PERBEDAAN KEKERASAN MIKRO GIOMER DAN KOMPOMER SETELAH PROSEDUR IN OFFICE BLEACHING MENGGUNAKAN BAHAN KARBAMID PEROKSIDA 45%

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBEDAAN KEKERASAN MIKRO GIOMER DAN KOMPOMER SETELAH PROSEDUR IN OFFICE BLEACHING MENGGUNAKAN BAHAN KARBAMID PEROKSIDA 45%"

Transkripsi

1 J Ked Gi, Vol. 7, No. 2, April 2016: PERBEDAAN KEKERASAN MIKRO GIOMER DAN KOMPOMER SETELAH PROSEDUR IN OFFICE BLEACHING MENGGUNAKAN BAHAN KARBAMID PEROKSIDA 45% Laurensia Santoso *, Yulita Kristanti **, Diatri Nari Ratih ** *Program Studi Ilmu Konservasi Gigi, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta **Departemen Ilmu Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ABSTRAK Teknik pemutihan gigi menggunakan bahan karbamid peroksida telah disetujui di beberapa negara besar seperti Amerika, Kanada, dan Eropa karena lebih aman, murah, dan juga efektif untuk prosedur pemutihan gigi vital dibanding dengan penggunaan hidrogen peroksida murni. Giomer dan Kompomer merupakan material yang menggabungkan sifat-sifat menguntungkan dari resin komposit dengan semen ionomer kaca. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kekerasan mikro giomer dan kompomer setelah prosedur in office bleaching menggunakan bahan Karbamid Peroksida 45%. Penelitian dilakukan pada 20 spesimen giomer dan 20 spesimen kompomer yang telah diaplikasi menggunakan bahan pemutih karbamid peroksida 45%. Spesimen direndam dalam saliva buatan dengan suhu 37 C selama 7 hari sebelum dilakukan uji kekerasan menggunakan Vickers Hardness Tester (Buehler, Jerman). Nilai kekerasan mikro dilakukan dengan uji t tidak berpasangan dengan tingkat kepercayaan 95% (a = 0,05). Hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada kekerasan mikro kelompok tumpatan giomer dan kelompok tumpatan kompomer setelah dilakukan aplikasi menggunakan bahan pemutih gigi karbamid peroksida 45% (p<0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan kekerasan mikro permukaan giomer dan kompomer setelah perlakuan dengan bahan pemutih karbamid peroksida 45%. Kelompok material tumpatan giomer memiliki kekerasan mikro lebih tinggi dibanding dengan material tumpatan kompomer setelah perlakuan dengan bahan pemutih karbamid peroksida 45% Kata kunci : karbamid peroksida 45%, giomer, kompomer, kekerasan mikro ABSTRACT Teeth whitening techniques using carbamide peroxide has been approved in several major countries like USA, Canada, and Europe because it is safer, cheaper, and also effective for vital tooth whitening procedure than hydrogen peroxide. Giomer and Compomer are restorative material that combines the advantageous properties of composite resin with glass ionomer cement. The purpose of this study was to determine differences of giomer and compomer microhardness after the proceure in office bleaching using carbamid peroxide 45%. The study was conducted on 20 specimens giomer and 20 specimens compomer that have been applied using carbamid peroxide 45%. The specimens were stored in artificial saliva at a temperature 37 C for 7 days before microhardness was tested using the Vickers Hardness Tester (Buehler, Germany). Microhardness value were analyze by independence sample t test at confidence level 95% (a = 0,05). Independence sample t test results showed that there were significant differences in microhardness giomer and compomer after using bleaching agent carbamide peroxide 45% (p<0,05). The conclusion of this study is that there are differences in surface micro hardness giomer and compomer after treatment with carbamide peroxide 45%. Giomer microhardness is higher than compomer after treatment with bleaching agents carbamide peroxide 45%. Key Words: Carbamide Peroxide 45%, giomer, compomer, microhardness PENDAHULUAN Perubahan warna gigi merupakan masalah estetik yang mendorong pasien untuk mendapatkan perawatan 1. Gigi dikatakan mengalami perubahan warna apabila warna gigi tidak sesuai dengan warna gigi normal 2. Perawatan untuk mengatasi perubahan warna gigi dapat dilakukan dengan membuat suatu restorasi (misalnya pembuatan mahkota jaket dan veneer) atau dengan melakukan pemutihan gigi 3. Pemutihan gigi atau bleaching adalah salah satu perawatan estetik di kedokteran gigi yang paling efektif dan aman. Bleaching adalah suatu cara pemutihan kembali gigi yang berubah warna sampai mendekati warna gigi yang diinginkan dengan proses perbaikan secara kimiawi yang tujuan utamanya adalah mengembalikan fungsi estetik 4. Teknik pemutihan gigi dapat dibagi menurut keadaan gigi, yaitu vital dan non vital; serta menurut prosedur yang dilakukan, yaitu in-office bleaching dan home bleaching. Teknik home 97

2 Laurensia Santoso, dkk. : Perbedaan Kekerasan Mikro Giomer bleaching pada gigi vital biasanya menggunakan hidrogen peroksida dengan konsentrasi rendah (3% - 7%), atau karbamid peroksida (10% - 20%). Teknik in-office bleaching menggunakan hidrogen peroksida atau karbamid peroksida dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Prosedur yang terakhir melibatkan karbamid peroksida atau hidrogen peroksida 30% 50%, dengan kontrol penuh dari dokter gigi dan memiliki kemampuan melakukan bleaching dengan cepat. Hidrogen peroksida dengan konsentrasi tinggi dilaporkan dapat menyebabkan kekasaran permukaan gigi dan pola menyerupai etsa 5. Salah satu keuntungan in office bleaching adalah efeknya terlihat cepat dan tidak membutuhkan kunjungan berulang ke klinik 6. Teknik pemutihan gigi menggunakan bahan karbamid peroksida telah disetujui di beberapa negara besar seperti Amerika (ADA), Kanada (FDA), dan Eropa (SCCNFP) karena lebih aman, murah, dan juga efektif untuk prosedur pemutihan gigi vital dibanding dengan penggunaan hidrogen peroksida murni. Proses pemutihan gigi dengan menggunakan material karbamid peroksida membutuhkan waktu lebih lama dibanding dengan hidrogen peroksida murni karena hidrogen peroksida murni lebih cepat berpenetrasi ke dalam gigi dibanding karbamid peroksida. Pada dasarnya, mekanisme karbamid peroksida dan hidrogen peroksida untuk memutihkan gigi sama, tetapi pengaruh formulasi yang berbeda menyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk penetrasi ke dalam gigi menjadi lebih lama 6. Bahan aktif yang terkandung dalam material pemutihan gigi bersifat sangat reaktif dalam menguraikan senyawa-senyawa penyebab terjadinya diskolorasi baik itu diskolorasi intrinsik maupun ekstrinsik. Sifat reaktif dari bahan pemutih gigi ini dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan misalnya perubahan fisik dari material restorasi, seperti warna, kekerasan mikro, kekasaran permukaan, dan kebocoran ion di dalam rongga mulut termasuk terhadap bahan restorasi yang terdapat di dalam mulut seperti amalgam, porselen, semen ionomer kaca, kompomer, giomer, dan resin komposit 7. Pada gigi yang dilakukan perawatan pemutihan, sering terdapat restorasi baik resin komposit, semen ionomer kaca, maupun amalgam. Material resin komposit memiliki estetika yang baik, sifat fisik dan mekanik yang lebih baik dibanding material restorasi yang lain 8. Semen ionomer kaca konvensional memiliki kemampuan untuk menghambat inisiasi dan perkembangan karies rekuren. Hal ini mendorong para ilmuwan untuk mengembangkan hibrida komposit dan semen ionomer kaca 9. Kompomer dikembangkan untuk menggabungkan sifat yang menguntungkan dari resin komposit yaitu kekuatan mekanik, estetik, serta hydrophopocity ditambahkan ke aktivitas anti kariogenik dan ikatan semen ionomer kaca 10. Kompomer memiliki 2 unsur utama; yaitu monomer dimethacrylate dengan 2 kelompok carboxylic yang muncul dalam strukturnya, dan filler yang menyerupai ion-leachable glass yang ada pada semen ionomer kaca. Apabila dibandingkan dengan resin komposit, kompomer memiliki sifat fisik yang lebih rendah. Kekurangan dari kompomer yang lain adalah dalam aplikasinya memerlukan bahan bonding karena sulit berikatan dengan jaringan gigi dan kemampuan pelepasan fluornya juga dibawah semen ionomer kaca 11. Sekarang dikembangkan material baru yang dikenal dengan nama giomer atau PRG (pre-reacted glass-ionomer). Giomer ini adalah material restoratif hybrid kelas baru yang menggunakan teknologi prereacted semen ionomer kaca. Giomer terdiri dari partikel PRG (pre-reacted glass-ionomer) yang ditempatkan dalam matriks resin sebagai filler. Material ini mampu melepas fluoride serta memiliki kapasitas recharge, serta memiliki sifat fisik dan estetis menyerupai resin komposit 12,13. Bahan pemutih gigi dapat berpengaruh terhadap material yang berbahan dasar resin. Hal ini tergantung dari komposisi, konsentrasi, serta lama aplikasi dari material pemutih gigi 14. Perubahan kekerasan mikro bahan restorasi dipicu oleh degradasi polimer yang dipacu oleh pelepasan radikal bebas sebagai hasil dari penguraian bahan pemutih gigi. Radikal bebas ini akan menyerang dan menguraikan ikatan non reaktif ganda pada bagian yang paling rentan, sehingga mengakibatkan pengurangan kekerasan mikro permukaan 15. Radikal bebas yang terlepas dari bahan bleaching juga akan berpengaruh terhadap ikatan filler resin sehingga menyebabkan terlepasnya ikatan filler dengan matriks resin 16. Ukuran filler juga berpengaruh terhadap perubahan kekerasan mikro dari suatu material. Ukuran filler dari giomer adalah 0,01 4 µm, sedangkan ukuran filler kompomer 0,8 5 µm. Semakin 98

