BAB I PENDAHULUAN. DPR, DPD dan DPRD secara menyeluruh. 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. DPR, DPD dan DPRD secara menyeluruh. 1"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan diadakannya Pengawasan Pemilihan Umum Lagislatif adalah untuk manjamin terselenggaranya pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil dan berkualitas, serta dilaksanakannya peraturan perundang-undangan mengenai pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD secara menyeluruh. 1 Keberadaan lembaga pengawas pemilu dimulai sejak tahun ketika itu dinamakan Panwaslak Pemilu pada pemilu tahun 1982 yang didasari oleh protes-protes atas banyaknya pelanggaran dan manipulasi perhitungan suara yang dilakukan oleh para petugas pemilu pada pemilu tahun Pelanggaran kecurangan pemilu juga terjadi pada pelaksanaan pemilu tahun Protes-protes ini lantas direspon oleh pemerintah dan DPR yang didominasi Golkar dan ABRI. Pada akhirnya muncullah gagasan untuk memperbaiki Undang-Undang yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pemilu tahun Demi memenuhi tuntutan PPP dan PDI, pemerintah setuju untuk mendapatkan wakil peserta pemilu ke dalam kepanitiaan pemilu. Di samping pemerintahan mengintroduksi badan baru itu yang 1 Peraturan Badan Pengawas Pemilu, No.4 Pasal 3 Tahun 2008 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Umum anggota DPR, DPD dan DPRD 1

2 diberi nama Panitia Pengawas Pelaksanaan Pemilihan Umum (Panwaslak Pemilu) yang bertugas mengawasi pelaksanaan pemilu. Badan baru tersebut akan terlibat dalam urusan pemilu untuk mendampingi Lembaga Pemilihan Umum (LPU) sampai pada pemilu era Reformasi tahun Pengawas pemilu dengan struktur, fungsi dan mekanisme kerja yang baru tetap diaktifkan. Tetapi namanya dirubah dari Pengawas Pelaksana Pemilihan Umum (Panwaslak Pemilu) menjadi Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu). 2 Perubahan terhadap pengawas pemilu baru dilakukan melalui UU No.12 Tahun Undang-undang ini sebagai payung hukum di dalam tugas, wewenang dan kewajiban penyelenggara pemilu untuk pelaksanaan pemilu tahun Dalam pasal 120 UU No.12 Tahun 2003 dinyatakan bahwa untuk melakukan pengawasan pemilu dibentuk panitia pengawas pemilu, panitia pengawas pemilu Provinsi, panitia pengawas pemilu Kabupaten/Kota dan panitia pengawas pemilu Kecamatan. 3 Dapat dipahami dengan jelas lembaga satu-satunya yang berhak melakukan pengawasan adalah Panitia Pengawas Pemilu dari segala tingkatan. Pengawas pemilu mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut : 1. mengawasi semua tahapan penyelenggara pemilu; 2. menerima laporan pelanggaran peraturan perundang-undangan pemilu; 3. menyelesaikan sengketa yang timbul dalam penyelenggaraan pemilu; DPRD. 2 pengawasan pemilihan umum 3 Undang-undang No.12 Tahun 2003 pasal 120 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan 2

3 4. meneruskan temuan dan laporan yang tidak dapat diselesaikan kepada instansi yang berwenang. Panwas dalam menjalankan tugas dan wewenangnya tersebut terutama dalam poin 4 di atas, pengawas pemilu mempunyai keharusan untuk melakukan koordinasi dengan pihak terkait, terutama lembaga penegak hukum di Indonesia. Sehingga dalam meneruskan temuan dan laporan pemilu agar berjalan dengan cepat dan baik juga dibantu oleh lembaga penegak hukum di Indonesia. Mekanisme pengawasan pemilu oleh pengawas pemilu dapat meminta keterangan dari berbagai pihak yang terkait dengan kasus pemilu yng dikaji. Hal ini disebutkan bahwa: Guna menunjang pelaksanaan pengawasan pemilihan umum, penyelenggara pemilu dan pihak terkait harus memberikan kemudahan kepada pengawas pemilu untuk memperoleh informasi sesuai dengan peraturan perundang- undangan. 4 Berdasarkan pengalaman pada pelaksanaan pemilu sebelumnya telah terbukti terjadi banyak kasus penyimpangan dan pelanggaran tidak dapat terhindarkan, baik menyangkut pelanggaran administratif, sengketa pemilu maupun pelanggaran pidana pemilu. Kasus-kasus pelanggaran yang terjadi selama pemilu tidak semua kasus dapat diselesaikan dan ditindaklanjuti yang disebabkan antara lain ada pambatasan waktu yang sangat terbatas, sehingga kasus-kasus tersebut dibiarkan begitu saja, karena secara hukum tidak mungkin diselesaikan sehingga pada akhirnya kadaluwarsa. DPD dan DPRD. 4 Undang-undang No.12 Tahun 2003 pasal 122 ayat 3 tentang Pemilu Anggota DPR, 3

