BAB I PENDAHULUAN. hiburan dan kebermanfaatan (pinjam istilah Horatio : dulce et utile). Melalui
|
|
- Sudomo Susanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seni bermedia bahasa yang diciptakan oleh pengarang melalui proses kreatif (Noor, 2010:4). Dalam proses kreatifnya, pengarang mewujudkan karya dengan dukungan beberapa unsur lain. Unsur-unsur tersebut dapat berupa pengalaman pengarang, teknik meramu (konsep estetika seni), serta sistem sosial budaya. Hal tersebut yang mendorong teks sastra memiliki nilai hiburan dan kebermanfaatan (pinjam istilah Horatio : dulce et utile). Melalui karyanya, pengarang membawa penikmatnya untuk melihat potret fenomena kehidupan sehari-hari yang telah diolah secara imajinatif dan kreatif menjadi karya sastra. Pada sastra anak pun demikian. Sastra anak selalu menghadirkan dua hal penting di atas. Konsep hiburan (dulce) yaitu memberikan kepuasan pada imajinasi anak dalam mengeksplorasi kehidupan nyata yang dilukiskan dalam kisah menarik berupa cerita. Konsep bermanfaat (utile) yaitu memberikan pemahaman nilai-nilai pada anak. Seperti yang diungkapkan Sarumpaet (2009:12) bahwa sastra anak betapa pun maksudnya untuk menghibur, tetap saja ia bersifat mendidik. Saxbi (dalam Nurgiyantoro, 2013:36) juga mengemukakan bahwa sastra anak memiliki kontribusi besar bagi perkembangan anak berupa pengalaman (emosi dan bahasa), personal (kognitif, sosial, etis, dan spiritual), eksplorasi-penemuan, dan imajinasi-kenikmatan. 1
2 2 Berbicara mengenai sastra anak, Sarumpaet (2009:13) mengategorikannya menjadi beberapa genre. Kita mengenal dongeng sebagai salah satu genrenya. Dongeng adalah struktur kehidupan imajinatif yang dituturkan pengarang melalui bahasa (Kurniawan, 2013: 74). Sudjiman (1984:20) menyebutkan bahwa dongeng adalah cerita tentang makhluk khayali. Salah satu komponen penting yang membangun dongeng adalah tokoh. Tokoh merupakan individu yang mengalami peristiwa dalam rangkaian cerita (Sugihastuti dan Suharto, 2002:50). Menurut peranannya, tokoh dibagi menjadi beberapa jenis, salah satunya adalah tokoh utama (tokoh sentral). Sayuti (2000:73) mengungkapkan bahwa tokoh utama merupakan tokoh yang mendominasi jalannya cerita. Tokoh utama hadir pada peristiwaperistiwa yang menjadi inti cerita. Oleh karena itu, melalui tokoh utama cerita, orang tua dapat menghadirkan prototype individu yang dapat dipelajari anak-anak dengan baik. Pada umumnya, orang tua menyajikan dongeng untuk anak dengan tujuan agar mereka dapat belajar tentang nilai-nilai didaktis yang terkandung di dalamnya. Selain itu dongeng juga dapat memberikan pemahaman dan gambaran nyata tentang dunia melalui jalan sederhana yaitu lewat cerita. Hal tersebut sudah tepat, karena sastra anak memang sengaja diciptakan untuk dibaca oleh anak-anak agar mereka dapat belajar dari cerita yang dikisahkan. Nilai-nilai yang terimplementasi dalam dongeng, dikemas dengan sederhana dan sesuai dengan sudut pandang anak, sehingga mudah untuk diterima dan dipahami oleh logika anak. Seperti yang diungkapkan oleh Hidayat (2009) bahwa dongeng yang dikisahkan pada masa kanak-
3 3 kanak dapat memberikan sugesti serta menjadi konsep yang tertanam pada diri anak. Isi cerita yang dipahami anak dapat mempengaruhi cara berpikirnya, sehingga dapat berpengaruh pula pada pola kepribadian dan tingkah lakunya dalam menghadapi sebuah problema. Salah satu hal yang dapat dipelajari oleh anak dari dongeng yang dibacanya adalah mengenai konsep kecerdasan. Sebab, definisi kecerdasan dalam benak anakanak masih terlalu abstrak. Padahal, kecerdasan adalah aspek fitrah yang melekat pada dirinya sejak lahir. Kecerdasan akan selalu difungsikan selama hidupnya kelak. Maka, sangat penting bagi orang dewasa untuk memberikan pemahaman kepadanya sejak dini. Melalui perilaku para tokoh di dalam dongeng, anak-anak diajak untuk lebih mudah dalam memahami hal tersebut. Para ahli mendefinisikan kecerdasan dengan amat beragam. Salah satu ahli yang mendefinisikannya adalah Stenberg (dalam Ling dan Jonathan Catling, 2012: ) yang mengungkapkan bahwa kecerdasan merupakan aktivitas mental yang mengarah pada kegiatan adaptasi, seleksi, maupun pembentukan lingkungan yang relevan terhadap kehidupan seseorang. Dari definisi yang diungkapkan oleh Stenberg, dapat dipahami bahwa manusia selalu memanfaatkan kecerdasan dalam melakukan kegiatannya sehari-hari untuk terus bertahan hidup. Senada dengan Stenberg, Gardner (2013:19-21) mengungkapkan bahwa pada hakikatnya kecerdasan merupakan sistem komputasi kemampuan untuk memproses informasi yang terlibat dalam proses pemecahan masalah (problem solving) dan atau merancang produk.