3 J Ked Gi, Vol. 7, No. 2, April 2016: besar ukuran filler suatu material, maka akan mengurangi efektifitas dari polimerisasi sehingga menyebabkan penurunan kekerasan mikro. Ukuran filler juga berpengaruh terhadap ikatan antara filler dengan matriks. Semakin kecil ukuran filler, maka ikatan yang timbul juga lebih kuat 17. Pengukuran kekerasan mikro dilakukan sesudah spesimen diaplikasi bahan bleaching karbamid peroksida 45%. Pada penelitian ini tidak dilakukan pengukuran kekerasan mikro awal karena uji kekerasan awal akan menyebabkan terjadinya kerusakan sampel serta tidak memungkinkan untuk dilakukan indentasi di titik yang sama antara sebelum aplikasi bahan pemutih karbamid peroksida dengan sesudah aplikasi bahan pemutih karbamid peroksida. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris yang dilakukan untuk melihat mengetahui perbedaan kekerasan mikro giomer dan kompomer setelah prosedur in office bleaching menggunakan bahan pemutih gigi karbamid peroksida 45%. Subjek penelitian yang digunakan adalah spesimen giomer dan kompomer berbentuk silinder dengan diameter 5 mm dan ketebalan 2 mm sebanyak masing-masing 20 buah. Masingmasing spesimen dimasukkan ke dalam pot plastik dan ditandai. Spesimen tersebut direndam dalam saliva buatan dan disimpan dalam inkubator bersuhu 37 C selama 24 jam sebagai simulasi di dalam rongga mulut. Spesimen dikeringkan menggunakan tisu kemudian diaplikasikan bahan bleaching berbahan dasar karbamid peroksida 45% pada permukaan atas sebanyak 1 mm selama 2 x 30 menit. Spesimen kemudian dibilas dengan air hangat lalu dikeringkan dengan tisu dan direndam dalam saliva buatan. Semua spesimen disimpan dalam inkubator bersuhu 37 C selama 1 minggu. Setelah 1 minggu, masingmasing spesimen diukur kekerasan mikronya menggunakanvicker s Hardness Tester, dengan cara indentor berbentuk piramid diletakkan secara vertikal terhadap spesimen uji. Pengukuran dilakukan dengan beban 100 g, dan waktu pembebanan 20 detik pada suhu kamar. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali untuk masing-masing spesimen, kemudian hasil pengukuran dirata-rata. Data yang didapatkan dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas terlebih dahulu. Jika normal dan homogen maka analisis data yang digunakan adalah uji t tidak berpasangan. HASIL PENELITIAN Keterangan : SD = standar deviasi n = jumlah spesimen Dari Tabel 1 dapat dilihat rerata kekerasan mikro bahan tumpatan giomer yang diberi perlakuan karbamid peroksida 45% lebih besar dibanding dengan kelompok kompomer. Untuk menentukan apakah terdapat perbedaan kekerasan mikro giomer dan kompomer setelah aplikasi bahan pemutih karbamid peroksida 45% dilakukan uji-t. Sebelumnya dilakukan uji normalitas terlebih dahulu untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal. Selain itu, dilakukan juga uji Levene untuk mengetahui homogenitas variansi 2 kelompok data tersebut. Hasil uji normalitas (Shapiro-Wilk) menunjukkan nilai signifikansi kelompok giomer sebesar 0,276, sedangkan nilai signifikansi kelompok kompomer sebesar 0,436. Karena nilai signifikansi kelompok giomer dan kompomer > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi dengan normal. Hasil uji homogenitas (uji Levene) didapatkan nilai signifikansi 0,069 (p > 0,05) yang berarti variansi homogen. Hasil perhitungan menunjukkan data terdistribusi normal dan homogen, selanjutnya data dianalisis menggunakan uji-t untuk mengetahui perbedaan kekerasan mikro giomer dan kompomer setelah aplikasi bahan pemutih gigi karbamid peroksida. Berdasarkan hasil uji-t (Lampiran 2), diperoleh nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna kekerasan mikro kelompok tumpatan giomer dan kelompok tumpatan kompomer setelah dilakukan aplikasi menggunakan bahan pemutih gigi karbamid peroksida 45%. 99

