UPAYA MENINGKATKAN EMPATI MELAUI LAYANAN INFORMASI DENGAN METODE DISKUSI KELOMPOK. Taruyi

Transkripsi

1 Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 3, September 2015 ISSN UPAYA MENINGKATKAN EMPATI MELAUI LAYANAN INFORMASI DENGAN METODE DISKUSI KELOMPOK Taruyi SMP N 1 Wonokerto, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Abstrak Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah Empati siswa dapat ditingkatkan melalui layanan informasi dengan metode diskusi kelompok, subjek penelitian yaitu 34 siswa kelas VIII.5. Metode pengumpulan data menggunakan dokumentasi, skala dan observasi. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dengan rumus prosentase. Hasil penelitian pelaksanaan layanan informasi dengan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan Empati siswa. Kata Kunci: Diskusi Kelompok; Empati; Layanan Informasi 2015 Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan & Konseling PENDAHULUAN Di era modern sekarang ini, dimana perkembangan teknologi sekarang sudah semakin canggih, yang membuat arus informasi menjadi cepat terakses oleh banyak pihak tanpa memandang usia, jenis kelamin, semua orang bisa mendapat informasi dengan bebas, perkembangan teknologi tentunya mempunyai dampak positif dan negatif bagi individu dan masyarakat luas. Dampak positif itu seperti: komunikasi semakin cepat, jarak bukan menjadi hambatan, pekerjaan menjadi lebih mudah, produktivitas kerja semakin meningkat, dan sebagainya. Sedangkan dampak negatif seperti: tingkat ketergantungan pada teknologi tinggi, manusia menjadi malas beraktivitas karena menonton acara televisi yang tidak baik, secara tidak langsung dapat merangsang tindakan amoral seperti pemerkosaan, pembunuhan, perampokan, penganiayaan, penipuan dan sebagainya. Apabila dampak negatif ini tidak segera dikurangi, maka fitrah manusia sebagai makhluk beradab akan hilang, salah satunya rasa empati yang tidak berkembang. Siswa merupakan salah satu elemen masyarakat yang dapat memanfaatkan perkembangan teknologi dengan mudah. Mereka dengan bebas memilih hasil teknologi yang dapat digunakan, dengan usia berkisar tahun siswa SMP masih memiliki pemikiran yang masih labil, dan belum bisa berpikir yang baik atau yang tidak untuk dirinya. Hasil teknologi yang dimanfaatkan siswa tersebut dapat menimbulkan dampak positif dan negatif bagi siswa. Adapun dampak negatifnya seperti: menonton VCD porno, situs porno, adegan syur di televisi yang merangsang untuk ditiru, HP sebagai fasilitas untuk membolos dan melakukan perbuatan yang negatif. Akibat dampak negatif dari hasil teknologi itu dapat menyebabkan siswa menjadi lalai dengan tugas utamanya, menghalalkan segala cara agar dirinya senang, egois (tidak peduli dengan orang lain), sombong, melakukan perbuatan amoral seperti pemerkosaan, sex bebas, penipuan, 65