4 4 Sedikit perbedaan antara pembahasan Gardner dengan Stenberg yang membicarakan keccerdasan secara universal, Gardner mengungkapkan bahwa kecerdasan manusia dapat dikelompokkan menjadi delapan jenis. Teori tersebut kemudian dikenal dengan teori kecerdasan jamak (Multiple Intelligences). Kedelapan jenis tersebut adalah kecerdasan linguistik (bahasa), kecerdasan logis-matematik, kecerdasan spasial (visual-gambar), kecerdasan kinestetik (gerak), kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Diungkapkan lebih lanjut oleh Gardner (dalam Armstrong, 2013: 15-17) bahwa teori kecedasan jamak ini bukanlah teori tipe yang dipergunakan untuk menentukan salah satu kecerdasan yang paling sesuai. Multiple Intelligences adalah adalah teori fungsi kognitif dan menyatakan bahwa setiap orang mempunyai kemampuan dan kapasitas dalam delapan jenis kecerdasan. Satu atau lebih dari kedelapan aspek kecerdasan tersebut sangat mungkin dimiliki dan dipergunakan oleh seseorang secara bersama-sama. Dari kedelapan aspek tersebut, seseorang sangat mungkin untuk telihat dominan pada salah satu aspek kecerdasan di dalam kehidupannya, sementara aspek-aspek lain akan mengiringi untuk mendukungnya. Ketika membaca majalah Bobo terbitan tahun 2014, peneliti menemukan beberapa fenomena yang berkaitan dengan pemaparan di atas. Pada pembacaan dongeng berjudul Meja Segitiga dan Sebuah Pertengkaran karya Nina S. misalnya, peneliti menemukan fragmen yang menunjukkan aspek kecerdasan spasial. Tokoh Liliput Tua dalam dongeng tersebut teridentifikasi mewakili individu yang memiliki aspek kecerdasan spasial dominan. Hal tersebut dikarenakan tokoh Liliput Tua
5 5 mampu mengimajinasikan bentuk-bentuk benda dalam imajinasinya. Kepekaan pada bentuk abstrak sebuah benda adalah salah satu ciri individu yang kecerdasan spasialnya dominan. Hal tersebut tampak pada fragmen berikut. Liliput Tua pun mengeluarkan beberapa benda dari tasnya yang besar. Satu kayu lebar berbentuk segitiga, tiga balok kayu panjang, dan kotak perkakas berisi paku, palu, dan kertas amplas. Tolong bantu aku mengamplas dan merangkai kayu-kayu ini hingga berbentuk meja, ujar Liliput Tua. Liliput Tua tersenyum bangga, Nah, sekarang, letakkan meja kayu ini ke dekat meja baru itu sampai sisinya menempel. Keempat liliput itu langsung mengerjakannya. Dan, oh, alangkah terkejutnya mereka! Ternyata, ukuran meja segitiga kayu itu, sama dengan ukuran meja baru mereka. Dan saat ditempelkan, meja itu jadi berbentuk segi empat! Sekarang, sudah ada empat sisi meja yang sama dan adil untuk kalian berempat, ucap Liliput Tua. (Meja Segitiga dan Sebuah Pertengkaran, Edisi 45:48-49). Selain itu, pada pembacaan judul lain, peneliti juga menemukan aspek kecerdasan dominan lainnya. Pada pembacaan dongeng bejudul Satu Blub Ajaib karya Rae Sita Patapa, peneliti menemukan fragmen yang menunjukkan aspek kecerdasan interpersonal. Tokoh Riga dalam dongeng tersebut teridentifikasi melakukan tindakan yang menunjukkan bahwa aspek kecerdasan interpersonal dominan di dalam dirinya. Ia berperilaku peduli terhadap kepentingan orang lain. Kepedulian dalam dirinya itu muncul ketika melihat kondisi individu lain. Hal tersebut tergambar pada fragmen berikut. Riga menghela napas. Kalau begitu, gunakan saja blub-mu untuk pulang. Orang tuamu pasti merindukanmu. Blub mendongak. Matanya membundar Tapi permintaan pentingmu tadi?