4 Laurensia Santoso, dkk. : Perbedaan Kekerasan Mikro Giomer PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan pengukuran kekerasan mikro bahan tumpatan giomer dan kompomer setelah dilakukan aplikasi bahan pemutih gigi karbamid peroksida 45%. Pengukuran kekerasan mikro dilakukan dengan menggunakan Vickers Hardness Tester dalam satuan VHN (Vickers Hardness Number). Hasil penelitian menunjukkan rerata kekerasan mikro bahan tumpatan giomer lebih besar dibanding dengan kompomer.hasil uji t menunjukkan terdapat perbedaan bermakna kekerasan mikro kelompok tumpatan giomer dan kelompoktumpatankompomer setelah dilakukan aplikasi menggunakan bahan pemutih gigi karbamid peroksida 45% (p < 0,05). Bahan pemutih gigi yang digunakan pada penelitian ini adalah karbamid peroksida 45%. Karbamid peroksida akan terdegradasi menjadi kurang lebih 1/3 hidrogen peroksida dan 2/3 urea. Dalam karbamid peroksida dengan konsentrasi 45%, mengandung 15,08% hidrogen peroksida 18. Perubahan kekerasan mikro bahan restorasi disebabkanoleh karena degradasi polimer yang dipacu oleh pelepasan radikal bebas sebagai hasil dari penguraian bahan pemutih gigi. Radikal bebas yang terlepas dari hidrogen peroksida akan berpengaruh terhadap ikatan filler dan menyebabkan terlepasnya ikatan antara filler dengan matriks sehingga kekerasannya menurun. Hal ini terlihat pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa semua spesimen giomer dan kompomer mengalami penurunan kekerasan mikro setelah dilakukan aplikasi menggunakan bahan karbamid peroksida 45%. Sifat mekanis dari material berbasis resin dipengaruhi oleh interaksi beberapa faktor, seperti komposisi, derajat konversi rantai polimer, volume filler, ukuran partikel filler, dan ikatan antara filler dengan matriks resin 19. Komposisidari material restorasi berbasis resin biasanya terdiri dari matriks dan filler yang diikat oleh coupling agent. Perbedaan utama giomer dan kompomer dalam mikro struktur adalah adanya S-PRG (Surface Pre Reacted Glass Ionomer) yang menjadi filler pada giomer.coupling agent adalah bahan tambahan yang digunakan untuk memperkuat ikatan antara partikel bahan pengisian organik dengan matriks resin. Apabila ikatan coupling agent tidak cukup kuat akan menyebabkan partikel filler terlepas dan air masuk diantara ikatan partikel filler dan matriks resin. Bahan yang paling sering digunakan sebagai coupling agent adalah organic silicon compound atau silane 20. Coupling agent yang digunakan pada giomer dan kompomer adalah sama, yaitu silane. Silane memiliki kelompok reaktif pada kedua ujungnya. Pada salah satu ujung terdapat gugus hidroksil yang berikatan dengan filler, sedang pada ujung yang berikatan dengan matriks terdapat ikatan rangkap karbon. Pada waktu proses polimerisasi, ikatan rangkap pada silane akan bereaksi dengan polimer matriks dan membentuk ikatan antara filler dengan matriks resin. Ikatan antara silane dengan matriks resin merupakan ikatan kovalen yang kuat sedangkan ikatan antara silane dengan filler adalah ikatan ion yang lemah 21. Putusnya ikatan ion antara silan dengan filler akan menyebabkan terlepasnya filler dari matriks sehingga menyebabkan terjadinya pengurangan kekerasan mikro suatu material. Ukuran partikel juga berpengaruh terhadap kekerasan mikro suatu material. Ukuran partikel filler giomer (0,01 4 µm) lebih kecil dibanding ukuran partikel filler kompomer (0,8 5 µm). Karena ukuran partikel giomer lebih kecil dibanding dengan kompomer, maka ikatan antara filler dengan matriksnya lebih baik sehingga lebih sulit untuk diputus oleh radikal bebas yang dihasilkan oleh hidrogen peroksida. Hal ini menyebabkan kekerasan mikro giomer lebih baik dibanding kompomer 17. Perbedaan komposisi kimiawi antara giomer dan kompomer yaitu adanya UDMA pada struktur matriks dari kompomer. Bis-GMA memiliki ikatan hidrogen yang kuat bila dibanding dengan UDMA. Hal ini disebabkan karena Bis-GMA memiliki komponen intermolekuler yang besar. Senyawa yang memiliki ikatan hidrogen kuat, akan memiliki titik didih yang tinggi. Oleh karena itu, untuk memutuskan ikatan tersebut memerlukan energi yang besar. Kompomer memiliki kandungan UDMA pada matriks resinnya, sehingga memiliki ikatan hidrogen yang lemah bila dibanding giomer yang memiliki ikatan hidrogen kuat. Jadi, untuk memutuskan ikatan hidrogen pada kompomer membutuhkan energi yang lebih sedikit dibanding giomer. Apabila ikatan intermatriks terputus, maka akan terjadi perubahan juga pada kekerasan suatu material 22. Derajat konversi material berbasis resin komposit dipengaruhi oleh komposisi matrik- 100

5 J Ked Gi, Vol. 7, No. 2, April 2016: snya 23. Semakin besar tingkat konversi ikatan ganda karbon maka semakin tinggi nilai kekerasannya. Matriks resin dengan viskositas rendah menyebabkan difusi serta polimerisasi berjalan dengan lambat sehingga derajat konversi material tersebut tinggi 24. Viskositas Bis-GMA adalah 1369 Pa.s sedangkan viskositas UDMA 28 Pa.s. Oleh karena viskositas Bis-GMA yang terdapat pada giomer lebih tinggi dibanding UDMA pada kompomer, maka dapat disimpulkan bahwa derajat konversi giomer lebih tinggi dibanding kompomer. Suatu material dengan derajat konversi yang lebih tinggi akan berakibat kekerasannya juga lebih tinggi KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang perbedaan kekerasan mikro permukaan giomer dan kompomer setelah prosedur in office bleaching menggunakan bahan karbamid peroksida 45%, maka dapat disimpulkan kelompok material tumpatan giomer memiliki kekerasan mikro lebih tinggi dibanding dengan material tumpatan kompomer setelah perlakuan dengan bahan pemutih karbamid peroksida 45% SARAN Apabila setelah dalam rencana perawatan terdapat tindakan pemutihan gigi, sebaiknya menggunakan bahan tumpatan giomer, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat perubahan sifat fisik yang lain dari material tumpatan kompomer dan giomer setelah aplikasi karbamid peroksida 45%, dan perlu dilakukan penelitian serupa dengan menggunakan bahan pemutih dengan konsentrasi yang bervariasi. DAFTAR PUSTAKA 1. Walton, R.E., dan Torabinejad, M., 2008, Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonti (terj.), edisi ke-3 EGC, Jakarta, Grossman, L.I., Oliet, S., Del Rio, C.E., 2013, Ilmu Endodontik Dalam Praktek (terj.),edisi 11, EGC, Jakarta, Halim, H.S., 2006, Perawatan Diskolorasi dengan Teknik Bleaching, edisi ke-1, Universitas Trisakti, Jakarta., Dadoun, M.P dan Bartlett, D. W., 2003., Safety Issues When Using Carbamide Peroxide to Bleach Vital Teeth A Review of The Literature., Eur. J. Prosthodont. Restor Dent., 11 : Wattanapayungkul, P dan Yap, A.U.J., 2003., Effects of In Office Bleaching Products on Surface Finish of Tooth Colored Restorations, Oper Dent, 28: Haywood, V.B., 1992., History, safety, and Effectiveness of Current Bleaching Tehniques and Applications of The Night Guard Vital Bleaching Technique, Quintessence Int, 23: El-Murr, J., Ruel, D., St-Georges, A.J., 2011., Effects of External Bleaching on Restorative Materials: A Review, J Can Dent Assoc, 71(b59) : Miller, B.J., Robinson, P.B., Davies, B.R., 1992., Effect of Removal of Composite Resin Restoration on Class II Cavities, Br Dent J, 173: Mickenautsch, S., Mount, G., Yengopal,., 2011., Therapeutic Effect of Glass Ionomer: An Overview of Evidence, Aust Dent J, 56: Ruse, N. D., 1999., What Is a Compomer?., J Can Dent Assoc, 65: Nicholson, J.W., 2006., Poly-acid Modified Resins ( Compomers ) and Their Use in Clinical Dentistry., Dental Material available at com, accessed at 6 Oktober Yap, A.U.J danmok, B.Y.Y., 2002., Surface Finish of A New Hybrid Aesthetic Restorative Material, Oper Dent, 27(2): Tay, F., Pashley, E., Huang, C., Hashimoto, M., Sano, H., Samles, R., 2001., The Glass Ionomer Phase in Resin Based Restorative Materials., J Dent Res, 80: Wang, L. Francisconi, L.F., Atta, M.T., 2011., Effect of Bleaching Gels on Surface Roughness of Nanofilled Composite Resins, Eur J Dent, 5: Yu. H., Li, Q., Hussain, M., Wang, Y., 2008., Effects of Bleaching Gels on The Surface Microhardness of Tooth Colored Restoratives Materials In Situ, J Dent, 36: Hannig, C., Duong, S., Becker, K., Brunner, K., Kahler, E., Attin, T., 2007., Effect of Bleaching on Subsurface Microhardness of Composite and Polyacid Modified Composite, Dental Mater, 23: Kareem, S.A danjehad, R. H., 2012., An Evaluation of the Effect of Bleaching Agent on Microhardness of a New Silorane-Based Restorative System and Methacrylate-Based Restorative Material., Journal of Babylon University, 1(20): Fasanaro, T.S.,1992., Bleaching Teeth: History, Chemicals, and Methods Used for Common Tooth Discolorations., J Esthet Dent, 4 (3): Hatanaka, G.R., Abi-Rached, F. O., Almeida-Junior, A. A., Cruz, C. A. S., 2013., Effect of Carbamide Peroxide Bleaching Gel on Composite Resin Flexural Strength and Microhardness., Brazilian Dental Journal.,24(3) :

