BAB II LANDASAN TEORI. 1. Multidrug-Resistant Tuberculosis (MDR-TB) yang resisten terhadap dua Obat Anti Tuberkulosis (OAT) lini pertama
|
|
- Utami Sanjaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Multidrug-Resistant Tuberculosis (MDR-TB) MDR-TB merupakan infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang resisten terhadap dua Obat Anti Tuberkulosis (OAT) lini pertama yang paling efektif, yaitu rifampisin dan isoniazid (WHO, 2015). Infeksi MDR-TB dapat ditularkan dengan cara yang sama seperti pada Drug Susceptible-TB (DS-TB), yaitu melalui udara (airborne transmission) oleh pasien yang mengalami infeksi aktif TB paru (Sia dan Wieland, 2011; WHO, 2013). Terdapat tiga tipe resistensi infeksi MDR-TB, yaitu: resistensi natural (natural resistance), primer (primary resistance), dan didapat (acquired resistance) (Lemos dan Matos, 2013). Resistensi didapat (acquired resistance) pada MDR-TB terjadi akibat mutasi spontan Mycobacterium tuberculosis (Lemos dan Matos, 2013; Müller et al., 2013). Setiap bakteri terdapat bakteri yang resisten terhadap isoniazid dan setiap bakteri terdapat bakteri yang resisten terhadap rifampisin (Lemos dan Matos, 2013). Adanya bakteri Mycobacterium tuberculosis yang resisten terhadap setiap OAT yang diberikan menjadi alasan pemberian kombinasi beberapa OAT pada pengobatan TB (Müller et al., 2013). Pengobatan yang tidak adekuat 5
2 6 menyebabkan sejumlah kecil Mycobacterium tuberculosis yang resisten tersebut dapat bertahan dan semakin bertambah jumlahnya hingga terbentuk populasi bakteri yang resisten terhadap lebih dari satu jenis OAT (hetero-resistant) (Lemos dan Matos, 2013; Müller et al., 2013). 2. Respons Imunitas terhadap Infeksi Mycobacterium tuberculosis Bakteri Mycobacterium tuberculosis yang masuk ke dalam paru akan terdeposit di dalam ruang alveolar (Shaler et al., 2012). Sel makrofag alveolar setempat akan mengenali dan memfagositosis bakteri Mycobacterium tuberculosis tersebut (Kleinnijenhuis et al., 2011; Shaler et al., 2012). Sel makrofag alveolar mampu mengenali komponen Mycobacterium tuberculosis melalui berbagai Pattern Recognition Receptors (PRR) seperti Mannose-Binding Lectin (MBL), Mannose Receptor (MR), Toll-Like Receptor (TLR)-2, TLR-4, dan TLR-9 (Sia et al., 2015). Interaksi antara PRR dengan Mycobacterium tuberculosis akan mengaktifkan jalur Nuclear Factor Kappa B (NF-κB) dan Peroxisome Proliferator Activated Receptor Gamma (PPARγ) sehingga akan diproduksi sitokin proinflamasi seperti Tumor Necrosis Factor (TNF)-α, Interleukin (IL)-1β, IL-18, IL-12, serta kemokin seperti Chemokine (C-C motif) Ligand (CCL)-22 dan CCL-3 (Sia et al, 2015; Yuk dan Jo, 2014). Sitokin dan kemokin tersebut berkontribusi menarik sel dendritik, sel T, sel neutrofil, sel makrofag, dan sel Natural Killer (NK) ke tempat infeksi (Sia et al., 2015).