2 pencurian, pembunuhan, dan sebagainya. Rasa empati siswa juga semakin berkurang karena ketidakpeduliannya dengan orang lain. Dengan tidak berkembangannya empati siswa, maka akan menimbulkan dampak negatif seperti: siswa menjadi egois, siswa kurang mempunyai jiwa sosial, muncul perilaku fanatic sempitm, dsb. Mengingat beberapa dampak negatif yang dapat terjadi apabila empati siswa tidak dikembangkan, maka sangat diperlukan adanya upaya yang dapat meningkatkan empati siswa. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, sifat empati siswa SMP menjadi berkurang. Salah satu perilaku menipisnya empati siswa adalah siswa yang apatis (tidak mau peduli dengan yang lain), tidak perhatian terhadap teman yang terkena musibah, terlalu membesarbesarkan masalah, menuduh siswa lain sebagai sumber masalah di kelas, membantu orang yang hanya satu Geng dan sebagainya. perilaku ini semakin lama semakin berkembang, apalagi muncul gap antara si kaya dan si miskin, yang pintar dan yang tidak. Empati adalah persepsi dan komunikasi yang melibatkan resonansi identifikasi, dengan mengalami sendiri refleksi emosional yang dialami oleh orang lain. Empati berlangsung terus sepanjang hayat sebagai modus dasar bagi komunikasi yang berarti di antara orang-orang dewasa (Tubbs, 2000). Unsur-unsur dalam empati, yaitu: (a) terjadinya proses persepsi dengan orang lain; (b) terjadinya proses komunikasi dengan orang lain baik verbal maupun nonverbal; (c) mengerti (memahami) apa yang dirasakan oleh orang lain; (d) mengerti (memahami) kebutuhan orang lain; (e) tidak hanya mengandung aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif yang ditunjukkan dalam gerakan, cara berkomunikasi; (f) tidak ikut lebur dalam pengalaman emosional orang lain. Melihat banyaknya kasus tersebut, peneliti selaku guru BK, mengupayakan beberapa langkah berkaitan dengan meningkatkan empati siswa yaitu dengan menggunakan layanan yang terdapat dalam bimbingan dan konseling yaitu layanan informasi (Prayitno, 2012). Layanan informasi bertujuan untuk membekali individu dengan pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan dan meningkatkan pola kehidupan sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. Guru BK selaku guru pembimbing mempunyai tugas dalam membimbing serta membina siswa ke arah yang lebih baik, khususnya meningkatkan empati siswa menjadi lebih baik lagi. Dalam meningkatkan empati siswa, peneliti sudah pernah mengupayakan melalui layanan informasi untuk menumbuhkan empati siswa, tetapi belum mendapatkan hasil yang optimal. Untuk itu perlu dilakukan suatu inovasi pelaksanaan layanan informasi dalam meningkatkan empati siswa. Peneliti akan mencoba melakukan inovasi menggunakan metode diskusi kelompok, Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2009) Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan masalah atas suatu masalah. Tujuan dari teknik diskusi kelompok dalam pelaksanaan layanan Informasi pada materi ini yaitu agar anggota memperoleh informasi mengenai bagaimana meningkatkan empati siswa. Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu apakah empati siswa dapat ditingkatkan melalui layanan informasi dengan metode diskusi kelompok? tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui empati siswa dapat ditingkatkan melalui layanan informasi dengan metode diskusi kelompok. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Prosedur penelitian tindakan kelas menurut Arikunto (2009) model bagan penelitian tindakan secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui yaitu (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) 66

3 Refleksi. Penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Mei 2015 bertempat di SMP N 1 Wonokerto Kabupaten Pekalongan dengan subjek penelitian yaitu 34 siswa kelas VII.5. Metode pengumpulan datanya menggunakan dokumentasi, skala, dan observasi yang selanjutnya dilakukan triangulasi teknik dimana untuk menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Dalam menganalisis data penelitian tindakan bimbingan dan konseling, peneliti membandingkan antara data yang diperoleh pada saat kondisi awal sebelum diadakan tindakan, dibandingkan dengan data yang diperoleh setelah melalui tindakan pada siklus pertama dengan melalui tindakan pada siklus kedua, disebut juga dengan menggunakan tindakan deskriptif kuantitatif dan analisis observasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada kondisi awal sebelum penelitian, Empati siswa pada subyek penelitian 34 siswa dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Observasi empati siswa pada Kondisi Awal Kategori Frekuensi % Rendah 6 60 Sedang 4 40 Tinggi Jumlah Banyaknya siswa yang kurang memiliki rasa empati dikarenakan siswa belum bisa beradaptasi dan membaur dengan satu sama lainnya, masih mementingkan teman antar geng nya. Siklus I 1. Perencanaan Tindakan Tindakan pada siklus I direncanakan selama tiga pertemuan. Pertemuan dilakukan di ruang kelas VIII.5 dan dilaksanakan pada jam klasikal BK. Pertemuan pertama untuk menyusun jadwal pelaksanaan layanan informasi dengan teknik diskusi kelompok, menentukan tempat untuk pelaksanaan tindakan, menyiapkan satuan layanan informasi, menyiapkan seluruh bahan dan memberikan pre test. Pertemuan kedua melaksanakan layanan informasi mengenai empati, dan pertemuan ketiga melaksanakan layanan informasi dengan teknik diskusi kelompok. 2. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus I diantaranya: a. Peneliti menjelaskan tujuan dan tata cara pelaksanaan diskusi kelompok. Tujuan diskusi kelompok yaitu untuk mendapat berbagai informasi dan pengalaman dari peserta tentang empati. Tata caranya dengan cara peserta membentuk kelompok diskusi dan berdiskusi membahas materi yang diberikan. b. Mengelompokkan siswa yang akan dijadikan obyek penelitian yaitu dikelompokkan menjadi 8 kelompok dari 34 siswa. c. Subyek melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan tahapan layanan informasi yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. 3. Observasi Observer melakukan pengamatan dalam diskusi kelompok yaitu observer mengamati siswa antusias mengikuti penjelasan dari peneliti, siswa giat mengikuti kegiatan layanan informasi dengan 67