6 Laurensia Santoso, dkk. : Perbedaan Kekerasan Mikro Giomer 20. Anusavice, K.J., 2004., Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi 10 ed (terj.), Jakarta: EGC 21. Richard van Noort., 2003., Introduction to Dental Material. Mosby 2 nd ed., London 22. Lemon, M.T., Jones, M.S., Stasbury, J.W., 2007., Hydrogen bonding interactions in methacrylate monomers and polymers., Journal of Biomedical Material ResearchPart A, Tian, F., Yap, A.U.J., Wang, X., Gao, X., 2012, Effect of staining solutions on color of pre-reacted glass ionomer containing composites, Dent Material J, 31(3): Filho, J.D.N., Poskus, L.T., Guimaraes, J.G.A., Barcellos, A.A.L., Silva, E.M., 2008., Degree of Conversion and Plasticitazion of Dimethacrylatebased Polymeric Matrices: Influence of Light Curing Mode., Journal of Oral Science, 50 (3):

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pasien untuk mencari perawatan (Walton dan Torabinejad, 2008).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pasien untuk mencari perawatan (Walton dan Torabinejad, 2008). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama beberapa tahun terakhir, ketertarikan pasien meningkat terhadap perawatan gigi estetik termasuk pemutihan gigi yang mengalami perubahan warna. Perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. penampilan seseorang secara keseluruhan (Torres dkk., 2012). Salah satu aspek

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. penampilan seseorang secara keseluruhan (Torres dkk., 2012). Salah satu aspek 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Estetik gigi geligi dewasa ini sangat diperhatikan dalam menunjang penampilan seseorang secara keseluruhan (Torres dkk., 2012). Salah satu aspek yang diperhatikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena selain dapat menghasilkan senyum yang indah juga sangat membantu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena selain dapat menghasilkan senyum yang indah juga sangat membantu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Senyum yang sehat adalah senyum yang terbentuk dari jaringan mulut yang sehat. Setiap orang mendambakan memiliki gigi yang sehat dan putih berseri karena selain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi yang populer belakangan ini adalah perawatan bleaching yaitu suatu cara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi yang populer belakangan ini adalah perawatan bleaching yaitu suatu cara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran masyarakat akan penampilan terus meningkat saat ini, tuntutan pasien akan penampilan gigi yang baik juga sangat tinggi. Salah satu perawatan gigi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pergaulan, pasien menginginkan restorasi gigi yang warnanya sangat mendekati

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pergaulan, pasien menginginkan restorasi gigi yang warnanya sangat mendekati I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Estetika dalam bidang kedokteran gigi tidak dapat dilepaskan dari estetika secara universal. Samra dkk. (2007) mengatakan bahwa warna, bentuk dan tekstur permukaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Resin Komposit Istilah komposit adalah kombinasi dua bahan atau lebih yang memiliki sifat berbeda untuk mendapatkan sifat yang lebih baik 7. Contoh bahan komposit alamiah adalah

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERUBAHAN WARNA PADA BAHAN RESTORASI GIOMER DAN KOMPOMER PASCA APLIKASI BAHAN BLEACHING

PERBEDAAN PERUBAHAN WARNA PADA BAHAN RESTORASI GIOMER DAN KOMPOMER PASCA APLIKASI BAHAN BLEACHING J Ked Gi, Vol. 7, No. 2, April 2016: 145-150 PERBEDAAN PERUBAHAN WARNA PADA BAHAN RESTORASI GIOMER DAN KOMPOMER PASCA APLIKASI BAHAN BLEACHING BERBAHAN DASAR HIDROGEN PEROKSIDA 40% SEBAGAI BAHAN IN OFFICE

Lebih terperinci

ABSTRACT. Key words : composite micrihybrid, composite nanofilled, coffee

ABSTRACT. Key words : composite micrihybrid, composite nanofilled, coffee ABSTRAK Komposit dental merupakan bahan kedokteran gigi estetik yang digunakan untuk merestorasi struktur gigi dan fungsinya. Berdasarkan ukuran partikel bahan pengisinya komposit yang banyak digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. silikat dan semen polikarboksilat pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan

BAB 1 PENDAHULUAN. silikat dan semen polikarboksilat pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan bidang kedokteran gigi bukan hanya mencakup tindakan preventif, kuratif dan promotif, melainkan juga estetik, menyebabkan kebutuhan terhadap restorasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan. warna atau yang dinamakan diskolorisasi gigi (Grossman, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan. warna atau yang dinamakan diskolorisasi gigi (Grossman, 1995). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan merupakan warna gigi normal manusia. Warna gigi ini ditentukan oleh warna dentin yang melapisi di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan warna yang terjadi pada gigi sering menimbulkan masalah estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan karena banyak orang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bleaching 2.1.1 Defenisi Bleaching Bleaching merupakan proses penghilangan stain yang terdapat di dalam struktur gigi (email dan dentin) melalui reaksi reduksi-oksidasi secara

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. terhadap restorasi estetik semakin banyak. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. terhadap restorasi estetik semakin banyak. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk 18 I. Pendahuluan A. Latar Belakang Perkembangan bidang kedokteran gigi bukan hanya mencakup tindakan preventif, kuratif dan promotif, melainkan juga estetik, menyebabkan kebutuhan terhadap restorasi estetik

Lebih terperinci

Kata kunci : obat kumur yang mengandung alkohol, obat kumur non-alkohol, perubahan warna, komposit nanofiller.

Kata kunci : obat kumur yang mengandung alkohol, obat kumur non-alkohol, perubahan warna, komposit nanofiller. ABSTRAK Penggunaan obat kumur sedang berkembang di masyarakat, pemakaian obat kumur berfungsi untuk menghilangkan bakteri pada rongga mulut, mengurangi bau mulut serta mencegah karies dan penyakit periodontal.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan bersih menjadi tujuan utamanya. Bleaching merupakan salah satu perawatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan bersih menjadi tujuan utamanya. Bleaching merupakan salah satu perawatan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan perkembangan zaman, keinginan pasien untuk meningkatkan estetika semakin tinggi. Bagi kebanyakan orang, gigi yang putih dan bersih menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan warna gigi dapat diperbaiki dengan dua cara yaitu dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan warna gigi dapat diperbaiki dengan dua cara yaitu dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan warna gigi dapat diperbaiki dengan dua cara yaitu dengan pemutihan gigi (bleaching) dan cara restoratif yaitu pembuatan mahkota jaket / pelapisan (veneer).

