Pendidikan nasional sangat berperan bagi pembangunan manusia karena

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pendidikan nasional sangat berperan bagi pembangunan manusia karena"

Transkripsi

1

2 i

3 Kata Sambutan Pendidikan nasional sangat berperan bagi pembangunan manusia karena dapat menginvestasikan perwujudan manusia Indonesia yang berakhlak mulia, berkarakter produktif, dan berdaya saing sehingga dapat meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Pendidikan sebagai hak azasi manusia tercantum pada pasal 28B ayat (2) UUD 1945 yang tertulis: Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Pada Pasal 28C ayat (1) tertulis, Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. Pengintegrasian dalam bidang pendidikan juga dilakukan secara sinergi dan koordinatif dengan kementerian dan lembaga terkait lainnya terutama dalam hal perencanaan dan penganggaran pendidikan responsif, audit, pengembangan pedoman, dan acuan teknis kegiatan yang disusun bersama-sama dengan pakar, para mitra, pokja kabupaten, kota dan provinsi. Sinergi dan koordinasi ini diharapkan akan menghasilkan peningkatan kapasitas pengarusutamaan bidang pendidikan secara lebih memadai. Sampai pada tahun 2012, capaian kinerja layanan kabupaten/kota telah menerapkan pengarusutamaan (PUG) bidang pendidikan sebesar 57,34% lebih tinggi dari target Renstra Pembangunan Pendidikan Nasional sebesar 54% dan angka disparitas penduduk tuna aksara sebesar 2,4% dari jumlah tuna aksara sebanyak orang. ii Standar Satuan Pendidikan Responsif Gender iii

4 Kata Pengantar Penyusunan dan penerbitan sepuluh judul Buku PUG Bidang Pendidikan tahun 2012 merupakan komitmen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam merealisasikan amanat Inpres No. 9 Tahun 2000 dan Permendiknas Nomor 84 tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan PUG Bidang Pendidikan sebagai wujud peningkatan kapasitas PUG bidang Pendidikan. Sebagai realisasi amanat Inpres tersebut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah memenuhi target Renstra Kemdikbud tahun 2012 yaitu tercapainya 54% Kabupaten/Kota melaksanakan PUG bidang Pendidikan. Saya ucapkan terima kasih dan penghargaan kepada berbagai pihak atas kontribusi dan perannya dalam penyusunan buku-buku tersebut. Akhirnya semoga Norma Standar Prosedur dan Kriteria yang disusun dengan kesungguhan, komitmen, dan keikhlasan ini dapat bermanfaat untuk kita semua, dengan harapan semoga Allah SWT berkenan memberikan rakhmat dan hidayahnya kepada kita semua. Amin. Jakarta, November 2014 Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal, Buku Data dan Indikator Pendidikan Berwawasan Gender Tahun 2012/2013 ini merupakan terbitan dari Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarkat bekerjasama dengan Pusat Data dan Statistik Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Publikasi ini disusun untuk memberikan gambaran tentang keadaan pendidikan yang berwawasan pada kurun waktu 2012/2013. Penyusunan buku ini dilakukan dengan mengacu pada konsep Gender-Sensitive Education Statistics and Indicators yang disiapkan oleh UNESCO. Data dan informasi yang disajikan dalam buku ini memuat beberapa isu utama tentang perbedaan dan indeks paritas dilihat dari jalur pendidikan yaitu Statistik TK sampai PT di tingkat nasional. Di samping itu, disajikan pula perbedaan dan indeks paritas berdasarkan indikator pemerataan, indikator mutu dan indikator efisiensi internal pendidikan. Perbedaan dan indeks paritas juga diketengahkan dalam setiap bahasan baik dalam statistik berwawasan, indikator pendidikan berwawasan maupun perkembangan statistik dan indikator pendidikan berwawasan. Hamid Muhhamad, Ph.D iv Standar Satuan Pendidikan Responsif Gender v

5 Daftar Isi Data dan informasi yang digunakan dalam penyusunan buku ini bersumber pada hasil pengolahan data pendidikan dari TK sampai PT yang dilaksanakan oleh Pusat Data dan Statistik Pendidikan, sedangkan data penunjang seperti penduduk usia mengacu pada data dari Badan Pusat Statistik. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan buku ini diucapkan terima kasih. Saran dan masukan sangat diharapkan dalam rangka penyempurnaan publikasi yang akan datang. Jakarta, November 2014 Direktur Pembinaan Pendidikan Masyarakat, Dr. Wartanto NIP Halaman KATA SAMBUTAN... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Dasar... 2 C. Maksud Tujuan dan Sasaran... 3 D. Hasil yang diharapkan... 4 BAB II STANDAR SATUAN PENDIDIKAN RESPONSIF GENDER... 5 A. Pengertian... 5 B. Standar... 6 C. Indikator... 9 D. Pengukuran Standar BAB III STRATEGI PENILAIAN STANDAR A. Data B. Analisis Data C. Pelaporan DAFTAR PUSTAKA vi Standar Satuan Pendidikan Responsif Gender vii

6 BAB 1 Pendahuluan A. Latar Belakang Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 84 Tahun 2008 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Bidang Pendidikan mengamanatkan agar setiap satuan unit kerja bidang pendidikan yang melakukan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan, dan program pembangunan bidang pendidikan agar mengintegrasikan di dalamnya. Peraturan ini dikeluarkan dalam merespon adanya berbagai bentuk ketidakadilan di bidang pendidikan seperti: proses belum sepenuhnya responsif, lingkungan fisik belum menjawab kebutuhan spesifik anak laki-laki dan, serta pengelolaan pendidikan belum dilaksanakan ke arah adil atau memberikan peluang yang seimbang bagi laki-laki dan untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Kementerian Pendidikan Nasional sejak tahun 2003 hingga sekarang telah memfasilitasi dan mengujicobakan implementasi pengarusutamaan (PUG) pendidikan di seluruh provinsi dan sebagian besar kabupaten/kota di Indonesia. Meski demikian, ada beberapa provinsi dan kabupaten/ kota yang sudah memiliki inovasi untuk mengembangkan viii Standar Satuan Pendidikan Responsif Gender 1

7 responsif, namun ada pula daerah yang mengalami kesulitan dalam mengujicobakan pengembangan responsif. Padahal peningkatan keadilan dan kesetaraan di bidang pendidikan sangat penting untuk dilakukan agar lebih menjamin semua warga negara (baik laki-laki maupun ) dalam mengakses pelayanan pendidikan, berpartisipasi aktif, dan mempunyai kontrol serta mendapat manfaat dari pembangunan pendidikan, sehingga mereka dapat mengembangkan potensinya secara maksimal. Jaminan keadilan dan kesetaraan dapat dilakukan melalui pengembangan responsif. Pengembangan responsif diharapkan mampu menjadi laboratorium budaya yang mempunyai peran strategis dalam menyiapkan Insan Indonesia Cerdas Komprehensif sebagaimana tertuang dalam Visi Kementerian Pendidikan Nasional melalui pola-pola relasi sosial yang saling mendukung dan menguntungkan bagi laki-laki dan. Dengan demikian, pengembangan responsif mampu mendukung misi ke-4 Kementerian Pendidikan Nasional sebagaimana tertuang dalam Renstra Kementerian Pendidikan Nasional , yaitu mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan. Untuk itu, pengembangan responsif diharapkan mampu meningkatkan kualitas secara berencana dan berkala dengan tetap bertumpu pada 8 (delapan) standar nasional pendidikan, yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar tenaga pendidik dan kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Untuk itu dipandang perlu disusun buku tentang Standar Satuan Pendidikan Responsif Gender. B. Dasar 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Undang-Undang Otonomi Daerah Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan; 5. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tatakerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 tahun 2006; 6. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional; 7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77/P Tahun 2007; 8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 84 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan; 9. Permenpan No 14 Tahun 2010 Tentang Tenaga Fungsional Penilik dan Angka Kredit; 10. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Program Pembangunan Yang Berkeadilan. 11. Peraturan Pemerintah RI No19 Tahun 2005 tetang Standar Nasional Pendidikan juncto PP RI Nomor 32 Tahun 2013 tentang Peubahan Atas Peraturan Pemerintah RI No19 Tahun 2005 tetang Standar Nasional Pendidikan C. Maksud, Tujuan dan Sasaran 1. Maksud Buku ini dimaksudkan sebagai acuan bagi semua pihak yang melaksanakan pembangunan pendidikan agar memiliki pemahaman minimal mengenai Standar Satuan Pendidikan Responsif Gender. 2. Tujuan Dengan mempelajari buku ini diharapkan semua pihak yang melaksanakan pembangunan pendidikan dapat memahami tentang: a. Latar belakang perlunya mengembangkan Satuan Pendidikan Responsif Gender. b. Pengertian Standar Sekolah Responsif Gender, Standar dan Pengukuran Standar. c. Strategi penilaian standar, mencakup data yang dibutuhkan, analisis data dan pelaporan. d. Instrumen penilaian standar. 3. Sasaran a. Pemegang kebijakan mulai dari tingkat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pendidikan, Unit Pelaksana Tingkat Daerah (UPTD), Pengawas Sekolah/Penilik, Kepala Sekolah. b. Pendidik dan tenaga kependidikan pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan. 2 Standar Satuan Pendidikan Responsif Gender 3

