STRATEGI METAKOGNITIF UNTUK KETERAMPILAN MEMBACA BAHASA INGGRIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI METAKOGNITIF UNTUK KETERAMPILAN MEMBACA BAHASA INGGRIS"

Transkripsi

1 Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2016, pp. 137~142 STRATEGI METAKOGNITIF UNTUK KETERAMPILAN MEMBACA BAHASA INGGRIS Heri Maulana AMIK BSI Yogyakarta Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : proses pelaksanaan strategi metakognitif dalam pembelajaran keterampilan membaca. Metode penelitian studi kasus digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan pelaksanaan strategi metakognitif menerapkan tiga tahapan yaitu : 1) Perencanaan-diri, 2) Pemantauan-diri, dan 3) Evaluasi-diri. Tahapantahapan tersebut dilakukan dengan menciptakan hubungan yang menyenangkan dengan siswa melalui diskusi. Siswa sangat termotivasi dengan proses pembelajaran dan lima siswa menunjukkan semangat, prestasi, kesadaran dan kemandirian dalam belajar khususnya pada keterampilan membaca. Keywords: Strategi Metakognitif, Keterampilan Membaca, Studi Kasus Pendahuluan Salah satu keterampilan dasar terpenting dalam pengajaran bahasa yang harus dikuasai adalah keterampilan membaca (reading skill). Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1997: 78) menyatakan, kemampuan membaca ini sangat diperlukan oleh setiap orang untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman, mempertinggi daya pikir, mempertajam penalaran, serta mencapai kemajuan dan peningkatan diri. Bahkan keterampilan membaca dapat ditemui hampir di seluruh mata pelajaran. Aderson (Suyatinah, 2006: 244) menyatakan kegiatan membaca merupakan suatu keterampilan, yakni keterampilan membaca secara receptif yang dipergunakan secara tidak langsung. Selain itu dengan keterampilan membaca siswa tidak hanya berhasil dalam pembelajaran Bahasa Inggris tetapi juga dalam pembelajaran mata pelajaran lain maupun dalam kehidupan sehari-hari dimana membaca teks Bahasa Inggris sudah menjadi salah satu kebutuhan pengetahuan seperti yang telah disebutkan di atas. Undang-Undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pun mengamanatkan agar pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat (pasal 4 ayat 5). Keberhasilan belajar peserta didik dalam mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar di sekolah juga sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan membaca. Peserta didik yang tidak mampu membaca dengan baik akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris. Peserta didik akan mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami informasi yang disajikan dalam berbagai buku pelajaran, buku-buku bahan penunjang dan sumber-sumber belajar tertulis yang lain. Akibatnya, kemajuan belajar menjadi lamban jika dibandingkan dengan peserta didik yang tidak mengalami kesulitan dalam membaca dan hal ini juga akan berpengaruh pada motivasi peserta didik dalam belajar. Berdasarkan Human Development Index, sumber daya manusia Indonesia masih tergolong sangat lemah dan menempati posisi terbawah dari negara-negara di dunia. Menurut data yang ada sekitar 69% peserta didik berusia 15 tahun memiliki kemampuan membaca yang rendah. Selain itu, program membaca masih dirasakan hanya sebatas keterampilan teknis bukan keterampilan pemahaman yang jauh lebih bermanfaat bagi peserta didik. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) Balai Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Depdiknas Bahrul Hayat, bahwa siswa Indonesia dinilai hanya dapat membaca tanpa mampu mengaitkan hasil bacaannya dengan pengetahuan yang dimiliki. Kalaupun bisa, peserta didik hanya dapat menghubungkan satu informasi dari bahan bacaan. Pelly & Efendi dan Kastam Syamsi (Suyatinah: 244) menjelaskan bahwa pembelajaran membaca dan menulis yang dulu merupakan pelajaran pokok, kini kurang mendapat perhatian, baik dari para peserta didik maupun guru. Para guru dan peserta Diterima 10 Januari 2016; Revisi 12 Februari 2016; Disetujui 15 Maret 2016

