam bab n.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

METODE KORELASI BARU PADA PENYETELAN PENGENDALI PID DENGAN PENDEKATAN MODEL EMPIRIK FOPDT

METODE KORELASI BARU PADA PENYETELAN PENGENDALI PID DENGAN PENDEKATAN MODEL EMPIRIK FOPDT ISSN 4-989 METODE KORELASI BARU PADA PENYETELAN PENGENDALI PID DENGAN PENDEKATAN MODEL EMPIRIK FOPDT Abdul Wahd dan Rudy Gunawan 2 Laboratorum Sstem Proses Kma Departemen Teknk Gas dan Petrokma Progam

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk

Lebih terperinci

Estimasi Radiasi Matahari Perjam pada Permukaan Horizontal dengan Extreme Learning Machine (Studi Kasus di Surabaya)

Estimasi Radiasi Matahari Perjam pada Permukaan Horizontal dengan Extreme Learning Machine (Studi Kasus di Surabaya) JURAL EKIK POMIS Vol., o., (04) ISS: 337-3539 (30-97 Prnt) Estmas Radas Matahar Peram ada Permukaan Horzontal dengan Etreme Learnng Machne (Stud Kasus d Surabaya) ur Ulfa Hdayatullah dan Ir. Ya umar, M.

Lebih terperinci

Pengendalian Kecepatan Motor Induksi Melalui Inverter Altivar 18 Berdasarkan Kendali Fuzi Berbasis PLC

Pengendalian Kecepatan Motor Induksi Melalui Inverter Altivar 18 Berdasarkan Kendali Fuzi Berbasis PLC Sgt Budh Santoso dan Ars Rakhmad, Pengendalan Kecepatan Motor Induks Melalu Inverter Altvar 18 Pengendalan Kecepatan Motor Induks Melalu Inverter Altvar 18 Berdasarkan Kendal Fuz Berbass PLC Sgt Budh Santoso,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

Oleh : Enny Supartini Departemen Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran

Oleh : Enny Supartini Departemen Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran Abstrak MENGESTIMASI BEBERAPA DATA HILANG (MISSING DATA) DAN ANALISIS VARIANS UNTUK RANCANGAN BLOK ACAK SEMPURNA Oleh : Enny Supartn Departemen Statstka, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam, Unverstas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. George Boole dalam An Investigation of the Laws of Thought pada tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. George Boole dalam An Investigation of the Laws of Thought pada tahun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aljabar Boolean Barnett (2011) menyatakan bahwa Aljabar Boolean dpublkaskan oleh George Boole dalam An Investgaton of the Laws of Thought pada tahun 1954. Dalam karya n, Boole

Lebih terperinci

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd ELEKTONKA ANALOG Bab 2 BAS D FET Pertemuan 5 Pertemuan 7 Oleh : ALFTH, S.Pd, M.Pd 1 Pemran bas pada rangkaan BJT Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung,

Lebih terperinci

Nama : Crishadi Juliantoro NPM :

Nama : Crishadi Juliantoro NPM : ANALISIS INVESTASI PADA PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM PERHITUNGAN INDEX LQ-45 MENGGUNAKAN PORTOFOLIO DENGAN METODE SINGLE INDEX MODEL. Nama : Crshad Julantoro NPM : 110630 Latar Belakang Pemlhan saham yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

PHOTODETECTOR NOISE. Ref : Keiser. Fakultas Teknik Elektro 1

PHOTODETECTOR NOISE. Ref : Keiser. Fakultas Teknik Elektro 1 PHOTODETECTOR NOISE Ref : Keser Fakultas Teknk Elektro 1 Nose Detektor Foto S Daya snyal dr arus foto --- = ------------------------------------------------------------------ N Daya nose detektor foto

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAYA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAYA OPERASI

SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAYA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAYA OPERASI ISSN: 1693-6930 167 SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAA OPERASI Subyanto Teknk Elektro Fakultas Teknk Unverstas Neger Semarang Gedung E6 Lt. Kampus Sekaran

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996).

