BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya. Pendidikan juga merupakan suatu hal yang sangat spesifik untuk mengukur tingkat kemajuan suatu bangsa. Dalam rangka membangun sistem pendidikan yang baik, tidak dapat dilepaskan dari keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran secara nasional dapat dilakukan dengan pengembangan kurikulum. Peningkatan sarana dan fasilitas pembelajaran serta dilakukan penelitian yang inovatif terhadap metode-metode dan pendekatan pembelajaran maupun pengembangan perangkat pembelajaran. Pengembangan perangkat pembelajaran merupakan suatu usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan. Berbicara mengenai proses pembelajaran salah satunya adalah cabang ilmu di dalamnya adalah IPA. Ilmu Pengetahuan Alam tidak hanya dapat penguasaaan pengetahuan yang berupa fakta fakta, konsep konsep, atau prinsip prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Siswa diharapkan dapat mengembangkan lebih lanjut penerapannya dalam kehidupan sehari hari.

2 2 Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat agar siswa dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 22, 2006). Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomer 22 tahun 2006, kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karena itu kimia mempunyai karakteristik yang sama dengan IPA. Karakteristik tersebut meliputi objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta kegunaannya. Proses pembelajaran dan pengajaran di sekolah seringkali membuat kita kecewa, apalagi bila dikaitkan dengan pemahaman siswa tentang materi ajar. Dari hasil studi intensif Direktorat Dikmenum ( ) mengenai pola pembelajaran dan pemahaman SMA sesuai dengan tuntutan kurikulum. Studi tersebut menyimpulkan bahwa pembelajaran di SMA cenderung text book oriented dan tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Berdasarkan kenyataan di SMA Panca Bhakti Magetan selama proses pembelajaran berlangsung, siswa cenderung diam, menyalin dan kurang merespon apa yang diajukan guru, sehingga belum menunjukkan kelancaran siswa dalam menguasai materi baik secar kognitif, afektif, juga spikomotor. Saat praktikum berlangsung siswa hanya terfokus pada pengambilan data. Kenyataan lain siswa cenderung menghafalkan satu jawaban yang benar dan belum dapat mengaitkannya dengan materi yang sedang dibahas sehingga siswa kesulitan memahami konsep-konsep kimia serta kaitannya dengan permasalahan dalam penerapan konsep di kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan oleh banyak

3 3 faktor, baik dari dalam atau luar seperti pengajar, situasi kelas dan kondisi social dari aspek aspek yang ada di sekolah. (Heri S, 2005: 5) Hal itu didukung oleh fakta bahwa rata-rata nilai ujian akhir atau ulangan siswa SMA di Indonesia pada mata pelajaran kimia untuk beberapa tahun terakhir selalu rendah. Berikut nilai rata-rata nilai ulangan harian kimia materi koloid kelas X pada Sekolah Menengah Atas ( SMA ) Panca Bhakti Magetan. Berikut disajikan daftar nilai ulangan harian dari beberapa tahun terakir. Tabel 1.1 Rata-Rata Nilai Ulangan Harian Materi Koloid Siswa SMA PANCA BHAKTI Tahun Pelajaran Rata-rata Nilai Ulangan Harian 2006/ / / ,00 5,75 6,50 Berdasarkan Tabel 1.1, dapat kita lihat bahwa dari tiga tahun terakhir ratarata nilai ulangan harian kimia materi koloid siswa dalam kimia sangat kurang dan berada di bawah batas ketuntasan minimal (5,00) untuk Tahun Ajaran 2006/ 2007 (5,75 ) untuk Tahun Ajaran 2007/ 2008 ; (6,50) untuk Tahun Ajaran 2007/ 2008 Penyebab universal atas masih rendahnya mutu pendidikan Kimia yang secara umum diterima oleh para siswa adalah kurangnya kepahaman siswa dan kondisi pembelajaran yang kurang memperhatikan prakonsepsi yang dimiliki siswa. Penyebabnya mungkin karena para guru kimia mengajar berdasarkan asumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke

4 4 pikiran siswa. Dengan asumsi tersebut mereka memfokuskan diri pada upaya penuangan pengetahuan ke dalam kepada para siswa nya ( Sadia, 1997:1 ). Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka langkah selanjutnya adalah bagaimana seorang guru dapat mengatur kegiatan pembelajaran siswa yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan hasil prestasi belajar baik didalam maupun di luar kelas. Dengan demikian, guru dituntut harus pandai dalam memilih dan menggunakan metode mengajar yang tepat. Pengertian atau pemahaman yang dimaksud tersebut, pemahaman siswa terhadap dasar kualitatif di mana fakta-fakta saling berkaitan dan kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan tersebut dalam situasi yang baru. Siswa memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagaimana biasa mereka diajarkan, yaitu menggunakan segala sesuatu yang abstrak dan metode ceramah. Mereka sangat butuh untuk memahami konsep-konsep yang berhubungan dengan tempat kerja dan masyarakat pada umumnya, dimana mereka akan hidup dan bekerja. Perlu disadari bahwa program pembelajaran bukanlah sekedar rentetan topik atau pokok bahasan, tetapi sesuatu yang harus dipahami oleh siswa dan dapat dipergunakan untuk kehidupannya ( Rustana, 2002: 10) Salah satu komponen yang menentukan keberhasilan upaya pendidikan adalah ketersediaan perangkat pembelajaran, prosedur pembelajaran, proses belajar mengajar. Tersedianya perangkat pembelajaran ini dapat membantu guru mempersiapkan sejumlah strategi untuk mendorong siswa menggunakan gayagaya belajar yang berbeda, sehingga dengan perencanaan yang seksama maka kebutuhan seluruh siswa dapat dipenuhi dalam kelas sains (M.Nur, 1999: 1-3)

5 5 Bidang Studi Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat. Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia SMA diarahkan untuk mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika dan energetika zat yang melibatkan ketrampilan dan penalaran. Untuk menjawab pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana tersebut, siswa harus dilibatkan secara langsung dengan peristiwa atau gejala-gejala alam. Namun pada kenyataannya, pembelajaran kimia di sekolah-sekolah masih banyak yang belum melibatkan siswa secara langsung dengan zat-zat kimia sebagai sarana untuk mengenal gejala-gejala alam tersebut. Mata pelajaran kimia juga perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik dengan pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu, pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses, kecakapan berfikir (thinking skill ) dan bertindak serta.sikap ilmiah sebagai salah satu aspek penting keterampilan hidup (life skill). Salah satu aspek kecakapan hidup ( life skill ) yang harus dimiliki siswa adalah keterampilan akademik (academic skill). Keterampilan akademik (academic skill) merupakan kemampuan berpikir ilmiah yang bersifat keilmuan. Keterampilan akademik meliputi keterampilan awal dalam melakukan identifikasi

6 6 variabel dan menjelaskan hubungannya pada suatu fenomena tertentu (identifying varibles and describing relationship among them), melaksanakan penelitian untuk membuktikan suatu gagasan atau keingintahuan (designing and implementing a research) (Samani, 2002:30). Kenyataan yang ada di lapangan juga mengambarkan bahwa aktifitas belajar juga harus mendapatkan perhatian yang maksimal Dalam materi pokok Koloid yang mempunyai karakteristik kongkrit artinya dapat dinyatakan dalam kehidupan nyata, sederhana dan tidak berbahaya dimana bisa dilakukan dan bahan bahan yang digunakan dalam kehidupan sehari hari. Sehingga bisa digunakan sebagai salah satu materi yang dapat dimodelkan pada proses belajarnya. Namun sampai sekarang guru belum memodifikasi proses pembelajaran tersebut padahal dapat dibuat menjadi lebih menyenangkan dan menarik. Kompetensi dasar yang diharapkan adalah (1) Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di sekitarnya.. (2) Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomer 22, 2006). Indikator hasil belajar yang diharapkan adalah siswa dapat menganalisis perbedaan jenis jenis koloid melalui eksperimen. Menganalisis sifat, Jenis, Kegunaan koloid melalui eksperimen masih dijabarkan menjadi sub indikator sebagai berikut: (1) mengidentifikasi masalah yang akan dipecahkan, (2) merumuskan pertanyaan yang sesuai dengan permasalahan, (3) merumuskan hipotesis, (4) merencanakan uji hipotesis dengan menentukan variabel-variabel yang terlibat dalam eksperimen, (5) memilih alat-alat yang sesuai untuk uji hipotesis, (6) melakukan

7 7 eksperimen, (7) mengumpulkan data dengan mencatat hasil pengamatan, (8) menganalisis data yang diperoleh dari eksperimen, (9) menyimpulkan hasil eksperimen, (10) melaporkan hasil eksperimen. Pencapaian sub-sub indikator di atas memerlukan berpikir tingkat tinggi, karena mengidentifikasi dan merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, dan membuat simpulan adalah termasuk keterampilan berpikir tinggi, yang masuk dalam komponen academic skills. Jika keterampilan akademik (academic skills) diantarnya kemampuan awal dan aktivitas belajar. Kemampuan awal disini adalah Kemampuan dalam artian kesanggupan, kecakapan, kekuatan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan kata awal adalah permulaan. Gagne berpendapat bahwa pengetahuan awal yang lebih rendah dari pada pengetahuan yang baru, sehingga disimpulkan bahwa kemampuan awal adalah hasil belajar yang didapat sebelum kemampuan yang lebih tinggi pada proses belajar selanjutnya. Kemampuan awal seseorang merupakan penentu keberhasilan pembelajaran berikutnya. Hal ini di asumsikan bahwa siswa yang mempunyai pengetahuan awal yang rendah sebaiknya dimantapkan dulu dalam progam remidi atau pengayaan karena akan berpengaruh pada proses belajar selanjutnya. Sedangkan bagi yang mempunyai kemempuan awal tinggi bisa dilanjutkan pada materi lain dengan bekal pra syarat yang memadai. Aktifitas belajar ini merupakan aktivitas yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Dalam hal ini aktivitas siswa meliputi: aktivitas pemecahan masalah, mendefinisikan variabel yang berhubungan dengan masalah yang dipilih, mengumpulkan informasi yang sesuai, merangkai alat untuk melakukan