4 Pemilu kedua di era Reformasi tahun 2004 yang dimaksudkan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan pemilu sebelumnya, baik memyangkut sistem pemilu, format penyelenggara, posisi penyelenggara, serta pengawas dan penegak hukum pemilu, perbaikan pengaturan pemilu, selain dimaksudkan untuk mendemokratiskan proses pemilu sehingga memenuhi standar pemilu yang demokratis, juga dalam rangka memperbaiki kualitas hasil-hasil pemilu. Perbaikan sistem penyelenggara pemilu, ternyata muncul kekecewaan di kalangan rakyat banyak. Perasaan umum rakyat yang menyatakan bahwa sistem yang demokratis ternyata tidak berbanding lurus dengan kualitas kehidupan rakyat. Rakyat pemilih menilai bahwa sebagian pemimpin politik yang menduduki lembaga legislatif dan eksekutif hasil pemilu 2004 menyimpang dari komitmen awal serta visi Reformasi. Fakta menunjukkan bahwa ada beberapa anggota DPR yang terlibat tindak pidana korupsi, tindakan asusila, penyimpangan dan pelanggaran lain dalam menjalankan tugas sebagai wakil rakyat. Demikian halnya pelanggaran yang terjadi pada pelaksanaan pemilu legislatif dan pemilu presiden dan wakil presiden diatur UU No.12 Tahun 2003 dan UU No.23 Tahun 2003 terdapat pelanggaran administrasi, pelanggaran pidana dan sengketa pada pemilu legislatif. Pada pemilu 2004 Panwas menerima laporan / temuan sebesar kasus, yang diteruskan ke KPU sebanya kasus. Untuk pelanggaran pidana selama pengawasan pemilu legislatif kasus yang masuk ke meja 4

5 panwas sebanyak kasus, yang berhasil dilimpahkan ke penyidik kasus, yang diteruskan ke kejaksaan kasus, yang dilimpahkan ke pengadilan tinggal kasus dan yang berakhir vonis kasus. Mengenai kasus sengketa pemilu legislatif yang masuk ke pengawas adalah sebanyak 644 kasus, yang berakhir dengan musyawarah 380 kasus. Sementara yang diputus final dan mengikat merupakan wewenang penuh panwas sebanyak 61 kasus. 5 Deskripsi di atas pada akhirnya harus menjadi pelajaran penting bagi pengawas pemilu berikutnya. Sejumlah persoalan hendaknya dapat diantisipasi sehingga tidak terulang kembali pada pengawasan pemilu tahun Dengan demikian perjalanan pemilu selama ini cukup bagi pemangku kepentingan untuk bisa memetik pelajaran dengan sejumlah kelebihan dan kekurangan yang dipraktekkannya sebagai lembaga penyelenggara sudah ditegaskan agar wajib menindaklanjut setiap kasus yang diajukan lembaga pengawas pemilu. 6 Pengaturan pengawasan yang menjadi tugas, wewenang dan kewajiban pemilu dari semua tingkat harus lebih rinci dan terpola dengan baik, sebagaimana ketentuan yang ada dalam peraturan perundangundangan pemilu. Peraturan perundang-undangan yang mengatur jalannya pemilu tahun 2009 yang harus ditaati dan ditegakkan oleh semua pihak adalah UU 5 Bawaslu RI bersama Masyarakat Turut Mensukseskan Pemilu 2009, Rencana Strategis Bawaslu RI, Bulletin Bawaslu, 6 Juni 2009, Sektretariat Jl. MH. Thamrin No.14 Jakarta Pusat Telp./Fax. (021) (021) Ibid. 5

6 No.22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu yang di dalamnya memuat tugas, wewenang dan kewajiban Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu), serta UU No.10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Lagislatif (DPR, DPD dan DPRD tingkat Provinsi dan tingkat Kabupaten/Kota) yang didalamnya memuat mekanisme dan pengaturan tahapan-tahapan pemilu. Lembaga pengawas pemilu memiliki peranan posisi yang strategis. Lembaga ini harus diposisikan sebagai pengemban tanggungjawab atas semua proses dan hasil pemilu, sehingga fungsi pengawasan pada akhirnya akan berjalan secara efektif dan efisien. Pengawas pemilu dibentuk untuk mengawasi agar pelaksanaan tahapan-tahapan pemilu berjalan sesuai dengan peraturan dan jadwal. Lebih dari itu pengawasan harus difungsikan sebagai salah satu faktor penting untuk meningkatkan kualitas pemilu agar asas pemilu yang Luber dan Jurdil jadwal pemilu bisa dijalankan secara konsisten. Salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap keberhasilan dalam pengawasan pemilu legislatif tahun Faktor itu adalah menyangkut aturan main yang sudah ditetapkan dapat dilaksanakan dengan baik oleh semua pemangku kepentingan. Sebaliknya akan terjadi apabila aturan yang sudah ditetapkan tidak dapat dilaksanakan dengan baik justru akan menjadi faktor penghambat bagi Panwaslu dalam menjalankan tugas, wewenang dan kewajibannya sebagai pengawas terutama Panwaslu tingkat di Kabupaten/Kota, Panwaslu 6

7 Kecamatan dan Panwaslu Lapangan, karena mereka sebagai ujung tombaknya dilapangan dalam mengungkap kasus pelanggaran, mengantisipasi terjadinya pelanggaran, melaporkan dan menyelesaikan sengketa selama pemilu berlangsung. Dengan demikian berhasil atau tidak penyelenggaraan pemilu termasuk pengawasannya di masing-masing daerah Kabipaten/Kota terkait erat dengan kinerja penyelenggara pemilu dan seberapa besar partisipasi dari semua pihak yang terkait. Tanggal 9 April 2009 merupakan puncak pesta demokrasi seluruh rakyat Indonesia, tidak terkecuali rakyat Bhumi Phala Kabupaten Temanggung untuk memilih calon wakil rakyat yang akan menjadi anggota DPR Pusat, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. Pemilu legislatif ini sebagai wujud kedaulatan rakyat yang telah memberikan warna tersendiri bagi perjalanan bangsa ini. Pemilu pasca Reformasi sejak tahun 1999, ternyata memberikan warna berbeda dibanding dengan pemilu di era Orde Baru. Dikarenakan telah memberikan ruang yang luas dan setara kepada seluruh warga negara untuk berserikat untuk membentuk dan mengembangkan potensi politiknya melalui partai politik, sehingga negara kita menganut sistem multi partai. 7 Pemilu 2009 di Kabupaten Temanggung diikuti oleh 29 partai politik dengan 423 calon legislatif (caleg) yang memperebutkan 45 kursi anggota DPRD Kabupaten Temanggung periode tahun Kabupaten Temanggung yang meliputi 20 (dua puluh) Kecamatan dibagi menjadi 6 (enam) Daerah Pemilih (Dapil) dengan perincian sebagai berikut : 7 Yami Blumut, S.P, Gema Bhumi Phala, edisi Maret-April

