Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Gas Processing. SMK / MAK Kelas XI dan XII GAS PROCESSING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Gas Processing. SMK / MAK Kelas XI dan XII GAS PROCESSING"

Transkripsi

1 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2015 Gas Processing SMK / MAK Kelas XI dan XII GAS PROCESSING i

2 DISKLAIMER (DISCLAIMER) Penulis : Editor Materi : Editor Bahasa : Ilustrasi Sampul : Desain & Ilustrasi Buku : Hak Kementrian Pendidikan & Kebudayaan Milik Negara Tidak Diperdagangkan Semua hak cipta dilindungi undang-undang, Dilarang memperbanyak (mereproduksi), mendistribusikan, atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku teks dalam bentuk apapun atau dengan cara apapun, termasuk fotokopi, rekaman, atau melalui metode (media) elektronik atau mekanis lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam kasus lain, seperti diwujudkan dalam kutipan singkat atau tinjauan penulisan ilmiah dan penggunaan non-komersial tertentu lainnya diizinkan oleh perundangan hak cipta. Penggunaan untuk komersial harus mendapat izin tertulis dari Penerbit. Hak publikasi dan penerbitan dari seluruh isi buku teks dipegang oleh Kementerian Pendidikan & Kebudayaan. ii GAS PROCESSING

3 KATA PENGANTAR Salah satu faktor penting yang harus tersedia adalah bahan pelajaran yang dapat mengoptimalkan proses belajar mengajar. Dengan tulisan ringkas ini, penulis berharap dapat membantu kelancaran dalam proses belajar mengajar.sesuai dengan jurusannya,maka disusunlah buku bahan ajar yang berjudul Gas Processing.Penulis menyadari akan segala kekurangan dan keterbatasn yang ada,oleh karenanya, saran dari semua pihak sangat kami harapkan untuk kesempurnaan tulisan ini. Mudah-mudahan dari tulisan yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi para guru dan siswa dan dapat dikembangkan sebagaimana perkembangan teknologi saat ini. Penyusun GAS PROCESSING iii

4 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i DISKLAIMER (DISCLAIMER)... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii BAB I... 1 PENDAHULUAN Pengertian Umum Persenyawaan Kimia Penggolongan Persenyawaan Organik Persenyawaan Hidrokarbon... 1 BAB II... 6 GAS Pengertian Gas Secara Umum Gas Bumi (Gas Alam) Komposisi Gas Alam Pengarus Zat-Zat Pengotor di dalam Gas Alam... 8 BAB III PEMROSESAN GAS BUMI / GAS ALAM Amine Gas Treating Proses Pengeringan Gas Proses Pemisahan (Penghilangan) Kandungan Mercury (Air Raksa) di dalam Gas Alam 25 BAB IV PROSES PEMISAHAN HIDROKARBON BERAT Pengertian Umum Tujuan Proses Distilasi Bertekanan Bahan Baku dan Hasil-Hasilnya Peralatan Utama BAB V PROSES PEMBUATAN GAS ALAM CAIR Pendahuluan Tujuan Pencairan Gas Alam iv GAS PROCESSING

5 5.3 Sifat-sifat Hidrokarbon Ringan yang Terkait dengan Proses Pencairan Metode Pencarian Gas Unit Proses Pembuatan Gas Alam Cair (LNG) BAB VI PROSES PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN STEAM REFORMING Prinsip Proses Uraian Proses Kondisi Operasi pada Reforming Furnace BAB VII PROSES PEMBUATAN GAS NITROGEN Bahan Baku Produk Prinsip Proses Peralatan utama Uraian Proses BAB VIII PROSES TERMO DINAMIKA UAP Umum BAB IX SIFAT TERMO DINAMIKA UAP Pendahuluan Keadaan Gas Istilah-Istilah Penting BAB X DASAR - DASAR KOMPRESI Kompresi Sifat-sifat Kompresi BAB XI PERSAMAAN ENERGI Proses Volume Konstan Proses Tekanan Konstan Proses Suhu Konstan (Isoternis) GAS PROCESSING v

6 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Sumur Gas Bumi... 7 Gambar 2.2. Sumur Minyak Mentah... 7 Gambar 3.1. Proses Pemisahan CO2 dan H2S dari Gas Alam dengan Larutan Amine Gambar 3.2. Mekanisme Pembentukan Hidrat Gambar 3.3. Kondisi Gas Bumi yang Jenuh dengan Uap Air Gambar 3.4. Diagram Alir Proses Glycol Gas Dehydration Gambar 3.5. Mekanisme Adsorbsi Gambar 3.6. Proses dan Regenerasi Adsorbent Gambar 3.7. Diagram Alir Proses Adsorbsi dengan Menggunakan Solid Desiccant Gambar 3.8. Diagram Alir Proses Mercury Gambar 6.1. Diagram Alir Proses Distilasi Bertekanan Gambar 6.2. Diagram Alir Proses Pembuatan LNG Gambar 6.3. Proses Pembuatan Gas Hidrogen Dengan Steam Reforming Gambar 7.1. Diagram Alir Proses Pembuatan Gas Nitrogen Gambar 8.1. Grafik Reduced Pressure Gambar 8.2. Reduced Pressure Gambar 9.1. Mekanisme Pembentukan Uap Gambar Sistem Pendingin Suction Cooling dan After Cooling vi GAS PROCESSING

7 DAFTAR TABEL Tabel 8.1. Physical Constanta Tabel 8.2. Penghitungan Pc 1 dan Tc Tabel 8.3. Penyelesaian Tabel 8.4. Penyelesaian lanjutan Tabel 8.5. Physical Constants GAS PROCESSING vii

8 viii GAS PROCESSING

9 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Umum Semua zat yang terdapat di alam adalah persenyawaan kimia, misalnya air, garam dapur, gas asam arang dan sebagainya. Persenyawaan kimia terdiri atas unsur-unsur kimia, misalnya H(Hidrogen), O(Oksigen), K(Kalium), Na(Natrium), dan sebagainya. Unsur-unsur kima membentuk persenyawaan kimia. 1.2 Persenyawaan Kimia Persenyawaan kimia ada dua golongan, yaitu: Persenyawaan Anorganik, seperti : a. H 2 O (air) b. NaCl (garam dapur) c. H 2 SO 4 (asam sulfat) dan sebagainya Persenyawaan organik, seperti : a. Hidrokarbon. b. Karbohidrat c. Lemak. d. Minyak, dan sebagainya. 1.3 Penggolongan Persenyawaan Organik Persenyawaan Organik ada dua golongan yaitu: Persenyawaan Hidrokarbon Yaitu persenyawaan yang tersusun oleh unsur hidrogen dan unsur karbon Persenyawaan bukan Hidrokarbon. 1.4 Persenyawaan Hidrokarbon Persenyawaan Hidrokarbon ada empat golongan yaitu: a. Hidrokarbon Parafin atau Alkana. b. Hidrokarbon Olefin. c. Hidrokarbon Naphthen. d. Hidrokarbon Aromatik Hidrokarbon Parafin atau Alkana Hidrokarbon Parafin dengan rumus molekul C n H 2n+2, mempunyai ciri stabilitasnya yang tinggi. Senyawa parafin ini mempunyai nama dengan akhiran an, misalnya metan, etan, propan, butan dan seterusnya. Contohcontoh senyawa parafin. GAS PROCESSING 1

10 Normal paraffin Nama Rumus Molekul Struktur Metana CH4 H H C H H Etana C2H6 H H H C C H H H Propana C3H8 H H H H C C C H H H H Butana C4H10 H H H H H C C C C H H H H H Pentana C5H1 2 H H H H H H C C C C C H H H H H H Iso paraffin Nama Rumus Molekul Struktur Iso Butana C4H10 H H H H C C C H H H H C H H IsoPentana C5H12 H H H H H C C C C H H H H C H H Hidrokarbon Olefin Hidrokarbon olefin dengan rumus molekul C n H 2n tersusun oleh senyawa hidrokarbon tidak jenuh, yang mempunyai kemampuan bereaksilangsung dengan chlorine, Bromine, tanpa menggantikan kedudukan atom hidrogen. Senyawa ini selalu menggunakan akhiran ene: Ethene (Ethylene), Propene (Propylene), Butene (Butylene), dan seterusnya. Contohcontoh senyawa olefin. 2 GAS PROCESSING

11 Nama Rumus Molekul Struktur Ethene (Ethylene) C2H4 H H H C = C H Propene (Propylene) C3H6 H H H H C C = C H H Butene (Butylene) C4H8 H H H H H C = C C C H H H Iso Butene (Iso Butylene) C4H8 H H H C C = C H H H C H H Hidrokarbon Naphthen Senyawa Naphthen adalah senyawa hidrokarbon jenuh dengn rumus molekul C n H 2n. Senyawa ini sering disebut senyawa sikoalkana atau siklopartin karena sifat kimianya sama dengan sifat kimia hidrokarbon parafin, hanya saja kimianya sama dengan sifat kimia hidrokarbon parafin, hanya saja struktur molekulnya melingkar (cincin). Nama Rumus Molekul Struktur Siklo Propana C3H6 H H H C H C C H H Siklo Butana C4H8 H H C C H H H H C C H H Siklo Pentana C5H10 H H H H C C H H C C H H C H H GAS PROCESSING 3

12 Siklo Heksana C6H1 2 H H H C H C C H H H H C C H C H H H Hidrokarbon Aromatik Senyawa Aromatik (Aromat)adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh dengan rumus molekul C n H 2n-6, dan ikatan rantainya melingkar. Disini atom-atom C tersusun dalam rantai tertutup dengan inti Benzen. Contoh-contoh senyawa Aromatik: Nama Rumus Molekul Struktur Benzen C6H6 Toluen C6H5-CH3 Xylen CH3 C6H4 CH3 4 GAS PROCESSING

13 Soal Latihan 1. Sebutkan dan jelaskan penggolongan dari persenyawaan kimia! 2. Jelaskan perbedaan antara senyawa organik dan anorganik! berikan contohnya! 3. Tuliskan rantai dari : a. Etana b. Butana c. Pentana d. Oktana 4. Tuliskan rantai dari : a. Propena b. Heptena c. Nonena d. Dekena 5. Tuliskan rantai dari : a. Isobutana b. Isopentana GAS PROCESSING 5

14 BAB II GAS 2.1 Pengertian Gas Secara Umum Gas dapat didefinisikan sebagai fluida, umumnya dengan rapatan dan kekentalan yang rendah, tidak memiliki volume tertentu, melainkan mengisi penuh wadah apa saja, di dalam mana gas tersebut disimpan. 2.2 Gas Bumi (Gas Alam) Gas bumi adalah gas yang sebagian besar asal usulnya atau sumbernya diperoleh langsung dari perut bumi (dari dalam tanah /dari sumur minyak dan gas bumi) atau dari alam, dan disebut dengan Natural Gases. Gas bumi yang langsung didapat dari alam ini sering disebut dengan Gas Alam. Apabila gas bumi ini diperolah dari sumur yang hanya menghasilkan gas saja, maka gas ini disebut dengan Non Associated gas. Non associated gas ini paling-paling keluar dari sumur gas bersamasama kondensat, yaitu gas fraksi berat (C 5+ ) yang berbentuk cairan. Sedangkan gas bumi yang diperoleh dari sumur minyak, dan keluar bersama-sama minyak mentah sering disebut dengan Associated gas (gas alam ikutan). Gas alam yang di dalamnya masih mengandung C 3 H 8 (propana), C 4 H 10 (Butana) dan C 5 H 12 (Pentana) atau yang lebih berat sering disebut dengan Gas alam basah (Wet Natural Gas). Sedangkan gas alam yang sudah dipisahkan dari C 3 H 8 (propana), C 4 H 10 (Butana), dan C 5 H 12 (Pentana), jadi tinggal CH 4 (Metana) dan C 2 H 6 (Etana) saja, disebut dengan Gas Alam kering (Dry Natural Gas). Pada Gambar 2.1 dan Gambar 2.2 dapat dilihat perbedaan antara associated gas dan nonassociated gas. Gas bumi ini dapat dipakai sebagai bahan bakar atau sebagai bahan baku industri petrokimia.apabila dibanding dengan BBM (Bahan Bakar Minyak) yang berbentuk cair, gas bumi ini pada suhu dan tekanan udara sekeliling (atmosfir) sudah berbentuk gas, sehingga dalam proses pembakaran akan terbakar dengan sempurna, lebih efektif, lebih efisien, pembakarannya bersih, asap dan jelaganya sedikit, sehingga lebih sedikit menimbulkan pencemaran. 6 GAS PROCESSING

15 Gambar 2.1. Sumur Gas Bumi Gambar 2.2. Sumur Minyak Mentah 2.3 Komposisi Gas Alam Komposisi gas alam ditinjau dari senyawa molekul karbon adalah berapa jumlah ikatan-ikatan atom C serta kandungan senyawa lain yang menyertainya. Maka komposisi gas alam dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu kandungan senyawa molekul karbon dan kandungan senyawa lain Kandungan Senyawa Molekul Karbon Gas bumi atau gas alam komposisi kimianya juga seperti minyak mentah (Crude oil), hanya lebih sederhana, terdiri atas campuran GAS PROCESSING 7

16 persenyawaan yang unsur utamanya terdiri atas atom-atom Hidrogen (H) dan atom karbon (C) atau sering disebut dengan persenyawaan hidrokarbon, mulai dari C 1 (metana) sampai C 4 (Butana) kadang ada juga C 5+ (pentana serta yang lebih berat) yang sudah ada dalam bentuk cair sebagai kondensat. Dari sini dapat disimpulkan, bahan komposisi gas alam ditinjau dari senyawa molekul karbonnya hanya terdiri dari C 1 sampai C 4. Jadi penyusun gas alam hanya terdiri dari CH 4 (metana), C 2 H 6 (etana), C 3 H 8 (prapana), serta C 4 H 10 (Butana). Maka dibanding dengan minyak bumi, pada gas alam jumlah rantai atom karbonnya lebih pendek Kandungan Senyawa Lain Gas bumi atau gas alam dapat terjadi dalam keadaan sendiri atau terdapat bersama-sama dengan minyak mentah. Selain itu senyawa lain yang sering terdapat bersamanya adalah gas asam arang (karbon dioksida atau CO 2 ), gas helium (He), mercaphthan (RSH) dan uap air (H 2 O) serta logamlogam/ metal. Logam berat yang terdapat adalah Vanadium (V) dan mercuri atau air raksa (Hg) Kandungan senyawa lain yang terdapat di dalam gas alam tersebut tidak dikehendaki keberadaannya, karena senyawa-senyawa tersebut merupakan zat-zat pengotor atau sering disebut dengan impurities, yang dapat mengganggu proses gas selanjutnya. 2.4 Pengarus Zat-Zat Pengotor di dalam Gas Alam Zat-zat pengotor (impurities) yang terkandung di dalam gas alam harus dikurangi hingga kandungan impuritiesnya sekecil mungkin yaitu masih pada batasbatas yang diijinkan. Adapun dampak negatip dari zat-zat impurities tersebut adalah: Asam Sulfida (H 2 S) Senyawa belerang sebagai gas H2S dapat menyebabkan: - Pencemaran karena berbau tidak enak. - Korosif pada peralatan-peralatan proses Karbon dioksida (CO 2 ) Kandungan CO 2 di dalam gas alam dapat menyebabkan kebuntuan pada sistem perpipaan, karena bersama H 2 S, CO 2 dapat mendorong pembentukan hidrat apabila gas alam tersebut mengalami pendinginan Uap Air (H 2 O) Sama seperti CO 2, uap air ini akan mengembun di dalam perpipaan dimana gas dialirkan, apabila gas alam tersebut mengalami pendinginan.dengan 8 GAS PROCESSING