8 8 eksperimen, melakukan eksperimen dan pengamatan untuk mendapatkan data dalam rangka pemecahan masalah, melakukan diskusi, mempresentasikan hasil eksperimen, memperhatikan presentasi kelompok lain dan menyimpulkan hasil eksperimen. Jika siswa tidak dilatih dalam proses pembelajaran, maka dikhawatirkan akan terjadi kegagalan hasil belajar siswa terutama dalam mengimplementasikan materi pelajaran melalui keterampilan keterampilan berpikir tersebut. Padahal academic skills merupakan fokus penekanan di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Menurut pengamatan peneliti yang kebetulan juga pengajar mata pelajaran kimia di SMA Panca Bhakti Magetan, academic skills siswa masih lemah. Perlu diketahui SMA Panca Bhakti Magetan memiliki laboratorium IPA (digunakan untuk Kimia, Fisika, dan Biologi) Laboratorium tersebut sudah digunakan sebagaimana mestinya, namun fungsi praktikum dalam meningkatkan academic skill siswa masih kurang. Akibatnya, siswa kurang bisa memaknai eksperimen yang dilakukan. Padahal melalui praktikum, siswa diharapkan mampu mengaplikasikan teori yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, keterampilan akademik (academic skill) yang berupa kemampuan awal dan aktivitas belajar siswa perlu dilatih untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memaknai eksperimen yang dilakukan. Untuk memecahkan permasalahan tersebut, maka perlu diterapkan suatu strategi pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran. Model atau strategi pembelejaran sebenarnya banyak dan beragam tergantung bagaiman proses tersebut berlangsung. Strategi belajar diantaranya

9 9 PBI, CTL, Inkuiri, Discoveri dan lain lain. Namun guru masih cenderung menggunakan pembelajaran yang konvensional dan subyek utamanya masih terfokus pada guru. Strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan tersebut adalah strategi pembelajaran inkuiri. Pembelajaran Inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subyek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu. Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontektual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkan.(trianto, 2007 :109). Dengan demikian, dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut menguasai materi pelajaran, tetapi juga harus mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Hal ini dikarenakan dalam strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan selama proses pembelajaran. Materi pokok koloid mempunyai karakteristik autentik dan kontekstual (berhubungan dengan kehidupan nyata), oleh karena itu menurut peneliti materi ini cocok apabila diajarkan dengan strategi pembelajaran inkuiri yang mempunyai karakteristik sama.

10 10 Adapun sintaks strategi pembelajaran inkuiri terdiri atas fase-fase sebagai berikut: (1) merumuskan masalah, (2) melakukan pengamatan, (3) mengajukan hipotesis, (4) melakukan eksperimen, (5) mengumpulkan data, (6) melaporkan hasil eksperimen, (7) menyimpulkan hasil eksperimen (Carin dan Sund, 1970). Untuk mendukung penerapan strategi pembelajaran inkuiri, maka harus dibuat skenario pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan skenario yang dirancang oleh guru dengan tujuan agar kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik, sesuai dengan kompetensi dasar (KD) dan indikator hasil belajar. Agar seorang guru dapat mengelola pembelajaran dan menjalankan RPP dengan baik, maka diperlukan beberapa perangkat pembelajaran berupa buku siswa, LKS (Lembar Kegiatan Siswa), dan lembar format laporan praktikum. Hal-hal yang didapat dari proses belajar disesuaikan dengan komponen academic skill berupa kemampuan awal dan aktivitas belajar siswa. Pada penelitian ini mengunakan metode eksperimen dan demonstrasi. Sebenarnya masih banyak metode lainnya seperti penugasan, diskusi, proyek dll. Namun yang paling tepat digunakan adalah eksperimen dan demonstrasi. Hal tersebut dikarenakan Metode eksperimen menurut Djamarah (2002:95) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari

11 11 kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu. Sedangkan Metode Demonstrasi ialah metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu pada siswa. Memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat di lakukan oleh guru atau anak didik itu sendiri. Metode Demonstrasi cukup baik apabila di gunakan dalam penyampaian bahan pelajaran kimia, misalnya reaksi redoks, sel volta yang nantinya akan dibandingkan keefektifitasnya dengan metode eksperimen. Oleh sebab peneliti berkesimpulan untuk memecahkan persoalan pembelajaran dengan tema pembelajaran kimia yang diterapkan menggunakan model pendekatan inkuiri. Hal tersebut dilkukan karena dengan menggunakan pembelajaran menggunakan model inkuiri siswa dipacu untuk melakukan penemuan dan di motifasi menggali potensi anak secara maksimal sehingga anak cenderung aktif dan terkesan pada prose pembelajaran sehingga konsep dasar yang seharusnya tersampaiakn dapat diterima semaksimal mungkin. Peranan metode ekperimen dan demontrasi diharapkan memberikan warna baru untuk pembelajaran sehingga anak menjadi lebih tertarik untuk belajar dan melakukan pembaharuan dalam belajar terutama materi koloid. Karena materi koloid bersifat kongkit dan cenderung aplikasi kehidupan sehari hari secara teoritis oleh karena itu pembelajaran yang cocok dengan model inkuiri melalui metode eksperimen dan demonstrasi sehingga anak akn lebih terkesan dengan pembelajarn yang dilakukan sendiri.

12 12 Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain, siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan. Perhatian anak didik dapat di pusatkan, dan poin yang di anggap penting dapat di amati oleh guru. Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang di Demonstrasikan, jadi proses anak didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain. Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar. Dapat menambah pengalaman anak didik. Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di sampaikan. Juga dapat mengurangi kesalah pahaman karna pengajaran lebih jelas dan kongkrit. Serta dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karna ikut serta berperan secara langsung. Diduga ada interaksi penggunaan pembelajaran kimia dengan pendekatan inkuiri melalui metode eksperimen dan demonstrasi dilihat kemampuan awal dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa. Dari interaksi tersebut diharapkan hasil prestasi belajar siswa menjadi lebih baik dan memuaskan. B. Identifikasi masalah 1. Kurikulum KTSP yang sekarang belum dapat dilaksanakan secara maksimal di sekolah karena kondisi dan situasi yang serba terbatas.

13 13 2. Proses pembelajaran di SMA Panca Bhakti Magetan masih menggunakan model pembelajaran yang monoton dan belum menggunakan variasi model pembelajaran. 3. Pembelajaran masih didominasi oleh keaktifan guru padahal ada beberapa metode yang bisa digunakan seperti eksperimen, demontrasi, proyek, penugasan dan lain lain. 4. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan dengan menerapkan model model pembelajaran misalnya inkuiri, discoveri, PBI, CTL, dan lain lain yang memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif, kreatif serta melatih kemandirian namun guru belum menggunakan secara variatif. 5. Terbatasnya waktu dan kurangnya fasilitas alat alat laboratorium serta tidak adanya tenaga khusus laboran merupakan kendala bagi guru untuk dapat mengembangkan model model pembelajaran. 6. Inovasi pembelajaran saat ini dirasa masih belum tepat sasaran yang ditandai dengan, penggunaan pendekatan, metode dan media pembelajaran yang kurang melibatkan siswa aktif. 7. Belum dikembangkannya alternatif pembelajaran kimia yang dapat membantu mempermudah belajar siswa, menggali kemampuan dan meningkatkan keterampilan akademik siswa. 8. Materi kimia yang diajarkan sebenarnya beragam mulai dari redoks, asam basa, hidrolisis, larutan penyangga, hasil kali kelarutan, koloid, dan lain lain, namun dalam proses pembelajaran guru belum menemukan keterkaitan antara materi tersebut dalam rangkaian suatu konsep yang sistimatis.

14 14 9. Ada beberpa faktor internal siswa diantaranya gaya belajar, sikap ilmiah, aktifitas, kreatifitas, konsep awal namun guru belum memperhatihan perbedaan hal tersebut diantara siswa. 10. Dewasa ini guru cenderung melakukan penilaian hanya aspek kognitif saja padahal penilaian harus mencakup aspek kognitif, afektif dan spikomotorik. Guru masih sering mengabaikan sumbang kritik dan saran siswa. C. Batasan Masalah 1. Penelitian pembelajaran kimia materi sistem koloid, untuk siswa kelas XI IPA sebagai subyek penelitian semester II SMA Panca Bhakti Magetan tahun ajaran 2008 / Menggunakan pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing. 3. Pembelajaran dengan metode eksperimen dan demonstrasi 4. Aspek yang diteliti meliputi ( academic skill ) yaitu berupa kemampuan awal tinggi dan rendah, aktivitas belajar siswa dibatasi oleh aktifitas belajar tinggi dan rendah sedangkan prestasi belajar yang dilihat dari ranah kognitif. 5. Materi standar kompetensi sistem koloid D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka muncul pula suatu permasalahan yaitu bagaimana pengaruh pembelajaran Inkuiri terbimbing melalui metode eksperimen dan demonstrasi ditinjau dari kemampuan awal dan aktivitas