2 didik biasanya lebih memfokuskan kegiatan pembelajaran pada materi-materi teoritik yang mengarah pada keberhasilan peserta didik dalam pencapaian Ebtanas (dahulu) dan Ujian Nasional. Sistem pembelajaran yang adapun belum berorientasi bagaimana menumbuhkan kesadaran kepada peserta didik terhadap proses berfikir atau kemampuan kognitif yang dimiliki, sehingga dalam proses belajar yang di dalamnya termasuk kegiatan membaca pun peserta didik hanya sekedar membaca atau membaca mekanis tanpa berusaha memahami apa yang dibaca. Kesadaran ini sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran terutama pada mata pelajaran bahasa Inggris (bahasa kedua), karena seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa guru lebih berperan sebagai fasilitator dan proses pembelajaran lebih berorientasi kepada siswa. Dan siswa juga dituntut untuk senantiasa memiliki kemandirian dalam belajar. Strategi pembelajaran yang mampu mengarahkan siswa kepada kesadaran dan kemandirian belajar salah satunya adalah strategi metakognitif. Strategi ini merupakan cara untuk menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran proses berpikir seseorang atau peserta didik. Kesadaran tentang hal-hal yang dipahami maupun yang tidak dipahami, sehingga mampu menimbulkan pertanyaan dan sekaligus menjawab pertanyaanpertanyaan yang ditimbulkan dari proses berfikir. Proses ini secara otomatis membangkitkan minat (rasa ingin tahu), karena seseorang menggunakan prosesproses kognitifnya sendiri untuk memikirkan atau merenungkan proses-proses kognitif itu sendiri dan peserta didik dapat membimbing dalam mengatur dan memilih strategi yang cocok dan sesuai untuk meningkatkan kinerja kognitif di kemudian hari. Proses inilah yang telah diterapkan oleh SMP Negeri 5 Yogyakarta, khususnya di kelas Internasional (Sekolah Berstandar Internasional). Kelas tersebut menunjukkan hasil atau prestasi belajar yang sangat baik, baik dari segi kepahaman, kritis dalam berfikir, kemandirian belajar dalam pembelajaran Bahasa Inggris, terutama pada pembelajaran membaca. Berdasarkan studi lapangan dan pengamatan awal yang telah dilakukan, ternyata kelas Internasonal SMP Negeri 5 Yogyakarta telah menerapkan strategi metakognitif ini. Guru senantiasa memberikan gambaran betapa pentingnya belajar Bahasa Inggris, pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, mendorong kemandirian siswa, yang tercermin dalam kemahiran membuat perencanaan belajar, penggunaan strategi belajar yang tepat, dan pencapaian target belajar yang telah ditetapkan sendiri, terutama tingkat kemahiran berbahasa Inggris. Berdasarkan hasil wawancara dengan dalah seorang guru mata pelajaran bahasa Inggris di kelas Internasional tersebut menjelaskan bahwa proses pembelajaran bahasa Inggris khususnya dalam pembelajaran keterampilan membaca selama ini lebih diarahkan kepada kemampuan peserta didik dalam memahami makna bacaan. Dalam menyampaikan materi di kelas, di awal guru menjelaskan tujuantujuan belajar yang harus dicapai oleh siswa baik lisan maupun tulisan. Hal ini sangat penting karena dapat mengikat dan memotivasi siswa selama belajar, gurupun senantiasa mengulang-ulang menyampaikan selama proses pembelajaran berlangsung. Bahkan sebelum memasuki topik bacaan yang akan diberikan, biasanya guru memberikan pancingan berupa paragraf pendek yang berkaitan dengan bahan bacaan yang akan diajarkan atau memberikan kosakata yang akan sering digunakan dalam bacaan tersebut. Dari pengamatan awal, proses pembelajaran sedikit lebih dibebaskan agar siswa tidak merasa tertekan sehingga kesadaran dan kemandirian siswa dapat tumbuh dan berkembang. Pertimbangan lainnya bahwa guru menerapkan strategi ini adalah dikarenakan kondisi peserta didik yang sangat beragam dan dengan strategi metakognitif ini guru mampu untuk mengidentifikasi kemampuan peserta didik secara cepat dan akurat. Namun kelebihan dan kekurangan strategi metakognitif yang telah diterapkan di SMP Negeri 5 Yogyakarta belum teridentifikasi dengan jelas dan selama ini belum ada penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan proses pelaksanaan strategi metakognitif di sekolah tersebut. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 5 Yogyakarta. Menurut Syukur Ghazali (2000: 162) strategi belajar merupakan bagian yang menduduki posisi cukup penting dalam proses pemerolehan bahasa. Banyak strategi belajar yang dikuasai dan digunakan secara alamiah berdasarkan tuntutan situasi dan kondisi, ada 138