8 c. Pemangku kepentingan, yaitu Dewan Pendidikan, Komite Sekolah, yang relevan dengan pengembangan responsif. d. Peserta didik pada semua jenjang, jenis dan jalur pendidikan. e. Masyarakat (orang tua peserta didik). D. Hasil yang diharapkan Digunakannya buku ini sebagai acuan dalam mewujudkan satuan pendidikan responsif pada semua jenjang, jalur dan jenis pendidikan. BAB 2 Standar Satuan Pendidikan Responsif Gender A. Pengertian 1. Satuan Pendidikan Responsif Gender Satuan pendidikan responsif adalah satuan pendidikan dimana aspek akademik, sosial, lingkungan fisik maupun lingkungan masyarakatnya memperhatikan secara seimbang kebutuhan spesifik anak laki-laki maupun anak. Pada satuan pendidikan responsif, maka guru/pendidik, tenaga kependidikan, orangtua, tokoh dan anggota masyarakat disekitarnya, serta peserta didik laki-laki dan menyadari akan pentingnya keadilan dan kesetaraan dan oleh karena itu mempraktekkan tindakan-tindakan yang setara dan adil (Depdiknas, 2008: 5-6). 2. Kesetaraan Yang dimaksud dengan kesetaraan adalah situasi dan kondisi dimana semua manusia (baik laki-laki maupun ) bebas mengembangkan kemampuan personal mereka dan membuat pilihan-pilihan tanpa dibatasi oleh stereotype, peran yang kaku. Hal ini bukan berarti bahwa laki-laki harus selalu sama, tetapi hak, tanggung jawab dan kesempatannya tidak dipengaruhi oleh apakah mereka dilahirkan sebagai laki-laki atau. Contoh kesetaraan antara lain: 4 Standar Satuan Pendidikan Responsif Gender 5

9 Perempuan maupun laki-laki mempunyai prestasi akademik dan non akademik yang tinggi dengan kesenjangan yang semakin kecil. Perempuan maupun laki-laki dikembangkan potensinya untuk mampu menjadi pemimpin seperti Ketua OSIS, Ketua Upacara, Ketua Kelas, dan lain-lain. Dan lain-lain 3. Keadilan Gender Yang dimaksud dengan keadilan adalah keadilan dalam memperlakukan laki-laki sesuai kebutuhan mereka. Hal ini mencakup perlakuan yang setara atau perlakuan yang berbeda tetapi diperhitungkan ekuivalen dalam hal hak, kewajiban, kepentingan dan kesempatannya (Unesco, 2002). Contoh keadilan antara ain: Penyediaan fasilitas toilet yang memperhatikan perbedaan kebutuhan laki-laki. Membebaskan peserta didik yang sedang haid untuk tidak mengikuti kegiatan olah raga fisik ketika kesehatannya terganggu dan diganti dengan tugas lain yang setara. dan lain-lain 4. Standar satuan pendidikan responsif Standar satuan pendidikan responsif adalah ukuran-ukuran minimal yang harus dipenuhi sebagai dasar penilaian satuan pendidikan responsif. B. Standar standar mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan ++, mencakup: 1. Standar kompetensi lulusan 2. Standar isi 3. Standar proses 4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan, 5. standar sarana dan prasarana, 6. standar pengelolaan, 7. standar pembiayaan, dan 8. standar penilaian pendidikan. Selain ke-8 standar nasional pendidikan sebagaimana disebutkan di atas, juga ditambahkan satu standar yaitu standar partisipasi masyarakat. Pada standar kompetensi lulusan, satuan pendidikan responsif perlu berupaya memfasilitasi pengembangan potensi akademik dan non akademik peserta didik laki-laki dan secara optimal serta mengembangkan sikap saling menghargai antara laki-laki. Pengembangan potensi peserta didik perlu didukung dengan adanya pemanfaatan buku teks yang responsif. Pada standar isi, satuan pendidikan responsif perlu melakukan penyempurnaan kurikulum yang mengintegrasikan perspektif, baik pada silabus, RPP, bahan ajar, sumber belajar maupun media. Penanaman wawasan dan sikap positif yang relevan dengan dapat secara eksplisit muncul sebagai indikator pada komponen indikator karakter, indikator pendidikan budaya, serta ekonomi kreatif. Gender dapat menjadi bagian dari materi yang dirancang dalam kurikulum melalui beberapa mata pelajaran, seperti Agama, PKn, IPS, IPA, Bahasa, Olahraga, Seni Budaya, Prakarya, Matematika, dan lain-lain. Isi pelajaran dapat dikembangkan dengan memanfaatkan sumber bahan yang responsif seperti bahan bacaan, film, drama, laporan kasus, hasil observasi lapangan, laporan perjalanan, dan dokumen. Pada standar proses, satuan pendidikan responsif perlu mengembangkan metode, model, pengelolaan kelas, pemberian penugasan serta kegiatan yang responsif. Dengan cara demikian, peserta didik laki-laki dan mendapat kesempatan dan perhatian yang sama untuk memperoleh akses dan partisipasi yang optimal. Pada standar pendidikan dan tenaga kependidikan, satuan pendidikan responsif perlu menyelenggarakan in-service training bagi guru/ pendidik dan tenaga kependidikan agar bersikap responsif. Kegiatan ini dapat dilakukan atas inisiatif satuan pendidikan. Dengan demikian, kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dikembangkan dengan perspektif. Dalam in-service training, guru/pendidik dibimbing untuk merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan yang telah dilaksanakannya. Model pelatihan dapat menggunakan model lesson study dengan salah satu fokus pada aspek sehingga kegiatan perencanaan, pengamatan, dan refleksi dapat menjadi kesempatan belajar bagi guru/pendidik dan stakeholders secara serentak. Pada standar sarana dan prasarana, satuan pendidikan responsif perlu merancang penyediaan sarana dan prasarana seperti toilet, ruang kelas, taman, keamanan dan ruang khusus layanan yang responsif. 6 Standar Satuan Pendidikan Responsif Gender 7