3 7 Sel dendritik berperan menjembatani respons imunitas alami (innate immunity) dan didapat (adaptive immunity) melalui kemampuannya bermigrasi dari tempat infeksi ke nodus limfatikus regional dan menampilkan antigen Mycobacterium tuberculosis ke sel T naïve CD4+ (Sia et al., 2015). Sel dendritik menangkap dan melakukan endositosis antigen Mycobacterium tuberculosis melalui pengenalan antigen Mycobacterium tuberculosis dengan reseptor seperti TLR, MR, CD11b, CD11c, Dendritic Cell-Specific Intercellular Adhesion Molecule- 3-Grabbing Non-Integrin (DC-SIGN), dan reseptor Fc (Mihret, 2012; Shaler et al., 2012; Sia et al., 2015). Pengenalan sel dendritik dengan antigen Mycobacterium tuberculosis dan stimulasi sel dendritik oleh sitokin proinflamasi seperti TNF-α menginduksi maturasi sel dendritik yang ditandai dengan peningkatan ekspresi Major Histocompatibility Complex (MHC) kelas II dipermukaan sel, peningkatan molekul costimulatory CD80, CD86, dan CD40, serta peningkatan ekspresi Chemokine (C-C motif) Receptor (CCR)7 (Mihret, 2012; Sia et al., 2015). Peningkatan ekspresi CCR7 membantu sel dendritik bermigasi ke Nodus Limfatikus Mediastinal (NLM) melalui gradien kemokin CCL19/21 (Shaler et al., 2012). Di NLM, sel dendritik mengaktivasi sel T naïve CD4+ menjadi sel Th CD4+ dan mensekresikan sitokin yang berperan dalam polarisasi sel Th CD4+ (Mihret, 2012). Sekresi sitokin IL-12, IL-23, IL-27, IL-18, IFNα, dan IFN-β oleh sel dendritik memacu polarisasi sel Th CD4+ menjadi
4 8 sel Th1 yang menghasilkan sitokin IL-2, IFN-γ, dan TNF-α (Cooper et al., 2011; de Jong et al., 2005; Fallahi et al., 2012). Sitokin IFN-γ akan mengaktivasi sel makrofag yang terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis dan menginduksi maturasi fagosom-lisosom, peningkatan ekspresi MHC kelas II, dan produksi substansi toksik seperti Reactive Oxygen Substances (ROS) dan Reactive Nitrogen Intermediates (RNI) (Shaler et al., 2012). Sel makrofag yang teraktivasi akan menghasilkan sitokin IL-12 yang menginduksi sel Th1 untuk memproduksi lebih banyak sitokin IFN-γ (Flynn et al., 2011). Sekresi sitokin IL-4 dan CCL-2 oleh sel dendritik akan menyebabkan polarisasi sel Th CD4+ menjadi sel Th2 yang menghasilkan sitokin IL-4, IL-5, IL-6, IL-10, dan IL-13 (de Jong et al., 2005; Fallahi et al., 2012). Sel Th 2 pada infeksi TB menyebabkan penurunan repons sel Th1 sehingga mengganggu imunitas seluler melawan bakteri Mycobacterium tuberculosis (da Silva et al., 2015). Sel dendritik juga memiliki kemampuan untuk presentasi silang (cross-presentation) antigen dari luar melalui molekul MHC kelas I (Klechevsky, 2015). Proses tersebut berperan penting dalam aktivasi sel T naïve CD8+ menjadi sel T cytotoxic CD8+ (Klechevsky, 2015). Sel T cytotoxic CD8+ mampu membunuh secara langsung sel makrofag yang terinfeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis melalui sekresi granul yang mengandung molekul sitotoksik seperti perforin, granzymes, dan granulysin (Saeidi et al., 2015; Yasui, 2014). Sel T cytotoxic CD8+ dapat menginduksi apoptosis sel yang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis
5 9 melalui interaksi Fas ligand (FasL) - Fas receptor (FasR) (Etna et al., 2014). Sel T cytotoxic CD8+ juga memproduksi sitokin IFN-γ namun dalam jumlah sedikit (Etna et al., 2014). 3. Peran Sitokin Interferon-Gamma (IFN-γ) pada Infeksi Tuberculosis (TB) Sitokin IFN-γ merupakan salah satu sitokin yang berkontribusi penting dalam respons imunitas terhadap infeksi intraseluler bakteri Mycobacterium tuberculosis terutama dalam aktivasi sel makrofag dan induksi fungsi microbicidal sel makrofag (Cavalcanti et al., 2012). Sitokin IFN-γ dihasilkan terutama oleh sel Th1 CD4+ (Jurado et al., 2012). Sitokin IFN-γ memacu polarisasi fenotip M1 sel makrofag (classical M1 activation) yang ditandai dengan ekspresi yang tinggi dari sitokin proinflamasi, produksi yang tinggi dari RNI dan ROS, peningkatan respons sel Th1, dan peningkatan aktivitas microbicidal sel makrofag (Shaler et al., 2012; Sica dan Mantovani, 2012). Fenotip M1 sel makrofag tersebut dilaporkan berkontribusi dalam pertahanan terhadap infeksi intraseluler seperti pada fase awal infeksi Mycobacterium tuberculosis (Sica dan Mantovani, 2012). Sitokin IFN-γ mampu meningkatkan presentasi antigen MHC kelas I dan kelas II sehingga meningkatkan kemampuan sel imun untuk mengenali dan merespons patogen (Smith dan Denning, 2014). Sitokin IFN-γ juga berkontribusi dalam diferensiasi sel T CD4+ menjadi sel T efektor Th1 yang berperan sebagai mediator dalam infeksi intraseluler (Cavalcanti et al., 2012; Smith dan Denning, 2014).