8 Dapil I, meliputi Kecamatan Temanggung, Tembarak, Tlogomulyo dan Selopampang (memperebutkan sebanyak 9 kursi); Dapil II, meliputi Kecamatan Bulu, Parakan, Kledung dan Bansari (memperebutkan 9 kursi); Dapil III, meliputi Kecamatan Kedu dan Kandangan (memperebutkan 6 kursi); Dapil IV, meliputi Kecamatan Kaloran, Kranggan dan Pringsurat (memperebutkan 8 kursi); Dapil V, meliputi Kecamatan Gemawang, Jumo dan Ngadirejo (memperebutkan 7 kursi); Dapil VI, meliputi Kecamatan Candiroto, Wonoboyo, Bejen dan Tretep (memperebutkan 6 kursi). Jumlah warga yang menjadi pemilih sebanyak orang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Pemilih sebanyak itu, akan menggunakan tempat pemungutan suara (TPS) yang tersebar di 289 Desa/Kelurahan. Banyaknya caleg yang memperebutkan kursi anggota DPRD Kabupaten Temanggung untuk 5 (lima) tahun kedepan berdampak pada tingginya persaingan antar caleg, baik caleg antar parpol maupun caleg dalam satu partai. Berdasarkan keputusan Mahkamah Konstitusi yang menganulir pasal 214 UU No.10 Tahun 2008, dimana komposisi ketentuan kursi anggota legislatif berdasar nomor urut pencalonan dalam partai peserta pemilu. Dengan adanya keputusan MK tersebut, maka ketentuan pasal 214 8

9 dalam UU No.10 Tahun 2008 tidak berlaku dan ketentuan perolehan kursi bagi calon anggota legislatif berdasarkan ketentuan suara terbanyak. Para peserta pemilu dalam praktek di dalamnya termasuk calon anggota legislatif maupun perorangan, berlomba-lomba saling mencari dan mendapatkan dukungan dari masyarakat pemilih sebanyak-banyaknya. Tentu saja dalam upaya memperoleh simpati masyarakat akan menggunakan berbagai strategi antara lain adanya janji-janji yang belum tentu ditepati, sampai pada membagi-bagikan komisi kepada para calon pemilih dengan meminta bantuan kepada orang lain dan sebagainya. Kesan yang ditimbulkan pada pemilu 2009, tidak ubahnya semacam perhelatan dengan kompetisi yang sangat ketat. Dengan semakin ketatnya persaingan untuk memperebutkan kesempatan memperoleh kursi pada lembaga legislatif, baik DPR, DPRD tingkat I, DPRD tingkat II maupun kursi DPD saangat dimungkinkan banyak terjadi pelanggaran pada setiap tahapan pemilu, khususnya pada tahapan kampanye yang dilakukan oleh peserta pemilu. Peran panitia pengawas pemilu disetiap jenjang, dituntut harus lebih maksimal dan dapat menjalanknan tugasnya sebagaimana telah diamanatkan oleh UU No.22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum. Pada kenyataannya cakupan wilayah pengawasan jauh lebih luas dan kompleks ketika harus menghadapi dan mengawasi perjalanan tahapantahapan dalam pelaksanaan pemilu. 9

10 Ada beberapa faktor yang dihadapi panwaslu di Kabupaten Temanggung dalam menjalankan tugas, wewenang dan kewajiban pengawasannya. Faktor-faktor tersebut yaitu: 1) Persoalan terkait ddengan kelembagaan Pengawas Pemilu, yaitu : 8 a. organisasi pengawas pemilu; b. sumber daya manusia pengawas pemilu; c. sarana dan prasarana; d. kinerja pengawas pemilu; e. hubungan kerja dengan instansi lain. 2) Partisipasi masyarakat dalam mensukseskan dan pengawasan pemilu; 3) Hubungan kerjasama antara pengawas pemilu dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU); 4) Pembagian wilayah yang menjadi tanggungjawab dari pengawas pemilu; 5) Waktu penyusunan atau pembentukan dan penetapan panwaslu beserta jajarannya di Kabupaten Temanggung. Dari masing-masing faktor tersebut dapat menjadi pendukung atau penghambat jalannya pengawasan pemilu legislatif tahun 2009 di Kabupaten Temanggung. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul : 8 Ir. Suyuti Asythri, Ketua Komisi II DPR RI, Rapat Dengar Pendapat Komisi II DPR RI dengan BAWASLU, Senin 9 Februari 2009 di ruang rapat Komisi II DPR RI. 10

11 PELAKSANAAN PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF TAHUN 2009 OLEH PANITIA PENGAWAS PEMILU DI KABUPATEN TEMANGGUNG MENURUT UNDANG-UNDANG NO.22 TAHUN B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diuraikan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah pengawasan pemilihan umum legislatif oleh Panwaslu di Kabupaten Temanggung sudah sesuai dengan UU No.22 Tahun 2007? 2. Apakah faktor pendukung dan pengahambat Panwaslu di Kabupaten Temanggung dalam menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan UU No.22 Tahun 2007? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Untuk mengetahui apakah pengawasan pemilu legislatif oleh Panwaslu di Kabupaten Temanggung sudah sesuai dengan UU No.22 Tahun ) Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pengawasan pemilu oleh Panwaslu di Kabupaten Temanggung dalam 11