3 yang mempelajari secara sistematik setelah mempelajari dari berbagai sumber, misalnya dari guru, buku sumber, atau pihak lain yang juga sama-sama belajar bahasa. Seseorang juga dapat belajar bahasa melalui proses trialand-eror procedures, yaitu upaya coba-coba. Strategi Metakognitif adalah strategi mengatur diri sendiri, sehingga seseorang dapat membuat rencana, mengontrol rencana, dan bahkan melakukan evaluasi sendiri secara dini terhadap apa yang direncanakan dan dilakukan sebelumnya. Strategi metakognitif terdiri atas 3 tahapan yaitu: 1. Perencanaan (planning), terdiri atas: 1) Pengaturan tahap awal (advance organizers): Melakukan review terhadap bacaan untuk mendapatkan ide pokok dan konsep yang terkandung dalam bacaan yang sedang dipelajari. Ini dapat dilakukan dengan cara membaca skimming untuk memperoleh gambaran tentang cara pengarang mengorganisasikan pikirannya. 2) Pengarahan perhatian (directed attention) Mengambil keputusan sejak awal untuk mengikuti kegiatan belajar dan mengesampingkan hambatan-hambatan. 3) Perencanaan fungsional Merencanakan dan mencobakan komponen-komponen kebahasaan yang dianggap perlu untuk menyelesaikan tugas-tugas kebahasaan yang akan dihadapi. 4) Seleksi pemusatan perhatian. Memutuskan sejak awal untuk memperhatikan aspek input tertentu, bisa dilakukan dengan menapis kata-kata kunci, konsep-konsep tertentu, dan penandapenanda kebahasaan lainnya yang diperlukan. 5) Pengaturan diri. Memahami kondisi yang dapat membantu peserta didik dan mengantisipasi kehadiran kondisi tersebut. 2. Pemeriksaan (monitoring). Terdiri dari: memeriksa diri sendiri, memeriksa pemahaman terhadap apa yang dibaca atau didengar, atau memeriksa kecermatan pengucapan atau cara penulisan peserta didik ketika kegiatan itu berlangsung. 3. Evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk memeriksa hasil yang dicapai oleh peserta didik apabila yang bersangkutan menyelesaikan sebuah tugas. Strategi metakognitif meningkatkan kontrsuksi pemahaman pembaca, memonitoring teks dan kemampuan membaca, dan memiliki kemampuan untuk mengevaluasi teks yang dibaca. Susan (2007 : 11) dalam makalah thinking metacognitively menjelaskan fase-fase dalam memperkenalkan strategi metakognitif dalam pembelajaran membaca di dalam kelas. 1 Fase 1. Setelah diawal memperkenalkan suatu strategi, peserta didik belum mampu digunakan strategi tersebut secara spontan. Suatu perangkap yang umum tentang instruksi strategi adalah para guru dapat mengharapkan peserta didik untuk belajar suatu strategi yang telah diperkenalkan sekali. Peserta didik harus merasa yakin mengenai pemanfaatan strategi. Meningkatkan keyakinan dapat melalui pengenalan yang diulang-ulang dalam suatu situasi yang bervariasi. 2. Fase 2. Di fase ini, peserta didik dapat menggunakan strategi melalui praktek, tetapi pada awalnya tidak mengetahui manfaat dari strategi tersebut. Guru seharusnya tidak perlu berpendapat demikian, hanya dengan sedikit latihan dan keberhasilan demonstrasi dalam sebuah penerapan, peserta didik telah memperoleh keterampilan tersebut. Guru sebaiknya menghindari memberikan pekerjaan rumah setelah baru memperkenalkan strategi baru. 3. Fase 3. Hal ini tidak sampai pada fase 3 saja dalam pembelajaran yang berkelanjutan dan setelah peserta didik menerapkan dan berpengalaman secara sadar dengan penggunaan strategi yang secara spontan. Pada fase ini, peserta didik sudah sedikit mampu membaca dengan kemampuan metakognitif dan akan merasakan lebih percaya diri dalam mengerjakan latihan. 2. Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian study kasus, dimana penelitian tentang status subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau unik dari keseluruhan personalitas dan bertujuan untuk memberikan gambaran secara detail tentang latarbelakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus maupun status dari individu yang kemudian dari sifat-sifat khas di atas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum. yang menjadi informan penelitian adalah lima orang siswa kelas VIII Internasional 2 SMP Negeri 5 Yogyakarta beserta satu orang guru mata pelajaran bahasa Inggris yang mengajar di kelas Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. 3. Pembahasan Strategi metakognitif dalam pembelajaran keterampilan membaca mampu membantu siswa dalam mengembangkan proses berfikir, mengontrol selama kegiatan membaca berlangsung dan mampu mengevaluasi seluruh aktivitas yang telah dilakukan tersebut. Pada akhirnya strategi ini mampu 139

4 menumbuhkan kesadaran dan kemandirian siswa dalam belajar khususnya dalam pembelajaran keterampilan membaca. Hal ini sesuai dengan pendapat Huda (Fakhriati, 2007), bahwa seorang pembelajar dapat dikatakan sebagai pembelajar yang trampil dan mandiri (learner autonomy) atau memiliki kemampuan metakognitif apabila dapat: 1) mengetahui tujuan pembelajaran dan mengetahui apa yang sedang diajarkan, 2) mengetahui tujuan belajarnya sendiri, 3) memiliki strategi belajarnya, 4) memonitor kemajuan belajarnya sendiri, 5) mengevaluasi strategi belajarnya sendiri. Konsep strategi metakognitif menurut Flavell dan Brown (dalam Livingston, 1997: 1) terdiri dari tiga tahapan atau proses yaitu perencanaan-diri, pemantauan-diri, dan evaluasi-diri. Masing-masing tahapan memiliki indikatorindikator agar dapat melihat bagaimana strategi metakognitif dilaksanakan yaitu tujuan belajar yang akan dicapai, waktu yang digunakan untuk menyelesaikan tugas, pengetahuan awal, dan strategi-strategi kognitif atau belajar. Perencanaan-diri merupakan langkah pertama yang dilakukan sebelum aktivitas membaca berlangsung seperti menentukan tujuan dan analisis tugas, membantu mengaktivasi pengetahuan yang relevan sehingga mempermudah pengorganisasian dan pemahaman materi pelajaran atau bahan bacaan yang akan dibaca. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa proses pembelajaran keterampilan membaca bahasa Inggris di kelas VIII Inernasional 2 SMP Negeri 5 Yogyakarta secara keseluruhan sudah menggambarkan penerapan tahapan perencanaan-diri. Guru telah menetapkan dan menjelaskan baik secara lisan dan tulisan tujuan belajar yang akan dicapai oleh siswa. Penjelasan tujuan belajar tersebut mampu memotivasi siswa dalam belajar karena siswa memahami dari awal tujuan yang akan dicapai. Kesadaran akan maksud dan tujuan membaca berhubungan dengan pengetahuan, kemampuan berfikir atau kognitif dan strategi belajar digunakan siswa, sehingga paham dengan apa yang dibutuhkan atau sebaliknya. Aktivitas-aktivitas perencanaan seperti menentukan tujuan dan analisis tugas membantu mengaktivasi pengetahuan yang relevan sehingga mempermudah pengorganisasian dan pemahaman materi pelajaran (Brown dalam Livingstone, 1997: 1). Tujuan belajar, strategi saling mempengaruhi dalam menggunakan strategi metakognitif. Selain itu guru juga memotivasi siswa dengan menambahkan tujuan belajar lainnya yang dirasa perlu bagi siswasendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Oxford dan Richard-Amato (dalam Syukur Ghazali, 2000: 170), bahwa sebelum memulai membaca, usahakan untuk mengetahui tentang apakah bacaan yang akan dibaca. Guru juga telah memberikan tawaran batasan waktu kepada siswa untuk memahami bacaan yang diberikan, sehingga proses pembelajaran berjalan terarah. Terkait pengetahuan awal yang dimiliki siswa, guru senantiasa memberikan pancingan-pancingan seperti kosakata yang akan sering digunakan, memberikan paragraf pendek yang berkaitan dengan topik bacaan yang akan diberikan atau menghubung-hubungkan bahan bacaan dengan pengalaman siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Richard-Amato (dalam Syukur Ghazali, 2000: 227) yang memberikan patokan bimbingan guru terhadap siswa pada saat kegiatan membaca, yaitu menghubungkan teks yang dibaca dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh peserta didik, menghubungkan isi bacaan dengan diri peserta didik atau kebudayaan, apa yang dapat dilakukan jika siswa menghadapi peristiwa seperti yang ada dalam cerita atau bacaan, dan apakah peristiwa tersebut lazim terjadi di lingkungan siswa. Untuk strategi kognitif atau belajar yang akan digunakan siswa, guru lebih cenderung membebaskan agar siswa menemukan sendiri dan mandiri terhadap kebutuhan belajar. Namun guru juga memberikan masukan atau pancingan terkait strategistrategi berfikir yang mungkin dapat digunakan oleh siswa, seperti mencari katakata kunci, membaca perlahan, atau diskusi dengan sesama siswa. Tahapan perencanaan diri mempunyai peran yang sangat penting di awal pembelajaran karena akan menentukan tahapan-tahapan selanjutnya, karena pada tahapan ini adanya kesepakatan-kesepakatan antara guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung hingga jam pelajaran usai. Tahapan kedua adalah pemantauan-diri, aktivitas-aktivitas pemantauan diri dapat berupa perhatian siswa disaat membaca, dan membuat pertanyaan atau pengujian diri. Aktivitas-aktivitas ini juga membantu peserta didik memahami materi dan mengintegrasikan dengan pengetahuan awal. Hasil penelitian merefleksikan bahwa secara keseluruhan pembelajaran sudah mengoptimalkan tahapan pemantauan-diri ini. 140