15 15 belajar siswa siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi koloid. Maka muncul pertanyaan-pertanyaan berikut : 1. Apakah terdapat pengaruh pembelajaran kimia dengan pendekatan inkuiri melalui metode eksperimen dan demonstrasi terhadap prestasi belajar siswa? 2. Apakah terdapat pengaruh kemampuan awal siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa? 3. Apakah terdapat pengaruh pembelajaran aktifitas belajar siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa? 4. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan pembelajaran kimia dengan pendekatan inkuiri melalui metode eksperimen dan demonstrasi dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa? 5. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan pembelajaran kimia dengan pendekatan inkuiri melalui metode eksperimen dan demonstrasi dengan aktifitas belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa? 6. Apakah terdapat interaksi antara kemampuan awal dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa? 7. Apakah terdapat interaksi penggunaan pembelajaran kimia dengan pendekatan inkuiri melalui metode eksperimen dan demonstrasi kemampuan awal dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa?

16 16 E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui : 1. Pengaruh pembelajaran kimia dengan pendekatan inkuiri pada materi pokok koloid melalui metode eksperimen dan demonstrasi terhadap prestasi belajar siswa. 2. Pengaruh kemampuan siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar pada materi pokok koloid. 3. Pengaruh aktivitas belajar siswa tinggi dan aktivitas belajar siswa rendah terhadap prestasi belajar pada materi pokok koloid. 4. Interaksi penggunaan pembelajaran kimia dengan pendekatan inkuiri melalui metode eksperimen dan demonstrasi dengan` kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa. 5. Interaksi penggunaan pembelajaran kimia dengan pendekatan inkuiri melalui metode eksperimen dan demonstrasi dengan aktifitas siswa terhadap prestasi belajar. 6. Interaksi antara kemampuan awal dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa. 7. Interaksi penggunaan pembelajaran kimia dengan pendekatan inkuiri melalui metode eksperimen dan demonstrasi; kemampuan awal dan aktivitas terhadap prestasi belajar siswa

17 17 F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis a. Mengetahui alternatif model, metode pengajaran dalam upaya menggali kemampuan yang dimiliki siswa untuk meningkatkan prestasi belajar yang di dukung dengan peningkatan kemampuan awal dan aktivitas siswa dalam pembelajaran kimia b. Mengetahui pengaruh kemampuan awal dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar pada materi pokok koloid c. Mengetahui prestasi belajar kimia dilihat dari kemampuan awal dan aktivitas belajar siswa d. Mengetahui bagaimana interaksi dalam pembelajaran di kelas di kelas. 2. Manfaat Praktis a. Pada umumnya belajar di sekolah-sekolah, siswa masih diajari cara belajar dengan menghafalkan, sehingga kurang memiliki keterampilan belajar yang lain, belajar menjadi hal yang sulit, utamanya bagi siswa yang memerlukan waktu lama untuk menghafalkan suatu pelajaran. Sesuai dengan salah satu fungsi dan tujuan pembelajaran kimia, yaitu meningkatkan daya nalar untuk memecahkan masalah sehari-hari terutama yang berkaitan dengan konsep-konsep dasar kimia. b. Meningkatkan kompetensi guru dalam mengatasi masalah-masalah pembelajaran kelas, khususnya penanaman keterampilan akademik. Meningkatkan keterlibatan atau partisipasi aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran.

18 18 c. Meningkatkan kompetensi academic skill siswa berupa ketercapaian kemampuan awal yang maksimal dab aktifitas belajar yang baik sehingga mendukung prestasi hasil belajar d. Meningkatkan kemampuan siswa dalam memaknai proses belajar dengan metode eksperimen maupun demonstrasi yang dilakukan sehingga siswa dapat mengaitkan proses yang dilakukan dengan konsep materi pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang dibutuhkan manusia. Dengan pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang dibutuhkan manusia. Dengan pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal penting yang dibutuhkan manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat mengetahui dan melakukan hal baru. Pendidikan tidak hanya berorientasikan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangat membantu proses perkembangan di semua aspek kehidupan bangsa. Salah satunya adalah aspek