10 Pada standar pengelolaan, satuan pendidikan responsif perlu mengembangkan visi an misi yang mendukung upaya mewujudkan pendidikan yang adil dan setara serta mengembangkan nilai-nilai dan norma-norma yang menjamin kesamaan akses, partisipasi, kontrol bagi semua warga. Selain itu, perlu menyusun rencana kerja, struktur organisasi, penugasan, pengembangan karir dan promosi serta pengambilan keputusan yang memberikan kesamaan kesempatan bagi laki-laki dan. Pada standar pembiayaan, satuan pendidikan responsif perlu menerapkan perencanaan dan penganggaran pendidikan responsif serta menjamin adanya kesamaan akses dan partisipasi laki-laki dalam menyusun dan memonitor penggunaan anggaran. Pada standar penilaian, satuan pendidikan responsif perlu membuat target implementasi isu pada soal tes dan tugas-tugas terstruktur serta mengembangkan alat penilaian yang tidak menyulitkan salah satu jenis kelamin dalam mengerjakan soal ujian. Pada standar partisipasi masyarakat, satuan pendidikan responsif perlu mendorong adanya komposisi pengelola komite yang terdiri atas laki-laki dan secara proporsional. C. Indikator 1. Sinkronisasi Indikator Gender Masing-masing komponen standar memiliki relevansi dengan 4 (empat) aspek satuan pendidikan responsif, yaitu aspek akademik, aspek sosial, aspek lingkungan fisik dan aspek lingkungan masyarakat. Sinkronisasi indikator dari delapan standar nasional pendidikan ++ dengan empat aspek satuan pendidikan responsif digambarkan pada tabel 2.1. Tabel 2.1: Sinkronisasi indikator pada delapan standar nasional pendidikan dengan empat aspek satuan pendidikan responsif Standar Nasional Pendidikan Standar Kompetensi Lulusan Standar Isi Standar Proses Standar Pendidik dan Tenaga Pendidikan Aspek Akademik Prestasi akademik Prestasi non akademik Integrasi dalam silabus dan RPP Integrasi pada bahan ajar dan sumber belajar Integrasi dalam media Metode responsif Model Pembelajaran Responsif Gender Pengelolaan kelas responsif Penugasan tidak membedakan Kegiatan pemebelajaran responsif Proporsi tenaga guru laki-laki dan Pemahaman tenagakependidikan lakilaki tentang Indikator Aspek Sosial Sikap saling menghargai antara laki-laki Aspek Lingkungan Fisik Aspek Lingkungan Masyarakat Aktivitas pendidik dan tenaga kependidikan dalam kegiatan siswa Standar Satuan Pendidikan Responsif Gender 9

11 Standar Sarana dan Prasarana Standar Pengelolaan Standar Pembiayaan Standar Penilaian Pembelajaran Standar Partisipasi Masyarakat - - Visi dan Misi Sekolah Rencana kerja Struktur organisasi Penugasan Pengembangan karir dan promosi Pengambilan keputusan Menerapkan Perencanaan dan penganggaran responsif di Adanya kesamaan akses dan partisipasi bagi laki-laki dalam proses penyusunan anggaran Adanya kesamaan akses dan partisipasi bagi dan laki-laki dalam memonitor penggunaan anggaran Nilai-nilai dan norma yang berlaku di Penyediaan toilet Penataan ruang kelas Penataan taman Sistem keamanaan Ruangan khusus layanan Penilaian adil dan setara Komposisi dan peran komite Hubungan baik antara dan masyarakat Hubunagn baik antara dengan orangtua siswa Berdasarkan tabel 2.1. dapat dilihat sinkronisasi antara indikator pada standar nasional pendidikan ++ dengan empat aspek satuan pendidikan responsif. Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Isi, Standar Proses, Staandar Penilaian, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Pengelolaan, dan Standar Biaya sinkron dengan aspek akademik. Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan serta Standar Pengelolaan, sinkron dengan aspek sosial. Standar Sarana dan Prasarana sinkron dengan aspek lingkungan fisik. Standar Partisipasi Masyarakat sinkron dengan aspek lingkungan masyarakat. 2. Operasionalisasi Indikator ke dalam Deskriptor Menurut Penilaian Setiap indikator pada masing-masing standar nasional pendidikan ++ dijabarkan ke deskriptor disertai dengan keterangan rinci (lihat tabel 2.2). Tabel 2.2., Indikator dan Deskriptor Sekolah Responsif Gender No 1 Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Indikator Deskriptor Keterangan 1.1. Prestasi akademik laki-laki 1.2. Prestasi non akademik laki-laki 1.3. Sikap saling menghargai antara laki-laki Laki-laki dan mempunyai prestasi akademik yang tinggi dengan kesenjangan yang semakin kecil Laki-laki dan mempunyai prestasi non akademik yang baik Bersikap dan berperilaku santun kepada siapapun menghindari pelabelan negatif terhadap salah satu jenis kelamin Demokratis, akomodatif dan toleran Tidak melakukan tindakan menganggu rasa aman dan nyaman bagi orang lain Sekolah berupaya memfasilitasi pengembangan potensi akademik peserta didik laki-laki dan secara optimal Sekolah berupaya memfasilitasi pengembangan potensi non akademik peserta didik laki-laki dan secara optimal tidak melakukan kekerasan fi sik, psikis, seksual, ekonomi berbasis perbedaan jenis kelamin Menghindari tindakantindakan yang menimbulkan diskriminasi terhadap laki-laki Menghargai dan tidak memaksakan kehendaknya terhadap orang lain tanpa melihat jenis kelaminnya Tidak menggunakan simbol, gambar, poster, lukisan dan bahasa verbal maupun non verbal yang dapat menimbulkan pelecehan seksual bagi laki-laki. 10 Standar Satuan Pendidikan Responsif Gender 11

12 No Indikator Deskriptor Keterangan 2. Isi 2.1. Integrasi Materi Gender dapat terintegrasi pada: dalam silabus terintegrasi Penjabaran indikator, dan RPP dalam komponen tujuan, pada bahan ajar silabus dan RPP 2.2 Integrasi pada bahan ajar dan sumber belajar 2.3 Integrasi dalam media 3. Proses 3.1 Metode responsif 3.2 Model responsif Bahan ajar dan sumber belajar dirancang berisi materi dengan mengintegrasikan yang relevan Media dirancang berisi materi dengan mengintegrasikan yang relevan Peserta didik lakilaki dan mendapat kesempatan yang sama untuk berperan aktif mengemukakan gagasan, bertanya, dan mengkritisi gagasan tanpa perasaan minder (inferior) atau lebih hebat (superior) Membentuk kelompok-kelompok yang anggotanya terlibat aktif dalam bertukar gagasan dan pemecahan masalah bersama dengan perbandingan jumlah peserta didik lakilaki dan secara proporsional Peserta didik laki-laki dan mampu bekerjasama tanpa merendahkan salah satu jenis kelamin Gender dapat terintegrasi secara substantif pada mapel seperti: Agama PKn IPS IPA Bahasa Olahraga Seni Budaya Prakarya Guru menentukan media yang dapat membantu peserta didik menginternalisasi nilainilai untuk mendorong pengembangan potensi seluruh peserta didik secara optimal guru berusaha menggunakan metode yang mendorong partisipasi aktif seluruh peserta didik Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk memilih kelompoknya tanpa ada dominasi salah satu jenis kelamin. No Indikator Deskriptor Keterangan 3.3 Pengelola an kelas responsif 3.4 Penugasan tidak membeda kan 3.5 Kegiatan responsif (langkahlangkah proses ) Guru terampil memadukan strategi yang mampu mendorong peserta didik lakilaki dan untuk berkompetisi Guru menfasili tasi cara belajar peser ta didik laki-laki dan secara beragam disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik Guru memfasilitasi siswa laki-laki dan untuk menjadi pemimpin di kelas Peserta didik lakilaki dan mendapatkan kesempatan yang sama dalam mengajukan pertanyaan, membuat dugaan, mengumpulkan data serta mengambil kesimpulan Guru memberikan contoh-contoh prestasi yang dicapai peserta didik dan laki-laki Langkahlangkah pembukaan, inti, dan penutupan dengan melibatkan peserta didik laki-laki secara proporsional Guru mengelola kelas sesuai kebutuhan peserta didik Sekolah perlu membuat aturan untuk memastikan representasi berimbang aantaraa laki-laki dan sebagai pemimpin kelas Memberikan kesempatan yang sama bagi peserta didik laki-laki dan untuk memperoleh akses dan partisipasi dalam (tidak didominasi oleh salah satu jenis kelamin) Dalam menerapkan tahapan ini, guru memberi kesempatan dan perhatian yang sama kepada semua peserta didik 12 Standar Satuan Pendidikan Responsif Gender 13