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996). 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stud Yang Terkat Peneltan n mengacu pada jurnal yang dtuls oleh Khang, dkk.(1995). Dalam peneltannya, Khang, dkk membandngkan arus lalu lntas yang datur menggunakan sstem stats dan

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA SISTEM THERMAL

MODEL MATEMATIKA SISTEM THERMAL MODEL MATEMATIA SISTEM THERMAL PENGANTAR Sstem thermal merupakan sstem yang melbatkan pemndahan panas dar bahan yang satu ke bahan yang lan. Sstem thermal dapat danalsa dalam bentuk tahanan dan kapastans,

Lebih terperinci

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK Mata kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB PERHITUNGAN NUMERIK. Kesalahan error Pada Penelesaan Numerk Penelesaan secara numers dar suatu persamaan matemats kadang-kadang hana memberkan nla perkraan ang mendekat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal. Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Validitas Metode Penggabungan Respon (Indeks Penampilan Tanaman, IPT)

Evaluasi Tingkat Validitas Metode Penggabungan Respon (Indeks Penampilan Tanaman, IPT) Evaluas Tngkat Valdtas Metode Penggabungan Reson (Indeks Penamlan Tanaman, IPT) 1 Gust N Adh Wbawa I Made Sumertajaya 3 Ahmad Ansor Mattjk 1 Mahasswa S3 Pascasarjana Statstka IPB,3 Staf Pengajar Deartemen

Lebih terperinci

Pengaturan Proses Tekanan pada Sistem Pengaturan Berjaringan Menggunakan Kontroler Fuzzy Neural Network

Pengaturan Proses Tekanan pada Sistem Pengaturan Berjaringan Menggunakan Kontroler Fuzzy Neural Network Pengaturan Proses Tekanan pada Sstem Pengaturan Berjarngan Menggunakan Kontroler Fuzzy Neural Network Rende Ramadhan, 0800 Bdang Stud Sstem Pengaturan, Jurusan Teknk Elektro FTI - ITS Emal : rende.ramadhan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

PHOTODETECTOR NOISE. Ref : Keiser

PHOTODETECTOR NOISE. Ref : Keiser PHOTODETECTOR NOISE Ref : Keser 1 Nose Detektor Foto S Daya snyal dr arus foto --- ------------------------------------------------------------------ N Daya nose detektor foto + daya nose enguat Sumber

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

Oleh : Harifa Hanan Yoga Aji Nugraha Gempur Safar Rika Saputri Arya Andika Dumanauw

Oleh : Harifa Hanan Yoga Aji Nugraha Gempur Safar Rika Saputri Arya Andika Dumanauw Oleh : Harfa Hanan Yoga A Nugraha Gemur Safar ka Sautr Arya Andka Dumanau Dosen : Dr.rer.nat. Ded osad, S.S., M.Sc. Program Stud Statstka Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam Unverstas Gadah Mada

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi ) APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGONTROLAN LEVEL PADA STEAM DRUM WASTE HEAT BOILER BERBASIS ADAPTIVE NETWORK FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS)

PERANCANGAN SISTEM PENGONTROLAN LEVEL PADA STEAM DRUM WASTE HEAT BOILER BERBASIS ADAPTIVE NETWORK FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS) Yulat: PERANCANGAN SISTEM PENGONTROLAN LEVEL PADA STEAM DRUM WASTE HEAT... 145 PERANCANGAN SISTEM PENGONTROLAN LEVEL PADA STEAM DRUM WASTE HEAT BOILER BERBASIS ADAPTIVE NETWORK FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS)

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Meda Informatka, Vol. 2, No. 2, Desember 2004, 57-64 ISSN: 0854-4743 PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Sr Kusumadew Jurusan Teknk Informatka, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN METODE

BAB II DASAR TEORI DAN METODE BAB II DASAR TEORI DAN METODE 2.1 Teknk Pengukuran Teknolog yang dapat dgunakan untuk mengukur konsentras sedmen tersuspens yatu mekank (trap sampler, bottle sampler), optk (optcal beam transmssometer,

Lebih terperinci

Estimasi Variabel Keadaan Gerak Longitudinal Pesawat Terbang Menggunakan Metode Fuzzy Kalman Filter

Estimasi Variabel Keadaan Gerak Longitudinal Pesawat Terbang Menggunakan Metode Fuzzy Kalman Filter A-42 JURNAL SAINS DAN SENI IS Vol. 5 No. 2 (216) 2337-352 (231-928X Prnt) Estmas Varabel Keadaan Gerak Longtudnal Pesawat erbang Menggunakan Metode Fuzzy Kalman Flter Res Arumn San, Erna Aprlan, dan Mohammad

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

FUNGSI ALIH SISTEM ORDE 1 Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam

FUNGSI ALIH SISTEM ORDE 1 Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam FUNGSI ALIH SISTEM ORDE Oleh: Ahmad Ryad Frdaus Plteknk Batam I. Tujuan. Memaham cara melakukan smulas sstem fss (sstem mekank dan elektrk) untuk rde 2. Memaham karakterstk sstem fss terhadap perubahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAYA. Dua rangkaian yg dpt digunakan utk mengukur daya