17 adanya air bebas di dalam aliran gas tersebut juga berpotensi terbentuknya hidrat.pada kondisi ekstrim, hidrat ini akan membuat buntu sistem perpipaan Mercury ( Hg ) Mercury atau air raksa (Hg) harus dibuang karena bahan ini dapat merusak peralatan-peralatan yang terbuat dari aluminium khususnya alat pendingin utama pada unit pencairan gas alam. Penjelasan: Hidrat adalah suatu kristal yang terbentuk antara molekul-molekul air dengan molekulmolekul hidrokarbon ringan (metana, etana, dan propana) di dalam gas bumi/alam. Disamping itu adanya molekul-molekul hydrogen sulfide) H 2 S) dan karbon dioksida (CO 2 ) di dalam gas bumi/alam juga dapat membentuk hidrat. GAS PROCESSING 9

18 Soal latihan 1. Jelaskan pengertian gas secara umum! 2. Jelaskan pengertian gas bumi! 3. Jelaskan perbedaan antara wet gas dengan dry gas! 4. Gambarkan secara singkat tentang : a. Associated gas b. Non associated gas 5. Jelaskan alsan keberadaan gas H 2 S sangat tidak diharapkan dalam gas bumi! 10 GAS PROCESSING

19 BAB III PEMROSESAN GAS BUMI / GAS ALAM Gas bumi ini sebelum digunakan untuk berbagai keperluan perlu dimurnikan (distreatment) lebih dulu untuk menghilangkan zat-zat pengotor yang terkandung di dalamnya. Jenis-jenis pemrosesan gas bumi yaitu: 3.1 Amine Gas Treating Proses Amine GasTreating merupakan proses pemurnian terhadap gas bumi/gas alam, dengan menggunakan metode proses, yaitu proses absorbsi. Proses absorbsi adalah proses pemisahan sebagian dari komponen-komponen di dalam campuran gas dengan menggunakan zat cair sebagai penyerap (absorbent) yang selektif. Pemisahan ini berdasarkan perbedaan daya larut komponen-komponen gas di dalam cairan penyerap Penggolongan Cairan Penyerap Cairan penyerap ada dua golongan, yaitu: Non Regenerative Absorbent Adalah absorbent yang tidak dapat diregenerasi, sehingga hanya dapat dipergunakan sekali pakai saja. Contoh: Larutan NaOH untuk menyerap gas H 2 S Regenerative Absorbent Adalah absorbent yang dapat diregenerasi, sehingga dapat dipergunakan lagi sebagai penyerap (absorbent) Contoh: Larutan Alkanol Aminr (Mono Ethanal Amine, Diethanol Amine, dan Trieshanol Amine) untuk menterap impurities CO 2 dan H 2 S di dalam gas bumi/gas alam Peralatan yang dipergunkan untuk proses absorbsi Peralatan yang dipergunakan untuk proses absorbi ini antara lain: Kolom absorber Kolom absorber ini disebut juga kolom kontaktor, yaitu tempat terjadinya penyerapan kandungan impurities di dalam gas alam oleh cairan penyerap. Di dalam kolom kontaktor ini gas umpan masuk dari bagian bawah kolom, lalu gas umpan tersebut menuju keatas (yaitu sesuai dari sifat gas) dan terjadi kontak dengan bahan penyerap berupa cairan yang dimasukkan dari bagian atas kolom kontaktor. GAS PROCESSING 11

20 12 GAS PROCESSING

21 Kolom Regenerator atau Aktivator Kolom Regenerator atau kolom aktivator dipergunakan untuk mengaktifkan kembali zat penyerap yang sudah jenuh dengan impurities berupa CO 2 dan H 2 S di dalam kolom absorber (Kontaktor). Zat penyerap berupa larutan alkohol amine ini dialirkan masuk melalui bagian atas kolom regenerator untuk dipisahkan dari senyawa belerang dan karbon dioksida yang telah terserap di dalam larutan alkanol amine dengan cara pemanasan Uraian Proses (Lihat diagram Alir) Umpan berupa gas alam yang mengandung senyawa H 2 S dan CO 2 dialirkan masuk melalui bagian bawah kolom absorber, sedang larutan alkanol amine yang masih segar (lean amine solution) dialirkan masuk melalui bagian atas kolom absorber, dan bertemu dengan aliran gas yang naik ke atas sehingga terjadi kontak sekaligus penyerapan. Gas alam yang telah bebas dari CO 2 dan H 2 S keluar dari puncak kolom absorber sebagai Parified gas.larutan alkanol amine yang telah menyerap CO 2 dan H 2 S disebut Rich Amine Solution keluar dari dasar kolom Absorber. Larutan Alkanol Amine ini setelah lebih dulu dipanaskan di dalam HE (Heat Exchanger), kemudian dialirkan masuk melalui bagian atas dari kolom regenerator untuk dipisahkan dari impurities (CO 2 dan H 2 S) yang telah terserap di dalamnya dengan cara pemanasan. Pemanasan dilakukan dengan sistim reboiler yang menggunakan steam (uap air) sebagai pemanas. Senyawa belerang sebagai H 2 S dan karbon dioksida CO 2 dalam bentuk gas keluar dari puncak kolom regenerator sebagai Acid gas dan dialirkan ke Flare untuk dibakar. Larutan Alkanol Amine yang telah bebas dari impurities CO 2 dan H 2 S disebut Lean Amine Solution keluar dari bagian bawah kolom regenerator. Larutan ini setelah didinginkan di dalam HE dan Cooler, kemudian dikembalikan kedalam kolom Absorber untuk digunakan lagi sebagai penyerap Kondisi operasi pada kolom Pada kolom Absorber Type : Bubble Cap Try Coloum. Kondisi Operasi: Suhu absorbsi maksimum 100 o F, minimum = 50 o F. Bila diatas maksimum, maka kehilangan karena penguapan (Vapow loss) larutan Alkanol Amin terlalu GAS PROCESSING 13

22 besar. Bila dibawah minimum, maka viskositas kekentalan absorbent akan naik sehingga efisiensi kontak akan turun. Pada kolom Regenerator Type : Bubble Cap Try coloum. Kondisi Operasi: Suhu steam pemanas maksimum C. Bila diatas maksimum, larutan alcohol Amine akan terurai. Suhu regenerasi = 90 _ 95 o C Variabel operasi pada proses pemisahan CO 2 dan H 2 S dengan larutan Alkanol Amine Pada unit pemisahan CO 2 dan H 2 S dengan larutan Alkanol Amine, variable operasi yang terjadi adalah: Suhu larutan alkanol amine yang masuk kekolom absorber Karena proses penyerapan CO 2 dan H 2 S dengan larutan alkanol amine bersifat eksotermis, maka makin rendah suhu larutan alkanol amine, penyerapan terhadap CO 2 dan H 2 S semakin baik, namun ada faktor lain yang perlu diperhatikan, yaitu: - Suhu larutan alkanol amine yang terlalu rendah dapat menyebabkan kondensasi hidrokarbon berat dari gas umpan, dan akan menimbulkan peristiwa foaming (Pembentukan Busa). Untuk mencegah terjadinya foaming, suhu larutan alkanol amine dijaga 8-10 o C diatas suhu gas umpan yang masuk ke absorber. - Suhu larutan alkanol amine yang terlalu tinggi akan mengurangi kemampuan penyerapan terhadap CO 2 dan H 2 S, dan meningkatkan kehilangan alkanol amine karena menguap (amine losses). Konsentrasi Larutan Alkanol Amine - Konsentrasi larutan Alkanol Amine yang rendah menyebabkan kemampuan penyerapan CO 2 dan H 2 S berkurang sehingga diperlukan penambahan jumlah larutan Alkanol Amine yang disirkulasikan. - Konsentrasi larutan Alkanol Amine yang tinggi menyebabkan kemampuan penyerapan CO 2 dan H 2 S semakin baik, tetapi biaya operasinya naik. Jumlah (banyaknya) larutan Alkanol Amine yang disirkulasikan Pada dasarnya, dengan menaikkan jumlah larutan Alkanol Amine yang 14 GAS PROCESSING

23 disirkulasikan, makin banyak CO 2 dan H 2 S yang diserap dari gas umpan. Dengan pertimbangan biaya operasi, maka jumlah larutan Alkanol Amine yang digunakan perlu disesuaikan dengan jumlah gas umpan yang diproses serta kandungan CO 2 dan H 2 S di dalam gas umpan. Keberhasilan Regenerasi larutan Alkanol Amine Keberhasilan di dalam regenerasi ditunjukkan oleh kandungan CO 2 dan H 2 S di dalam larutan Alkanol Amine yang telah diregenerasi (Lean Amine): - Makin rendah kandungan CO 2 dan H 2 S di dalam Lean Amine, kemampuan penyerapan terhadap C0 2 dan H 2 S semakin baik. - Makin tinggi kandungan CO 2 dan H 2 S di dalam Lean Amine, kemampuan penyerapan terhadap C0 2 dan H 2 S semakin berkurang. Gambar 3.1. Proses Pemisahan CO2 dan H2S dari Gas Alam dengan Larutan Amine Keterangan Gambar: - Sour Gas : Gas alam yang kandungan CO 2 dan H 2 S masih tinggi. - Purified Gas : Gas alam yang telah bebas dari kandungan CO 2 dan GAS PROCESSING 15

24 H 2 S. - Lean Amine Solution : Larutan Alkanol Amine yang masih murni. - Rich Amine Solution : Larutan Alkanol Amine yang telah menyerap C0 2 dan H 2 O. - Larutan Alkohol Amine dapat berupa : MEA, DEA, TEA MEA = MONO ETHANOL AMINE DEA = DIETHANOL AMINE. TEA = TRIETHANOL AMINE. - Acid Gas : Gas yang kandungannya terdiri dari CO 2 dan H 2 S (Gas yang bersifat asam). 3.2 Proses Pengeringan Gas Gas bumi yang baru keluar dari sumur, baik yang keluar dari sumur gas atau yang keluar bersama-sama minyak mentah, mengandung uap air cukup tinggi (jenuh). Bila gas tersebut mengalami pendinginan, maka akan terjadi kondensasi dari uap air membentuk air bebas. Adanya air bebas ini dapat berakibat: - Berpotensi terbentuk hidrat di sistem perpipaan dimana gas bumi dialirkan. - Bila suhunya minus, maka akan terbentuk kristal es. Apabila hidrat tersebut berada dalam sistem perpiaan, maka laju alir dari gas akan menurun dan dalam kondisi yang ekstrim hidrat tersebut akan membuntui aliran gas dalam perpipaan Pengertian Hidrat Hidrat adalah suatu kristal yang terbentuk antara molekul-molekul air dengan molekul-molekul gas hidrokarbon ringan (Metana, Etana, Propana, dan Butana) di dalam gas bumi (Gas alam). Disamping itu adanya molekul-molekul hidrogen sulfida (H 2 S) dan karbon dioksida (CO 2 ) di dalam gas bumi juga dapat membentuk hidrat Mekanisme Pembentukan Hidrat Berikut ini akan dijelaskan bagaimana hidrat dapat terbentuk di dalam sistem perpipaan dimana gas bumi dialirkan. Urutannya adalah sebagai berikut: 16 GAS PROCESSING

25 Gambar Mekanisme Pembentukan Hidrat Faktor-faktor utama pembentukan hidrat Ada beberapa faktor yang dapat mendorong/memicu terbentuknya hidrat, yakni: Terbentuknya air bebas di dalam sistem perpipaan. Kapan akan terjadi air bebas dalam perpipaan? Bila gas bumi mengandung uap air cukup tinggi (jenuh) dan mengalami pendinginan, maka akan terjadi air bebas (Free Water) Atau: Suhu lingkungan dimana pipa gas lewat lebih rendah dari suhu pengembunan air (water dew point) Pada umumnya gas bumi yang baru keluar dari perut bumi kandungan uap airnya tinggi atau dalam kondisi jenuh.banyaknya kandungan uap air di dalam gas bumi dipengaruhi oleh suhu pengembunan air (water dew point) dan tekanan gas. Suhu pengembunan air (water dew point) adalah suhu gas dimana pertama kali terjadi pengembunan uap air. Pada saat itu kandungan uap air di dalam gas bumi maksimum. Contoh kondisi gas bumi yang jenuh dengan uap air: - Gas bumi yang baru keluar dari sumur. GAS PROCESSING 17

26 - Gas bumi yang keluar dari separator, dimana dari separator tersebut keluar air akibat kondensasi dari gas bumi. - Gas bumi yang keluar dari chiller (Pendingin /Evapator). Gambar 3.3. Kondisi Gas Bumi yang Jenuh dengan Uap Air Suhu operasi gas dalam pipa dimana gas dialirkan berada pada suhu pembentukan hidrat atau lebih rendah. Air bebas akan terjadi apabila gas mengandung uap air maksimum (jenuh) dan mengalami pendinginan. Sebaliknya apabila suhu lingkungan dimana pipa gas mengalir lebih tinggi dari suhu pembentukan hidrat, maka di dalam pipa tidak akan terbentuk hidrat meskipun pada saat itu ada air bebas di dalam pipa Pencegahan pembentukan hidrat Pada pelajaran sebelumnya sudah dijelaskan faktor utama pembentukan hidrat, yakni: Ada air bebas (free wafer) disistem perpipaan. 18 GAS PROCESSING

27 Suhu operasi gas berada pada suhu pembentukan hidrat atau lebih rendah. Bagaimana cara mencegah terbentuknya hidrat? Dengan menginjeksikan bahan kimia yakni methanol atau glycol, Banyaknya methanol atau glycol yang diinjeksikan kedalam pipa gas tergantung dari banyaknya air bebas yang akan tebentuk di dalam sistem perpipaan. Dengan menggunakan Proses Gas Dehidrasi Proses gas dehidrasi Tujuan Proses Proses dehidrasi terhadap gas bumi bertujuan memisahkan uap air yang terkandung di dalam gas bumi/gas alam. Pemisahan uap air dari gas bumi mempunyai beberapa alasan, yaitu: - Mencegah terjadinya hidrat di dalam sistem perpipaan. - Mencegah korosi apabila ada aliran acid gas, misalnya gas belerang (H2S) Jenis-Jenis proses gas dehidrasi. Ada 3 Jenis proses gas dehidrasi yang sering digunakan, yakni: - Proses absorsi dengan zat cair (glysol gas dehydration) - Proses absorbsi dengan zat padat. - Proses pendinginan (Refrigerasi) o Gycol Gas Dehydration Glycol merupakan zat cair yang mempunyai daya serap yang tinggi terhadap air. Ada tiga macam Glycol yakni: - Ethylene Glycol. - Diethylene Glycol. - Triethylene Glycol. Ketiga macam Glycol diatas mempunyai sifat-sifat yakni : - Efisiensi absorbsi tinggi. - Lebih ekonomis karena dapat diregenerasi. - Tidak korosif dan tidak beracun. - Tidak menimbulkan problem operasional apabila digunakan dalam konsentrasi yang tinggi. - Tidak berinteraksi dengan hidrokarbon dan acid gas. Dari ketiga macam glycol tersebut, yang paling umum digunakan adalah GAS PROCESSING 19