Lebih terperinci

PENGARUH KARBAMID PEROKSIDA 10% DAN 20% SEBAGAI BAHAN HOME BLEACHING TERHADAP PERUBAHAN KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT NANOFIL DAN GIOMER

PENGARUH KARBAMID PEROKSIDA 10% DAN 20% SEBAGAI BAHAN HOME BLEACHING TERHADAP PERUBAHAN KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT NANOFIL DAN GIOMER '} Ked Gi, Vol. 6, No.2, April 2015 : 146-152 SSN 2086-0218 PENGARUH KARBAMD PEROKSDA 10% DAN 20% SEBAGA BAHAN HOME BLEACHNG TERHADAP PERUBAHAN KEKASARAN PERMUKAAN RESN KOMPOST NANOFL DAN GOMER Fakriantu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan tumpatan warna gigi yang lain (Winanto,1997). Istilah resin komposit dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan tumpatan warna gigi yang lain (Winanto,1997). Istilah resin komposit dapat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resin komposit merupakan salah satu bahan restorasi sewarna gigi yang banyak digunakan saat ini karena memiliki nilai estetis yang tinggi dibandingkan dengan bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan tarik antara adhesif semen dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan tarik antara adhesif semen dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian mengenai perbedaan kekuatan tarik antara adhesif semen dan semen ionomer kaca tipe 1 terhadap restorasi veneer indirek resin komposit

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN Hari 1 Hari 2 Hari 7 Hari. Lama Perendaman

BAB 5 HASIL PENELITIAN Hari 1 Hari 2 Hari 7 Hari. Lama Perendaman BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.I. GAMBARAN HASIL PENELITIAN Spesimen pada penelitian ini terbuat dari resin pit & fissure sealant berbentuk silinder dengan ukuran diameter 15 mm dan tebal 1 mm, jumlah spesimen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Gigi desidui berada pada rongga mulut dalam waktu yang singkat tetapi ketika terjadi karies, gigi desidui perlu mendapatkan perhatian khusus terutama dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin Semen ionomer kaca telah digunakan secara luas dibidang kedokteran gigi. Sejak diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971. Ionomer

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang (Herdiyati, 2006 dalam Syafriadi dan Noh, 2014). Diskolorasi gigi

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang (Herdiyati, 2006 dalam Syafriadi dan Noh, 2014). Diskolorasi gigi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gigi yang mengalami perubahan warna, atau dikenal dengan diskolorasi merupakan salah satu alasan pasien datang ke klinik dokter gigi (Perdigȃo, 2010 dalam Torres dkk.,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kedokteran gigi sejak awal abad 19 ( Florez, dkk.,2011). Prosedur ini semakin

I. PENDAHULUAN. kedokteran gigi sejak awal abad 19 ( Florez, dkk.,2011). Prosedur ini semakin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pemutihan gigi adalah prosedur yang telah digunakan pada bidang kedokteran gigi sejak awal abad 19 ( Florez, dkk.,2011). Prosedur ini semakin banyak dilakukan

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBEDAAN KEKERASAN RESIN AKRILIK HEAT CURED SEBELUM DAN SESUDAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN TABLET PEMBERSIH GIGI TIRUAN

ABSTRAK PERBEDAAN KEKERASAN RESIN AKRILIK HEAT CURED SEBELUM DAN SESUDAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN TABLET PEMBERSIH GIGI TIRUAN ABSTRAK PERBEDAAN KEKERASAN RESIN AKRILIK HEAT CURED SEBELUM DAN SESUDAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN TABLET PEMBERSIH GIGI TIRUAN Melissa K., 2014. Pembimbing I : Pembimbing II : Angela Evelyna, drg., M.Kes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedokteran gigi mengembangkan berbagai jenis material restorasi sewarna gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedokteran gigi mengembangkan berbagai jenis material restorasi sewarna gigi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu dan teknologi di bidang kedokteran gigi semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan tersebut, masyarakat pun semakin sadar akan pentingnya faktor estetika.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Resin komposit adalah bahan restorasi yang sering digunakan di bidang kedokteran gigi karena memiliki estetis yang baik, bebas merkuri, kuat dan melekat secara mekanis ke struktur

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Komposit Resin komposit merupakan tumpatan sewarna gigi yang merupakan gabungan atau kombinasi dua atau lebih bahan kimia yang berbeda dengan sifat- sifat unggul atau lebih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah estetika yang berpengaruh terhadap penampilan dan menimbulkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah estetika yang berpengaruh terhadap penampilan dan menimbulkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan warna yang terjadi pada gigi depan seringkali menimbulkan masalah estetika yang berpengaruh terhadap penampilan dan menimbulkan dampak psikologis berupa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perawatan restorasi gigi ada dua macam, yaitu restorasi langsung dan restorasi tidak langsung. Restorasi langsung adalah restorasi gigi yang dapat dibuat langsung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai dengan mengi episodik, batuk, dan sesak di dada akibat penyempitan saluran pernapasan. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kekuatan Tekan Resin Komposit Nanosisal telah selesai dilakukan. Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kekuatan Tekan Resin Komposit Nanosisal telah selesai dilakukan. Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian mengenai Pengaruh Jumlah Volume Filler Wt% Terhadap Kekuatan Tekan Resin Komposit Nanosisal telah selesai dilakukan. Penelitian ini menggunakan 20 buah cetakan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERUBAHAN WARNA AKIBAT PERENDAMAN OBAT KUMUR CHLORHEXIDINE GLUCONATE 0,2% ANTARA RESIN KOMPOSIT KONVENSIONAL, HIBRID DAN NANOFIL

PERBEDAAN PERUBAHAN WARNA AKIBAT PERENDAMAN OBAT KUMUR CHLORHEXIDINE GLUCONATE 0,2% ANTARA RESIN KOMPOSIT KONVENSIONAL, HIBRID DAN NANOFIL PERBEDAAN PERUBAHAN WARNA AKIBAT PERENDAMAN OBAT KUMUR CHLORHEXIDINE GLUCONATE 0,2% ANTARA RESIN KOMPOSIT KONVENSIONAL, HIBRID DAN NANOFIL NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk dipublikasikan pada jurnal ilmiah

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah estetik pada gigi banyak ditemukan saat ini. Diskolorasi gigi merupakan salah satu masalah estetik yang membuat pasien terdorong untuk memutihkan gigi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. restorasi resin komposit tersebut. Material pengisi resin komposit dengan ukuran

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. restorasi resin komposit tersebut. Material pengisi resin komposit dengan ukuran BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bahan restorasi di bidang kedokteran gigi yang saat ini banyak digunakan adalah resin komposit. Hal ini berhubungan dengan estetik yang didapatkan dari restorasi resin

Lebih terperinci

The Effect of Turmeric Tamarind Solution on Surface Roughness of Conventional

The Effect of Turmeric Tamarind Solution on Surface Roughness of Conventional The Effect of Turmeric Tamarind Solution on Surface Roughness of Conventional Glass Ionomer Cement Ratih Astiningsih, Bambang Irawan, Ali Noerdin Corresponding address : Department of Dental Material,

Lebih terperinci

BAB 2 RESIN KOMPOSIT SEBAGAI BAHAN TAMBALAN. seperti bubuk quartz untuk membentuk struktur komposit.