Lebih terperinci

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan Permendikbud No. 65 Tahun 2013 proses pembelajaran pada suatu pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi struktur, komposisi, dan sifat; dinamika, kinetika, dan energetika yang melibatkan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari siswa seringkali dihadapkan pada berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari siswa seringkali dihadapkan pada berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari siswa seringkali dihadapkan pada berbagai masalah baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat. Kemampuan siswa dalam memecahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat maju dan mengikuti perkembangan jaman. Perkembangan ini menyebabkan setiap negara harus menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau sains berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan

BAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu Negara terbesar didunia yang termasuk kategori Negara berkembang yang saat ini menempatkan pendidikan sebagai fondasi dan atau penunjang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan kondisi belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan sebuah proses transformasi menuju ke arah perbaikan, penguatan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara filsafat, pendididikan adalah proses panjang dan berkelanjutan untuk mentransformasikan peserta didik menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan penciptanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan syarat

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan syarat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan bersumber akan kebutuhan masyarakat terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana pemenuhan kebutuhan hidupnya. Pendidikan merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan penting terutama dalam kehidupan manusia karena ilmu pengetahuan ini telah memberikan kontribusi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam yang merupakan ciptaan Tuhan yang maha kuasa secara sistematis, sehingga IPA bukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang struktur, susunan, sifat dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Meningkatkan taraf mutu pendidikan di Indonesia, merupakan salah satu tugas yang harus diselesaikan dengan baik oleh setiap pendidik. Karena pendidikan merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3). 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan formal (persekolahan),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan Pemerintah Negara Indonesia salah satunya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan, khususnya di Sekolah Dasar merupakan fokus perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sekolah dasar merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang pada awalnya

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang pada awalnya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan, namun pada perkembangan selanjutnya kimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai proses belajar mengajar bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri siswa secara optimal. Pendidikan merupakan sesuatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Kimia adalah ilmu yang

I. PENDAHULUAN. dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Kimia adalah ilmu yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya (2006:2) mengatakan bahwa pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya (2006:2) mengatakan bahwa pendidikan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang mendasar yang harus dimiliki oleh manusia, karena dengan pendidikan manusia akan lebih mampu untuk mengembangkan potensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dan mutlak harus dipenuhi dalam rangka upaya peningkatan taraf hidup masyarakat. Dari pendidikan inilah diperoleh pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara

I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan alam berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan ilmu yang dipandang sebagai proses, produk, dan sikap. Untuk

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan ilmu yang dipandang sebagai proses, produk, dan sikap. Untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sains merupakan ilmu yang dipandang sebagai proses, produk, dan sikap. Untuk itu, pembelajaran kimia perlu dikembangkan berdasarkan pada hakikat kimia. Kimia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka misi pendidikan di Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, berbagai upaya dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3 bahwa pendidikan nasional bertujuan

Lebih terperinci

2 Penerapan pembelajaran IPA pada kenyataannya di lapangan masih banyak menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada gu

2 Penerapan pembelajaran IPA pada kenyataannya di lapangan masih banyak menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada gu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPA merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat di mana ia hidup, proses sosial dimana

Lebih terperinci

*keperluan Korespondensi, no. HP ABSTRAK

*keperluan Korespondensi, no. HP ABSTRAK Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 5 No. 2 Tahun 2016 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 52-58 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan tidak lepas dari kegiatan belajar dan mengajar (KBM). Salah satunya pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan tidak lepas dari kegiatan belajar dan mengajar (KBM). Salah satunya pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan tidak lepas dari kegiatan belajar dan mengajar (KBM). Salah satunya pelaksanaan pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam diharapkan menjamin pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam teknologi. Salah satu materi pokok yang terkait dengan kemampuan kimia

BAB I PENDAHULUAN. dalam teknologi. Salah satu materi pokok yang terkait dengan kemampuan kimia BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Mata pelajaran kimia di SMA/MA bertujuan untuk membentuk sikap positif pada diri peserta didik terhadap kimia yaitu merasa tertarik untuk mempelajari kimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan suatu wadah untuk membangun generasi penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep yang harus dipahami siswa. Pemahaman dan penguasaan terhadap konsep tersebut akan mempermudah siswa

Lebih terperinci

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam pandangan tradisional selama beberapa dekade dipahami sebagai bentuk pelayanan sosial yang harus diberikan kepada masyarakat. Namun demikian pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini masih tergolong sangat rendah, Menurut Kemendikbud masalah pendidikan di Indonesia tidak hanya bersumber pada persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu kimia merupakan experimental science, tidak dapat dipelajari hanya melalui membaca, menulis atau mendengarkan saja. Mempelajari ilmu kimia bukan hanya menguasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Hamid, 2009: 1). Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. (Hamid, 2009: 1). Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya sehingga dapat menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unggul dalam persaingan global. Pendidikan adalah tugas negara yang paling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unggul dalam persaingan global. Pendidikan adalah tugas negara yang paling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci utama bagi bangsa yang ingin maju dan unggul dalam persaingan global. Pendidikan adalah tugas negara yang paling penting dan sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu yang penting bagi manusia, karena melalui