28 o Triethylene Glycol (TEG) karena kehilangan penguapan lebih kecil. Peralatan yang digunakan: Pada proses Glycol gas dehidration, peralatan yang digunakan antara lain: - Kolom Kontaktor adalah tempat terjadinya penyerapan uap air oleh Glycol.Di dalam kolom kontaktor dipasang beberapa tray sebagai alat kontak antara gas dan cairan Glycol. - Kolom Regenerator adalah kolom yang digunakan untuk mengaktifkan cairan Glycol yang banyak mengandung uap air, dengan cara dipanaskan sehingga uap air akan terpisah dengan cairan Glycol. Garis Besar Proses Tempat terjadinya penyerapan uap air oleh Glycol ini disebut kontaktor atau kolom absorber, yang di dalamnya berisi beberapa susunan tray Glycol yang mengandung sedikit uap air (lean Glycol) masuk kontaktor dari bagian atas kolom, dan gas umpan (wet gas) masuk kontaktor dari bagian bawah kolom. Di dalam tray inilah terjadi kontak antara gas yang menuju keatas dan cairan Glycol yang mengalir kebawah. Glycol yang keluar dari bagian bawah kolom kontaktor ini relatip banyak mengandung uap air, yang disebut wet glycol (Rich Glycol) Wet glycol ini agar dapat dipakai lagi sebagai penyerap harus dipisahkan airnya dengan jalan dipanaskan agar air dapat menguap sehingga diperoleh dry glycol (lean glycol). Alat untuk memanaskan rich glycol ini disebut reboiler. Proses absorsi dikolom kontaktor akan berjalan secara efektif apabila suhu glycol yang masuk kontaktor relative rendah. Oleh sebab itu lean glycol yang keluar dari reboiler harus didinginkan dulu dengan menggunakan beberapa HE (Heat Exchanger) sebelum masuk kontaktor. Variabel operasi pada unit proses glycol gas dehydration. Variabel-variabel operasi yang terjadi antara lain: - Temperatur Suhu Suhu operasi dari kontaktor ditentukan oleh suhu gas umpan atau suhu lean glycol masuk kontaktor. Makin rendah suhu glycol, makin tinggi daya serapnya terhadap uap air.akan tetapi dibatasi minimum 70oF. - Konsentrasi dari Lean Glycol 20 GAS PROCESSING

29 Konsentrsi lean glycol yang digunakan tergantung dari suhu gas umpan (Wet Gas) masuk kontaktor (Suhu operasi kontaktor) Makin rendah suhu gas umpan yang masuk kontaktor, konsentrasi lean glysol semakin rendah, dan sebaliknya. - Jumlah (Banyaknya) Glycol yang Disirkulasikan Pada dasarnya, dengan menambah jumlah glycol yang disirkulasikan, maka banyak kandungan uap air yang dapat diserap dari gas umpan. Gambar Diagram Alir Proses Glycol Gas Dehydration o Proses Penyerapan dengan Menggunakan Zat Padat (Solid Desiccant) Adalah proses penyerapan uap air di dalam gas alam dengan menggunakan zat padat berupa buturan-butiran yang disebut solid desiccant. Proses dehidrasi dengan menggunakan solid dessiccant, prosesnya dinamakan proses adsorbsi, dan zat penyerapnya disebut adsorbent. Gas umpan yang mengandung uap air dilewatkan di dalam suatu kolom adsorber yang mempunyai kemampuan penyerapan tertentu. Pada suatu periode tertentu, desiccant akan jenuh dan perlu diregenerasi Tingkat penyerapan tergantung pada jenis desiccant dan waktu kontak yang digunakan. Pada materi berikutnya akan dibahas proses dehidrasi terhadap gas alam dengan menggunakan solid desiccant. Mekanisme Adsorbsi GAS PROCESSING 21

30 Keadaan solid desiccant di dalam kolom adsorber ketika menyerap air dapat digambarkan seperti pada gambar. Di dalam kolom adsorber, adsorbent yang berupa butiran-butiran dengan ukuran mesh (pada luasan 1 cm 2 berisi butiran antara biji) ditempatkan dalam suatu lapisan yang tidak bergerak (Fixed Bed) di dalam sebuah kolom yang disebut kolom adsorber. Umpan berupa gas alam yang mengandung uap air dimasukkan dari atas kolom dan menembus lapisan solid desiccant (adsorbent), sehingga uap air yang terkandung di dalam gas umpan akan terserap. Di dalam kolom adsorber, solid desiccant terbagi menjadi 3 (tiga) daerah (Zone). Ketiga daerah tersebut bertutut-turut adalah: - Saturation zone. Adalah daerah dimana solid desiccant pada daerah ini telah jenuh dengan air, sehingga tidak mampu lagi untuk menyerap uap air. - Mass Transfer Zone. Adalah daerah dimana solid desiccant belum jenuh dengan air. Pada bagian yang paling atas, keadaan solid desiccant hampir mencapai jenuh, sedangkan makin kebawah tingkat kejenuhan dari solid desiccant belum begitu tinggi (masih rendah). - Aktive Zone. Adalah daerah dimana pori pori pada solid desiccant belum terisi air. Pada daerah ini desiccant belum berfungsi menyerap uap air. 22 GAS PROCESSING

31 Gambar 3.5. Mekanisme Adsorbsi Regenerasi Adsorbent Apabila lapisan adsorbent di dalam kolom adsorber sudah mencapai titik jenuh (saturated) dan operasi tetap dijalankan, maka kandungan uap air di dalam gas out let (gas yang keluar dari kolom) akan berangsur naik. Keadaan ini tidak diinginkan sehingga adsorbent harus diregenerasi. Untuk regenerasi adsorbent yang sering digunakan adalah dengan cara pemanasan. Cara pemanasan langsung dikontakkan ke susunan solid dessicant (timbunan adsorbent di dalam kolom) dengan menggunakan fluida panas yang suhunya oc. Pada suhu tersebut, kandungan air di dalam solid dessicant akan terlepas dan menguap ikut bersama fluida panas tersebut. Pada saat proses regenerasi, kolom adsorber dalam keadaan berhenti (tidak dioperasikan untuk proses dehidrasi) dan dialihkan ke kolom adsorber lain yang sudah siap dioperasikan, sehingga proses dehidrasi dapat berjalan secara kontinyu (terus menerus). GAS PROCESSING 23

32 Gambar 3.6. Proses dan Regenerasi Adsorbent Keterangan : Value 1 : Wet feed gas inlet (gas umpan masuk) Value 2 : Fluida panas + uap air keluar Value 3 : Dry gas outlet (gas bebas air keluar) Value 4 : Fluida panas masuk Proses dan Regenerasi Pada proises dehidrasi, gas umpan masuk melalui valve no 1 (valve no 2 ditutup) dan masuk kedalam kolom kontaktor menembus lapisan solid dessicant sehingga kandungan uap air dalam gas akan terserap. Kemudian setelah melewati lapisan solid dessicant, gas tersebut keluar melewati valve no. 3 (valve no 4 ditutup). Begitu seterusnya, sampai pada suatu saat kondisi solid dessicant sudah jenuh dengan air, sehingga harus diregenerasi. Pada saat regenerasi adsorbent, aliran gas umpan ditutup dengan menutup valve no.1 dan value nomor 3, sehingga proses dehidrasi pada kolom ini berhenti. 24 GAS PROCESSING

33 Agar proses dehidrasi dapat berlanjut, maka aliran gas umpan dialihkan kekolom adsorber yang lain dimana kolom tersebut sudah siap dioperasikan. Perlu diketahui bahwa proses dehidrasi dengan menggunakan solid dessicant (adsorbent), kolom adsorber yang dipergunakan lebih dari satu, yakni apabila kolom yang satu diregenerasi, kolom satunya dapat dioperasikan untuk proses dehidrasi sehingga proses dehidrasi dapt berjalan secara terus menerus (Kontinyu). Proses regenerasi solid desiccant ini dilakukan secara periodik, yakni pada saat solid desiccant sudah jenuh dengan air sehingga tidak mampu lagi menyerap kandungn uap air di dalam gas umpan. Waktu untuk regenerasi terhadap solid desiccant tergantung dari tingkat kejenuhan solid desiccant dan jumlah (volume) solid desiccant di dalam kolom. Secara umum regenerasi ini dilakukan selama 24 jam. Setelah solid desiccant selesai diregenerasi, sambil menunggu soliddesiccant pada kolom yang dioperasikan mencapai titik jenuh, maka solid desiccant yang selesai diregenerasi sementara diistirahatkan (standby) Gambar 3.7. Diagram Alir Proses Adsorbsi dengan Menggunakan Solid Desiccant 3.3 Proses Pemisahan (Penghilangan) Kandungan Mercury (Air Raksa) di dalam GAS PROCESSING 25

34 Gas Alam Pada proses pemisahan kandungan mercury (Hg) dari dalam gas alam, prosesnya disebut Mercury Removal Process (Hg Removal). Peralatan yang dipergunakan berupa vessel yang di dalamnya diisi dengan karbon aktif yang mengandung sulfur Uraian Proses Gas umpan yang yang telah bersih dari uap air ini kemudian dialirkan masuk kedalam alat penyerap mercury (Mercury Removal Vessel). Disini kandungan mercury yang terkandung di dalam gas umpan akan diserap oleh karbon aktif yang mengandung sukfur tersebut, walaupun pada kenyataannya jumlah mercury yang terkandung di dalam gas umpan sangat kecil sekali. Setelah gas umpan melewati proses mercury removal, gas alam kemudian masuk ke tahap proses selanjutnya Tujuan Penghilangan Kandungan Mercury di dalam Gas Tujuan penghilangan mercury adalah untuk mencegah kerusakan peralatan-peralatan yang terbuat dari bahan aluminium, khususnya alat pendingin utama (Main Heat Exchanger) pada proses pencairan gas alam. Gambar 3.8. Diagram Alir Proses Mercury 26 GAS PROCESSING

35 Soal Latihan 1. Jelaskan tentang proses amine gas treating! 2. Jelaskan tentang proses absorbsi dalam amine gas treating! 3. Sebutkan dan jelaskan secara singkat tentang peralatan dalam proses absorbsi! 4. Sebutkan kondisi operasi yang digunakan dalam kolom absorber! 5. Gambarkan flow sheet tentang proses pemisahan CO2 dan H2S dari gas alam dengan larutan amine! GAS PROCESSING 27

36 BAB IV PROSES PEMISAHAN HIDROKARBON BERAT 4.1 Pengertian Umum Proses pemisahan hidrokarbon berat merupakan pemisahan antara hidrokarbon fraksi ringan yakni Metana, Etana dengan propana dan butana dengan cara distilasi bertekanan. Prinsip dasar distilasi bertekanan adalah bahwa titik embun dari setiap komponen akan naik pada tekanan yang lebih tinggi. Dengan demikian, apabila Metan, Etan, Propan dan Butan pada tekanan atmosfir berada dalam fase gas, maka dengan menaikkan tekanan sampai batas tertentu pada masing-masing komponen, maka butan + akan berada dalam fase cair, sedangkan propan dan fraksi yang lebih ringan berada dalam fase gas, sehingga akan memudahkan dalam pemisahannya. 4.2 Tujuan Proses Distilasi Bertekanan Tujuan dari proses distilasi bertekanan adalah memisahkan fraksifraksi minyak bumi (Hidrokarbon) yang pada suhu ambient dan tekanan atmosfir berada dalam bentuk uap atau gas. 4.3 Bahan Baku dan Hasil-Hasilnya Bahan baku (umpan) berasal dari produk puncan kolom stabilizer pada unit plat former atau gas dari proses pemurnian. Adapun produk-produk yang dihasilkan adalah: Metana, Etana, Propana, dan Butana +. - Metana selanjutnya akan masuk ke proses pencairan gas alam sebagai produk LNG (liquefied Natural Gasses). - Etana dipergunakan sebagai bahan bakar, misalnya untuk bahan bakar dapur (Furnace) sebagai Fuel Gas. - Propana dipergunakan sebagai LPG propan - Butana dipergunakan sebagai LPG Butan. 4.4 Peralatan Utama Peralatan utama yang dipergunakan pada proses distilasi bertekanan adalah: Kolom Distilasi Unit ini mempunyai 2 buah kolom distilsi, yaitu kolom Depropanizer dan kolom Deethanizer. Kolom Depropanizer Kolom ini dipergunakan untuk memisahkan antara butan dengan propan serta fraksi yang lebih ringan berdasarkan perbedaan titik didih. Di dalam 28 GAS PROCESSING

37 kolom depropanizer ini, pada tekanan tertentu butan berada pada fase cair, sedangkan propan serta fraksi yang lebih ringan berada pada fase uap (Gas). Kolom Diethanizer Kolom ini dipergunakan untuk memisahkan antara propan dengan fraksi yang lebih ringan yakni: Etana dan Metana. Prinsip pemisahannya sama yakni berdasarkan perbedaan titik didih masing-masing komponen Peralatan Penunjang Unit Gas Compressor Compressor berfungsi mengempa (menekan) gas umpan untuk mendapatkan tekanan yang tinggi guna proses distilasi di dalam kolom. Tekanan yang diperlukn sekitar 22 kg/cm 2. Overhead Accumator Alat ini dipergunakn untuk menampung cairan hasil kondensasi dari uap setelah penurunan suhu di cooler, condensor dan cooler. Reboiler Alat ini dipergunakan untuk penguapan kembali cairan dengan cara pemanasan, yakni menggunakan HE (Heat Exchaner) Type Kettle Reboiler. Sebagai pemanas digunakan fluida panas, pada umumnya menggunakan steam sebagai pemanas. Disini steam dilewatkn melalui tube side dan butan cair sebagai penerima panas dilewatkan melalui shell side Reboiler ini untuk memanaskan butan cair pada dasar kolom Depropanizer. Heater Alat ini berfungsi untuk menaikkan suhu propan cair didasar kolom Deethanizer. Pada unit ini hanya terdapat sebuah Heater dengan type Pipe Coil yang menggunakan fluida panas (biasanya Steam) sebagai pemanas. Steam Coil tersebut terendam di dalam propan cair yang terdapat didasar kolom Deethanizer. Condensor Berfungsi sebagai alat untuk merubah fase uap menjadi fase cair (mengembunkan), dimana dalam proses perubahan fase tersebut tidak disertai perubahan suhu (suhunya tetap) Cooler Berfungsi sebagai alat untuk menurunkan suhu, dimana dalam proses penurunan suhu (perubahan suhu) tersebut tidak disertai perubahan fase (fasenya tetap) GAS PROCESSING 29

38 Reflux Pump Pompa ini berfungsi untuk memindahkan cairan yang berasaldari Overhead Accumulator untuk dikirim ke puncak Kolom Depropanizer dan Deethanizer, guna mengatur suhu pada puncak Kolom Depropanizer dan Deethenizer Uraian Proses Umpan yang berasal dari produk puncak Kolom Stabilizer pada unit Platmormer atau dari proses pemurnian gas alam dimasukkan ke dalam Kolom Depropanizer dengan menggunakan kompresor. Di dalam Kolom Depropanizer terjadi pemisahan fraksi-fraksi berdasarkan titik didih masingmasing fraksi (komponen). Dengan adanya pemanasan pada Reboiler yang terdapat pada dasar Kolom, maka fraksi propan serta fraksi yang lebih ringan akan teruapkan dan keluar melalui puncak Kolom Depropanizer. Fraksi butan dan fraksi yang lebih berat keluar dari dasar Kolom, selanjutnya masuk ke Butan Cooler, kemudian mengalir ke tangki penampung dengan tekanannya sendiri. Uap propan dan fraksi yang lebih ringan dari puncak Kolom Depropanizer diembunkan di Overhead Condensor dan cairan hasil kondensasinya setelah diidinginkan di Cooler kemudian ditampung di dalam Overhead Accumulator bersama uap yang tidak mengembun. Uap yang tidak mengembun ini melalui bagian atas Overhead Accumulator dialirkan ke alat pendingin, kemudian masuk ke Scruber Kolom untuk dipisahkan antara Metan dan Etan. Metan yang berupa uap/gas keluar melalui puncak Scruber, untuk selanjutnya menuju ke unit proses pencairan gas alam. Sedangkan Etan yang berbentuk cair, keluar melalui dasar Kolom Scruber dan dialirkan ke tangki penampung, untuk selanjutnya ke Sistem Bahan Bakar Gas (Fuel Gas System). Cairan propan yang keluar dari dasar Overhead Accumulator, sebagian dikembalikan ke puncak Kolom Depropanizer sebagai Reflux dan sebagian ke puncak Kolom Deethanizer untuk dipisahkan antara propan dan fraksi Etan yang terikut. Dengan bantuan panas yang dihasilkan dari propan heater yang terdapat pada dasar Kolom Deethanizer, maka Etan dan fraksi yang lebih ringan akan teruapkan dan keluar melalui puncak Kolom Deethanizer, dan bergabung dengan uap dari puncak Kolom Depropanizer, selanjutnya masuk kembali ke Overhead Condensor dan setelah didinginkan di Cooler kemudian masuk ke Overhead Accumulator. Cairan propan yang keluar dari dasar Kolom Deethanizer, 30 GAS PROCESSING