5 Guru mengoptimalkan pemantauan proses pembelajaran dengan berdiskusi dan berdialog langsung dengan siswa. Hal ini dikarenakan hakekat guru dalam mempelajari bahasa kedua/ bahasa Inggris adalah lebih sebagai fasilitator yang senantiasa memberikan motivasi, dukungan dan arahan dan senada dengan pendapat Syukur Ghazali (2000: 229) bahwa diskusi dapat memperkuat pemahaman peserta didik terhadap teks yang dibaca. Diskusi atau dialog yang dilakukan guru mampu memberikan pengaruh positif kepada siswa, terlebih saat siswa diberikan batasan waktu untuk memahami sebuah bacaan. Siswa senantiasa diingatkan untuk lebih cepat memahami bacaan, dan sekaligus memantau apakah siswa memiliki pengetahuan awal yang cukup untuk memahami bacaan tersebut. Bila siswa tidak memiliki pengetahuan awal yang relevan, siswa diperkenankan untuk bertanya dan berdiskusi. Terlebih bila siswa bingung dan jenuh dengan cara berfikir dan belajar, siswa diperbolehkan untuk belajar sejenak di luar atau siswa yang memiliki kemampuan yang baik diminta mendampingi siswa yang memiliki kemampuan kurang (struggle). Melalui diskusi ini proses pembelajaran berlangsung dengan lancar dan siswa tidak merasa terbebani dengan kendala-kendala yang dihadapi. Dan proses pembelajaran tetap terarah dan optimal walau kondisi kelas sedikit dibebaskan. Inilah salah satu keuntungan menerapkan strategi metakognitif, guru dapat mengidentifikasi kemampuan siswa dan langsung dapat memberikan solusi saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu proses pemantauandiri mampu menumbuhkan kesadaran dan kemandirian siswa dalam belajar. Tahapan yang terakhir adalah evaluasi-diri, aktivitas-aktivitas evaluasi-diri meliputi penyesuaian dan perbaikan aktivitas-aktivitas kognitif/berfikir siswa. Aktivitas-aktivitas ini membantu peningkatan prestasi dengan cara menilai dan mengoreksi perilaku pada saat menyelesaikan tugas atau membaca. Untuk melakukan tahapan ini guru juga menggunakan strategi dengan berdiskusi dan berdialog dengan siswa. Guru melakukan penilaian dan koreksi ketercapaian tujuan belajar siswa dengan pertanyaan-pertanyaan. Guru juga mengevaluasi dan menanyakan strategi berfikir atau membaca yang telah digunakan siswa, apakah efektif dan tepat untuk mencapai tujuan belajar. Dengan berdiskusi siswa merasa tertantang dan termotivasi untuk memberikan jawaban. Guru pun mampu untuk memberikan motivasi dan dorongan bagi siswa yang belum mencapai tujuan belajar atau belum memahami bacaan yang diberikan yaitu dengan menghampiri siswa dan kemudian menuntun untuk berani memberikan jawaban. Hasil evaluasi terhadap aktivitas membaca siswa selalu dikembangkan dan dikaitkan untuk keterampilan-keterampilan lainnya yaitu writing, listening, dan speaking, sehingga guru senantiasa mampu untuk mengaitkan proses pembelajaran yang satu dengan proses lainnya. Strategi metakognitif ini sangat bermanfaat dalam memberikan penilaian dan koreksi atas seluruh aktivitas belajar dan membaca siswa. Siswa tidak merasa tertekan, tidak merasa terpojok bila melakukan kesalahan atau belum optimal dalam belajar dan yang lebih penting siswa mengetahui dan menyadari kelemahan dan kesalahan di saat membaca. Tahapan evaluasi ini dapat menggambarkan keberhasilan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas, baik guru maupun siswa sama-sama mengevaluasi terhadap proses yang dilakukan. Jadi pelaksanaan strategi metakognitif dalam pembelajaran keterampilan membaca bahasa Inggris di kelas VIII Internasional 2 sudah menerapkan ketiga tahapan yang ada yaitu tahapan perencanaan-diri, pemantauan-diri dan evaluasi-diri. Berdasarkan hasil wawancara, observasi, angket, dan dokumentasi pelaksanaan strategi metakognitif menunjukkan hasil yang optimal terutama dalam meningkatkan kesadaran, kemandirian, dan kepahaman siswa dalam belajar atau membaca. 4. Simpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara umum, pembelajaran keterampilan membaca bahasa Inggris di kelas VIII Internasional 2 SMP Negeri Yogyakarta sudah menggambarkan pelaksanaan strategi metakognitif dengan jelas. Proses pelaksanaan strategi metakognitif sebagai berikut: a. Perencanaan diri Pembelajaran keterampilan membaca bahasa Inggris menggambarkan penerapan proses perencanaan- diri (planning ). Adapun gambaran tahapan perencanaan-diri di dalam pembelajaran secara jelas. Proses perencanaan-diri di awali dari guru yang menjelaskan tujuan belajar di awal pertemuan, memberikan batasan waktu untuk memahami bacaan yang diberikan lima 141