12 menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan UU No.22 Tahun D. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Pemilu dan Demokrasi Pemilu adalah arena kompetisi untuk mengisi jabatan-jabatan politik di pemerintahanyang didasarkan pada peralihan formal dari warga negara yang memenuhi syarat. Peserta pemilu dapat berupa perseorangan dan partai politik. Partai politik mengajukan kandidat dalam pemilu untuk kemudian dipilih oleh rakyat. 9 Sesuai ketentuan pasal 22 E ayat (6) UUD 1945 tentang pemilihan umum untuk memilih anggota DPR, DPRD dan DPD diselenggarakan berlandaskan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil setiap lima (5) tahun sekali. Pemilu diselenggarakan dengan menjamin prinsip keterwakilan, yang artinya setiap warga negara Indonesia terjamin memiliki wakil yang duduk di lembaga perwakilan yang akan menyuarakan aspirasi rakyat di setiap tingkatan pemerintahan, dari pusat hingga ke daerah. 10 Demokrasi adalah suatu kebebasan yang dimiliki oleh setiap warga negara atau masyarakat dalam hal mengatur, mengurus, menentukan pilihan dan melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan 9 Sigit Pamungkas, Pemilu dan Demokrasi, Lab.Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIPOL UGM, hlm Penjelasan Umum, UU No.10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD, hlm.7. 12

13 bernegara telah dijamin oleh undang-undang tanpa paksaan maupun campur tangan dari pihak lain. Pasal 2 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Demokrasi terkait dalam hal kepemimpinan bangsa dimasa depan yang lebih baik, merupakan makna dari Kedaulatan berada di tangan rakyat, dalam hal ini rakyat memiliki kedaulatan, tanggungjawab, hak dan kewajiban untuk secara demokratis memilih pemimpin yang akan membentuk pemerintahan guna mengurus dan melayani seluruh lapisan masyarakat, serta memilih wakil-wakil rakyat untuk mengawasi jalannya pemerintahan. Perwujudan kedaulatan dilaksanakan melalui pemilihan umum secara langsung sebagai sarana bagi rakyat untuk memilih wakilwakilnya yang akan menjalankan fungsi pengawasan, menyalurkan aspirasi rakyat, membuat undang-undang sebagai landasan bagi semua pihak di negara Kesatuan Republik Indonesia dalam menjalankan fungsinya masing-masing, serta merumuskan anggaran pendapatan dan belanja untuk membiayai pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut. 2. Landasan Hukum Pemilu 2009 Agar tercipta derajat kompetisi yang sehat, partisipatif dan mempunyai derajat keterwakilan yang lebih tinggi, serta memiliki mekanisme pertanggungjawaban yang jelas, maka penyelenggaraan pemilihan umum harus dilaksanakan secara berkualitas dari waktu ke 13

14 waktu. Oleh karena itu, dipandang perlu mengadakan perubahan sebagai upaya penyempurnaan undang-undang pemilu yang berlaku sebelumnya. Sebagai payung hukum penyelenggaraan pemilu tahun 2009 adalah UU No.22 Tahun 2007 sebagai pengganti UU No.12 Tahun 2003 yang telah mengalami dua (2) kali perubahan. Sebagai tindak lanjut teknis pelaksanaan pemilu secara lebih rinci baik menyangkut sanksi, batas waktu, tugas, wewenang dan kewajiban Penyelenggara Pemilu dan Pengawas Pemilu sehingga akan terhindar dari penafsiran-penafsiran dan penerapan di lapangan tertuang dalam UU No.10 Tahun UU No.10 Tahun 2008 ini mengatur beberapa perubahan pokok tentang penyelenggaraan pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD, khususnya yang terkait dengan penguatan peserta pemilu, kriteria daerah pemilihan, sistem pemilu yang proporsional dengan daftar calon pemilih terbuka, terbatas dan penetapan calon terpilih, serta menyelesaikan sengketa pemilu. Perubahan-perubahan ini dilakukan untuk memperkuat lembaga perwakilan rakyat melalui langkah mewujudkan sistem multipartai sederhana yang selanjutnya akan menguatkan pula sistem pemerintahan Presidensiil sebagimana dimaksudkan dalam undangundang dasar Pemilu dalam Kehidupan Bernegara 14

15 Negara Indonesia merupakan negara hukum di mana dalam mewujudkan demokrasi yang konstitusional harus ada rule of law yang dinamis. Pemikiran tentang negara hukum pertama kali dikemukakan oleh Immanuel Kant seorang guru besar dari Rusia, namun dalam perkembangannya negara hukum mengalami perubahan yang cukup signifikan. International Commission of Jurist yang merupakan suatu organisasi ahli hukum Internasional merumuskan bahwa untuk mewujudkan negara yang demokratis di bawah rule of law maka dibutuhkan syarat-syarat dasar, sebagai berikut : a. Perlindungan konstitusionil, dalam arti bahwa konstitusi, selain dari menjamin hak-hak individu, harus menentukan pula cara proseduril untuk memperoleh perlindungan hak-hak yang menjamin, b. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak (independent and impartial tribunals), c. Pemilihan umum yang bebas, d. Kebebasan untuk menyatakan pendapat, e. Kebebasan untuk berserikat / berorganisasi dan beroposisi f. Pendidikan kewarganegaraan. 11 Lebih lanjut dalam komisi itu juga dirumuskan tentang sistem politik yang demokratis yaitu sebagai suatu bentuk pemerintahan di mana hak untuk membuat keputusan-keputusan politik diselenggarakan oleh warga negara melalui wakil-wakil yang dipilih oleh mereka dan yang bertanggung jawab kepada mereka melalui suatu proses pemilihan yang bebas. 12 Dari rumusan tersebut sangatlah jelas bahwa dalam sistem politik yang demokratis maka pemilu merupakan salah satu kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi dalam mewujudkan demokrasi perwakilan. 11 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT.Gramedia, Jakarta, 1980, hlm Ibid, hlm