39 didinginkan di dalam Cooler dan selanjutnya dialirkan ke tangki penampung Variabel Proses Variabel proses adalah perubahan-perubahan kondisi yang dapat mempengaruhi jalannya proses. Variabel proses pada unit ini adalah: - Suhu puncak Kolom. - Suhu dasar (bottom) Kolom. - Tekanan Kolom. - Jumlah aliran reflux. - Suhu reboiler/heater Suhu Puncak Kolom Kenaikan suhu puncak Kolom dapat mengakibatkan terikutnya fraksi berat ke puncak Kolom sehingga titik didih akhir (End Point) produk puncak (Overhead Product) menjadi tinggi, dan titik didih awal (IBP) produk dasar juga menjadi tinggi. Demikian juga sebaliknya, bila suhu puncak Kolom turun, maka titik didih akhir produk puncak Kolom menjadi rendah, dan titik didih awal (Initial Boiling Point) produk dasar juga menjadi rendah karena terikutnya fraksi ringan ke produk dasar (bottom product). Suhu Dasar Kolom Bila suhu dasar Kolom naik, maka fraksi berat akan terikut ke puncak Kolom, sehingga produk puncak Kolom akan kemasukan fraksi yang lebih berat. Bila suhu dasar Kolom turun, maka fraksi ringan akan terikut ke produk dasar (bottom product). Tekanan Kolom Kenaikan tekanan di dalam Kolom dapat menyebabkan sulitnya penguapan sehingga produk dasar (bottom product) akan bertambah jumlahnya dan produk puncak akan berkurang, demikian pula sebaliknya bila terjadi penurunan di dalam Kolom. Jumlah Reflux Jika jumlah reflux yang masuk ke Kolom berkurang, maka suhu puncak Kolom akan naik sehingga produk puncak Kolom akan menjadi lebih berat dan titik didih akhir (Final Boiling Point) menjadi lebih tinggi. Dengan demikian jumlah aliran reflux harus diusahakan seoptimum mungkin guna mendapatkan kemurnian produk yang setingi-tingginya. GAS PROCESSING 31

40 Suhu Reboiler/Heater Suhu Reboiler/Heater dapat mempengaruhi suhu di dalam Kolom. Tingginya pemanasan di Reboiler/Heater dapat menaikkan suhu Kolom, demikian pula sebaliknya, rendahnya pemanasan di Reboiler/Heater dapat menurunkan suhu Kolom. 32 GAS PROCESSING

41 Soal Latihan 1. Jelaskan tentang proses pemisahan hidrokarbon berat! 2. Sebutkan tujuan dari proses distilasi bertekanan! 3. Sebutkan umpan dan hasil yang didapatkan dari kolom stabilizer! 4. Sebutkan variabel proses dalam kolom stabilizer! 5. Jelaskan fungsi dan tujuan dari reflux! GAS PROCESSING 33

42 BAB V PROSES PEMBUATAN GAS ALAM CAIR 5.1 Pendahuluan Kemajuan suatu bangsa dapat diukur dari banyak sedikitnya energi yang dikonsumsi oleh bangsa tersebut. Makin banyak energi yang dikonsumsi, makin maju bangsa tersebut. Penggunaan energi dapat meningkatkan kesejahteraan umat manusia, namun ada pula dampak negatif yang berupa pencemaran lingkungan. Dengan semakin ketatnya peraturan dan perundang-undangan mengenai perlindungan lingkungan, semakin dicari jenis bahan bakar atau energi yang tidak banyak menimbulkan pencemaran lingkungan. Bila dibandingkan dengan batubara dan minyak bumi/ BBM, maka bahan bakar gas (dalam hal ini adalah gas alam) paling sedikit dampak negatif terhadap lingkungan, sehingga negara-negara maju cenderung untuk menggunakan bahan bakar gas sebagai pengganti bahan bakar minyak. Karena berat jenisnya yang sangat rendah, maka gas alam memerlukan sarana penimbunan dan pengangkutan yang sangat besar untuk keperluan export. Sebagaimana diketahui, Indonesia memiliki cadangan gas alam dalam jumlah besar. Untuk mengatasi masalah tersebut, gas alam perlu dicairkan agar dapat menggunakan tangki timbul dan kapal tangker yang tidak terlalu besar. Untuk mencairkan gas alam menjadi LNG (Liquified Natural Gasses), gas alam yang telah dibebaskan dari kandungan impurities-nya harus mengalami proses pendinginan lanjut (Refrigeration) hingga suhu yang sangat rendah. Proses refrigerasi dengan media pendingin Propan dan Multi Component Refrigerant (MCR) inilah yang dipakai untuk mencairkan gas alam menjadi LNG. 5.2 Tujuan Pencairan Gas Alam Di Gas Plant Gas alam dicairkan agar dapat dipisahkan dari komponen komponennya dengan proses distilasi (fraksinasi) sehingga diperoleh produk yang diinginkan. Untuk Memudahkan dalam handling Apabila jarak antara produsen gas dengan pembeli relatif dekat, maka gas dapat disalurkan dengan pipa, tetapi bila jarak tersebut cukup jauh, maka penyalurannya dalam bentuk cair. Dalam hal ini, LNG (Liquified Natural Gasses) dan LPG (Liquified Petroleum Gasses) dicairkan dengan cara didinginkan pada tekanan atmosfer. Gas Metan bila dicairkan, volumenya akan menyusut sekitar 34 GAS PROCESSING

43 1/600 kali, sedangkan gas propan akan menyusut sekitar 1/300 kali. 5.3 Sifat-sifat Hidrokarbon Ringan yang Terkait dengan Proses Pencairan Hidrokarbon Atom C 3 (Propana) dan C 4 (Butana) dapat dicairkan dengan cara ditekan pada suhu atmosferis. Semua Hidrokarbon gas dapat dicairkan dengan cara didinginkan pada tekanan atmosferis. Jumlah atom karbon makin besar, maka gas hidrokarbon makin mudah dicairkan (C 3 lebih mudah dicairkan daripada C 2 dan C 1 ). Semua gas dapat dicairkan dengan cara ditekan pada suhu atmosferis asalkan tidak di atas Titik Kritis dari gas tersebut. Titik Kritis adalah suhu maksimum dimana gas masih dapat dicairkan dengan cara ditekan. Apabila suhu penekanan di atas suhu kritis, maka gas tidak akan dapat mencair berapapun tekanannya. 5.4 Metode Pencarian Gas Proses pencairan gas secara umum dapat dilakukan dengan cara: 1. Didinginkan pada tekanan atmosfer. 2. Ditekan pada suhu atmosfer Semua gas dapat dicairkan dengan cara didinginkan pada tekanan atmosfer asalkan tersedia media pendingin yang sesuai, yaitu mencapai suhu pada titik embun gas itu, atau lebih rendah. Contoh: Titik embun C 1 (Metana) pada tekanan atmosfer = -162 C. Titik embun C 2 (Etana) pada tekanan atmosferis = -89 C. Dari keterangan di atas, maka untuk mencairkan C 1 pada tekanan 1 atm Æ perlu media pendingin yang mampu mendinginkan gas tersebut sampai suhu -162 C atau lebih rendah. Untuk mencairkan C 2 pada tekanan 1 atm Æ perlu media pendingin yang mampu mendinginkan gas tersebut sampai suhu -89 C atau lebih rendah. 5.5 Unit Proses Pembuatan Gas Alam Cair (LNG) Tahap-tahap dalam proses pembuatan Gas Alam Cair (LNG) Proses pembuatan Gas Alam cair (LNG) meliputi tahap-tahap sebagai berikut: Proses Penyerapan CO 2 dan H 2 S Proses ini dilakukan di Plant-1 atau biasa disebut dengan CO 2 & H 2 S Absorbtion Unit. Di Plant ini CO 2 & H 2 S dipisahkan dari dalam gas umpan (gas alam) dengan memakai larutan Alkanol Amine yaitu larutan GAS PROCESSING 35

44 MEA (Mono Ethanol Amine) sebagai bahan penyerap (absorbent). Kemudian larutan MEA yang telah jenuh dengan CO 2 dan H 2 S diregerasi /diaktifkan kembali. Proses Penghilangan Uap Air dan Air Raksa (mercury) Proses ini dilakukan di Plant-2 atau disebut dengan Dehidration Unit & Mercury Removal Unit. Di unit ini, uap air yang ada di dalam gas umpan dipisahkan dengan cara penyerapan oleh zat penyerap Molecular Sieve/Solid Desiccant, kemudian gas yang sudah bebas uap air dilewatkan melalui Mercury Removal Vessel untuk menyerap kandungan mercury (air raksa). Proses Penghilangan/Pemisahan Hidrokarbon Berat Proses ini dilakukan di Plant-3 atau disebut dengan Scrub Column & Fractionation Unit. Proses penghilangan hidrokarbon berat dilakukan dengan cara Fraksinasi Light End / Distilasi bertekanan. Proses Pendinginan atau Refrigerasi. Proses ini dilakukan di Plant-4 atau disebut dengan Refrigeration Unit. Ada 2 macam sistem refrigerasi yang dipakai yaitu: - Sistem refrigerasi dengan media pendingin propana (Propane Refrigeration Unit) Propana dipakai untuk mendinginkan gas umpan dan media pendingin MCR (Multi Component Refrigerant). - Sistem refrigerasi dengan media pendingin MCR (Multi Component Refrigeration Unit) Dalam proses ini, MCR yang telah didinginkan oleh propana, selanjutnya digunakan untuk mendinginkan lanjut gas umpan yang telah didinginkan terlebih dahulu dengan propana. Campuran bahan untuk MCR adalah Nitrogen, Metana, Etana dan Propana. Proses Pencairan. Proses ini dilakukan di Plant-5 atau disebut Liquefaction Unit. Gas umpan yang telah didinginkan lebih dulu oleh Propana Refrigeration Unit, selanjutnya oleh MCR Refrigeration Unit didinginkan lebih lanjut dan dicairkan di dalam Alat Pendingin lanjut yang disebut Main Heat Exchanger menjadi gas alam cair (LNG) Uraian Singkat Proses pembuatan LNG Gas alam sebelum dicairkan menjadi LNG terlebih dahulu dibersihkan dari senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki seperti CO 2, H2 S, 36 GAS PROCESSING

45 H 2 O, Hg dan hidrokarbon berat (C 5 H 12+ ), yang gunanya untuk mencegah halhal yang dapat mengganggu proses pencairan pada suhu yang sangat rendah. Gas alam yang diterima dari lapangan-lapangan dan yang diterima dari proses lain, dengan melalui pipa saluran bergabung menjadi satu aliran yang selanjutnya dialirkan ke Unit Pencairan Gas (NGL) Plant pada tekanan sekitar 600 psig. NGL = Natural Gass Liquefaction 600 psig = 42 kg/cm 2 Gas umpan (gas alam) ini dilewatkan dalam sebuah kolom yang dinamakan CO 2 & H 2 S Absorber, dimana kandungan CO 2 & H 2 S akan diserap dari dalam gas umpan dengan memakai larutan Alkanol Amine yaitu MEA (Mono Ethanol Amine). Larutan MEA yang telah menyerap CO 2 & H 2 S selanjutnya diaktifkan kembali atau diregenerasi di dalam suatu sistem regenerasi (Regenerator Column) untuk melepaskan CO 2 & H 2 S dengan cara pemanasan (Stripping). Kemudian larutan MEA yang telah diregenerasi tadi dialirkan kembali ke Kolom Absorber untuk menyerap CO 2 & H 2 S yang lain dari dalam gas umpan. Demikian operasi ini berlangsung secara terus menerus. Tujuan dari pemisahan CO 2 & H 2 S dari dalam gas umpan adalah untuk menghindari problema pembekuan di dalam peralatan-peralatan proses ketika gas dalam proses pendinginan dan pencairan. Selain itu adanya zaat yang bersifat asam dapat menyebabkan korosi pada peralatan Gas umpan yang telah bersih dari kandungan CO 2 & H 2 S selanjutnya dilewatkan melalui Unit Pengering (Drier) untuk menyerap kandungan uap air dengan memakai bahan penyerap Molecular Sieve (Solid Desiccant) sampai kadar air di dalam gas alam mencapai batas-batas maksimum yang diizinkan. Ada 2 buah Unit Pengering yang bekerja secara bergantian, apabila Drier yang satu sedang bekerja/beroperasi untuk menyerap uap air dari dalam gas umpan, maka Drier yang satu lagi sedang diaktifkan kembali/diregenerasi. Proses regenerasi Unit Pengering dilakukan dengan cara mengalirkan gas yang telah lebih dulu dipanaskan pada suhu sekitar 270 C oleh suatu Heater, dengan cara berlawanan arah ke dalam Unit Pengering tersebut. Gas regenerasi yang telah mengandung uap air ini setelah dibuang/dipisahkan airnya dengan menggunakan alat pendingin Condensor, kemudian dikembalikan ke aliran gas umpan yang akan masuk ke Unit Pengering. Penghilangan uap air dari gas umpan juga dimaksudkan untuk mencegah terjadinya pembekuan di dalam peralatan-peralatan proses ketika GAS PROCESSING 37

46 gas alam dalam proses pendinginan dan pencairan. Selanjutnya gas alam yang telah bersih dari uap air dialirkan melalui alat penyerap mercury/ air raksa (Mercury Removal Vessel). Kandungan mercury di dalam gas alam diserap dengan menggunakan penyerap karbon aktif yang mengandung sulfur, sehingga sulfur akan mengikat mercury dari dalam gas alam yang melewati bahan penyerap karbon tadi, walaupun pada kenyataannya kandungan mercury dalam gas alam sangat kecil sekali. Mercury harus dibuang karena bahan ini dapat merusak peralatanperalatan yang terbuat dari alumunium, khususnya alat pendingin utama yaitu Main Heat Exchanger. Gas alam (gas umpan) yang keluar dari Mercury Removal Unit kemudian dilewatkan melalui alat pendingin/evaporator untuk didinginkan sampai pada suhu sekitar -27 C agar dapat dipisahkan dari kandungan hidrokarbon beratnya. Pemisahan hidrokarbon berat dilakukan di dalam Scrub Column Unit, dimana fraksi ringan keluar dari bagian atas (top) Scrub Column, kemudian didinginkan di dalam alat pendingin/evaporator sampai suhu sekitar -34 C, lalu dialirkan ke alat pendingin utama (pendingin lanjut) untuk proses pencairan. Sedangkan fraksi-fraksi berat keluar dari bagian bawah (bottom) Scrub Column, dialirkan ke Unit Fraksinasi untuk selanjutnya dipisahkan ke dalam komponen-komponennya yaitu Ethana, Propana dan Butana serta hidrokarbon paling berat (C 5+ ). Komponen-komponen yang dihasilkan terutama propana dan butana sebagian dicampurkan ke aliran gas yang masuk ke alat pendingin utama (Main Heat Exchanger) untuk dicairkan bersama-sama dengan aliran gas umpan. Gunanya adalah untuk menaikkan nilai BTU (British Thermal Unit) atau nilai kalori dari LNG yang dihasilkan. Sedangkan sebagian dari komponen-komponen tersebut disimpan di dalam tangki timbun untuk bahan Refrigerant Make Up dan untuk bahan bakar LPG. Fraksi hidrokarbon paling berat (C 5+ ) dari hasil akhir fraksinasi dikirimkan ke tangki penampung sementara, untuk selanjutnya dikirim kembali ke lapangan untuk dipakai sebagai bahan pencampur crude oil, atau dipakai sebagai komponen MOGAS (campuran bahan bakar bensin). Aliran gas umpan yang telah didinginkan oleh sistem refrigerasi dengan media pendingin propana kemudian di dalam Main Heat Exchanger (Main HE) didinginkan lebih lanjut dan dicairkan menjadi LNG dengan pertolongan Sistem Refrigerasi dengan media MCR (Multi 38 GAS PROCESSING

