IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan UKM Batik Bogor Tradisiku memiliki tempat produksi di dua tempat yang berbeda, tempat pertama terletak di Neglasari 1 RT 03/04 No.69 Cibuluh Bogor Utara sedangakan tempat kedua berada di jalan Jalak no. 2 RT 04/02 Tanah Sareal Bogor. Selain digunakan untuk produksi, tempat kedua juga digunakan sebagai Gallery untuk menjual produk yang diproduksi. Lokasi kedua tempat produksi UKM Batik Bogor Tradisiku ini berada di tempat yang cukup strategis dimana dapat dicapai dengan transportasi yang mudah serta letaknya yang tidak jauh dari pusat kota Bogor. Jaringan listrik dan air juga sudah baik untuk menunjang kegiatan usaha, sehingga menjadi keuntungan sendiri bagi Batik Bogor Tradisiku untuk memasarkan hasil produksi. Batik Bogor Tradisiku telah didaftarkan sebagai perusahaan yang memiliki nomor Tanda Daftar Perusahaan (TDP) , pada tanggal 15 Januari Penanggung jawab Batik Tradisiku adalah pendirinya yaitu Bapak Siswaya, dengan nomor NPWP Batik Tradisiku juga telah mengantongi Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dengan nomor 517/32/PK/B/DIPERINDAGKOP dan Tanda Daftar Industri (TDI) dengan nomor 534/03.TDI-Diperindagkop pada tanggal 15 Januari UKM Batik Bogor Tradisiku didirikan pada tanggal 13 Januari 2008 oleh pendirinya Bapak Siswaya. Pria yang dilahirkan di Sleman-Yogyakarta ini telah melanglangbuana di Bogor selama lebih dari 26 tahun sehingga tumbuh rasa kecintaan beliau terhadap kota yang kerap dijuluki sebagai Kota Hujan ini dengan memberikan sesuatu untuk mengharumkan Kota Bogor ini. Gagasannya membuat Batik Bogor Tradisiku yang mengambil ikon-ikon khas Kota Bogor ini bertujuan untuk melestarikan budaya Batik dan untuk menumbuhkan kecintaan masyarakat Bogor terhadap Batik Bogor serta membawa nama harum Kota Bogor ke seluruh penjuru Nusantara hingga ke dunia Internasional. Alasan pemilik mendirikan Batik Bogor Tradisiku, yaitu:

2 26 1. Sebagai bentuk kecintaannya kepada Kota Bogor yang telah memberikan warna kehidupan selama 26 tahun. 2. Rasa ingin melestarikan budaya Indonesia yaitu Batik yang seyogyanya merupakan khasanah budaya Bangsa Indonesia yang telah turun temurun diwariskan nenek moyang bangsa Indonesia yang memang sudah diakui UNESCO pada 2 Oktober Jiwa sosialnya yang tinggi membuatnya ingin membantu para pembatik Yogya yang kehilangan pekerjaan karena benca Gempa Bumi 2006 silam dan juga tentunya menciptakan lapangan pekerjaan untuk warga sekitar UKM yang membutuhkan pekerjaan. Awalnya berdirinya Batik Bogor Tradisiku memiliki motif yang memang membawa ikon kedaerahan Bogor seperti kijang, kujang, bunga teratai, dan lainnya. Kemudian pada 4 Juni 2009 sebagai peringatan Ulang Tahun Bogor ke-527 motif kujang kijang di launching oleh Walikota Bogor sendiri. Setelah itu motif tersebut di patenkan bersama dua motif batik Pakuan Pajajaran, yaitu Ragen Panganten dan Banyak Ngantrang, yang hak ciptanya dimiliki Pemda Kota Bogor. Batik Bogor Tradisiku dalam perjalanannya kembali mengeluarkan motif-motif yang membawa ikon Kota Bogor, salah satunya yang paling laris adalah motif Hujan Gerimis yang merupakan julukan Kota Bogor yaitu Kota Hujan yang airnya membawa berkah dan sebagai sumber kehidupan. Melihat dari segi pemsarannya, dalam waktu 4 tahun ini, Batik Bogor Tradisiku sudah mengalami perkembangan yang pesat. Masyarakat mulai mengenal keberadaan reputasi akan kekhasan dan kualitas Batik Bogor Tradisiku menunjukkan eksistensinya di dunia batik, tidak hanya di Bogor atau Jawa Barat saja, tetapi Batik Bogor Tradisiku turut menopang mahakarya Batik Indonesia Analisis Kelayakan Usaha Dalam melakukan pengembangan usaha, Batik Bogor Tradisiku melakukan pengembangannya dengan meningkatkan jumlah produksi dan meningkatkan pasar yang telah ada selama ini. Hal tersebut dilakukan untuk melihat apakah selama ini jumlah produksi yang dilakukan oleh UKM sudah

3 27 mencapai titik optimum. Oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan kapasitas optimum produksi dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki dan melakukan peramalan penjualan terhadap pengembangan produksi yang akan dilakukan berdasarkan deret waktu (time series). Perhitungan untuk mengetahui banyaknya kapasitas produksi optimum yang perlu dikembangkan oleh Batik Bogor Tradisiku dilakukan menggunakan aplikasi Lindo dengan membuat model linear. Model linear dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3. Penentuan formulasi persamaan linear tersebut berdasarkan margin laba, harga pokok produksi, modal, dan waktu pengerjaan sehingga menghasilkan formulasi yang disajikan pada Lampiran 3. Berdasarkan dari data yang telah diolah, didapat kapasitas optimum produksi sebesar 34 unit per bulan untuk batik tulis, 242 unit per bulan untuk batik cap, dan 325 unit per bulan untuk kain printing. Dapat dilihat pada Tabel 2 Kapasitas optimum produksi Batik Bogor Tradisiku. Tabel 2. Kapasitas optimum produksi Jenis Batik Kondisi Normal (unit/bulan) Kapasitas Optimum (unit/bulan) Penambahan produksi (unit/bulan) Batik Tulis Batik Cap Kain Printing Total Berdasarkan hasil perhitungan kapasitas optimum diperoleh bahwa hanya batik cap saja yang mengalami peningkatan produksi. Hal tersebut dikarenakan dalam penentuan kapasitas optimum yang dilakukan pada tiga jenis batik yang berbeda terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perhitungan. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah laba yang dihasilkan, harga pokok produksi, dan waktu pengerjaannya. Pada batik cap akan lebih menguntungkan untuk ditingkatkan produksinya bila dilihat dari margin laba yang dihasilkan dengan waktu pengerjaannya yang tidak terlalu lama bila dibandingkan dengan batik tulis yang memerlukan waktu yang lebih lama dalam pengerjaannya walaupun memiliki margin laba yang lebih besar. Selain itu bila dilihat dari sisi penjualan, batik cap lebih banyak dipilih atau dibeli oleh konsumen dibandingkan dengan batik tulis.