13 No 4. Pendidik dan Tenaga Kependidikan 5 Sarana dan Prasarana Indikator Deskriptor Keterangan 4.1 Proporsi tenaga guru laki-laki dan 4.2 Pemahaman tenaga kependidikan laki-laki tentang 4.3 Aktivitas pendidik dan tenaga kependidikan dalam kegiatan siswa 4.4 Perilaku menyimpang dari pendidik dan tenaga kependidikan (kekerasan fi sik, psikis, seksual, ekonomi) 5.1 Penyedia an Toilet Proporsi laki-laki dan yang pernah mengikuti pelatihan terkait Proporsi tenaga ke pendidikan laki dan yang pernah mengikuti pelatihan terkait Pembimbingan aktivitas dan peminatan peserta didik laki dan Kegiatan pembimbingan melanjutkan studi bagi peserta didik laki maupun Berkurangnya jumlah kekerasan fi sik dan non fi sik sexual terhadap peserta didik laki-laki Jumlah toilet proporsional bagi pengguna peserta didik dan laki-laki Jumlah toilet proporsional bagi pengguna guru dan tenaga kependidikan laki-laki fasilitas toilet bagi peserta didik laki-laki terpisah Tersedia tempat pembuangan sampah tertutup khususnya pada toilet Sekolah memfasilitasi peningkatan kompetensi guru tentang Sekolah memfasilitasi peningkatan kompetensi tenaga kependidikan tentang guru membimbing dan mendampingi peserta didik lakilaki pada setiap kegiatan kesiswaan guru mendorong peserta didik laki-laki dan untuk memilih fakultas/jurusan yang sesuai kemampuannya, baik hardsains maupun soft- sains Sekolah berupaya mencegah terjadinya kekerasan fi sik, psikis, seksual dan ekonomi terhadap peserta didik Perbandingan ideal toilet untuk adalah: 1: 20, dan laki-laki 1: 30. Hal ini dikarenakan waktu yang digunakan untuk menggunakan toilet lebih lama dibandingkan laki-laki Selain proporsional, toilet untuk guru dan tenaga kependidikan laki-laki terpisah Fasilitas toilet perlu dipisah untuk menumbuhkan rasa aman dan nyaman Perempuan yang sedang menstruasi membutuhkan tempat sampah tertutup. No Indikator Deskriptor Keterangan 5.2 Penataan ruang kelas 5.3 Penataan taman 5.4. Sistem keamanan 5.5. Ruangan khusus layanan desain meja bagian depan tertutup tempat duduk diatur bergantian (depan belakang maupun kiri kanan) gambar-gambar tokoh di kelas menampilkan laki dan secara proporsional taman terbuka dan mudah teramati Pemanfaatan taman untuk pesan-pesan kesetaraan dan keadilan Pembentukan kelompok teman sebaya antar peserta didik untuk saling menjaga keamanan dari berbagai tindakan diskriminasi, kekerasan fi sik, psikis, seksual dan ekonomi Membangun komunikasi terbuka antara warga untuk mencegah tindakan diskriminasi, kekerasan fi sik, psikis seksual dan ekonomi tersedianya ruang konsultasi yang menjamin kenyamanan peserta didik dalam menyampaikan persoalan pribadinya Tersedianya ruang khusus ganti pakaian yang penggunaannya terpisah antara lakilaki dan Desain ini dapat menjaga keamanan dan kenyaman peserta didik dan guru mengikuti PBM memberi kesamaan akses dan partisipasi peserta didik laki-laki dalam gambar tersebut memberi inspirasi dan semangat bagi peserta didik laki-laki untuk meneladani ketokohannya Mencegah terjadinya kekerasan fi sik, psikis, seksual dan ekonomi Memberi edukasi kesetaraan dan keadilan bagi warga seperti pamlet berisi pesan anti kekerasan, pesan berprestasi unggul, dll Pembentukan kelompok teman sebaya dapat menumbuhkan kepekaan peserta didik dalam mencegah terjadinya tindakan diskriminasi, kekerasan fi sik, psikis, seksual dan ekonomi Komunikasi dapat mempercepat deteksi adanya potensi tindakan diskriminasi, kekerasan fi sik, psikologis dan seksual sehingga dapat diambil jalan keluar secara cepat Ruang tertutup dan aman sehingga peserta didik dapat secara terbuka menyampaikan persoalan pribadinya tanpa rasa tertekan laki-laki bisa berganti pakaian secara aman dan nyaman 14 Standar Satuan Pendidikan Responsif Gender 15

14 No 6 Pengelolaan 6.1 Visi dan misi Indikator Deskriptor Keterangan 6.2 Nilai-nilai dan norma yang berlaku di 6.3. Rencana kerja Struktur organisasi tersedianya Ruang UKS yang terpisah bagi laki-laki dan pe rem puan dengan mem perhatikan perbe daan kebutuhan spesifi knya Tersedianya ruang dan perlengkapan ibadah yang mendukung kekusyukan beribadah bagi laki dan Visi dan misi mendukung upaya mewujudkan pendidikan yang adil dan setara Aturan-aturan yang menjamin adanya kesamaan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat bagi semua warga Memuat aktivitas yang mendorong kesamaan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat bagi laki-laki dan dalam berbagai kegiatan Struktur organisasi di merepresentasikan keterwakilan laki-laki secara proposional Mampu memenuhi kebutuhan layanan yang aman dan nyaman serta memenuhi kebutuhan spesifi k lakilaki yang berbeda Ruang dan perlengkapan ibadah harus memperhatikan perbandingan antara jumlah pengguna dengan luas ruangan dan menjamin tidak adanya dominasi penggunaan ruang ibadah oleh salah satu jenis kelamin Visi dan misi memuat nilai-nilai yang dapat digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan kegiatan responsif, baik pada kegiatan akademik maupun non akademik. Misal: memuat kata seperti adil, setara, non diskriminatif, hak asasi manusia, dll Aturan pemilihan pengurus kelas, Majels Perwakilan kelas, OSIS, kegiatan ekstra kurikuler yang menjamin kesamaan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat bagi laki-laki dan Mengadakan kegiatan lomba yang mampu meningkatkan pemahaman bagi warga belajar melalui pemilihan topiktopik kontekstual terkait peringatan hari-hari besar (Kartini, Ibu, Pendidikan, Pahlawan, dll) berupa: lomba lukis, menulis, pidato, majalah dinding, poster, klipping, dll dengan tema terkait Keterwakilan dan laki-laki dalam: Organisasi Sekolah Komite Kepengurusan OSIS No Indikator Deskriptor Keterangan Struktur organisa si di tidak bersifat subordinatif yang merugikan salah satu jenis kelamin dalam alokasi pekerjaannya 6.5. Penugasan Kesempatan yang sama bagi laki-laki untuk mendapatkan penugasan 6.6. Pengem bangan karir dan promosi 6.7. Pengam bilan keputusan 7. Pembiayaan 7.1 Menerapkan Perencanaan dan Penganggar an Responsif Gender (PPRG) di Kesempatan yang sama bagi laki-laki untuk mengembangkan karir dan promosi Kesempatan yang sama bagi laki-laki untuk memberikan pendapat sebagai dasar pengambilan keputusan Penyediaan Anggaran Kesetaraan Gender Penyediaan anggaran untuk pemenuhan kebutuhan spesifi k Perempuan dan laki-laki berpeluang sama untuk menduduki jabatan ketua, sekretaris, bendahara, pengembangan sarana dan prasarana pendidikan, dll Perempuan dan laki-laki berpeluang sama untuk melaksanakan tugas seperti: Koordinator pelaksanaan ujian Ketua even perlombaan Pendamping peserta didik mengikuti perlombaan di luar Mengikuti kompetisi petugas upacara, dll Perempuan dan laki-laki berpeluang sama untuk mengikuti: Studi lanjut Diklat Penelitian Perempuan dan laki-laki berpeluang sama untuk: Menyampaikan saran/ pendapat Mengambil keputusan penting di Contoh anggaran kesetaraan : Integrasi pada pemberian beasiswa Integrasi pada penyediaan sarpras Integrasi pada pengiriman diklat guru dan tenaga kependidikan, dll Contoh anggaran untuk pemenuhan kebutuhan spesifi k : penyediaan pembalut wanita, Penyediaan pil anti nyeri haid, dll 16 Standar Satuan Pendidikan Responsif Gender 17