47 Component Refrigerant). MCR dengan suhu sekitar -34 C oleh sistem pendingin propana dan tekanan sekitar 35 kg/cm2 diekspansikan di dalan Shell dari Main Heat Exchanger menjadi sekitar 2,5 kg/cm2 sehingga terjadi penurunan suhu yang sangat rendah dari MCR di dalam Shell dan akhirnya MCR mampu untuk menurunkan suhu gas umpan dan mencairkannya menjadi LNG pada suhu sekitar -160 C. Selanjutnya LNG yang dihasilkan dari Main Heat Exchanger ditampung di dalam tangki penampung sementara (Drum/Vessel), yang akhirnya dipompakan ke tangki timbun, menunggu saatnya didistribusikan/ dikapalkan untuk diexport. GAS PROCESSING 39

48 Soal Latihan 1. Apa yang dimaksud dengan LNG! 2. Jelaskan tujuan dari proses pencairan gas alam! 3. Sebutkan dan jelaskan 2 (dua) metode dari pencairan gas alam! 4. Jelaskan bagaimana proses penghilangan uap air dan air raksa! 5. Sebutkan dan jelaskan 2 macam proses pendinginan! 40 GAS PROCESSING

49 BAB VI PROSES PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN STEAM REFORMING 6.1 Prinsip Proses Reaksi kimia antara Metana dengan Steam (H 2 O) CH 4 + H 2 O Æ CO + 3H 2 CO + H 2 O Æ CO 2 + H Uraian Proses Umpan berupa Metana (CH 4 ) dan Steam (uap air) dipanaskan di dalam seksi konveksi dari Furnace dan dialirkan ke dalam Furnace Tube yang berisi katalis pada suhu 900 C. Katalis yang dipakai : Nickel Oxide. Reaksi kimia yang terjadi : CH 4 + H 2 O Æ CO + 3H 2 Gas hasil reaksi yang didinginkan sampai 400 C dan dialirkan ke dalam First Stage Reactor (Converter) yang berisi katalis. Katalis yang dipakai : Iron Oxide. Sebagian besar dari CO diubah menjadi CO 2 dan H 2 O. Reaksi kimia yang terjadi : CO + H 2 O Æ CO 2 + H 2 Hasil yang keluar dari First Stage Reactor didinginkan sampai C dan dialirkan ke dalam Second Stage Reactor guna mengubah CO yang belum bereaksi. Gas yang keluar dari Second Stage Reactor dialirkan ke dalam Menara Penyerapan (Absorber) dimana CO 2 akan diserap oleh larutan MEA (Mono Ethanol Amine). Gas yang keluar dari Absorber kemudian dialirkan ke dalam Methanator (Reaktor untuk proses methanasi yaitu pembentukan metana), dimana CO dan CO 2 yang masih tersisa akan bereaksi dengan gas H 2 menjadi metana. Reaksi yang terjadi: CO + 3H 2 Æ CH 4 + H 2 O CO 2 + 4H 2 Æ CH 4 + 2H 2 O Katalis yang dipakai : Nickel Gas yang keluar dari Methanator adalah gas Hidrogen yang mengandung sedikit CH 4 dan diambil sebagai produk. Gas Hidrogen yang dihasilkan mempunyai kemurnian 95% dan banyak dipergunakan untuk berbagai macam keperluan. GAS PROCESSING 41

50 6.3 Kondisi Operasi pada Reforming Furnace Suhu umpan keluar dari Furnace Tube : 900 C Tekanan umpan = 150 psig Steam/ HC ratio = 3:1 Gambar 6.1. Diagram Alir Proses Distilasi Bertekanan 42 GAS PROCESSING

51 Gambar 6.2. Diagram Alir Proses Pembuatan LNG GAS PROCESSING 43

52 Gambar 6.3. Proses Pembuatan Gas Hidrogen Dengan Steam Reforming 44 GAS PROCESSING

53 Soal Latihan 1. Tuliskan reaksi kimia antara metana dengan steam! 2. Jelaskan kondisi operasi pada reforming furnace! 3. Jelaskan proses yang terjadi pada flowsheet berikut ini : GAS PROCESSING 45

54 BAB VII PROSES PEMBUATAN GAS NITROGEN Proses pembuatan Gas Nitrogen dilakukan disuatu unit proses yang disebut Nitrogen Plant. 7.1 Bahan Baku Bahan pembuatan Gas Nitrogen adalah Udara. Di dalam udara terkandung Nitrogen yang cukup besar yakni sekitar 79 %, dan Oksigen sekitar 21 %. 7.2 Produk Dari proses ini akan dihasilkan Gas Nitrogen dan Cairan Oksigen. 7.3 Prinsip Proses Dalam pembuatan Gas Nitrogen ini memakai prinsip proses, yaitu udara dicairkan dengan cara kompresi dan ekspansi, kemudian udara cair tersebut dipisahkan menjadi Oksigen dan Nitrogen di dalam kolom Fraksinasi/ rektifikasi berdasarkan titik didih masingmasing komponen. Titik Didih Oksigen : C pada tekanan 1 atm. Titik didih Nitrogen : C pada tekanan 1 atm. 7.4 Peralatan utama Peralatan utama yang dipergunakan adalah kolom fraksinasi/reksifikasi, dimana kolom fraksinasi ini terbagi manjadi 2 (dua) bagian, yaitu kolom fraksinasi atas dan kolom fraksinasi bawah. 7.5 Uraian Proses Urutan Proses (1) Udara umpan dengan tekanan sekitar 200 atm didinginkan di dalam HE (Heat Exchanger) oleh produk gas Nitrogen dingin, kemudian mengalir kedalam pipe coil yang ada didasar kolom fraksinasi bawah, selanjutnya dieksponsikan melalui Expansion Valve (EV) dari tekanan 200 atm diturunkan menjadi 4-6 atm. (2) Udara tersebut menjadi dingin terus mencair dan masuk kekolom Fraksinasi bawah pada (C). (3) Didalam kolom Fraksinasi bawah tersebut, udara cair turun kebawah melalui tray-tray dan mengalami fraksinasi. Dasar kolom ini menerima panas dari aliran udara tekan yang mengalir di dalam pipe coil. Cairan yang kaya akan Oksigen mengumpul didasar kolom pada (b), sedang Nitrogen menguap keatas. 46 GAS PROCESSING

55 (4) Cairan yang kaya akan Oksigen ini mengalir melalui katup keluar (e) dan masuk ke dalam kolom Fraksinasi atas pada (f) karena adanya perbedaan tekanan antara kolom Fraksinasi bawah (4-6 atm) dan kolom Fraksinasi atas (1,3 atm). (5) Di dalam kolom Fraksinasi atas, cairan yang kaya akan Oksigen tersebut turun melalui tray-tray sambil melepaskan uap Nitrogen yang terbawa dan terkumpul pada (h) sebagai cairan Oksigen dengan kemurnian diatas 90 %, dan dikeluarkan dari kolom sebagai produk. (6) Di dalam kolon Fraksinasi bawah, Uap Nitrogen naik keatas, masuk kedalam pipa tegak menuju keatap yang berbentuk kubah (dome). Uap Nitrogen pada waktu menyentuh atap terus mengembun dan mengalir pada sisi bawah atap dome menuju ketepi atap dan jatuh ketalang pada (k). (7) Cairan yang kaya akan Nitrogen ini mengalir melalui valve (e), masuk ke HE (m) kemudian mengalir keatas dan masuk ke Kolom Fraksinasi atas pada (n) karena adanya perbedaan tekanan. (8) Cairan yang kaya akan Nitrogen tersebut turun kebawah melalui tray-tray. Disini uap Nitrogen yang telah bebas dari oksigen keluar sebagai produk melalui puncak Kolom Fraksinasi atas pada (o), kemudian melalui HE (m) dan selanjutnya melalui HE (p) guna mendinginkan udara tekan (umpan) yang baru masuk. GAS PROCESSING 47

56 Gambar 7.1. Diagram Alir Proses Pembuatan Gas Nitrogen Keterangan gambar: a. Jalan masuk bagi udara dengan tekanan 200 atm. b. Tempat berkumpul udara cair yang kaya akan oksigen. c. Udara yang telah dingin dan cair memasuki Kolom Bawah. d. Kolom Rektifikasi Bawah. e. Katup keluar (exit valve) bagi cairan yang mengandung ±40 % oksigen. f. Cairan kaya akan oksigen yang memasuki Kolom Rektifikasi Atas. g. Kolom Rektifikasi Atas. h. Tempat berkumpulnya oksigen cair. i. Katup keluar bagi oksigen cair dengan kemurnian 90 % atau lebih. j. Sarana pengembun berupa kumpulan pipa dan kubah (condensing tubes and (dome) untuk Kolom Rektifikasi Bawah. k. Hasil puncak kolom Rektifikasi Bawah yang telah mengembun dan kaya akan nitrogen. l. Katup keluar (Relieve valve) bagi cairan yang kaya akan nitrogen yang akan mengalir ke Kolom Rektifikasi Atas. m. Alat Penukar Panas antara cairan yang kaya akan nitrogen dengan gas nitrogen. n. Cairan kaya nitrogen memasuki Kolom Atas. o. Gas nitrogen dingin keluar dari puncak Kolom Atas. p. Alat Penukar Panas antara udara tekan yang baru masuk dengan gas nitrogen yang keluar. 48 GAS PROCESSING

57 Soal latihan 1. Sebutkan bahan baku dari proses pembuatan gas nitrogen! 2. Jelaskan prinsip proses dari pembuatan gas nitrogen! 3. Jelaskan uraian proses dari pembuatan gas nitrogen! 4. Gambarkan diagram alir dalam proses pembuatan gas nitrogen! 5. Sebjtkan kegunaan dari gas nitrogen tersebut dalam dunia industri! GAS PROCESSING 49

58 BAB VIII PROSES TERMO DINAMIKA UAP 8.1 Umum Dalam bab ini akan dibahas tentang hukum-hukum termodinamika yang banyak diterapkan dalam proses termodinamika uap. Di dalam hukum termodinamika menjelaskan bahwa energi dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk, yakni dapat berupa energi mekanik, energi panas, energi listrik, dll. Di dalam proses termodinamika, kemungkinan mengalami proses kompresi atau ekspansi yang dapat berlangsung pada volume konstan, tekanan konstan, temperatur/suhu konstan, adiabatis, dan politropis. Masing-masing proses tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu dengan lainya Hukum Gas Sempurna. Sifat-sifat fisik gas sempurna dalam kenyataanya sangat dipengaruhi oleh tiga variabel berikut : (1) Tekanan. (2) Volume yang ditempati. (3) Suhu. Hubungan antara ketiga variabel tersebut telah dipelajari oleh tiga orang ahli fisika bernama Robert Boyle, Frenchnan Jacques A.C.Charles, Gay-Lusac, yang masing-masing menyatakan suatu hukum yang berlaku pada gas sempurna seperti berikut : (1) Hubungan antara Tekanan dan Volume. Hubungan antara tekanan dan volume gas dalam proses kompresi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: Jika selama kompresi suhu gas dijaga tetap, maka pengecilan volume menjadi ½ kali akan menaikkan tekanan menjadi 2 kali lipat. Demikian juga jika volume diperkecil menjadi 1/3 kali, maka tekanan akan naik menjadi 3 kali lipat, dst. Jadi secara umum dapat dikatakan sebagai berikut: Jika gas dikompresikan (atau diekspensikan) pada suhu tetap, maka perubahan tekanan gas tersebut akan berbanding terbalik dengan volumenya Pernyataan ini dikenal dengan Hukum Boyle dan dapat dirumuskan pula sebagai berikut: 50 GAS PROCESSING

59 Jika suatu gas mempunyai volume V 1 dan tekanan P 1 dimampatkan atau diekspensikan pada suhu tetap hingga volumenya menjadi V 2, maka tekanan gas akan menjadi P 2 dan hasil perkaliannya tetap, sehingga: P 1 V 1 = P 2 P 2 = tetap Disini tekanan dapat dinyatakan dalam satuan kg/cm 2 atau Pa. Dan volume dinyatakan dalam satuan m 3. (2) Hubungan antara suhu dan volume. Seperti halnya zat padat dan zat cair, gas akan mengembang jika dipanaskan pada tekanan tetap. Dibandingkan dengan zat padat atau zat cair, gas mempunyai koefisien muai yang jauh lebih besar. Dari pengukuran koefisien muai berbagai gas, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Semua jenis gas apabila dinaikkan suhunya sebesar 1ºC pada tekanan tetap, maka akan mengalami pertambahan volume sebesar 1/273 dari volume semula pada 0 o C. Dan sebaliknya, apabila suhunya diturunkan sebesar 1 o C, maka akan mengalami penyusutan volume dengan proporsi /perbandingan yang sama. Pernyataan tersebut dikenal sebagai Hukum Charles.Hukum ini dapat dirumuskan pula sebagai berikut: Jika suatu gas pada 0ºC mempunyai volume Vo, maka pada suhu t 1o C untuk tekanan yang sama, gas tersebut akan mempunyai volume V 1, dimana 1 t 1 V 1 = Vo + t 1. Vo = Vo ( 1 + ) Pada suhu t 2o C untuk tekanan yang sama pula, gas mempunyai volume t 2 V 2 = Vo ( 1 + ) 273 Jika kedua persamaan tersebut diperbandingkan, maka diperoleh persamaan seperti berikut : V 1 ( t 1 ) = V 2 ( t 2 ) Simbol t menyatakan suhu dalam skala o C (Celcius). Skala ini mempunyai harga 0 ºC pada titik beku air dan harga 100 ºC pada tiik didih air pada tekanan 1 atmosfir. Di samping skala Celcius, dapat juga dipakai skala GAS PROCESSING 51

60 o Kelvin (ºK) dimana 0 ºK = ºC. Suhu yang didasarkan pada skala ºK ini disebut suhu mutlak gengan simbol T. Adapun hubungan antara t dan T dapat ditulis sebagai berikut: T ºK = t ºC Jika suhu dinyatakan dalam suhu mutlak (ºK), maka diperoleh persamaan seperti berikut: V 1 T 1 = V 2 T 2 Jadi menurut persamaan ini, hukum Charles dapat pula dikatakan sebagai berikut: Pada proses tekanan tetap, volume gas berbanding lurus terhadap suhu mutlaknya, dan harga perbandingannya tetap. V 1 V 1 = = tetap T 1 T 2 (3) Hubungan antara Tekanan dan Suhu Jika gas dipanaskan pada suatu ruangan tertutup dimana ia tidak dapat berekspansi (mengembang), maka sebagai akibatnya tekanan di dalam ruangan tersebut akan naik. Perilaku gas seperti inilah yang telah diteliti oleh Goy Lusac, dan menyatakan sebagai berikut: semua gas jika dipertahankan pada volume tetap, maka perubahan tekanannya berbanding lurus terhadap suhu mutlaknya, dan harga perbandingan tekanan terhadap suhunya konstan/tetap. (4) Persamaan Keadaan. P 1 P 1 = = tetap T 1 T 2 Hukum Boyle, Charles dan Goy Lusac dapat digabungkan yang disebut hukum Boyle-Goy Lusac yang dapat dinyatakan sebagai berikut: P 1. V 1 P 1.V 2 = = tetap T 1 T 2 52 GAS PROCESSING