16 Perkembangan demokrasi di Indonesia sudah dimulai sejak digunakannya system demokrasi parlementer yang berlaku sejak sebulan sesudah kemerdekaan diploklamirkan dan kemudian diperkuat dengan UUDS 1950 sampai dengan sekarang yang sudah mengalami perkembangan menjadi demokrasi pancasila yang konstitusional berdasarkan UUD Perkembangan pemilu tidak hanya berfungsi untuk memiluh wakil rakyat saja namun lebih dari itu pemilu memiliki fungsi-fungsi lain dalam suatu proses kenegaraan yang sangat signifikan. Setidaknya ada empat fungsi utama pemilu dalam mekanisme sosiopolitik dan kehidupan bernegara, menurut Dr. Arbi Sanit, yakni : a. Pembentukan legitimasi kekuasaan dan pemerintahan. b. Pembentukan perwakilan politik rakyat. c. Sirkulasi elit penguasa. d. Pendidikan politik rakyat. Jika diamati dari sekian fungsi pemilu sesungguhnya rakyatlah yang semestinya diberi kebebasan yang seluas-luasnya untuk menentukan wakil-wakilnya maupun sirkulasi elit penguasa. Namun demikian, acapkali pemilu dalam kenyataannya selalu dimanfaatkan oleh penguasa guna mempertahankan status quo. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Manuel Kaisiepo Pemilu penting antara lain karena berfungsi memberi legitimasi inilah yang dicari. Tetapi ia juga 16

17 mempunyai fungsi lain : mempertahankan status quo bagi rezim yang ingin terus bercokol. 13 Untuk itulah dalam proses pemilu harus ada mekanisme yang memberikan kebebasan kepada rakyat untuk terlibat secara aktif dan transparan, baik dalam penyelenggaraan maupun dalam pengawasan. 4. Pengawasan Pemilu Agar pemilu dapat berjalan demokratis dan menjamin terlaksananya asas pemilu jujur, adil, langsung, umum, bebas dan rahasia tentu saja tidak semudah yang direncanakan, lebih dari itu pemilu memerlukan sebuah pengawasan. Menurut Leonard D. White sebagaimana dikutip oleh Victor M. Situmorang dan Jusuf Juhir, yang dimaksud dengan pengawasan adalah : a) Menjamin bahwa kekuasaan benar-benar digunakan untuk tujuan yang diperintahkan dan mendapatkan dukungan serta persetujuan dari rakyat. b) Untuk melindungi hak asasi manusia yang telah dijamin oleh undang-undang dan tindakan-tindakan menyalahgunakan dan kekuasaan. 14 Selanjutnya penjelasan lebih detail tentang pengawasan dapat dinilai dari pendapat Arifin Abdul Rahman bahwa maksud dari pengawasan itu adalah : 1. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan sesuai dengan rencana yang ditetapkan, 2. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu telah berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah diterapkan, 13 Arbi Sanit, Reformasi Politik Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm Victor M. Situmorang dan Jusuf Juhir, Aspek Hukum Pengawasan Melekat, PT.Rineka Cipta, Jakarta, 1994, hlm

18 3. Untuk mengetahui apakah kelemahan-kelemahan serta kesulitankesulitan dan kegagalan-kegagalannya, sehingga dapat diadakan perubahan untuk memperbaiki serta mencegah pengulangan kegiatan yang salah, 4. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan efisien dan apakah dapat diadakan perbaikan-perbaikan lanjut sehingga mendapat efisien yang lebih benar. 15 Dari uraian di atas sangatlah jelas bahwa pengawasan yang dilakukan tidak hanya dimaksudkan untuk memenuhi ketentuanketentuan administrasi yang didasarkan aturan-aturan normatif saja, namum lebih itu pengawasan dimaksudkan untuk menjamin keadilan, kebenaran dan penegakan hak asasi manusia bagi masyarakat. Di negara-negara yang memiliki rezim politik yang demokratis telah mentradisi secara mapan, kualitas pemilu jangan kurang atau bahkan tidak pernah dipersoalkan. Jaminan atas kualitas pemilu tidak hanya melekat dalam sistem politik umumnya dan proses pemilu sendiri khususnya, tetapi juga telah berada dalam kesadaran politik dalam sistem nasional dan kelompok-kelompok kritis dalam masyarakat dapat memainkan fungsi pengawasan dan kualitas pemilu secara efektif. Namun tidak demikian dengan negara-negara yang belum sepenuhnya demokrasi dapat ditegakkan, di negara-negara transisional menuju demokrasi kualitas pemilu baik mengenai sistem maupun prosesnya seringkali menjadi persoalan. Di samping demokrasi masih menjadi persoalan tersendiri dan pemilu belum melembaga, rezim transisional membawa kecenderungan yang kuat untuk mengamankan proses pemilu bagi kelanggengan (legitimasi) kekuasaan rezim politik. 15 Ibid, hlm

19 Setiap pelaksanaan pemilu, tentu tidak terlepas dari pelanggaran dan kecurangan yang mungkin dilakukan oleh peserta pemilu. Hal ini terjadi karena pada dasarnya setiap peserta pemilu ingin memenangkan partainya atau golongannya. Bukan tidak mungkin tujuan tersebut dicapai dengan cara-cara bertentangan dan melanggar tata tertib serta peraturan pemilu. Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya suatu sistem pengawasan dalam pelaksanaan pemilu, agar dapat berjalan secara adil, jujur dan demokratis. Pada pelaksanaan pemilu di Indonesia, peran itu dipegang oleh Panwaslu. Panwaslu merupakan suatu badan independen, yang dibentuk oleh KPU sebagai penyelenggara pemilu. 16 Tugas, wewenang dan kewajiban Panwaslu telah diatur berdasarkan UU No.22 Tahun 2007, dengan rincian : Bawaslu diatur dalam pasal 74 dan 75 Panwaslu Provinsi diatur dalam pasal 76 dan 77 Panwaslu kabupaten/kota diatur dalam pasal 78 dan 79 Panwaslu Kecamatan diatur dalam pasal 80 dan 81 Pengawas pemilu lapangan diatur dalam pasal 82 dan 83 Pengawas pemilu luar negeri diatur dalam pasal 84 dan 85. Tugas dan wewenang pengawas pemilu adalah mengawasi semua tahapan pemilu, menerima laporan pelanggaran pemilu, menyelesaikan sengketa yang tidak mengandung unsur pidana, meneruskan laporan dan 16 Pasal (4) UU No.23 Tahun

