BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V KESIMPULAN DAN SARAN"

Transkripsi

1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Komponen-komponen enclosure yang memiliki karakteristik terdapat kumpulan grafiti liar, terdapat akses ke arah komponen enclosure, terdapat media pada komponen enclosure, dan terdapat perbedaan fungsi bangunan akan mengundang terjadinya grafiti liar pada komponen enclosure tersebut. Karakteristik komponen enclosure tersebut disebabkan oleh adanya karakter yang terdapat pada setiap komponen enclosure, yaitu: 1. Komponen enclosure yang berupa fasad bangunan-bangunan yang tanpa pagar, memiliki pagar solid, memiliki setback kecil yaitu kurang dari 6m, dan memiliki akses menuju signshop akan menjadi sasaran grafiti liar. 2. Komponen enclosure yang berupa bangunan-bangunan dengan fungsi komersil, hunian, dan bangunan kosong akan menjadi sasaran grafiti liar 3. Komponen enclosure yang berupa bangunan-bangunan yang memiliki setback kecil yaitu kurang dari 6m akan menjadi sasaran grafiti liar. Pada prinsipnya, semakin kecil setback, semakin besar peluang grafiti liar untuk mengotori bangunan tersebut. Sebaliknya semakin besar setback, semakin kecil peluang grafiti liar untuk mengotori bangunan tersebut 4. Komponen enclosure yang berupa Street furniture yang terletak di dekat bangunan yang telah terkena grafiti liar, baik terletak di samping, di depan, atau di antara bangunan tersebut dengan jarak kurang dari ±15m akan menjadi sasaran grafiti liar. Dengan kata lain hubungan grafiti liar dengan street furniture adalah mengenai posisi/letak street furniture terhadap bangunan di sekitarnya. 5. Komponen enclosure yang berupa trotoar yang terletak di dekat bangunan yang telah terkena grafiti liar akan menjadi sasaran grafiti liar. Prinsip ini sama dengan hubungan antara grafiti liar dengan street furniture 120

2 Eksistensi grafiti liar tidak memiliki hubungan dengan nilai sense of space pada teori enclosure. Grafiti liar di Jl Brigjen Katamso menyebar dengan acak tanpa memperhatikan kaidah nilai sense of space. Demikian pula dengan pola penyebaran grafiti liar di Jl Brigjen Katamso tidak memiliki hubungan dengan nilai sense of space pada teori enclosure. Dengan demikian, eksistensi dan pola penyebaran grafiti liar hanya dipengaruhi oleh karakteristik komponen-komponen enclosure. 5.2 Temuan Berdasarkan kesimpulan di atas maka diperoleh temuan mengenai pola penyebaran grafiti liar di Jl Brigjen Katamso, antara lain sebagai berikut: 1. Sifat Grafiti Liar: Mengumpul Grafiti liar akan mengotori fasad bangunan dan/atau komponen enclosure lain pada area yang teradapat kumpulan grafiti. Hal tersebut menjelaskan bahwa grafiti liar memiliki sifat mengumpul pada satu area. Sifat mengumpul pada grafiti liar ini sebagian besar terjadi karena image atau citra bangunan yang negatif (lihat gambar 5.1). A B Gambar 5.1 Pengumpulan grafiti pada bangunan kosong (A) dan area sekitarnya (B) 121

3 2. Sifat Grafiti Liar: Menyebar Grafiti liar akan mengotori fasad bangunan dan/atau komponen enclosure lain pada area yang telah terkena tagging grafiti liar. Komponen enclosure yang telah terkena tagging berupa nama gang maka grafiti liar akan menyebar ke beberapa komponen enclosure lainnya. Hal ini menjelaskan bahwa grafiti liar memiliki sifat menyebar dari satu komponen enclosure ke komponen lainnya. Sifat menyebar pada grafiti liar ini sebagian besar terjadi layout bangunan yang berbentuk linear (lihat gambar 5.2) Gambar 5.2 Penyebaran grafiti pada signshop bangunan komersil. 3. Area Sepi Memacu Eksistensi Grafiti Liar Grafiti liar akan mengotori komponen enclosure pada area yang relatif sepi atau tidak ada kegiatan. Pada malam hari saat jam non-operasional, hampir seluruh bangunan komersil di Jl Brigjen Katamso tutup. Bangunan-bangunan komersil yang tutup tersebut telah mengundang pelaku grafiti liar untuk mengotori fasad bangunan komersil 122

4 4. Pagar Tanpa Duri Memicu Eksistensi Grafiti Liar pada Fasad Bangunan Grafiti liar akan mengotori fasad bangunan apabila terdapat akses langsung menuju fasad bangunan tersebut. Pagar void yang berada pada bagian depan fasad bangunan dapat mencegah grafiti liar mengotori pagar itu sendiri namun di sisi lain, pagar void justru dapat menjadi akses bagi para pelaku grafiti untuk mengotori fasad bangunan (lihat gambar 5.3) Gambar 5.3 Grafiti liar pada pintu fasad bangunan 5.2 Saran Untuk mengantisipasi penyebaran grafiti liar, maka terdapat dua jenis saran yang diajukan. Saran pertama adalah usulan design guideline mengenai komponen enclosure yang meliputi perubahan bentuk fasad dan pengaturan pagar maupun setback. Sedangkan saran kedua adalah usulan design guideline mengenai layout bangunan yang meliputi perubahan tatanan letak bangunan dan penciptaan kegiatan dalam suatu area. 123