6 sampai 10 menit. Batasan waktu ini ditentukan dengan cara berdialog atau membuat kesepakatan antara guru dengan siswa. Kesepakatan ini diupayakan oleh guru dengan melibatkan peran aktif seluruh siswa, sehingga siswa merasa terikat selama proses pembelajaran berlangsung. Setelah kesepakatan waktu ditentukan, kemudian guru mulai memberikan materi pelajaran kepada siswa. Untuk mengantisipasi kebingungan dan kejenuhan siswa diberikan pancingan berfikir sebelum memahami materi, pancingan berfikir yang diberikan adalah dengan memberikan paragraf pendek yang relevan dengan bacaan yang akan diberikan kepada siswa, memberikan kuis atau permainan kata atau kalimat seperti mencocokkan kata dengan makna kata, mencari sinonim kata. Hal ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan awal kepada siswa agar siswa siap untuk mengikuti proses pembelajaran, dan yang terakhir guru memberikan kebebasan terkait strategi berfikir atau belajar yang akan digunakan siswa untuk membaca seperti scanning, skimming, mengulang, membaca cepat dan lain-lain. Dengan melaksanakan proses perencanaan-diri yang baik, maka dapat dipastikan proses pembelajaran selanjutnya dapat berlangsung dengan baik karena antara guru dan siswa sudah mempersiapkan diri untuk terlibat dalam proses pembelajaran. b. Pemantauan diri Pembelajaran sudah menggambarkan penerapan proses pemantauan- diri (monitoring). Proses pemantauan-diri yang dilakukan dengan jalan berdiskusi dan berdialog antara guru dan siswa, sehingga dapat, membangun suasana keakraban dan siswa merasa termotivasi dengan diskusi dan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. c. Evaluasi diri Pembelajaran sudah menggambarkan penerapan proses evaluasidiri. Proses ini dilakukan juga dengan jalan berdiskusi dan berdialog antara guru dan siswa. Ada satu indikator yang belum secara optimal dievaluasi oleh guru dan siswa yaitu batasan waktu yang digunakan saat membaca, kecuali saat mengerjakan tugas dan ujian. Hal ini dikarenakan alokasi waktu mata pelajaran yang sudah ditetapkan, sehingga antara guru dan siswa cenderung berpatokan dengan jadwal tersebut kecuali adanya kesepakatankesapatan di kelas. Referensi Brown, H.D (1987) The Principles of Language Learning and Teaching. Englewood Cliffs, New Jersey: Oxford University Press. Darmiyati Zuchdi dan Budiasih. (1997). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Jakarta: Dirjen Dikti. DIKNAS. (2006). PERMENDIKNAS 2006 tentang SI & SKL. Jakarta: Sinar Grafika. Fakhriati. (2007). Meningkatkan Kemampuan Membaca Bahasa Inggris dengan Pendekatan Metakognitif. 9/model-belajar-danpembelajaranberorientasi-kompetensi-siswa. Israel E. Susan. (2007). Using Metacognitive Assesments to Create Individualized Reading Instruction. Jennifer A., Livingston. (1997). Metacognition: An Overview. 64/Metacog.htm. Oxford, R. L. ( 1989) Language Learning Strategies, What Teachers Should Know. New York: Newburry House Publiser. Suyatinah. (2006). Keefektifan Pembelajaran Membaca dengan Menggunakan Penguatan dan Media Gambar. Jurnal Kependidikan. (Nomor 2, Tahun XXXVI). Hlm Syukur Ghazali. (2000). Pemerolehan dan Pengajaran Bahasa Kedua. Proyek pengembangan Guru Sekolah Menengah Dirjen Pendidikan Tinggi. Jakarta: Diknas. Tarigan, H. (1987). Pengajaran Membaca. Bandung: Ganesha.. 142

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah BAB II KAJIAN TEORI E. Kajian Teori 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Mereka juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoral. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoral. Untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin menuntut peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoral. Untuk menciptakan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan. Bahasa sebagai milik manusia menjadi salah satu cirri pembeda antara manusia dengan mahluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hella Jusra, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hella Jusra, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah merupakan suatu gambaran keadaan dengan hubungan dua atau lebih informasi yang diketahui dan informasi lainnya yang dibutuhkan yang dapat menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan

Lebih terperinci

Peningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki.

Peningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki. Peningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki Ida Nurhayati 1 1 SMPN 1 Besuki, Tulungagung Email: 1 idanurhayati@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah komunikasi dalam konteks pedagogi adalah hal yang penting karena ketika proses pembelajaran berlangsung didalamnya terdapat interaksi antara guru dengan siswa

Lebih terperinci

KERANGKA TEORETIS. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli

KERANGKA TEORETIS. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli 7 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Keterampilan Metakognisi Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli psikologi sebagai hasil dari perenungan mereka terhadap kondisi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN WORD CARD

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN WORD CARD LINGUISTIKA AKADEMIA, Special Edition, May 2016 ISSN: 2089-3884 accredited by DGHE (DIKTI), Decree No: 51/Dikti/Kep/2010 193 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN WORD CARD Marwati MTsN Galur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan mengembangkan potensi siswa. Potensi siswa dikembangkan sesuai dengan bakat dan kemampuan yang

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Aktivitas Belajar Slameto (2001 : 36) berpendapat bahwa penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi difikirkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pendidikan dapat berlangsung dalam dua tahapan, yakni proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pendidikan dapat berlangsung dalam dua tahapan, yakni proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan dapat berlangsung dalam dua tahapan, yakni proses jangka pendek dan jangka panjang. Pencapaian tujuan pendidikan nasional memerlukan pertahapan

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.3c MODEL PROBLEM BASED LEARNING 2 Model Problem Based Learning 3 Definisi Problem Based Learning : model pembelajaran yang dirancang agar peserta

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN PENGALAMAN BERBAHASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH

PENERAPAN PENDEKATAN PENGALAMAN BERBAHASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH PENERAPAN PENDEKATAN PENGALAMAN BERBAHASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH Devita Vuri Guru SDN Karawang Kulon II Kabupaten Karawang Abstrak Pembelajaran bahasa di SD kelas rendah

Lebih terperinci

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROOM ACTION RESEARCH) OLEH

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROOM ACTION RESEARCH) OLEH PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROOM ACTION RESEARCH) PENGGUNAAN MATERI PEMBELAJARAN YANG AKRAB UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPTIF BAHASA INGGRIS SISWA KELAS VII 1 SMP NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Hal ini dikarenakan melalui sektor pendidikan dapat dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Hal ini dikarenakan melalui sektor pendidikan dapat dibentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan melalui sektor pendidikan dapat dibentuk manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di sekolah. Dalam KTSP Bahasa Inggris 2006 dijelaskan bahwa dalam belajar

I. PENDAHULUAN. di sekolah. Dalam KTSP Bahasa Inggris 2006 dijelaskan bahwa dalam belajar 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang penting. Oleh karena itu menulis merupakan salah satu standar kompetensi dalam pelajaran Bahasa Inggris

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian tindakan. Karena ruang lingkupnya adalah pembelajaran di sekolah yang dilaksanakan guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge). Pada fungsi ini bahasa menjadi penarik yang mempercepat berkembangnya penguasaan ilmu

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI MEDIA CD INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 JATEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa Inggris adalah bahasa internasional, sehingga sangat penting untuk dipelajari di masa sekarang ini yang merupakan era globalisasi. Menguasai bahasa

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Berbicara (Speaking) Bahasa Inggris Siswa Kelas VIII SMPN 3 Surakarta dengan Menggunakan Gambar ABSTRAK

Peningkatan Kemampuan Berbicara (Speaking) Bahasa Inggris Siswa Kelas VIII SMPN 3 Surakarta dengan Menggunakan Gambar ABSTRAK Peningkatan Kemampuan Berbicara (Speaking) Bahasa Inggris Siswa Kelas VIII SMPN 3 Surakarta dengan Menggunakan Gambar Hetty Dwi Agustin Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMPN 3 Surakarta Jl. Kartini No.18

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) PADA MATEMATIKA MATERI KESEBANGUNAN UNTUK SISWA SMP. Oleh: Endah Budi Rahaju UNESA

PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) PADA MATEMATIKA MATERI KESEBANGUNAN UNTUK SISWA SMP. Oleh: Endah Budi Rahaju UNESA Kode Makalah PM-1 PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) PADA MATEMATIKA MATERI KESEBANGUNAN UNTUK SISWA SMP Oleh: Endah Budi Rahaju UNESA Abstrak Dalam KBK telah dimasukkan tujuan-tujuan

Lebih terperinci

Biografi. Jadwal Penilaian

Biografi. Jadwal Penilaian Biografi Ringkasan Unit Setelah mendengarkan dan membaca beberapa biografi, keduanya dalam bentuk buku-buku dan majalah, para murid sekolah dasar mengungkapkan pendapat tentang apa yang menyebabkan sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangatlah berperan penting dalam kehidupan sehari-hari terlebih bagi dunia pendidikan. Bahasa merupakan sebuah jembatan bagi pemerolehan ilmu-ilmu pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terletak di Jl. Kalikebo, Desa Wiro, Bayat, Klaten berdiri pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terletak di Jl. Kalikebo, Desa Wiro, Bayat, Klaten berdiri pada 26 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Profil Tempat Penelitian Sekolah yang menjadi tempat penelitian adalah SMP Negeri 3 Bayat yang terletak di Jl. Kalikebo, Desa Wiro, Bayat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin baik kualitas pendidikan disuatu negara akan menghasilkan bangsa yang cerdas. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di masyarakat, pengaruh informasi