20 temuan ke instansi yang berwenang. Dalam mengemban mandat pengawasan terdapat batasan-batasan kewenangan bagi pengawas pemilu yaitu, hanya bisa memberikan rekomendasi, penyaluran sanski kepada penyelenggara pemilu yang melanggar ketentuan dan tidak memiliki wewenang menjatuhkan sanksi administratif kepada pelanggarnya dan tidak memiliki hak eksekusi hanya karena adanya pembatasan kewenangan tersebut, maka tahap selanjutnya tugas panwaslu hanya memantau perkembangan hasil keputusan yang ditetapkan oleh lembaga yang berwenang. Tugas Panwaslu bukan hanya menangani kasus dan pelanggaran pemilu yang ada, namun lebih dari itu panwas juga harus mampu memdeteksi potensi-potensi pelanggaran pemilu secara dini. Sebagai indikator keberhasilan Panwaslu bukan hanya pada banyaknya kasus yang ditangani. Tapi lebih pada banyaknya temuan-temuan potensi kecurangan dan pelanggaran dalam pelaksanaan pemilu. Dengan demikian panwas dapat melakukan langkah preventif. E. Metode Penelitian 1. Objek Penelitian : 20

21 Fungsi Panwaslu dalam Pemilihan Umum Legislatif di Kabupaten Temanggung. 2. Subyek Penelitian : a. Ketua Panwaslu b. Anggota Pnwaslu 3. Sumber Data : a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh peneliti secara langsung dari subyek penelitian yang dapat berupa hasil wawancara peneliti kepada subyek penelitian (field research). b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui kepustakaan dan dokumen (library research). 4. Teknik Pengumpulan Data : a. Studi kepustakaan adalah dengan menelusuri dan mengkaji berbagai peraturan perundang-undangan atau literature yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. b. Wawancara adalah yang dapat berupa wawancara bebas maupun terpimpin. 5. Metode Pendekatan a. Pendekatan Yuridis normatif adalah pendekatan dari sudut pandang ketentuan hukum atau peraturan perundangundangan yang berlaku. 1. Pengolahan dan Analisis Data 21

22 Dalam menganalisis data yang ada, teknik yang digunakan adalah diskriptif kualitatif yaitu menganalisis data yang berhubungan dengan masalah yang dikaji dan dipilih yang berkualitas berdasarkan penelitian yang logis untuk menghindari kesalahan dan kekurangan data sehingga dapat menjawab permasalahan yang diajukan. F. SISTEMATIKA PENULISAN Untuk mempermudah dalam memahami isi skripsi ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan yang terdiri dari 5 bab sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Pada bab pertama ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian. BAB IINEGARA DEMOKRASI YANG BERDASAR ATAS HUKUM Pada bagaian bab ini berisi : A. Unsur-unsur Demokrasi B. Macam-macam Negara Hukum C. Konsepsi Negara Demokrasi yang Berdasar Atas Hukum 22

23 BAB III PEMILIHAN UMUM SEBAGAI SARANA DEMOKRASI DI INDONESIA Pada bagian bab ini berisi : A. Macam-macam Sistem Pemilihan Umum B. Pengawasan Dalam Pemilihan Umum C. Pemilihan Umum Pasca Reformasi 1998 BAB IV PELAKSANAAN PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF OLEH PANITIA PENGAWAS PEMILU DI KABIPATEN TEMANGGUNG MENURUT UU NOMOR 22 TAHUN 2007 Pada bagian bab ini berisi : A. Deskripsi Pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif di Kabupaten Temanggung B. Pelaksanaan Pengawasan Pemilihan Umum Legislatif di Kabupaten Temanggung C. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat D. Pelanggaran yang Terjadi Selama Pemilu Legislatif di Kabupaten Temanggung 23

24 BAB V PENUTUP Dalam bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan dan saran dari penulis. 24

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Pengawasan dalam..., Ade Nugroho Wicaksono, FHUI, 2009

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Pengawasan dalam..., Ade Nugroho Wicaksono, FHUI, 2009 72 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pengawas pemilu adalah Panitia Pengawas dengan tingkatan yang berbeda yang melakukan pengawasan terhadap seluruh proses penyelenggaraan pemilu. Pengawas pemilu adalah lembaga

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS Anang Dony Irawan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo No. 59 Surabaya 60113 Telp. 031-3811966,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan rakyat didalam konstitusinya. Hal ini menunjukkan bahwa kedaulatan rakyat merupakan suatu

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.23, 2015 PEMERINTAHAN DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Penetapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5656) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.773, 2015 BAWASLU. Pemilihan Umum. Pengawasan. Perubahan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat prinsipil. Karenanya dalam rangka pelaksanaan hak-hak asasi adalah suatu keharusan bagi pemerintah

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 11 TAHUN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 45 IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Panwaslu 1. Sejarah Singkat Panwaslu Negara Republik Indonesia adalah negara yang berkedaulatan rakyat atau negara demokrasi. Salah satu ciri penting

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) (KAK) SOSIALISASI UU PEMILU NO. 07 TAHUN 2017 DI KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN ANGGARAN 2018 BADAN KESATUAN BANGSA, POLITIK DAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2018