6 10 Secara umum, respons spesifik produksi sitokin IFN-γ terhadap stimulasi antigen Mycobacterium tuberculosis digunakan sebagai penanda proteksi sistem imun melawan infeksi Mycobacterium tuberculosis (Mzinza et al., 2015). Respons produksi sitokin IFN-γ PBMC dilaporkan meningkat selama awal pengobatan pada pasien dengan infeksi TB yang menandakan adanya peningkatan respons imunitas seluler (Mensah et al., 2014). Produksi sitokin IFN-γ pasien TB dapat diamati pada pengukuran sitokin IFN-γ di serum pasien limfadenitis TB dimana sitokin IFN-γ dilaporkan lebih tinggi pada pasien TB dibandingkan dengan kontrol sehat (Mustafa et al., 2015). 4. Produksi Sitokin Interferon-Gamma (IFN-γ) pada Pasien Multidrug- Resistant Tuberculosis (MDR-TB) Produksi sitokin IFN-γ PBMC dilaporkan mengalami penurunan pada pasien dengan infeksi MDR-TB (Tan et al., 2012). Infeksi MDR-TB diketahui menyebabkan peningkatan populasi sel T regulatori (Treg) CD8+ (sel CD8+ CD25+ Foxp3+) dan sel Treg CD4+ (sel CD4+ CD25+ Foxp3+) di PBMC (Geffner et al., 2009). Sel Treg tersebut, pada pasien TB, dilaporkan menekan fungsi efektor PBMC dengan meningkatkan ekspresi sitokin IL-10, menghambat ekspresi sitokin IFN-γ, dan menghambat degranulasi sel T cytotoxic CD8+ (Geffner et al., 2009). Peningkatan level IL-10, peningkatan frekuensi sel CD4+ CD25+ FoxP3+, dan gangguan produksi sitokin IFN-γ juga dilaporkan pada PBMC pasien MDR-TB yang diinduksi early secreted antigenic target 6
7 11 (ESAT-6) (Pinheiro et al., 2013). Selain itu, jumlah populasi sel CD4+ IFN-γ+ di PBMC mengalami penurunan pada infeksi MDR-TB (Pinheiro et al., 2013). Peningkatan level sitokin IL-10 dan sel CD4+ CD25+ FoxP3+, serta penurunan sel CD4+ IFN-γ+ diduga berperan dalam gangguan produksi sitokin IFN-γ pada pasien MDR-TB (Pinheiro et al., 2013). 5. Gambaran Klinis Infeksi Multidrug-Resistant Tuberculosis (MDR-TB) Kavitas paru terbentuk sebagai akibat dari proses imunopatologi post primary TB (Bolursaz et al., 2014; Hunter, 2011; Hunter et al., 2014). Kavitas paru berawal dari suatu area caseous pneumonia yang mengalami perlunakan dan fragmentasi (Hunter, 2011; Hunter et al., 2014). Jaringan yang mengalami perlunakan dan fragmentasi tersebut dibatukkan sehingga terbentuk suatu lesi kavitas (Hunter, 2011; Hunter et al., 2014). Setelah mengalami proses maturasi, kavitas paru menjadi tempat yang ideal untuk berkembangnya bakteri Mycobacterium tuberculosis dalam jumlah yang besar (Hunter, 2011; Hunter et al., 2014). Kavitas paru yang telah matur dilaporkan berkaitan dengan kegagalan sel imun dalam eradikasi bakteri yang ditunjukkan dengan peningkatan sel Treg Foxp3+ dalam kavitas paru (Hunter, 2011). Kavitas paru dilaporkan meningkatkan risiko terjadinya infeksi MDR-TB (Mulu et al., 2015). Adanya kavitas paru juga dilaporkan meningkatkan risiko terjadinya resistensi didapat (acquired resistance) pasien MDR-TB selama pengobatan dengan OAT lini kedua (Kempker et
8 12 al., 2015). Tingginya bacterial load di dalam kavitas paru, replikasi Mycobacterium tuberculosis yang cepat akibat tingginya oksigenasi dalam kavitas paru, berkurangnya paparan terhadap respons imunitas pasien, dan rendahnya penetrasi OAT ke dalam jaringan fibrosis dinding kavitas menjadikan kavitas paru sebagai tempat yang ideal untuk terjadinya resistensi didapat (acquired resistance) (Kempker et al., 2015, Mulu et al., 2015). Adanya kavitas paru berkaitan dengan waktu konversi kultur yang lebih lama (Basit et al., 2014; Brust et al., 2013) dan penurunan kemungkinan sembuh (Siqueira et al., 2009). Pada pasien MDR-TB dengan kavitas paru, terdapat proporsi sel Treg CD4+ CD25+ FoxP3+ yang lebih tinggi pada sirkulasi darah perifer dibanding dengan kelompok kontrol sehat, sehingga menurunkan produksi sitokin IFN-γ (Wu et al., 2010). Keparahan kavitas pada pasien TB paru dilaporkan berkaitan dengan penurunan respons produksi sitokin IFN-γ di sirkulasi darah perifer (Fan et al., 2015). Pasien dengan lesi kavitas paru yang berat (diameter kavitas > 3 cm atau jumlah kavitas > 3) dilaporkan mengalami penurunan respons produksi IFN-γ PBMC yang signifikan dibanding dengan kelompok pasien yang memiliki lesi paru ringan dan tanpa kavitas paru (Fan et al., 2015).