BAB 2 RESIN KOMPOSIT SEBAGAI BAHAN TAMBALAN. seperti bubuk quartz untuk membentuk struktur komposit. BAB 2 RESIN KOMPOSIT SEBAGAI BAHAN TAMBALAN Resin komposit merupakan resin akrilik yang telah ditambah dengan bahan lain seperti bubuk quartz untuk membentuk struktur komposit. 2.1 Komposisi Resin Komposit

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Alur Pikir

LAMPIRAN 1. Alur Pikir LAMPIRAN 1 Alur Pikir - Masa sekarang estetika menjadi pertimbangan utama dalam segala aspek kehidupan. Salah satu aplikasi estetika di kedokteran gigi adalah dental bleaching. (Subhaini, 2009). - Dental

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Pengukuran Nilai Kekerasan Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui besar nilai kekerasan gigi desidui sebelum dan sesudah perendaman pada beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN. mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan bahan restorasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kekuatan mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan gigi

Lebih terperinci

Nurbaetty Rochmah, Dwi Merry Ch.R, Sri Lestari Potensi Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) dalam Memutihkan Gigi yang Mengalami Diskolorasi

Nurbaetty Rochmah, Dwi Merry Ch.R, Sri Lestari Potensi Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) dalam Memutihkan  Gigi yang Mengalami Diskolorasi 78 Nurbaetty Rochmah, Dwi Merry Ch.R, Sri Lestari Potensi Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) dalam Memutihkan Email Gigi yang Mengalami Diskolorasi Potensi Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) dalam Memutihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. digunakan dikedokteran gigi. Bahan restorasi ini diminati masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. digunakan dikedokteran gigi. Bahan restorasi ini diminati masyarakat karena BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Resin komposit merupakan salah satu bahan restorasi yang sering digunakan dikedokteran gigi. Bahan restorasi ini diminati masyarakat karena memiliki nilai estetis yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahkota gigi tiruan cekat merupakan suatu restorasi tetap yang menutupi permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi, kontur, serta melindungi

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU POLISHING DAN ASAM SITRAT TERHADAP MICROLEAKAGE PADA TUMPATAN RESIN KOMPOSIT NANOFILLER AKTIVASI LIGHT EMITING DIODE - In Vitro

PENGARUH WAKTU POLISHING DAN ASAM SITRAT TERHADAP MICROLEAKAGE PADA TUMPATAN RESIN KOMPOSIT NANOFILLER AKTIVASI LIGHT EMITING DIODE - In Vitro RESEARCH 11 PENGARUH WAKTU POLISHING DAN ASAM SITRAT TERHADAP MICROLEAKAGE PADA TUMPATAN RESIN KOMPOSIT NANOFILLER AKTIVASI LIGHT EMITING DIODE - In Vitro Dhurohmah*, Rochman Mujayanto**, Siti Chumaeroh**

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem resin epoksi, seperti lamanya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem resin epoksi, seperti lamanya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Komposit Istilah bahan komposit dapat didefinisikan sebagai gabungan dua atau lebih bahan berbeda dengan sifat-sifat yang unggul atau lebih baik dari bahan itu sendiri.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sisa makanan atau plak yang menempel pada gigi. Hal ini menyebabkan sebagian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sisa makanan atau plak yang menempel pada gigi. Hal ini menyebabkan sebagian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini masyarakat sering mengeluhkan bau mulut sehingga sering merasa tidak percaya diri, salah satu penyebab bau pada mulut adalah terdapat sisa sisa makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada jaringan keras dan akan terus berlangsung sampai jaringan dibawahnya.

BAB I PENDAHULUAN. pada jaringan keras dan akan terus berlangsung sampai jaringan dibawahnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi adalah proses penghancuran atau perlunakan dari email maupun dentin. Proses tersebut terjadi karena demineralisasi yang progresif pada jaringan keras dan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEKUATAN TEKAN (COMPRESSIVE STRENGTH) RESIN KOMPOSIT NANOFILL ANTARA TEKNIK INKREMENTAL DAN TEKNIK BULK FILL

PERBEDAAN KEKUATAN TEKAN (COMPRESSIVE STRENGTH) RESIN KOMPOSIT NANOFILL ANTARA TEKNIK INKREMENTAL DAN TEKNIK BULK FILL PERBEDAAN KEKUATAN TEKAN (COMPRESSIVE STRENGTH) RESIN KOMPOSIT NANOFILL ANTARA TEKNIK INKREMENTAL DAN TEKNIK BULK FILL PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk area yang memiliki daerah tekan yang lebih besar (Powers dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk area yang memiliki daerah tekan yang lebih besar (Powers dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies merupakan suatu kerusakan jaringan keras gigi yaitu email, dentin, dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu mikroorganisme yang ditandai dengan demineralisasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (RelyX) dan semen ionomer kaca tipe 1 tipe 1 terhadap restorasi veneer

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (RelyX) dan semen ionomer kaca tipe 1 tipe 1 terhadap restorasi veneer BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian mengenai perbedaan kekuatan tarik antara semen resin (RelyX) dan semen ionomer kaca tipe 1 tipe 1 terhadap restorasi veneer indirek

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. alat Micro Vickers Hardness Tester. Alat tersebut bekerja dengan cara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. alat Micro Vickers Hardness Tester. Alat tersebut bekerja dengan cara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Kekerasan Email Uji kekerasan dilakukan untuk mengetahui nilai kekerasan email gigi desidui dengan TAF dan tanpa TAF sebelum dan sesudah perendaman

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Resin Komposit Resin komposit adalah gabungan dari partikel pengisi (filler) anorganik yang keras dengan matriks polimer organik resin yang lunak. Umumnya matriks resin dijumpai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karies dini, tersedia dalam bentuk bahan resin maupun glass ionomer cement dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karies dini, tersedia dalam bentuk bahan resin maupun glass ionomer cement dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Fissure sealant Fissure sealant merupakan salah satu bahan kedokteran gigi untuk pencegahan karies dini, tersedia dalam bentuk bahan resin maupun glass ionomer

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Resin komposit merupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer digunakan oleh dokter gigi, terutama untuk merestorasi gigi anterior karena memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama restorasi pada daerah yang tidak mendapat tekanan besar (Zoergibel dan Illie, 2012). Terlepas dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika gigi (Ferreira dkk., 2011). Salah satu perawatan yang diminati masyarakat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika gigi (Ferreira dkk., 2011). Salah satu perawatan yang diminati masyarakat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan terkini perawatan gigi masyarakat lebih mengarah pada bidang estetika gigi (Ferreira dkk., 2011). Salah satu perawatan yang diminati masyarakat adalah

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEKUATAN GESER ANTARA SEMEN IONOMER KACA MODIFIKASI RESIN DENGAN SMART DENTIN REPLACEMENT SEBAGAI BASIS PADA RESTORASI SANDWICH

PERBEDAAN KEKUATAN GESER ANTARA SEMEN IONOMER KACA MODIFIKASI RESIN DENGAN SMART DENTIN REPLACEMENT SEBAGAI BASIS PADA RESTORASI SANDWICH PERBEDAAN KEKUATAN GESER ANTARA SEMEN IONOMER KACA MODIFIKASI RESIN DENGAN SMART DENTIN REPLACEMENT SEBAGAI BASIS PADA RESTORASI SANDWICH Rezki Budiarta 1, Erma Sofiani 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan geser antara self adhesif semen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan geser antara self adhesif semen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penilitian Penelitian mengenai perbedaan kekuatan geser antara self adhesif semen dan semen ionomer kaca tipe 1 terhadap restorasi indirect veneer resin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. modifikasi polyacid), kompomer, giomer (komposit modifikasi glass filler),