4 28 Setelah dilakukan perhitungan kapasitas optimum produksi, diperlukannya peramalan penjualan pada batik cap agar dapat dilihat apakah pasar dapat menyerap produksi batik cap yang bertambah dalam pengembangan usaha yang dilakukan UKM. Data yang dibutuhkan untuk melakukan peramalam penjualan adalah data penjualan pada batik cap selama 48 bulan (4 tahun, Januari 2008-Desember 2011) dan menggunakan aplikasi Minitab. Diperlukan uji stasioner terlebih dahulu untuk menentukan jenis peramalan yang tepat. Berdasarkan hasil yang telah diolah, data penjualan Batik Cap menunjukkan tidak stasioner maka jenis peramalan yang tepat adalah Analisis Tren Linear, Analisis Tren Kuadratik, dan Double Exponential Smoothing. Tidak stasioner dimaksud bahwa pada data menunjukkan adanya tren atau seasonal (Santoso, 2009). Hasil dari uji stasioner menggunakan aplikasi Minitab dapat dilihat pada Gambar 4. Hasil peramalan dengan menggunakan ketiga metode Analisis Tren Linear, Analisis Tren Kuadratik, dan Double Exponential Smoothing menunjukkan bahwa metode yang paling tepat adalah metode Analisis Tren Linear karena metode ini menunjukkan tingkat kesalahan yang paling kecil. Metode peramalan yang tepat adalah yang memiliki tingkat kesalahan yang paling kecil. Hasil tingkat kesalahan dari jenis peramalan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3. Autocorrelation Function for SALES (with 5% significance limits for the autocorrelations) Autocorrelation 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0-0,2-0,4-0,6-0,8-1, Lag Gambar 4. Uji Stasioner dengan Autocorrelation

5 29 Tabel 3. Metode peramalan dan nilai kesalahan Jenis Peramalan MAPE MAD MSD Analisis Tren Linear 103,95 59, ,71 Analisis Tren Kuadratik 111,07 59, ,91 Double Exponential Smoothing 105,23 59, ,65 Berikut hasil analisis tren menggunakan metode analisis tren linear sehingga menghasilkan peramalan penjualan yang menggunakan aplikasi minitab dapat dilihat pada Gambar 5. TREND ANALISIS LINEAR Linear Trend Model Yt = *t SALES Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 103,95 MAD 59,47 MSD 6893, Index Gambar 5. Model Tren Linear Pada studi kelayakan pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku aspek yang perlu dikaji untuk menentukan bahwa usaha tersebut layak atau tidak layak untuk dikembangkan adalah dengan memperhatikan aspek finansial dan non-finansial yaitu meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek ekonomi dan sosial Aspek Pasar dan Pemasaran Pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku memiliki prospek yang cukup potensial di daerah Bogor. Hal tersebut dididasarkan pada ketentuan Walikota Bogor yang mewajibkan kepada seluruh Dinas di wilayah Bogor untuk mengenakan Batik Bogor pada hari-hari tertentu. Pada tahun 2011 sudah hampir semua dinas di wilayah Bogor memesan Batik Bogor di Batik Bogor Tradisiku sehingga memiliki potensi untuk seluruh Dinas di wilayah Bogor memesan Batik Bogor tersebut. Selain

6 30 itu, permintaan Batik Bogor untuk Dinas di Bogor berpotensi untuk naik karena setiap tahun Dinas selalu memesan Batik untuk seragam yang mereka kenakan setiap minggunya. Tidak hanya itu saja, sekolahsekolah di wilayah Bogor sudah ikut memesan batik Bogor. Penjualan Batik Bogor sendiri menunjukkan tren yang cenderung meningkat tiap tahunnya, walaupun pada tahun 2011 cenderung turun tetapi meningkat kembali dengan peramalan yang telah dilakukan untuk satu tahun kedepan. Dengan mempertimbangkan peramalan yang meningkat dan kapasitas optimum yang produksi, maka ditetapkan penjualan untuk tahun kedepan sebesar 7212 unit batik/tahun dan penjualan pakaian jadi serta seragam sebesar 4044 unit/tahun sehingga penjualan total sebesar unit/tahun. Berdasarkan hasil perhitungan kapasitas optimum bahwa kenaikan penjualan hanya terlihat pada penjualan Batik Cap saja sehingga peramalan penjualan juga dilakukan untuk Batik Cap saja. Dapat dilihat perbandingan ramalan penjualan dan kapasitas optimum produksi Batik Cap per bulan pada Tabel 4. Melihat dari Tabel 4 tersebut dapat dilihat bahwa peramalan penjualan Batik Cap sebesar 3691 unit/bulan. Dengan kapasitas sebesar 2904 dapat diasumsikan bahwa produksi sebesar 2904 dapat diserap oleh pasar seluruhnya. Batik Bogor Tradisiku memiliki satu pesaing di industri Batik Bogor. Pesaingnya yaitu Batik Bogor Handayani Geulis yang baru mulai merintis usahanya pada awal tahun Posisi Batik Bogor Tradisiku masih berada diatas pesaingnya dikarenakan Batik Bogor Tradisiku sudah merintis usahanya lebih lama, yaitu sudah berjalan 4 tahun dan sudah memiliki banyak pelanggan sehingga cukup susah pelanggan untuk beralih ke pesaingnya. Selain itu, Batik Bogor Tradisiku memiliki hubungan yang sangat baik dengan pelanggannya. Dengan menambahkan pelayanan yang lebih baik lagi kepada pelanggan tidak akan mudah pelanggan berpaling ke tempat lain.

7 31 Tabel 4. Ramalan penjualan dan kapasitas optimum produksi batik cap Tahun 2011 Kapasitas Optimum Ramalan Penjualan Produksi Batik Cap Batik Cap (unit/bulan) (unit/bulan) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Bauran pemasaran atau yang biasa disebut Marketing Mix (4P), yaitu Produk, Lokasi, Harga, dan Promosi menunjukkan produk yang akan dipasarkan tersebut. Produk yang ditawarkan oleh Batik Bogor Tradisiku adalah berupa batik tulis, batik cap, kain printing, batik dalam bentuk pakaian jadi, dan seragam untuk siswa sekolah di wilayah Bogor dan sekitarnya. Lokasi Batik Bogor Tradisiku berada di Jalan Jalak No. 2 Tanah Sareal Bogor dekat dengan pusat kota Bogor sehingga konsumen mudah menjangkau dan fasilitas transportasi yang mudah sehingga memberikan rasa aman dan nyaman kepada seluruh konsumen. Harga yang ditawarkan untuk Batik Tulis antara Rp ,00 hingga Rp ,00, Batik Cap antara Rp ,00 hingga Rp ,00, kain printing antara Rp ,00 hingga Rp ,00, pakaian jadi sekitar Rp ,00 hingga Rp ,00, dan seragam Rp ,00. Harga disesuaikan dengan tingkat kesulitan dalam pembuatan batik. Bentuk promosi yang dilakukan Batik Bogor Tradisiku adalah dengan mengikuti pameran yang ada di Bogor dan juga diluar Bogor. Salah satu pameran yang selalu diikuti oleh Batik Bogor Tradisiku adalah Ina Craft, Batik Bogor Tradisiku selalu mengikuti pameran ini setiap tahunnya. Selain itu, bentuk promosi lainnya adalah dengan membuat website Batik Bogor Tradisiku sehingga tidak hanya penduduk lokal yang bisa memesan tetapi