5 5.2.1 Komponen Enclosure A. Fasad Untuk Komponen enclosure yang berupa fasad bangunan-bangunan dengan fungsi non komersil yang tidak memiliki pagar atau memiliki pagar solid dan memiliki setback kurang dari 6m direkomendasikan untuk memasang pagar void (pagar tralis) dan menambah ukuran setback menjadi lebih dari 6m. Selain itu, untuk mencegah terjadinya grafiti liar pada fasad bangunan, desain pagar void direkomendasikan memiliki duri atau penghalang lain di bagian atasnya. Dengan adanya penghalang tersebut diharapkan akses dari pelaku grafiti liar dapat ditutup Before Duri untuk memblokir akses pelaku grafiti liar After Gambar 5.4 Perbandingan kondisi fasad bangunan non komersil sebelum dan sesudah dipasang pagar tralis. 124

6 Untuk fasad bangunan komersil, direkomendasikan memasang pintu tralis di bagian depan guna mencegah grafiti liar mengotori fasad bangunan. Selain itu, untuk mencegah pelaku grafiti mengotori singshop, maka bagi bangunan komersil yang memiliki signshop, direkomendasikan untuk mengubah desain signshop tersebut menjadi signshop portable. BEFORE AFTER Gambar 5.5 Perbandingan kondisi fasad bangunan-bangunan komersil sebelum dan sesudah dipasang pintu tralis. Pengadaan pintu tralis dilakukan dengan cara memotong area dalam bangunan kurang lebih 1m ke dalam sehingga terdapat space untuk memasang pintu tralis tersebut. Kemudian untuk alasan keamanan, maka dibelakang pintu tralis 125

7 direkomendasikan untuk dipasang folding door/rolling door (lihat gambar 5.6 dan 5.7). Pemasangan pintu tralis pada bangunan komersil Rolling Door Rolling Door Space 1m Pintu tralis Layout bangunan Eksisting Layout bangunan Perubahan Gambar 5.6 Perbandingan layout bangunan sebelum dan sesudah dipasang pintu tralis Fasad bangunan Eksisting Fasad bangunan Perubahan Gambar 5.7 Perbandingan kondisi fasad bangunan sebelum dan sesudah dipasang pintu tralis 126

8 B. Pemasangan Signshop portable pada bangunan komersil Signshop portable pada bangunan komersil dimaksudkan untuk mencegah pelaku grafiti liar mengotori signshop. Secara teknis, signshop portable adalah signshop yang dapat berada dalam posisi vertikal dan horizontal. Pada siang hari saat jam operasional toko, signshop dapat ditegakkan menjadi signshop vertikal. Sedangkan pada malam hari, signshop dapat diubah posisinya menjadi signshop horizontal. Gambar 5.8. Signshop portable saat malam hari / jam tutup toko dapat diubah menjadi posisi horizontal Gambar 5.9. Signshop portable saat siang hari/ jam operasional dapat diubah menjadi posisi vertikal 127

9 C. Street furniture Rekomendasi desain untuk street furniture yang terkena grafiti liar terdiri dari street furniture yang berupa (1) tiang, yang mencangkup tiang listrik, tiang telpon, tiang lampu, signage lalu lintas termasuk nama jalan, kanopi, dan traffic light. (2) kursi, (3) kios, (4) portable shelter (5) street divider, (6) pot. Keenam jenis street furniture tersebut akan diberikan rekomendasi desain dengan prinsip penggunaan material void sebagai materi pencegah grafiti liar. D. Tiang Street furniture yang berbentuk tiang akan diberikan pelindung berupa tralis besi yang melingkupi tiang tersebut. Tralis ini bertujuan untuk melindungi street furniture dari pelaku grafiti liar, baik yang menggrafiti secara langsung ataupun harus memanjat. Gambar 5.10 Pelingkup street furniture 128

10 Gambar 5.11 Signage dengan penutup tralis besi dapat mencegah terjadinya grafiti liar pada komponen enclosure tersebut Gambar 5.12 kanopi dengan penutup tralis besi dapat mencegah terjadinya grafiti liar pada komponen enclosure tersebut 129

11 Gambar 5.13 Signage, traffic light, dan tiang listrik maupun tiang lampu dengan penutup tralis besi dapat mencegah terjadinya grafiti liar pada komponen enclosure tersebut Gambar 5.14 tiang telpon dan tiang listrik dengan penutup tralis besi dapat mencegah terjadinya grafiti liar pada komponen enclosure tersebut 130

12 E. Kursi Untuk street furniture berupa kursi, maka solusi untuk mencegah terjadinya grafiti liar adalah dengan memodifikasi kursi fixed menjadi kursi lipat. Solusi ini membutuhkan pengawasan intensif Pada bagian ujuang sandaran tersebut dapat dipasang pengait yang berfungsi sebagai pengunci sehingga di malam hari kursi dapat terlipat secara permanen sehingga tidak dapat dicoret-coret oleh pelaku grafiti liar. Disisi lain, kaki kursi dan sandaran kursi akan dilapisi dengan material void sehingga dapat mencegah terjadinya aksi grafiti liar. Engsel Tralis besi Beton Pengait Tralis besi Gambar 5.15 Kursi lipat anti grafiti liar Gambar 5.16 Visualisasi 3d Kursi lipat anti grafiti liar 131

