RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA : 40/PUU-X/2012

Transkripsi

1 RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 40/PUU-X/2012 Tentang Larangan Melakukan Praktek Yang Tidak Memiliki Surat Ijin Praktek Dokter atau Dokter Gigi I. PEMOHON H. Hamdani Prayogo..... selanjutnya disebut Pemohon Kuasa Hukum: M. Sholeh Amin, S.H., M.Hum, dkk, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 13 April 2012 II. POKOK PERKARA Pengujian Pasal 73 ayat (2), Pasal 78 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Pemohon dalam permohonan sebagaimana dimaksud menjelaskan, bahwa ketentuan yang mengatur kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji adalah : 1. Pasal 24 ayat (2) UUD 1945, Pasal 24C ayat (1) UUD Tahun 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Berdasarkan kewenangan Mahkamah Konstitusi pada point 1, Mahkamah Konstitusi berwenang memeriksa dan mengadili Pasal 73 ayat (2), Pasal 78 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. IV. KEDUDUKAN PEMOHON ( LEGAL STANDING) - Pemohon adalah perorangan warga negara yang berprofesi sebagai tukang gigi, yang merasa dirugikan hak-hak konstitusionalnya atas berlakunya ketentuan Pasal 73 ayat (2), Pasal 78 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.

2 - Bahwa menurut Pemohon kerugian hak konstitusional yang dialami tersebut bersifat spesifik (khusus) dan aktual, kemudian adanya hubungan sebab akibat antara kerugian pemohon dengan berlakunya undang-undang a quo bersifat multi interpretasi. V. NORMA-NORMA YANG DIAJUKAN UNTUK DIUJI A. NORMA MATERIIL Norma yang diujikan, adalah : - Pasal 73 ayat (2) Setiap orang dilarang menggunakan alat, metode atau cara lain dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dan/atau surat izin praktik. - Pasal 78 Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan alat, metode atau cara lain dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi atau surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp ,00 (seratus lima puluh juta rupiah). B. NORMA UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 Norma yang dijadikan sebagai penguji, yaitu : 1. Pasal 27 ayat (2) Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. 2. Pasal 28 D ayat (2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. VI. Alasan-alasan Pemohon Dengan diterapkan UU a quo Bertentangan Dengan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, karena : 1. Bahwa Pasal 73 ayat (2) dan Pasal 78 Undang-Undang a quo melanggar hak konstitusional Pemohon atas sebuah pekerjaan dan penghidupan yang layak yang dilindungi oleh Pasal 27 ayat (2) UUD 1945; 2. Bahwa dengan adanya ketentuan Pasal 73 ayat (2) dan Pasal 78 Undang-Undang a quo, Menteri Kesehatan RI mengeluarkan

3 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1871/menkes/per/1X/2011 tentang Pencabutan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 339/MENKES/PER/V/1989 tentang Pekerjaan Tukang Gigi, yang pada intinya menyatakan bahwa Tukang gigi masih dapat menjalankan pekerjaannya selama ijin prakteknya masih berlaku sejak berlakunya permen yang baru, dan tidak dapat memperpanjang ijin prakteknya; 3. Bahwa jika ketentuan Pasal 73 ayat (2) dan Pasal 78 Undang-Undang a quo diterapkan mengakibatkan Pemohon dan kurang lebih (tujuh puluh lima ribu) tukang gigi kehilangan pekerjaan karena dianggap telah melakukan pekerjaan yang sama dengan praktek kedokteran, dan jika Pemohon tetap melaksanakan pekerjaannya diancam dengan ancaman Pidana Penjara dan/atau denda; 4. Bahwa ketentuan dalam ketentuan Pasal 73 ayat (2) dan Pasal 78 Undang-Undang a quo yang mencantumkan ancaman pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp ,00 (seratus lima puluh juta rupiah), hal ini dirasakan sangat berat berat bagi Pemohon, sehingga menurut pemohon norma ini tidak jelas dan tegas, tidak sesuai dengan prinsip lex certa dan tidak memberikan kepastian hukum; 5. Bahwa Pemohon memohon agar. ketentuan Pasal 73 ayat (2) dan Pasal 78 Undang-Undang a quo dinyatakan bertentangan dengan Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 secara bersyarat, dalam artian tukang gigi tetap dapat menjalankan profesinya seperti membuat sebagian atau seluruh gigi tiruan dari akrilik, memasang gigi tiruan lepasan, sepanjang tidak melakukan praktik tindakan medis seperti mencabut gigi atau menambal gigi berlubang karena penyakit gigi yang berhubungan dengan syaraf merupakan domain dokter gigi. VII. PETITUM 1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya; 2. Menyatakan Pasal 73 ayat (2) dan Pasal 78 Undang-Undang Nomor Negara Republik Indonesia Nomor 4431), bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

4 3. Menyatakan Pasal 73 ayat (2) dan Pasal 78 Undang-Undang Nomor Negara Republik Indonesia Nomor 4431), tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat; ATAU 4. Menyatakan Pasal 73 ayat (2) dan Pasal 78 Undang-Undang Nomor Negara Republik Indonesia Nomor 4431), bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 secara bersyarat (conditionally unconstitutional), kecuali sepanjang tidak melarang tukang gigi; 5. Menyatakan Pasal 73 ayat (2) dan Pasal 78 Undang-Undang Nomor Negara Republik Indonesia Nomor 4431), tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat secara bersyarat, kecuali sepanjang tidak melarang tukang gigi; 6. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya. Atau apabila Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono). Catatan Perbaikan: 1. Pemohon pada permohonan awal ada 2 orang namun dalam perbaikan permohonan pemohon atas nama Perkumpulan Asosiasi Tukang Gigi Mandiri (Astagiri) tidak menjadi Pemohon lagi dan tidak menjelaskan alasan pengunduran dirinya dalam perbaikan permohonan tersebut. 2. Norma penguji Permohonan Awal 1. Pasal 28 D ayat (1) 2. Pasal 28D ayat (2) Perbaikan Permohonan 1. Pasal 27 ayat (2) 2. Pasal 28D ayat (1)

5 3. Pasal 28E ayat (3) 4. Pasal 28I ayat (1) 5. Pasal 28I ayat (2) 6. Pasal 28I ayat (3) 3. Penambahan alasan kerugian konstitusional 4. Sedikit perubahan dalam redaksional petitum