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. modifikasi polyacid), kompomer, giomer (komposit modifikasi glass filler), I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Restorasi gigi dapat dilakukan dengan beberapa macam bahan. Bahan restorasi di kedokteran gigi sangat beragam dan terus mengalami perkembangan, diantaranya amalgam, resin

Lebih terperinci

PENGARUH JUS JERUK DAN MINUMAN BERKARBONASI TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT

PENGARUH JUS JERUK DAN MINUMAN BERKARBONASI TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT 38 PENGARUH JUS JERUK DAN MINUMAN BERKARBONASI TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT PENGARUH JUS JERUK DAN MINUMAN BERKARBONASI TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT Rusna Fiki Kafalia*.,

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN 14 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Definisi Operasional a. Spesimen resin komposit tipe hibrid bahan uji yang terbuat dari resin komposit hibrid dengan ukuran diameter 6 mm dan tinggi 3 mm yang dipolimerisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Streptococus mutans yang menyebabkan ph (potensial of hydrogen) plak rendah

BAB I PENDAHULUAN. Streptococus mutans yang menyebabkan ph (potensial of hydrogen) plak rendah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies merupakan masalah di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Karies gigi merupakan penyakit multifaktorial yang disebabkan oleh bakteri, jaringan host, substrat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) SIKMR merupakan modifikasi dari semen ionomer kaca dan monomer resin sehingga bahan ini memiliki sifat fisis yang lebih baik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya permintaan dilakukan perawatan ortodonsi.

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya permintaan dilakukan perawatan ortodonsi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya kesadaran estetika gigi dan mulut masyarakat mengakibatkan tingginya permintaan dilakukan perawatan ortodonsi. Ortodonsi adalah salah satu perawatan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN JUS BUAH TOMAT (LYCOPERSICON ESCULENTUM MILL.) TERHADAP PEMBERSIHAN STAIN EKSTRINSIK PADA RESIN KOMPOSIT

PENGARUH PEMBERIAN JUS BUAH TOMAT (LYCOPERSICON ESCULENTUM MILL.) TERHADAP PEMBERSIHAN STAIN EKSTRINSIK PADA RESIN KOMPOSIT PENGARUH PEMBERIAN JUS BUAH TOMAT (LYCOPERSICON ESCULENTUM MILL.) TERHADAP PEMBERSIHAN STAIN EKSTRINSIK PADA RESIN KOMPOSIT 1 Kartika Ibrahim 2 Shirley E. S. Kawengian 3 Paulina N. Gunawan 1 Kandidat Skripsi

Lebih terperinci

UJI KEKERASAN KOMPOSIT TERHADAP RENDAMAN BUAH JERUK NIPIS (CITRUS AURANTIFOLIA)

UJI KEKERASAN KOMPOSIT TERHADAP RENDAMAN BUAH JERUK NIPIS (CITRUS AURANTIFOLIA) Jurnal e-gigi (eg), Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2015 UJI KEKERASAN KOMPOSIT TERHADAP RENDAMAN BUAH JERUK NIPIS (CITRUS AURANTIFOLIA) 1 Patar Sitanggang 2 Elita Tambunan 3 Jane Wuisan 1 Kandidat Skripsi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN APLIKASI BUAH DELIMA PUTIH

PERBANDINGAN APLIKASI BUAH DELIMA PUTIH ABSTRAK PERBANDINGAN APLIKASI BUAH DELIMA PUTIH (Punica granatum Linn.) DAN GEL KARBAMID PEROKSIDA 10% TERHADAP PERUBAHAN WARNA ENAMEL GIGI SECARA IN VITRO Marissa E.L., 2014. Pembimbing I : Dr. Diana

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Perubahan warna yang terjadi pada gigi anterior sering menimbulkan masalah estetika yang sangat mempengaruhi penampilan, terutama bagi wanita muda dengan profesi yang menuntut penampilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. mengenai , dentin, dan sementum. Penyakit ini disebabkan oleh aktivitas

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. mengenai  , dentin, dan sementum. Penyakit ini disebabkan oleh aktivitas 1 I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang dapat mengenai email, dentin, dan sementum. Penyakit ini disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik

Lebih terperinci

Pengaruh kopi arabika terhadap perubahan warna resin komposit hybrid

Pengaruh kopi arabika terhadap perubahan warna resin komposit hybrid Pengaruh kopi arabika terhadap perubahan warna resin komposit hybrid 1 Style V. Sirang 2 P. S. Anindita 2 Juliatri 1 Kandidat Skripsi Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran 2 Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI II.1 Tinjauan Pustaka Bahan tumpat gigi merupakan material kedokteran gigi yang digunakan untuk menumpat gigi yang telah berlubang. Bahan tumpat gigi yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. senyawa kimia yang bermanfaat seperti asam amino (triptofan dan lisin),

BAB I PENDAHULUAN. senyawa kimia yang bermanfaat seperti asam amino (triptofan dan lisin), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jeruk nipis merupakan buah-buahan yang banyak digemari oleh masyarakat di Indonesia. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) adalah sejenis tanaman perdu yang banyak

Lebih terperinci

Kata kunci: Resin komposit heat-cured, Kaolin, Kekerasan, SEM

Kata kunci: Resin komposit heat-cured, Kaolin, Kekerasan, SEM ABSTRAK Resin akrilik (PMMA) heat-cured umumnya digunakan di bidang kedokteran gigi, diantaranya sebagai mahkota jaket akrilik. Salah satu sifat mekanis dari resin akrilik yang sering menjadi masalah adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan merestorasi gigi tidak hanya untuk menghilangkan penyakit dan mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya (Ford, 1993).

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UJI KEBOCORAN TEPI RESIN KOMPOSIT FLOWABLE DAN BAHAN LUTING SEMEN PADA PASAK POLYETHYLENE FIBER-REINFORCED

PERBANDINGAN UJI KEBOCORAN TEPI RESIN KOMPOSIT FLOWABLE DAN BAHAN LUTING SEMEN PADA PASAK POLYETHYLENE FIBER-REINFORCED 27 PERBANDINGAN UJI KEBOCORAN TEPI RESIN KOMPOSIT FLOWABLE DAN BAHAN LUTING SEMEN PADA PASAK POLYETHYLENE FIBER-REINFORCED Malun Nasrudin*, Dwi Warna Aju Fatmawati**, FX Ady Soesetijo*** Keywords: resin,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Komposit 2.1.1 Definisi Resin Komposit Resin Komposit merupakan gabungan atau kombinasi dua atau lebih bahan kimia berbeda dengan sifat-sifat unggul atau lebih baik dari

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental laboratorik 4.2. Sampel Penelitian dan Bahan Uji Sampel yang digunakan adalah resin pit dan fissure sealant

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal utama yang harus dimiliki seorang dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan restorasi yang sesuai

Lebih terperinci

dengan konsep minimal invasive dentistry, yaitu tindakan perawatan dengan

dengan konsep minimal invasive dentistry, yaitu tindakan perawatan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi adhesif dibidang kedokteran gigi berkaitan erat dengan konsep minimal invasive dentistry, yaitu tindakan perawatan dengan mengutamakan konservasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. beberapa tahun terakhir sejalan dengan tuntutan pasien dalam hal estetik. Resin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. beberapa tahun terakhir sejalan dengan tuntutan pasien dalam hal estetik. Resin BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penggunaan bahan restorasi estetik mengalami peningkatan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir sejalan dengan tuntutan pasien dalam hal estetik. Resin komposit berkembang sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara bahan restorasi dengan jaringan gigi merupakan hal yang penting