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan adalah seperangkat sasaran kemana pendidikan itu di arahkan. Tujuan pendidikan dapat dimaknai sebagai suatu sistem nilai yang disepakati kebenaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intan Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intan Setiawati, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan paradigma pembelajaran adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih menjadi berpusat pada siswa (student centered),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan manusia lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat komunikasi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2013 2014 Sugiani Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal) namun juga menggunakan, isyarat atau bahasa gambar. Peradapan manusia kuno sebelum mengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, emosional, dan merupakan penunjang keberhasilan siswa dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN Dalam bab ini diuraikan proses pengembangan model penilaian otentik dalam pembelajaran membaca pemahaman yang telah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional, merupakan bahasa asing pertama yang harus diajarkan di sekolah mulai dari tingkat dasar. Hal ini ditegaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sekali bagi kita semua untuk mempelajarinya. Setiap orang sering berbahasa, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. sekali bagi kita semua untuk mempelajarinya. Setiap orang sering berbahasa, baik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional kita, bahasa yang sangat penting sekali bagi kita semua untuk mempelajarinya. Setiap orang sering berbahasa, baik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam proses pembelajaran adalah teori belajar konstruktivisme.

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL RECIPROCAL TEACHING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS VII SMPN 13 BIMA

PENERAPAN MODEL RECIPROCAL TEACHING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS VII SMPN 13 BIMA PENERAPAN MODEL RECIPROCAL TEACHING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS VII SMPN 13 BIMA Arif Hidayad 1, Rahmi 2 1,2 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Taman Siswa Bima 1 arif.hidayad88@gmail.com

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : PENINGKATAN RESPON SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES (PTK Pembelajaran IPS di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta Kelas VIIIB Tahun Ajaran 2008/2009) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERENCANAAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SD BERBASIS BUDAYA LOKAL. Oleh Supartinah, M.Hum.

PENGEMBANGAN PERENCANAAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SD BERBASIS BUDAYA LOKAL. Oleh Supartinah, M.Hum. PENGEMBANGAN PERENCANAAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SD BERBASIS BUDAYA LOKAL Oleh Supartinah, M.Hum. supartinah@uny.ac.id Pendahuluan Budaya dapat diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa dan negara. Hal ini karena pendidikan merupakan proses budaya yang bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan di SD Negeri Dawuan Timur I, yang beralamatkan di Jl. Sumur Bandung desa Dawuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Permendikbud No. 103 Tahun 2014, pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana yang strategis untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia, sebab pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti kurikulum KTSP dengan kurikulum 2013 dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu tempat siswa untuk mendapatkan ilmu mencetak sumber daya manusia yang handal, memiliki kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Metakognitif. Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Metakognitif. Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Metakognitif Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan bahwa metakognisi merujuk pada kesadaran pengetahuan seseorang yang berkaitan

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia, sebagai salah satu identitas atau pembeda dari bangsa lain, selain sebagai bahasa persatuan juga berkedudukan sebagai bahasa negara dan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Keterampilan tersebut adalah keterampilan menyimak (listening

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Keterampilan tersebut adalah keterampilan menyimak (listening BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa terdapat empat komponen keterampilan berbahasa yang harus dikuasai seseorang untuk dapat menggunakan bahasa dengan baik. Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di tingkat dasar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. di tingkat dasar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan dewasa ini dapat dilihat dari peningkatan sistem pelaksanaan pendidikan dan pengembangan pembelajaran yang selalu diusahakan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH/ PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH/ PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH/ PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Oleh : Legiman, M.Pd Widyaiswara LPMP D.I. Yogyakarta email : legiman.maman@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Penemuan (Discovery Method) Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan studi individual, manipulasi objek-objek dan eksperimentasi oleh siswa.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DALAM PELAJARAN BAHASA DI KELAS V SEKOLAH DASAR

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DALAM PELAJARAN BAHASA DI KELAS V SEKOLAH DASAR IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DALAM PELAJARAN BAHASA DI KELAS V SEKOLAH DASAR Dyaristya P. E. Wismasari, Agus Wedi, Eka Pramono Adi Universitas Negeri Malang Email: dyaristya.putri@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengajaran bahasa Inggris di Indonesia sudah dimulai sejak zaman penjajahan Belanda, walaupun pada saat itu hanya orang-orang tertentu saja yang berhak mempelajarinya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca

BAB II KAJIAN TEORI. pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Membaca Menurut Dechant (melalui Zuchdi, 2008:21), membaca adalah proses pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca pada hakikatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan dan pembelajaran merupakan suatu proses yang diarahkan untuk mengembangkan potensi manusia agar mempunyai dan memiliki kemampuan nyata dalam perilaku kognitif,

Lebih terperinci

Oleh: Sri Wahyuni SDN 3 Malasan, Durenan, Trenggalek

Oleh: Sri Wahyuni SDN 3 Malasan, Durenan, Trenggalek 114 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015 UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI BAGIAN BAGIAN TUMBUHAN MELALUI METODE KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 3 MALASAN KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP No.19 tahun 2005). Salah satu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Pemecahan Masalah Pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, dimana pra siklus dilakukan pada tanggal 20 Oktober 2014, siklus I pada tanggal 22 Oktober