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu yang penting bagi manusia, karena melalui 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang penting bagi manusia, karena melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi dirinya. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara. 1 Kegiatan belajar mengajar ini dimaksudkan sebagai sarana pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu yang mempelajari alam semesta disebut Ilmu Pengetahuan Alam (natural

I. PENDAHULUAN. Ilmu yang mempelajari alam semesta disebut Ilmu Pengetahuan Alam (natural I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu yang mempelajari alam semesta disebut Ilmu Pengetahuan Alam (natural science). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sudah diperkenalkan sejak Sekolah Dasar. IPA merupakan cabang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penguasaan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa yang akan datang. IPA berkaitan dengan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bidang yang memiliki peran penting dalam peningkatan daya saing suatu negara adalah pendidikan. Pendidikan saat ini menunjukkan kemajuan yang sangat pesat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bicara tantangan dan permasalahan pendidikan di Indonesia berarti berbicara

I. PENDAHULUAN. Bicara tantangan dan permasalahan pendidikan di Indonesia berarti berbicara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bicara tantangan dan permasalahan pendidikan di Indonesia berarti berbicara tentang pendidikan kita dewasa ini dalam perspektif masa depan. Dalam kenyataannya, pendidikan

Lebih terperinci

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang SMA adalah ilmu kimia.

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang SMA adalah ilmu kimia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang SMA adalah ilmu kimia. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat; meliputi struktur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam proses pembentukan karakter bangsa, sehingga mampu menemukan jati dirinya sebagai ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal. 1 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Setiap orang membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah bangsa yang besar bukanlah bangsa yang banyak penduduknya, tetapi bangsa yang besar adalah jika elemen masyarakatnya berpendidikan dan mampu memajukan negaranya.

Lebih terperinci

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat.

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat. PENDAHULUAN Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah dengan perbaikan sistem pendidikan. Dengan adanya perombakan dan pembaharuan kurikulum yang berkesinambungan, mulai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pembelajaran dengan memperkuat

I. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pembelajaran dengan memperkuat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pembelajaran dengan memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seberapa jauh seorang siswa atau sekelompok siswa mencapai tujuan. (Kusaeri dan Suprananto, 2012). Dalam Permendiknas Nomor 20 tahun

I. PENDAHULUAN. seberapa jauh seorang siswa atau sekelompok siswa mencapai tujuan. (Kusaeri dan Suprananto, 2012). Dalam Permendiknas Nomor 20 tahun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penilaian atau asesmen adalah suatu proses yang sistematis dan mencakup kegiatan mengumpulkan, menganalisis, serta menginterpretasikan informasi untuk menentukan seberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memerlukan inovasi-inovasi yang sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kebutuhan ilmu peserta didik tanpa mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu Kimia merupakan salah satu ilmu yang memiliki karakteristik yang sama

I. PENDAHULUAN. Ilmu Kimia merupakan salah satu ilmu yang memiliki karakteristik yang sama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Kimia merupakan salah satu ilmu yang memiliki karakteristik yang sama dengan IPA. Ilmu Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arus globalisasi yang semakin meluas mengakibatkan munculnya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan terutama lapangan kerja, dibutuhkan sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu kimia

I. PENDAHULUAN. dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu kimia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan cabang dari IPA yang mempelajari struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu kimia dibangun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mutu pendidikan. Hal ini dikarenakan kualitas mutu pendidikan menentukan

I. PENDAHULUAN. mutu pendidikan. Hal ini dikarenakan kualitas mutu pendidikan menentukan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain selain menigkatkan mutu pendidikan. Hal ini dikarenakan kualitas mutu pendidikan menentukan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempelajari pengetahuan berdasarkan fakta, fenomena alam, hasil pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempelajari pengetahuan berdasarkan fakta, fenomena alam, hasil pemikiran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan salah satu cabang dari IPA (sains) yang mempelajari pengetahuan berdasarkan fakta, fenomena alam, hasil pemikiran (produk) para ahli dan

Lebih terperinci

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN BIOLOGI KELAS VII-A SMP NEGERI 1 GESI TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI OLEH : NANIK SISWIDYAWATI X4304016 FAKULTAS