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara bahan restorasi dengan jaringan gigi merupakan hal yang penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu kedokteran gigi restoratif memiliki tujuan utama untuk mengembalikan dan mempertahankan kesehatan gigi melalui perawatan restoratif yang adekuat guna melindungi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan perubahan warna email gigi pada sampel yang diberi bahan pemutih gigi yaitu hidrogen peroksida

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, kebutuhan dan tuntutan pasien akan bahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, kebutuhan dan tuntutan pasien akan bahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, kebutuhan dan tuntutan pasien akan bahan restorasi yang sewarna gigi dan dapat mengganti struktur gigi semakin tinggi. Resin

Lebih terperinci

Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Mint yang Dimasukkan dalam Resin Komposit Microfine Terhadap Kekerasan Resin Komposit Microfine

Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Mint yang Dimasukkan dalam Resin Komposit Microfine Terhadap Kekerasan Resin Komposit Microfine 45 Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Mint yang Dimasukkan dalam Resin Komposit Microfine Terhadap Kekerasan Resin Komposit Microfine Dwi Aji Nugroho 1, Noviana Eka Saptaningtyas 2 1 Staf Pengajar, Departemen

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 22 BAB 5 HASIL PENELITIAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kebocoran mikro pada tumpatan GIC Fuji IX, GIC Fuji II, dan GIC Fuji II LC. Kebocoran mikro tersebut dapat terdeteksi dengan terlihatnya

Lebih terperinci

Kata kunci : Dental bridge, nanokomposit Mg-Al-Si-Zr, teknik solgel, geopolimer, alkali aktivator, cotton fiber

Kata kunci : Dental bridge, nanokomposit Mg-Al-Si-Zr, teknik solgel, geopolimer, alkali aktivator, cotton fiber ABSTRAK Dental bridge merupakan salah satu contoh gigi tiruan cekat yang menjadi pilihan yang banyak digunakan untuk menggantikan gigi yang hilang. Suatu harapan bagi dunia kedokteran gigi Indonesia akan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN E-GLASS FIBER TERHADAP KEKUATAN KOMPRESI RESIN KOMPOSIT NANOFIL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENGARUH PENAMBAHAN E-GLASS FIBER TERHADAP KEKUATAN KOMPRESI RESIN KOMPOSIT NANOFIL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PENGARUH PENAMBAHAN E-GLASS FIBER TERHADAP KEKUATAN KOMPRESI RESIN KOMPOSIT NANOFIL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata

Lebih terperinci

Aplikasi pasta stroberi sebagai material bleaching terhadap perubahan warna dan kekerasan permukaan enamel

Aplikasi pasta stroberi sebagai material bleaching terhadap perubahan warna dan kekerasan permukaan enamel Amelia Hartanto: Aplikasi pasta stroberi sebagai material bleaching terhadap perubahan warna Aplikasi pasta stroberi sebagai material bleaching terhadap perubahan warna dan kekerasan permukaan enamel ISSN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fungsional gigi dapat menyebabkan migrasi (tipping, rotasi, dan ekstrusi),

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fungsional gigi dapat menyebabkan migrasi (tipping, rotasi, dan ekstrusi), I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehilangan satu gigi atau lebih dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan fungsional gigi yang masih ada. Hilangnya keseimbangan fungsional gigi dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan restorasi resin komposit pertama sekali diperkenalkan oleh Bowen pada tahun 1962. 1 Resin komposit merupakan suatu bahan restorasi yang memiliki banyak kelebihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Restorasi dapat dibedakan menjadi restorasi direk dan indirek. Restorasi direk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Restorasi dapat dibedakan menjadi restorasi direk dan indirek. Restorasi direk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Restorasi gigi adalah hasil prosedur kedokteran gigi yang memiliki tujuan mengembalikan bentuk, fungsi, dan penampilan gigi (Harty dan Ogston, 1995). Restorasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini resin komposit banyak digunakan dalam kedokteran gigi khususnya dalam ilmu konservasi gigi untuk dijadikan bahan restorasi gigi anterior dan posterior yang

Lebih terperinci

KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT NANOFILLER SETELAH APLIKASI KARBAMID PEROKSIDA 35% DENGAN WAKTU YANG BERBEDA

KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT NANOFILLER SETELAH APLIKASI KARBAMID PEROKSIDA 35% DENGAN WAKTU YANG BERBEDA KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT NANOFILLER SETELAH APLIKASI KARBAMID PEROKSIDA 35% DENGAN WAKTU YANG BERBEDA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

3 Universitas Indonesia

3 Universitas Indonesia BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Ionomer Kaca (SIK) Semen Ionomer Kaca (SIK) pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971, yang terdiri dari bubuk kaca fluoroaluminosilikat dan larutan

Lebih terperinci

DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol I. No 1. April 2017 PERBANDINGAN NILAI KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT TIPE BULK-FILL DENGAN UJI THERMOCYCLING

DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol I. No 1. April 2017 PERBANDINGAN NILAI KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT TIPE BULK-FILL DENGAN UJI THERMOCYCLING 34 DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol I. No 1. April 2017 PERBANDINGAN NILAI KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT TIPE BULK-FILL DENGAN UJI THERMOCYCLING Grina Adila Milawati, Dewi Puspitasari, M. Yanuar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihubungkan dengan jumlah kehilangan gigi yang semakin tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. dihubungkan dengan jumlah kehilangan gigi yang semakin tinggi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehilangan gigi antara lain dapat disebabkan oleh karies, penyakit periodontal, trauma dan atrisi berat. Selain itu, meningkatnya usia sering dihubungkan dengan jumlah

Lebih terperinci

PENGARUH BAHAN TUMPAT GLASS IONOMER CEMENT TERHADAP ph SALIVA PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI- PETE,SAYEGAN,SLEMAN,YOGYAKARTA

PENGARUH BAHAN TUMPAT GLASS IONOMER CEMENT TERHADAP ph SALIVA PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI- PETE,SAYEGAN,SLEMAN,YOGYAKARTA PENGARUH BAHAN TUMPAT GLASS IONOMER CEMENT TERHADAP ph SALIVA PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI- PETE,SAYEGAN,SLEMAN,YOGYAKARTA 1) 2) Susilarti, Aryani Widayati Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS SURFACE TREATMENT DAN RESIN KOMPOSIT TERHADAP KEKUATAN TARIK REPARASI PORSLEN

PENGARUH JENIS SURFACE TREATMENT DAN RESIN KOMPOSIT TERHADAP KEKUATAN TARIK REPARASI PORSLEN Bertha Elysia Setio, dkk. : Pengaruh Jenis Surface Treatment PENGARUH JENIS SURFACE TREATMENT DAN RESIN KOMPOSIT TERHADAP KEKUATAN TARIK REPARASI PORSLEN ABSTRAK Bertha Elysia Setio *, Endang Wahyuningtyas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut Powers dan Sakaguchi (2006) resin komposit adalah salah satu

I. PENDAHULUAN. Menurut Powers dan Sakaguchi (2006) resin komposit adalah salah satu I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Resin komposit merupakan salah satu material yang paling populer dalam dunia kedokteran gigi karena sifat estetisnya yang sangat baik, kekuatan yang adekuat, dan kemampuannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi yang membutuhkan perawatan saluran akar pada umumnya mengalami kerusakan pada jaringan pulpa dan mahkota, baik karena proses karies, restorasi sebelumnya atau

Lebih terperinci