8 32 penduduk nasional dapat memesan lewat website Batik Bogor Tradisiku. Word of mouth dan pamflet juga digunakan sebagai bentuk promosi yang dilakukan oleh Batik Bogor Tradisiku. Oleh karena itu, dari aspek pasar dan pemasaran usaha pengembangan Batik Bogor Tradisiku layak untuk dijalankan Aspek Teknis Aspek teknis dimaksudkan apakah dari segi pembangunan usaha dan segi implementasi rutin bisnis secara teknis dapat dilaksanakan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah lokasi usaha, kebutuhan bakan baku dan proses produksi. 1. Lokasi usaha Faktor lokasi merupakan faktor yang secara langsung mempengaruhi kegiatan usaha karena lokasi usaha erat hubungannya dengan pemasran hasil produksi. Lokasi usaha Batik Bogor Tradisiku berada di dua tempat, tempat produksi pertama yaitu terletak di Neglasari 1 RT 03/04 No.69 Cibuluh Bogor Utara sedangakan tempat kedua berada di jalan Jalak no. 2 RT 04/02 Tanah Sareal Bogor. Tempat pertama merupakan tempat yang hampir seluruh proses produksi dilakukan disini kecuali proses pembuatan batik tulis dan batik cap berada di tempat kedua yang selanjutnya juga diproses di tempat pertama. Tempat kedua juga digunakan sebagai tempat pemasaran hasil produksi yang siap dipasarkan. Tempat pertama cocok sebagai tempat produksi karena lokasinya yang jauh dari hiruk pikuk kota Bogor yang ramai sehingga proses produksi dapat dilakukan dengan baik. Selain itu yang lokasinya dekat dengan hutan, maka dapat mencari kayu bakar dengan mudah untuk tambahan bahan baku. Awalnya tempat produksi batik bogor hanya di tempat pertama saja tetapi agar tempat pemasaran dapat mudah dijangkau oleh konsumen di Bogor, yang sejak awal target utama pemasarannya adalah masyarakat Bogor, maka pemilik mulai mencari tempat yang

9 33 lebih tepat. Tempat kedua digunakan sebagai gallery dan proses pembuatan batik tulis dan cap agar selain membeli konsumen dapat melihat proses produksi batik. Selain itu tempat pertama merupakan tempat yang cukup strategis dimana dapat dicapai dengan transportasi yang mudah serta letaknya yang tidak jauh dari pusat kota Bogor. Jaringan listrik dan air juga sudah baik untuk menunjang kegiatan usaha, sehingga menjadi keuntungan sendiri bagi Batik Bogor Tradisiku untuk memasarkan hasil produksi. 2. Kebutuhan bahan baku dan proses produksi Bahan baku berasal dari beberapa tempat, ada dari Pekalongan dan Bogor. Untuk pendistribusiannya dilakukan dengan sistem pemesanan dan dipaket dari Pekalongan ke Bogor untuk menghemat biaya distribusi. Untuk pembelian bahan baku di Bogor dilakukan dengan sistem pembelian sendiri atau langsung ke tempat penjualan karena lokasinya yang tidak jauh dari tempat produksi. Bahan baku langsung dibeli di tempat yang kualitasnya lebih baik dari tempat yang lain untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Berikut merupakan proses produksi kain batik yang merupakan produk utama yang diproduksi oleh Batik Bogor Tradisiku. Tahapan proses produksi kain batik dapat dilihat pada Gambar 6. Membuat gambar atau desain Menyanting Memberi warna (pencelupan atau pencoletan) Perebusan atau pelodoran Gambar 6. Tahap Proses Produksi Kain Batik

10 34 a. Membuat gambar atau desain Proses pertama dalam membuat batik adalah membuat gambar atau desain dari batik bogor sendiri dengan menggunakan pinsil, ini merupakan tahapan untuk batik tulis dan cap saja. Sedangkan untuk kain printing tidak melewati tahapan ini. b. Menyanting Proses kedua adalah menyanting atau menggambar dengan menggunkan malam untuk menutupi kain agar tidak terkena warna saat proses pewarnaan. Batik tulis menggunakan canting tulis, batik cap menggunakan canting cap, sedangkan pada kain printing tidak melewati tahapan ini. c. Memberi warna (pencelupan atau pencoletan) Proses ketiga adalah memberi warna pada kain. Pada batik tulis dan cap proses pemberian warna adalah dengan mencelupkan kain ke air yang sudah diberi pewarna selama waktu yang ditentukan. Pada kain printing proses pertama langsung pada pemberian warna terhadap kain dengan menggunakan cetakan warna yang disebut plangkan. Sebenarnya proses printing sama dengan proses menyablon hanya saja pada kain printing di usaha Batik Bogor Tradisiku menggunakan obat berkualitas yang baik. Untuk batik tulis, cap, dan printing proses pewarnaan bisa dilakukan berkali-kali tergantung berapa warna yang digunakan. Pada kain printing warna yang berbeda digunakan pada plangkan yang berbeda pula. d. Perebusan atau pelodoran Proses terakhir adalah perebusan atau pelodoran malam yang tercetak di kain. Proses ini dilakukan kepada ketiga macam batik yang diproduksi. Hanya saja pada obatnya saja yang berbeda dalam setiap perlakuaan ketiga batik tersebut. Untuk batik tulis dan cap perebusan dilakukan biasa saja menggunakan air yang sudah diberi obat lalu malam akan luntur secara perlahan. Sedangkan untuk kain printing setelah pemberian warna kain di

11 35 rebus di obat yang berbeda setelah itu diberi pelembut kain. Setelah direbus lalu kain di angin-anginkan atau dijemur. Untuk proses produksi pakaian jadi dan seragam setelah membuat kain langsung dijait ke penjahit rekan dari usaha Batik Bogor Tradisiku. Yang dimaksud rekan atau mitra usaha Batik Bogor Tradisiku adalah Batik Bogor Tradisiku melakukan kerjasama dengan beberapa penjahit untuk membuat baju ke para penjahit tersebut. Tetapi Batik Bogor Tradisiku memiliki satu penjahit yang stand by dan bekerja secara langsung dengan Batik Bogor Tradisiku hanya saja segala kebutuhan bahan baku jahitan langsung dibebankan kepada penjahit sehingga pembayaran jahitan langsung diberikan kepada penjahit Aspek Manajemen dan Hukum Setelah membahas aspek pasar dan pemasaran serta aspek teknis, selanjutnya akan membahas aspek manajemen dan hukum. Penilaian kelayakan pengembangan usaha dalam aspek manajemen dan hukum meliputi masalah perizinan dan legalitas, struktur organisasi, deskripsi pekerjaan, dan tenaga kerja. 1. Perizinan dan Legalitas Badan Hukum Usaha Tujuan dari aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki (Kasmir dan Jakfar, 2003). Usaha Batik Bogor Tradisiku secara resmi telah didaftarkan sebagai perusahaan yang memiliki nomor Tanda Daftar Perusahaan (TDP) , pada tanggal 15 Januari Penanggung jawab Batik Tradisiku adalah pendirinya yaitu Bapak Siswaya, dengan nomor NPWP Batik Tradisiku juga telah mengantongi Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dengan nomor 517/32/PK/B/DIPERINDAGKOP dan Tanda Daftar Industri (TDI) dengan nomor 534/03.TDI-Diperindagkop pada tanggal 15 Januari 2009.