6 6 Riga menggaruk-garuk kepalanya sambil tersenyum malu Ah, itu tidak benar-benar penting, kok. Masih banyak hal yang jauh lebih penting dari itu. (Satu Blub Ajaib, Edisi 02: 25) Pada pembacaan judul lain, peneliti kembali menemukan aspek kecerdasan jamak. Dongeng berjudul Cita-Cita Beni Beo karya Utami Panca Dewi, teridentifikasi menunjukkan aspek kecerdasan linguistik yang dominan pada tokoh Beni Beo. Pada dongeng tersebut, tokoh Beni Beo terlihat amat cakap menggunakan bahasa. Salah satu ciri individu yang aspek kecerdasan linguistiknya dominan adalah kemampuannya menggunakan bahasa secara efektif. Hal tersebut ditunjukkan pada fragmen berikut. Beni Beo tidak peduli. Ia pun mendongeng tentang Katak yang Ingin Jadi Lembu. Suaranya bisa menirukan lenguhan lembu dan teriakan katak. Saat menirukan perut katak yang meletus, suaranya sangat mirip. Seluruh isi kelas terdiam seperti tersihir. Kata Ibuku, dengan dongeng kita bisa membagi pengetahuan kepada sesama. Makannya pendongeng harus banyak membaca buku. Pamanku juga mendongeng di depan anak-anak burung yang sedang sakit. Dan Paman bisa membuat mereka bahagia, (Cita-Cita Beni Beo, Edisi 23:13) Dari beberapa temuan tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa tokoh-tokoh dalam dongeng majalah Bobo sepanjang rentang tahun 2014 sarat dengan aspek kecerdasan jamak. Sehubungan dengan hal tersebut, maka teori relevan yang dapat digunakan oleh peneliti untuk dapat mengungkapkan asumsi tersebut adalah teori psikologi sasta. Wellek dan Warren (1995) menyebutkan ada empat kemungkinan pengertian psikologi sastra. Keempat pengertian tersebut yaitu: (1) studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi, (2) studi proses kreatif, (3) studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra, (4) mempelajari dampak sastra pada pembaca (psikologi pembaca). Pendekatan psikologi sastra yang
7 7 digunakan pada penelitian ini menekankan pada aspek ketiga, yaitu studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra. Untuk membuktikan kebenaran asumsi tersebut, maka penelitian bejudul Aspek Kecerdasan Jamak pada Tokoh Utama dalam Dongeng-dongeng Majalah Bobo Tahun 2014 (Perspektif Multiple Intelligences-Howard Gardner) perlu dilakukan. B. Rumusan Masalah Sehubungan dengan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana aspek kecerdasan jamak pada tokoh utama dalam dongeng-dongeng majalah Bobo tahun 2014? C. Tujuan Tujuan dari penelitian dengan judul Aspek Kecerdasan Jamak pada Tokoh Utama dalam Dongeng-dongeng Majalah Bobo Tahun 2014 (Perspektif Multiple Intelligences-Howard Gardner) adalah mendeskripsikan aspek kecerdasan jamak pada tokoh utama dalam dongeng-dongeng pada majalah Bobo tahun D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat teoretis yaitu, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian sastra, khususnya sastra anak, sekaligus sebagai wujud apresiasi untuk kemajuan sastra anak di masa mendatang.