61 Avogadro menyatakan bahwa semua gas pada tekanan dan suhu normal (p = 1 atm dan t = 0ºC atau T = 273ºK) setiap grol (grammol) menempati volume sebesar 22,4 liter atau V = 22,4 liter/grol. Dengan demikian besarnya konstanta gas umum (R) dapat dinyatakan sebagai berikut : P.V 1 atm.22,4 liter/grol R = = T 273ºK ltr.atm = 0,08205 grol ºK R dengan satuan tertentu harganya tetap untuk semua gas, namun berbeda untuk satuan yang berbeda. Berikut beberapa harga R dengan berbagai satuan: Harga Numerik Satuan 0, ,05 ltr.atm grol. ºK atm..cm 3 grol. ºK 10,73 0,73 1,315 1,985 1,975 psia.ft 3. lbmol ºR atm,ft 3 lbmol ºR atm,ft 3 lbmol ºK BTU lbmol ºR cal grol ºk Dengan demikian, untuk n grol gas berlaku rumus berikut P.V = n.r.t dimana: GAS PROCESSING 53

62 P = Tekanan mutlak dari gas ( psia, atm) V = Volume gas ( m 3, liter,ft 3 ) n = Massa gas ( grol,kgmol, lbmol) R = Konstanta gas umum. T = Suhu mutlak dari gas (ºK, ºR) Contoh soal 1: Berapa besarnya Konstanta gas (R), kalau volume dalam liter, tekanan dalam atm, suhu dalam ok, sedangkan n = 1 grol. Penyelesaian : 1 grol setiap gas pada kondisi standart (1 atm, 0ºC), volumenya = 22,4 liter Æ Pernyataan Avogadro. Dari data di atas, dapat ditulis ; D 1 D 2 D 3 : n = 1 grol P = 1 atm V = 22,4 liter T = 0 ºC = ( ) ºK = 273 ºK : R? : Persamaan gas P.V = n.r.t. R = 1 atm,22,4 liter 1 grol.273ºk ltr.atm R = 0,08205 grol. ºK Contoh Soal 2: Berapa besarnya Konstanta gas (R), kalau volume dalam ft 3, tekanan dalam psi, suhu dalam ºR (Renkine), dan massa (n) 1lbmol (lbm). Penyelesaian: 1lbm setiap gas pada kondisi standard volumenya = 359ft 3. Dari data di atas, dapat ditulis D 1 D 2 : n = 1 lbm P = 1 atm = 14,7 psi V = 359 ft 3 T = 32 ºF = ( ) ºR = 492ºR : R? 54 GAS PROCESSING

63 D 3 : Persamaan gas P.V = n.r.t R = P V/n T 14,7 psi. 359 ft R = 1 lbm.492 ºR psi ft 3 R = 10,73 lbm ºR Contoh soal 3 : Suatu ruangan berukuran : Panjang = 5 m, lebar = 4 m, tinggi = 3m, suhu ruangan = 30 ºC, dan tekanan = 1 atm. Ruangan tersebut berisi udara. Berapa massa (n) udara di dalam ruangan tersebut, jika besarnya konstanta gas ( ) Penyelesaian : D 1 : p = 5 m D 2 D 3 l t = 4 m = 3 m Volume = 5m x 4m x3m = 60m 3 = dm 3 Maka volume ruangan = liter V = liter P = 1 atm T = 30oC = ( ) ok = 303 ok R = 0,08205 : Massa udara (n)? : Persamaan gas P.V = n.r.t n = P.V/R.T = 1 atm ltr ltr atm 0, ºK grol ºK n = 2.413,404 grol GAS PROCESSING 55

64 Contoh soal 4 : Tabung berisi oksigen mempunyai tekanan 1,5 atm, massa (n) = 0,61 grol, temperatur = 27 ºC, Konstanta gas Berapa volume gas oksigen tersebut? Penyelesaian: D 1 : P = 1,5 atm n = 0,61 grol V = 359 ft 3 T = 27 ºC = ( ) ºK = 300ºK D 2 D 3 : V? : Persamaan gas P.V = n.r.t n.r.t V = P ltr.atm 0,61 grol. 0, ºK grol ºK = 1,5 atm = 10,01 liter. V = ~10 liter Contoh Soal 5 : Gas Hidrogen di dalam bejana mempunyai Tekanan Volome Massa =1,5 atm, = 1000 liter = 610 grol tr,atm Konstanta gas = 0,08205 grol ºK Berapa ºC suhu gas Hidrogen didalam bejana? Penyelesaian: D 1 : p = 1,5 atm V = 1000 liter n = 610 grol. ltr atm R = 0,08205 grol ºK 56 GAS PROCESSING

65 D 2 : T? D 3 : Persamaan gas P.V = n.r.t PV T = n.r 1,5 atm.1000 ltr T = ltr atm 610 grol.0,08205 grol. ºK = 299,697 ºK = 300 ºK T = 27 ºC = ( ) ºC Contoh soal 6 : Gas Nitrogen di dalam Vessel mempunyai : Volume = 359 ft 3 Temperatur = 32 ºF Massa = 1 lbmol psia ft 3 Konstanta gas = 10,73 lbm. ºR Berapa tekanan gas Nitrogen di dalam Vessel? Penyelesaian : D 1 : V = 359 ft 3 D 2 : P? n = 1 lbm T = 32.ºF = ( ) ºR = 492 ºR psia ft 3 R = 10,73 lbm. ºR D 3 : Persamaan gas P.V = n.r.t n.r.t P = V psia ft 3 1 lbm.10, ºR lbm. ºR = ft 3 GAS PROCESSING 57

66 P = 14,7 psia Soal-soal: 1. Gas oksigen di dalam suatu balon dengan Volume = 10 liter, Tekanan = 1,5 atm dan Temperatur = 300 ºK ltr.atm Konstanta gas = 0,08205 grol. ºK Hitung masa gas oksigen (n) 2. Bila kemudian balon mengalami bocor, sehingga volume oksigen di dalam balon tinggal separuhnya, dan tekanannya tiggal 1,2 atm. Berapa massa (n) oksigen yang hilang (bocor), bila suhu awal sama dengan suhu akhir. 3. Berapa volume gas Hidrogen, bila diketahui : Suhu gas = 32 ºF Tekanan = 1 atm. Massa gas = 1 lbm psia ft 3 Konstanta gas = 10,73 lbm. ºR 4. Udara didalam ruangan mempunyai Massa gas = 965,362 grol. Temperatur = 30 ºC Tekanan = 1 atm ltr.atm Konstanta gas = 0,08205 grol. ºK Hitung Volume udara. (5) Specific Gravity (SG) Gas Specific Gravity gas adalah perbandingan antara density udara pada suhu dan volume yang sama, pada suhu dan volume yang sama, r zat SG = r dipilih 58 GAS PROCESSING

67 - Untuk zat cair : Yang dipilih sebagai pembanding adalah air - Untuk Gas : Yang di[ilih sebagai pembanding adalah udara. Untuk gas, SG dapat dihitung dengan formula: BM gas SG = Æ untuk gas murni BM Udara BM gas SG = Æ untuk gas campuran. BM Udara BM = Berat molekul. BM gas dapat dilihat/dicari di tabel, sedangkn BM udara dapat dihitung dengan formula: BM udara = 21 %. BM %..BM N2 = 0, = ~29 Satuan untuk BM: gram/grol, lb/lbmol, kg/kgmol. Contoh 1. Menghitung SG gas Metana (CH 4 ). Dari tabel diperoleh harga BM CH 4 = 16 lb/lbmol Contoh 2. BM udara = 29 lb/lbmol 16lb/lbmol SG C1 = 29lb/lbmol = 0,5517. Menghitung SG N 2, Dari tabel diperoleh BM N 2 = 28 lb/lbmol 28lb/lbmol BM N 2 = 29lb/lbm = 0,9655 (6) Densitas Gas Densitas gas sangat dipengaruhi oleh variabel operasi (suhu, tekanan, dan volume), dan dinyatakan sebagai banyaknya berat G (massa) per satuan volume ( r = ) V Dimana: GAS PROCESSING 59

68 r (rho) = Densitas/Density Gas. G V = Beras gas. = Volume Gas. Dengan mengacu pada persamaan umum gas sempurna, maka persamaan tersebut dapat dimodifikasi untuk menentukan besarnya densitas gas sebagai berikut : Dimana : r P BM T Contoh : P.BM r = R.T = Densitas gas. = Tekanan mutlak gas. = Berat molekul Gas = Suhu mutlak gas. - Berapa densitas Gas N2 pada kondisi : P = 20 atm. T = 27ºC = ( ) ºK.= 300 ºK ltr.atm R= 0,08205 Penyelesaian : grol. ºK Dari tabel, didapat harga BM N 2 =28 gram/grol. P.BM r N 2 = R.T (7) Compreeibility Factor ( Z ) 20 atm. 28 gram/grol. = ltr,atm 0, ºK Grol. ºK = 22,75 gram/liter. Compreeibility Factor (Faktor Kompresibilitas) Gas adalah merupakan faktor koreksi dari persamaan Gas sempurna (Gas Ideal). Setelah dikoreksi, persamaan menjadi: Harga Z dipengaruhi oleh: - Jenis Gas. P.V = Z.n.R.T 60 GAS PROCESSING

69 - Tekanan dan suhu kritis. Jenis Gas Setiap gas mempunyai temperatur kritis (Critical temperatur) dan tekanan kritis (Critical pressure), yang dapat dicari/dilihat dalam table. Harga compressibility factor suatu gas dicari dari compressibility Chart (grafik) asalkan suhu tereduksi (Tr) dan tekanan tereduksi (Pr) gas diketahui. Keterangan : Z = Compressibility Factor. Tr = Reduced Temperatus. Pr = Reduced Preeure. = Tekanan Tereduksi. Tc = Critical Temperature. = Suhu Kritis = Suhu tertinggi dimana gas masih dapat dicairkan dengan peningkatan tekanan. Pc = Critical Pressure = Tekanan kritis. = Tekanan yang diperlukan pada suhu kritis untuk mengubah fase gas menjadi cair. Untuk mencari harga Compressibility Factor (Z) dari grafik, dengan para meter : P T Pr = : Tr = Pc Tc Contoh soal 1 Tabung berisi gas H 2 (Hidrogen) Volumenya Tekanannya = 20 liter. = 564 psia Suhunya = 50 º Hitung berat gas hidrogem dalam tabung tersebut ltr atm R = 0,08205 grol. ºK Penyelesaian: D 1 : Tabung berisi gas H 2 V = 20 liter GAS PROCESSING 61

70 D 2 1atm P = 564 psia = 564 psia. = 38, 37 atm 14,7 psia T = 50 º ltr.atm R = 0,08205 grol. ºK : Berat Gas H 2 (G) D 3 : Lihat tabel 8.1. : Dari tabel didapat: BMH 2 Tc Pc = 2 gram/grol. = 33 K = 188 psia 62 GAS PROCESSING

71 Tabel 8.1 Physical Constanta Gambar 8.1 Grafik Reduced Pressure GAS PROCESSING 63

72 Mencari harga Z dengan parameter P 564 psia Pr = = = 3 Pc 188 psia T 50 ºK Tr = = = 1,5 Tc 30 ºK Dengan diperoleh harga : Pr = 3 Tr = 1,5 Dari grafik 8.1 didapat harga Z= 0,785. Untuk harga Z, kemungkinan perolehan dari masing-masing siswa tidak sama, tergantung dari ketelitian dalam menggunakan grafik. Selanjutnya harga Z masukkan kedalam persamaan P.V = Z.n.R.T. Untuk mencari berat, dapat langsung mengeliminer n. n P.V P.V.BM G = sehingga persamaan menjadi BM G = Z..R.T BM = Z.G.R.T P.V.BM G = Z.R.T 38,37atm.20ltr.2 gram/grol =.... ltr. atm 0,785.0, ºK grol. ºK G = 476,58 gram Contoh soal 2 Sebuah bejana berisi gas Nitrogen (N2) dengan Volume Tekanannya = 5000 liter. = 1479 psia. Suhunya = 252 ºK 64 GAS PROCESSING

73 Hitung berat gas Nitrogen didalam bejana tersebut. ltr.atm R = 0, grol. ºK Penyelesaian : D 1 : Bejana berisi gas N 2 V = 5000 liter P = 1479 psia T = 252 ºK D 2 : Berat Gas N 2 D 3 ltr.atm R = 0,08205 : Lihat tabel : Dari tabel 8.1 didapat : BMN 2 Tc = 126 ºK Pc = 493 psia grol. ºK = 28 gram/grol. Mencari harga Z dengan parameter P 1479 psia Pr = = = 3 Pc 493 psia T 252 ºK Tr = = = 2 Dengan diperoleh harga : Tc 126 ºK Pr = 3 Dari grafik 8.1 Tr = 2 didapat harga Z = 0,95. Selanjutnya harga Z masukkan ke dalam persamaan P.V = Z.n.R.T. P.V n = Z.R.T atm 1479psia liter 14,7psia =..... ltr. atm GAS PROCESSING 65

74 n 0,95.0, ºK grol. ºK = ,50 grol. Bila dijadikan satuan berat, maka G G = n.bm = ,50 grol.28 gram/grol. = gram 1kg = gram gram = 717,094 kg Lanjutan contoh soal 2 Apabila suatu saat bejana yang berisi gas N2 bocor, sehingga tekanannya tinggal 986 psia, maka : a) Hitung berat gas N2 yang bocor ( hilang ) b) Hitung SG gas N2. c) Hitung density gas N2 sebelum dan sesudah bocor. Suhu awal sama dengan suhu akhir. Ltr.atm R = 0,08205 grol. ºK Penyelesaian; D 1 : P = 986 psia (p sisa) D 2 : D 3 : V = 5000 liter T = 252 ºK ltr.atm R = 0,08205 a. Gas N 2 yang bocor b. SG gas N 2 grol. ºK c. desity (r) gas N 2 sebelum dan sesudah bocor. Gas bocor Æ Tekanan berubah. Tekanan berubah Æ Harga Z berubah. Mencari harga Z yang baru dengan parameter P 986 psia Pr = = = 2 Pc 493 psia T 252 ºK Tr = = = 2 66 GAS PROCESSING

75 Dengan diperoleh harga, Tc 126 ºK Pr = 2 Tr = 2 Dari grafik 8.1 didapat harga Z = 0,97. Selanjutnya harga Z masukkan ke dalam persamaan a. P.V = Z.n.R.T. G P.V = Z. RT BM P.V.BM = Z.G.RT P.V.BM G Sisa = Z.R.T 1atm = 986psia liter.289 gram/grol 14,7psia = ltr. atm 0,97.0, ºK grol. ºK = ,76 gram 1kg = ,76 gram gram = 468,206 kg Jadi berat gas N 2 yang bocor/hilang = G- G sisa = kg - 468,206 kg = 248,888 kg b. Menghitung SG gas N 2 Formula : BMN 2 SGN 2 =.. BM Udara SGN2= 0, gram/grol =.. 29 gram/grol GAS PROCESSING 67

76 c. Density awal gas N2 P.BM Density (r) =. Z.R.T 1atm 1479 psia...28 gram/grol 14,7 psia =.... ltr.atm 0,95, 0, ºK grol ºK = 143,42 gram/liter Atau: G Density (r) =. V gram = liter = 143,42 gram/liter. Density akhirnya gas N2 P.BM Density (r) =. Z.R.T 1 atm 986 psia...28 gram/grol 14,7 psia =.... ltr.atm 0,97.0, ºK = 93,64 gram/liter grol ºK SOAL : Gas N2 di dalam bejana Volumenya = 35,32 ft 3 Tekanannya = 986 psia Suhunya = 454 ºR psia.ft 3 Harga Konstansa gas (R) = 10,73 lbmol ºR Hitung : a. Hitung berat gas N 2 di dalam bejana dalam satuan lb (Pound) b. Hitung density gas N 2 68 GAS PROCESSING