13 F. Kios Untuk street furniture berupa kios, rekomendasi desain yang dapat digunakan untuk mencegah aksi grafiti liar adalah dengan menggunakan pagar tralis portabel. Konsep ini mirip dengan konsep pagar pada fasad bangunan Pada siang hari, pagar tralis akan dibuka sedangkan pada malam hari saat tutup toko, pagar tralis akan ditutup. Gambar 5.17 Pagar tralis portabel Gambar 5.18 Aplikasi pagar tralis portabel pada kiios 132

14 G. Portable shelter Rekomendasi desain untuk portable shelter adalah penggunaan material besi sebagai kerangka shelter yang membentuk tubuh shelter keseluruhan. Tujuan dari penggunaan material besi tersebut adalah supaya terdapat bidang void yang tidak dapat dicoret-coret oleh pelaku grafiti liar. Pada bagian stage dan anak tangga akan diberikan space tertentu untuk diisi kerikil. Hal ini bertujuan supaya bagian floor dari shelter tersebut tidak dicoret-coret. Kerikil sangat fleksibel sehingga apabila kerikil tergrafiti, maka kerikil tersebu dapat dibalik permukannya atau ditukar dengan kerikil lain. Gambar 5.19 Portable shelter kerangka besi Kerikil Gambar 5.20 Visualisasi 3D Portable Shelter 133

15 Before After Gambar 5.21 kondisi shelter portable eksisting dan perubahan H. Street Divider Rekomendasi desain yang diusulkan untuk street divider adalah berupa penggunaan material berteksture void pada sebagian besar body street divider tersebut. Before After Gambar 5.22 Visualisasi 3D street divider dengan teksture void 134

16 I. Pot / planter Rekomendasi desain untuk pot atau planter supaya tidak terkena grafiti liar adalah dengan penerapan jeruji besi yang mirip dengan konsep street furniture kursi. Before After Gambar 5.23 Visualiasi 3D pot dengan jeruji besi J. Trotoar Pada komponen enclosure yang berupa trotoar, rekomendasi desain yang diajukan adalah berupa penggunaan material kerikil pada trotoar. Konsep ini mirip dengan penggunaan kerikil pada portable shelter yaitu bertujuan untuk melindungi trotoar tersebut grafiti liar. Before After Gambar 5.24 Visualisasi 3D Trotoar yang diberi kerikil untuk mencegah aksi grafiti liar 135

17 5.2.2 Layout Bangunan Layout bangunan adalah saran yang berupa perubahan tatanan bangunan yang akan mempengaruhi bentuk layout di sepanjang jalan Brigjen Katamso. Dalam guideline ini, mengingat jarak antar dinding Benteng Kraton ke arah tepi jalan adalah ±24 m, bangunan-bangunan komersil pada sisi barat akan dirancang dengan memberikan jarak setback sebesar 10-20m dengan pola tatanan linear. Perubahan tersebut sekaligus sebagai tindakan memperlebar trotoar guna memberikan ruang bagi pengguna jalan supaya lebih leluasa saat melakukan kegiatan (lihat gambar 5.25). Selain itu guna mengantisipasi adanya tindakan grafiti liar yang disebabkan oleh pola tatanan bangunan yang linear, maka open space tersebut pada malam hari digunakan sebagai tempat berjualan PKL dan publik space Dampak dari perubahan layout pada sisi barat adalah bangunan-bangunan komersil menjadi bangunan bertingkat. Mengingat di bagian belakang bangunanbangunan yang berada di sisi barat Jl Brigjen Katamso adalah dinding Benteng Kraton, maka bangunan-bangunan komersil hanya digeser sejauh dinding Benteng Kraton (lihat gambar 5.25). Di sisi timur, perubahan layout yang terjadi tidak terlalu kontras. Di beberapa tempat, perubahan layout bangunan yang terjadi adalah perubahan tatanan bangunan dari linear menjadi cluster. Dalam merancang pola cluster, hanya bangunan komersil saja yang mengalami perubahan layout, hal ini dikarenakan supaya privatisasi pada bangunan non komersil dapat tetap terjaga. Sesuai dengan teori CPTED, layout cluster memang lebih efektif untuk mengurangi tingkat kriminalitas dari pada liniear. Dengan demikian, layout bangunan-bangunan komersil di sisi timur akan dirancang menjadi pola cluster (lihat gambar 5.25). Sebagai catatan, eksistensi bangunan di sisi timur lebih bebas dari pada di sisi barat karena di sisi timur tidak terdapat batasan dinding benteng. Open space di depan area komersil tersebut memiliki fungsi yang beragam. Pada siang hari open space berfungsi sebagai lahan parkir, sedangkan pada malam hari open space berfungsi sebagai area kuliner, seperti pedagang kaki lima (liaht gambar 5.26). Dengan adanya kedua fungsi tersebut, diharapkan dapat tercipta beragam kegiatan di 136