8 8 2. Manfaat praktis yaitu membantu pembaca untuk memahami aspek kecerdasan jamak pada tokoh utama dalam dongeng-dongeng pada majalah Bobo tahun E. Sistematika Penulisan Bab I pendahuluan menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan. Subbab latar belakang mengungkapkan alasanalasan diadakannya penelitian ini. Subbab rumusan masalah berisi tentang penegasan topik masalah yang akan dibahas pada penelitian. Subbab tujuan memuat tentang tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian. Subbab manfaat penelitian menguraikan manfaat praktis dan teoretis dari penelitian ini. Adapun subbab sistematika penulisan diperlukan untuk mempermudah penyusunan laporan penelitian. Bab II kajian pustaka memuat penelitian relevan dan landasan teori. Subbab penelitian relevan yang digunakan yaitu penelitian-penelitian serupa yang sudah pernah dilakukan oleh peneliti lain. Penelitian relevan yang dimaksud penulis mencakup dua hal, yaitu penelitian yang menggunakan aspek kecerdasan jamak sebagai objek penelitian dan penelitian yang menggunakan majalah Bobo sebagai sumber data penelitian. Penelitian relevan akan menguatkan posisi penelitian ini dan perbedaannya dengan penelitian-penelitian terdahulu. Landasan teori berisikan beberapa teori yang digunakan penulis untuk keperluan menganalisis objek penelitian. Teori yang digunakan penulis yaitu tentang tentang dongeng sebagai
9 9 bagian dari sastra anak, psikologi sastra, dan teori kecerdasan jamak (multiple intelligences). Bab III metode penelitian. Bab ini berisi metode penelitian yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitiannya. Bab ini antara lain berisikan: objek penelitian, data dan sumber data, pendekatan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, serta teknik penyajian data. Subbab objek penelitian berisikan variabel yang akan menjadi tumpuan perhatian penelitian. Subbab data berisi tentang sumber informasi yang akan diseleksi menjadi bahan analisis. Subbab sumber data berisikan sumber data penelitian yang diperoleh. Subbab pendekatan penelitian merupakan instrumen pegangan peneliti dalam menganalisis objek penelitiannya. Subbab teknik pengumpulan data berisikan cara peneliti dalam mengumpulkan data guna kepentingan penelitian. Subbab teknik analisis data berisi cara peneliti dalam menganalisis data penelitiannya. Subbab teknik penyajian yang merupakan langkah peneliti dalam menyajikan data serta hasil analisisnya. Bab IV hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini memaparkan tentang analisis aspek kecerdasan jamak pada tokoh utama dalam dongeng-dongeng pada majalah Bobo tahun Kecerdasan jamak yang dibahas meliputi kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematik, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Dalam memaparkan analisisnya, peneliti tak berhenti pada proses analisis saja. Peneliti juga menginterpretasikan hasil analisisnya tersebut untuk mencari makna yang lebih luas.
10 10 Bab V berisi kesimpulan dan saran. Pada subbab kesimpulan berisi tentang kesimpulan penelitian yang dilakukan. Kesimpulan yang disebutkan dalam penelitian ini selaras dengan hasil analisis yang dilakukan. Subbab saran berisi tentang saran yang diberikan peneliti. Saran tersebut ditujukan bagi dua pihak, yaitu bagi pembaca secara umum dan bagi para peneliti berikutnya. Saran tersebut ditulis dengan menyesuaikan dari bagian kesimpulan yang disampaikan.
Heru Kurniawan, S.Pd., M.A. Endah Kusumaningrum, S. Pd.
PENGARUH DONGENG TERHADAP ANAK DALAM MEMPERSEPSI KECERDASAN (PERSPEKTIF MULTIPLE INTELLIGENCES-HOWARD GARDNER) Heru Kurniawan, S.Pd., M.A. Endah Kusumaningrum, S. Pd. Dosen IAIN Purwokerto dan Mahasiswa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. dongeng dalam majalah Bobo sebagai data penelitian. Kedua, penelitian yang
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Relevan Pada bagian ini peneliti menguraikan pokok penelitian relevan dari dua sudut pandang yang berbeda. Pertama, penelitian dengan data cerita anak maupun dongeng
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak pernah terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan, seni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam seluruh rangkaian tumbuh kembang manusia, usia dini merupakan usia yang sangat menentukan. Pada usia dini itulah seluruh peletak dasar tumbuh kembang fisik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam hal mendewasakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia
Lebih terperinciMEMAHAMI KECERDASAN MAJEMUK ANAK GUNA MENGOPTIMALKAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG SESUAI DENGAN PERKEMBANGANNYA MELALUI IDENTIFIKASI DINI
MEMAHAMI KECERDASAN MAJEMUK ANAK GUNA MENGOPTIMALKAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG SESUAI DENGAN PERKEMBANGANNYA MELALUI IDENTIFIKASI DINI Tuti Utami Prodi Pendidikan Guru Anak Usia Dini, FKIP, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengikuti perkembangan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut, baik
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan pendidikan global, pendidikan di Indonesia mengikuti perkembangan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut, baik strategi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi fisika dalam IPA terpadu pada dasarnya merupakan salah satu pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang menganggap pelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari daya imajinasi pengarang yang dituangkan dalam sebuah wadah. Sastra sendiri adalah bentuk rekaman dari bahasa yang akan disampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra sangat berperan penting sebagai suatu kekayaan budaya bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal, mempelajari adat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menentukan perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa anak usia dini merupakan tahun-tahun kehidupan yang sangat aktif. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan oleh lingkungannya.