77 Perhitungan Gas Campuran - Gas bumi merupakan campuran senyawa hidrokarbon ringan, misalnya Methan, Ethan, Propan, Buthan, dan gas-gas ikutan lain, misalnya N 2, CO 2, dan H 2 S. - Sifat-sifat gas campuran ditentukan oleh komposisinya. - Untuk gas murni, harga Pc dan Tc dapat langsung dibaca dari Tabel, sedangkan untuk gas campuran (multi component), Pc diganti dengan Pc1 (pseudo critical pressure) dan Tc diganti Tc 1 (pseudo critical temperature). Demikian juga. Tr diganti Tr 1 (pseudo reduced temperature), dan Pr diganti Pr 1 (pseudo reduced pressure). Pseudo = semu. Untuk menghitung Pc 1 dan Tc 1, akan lebih mudah bila dibuat table seperti berikut. GAS PROCESSING 69

78 Tabel 8.2 Penghitungan Pc 1 dan Tc 1 Untuk mencari harga Z, menggunakan parameter : P Pr 1 = Pc 1 T Tr 1 = Tc 1 Sehingga : Pr 1 = Tr 1 = Harga Z dapat dicari dari grafik. 70 GAS PROCESSING

79 Contoh Perhitungan Gas Campuran. - Natural gas di dalam tangki silinder : Volumenya = 50 m3. Tekanan gas dalam tangki = 1000 psia Suhunya = 70 F. psia ft3 R = 10,73 lbmol R Komposisi Gas : Komponen : C02 H2S C1 C2 C3 % : Hitunglah a. Berat gas di dalam tangki. Apabila pada suhu suatu saat, gas tersebut bocor dan tekanannya tinggal 806,3 psia, sedangkan volume, suhu dan konstanta gas (R) tetap, maka: b. Hitung berat gas yang bocor/hilang. c. Hitung SG gas. d. Hitung density gas mula-mula dan setelah bocor. Penyelesaian : Mula-mula kita buat tabel, atau mengisi kolom yang kosong pada tabel apabila sudah disediakan, dengan petunjuk yang ada pada kop masing-masing kolom. Bentuk tabelnya seperti berikut: GAS PROCESSING 71

80 Tabel 8.3. Penyelesaian 72 GAS PROCESSING

81 Tabel 8.4 Penyelesaian lanjutan 8.3 GAS PROCESSING 73

82 Tabel 8.5. Physical Constants 74 GAS PROCESSING

83 Gambar 8.2 Reduced Pressure GAS PROCESSING 75

PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL

PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL PROSES PENGOLAHAN GAS ALAM CAIR (Liquifed Natural Gas) Gas alam cair atau LNG adalah gas alam (metana terutama, CH4) yang telah diubah sementara untuk bentuk cair untuk kemudahan penyimpanan atau transportasi.

Lebih terperinci

Proses Pengolahan Gas Alam Gas alam mentah mengandung sejumlah karbon dioksida, hidrogen sulfida, dan uap air yang bervariasi.

Proses Pengolahan Gas Alam Gas alam mentah mengandung sejumlah karbon dioksida, hidrogen sulfida, dan uap air yang bervariasi. Proses Pengolahan Gas Alam Gas alam mentah mengandung sejumlah karbon dioksida, hidrogen sulfida, dan uap air yang bervariasi. Adanya hidrogen sulfida dalam gas alam untuk konsumsi rumah tangga tidak bisa

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PEMISAHAN UAP AIR DALAM NATURAL GAS (GAS ALAM) Lilis Harmiyanto. SST* ) Abstrak

OPTIMALISASI PEMISAHAN UAP AIR DALAM NATURAL GAS (GAS ALAM) Lilis Harmiyanto. SST* ) Abstrak OPTIMALISASI PEMISAHAN UAP AIR DALAM NATURAL GAS (GAS ALAM) Lilis Harmiyanto. SST* ) Abstrak Keberadaan natural gas (gas alam) di dalam perut bumi tidak dapat terpisahkan dari air. Pada umumnya gas alam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka penunjang penelitian ini meliputi beberapa penjelasan mengenai proses pemurnian pada gas, proses dehidrasi gas yang terdapat di SPG Merbau, larutan Triethylene

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dimetil Eter Dimetil Eter (DME) adalah senyawa eter yang paling sederhana dengan rumus kimia CH 3 OCH 3. Dikenal juga sebagai methyl ether atau wood ether. Jika DME dioksidasi

Lebih terperinci

GAS ALAM. MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Kimia Dalam Kehidupan Sehari_Hari Yang dibina oleh Bapak Muntholib S.Pd., M.Si.

GAS ALAM. MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Kimia Dalam Kehidupan Sehari_Hari Yang dibina oleh Bapak Muntholib S.Pd., M.Si. GAS ALAM MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Kimia Dalam Kehidupan Sehari_Hari Yang dibina oleh Bapak Muntholib S.Pd., M.Si. Oleh: Kelompok 9 Umi Nadhirotul Laili(140331601873) Uswatun Hasanah (140331606108)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses 3.1.1 Persiapan Bahan Baku Proses pembuatan Acrylonitrile menggunakan bahan baku Ethylene Cyanohidrin dengan katalis alumina. Ethylene Cyanohidrin pada T-01

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG. Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan. pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden

LATAR BELAKANG. Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan. pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden LATAR BELAKANG Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Mei 1995. Sumber bahan baku yang diolah di PT. PERTAMINA

Lebih terperinci

BAB IV RANCANGAN KILANG LNG MINI DENGAN SUMBER GAS SUAR BAKAR

BAB IV RANCANGAN KILANG LNG MINI DENGAN SUMBER GAS SUAR BAKAR BAB IV RANCANGAN KILANG LNG MINI DENGAN SUMBER GAS SUAR BAKAR 4.1 PEMILIHAN TEKNOLOGI LNG MINI Kilang LNG skala kecil dan sedang atau small- to mid-scale liquefaction (SMSL) berbeda dari kilang LNG skala

Lebih terperinci

BAB 2 TI NJAUAN PUSTAKA. Gas alam sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa yaitu bahan bakar fosil

BAB 2 TI NJAUAN PUSTAKA. Gas alam sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa yaitu bahan bakar fosil xiv BAB 2 TI NJAUAN PUSTAKA 2.1. Gas Alam Gas alam sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa yaitu bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana (CH 4 ). Komponen utama dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

Gambar 2.6 Diagram Skematis Kromatografi Gas Dengan Detektor Konduktivitas Thermal (TCD) (Underwood A.l., 2000). BAB 3 BAHAN DAN METODE

Gambar 2.6 Diagram Skematis Kromatografi Gas Dengan Detektor Konduktivitas Thermal (TCD) (Underwood A.l., 2000). BAB 3 BAHAN DAN METODE Gambar 2.6 Diagram Skematis Kromatografi Gas Dengan Detektor Konduktivitas Thermal (TCD) (Underwood A.l., 2000). BAB 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Alat 1) Bombe (Tabung Injeksi) LNG RDL 2) Gas Chromatography

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Larutan benzene sebanyak 1.257,019 kg/jam pada kondisi 30 o C, 1 atm dari tangki penyimpan (T-01) dipompakan untuk dicampur dengan arus recycle dari menara

Lebih terperinci

Pengolahan Minyak Bumi

Pengolahan Minyak Bumi Primary Process Oleh: Syaiful R. K.(2011430080) Achmad Affandi (2011430096) Allief Damar GE (2011430100) Ari Fitriyadi (2011430101) Arthur Setiawan F Pengolahan Minyak Bumi Minyak Bumi Minyak bumi adalah

Lebih terperinci

Secara umum tahapan-tahapan proses pembuatan Amoniak dapat diuraikan sebagai berikut :

Secara umum tahapan-tahapan proses pembuatan Amoniak dapat diuraikan sebagai berikut : PROSES PEMBUATAN AMONIAK ( NH3 ) Amoniak diproduksi dengan mereaksikan gas Hydrogen (H 2) dan Nitrogen (N 2) dengan rasio H 2/N 2 = 3 : 1. Disamping dua komponen tersebut campuran juga berisi inlet dan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Dry ice merupakan karbon dioksida padat yang mempunyai beberapa kegunaan, diantaranya yaitu pengganti es batu sebagai pengawet pada industri perikanan, untuk membersihkan

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Proses 1-Butena atau butilen dengan rumus molekul C 4 H 8 merupakan senyawa berbentuk gas yang larut dalam senyawa hidrokarbon, alkohol, eter tetapi tidak larut dalam

Lebih terperinci

FORUM IPTEK Vol 13 No. 03 STUDI PENGAMATAN PROSES DEHIDRASI PADA PROSES PEMURNIAN GAS

FORUM IPTEK Vol 13 No. 03 STUDI PENGAMATAN PROSES DEHIDRASI PADA PROSES PEMURNIAN GAS 1. Pendahuluan STUDI PENGAMATAN PROSES DEHIDRASI PADA PROSES PEMURNIAN GAS Oleh : Risdiyanta ST Abstrak Dalam proses pengolahan gas alam (natural gas) maka di lakukan proses pemurnian mulai dari pemisahan

Lebih terperinci

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan V. SPESIFIKASI ALAT Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan pabrik furfuril alkohol dari hidrogenasi furfural. Berikut tabel spesifikasi alat-alat yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alkena Alkena merupakan hidrokarbon tak jenuh yang mempunyai ikatan rangkap dua C=C. Suku alkena yang paling kecil terdiri dari dua atom C, yaitu etena. Jumlah atom H pada gugus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Minyak bumi terutama terdiri dari campuran senyawa-senyawa hidrokarbon yang sangat kompleks, yaitu senyawa-senyawa organik yang mengandung unsurunsur karbon dan hidrogen. Di samping

Lebih terperinci

PROSES KERJA GAS COMPRESSOR DIDALAM PENGOLAHAN GAS ALAM DI PT. CNOOC SES Ltd.

PROSES KERJA GAS COMPRESSOR DIDALAM PENGOLAHAN GAS ALAM DI PT. CNOOC SES Ltd. PROSES KERJA GAS COMPRESSOR DIDALAM PENGOLAHAN GAS ALAM DI PT. CNOOC SES Ltd. Nama : Eirene Marten S. NPM : 22411340 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Ir. Arifuddin, MM. MSC Abstraksi Gas compressor

Lebih terperinci

BAB III PROSES PEMBAKARAN

BAB III PROSES PEMBAKARAN 37 BAB III PROSES PEMBAKARAN Dalam pengoperasian boiler, prestasi yang diharapkan adalah efesiensi boiler tersebut yang dinyatakan dengan perbandingan antara kalor yang diterima air / uap air terhadap

Lebih terperinci

KOMPOSISI MINYAK BUMI

KOMPOSISI MINYAK BUMI KOMPOSISI MINYAK BUMI Komposisi Elementer Minyak bumi dan gas alam adalah campuran kompleks hidrokarbon dan senyawa-senyawa organik lain. Komponen hidrokarbon adalah komponen yang paling banyak terkandung

Lebih terperinci

OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA

OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA Prof. Indra Bastian, MBA, Ph.D, CA, CMA, Mediator PSE-UGM Yogyakarta,25 Agustus 2014 PRODUK GAS 1. Gas alam kondensat 2. Sulfur 3. Etana 4. Gas alam cair (NGL): propana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya pembangunan dan aktifitas produksi pada berbagai sektor industri di Indonesia, menyebabkan semakin besarnya kebutuhan energi yang harus dipenuhi.

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Maleic Anhydride dari Butana Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Maleic Anhydride dari Butana Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang meningkatkan pembangunan di berbagai bidang, salah satunya di bidang industri. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

LAPORAN SKRIPSI ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA CAMPURAN GAS CH 4 -CO 2 DIDALAM DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN METODE CONTROLLED FREEZE OUT-AREA

LAPORAN SKRIPSI ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA CAMPURAN GAS CH 4 -CO 2 DIDALAM DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN METODE CONTROLLED FREEZE OUT-AREA LAPORAN SKRIPSI ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA CAMPURAN GAS CH 4 -CO 2 DIDALAM DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN METODE CONTROLLED FREEZE OUT-AREA Disusun oleh : 1. Fatma Yunita Hasyim (2308 100 044)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Nitrometana Nitrometana merupakan senyawa organik yang memiliki rumus molekul CH 3 NO 2. Nitrometana memiliki nama lain Nitrokarbol. Nitrometana ini merupakan

Lebih terperinci

MENENTUKAN SUHU MINIMAL PADA CONDENSOR DAN REBOILER DENGAN MENGGUNAKAN KESETIMBANGAN

MENENTUKAN SUHU MINIMAL PADA CONDENSOR DAN REBOILER DENGAN MENGGUNAKAN KESETIMBANGAN MENENTUKAN SUHU MINIMAL PADA CONDENSOR DAN REBOILER DENGAN MENGGUNAKAN KESETIMBANGAN oleh Lilis Harmiyanto *) ABSTRAK Di dalam proses distilasi untuk memisahkan gas-gas dengan cairannya perlu pengaturan

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT

PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT PRODU KSI A SAM SU LFAT BAB III PROSES PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT 3.1 Flow Chart Proses Produksi Untuk mempermudah pembahasan dan urutan dalam menguraikan proses produksi, penulis merangkum dalam bentuk

Lebih terperinci

RANCANGAN KILANG LPG DENGAN BAHAN BAKU GAS SUAR BAKAR

RANCANGAN KILANG LPG DENGAN BAHAN BAKU GAS SUAR BAKAR - Harga jual produk LPG sebesar US$500/ton; - Harga jual produk kondensat sebesar US$52/barel; - Harga jual lean gas sebesar US$2,5/mmbtu. Asumsi perhitungan untuk skenario B: - Processing fee LPG sebesar

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

PROSES PEMISAHAN FISIK

PROSES PEMISAHAN FISIK PROSES PEMISAHAN FISIK Teknik pemisahan fisik akan memisahkan suatu campuran seperti minyak bumi tanpa merubah karakteristik kimia komponennya. Pemisahan ini didasarkan pada perbedaan sifat fisik tertentu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tetradecene Senyawa tetradecene merupakan suatu cairan yang tidak berwarna yang diperoleh melalui proses cracking senyawa asam palmitat. Senyawa ini bereaksi dengan oksidan

Lebih terperinci

HYDRATE GAS ALAM: PREDIKSI DAN PENCEGAHANNYA

HYDRATE GAS ALAM: PREDIKSI DAN PENCEGAHANNYA HYDRATE GAS ALAM: PREDIKSI DAN PENCEGAHANNYA oleh : M. Hasan Syukur *) ABSTRAK Setiap perusahaan yang memproduksi gas alam pasti sangat menginginkan agar dalam produksinya berjalan lancar tanpa menemui

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES Alat proses pabrik isopropil alkohol terdiri dari tangki penyimpanan produk, reaktor, separator, menara distilasi, serta beberapa alat pendukung seperti kompresor, heat

Lebih terperinci

INDUSTRI GAS. Khamdi Mubarok, ST., M.Eng LOGO. Darimana Gas berasal?

INDUSTRI GAS. Khamdi Mubarok, ST., M.Eng LOGO. Darimana Gas berasal? INDUSTRI GAS Khamdi Mubarok, ST., M.Eng Darimana Gas berasal? Merupakan hasil proses alam seperti minyak bumi Gas bisa ditemukan tersendiri tanpa minyak bumi maupun bersamaan dengan minyak bumi Gas sebagaimana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil BAB II LANDASAN TEORI II.1 Teori Dasar Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat atau bejana yang disusun untuk mengubah air menjadi uap dengan jalan pemanasan, dimana energi kimia diubah menjadi energi panas.