9 13 B. Kerangka Pemikiran Post primary TB Kavitas paru Peningkatan mycobacterial load dalam kavitas Peningkatan replikasi bakteri Mycobacterium tuberculosis Penurunan penetrasi obat ke dalam dinding kavitas paru Penurunan paparan terhadap respons imunitas pasien Infeksi MDR-TB Peningkatan populasi sel Treg CD4+ di PBMC Peningkatan produksi sitokin IL-10 PBMC Penurunan populasi sel CD4+ IFN-γ+ di PBMC Penurunan produksi sitokin IFN-γ plasma Mycobacterial load dalam sputum meningkat Peningkatan keparahan kavitas paru Waktu konversi sputum lebih lama Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Level Sitokin IFN-γ dan Gambaran Klinis Pasien MDR-TB RSUD Dr. Moewardi di Surakarta
BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) masih menjadi salah satu masalah kesehatan dunia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi salah satu masalah kesehatan dunia, dimana 2-3 milyar penduduk dunia diperkirakan telah terinfeksi TB (World Health Organization, 2015).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Terjadinya diabetes melitus ini
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diabetes melitus (DM) yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit kencing manis adalah kelainan metabolisme yang disebabkan oleh banyak faktor dengan gejala
Lebih terperinciBAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur
BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur immunitas, inflamasi dan hematopoesis. 1 Sitokin adalah salah satu dari sejumlah zat yang disekresikan oleh
Lebih terperinciIMUNITAS HUMORAL DAN SELULER
BAB 8 IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER 8.1. PENDAHULUAN Ada dua cabang imunitas perolehan (acquired immunity) yang mempunyai pendukung dan maksud yang berbeda, tetapi dengan tujuan umum yang sama, yaitu mengeliminasi
Lebih terperinciMekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang
Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) complex (Isbaniyah et al., 2011;
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) complex (Isbaniyah et al., 2011; World Health Organization,
Lebih terperinciTuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi
LOGO Pendahuluan Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi Kasus baru didunia : 8,6 juta & Angka kematian : 1,3 juta
Lebih terperinciSEL SISTEM IMUN SPESIFIK
SEL SISTEM IMUN SPESIFIK Diana Holidah Bagian Farmasi Klinik dan Komunitas Fakultas Farmasi Universitas Jember Components of the Immune System Nonspecific Specific Humoral Cellular Humoral Cellular complement,
Lebih terperinciBAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN
BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN Sel yang terlibat dalam sistem imun normalnya berupa sel yang bersirkulasi dalam darah juga pada cairan lymph. Sel-sel tersebut dapat dijumpai dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV) tipe tertentu dengan kelainan berupa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondiloma akuminata (KA) merupakan infeksi menular seksual yang disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV) tipe tertentu dengan kelainan berupa fibroepitelioma pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhasil mencapai target Millenium Development Goal s (MDG s), peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menjadi tantangan global. Meskipun program pengendalian TB di Indonesia telah berhasil mencapai target
Lebih terperinciCATATAN SINGKAT IMUNOLOGI
CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tiga jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,
Lebih terperinciulangan pada tiap perlakuan. Pada penelitian ini dilakuan sebanyak 6 kali ulangan.