15 No 7.2. Adanya kesamaan akses dan partisipasi bagi dan laki-laki dalam proses penyusunan anggaran 7.3 Adanya kesamaan akses dan partisipasi bagi dan laki-laki dalam memonitor penggunaan anggarn 8. Penilaian 8.2. Penilaian adil dan setara Indikator Deskriptor Keterangan Penyediaan anggaran untuk Pelembagaan Kesetaraan Gender Adanya representasi laki-laki dalam proses penyusunan anggaran Adanya representasi laki-laki dalam memonitor penggunaan anggarn Standar penilaian memperhatian perbedaan kodrat laki-laki Contoh anggaran untuk pelembagaan pengarusutamaan antara lain: Pembentukan pokja dan focal point Peningkatan kapasitas pokja dan focal point Penyusunan data terpilah pendidikan Representasi dan laki-laki dalam tim anggaran Representasi dan laki-laki dalam memonitor penggunaan anggaran Penilaian yang melibatkan aspek fi sik seperti olah raga menggunakan standar yang berbeda, (standar nilai kecepatan/ waktu tempuh berlari/ berenang antara laki-laki dan, lari 100 meter laki-laki X menit, X+... menit mendapat nilai yang sama) Pemberian kesempatan untuk ujian/ulangan susulan karena peserta didik sedang berhalangan/sakit berkaitan dengan fungsi reproduknya (misal: tidak bisa mnegikuti ujian karena nyeri hebat saat menstruasi) No 9 Partisipasi masyarakat Indikator Deskriptor Keterangan 9.1 Komposisi dan peran Komite Sekolah 9.2 Hubungan baik antara dengan masyarakat dalam mewujudkan responsif 9.3. Hubungan baik antara dengan orang tua peserta didik Proses penilaian dilakukan secara obyektif bagi peserta didik laki-laki maupun Setiap individu memperoleh kesempatan sama dalam jabatan komite sesuai dengan kompetensi nya Jumlah kepengurusan dan laki-laki proporsional 9.2.1Masyarakat menerima implementasi responsif Orangtua (bapak dan ibu) menjalin komunikasi dengan dalam mendukung implementasi responsif Mengembangkan alat penilaian yang tidak menyulitkan peserta didik dilihat dari jenis kelaminnya. Misal: Materi soal ujian tidak cenderung menguntungkan salah satu jenis kelamin karena mereka punya pengalaman yang lebih dibandingkan jenis kelamin yang lain terkait soal tersebut (soal menyebut nama tokohtokoh sepak bola, balap motor, lebih menguntungkan laki-laki, isi bacaan tentang selebritis lebih menguntungkan Komposisi peengelola komite terdiri dari laki-laki secara proporsional Dominasi salah satu jenis kelamin dalam pengelolaan komite harus dihindari Kesediaan masyarakat menerima komunikasi, informasi dan edukasi tentang kesetaraan dan keadilan Kesediaan masyarakat mempraktekkan nilai-nilai adil dan setara di lingkungan masyarakat Kesediaan masyarakat mendukung terbangunnya responsif Adanya keseimbangan peran bapak dan ibu dalam urusan anak 18 Standar Satuan Pendidikan Responsif Gender 19

16 D. Pengukuran Standar Pengukuran satuan pendidikan responsif menggunakan 8 (delapan) standar nasional pendidikan ++ (ditambah satu standar partisipasi masyarakat). Penilaian didasarkan pada kriteria ada dan tidak ada pada deskriptor masingmasing indikator standar sebagaimana sudah diuraikan pada tabel 2.2. dengan ketentuan memberi skor 1 jika ada dan skor 0 jika tidak ada. Gambaran selengkapnya tentang ukuran standar digambarkan pada tabel 2.3. Tabel 2.3. Jumlah Indikator, Deskriptor dan Skor Standar Satuan Pendidikan Responsif Gender Menurut Instrumen Standar No. Instrumen Standar Indikator Deskriptor Skor Skor Tertinggi Terendah (1) (2) (3) (4) (5) (6) Standar Kompetensi Kelulusan Standar Isi Standar Proses Standar Pendidik & Tenaga Kependidikan Standar Sarana dan Prasarana Standar Pengelolaan Standar Pembiayaan Standar Penilaian Standar Partisipasi Masyarakat Jumlah Berdasarkan tabel 2.3 maka skor tertinggi responsif adalah 57 dan skor terendah adalah 0. Pada penilaian satuan pendidikan responsif akan dikategorikan ke dalam tiga kategori yaitu kurang, cukup dan baik. Pengklasifikasian kategori kurang, cukup dan baik dijelaskan secara ringkas pada Tabel 2.4. Tabel 2.4. Kategori Penilaian Satuan Pendidikan Responsif Gender menurut Standar dan Skor Nilai No. Instrumen Standar Kategori Menurut Skor nilai Kurang Cukup Tinggi (1) (2) (3) (4) (5) Standar Kompetensi Kelulusan Standar Isi Standar Proses Standar Pendidik & Tenaga Kependidikan Standar Sarana dan Prasarana Standar Pengelolaan Standar Pembiayaan Standar Penilaian Standar Partisipasi Masyarakat Jumlah Berdasarkan tabel 2.4, satuan pendidikan memiliki Standar Kompetensi Lulusan responsif pada kategori: kurang apabila memperoleh skor antara 0 sampai dengan 2 cukup apabila memperoleh skor antara 3 sampai dengan 4 tinggi apabila memperoleh skor antara 5 sampai dengan 6 Satuan pendidikan memiliki Standar Isi responsif pada kategori: kurang apabila memperoleh skor antara 0 sampai dengan 1 cukup apabila memperoleh skor 2 tinggi apabila memperoleh skor 3 Satuan pendidikan memiliki Standar Proses responsif pada kategori: kurang apabila memperoleh skor antara 0 sampai dengan 3 cukup apabila memperoleh skor antara 4 sampai dengan 6 tinggi apabila memperoleh skor antara 7 sampai dengan 9 Satuan pendidikan memiliki Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan responsif pada kategori: kurang apabila memperoleh skor antara 0 sampai dengan 1 cukup apabila memperoleh skor antara 2 sampai dengan 3 tinggi apabila memperoleh skor antara 4 sampai dengan 5 Satuan pendidikan memiliki Standar Sarana dan Prasarana responsif pada kategori: kurang apabila memperoleh skor antara 0 sampai dengan 5 cukup apabila memperoleh skor antara 6 sampai dengan 10 tinggi apabila memperoleh skor antara 11 sampai dengan 15 Satuan pendidikan memiliki Standar Pengelolaan responsif pada kategori: kurang apabila memperoleh skor antara 0 sampai dengan 3 cukup apabila memperoleh skor antara 4 sampai dengan 6 tinggi apabila memperoleh skor antara 7 sampai dengan 8 Satuan pendidikan memiliki Standar Pembiayaan responsif pada kategori: kurang apabila memperoleh skor antara 0 sampai dengan 1 cukup apabila memperoleh skor antara 2 sampai dengan 3 tinggi apabila memperoleh skor antara 4 sampai dengan 5 20 Standar Satuan Pendidikan Responsif Gender 21

17 Satuan pendidikan memiliki Standar Penilaian responsif pada kategori: kurang apabila memperoleh skor 0 cukup apabila memperoleh skor 1 tinggi apabila memperoleh skor 2 BAB 3 Strategi Penilaian Standar Satuan pendidikan memiliki Standar Partisipasi Masyarakat responsif pada kategori: kurang apabila memperoleh skor antara 0 sampai dengan 1 cukup apabila memperoleh skor 2 tinggi apabila memperoleh skor antara 3 sampai dengan 4 Secara keseluruhan, suatu satuan pendidikan dikatakan: kurang responsif apabila memperoleh skor antara 0 sampai dengan 18 cukup responsif apabila memperoleh skor antara 19 sampai dengan 38 sangat responsif apabila memperoleh skor antara 39 sampai dengan 57 A. DATA Isian instrumen penilaian dapat dilakukan dengan cara: 1. Melakukan pengamatan/ observasi pada satuan pendidikan 2. Dokumen yang dimiliki oleh satuan pendidikan 3. Hasil wawancara dengan warga dan stakeholder yang relevan seperti Komite Sekolah, Dewan Pendidikan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, serta masyarakat. Tabel 3.1. Sumber Data Berdasarkan Penilaian No 1 Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Indikator Deskriptor Sumber data 1.1. Prestasi akademik dan laki-laki 1.2. Prestasi non akademik dan laki-laki 1.3. Sikap saling menghargai antara dan laki-laki Laki-laki dan mempunyai prestasi akademik yang tinggi dengan kesenjangan yang semakin kecil Laki-laki dan mempunyai prestasi non akademik yang baik Bersikap dan berperilaku santun kepada siapapun menghindari pelabelan negatif terhadap salah satu jenis kelamin Demokratis, akomodatif dan toleran Tidak melakukan tindakan menganggu rasa aman dan nyaman bagi orang lain Dokumen rekapitulasi hasil belajar siswa menurut jenis kelamin Dokumen rekapitulasi hasil prestasi non akademik siswa menurut jenis kelamin Dokumen tata tertib Pengamatan/ observasi pada perilaku peserta didik laki-laki dan Wawancara dengan warga data laporan pelanggaran tata tertib 22 Standar Satuan Pendidikan Responsif Gender 23

18 No Indikator Deskriptor Sumber data 2. Isi 2.1. Integrasi 2.1.1Materi Dokumen Silabus dan RPP dalam silabus dan RPP terintegrasi dalam komponen pada silabus dan RPP 2.2 Integrasi pada Bahan ajar dan sumber belajar dirancang Dokumen bahan ajar dan sumber belajar pada mapel bahan ajar dan berisi materi dengan seperti: sumber belajar mengintegrasikan Agama yang relevan PKn IPS IPA Bahasa Olahraga Seni Budaya Prakarya 2.3 Integrasi dalam media 3. Proses 3.1 Metode responsif 3.2 Model responsif Media dirancang berisi materi dengan mengintegrasikan yang relevan Peserta didik lakilaki dan mendapat kesempatan yang sama untuk berperan aktif mengemukakan gagasan, bertanya, dan mengkritisi gagasan tanpa perasaan minder (inferior) atau lebih hebat (superior) Membentuk kelompokkelompok yang anggotanya terlibat aktif dalam bertukar gagasan dan peme cahan masalah bersama dengan perban dingan jumlah peserta didik lakilaki dan secara proporsional Peserta didik laki-laki dan mampu bekerjasama tanpa merendahkan salah satu jenis kelamin Guru terampil memadukan strategi yang mampu mendorong peserta didik laki-laki dan untuk berkompetisi Media Pembelajaran Wawancara kepada peserta didik Wawancara kepada peserta didik, pengamatan No 4. Pendidik dan Tenaga Kependidikan Indikator Deskriptor Sumber data 3.3 Pengelola an kelas responsif 3.4 Penugasan tidak membeda kan 3.5 Kegiatan responsif (langkahlangkah proses ) 4.1 Proporsi tenaga guru laki-laki dan 4.2 Pemahaman tenaga kependi dikan perem puan dan laki-laki tentang 4.3 Aktivitas pendidik dan tenaga kependidikan dalam kegiatan siswa Guru menfasilitasi cara belajar peserta didik laki-laki dan secara beragam disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik Guru memfasilitasi siswa laki-laki dan untuk menjadi pemimpin di kelas Peserta didik lakilaki dan mendapatkan kesempatan yang sama dalam mengajukan pertanyaan, membuat dugaan, mengumpulkan data serta mengambil kesimpulan Guru memberikan contoh-contoh prestasi yang dicapai peserta didik laki-laki Langkah- langkah pembukaan, inti, dan penutupan dengan melibatkan peserta didik laki-laki secara proporsional Proporsi laki-laki dan yang pernah mengikuti pelatihan terkait Proporsi tenaga kependidikan laki dan yang pernah mengikuti pelatihan terkait Pembimbingan aktivitas dan peminatan peserta didik laki dan Kegiatan pembimbingan melanjutkan studi bagi peserta didik laki maupun Wawancara kepada peserta didik, pengamatan Peraturan affirmative action yang menjamin representasi berimbang aantaraa laki-laki dan sebagai pemimpin kelas Wawancara kepada peserta didik, pengamatan Wawancara kepada peserta didik, pengamatan Dokumen Data Kepegawaian Dokumen Data Kepegawaian surat penugasan dari Kepala Sekolah Wawancara dengan peserta didik laki-laki dna 24 Standar Satuan Pendidikan Responsif Gender 25