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak -anak usia dini, yaitu anak -anak yang berusia 0-6 tahun sering disebut sedang berada pada masa usia emas atau golden age. Masa usia emas atau golden age
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci kesuksesan pembangunan suatu bangsa, karena itu berbagai upaya pengembangan sumber daya manusia haruslah merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk institusi sosial dan hasil pekerjaan seni kreatif dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Hubungan antara sastra, masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa (pendidik) kepada orang yang belum dewasa (peserta didik) untuk memperoleh kedewasaan, baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni tari seyogyanya mengarah pada pencapaian tiga domain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan seni tari seyogyanya mengarah pada pencapaian tiga domain dalam pendidikan, yakni domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Tetapi pada kenyataannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Grenita, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penilaian merupakan salah satu aspek yang penting dalam pendidikan. Menurut Sumarna Surapranata (2004: 19), penilaian pendidikan erat kaitannya dengan academic
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cerita fiksi merupakan suatu ciptaan imajinatif dari seorang pengarang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cerita fiksi merupakan suatu ciptaan imajinatif dari seorang pengarang dengan menggunakan media bahasa untuk menyampaikan sesuatu kepada pembacanya. Melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut undang undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 1 butir 14 merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. commit to user
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya tentang hakikat kehidupan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Terbukti dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan drama. Hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu lembaga pendidikan yang dapat menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD yaitu suatu upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama, karena anak lahir dalam keluarga dan anak dibesarkan oleh keluarga. Apa yang dilihat, didengar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide
Lebih terperinciTAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI. Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Anak Usia Dini.
1 UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL ANAK KELOMPOK A MELALUI METODE BERCERITA DI TAMAN KANAK- KANAK ISLAM TERPADU AISYIYAH LABAN, MOJOLABAN, SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN LAYANAN. 1. Topik : Bangun karir dengan mengenal bakat
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN 1. Topik : Bangun karir dengan mengenal bakat 2. Bidang : Karir 3. Tujuan a. Tujuan Umum : Memberikan pemahaman kepada siswa mengenai bakat dan macam-macam kecerdasan b. Tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. Ungkapan tersebut berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, semangat, dan keyakinan dalam suatu kehidupan, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecerdasan bagi anak usia dini memiliki manfaat yang besar bagi dirinya sendiri dan bagi perkembangan sosialnya karena tingkat kecerdasan anak yang berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Lembang. Lembaga formal dalam pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada umumnya berada pada rentang usia antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu pelajaran yang penting untuk dipelajari, oleh sebab itu matematika diajarkan disetiap jenjang pendidikan. Pada jenjang sekolah menengah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keinginan orang tua untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pentingnya pendidikan anak usia dini sudah dirasakan oleh masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini. Hal ini berdampak pada keinginan orang tua untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak Usia Dini merupakan aset bangsa yang akan menentukan baik buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan pendidikan dan nilai-nilai yang
Lebih terperinciPEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI
i PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan saat manusia berada pada usia dini terbukti mempengaruhi kecerdasan manusia tersebut ketika mereka telah dewasa. Berdasarkan penelitian para ahli
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang kaya akan cerita dongeng. Dongeng merupakan bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian yang luar biasa yang penuh khayalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecerdasan seseorang masih diartikan secara sempit oleh banyak kalangan. Kecerdasan masih dianggap sebagai tingkat intelektualitas seseorang dalam hal akademis
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang
9 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Kecerdasan Naturalis A. Hakekat Kecerdasan Naturalis Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang mencakup kemampuan untuk memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Dengan demikian, melalui pengajaran sastra, peserta didik. memiliki kemampuan memahami dan menghargai seni budaya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran sastra, khususnya mengenai cerita rekaan (cerita pendek, novel, dongeng, cerita anak, dan sebagainya), diberikan dengan maksud untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:
Lebih terperinciPEMBELAJARAN SEJARAH SASTRA YANG MENYENANGKAN. oleh. Isah Cahyani. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
PEMBELAJARAN SEJARAH SASTRA YANG MENYENANGKAN oleh Isah Cahyani Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS Universitas Pendidikan Indonesia A. Pendahuluan Kehadiran sejarah sastra dapat mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan. yang lebih baik, pendidikan ini berupa pembelajaran.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Blakang Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan meningkatkan harkat martabat manusia. Pendidikan akan menciptakan kemampuan untuk menghadapi setiap perubahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bukan hanya cerita khayal atau angan-angan dari pengarangnya, melainkan wujud