Hasil dari perhitungan rumus di atas diperoleh nilai minimal 3 kali ulangan pada tiap perlakuan. Pada penelitian ini dilakuan sebanyak 6 kali ulangan. 3.6. Analisis Data Data-data yang diperoleh adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Kim et al., 2009). Tuberkulosis pada umumnya terjadi di paru-paru
Lebih terperinciPATOGENESIS DAN RESPON IMUN TERHADAP INFEKSI VIRUS. Dr. CUT ASMAUL HUSNA, M.Si
PATOGENESIS DAN RESPON IMUN TERHADAP INFEKSI VIRUS Dr. CUT ASMAUL HUSNA, M.Si PATOGENESIS INFEKSI VIRUS Port d entree Siklus replikasi virus Penyebaran virus didalam tubuh Respon sel terhadap infeksi Virus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Endometriosis merupakan salah satu penyakit ginekologi yang sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan (sel-sel kelenjar dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Triple burden disease yang tengah dihadapi Indonesia menimbulkan sejumlah permasalahan. Masalah yang timbul bukan hanya seputar mewabahnya penyakit menular baru,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mencit terinfeksi E. coli setelah pemberian tiga jenis teripang ditunjukkan pada
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Data hasil penelitian jumlah netrofil yang menginvasi cairan intraperitoneal mencit terinfeksi E. coli setelah pemberian tiga jenis teripang ditunjukkan
Lebih terperinciImunitas Innate dan Adaptif pada Kulit Adapted from Fitzpatrick s Dermatology in General Medicine, 8th Edition
0 Imunitas Innate dan Adaptif pada Kulit Adapted from Fitzpatrick s Dermatology in General Medicine, 8th Edition Penerjemah : Oki Suwarsa Reyshiani Johan ISBN : Halaman dan Ukuran Buku : 1-40; 18,2x25,7
Lebih terperinciRespon imun adaptif : Respon humoral
Respon imun adaptif : Respon humoral Respon humoral dimediasi oleh antibodi yang disekresikan oleh sel plasma 3 cara antibodi untuk memproteksi tubuh : Netralisasi Opsonisasi Aktivasi komplemen 1 Dua cara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum diketahui. Penyakit ini tidak mengancam jiwa, namun lesi kulit yang terjadi menimbulkan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam)
BAB V PEMBAHASAN 1. Kemampuan fagositosis makrofag Kemampuan fagositosis makrofag yang dinyatakan dalam indeks fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam) lebih tinggi dibandingkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Sumber infeksi TB kebanyakan melalui udara, yaitu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Sumber infeksi TB kebanyakan melalui udara, yaitu melalui inhalasi
Lebih terperinci2 Sebutkan macam-macam klas sel limfosit dan apa fungsi dasar masingmasing limfosit tersebut
TUGAS IMUNOLOGI DASAR TUGAS I : CELLS AND TISSUE IN THE IMMUNE SYSTEM 1 Sebutkan jaringan dan sel yang terlibat dalam system imun Jaringan yang terlibat dalam system imun adalah : a. Primer Bone Marrow
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga
54 BAB VI PEMBAHASAN Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga berperan sebagai Immunological recovery pada saat memulai terapi ARV sehingga dapat memaksimalkan respon
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinis yang khas berupa plak eritematosa berbatas tegas dalam berbagai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Psoriasis vulgaris adalah suatu penyakit peradangan kulit kronis, dengan gejala klinis yang khas berupa plak eritematosa berbatas tegas dalam berbagai ukuran yang ditutupi oleh
Lebih terperinciFIRST LINE DEFENCE MECHANISM
Pengertian Sistem Pertahanan Tubuh Pertahanan tubuh adalah seluruh sistem/ mekanisme untuk mencegah dan melawan gangguan tubuh (fisik, kimia, mikroorg) Imunitas Daya tahan tubuh terhadap penyakit dan infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) dan AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV. AIDS didefinisikan
Lebih terperinci7.2 CIRI UMUM SITOKIN
BAB 7 SITOKIN 7.1 PENDAHULUAN Defnisi: Sitokin adalah senyawa protein, dengan berat molekul kira-kira 8-80 kda, yang merupakan mediator larut fase efektor imun natural dan adaptif. Nama dari sitokin bermacam-macam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berkembang, yang memiliki kasus TB terbanyak. Negara-negara ini menyumbangkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB) masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian di dunia. TB Global Report 2011 melaporkan terdapat 22 negara, terutama negara berkembang, yang
Lebih terperinciMEKANISME FAGOSITOSIS. oleh: DAVID CHRISTIANTO
MEKANISME FAGOSITOSIS oleh: DAVID CHRISTIANTO 136070100011013 PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016 1 DAFTAR ISI SAMPUL... 1 DAFTAR ISI... 2 BAB I. PENDAHULUAN...