18 sepanjang Jl Brigjen Katamso baik pada siang maupun malam hari. Dengan terciptanya kegiatan yang terus-menerus, maka tindakan grafiti liar dapat diminimalisasikan. Masterplan Jl Brigjen Katamso untuk Mengatasi Tindakan Grafiti Liar Keterangan: Open space Orientasi Natural Surveillance (a) Before Dinding Benteng (c) Jarak dinding benteng ke tepi jalan Komersil Hunian Mixed use Publik Masjid Bangunan kosong Pariwisata Pos polisi ±24m (b) After Gambar 5.25 Kondisi layout bangunan pada kedua sisi Jl Brigjen Katamso eksisting (a) dan perubahan (b). Jarak dinding benteng ke tepi jalan (c) 137

19 Bagian 2: area pejalan kaki Bagian 1: area parkir 8.5m 20m. (a) Ruas jalan Brigjen Katamso pada siang hari PKL Natural Surveillance (b) Ruas jalan Brigjen Katamso pada malam hari View Gambar 5.26 Ruas jalan Brigjen Katamso saat siang (a) dan malam hari (b) Gambar di atas menunjukkan kondisi jalan Brigjen Katamso bila dilihat dari arah perempatan Jl Parangtritis ke utara. Sesuai dengan gambar di atas dapat diketahui bahwa bangunan-bangunan komersil di sisi barat memiliki setback sebesari m. Di sisi lain, pelebaran ukuran juga terjadi pada trotoar sebesar 8.5m dan dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah area parkir dan bagian kedua adalah area pejalan kaki. Pada malam hari area pejalan kaki digunakan untuk berjualan pedagang kaki lima sedangkan area parkir tetap digunakan untuk memarkir kendaraan (lihat gambar 5.26 (b)). Perubahan fungsi ini bertujuan untuk memberikan natural surveillance pada area sekitarnya, terutama pada fasad bangunan-bangunan 138

20 1.5 (a) Bangunan komersil pada siang hari dengan pagar tralis terbuka (b) Bangunan komersil pada malam hari dengan pagar tralis tertutup view Gambar 5.27 Perspektif bangunan komersil di sisi barat saat siang (a) dan malam hari (b) Gambar di atas menunjukkan kondisi jalan Brigjen pada sisi barat jalan dalam pandangan perspektif. Sesuai dengan gambar di atas dapat diketahui bahwa bangunanbangunan komersil di sisi barat memiliki pagar setinggi 1,5m. Hal tersebut menunjukkan bahwa pagar memiliki peran yang sangat penting untuk mencegah terjadinya grafiti liar. Pada siang hari (a) pagar tralis akan dibuka sehingga mampu memberikan akses yang leluasa bagi pelanggan maupun pengguna jalan. Pada malam hari (b) pagar tralis akan ditutup sehingga tidak ada akses menuju halaman bangunan komersil. 139

21 (a) fasad eksisting Bangunan komersil di sisi barat (b) Fasad perubahan bangunan komersil di sisi barat View Gambar 5.28 fasad bangunan komersil eksisting (a) dan perubahan (b) Gambar di atas menunjukkan kondisi fasad bangunan-bangunan komersil sebelum dan sesudah didesain. Pada gambar (a), bangunan komersil memiliki ketinggian 1 lantai, sedangkan pada gambar (b) memiliki ketinggian sebesar 2 lantai. Perbedaan ketinggian ini disebabkan oleh adanya pelebaran trotoar atau pelebaran setback yang mengakibatkan ruang pada bangunan komersil mengecil. Oleh sebab itu, untuk mengatasi masalah tersebut, design guideline yang diajukan adalah membuat bangunan komersil menjadi lebih dari 1 lantai 140

22 (a) Fasad eksisting bangunan kosong (b) Fasad perubahan bangunan kosong pada siang hari (c) Fasad perubahan bangunan kosong pada malam hari Gambar 5.29 fasad bangunan komersil eksisting (a) dan perubahan (b) 141

23 Image bangunan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya grafiti lair pada fasad bangunan tersebut. Gambar 2.29 menjelaskan mengenai perubahan kondisi fasad eksisting bangunan kosong menjadi bangunan komersil. Pada gambar 2.29 bagian (a) terlihat bahwa pada mulanya bangunan kosong tersebut memiliki citra yang negatif, dalam arti tidak terawat atau kumuh sehingga memicu pelaku grafiti liar untuk mengotori fasad tersebut. Pada gambar (b) terlihat perubahan yang terjadi pada bangunan kosong tersebut menjadi sebuah area komersil. Pada kondisi ini, layout bangunan yang digunakan adalah cluster dengan open space ditengah yang berfungsi sebagai tempat bersantai/area kuliner. Pada gambar 2.29 bagian (c) terlihat bahwa saat malam hari, bangunan komersil tersebut dihiasi oleh beragam jenis lampu dan terdapat aktivitas. Hal ini membuat open space tersebut tetap hidup selama 24 jam. Di sisi lain di area sekitar open space tersebut terdapat beberapa stand makanan yang beroperasi pada malam hari sehingga mampu ikut serta dalam meramaikan aktivitas malam. Dengan demikian image dari bangunan komersil tetap terjaga dan aktivitas pada malam hari tetap dapat berlangsung sehingga natural surveiilance dapat tercipta. Diharapkan dengan adanya natural surveillance ini, tindak grafiti liar dapat diminimalisasikan. 142