Lebih terperinci

Siti Solihah, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

Siti Solihah, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah suatu upaya untuk meningkatkan kualitas manusia agar mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Metode Demonstrasi. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Metode Demonstrasi. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk mengembangkan dan menggali potensi yang dimiliki oleh manusia untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran fisika di SMA secara umum adalah memberikan bekal. ilmu kepada siswa, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran fisika di SMA secara umum adalah memberikan bekal. ilmu kepada siswa, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembelajaran fisika di SMA secara umum adalah memberikan bekal ilmu kepada siswa, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah, dalam kaitannya dengan pendidikan sebaiknya dijadikan tempat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah, dalam kaitannya dengan pendidikan sebaiknya dijadikan tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah, dalam kaitannya dengan pendidikan sebaiknya dijadikan tempat untuk mencari, mengembangkan dan juga membekali siswa dengan berbagai kompetensi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Geografi sebagai salah satu mata pelajaran dari beberapa mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Mengah Atas (SMA). Geografi juga masuk dalam mata pelajaran yang diujikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Peradapan manusia yang terus berkembang menyebabkan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) juga terus mengalami kemajuan yang pesat. Dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga ilmu kimia bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat, setiap manusia membutuhkan pendidikan sampai kapan dan dimanapun berada. Pendidikan sangat penting artinya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekolah seharusnya tidak melalui pemberian informasi pengetahuan. melainkan melalui proses pemahaman tentang bagaimana pengetahuan itu

I. PENDAHULUAN. sekolah seharusnya tidak melalui pemberian informasi pengetahuan. melainkan melalui proses pemahaman tentang bagaimana pengetahuan itu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mencapai pendidikan berkualitas diperlukan sistem pembelajaran yang berkualitas pula. Pendidikan berkualitas dalam proses pembelajaran di sekolah seharusnya tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail dinyatakan bahwa siswa yang masuk pendidikan menengah, hampir 40 persen putus sekolah. Bahkan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi alat-alat tubuh organisme dengan segala keingintahuan. Segenap

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi alat-alat tubuh organisme dengan segala keingintahuan. Segenap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang struktur fisik dan fungsi alat-alat tubuh organisme dengan segala keingintahuan. Segenap alat-alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada pandangan umum yang mengatakan bahwa mata pelajaran matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999), matematika merupakan mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting didalam pembangunan suatu bangsa. Pendidikan yang berkualitas dapat digunakan sebagai tolak ukur yang paling mendasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat 1, Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (2006: 3) menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih kearah penanaman pengetahuan tentang konsep-konsep dasar, sebagaimana para saintis merumuskan hukum-hukum dan prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. lebih kearah penanaman pengetahuan tentang konsep-konsep dasar, sebagaimana para saintis merumuskan hukum-hukum dan prinsip-prinsip 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya merupakan syarat mutlak bagi pengembangan sumber daya manusia dalam menuju masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan dapat dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1..1 Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa. Oleh karena itu, pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

Oleh : Muhammad Abdul Wahid A

Oleh : Muhammad Abdul Wahid A UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI OPTIMALISASI PENGGUNAAN MEDIA DENGAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) SISWA KELAS XI MAN 1 SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Perkembangan arus globalisasi yang semakin cepat menuntut bangsa

BAB I. Pendahuluan. Perkembangan arus globalisasi yang semakin cepat menuntut bangsa 1 BAB I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Perkembangan arus globalisasi yang semakin cepat menuntut bangsa Indonesia untuk lebih berperan aktif dalam persaingan global. Oleh karena itu, pendidikan memegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa. Pemerintah terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, dunia pendidikan juga mengalami perubahan-perubahan ke arah yang maju. Perubahan ini ditandai dengan gejolak berbagai macam kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya belajar. Peran serta pendidikan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya belajar. Peran serta pendidikan mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya belajar. Peran serta pendidikan mempunyai prioritas penting dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak suatu penciptaan dibatasi oleh

I. PENDAHULUAN. menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak suatu penciptaan dibatasi oleh 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa, sebaliknya bagi Jean Piaget (1896) pendidikan berarti menghasilkan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1.Pengertian Belajar dan Pembelajaran Menurut Sudjana ( 1989 : 28 ) belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci utama bagi kemajuan suatu bangsa. manusia melalui peningkatan kualitas pendidikan. Undang-Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci utama bagi kemajuan suatu bangsa. manusia melalui peningkatan kualitas pendidikan. Undang-Undang Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci utama bagi kemajuan suatu bangsa. Kemajuan suatu bangsa diawali dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, yang sangat erat kaitannya

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, yang sangat erat kaitannya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu ilmu kimia yang diperoleh siswa seharusnya tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum memiliki peranan penting dalam pendidikan. Istilah kurikulum menunjukkan beberapa dimensi pengertian, setiap dimensi tersebut memiliki keterkaitan satu dengan

Lebih terperinci