Lebih terperinciTahapan Respon Sistem Imun Respon Imune Innate Respon Imunitas Spesifik
Tahapan Respon Sistem Imun 1. Deteksi dan mengenali benda asing 2. Komunikasi dengan sel lain untuk merespon 3. Rekruitmen bantuan dan koordinasi respon 4. Destruksi atau supresi penginvasi Respon Imune
Lebih terperinciPENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi,
PENGETAHUAN DASAR IMUNOLOGI KULIT Dr. Ariyati Yosi, SpKK PENDAHULUAN Kulit: end organ banyak kelainan yang diperantarai oleh proses imun kulit berperan secara aktif sel-sel imun (limfoid dan sel langerhans)
Lebih terperinciBAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS MN / PMN LPS. NLRP3 ASC Adaptor protein OLIGOMERASI INFLAMMASOME. IL-1β SEPSIS SURVIVAL
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Konseptual dan Hipotesis LPS CD14 TLR 4 TRAF poliubikuitinisa IKK MN / PMN LPS EKSTRA SEL SITOSOL Degradasi IKB NFƙB aktif Migrasi ke dalam nukleus NLRP3
Lebih terperinciMEKANISME RESPON IMUN TERHADAP KANKER PAYUDARA
MEKANISME RESPON IMUN TERHADAP KANKER PAYUDARA Penyusun : 1. Tiara Fenny Santika (1500023251) 2. Weidia Candra Kirana (1500023253) 3. Ratih Lianadewi (1500023255) 4. Muna Marzuqoh (1500023259) 5. Luay
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Atopi berasal dari bahasa Yunani yaitu atopos, yang memiliki arti tidak pada
4 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Atopi dan uji tusuk kulit Atopi berasal dari bahasa Yunani yaitu atopos, yang memiliki arti tidak pada tempatnya dan sering digunakan untuk menggambarkan penyakit yang diperantarai
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah
BAB VI PEMBAHASAN Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cedera ginjal akut (Acute Kidney Injury / AKI) memiliki insidensi yang terus meningkat setiap tahunnya
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Cedera ginjal akut (Acute Kidney Injury / AKI) memiliki insidensi yang terus meningkat setiap tahunnya (Cerda et al., 2008). Berbagai macam strategi pencegahan telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh. Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan didapat terutama di paru atau berbagai organ tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepsis merupakan kondisi yang masih menjadi masalah kesehatan dunia karena pengobatannya yang sulit sehingga angka kematiannya cukup tinggi. Penelitian yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kejadian kanker kulit sekitar 3,5 juta kasus pertahun, dimana basal cell carcinoma merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dari keseluruhan kejadian kanker, kanker kulit (melanoma dan non melanoma) meliputi separuh dari kasus kanker. 1,2 Di Amerika Serikat, pada tahun 2012 diperkirakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama di Asia dan Afrika. Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyebab utama kesakitan dan kematian didunia terutama di Asia dan Afrika. Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah tersedia tapi sampai saat ini
Lebih terperinciMENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS
MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang paling sering mengenai organ paru-paru. Tuberkulosis paru merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 8,7% di tahun 2001, dan menjadi 9,6% di tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Asma merupakan penyakit kronik yang sering ditemukan dan merupakan salah satu penyebab angka kesakitan pada anak di seluruh dunia. Di negara maju dan negara berkembang
Lebih terperinciTESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Biomedik
HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN N-ACETYLCYSTEINE (NAC) DENGAN KADAR GLUTATHIONE (GSH), INTERFERON GAMMA (IFN-γ) DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PENDERITA TB PARU TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria masih menjadi masalah kesehatan di dunia baik di negara maju maupun di negara berkembang. Penyakit malaria telah menjangkiti 103 negara di dunia. Populasi orang
Lebih terperinciMigrasi Lekosit dan Inflamasi
Migrasi Lekosit dan Inflamasi Sistem kekebalan bergantung pada sirkulasi terusmenerus leukosit melalui tubuh Untuk Respon kekebalan bawaan - berbagai limfosit, granulosit, dan monosit dapat merespon Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kusta merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih mendapatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kusta merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih mendapatkan perhatian khusus dari Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), terutama di negara-negara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang masih menjadi permasalahan di dunia kesehatan hingga saat ini. Dalam situasi TB di dunia yang memburuk dengan meningkatnya
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. respon terhadap stres adalah hippocampus. Hippocampus merupakan bagian dari
14 BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tantangan yang terjadi di masyarakat pada saat ini dapat mengakibatkan stres pada manusia(garciá et al., 2008). Organ yang berperan penting dalam respon terhadap
Lebih terperinciserta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam tubuh manusia, sistem imun sangat memegang peranan penting dalam pertahanan tubuh terhadap berbagai antigen (benda asing) dengan memberantas benda asing tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari populasi dunia telah terinfeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Gejala utama adalah batuk selama 2 minggu atau lebih, batuk disertai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hanya dari segi medis namun juga psikososial, sedangkan bagi masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit infeksi kronis yang hingga saat ini masih menimbulkan permasalahan yang bersifat kompleks baik bagi penderita maupun masyarakat.
