ANALISA PENGARUH BEBAN SUHU TERHADAP KUAT TEKAN BETON PADA PELAT BETON BERTULANG
|
|
- Suryadi Tan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISA PENGARUH BEBAN SUHU TERHADAP KUAT TEKAN BETON PADA PELAT BETON BERTULANG Deny Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Binus University Jl. K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Jakarta Barat Jonathan Togi Sidabutar, S.T., M.T. (Dosen Pembimbing) Binus University, Jakarta, Indonesia ABSTRAK Fires experienced by the structure of the building resulted in the burden of high temperature and excess. In October last, the fire incident occurred in a cold storage warehouse and leaving only the structure of the reinforced concrete slab. This study aims to determine the effect of high temperature load caused by fire against the structural parameters of a reinforced concrete slab to obtain the proper techniques or methods to rehabilitate the structure. Investigation of the structure was conducted by visual examination and compressive strength testing to collect primary data research. Meanwhile, analyzes were performed using SAP2000 program that models the plate as a beam that has the spring cantilever in accordance with the theory of beam on elastic foundation (BoEF). The analysis shows that the temperature load predicted by decrease in the compressive strength of concrete is about 300 o C o C. In addition, the results obtained through modeling SAP2000 describe the temperature load has no significant impact on the structural parameters such as deflection and moment, but it is different with the needs of reinforcement that require more reinforcement than before. Analysis result concludes that the structure of reinforced concrete slab can be improved by using pre-packed concrete 2 cm thick, so it can be reused safely. Keywords : Temperature Load, Concrete Compressive Strength, Reinforced Concrete Slab, SAP2000 Kebakaran yang dialami oleh bangunan mengakibatkan struktur menerima beban suhu yang tinggi dan berlebih. Pada bulan oktober lalu, peristiwa kebakaran terjadi pada sebuah gudang penyimpanan bersuhu dingin dan hanya menyisakan struktur pelat beton bertulang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beban suhu tinggi akibat kebakaran terhadap parameter struktural pelat beton bertulang, sehingga didapatkan teknik atau metode yang tepat untuk merehabilitasi struktur pelat tersebut. Investigasi struktur dilakukan dengan metode pemeriksaan visual dan pengujian kuat tekan untuk mengumpulkan data primer penelitian. Sedangkan, analisa dilakukan dengan menggunakan program SAP2000 yang memodelkan pelat sebagai balok yang memiliki penopang berupa pegas sesuai dengan teori beam on elastic foundation (BoEF). Hasil analisa mengindikasikan beban suhu yang diprediksi berdasarkan penurunan kuat tekan beton adalah sekitar 300 o C o C. Selain itu, hasil yang didapat melalui pemodelan SAP2000 menunjukkan beban suhu tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap parameter struktural seperti lendutan dan momen, tetapi berbeda halnya dengan kebutuhan tulangan yang membutuhkan lebih banyak tulangan daripada sebelumnya. Berdasarkan hasil analisa dapat disimpulkan bahwa struktur pelat beton bertulang dapat diperbaiki dengan metode pre-packed concrete setebal 2 cm, sehingga dapat digunakan kembali dengan aman. Kata kunci : Beban Suhu, Kuat Tekan Beton, Pelat Beton Bertulang, SAP2000
2 PENDAHULUAN Sejak manusia mengenal teknik dan rekayasa konstruksi, struktur bangunan yang dihasilkan tidak lepas dari resiko terjadinya kecelakaan maupun bencana, salah satu diantaranya adalah kebakaran. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi saat ini, struktur bangunan menjadi lebih rentan terhadap kebakaran karena pemicunya yang semakin beragam dan sulit diantisipasi. Banyak hal yang menyebabkan terjadinya bencana kebakaran pada bangunan mulai dari hubungan arus pendek listrik, pemakaian alat perlengkapan listrik yang tidak sesuai standar, meledaknya tabung gas LPG atau bahkan kelalaian manusia yang saat ini menjadi penyebab utama terjadinya kebakaran di Indonesia. Struktur beton bertulang yang saat ini sangat diandalkan karena kemampuannya, juga tidak lepas dari dampak akibat kebakaran. Walaupun, jika dibandingkan dengan material lain, beton merupakan bahan bangunan yang memiliki daya tahan terhadap api yang relatif lebih baik, tetapi pada saat terbakar beton akan menyerap panas sehingga terjadi suhu tinggi yang berlebihan. Beban suhu yang tinggi dan berlebih inilah yang mengakibatkan kerusakan pada beton bertulang secara fisik maupun mekanisnya. Akibatnya, struktur beton memerlukan peninjauan kelayakan apabila telah mengalami kebakaran. Hal ini dimaksudkan agar dapat memastikan struktur tersebut masih layak untuk digunakan sehingga dapat dilakukan tindakan lanjutan supaya struktur dapat kembali bekerja dengan aman. Disinilah, peran para ahli struktur untuk dapat menangani struktur pasca terjadinya kebakaran. Peran ahli struktur dalam menangani struktur pasca bakar adalah bagaimana menaksir temperatur tertinggi yang pernah dialami elemen-elemen struktur pada saat kebakaran terjadi, menaksir kekuatan sisa struktur bangunan pasca kebakaran, dan mengusulkan teknik perbaikan dan perkuatan elemen-elemen struktur (pelat, balok dan kolom) sesuai keperluan sedemikian rupa sehingga bangunan dapat berfungsi seperti sebelum kebakaran. Dalam penelitian ini, analisa dilakukan pada sebuah gudang penyimpanan bahan makanan bersuhu dingin (cold storage) yang mengalami kebakaran pada bulan Oktober 2014 lalu. Gudang penyimpanan milik PT. Ananda Solusindo ini berlokasi di Jalan Raya Narogong Km. 19 No. 77, Cileungsi, Kabupaten Bogor yang terdiri atas satu lantai pelat beton bertulang dan kolom serta balok yang terbuat dari baja. Secara garis besar, bangunan gudang tersebut memiliki panjang 142,5 meter, lebar 73,7 meter dan ketinggian bangunan 13,6 meter. Beban suhu yang tinggi saat terjadi kebakaran memiliki pengaruh yang besar terhadap kedua jenis material baik beton maupun baja. Namun, penelitian ini hanya menganalisa pengaruh beban suhu tinggi terhadap pelat beton bertulang saja. Hal ini dikarenakan keseluruhan kolom dan balok baja pada bangunan tersebut sudah tidak layak untuk digunakan sehingga harus diganti dengan struktur baja yang baru. Gambar 1 Kondisi Bangunan Gudang Setelah Kebakaran Sumber : Dokumen Pengawas, 2014 Menurut Sumardi (2000), kebakaran pada hakikatnya merupakan reaksi kimia dari combustible material dengan oksigen yang dikenal dengan reaksi pembakaran yang menghasilkan panas. Panas hasil pembakaran ini diteruskan ke massa beton/mortar dengan dua macam mekanisme yakni pertama secara radiasi yaitu pancaran panas diterima oleh permukaan beton sehingga permukaan beton menjadi panas. Pancaran panas akan sangat potensial, jika suhu sumber panas relatif tinggi. Kedua secara konveksi yaitu udara panas yang bertiup/bersinggungan dengan permukaan beton sehingga beton menjadi panas. Tjokrodimuljo (2000) mengatakan bahwa beton pada dasarnya tidak diharapkan mampu menahan panas sampai di atas 250 o C. Akibat panas, beton akan mengalami retak, terkelupas (spalling), dan kehilangan kekuatan. Kehilangan kekuatan terjadi karena perubahan komposisi kimia secara bertahap pada pasta semennya. Selain hal tersebut di atas, panas juga menyebabkan beton berubah warna. Bila beton dipanasi sampai suhu sedikit di atas 300 o C, beton akan berubah warna