24 Konsep perubahan layout bangunan pada penjelasan di atas mendukung konsep Natural Surveillance dalam teori CPTED. Dengan adanya kegiatan yang beragam pada siang dan malam hari, pengawasan alami dari kegiatan tersebut dapat memonitor tindak kriminalitas, baik grafiti liar maupun tindak kiriminal yang lain. Dalam konsep perubahan layout ini, arah natural surveillance berkebalikan dari teori CPTED. Jika CPTED cenderung mengutamakan pengawasan dari dalam bangunan ke arah open space, maka dalam konsep perubahan layout ini, pengawasan berasal dari open space ke area di sekitar open space (lihat gambar 5.30) Area pejalan kaki Area parkir Area parkir Area pejalan kaki KETERANGAN Bangunan komersil Pintu tralis Open space Arah Natural Surveiilance Tempat PKL Gambar 5.30 Konsep Perubahan Layout Bangunan pada Jl Brigjen Katamso 143

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil analisis dan pembahasan terhadap

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil analisis dan pembahasan terhadap BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil analisis dan pembahasan terhadap karakteristik setting fisik dan non fisik (aktivitas) di kawasan penelitian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Penelitian terhadap hubungan desain lingkungan fisik dan aktivitas kriminal pada malam hari di Kawasan Kota Lama Semarang menghasilkan beberapa kesimpulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... DAFTAR ISI Halaman Sampul... i Lembar Pengesahan... ii Lembar Pernyataan... iii Kata Pengantar... iv Intisari... vi Abstract... vii Daftar Isi... viii Daftar Tabel... x Daftar Gambar... xi BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, diketahui bahwa keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring dengan pergantian

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa, didapatkan faktor-faktor pembentuk karakter fisik ruang jalan dan kualitas karakter fisik pada Perempatan Ring Road Condong Catur

Lebih terperinci

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah: Parkir adalah suatu kondisi kendaraan yang berhenti atau tidak bergerak pada tempat tertentu yang telah ditentukan dan bersifat sementara, serta tidak digunakan untuk kepentingan menurunkan penumpang/orang

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya didapat sebuah kesimpulan bahwa kondisi eksisting area sekitar stasiun Tanah Abang bersifat tidak ramah terhadap para pejalan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah kota, sebagai untuk mengebumikan jenazah makam juga

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

perencanaan dan pembangunan suatu sekolah dasar. Tanpa adanya jalan yang mengajar terdiri dari enam hari dalam seminggu, kegiatan tersebut menjadi

perencanaan dan pembangunan suatu sekolah dasar. Tanpa adanya jalan yang mengajar terdiri dari enam hari dalam seminggu, kegiatan tersebut menjadi BAB. V KESIMPULAN Kesimpulan Akses atau jalan merupakan hal yang perlu di perhatikan di dalam perencanaan dan pembangunan suatu sekolah dasar. Tanpa adanya jalan yang memadai maka kelangsungan belajar

Lebih terperinci

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Rancangan Tapak Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... i

DAFTAR ISI. Daftar Isi... i DAFTAR ISI Halaman Depan Halaman Pengesahan Kata Pengantar Abstrak Daftar Isi... i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 4 1.3. Tujuan, Sasaran, dan Manfaat Penelitian... 4

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dijabarkan kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan berisi rangkuman dari hasil penelitian dan pembahasan sekaligus menjawab tujuan penelitian di bab

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Tujuan Perencanaan dan Perancangan Perencanaan dan perancangan Penataan PKL Sebagai Pasar Loak di Sempadan Sungai Kali Gelis Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan Jalan

BAB VI PENUTUP. karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan Jalan BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis temuan lapangan dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini berupa hasil jawaban dari pertanyaan penelitian dan tujuan awal dari penelitian yaitu bagaimana karakter Place kawasan,

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7-1 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Fasilitas Fisik Sekarang 1. Meja Kasir Ukuran ketinggian meja kasir saat ini sudah ergonomis, namun tinggi monitor ke lantai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Wibowo (2010), dalam Analisis Kelayakan Sarana Transportasi Khususnya Trotoar, yang mengambil lokasi penelitian di Pasar pakem, Sleman, Yogyakarta, membahas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 5.1.1. Tatanan Setting Fisik Di Masing-Masing

Lebih terperinci

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 5.1 Lokasi Penelitian U Gambar 5.1 Lokasi Penelitian Gambar 5.2 Lokasi Penelitian 30 31 Pemilihan titik lokasi penelitian seperti pada Gambar 5.2, pemilihan lokasi ini

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional

Lebih terperinci

BAB 6 : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 6 : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 6 : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu: 1) Pengaruh elemen pendukung

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Penelitian Kesimpulan dari penelitian ini merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian berdasarkan hasil observasi, pemaparan, identifikasi, dan analisis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berawal ketika Pemerintah Kota Semarang memindahkan beberapa PKL dari kawasan Stasiun Tawang, Jl Sendowo, dan Jl. Kartini pada awal dekade 80-an. Beberapa PKL tersebut

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan kawasan wisata Pantai Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Koridor jalan Seturan Raya merupakan kawasan yang memiliki resiko tindakan kejahatan yang relatif tinggi, terutama pada malam hari.catatan dalam dua tahun terakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah sebuah daerah otonomi setingkat propinsi di Indonesia dengan ibukota propinsinya adalah Yogyakarta, sebuah kota dengan berbagai