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,

Lebih terperinci

BAB II PELAKSANA PENGAWASAN

BAB II PELAKSANA PENGAWASAN - 2 - c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Penataan Daerah Pemilihan dan Alokasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik baik di pemerintah maupun di legislatif. Pelaksanaan pemilihan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN PENETAPAN HASIL PEMILIHAN UMUM DAN PENGGANTIAN CALON TERPILIH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN I. UMUM 1. Dasar Pemikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gerakan Reformasi tidak hanya memasang target rezim orde baru berakhir, tetapi juga bertujuan membangun Indonesia yang demokratis dan berkeadilan. Pemilu tidak saja

Lebih terperinci

PP 33/1999, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PP 33/1999, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PP 33/1999, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 33 TAHUN 1999 (33/1999) Tanggal: 19 MEI 1999 (JAKARTA) Tentang: PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG 1 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN PENETAPAN JUMLAH KURSI DAN DAERAH PEMILIHAN PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPRD

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU PENYELENGGARA

Lebih terperinci

BAB II KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. A. Sejarah Singkat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Labuhan Batu

BAB II KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. A. Sejarah Singkat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Labuhan Batu 7 BAB II KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA A. Sejarah Singkat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Labuhan Batu Utara Untuk melaksanakan tuntutan agenda reformasi Tahun 1998 di bidang politik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan oleh lembaga legislatif.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan oleh lembaga legislatif. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semenjak demokrasi menjadi atribut utama Negara modern, maka lembaga perwakilan merupakan mekanisme utama untuk merealisasi gagasan normatif bahwa pemerintahan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN PERGERAKAN KOTAK SUARA, REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA, DAN PENETAPAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN ATAS PENDAFTARAN, VERIFIKASI PARTAI POLITIK CALON PESERTA

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih wakil wakil rakyat untuk duduk sebagai anggota legislatif di MPR, DPR, DPD dan DPRD. Wakil rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang pemilihan Kepala Daerah menggunakan Undang-Undang No. 22 Tahun. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. sekarang pemilihan Kepala Daerah menggunakan Undang-Undang No. 22 Tahun. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Kepala Daerah disebagian daerah telah selesai dilaksanakan, ada banyak kerumitan dalam penyelenggaraan Pemilihan tersebut yang mana sekarang pemilihan

Lebih terperinci

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD 1945 yang diamandemen Hukum, terdiri dari: Pemahaman Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Pemahaman

Lebih terperinci

BAB III BAWASLU DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PEMILU. A. Kewenangan Bawaslu dalam Menyelesaikan Sengketa Pemilu

BAB III BAWASLU DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PEMILU. A. Kewenangan Bawaslu dalam Menyelesaikan Sengketa Pemilu 41 BAB III BAWASLU DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PEMILU A. Kewenangan Bawaslu dalam Menyelesaikan Sengketa Pemilu Pemilihan umum merupakan pesta demokrasi yang dilakukan untuk memilih seorang pemimpin.

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2017 TENTANG PENANGANAN TEMUAN DAN LAPORAN PELANGGARAN PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah Provinsi,

Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah Provinsi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, atau seringkali disebut Pilkada, adalah pemilihan umum untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG PENYERTAAN MODAL NEGARA UNTUK PENDIRIAN PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) DI BIDANG PERBANKAN PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan laju perdagangan

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI ORGANISASI

BAB II DISKRIPSI ORGANISASI BAB II DISKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Organisasi Pemilihan umum adalah sarana pelaksanaan kadaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum secara langsung oleh rakyat merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1999 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1999 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1999 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG 1 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH DAN PENETAPAN DAFTAR PEMILIH TETAP DALAM PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1999 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1999 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 33 TAHUN 1999 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 84 Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.792, 2013 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pemberian Keterngan. Perselisihan Hasil Pemilu. MK. Bawaslu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN

Lebih terperinci

TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI

TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI ENI MISDAYANI, S.Ag, MM KPU KABUPATEN KUDUS 26 MEI 2014 DASAR HUKUM Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PELAPORAN DAN PENANGANAN PELANGGARAN PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

-2- demokrasi serta menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Mesk

-2- demokrasi serta menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Mesk TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 29) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di KETERANGAN PENGUSUL ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM BAB 1 Pendahuluan SI L IHA N PEM UMUM MI KO I 2014 PEMILIHAN UMUM A. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan yang telah mengalami

Lebih terperinci

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik Kuliah ke-11 suranto@uny.ac.id 1 Latar Belakang Merajalelanya praktik KKN pada hampir semua instansi dan lembaga pemerintahan DPR dan MPR mandul, tidak mampu

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG 1 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diberitakan kemungkinan bakal menjadi calon tunggal dalam pemilihan presiden tahun 2009. Kemungkinan calon tunggal dalam pilpres

Lebih terperinci

Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik... 133 I. Umum... 133 II. Pasal Demi Pasal...

Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik... 133 I. Umum... 133 II. Pasal Demi Pasal... DAFTAR ISI Hal - Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum... - BAB I Ketentuan Umum... 4 - BAB II Asas Penyelenggara Pemilu... 6 - BAB III Komisi Pemilihan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN

Lebih terperinci

Budi Evantri Sianturi 1, Fifiana Wisnaeni 2. Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Diponegoro ABSTRAK

Budi Evantri Sianturi 1, Fifiana Wisnaeni 2. Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Diponegoro ABSTRAK PENGUATAN KELEMBAGAAN PANWAS PEMILIHAN DALAM MENYELESAIKAN PELANGGARAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH (STUDI KASUS PENYELESAIAN PELANGGARAN ADMINISTRASI, PIDANA, DAN KODE ETIK PEMILIHAN WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA

Lebih terperinci

I. PARA PEMOHON 1. Dr. Andreas Hugo Pareira; 2. H.R. Sunaryo, S.H; 3. Dr. H. Hakim Sorimuda Pohan, selanjutnya disebut Para Pemohon.