19 No 5 Sarana dan Prasarana Indikator Deskriptor Sumber data 4.4 Perilaku menyim pang dari pendidik dan tenaga kependidikan (kekerasan fi sik, psikis, seksual, ekonomi) 5.1 Penyedia an Toilet 5.2 Penataan ruang kelas 5.3 Penataan taman 5.4. Sistem keamanan Berkurangnya jumlah kekerasan fi sik dan non fi sik sexual terhadap peserta didik dan laki-laki 5.1.1Jumlah toilet proporsional bagi pengguna peserta didik laki-laki Jumlah toilet proporsional bagi pengguna guru dan tenaga kependidikan laki-laki fasilitas toilet bagi peserta didik dan laki-laki terpisah Tersedia tempat pembuangan sampah tertutup khususnya pada toilet desain meja bagian depan tertutup tempat duduk diatur bergantian (depan belakang maupun kiri kanan) gambar-gambar tokoh di kelas menampilkan laki dan secara proporsional taman terbuka dan mudah teramati Pemanfaatan taman untuk pesanpesan kesetaraan dan keadilan Pembentukan kelompok teman sebaya antar peserta didik untuk saling menjaga keamanan dari berbagai tindakan diskriminasi, kekerasan fi sik, psikis, seksual dan ekonomi Dokumen Laporan pelanggaran peratauran Pengamatan dan melakukan perhitungan perbandingan antara jumlah toilet dengan jumlah peserta didik laki-laki dan Pengamatan dan melakukan perhitungan perbandingan antara jumlah toilet dengan jumlah guru dan tenaga kependidikan laki-laki Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan dan wawancara terhadap siswa lakai-laki Pengamatan Pengamatan Pengamatan ketersediaan pesanpesan di taman Wawancara dengan peserta didik laki-laki dan No Indikator Deskriptor Sumber data 5.5. Ruangan khusus layanan 6 Pengelolaan 6.1 Visi dan misi 6.2 Nilai-nilai dan norma yang berlaku di 6.3. Rencana kerja Struktur organisasi Membangun komunikasi terbuka antara warga untuk mencegah tindakan diskriminasi, kekerasan fi sik, psikis seksual dan ekonomi tersedianya ruang konsultasi yang menjamin kenyamanan peserta didik dalam menyampaikan persoalan pribadinya Tersedianya ruang khusus ganti pakaian yang penggunaannya terpisah antara laki-laki dan tersedianya Ruang UKS yang terpisah bagi laki-laki dan dengan memperhatikan perbedaan kebutuhan spesifi knya Tersedianya ruang dan perlengkapan ibadah yang mendukung kekusyukan beribadah bagi laki dan Visi dan misi mendukung upaya mewujudkan pendidikan yang adil dan setara Aturan-aturan yang menjamin adanya kesamaan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat bagi semua warga Memuat aktivitas yang mendorong kesamaan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat bagi laki-laki dan dalam berbagai kegiatan Struktur organisasi di merepresentasikan keterwakilan dan laki-laki secara proposional Wawancara dengan warga Pengamatan ketersediaan ruangan khusus Pengamatan ketersediaan ruangan khusus Pengamatan ketersediaan ruangan khusus Pengamatan ketersediaan ruangan khusus Visi dan misi Aturan Dokumen perencanaan Struktur organisasi yang merepresentasikan Keterwakilan lakilaki dalam: Organisasi Sekolah Komite Kepengurusan OSIS 26 Standar Satuan Pendidikan Responsif Gender 27

20 No Indikator Deskriptor Sumber data Struktur organisasi di tidak bersifat sub-ordinatif yang merugikan salah satu jenis kelamin dalam alokasi pekerjaannya 6.5. Penugas an Kesempatan yang sama bagi lakilaki untuk mendapatkan penugasan 6.6. Pengem bangan karier dan promosi 6.7. Pengam bilan keputusan 7. Pembiayaan 7.1 Menerap kan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG) di 7.2. Adanya kesamaan akses dan partisipasi bagi laki-laki da lam proses penyusunan ang garan 7.3 Adanya kesamaan akses dan partisipasi bagi laki-laki dalam memonitor peng gunaan anggaran Kesempatan yang sama bagi dan laki-laki untuk mengembang kan karir dan promosi Kesempatan yang sama bagi dan laki-laki untuk memberikan pendapat sebagai dasar pengambilan keputusan Penyediaan Anggaran Kesetaraan Gender Penyediaan anggaran untuk pemenuhan kebutuhan spesifi k Penyediaan anggaran untuk Pelembagaan Kesetaraan Gender Adanya representasi laki-laki dalam proses penyusunan anggaran Adanya representasi lakilaki dalam memonitor penggunaan anggarn Kepengurusan pada Struktur organisasi Surat tugas Data kepesertaan Pe rempuan dan laki-laki pada: Studi lanjut Diklat Penelitian Wawancara kepada warga Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Sekolah Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Sekolah Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Sekolah Dokumen presensi rapat pembahasaan penyusunan anggaran Dokumen presensi Kegiatan memonitor penggunaan anggaran No Indikator Deskriptor Sumber data 8. Penilaian 8.2. Penilaian adil dan setara Standar penilaian memperhatian perbedaan kodrat Dokumen soal Berita acara ujian susulan laki-laki Proses penilaian dilakukan secara obyektif bagi peserta didik lakilaki maupun Dokumen soal 9 Partisipasi masyarakat 9.1 Komposisi dan peran Komite Sekolah 9.2 Hubungan baik antara dengan masyarakat dalam mewujudkan responsif 9.3. Hubungan baik antara dengan orang tua peserta didik B. ANALISIS DATA Setiap individu memperoleh kesempatan sama dalam jabatan komite sesuai dengan kompetensinya Jumlah kepengurusan laki-laki proporsional Masyarakat menerima implementasi responsif 9.3.1Orangtua (bapak dan ibu) menjalin komunikasi dengan dalam mendukung implementasi responsif Data komposisi kepengurusan Data komposisi kepengurusan Wawancara dengan masyarakat Wawancara dengan masyarakat Wawancara dengan amsyarakat Wawancara dengan oraang tua siswa Data yang telah terkumpul dianalis secara kuantitatif dengan melakukan penilaian terhadap setiap deskriptor dari indikator yang telah ditetapkan sebagaimana diuraikan pada Bab II. Cara melakukan analisis adalah sebagai berikut: 1. Rekap isian instrumen penilaian ke dalam form rekapitulasi hasil penilaian responsif (form rekap terlampir). 2. Hitung hasil penilaian 3. Simpulkan berdasarkan kategori penilaian sebagaimana disajikan pada tabel Standar Satuan Pendidikan Responsif Gender 29

21 Tabel 2.5. Rekap Hasil Penilaian No. Instrumen Standar Deskriptor Skor Tertinggi Skor Terendah Kategori Penilaian Rendah Cukup Tinggi (1) (2) (4) (5) (6) Standar Kompetensi Kelulusan Standar Isi Standar Proses Standar Pendidik & Tenaga Kependidikan Standar Sarana dan Prasarana Standar Pengelolaan Standar Pembiayaan Standar Penilaian Standar Partisipasi Masyarakat Jumlah C. PELAPORAN Penilaian dilakukan sendiri oleh Kepala Sekolah dengan mengisi instrumen yang ada pada buku Standar Satuan Pendidikan Responsif Gender ini. Hasil pengisian instrumen kemudian dilaporkan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten/ Kota dimana tersebut berada. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten/ Kota selanjutnya melaporkan hasil penilaian tersebut ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan tingkat provinsi. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tingkat Provinsi selanjutnya melakukan verifikasi hasil penilaian dan hasil verifikasi tersebut dilaporkan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Dafar Pustaka Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Penulisan Bahan Ajar Berwawasan Gender. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 Tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. Kementerian Pendidikan Nasional, Acuan Pelaksanaan Sekolah Dasar Berwawasan Gender. Kementerian Pendidikan Nasional, Acuan Pelaksanaan Sekolah Menengah Pertama Berwawasan Gender. Kementerian Pendidikan Nasional, Acuan Pelaksanaan Sekolah Menengah Atas Berwawasan Gender. Kementerian Pendidikan Nasional, Acuan Pelaksanaan Perguruan Tinggi Berwawasan Gender. Kementerian Pendidikan Nasional, Satu Dasawarsa Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 84 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan. Unesco, Panduan Perencanaan Pendidikan Untuk Semua (PUS) Asia Timur dan Asia Tenggara. Jakarta. Unesco, Guidelines for Preparing Gender Responsive EFA Plans. 30 Standar Satuan Pendidikan Responsif Gender 31

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 39 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG PANDUAN TEKNIS PENGARUSUTAMAAN GENDER DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

Pendidikan nasional sangat berperan bagi pembangunan manusia karena

Pendidikan nasional sangat berperan bagi pembangunan manusia karena i Kata Sambutan nasional sangat berperan bagi pembangunan manusia karena dapat menginvestasikan perwujudan manusia Indonesia yang berakhlak mulia, berkarakter produktif, dan berdaya saing sehingga dapat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

PELIBATAN TENAGA KEPENDIDIKAN DALAM IMPLEMENTASI SATUAN PENDIDIKAN BERWAWASAN GENDER

PELIBATAN TENAGA KEPENDIDIKAN DALAM IMPLEMENTASI SATUAN PENDIDIKAN BERWAWASAN GENDER PELIBATAN TENAGA KEPENDIDIKAN DALAM IMPLEMENTASI SATUAN PENDIDIKAN BERWAWASAN GENDER Wagiran Pokja Gender Bidang Pendidikan DIY Dosen Fakultas Teknik UNY maswagiran@yahoo.com Gender GENDER GENDER GENDER

Lebih terperinci

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Lebih terperinci

HASIL CAPAIAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN

HASIL CAPAIAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN HASIL CAPAIAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN Oleh: Subi Sudarto (ARTIKEL 9) Sekapur Sirih: Pembangunan pendidikan saat ini pada umumnya menunjukkan perubahan yang signifikan di mana

Lebih terperinci

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH 1 BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SOPPENG,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

ARTIKEL 11 KEGIATAN WORKSHOP PENINGKATAN

ARTIKEL 11 KEGIATAN WORKSHOP PENINGKATAN ARTIKEL 11 KEGIATAN WORKSHOP PENINGKATAN KAPASITAS PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN PROVINSI ACEH Kota Banda Aceh, 4-6 Septemberi 2014 Oleh: Subi Sudarto A. Pentingnya Workshop Peningkatan Kapasitas

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT SALINAN WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI KOTA DEPOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA DEPOK, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN SALINAN Menimbang BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

SEKOLAH BERWAWASAN GENDER

SEKOLAH BERWAWASAN GENDER SEKOLAH BERWAWASAN GENDER Wagiran Pokja Gender Bidang Pendidikan DIY Disampaikan dalam Acara Sosialisasi Sekolah Berwawasan Gender bagi Kepala Sekolah di Wisma LPP Tanggal 15Oktober 2010 Suatu sekolah

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara melindungi

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN 1 PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SABANG, Menimbang : a. bahwa dokumen perencanaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara melindungi dan menjamin

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GAWI SABARATAAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Position Paper Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan

Position Paper Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan Position Paper Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan Wagiran Pokja Gender Bidang Pendidikan DIY Disampaikan dalam FGD Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan Kabupaten Sleman Tanggal 8 Januari 2008

Lebih terperinci

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 PANDUAN PENYUSUNAN KTSP DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No.

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN NOMOR 29/E, 2011 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN KOTABARU

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN KOTABARU BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN KOTABARU BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PENGARUSUTAMAAN GENDER Strategi untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender melalui kebijakan dan program

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH RESPONSIF GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.463, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Monitoring dan Evaluasi. Penganggaran. Responsif Gender. Panduan. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1 PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG KRITERIA DAN PERANGKAT AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Buku Saku. Bidang Pendidikan. Pengarusutamaan Gender

Buku Saku. Bidang Pendidikan. Pengarusutamaan Gender Buku Saku Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan Panduan Penyusunan Profil Gender Bidang Pendidikan Daerah Panduan Strategi Pengembangan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Responsif Gender Isu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER PADA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan

DAFTAR ISI. Halaman Judul Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan DAFTAR ISI Halaman Judul Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1 A. LATAR BELAKANG 1 B. LANDASAN HUKUM 4 C. MAKSUD DAN TUJUAN 6 D. SISTEMATIKA PENULISAN 6 BAB II GAMBARAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Le

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Le WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN RENCANA KERJA SATUAN KERJA PEMERINTAH DAERAH BERPERSPEKTIF GENDER KOTA PAREPARE WALIKOTA PAREPARE

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI TENGAH,

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan)

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH 1 BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

WALIKOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,

Lebih terperinci

Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan

Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan Wagiran Pokja Gender Bidang Pendidikan DIY Disampaikan dalam Acara Sosialisasi Sekolah Berwawasan Gender bagi Kepala Sekolah di Wisma LPP Tanggal 14 Oktober 2010

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. menengah.

KATA PENGANTAR. menengah. KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 28

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 28 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 28 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Pengertian kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan,

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET A, PROGRAM PAKET B, DAN PROGRAM PAKET C DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 dikemukakan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional a Pendidikan d Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar

Lebih terperinci

Bandar Lampung, Desember 2015 KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI LAMPUNG,

Bandar Lampung, Desember 2015 KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI LAMPUNG, Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung 2015-2019 ini disusun melalui beberapa tahapan dengan mengacu kepada visi RPJMD Provinsi Lampung tahun 2015-2019, yaitu Lampung

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

EVALUASI DAN SEMILOKA PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PUG BIDANG PENDIDIKAN

EVALUASI DAN SEMILOKA PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PUG BIDANG PENDIDIKAN EVALUASI DAN SEMILOKA PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PUG BIDANG PENDIDIKAN Surabaya, 12-15 Mei 2014 ARTIKEL 14 MENGAPA PERLU EVALUASI Sampai saat ini masih ditemukan gejala kesenjangan gender pada bidang

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51/PERMEN-KP/2016 TENTANG PEDOMAN PEMETAAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 68 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Membuka Dan Menutup Pelajaran Guru sangat memerlukan keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan sikap mental

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA KOTA PROBOLINGGO NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2014

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 83 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 83 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 83 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 7 TAHUN 2017

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 7 TAHUN 2017 SALINAN WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALI KOTA NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I

BAB I PENDAHULUAN BAB I BAB I BAB I 1 A Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) merupakan perwujudan dari tekad melakukan reformasi pendidikan untuk menjawab tuntutan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM PAKET C KEJURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM PAKET C KEJURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM PAKET C KEJURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Pe

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Pe No.927, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengarusutamaan Gender. Daerah. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

Reviu 10 Buku Pengarusutamaan Gender (PUG) bidang Pendidikan

Reviu 10 Buku Pengarusutamaan Gender (PUG) bidang Pendidikan Reviu 10 Buku Pengarusutamaan Gender (PUG) bidang Pendidikan Ella Yulaelawati, M.A., Ph.D. Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : 62 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : 62 TAHUN 2011 TENTANG GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : 62 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI LINGKUP PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN BADAN PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN NONFORMAL DAN INFORMAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN

Lebih terperinci

PENERAPAN DIMENSI GSI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (120 )

PENERAPAN DIMENSI GSI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (120 ) PAKET 7 PENERAPAN DIMENSI GSI DALAM RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (120 ) KOMPETENSI DASAR Peserta didik (laki-laki dan perempuan) dapat menyusun komponen RPP ber-gsi. Peserta didik (laki-laki

Lebih terperinci

Banyuwangi Tahun telah ditetapkan melalui surat. : 421/ 159/ /2014 tanggal 23 September Berdasarkan

Banyuwangi Tahun telah ditetapkan melalui surat. : 421/ 159/ /2014 tanggal 23 September Berdasarkan KATA PENGANTAR Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010-2015 telah ditetapkan melalui surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi Nomor : 421/ 159/429.101/2014

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI KOTA CIREBON

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI KOTA CIREBON -- WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

: Babakan Ciomas RT. 2/3 ds. Parakan Kec. Ciomas Kab. Bogor

: Babakan Ciomas RT. 2/3 ds. Parakan Kec. Ciomas Kab. Bogor Penyusun: Tim Pengembang Madrasah Nama Madrasah Alamat : MTs Al Inayah : Babakan Ciomas RT. 2/3 ds. Parakan Kec. Ciomas Kab. Bogor Program Prioritas MTs. Al Inayah STANDAR ISI 0 MENENTUKAN PROGRAM PRIORITAS

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG)

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG) BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG) BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengintegrasikan

Lebih terperinci

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TORAJA UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MUSI RAWAS

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI MUSI RAWAS, Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015 BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

-2- Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3277); 2. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 t

-2- Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3277); 2. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 t No.1929, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KP. Pengarusutamaan Gender. Pemetaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51/PERMEN-KP/2016 TENTANG PEDOMAN PEMETAAN

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN

Lebih terperinci

PANDUAN PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH

PANDUAN PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH PANDUAN PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH Badan Standar Nasional Pendidikan 2010 KATA PENGANTAR Segala

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Lebih terperinci