Lebih terperinci

Gambar 6.1 Konsep Hasil Perumusan Pendekatan Konsep Sumber : Analisa Penulis

Gambar 6.1 Konsep Hasil Perumusan Pendekatan Konsep Sumber : Analisa Penulis BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1 Pengertian Umum Konsep Perancangan Gambar 6.1 Konsep Hasil Perumusan Pendekatan Konsep Konsep perancangan terminal penumpang kapal laut (TPKL) ini merupakan sebuah konsep

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH TATA RUANG TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN DI MALIOBORO MALL, GALERIA MALL DAN AMBARRUKMO PLAZA, YOGYAKARTA 2014

STUDI PENGARUH TATA RUANG TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN DI MALIOBORO MALL, GALERIA MALL DAN AMBARRUKMO PLAZA, YOGYAKARTA 2014 BAB III. TINJAUAN LOKASI III.1 Lokasi Lokasi merupakan salah satu strategi pemasaran. Lokasi yang strategis di pusat kota atau dekat dengan pusat kegiatan manusia merupakan pilihan yang tepat untuk mendirikan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi kesimpulan hasil analisis dampak tarikan kendaraan pusat perbelanjaan Paris Van Java terhadap tingkat pelayanan ruas jalan studi seperti telah dijelaskan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Spesifikasi, dimensi dan bentuk serta rancangan Fasilitas Fisik pada gerbong kepresidenan dari segi ergonomi sebagai berikut : - Meja Kerja Meja kerja memiliki

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Terkait dengan pertanyaan penelitian akan kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi walkability menjadi acuan dalam proses menganalisa dan pembahasan,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN

BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN 6.1 Potensi Wisata yang dapat ditemukan di Kampung Wisata Batik Kauman Dari hasil penelitian dan analisis terhadap Kampung Wisata Batik Kauman didapatkan kesimpulan

Lebih terperinci

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan temuan penelitian mengenai elemen ROD pada kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: -

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perancangan Pasar Astana Anyar ini merupakan konsep yang menjadi acuan dalam mengembangkan konsep-konsep pada setiap elemen perancangan arsitektur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pedestrian II.1.1 Pengertian Jalur Pedestrian Di era modern sekarang, dalam tata ruang kota jalur pejalan kaki merupakan elemen yang sangat penting. Selain karena memberikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Studi Elemen Preservasi Kawasan Kota dengan studi kasus Koridor Jalan Nusantara Kecamatan Karimun Kabupaten Karimun diantaranya menghasilkan beberapa kesimpulan:

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu: mengetahui karakteristik

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai

Lebih terperinci

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Taman Sekartaji merupakan salah satu taman kota bantaran sungai di

BAB I PENDAHULUAN. Taman Sekartaji merupakan salah satu taman kota bantaran sungai di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman Sekartaji merupakan salah satu taman kota bantaran sungai di Surakarta yang memanjang dari persimpangan Jalan Tentara Pelajar hingga Pusat Pergudangan Pedaringan.

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 1.1.1. Data Non Fisik Sebagai stasiun yang berdekatan dengan terminal bus dalam dan luar kota, jalur Busway, pusat ekonomi dan pemukiman penduduk,

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Ada beberapa fasilitas fisik di kamar tidur 1 yang belum ergonomis, yaitu tempat tidur ukuran double, meja rias, kursi rias dan console table. 2. Fasilitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.I Ruang Pejalan Kaki Jalur Ruang pejalan kaki Pengertian Pada masa lalu, perancangan ruang pejalan kaki di kota jarang dilakukan. Ketika suatu mall dirancang dengan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dari ruang lingkup pembahasan yaitu setting fisik, aktivitas

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dari ruang lingkup pembahasan yaitu setting fisik, aktivitas BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dari ruang lingkup pembahasan yaitu setting fisik, aktivitas dan hubungan antara setting fisik dan aktivitas, maka didapatkan beberapa hasil temuan

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1. Data Umum Jalur sepeda adalah jalur lalu lintas yang khusus diperuntukan bagi pengguna sepeda, dipisahkan dari lalu lintas kendaraan bermotor untuk meningkatkan keselamatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA

BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA Dalam pembahasan bab ini akan menjelaskan persepsi dan preferensi masyarakat, analisis gap dan analisis kuadran. Dari hasil

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Karakteristik penghuni yang mempengaruhi penataan interior rumah susun

BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Karakteristik penghuni yang mempengaruhi penataan interior rumah susun BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian diketahui telah terjadi suatu pola perubahan pada unit hunian rumah susun sewa Sombo. Perubahan terjadi terutama pada penataan ruang hunian yang

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari hasil pembahasan kualitas ruang terbuka pubik yang telah dilakukan, antara lain : 1. Hasil pambahasan kualitas fisik dan kualitas non fisik

Lebih terperinci

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan. KONSEP Konsep Dasar Street furniture berfungsi sebagai pemberi informasi tentang fasilitas kampus, rambu-rambu jalan, dan pelayanan kepada pengguna kampus. Bentuk street furniture ditampilkan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sumbu Imaginer dan filosofi, sumber : penulis

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sumbu Imaginer dan filosofi, sumber : penulis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Malioboro dalam Konteks Ruang Jalan Malioboro merupakan ruang terbuka linear yang membentang dari utara (Stasiun Tugu) hingga selatan (titik nol). Jalan ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian)

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian) Sebagai pusat ibadah dan pusat dakwah Islam yang dirintis oleh Sunan Ampel, kawasan ini menjadi penting

