BAB I PENDAHULUAN. peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Tidak dapat kita pungkiri bahwa manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. (Sekretariat Jendral MPR RI, 2006:8). Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia. Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan. (Departemen Agama R.I, 2004; 48)

2 Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti yang luhur (berakhlak mulia), memilikipengetahuan tentang ajaran pokok Agama Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, serta memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang Islam sehingga memadai baik untuk kehidupan bermasyarakat maupun untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. (Departemen Agama R.I, 2004:48) Sebagai fasilitator guru sangat menentukan dalam mencapai tujuan pembelajaran, khususnya pada ketepatan dalam memilih metode pembelajaran, kaitanya dengan peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, guru harus memiliki beberapa kompetensi untuk meningkatkan aktifitas dan kreatifitas peserta didik, peningkatan disiplin dan motivasi belajar dengan mengadakan perombakan model pembelajaran yang selam ini hanya menggunakan tiga model saja yaitu ceramah, tanya jawab dan penugasan, sementara pembelajaran Pedidikan Agama Islam khususnya bidang salat meliputi tiga aspek yang harus diperhatikan oleh guru yaitu: pengetahuan (kognifitis), sikap (afektif), dan ketrampilan (psikomotorik). Salah satu usaha guru yang tidak pernah ditinggalkan adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar (Syaiful Bahri Djamarah dkk, 1996:82). Penyampaian pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi tentang salat di kelas III SDN 2 Kedu Kabupaten Temanggung selam ini masih kurang

3 efektif, hal ini terbukti dengan prestsi belajar yang dicapai oleh siswa masih kurang, salah satu faktornya adalah penggunaan metode pembelajaran kurang bervariatif dan karena kelas III SDN 2 Kedu tersebut terdiri dari 42 siswa yang merupakan kelas yang besar pada jenjang SD. Guru di SDN 2 Kedu tersebut hanya menggunakan satu metode pembelajaran saja yaitu metode ceramah, materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya bidang salat syarat dengan praktek atau bukan hanya sekedar untuk dimengerti. Penyampaian pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi tentang salat di kelas III SDN 2 Kedu Kabupaten Temanggung selama ini masih kurang efektif, hal itu terbukti dengan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa masih kurang, salah satu faktornya adalah penggunaan metode pembelajaran yang kurang bervariatif dan karena kelas III di SDN 2 Kedu tersebut terdiri dari 42 siswa yang merupakan kelas yang besar pada jenjang SD. Guru di SDN 2 Kedu tersebut hanya menggunakan satu metode pembelajaran saja yaitu metode ceramah, materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya bidang salat syarat dengan praktek atau bukan hanya sekedar untuk dimengerti tapi juga siswa harus dapat mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga untuk mencapai keberhasilan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN 2 Kedu tersebut idealnya guru harus menggunakan metode yang bervariatif dan tidak hanya terbatas pada satu model saja, misalnya diselingi dengan metode demonstrasi ditambah dengan alat peraga yang mendukung.

4 Implementasi dari proses belajar mengajar yang efektif seperti tersebut di atas, seringkali sulit diwujudkan di dalam kelas hal ini karena proses belajar mengajar yang melibatkan antara guru dan siswa dalam pelaksanaanya masih belum maksimal. Keadaan tersebut perlu penanganan secara serius agar peningkatan kualitas pembelajaran dapat dicapai. Pada gilirannya harapan terjadinya peningkatan penguasaan materi pembelajaran dapat terwujud. Oleh karena itu perlu diuji cobakan penerapan berbagai strategi ataupun metode pembelajaran untuk diketahui dampaknya bagi proses dan hasil pembelajaran. Untuk memahami permasalahan ini perlu kiranya dikaji melalui kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK). Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti ingin mencoba melakukan penelitian dengan judul Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Bidang Salat Melalui Metode Demonstrasi dan Portofolio Pada Siswa Kelas III SDN 2 Kedu Temanggung Tahun Pelajaran 2010/2011. B. Rumusan Masalah Berdasar latar belakang permasalahan di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah penerapan metode demonstrasi dan portofolio dapat meningkatkan perhatian siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi tentang salat di SDN 2 Kedu?

5 2. Apakah penerapan metode demonstrasi dan portofolio dapat meningkatkan aktifitas siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi tentang salat di SDN 2 Kedu? 3. Apakah penerapan metode demonstrasi dan portofolio dapat meningkatkan pengamalan salatnya dengan tertib pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi tentang salat di SDN 2 Kedu? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dapat tercapai dalam kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui penerapan metode demonstrasi dan portofolio dalam meningkatkan perhatian siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi tentang salat di SDN 2 Kedu. 2. Untuk mengetahui penerapan metode demonstrasi dan portofolio dalam meningkatkan aktifitas siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi tentang salat di SDN 2 Kedu. 3. Untuk mengetahui penerapan metode demonstrasi dan portofolio dalam meningkatkan pengamalan salatnya dengan tertib pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi tentang salat di SDN 2 Kedu. D. Hipotesa Tindakan Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. (Suharsini Arikunto: 1999: 67) Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar, atau mungkin salah. Hipotesis akan ditolak jika salah atau

6 palsu, dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkan. (Sutrisno Hadi, 1981: 63) Dari kedua pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa hipotesis adalah dugaan atau kesimpulan sementara terhadap permasalahan penelitian, yang mungkin benar atau mungkin salah, hipotesis ini akan diterima jika benar dan ditolak jika salah. Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesa tindakan sebagai berikut : 1. Terdapat peningkatan perhatian siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi tentang salat dengan metode demonstrasi dan portofolio di SDN 2 Kedu. 2. Terdapat peningkatan aktifitas belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi tentang salat dengan metode demonstrasi dan portofolio di SDN 2 Kedu. 3. Medote demonstrasi dan portofolio dapat pengamalan salatnya dengan tertib pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi tentang salat di SDN 2 Kedu. E. Kegunaan Penelitian Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini akan memberikan manfaat bagi guru, siswa khususnya SDN 2 Kedu Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung dan sekolah dasar lain pada umumnya yang digunakan sebagai sampel penelitian tindakan kelas.

7 Setelah lingkup masalah berhasil dirumuskan maka pada hakikatnya peneliti telah mengajukan inti dari tujuan penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian. Rumusan tentang kegunaan hasil penelitian adalah kelanjutan dari tujuan penelitian. Apabila peneliti telah selesai mengadakan penelitian dan memperoleh hasil, ia diharapkan dapat menyumbangkan hasil itu kepada negara, atau khususnya kepada bidang yang sedang diteliti. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Teoritik a. Hasil Penelitian dapat dimanfaatkan sebagai referensi atau acuan yang dapat dijadikan pedoman oleh para guru dalam menyampaikan materi Pendidikan Agama Islam materi tentang salat. b. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar bagi pelaksanaan lebih lanjut. 2. Praktik a. Dengan mengetahui para guru sekolah dasar saat menyampaikan materi Pendidikan Agama Islam materi tentang salat dengan menggunakan metode demonstrasi dan portofolio diharapkan dapat meningkatkan mutu pengajaran lebih lanjut. b. Dengan mengetahui hasil penelitian apabila terdapat hasil yang negatif atau adanya kekurangan dalam menyampaikan materi dengan menggunakan metode demonstrasi dan portofolio maka bagi para guru sekolah dasar untuk dapat menghindari adanya kesalahan dan lebih

8 meningkatkan serta memacu untuk lebih kreatif dalam menyampaikan materi kepada peserta didik. F. Definisi Istilah/Operasional Judul penelitian ini didukung oleh beberapa definisi yang perlu dibahas sebagai pegangan untuk kajian lebih lanjut, dari beberapa definisi tersebut antara lain : Peningkatan Peningkatan/meningkatkan ialah menaikkan drajat (taraf) dan sebagainya. (WJS Poerwadarminta, 1984: 1078) Adapun yang peneliti maksudkan adalah meningkatkan meningkatkan mutu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya materi tentang salat. 1. Prestasi Belajar Prestasi adalah hasil baik yang dicapai. (EM Zulfajri Dkk, Tt: 670) Prestasi merupakan suatu hasil yang dicapai setelah adanya usaha atau aktivitas. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan tanpa suatu usaha baik berupa pengetahuan maupun berupa ketrampilan. ( beasiswa.terhadap.prestasi.belajar.id.@.com.) Hilgrad mengatakan bahwa belajar dapat dirumuskan sebagai perubahan perilaku yang relative permanent, yang terjadi karena pengalaman. (Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, 2003: 156) Prestasi belajar berarti penguasaan pengetahuan yang lazimnya ditunjukkan oleh nilai yang diberikan oleh guru. (WJS Poerwadarminta, 1984:730) Prestasi belajar disebut juga dengan hasil belajar atau

9 achievement yaitu realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensional atau kapasitas yang dimiliki seseorang. (Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, 2003: 102) 2. Pendidikan Agama Islam Dalam memahami Pendidikan Agama Islam dapat dilihat dari dua sudut yaitu dari sisi yuridis dan dari sisi makna atau pendapat para ahli. Pendidikan Agama Islam menurut Zakiah Daradjat adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran agama Islam secara menyeluruh. Kemudian dapt menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. (Zakiah Daradjat, 1989: 87) Ahmad Tafsir mengartikan Pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. (Ahmad Tafsir, 1994: 8) Lebih khusus lagi pendapat yang disampaikan oleh Zuhairini yang menyampaikan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam. (Zuhairini, 1983: 27) Dengan demikian Pendidikan Agama Islam adalah adanya proses trasfer nilai, pengetahuan, dan ketrampilan dari generasi tua ke generasi muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh karena itu, ketika menyebut pendidikan Islam, maka terdapat dua hal yaitu; pertama adalah mendidik siswa untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam. Kedua

10 adalah mendidik siswa untuk mempelajari materi ajaran Islam, yang berupa pengetahuan tentang ajaran Islam. 3. Metode Demonstrasi Istilah metode demonstrasi berasal dari kata metode dan demonstrasi. Adapun pengertian metode menurut Nur Uhbiyati bahwa metode berasal dari bahasa Latin meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan atau cara ke atau ke. Dalam bahasa Arab disebut tariqah artinya jalan, cara, sistem dan ketertiban dalam mengerjakan sesuatu. Sedangkan menurut istilah ialah suatu sistem atau cara yang mengatur suatu cita-cita. (Nur Uhbiyati, 1997:136) Sedangkan pengertian demonstrasi menurut para ahli antara lain menurut Tayar Yusuf yang menyatakan bahwa demonstrasi terambil dari kata Demonstration (to show) yang berarti memperagakan atau memperlihatkan proses kelangsungan sesuatu. (Armai Arief, 2002: 49). Jadi kesimpulan pengertian dari metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar di mana seorang guru atau orang lain yang sebaya diminta atau murid sendiri memperlihatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses atau untuk memperlihatkan bagaimana untuk melakukan dan jalannya suatu proses pembuatan tertentu kepada siswa. Misalnya proses cara mengerjakan salat. 4. Metode Portofolio Portofolio merupakan kumpulan karya siswa yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran,

11 digunakan oleh guru dan siswa untuk memantau perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa dalam mata pelajaran tertentu. Portofolio pada prinsipnya merupakan kumpulan dokumen yang dipakai seseorang, kelompok, lembaga, organisasi, perusahaan, atau sejenisnya yang bertujuan untuk dokumentasi dan evaluasi perkembangan suatu proses dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.(direktorat Pembinaan TK dan SD, 2006:23) G. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Adapun tahap-tahapnya adalah sebagai berikut : a. Perencanaan, meliputi penetapan materi Pendidikan Agama Islam yaitu bidang salat dan penetapan alokasi waktu pelaksanaannya Semester I tahun pelajaran (Bulan Juli sampai dengan Desember 2010). b. Tindakan, meliputi seluruh proses kegiatan belajar mengajar matri tentang salat melalaui metode demonstrasi. c. Observasi, dilaksanakan bersamaan proses pembelajaran meliputi: aktivitas guru dan siswa, pengembangan materi dan hasil belajar siswa. d. Refleksi, kegiatan pembelajaran dianalisa dan sekaligus menyusun rencana perbaikan pada siklus berikutnya.(zainal Aqib, 2005: 107)

12 2. Subyek Penelitian Adapun yang menjadi subyek dari penelitian tersebut adalah siswa kelas III SDN 2 Kedu Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung yang berjumlah 42 siswa. 3. Langkah-langkah/Siklus penelitian Sesuai dengan yang dipilih adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini tidak hanya dilakukan satu tahapan atau langkah (siklus) kegiatan melainkan beberapa kali kegiatan. Karena Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipatif, kolaboratif dan spiral yang memiliki tujuan untuk perbaikan system metode kerja, proses, isi, kompetensi, dan situasi.(suharsimi Arikunto dkk, 2007:104) Penelitian diawali dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation), dan melakukan refleksi (reflekting), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan). 4. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pelaksanaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.(suharsimi Arikunto, 2002: 136)

13 Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pelajaran (RPP), Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar, dan Tes formatif. 5. Pengumpulan Data a. Metode observasi Observasi artinya pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki menurut Jehoda dkk. Observasi menjadi alat penyelidikan ilmiah jika : 1) Mengabdi pada tujuan-tujuan research yang telah dirumuskan 2) Direncanalkan secara sistematik. 3) Dicatat dan dihubungkan secara sistematik dengan tidak hanya dilakukan untuk memenuhi rasa ingin tahu semata-mata. 4) Dapat dicek dan dikontrol validitas, ketelitiannya sebagaimana data ilmiah lainnya.(sutrisno Hadi, 2001: 136) Dengan kata lain pengamatan yang dilakukan dalam mengumpulkan data dengan mengamati, mencatat gejala yang diteliti baik secara langsung dengan pendengaran, penglihatan dan secara tidak langsung dngan menggunakan alat bantu tertentu. b. Metode test Tes ialah seperangkat rangsangan yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka. (S.Margono, 1997:170)

14 6. Analisis Data Hasil test awal (pre-test) dan sesudah tindakan analisis dan dibandingkan analisis data dilakukan dengan beberapa tahapan : a. Tahap deskripsi yaitu tahap dimana peneliti mendiskripsikan atau memaparkan data yang diperoleh. b. Tahap klasifikasi yaitu tahap pengelompokkan data yang telah didiskripsikan sesuai permasalahan. c. Tahap analisis yaitu tahap menganalisis data berdasarkan teori-teori yang ada. Dalam tahap ini membahas tentang tahap primer, kendalakendala yang muncul selama tindakan maupun cara mengatasi kendala tersebut. d. Tahap evaluasi yaitu tahap menilai atau mengevaluasi terhadap hasil interprestasi. Sedangkan dalam perolehan nilai atau skor yang penulis gunakan adalah : a. Merekapitulasi hasil tes formatif. b. Dengan melihat ketuntasan belajar. Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara individu dan secara klasikal, Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Depdikbud, 2006:23), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila secara klasikal telah mencapai indikator 85% dengan nilai rata-rata kelas 70 dan secara individu berdasarkan hasil rapat

15 dewan guru SDN 2 Kedu menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu 65. Dalam menerapkan hal tersebut peneliti menggunakan rumus : M X N Keterangan : M X = Rata-rata skor tercapai = Jumlah Nilai N = Jumlah siswa. (Makmun Pitoyo, 2003: 45) Untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar (P), dengan menggunakan rumus prosentase (Depdikbud, 1994: 8): P Siswa. yang. tuntasbelajar. x100% Siswa H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian tindakan kelas ini dibagi dalam lima bab, setiap bab dibagi lagi menjadi beberapa sub bab sebagai perincian atas bab perbab yang merupakan suatu gambaran yang mencerminkan isi kandungan judul penelitian. Isi masing-masing sub bab menerangkan bagianbagian yang termaktub dalam isi bab. Pembagian ini dilakukan untuk mempermudah pembahasan, telaah, analisis atas masalah-masalah yang lebih mendalam serta sistematis sehingga mudah dipahami. Adapun sistematika pembahasan tersebut adalah sebagai berikut:

16 Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional/istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II berisi kajian teori yang terdiri dari prestasi belajar Pendidikan Agama Islam yang memuat pengertian prestasi belajar, ukuran prestasi belajar, dan faktor-faktor yang memeengaruhi prestasi belajar. Pendidikan Agama Islam yang memuat pengertian Pendidikan Agama Islam, dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, tujuan Pendidikan Agama Islam. Materi salat yang memuat tentang pengertian salat, syarat sah salat, Metode demonstrasi yang memuat pengertian metode demonstrasi, kelebihan metode demonstrasi, kelemahan metode demonstrasi, langkah-langkah metode demonstrasi. Metode Portofolio yang memuat tentang pengertian metode portofolio, tujuandan fungsi portofolio, serta prinsip-prinsip penilaian dalam portofolio, serta peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam materi salat menggunakan metode demonstrasi dan portofolio Bab III yang Berisi tentang pelaksanaan penelitian yang terdiri dari subyek penelitian, prosedur kerja dalam penelitian yang memuat; diskripsi pelaksanaan siklus 1, Diskripsi pelaksanaan siklus 2, serta sumber data dan cara pengambilan data. Bab IV menguraikan deskripsi persiklus (data hasil pengamatan atau evaluasi), refleksi keberhasilan dan kegagalan, serta pembahasan tiap siklus.

17 BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Tindakan Kelas 1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas terdiri dari tiga kata yang mempunyai pengertian yang berbeda. Penelitian yang dimaksud di sini adalah menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Sedangkan tindakan yang dimaksud adalah menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. Adapun siswa yang dimaksud dalam penelitian ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik, seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula (Suharsimi Arikunto, 2006:2). Hakekat dari penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru dan proses belajar mengajar. Bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru yang hanya dapat

18 dimanfaatkan sebagai alat pengembangan kurikulum, pengembangan sekolah, pengembangan keahlian mengajar, dan sebagainya. Penelitian yang mampu menjembatani antara materi dan praktik. Suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif, dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih professional. Tindakan-tindakan yang dilakukan sesuai dengan problema yang dihadapi dalam rangka memberi solusi. Oleh karena itu, penelitian Tindakan Kelas selalu meliputi kegiatan perencanaan, tindakan, evaluasi, dan refleksi. (Siti Farikhah, 2010:1) 2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas Sebagai model penelitian, penelitian tindakan kelas tentunya memiliki ciri khas yang dapat membedakan dengan model penelitian yang lain. Penelitian tindakan kelas didesain untuk memecahkan suatu problem yang dihadapi guru dalam praktik pembelajaran sehari-hari. Problem pembelajaran ini didasari oleh guru. Persoalannya tidak semua guru mampu melihat kelemahannya sendiri. Oleh karena itu sering Penelitian Tindakan Kelas dilakukan secara kolaboratif. Penelitian Tindakan Kelas dilakukan dengan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajara mengajar. Mengarah pada perbaikan atau peningkatan mutu kinerja guru, mengandalkan data pengamatan dan refleksi peneliti, dan pengamatan dilakukan guru sendiri (Siti Farikhah, 2010:2).

19 3. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas Adapun tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut : a. Untuk meningkatkan dan atau memperbaiki praktek pembelajaran b. Untuk perbaikan dan peningkatan layanan professional guru dalam menangani proses belajar mengajar c. Terjadinya proses latihan terus menerus dalam mengaplikasikan berbagai tindakan alternative demi peningkatan proses belajar mengajar. d. Agar guru mendapatkan pengalaman tentang pengalaman tentang ketrampilan praktek pembelajaran secara reflektif. e. Untuk memasukkan unsur-unsur pembaharuan system pembelajaran. f. Untuk memperbaiki system (melibatkan administrasi, guru, orang tua, dan pihak lain). g. Untuk menjalin komunikasi yang efektif antara praktisi pendidikan dengan peneliti (Siti Farikhah, 2010:2). 4. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas Adapun manfaat dari adanya penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut : a. Guru dapat mencoba berbagai alternatif inovasi pembelajaran sehingga dapat mengelola pembelajaran secara efektif. b. Guru dapat meningkatkan kemampuan reflektif dalam memecahkan masalah pembelajaran. c. Guru terlatih dalam mengembangkan kurikulum secara relatif.

20 d. Guru dapat meningkatkan kemampuan profesionalnya:terbuka pada perubahan, krisis, reflektif, sensitif terhadap problem, adaptif terhadap peraturan. 5. Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas Adapun prinsip-prinsip dasar dari penelitian tindakan kelas adalah : a. Proses penelitian tindakan kelas tidak mengganggu tugas mengajar. b. Masalah yang diteliti merupakan masalah yang faktual dan layak untuk diteliti. c. Penelitian tindakan kelas berorientasi pada perbaikan mutu pendidikan dengan melakukan perubahan yang dituangkan dalam tindakan. d. Penelitian tindakan kelas merupakan proses belajar secara sistemik. e. Penelitian tindakan kelas menuntut guru membuat jurnal pribadi(mencatat persoalan kemajuan, proses, dan refleksi) f. Dalam penelitian tindakan kelas, guru melihat dan menilai sendiri secara kritis terhadap apa yang dikerjakan di kelasnya (keterbukaan merupakan kunci keberhasilan) (Siti Farikhah, 2010:3). 6. Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas dilakukan melalui beberapa tahapan yang saling mempunyai keterkaitan. Di antara tahap-tahap penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut : a. Melakukan survey b. Mengidentifikasi permasalahan c. Merumuskan masalah dan penyebab

21 d. Merencanakan tindakan e. Melakukan pengamatan f. Melakukan analisis dan refleksi g. Merencanakan siklus berikutnya h. Menyusun laporan (Siti Farikhah, 2010:4) B. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi adalah hasil baik yang dicapai. (Zulfajri Dkk, tt:670) Sedangkan belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.(tabrani Rusyan,1989:7) Prestasi merupakan suatu hasil yang dicapai setelah adanya usaha atau aktivitas. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan tanpa suatu usaha baik berupa pengetahuan maupun berupa ketrampilan ( beasiswa. terhadap. prestasi. prestasi belajar berarti penguasaan pengetahuan yang lazimnya ditunjukkan oleh nilai yang diberikan oleh guru.(w.j.s. Poerwodarminto,1984: 730) Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Jadi prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi, hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

22 Berdasakan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. b. Ukuran Prestasi Belajar Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Dalam KTSP mengatur tentang Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), standar kenaikan kelas (SKK), dan Standar Kriteria Kelulusan (SKL). Pengukuran dari hasil atau prestasi belajar siswa berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), standar kenaikan kelas (SKK), dan Standar Kriteria Kelulusan (SKL) yang telah ditetapkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) Belajar adalah tingkat pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran oleh siswa per mata pelajaran. Penentuan kriteria ketuntasan minimal belajar ini ditetapkan dengan memperhatikan (1) Tingkat esensial (kepentingan) pencapaian

23 standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa; (2) Tingkat kompleksitas (kesulitan dan kerumitan) setiap indikator pencapaian kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh siswa; (3) Tingkat kemampuan (intake) rata-rata siswa di madrasah; dan (4) ketersediaan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Berdasarkan PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 72 ayat 1 tentang Standar Nasional Pendidikan, maka peserta didik dinyatakan lulus sekolah apabila telah memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) Telah menyelesaikan seluruh program pembelajaran yang ada di sekolah. 2) Memperoleh nilai baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran, kelompok mata pelajaram agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan. 3) Lulus ujian akhir sekolah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. 4) Lulus ujian nasional atau UASBN. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar Keberhasilan atau prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat bersumber pada dirinya atau diluar dirinya atau lingkungannya. Di bawah ini akan peneliti jelaskan secara rinci dari masing-masing faktor sebagai berikut :

24 1) Faktor-faktor dalam diri individu Banyak faktor yang ada pada diri individu atau siswa yang mempengaruhi usaha dan keberhasilan atau prestasi belajarnya. Faktor-faktor tersebut menyangkut aspek jasmaniah, aspek rohaniah, (Nana Syaodih Sukmadinata, 2003:162) kondisi intelektual, dan ketrampilan yang dari individu (siswa). a) Aspek jasmaniah Aspek ini mencakup kondisi dan kesehatan jasmani dari individu. Tiap orang memilki kondisi fisik yang berbeda, ada yang tahan belajar selama lima atau enan jam terus-menerus, tetapi ada juga yang hanya tahan satu dua jam saja. Kondisi fisik menyangkut pula kelengkapan dan kesehatan indra penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan pencecapan. Indra yang paling penting dalam belajar adalah penglihatan dan pendengaran. Sesorang yang penglihatan atau pendengarannya kurang baik akan berpengaruh kurang baik pula terhadap usaha dan hasil belajarnya. Kesehatan merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan atau prestasi belajar. b) Aspek rohaniah (psikis) Aspek rohaniah tidak kalah pentingnya dalam beajar ataupun pencapaian prestasi belajar dengan aspek jasmaniah. Aspek psikis menyangkut kondisi kesehatan psikis, kemamp[uan-kemampuan intelektual, sosial, psikomotor, serta

25 kondisi afektif individu termasuk juga motivasi dalam belajar. Untuk kelancaran belajar bukan hanya ditunutt kesehatan tetapi juga yang terbebas dari tekanan-tekanan batin yang mendalam, gangguan-gangguan perasaan, kebiasaan-kebiasaan buruk yang menggangu, frustasi, konflik-konflik psikis. Individu (siswa) yang sehat rohaniahnya akan merasakan ketenangan dalam mengikuti proses belajarnya sehingga ia dapat mencapai keberhasilan atau prestasi belajar yang baik. c) Kondisi Intelektual Kondisi ini juga sangat berpengaruh terhadap prestasi atau keberhasilan belajar. Kondisi ini menyangkut tingkat kecerdasan, bakat-bakat, baik bakat sekolah maupun bakat pekerjaan. Juga termasuk kondisi intelektual adalah penguasaan siswa akan pengetahuan atau pelajaran-pelajarannya yang lalu. d) Ketrampilan yang dimilikinya Keberhasilan atau prestasi belajar juga dipengaruhi oleh ketrampilan-ketrampilan yang dimilikinya, seperti ketrampilan membaca, berdiskusi, memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas, dan lain sebagainya. Ketrampilan-ketrampilan tersebut merupakan hasil belajar sebelumnya. 2) Faktor-faktor lingkungan Prestasi atau keberhasilan belajar juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar diri siswa, baik faktor fisik maupun

26 sosial-psikologis yang berada pada lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. (Nana Syaodih Sukmadinata, 2003:163) a) Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pendidikan, memberikan landasan dasar bagi proses belajar pada lingkungan sekolah dan masyarakat. Faktor-faktor fisik dan sosial psikologis yang ada pada keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan sampai dengan prestasi belajar anak. Termasuk faktor fisik dalam lingkungan keluarga adalah keadaan rumah dan ruangan tempat belajar, sarana dan prasarana belajar yang ada, suasana dalam rumah apakah tenang atau banyak kegaduhan, juga suasana lingkungan disekitar rumah. Keluarga yang memiliki banyak sumber bacaan dan anggota-anggota keluarganya gemar belajar dan membaca akan memberikan dukungan yang positif terhadap perkembangan belajar dari anak. Sebaliknya keluarga yang miskin dengan sumber bacaan dan tidak senang membaca kurang atau tidak bisa mendorong anak-anaknya untuk senang membaca. b) Lingkungan Sekolah Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi perkembangan dan prestasi belajar para siswa. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti

27 lingkungan kampus, sarana prasarana belajar yang ada, sumbersumber belajar, media belajar, dan sebagainya. Lingkungan sosial yang menyangkut hubungan siswa dengan temantemannya, guru serta staf sekolah yang lain. Lingkungan juga menyangkut lingkungan akademis, yaitu suasana dan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, berbagai kegiatan kurikuler, dan lain sebagainya. Sekolah yang kaya dengan aktivitas belajar, memilki sarana dan prasarana yang memadai, terkelola dengan baik, diliputi suasana akademis yang wajar, akan sangat mendorong semangat belajar para siswanya. c) Lingkungan Masyarakat Lingkungan masyarakat di mana siswa atau individu berada juga berpengaruh terhadap semangat dan aktivitas belajarnya. Lingkungan masyarakat dimana warganya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, terhadap lembagalembaga pendidikan dan sumber-sumber belajar di dalamnya akan memberikan pengaruh yang positif terhadap semangat, perkembangan dan prestasi belajar generasi mudanya. 2. Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Pendidikan Agama Islam Untuk memahami Pendidikan Agama Islam dapat dilihat dari dua sudut yaitu dari sisi yuridis dan dari sisi makna atau pendapat para

28 ahli. Secara makna atau pendapat para ahli Pendidikan Agama Islam diartikan sebagai berikut : Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran agama Islam secara menyeluruh. Kemudian dapt menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.(zakiah Daradjat,1989: 87). Pendapat senada juga disampaikan oleh Mansyur (1985: 1), Pendidikan Agama adalah usaha sadar untuk menyiapkan generasi muda dalam meyakini, memahami, mengahayati ajaran agama melalui kegiatan bimbingan, didikan atau latihan. Menurut Zuhairini (1983: 27), Pendidikan Agama Islam adalah usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam. Sedangkan menurut Ahmad Tafsir (1994: 8), Pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam, Dengan demikian Pendidikan Agama Islam adalah adanya proses transfer nilai pengetahuan dan ketrampilan dari generasi tua ke generasi muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh karena itu, ketika menyebut pendidikan Islam, maka terdapat dua hal yaitu; pertama adalah mendidik siswa untuk berperilaku sesuai dengan nilainilai atau akhlak Islam. Kedua adalah mendidik siswa untuk

29 mempelajari materi ajaran Islam, yang berupa pengetahuan tentang ajaran Islam. Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, sehingga mengimani, ajaran agama Islam dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.(diknas, 2002: 3) Secara yuridis bisa dilihat dari rumusan dari Udang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah: Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggungjawab, (Undang-undang RI Nomor 20, 2003:8) Pendidikan di Indonesia adalah bertujuan mempersiapkan manusia Indonesia menuju masyarakat madani yang diridhai Tuhan. Yaitu manusia yang memiliki sikap dan wawasan keimanan dan akhlak tinggi, kreatif, mandiri, toleransi, kerja keras, serta menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Inilah yang semestinya tujuan dari segala aktifitas pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia. Oleh

30 karena itu, tujuan pendidikan selalu dikaitkan dengan unsur filsafat dan budayanya suatu bangsa yang dominan. Melihat dari rumusan di atas, nampak bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius dan bekerja keras, serta mandiri dan juga menjadi warga negara yang baik, dan diharapkan tidak ketinggalan dengan dunia perkembangan global. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan di Indonesia adalah membentuk manusia yang beriman, berilmu dan berteknologi serta mampu berkiprah di dunia global. Hal ini merupakan garapan dari tujuan pendidikan yang mempunyai basis agama, maka Pendidikan Agama Islam merupakan hal yang penting yang diajarkan disekolah-sekolah sebagai langkah awal untuk membentuk manusia yang bertaqwa dan bernegara yang baik. b. Dasar Pendidikan Agama Islam Adapun dasar atau landasan penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam di sekolah dapat ditinjau dari beberapa aspek, di antaranya adalah aspek normatif, aspek psikologis, aspek historis, dan aspek yuridis (Chabib Thoha,1998:32). 1) Aspek Normatif Banyak ayat-ayat Al-Qur an yang secara langsung atau tidak langsung mewajibkan umat Islam melaksanakan pendidikan, khususnya pendidikan Agama. Itulah yang dimaksud dasar

31 normatif pelaksanaan Pendidikan Agama Islam. Adapun kewajiban melaksanakan Pendidikan Agama Islam itu ditujukan kepada : a) Kewajiban bagi orang tua mendidik anaknya. Sebagaimana Firman Allah SWT QS. at-tahriim ayat 6 : Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (Departemen Agama RI,1994: 951). b) Kewajiban bagi setiap muslim untuk belajar agama. Sebagaimana Firman Allah SWT QS. At-Taubah ayat 122 : Artinya : Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya (Departemen Agama RI,1994: 301). c) Kewajiban mengajarkan agama kepada orang lain. Sebagaimana Firman Allah SWT QS. Ali Imran ayat 104 :

32 Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orangorang yang beruntung (Departemen Agama RI,1994: 93). 2) Aspek Psikologis Menurut ilmu jiwa agama, agama merupakan fenomena kehidupa manusia, karena agama mempunyai pengaruh yang sangat besar pada sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup manusia pada umumnya (Thoha,1998:39). Apek kejiwaan dari agama tidaklah lengkap kalau tidak merujuk pada ilmu jiwa dari sudut pandang Al-Qur an, Al-Qur an menyatakan bahwa dorongan beragama merupakan dorongan yang alamiah. Sebagaimana firman Allah QS. Ar-Rum ayat 30 : Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (Departemen Agama RI,1994: 645). Dalam ayat ini Allah mengemukakan bahwa dalam fitrah manusia, yakni dalam penciptaan dan tabiat dirinya terdapat

33 kesiapan alamiah untuk memahami keindahan ciptaan Allah dan menjadikannya sebagai bukti tentang adanya Allah dan keesaan- Nya (Najati, 1985: 40). 1) Aspek Historis Berdasarkan sejarah, agama Islam tumbuh dan berkembang bersamaan dengan datangnya Islam, hal ini terjadi sejak Nabi Muhammad SAW mendakwahkan ajaran agama Islam kepada masyarakat di sekitarnya yang dilaksanakan secara bertahap, mulai dari keluarganya, sahabatnya, kemudian masyarakat sekitarnya. Ajaran dakwah Nabi tidak terlepas dari pendidikan Islam, karena tugas utama Nabi ialah dakwah (menyeru) manusia agar mau masuk Islam, sebagaimana tersebut dalam firman Allah QS. Saba ayat 28 : Artinya : Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada Mengetahui (Departemen Agama RI, 1994: 688). Untuk tugas dakwah ajaran-ajaran Islam harus disampaikan, agar difahami, dihayati dan selanjutnya dapat diamalkan. Proses dari penyampaian ajaran sampai pemahaman, penghayatan dan pengamalan, itulah yang disebut pendidikan Islam. Dalam rentangan sejarah yang panjang, di mana dunia Islam semakin luas

34 terjadilah proses Islamisasi dan sekaligus pendidikan Islam bagi bangsa-bangsa non Arab hingga sampai ke Indonesia. 2) Aspek Yuridis Aspek yuridis merupakan kekuatan hukum dalam pelaksanaan pendidikan agama. Karena Indonesia adalah negara hukum, maka seluruh aspek kehidupan manusia termasuk kegiatan pendidikan agama harus didasarkan pada hukum (undang-undang) yang berlaku. Untuk itu perlu ditinjau hal-hal yang berkaitan dengan hukum yang melandasi pelaksanaan Pendidikan Agama Islam. Dalam hal ini ada dua landasan yaitu landasan idiil dan landasan operasional (Thoha,1998:59). a) Landasan Idiil Terwujudnya kehidupan beragama bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi suatu cita-cita (Idiil) para pendiri Republik. Cita-cita itu dituangkan dalam UUD 1945, sehingga dapat disebut sebagai landasan idiil, yang mengandung nilai-nilai dasar. Pancasila dan UUD 1945 merupakan landasan idiil dan konstitusional bagi kehidupan beragama. Karena pancasila merupakan sumber segala sumber hukum dan UUD 1945 merupakan dasar hukum yang baru merupakan aturan-aturan pokok, maka untuk operasionalnya diperlukan aturan-aturan

35 penyelenggaraan dari aturan pokok tersebut, yang selanjutnya disebut landasan operasional. b) Landasan Operasional Landasan operasional merupakan dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama di lembagalembaga pendidikan formal maupun non formal yang ada di Indonesia. Adapun undang-undang terbaru yang memuat tentang pendidikan agama yaitu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. c. Tujuan Pendidikan Agama Islam Tentang tujuan Pendidikan Agama Islam dapat dilihat dari para pendapat tokoh-tokoh pendidikan muslim. Misalnya saja dari tujuan pendidikan Islam Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibani salah seorang ahli pendidikan Islam memberikan ciri dan prinsip-prinsip umum yang dijadikan landasan dasar untuk mencapai tujuan utama cita-cita pendidikan Islam, maka pendidikan harus mampu melahirkan kekuatan tiga dimensi yang saling terkait dengan yang lainnya, dimensi tersebut adalah : 1) Dimensi Imanitas yang dapat mendudukan harkat dan martabat manusia sebagai hamba Allah yang tertinggi di dunia serta punya daya tahan terhadap ujian hidup dan berpijak pada kebenaran. 2) Dimensi jiwa dan pandangan hidup Islam yang membawa cita rahmatal lil alamiin. 3) Dimensi kemajuan yang akan memanjatkan manusia tangguh terhadap apa yang dititahkan oleh Allah dan terhadap segala kejadian suatu perubahan yang ada. (Khoiron Rosyadi, 2004: 161)

36 Pandangan tentang tujuan Pendidikan Agama Islam lain juga dikemukakan oleh Athiyah Al-Abrasyi, beliau menyatakan bahwa tujuan pokok dari pada dasarnya adalah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa peserta didik, sedanghkan Naquib al-attas yang dikutip oleh Hasan Langgulung tujuan pendidikan Islam adalah tercapainya kesempurnaan manusia melalui pendekatan spiritual dengan melakukan berbagai aktifitas ibadah.(hasan Langgulung, 1988: 307) Sedangkan dalam konsep Al-Qur an disebut ulul al-bab, pengajaran Islam pada dasarnya adalah berorientasi untuk menjadikan manusia yang mempunyai ilmu dan peka terhadap perkembangan jaman. (Tim Depag, 2004: 35) Salah satu tujuan pengajaran Agama Islam di sekolah adalah membentuk dan mengembangkan keimanan serta menjadikan khalifah di bumi sebagai manusia yang kreatif, inovatif yang dilandasi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam kosep Al-Qur an disebut ulul al-baab, pengajaran Islam pada dasarnya adalah berorientasi untuk menjadikan manusia yang mempunyai ilmu dan peka terhadap perkembangan jaman. (Tim Depag, 2004: 35) Secara formal tujuan pendidikan Islam tentu mengacu kepada cita-cita bangsa Indonesia yang dituangkan ke dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II pasal 4 yang menyebutkan :

37 Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi diri agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangung jawab.(undang-undang Nomor 20, 2003: 9) Tujuan pendidikan sebagaimana disebutkan di atas mencakup beberapa aspek penting terhadap peserta didik dalam kehidupan masyarakat. Yaitu manusia yang berkepribadian yang utuh, berilmu yang profesional, kreatifitas yang tinggi dalam upaya membentuk kemandirian dalam menghadapai perkembangan jaman, serta menjadi manusia yang bertanggung jawab atas keberadaan dirinya dan masa depan bangsa dan negara.( Moh Sakir, 2008: 144) Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari Pendidikan Agama Islam adalah membentuk manusia Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mempunyai ilmu pengetahuan dan mampu mengembangkan potensinya dengan teknologi untuk kesejahteraan umat manusia sebagai kodratnya sebagai kholifah di bumi. 3. Materi Salat a. Pengertian Salat Ahli fiqih mengartikan salat menurut bahasa berarti do a, sedangkan menurut istilah yaitu ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan beberapa perbuatan (gerak) yang dimulai dengan takbir

38 dan diakhiri salam dengan syarat-syarat yang ditentukan. (Sulaiman Rosyid, Cet.ke-17:64) Dalam Al-Qur an banyak ayat-ayat yang mengungkapkan tentang perintah kewajiban salat misalnya : ةولصلانا نينمو ملاىلعتناك تکابا اتوقوم ا سنلا : ۱۰۳ Artinya : Sesungguhnya salat itu adalah fardlu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (Departemen Agama RI,1994: 138) ناةولصلاميقا ةولصلا ىهنت نع ا شحفلا ركنملاوتوبكنعلا ٤٥ Artinya : PKerjakanlah salat, sesungguhnya salat itu mencegah perbuatan yang keji dan mungkar (Departemen Agama RI,1994:635) Maksud dari ayat tersebut di atas adalah bahwasannya salat merupakan sebuah kewajiban yang dibatasi oleh waktu-waktu tertentu, yang tidak boleh terlambat mengerjakannya. b. Syarat Wajib Salat Kewajiban salat itu diberikan atas orang yang memenuhi syaratsyarat yaitu Islam, berakal, suci, balig. (Imam Taqiyuddin Abi Bakrin, tt: 82) Nabi bersabda : اعنع ةشي اللهاىضر ىبنلانعاهنع معلص. لاق عفر ملقلا نع ثلاث:مي انلانع ىتح ظقيتسي,نعو ىبصلا ىتح ملتحي نعو نونجملا ىتح هجرخا لقعي دوادوبا والترمذي Artinya : Pernah diangkat (kewajiban dibebaskan) dari 3 kelompok, dari orang yang tidur sehingga bangun, dari anak sampai

39 bermimpi (baligh) dari orang gila sampai berakal. (HR Abu Daud dan Timidzi). c. Syarat Sah Salah Salat dianggap sah menurut syara apabila dilakukan dengan memenuhi persyaratan tertentu yaitu : 1) Suci badan dari hadast dan najis. 2) Menutup aurat dengan pakaian yang bersih. 3) Mengetahui waktunya masuknya waktu salat. 4) Menghadap kiblat (Sulaiman Rosyid, Cet.ke-17: 76-79). d. Rukun Salat Rukun shalat ada 17 perkara, yaitu : niat, berdiri, jika mampu, takbirotul ihrom, membaca surat al-fatihah, ruku, tuma ninah pada ruku, i tidal, tuma ninah pada i tidal, sujud, tuma ninah pada sujud, duduk di antar dua sujud, tuma ninah pada duduk di antara dua sujud, duduk akhir, tasyahud, membaca sholawat pada tasyahud, mengucap salam (Muhammad Ali Hasan, 1994:58-64). e. Macam-macam salat Ada lima macam shalat, yaitu : 1) Shalat fardlu ain, yaitu shalat wajib lima waktu sehari-semalam, misalnya : shalat subuh, shalat dhuhur, shalat ashar, shalat maghrib, shalat isya. 2) Shalat fardlu kifayah, misalnya : shalat jenazah. 3) Shalat sunnah, misalnya : shalat fajar, shalat idul fitri, shalat idul adha, shalat kusuf, shalat istiqa, sujud tilawah, dan lain-lain. 4) Shalat fadhail (keutamaan), misalnya : 2 rekaat sesudah wudlu, tahiatul masjid, shalat dhuha, tahajut, shalat tarawih, shalat rowatib.

40 5) Shalat nawafil (sukarela), misalnya : shalat sebelum dan sesudah perjalanan jauh, shalat istiharah, shalat hajat dan lain-lain (Basyarahil, tt: 59-60). C. Metode Demonstrasi dan Metode Portofolio 1. Metode Demonstrasi a. Pengertian Metode Demonstrasi 1) Metode Istilah metode demonstrasi berasal dari kata metode dan demonstrasi. Adapun pengertian metode : a) Menurut Nur Uhbiyati Metode berasal dari bahasa Latin meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan atau cara ke atau ke. Dalam bahasa Arab disebut tariqah artinya jalan, cara, sistem dan ketertiban dalam mengerjakan sesuatu. Sedangkan menurut istilah ialah suatu sistem atau cara yang mengatur suatu citacita. (Nur Uhbiyati, 1997:136) b) Mahmud Yunus dalam Armai Arief mengemukakan bahwa : Metode adalah jalan yang hendak ditempuh oleh seseorang supaya sampai kepada tujuan tertentu baik dalam lingkungan perusahaan/perniagaan maupun dalam kepuasan ilmu pengetahuan dan lainnya (Armai Arief, 2002: 87). c) Menurut Tayar Yusuf mengemukakan bahwa: Metode adalah cara-cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Untuk itu, seluruh

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Untuk itu, seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan

Lebih terperinci

SAYIDI NIM

SAYIDI NIM UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI VCD PEMBELAJARAN DI KELAS V SDN KUTOANYAR KEDU TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2010 SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Aspek kehidupan yang harus dan pasti dijalani oleh semua manusia di muka bumi sejak kelahiran, selama masa pertumbuhan dan perkembangannya sampai mencapai kedewasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia pada dasarnya adalah mengembangkan individu sebagai manusia. Sehingga dapat hidup optimal, baik sebagai pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara adil dan makmur, maka diperlukan suatu pendidikan. Hal ini. ditegaskan pada pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. secara adil dan makmur, maka diperlukan suatu pendidikan. Hal ini. ditegaskan pada pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guna mewujudkan cita-cita kehidupan berbangsa seluruh Indonesia secara adil dan makmur, maka diperlukan suatu pendidikan. Hal ini ditegaskan pada pembukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik. Untuk menghadapi dampak negatif globalisasi, agar anak didik berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. didik. Untuk menghadapi dampak negatif globalisasi, agar anak didik berkualitas, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah kenyataan yang memprihatinkan, yang terjadi dikalangan anak didik. Untuk menghadapi dampak negatif globalisasi, agar anak didik berkualitas, mempunyai

Lebih terperinci

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Prestasi Belajar a. Pengertian prestasi belajar Belajar adalah suatu tingkah laku atau kegiatan dalam rangka mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah dalam mengatasi dekadensi moral. Dekadensi moral terjadi di kalangan pelajar, berupa meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia sebagai negara berkembang dalam pembangunannya membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia Indonesia yang pada

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Penelitian

A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakikatnya, pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan, karena dengan adanya pendidikan, diharapkan akan melahirkan generasi penerus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk pribadi manusia menuju yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Selain itu pendidikan mempunyai tanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dalam mewujudkan suatu negara yang maju, maka dari itu orang-orang yang ada di dalamnya baik pemerintah itu sendiri atau masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran, sehingga siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan nasional untuk mengakomodasi berbagi tuntutan peran yang multidimensional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan, dan sekaligus untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta didik. Diasumsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses optimalisasi yang memerlukan waktu serta tahapan-tahapan tertentu. yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berprestasi.

BAB I PENDAHULUAN. proses optimalisasi yang memerlukan waktu serta tahapan-tahapan tertentu. yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berprestasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak proses menuju perkembangan manusia, bahkan dapat dikatakan bahwa maju mundurnya suatu bangsa dapat dilihat bagaimana kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang disederhanakan untuk pembelajaran di sekolah dalam rangka menanamkan nilainilai sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa. Suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila pendidikan di negara tersebut dapat mengelola sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Masalah. perkembangan zaman yang berdasarkan Undang-undang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Masalah. perkembangan zaman yang berdasarkan Undang-undang pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat fundamental bagi manusia karena dengan pendidikan manusia dapat maju dan berkembang supaya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN MUATAN LOKAL KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya perhatian pemerintah terhadap pendidikan, antara lain : disahkannya UU

BAB I PENDAHULUAN. adanya perhatian pemerintah terhadap pendidikan, antara lain : disahkannya UU BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pendidikan menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia benar -benar memperhatikan bidang pendidikan rakyatnya. Bukti lain yang menunjukkan adanya perhatian pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berwawasan, hal ini tentu dilatarbelakangi oleh mutu Pendidikan. yang terus berkembang sesuai tuntutan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berwawasan, hal ini tentu dilatarbelakangi oleh mutu Pendidikan. yang terus berkembang sesuai tuntutan zaman. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan yang begitu cepat telah melahirkan manusia yang berwawasan, hal ini tentu dilatarbelakangi oleh mutu Pendidikan yang terus berkembang sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satuan pendidikan, dimana anak didik belajar. Proses belajar di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. satuan pendidikan, dimana anak didik belajar. Proses belajar di sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 disebutkan tujuan Pendidikan Nasional berbunyi: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah yang luas dan komplek, Indonesia harus bisa menentukan prioritas atau pilihan pembangunan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam.

SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam. PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI TARIH MELALUI METODE DISKUSI PARTISIPASI PADA SISIWA KELAS V SDN 2 BOJONEGORO KEDU TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan dan perubahan suatu bangsa. Pendidikan yang mampu memfasilitasi perubahan adalah pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pembelajaran di sekolah harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dimana siswa dapat tertarik pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia sudah merupakan suatu keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang apalagi diera globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pendidikan adalah interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung pada lingkungan tertentu. 1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di tanah air selalu dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan dinamika peradaban yang dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan dinamika peradaban yang dinamis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang urgen bagi kehidupan manusia. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan. Untuk itu manusia berpacu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mengembangkan potensi dirinya, sehingga mampu. menghadapi segala perubahan dan permasalahan pada kemajuan jaman yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mengembangkan potensi dirinya, sehingga mampu. menghadapi segala perubahan dan permasalahan pada kemajuan jaman yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya, sehingga mampu menghadapi segala perubahan dan permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya, termasuk di dalamnya belajar Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya, termasuk di dalamnya belajar Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan derajat kehidupan mereka. Belajar bukanlah suatu kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 yang menjelaskan tentang dasar, fungsi dan tujuan sisdiknas yaitu sebagai berikut: Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu pendidikan seharusnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam sebagai agama yang tinggi, selalu meletakkan pendidikan dan pada derajat yang tinggi. Adapun untuk memperoleh derajat manusia didunia adalah melalui ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar untuk membekali warga negara agar menjadi warga negara yang memiliki kecerdasan dan kepribadian yang baik. Hal tersebut sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang kehidupan. Hal ini menuntut adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan kurikulum sering terjadi di Indonesia. Tujuan utama dari perubahan tersebut adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Dalam pasal 3 UU Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang diharapkan, harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya pendidikan merupakan suatu pembentukan dan pengembangan kepribadian manusia secara menyeluruh, yakni pembentukan dan pengembangan potensi ilmiah

Lebih terperinci

Oleh: Siti Halimah SD Negeri 01 Sembon, Karangrejo, Tulungagung

Oleh: Siti Halimah SD Negeri 01 Sembon, Karangrejo, Tulungagung 8 Siti Halimah, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui... PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBERIAN TUGAS PADA SISWA KELAS IV SDN 1 SEMBON KECAMATAN KARANGREJO TULUNGAGUNG SEMESTER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional, pendidikan merupakan usaha secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis merupakan negara yang kaya dibandingkan dengan negara yang lainnya, hal ini dapat dibuktikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sangat berpengaruh pada kehidupan manusia. Berbagai penemuan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sangat berpengaruh pada kehidupan manusia. Berbagai penemuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan yang cepat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini sangat berpengaruh pada kehidupan manusia. Berbagai penemuan teori-teori baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup, pendidikan merupakan segala situasi hidup yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan mempunyai peranan yang penting untuk perkembangan tersebut. Dengan

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING Jaka Nugraha & Choirul Nikmah Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya jaka.unesa@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Toleransi adalah Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya (Hasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU, Menimbang : a. bahwa tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor yang sangat strategis dan substansial dalam upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) suatu bangsa adalah pendidikan. Pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu mandiri sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian generasi muda. Gejala kemerosotan moral antara lain diindikasikan dengan merebaknya kasus penyalahgunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk merubah suatu bangsa ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk merubah suatu bangsa ke arah yang lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha untuk merubah suatu bangsa ke arah yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang memperoleh pandangan yang luas sehingga dapat meningkatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. begitu pun keterkaitannya dengan Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul-Nya sebagai

PENDAHULUAN. begitu pun keterkaitannya dengan Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul-Nya sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai Manusia, seorang pun tak dapat melepaskan dirinya dari keterkaitannya dengan agama serta ketergantungannya dengan Allah SWT, begitu pun keterkaitannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tujuan pendidikan dapat dikatakan membawa anak ke arah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tujuan pendidikan dapat dikatakan membawa anak ke arah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum tujuan pendidikan dapat dikatakan membawa anak ke arah tingkat kedewasaan. Artinya anak dituntut agar dapat berdiri sendiri (mandiri) dalam hidupnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga pendidikan mampu mencetak sumber daya manusia yang handal tidak hanya secara

BAB I PENDAHULUAN. lembaga pendidikan mampu mencetak sumber daya manusia yang handal tidak hanya secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama merupakan suatu kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kompleksnya masalah kehidupan menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber daya manusia merupakan aspek yang dominan terhadap kemajuan suatu bangsa. Manusia dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal penting bagi peserta didik untuk menghadapi masa depannya. Pendidikan sekolah merupakan suatu proses kompleks yang mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 menyebutkan bahwa, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan manusia. Dalam sejarah umat manusia, hampir tidak ada kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sangat dibutuhkan oleh manusia dalam menjalani kehidupannya, sebagai pembimbing dalam memecahkan setiap persoalan yang ada. Sehingga dengan pendidikan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mengantisipasi adanya berbagai masalah, hambatan dan tantangan di era globalisasi ini, perlu adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa. Dalam konteks Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa. Dalam konteks Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam mencakup berbagai materi, salah satunya memuat materi shalat. Materi shalat sangat penting dalam upaya mendidik anak

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar terutama pendidikan dari tingkat dasar dan menengah. Bahkan ranah pendidikan saat ini menuai berbagai

Lebih terperinci

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 berisi rumusan tujuan pendidikan yang kaya dengan dimensi moralitas, sebagaimana disebutkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan memiliki tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. social sebagai pedoman hidup. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. social sebagai pedoman hidup. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sepanjang perjalanan hidup manusia tidak akan terlepas dari apa yang disebut pendidikan dan sebuah proses belajar. Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah proses interaksi antara pendidik dan peserta didik yang bertujuan untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Dalam menghadapi perkembangan zaman dengan berbagai perubahan dan persaingan mutu, maka diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam menghadapi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh karena itu tentu pendidikan juga akan membawa dampak yang besar terhadap peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan diseluruh jenjang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan diseluruh jenjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan karakter akhir-akhir ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Pendidikan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional seperti dinyatakan dalam pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. maju dan sejahtera apabila bangsa tersebut cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. maju dan sejahtera apabila bangsa tersebut cerdas. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Negara Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Firman Allah dalam surah al-alaq ayat 1-5 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Firman Allah dalam surah al-alaq ayat 1-5 sebagai berikut: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pendidikan di tanah air, tidak dapat dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Apabila guru tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning) dan. konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik 1.

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning) dan. konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep kependidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam. Akhlak dapat merubah kepribadian muslim menjadi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Islam. Akhlak dapat merubah kepribadian muslim menjadi orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhlak dan kepribadian merupakan kebutuhan penting yang harus ditanamkan pada diri manusia. Akhlak mendapat derajat yang tinggi dalam Islam. Akhlak dapat merubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting untuk meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan siswa guna mencapai tujuan pendidikan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1, pasal 1, butir 1 yang menyatakan bahwa : belajar dan proses pembelajaran agar paeserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. 1, pasal 1, butir 1 yang menyatakan bahwa : belajar dan proses pembelajaran agar paeserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam masyarakat dan kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pengubahan perilaku seseorang yang bertujuan untuk mendewasakan anak didik agar dapat hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat

Lebih terperinci