PENGUKURAN DAYA. Dua rangkaian yg dpt digunakan utk mengukur daya Pengukuran Besaran strk (TC08) Pertemuan 4 PENGUKUN DY Pengukuran Daya dalam angkaan DC Daya lstrk P yg ddsaskan d beban jka dcatu daya DC sebesar E adl hasl erkalan antara tegangan d beban dan arus yg

Lebih terperinci

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK 34 III PEMODELN MTEMTIS SISTEM FISIK Deskrps : Bab n memberkan gambaran tentang pemodelan matemats, fungs alh, dagram blok, grafk alran snyal yang berguna dalam pemodelan sstem kendal. Objektf : Memaham

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA TULISAN TANGAN AKSARA JAWA MENGGUNAKAN MULTI LAYER PERCEPTRON

PENGENALAN POLA TULISAN TANGAN AKSARA JAWA MENGGUNAKAN MULTI LAYER PERCEPTRON STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februar 2015 PENGENALAN POLA TULISAN TANGAN AKSARA JAWA MENGGUNAKAN MULTI LAYER PERCEPTRON Madha Chrstan Wbowo 1), I Dewa Gede Ra Mardana 2), Sandy Wrakusuma 3) 1), 2), 3)

Lebih terperinci

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analss Rangkaan RLC Rka Favora Gusa JurusanTeknk Elektro,Fakultas Teknk,Unverstas Bangka Beltung rka_favora@yahoo.com ABSTRACT The exstence of nductor and capactor

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Dagram Alr Peneltan Materal Amorph Magnetk (Fe 73 Al 5 Ga 2 P 8 C 5 B 4 S 3 ) Ekspermen DfraksNeutron (I vs 2theta) Smulas Insalsas atom secara random Fungs struktur, F(Q) Perhtungan

Lebih terperinci

ABSTRAK ANALISIS KOMPONEN UTAMA

ABSTRAK ANALISIS KOMPONEN UTAMA JURNAL MATEMATIKA DAN PEMBELAJARANNYA 03 VOLUME, NO.. ISSN 303-099 ABSTRAK ANALISIS KOMPONEN UTAMA Marana, Dosen Penddkan Matematka Fakultas Tarbyah dan Keguruan, IAIN Ambon 0854435773, E-mal: anastt_0@yahoo.com

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

TE Dasar Sistem Pengaturan

TE Dasar Sistem Pengaturan TE09346 Daar Stem Pengaturan Perancangan ontroler : ontroler Prooronal Integral Ir Jo Pramudjanto, MEng Juruan Teknk Elektro FTI ITS Tel 594730 Fax59337 Emal: jo@eetacd Daar Stem Pengaturan 06b Objektf:

Lebih terperinci

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan Catatan Kulah Memaham dan Menganalsa Optmsas dengan Kendala Ketdaksamaan. Non Lnear Programmng Msalkan dhadapkan pada lustras berkut n : () Ma U = U ( ) :,,..., n st p B.: ; =,,..., n () Mn : C = pk K

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

Preferensi untuk alternatif A i diberikan

Preferensi untuk alternatif A i diberikan Bahan Kulah : Topk Khusus Metode Weghted Product (WP) menggunakan perkalan untuk menghubungkan ratng atrbut, dmana ratng setap atrbut harus dpangkatkan dulu dengan bobot atrbut yang bersangkutan. Proses

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 59-70, Agustus 2003, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 59-70, Agustus 2003, ISSN : JURNA MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 59-70, Agustus 2003, ISSN : 1410-8518 MASAAH RUTE TERPENDEK PADA JARINGAN JAAN MENGGUNAKAN AMPU AU-INTAS Stud Kasus: Rute Peralanan Ngesrep Smpang ma Eko Bud

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA TULISAN TANGAN AKSARA JAWA HA NA CA RA KA MENGGUNAKAN MULTI LAYER PERCEPTRON

PENGENALAN POLA TULISAN TANGAN AKSARA JAWA HA NA CA RA KA MENGGUNAKAN MULTI LAYER PERCEPTRON PENGENALAN POLA TULISAN TANGAN AKSARA JAWA HA NA CA RA KA MENGGUNAKAN MULTI LAYER PERCEPTRON Madha Chrstan Wbowo 1) Sandy Wrakusuma 2) 1) S1 Sstem Komputer, STIKOM Surabaya, emal: madha@stkom.edu 2) S1