4 diskusi kelompok, dan mengamati perkembangan empati siswa selama proses diskusi kelompok, terdapat 4 siswa yang masih kurang bisa meningkatkan empatinya dalam berdiskusi kelompok. Ketika peserta dimintai saran perlu tidaknya kegiatan dilanjutkan, semua mengatakan sangat perlu. 4. Refleksi Berdasar hasil pengamatan, catatan peneliti dan observasi pengamat diperoleh sebagai berikut: a. Keberhasilan peneliti, yaitu: peneliti mampu mengelola kelompok diskusi, teknik yang digunakan mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti layanan informasi, waktu sesuai perencanaan, dan siswa terlihat cukup antusias melaksanakan layanan informasi, siswa sudah mulai bisa meningkatkan empatinya. b. Hambatan yang dihadapi peneliti, yaitu: masih ada 4 siswa yang belum aktif dan kurang antusias mengikuti layanan informasi serta belum bisa meningkatkan empatinya di dalam kelompok. c. Rencana perbaikan, peneliti merencanakan kembali pelaksanaan layanan informasi dengan teknik diskusi kelompok. Agar siswa lebih aktif dan antusias maka pelaksanaan layanan informasi diberikan inovasi dengan menambahkan langkah ice breaking dengan menambahkan permainan angin berhembus guna membuat siswa lebih antusias dalam mengikuti kegiatan layanan informasi dengan teknik diskusi kelompok. d. Perubahan empati siswa dari kondisi awal dan setelah siklus I berdasar pengamatan observer saat siswa melaksanakan layanan informasi dengan teknik diskusi kelompok meningkat dari rata-rata 0,47 menjadi 0,58. Siklus II 1. Perencanaan Tindakan Pertemuan siklus II direncanakan 3 kali pertemuan. Rencana tindakan pada siklus II pada dasarnya sama dengan siklus I, hanya ada perbedaan yaitu menambahkan langkah ice breaking pada pelaksanaan layanan informasi menggunakan permainan Angin berhembus guna menambah keantusiasan siswa, dan tidak terdapat pre test. 2. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus II merupakan realisasi dari rencana yang sudah disusun dan dapat dilakukan dengan baik sesuai rencana, seperti halnya: peneliti menjelaskan tujuan dan tata cara pelaksanaan layanan informasi dengan teknik diskusi kelompok, mengelompokkan siswa yang akan dijadikan kelompok, siswa melaksanakan layanan informasi dengan teknik diskusi kelompok. 3. Observasi Observer melakukan pengamatan. Di dalam hasil dari pengamatan jika pada siklus I masih dijumpai anak yang kurang antusias dan kurang aktif dalam meningkatkan empati pada saat kegiatan, pada siklus II ini sudah tidak ada. Dari hasil pengamatan siswa, siswa sudah antusias dan mampu meningkatkan empati dalam kegiatan layanan informasi secara keseluruhan. 4. Refleksi Dari hasil observasi oleh pengamat dan catatan peneliti diperoleh hal-hal sebagai berikut: pada siklus II peneliti mampu memotivasi siswa agar meningkatkan empatinya, pelaksanaan layanan informasi ditambah tahapan ice breaking dengan permainan Angin Berhembus, waktu pelaksanaan optimal, semua siswa terlihat termotivasi dalam kegiatan, semua siswa antusias mengikuti kegiatan. Empati siswa perlu dipantau agar semakin berkembang. Perubahan empati setelah siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut: 68

5 Tabel 2. Hasil observasi Empati Siswa (Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II) Kategori Kond.Awal Siklus I Siklus II Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % Rendah Sedang Tinggi Jumlah Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1 berikut: Gambar 1. Hasil Empati Siswa (Kondisi awal, Siklus I dan Siklus II) SIMPULAN Pelaksanaan layanan informasi dengan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan empati siswa. Pada tindakan yang diberikan pada siklus I, sudah meningkatkan empati siswa namun masih ada beberapa siswa yang memiliki empati yang rendah. Maka pada pelaksanaan siklus II diadakan inovasi berupa penambahan langkah ice breaking pada pelaksanaan layanan Informasi dengan permainan Angin berhembus dalam memberikan materi layanan informasi serta memberikan sebuah permasalahan untuk mencari problem solving pada saat diskusi kelompok, sehingga menstimulus peserta untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dari berbagai inovasi tersebut, pada siklus II dari hasil pengamatan terdapat peningkatan empati siswa yang sangat signifikan. UCAPAN TERIMA KASIH Dengan segala hormat kami ucapkan terima kasih kepada Dr. Eko Supraptono, M.Pd. dan Hanung Sudibyo, M.Pd, serta Kepala Sekolah, Guru, Karyawan dan Siswa kelas VII.5 SMP N 1 Wonokerto Kabupaten Pekalongan. 69

6 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara J.J. Hasibuan dan Moedjiono Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Prayitno Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: Universitas Negeri Padang Tubbs, Stewart L. & Moss, Sylvia Human Communication (Prinsip -prinsip Dasar). Pengantar: Deddy Mulyana. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 70