Lebih terperinci

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Manusia sebagai pemegang dan penggerak utama dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Melalui

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) 7 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014 PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR KELAS IV B SD NEGERI TAHUNAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD Fathonah Guru Kelas IVB SD Negeri Tahunan Yogyakarta Abstrak Penelitian tindakan kelas ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Oleh sebab itu, matematika dijadikan salah satu ilmu

Lebih terperinci

NASKAH JURNAL PUBLIKASI ILMIAH RAHMAWATI HIDAYAH A54B090044

NASKAH JURNAL PUBLIKASI ILMIAH RAHMAWATI HIDAYAH A54B090044 0 PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KETRAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE MEMBACA PREVIEW, READ, REVIEW (P2R) DAN PEMBELAJARAN AKTIF THE POWER OF TWO PADA SISWA KELAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dan disesuaikan dengan materi yang diajarkan dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dan disesuaikan dengan materi yang diajarkan dalam pembelajaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan mengidentifikasi unsur cerita seperti tokoh, tema, latar dan amanat dari cerita anak yang dibaca merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas 2003:5).

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas 2003:5). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam pengertian pengajaran di sekolah adalah suatu usaha yang bersifat sadar, sistematis dan terarah agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda sesuai sudut pandang masing-masing. Menurut Semiawan kreativitas adalah suatu kemampuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran matematika, selain dari faktor keaktifan, faktor

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran matematika, selain dari faktor keaktifan, faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keaktifan siswa dalam belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Salah satu cara mengaktifkan belajar siswa adalah dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Matematika Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir pada semua bidang ilmu pengetahuan. Menurut Suherman (2003:15), matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya, setiap manusia senantiasa menghadapi masalah, dalam skala sempit maupun luas, sederhana maupun kompleks. Tantangan hidup yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam menjalin interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam menjalin interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam menjalin interaksi sosial. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan. Komunikasi lisan terkait

Lebih terperinci

BAB V ANALISA. Pembelajaran yang diterapkan pada kelompok sampel (kelas X IA-4)

BAB V ANALISA. Pembelajaran yang diterapkan pada kelompok sampel (kelas X IA-4) 83 BAB V ANALISA Pembelajaran yang diterapkan pada kelompok sampel (kelas X IA-4) adalah pembelajaran menggunakan model pembelajaran inquiry training yang dilakukan dalam tiga kali pertemuan dengan alokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan aspek berbahasa yang tidak dapat dipisahkan dari aspek lain dalam proses belajar yang dialami siswa selama menuntut ilmu di sekolah. Dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENULIS DIALOG SEDERHANA MELALUI METODE KONTEKSTUAL

BAB II LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENULIS DIALOG SEDERHANA MELALUI METODE KONTEKSTUAL 17 BAB II LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENULIS DIALOG SEDERHANA MELALUI METODE KONTEKSTUAL 2.1 Kedudukan Pembelajaran Menulis Dialog Sederhana Dalam KTSP Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan perubahan yang terjadi kian cepat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum pendidikan harus disusun dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar-mengajar dilakukan siswa dan guru di sekolah. Siswa mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. Kegiatan Belajar Mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang penting untuk menjamin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa. Hal ini disebabkan pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapaiderajat Sarjana S-I. Program Studi Pendidikan Matematika

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapaiderajat Sarjana S-I. Program Studi Pendidikan Matematika PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR DAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIK DENGAN STRATEGI DISCOVERY LEARNING (PTK Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 3 Mojogedang Tahun ajaran 2014/2015)

Lebih terperinci

PENGARUH METODE KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) DAN TTW (THINK-TALK-WRITE) DALAM PEMBELAJARAN

PENGARUH METODE KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) DAN TTW (THINK-TALK-WRITE) DALAM PEMBELAJARAN PENGARUH METODE KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) DAN TTW (THINK-TALK-WRITE) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI KEAKTIFAN BELAJAR SISWA (Kelas VII Semester

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS MELALUI METODE ROLE PLAYING. Khoirul Huda

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS MELALUI METODE ROLE PLAYING. Khoirul Huda Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16, No. 3, Juli 2015 ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS MELALUI METODE ROLE PLAYING Khoirul Huda SMP Negeri 1 Wonokerto Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kemampuan berpikir kritis siswa yang rendah adalah salah satu masalah yang dihadapi dalam pembelajaran sejarah. Permasalahan ini dapat teridentifikasi, setelah peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan ayat sebagai berikut: 1

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan ayat sebagai berikut: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pendidikan merupakan suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dan kemampuan yang ada dalam dirinya. Disamping itu pendidikan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia memiliki satuan pendidikan berupa kurikulum. Armstrong, dkk (2009, hlm. 172) menyatakan bahwa kurikulum adalah perencanaan yang lengkap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi. Matematika terbentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi. Matematika terbentuk 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran Matematika Salah satu tujuan mata pelajaran matematika adalah agar siswa mampu melakukan penalaran. Menurut Russeffendi (dalam Suwangsih, 2006 : 3) matematika

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VII A SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI Oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran matematika, idealnya siswa dibiasakan memperoleh pemahaman melalui pengalaman dan pengetahuan yang dikembangkan oleh siswa sesuai perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian 1. Pelaksanaan Penelitian Pra Siklus Sebelum tindakan, peneliti melakukan proses pada pembelajaran Bahasa Indonesia materi cerita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan pikirannya secara ilmiah dalam komunikasi ilmiah. Sarana yang digunakan dalam pembelajaran

Lebih terperinci