Lebih terperinci

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak BB V HSIL RNCNGN Luas lahan rumah susun ini adalah ±1.3 ha dengan luas bangunan ±8500 m². seperempat dari luas bangunan ditujukan untuk fasilitas umum dan sosial yang dapat mewadahi kebutuhan penghuni

Lebih terperinci

Perencanaan Koridor Kawasan Fungsi Campuran Jl. Jenderal Sudirman-Jl. Ratulangi Makassar

Perencanaan Koridor Kawasan Fungsi Campuran Jl. Jenderal Sudirman-Jl. Ratulangi Makassar TEMU ILMIAH IPLBI 03 Perencanaan Koridor Kawasan Fungsi Campuran Jl. Jenderal Sudirman-Jl. Ratulangi Makassar Alvionirma Pallunan (), Marly Valenti Patandianan () () Prodi Pengembangan Wilayah dan Kota,

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. BAB II Ruang Kota (Urban Space) TINJAUAN PUSTAKA Batasan Pengertian Perancangan Kota Ruang Terbuka (Open Space)

PERANCANGAN KOTA. BAB II Ruang Kota (Urban Space) TINJAUAN PUSTAKA Batasan Pengertian Perancangan Kota Ruang Terbuka (Open Space) BAB II 2.1.2. Ruang Kota (Urban Space) TINJAUAN PUSTAKA Pada dasarnya ruang kota karakteristik yang menonjol, seperti harus dibedakan oleh suatu kualitas pengolahan detail dan aktivitas yang berlangsung

Lebih terperinci

Threshold Space sebagai Pendekatan Desain Ruang Terbuka di Kawasan Kota Tua Jakarta

Threshold Space sebagai Pendekatan Desain Ruang Terbuka di Kawasan Kota Tua Jakarta SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Threshold Space sebagai Pendekatan Desain Ruang Terbuka di Kawasan Kota Tua Jakarta Steven Nio (1), Julia Dewi (1) stevennio93@gmail.com, julia.dewi@uph.edu (1) Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karateristik Visual Kondisi visual suatu kota sangat erat berkaitan dengan fenomena psikologinya yang berkaitan dengan tampilan fisik yang dapat menimbulkan suatu rasa tertentu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibahas dalam tesis ini. 1 Subkawasan Arjuna pada RTRW kota Bandung tahun merupakan kawasan Arjuna

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibahas dalam tesis ini. 1 Subkawasan Arjuna pada RTRW kota Bandung tahun merupakan kawasan Arjuna BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan Arjuna terletak pada bagian Barat Kota Bandung ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Cagar Budaya oleh Pemerintah Kota Bandung (RTRW Kota Bandung 2003-2013).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Ruang merupakan wadah atau setting yang dapat mempengaruhi pelaku atau pengguna. Ruang sebagai salah satu komponen arsitektur menjadi sangat penting dalam hubungan

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN & SARAN

BAB 7 KESIMPULAN & SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7-1 BAB 7 KESIMPULAN & SARAN 7.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diberikan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut : 1. Fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam Lab.

Lebih terperinci

6.1 Peruntukkan Kawasan

6.1 Peruntukkan Kawasan 6.1 Peruntukkan Kawasan BAB VI RBAN DESIGN GIDELINES Peruntukan kawasan di Sempadan Sungai Jajar ditentukan dengan dasar : 1. Hasil analisis zoning 2. Karakteristik penggunaan lahan Peruntukkan kawasan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan 86 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan Babarsari adalah: - Dinamika aktivitas yang terjadi yaitu adanya multifungsi aktivitas dan pengguna

Lebih terperinci

LAMPIRAN A HASIL CHECKLIST LANJUTAN PEMERIKSAAN INSPEKSI KESELAMATAN JALAN YOGYAKARTA SOLO KM 10 SAMPAI DENGAN KM 15

LAMPIRAN A HASIL CHECKLIST LANJUTAN PEMERIKSAAN INSPEKSI KESELAMATAN JALAN YOGYAKARTA SOLO KM 10 SAMPAI DENGAN KM 15 LAMPIRAN A HASIL CHECKLIS LANJUAN PEMERIKSAAN INSPEKSI KESELAMAAN JALAN OGAKARA SOLO KM 10 SAMPAI DENGAN KM 15 79 80 abel 1 Kondisi Umum 1 1.1 Kelas / Fungsi Jalan 1.2 Median/Separator Kondisi Umum a ()/

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7-1 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan 1. Penilaian Fasilitas 1.1. Penilaian Fasilitas dalam Kamar Tidur a. Lemari Pakaian Menurut data anthropometri, ukuran panjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Urban Heat Island Sebagai Dampak Dari Pembangunan Perkotaan

BAB I PENDAHULUAN Urban Heat Island Sebagai Dampak Dari Pembangunan Perkotaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Urban Heat Island Sebagai Dampak Dari Pembangunan Perkotaan Pembangunan perkotaan membawa perubahan pada lingkungan fisikdan atmosfer kota. Pada lingukungan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang kemudian disintesis. Sintesis diperoleh berdasarkan kesesuaian tema rancangan yaitu metafora

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Simpulan dalam laporan ini berupa konsep perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil analisa pada bab sebelumnya. Pemikiran yang melandasi proyek peremajaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Umum

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Umum BAB 3 METODOLOGI 3.1 Umum Dalam Laporan Tugas Akhir ini dibutuhkan langkah-langkah atau tahapan pengerjaan yang teratur dan sistematis agar diperoleh hasil yang sesuai harapan di akhir penyusunan laporan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LAPORAN TUGAS AKHIR I - 1. D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

BAB I PENDAHULUAN LAPORAN TUGAS AKHIR I - 1. D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan salah satu kota metropolitan yang sedang berkembang menjadi kota jasa, perkembangan tempat komersil terjadi dengan begitu pesat dan hampir merata

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PROYEK AKHIR SARJANA... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii PENDAHULUAN Data Ukuran Lahan...