12 36 2. Struktur Organisasi Struktur organisasi dibuat untuk menunjukkan kedudukan struktural masing-masing individu serta menunjukkan tugas dan fungsi mereka. UKM Batik Bogor Tradisiku dipimpin oleh seorang direktur utama yang bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan UKM seperti kegiatan produksi, operasional, pemasaran, keuangan, dan SDM. Pada setiap kegiatan tersebut terdapat seorang supervisor yang bertanggung jawab khusus untuk masing-masing kegiatan. Penanggung jawab produksi bertugas untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan-kegiatan yang bersangkutan dengan produksi yaitu diantaranya desain motif, proses pembatikan tulis dan cap, proses printing, proses pewarnaan, dan proses penjahitan. Penanggung jawab operasional bertanggung jawab dalam kegiatan-kegiatan operasional Batik Bogor Tradisiku seperti dalam hal transportasi dan belanja bahan baku batik. Penanggung jawab pemasaran bertanggung jawab untuk memasarkan produk batik baik itu pada galeri dan pameran. Penanggung jawab keuangan bertanggung jawab atas pencatatan keuangan serta mengontrol arus kas UKM Batik Bogor Tradisiku, sedangkan penanggung jawab SDM bertanggung jawab atas sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh Batik Bogor Tradisiku. Adapun struktur organisasi UKM Batik Bogor Tradisiku dapat dilihat pada Gambar 7. Direktur Utama Penanggung Jawab Operasional Penanggung Jawab Produksi Penanggung Jawab Pemasaran Penanggung Jawab Keuangan Penanggung Jawab SDM Gambar 7. Struktur Organisasi Usaha Batik Bogor Tradisiku

13 37 3. Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan faktor yang penting dalam menjalankan suatu usaha. Jumlah semua tenaga kerja yang ada di Batik Bogor Tradisiku berjumlah 22 orang. Jam kerja yang berlaku bagi karyawan mulai dari jam hingga WIB atau sekitar 9 jam per hari. Pada awal pendirian tahun 2008, UKM Batik Tradisiku Bogor hanya memiliki 8 karyawan yang terbagi ke beberapa pekerjaan. Jumlah tenaga kerja dari awal usaha dapat dilihat pada Lampiran 5 yang menyajikan kebutuhan fisik dari tahun 0 (tahun 2008). Sistem perekrutan tenaga kerja di Batik Bogor Tradisiku tidak rumit. Tingkat pendidikan yang dibutuhkan juga tidak ditetapkan terlalu tinggi, tidak perlu juga mahir dalam membatik karena sebelumnya ada pelatihan terlebih dahulu dari Batik Bogor Tradisiku. Tenaga kerja yang direkrut juga tidak jauh dari orang sudah dikenal oleh pemilik sehingga pemilik dapat mengontrol karyawan agar dapat bekerja dengan baik. Dengan sistem seperti itu pemilik memiliki tenaga kerja yang memiliki kualitas yang baik. Sistem pemberian gaji yang diterapkan di usaha Batik Bogor Tradisiku adalah sistem bulanan dan sistem upah jika adanya kerja tambahan seperti menjaga pameran. Karyawan hanya mendapatkan libur seminggu sekali atau tergantung pesanan yang diterima. Selain itu karyawan diperbolehkan untuk meminta kasbon untuk keperluan mendadak dan mendapatkan bonus tambahan untuk tunjangan Hari Raya Idul Fitri Aspek Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan Pada aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan menunjukkan apa dampak yang diberikan usaha tersebut terhadap masyarakat pada khususnya dan pemerintah pada umumnya. Bila ditinjau dari aspek ekonomi dampak yang diberikan usaha Batik Bogor Tradisiku akan membuka peluang bertambahnya pendapatan bagi karyawan yang hampir sebagian karyawannya berasal dari Bogor dan pendapatan bagi

14 38 masyarakat sekitar tempat usaha. Selain itu bagi pemerintah, dampak yang dirasakan dari usaha Batik Bogor Tradisiku adalah memberikan pemasukan bagi pemerintah dengan pembayaran pajak yang dibayarkan Batik Bogor Tradisiku. Ditinjau dari aspek sosial dampak yang diberikan Batik Bogor Tradisiku akan membuka peluang kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar sehingga dapat membantu pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran walaupun dalam jumlah kecil. Selain itu tersedianya sarana dan prasarana berupa jalanan dan listrik bagi daerah sekitar tempat usaha. Bila dilihat dari aspek lingkungan, usaha Batik Bogor Tradisiku memperhatikan keadaan lingkungan sekitar dan dampak yang ditimbulkan usaha tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari obat pewarna yang digunakan oleh Batik Bogor Tradisiku ramah lingkungan karena tidak berbahaya bagi lingkungan. Selain itu pada usaha Batik Bogor Tradisiku dapat dikatakan tidak menghasilkan limbah yang dapat mengganggu lingkungan hanya kain hasil batik yang dapat diberikan atau dijual kembali kepada orang lain yang akan menghasilkan barang lain. Oleh karena itu, dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan usaha pengembangan Batik Bogor Tradisiku layak untuk dijalankan Aspek Finansial Analisis aspek keuangan diteliti untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan (Umar, 2009). Penentuan layaknya suatu bisnis dapat dilihat dari beberapa kriteria. Pada pengembangan kelayakan usaha Batik Bogor Tradisiku dilihat dari aspek finansial terdiri dari rencana kebutuhan fisik, rencana anggaran biaya, biaya operasional, modal dan penerimaan, analisis kriteria investasi, dan analisis sensitivitas. Perhitungan kriteria investasi dilakukan dari awal usaha didirikan yaitu tahun Tahun persiapan (tahun 0) adalah tahun 2008 dan tahun pengembangan usaha (tahun 4). Hal tersebut dilakukan karena

15 39 pengembangan yang dilakukan UKM Batik Tradisiku Bogor berupa peningkatan produksi dengan melihat kapasitas optimum yang dapat dipenuhi dari sumber daya yang ada. Sehingga tidak memerlukan investasi berupa mesin atau peralatan lainnya dalam pengembangan yang dilakukan. 1. Rencana Kebutuhan Fisik Rencana kebutuhan fisik pada pengembangan kelayakan usaha Batik Bogor Tradisiku merupakan perencanaan kebutuhan fisik yang dibutuhkan oleh usaha tersebut. Kebutuhan fisik ini berupa kebutuhan bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan baku produksi, dan tenaga kerja. Dalam pengembangan kelayakan usaha ini yang meningkat adalah bahan baku dan peralatan yang dibutuhkan dalam peningkatan produksi usaha tersebut. Peningkatan bahan baku hanya terjadi pada bahan baku produksi kain batik cap karena pada peningkatan kapasitas optimum yang meningkat hanya pada batik cap saja. Bahan baku yang meningkat adalah bahan baku pada aktivitas produksi batik cap berupa kain prima, malam cap, obat pewarna cap, soda ash, minyak tanah, gas kecil, blue gas, dan kayu bakar. Untuk peralatan yang meningkat adalah pada canting cap saja karena adanya peningkatan pada produksi batik cap juga. Tetapi pengembangan usaha ini tidak menyebabkan pertambahan tenaga kerja. Hal tersebut didasarkan pada pengoptimalan sumber daya yang dimiliki usaha tersebut. Rincian kebutuhan fisik dapat dilihat pada Lampiran 5 dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) Rencana anggaran biaya pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku merupakan seluruh biaya yang diperlukan dalam pengembangan usaha ini. Rencana anggaran ini merupakan biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan fisik yang telah direncanakan. Biaya-biaya yang termasuk dalam dalam rencana anggaran biaya adalah biaya bangunan, peralatan dan perlengkapan,

16 40 bahan baku, lain-lain, serta tenaga kerja langsung dan tidak langsung. Pada pengembangan usaha ini, rencana anggaran biaya yang diperlukan adalah biaya peralatan dan perlengkapan, biaya bahan baku, biaya lain-lain, serta biaya upah tenaga kerja dan bonus. Ringkasan rencana anggaran biaya pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku dapat dilihat pada Tabel 5. Rencana anggaran biaya lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6 dan 13. Tabel 5. Rencana anggaran biaya pada Batik Bogor Tradisiku Item Kondisi Kondisi Normal Pengembangan (Rp) (Rp) Biaya Peralatan dan Perlengkapan Biaya Bahan Baku Produksi Biaya Lain-lain Biaya Upah tenaga kerja dan Bonus Total Biaya Operasional Biaya operasional dalam pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya operasional yang dibutuhkan dalam pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku sebesar Rp ,00 dan pada kondisi normal sebesar Rp ,00. Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh naik turunnya produksi yang dihasilkan (Ibrahim, 2003). Pada pengembangan usaha ini yang termasuk biaya tetap adalah biaya gaji tetap, biaya transportasi, biaya pemasaran, biaya listrik, biaya konsumsi, biaya ATK, biaya kebutuhan workshop, biaya pameran, dan biaya bunga pinjaman. Biaya Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan dipengaruhi oleh naik turunnya produksi yang dihasilkan (Ibrahim, 2003). Pada pengembangan usaha ini yang termasuk biaya tidak tetap adalah biaya bahan baku, biaya upah tenaga kerja (penjahit) dan bonus. Ringkasan biaya operasional pada tahun pertama pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku dapat

17 41 dilihat pada Tabel 6. Biaya operasional yang lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9 dan 15. Tabel 6. Biaya operasional pada tahun pertama pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku Biaya Operasional Kondisi Normal Kondisi (Rp) Pengembangan (Rp) Biaya tetap Biaya variabel Total Modal dan Penerimaan Modal merupakan keseluruhan modal yang diperlukan untuk membangun dan menjalankan usaha. Modal awal yang digunakan oleh Batik Bogor Tradisiku murni dari uang pemiliknya. Tetapi pada pertengahan Batik Bogor Tradisiku meminjam pada Bank BRI Syariah. Pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku tidak diperlukan modal awal karena pengembangan pada usaha ini hanya penambahan produksi pada kapasitas optimal dari sumber daya yang sudah dimiliki. Penerimaan merupakan komponen pemasukan dalam usaha. Komponen pemasukan pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku terdiri dari hasil penjualan hasil produksi dan nilai sisa. Nilai sisa merupakan nilai barang yang tidak habis dipakai selama umur bisnis. Total penjualan dari kelima produk yang dipasarkan pada kondisi pengembangan usaha adalah sebesar Rp ,00 dan pada kondisi normal sebesar Rp ,00. Jumlah penerimaan pada pengembangan usaha ini relatif sama untuk beberapa tahun kedepan, hanya saja dibedakan dari nilai akhir dari barang-barang. 5. Analisis Kriteria Investasi Analisis kriteria investasi merupakan penilaian pengembangan kelayakan usaha Batik Bogor Tradisiku, apakah pengembangan usaha layak untuk dijalankan. Analisis kriteria investasi memperhitungkan nilai waktu uang atau (time value of money). Adapun kriteria yang digunakan sebagai penilaian terhadap

18 42 pengembangan kelayakan usaha ini adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C), Payback Period (PBP), dan Profitability Index (PI). Hasil perhitungan dari analisis kriteria investasi dapat dilihat pada Tabel 7. Perhitungan kriteria investasi dapat dilihat pada Lampiran 10 dan 16. Tabel 7. Perbandingan kriteria investasi pada kondisi normal dan kondisi pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku Kriteria Investasi Kondisi Normal Kondisi Pengembangan Net Present Value (NPV) Rp Rp Internal Rate Return (IRR) 23,9% 41,97% Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 1,804 3,729 Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) 1,057 1,174 Payback Period (PBP) 4 thn 11 bln 22 hari 3 thn 9 bln 0 hari Profitability Index (PI) 2,774 6,341 a. Net Present Value (NPV) Net Present Value atau nilai bersih sekarang merupakan selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang (Umar,2009). Nilai NPV pada pengembangan sebesar Rp ,00 dan pada kondisi normal sebesar Rp ,00. Nilai ini menunjukkan keuntungan yang akan diperoleh selama umur usaha yang telah ditentukan dengan tingkat bunga sebesar 12%. Ketentuan suku bunga didasarkan pada bunga pinjaman BRI Syariah sebesar 12%. Makin tinggi nilai NPV maka semakin layak usaha dijalankan. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha layak dijalankan karena NPV yang dihasilkan lebih besar dari pada nol (NPV>0), sesuai dengan syarat. b. Internal Rate Return (IRR)

19 43 Internal Rate Return merupakan tingkat pengembalian usaha terhadap modal yang ditanamkan. Nilai IRR pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku adalah 41,97% dan pada kondisi normal sebesar 23,9%. Angka ini lebih besar dari tingkat suku bunga pinjaman sebesar 12% yang berarti modal yang ditanamkan usaha tersebut memiliki tingkat pengembalian yang menguntungkan dibandingkan melakukan investasi di Bank. Semakin tinggi nilai IRR maka semakin layak usaha dijalankan. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha layak dijalankan karena IRR yang dihasilkan lebih besar dari suku bunga pinjaman 12% (IRR>discount rate), sesuai dengan syarat. c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C merupakan merupakan perbandingan antara present value kas masuk dengan present value kas keluar. Nilai Net B/C pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku sebesar 3,729 sedangkan pada kondisi normal sebesar 1,804. Nilai ini berarti perbandingan penerimaan dari usaha lebih besar dari pada jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperolehnya. Semakin besar nilai Net B/C maka semakin layak usaha tersebut dijalankan. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha layak dijalankan karena Net B/C yang dihasilkan lebih besar dari satu (Net B/C>1), sesuai dengan syarat. d. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) Gross B/C merupakan present value manfaat kotor dengan present value biaya kotor. Nilai Gross B/C pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku sebesar 1,174 sedangkan pada kondisi normal sebesar 1,057. Nilai ini berarti perbandingan penerimaan kotor dari usaha lebih besar dari pada jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperolehnya. Semakin besar nilai Gross B/C maka semakin layak usaha tersebut dijalankan. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha layak dijalankan

20 44 karena Gross B/C yang dihasilkan lebih besar dari satu (Gross B/C>1), sesuai dengan syarat. e. Payback Period (PBP) Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas. Dengan kata lain PBP mengukur seberapa cepat investasi yang ditanamkan dapat kembali. Dapat dilihat dari hasil pengolahan menunjukkan bahwa PBP pada pengembangan usaha selama 3 tahun 9 bulan sedangkan pada kondisi normal selama 4 tahun 11 bulan 22 hari. Semakin cepat pengembaliannya maka semakin layak usaha tersebut dijalankan. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha layak dijalankan karena PBP yang dihasilkan lebih kecil dari periode maksimum (PBP < periode maksimum), sesuai dengan syarat. f. Profitability Index (PI) Dari hasil perhitungan pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku sebesar 6,341 sedangkan pada kondisi normal sebesar 2,774. Nilai ini berarti perbandingan penerimaan dari usaha lebih besar dari pada jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperolehnya. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha layak dijalankan karena PI yang dihasilkan lebih besar dari satu (PI > 1), sesuai dengan syarat. 6. Analisis Sesitivitas Analisis sensitifitas dilakukan untuk mengetahui perubahan hasil bisnis, bila salah satu atau beberapa variabel komponen bisnis mengalami perubahan dimasa depan, dan tindakan apa yang perlu dilakukan. Dalam pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku analisis yang dilakukan menggunakan metode switching value, yaitu mencari nilai maksimal dari perubahan variabel yang mempengaruhi usaha. Variabel yang digunakan adalah tingkat inflasi yang terjadi. Alasan menggunakan tingkat inflasi dikarenakan dengan berubahnya tingkat inflasi dapat menyebabkan beberapa komponen

21 45 biaya juga berubah sehingga dapat dianalisis seberapa besar inflasi maksimum yang dapat diterima perusahaan. Dari hasil perhitungan pengembangan usaha ditunjukan bahwa tingkat inflasi yang dapat ditolerir oleh usaha ini sebesar 23,29 persen dan saat kondisi normal tingkat inflasi yang dapat ditolerir adalah sebesar 18,12 persen. Apabila angka inflasi melebihi 23,29 persen pada saat pengembangan dan melebihi 18,12 persen pada saat kondisi normal maka usaha Batik Bogor Tradisiku tidak layak dijalankan karena NPV yang negatif. Perhitungan analisis sensitivitas dengan menggunakan metode Switching Value dapat dilihat pada Lampiran 11 dan 17. Hasil rekapitulasi analisis aspek finansial pada kondisi normal dan pengembangan usaha menggunakan kriteria invesatasi dapat dilihat pada Tabel 8 dan analisis aspek finansial pada kondisi normal dan pengembangan usaha menggunakan analisis sensitivitas dapat dilihat pada Tabel 9.

22 46 Tabel 8. Hasil rekapitulasi aspek finansial pada kondisi normal dan pengembangan usaha menggunakan kriteria investasi Ringkasan Rencana Anggaran Biaya (RAB) No. Item Kondisi Normal (Rp) Kondisi Pengembangan (Rp) 1 Biaya Peralatan dan Perlengkapan Biaya Bahan Baku Produksi Biaya Lain-lain Biaya Upah tenaga kerja dan Bonus Total Ringkasan Biaya Operasional No. Biaya Operasional Kondisi Kondisi Normal Pengembangan (Rp) (Rp) 1 Biaya Tetap Biaya Variabel Total Ringkasan Penerimaan No. Item Kondisi Normal (Rp) Kondisi Pengembangan (Rp) Hasil Penjualan&nilai sisa Ringkasan Analisis Kriteria Investasi Kondisi No. Item Kondisi Normal Pengembangan 1 Net Present Value (NPV) Rp Rp Internal Rate Return (IRR) 23,9% 41,97% 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 1,804 3,729 4 Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) 1,057 1,174 5 Payback Period (PBP) 4 thn 11 bln 22 hari 3 thn 9 bln 0 hari 6 Profitability Index (PI) 2,774 6,341

23 47 Tabel 9. Hasil rekapitulasi aspek finansial pada kondisi normal dan pengembangan usaha menggunakan analisis sensitivitas Ringkasan Analisis Sensitivitas Kondisi Normal Tingkat Inflasi No. Item 1 NPV (tahun 0 sampai tahun 5) 15% 20% ( ) ( ) (11.846) (25.590) (55.028) (83.434) Total ( ) 2 Net B/C 1,804 0,602 Inflasi 18,12% Maksimum Ringkasan Analisis Sensitivitas Kondisi Pengembangan Tingkat Inflasi Item 15% 20% 25% 1 NPV (tahun 0 sampai tahun 5) No Implikasi Manajerial ( ) ( ) ( ) (11.846) (25.590) (38.520) (63.050) (90.771) ( ) (11.398) Total (95.865) 2 Net B/C 3,535 1,534 0,768 Inflasi Maksimum 23,29% Implikasi manajerial merupakan rekomendasi dalam pengambilan langkah strategis atau pengambilan keputusan yang dapat dilakukan manajemen dalam menjalankan dan mengelola jalannya usaha. Implikasi manajerial ini dituliskan dalam bentuk fungsi manajemen yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (actuating), dan pengendalian (controlling). Implikasi manajerial dituangkan dalam beberapa aspek, yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek

24 48 ekonomi, sosial, dan lingkungan, serta aspek finansial. Implikasi manajerial pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Implikasi manajerial dalam fungsi manajemen pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan Finansial Aspek Perencanaan Pelaksanaan Pengendalian Pasar dan 1. Inovasi 1. Membuat motif-motif batik 1. Menjaga kualitas pemasaran 2. Memperlu yang baru, mengikuti trend produk. as pasar baju sesuai perkembangan 2. Menjaga untuk zaman, dan meningkatkan hubungan baik meningkat kualitas. dengan kan 2. Mengikuti pameran di pelanggan dan penjualan Bogor dan luar Bogor. mitra pada UKM ke pelosok 3. Karena perkembangan Batik Bogor kabupaten zaman menuntut perusahaan Tradisiku. Bogor untuk mengikuti trend, 3. Memperhatikan hingga perusahaan membuat keluhan dan keluar daerah Bogor. Website yang dipegang oleh salah satu pegawai agar tidak terbengkalai. saran pelanggan. 4. Memasarkan produk ke sekolah-sekolah dan pemerintah. Teknis Memperhatikan 1. Menyatukan lokasi produksi Melakukan efisiensi pada satu tempat agar proses controlling terhadap lokasi produksi menjadi lebih setiap kegiatan produksi dan efisien. pembelian bahan proses 2. Mencatat setiap bahan baku baku, pemakaian produksi yang terpakai. bahan baku, dan proses produksi. Manajemen Memperhatikan Memperhatikan kesejahteraan Memperhatikan laba dan Hukum tenaga karyawan dengan memberikan yang didapat untuk kerja dan reward kepada karyawan menentukan tingkat sistem kompensasi yang terbaik dan mengupayakan upah yang lebih baik. upah bagi karyawan untuk meningkatkan kesejahteraan dijalankan seluruh komponen perusahaan. perusahaan. Memperhatikan masyarakat dan lingkungan sekitar tempat uasaha. Membuat laporan keuangan yang tertata dengan rapi. Membuat peluang kerja bagi masyarakat sekitar jika memadai dan menjaga kebersihan kingkungan sekitar tempat usaha. Mencatat segala pengeluaran (terutama pengeluaran bahan baku) dan pemasukan secara detail agar tercatat secara rapih. Menyesuaikan diri dengan kehidupan lingkungan sekitar dan mengontrol limbah setiap kegiatan produksi agar tidak mencemari lingkungan. Melakukan evaluasi terhadap pencatatan laporan keuangan setiap bulannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah UKM Batik Bogor Tradisiku

HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah UKM Batik Bogor Tradisiku 23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sejarah UKM Batik Bogor Tradisiku Batik Bogor Tradisiku didirikan pada tanggal 13 Januari 2008 atas prakarsa Siswaya. Pria kelahiran Sleman, Yogyakarta, ini telah berdomisili

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 20 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Bogor merupakan salah satu kota wisata yang perlu mengembangkan wisata lainnya, salah satunya adalah wisata Batik. Batik merupakan warisan Indonesia

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Gittinger (1986) menyebutkan bahwa proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN

BAB VI ASPEK KEUANGAN BAB VI Bagian ini akan menjelaskan tentang kebutuhan dana, sumber dana, proyeksi neraca, proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas, dan penilaian kelayakan investasi. Proyeksi keuangan ini akan dibuat dalam

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... Halaman ABSTRAKSI.. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang Penelitian 1

DAFTAR ISI... Halaman ABSTRAKSI.. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang Penelitian 1 ABSTRAKSI Dalam menghadapi persaingan dunia usaha yang semakin ketat, maka perusahaan memerlukan strategi yang tepat untuk selalu dapat unggul dalam persaingan. Karena bila salah dalam menerapkan strategi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Studi kelayakan pengembangan bisnis merupakan suatu analisis mendalam mengenai aspek-aspek bisnis yang akan atau sedang dijalankan, untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perubahan lingkungan internal dan eksternal menuntut perusahaan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif agar dapat bertahan dan berkembang. Disaat perusahaan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 17 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil yang secara logika merupakan wadah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KERANGKA TEORI 2.1.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang kegiatan atau usaha atau bisnis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya setelah penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan serta melakukan perhitungan untuk masing-masing rumus dan mencari serta mengumpulkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Penetapan kriteria optimasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Penetapan kriteria optimasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Penetapan kriteria optimasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan pengembangan bisnis PT. Dagang Jaya dalam pendistribusian dikatakan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA Lampiran... 75

BAB V PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA Lampiran... 75 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN... ii SURAT KETERANGAN PERBAIKAN/REVISI LAPORAN TUGAS AKHIR iii LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR... iv ABSTRAK... v UCAPAN TERIMAKASIH... vi DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data VI METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Wisata Agro Tambi, Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Metode Penilaian Investasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Metode Penilaian Investasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1Metode Penilaian Investasi Metode Penilaian Investasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan pengembangan bisnis PT. Mitra Computa Asia dalam pendistribusian produk

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Era globalisasi mendukung perkembangan perekonomian dunia usaha. Dengan perkembangan dunia usaha dewasa ini, seiring kebijakan pemerintah dalam mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

KETERANGAN PELAKSANAAN TUGAS AKHIR... III LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING...

KETERANGAN PELAKSANAAN TUGAS AKHIR... III LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... xi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR... ii SURAT KETERANGAN PELAKSANAAN TUGAS AKHIR... III LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... iv LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI...

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Usaha 4.1.1 Sejarah Perusahaan UKM Flamboyan adalah salah satu usaha kecil menengah yang mengolah bahan pertanian menjadi berbagai macam produk makanan olahan.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 39 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian pada skripsi ini yaitu tujuan studi/penelitian adalah studi deskriptif. Lingkungan/setting adalah lingkungan natural yaitu PT Patent Process,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Bisnis 2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Menurut Brockhouse dan Wadsworth (2010:1) studi kelayakan adalah alat yang digunakan dalam proses pengembangan bisnis

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RUMAH MAKAN AYAM BAKAR TERASSAMBEL

STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RUMAH MAKAN AYAM BAKAR TERASSAMBEL STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RUMAH MAKAN AYAM BAKAR TERASSAMBEL Nama : Marlina Fitri Annisa Npm : 15213303 Kelas : 4EA33 Fakultas : Ekonomi Jurusan : Manajemen Pembimbing : Christera Kuswahyu Indira,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin. meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin. meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini menyebabkan banyak perusahaan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 41 BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Pilihan Analisis Untuk menganalisis kelayakan usaha untuk dapat melakukan investasi dalam rangka melakukan ekspansi adalah dengan melakukan penerapan terhadap

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN USAHA KULINER KEBAB BUAH SI BABAH. NAMA : Arizqy Romadhoni NPM : Jurusan : Manajemen/S1 Pembimbing : Martani. SE.

ANALISIS PERKEMBANGAN USAHA KULINER KEBAB BUAH SI BABAH. NAMA : Arizqy Romadhoni NPM : Jurusan : Manajemen/S1 Pembimbing : Martani. SE. ANALISIS PERKEMBANGAN USAHA KULINER KEBAB BUAH SI BABAH NAMA : Arizqy Romadhoni NPM : 11210121 Jurusan : Manajemen/S1 Pembimbing : Martani. SE., MM PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Lidah masyarakat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi. Dalam bersosialisasi, terdapat berbagai macam jenis hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi. Dalam bersosialisasi, terdapat berbagai macam jenis hubungan yang BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan, penulis akan menyampaikan beberapa hal yang berhubungan dengan proses pengerjaan penelitian ini. Antara lain berkenaan dengan latar belakang penelitian, identifikasi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Proyek Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA PADA PEMBUKAAN CABANG BARU TOKO BANGUNAN SINAR MULIA 2. Rendy Niechual

STUDI KELAYAKAN USAHA PADA PEMBUKAAN CABANG BARU TOKO BANGUNAN SINAR MULIA 2. Rendy Niechual STUDI KELAYAKAN USAHA PADA PEMBUKAAN CABANG BARU TOKO BANGUNAN SINAR MULIA 2 Rendy Niechual 15210743 Latar Belakang Masalah Seiring dengan lajunya perekonomian di Indonesia tentunya dipengaruhi oleh berbagai

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan permasalahan serta maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1. Estimasi incremental

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN BAB 5 ANALISIS KEUANGAN 5.1. Ekuitas Ekuitas adalah modal kepemilikan yang diinvestasikan dalam suatu usaha. Vraniolle merupakan badan perorangan dengan modal yang berasal dari pemilik. Ekuitas modal pemilik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerupuk Menurut UU RI No. 5 tahun 1984 Pasal 1 tentang perindustrian, definisi Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penerapan kriteria optimasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penerapan kriteria optimasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Penerapan kriteria optimasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan usaha dalam membuka cabang baru adalah dengan melakukan penghitungan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ketersediaan bahan baku ikan hasil tangkap sampingan yang melimpah merupakan potensi yang besar untuk dijadikan surimi. Akan tetapi, belum banyak industri di Indonesia

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

6,25 6,25 6,00 5,75 6,13 5,75 6,88 5,25 6,50 6,75 Rata-rata Suku Bunga 6,20. Lampiran 2. Tingkat inflasi berdasarkan perhitungan inflasi tahun 2011.

6,25 6,25 6,00 5,75 6,13 5,75 6,88 5,25 6,50 6,75 Rata-rata Suku Bunga 6,20. Lampiran 2. Tingkat inflasi berdasarkan perhitungan inflasi tahun 2011. LAMPIRAN Lampiran 1. Nilai rata-rata suku bunga deposito (jangka waktu 12 bulan) per Juli 2011. No Nama Bank Suku Bunga (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Bank Mandiri BNI BRI BCA BII Bank Permata Bank Bukopin Bank

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Dwi Susianto pada tahun 2012 dengan judul Travel AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii ABSTRAK Penelitian ini membahas mengenai perusahaan yang bergerak di bidang makloon konveksi. Karena kapasitas produksi yang tidak mencukupi, maka perusahaan bermaksud untuk melakukan ekspansi berupa penambahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Gula merah tebu merupakan komoditas alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula. Gula merah tebu dapat menjadi pilihan bagi rumah tangga maupun industri

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

BAB V RENCANA AKSI. tantangan kebutuhan bahan bangunan dikawasan Tapanuli. Tahapan yang

BAB V RENCANA AKSI. tantangan kebutuhan bahan bangunan dikawasan Tapanuli. Tahapan yang BAB V RENCANA AKSI 5.1 Kegiatan Usaha CV. Mitra Andalan Sentosa Model bisnis distributor bahan bangunan CV. Mitra Andalan Sentosa di Kawasan Tapanuli diharapkan akan menjadi satu contoh jenis usaha yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Usaha Kecil Menengah

II. TINJAUAN PUSTAKA Usaha Kecil Menengah 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Kecil Menengah 2.1.1 Pengertian UKM Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 pengertian Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

ABSTRAKSI. Dengan perkembangan jaman yang semakin pesat ini, membuat banyak

ABSTRAKSI. Dengan perkembangan jaman yang semakin pesat ini, membuat banyak ABSTRAKSI Dengan perkembangan jaman yang semakin pesat ini, membuat banyak perusahaan berpikir lebih maju sehingga perusahaan menanamkan berbagai jenis investasi untuk bersaing dengan perusahaan lain guna

Lebih terperinci

IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL

IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL 32 IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL 4.1. Identifikasi Indikator Kelayakan Finansial Pada umumnya ada enam indikator yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian kelayakan finansial dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

ASPEK FINANSIAL Skenario I

ASPEK FINANSIAL Skenario I VII ASPEK FINANSIAL Setelah menganalisis kelayakan usaha dari beberapa aspek nonfinansial, analisis dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan pada aspek finansial yaitu dari aspek keuangan usaha

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Sangkuriang Jaya yang terletak di Desa Babakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor berkeinginan untuk melakukan pengembangan usaha untuk meraup

Lebih terperinci

BAB V RENCANA AKSI. dan juga penanggung jawab pada masing-masing kegiatan yang dilaksanakan. serta pengukuran kinerja dari NgeLamar EO.

BAB V RENCANA AKSI. dan juga penanggung jawab pada masing-masing kegiatan yang dilaksanakan. serta pengukuran kinerja dari NgeLamar EO. BAB V RENCANA AKSI Pada bagian terakhir dalam implementasi model bisnis NgeLamar EO adalah rencana aksi, dalam penyusunan rencana aksi menjelaskan mengenai kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan, berapa

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang (organisasi) yang menciptakan nilai (create

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penurunan produktivitas hutan alam telah mengakibatkan berkurangnya suplai hasil hutan kayu yang dapat dimanfaatkan dalam bidang industri kehutanan. Hal ini mendorong

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Pembukaan Cabang Baru Apotek Roxy Kaliabang

Studi Kelayakan Pembukaan Cabang Baru Apotek Roxy Kaliabang Studi Kelayakan Pembukaan Cabang Baru Apotek Roxy Kaliabang Nama : Adetia Apriyani NPM : 10213166 Jurusan : Manajemen Pembimbing : Sri Mulianingsih, SE., M.Si LATAR BELAKANG MASALAH Di era globalisasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Elsari Brownies and Bakery yang terletak di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: town house, pasar, teknis, NPV, BCR, IRR, PBP

ABSTRAK. Kata kunci: town house, pasar, teknis, NPV, BCR, IRR, PBP ABSTRAK Town house merupakan salah satu investasi yang diminati dengan membidik pasar wisatawan asing yang berkunjung ke Bali. Town house adalah kompleks perumahan dengan unit terbatas disertai fasilitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perumahan Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seluruhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

ANALISIS INVESTASI PADA JASA PENYEWAAN PERANCAH SCAFFOLDING DI KOTA DENPASAR DAN KABUPATEN BADUNG

ANALISIS INVESTASI PADA JASA PENYEWAAN PERANCAH SCAFFOLDING DI KOTA DENPASAR DAN KABUPATEN BADUNG ANALISIS INVESTASI PADA JASA PENYEWAAN PERANCAH SCAFFOLDING DI KOTA DENPASAR DAN KABUPATEN BADUNG TUGAS AKHIR Oleh: IB KADE RAI DWI PUTRA ANGGARA 1104105123 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS PEMBUKAAN CABANG BARU TOKO TERPAL PADA UD TEGUH INDAH : MUHAMMAD FADLI NPM :

STUDI KELAYAKAN BISNIS PEMBUKAAN CABANG BARU TOKO TERPAL PADA UD TEGUH INDAH : MUHAMMAD FADLI NPM : STUDI KELAYAKAN BISNIS PEMBUKAAN CABANG BARU TOKO TERPAL PADA UD TEGUH INDAH NAMA : MUHAMMAD FADLI NPM : 14212922 DOSEN PEMBIMBING : Irfan Ardiansyah, SE., MM Latar Belakang Salah satu contoh usaha kecil

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Proyek. Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang

Analisis Kelayakan Proyek. Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang Analisis Kelayakan Proyek Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang Kebijakan Publik Perlukah membangun rumah sakit baru? Membangun bandara atau menambah

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Agribisnis Agribisnis sering diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian.sistem agribisnis sebenarnya

Lebih terperinci

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada METODE PERBANDINGAN EKONOMI METODE BIAYA TAHUNAN EKIVALEN Untuk tujuan perbandingan, digunakan perubahan nilai menjadi biaya tahunan seragam ekivalen. Perhitungan secara pendekatan : Perlu diperhitungkan

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan dapat mengunakan. Analisis finansial. Adapun kriteria kriteria penilaian investasi yang dapat digunakan yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia yang terus berkembang ke arah yang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia yang terus berkembang ke arah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Kondisi perekonomian Indonesia yang terus berkembang ke arah yang lebih baik, turut serta meningkatkan iklim pertumbuhan investasi dalam negeri. Hal ini

Lebih terperinci

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si Aspek Keuangan Dosen: ROSWATY,SE.M.Si PENGERTIAN ASPEK KEUANGAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran yang

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBUKAAN CABANG BARU PADA KEDAI MINUMAN LILIPUT BUBBLE

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBUKAAN CABANG BARU PADA KEDAI MINUMAN LILIPUT BUBBLE STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBUKAAN CABANG BARU PADA KEDAI MINUMAN LILIPUT BUBBLE Nama : Adi Putro Nugroho NPM : 10210156 Fakultas : Ekonomi Jurusan : Manajemen Dosen Pembimbing:Ir. Titiek Irewati,MM BAB I

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

Bab VI ASPEK KEUANGAN. Tabel 6.1 Kebutuhan Dana

Bab VI ASPEK KEUANGAN. Tabel 6.1 Kebutuhan Dana Bab VI ASPEK KEUANGAN 6.1 Kebutuhan Dana Agenda furniture membutuhkan dana dengan rincian sebagai berikut: Tabel 6.1 Kebutuhan Dana no Komponen Investasi Jumlah Total 1 Aktiva Tetap A. Mobil Pick Up 112.000.000

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Objek dan lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah Ciafe yang merupakan jenis usaha yang bergerak dibidang jasa jahit dilihat dari aspek pasar dan

Lebih terperinci