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan wujud gagasan pengarang dalam memandang lingkungan sosial yang berada di sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang indah. Sastra hadir sebagai hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk. yang timbul dalam diri manusia. Pembelajaran matematika
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk mengembangkan dirinya sehingga mereka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan akan menentukan kelangsungan hidup manusia. Seorang manusia tidak cukup dengan tumbuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu menyimak/
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu menyimak/ mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak merupakan keterampilan berbahasa awal yang
Lebih terperinci60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)
495 60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D) A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa yang bersifat estetik (dalam arti seni), hasilnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deskripsi atau pemerian merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Melalui bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karakter dan kepribadian anak. Berdasarkan Undang - undang Sistem. Pendidikan Nasional NO.20 Tahun 2003 BAB I ayat 14, menyatakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar, sebagai peletak atau fondasi pembentukan karakter dan kepribadian anak.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan modalitas belajar sebagai jaringan untuk pembelajaran dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap anak pada dasarnya memiliki potensi dan keunikan tersendiri. Pengembangan potensi anak harus diperhatikan, agar potensi anak dapat berlangsung secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra berasal dari bahasa Sansekerta, yakni sas- dan -tra. Sas- dalam kata kerja turunan berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau instruksi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (2015:7) yang menjelaskan pengertian dari pembelajaran sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi antara peserta didik satu dengan peserta didik lainya, peserta didik dengan sumber belajar, dan peserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. imajinasi, kemudian tercipta suatu pemikiran imajinatif yang akan tercermin lewat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra pada dasarnya mengungkapkan kejadian, namun kejadian tersebut bukanlah fakta yang sesungguhnya melainkan fakta dari hasil pemikiran pengarang. Pengarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlaku untuk semua, mulai usia dini sampai jenjang perguruan tinggi. Usia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan sangat menentukan bagi perkembangan anak di kemudian hari. Dalam rangka mewujudkan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini, peneliti mengungkapkan mengenai: (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penelitian, dan (d) manfaat penelitian. A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak Usia Dini adalah anak yang berada pada rentang usia dari 0 sampai dengan usia 8 tahun (Solehudin, 1997 : 23). Dan usia ini juga disebut dengan golden
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas manusia menyongsong kehidupan masa depan dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga
Lebih terperinci54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang
54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik
Lebih terperinciABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran mengenai profil Multiple Intelligence pada siswa kelas 4 SD Kuntum Cemerlang Bandung. Sampel diperoleh dengan metode purposive sampling sebanyak
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Matematika Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa, matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra adalah rekaan, sebagai terjemahan fiksi secara etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura. Dalam novel baik pengarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang fenomena kesusastraan tentu tidak lepas dari kemunculannya. Hal ini disebabkan makna yang tersembunyi dalam karya sastra, tidak lepas dari maksud pengarang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia, baik lisan maupun tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki nilai estetika yang dominan
Lebih terperinciLatar Belakang Pembelajaran Terpadu
Modul 1 Latar Belakang Pembelajaran Terpadu Dra. Titi Chandrawati, M.Ed. S PENDAHULUAN ebagai guru Taman Kanak-kanak (TK), Anda pasti selalu atau sering menggunakan suatu tema sebagai fokus dari kegiatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. referensial (Jabrohim 2001:10-11), dalam kaitannya dengan sastra pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, anak
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puisi Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir dari perasaan penyair dan diungkapkan secara berbeda-beda oleh masing-masing
Lebih terperinci58. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB-A)
479 58. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB-A) A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, maka simpulan hasil penelitian sebagai berikut: Pengkajian perwatakan novel Di Kaki Bukit Cibalak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Berikut pernyataan tentang pendidikan anak usia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan pendidikan awal yang akan sangat berpengaruh terhadap pendidikan selanjutnya, tujuan dari pendidikan anak usia dini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam latar belakang ini, ada beberapa hal yang akan disampaikan penulis. hal tersebut terkait masalah yang diangkat. masalah atau isu yang diangkat tentunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. imajiner menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan
Lebih terperinci