DAFTAR ISI. PROYEK AKHIR SARJANA... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii PENDAHULUAN Data Ukuran Lahan... DAFTAR ISI PROYEK AKHIR SARJANA... i KATA PENGANTAR... ii LEMBAR PENGESAHAN....iv ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xiii BAB 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah...

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

PRASARANA KOTA DI JALAN KOLONEL ATMO PALEMBANG

PRASARANA KOTA DI JALAN KOLONEL ATMO PALEMBANG PRASARANA KOTA DI JALAN KOLONEL ATMO PALEMBANG Sisca Novia Angrini Universitas Muhammadiyah Palembang Jl. Jend. Ahmad Yani No.13, Seberang Ulu I, Palembang email: siscaangrini@gmail.com Abstrak Jalan Kolonel

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar Perancangan Pusat Pemasaran Mebel di Kota Pasuruan ini adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian konsep perancangan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. menggunakan dinding yang sifatnya masif.

BAB V KONSEP PERANCANGAN. menggunakan dinding yang sifatnya masif. BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Orientasi Massa Bangunan Bagian massa bangunan apartemen menghadap arah utara-selatan sedangkan massa bangunan pusat perbelanjaan berbentuk masif dan mengarah ke dalam.

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI VI.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis temuan lapangan dan temuan penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai karakter visual penggal jalan alun-alun Selatan-Panggung

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Umum Perancangan 5.1.1 Dasar Perancangan Pasar tradisional merupakan suatu tempat bertemunya para pelaku ekonomi dalam hal ini pedagang dan penjual, dimana mereka melakukan

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI Unsur-unsur bangunan seperti Ketinggian bangunan, Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB) / Building

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis 185 BAB VI HASIL PERANCANGAN Bab enam ini akan menjelaskan tentang desain akhir perancangan apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis tapak dan objek. 6.1 Tata Massa

Lebih terperinci

Aksesibilitas a. Geometri koridor jalan b. Tautan & kontinuitas akses spasial & visual

Aksesibilitas a. Geometri koridor jalan b. Tautan & kontinuitas akses spasial & visual 2. Geometri jalan lebar, terdapat trotoar yang lebar dan jalur sepeda. Kualitas penghubung akan kuat ketika jalurnya linear dan didukung enclosure serta merupakan konektor dari dua tujuan (Caliandro, 1978)

Lebih terperinci

BAB 5 REVITALISASI KAWASAN ARJUNA

BAB 5 REVITALISASI KAWASAN ARJUNA BAB 5 REVITALISASI KAWASAN ARJUNA 5.1 Strategi Penataan Berdasarkan hasil analisis pada bab sebelumnya Kawasan Arjuna terdiri atas bagian-bagian kawasan ( cluster ) yang beragam permasalahan dan potensinya.

Lebih terperinci

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Oleh M.ARIEF ARIBOWO L2D 306 016 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

Transformasi pada objek

Transformasi pada objek PROFIL UKURAN LAHAN KEBUTUHAN RUANG KONSEP PELETAKAN MASSA wadah kegiatan komersil dan kegiatan wisata edukasi untuk meningkatkan apresiasi konsumen terhadap hasil karya produsen. Pemilik : Swasta - APTA

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN V.1 Strategi Karena batasan luas yang besar maka pengembangan kawasan kerajinan gerabah membutuhkan pembagian pengembangan menjadi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. RESPON KONTEKS DAN KONSEP UMUM Konsep umum dari bangunan terdiri dari beberapa teori yang mencakup Building Shape, Building Context, dan Building Function. Dalam fungsinya

Lebih terperinci

BAB VI. Hasil Perancangan. dengan berbagai aspek desain, baik berdasarkan faktor fisik maupun non-fisik

BAB VI. Hasil Perancangan. dengan berbagai aspek desain, baik berdasarkan faktor fisik maupun non-fisik BAB VI Hasil Perancangan 6.1 Proses Pembentukan Masa dan Tampilan Pembentukan masa merupakan awal proses perancangan secara fisik, dengan melalui berbagai pertimbangan pada proses analisis sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR TABEL... vii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan dan Sasaran... 2 1.3. Manfaat...

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. KONSEP MAKRO Secara makro, konsep perencanaan dan perancangan Museum Tekstil Indonesia ini merupakan sebuah alat untuk mendekatkan masyarakat Indonesia agar

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 RENCANA TAPAK Pencapaian melalui tapak melalui jalan R. E. Martadinata dapat diakses oleh pejalan kaki, kendaraan umum, maupun kendaraan pribadi. Jalan dengan lebar 8 m ini, dapat

Lebih terperinci