3 menjadi merah muda. Jika di atas 600 o C, akan menjadi abu-abu agak hijau dan jika sampai di atas 900 o C menjadi abu-abu. Namun jika sampai di atas 1200 o C akan berubah menjadi kuning. Perubahan sifat fisis material pembentuk beton akibat peningkatan suhu pada kejadian kebakaran akan mengakibatkan perubahan sifat mekanis beton, dalam hal ini kuat desak atau kuat tekan beton. Beberapa penelitian yang dilakukan para ahli menunjukkan penurunan kuat tekan dimulai setelah suhu diatas 300 o C, selanjutnya penurunan sangat drastis setelah suhu diatas 500 o C. Penelitian yang dilakukan oleh Sirait (2009), menggunakan balok beton bertulang penampang empat persegi ukuran 15x25x320, terletak pada tumpuan sederhana, bertulangan lemah. Waktu pembakaran mulai dari 30, 60, 90 dan 120 menit dengan balok yang berbeda pada suhu 500 C sejak awal hingga akhir pembakaran dan tanpa pembebanan. Pembebanan pada uji lentur menunjukkan penurunan daya pikul sebesar 26%, demikian juga pada uji kuat tekan beton menunjukkan penurunan kuat tekan beton sebesar 65% dari kekuatan awal. Menurut Priyosulistyo (2000) setelah kebakaran terjadi pada suatu struktur beton bertulang, penelitian harus dilaksanakan untuk pemeriksaan berkenaan dengan kekuatan sisa pada struktur tersebut sebelum dilakukan perbaikan struktur pasca kebakaran. Pengujian core drill atau yang disebut juga pemboran beton inti ialah pengujian terhadap benda uji beton yang berbentuk silinder hasil pengeboran pada struktur yang sudah dilaksanakan. Cara umum untuk mengukur kekuatan beton pada aktual strukturnya adalah dengan cara memotong beton dengan bor berbentuk bulat yang berputar (untuk jenis model ASTM C 42), sehingga diperoleh sampel beton yang berbentuk silinder. Pada penelitian ini, sampel didapatkan langsung dari struktur bangunan yang sudah ada dan terbakar selama kurang lebih 3 jam. Hasil evaluasi di lapangan kemudian dimodelkan ke dalam suatu program berbasis elemen hingga yaitu SAP2000 untuk mengetahui pengaruh beban suhu tinggi akibat kebakaran terhadap parameter struktural pelat beton bertulang, sehingga didapatkan teknik atau metode yang tepat untuk merehabilitasi struktur pelat beton bertulang tersebut. METODE PENELITIAN Data-data yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini berupa data primer yang terdiri dari observasi atau pengamatan langsung ke lapangan, proses pengambilan dan pengujian sampel struktur pelat. Data primer penelitian didapatkan dengan melakukan investigasi dan pemeriksaan langsung pada sebuah gudang penyimpanan bersuhu rendah (cold storage) yang mengalami kebakaran. Gudang tersebut merupakan milik PT. Ananda Solusindo yang terletak di Jl. Raya Narogong Km. 19 No. 77, Cileungsi, Kabupaten Bogor. Untuk melihat seberapa jauh kerusakan yang diakibatkan oleh kebakaran, dilakukan beberapa tahap penelitian sebagai berikut: 1. Pemeriksaan Visual Pemeriksaan visual merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan penyelidikan yang dilakukan di lapangan yang bertujuan untuk memperkirakan dan mengelompokkan jenis dan tingkat kerusakan berdasarkan kondisi visual. Hasil evaluasi visual lebih diutamakan untuk keperluan studi kelayakan kerusakan untuk menjadi bahan dalam perbaikan struktur (retrofit) ataupun rekomendasi pembongkaran (sebagian atau total). Pemeriksaan ini dilakukan mendasarkan pada perubahan fisik yang terjadi pada permukaan beton, antara lain: Perubahan warna pada permukaan beton; Ada atau tidaknya retak permukaan (surface cracks) pada permukaan pelat beton; Ada atau tidaknya pengelupasan (spalling) selimut beton dari pelat beton dan; Perubahan warna pada permukaan beton mengindikasikan tingginya temperatur yang terjadi pada saat terbakar sedangkan kerusakan fisik retakan dan pengelupasan sangat mempengaruhi penurunan kekuatan pada komponen struktur. 2. Destructive Test (Uji merusak) Pengambilan dan pengujian ini dilakukan dengan metode core drill dan sampel selanjutnya dibawa ke laboratorium Struktur dan Material, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok untuk dilakukan pengujian kuat tekan pelat beton dan menaksir temperatur tertinggi yang diterima beton. Jumlah sampel pelat yang diambil dan diuji sebanyak 64 titik, dimana titik-titik pengambilan sampel ditentukan secara acak di seluruh ruangan gudang dengan sebaran yang tidak merata. Penentuan letak titik pengambilan sampel dilakukan dengan melihat struktur pelat yang rusak secara visual yang sekiranya memiliki kuat tekan yang menurun drastis. Sedangkan, data sekunder diperoleh dari data kontraktor dan pengawas proyek berupa gambar kerja (as built drawing), titik pengambilan sampel, hasil pengujian tanah proyek dan hasil pengujian kuat tekan beton setelah kebakaran. Data sekunder digunakan untuk memodelkan struktur dengan parameter awal yang akurat sesuai dengan yang ada di lapangan.
4 HASIL DAN BAHASAN Hasil Pemeriksaan Visual Berdasarkan hasil pekerjaan core drill di lapangan yang dilakukan pada tanggal 3 Maret 2015 sampai 5 Maret 2015 sebanyak 64 titik dapat dilihat bahwa tidak ditemukan adanya rongga di bawah dasar pelat lantai dan ketebalan pelat lantai terpasang sesuai dengan gambar detail pelat lantai as built drawing proyek yakni sekitar 20 cm. Gambar 2 Evaluasi Pengambilan Sampel Pelat Pasca Kebakaran Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015 Hasil pengamatan memperlihatkan adanya beberapa retak-retak tipis dan halus pada beberapa tempat, tetapi retak tidak terlalu panjang dan tidak menyebar secara luas. Selain itu, terdapat pengelupasan (spalling) di beberapa titik dengan ketebalan pengelupasan selimut beton berkisar 0,5 cm. Walaupun demikian, tidak ditemukan adanya pelat beton yang hancur atau pecah dan tidak ada tulangan baja yang terlihat. Pengelupasan dan retakan lebih banyak terdapat pada ruangan cold storage (CS). Hal ini menimbulkan dugaan bahwa ruangan tersebut terkena dampak yang cukup besar akibat peristiwa kebakaran yang terjadi pada bulan oktober lalu. Berbeda halnya dengan yang ditemukan pada ruangan chiller (CH), seluruh ruang chiller tidak ditemukan adanya pengelupasan pada bagian selimut beton dan terdapat hanya sedikit retak-retak halus. Oleh karena itu, jumlah sampel pada ruangan cold storage jauh lebih banyak apabila dibandingkan dengan ruangan chiller. Gambar 3 Pengelupasan pada Permukaan Pelat Beton Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015 Berdasarkan pembahasan hasil pemeriksaan diatas, maka dapat diketahui bahwa tingkat kerusakan yang terjadi diklasifikasikan sebagai kerusakan sedang. Hal ini dikarenakan pengaruh kebakaran hanya berdampak pada pengelupasan sebagian kecil selimut beton dan retak-retak halus pada permukaan pelat beton. Dapat diketahui juga tulangan baja tidak mengalami penurunan mutu kuat tarik karena terlindungi beton yang ada pada setiap sisinya sehingga tidak perlu dilakukan pengujian kuat tarik tulangan beton. Hasil Pengujian Kuat Tekan Sampel Pengujian sampel pelat core drill dilakukan pada 12 Maret 2015 sampai 13 Maret 2015 di Laboratorium Struktur dan Material, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok. Pengujian tersebut dilakukan sesuai dengan standar pengujian SNI mengenai metode pengujian kuat tekan beton yang dibuat departemen pekerjaan umum Indonesia. Alat uji yang digunakan adalah mesin tekan dengan kapasitas lebih dari 2000 kn. Pengujian dilakukan dengan meletakkan sampel beton core drill pada suat pelat baja yang tebal. Selanjutnya, alat uji tekan akan bergerak ke bawah menekan sampel beton core drill sehingga pecah atau runtuh. Kemudian, catat hasil tertinggi beban yang mampu diterima oleh beton yang tampil pada sebuah dial dalam satuan newton. Seluruh sampel yang diambil memiliki diameter sebesar 3631,68 mm 2. Sedangkan rata-rata keseluruhan berat jenis sampel beton adalah 2360,5 kg/m 3, tidak berbeda jauh dengan berat jenis awal beton yang berkisar 2400 kg/m 3.
5 Gambar 4 Hasil Pengujian Kuat Tekan Pelat Beton Setelah Kebakaran Dari hasil pengujian dapat diketahui bahwa jumlah sampel yang tidak terkena dampak kebakaran adalah 22 buah sampel diwakili oleh titik berwarna hitam, sedangkan yang terkena dampak akibat kebakaran adalah 42 sampel yang diwakili oleh titik berwarna biru. Sedangkan, rata-rata kuat tekan beton secara keseluruhan adalah 271,78 kg/cm 2. Perhitungan Beban Suhu Prosedur perhitungan beban suhu secara berurutan yaitu perhitungan standar deviasi populasi sampel kuat tekan beton, perhitungan kuat tekan karakteristik ruangan dan penentuan beban suhu kebakaran pada masing-masing ruangan. Pada penelitian ini program Excel 2013 digunakan untuk membantu proses perhitungan sehingga didapatkan hasil perhitungan yang akurat. a. Perhitungan Standar Deviasi Penyebaran Data Kuat Tekan Standar deviasi dihitung dengan maksud memperhitungkan penyimpangan yang terjadi pada data masing-masing sampel. Perhitungan standar deviasi pada sekumpulan sampel dapat dihitung dengan rumus di bawah ini: Tabel 1 Standar Deviasi Sebaran Data Kuat Tekan Setiap Ruangan Ruang Standar Deviasi (kg/cm 2 ) CS 1 11,99 CS 2 21,12 CS 3 27,27 CS 4 26,32 CS 5 21,80 CS 6 15,56 CS 7 22,63 CS 8 66,97 CH C 0 CH D 23,61 CH E 0 Keterangan: CS = Cold storage CH = Chiller Penyimpangan atau standar deviasi terbesar ada pada sekumpulan sampel CS8 yaitu sebesar 66,97 kg/cm 2. Hal ini dikarenakan hasil pengujian tekan beton pada ruangan tersebut memperlihatkan hasil yang tidak konsisten disertai dengan ketidakseragaman nilai kuat tekan. Adapun pada ruangan CH C dan CH E tidak memiliki penyimpangan atau standar deviasi karena hanya memiliki satu sampel beton, dimana nilai tunggal kuat tekan beton pada ruangan tersebut dinilai dapat mewakili keseluruhan pelat beton pada ruangannya masing-masing. Minimnya kuantitas atau jumlah sampel yang diambil pada ruangan chiller (CH) dikarenakan tidak ada perbedaan yang signifikan secara visual apabila dibandingkan dengan bentuk fisik pelat sebelum kebakaran.
6 b. Perhitungan Sisa Kuat Tekan Karakteristik Setelah didapatkan standar deviasi penyebaran data kuat tekan beton pada setiap ruangan, maka selanjutnya adalah menentukan kuat tekan karakteristik ruangan tersebut dihitung dengan rumus: f bk = f bm 1,64. S Tabel 2 Sisa Kuat Tekan Karakteristik Pasca Kebakaran Kuat Tekan Ruang (kg/cm 2 ) CS 1 235,12 CS 2 302,28 CS 3 211,42 CS 4 180,94 CS 5 200,19 CS 6 204,20 CS 7 227,23 CS 8 239,82 CH C 295,18 CH D 259,64 CH E 239,76 c. Penentuan Beban Suhu Akibat Kebakaran Keterangan: CS = Cold storage CH = Chiller Beban suhu ditentukan dengan grafik hubungan antara kuat tekan sisa pasca bakar terhadap temperatur atau suhu yang terjadi. Penentuan beban suhu secara grafis dilakukan dengan menarik garis horizontal dari sumbu y sisa kuat tekan (relative compressive strength) hingga mencapai garis hubungan siliceous dan kemudian menarik garis vertikal menuju sumbu x yaitu suhu atau temperatur. Grafik pada gambar di bawah ini dipilih karena dianggap dapat mewakili berbagai grafik-grafik lainnya yang sudah dipublikasikan. Gambar 5 Grafik Hubungan Suhu terhadap Kuat Tekan Sisa Pasca Bakar Sumber : European Committee for Standardization, 1995 Tabel 3 Beban Suhu Akibat Kebakaran Ruang Persentase Sisa f c Beban Suhu ( 0 C) CS 1 78% 375 CS 2 101% Normal CS 3 70% 420 CS 4 60% 500 CS 5 67% 430 CS 6 68% 430 CS 7 76% 400 CS 8 80% 350 CH C 98% Normal CH D 87% 200 CH E 80% 350
7 Hasil analisa di atas perlu dilakukan verifikasi untuk menguji keabsahan hasil beban suhu yang didapatkan dari metode grafis. Proses verifikasi dilakukan dengan memasukkan hasil analisa yang telah didapat sebelumnya ke dalam sebuah grafik yang terdiri dari beberapa garis hubungan yang secara matematis telah diajukan oleh penelitian terdahulu. Gambar 6 Perbandingan Hasil Analisa dengan Model Matematis lain Grafik perbandingan di atas mengindikasikan bahwa hasil beban suhu akibat kebakaran yang ditentukan secara grafis dinyatakan sah dan valid, karena titik-titik hasil penentuan beban suhu ternyata memiliki pola yang sama dan tidak memiliki perbedaan yang signifikan jika dibandingkan dengan garis hubungan kekuatan beton terhadap peningkatan suhu yang didapat dari model matematis beberapa penelitian terdahulu. Hasil analisa di atas menunjukkan struktur yang terbakar menerima beban suhu yang cukup tinggi yaitu sekitar 300 o C o C. Beban suhu terbesar terjadi pada ruangan cold storage (CS) 4 yaitu 500 o C dengan sisa kuat tekan berkisar 60% dari kekuatan aslinya atau 181 kg/cm 2. Ruangan CS3, CS4, CS5, CS6, CS7 dan CS8 terkena dampak yang cukup besar akibat kebakaran. Ruangan-ruangan tersebut terletak diantara ruangan CS2 dan ruangan CH yang cenderung memiliki kuat tekan normal. Adapun penurunan kuat tekan beton pada ruangan CS1, CH D dan CH E berkisar 80% dikarenakan minimnya jumlah sampel data yang diambil. Oleh karena itu, untuk selanjutnya analisa pengaruh beban suhu terhadap pelat beton bertulang akan difokuskan pada beberapa ruangan yang terkena dampak kebakaran yaitu CS3, CS4, CS5, CS6, CS7 dan CS8. Walaupun demikian, struktur pelat beton masih layak digunakan tetapi membutuhkan beberapa perbaikan supaya struktur dapat digunakan secara aman. Hasil Analisa Pemodelan SAP2000 a. Lendutan Lendutan merupakan parameter terpenting dalam perencanaan struktur dengan beban yang berat, terlebih lagi apabila untuk mengetahui kelayakan struktur pasca mengalami kebakaran. Analisa ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui perubahan nilai lendutan maksimum yang terjadi pada struktur yang mengalami penurunan kuat tekan akibat beban suhu kebakaran. Berikut merupakan pola lendutan dan nilai lendutan maksimum yang terjadi pada struktur CS 8 sebagai contoh: Gambar 7 Pola Lendutan Struktur pada Ruangan CS 8 (K-240) Gambar 8 Lendutan Maksimum Struktur pada Ruangan CS 8 (K-240)
8 Dari gambar output analisa program SAP2000, dapat dilihat bahwa lendutan yang terjadi terfokus pada titik tengah bentang dimana beban terpusat berada. Lendutan maksimum yang terjadi pada struktur CS 8 dengan kuat tekan beton K-240 (240 kg/cm 2 ) adalah 0, meter. Hasil lendutan maksimum tersebut perlu dilakukan verifikasi untuk mengetahui keabsahan dan validitas analisa yang dilakukan dengan program SAP2000 ini. Verifikasi dilakukan dengan membandingkan hasil lendutan tersebut dengan hasil perhitungan secara manual yang menggunakan rumus berikut. Contoh perhitungan lendutan maksimum CS 8 adalah sebagai berikut: Yc = Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dari hasil lendutan maksimum sebelumnya yang dianalisa dengan program SAP2000. Persentase perbedaan hasil dari kedua cara tersebut tidak lebih dari 1% atau hanya sekitar 0,44%, sehingga hasil analisa lendutan dengan program SAP2000 dapat dinyatakan valid dan sah. Proses yang sama juga dilakukan pada struktur dengan material beton yang memiliki kuat tekan bervariasi sehingga hasil analisa lendutan dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut ini: Tabel 4 Perbandingan Hasil Analisa Lendutan Program SAP2000 dan Manual Ruang Kuat Tekan (kg/cm 2 ) Hasil Analisa Lendutan (m) Program Manual SAP2000 Perbedaan Hasil Awal 300,00 0, , ,58% CS8 239,82 0, , ,44% CS7 227,23 0, , ,41% CS3 211,42 0, , ,38% CS6 204,20 0, , ,36% CS5 200,19 0, , ,35% CS4 180,94 0, , ,29% Gambar 9 Grafik Hubungan Lendutan Maksimum terhadap Penurunan Kuat Tekan Beton dengan Program SAP2000 dan Manual Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan nilai lendutan yang terjadi pada struktur sebelum dan setelah kebakaran dengan program SAP2000. Nilai lendutan maksimum memang mengalami peningkatan seiring dengan penurunan kuat tekan beton. Hal ini dikarenakan nilai lendutan yang berbanding terbalik dengan parameter modulus elastisitas, tetapi kenaikan lendutan tersebut tidaklah signifikan. b. Momen Setelah mengetahui pengaruh beban suhu kebakaran terhadap nilai lendutan, maka selanjutnya dilakukan analisa pengaruh beban suhu kebakaran terhadap diagram momen. Sama seperti halnya parameter lendutan, momen juga berperan penting dalam perencanan struktur. Momen yang besar akibat beban yang berlebih akan membutuhkan ketahanan material beton untuk menahannya agar struktur dapat digunakan secara aman dan nyaman. Berikut merupakan gambar diagram momen struktur sebelum dan sesudah kebakaran:
9 Gambar 10 Diagram Momen Struktur pada Ruangan CS 8 (K-240) Gambar 11 Momen Maksimum Struktur pada Ruangan CS 8 (K-240) Dari gambar output program SAP2000 diatas dapat diketahui momen maksimum juga terletak di tengah bentang sama seperti halnya dengan lendutan maksimum. Nilai momen maksimum pada struktur pelat di ruangan CS 8 dengan material beton K-240 (240 kg/cm 2 ) adalah 24143,8503 kn.m. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa, hasil analisa momen maksimum dengan program SAP2000 perlu diverifikasi untuk mengetahui keabsahan dan validitasnya. Verifikasi secara manual dilakukan dengan menggunakan rumus berikut: Mc = Nilai momen maksimum tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil analisa lendutan yang dilakukan dengan program SAP2000. Persentase perbedaan hasil dari kedua cara tersebut hanya kurang dari 2%, adapun perbedaan tersebut terjadi karena jumlah pegas pada bentang tersebut diatur sebanyak 36 pegas. Hasil proses trial and error menunjukkan bahwa semakin banyaknya pegas pada suatu bentang maka persentase perbedaan kedua hasil analisa tersebut juga akan semakin kecil. Perbedaan hasil analisa momen tersebut menunjukkan bahwa analisa momen dengan program SAP2000 dapat dikatakan valid dan sah. Proses yang sama juga dilakukan pada struktur dengan material beton yang memiliki kuat tekan bervariasi sehingga hasil analisa lendutan dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut ini: Tabel 5 Perbandingan Hasil Analisa Momen Program SAP2000 dan Manual Ruang Kuat Tekan (kg/cm 2 Hasil Analisa Momen Perbedaan ) Program SAP2000 Manual Hasil Awal 300, , ,2 1,80% CS8 239, , ,3 1,96% CS7 227, , ,0 1,99% CS3 211, , ,5 2,03% CS6 204, , ,4 2,05% CS5 200, , ,8 2,06% CS4 180, , ,4 2,11% Gambar 12 Grafik Hubungan Momen Maksimum terhadap Penurunan Kuat Tekan Beton dengan Program SAP2000 dan Manual
10 Dari grafik perbandingan sebelumnya dapat dilihat bahwa terjadi penurunan nilai momen maksimum seiring dengan penurunan kuat tekan yang terjadi. Hal ini sejalan dengan perhitungan momen yang berbanding lurus dengan parameter modulus elastisitas. Sama seperti halnya dengan nilai lendutan bahwa penurunan tersebut tidaklah signifikan. Jadi, dalam analisa kedua parameter struktural yang dilakukan yaitu lendutan dan momen dapat diketahui bahwa parameter kuat tekan beton tidak berpengaruh secara langsung terhadap perhitungan lendutan dan momen. Perhitungan lendutan dan momen pada struktur dengan penopang elastis melibatkan modulus elastisitas beton yang dipengaruhi oleh nilai kuat tekan beton. Sesuai dengan rumus modulus elastisitas dimana dijelaskan bahwa nilai modulus elastisitas (E) dipengaruhi oleh akar kuadrat dari parameter kuat tekan beton (f c), sehingga perubahan nilai kuat tekan beton yang dimodelkan tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap modulus elastisitas (E). c. Kebutuhan Tulangan Kebutuhan tulangan dianalisa karena struktur pelat tidak hanya menahan gaya tekan saja, melainkan gaya tarik juga berpengaruh terhadap ketahanan pelat. Analisa tersebut dilakukan dengan membandingkan luas kebutuhan tulangan tarik pada struktur pelat beton bertulang sebelum dan sesudah kebakaran. Kuat tekan sesudah kebakaran diwakili oleh ruangan CS 8 yang merupakan kuat tekan terendah pada penelitian ini. Berikut merupakan kebutuhan tulangan tarik yang dibutuhkan struktur pelat sebelum dan sesudah kebakaran: Gambar 13 Kebutuhan Tulangan Struktur Sebelum Kebakaran (K-300) Gambar 14 Kebutuhan Tulangan Struktur Setelah Kebakaran (K-181) Gambar diatas menunjukkan bahwa beban suhu kebakaran berpengaruh cukup besar dan signifikan terhadap luas kebutuhan tulangan pada struktur pelat beton bertulang. Kenaikan luas kebutuhan tulangan yang signifikan pada pelat beton bertulang setelah kebakaran mengindikasikan kuat tekan yang menurun tidak akan cukup untuk menahan beban yang bekerja pada struktur pelat tersebut, sehingga harus menambah jumlah atau diameter tulangan agar struktur menjadi kuat dan aman secara gaya tekan maupun gaya tarik. Pelat beton bertulang setelah kebakaran yang memiliki sisa kuat tekan beton sekitar 181 kg/cm 2 tentu membutuhkan luasan tulangan yang lebih besar untuk menjaga struktur tetap kuat dan aman. Jumlah kebutuhan tulangan yang lebih besar pada struktur setelah kebakaran (K-181) menunjukkan bahwa dibutuhkan perbaikan tertentu yang efektif agar pelat beton bertulang dapat kuat terhadap tarik maupun tekan. Teknik Perbaikan Pelat Beton Bertulang Secara umum, persyaratan metode perbaikan yang akan digunakan adalah dapat memperkuat struktur, mudah untuk dilaksanakan, tahan lama, dan ekonomis. Teknik perbaikan yang dianjurkan untuk memperbaiki struktur pasca kebakaran berdasarkan hasil pemeriksaan dan tingkat kerusakan struktur adalah pre-packed concrete, metode ini digunakan karena mampu memperbaiki kemampuan beton secara tekan maupun tarik sehingga didapatkan struktur yang stabil dan aman, walaupun terdapat penurunan kuat tekan beton yang signifikan. Metode perbaikan ini dianggap ekonomis karena tidak merusak struktur beton maupun tulangan yang ada Hal ini didukung dari hasil pemeriksaan sebelumnya dapat diketahui bahwa struktur pelat setelah kebakaran masih dapat dipergunakan. Perbaikan dimulai dengan mengupas dan membersihkan terlebih dahulu beton pada bagian yang retak dan terkelupas tersebut, kemudian melapisi dan menebalkan permukaan pelat dengan beton yang baru. Metode ini membutuhkan bantuan shear connector sebagai pengikat antara lapisan beton yang lama dengan beton yang baru agar dapat melekat satu sama lain dan tidak bergeser secara terpisah. Ketebalan beton yang digunakan harus diperhitungkan terlebih dahulu supaya perbaikan struktur dapat ekonomis dan aman secara keseluruhan. Perkiraan tebal beton dilakukan secara trial dan error dengan mengubah ketebalan penampang dan membandingkan kebutuhan luas tulangan pelat
11 beton bertulang. Dikarenakan kebutuhan luas tulangan tidak berubah, maka luas kebutuhan tulangan struktur setelah perbaikan harus sama atau lebih kecil daripada struktur sebelum kebakaran. Setelah dilakukan beberapa percobaan dapat diketahui bahwa ternyata penebalan struktur pelat sebesar 2 cm atau 20 mm sudah cukup untuk mereduksi kebutuhan tulangan struktur setelah kebakaran dan aman secara kekuatan tarik maupun tekan. Perbandingan kebutuhan pada gambar diatas dibandingkan dengan gambar 13 yang merupakan kebutuhan tulangan sebelum kebakaran terjadi. Teknik ini dapat langsung diaplikasikan dan diterapkan dengan contoh ilustrasi sebagai berikut: Gambar 15 Ilustrasi Perbaikan Pelat dengan Metode Pre-packed SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil investigasi dan pemeriksaan struktur pelat di lapangan tidak ditemukan adanya rongga di bawah dasar pelat lantai dan ketebalan pelat lantai terpasang sesuai dengan gambar as built drawing proyek yakni sekitar 20 cm. Adapun kerusakan visual yang dapat dilihat secara kasat mata adalah beberapa retak-retak tipis dan halus pada beberapa tempat, tetapi retak tidak terlalu panjang dan tidak menyebar secara luas. Selain itu, terdapat pengelupasan (spalling) di beberapa titik dengan ketebalan pengelupasan selimut beton berkisar 0,5 cm. Walaupun demikian, tidak ditemukan adanya pelat beton yang hancur atau pecah dan tidak ada tulangan baja yang terlihat. Dari hasil investigasi dan pemeriksaan tersebut dapat disimpulkan bahwa bangunan gudang penyimpanan bersuhu dingin (cold storage) tersebut masih layak digunakan dengan teknologi rehabilitasi dan perbaikan yang tepat sesuai dengan tingkat kerusakan gudang akibat kebakaran. Berdasarkan teori Rizal, F. (2000), tingkat kerusakan struktur tersebut diklasifikasikan sebagai kerusakan sedang, karena pengaruh kebakaran hanya berdampak pada pengelupasan sebagian kecil selimut beton dan retak-retak halus pada permukaan pelat beton. Berdasarkan hasil analisa, semakin tinggi beban suhu yang terjadi akibat kebakaran, maka semakin rendah kekuatan tekan beton pada struktur. Hal ini terbukti dari hasil verifikasi dengan beberapa teori dan peneliti terdahulu. Sedangkan, hasil pengujian sampel beton yang terbakar di laboratorium menunjukkan struktur yang terbakar menerima beban suhu yang cukup tinggi yaitu sekitar 300 o C o C dengan ruangan CS3, CS4, CS5, CS6, CS7 dan CS8 sebagai area yang terkena dampak terbesar akibat kebakaran. Hasil pemodelan struktur melalui program SAP2000 menyimpulkan bahwa penurunan kuat tekan beton akibat beban suhu tinggi kebakaran berpengaruh secara tidak signifikan terhadap nilai lendutan dan momen maksimum pada struktur pelat beton bertulang. Seiring dengan penurunan kuat tekan beton akibat beban suhu, maka nilai lendutan akan semakin besar. Sebaliknya, penurunan kuat tekan tersebut berpengaruh terhadap menurunnya nilai momen maksimum yang terjadi. Selain itu, penurunan kuat tekan beton akibat beban suhu sangat berpengaruh terhadap kebutuhan tulangan tarik dimana struktur membutuhkan lebih banyak tulangan daripada sebelumnya, sehingga diperlukan perbaikan agar struktur pelat dapat digunakan kembali dengan aman. Melihat dari tingkat kerusakan struktur pelat beton bertulang di lapangan, maka teknik perbaikan yang diusulkan untuk merehabilitasi struktur pelat gudang pada objek penelitian ini adalah pre-packed concrete, yang merupakan metode perbaikan paling efektif dan efisien sesuai dengan hasil pemeriksaan dan evaluasi pengaruh kebakaran terhadap struktur tersebut. Tetapi, perlu dikaji lebih lanjut mengenai performa poly urethane (PU) pada struktur pelat khusus bersuhu dingin sebelum mengaplikasikan teknik perbaikan yang diusulkan.
12 REFERENSI Ahmad, I.A. (2001). Tinjauan Kelayakan Balok Beton Bertulang Pasca bakar Secara Analisis dan Eksperimen, Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Aslani, F. & Bastami, M. (2011). Constitutive relationships for normal and high-strength concrete at elevated temperatures. ACI Material Journal, 108 (37), Bathe, K-J. (1982). Finite Element Procedures in Engineering Analysis. New Jersey: Prentice Hall. Bayuasri, T., Indarto, H., & Antonius. (2006). Perubahan Perilaku Mekanis Akibat Temperatur Tinggi. PILAR, 15 (2), Bowles, E., J. (1983). Foundation Analysis and Design, 3 rd Edition (terjemahan Silaban, P.). Jakarta: Erlangga. Conal, R. (2015). Analisa Pengaruh Beban Dinamis pada Pelat dan Balok dengan Metode Elemen Hingga. Skripsi S1, Universitas Bina Nusantara, Jakarta CSI. (2002). SAP2000 Integrated Software for Structural Analysis and Design Analysis References Manual. Berkeley, California, USA. Departemen Pekerjaan Umum. (1983). Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung. Yayasan LPMB, Bandung. Departemen Pekerjaan Umum. (1991). Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Bertulang Untuk Bangunan Gedung SK-SNI-T Yayasan LPMB, Bandung Departemen Pekerjaan Umum. (2002). Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI ) Dilengkapi Penjelasan (S-2002). Surabaya: ITS Press. Departemen Pekerjaan Umum. (2002). Metode Pengambilan dan Pengujian Beton Inti (SNI ). Surabaya: ITS Press. Hetenyi, M. (1974). Beams on Elastic Foundation, The University of Michigan, USA. Irwanto. (1999). Pengaruh Rasio Panjang dan Diameter Silinder terhadap Kekuatan Beton Mutu Tinggi. Jurnal Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, 5-6. Lianasari, A. E., (1999). Perilaku dan Rehabilitasi Struktur Beton Pasca Kebakaran. Sigma Edisi 22/Tahun XXII/Agustus 1999, ISSN Lianasari, A.E., Manggolo, S.T., & Tanesta, R.K. (2013). Pengaruh Suhu Pembakaran Terhadap Sifat Mekanik Beton Fly ash Dengan Penambahan Water Reducer. KoNTekS 7, M Neville, A.M. (2003). Properties of concrete, 4th and Final Edition. Edinburg Gate Harlow, England: Pearson Prentice Hall. Poh C.K.W., Bennets I.D. (1995). Analysis of Structural Members Under Elevated Temperatures Condition. Journal of Structural Engineering, Rochman, A. (2006). Estimasi Kekuatan Sisa dan Teknologi Perbaikannya. dinamika TEKNIK SIPIL, 6 (2) Sirait, K.B. (2003). Kajian Perilaku Beton Bertulang Pasca Bakar. Tesis, Program Magister Universitas Sumatera Utara, Medan. Sudarmadi, (2010). Pengkajian Kekuatan Beton Struktur Jembatan Pasca Kebakaran. Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS). Tangerang Selatan. Sudarmoko, (2000). Metode Perbaikan dan Cara Pelaksanaan Gedung Pasca Bakar, PAU Ilmu Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Suhendro, B, (2000). Analisis Degradasi Kekuatan Struktur Beton Bertulang Pasca Kebakaran, PAU Ilmu Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Susilorini, M.I., & Sambowo, K.A., (2011). Teknologi Beton Lanjutan Durabilitas Beton Edisi ke-2. Semarang: Surya Perdana Semesta. Tjokrodimulyo, K. (1998). Teknologi Beton. Nafiri. Yogyakarta. Tjokrodimulyo, K. (2000). Pengujian Mekanik Laboratorium Beton Pasca Bakar, PAU Ilmu Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Xiao, Robert Y. (2013). Constitutive Model for High Strength Concrete (HSC) at Elevated Temperatures. IACSIT International Journal of Engineering and Technology, 5 (5), Zacoeb, A. dan Anggraini, R., (2005). Kuat Tekan Beton Pasca Bakar. RIWAYAT PENULIS Deny lahir di kota Jakarta pada 2 November Penulis menamatkan kuliah S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Teknik Sipil pada tahun Penulis aktif di berbagai organisasi seperti Himpunan Teknik Sipil Bina Nusantara (HIMTES) sebagai anggota seksi acara dan Institution of Civil Engineering (ICE) Student Chapter sebagai Bendahara pada tahun 2013.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak manusia mengenal teknik dan rekayasa konstruksi, struktur bangunan yang dihasilkan tidak lepas dari resiko terjadinya kecelakaan maupun bencana, salah satu diantaranya
Lebih terperinci/BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh faktor air semen dan suhu selama perawatan.
/BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen Portland, dan air (PBI-2,1971). Seiring dengan penambahan umur, beton akan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidrasi dan menghasilkan suatu pengerasan dan pertambahan kekuatan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton terdiri atas agregat, semen dan air yang dicampur bersama-sama dalam keadaan plastis dan mudah untuk dikerjakan. Karena sifat ini menyebabkan beton mudah untuk
Lebih terperinciEVALUASI STRUKTUR BANGUNAN PASAR DI MADIUN PASKA KEBAKARAN
EVALUASI STRUKTUR BANGUNAN PASAR DI MADIUN PASKA KEBAKARAN M. Sigit Darmawan Prodi Diploma Teknik Sipil ITS Kampus ITS Jl. Menur 127 Surabaya Tel :031-5981006 Fax :031-5981006 Email:msdarmawan@ce.its.ac.id
Lebih terperinciANALISIS KEKUATAN BETON PASCABAKAR DENGAN METODE NUMERIK
ANALISIS KEKUATAN BETON PASCABAKAR DENGAN METODE NUMERIK Yuzuar Afrizal Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil Universitas Bengkulu Jl. Raya
Lebih terperinciKuat Tekan Beton Pasca Kebakaran pada Struktur Beton Bertulang di Pasar Seririt, Buleleng, Bali
JURNAL LOGIC. VOL.15. NO.1 MARET 2015 23 Kuat Tekan Beton Pasca Kebakaran pada Struktur Beton Bertulang di Pasar Seririt, Buleleng, Bali Fajar Surya Herlambang, I Komang Sudiarta Jurusan Teknik Sipil Politeknik
Lebih terperinciJl. Banyumas Wonosobo
Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-Gorong Jl. Banyumas Wonosobo Oleh : Nasyiin Faqih, ST. MT. Engineering CIVIL Design Juli 2016 Juli 2016 Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-gorong
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL BESARAN MEKANIS BETON MUTU NORMAL PADA SUHU TINGGI. Kaligawe Km.4 Semarang,
STUDI EKSPERIMENTAL BESARAN MEKANIS BETON MUTU NORMAL PADA SUHU TINGGI Antonius 1, Himawan Indarto 2 dan Trisni Bayuasri 3 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA), Jl. Raya
Lebih terperinciPENELITIAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN DAN TANPA PEMAKAIAN SIKAFIBRE
PENELITIAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN DAN TANPA PEMAKAIAN SIKAFIBRE Wira Kusuma 1 dan Besman Surbakti 2 Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl.Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan Email
Lebih terperinciPERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM
PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM DENGAN PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP TANPA STYROFOAM Lutfi Pakusadewo, Wisnumurti, Ari Wibowo Jurusan Teknik
Lebih terperinciTINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN BAJA TULANGAN YANG DIPASANG MENYILANG PASCA BAKAR NASKAH PUBLIKASI
TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN BAJA TULANGAN YANG DIPASANG MENYILANG PASCA BAKAR NASKAH PUBLIKASI untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Sipil
Lebih terperinciPOLA PENURUNAN STRUKTUR PELAT LANTAI GUDANG RETAIL PADA TANAH LUNAK DI KAWASAN INDUSTRI WIJAYAKUSUMA SEMARANG (150G)
POLA PENURUNAN STRUKTUR PELAT LANTAI GUDANG RETAIL PADA TANAH LUNAK DI KAWASAN INDUSTRI WIJAYAKUSUMA SEMARANG (150G) Himawan Indarto 1 dan Hanggoro Tri Cahyo A. 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciKUAT LENTUR PROFIL LIPPED CHANNEL BERPENGAKU DENGAN PENGISI BETON RINGAN BERAGREGAT KASAR AUTOCLAVED AERATED CONCRETE HEBEL
Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 KUAT LENTUR PROFIL LIPPED CHANNEL BERPENGAKU DENGAN PENGISI BETON RINGAN BERAGREGAT KASAR AUTOCLAVED AERATED CONCRETE HEBEL Ade Lisantono
Lebih terperinciPENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG
PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG Denny 1,Jonathan 2 dan Handoko 3 ABSTRAK : Dalam dunia konstruksi, balok beton bertulang adalah barang
Lebih terperinciKAJIAN KUAT TEKAN BETON DAN KUAT TARIK BAJA TULANGAN GEDUNG TEKNIK ARSITEKTUR DAN ELEKTRO UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO PASCA KEBAKARAN
KAJIAN KUAT TEKAN BETON DAN KUAT TARIK BAJA TULANGAN GEDUNG TEKNIK ARSITEKTUR DAN ELEKTRO UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO PASCA KEBAKARAN Christian Eko Wior Steenie E. Wallah, Ronny Pandaleke Universitas
Lebih terperinciTINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.
TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik
Lebih terperinciDEGRADASI MEKANIK BETON NORMAL PASCA BAKAR
DEGRADASI MEKANIK BETON NORMAL PASCA BAKAR Fauzan Hamdi 1*. Muh. Syafaat S. Kuba 2 1,2 Prodi Teknik Sipil Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Makassar Jl. Sultan Alauddin No.259 Makassar
Lebih terperincia home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pelat Pertemuan - 1
Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 SKS : 3 SKS Pelat Pertemuan - 1 TIU : Mahasiswa dapat mendesain berbagai elemen struktur beton bertulang TIK : Mahasiswa dapat mendesain sistem pelat
Lebih terperinciMETODE RETROFIT DENGAN WIRE MESH DAN SCC UNTUK PENINGKATAN KEKUATAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG
METODE RETROFIT DENGAN WIRE MESH DAN SCC UNTUK PENINGKATAN KEKUATAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG A. Arwin Amiruddin 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Makassar
Lebih terperinciANALISA GEOMETRI NON-LINIER PELAT LANTAI DENGAN MENGGUNAKAN SAP2000 DAN PERCOBAAN PEMBEBANAN. Andri Handoko
ANALISA GEOMETRI NON-LINIER PELAT LANTAI DENGAN MENGGUNAKAN SAP2 DAN PERCOBAAN PEMBEBANAN Andri Handoko Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No. 9 Kemanggisan,
Lebih terperinciANALISIS LENDUTAN SEKETIKA DAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR PELAT DUA ARAH. Trinov Aryanto NRP : Pembimbing : Daud Rahmat Wiyono, Ir., M.Sc.
ANALISIS LENDUTAN SEKETIKA DAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR PELAT DUA ARAH Trinov Aryanto NRP : 0621009 Pembimbing : Daud Rahmat Wiyono, Ir., M.Sc. JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KRISTEN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Material Beton II.1.1 Definisi Material Beton Beton adalah suatu campuran antara semen, air, agregat halus seperti pasir dan agregat kasar seperti batu pecah dan kerikil.
Lebih terperinciTINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG DIAGONAL DI TENGAH TULANGAN SENGKANG.
TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG DIAGONAL DI TENGAH TULANGAN SENGKANG Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana
Lebih terperinciANALISIS HUBUNGAN BALOK KOLOM BETON BERTULANG PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG DPRD-BALAI KOTA DKI JAKARTA
ANALISIS HUBUNGAN BALOK KOLOM BETON BERTULANG PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG DPRD-BALAI KOTA DKI JAKARTA Agus Setiawan Civil Engineering Department, Faculty of Engineering, Binus University Jl. K.H. Syahdan
Lebih terperinciPENGARUH PERBANDINGAN PANJANG BENTANG GESER DAN TINGGI EFEKTIF PADA BALOK BETON BERTULANG
PENGARUH PERBANDINGAN PANJANG BENTANG GESER DAN TINGGI EFEKTIF PADA BALOK BETON BERTULANG Elfania Bastian Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat ABSTRAK Struktur merupakan bagian
Lebih terperinciPERBANDINGAN KEHILANGAN GAYA PRATEKAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR BALOK DI GEDUNG*
PERBANDINGAN KEHILANGAN GAYA PRATEKAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR BALOK DI GEDUNG* Reynold Andika Pratama Binus University, Jl. KH. Syahdan No. 9 Kemanggisan Jakarta Barat, 5345830, reynold_andikapratama@yahoo.com
Lebih terperinciStaf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe
LEBAR SAYAP BALOK T DAN BALOK L PADA PORTAL SIMETRIS DUA BENTANG Syukri Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe ABSTRACT This research conducted to evaluate effective length of
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU
PENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU Agustin Dita Lestari *1, Sri Murni Dewi 2, Wisnumurti 2 1 Mahasiswa / Program Magister / Jurusan Teknik
Lebih terperinciKAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BIASA DAN BALOK BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi
KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BIASA DAN BALOK BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA SIMPLE BEAM Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil
Lebih terperinciDEGRADASI KUAT TEKAN, KUAT TARIK DAN MODULUS ELASTISITAS BETON PASCA KEBAKARAN YANG DITELANTARKAN
DEGRADASI KUAT TEKAN, KUAT TARIK DAN MODULUS ELASTISITAS BETON PASCA KEBAKARAN YANG DITELANTARKAN Tesis Diajukan Kepada Program Magister Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk memenuhi salah
Lebih terperinciPENGARUH TEBAL SELIMUT BETON TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG
PENGARUH TEBAL SELIMUT BETON TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG Arusmalem Ginting 1 Rio Masriyanto 2 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta 2 Alumni Jurusan
Lebih terperinciNILAI KUAT TARIK BELAH BETON DENGAN VARIASI UKURAN DIMENSI BENDA UJI
NILAI KUAT TARIK BELAH BETON DENGAN VARIASI UKURAN DIMENSI BENDA UJI Renaldo Glantino Regar Marthin D. J. Sumajouw, Servie O. Dapas Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi Manado
Lebih terperinciEVALUASI KEKUATAN STRUKTUR YANG SUDAH BERDIRI DENGAN UJI ANALISIS DAN UJI BEBAN (STUDI KASUS GEDUNG SETDA KABUPATEN BREBES)
EVALUASI KEKUATAN STRUKTUR YANG SUDAH BERDIRI DENGAN UJI ANALISIS DAN UJI BEBAN (STUDI KASUS GEDUNG SETDA KABUPATEN BREBES) Himawan Indarto & Ferry Hermawan ABSTRAK Gedung Sekretaris Daerah Brebes yang
Lebih terperinciPERBANDINGAN KUAT TARIK LENTUR BETON BERTULANG BALOK UTUH DENGAN BALOK YANG DIPERKUAT MENGGUNAKAN CHEMICAL ANCHOR
PERBANDINGAN KUAT TARIK LENTUR BETON BERTULANG BALOK UTUH DENGAN BALOK YANG DIPERKUAT MENGGUNAKAN CHEMICAL ANCHOR Regina Deisi Grasye Porajow M. D. J. Sumajouw, R. Pandaleke Fakultas Teknik Jurusan Sipil
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Bertulang Beton terdiri atas agregat, semen dan air yang dicampur bersama-sama dalam keadaan plastis dan mudah untuk dikerjakan. Sesaat setelah pencampuran, pada adukan
Lebih terperinciPENERAPAN METODE SCHMIDT HAMMER TEST DAN CORE DRILLED TEST UNTUK EVALUASI KUAT TEKAN BETON PADA RUANG IGD RSGM UNSRAT GUNA ALIH FUNGSI BANGUNAN
PENERAPAN METODE SCHMIDT HAMMER TEST DAN CORE DRILLED TEST UNTUK EVALUASI KUAT TEKAN BETON PADA RUANG IGD RSGM UNSRAT GUNA ALIH FUNGSI BANGUNAN Vilty Stilvan Karundeng Steenie E. Wallah, Ronny Pandaleke
Lebih terperinciTINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi
TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil
Lebih terperinciMECHANICAL PROPERTIES OF CONCRETE USING COARSE AND FINE RECYCLED CONCRETE AGGREGATES Buen Sian 1, Johannes Adhijoso Tjondro 1 and Sisi Nova Rizkiani 2 1 Department of Civil Engineering, Parahyangan Catholic
Lebih terperinciBAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA
BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA 4.1 Studi Eksperimental 4.1.1 Pendahuluan Model dari eksperimen ini diasumsikan sesuai dengan kondisi di lapangan, yaitu berupa balok beton bertulang untuk balkon yang
Lebih terperinciTINJAUAN REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U
TINJAUAN REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U Henry Hartono 1, Basuki 2, Mirana 3 123 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON
Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON Helmy Hermawan Tjahjanto 1, Johannes Adhijoso
Lebih terperinciKAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M)
KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M) Hazairin 1, Bernardinus Herbudiman 2 dan Mukhammad Abduh Arrasyid 3 1 Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional (Itenas), Jl. PHH. Mustofa
Lebih terperinciPENGUJIAN KAPASITAS LENTUR DAN KAPASITAS TUMPU KONSTRUKSI DINDING ALTERNATIF BERBAHAN DASAR EPOXY POLYSTYRENE (EPS)
PENGUJIAN KAPASITAS LENTUR DAN KAPASITAS TUMPU KONSTRUKSI DINDING ALTERNATIF BERBAHAN DASAR EPOXY POLYSTYRENE (EPS) Agus Setiawan Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Bina Nusantara
Lebih terperinciKOMPOSIT BETON-PROFIL LIP CHANNEL UNTUK MENCEGAH TEKUK LATERAL-TORSIONAL
KOMPOSIT BETON-PROFIL LIP CHANNEL UNTUK MENCEGAH TEKUK LATERAL-TORSIONAL Ridwan Rinaldo Loe (loe.naldo@yahoo.com) 1) Jusuf J.S. Pah 2) Tri M.W. Sir 3) ABSTRACT Lip channels profile usually failed before
Lebih terperinciKERUNTUHAN LENTUR BALOK PADA STRUKTUR JOINT BALOK-KOLOM BETON BERTULANG EKSTERIOR AKIBAT BEBAN SIKLIK
KERUNTUHAN LENTUR BALOK PADA STRUKTUR JOINT BALOK-KOLOM BETON BERTULANG EKSTERIOR AKIBAT BEBAN SIKLIK Ratna Widyawati 1 Abstrak Dasar perencanaan struktur beton bertulang adalah under-reinforced structure
Lebih terperinciPEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI
PEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI Nini Hasriyani Aswad Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Haluoleo Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Kendari 93721 niniaswad@gmail.com
Lebih terperinciPengaruh Fire Proofing pada Balok Beton Pasca Bakar
Pengaruh Fire Proofing pada Balok Beton Pasca Infuence of Fire Proofing on Concrete Beam Post Combustion Gathot Heri Sudibyo #1, Nor Intang Setyo H #2 Prodi Teknik Sipil Unsoed # Abstract Problem of building
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pembebanan Struktur Perencanaan struktur bangunan gedung harus didasarkan pada kemampuan gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam Peraturan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencanaan suatu struktur bangunan gedung bertingkat tinggi sebaiknya mengikuti peraturan-peraturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Menurut Tjokrodimuljo (1996), beton merupakan hasil pencampuran portland cement, air, dan agregat. Terkadang ditambah menggunakan bahan tambah dengan perbandingan tertentu,
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI SUHU DAN DURASI PEMBAKARAN TERHADAP KUAT TEKAN BETON PASCA BAKAR
PENGARUH VARIASI SUHU DAN DURASI PEMBAKARAN TERHADAP KUAT TEKAN BETON PASCA BAKAR Juhariadi 1), Andre Novan 2), Alex Kurniawandy 3) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, 2) 3) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Lebih terperinciPERILAKU BALOK KOMPOSIT KAYU PANGGOH BETON DENGAN DIISI KAYU PANGGOH DI DALAM BALOK BETON
PERILAKU BALOK KOMPOSIT KAYU PANGGOH BETON DENGAN DIISI KAYU PANGGOH DI DALAM BALOK BETON Vivi Angraini 1 dan Besman Surbakti 2 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl.Perpustakaan No.1
Lebih terperinciANALISIS SIFAT MEKANIK TULANGAN BETON PASCA BAKAR (SEBAGAI BAHAN PENGAYAAN MATA KULIAH BAHAN BANGUNAN DAN STRUKTUR BETON) Agus Santoso
ANALISIS SIFAT MEKANIK TULANGAN BETON PASCA BAKAR (SEBAGAI BAHAN PENGAYAAN MATA KULIAH BAHAN BANGUNAN DAN STRUKTUR BETON) Agus Santoso (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan FT UNY) ABSTRAK
Lebih terperinciTINJAUAN KUAT TEKAN DAN KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR. Naskah Publikasi
TINJAUAN KUAT TEKAN DAN KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Sipil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik ( portland cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah (admixture
Lebih terperinciANALISIS STRUKTUR BETON BERTULANG KOLOM PIPIH PADA GEDUNG BERTINGKAT
ANALISIS STRUKTUR BETON BERTULANG KOLOM PIPIH PADA GEDUNG BERTINGKAT Steven Limbongan Servie O. Dapas, Steenie E. Wallah Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado Email: limbongansteven@gmail.com
Lebih terperinciANALISIS DAN EKSPERIMEN PELAT BETON BERTULANG BAMBU LAPIS STYROFOAM
ANALISIS DAN EKSPERIMEN PELAT BETON BERTULANG BAMBU LAPIS STYROFOAM Desinta Nur Lailasari *1, Sri Murni Dewi 2, Devi Nuralinah 2 1 Mahasiswa / Program Studi Magister / Jurusan Teknik Sipil / Fakultas Teknik
Lebih terperinciPERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER
PERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas tugas dan melengkapi syarat untuk menempuh Ujian Sarjana Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan di Indonesia dalam pembangunan fisik. Karena sifat nya yang unik. pembuatan, cara evaluasi dan variasi penambahan bahan.
I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang pada saat ini banyak digunakan di Indonesia dalam pembangunan fisik. Karena sifat nya yang unik diperlukan pengetahuan
Lebih terperinciUJI EKSPERIMENTAL KEKUATAN DRAINASE TIPE U-DITCH PRACETAK
JURNAL TUGAS AKHIR UJI EKSPERIMENTAL KEKUATAN DRAINASE TIPE U-DITCH PRACETAK Oleh : MUHAMMAD ASRUL ANSAR D 0 258 JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN GOWA 6 UJI EKSPERIMENTAL KEKUATAN DRAINASE
Lebih terperinciPENGARUH KUAT TEKAN TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG
PENGARUH KUAT TEKAN TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG Yohanes Trian Dady M. D. J. Sumajouw, R. S. Windah Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado Email : yohanesdady@yahoo.co.id
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG
PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG Irmawati Indahriani Manangin Marthin D. J. Sumajouw, Mielke Mondoringin Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi
Lebih terperinciEKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN
EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN Devi Nuralinah Dosen / Teknik Sipil / Fakultas Teknik / Universitas Brawijaya Malang Jl. MT Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pelat Pelat beton (concrete slabs) merupakan elemen struktural yang menerima beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke balok dan kolom sampai
Lebih terperinciBAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM
BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan perilaku struktur bambu akibat beban rencana. Pengujian menjadi penting karena bambu merupakan material yang tergolong
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI BENTUK KOMBINASI SHEAR CONNECTOR TERHADAP PERILAKU LENTUR BALOK KOMPOSIT BETON-KAYU ABSTRAK
VOLUME 12 NO. 2, OKTOBER 2016 PENGARUH VARIASI BENTUK KOMBINASI SHEAR CONNECTOR TERHADAP PERILAKU LENTUR BALOK KOMPOSIT BETON-KAYU Fengky Satria Yoresta 1, Muhammad Irsyad Sidiq 2 ABSTRAK Tulangan besi
Lebih terperinciPENGARUH CAMPURAN KADAR BOTTOM ASH DAN LAMA PERENDAMAN AIR LAUT TERHADAP LENDUTAN PADA BALOK
PENGARUH CAMPURAN KADAR BOTTOM ASH DAN LAMA PERENDAMAN AIR LAUT TERHADAP LENDUTAN PADA BALOK Muhadi Wiji Novianto Dosen Pembimbing : 1. Ir. Ristinah S., MT 2. Roland Martin Simatupang, ST., MT Jurusan
Lebih terperinciPERBAIKAN ELEMEN STRUKTUR PASCA KEBAKARAN. Kusdiman Joko Priyanto. Abstrak
PERBAIKAN ELEMEN STRUKTUR PASCA KEBAKARAN Kusdiman Joko Priyanto Abstrak Kebakaran merupakan bencana yang dapat terjadi setiap saat dan kapan saja. Banyak bangunan telah mengalami kebakaran karena berbagai
Lebih terperinciPELAT LANTAI DENGAN METODE ANALISIS DAN HASIL LAPANGAN
PELAT LANTAI DENGAN METODE ANALISIS DAN HASIL LAPANGAN Fransiscus Leonardo Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan 9 Kemanggisan, Jakarta Barat 11480, Fax. 5300244
Lebih terperinciKajian Eksperimental Perilaku Lentur dan Geser Balok Sandwich Beton
Reka Racana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Agustus 2015 Kajian Eksperimental Perilaku Lentur dan Geser Balok Sandwich Beton YONGKI ALDINO 1, BERNARDINUS HERBUDIMAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan konstruksi bangunan di Indonesia telah berkembang dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan konstruksi bangunan di Indonesia telah berkembang dengan pesat seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, terutama di kotakota besar yang mengakibatkan
Lebih terperinciPerencanaan Fondasi Mat Pada Gedung-gedung Tinggi oleh: Steffie Tumilar. ir.m.eng.au(haki)
Perencanaan Fondasi Mat Pada Gedung-gedung Tinggi oleh: Steffie Tumilar. ir.m.eng.au(haki) 1. Pendahuluan. Pada masa sekarang telah kita saksikan hadirnya berbagai gedung-gedung pencakar langit dengan
Lebih terperinciPENGARUH PERBEDAAN PROSES PENDINGINAN TERHADAP PERUBAHAN FISIK DAN KUAT TEKAN BETON PASCA BAKAR
PENGARUH PERBEDAAN PROSES PENDINGINAN TERHADAP PERUBAHAN FISIK DAN KUAT TEKAN BETON PASCA BAKAR Edhi Wahyuni, Retno Anggraini Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang Jl. MT.
Lebih terperinciPENGUJIAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT UJI TEKAN
PENGUJIAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT UJI TEKAN Oleh : Riza Aryanti ) & Zulfira Mirani ) ) Jurusan Teknik Sipil Universitas Andalas ) Jurusan Teknik Sipil Politeknik
Lebih terperinciVERIFIKASI PENYEBAB RETAK PADA PEMANCANGAN TIANG PIPA MENGGUNAKAN HYDRAULIC JACK
VERIFIKASI PENYEBAB RETAK PADA PEMANCANGAN TIANG PIPA MENGGUNAKAN HYDRAULIC JACK Edwin Tanjung 1, Hadi Rusjanto 2, Grace Kurniawati 3 1 Alumni Mahaiswa Jurusan Teknik Sipil, Universitas Trisakti, Email:
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pembebanan Struktur Dalam perencanaan struktur bangunan harus mengikuti peraturanperaturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman. Pengertian
Lebih terperinciDesain Elemen Lentur Sesuai SNI
DesainElemenLentur Sesuai SNI 03 2847 2002 2002 Balok Beton Bertulang Blkdik Balok dikenal sebagai elemen lentur, yaituelemen struktur yang dominan memikul gaya dalam berupa momen lentur dan juga geser.
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN WIRE ROPE SEBAGAI PERKUATAN LENTUR TERHADAP KEKUATAN DAN DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG TAMPANG T (040S)
PENGARUH PENGGUNAAN WIRE ROPE SEBAGAI PERKUATAN LENTUR TERHADAP KEKUATAN DAN DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG TAMPANG T (040S) Anggun Tri Atmajayanti 1, Iman Satyarno 2, Ashar Saputra 3 1 Program Studi
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN STELL FIBER TERHADAP UJI KUAT TEKAN, TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR PADA CAMPURAN BETON MUTU f c 25 MPa
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN STELL FIBER TERHADAP UJI KUAT TEKAN, TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR PADA CAMPURAN BETON MUTU f c 25 Sukismo 1), Djoko Goetomo 2), Gatot Setya Budi 2) Abstark Dewasa
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI MODEL TERHADAP RESPONS BEBAN DAN LENDUTAN PADA RANGKA KUDA-KUDA BETON KOMPOSIT TULANGAN BAMBU
PENGARUH VARIASI MODEL TERHADAP RESPONS BEBAN DAN LENDUTAN PADA RANGKA KUDA-KUDA BETON KOMPOSIT TULANGAN BAMBU Ristinah S., Retno Anggraini, Wawan Satryawan Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciStudi Eksperimental Kuat Geser Pelat Beton Bertulang Bambu Lapis Styrofoam
Reka Racana Teknik Sipil Itenas No.3 Vol.3 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional September 2017 Studi Eksperimental Kuat Geser Pelat Beton Bertulang Bambu Lapis Styrofoam DESINTA NUR LAILASARI 1, SRI
Lebih terperinciBAHAN KULIAH Struktur Beton I (TC214) BAB IV BALOK BETON
BAB IV BALOK BETON 4.1. TEORI DASAR Balok beton adalah bagian dari struktur rumah yang berfungsi untuk menompang lantai diatasnya balok juga berfungsi sebagai penyalur momen menuju kolom-kolom. Balok dikenal
Lebih terperinciTINJAUAN KUAT GESER DAN KUAT LENTUR BALOK BETON ABU KETEL MUTU TINGGI DENGAN TAMBAHAN ACCELERATOR
TINJAUAN KUAT GESER DAN KUAT LENTUR BALOK BETON ABU KETEL MUTU TINGGI DENGAN TAMBAHAN ACCELERATOR Laksmi Irianti 1 Abstrak Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran kuat geser dan kuat lentur balok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dan pembangunan sarana prasarana fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal tersebut menjadi mungkin
Lebih terperinciANALISIS LENDUTAN SEKETIKA dan LENDUTAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR BALOK. William Trisina NRP : Pembimbing : Daud Rahmat Wiyono, Ir.,M.Sc.
ANALISIS LENDUTAN SEKETIKA dan LENDUTAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR BALOK William Trisina NRP : 0621010 Pembimbing : Daud Rahmat Wiyono, Ir.,M.Sc. JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KRISTEN
Lebih terperinciTINJAUAN MOMEN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG PADA TULANGAN GESER. Naskah Publikasi
TINJAUAN MOMEN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG PADA TULANGAN GESER Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN KOLOM PASIR (SAND COLUMN) SEBAGAI PERKUATAN TERHADAP NILAI LENDUTAN PADA TANAH DASAR (SUB GRADE)
PENGARUH PENAMBAHAN KOLOM PASIR (SAND COLUMN) SEBAGAI PERKUATAN TERHADAP NILAI LENDUTAN PADA TANAH DASAR (SUB GRADE) Muhammad Rizki Faturrahman 1), Bambang Setiawan 2), R. Harya Dananjaya H.I 3) 1)Mahasiswa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baja Baja merupakan bahan konstruksi yang sangat baik, sifat baja antara lain kekuatannya yang sangat besar dan keliatannya yang tinggi. Keliatan (ductility) ialah kemampuan
Lebih terperinciPENGARUH JARAK SENGKANG PADA PEMASANGAN KAWAT GALVANIS MENYILANG TERHADAP KUAT LENTU BALOK BETON BERTULANG
PENGARUH JARAK SENGKANG PADA PEMASANGAN KAWAT GALVANIS MENYILANG TERHADAP KUAT LENTU BALOK BETON BERTULANG Basuki 1, Yenny Nurchasanah 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciPENGARUH SUBTITUSI ABU SERABUT KELAPA (ASK) DALAM CAMPURAN BETON. Kampus USU Medan
PENGARUH SUBTITUSI ABU SERABUT KELAPA (ASK) DALAM CAMPURAN BETON Nora Usrina 1, Rahmi Karolina 2, Johannes Tarigan 3 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No. 1 Kampus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan beton dan bahan-bahan vulkanik sebagai pembentuknya (seperti abu pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga sebelum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beton merupakan bahan konstruksi yang sangat penting dan paling dominan digunakan pada struktur bangunan. Beton sangat diminati karena bahan ini merupakan bahan
Lebih terperinciPEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON
PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang Abstrak. Bambu dapat tumbuh dengan cepat dan mempunyai sifat mekanik yang baik dan dapat digunakan sebagai bahan
Lebih terperinciPENGUJIAN KUAT TARIK BELAH DENGAN VARIASI KUAT TEKAN BETON
PENGUJIAN KUAT TARIK BELAH DENGAN VARIASI KUAT TEKAN BETON Geertruida Eveline Untu E. J. Kumaat, R. S. Windah Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado Email:geeveline.untu@yahoo.co.id
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI SUHU PADA PERAWATAN ELEVATED TEMPERATURE TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK BELAH BETON
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.7, Juni 2013 (473-478) ISSN: 2337-6732 PENGARUH VARIASI SUHU PADA PERAWATAN ELEVATED TEMPERATURE TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK BELAH BETON Vanessa Irena Kullit S. E. Wallah,
Lebih terperinciABSTRAKSI. Basuki Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammdiyah Surakarta Jalan A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura Surakarta 57102
nalisis Perbandingan Kebutuhan Biaya..(Basuki) NLISIS PERBNDINGN KEBUTUHN BHN (BIY) TULNGN SENGKNG KONVENSIONL DN SENGKNG LTERNTIF PD BLOK BETON BERTULNG BNGUNN GEDUNG 2 LNTI Basuki Jurusan Teknik Sipil
Lebih terperinciDESAIN BALOK ELEMEN LENTUR SESUAI SNI
DESAIN BALOK ELEMEN LENTUR SESUAI SNI 03-2847-2002 2002 Analisis Lentur Balok Beton Bertulang Balok mengalami 3 tahap sebelum runtuh: Balok mengalami 3 tahap sebelum runtuh: Sebelum retak (uncracked concrete
Lebih terperinciANALISIS EKSPERIMEN LENTUR KOLOM BATATON PRACETAK AKIBAT BEBAN AKSIAL EKSENTRIS
ANALISIS EKSPERIMEN LENTUR KOLOM BATATON PRACETAK AKIBAT BEBAN AKSIAL EKSENTRIS Ismeddiyanto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau idediyant@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini menggunakan metode-metode dengan analisis studi kasus yang
III. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini menggunakan metode-metode dengan analisis studi kasus yang dilakukan yaitu metode pengujian langsung lapangan dengan Static Loading Test pada pelat jembatan dan
Lebih terperinciTINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON DENGAN TULANGAN MODEL RANGKA DARI KAYU MERANTI DENGAN VARIASI JARAK ANTAR BEGEL
TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON DENGAN TULANGAN MODEL RANGKA DARI KAYU MERANTI DENGAN VARIASI JARAK ANTAR BEGEL PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1
Lebih terperinci