Lebih terperinciKONSEP DASAR IMUNOLOGI
KONSEP DASAR IMUNOLOGI Oleh : DR. I Ketut Sudiana,MS Staf Pengajar : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Program Pascasarjana Universitas Airlangga TUJUAN DARI PENULISAN INI ADALAH UNTUK MEMBANTU
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Rinitis alergi adalah gangguan fungsi hidung akibat inflamasi mukosa hidung yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rinitis alergi adalah gangguan fungsi hidung akibat inflamasi mukosa hidung yang diperantarai IgE yang terjadi setelah mukosa hidung terpapar alergen. 1,2,3 Penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah atopik pertama kali diperkenalkan oleh Coca (1923), yaitu istilah yang dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat alergi/hipersensitivitas
Lebih terperinciGASTROPATI HIPERTENSI PORTAL
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka konseptual VIRUS SEL KUFFER SIMVASTATIN NFkβ IL 6 TNF α IL 1β TGF β1 HEPATOSIT CRP FIBROSIS ECM D I S F U N G S I E N D O T E L KOLAGEN E SELEKTIN inos
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global. yang utama. Penyakit infeksi ini menyerang jutaan manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global yang utama. Penyakit infeksi ini menyerang jutaan manusia tiap tahun dan menduduki peringkat nomor dua penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen, misalnya bakteri, virus, jamur, fungus, protozoa dan parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai saluran cerna. Diagnosis demam tifoid bisa dilakukan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna. Diagnosis demam tifoid bisa dilakukan dengan melihat gejala klinis berupa demam,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. pemeriksaan dahak penderita. Menurut WHO dan Centers for Disease Control
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Aspek Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Penularan TB tergantung dari lamanya kuman TB berada dalam suatu ruangan, konsentrasi kuman TB di udara serta lamanya menghirup udara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons, mencangkup beberapa komponen inflamasi, berpengaruh terhadap penyembuhan dan nyeri pascabedah.sesuai
Lebih terperinciBAB 6 PEMBAHASAN. lengkap baik dari segi farmakologi maupun fitokimia. Pemanfaatan Phaleria macrocarpa ini
BAB 6 PEMBAHASAN Phaleria macrocarpa merupakan salah satu tanaman obat tradisional Indonesia yang mempunyai efek anti kanker, namun masih belum memiliki acuan ilmiah yang cukup lengkap baik dari segi farmakologi
Lebih terperinciSISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)
SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem imun berfungsi dalam mempertahankan kondisi tubuh terhadap benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus dan parasit. Sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi yang kompleks terhadap agen penyebab jejas, seperti mikroba dan kerusakan sel. Respon inflamasi berhubungan erat dengan proses penyembuhan,
Lebih terperinciPengenalan antigen :
Pengenalan antigen : Immunoglobulin & Reseptor Sel T 1 Immunoglobulin Merupakan molekul glikoprotein terdapat pada serum dan carian tubuh semua hewan mamalia Sebagian berikatan dengan sel B, yang lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komplikasi berbahaya hingga kematian (Depkes, 2015). milyar orang di dunia telah terinfeksi bakteri M. tuberculosis.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular langsung yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia sekarang mengalami penderitaan akibat dampak epidemik dari berbagai penyakit penyakit akut dan kronik yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir tahun 2015, United Nation Program on HIV/AIDS (UNAIDS) melaporkan bahwa secara global sekitar 36.7 juta orang hidup dengan HIV dan 2.1 juta orang baru terinfeksi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum HIV/AIDS HIV merupakan virus yang menyebabkan infeksi HIV (AIDSinfo, 2012). HIV termasuk famili Retroviridae dan memiliki genome single stranded RNA. Sejauh ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis alergika merupakan suatu penyakit yang sering kita jumpai di masyarakat yang dikenal juga sebagai dermatitis atopik (DA), yang mempunyai prevalensi 0,69%,
Lebih terperinciLAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 Kedokteran Umum
PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS KOMBINASI HERBAL A, B DAN C TERHADAP KAPASITAS PRODUKSI INTERFERON GAMMA (IFN-γ) DAN INTERLEUKIN 4 (IL-4) PADA MENCIT BALB/C LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada lapisan lambung. Berbeda dengan dispepsia,yang bukan merupakan suatu diagnosis melainkan suatu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Patofisiologi stroke non hemoragik Kerusakan otak pada stroke non hemoragik diakibatkan oleh neuron yang mengalami iskemik. Daerah lesi jaringan otak pada serangan stroke non