I. PARA PEMOHON 1. Dr. Andreas Hugo Pareira; 2. H.R. Sunaryo, S.H; 3. Dr. H. Hakim Sorimuda Pohan, selanjutnya disebut Para Pemohon. RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 131/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilu Anggota DPR, DPD & DPRD Ketidakpastian hukum norma-norma UU Pemilu Legislatif I. PARA PEMOHON 1. Dr. Andreas Hugo Pareira;

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TATA KERJA DAN POLA HUBUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN WONOGIRI

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN WONOGIRI KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN WONOGIRI SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 02/Kpts/KPU-Wng-012329512/2010 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN,

Lebih terperinci

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P No.29, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6187) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan BAB I I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan

Lebih terperinci

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH Policy Brief [05] Kodifikasi Undang-undang Pemilu Oleh Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu MASALAH Demokrasi bukanlah bentuk pemerintahan yang terbaik, namun demokrasi adalah bentuk pemerintahan

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELESAIAN PELANGGARAN ADMINISTRASI PEMILIHAN UMUM

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELESAIAN PELANGGARAN ADMINISTRASI PEMILIHAN UMUM KOMISI PEMILIHAN UMUM PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELESAIAN PELANGGARAN ADMINISTRASI PEMILIHAN UMUM KOMISI PEMILIHAN UMUM, Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA UNIVERSITAS JEMBER NOMOR 2 TAHUN 2017 tentang PETUNJUK PELAKSANAAN PEMILIHAN UMUM RAYA

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA UNIVERSITAS JEMBER NOMOR 2 TAHUN 2017 tentang PETUNJUK PELAKSANAAN PEMILIHAN UMUM RAYA PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA UNIVERSITAS JEMBER NOMOR 2 TAHUN 2017 tentang PETUNJUK PELAKSANAAN PEMILIHAN UMUM RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Peran. Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Peran. Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status) BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Peran Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status) terhadap sesuatu. Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.386, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawasan. Tahapan. Pencalonan. Pemilu, Kepala Daerah. Wakil Kepala Daerah. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN KETERANGAN DALAM PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum, selanjutnya disebut pemilu adalah sarana pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum, selanjutnya disebut pemilu adalah sarana pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemilihan umum, selanjutnya disebut pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil

Lebih terperinci

- 2 - Nasional Indonesia, dan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia;

- 2 - Nasional Indonesia, dan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia; - 2 - Nasional Indonesia, dan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun

Lebih terperinci

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2008 OTONOMI. Pemerintah. Pemilihan. Kepala Daerah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 69/PUU-XII/2014 Sistem Rekapitulasi Berjenjang

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 69/PUU-XII/2014 Sistem Rekapitulasi Berjenjang RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 69/PUU-XII/2014 Sistem Rekapitulasi Berjenjang I. PEMOHON 1. Antonius Ratumakin, sebagai Pemohon I; 2. Budi Permono, sebagai Pemohon II; 3. Lili Hayanto, sebagai

Lebih terperinci

No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan.

No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN KAMPANYE

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG top PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH I. UMUM 1. Dasar

Lebih terperinci

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak Disampaikan pada Seminar Nasional dengan Tema: Mencari Format Pemilihan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Yang Demokratis Dalam Rangka Terwujudnya Persatuan Dan Kesatuan Berdasarkan UUD 1945 di Fakultas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pemilihan umum

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1080, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawasan Pemilu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.1080, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawasan Pemilu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1080, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawasan Pemilu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 130/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilu Anggota DPR, DPD & DPRD Tata cara penetapan kursi DPRD Provinsi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 130/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilu Anggota DPR, DPD & DPRD Tata cara penetapan kursi DPRD Provinsi RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 130/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilu Anggota DPR, DPD & DPRD Tata cara penetapan kursi DPRD Provinsi I. PEMOHON Habel Rumbiak, S.H., Sp.N, selanjutnya disebut

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN SUARA DI TEMPAT PEMUNGUTAN

Lebih terperinci

Oleh : Dr. Muhammad, S.IP., M.Si. (Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum)

Oleh : Dr. Muhammad, S.IP., M.Si. (Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum) Oleh : Dr. Muhammad, S.IP., M.Si. (Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum) Disampaikan dalam RAKORNAS dalam Rangka Pemantapan Pelaksanaan Pemilu DPR, DPD, dan DPRD Tahun 2014, Balai Sidang Jakarta Convention

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi kesinambungan dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat

BAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat sebagai bentuk pemerintahan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Dana Kampanye Pemilihan Umum. Anggota DPR, DPD, DPRD. Pengawasan. Pedoman. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN

Lebih terperinci

APA DAN BAGAIMANA PEMILU 2004?

APA DAN BAGAIMANA PEMILU 2004? APA DAN BAGAIMANA PEMILU 2004? Hak Pemilih T: Apa yang menjadi Hak Anda sebagai Pemilih? J: Hak untuk terdaftar sebagai pemilih bila telah memenuhi semua syarat sebagai pemilih. Hak untuk memberikan suara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Media massa adalah istilah yang digunakan sampai sekarang untuk jenis media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada masyarakat secara luas.

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.387, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawas. Dana Kampanye. Pemilu. Kepala Daerah. Wakil Kepala Daerah. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2012

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.906, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pemilu. Penyelenggara Kode Etik. PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, DAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, Menimbang

Lebih terperinci

Tujuan, Metodologi, dan Rekan Survei

Tujuan, Metodologi, dan Rekan Survei Sejak reformasi dan era pemilihan langsung di Indonesia, aturan tentang pemilu telah beberapa kali mengalami penyesuaian. Saat ini, empat UU Pemilu yang berlaku di Indonesia kembali dirasa perlu untuk

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMBERHENTIAN, DAN PENGGANTIAN ANTAR WAKTU BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci