BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleks mendesak teknologi untuk menyesuaikan diri secara cepat
|
|
- Hartono Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah teknologi pada hakikatnya diciptakan untuk membuat hidup manusia menjadi semakin mudah dan nyaman. Kebutuhan hidup manusia yang semakin kompleks mendesak teknologi untuk menyesuaikan diri secara cepat dalam berinovasi dan berimprovisasi. Seiring pertumbuhan manusia yang semakin banyak dengan segala interaksinya maka dalam hal pertukaran informasi khususnya komunikasi, peranan teknologi menjadi sangat penting. Teknologi komunikasi merupakan salah satu bidang teknologi yang berkembang pesat dan menciptakan banyak produk salah satunya adalah Smartphone. Teknologi komunikasi smartphone dijadikan kebutuhan pokok oleh berbagai kalangan. Awalnya handphone hanya berfungsi untuk menelepon dan sms saja, sekarang bertransformasi menjadi telepon genggam yang sangat canggih yaitu smartphone yang bisa dilakukan banyak hal dengan meggunakannya. Teknologi komunikasi dalam wujud smartphone ini merupakan fenomena yang paling unik dan menarik. Smartphone dapat dikatakan sebagai kebutuhan pokok. Nielsen (2012) melaporkan pengguna smartphone di 39 negara di dunia dan 13 di antaranya yaitu negara-negara di Asia, termasuk Indonesia. 1
2 2 Industri telepon seluler mengalami perkembangan yang pesat dalam dua dekade terakhir ini, baik di negara maju ataupun sedang berkembang. Di Indonesia telepon seluler telah mengubah peta industri telekomunikasi secara radikal. Dimana handphone yang dulunya merupakan barang mewah, dan hanya kelompok tertentu yang bisa menikmatinya, namun sekarang individu bisa dengan mudah mendapatkannya selain murah, banyak fasilitas yang bisa didapat, baik pula dalam sarana telekomunikasi fixedline wireline ataupun fixedline wireless serta seluler (Mayasari, 2012). Smartphone merupakan ponsel pintar yang memiliki keterampilan layaknya sebuah komputer yang mendukung tersedianya jaringan internet dan organizer lain yang memudahkan penggunanya (Ali Zaki, 2009). Pengertian Smartphone lebih rinci dijelaskan oleh John W Rittinghouse and James F Ransome yaitu sebagai perangkat telepon portable yang merupakan versi modern dari sebuah komputer yang berukuran kecil dan dapat dibawa kemana-mana (Rittinghouse and Ransome, 2010). Smartphone memiliki banyak model dan berbagai sistem operasi standar yang mendukung akses internet, serta fitur lain yang tidak dimiliki oleh ponsel biasa. Senada dengan pendapat di atas Michael Juanto mengemukakan Smartphone merupakan sebuah telepon genggam yang memiliki fungsi layaknya sebuah komputer yang mendukung untuk pencarian data, pengiriman pesan instant, pemutar lagu, dan video game (Juanto, 2005). Dikarenakan fitur smartphone sangat lengkap maka teknologi ini cukup menyita banyak waktu penggunanya, Dikutip dari Liputan6.com, Kamis
3 3 (3/9/2015), Google menggandeng lembaga riset GfK dalam melakukan surveinya kepada orang di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bandung, Semarang, dan Surabaya. Survei Google itu digunakan untuk melihat seberapa besar kebiasaan pengguna smartphone menggunakan perangkatnya untuk memenuhi kebutuhan tertentu.menurut Country Industry Head Google Indonesia, Henky Prihatna, di dalam presentasi survei Google terbaru ini menjelaskan 61 persen masyarakat perkotaan indonesia rupanya Internetan dengan menggunakan smartphone dalam total waktu 5,5 jam per hari. Penggunaan smartphone secara tidak langsung telah mengubah gaya hidup/lifestyle masyarakat dunia. Hal tersebut juga dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hassan (1999) dalam Utaminingsih (2006) mengemukakan teknologi komunikasi cenderung memungkinkan terjadinya transformasi berskala luas dalam kehidupan manusia. Transformasi tersebut telah memunculkan perubahan dalam berbagai pola hubungan antar manusia (patterns of human communication), yang pada hakikatnya adalah interaksi antar pribadi (interpersonal relations). Pertemuan tatap muka (face to face) secara berhadapan dapat dilaksanakan dalam jarak yang sangat jauh melalui tahap citra (image to image). Smartphone memberikan banyak kemudahan bagi manusia modern dalam pekerjaan, informasi maupun komunikasi namun tidak bisa dipungkiri banyak pula dampak negatif bermunculan karenanya. Budyatna (2005) mengemukakan bahwa bentuk komunikasi yang paling ideal adalah yang bersifat transaksional,
4 4 dimana proses komunikasi dilihat sebagai suatu proses yang sangat dinamis dan timbal balik. Fenomena yang kini terjadi yang diakibatkan sebagai dampak negatif dari penggunaan smartphone, diantaranya sering dijumpai dalam banyak kesempatan individu lebih memilih memainkan atau menggunakan ponselnya, meskipun ia berada ditengah-tengah suatu kegiatan atau sosialisasi dengan orang-orang disekitarnya, contohnya pada saat ada perayaan ulang tahun atau perayaan lainnya, travelling, bahkan untuk keadaan duka, individu kini bukan lagi fokus pada esensi atau kebersamaan dari acara itu sendiri melainkan mengutamakan pada dokumentasi yang akan diupload ke media sosial sebagai bukti eksistensi mereka, Telah ada lonjakan pada pasangan muda, khususnya yang sibuk dalam bekerja datang kepada saya untuk konsultasi setelah menghadapi hasrat seksual yang lemah karena kecanduan media sosial pada jam malam, kata Dr Prakash Kothari, seksolog terkemuka di Mumbai, India, sebagaimana dilansir Times of India, Kamis (4/6/2015). Disisi lainnya manusia sebagai mahluk sosial akan membentuk sebuah hubungan agar tercipta sebuah interaksi dan dapat bertahan dalam lingkungan sosialnya. Seperti yang terjadi dalam kehidupan, individu membangun beberapa jenis hubungan, misalnya hubungan pertemanan, kekeluargaan, dan hubungan romantis dengan lawan jenis yang dapat dikatakan sebagai pacaran, serta jenjang hubugan selanjutnya yaitu pernikahan.
5 5 Menurut Catherine Collin, Nigel Benson, et all. (2012). Individu membangun hubungan yang lebih akrab dengan orang lain dan memulai pengalaman tentang cinta secara dewasa terjadi pada usia sekitar tahun atau pada usia dewasa muda. Pada usia dewasa muda ini ditandai dengan krisis psikoemosional, yang menurut Erikson ada pada tahap intimacy vs isolation, dimana sebagian besar individu pada masa ini membangun hubungan romantis dan lebih intim dengan lawan jenisnya. Sedangkan menurut Papalia et al (2007) usia dewasa muda dimulai pada usia 20 tahun sampai dengan 40 tahun, dan pada masa ini individu memiliki cinta yang dewasa yang berarti memiliki komitmen, hasrat seksual, kerjasama, dan kompetensi sekaligus sahabat (Feist & Feist, 2008). Hubungan yang harmonis dalam ikatan pernikahan yang bahagia adalah idaman bagi semua pasangan suami istri atau sering juga disingkat pasutri. Menurut beberapa tokoh, yang menjadi kekuatan utama dalam pernikahan adalah Intimacy (Beck, 1988; Levinger, 1988 dalam Heller, P.E, & Wood, B., 1988; Stenberg, 1988). Meskipun Intimacy tidak terbatas pada hubungan pernikahan namun sebagian besar orang menikah adalah untuk menemukan dan mempertahankan intimacy (Olson & Defrain, 2006). Intimacy dalam pernikahan ini juga dapat memiliki makna yang berbeda bagi pria dan wanita, hal tersebut disebabkan oleh pengalaman dan implikasi dari pernikahan yang mungkin berbeda bagi istri maupun suami (Thompson & Walker, 1989, dalam Santrock, 2002). Hal ini umumnya tepat dalam mengekspresikan intimacy dan dalam pekerjaan rumah tangga. Wanita lebih ekspresif dan berperasaan sehingga lebih menunjukkan kebutuhan yang
6 6 berhubungan dengan emosi (emotional intimacy), sedangkan pria lebih menggambarkan keinginan yang berhubungan dengan seksual (sexual intimacy) (Stahmann, Young & Grover, 2004). Selain itu, dalam pekerjaan rumah tangga juga istri biasanya melakukan pekerjaan rumah lebih banyak daripada suaminya (Warner, 1986, dalam Santrock, 2002). Intimacy, passion, dan commitment merupakan suatu kesatuan komponen yang harus dimiliki oleh setiap pasangan suami istri. Komponen tersebut akan mendorong terciptanya hubungan suami istri yang harmonis. Hubungan yang harmonis adalah hubungan yang dapat bertahan lama meskipun diterpa oleh banyak masalah dan perbedaan. Setiap permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga dijadikan sebagai pembelajaran hidup untuk lebih baik di masa yang akan datang. Sternberg (dalam Papalia, 2004) intimacy adalah komponen emosi dari cinta yang meliputi perasaan dengan orang lain, seperti perasaan hangat, sharing, dan kedekatan emosi serta mengandung pengertian sebagai elemen afeksi yang mendorong individu untuk selalu melakukan kedekatan emosional dengan orang yang dicintainya. Menurut Baur and Crooks (2008) Intimacy juga merupakan salah satu upaya untuk membantu orang lain, keterbukaan dalam sharing, bertukar pikiran, dan merasakan sedih ataupun senangnya dengan seseorang yang dicintainya. Menurut kamus istilah psikologi intimacy merupakan bagian dari analisis transaksional kemesraan yang merupakan keeratan dalam hubungan emosional antar individu yang ditandai dengan tidak adanya penyalahgunaan dan
7 7 terjadi hubungan yang otentik ( Bruno, 1989), jadi komunikasi adalah salah satu hal penting dalam intimacy. Komunikasi interpersonal dapat diibaratkan sebagai urat nadi kehidupan manusia. Tidak dapat dibayangkan bagaimana bentuk dan corak kehidupan manusia di dunia ini seandainya tidak ada komunikasi interpersonal antara satu orang atau sekelompok orang (Saudia, 2012). Komunikasi juga merupakan komponen penting dari komponen intimacy dalam Triangular Theory Of Love (Papalia, et al,2009). Komunikasi yang baik mencakup keterbukaan dan kejujuran dapat membantu pasangan mencapai kesepemahaman bersama tentang pernikahan mereka dan dapat membuat hubungan mereka lebih tahan terhadap semua stressor yang berpotensi mengganggu kestabilan hubungan (Seccombe, K.,Warner, R., L., 2004). Selain itu kualitas dan kuantitas komunikasi pada pasangan adalah kunci bagi aspekaspek lain dalam hubungan mereka (Olson & DeFrain, 2006). Dalam menjalin komunikasi yang baik dibutuhkan interaksi positif yang intensif dan berkualitas. Menurut Kartini kartono (2003) dalam kamus filsafat dan psikologi Intensitas adalah aspek kuantitatif atau kualitas tingkah laku. Pemenuhan aspek intimacy juga dikemukakan oleh Musrifah (2011) dalam hasil penelitiannya yang menunjukkan bahwa keterbukaan diri (self disclosure) dalam komunikasi suami-istri merupakan aspek penting untuk memperoleh intimacy hubungan suami-istri. Hal ini sejalan dengan pernikahan yang dikemukakan oleh Santrock (2002), bahwa pernikahan merupakan penyatuan pribadi yang unik, dengan
8 8 membawa pribadi masing-masing berdasarkan latar belakang budaya serta pengalamannya. Hal tersebut menjadikan pernikahan bukanlah sekedar bersatunya dua individu, tetapi lebih pada penyatuan dua sistem keluarga secara keseluruhan dan pembangunan sebuah sistem yang baru. Perbedaan-perbedaan yang ada perlu disesuaikan satu sama lain untuk membentuk sistem baru bagi keluarga mereka. Pentingnya perhatian terhadap dampak negatif atas penggunaan smartphone khususnya terhadap Intimacy Pasutri dikerenakan semakin kompleksnya permasalahan rumah tangga yang disebabkan oleh intensitas penggunaan smartphone yang tinggi. Seorang Psikolog Seksual Zoya Amirin disebutkan bahwa Menggunakan gadget apalagi bagi yang sudah kecanduan dalam penggunaannya, entah untuk berinteraksi melalui media sosial atau sekadar main game, ternyata mempengaruhi 60% kesejahteraan dalam berumahtangga. Hal ini tentu saja sangat mudah dipahami karena terputusnya hubungan romantis yang teralihkan karena adanya intensitas tinggi dalam penggunaan smartphone. Menurut para ahli terkemuka di bidang seksologi, sebagian besar pasangan muda yang gila dalam bekerja cenderung sering mengungkapkan rasa cinta mereka lewat smartphone atau tablet. Padahal, kebiasaan itu justru memiliki efek negatif dalam hubungan mereka. Selain kendala seksual dampak lain yang ditimbulkan oleh intensitas tinggi akibat penggunaan smartphone pada pasutri adalah munculnya sikap acuh pasangan terhadap satu sama lain menjadi lalai terhadap pembagian tugas yang sudah menjadi kewajiban pasangan dikarenakan sibuk ber-online ria sehingga memicu terjadinya perasaaan kurang dihargai dan ketidakpuasan dalam rumah tangga sehingga dapat memicu pertengkaran, seperti
9 9 halnya curahan hati seorang ibu rumah tangga pada berinisial SR pada forum konsultasi dakwatuna.com bahwa suaminya yang sibuk ber-smartphone ria sehingga lalai sebagai imam shalat dan sangat acuh terhadap istri karena gadget, bahkan untuk menegurnya istri juga segan karena suami malah balik memarahi istri apabila diingatkan tentang kelalaiannya tersebut. Dikutip dari Vemale, di Amerika Serikat ada perceraian karena sang istri suka berlama-lama meng-update media sosial hingga melalaikan anak dan suaminya. Menurut periset dan dosen Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Nuning Kurniasih, ketergantungan masyarakat terhadap media sosial saat ini adalah ketergantungan yang massif. Kita terus memantau media sosial mulai dari bangun tidur hingga akan tidur lagi. Hal yang dilakukan oleh banyak orang saat ini adalah mengecek media sosial. Telinga kita sangat sensitif mendengar notifikasi di gadget. Sebagian dari kita melakukan interaksi secara aktif di media sosial, sebagian hanya menjadi pengamat, melihat apa yang di-posting oleh orang lain, tanpa berinteraksi langsung tetapi selalu tahu dan ingin tahu apa yang terjadi di media sosial. Ada yang memiliki tingkat ketergantungan tinggi, sedang dan rendah. Menurut Nuning Kurniasih, ada beberapa alasan yang menyebabkan fenomena ini terjadi. Pertama, perasaan takut kehilangan (fear of missing out) apa yang menurutnya penting. Bisa jadi takut kehilangan teman, event, momen dan aktualisasi diri. Kedua, ada rasa percaya diri yang tinggi ketika berada di media sosial sehingga bisa berekspresi berbeda dengan dunia nyata.
10 10 Sulitnya seseorang membedakan kehidupan nyata dan dunia maya akibat media sosial menimbulkan berbagai dampak negatif. Di China dituding menjadi salah satu penyebab meningkatnya perceraian. Laporan kantor hukum Shuangli di Beijing yang antara lain menangani kasus perceraian- menyebut 9 dari 10 perceraian mencakup pertengkaran yang dipicu oleh media sosial. Sementara itu, menurut survei yang dilakukan terhadap pasangan suami-istri di Inggris, kebanyakan bermain smartphone terutama yang sering menggunakan aplikasi media sosial ternyata bisa memicu perceraian. Seperti dikutip dari Digital Trends, dalam survei yang dilakukan biro hukum Slater and Gordon tersebut ditemukan bahwa satu dari tujuh orang yang menikah menyatakan mereka mempertimbangkan untuk bercerai karena pasangannya mulai bertingkah di media sosial ataupun aplikasinya. Dalam survei ini juga ditemukan bahwa 58% responden mengakui kalau mereka mengetahui kata sandi pasangannya di media sosial, tanpa sepengetahuan pasangan mereka. Ini merupakan indikasi bahwa mereka akan melakukan apa saja untuk mengintai gerak-gerik pasangannya di media sosial. Sementara itu di Amerika Sosial, media sosial juga sangat terkait dengan kasus perceraian. Pada 2010, sekitar 81% pengacara perceraian mengakui bahwa media sosial terbukti berperan dalam peningkatan kasus perceraian sejak Di Indonesia, Berdasarkan data Puslitbang Kehidupan Keagamaan Kementerian Agama 2015, dari perceraian dengan kasus gangguan pihak ketiga, sekitar 35% dipicu pengaruh media sosial dan gaya hidup.ada sekitar an kasus cemburu.
11 11 Tidak sedikit masalah rumah tangga bermula dari media sosial. Sementara itu, berdasarkan data Pengadilan Agama Kota Batam, hingga 10 Maret 2016 sudah terdaftar 416 perkara. Sedangkan Maret tahun lalu hanya 118 perkara cerai gugat. Perselingkuhan yang diawali dengan perkenalan di media sosial juga menjadi pemicu gugatan cerai dari salah satu pasangan suami istri di Batam. Dengan paparan diatas menjadi penting untuk memperhatikan gejala yang ditimbulkan dari tingginya intensitas penggunaan smartphone bagi Intimacy Pasutri. Fenomena negatif mengenai pernikahan makin merebak. Salah satunya adalah perceraian akibat perselingkuhan yang diakibatkan penggunaan teknologi canggih seperti smartphone yang disebabkan oleh mudahnya akses sosialisasi antar pertemanan disosial media dan bentuk interaksi lainnya. Mereka menjadi sangat tidak fokus dengan kewajibannya. Waktu mereka sehari-hari sebagian besar dihabiskan didepan smartphone. Di satu sisi, teknologi semacam ini mempermudah mereka dalam melakukan berbagai kegiatan. Di sisi lain teknologi smartphone ini meninggalkan dampak negatif yang tidak sedikit. Sudah ada beberapa penelitian tentang intimacy atau intensitas penggunaan smartphone, namun belum ada yang spesifik meneliti pengaruh intensitas penggunaan smartphone terhadap intimacy pasutri. Namun peneliti menemukan beberapa penelitian yang mengkaji hal yang mirip, berikut diantaranya. Penelitian yang dilakukan Sharen Gifari dan Iis Kurnia N (2015) yang berjudul Intensitas Penggunaan Smartphone Terhadap Perilaku komunikasi, penelitian ini menggunakan teori komunikasi New Media, Terpaan Media
12 12 Psikologi Komunikasi dan Teori Ketergantungan. Menggunakan metode kuantitatif, jumlah subjek 100 orang yang menggunakan smartphone, hasil penelitian dari analisis ini menunjukkan bahwa intensitas penggunaan smartphone berpengruh signifikan terhadap perilaku komunikasi yaitu sebesar 55,4 %. Berdasarkan hasil tersebut tentu sangat menarik bagi peneliti untuk melakukan penelitian dengan subjek Pasutri. Penelitian lainnya dilakukan oleh Rifa atul Mahmudah (2012) yaitu berjudul Hubungan Antara Intimacy ( Sternberg s Triangular Theory Of Love) Dan Kesiapan Menikah Pada Dewasa penelitian mengambil sampel sebanyak 120 orang dewasa muda yang sedang merencanakan pernikahan, alat ukur untuk intimacy menggunakan (TLS) atau Triangular Love Scale oleh Strenberg sedangkan untuk Kesiapan menikah diukur dengan skala modifikasi inventori kesiapan menikah oleh Wiryasti, hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara intimacy dengan kesiapan sebelum menikah. Hal ini menunjukkan pentingnya intimacy bahkan bagi pasangan yang akan menikah, apalagi bagi pasangan yang sudah menikah karena mempertahankan suatu hubungan lebih sulit daripada memulainya. Penelitian terkait intimacy dan smartphone lainnya dilakukan oleh Mattia Gustarini yang berjudul Analysing smartphone users inner-self : the perception of intimacy and smartphone usage changes dengan metode eksperimen yang melibatkan 38 partisipan dalam kurun waktu 13 Agustus 2009 sampai dengan 26 September 2010 dengan ragam rentang usia dan status, hasil penelitian menunjukkan bahwa perlu adanya intervensi terhadap teknologi smartphone dalam
13 13 mengakomodasi kebutuhan manusia tentang kebutuhan akan intimacy dengan kata lain menawarkan model komputasi untuk keintiman dan hal tersebut bias dilakukan lewat pengembangan-pengembangan riset fitur yang canggih sehingga dapat memprediksi kebutuhan intimacy pada setiap individu, untuk kemudian di masukkan ke dalam smartphone sebagai fitur unggulan yang dapat membuat manusia bukan hanya cerdas namun kebutuhan intimacy-nya terpenuhi. Dengan adanya fenomena, fakta dan penelitian-penelitian diatas menggambarkan bahwa smartphone dan intimacy merupakan topik penting dan menarik untuk diteliti lebih lanjut, terutama dalam hal ini sesuai dengan penelitian saya yaitu Pengaruh Intensitas Penggunaan Smartphone Terhadap Intimacy Pasangan Suami Istri Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan beberapa masalah sebagai berikut. 1. Apakah terdapat pengaruh intensitas penggunaan smartphone terhadap Intimacy pasangan suami istri? 2. Seberapa besar pengaruh intensitas penggunaan smartphone terhadap Intimacy pasangan suami istri? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini berdsarkan rumusan masalah diatas adalah:
14 14 1. Untuk mengetahui pengaruh intensitas penggunaan smartphone terhadap Intimacy pasangan suami istri. 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh intensitas penggunaan smartphone terhadap Intimacy pasangan suami istri Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti hasil penelitian ini untuk menambah wawasan peneliti mengenai pengaruh intensitas penggunaan smartphone terhadap intimacy pasangan suami istri, sehingga dapat dibandingkan antara kenyataan yang ada dalam praktek dengan teori psikologi. 2. Bagi masyarakat diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai referensi untuk menambah wawasan tentang psikologi khususnya mengenai pengaruh intensitas penggunaan smartphone terhadap intimacy pasangan suami istri. 3. Bagi akademisi, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi kalangan akademisi untuk menambah wawasan dibidang psikologi khususnya yang berkaitan dengan pengaruh intensitas penggunaan smartphone terhadap intimacy pasangan suami istri.
15 Sistematika Penulisan Sebagai usaha untuk memperkuat dan mempermudah membaca penelitian ini, maka penulis mengajukan sistematika penulisan sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, serta sistematika penulisan. Bab II : Landasan Teori Dalam bab ini diuraikan tentang teori dasar dan teori umum yang digunakan untuk menyusun kerangka pemikiran teoritis yang terkait serta relevan dengan pokok pembahasan. Bab III : Metodologi Penelitian Dalam bab ini diuraikan tentang teknik pengumpulan data, metode penelitian, populasi sampel dan teknik analisa data. Bab IV : Hasil Analisa dan Pembahasan Dalam bab ini diuraikan profil perusahaan/penelitian, serta hasil analisa dan pembahasan tersebut. Bab V : Kesimpulan dan Saran Dalam bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan dan saran.
BAB I PENDAHULUAN. Di zaman yang serba teknologi ini, gadget smartphone merupakan sebuah alat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi komunikasi dalam wujud ponsel merupakan fenomena yang paling unik dan menarik dalam penggunaannya, karena termasuk benda elektronik yang mudah digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan teknologi semakin canggih membuat komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin canggih dan berbagai sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah sebuah komitmen legal dengan ikatan emosional antara dua orang untuk saling berbagi keintiman fisik dan emosional, berbagi tanggung jawab,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vera Ratna Pratiwi,2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebuah teknologi pada hakikatnya diciptakan untuk membuat hidup manusia menjadi semakin mudah dan nyaman. Kemajuan teknologi yang semakin pesat ini membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tugas perkembangan individu dewasa adalah merasakan ketertarikan terhadap lawan jenis yang akan menimbulkan hubungan interpersonal sebagai bentuk interaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu bentuk interaksi antar manusia, yaitu antara seorang pria dengan seorang wanita (Cox, 1978). Menurut Hurlock (1999) salah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini terbagi atas empat sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai komunikasi sebagai media pertukaran informasi antara dua orang atau lebih. Sub bab kedua membahas mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan membahas tentang landasan teori berupa definisi, dimensi, dan faktor yang berpengaruh dalam variabel yang akan diteliti, yaitu bahasa cinta, gambaran tentang subjek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan dapat diartikan sebagai sebuah ikatan lahir batin seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dilla Tria Febrina, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fase dewasa awal (young adulthood) atau disebut masa muda (youth) merupakan periode transisi antara masa remaja dan masa dewasa yang merupakan masa perpanjangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah, semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan baik dalam kemampuan fisik maupun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita yang bernama Mimi, usia 21 tahun, sudah menikah selama 2 tahun dan memiliki 1 orang anak, mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan individu di samping siklus kehidupan lainnya seperti kelahiran, perceraian, atau kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Manusia mengalami berbagai proses perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa kanak-kanak,
Lebih terperinciBab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia hidup saling membutuhkan satu sama lain. Salah satunya adalah hubungan intim dengan lawan jenis atau melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu yang berkembang untuk memenuhi kebutuhan pribadi, sedangkan manusia sebagai makhluk sosial yang saling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. canggih ini membutuhkan sarana atau media untuk menyampaikan informasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran globalisasi membawa pengaruh bagi kehidupan suatu bangsa, termasuk di Indonesia. Pengaruh globalisasi dirasakan diberbagai bidang kehidupan seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang kita ketahui, teknologi adalah suatu kreasi yang telah menjadi bagian
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sejak terjadinya Revolusi Industri di Eropa khususnya di Inggris, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi semakin pesat. Teknologi yang diciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa dewasa merupakan masa dimana setiap individu sudah mulai matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock (dalam Jahja, 2011), rentang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah a mixed methods
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah a mixed methods research designs yaitu prosedur penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala bidang menuntut manusia untuk berpikir dan berperilaku selaras dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di tengah perkembangan jaman yang semakin maju dan sarat perubahan di segala bidang menuntut manusia untuk berpikir dan berperilaku selaras dengan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan romantis. Hubungan romantis (romantic relationship) yang juga
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemburuan merupakan hal yang wajar terjadi dalam sebuah hubungan antarindividu. Afeksi yang terlibat dalam hubungan tersebut membuat individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat seseorang memasuki usia dewasa awal, ia mengalami perubahan dalam hidupnya. Pada usia ini merupakan transisi terpenting dalam hidup manusia, dimana remaja mulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seorang wanita yang memilih untuk menikah dengan prajurit TNI bukanlah hal yang mudah, wanita tersebut harus memiliki komitmen yang kuat dalam hubungan pernikahannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu hal yang sangat penting, diantaranya sebagai sumber dukungan sosial bagi individu, dan juga pernikahan dapat memberikan kebahagiaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu proses penyatuan dua individu yang memiliki komitmen berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khalayak luas dengan menggunakan saluran-saluran komunukasi ini.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada zaman era globalisasi saat ini, merupakan suatu perubahan zaman yang berkembang pesat, yang dimana teknologi yang berkembang yang semakin canggih. Dalam hal ini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan hal yang umumnya akan dilalui dalam kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Pernikahan merupakan hal yang umumnya akan dilalui dalam kehidupan ini. Sebagian besar manusia dewasa, akan menghadapi kehidupan pernikahan. Sebelum memasuki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan individu lain sepanjang kehidupannya. Individu tidak pernah dapat hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 1 tahin 1974 pasal 1 tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: Ikatan lahir dan batin antara seorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Sepanjang rentang kehidupan individu, banyak hal yang dipelajari dan mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman bersama keluarga dan
Lebih terperinci2016 PENGARUH KOMUNIKASI HIPERPERSONAL TERHADAP PEMELIHARAAN HUBUNGAN JARAK JAUH (LONG DISTANCE RELATIONSHIP) MAHASISWA DI KOTA BANDUNG
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan aktivitas manusia yang sangat mendasar untuk saling berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui komunikasi, manusia menunjukkan kodratnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, masyarakat pengguna smartphone lebih banyak dibandingkan handphone biasa. Survei yang dilakukan perusahaan komunikasi CloudTalk menunjukkan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal merupakan awal dari suatu tahap kedewasaan dalam rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja dan akan memasuki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu kehidupan, dengan membangun suatu hubungan yang nyaman dengan orang lain. Seringnya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Perkawinan 1. Pengertian Penyesuaian Perkawinan Konsep penyesuaian perkawinan menuntut kesediaan dua individu untuk mengakomodasikan berbagai kebutuhan, keinginan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa muda merupakan masa dimana individu mulai mengemban tugas untuk menikah dan membina keluarga. Sesuai dengan pendapat Havighurst (dalam Santrock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun Surabaya pada bulan Juli-Oktober 2012 pada pelajar SMA dan sederajat yang berusia 15-17 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi maka manusia dapat dikatakan tersesat dalam menjalani hidup.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Tanpa komunikasi maka manusia dapat dikatakan tersesat dalam menjalani hidup. Pentingnya komunikasi terlihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Individu yang memasuki tahap dewasa awal memiliki berbagai tugas perkembangan. Salah satu tugas perkembangan dewasa awal adalah mencari cinta (Santrock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jejaring sosial. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada usia dewasa awal tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah intimacy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk menjalin suatu hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Teknologi yang berkembang pesat saat ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang sangat pesat semakin memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Teknologi yang berkembang pesat saat ini adalah teknologi
Lebih terperinciUNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah masa dewasa muda. Pada masa ini ditandai dengan telah tiba saat bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu memiliki beberapa tahap dalam kehidupannya, salah satunya adalah masa dewasa muda. Pada masa ini ditandai dengan telah tiba saat bagi individu untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang tentu ingin hidup dengan pasangannya selama mungkin, bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu hubungan. Ketika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pernikahan adalah suatu hubungan yang sakral atau suci dan pernikahan memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan adalah suatu hubungan yang sakral atau suci dan pernikahan memiliki banyak keuntungan dibandingkan hidup sendiri, karena pasangan yang sudah menikah dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tiba diriku di penghujung mencari cinta Hati ini tak lagi sepi Kini aku tak sendiri
1.1. Latar belakang penelitian BAB I PENDAHULUAN Tiba diriku di penghujung mencari cinta Hati ini tak lagi sepi Kini aku tak sendiri Aku akan menyayangimu Ku kan setia kepadamu Ku kan selalu di sisimu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memiliki peran penting dan menjadi dasar bagi perkembangan psikologi anak dalam konteks sosial yang lebih luas.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah. Perkembangan hidup pada manusia akan membawa seorang manusia menuju sebuah usia yang memiliki tugas untuk bekerja dan memenuhi kebutuhan hidup, menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal merupakan peralihan dari masa remaja. Perkembangan sosial pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Masa dewasa awal merupakan peralihan dari masa remaja. Perkembangan sosial pada masa dewasa awal merupakan masa puncak dalam bersosialisasi. Individu dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan merupakan langkah awal untuk membentuk suatu keluarga. Sangat penting bagi calon pasangan baru untuk memahami bahwa pernikahan merupakan suatu keputusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang melaju sangat pesat dan persaingan global
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang melaju sangat pesat dan persaingan global yang terjadi sekarang ini menuntut manusia untuk berusaha sebaik mungkin dalam menuntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu utama bagi individu yang ada pada masa perkembangan dewasa awal. Menurut Erikson,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin menuntut pengorbanan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat dilepaskan dari kegiatan berkomunikasi. Di segala tempat manusia selalu terlibat komunikasi, karena di segala tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi seorang anak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga sebagai institusi sosial terkecil, merupakan fondasi dan investasi awal untuk membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah adalah bagian dari ibadah, karena itu tidak ada sifat memperberat kepada orang yang akan melaksanakannya. Perkawinan atau pernikahan menurut Reiss (dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sangat canggih yang beredar di masyarakat. Ihsan (2011) menyatakan bahwa sejalan dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dimasa modern seperti saat ini, tidak bisa dipungkiri bahwa maraknya teknologi yang sangat canggih yang beredar di masyarakat. Ihsan (2011) menyatakan bahwa
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KUALITAS CINTA DAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN KOMITMEN PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI ISTRI
HUBUNGAN ANTARA KUALITAS CINTA DAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN KOMITMEN PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI ISTRI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan manusia terdapat berbagai bentuk hubungan sosial. Salah satunya adalah hubungan intim lawan jenis atau hubungan romantis. Hubungan ini dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di zaman yang semakin maju dan modern, teknologi semakin canggih dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di zaman yang semakin maju dan modern, teknologi semakin canggih dari berbagai sosial media chating, calling, hingga video call membuat beberapa pasangan kekasih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN. Bertetangga merupakan bagian kehidupan manusia yang hampir tidak
Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertetangga merupakan bagian kehidupan manusia yang hampir tidak bisa ditolak. Sebab manusia memang tidak semata-mata makhluk individu, tapi juga merupakan makhluk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak ke dewasa yang ditandai dengan perkembangan biologis, psikologis, moral, dan agama, kognitif dan sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berada direntang usia tahun (Monks, dkk, 2002). Menurut Haditono (dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja akhir merupakan masa yang telah mengalami penyempurnaan kematangan secara fisik, psikis dan sosial. Masa remaja akhir berada direntang usia 18-21
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada usia dewasa awal tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk menjalani suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat keterikatan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rumah tangga sudah tentu terdapat suami dan istri. Melalui proses perkawinan, maka seseorang individu membentuk sebuah miniatur dari organisasi sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jejaring sosial atau yang biasa dikenal dengan facebook. Dalam perkembangan teknologi tersebut, handphone juga ikut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi semakin berkembang dan maju, terutama dibidang teknologi informasi dan telekomunikasi. Seperti yang kita kenal dalam dunia informatika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesepian tanpa adanya teman cerita terlebih lagi pada remaja yang cendrung untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu tidak akan pernah dapat hidup sendirian, mereka selalu membutuhkan orang lain untuk dapat diajak berteman atau pun bercerita dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ketika seseorang memasuki tahapan dewasa muda, menurut Erickson
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika seseorang memasuki tahapan dewasa muda, menurut Erickson (Monks, Knoers & Haditono, 1982:15), ia akan mengalami masa intimacy versus isolation. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rentang usia dewasa awal. Akan tetapi, hal ini juga tergantung pada kesiapan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tugas perkembangan manusia pada masa dewasa. Pernikahan idealnya dimulai ketika individu berada pada rentang usia dewasa awal.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media sosial merupakan salah satu elemen di era globalisasi yang paling berkembang berdasarkan segi fitur dan populasi pemakai. Berdasarkan data dari US Census Bureau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi membawa dampak yang signifikan pada pertumbuhan pengguna internet di negara-negara berkembang. Salah satu negara berkembang yang menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan hubungan dengan manusia yang lain. Kebutuhan itu antara lain saling berkomunikasi, kebersamaaan, membutuhkan pertolongan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai salah satu dari lima agama yang diakui di Indonesia, sangat menekankan tentang bagaimana seorang muslim seharusnya menjalankan pernikahan. Namun sebelum
Lebih terperinciFitri Saraswati / Ike Devi Sulistyaningtyas
PENGARUH INTENSITAS PENGGUNAAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI TERHADAP TINGKAT KEINTIMAN KOMUNIKAS INTERPERSONAL (Kasus penggunaan Smartphone Blackberry Pada Mahasiswa Universitas Atma Jaya Program Studi Ilmu Komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Adanya kehidupan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang mempunyai kebutuhan untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Adanya kehidupan yang semakin modern,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Masalah Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang Masalah Penelitian Pada zaman mordernisasi ini, kemajuan dari fungsi telepon genggam semakin berkembang pesat. Tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk berkomunikasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lain. Sejak lahir, manusia sudah bergantung pada orang lain, terutama orangtua
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dan membentuk hubungan sosial dengan orang lain, karena pada dasarnya manusia tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari tidak akan terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip definisi Gillian dan
Lebih terperinciBAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pernikahan merupakan awal terbentuknya kehidupan keluarga. Setiap pasangan yang mengikrarkan diri dalam sebuah ikatan pernikahan tentu memiliki harapan agar pernikahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan manusia lainnya sehingga tidak bisa untuk hidup sendiri. Dengan semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial pada dasarnya manusia harus selalu berhubungan dengan manusia lainnya sehingga tidak bisa untuk hidup sendiri. Dengan semakin pesatnya perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan manusia. Pernikahan pada dasarnya menyatukan dua pribadi yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Smartphone adalah sebuah device yang memungkinkan untuk melakukan komunikasi yang juga di dalamnya terdapat fungsi PDA (Personal Digital Assistant) dan berkemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membuat perubahan hidup positif adalah sebuah proses multi tahapan yang dapat menjadi kompleks dan menantang. Pengalaman emosi marah, benci, dan kesedihan yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Abraham Maslow (1970) dalam Hergenhanh (1980) mengatakan bahwa. tinggi. Abraham Maslow (1970) dalam Hergenhanh (1980) menyatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, manusia merupakan makhluk yang memiliki berbagai macam kebutuhan, misalnya kebutuhan yang sifatnya fisik seperti sandang, pangan, dan papan,
Lebih terperinciMENGAPA MEDIA SOSIAL. Selamat Datang di Era Generasi Y
MENGAPA MEDIA SOSIAL Selamat Datang di Era Generasi Y 1 Media Sosial di Indonesia 2 Dokter, Pasien, dan Media sosial Sisi positif Sisi Negatif 3 MENGENAL MEDIA SOSIAL Masihkah Anda ingat dengan perangko,
Lebih terperinci