Lebih terperinci

Tabel 1.1 Komposisi Gas Alam. Komponen Persentase mol (%)

Tabel 1.1 Komposisi Gas Alam. Komponen Persentase mol (%) SIMULASI TEKNO-EKONOMI UNTUK MODIFIKASI RANCANGAN PADA PROSES REGENERASI GLIKOL DI FASILITAS PENGOLAHAN GAS ALAM Akbar Jati, Bambang Heru Susanto, ST., MT. Teknik Kimia, Fakultas Teknik Kimia, Universitas

Lebih terperinci

Teknologi Minyak dan Gas Bumi. Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto( ) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper

Teknologi Minyak dan Gas Bumi. Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto( ) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper Teknologi Minyak dan Gas Bumi Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto(1500020074) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper Proses Sour Water Stripping di Pabrik Minyak di Indonesia Balongan Cilacap Kilang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu dari golongan palem yang dapat menghasilkan asam oleat adalah kelapa sawit (Elaenisis guineensis jacq) yang terkenal terdiri dari beberapa varietas, yaitu termasuk dalam

Lebih terperinci

Sulfur dan Asam Sulfat

Sulfur dan Asam Sulfat Pengumpulan 1 Rabu, 17 September 2014 Sulfur dan Asam Sulfat Disusun untuk memenuhi Tugas Proses Industri Kimia Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, M.S. Ayu Diarahmawati (135061101111016)

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES III.. Spesifikasi Alat Utama Alat-alat utama di pabrik ini meliputi mixer, static mixer, reaktor, separator tiga fase, dan menara destilasi. Spesifikasi yang ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Desalinasi Desalinasi merupakan suatu proses menghilangkan kadar garam berlebih dalam air untuk mendapatkan air yang dapat dikonsumsi binatang, tanaman dan manusia.

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Gasoline dari Metanol dengan Fixed Bed MTG Process dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Gasoline dari Metanol dengan Fixed Bed MTG Process dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Energi merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia di samping sandang, pangan, dan papan. Keberlangsungan hidup manusia bergantung pada ketersediaan energi. Selama

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL 6. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : X ( SEPULUH )

LEMBARAN SOAL 6. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : X ( SEPULUH ) LEMBARAN SOAL 6 Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : X ( SEPULUH ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah soal dengan

Lebih terperinci

FORUM TEKNOLOGI Vol. 03 No. 4

FORUM TEKNOLOGI Vol. 03 No. 4 PROSES PENCAIRAN NATURAL GAS ALAM) Lilis Harmiyanto. SST* ) Abstrak Unit refrigeration adalah suatu unit proses pendinginan untuk mendapatkan suhu yang rendah dari pada suhu embient, sering pendinginan

Lebih terperinci

atm dengan menggunakan steam dengan suhu K sebagai pemanas.

atm dengan menggunakan steam dengan suhu K sebagai pemanas. Pra (Rancangan PabrikjEthanoldan Ethylene danflir ' BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses 3.1.1 Langkah proses Pada proses pembuatan etanol dari etilen yang merupakan proses hidrasi etilen fase

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Hidrorengkah Aspal Buton dengan Katalisator Ni/Mo dengan Kapasitas 90,000 Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Hidrorengkah Aspal Buton dengan Katalisator Ni/Mo dengan Kapasitas 90,000 Ton/Tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Dewasa ini permasalahan krisis energi cukup menjadi perhatian utama dunia, hal ini disebabkan menipisnya sumber daya persediaan energi tak terbarukan seperti minyak bumi

Lebih terperinci

BAB III VACUUM DISTILLATION UNIT (VDU)

BAB III VACUUM DISTILLATION UNIT (VDU) BAB III VACUUM DISTILLATION UNIT (VDU) I. Pendahuluan Pada awalnya kilang hanya terdiri dari suatu Crude Distillation Unit (CDU) yang beroperasi dengan prinsip dasar pemisahan berdasarkan titik didih komponen

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT

BAB III SPESIFIKASI ALAT BAB III SPESIFIKASI ALAT III.1. Spesifikasi Alat Utama III.1.1 Reaktor : R-01 : Fixed Bed Multitube : Mereaksikan methanol menjadi dimethyl ether dengan proses dehidrasi Bahan konstruksi : Carbon steel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Proses pemurnian gas, sumber: Metso Automation. Inc

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Proses pemurnian gas, sumber: Metso Automation. Inc BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengolahan gas alam merupakan proses terpenting pada industri minyak dan gas alam yaitu mengurangi kadar komponen gas asam yang terdiri dari Karbon Dioksida (CO 2 )

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan I. Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam dunia industri terdapat bermacam-macam alat ataupun proses kimiawi yang terjadi. Dan begitu pula pada hasil produk yang keluar yang berada di sela-sela kebutuhan

Lebih terperinci

GAS ALAM (Gas Alam Terasosiasi dan Tak-terasosiasi)

GAS ALAM (Gas Alam Terasosiasi dan Tak-terasosiasi) GAS ALAM (Gas Alam Terasosiasi dan Tak-terasosiasi) Gas alam adalah campuran hidrokarbon ringan yang terbentuk secara alami yang bercampur dengan beberapa senyawa non-hidrokarbon. Gas alam takterasosiasi

Lebih terperinci

A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi

A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi Istilah minyak bumi diterjemahkan dari bahasa latin (petroleum), artinya petrol (batuan) dan oleum (minyak). Nama petroleum diberikan kepada fosil hewan dan tumbuhan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Asap cair merupakan suatu hasil kondensasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran secara langsung maupun tidak langsung dari bahan-bahan yang banyak mengandung lignin, selulosa,

Lebih terperinci

proses oksidasi Butana fase gas, dibagi dalam tigatahap, yaitu :

proses oksidasi Butana fase gas, dibagi dalam tigatahap, yaitu : (pra (Perancangan (PabnHjhjmia 14 JlnhiridMaleat dari(butana dan Vdara 'Kapasitas 40.000 Ton/Tahun ====:^=^=============^==== BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses 3.1.1 Langkah Proses Pada proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dietil eter merupakan salah satu bahan kimia yang sangat dibutuhkan dalam industri dan salah satu anggota senyawa eter yang mempunyai kegunaan yang sangat penting.

Lebih terperinci

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN Penggunaan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari sangat luas CAKUPAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian HRSG HRSG (Heat Recovery Steam Generator) adalah ketel uap atau boiler yang memanfaatkan energi panas sisa gas buang satu unit turbin gas untuk memanaskan air dan

Lebih terperinci

REFRIGERAN & PELUMAS. Catatan Kuliah: Disiapakan Oleh; Ridwan

REFRIGERAN & PELUMAS. Catatan Kuliah: Disiapakan Oleh; Ridwan REFRIGERAN & PELUMAS Persyaratan Refrigeran Persyaratan refrigeran (zat pendingin) untuk unit refrigerasi adalah sebagai berikut : 1. Tekanan penguapannya harus cukup tinggi. Sebaiknya refrigeran memiliki

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN PRA DESAIN PABRIK KIMIA 2013 DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FTI-ITS

PANDUAN PELAKSANAAN PRA DESAIN PABRIK KIMIA 2013 DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FTI-ITS PANDUAN PELAKSANAAN PRA DESAIN PABRIK KIMIA 203 DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FTI-ITS I. Ketentuan Umum. Kualifikasi : Mahasiswa yang telah memenuhi pra-syarat pengambilan TA Mengisi Pradesain Pabrik dalam FRS

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. Proses Pembuatan Trimetiletilen Secara umum pembuatan trimetiletilen dapat dilakukan dengan 2 proses berdasarkan bahan baku yang digunakan, yaitu pembuatan trimetiletilen dari n-butena

Lebih terperinci

PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN ALAT PEMURNIAN BIOGAS DARI PENGOTOR H2O DENGAN METODE PENGEMBUNAN (KONDENSASI)

PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN ALAT PEMURNIAN BIOGAS DARI PENGOTOR H2O DENGAN METODE PENGEMBUNAN (KONDENSASI) PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN ALAT PEMURNIAN BIOGAS DARI PENGOTOR H2O DENGAN METODE PENGEMBUNAN (KONDENSASI) Rizky Rachman 1,a, Novi Caroko 1,b, Wahyudi 1,c Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER

PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER 1 of 10 12/22/2013 8:36 AM PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER Efisiensi adalah suatu tingkatan kemampuan kerja dari suatu alat. Sedangkan efisiensi pada boiler adalah prestasi kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu dari beberapa tanaman golongan Palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit (Elaeis Guinensis JACQ). kelapa sawit (Elaeis Guinensis JACQ), merupakan komoditas

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK

LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. SAMATOR GRESIK UNIT AIR SEPARATION PLANT (ASP) Diajukan oleh: Yusak Adi Wijaya NRP: 5203013002 Stephen Utomo NRP: 5203013017 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 83 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 DATA FISIK DAN KIMIA BBM PERTAMINA Data Fisik dan Kimia tiga jenis BBM Pertamina diperolah langsung dari PT. Pertamina (Persero), dengan hasil uji terakhir pada tahun

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem refrigerasi kompresi uap Sistem refrigerasi yang umum dan mudah dijumpai pada aplikasi sehari-hari, baik untuk keperluan rumah tangga, komersial dan industri adalah sistem

Lebih terperinci

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran K-13 kimia K e l a s XI MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi dan pembentukan minyak bumi. 2. Memahami fraksi-fraksi

Lebih terperinci

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI, 2009 POTENSI ENERGI PANAS BUMI Indonesia dilewati 20% panjang dari sabuk api "ring of fire 50.000 MW potensi panas bumi dunia, 27.000 MW

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Saat ini hidrogen diproyeksikan sebagai unsur penting untuk memenuhi kebutuhan clean energy di masa depan. Salah satunya adalah fuel cell. Sebagai bahan bakar, jika hidrogen

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Batu bara merupakan mineral organik yang mudah terbakar yang terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap dan kemudian mengalami perubahan bentuk akibat proses fisik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2-5 Desember 2009 Makalah Profesional IATMI 08 09 NMGRAP BARU UNTUK PENENTUAN JUMLA TRAY ABSRBER PADA SISTEM DEIDRATR GAS

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF

Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-18 Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF Akhmad Syukri Maulana dan

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Kebutuhan Air Tawar Siklus PLTU membutuhkan air tawar sebagai bahan baku. Hal ini dikarenakan peralatan PLTU sangat rentan terhadap karat. Akan tetapi, semakin besar kapasitas

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas hasil optimasi sumur gas dan hasil simulasi hysys

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas hasil optimasi sumur gas dan hasil simulasi hysys BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas hasil optimasi sumur gas dan hasil simulasi hysys 4.1 HASIL OPTIMASI SUMUR GAS Optimasi sumur gas yang dilakukan dimulai dari pengumpulan data sumur gas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Reaksi pembentukan C8H4O3 (phthalic anhydride) adalah reaksi heterogen fase gas dengan katalis padat, dimana terjadi reaksi oksidasi C8H10 (o-xylene) oleh

Lebih terperinci

Gambar 1 Open Kettle or Pan

Gambar 1 Open Kettle or Pan JENIS-JENIS EVAPORATOR 1. Open kettle or pan Prinsip kerja: Bentuk evaporator yang paling sederhana adalah bejana/ketel terbuka dimana larutan didihkan. Sebagai pemanas biasanya steam yang mengembun dalam

Lebih terperinci

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah penduduk. Namun demikian, hal ini tidak diiringi dengan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah penduduk. Namun demikian, hal ini tidak diiringi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi tiap tahunnya semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Namun demikian, hal ini tidak diiringi dengan ketersediaan akan sumber

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 34 BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1. Tangki Tangki Bahan Baku (T-01) Tangki Produk (T-02) Menyimpan kebutuhan Menyimpan Produk Isobutylene selama 30 hari. Methacrolein selama 15 hari. Spherical

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara Sistem pengkondisian udara adalah suatu proses mendinginkan atau memanaskan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

SINTESIS BUTANOL H 9. OH, merupakan

SINTESIS BUTANOL H 9. OH, merupakan SINTESIS BUTANOL Salah satu jenis produksi industri kimia yang dibutuhkan dalam jumlah yang terus meningkat adalah industri n-butanol. n-butanol yang memiliki rumus kimia C 4 H 9 OH, merupakan produk hasil

Lebih terperinci

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin BAB II Prinsip Kerja Mesin Pendingin A. Sistem Pendinginan Absorbsi Sejarah mesin pendingin absorbsi dimulai pada abad ke-19 mendahului jenis kompresi uap dan telah mengalami masa kejayaannya sendiri.

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. JENIS-JENIS PROSES Proses pembuatan metil klorida dalam skala industri terbagi dalam dua proses, yaitu : a. Klorinasi Metana (Methane Chlorination) Reaksi klorinasi metana terjadi

Lebih terperinci

Proses Produksi Amonia

Proses Produksi Amonia Proses Produksi Urea Proses pembuatan Urea dibuat dengan bahan baku gas CO2 dan liquid NH3 yang disupply dari Pabrik Amonia. Proses pembuatan Urea tersebut dibagi menjadi 6 unit, yaitu: (1) Sintesa Unit

Lebih terperinci

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR Untuk mengenalkan aspek-aspek refrigerasi, pandanglah sebuah siklus refrigerasi uap Carnot. Siklus ini adalah kebalikan dari siklus daya uap Carnot. Gambar 1.

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara garis

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN Suriansyah Sabarudin 1) ABSTRAK Proses pembakaran bahan bakar di dalam silinder dipengaruhi oleh: temperatur,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Distilasi Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan campuran bahan kimia berdasarkan perbedaan kemudahan menguap (volatilitas) bahan dengan titik didih

Lebih terperinci

Tugas khusus Adi Kunchoro

Tugas khusus Adi Kunchoro Tugas khusus Adi Kunchoro 03111003045 EJEKTOR A. Fungsi Ejektor Ejektor merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan udara atau gas gas yang tidak dapat dikondensasikan di tempat-tempat vakum. Ejektor

Lebih terperinci

Materi Penunjang Media Pembelajaran Kimia Organik SMA ALKANA

Materi Penunjang Media Pembelajaran Kimia Organik SMA ALKANA ALKANA Alkana rantai pendek (metana dan etana) terdapat dalam atmosfer beberapa planet seperti jupiter, saturnus, uranus, dan neptunus. Bahkan di titan (satelit saturnus) terdapat danau metana/etana yang

Lebih terperinci

TUGAS PERANCANGAN PABRIK METHANOL DARI GAS ALAM DENGAN PROSES LURGI KAPASITAS TON PER TAHUN

TUGAS PERANCANGAN PABRIK METHANOL DARI GAS ALAM DENGAN PROSES LURGI KAPASITAS TON PER TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PERANCANGAN PABRIK METHANOL DARI GAS ALAM DENGAN PROSES LURGI KAPASITAS 230000 TON PER TAHUN Oleh: ISNANI SA DIYAH L2C 008 064 MUHAMAD ZAINUDIN L2C

Lebih terperinci

GAS ALAM. Nama Gas Senyawa komposisi Metana CH % Etana C 2 H 6 Propana C 3 H 8 iso-butana IC 4 H 10 normal-butana nc 4 H 10

GAS ALAM. Nama Gas Senyawa komposisi Metana CH % Etana C 2 H 6 Propana C 3 H 8 iso-butana IC 4 H 10 normal-butana nc 4 H 10 GAS ALAM Komposisi Gas alam seperti juga minyak bumi adalah bahan bakar fosil yang merupakan senyawa hidrokarbon (C n H 2n+2 ) dan terdiri dari campuran beberapa macam gas hidrokarbon yang mudah terbakar

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi. No.582, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG

Lebih terperinci