Lebih terperinciSISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII
SISTEM IMUN Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM KEKEBALAN TUBUH Imunologi : Ilmu yang mempelajari cara tubuh melindungi diri dari gangguan fisik, kimiawi, dan biologis. . SISTEM IMUN INNATE : Respon
Lebih terperinciPADA SEL MAKROFAG JARINGAN LUKA PASCA PENCABUTAN GIGI PADA
Secretory Leukocyte Protease Inhibitor (SLPI) MENURUNKAN ESKPRESI IL-1β MELALUI PENGHAMBATAN EKSPRESI SELULER NF-Kβ PADA PADA SEL MAKROFAG JARINGAN LUKA PASCA PENCABUTAN GIGI PADA Rattus Novergicus ABSTRAK
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian yang utama khususnya di negara-negara berkembang. 1 Karena itu TB masih merupakan masalah kesehatan
Lebih terperinciImmunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age
Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Dr. Nia Kurniati, SpA (K) Manusia mempunyai sistem pertahanan tubuh yang kompleks terhadap benda asing. Berbagai barrier diciptakan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis complex. Tuberkulosis di Indonesia merupakan masalah utama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker kolorektal merupakan kanker tersering kedua di negara negara barat, dan menyebabkan 55.000 kematian penduduk Amerika Serikat pada tahun 2005 (Gommeaux et al.,
Lebih terperinciD. Kerangka Teori E. Kerangka Konsep F. Hipotesis... 36
vi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR SINGKATAN... x INTISARI... xi ABSTRACT...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah. Demam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Demam tifoid adalah penyakit sistemik akut akibat infeksi Salmonella typhi. Demam tifoid masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting di Indonesia, penyakit
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengaruh dari formula ekstrak herbal terhadap sistem imunitas tubuh ayam dapat diperoleh dengan melihat aktivitas dan kapasitas makrofag peritoneum ayam yang telah ditantang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi penyakit endemis di beberapa daerah tropis dan subtropis dunia. Pada tahun 2006, terjadi 247 juta kasus malaria,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. paru dan organ tubuh lain akibat infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis(m.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang menyerang organ paru dan organ tubuh lain akibat infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis(m. tuberculosis). World
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit infeksius. yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina.
1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit infeksius disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina. Penyakit menjadi penyakit endemis di negara-negara tropis, salah penyertanya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola makan modern yang banyak mengandung kolesterol, disertai intensitas makan yang tinggi, stres yang menekan sepanjang hari, obesitas dan merokok serta aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. sering dikeluhkan oleh masyarakat Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Rumah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penyakit gigi dan mulut termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit yang sering dikeluhkan oleh masyarakat Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Infeksi dengue masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Infeksi dengue disebabkan oleh virus DEN 1,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar tuberkulosis menyerang organ paru-paru, namun bisa juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat yang utama di dunia. Mycobacterium tuberculosis,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di dunia. Mycobacterium tuberculosis, agen penyebab TB yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara menempati urutan pertama pada wanita setelah kanker leher
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kanker payudara menempati urutan pertama pada wanita setelah kanker leher rahim. Di Indonesia 96% tumor payudara justru dikenali oleh penderita itu sendiri sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu formula yang diberikan kepada bayi sebagai pengganti ASI, kerap kali memberikan efek samping yang mengganggu kesehatan bayi seperti alergi. Susu formula secara
Lebih terperinci