Lebih terperinci

PERANCANGAN JARINGAN AKSES KABEL (DTG3E3)

PERANCANGAN JARINGAN AKSES KABEL (DTG3E3) PERCG JRIG KSES KBEL (DTG3E3) Dsusun Oleh : Hafdudn,ST.,MT. (HFD) Rohmat Tulloh, ST.,MT (RMT) Prod D3 Teknk Telekomunkas Fakultas Ilmu Terapan Unverstas Telkom 015 Peramalan Trafk Peramalan Trafk Peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Tnauan Pustaka.. Perencanaan dan Pengendalan Produks Dalam suatu organsas, engendalan roduks berguna untuk menngkatkan roduktvtas. Defns roduktvtas adalah raso nla barang dan asa yang

Lebih terperinci

VLE dari Korelasi nilai K

VLE dari Korelasi nilai K VLE dar orelas nla Penggunaan utama hubungan kesetmbangan fasa, yatu dalam perancangan proses pemsahan yang bergantung pada kecenderungan zat-zat kma yang dberkan untuk mendstrbuskan dr, terutama dalam

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DALAM MEMPERTAHANKAN BATAS TEPI BADAN ROBOT LINE FOLLOWER

PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DALAM MEMPERTAHANKAN BATAS TEPI BADAN ROBOT LINE FOLLOWER PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DALAM MEMPERTAHANKAN BATAS TEPI BADAN ROBOT LINE FOLLOWER TERHADAP LINE MENGGUNAKAN FUZZY LOGIC CONTROLER Imam Fauz 1, Ir. Ern Y, MT., Dr. 2, Ir. Puranto, MT. 3 1 Mahassa Teknk

Lebih terperinci

PERFORMANSI NEURO FUZZY UNTUK PERAMALAN DATA TIME SERIES

PERFORMANSI NEURO FUZZY UNTUK PERAMALAN DATA TIME SERIES Semnar Nasonal Aplkas Teknolog Informas 007 (SNATI 007) ISSN: 1907-50 Yogyakarta, 16 Jun 007 PERFORMANSI NEURO FUZZY UNTUK PERAMALAN DATA TIME SERIES Arna Farza, Afrda Helen, Annsa Rasyd Polteknk Elektronka

Lebih terperinci

Bab V Aliran Daya Optimal

Bab V Aliran Daya Optimal Bab V Alran Daya Optmal Permasalahan alran daya optmal (Optmal Power Flow/OPF) telah menjad bahan pembcaraan sejak dperkenalkan pertama kal oleh Carpenter pada tahun 196. Karena mater pembahasan tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

KOMBINASI PENAKSIR RASIO-PRODUK PROPORSI EKSPONENSIAL UNTUK RATA-RATA POPULASI PADA SAMPLING ACAK SEDERHANA., R. Efendi 2, H.

KOMBINASI PENAKSIR RASIO-PRODUK PROPORSI EKSPONENSIAL UNTUK RATA-RATA POPULASI PADA SAMPLING ACAK SEDERHANA., R. Efendi 2, H. KOMBINASI PENAKSIR RASIO-PRODUK PROPORSI EKSPONENSIAL UNTUK RATA-RATA POPULASI PADA SAMPLING AAK SEDERHANA A. F. Indraan *, R. Efend, H. Srat Mahasswa Program S Matematka Dosen Jurusan Matematka Fakultas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tingkat Keberhasilan Mahasiswa Regresi Logistik

TINJAUAN PUSTAKA Tingkat Keberhasilan Mahasiswa Regresi Logistik 5 TINJAUAN PUSTAKA Tngkat Keberhaslan Mahasswa Secara gars besar, faktor-faktor yang memengaruh keberhaslan mahasswa dalam enddkan (Munthe 983, dacu dalam Halm 29 adalah:. Faktor ntelektual seert masalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Masalah Transportas Jong Jek Sang (20) menelaskan bahwa masalah transportas merupakan masalah yang serng dhadap dalam pendstrbusan barang Msalkan ada m buah gudang (sumber) yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT

PERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT BIAStatstcs (05) Vol. 9, No., hal. -7 PERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT Faula Arna Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sultan Ageng Trtayasa Banten Emal : faulaarna@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA PENDAHULUAN Latar Belakang Data ordnal basanya dgunakan ada eneltan sosal. Salah satu enggunaan data ordnal adalah ketka enelt ngn menla ska, erses, atau reaks seseorang terhada sebuah ernyataan yang daukan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci