VI ANALISIS OPTIMALISASI PRODUKSI TANAMAN HIAS UNTUK VEGA PADA PT GODONGIJO ASRI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI ANALISIS OPTIMALISASI PRODUKSI TANAMAN HIAS UNTUK VEGA PADA PT GODONGIJO ASRI"

Transkripsi

1 VI ANALISIS OPTIMALISASI PRODUKSI TANAMAN HIAS UNTUK VEGA PADA PT GODONGIJO ASRI 6.1 Perumusan Model Analisis optimalisasi produksi tanaman hias untuk VEGA pada penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memaksimumkan keuntungan yang diterima oleh PT Godongijo Asri dari penjualan kesebelas jenis tanaman hias untuk VEGA yang dihasilkan selama dua bulan. Optimalisasi produksi didasarkan pada metode penelitian yang didahului dengan penentuan fungsi tujuan dilanjutkan dengan penentuan fungsi kendala. Penentuan variabel keputusan yang terbentuk pada model persamaan linear terdiri dari 11 variabel. Variabel tersebut terdeskripsi dalam satuan unit tanaman berdasarkan jenis tanaman pada satu siklus produksi Perumusan Fungsi Tujuan Optimalisasi Produksi Tanaman Hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri Fungsi tujuan menggambarkan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan yaitu memaksimumkan keuntungan dari kegiatan produksi tanaman hias untuk VEGA. Koefisien fungsi tujuan menunjukkan keuntungan per unit masing-masing jenis tanaman hias selama satu siklus produksi. Nilai keuntungan tersebut diperoleh dari selisih antara harga jual dengan biaya total per unit tanaman hias untuk VEGA. Biaya biaya yang dikeluarkan selama proses produksi tersebut antara lain : 1. Biaya Penyusutan Kegiatan produksi tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri menggunakan biaya investasi yang besar. Biaya biaya tersebut diperhitungkan pada komponen biaya dalam bentuk biaya penyusutan yang secara rinci tersaji pada Lampiran 4. Barang barang tersebut meliputi mistroom, greenhouse, tray, kendaraan, gudang, mess karyawan, gedung kantor, pisau, asahan, mesin dan tangki air, bak penampungan, springkle otomatis, sprayer gendong, gerobak, selang, dan tong air. Perhitungan biaya bagi tanaman hias untuk VEGA mempergunakan joint cost sebesar 40 persen karena investasi tersebut digunakan secara bersamaan dengan tanaman hias jenis lainnya. Berdasarkan Lampiran 6, 47

2 diketahui bahwa biaya penyusutan per unit tanaman hias untuk VEGA adalah sebesar Rp Biaya Umum Kantor, Listrik, dan Transportasi Biaya umum kantor, listrik, dan transportasi merupakan biaya yang rutin dikeluarkan oleh PT Godongijo Asri dalam menjalankan seluruh kegiatan bisnisnya. Oleh karena itu, biaya yang diperhitungkan bagi tanaman hias untuk VEGA adalah perhitungan biaya dengan joint cost sebesar lima persen. Setiap bulan PT Godongijo Asri mengeluarkan biaya umum kantor, listrik, dan transportasi masing-masing adalah sebesar Rp , Rp , dan Rp Perhitungan biaya dalam satu siklus produksi dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Perhitungan Biaya Umum Kantor, Listrik, dan Transportasi per Unit Tanaman Hias untuk VEGA selama Periode Analisis pada PT Godongijo Asri Komponen Biaya Jumlah Produksi Awal (unit) Biaya satu Siklus Produksi (Rp/periode) Joint Cost (Rp/periode) Biaya VEGA (Rp/periode analisis) Biaya (Rp/unit) Umum Kantor Listrik Transportasi Biaya Sewa Lahan Lahan yang digunakan oleh PT Godongijo Asri merupakan lahan sewaan yang digunakan secara bersama-sama, Oleh karena itu, perhitungan biayanya menggunakan joint cost. Biaya yang dikeluarkan untuk menyewa lahan seluas 2,5 hektar adalah sebesar Rp per tahun. Maka biaya sewa lahan per bulan adalah sebesar Rp 309,75 per m². Adapun rincian biaya sewa lahan pada PT Godongijo Asri dapat dilihat pada Tabel 8. 48

3 Tabel 8. Perhitungan Biaya Sewa Lahan per Unit Tanaman Hias untuk VEGA selama Periode Analisis pada PT Godongijo Asri Komponen Biaya Jumlah Produksi Awal (unit) Biaya satu Siklus Produksi (Rp/periode) Joint Cost (Rp/periode) Biaya VEGA (Rp/periode analisis) Biaya (Rp/unit) Gudang ,13 Mess , Karyawan Greenhouse ,27 Mistroom ,62 Kantor ,14 TOTAL 50,16 4. Biaya Tenaga Kerja Tenaga kerja yang terdapat pada PT Godongijo Asri dalam kegiatan produksi tanaman hias untuk VEGA terdiri dari beberapa bagian dengan tingkat gaji yang berbeda-beda. Semua tenaga kerja tersebut diperhitungkan berdasarkan perhitungan joint cost kecuali tenaga kerja khusus produksi tanaman hias VEGA yang berjumlah satu orang. Perhitungan biaya tenaga kerja dapat diluhat pada Tabel 9.. Tabel 9. Perhitungan Biaya Tenaga Kerja per Unit Tanaman Hias untuk VEGA selama Periode Analisis pada PT Godongijo Asri Komponen Biaya Jumlah Produksi Awal (unit) Biaya satu Siklus Produksi (Rp/periode) Joint Cost (Rp/periode) Biaya VEGA (Rp/periode analisis) Biaya (Rp/unit) Manajer Keuangan ,56 Manajer produksi ,50 Supv ,25 Produksi Supir (2) ,85 Satpam (3) ,98 Admin. Keuangan ,85 Admin. Penyedia ,98 input TK. VEGA ,71 TOTAL 860,70 49

4 5. Biaya Pemeliharaan Indukan Indukan yang digunakan dalam memproduksi tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri memeliki nilai yang berbeda-beda. Indukan tersebut dipelihara setiap hari agar dapat berproduksi dengan baik sehingga dapat menghasilkan anakan yang baik dan maksimal. Adapun perincian biaya pemeliharaan indukan dapat dilihat pada Lampiran 7. Biaya variabel merupakan komponen biaya yang dikeluarkan perusahaan selain biaya tetap. Biaya tersebut merupakan biaya yang dikeluarkan berdasarkan jumlah produksi yang meliputi media tanam, pupuk, pestisida, karet dan plastik. Biaya variabel setiap satu unit tanaman hias untuk VEGA merupakan perkalian antara harga per satuan jenis dengan kebutuhan setiap satu unit tanaman. Perincian biaya variabel per unit tanaman hias tersebut tersaji pada Tabel 10. Tabel 10. Perincian Biaya Variabel per Unit Tanaman Hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri selama Periode Analisis Var Biaya Biaya Biaya Pupuk Biaya Pestisida Biaya Biaya Total kep Sekam Bakar Rockwool P. Akar P. Daun F "Sc" I "Con" B "Agr" Karet Plastik Per unit (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) X X X X X X X X X X X Seluruh biaya baik yang terdapat pada Tabel 10 maupun biaya tetap yang dikeluarkan perusahaan, kemudian dijadikan pengurang dengan harga jual per unit dari setiap jenis tanaman. Hasil pengurangan tersebut merupakan keuntungan per unit yang diperoleh perusahaan selama satu siklus produksi. Rincian perolehan keuntungan tersebut tersaji pada Tabel

5 Tabel 11. Rincian Perolehan Keuntungan per Unit Tanaman Hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri selama Periode Analisis Jenis Tanaman Harga Jual (Rp/unit) Biaya tetap (Rp/unit) Biaya Variabel (Rp/unit) Laba Per unit (Rp/unit) Begonia thelmae Dracaena golden Epipremnum gold Homalomena Miana Monocostus uniflorus Peperomia obtusivolia variegata Peperomia scandens Polyscias Schefflera varigata Syngonium pink neon Nilai laba per unit pada tabel di atas merupakan koefisien dari variabel keputusan kombinasi produksi tanaman hias untuk VEGA. Setiap jenis tanaman hias untuk VEGA dilambangkan dengan X1 sampai dengan X11 secara berurutan. Adapun model fungsi tujuan optimalisasi produksi tanaman hias untuk VEGA pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Max Z = 4550 X X X X X X X X X X X Perumusan Fungsi Kendala Optimalisasi Produksi Tanaman Hias untuk VEGA PT Godongijo Asri Kendala Lahan Lahan yang digunakan dalam proses produksi tanaman hias untuk VEGA terdiri dari lahan untuk mistroom dan lahan untuk greenhouse. Penggunaan lahan sangat besar pengaruhnya terhadap proses produksi yang dilakukan. Keterbatasan lahan sebagai tempat produksi akan mengakibatkan terhambatnya proses produksi. Lahan produksi tanaman hias untuk VEGA yang tersedia pada PT Godongijo Asri merupakan salah satu kendala karena penggunaannya harus dibagi-bagi untuk kesebelas jenis tanaman hias VEGA. Selain itu, perluasan lahan pada PT Godongijo Asri juga terbilang sulit untuk dilakukan dikarenakan 51

6 lingkungan sekitar perusahaan telah dipadati oleh pemukiman penduduk dan juga memerlukan biaya yang sangat besar. a. Lahan untuk mistroom PT Godongijo Asri memiliki mistroom khusus yang digunakan dalam produksi tanaman hias untuk VEGA. Mistroom tersebut terdiri dari bedengan bedengan yang memiliki luas sebesar 30,9 m². Perhitungan koefisien kendala mistroom dilakukan dengan menghitung luas lahan yang dibutuhkan oleh satu unit tanaman dari masing-masing jenis tanaman hias untuk VEGA. Perhitungan koefisien tersebut dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Perhitungan Kebutuhan Satu Unit Tanaman Hias untuk VEGA terhadap Lahan Mistroom dan Ketersediaannya pada PT Godongijo Asri selama Periode Analisis Jenis Luas 1 Bedengan Isi (B) Kebutuhan Ketersediaan Tanaman (A) m² Unit (A/B) m² Begonia thelmae 30, ,03 197,00 Dracaena golden 30, ,03 Epipremnum gold 30, ,03 Homalomena 30, ,03 Miana 30, ,03 Monocostus uniflorus 30, ,03 Peperomia obtusivolia variegata 30, ,03 Peperomia scandens 30, ,03 Polyscias 30, ,03 Schefflera varigata 30, ,03 Syngonium pink neon 30, ,03 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa kebutuhan satu unit tanaman hias untuk VEGA terhadap lahan mistroom adalah sebesar 0,03 m². Dengan demikian perumusan model kendala mistroom adalah sebagai berikut : LM ) 0,03 ( X1 + X2 + X3 + X4 + X5 + X6 + X7 + X8 + X9 + X10 + X11 <= 197 b. Lahan untuk greenhouse Greenhouse produksi yang dimiliki oleh PT Godongijo Asri digunakan untuk berbagai macam jenis tanaman hias dengan luas keseluruhan mencapai 52

7 1.775 m², namun tidak secara keseluruhan digunakan untuk produksi tanaman hias VEGA. Greenhouse tersebut terdiri dari beberapa bedengan yang berukuran 40 m². Setiap bedengan tersebut mampu menampung sekitar 864 tanaman. Perhitungan koefisien kendala greenhouse dilakukan dengan menghitung luas lahan yang dibutuhkan oleh satu unit tanaman dari masing-masing jenis tanaman hias untuk VEGA yang dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Perhitungan Kebutuhan Satu Unit Tanaman Hias untuk VEGA terhadap Lahan Greenhouse dan Ketersediaannya pada PT Godongijo Asri selama Periode Analisis Jenis Luas 1 Bedengan(A) Isi (B) Kebutuhan Ketersediaan Tanaman m² Unit (A/B) m² Begonia thelmae ,05 336,70 Dracaena golden ,05 Epipremnum gold ,05 Homalomena ,05 Miana ,05 Monocostus uniflorus ,05 Peperomia obtusivolia variegata ,05 Peperomia scandens ,05 Polyscias ,05 Schefflera varigata ,05 Syngonium pink neon ,05 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa koefisien kendala lahan untuk greenhouse adalah sebesar 0,05 yang artinya setiap satu unit tanaman hias membutuhan lahan seluas 0,05 m². Dengan demikian perumusan model kendala greenhouse adalah sebagai berikut : LG) 0,05 ( X1 + X2 + X3 + X4 + X5 + X6 + X7 + X8 + X9 + X10 + X11 ) <= 336, Kendala Indukan Indukan yang digunakan tanaman hias untuk VEGA terdiri dari berbagai macam jenis. Setiap jenis tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri memiliki indukan yang berbeda-beda baik jenis maupun jumlah ketersediaannya. 53

8 Selain itu, jumlah anakan yang dihasilkan oleh setiap satu indukan masing-masing jenis juga berbeda-beda yaitu berkisar antara 3, 4, 5, dan 10 unit tanaman. Perhitungan kendala indukan masing-masing jenis tanaman hias untuk VEGA sangat memperhatikan tingkat keberhasilan produksinya. Rata-rata tingkat keberhasilan produksi kesebelas jenis tanaman hias untuk VEGA yaitu mencapai 90 persen. Koefisien variabel indukan tanaman hias untuk VEGA diperoleh dengan menghitung kebutuhan satu unit tanaman terhadap indukannya. Kemudian dikalikan dengan tingkat keberhasilan kehidupan yaitu sebesar 90 persen. Untuk nilai RHS merupakan jumlah ketersediaan indukan masing-masing jenis tanaman hias untuk VEGA yang terdapat pada PT Godongijo Asri. Kebutuhan satu tanaman terhadap indukannya untuk masing-masing jenis tanaman hias dan ketersediaan indukannya dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Perhitungan Kebutuhan Satu Unit Tanaman Hias untuk VEGA terhadap Indukan dan Ketersediaannya pada PT Godong Ijo Asri selama Periode Analisis NO. Nama Tanaman Hasil Anakan (Unit) Koef Ketersediaan (Pot) 1 Begonia thelmae 4 0, Dracaena golden 10 0, Epipremnum gold 3 0, Homalomena 5 0, Miana 4 0, Monocostus uniflorus 5 0, Peperomia obtusivolia variegata 5 0, Peperomia scandens 5 0, Polyscias 5 0, Schefflera varigata 4 0, Syngonium pink neon 3 0, Berdasarkan Tabel 14 di atas maka diketahui kebutuhan setiap jenis tanaman terhadap indukannya. Kebutuhan indukan terbesar adalah tanaman jenis Epipremnum gold dan Syngonium pink neon yaitu sebesar 0,370. Hal tersebut dikarenakan setiap satu indukan dari jenis tanaman tersebut hanya dapat menghasilkan tiga unit anakan. Sedangkan kebutuhan indukan terkecil adalah jenis tanaman Dracaena golden yaitu sebesar 0,111 karena setiap satu pot indukan 54

9 dapat menhghasilkan anakan sebanyak sepuluh buah. Perumusan kendala untuk setiap jenis adalah sebagai berikut : 0,278 X1 <= 198 0,222 X7 <= 69 0,111 X2 <= 202 0,222 X8 <= 124 0,370 X3 <= 232 0,222 X9 <= 95 0,222 X4 <= 114 0,278 X10 <= 62 0,278 X5 <= 175 0,370 X11 <= 140 0,222 X6 <= Kendala Media Tanam Media tanam yang digunakan dalam memproduksi tanaman hias untuk VEGA terdiri dari dua jenis yaiu sekam bakar dan rockwool. Kesebelas jenis tanaman hias untuk VEGA secara bersamaan menggunakan kedua jenis media tanam tersebut dalam proses produksinya, sehingga terjadi persaingan antar jenis tanaman hias dalam penggunaannya. Hal tersebut menyebabkan ketersediaan kedua jenis media tanam perlu diperhatikan dan dijadikan kendala dalam proses produksi. Ketersediaan tersebut akan menjadi nilai right hand side (RHS) pada perumusan model kendala media tanam. Adapun jumlah ketersediaan media tanam pada PT Godongijo Asri selama periode analisis dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Ketersediaan Media Tanam pada PT Godongijo Asri Selama Periode Analisis No. MEDIA TANAM KETERSEDIAAN SATUAN 1 Sekam Bakar 4200 Kg 2 Rockwool 7500 Lembar a. Sekam Bakar Sekam bakar digunakan sebagai media pada tray. Setiap tray yang digunakan pada mistroom tersebut dapat menampung sekitar 200 unit tanaman dan memerlukan sekam bakar sebanyak 30 kg. Perhitungan koefisien kendala media tanam sekam bakar dilakukan dengan menghitung jumlah sekam bakar 55

10 yang dibutuhkan oleh satu unit tanaman dari masing-masing jenis tanaman hias untuk VEGA. Koefisien tersebut sebesar 0,150 yaitu setiap satu unit tanaman hias membutuhan sekam bakar sebanyak 0,150 kg. Sekam bakar juga digunakan sebagai media tanam pada greenhouse, namun tray pada greenhouse tersebut hanya menampung sekitar 72 unit tanaman. Setiap tray memerlukan sekam bakar sebanyak 30 kg. Perhitungan koefisien kendala media tanam sekam bakar dilakukan dengan menghitung jumlah sekam bakar yang dibutuhkan pada greenhouse oleh satu unit tanaman dari masingmasing jenis tanaman hias untuk VEGA. Koefisien tersebut sebesar 0,416 yaitu setiap satu unit tanaman hias membutuhan sekam bakar sebanyak 0,416 kg. Oleh karena itu, kebutuhan total sekam bakar per unit adalah 0,567. Adapun perumusan kendala sekam bakar adalah sebagai berikut : SB) 0,567 (X1 + X2 + X3 + X4 + X5 + X6 + X7 + X8 + X9 + X10 + X11) <= 4200 b. Rockwool Setiap jenis tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri menggunakan rockwool sebagai media tanamnya. Tanaman dibungkus dengan roockwool kemudian dilelakkan pada tray yang telah diisi dengan sekam bakar. Penggunaan rockwool tersebut harus dibagi untuk kesebelas tanaman hias untuk VEGA. Selain itu, perolehan media tanam ini juga terbilang sulit karena ketersediaannya dari distributor sering tidak kontinu. Dengan demikian rockwool termasuk kendala dalam proses produksi tanaman hias untuk VEGA. Koefisien variabel merupakan kebutuhan rockwool untuk setiap unit jenis tanaman hias, sedangkan nilai RHS merupakan ketersediaan rockwool yang dimiliki oleh PT Godongijo Asri. Adapun ketersediaan rockwool pada PT Godongijo Asri setiap siklus mencapai 50 lembar yang setiap lembarnya berukuran 5 x 60 x 120 cm. Setiap satu lembar rockwool tersebut dapat digunakan untuk 150 unit tanaman. Model kendala rockwool tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri dapat dirumuskan sebagai berikut : RW) X1 + X2 + X3 + X4 + X5 + X6 + X7 + X8 + X9 + X10 + X11 <=

11 Kendala Tray Tanaman hias untuk VEGA yang diproduksi pada PT Godongijo Asri tidak menggunakan pot sebagai wadah dalam proses produksinya, melainkan menggunakan tray (meja). Tray tersebut terbuat dari besi yang berukuran 1 x 2 m. Penggunaan tray harus dibagi untuk kesebelas jenis tanaman hias, sehingga terjadi persaingan antar jenis tanaman hias dalam penggunaannya. Hal tersebut menyebabkan ketersediaan tray perlu diperhatikan dan dijadikan kendala dalam proses produksi. Ketersediaan tray pada perusahaan akan menjadi nilai right hand side (RHS) pada perumusan model. Adapun jumlah ketersediaan tray yang ada pada PT Godongijo Asri selama periode analisis yaitu sebanyak 138 buah. Tray yang digunakan pada mistroom memiliki kapasitas sebanyak 200 unit tanaman. Perhitungan koefisien kendala tray pada mistroom dilakukan dengan menghitung jumlah tray yang dibutuhkan pada mistroom oleh satu unit tanaman dari masing-masing jenis tanaman hias untuk VEGA. Koefisien tersebut sebesar 0,005 yaitu setiap satu unit tanaman hias membutuhkan tray sebanyak 0,005 unit. Sedangkan pada greenhouse, tray tersebut menampung tanaman hias untuk VEGA sebanyak 72 unit tanaman. Perhitungan koefisien kendala tray pada greenhouse dilakukan dengan menghitung jumlah tray yang dibutuhkan pada greenhouse oleh satu unit tanaman dari masing-masing jenis tanaman hias untuk VEGA. Koefisien tersebut sebesar 0,014 yaitu setiap satu unit tanaman hias membutuhkan tray sebanyak 0,014 unit. Dengan demikian kebutuhan total tray untuk setiap unit tanaman adalah 0,019 unit. Adapun perumusan kendala tray pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Tray) 0,019 (X1 + X2 + X3 + X4 + X5 + X6 + X7 + X8 + X9 + X10 + X11) <= Kendala Pupuk Pemberian pupuk pada tanaman hias untuk VEGA dilakukan dengan tujuan untuk menunjang pertumbuhan tanaman agar dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan tanaman yang sehat. PT Godongijo Asri menggunakan beberapa macam pupuk dalam produksi tanaman hias untuk VEGA, diantaranya 57

12 yaitu pupuk perangsang akar dan perangsang daun. Kesebelas jenis tanaman hias untuk VEGA tersebut menggunakan jenis pupuk yang sama dalam proses produksinya, sehingga terjadi persaingan antar jenis tanaman hias dalam penggunaannya. Hal tersebut menyebabkan ketersediaan jumlah pupuk perlu diperhatikan dan dijadikan kendala dalam proses produksi. Perhitungan koefisien kendala pupuk dilakukan dengan menghitung kebutuhan satu tanaman hias untuk VEGA terhadap masing-masing pupuk yang digunakan dalam proses produksinya, sedangkan nilai RHS ditentukan berdasarkan ketersediaan pupuk pada PT Godongijo Asri selama periode analisis. a. Pupuk Perangsang Akar (R-UP) Pupuk perangsang akar diberikan setiap satu minggu sekali kepada kesebelas jenis tanaman hias untuk VEGA saat berada pada mistroom. Pemberian pupuk tersebut dilakukan dengan cara mencampurkan setiap 1 mililiter pupuk dengan air sebanyak 1 liter. Setiap penyiraman membutuhkan air sebanyak 105 liter untuk tray sebanyak 37 unit. Dengan demikian setiap tray memerlukan sekitar 2,84 liter air. Perhitungan koefisien kendala pupuk perangsang akar dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Perhitungan Koefisien Kendala Pupuk Perangsang Akar dan Ketersediannya selama Periode Analisis No. Var Kep. Jumlah Tanaman (A) Pupuk per Tray (B) Frekuensi Pemberian Pupuk per unit ( B/A*C) Ketersediaan (unit/tray) (ml) ( Kali ) (ml/siklus) (ml) 1 X ,84 5 0, X ,84 6 0,071 3 X ,84 6 0,085 4 X ,84 6 0,085 5 X ,84 5 0,071 6 X ,84 6 0,085 7 X ,84 6 0,085 8 X ,84 6 0,085 9 X ,84 6 0, X ,84 5 0, X ,84 6 0,085 58

13 Berdasarkan Tabel 16 terlihat bahwa kebutuhan masing-masing jenis tanaman terhadap pupuk perangsang akar berbeda-beda. Adapun perumusan kendala untuk pupuk perangsang akar adalah sebagai berikut : HA) 0,085 ( X2 + X3 + X4 + X6 + X7 + X8 + X9 + X11 ) + 0,071 ( X1 + X5 + X10 ) <= 800 b. Pupuk Perangsang Daun Pupuk perangsang daun diberikan setiap satu minggu sekali kepada kesebelas jenis tanaman hias untuk VEGA. Pemberian pupuk tersebut dilakukan dengan cara mencampurkan setiap 0,5 gram pupuk dengan air sebanyak 1 liter. Setiap penyiramannnya membutuhkan air sebanyak 105 liter air untuk tray sebanyak 37 unit pada mistroom. Dengan demikian setiap tray memerlukan air sekitar 2,84 liter dan 1,42 ml pupuk perangsang daun. Pemberian pupuk perangsang daun tidak hanya diberikan pada saat tanaman hias untuk VEGA berada pada mistroom, namun juga diberikan saat tanaman berada pada greenhouse. Penyiraman pada greenhouse menggunakan air sebanyak 250 liter untuk tray sebanyak 101. Oleh karena itu, setiap tray memerlukan sekitar 2,48 liter air dan 1,24 ml. Adapun perhitungan koefisien kendala pupuk perangsang daun dapat dilihat pada Lampiran 8. Perumusan kendala pupuk perangsang daun pada tanaman hias untuk VEGA yaitu : HD) 0,077 ( X2 + X3 + X4 + X6 + X7 + X8 + X9 + X11 ) + 0,087 ( X1 + X5 + X10 ) <= Kendala Pestisida Produksi tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri menggunakan pestisida. Hal tersebut dilakukan dengan maksud untuk mencegah dan mgengobati tanaman dari serangan hama penyakit. Adapaun pestisida yang digunakan terdiri dari fungisida, insektisida, dan bakterisida. Kesebelas jenis tanaman hias untuk VEGA tersebut menggunakan jenis pestisida yang sama dalam proses produksinya, sehingga terjadi persaingan antar jenis tanaman hias 59

14 dalam penggunaannya. Hal tersebut menyebabkan ketersediaan jumlah pestisida perlu diperhatikan dan dijadikan kendala dalam proses produksi. Perhitungan koefisien kendala pestisida dilakukan dengan menghitung kebutuhan satu tanaman hias untuk VEGA terhadap masing-masing pestisida yang digunakan dalam proses produksinya, sedangkan nilai RHS pada model ditentukan berdasarkan ketersediaan pestisida pada PT Godongijo Asri selama periode analisis. Adapun ketersediaan pestisida pada PT Godingijo Asri dalam proses produksi tanaman hias untuk VEGA dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Ketersediaan Pestisida pada PT Godongijo Asri selama Periode Analisis NO. JENIS PESTISIDA KETERSEDIAAN SATUAN ml ml gram a. diberikan setiap dua minggu sekali kepada kesebelas jenis tanaman hias untuk VEGA. Pemberian fungisida tersebut dilakukan dengan cara mencampur fungisida sebanyak 0,5 ml dengan air sebanyak 1 liter. Setiap penyemprotan menggunakan air sebayak 75 liter untuk tray sebanyak 37 buah. Dengan demikian setiap tray membutuhan air sebanyak 2,03 liter dengan di mistroom dapat dilihat pada Tabel

15 Tabel 18. Perhitungan Kebutuhan Mistroom bagi Tanaman Hias untuk VEGA selama Periode Analisis Variabel Jumlah Tanaman (A) Fungisida "Sc" per Tray (B) Frekuensi Pemberian Fungisida per unit ( B/A*C) Keputusan ( unit/tray) (ml) ( Kali ) (ml/siklus) X , ,015 X , ,015 X , ,015 X , ,015 X , ,015 X , ,015 X , ,015 X , ,015 X , ,015 X , ,015 X , ,015 Pemberian fungisida tidak hanya diberikan pada saat tanaman berada pada mistroom, namun diberikan juga saat tanaman berada pada greenhouse. Setiap penyemprotan pada greenhouse menggunakan air sebanyak 175 liter dengan k tray sebanyak 101 buah. Perhitungan greenhouse dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Perhitungan Kebutuhan Greenhouse bagi Tanaman Hias untuk VEGA selama Periode Analisis Variabel Jumlah Tanaman (A) Fungisida"Sc" per Tray (B) Frekuensi Pemberian Fungisida per unit ( B/A*C) Keputusan ( unit/tray) (ml) ( Kali ) (ml/siklus) X1 72 0, ,012 X2 72 0, ,012 X3 72 0, ,012 X4 72 0, ,012 X5 72 0, ,012 X6 72 0, ,012 X7 72 0, ,012 X8 72 0, ,012 X9 72 0, ,012 X , ,012 X , ,012 61

16 Berdasarkan Tabel 19 dan 20, maka diketahui kebutuhan total setiap jenis tanaman hias untuk VEGA selama satu siklus produksi yaitu sebanyak 0,027 gram adalah : Sc) 0,027 (X1 + X2 + X3 + X4 + X5 + X6 + X7 + X8 + X9 + X10 + X11) <= 500 b. kesebelas jenis tanaman hias untuk VEGA. Pemberian insektisida tersebut dilakukan dengan cara mencampur setiap 0,5 ml dengan air sebanyak 1 liter. Setiap penyemprotan menggunakan air sebayak 75 liter untuk tray sebanyak 37 buah. Dengan demikian setiap tray membutuhan air sebanyak 2,03 liter dan berada di mistroom dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Perhitungan Kebutuhan Mistroom bagi Tanaman Hias untuk VEGA selama Periode Analisis Variabel Jumlah Tanaman (A) Insektisida "Con" per Tray (B) Frekuensi Pemberian Insektisida per unit ( B/A*C) Keputusan ( unit/tray) (ml) ( Kali ) (ml/siklus) X , ,010 X , ,015 X , ,015 X , ,015 X , ,010 X , ,015 X , ,015 X , ,015 X , ,015 X , ,010 X , ,015 Pemberian insektisida tidak hanya diberikan pada saat tanaman berada pada mistroom, namun diberikan juga pada tanaman saat berada pada greenhouse. Setiap penyemprotan pada greenhouse menggunakan air sebanyak 175 liter 62

17 tray sebanyak 101 buah. greenhouse dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Perhitungan Kebutuhan Greenhouse bagi Tanaman Hias untuk VEGA selama Periode Analisis Variabel Jumlah Tanaman (A) Insektisida"Con" per Tray (B) Frekuensi Pemberian Insektisida per unit ( B/A*C) Keputusan ( unit/tray) (ml) ( Kali ) (ml/siklus) X1 72 0, ,024 X2 72 0, ,012 X3 72 0, ,012 X4 72 0, ,012 X5 72 0, ,024 X6 72 0, ,012 X7 72 0, ,012 X8 72 0, ,012 X9 72 0, ,012 X , ,024 X , ,012 Berdasarkan Tabel 20 dan 21, maka dapat diketahui kebutuhan total setiap Con) 0,027 ( X2 + X3 + X4 + X6 + X7 + X8 + X9 + X11) + 0,034 ( X1 + X5 + X10 ) <= 500 c. satu bulan sekali kepada kesebelas jenis tanaman hias untuk VEGA. Pemberian bakterisida tersebut dilakukan dengan cara mencampur setiap 0,5 gram bakterisida dengan air sebanyak 1 liter. Setiap penyemprotan pada mistroom menggunakan air sebayak 75 liter untuk tray sebanyak 37 buah, sehingga setiap tray membutuhan air sebanyak 2,03 liter dan bakterisida sebanyak 1,014 gram. Tray tersebut berisi tanaman hias sebanyak 200 0,005 gram. 63

18 Penyemprotan bakterisida pada greenhouse menggunakan air sebanyak tray sebanyak 101 buah, sehingga setiap satu tanaman hias untuk VEGA pada greenhouse memerlukan bakterisida sebanyak 0,012 gram. Dengan demikian setiap satu unit tanaman memerlukan 0,017 gram bakterisida jenis Adapun perumusan model kendala bakterisida jenis Agr ) 0,017 (X1 + X2 + X3 + X4 + X5 + X6 + X7 + X8 + X9 + X10 + X11 ) <= Kendala Tenaga Kerja PT Godongijo Asri memiliki satu orang tenaga kerja yang khusus menangani perawatan produksi tanaman hias untuk VEGA dan satu orang tenaga kerja tambahan untuk penanaman. Setiap tenaga kerja memiliki hari kerja efektif sebanyak 6 hari dengan waktu kerja per hari selama 8 jam. Tenaga kerja tersebut bertugas mengurus kesebelas jenis tanaman hias untuk VEGA selama produksinya berlangsung, sehingga terjadi persaingan antar jenis tanaman hias dalam penggunaan waktu kerja. Hal tersebut menyebabkan ketersediaan jumlah jam kerja perlu diperhatikan dan dijadikan kendala dalam proses produksi. Perhitungan koefisien kendala jam kerja dilakukan dengan menghitung kebutuhan satu tanaman hias untuk VEGA terhadap jam kerja dari masing-masing kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja, sedangkan nilai RHS pada model ditentukan berdasarkan ketersediaan atau potensi jam kerja dari tenaga kerja yang ada pada PT Godongijo Asri. a. Tenaga Kerja Penanaman Kegiatan penanaman dilakukan oleh dua orang tenaga kerja dengan jam kerja adalah 8 jam per hari dimana hari kerja untuk setiap penanaman adalah 8 hari. Setiap satu orang tenaga kerja dalam waktu satu hari kerja dapat menanam tanaman hias untuk VEGA sekitar 450 unit tanaman. Berdasarkan perhitungan tersebut maka diketahhui bahwa kebutuhan jam tenaga kerja penanaman untuk setiap unit adalah sebesar 0,018 jam. 64

19 b. Kegiatan Penyiraman Kegiatan penyiraman tanaman hias untuk VEGA dijadwalkan dilakukan dua kali dalam satu minggu. Setiap penyiraman pada mistroom memerlukan waktu selama 1 jam. Oleh karena itu, pada mistroom yang menampung tray sebanyak 37 buah memerlukan waktu penyiraman selama 0,027 jam setiap tray. Sedangkan pada greenhouse yang menampung tray sebanyak 101 buah memerlukan waktu penyiraman selama 2 jam, sehingga setiap tray membutuhkan waktu penyiraman selama 0,020 jam. Perhitungan kebutuhan waktu penyiraman untuk satu unit tanaman hias VEGA tersebut dapat dilihat pada Lampiran 9. c. Kegiatan Penyemprotan Kegiatan penyemprotan tanaman hias untuk VEGA dijadwalkan dilakukan sekali dalam satu minggu. Tenaga kerja produksi tanaman hias untuk VEGA mampu melakukan kegiatan penyemprotan pada mistroom selama 1 jam Oleh karena itu, pada mistroom yang menampung tray sebanyak 37 buah memerlukan waktu penyemprotan selama 0,027 jam setiap tray. Sedangkan pada greenhouse yang menampung tray sebanyak 101 buah memerlukan waktu penyemprotan selama 2 jam, sehingga setiap tray membutuhkan waktu penyemprotan selama 0,020 jam. Perhitungan kebutuhan waktu penyemprotan untuk satu unit tanaman hias VEGA tersebut dapat dilihat pada Lampiran 10. d. Kegiatan Prunning dan pemeliharaan tray Pruning merupakan kegiatan perawatan tanaman yaitu dengan memotong daun daun yang layu pada kesebelas jenis tanaman hias untuk VEGA dan membersihkan media tanam dari rontokan dedaunan yang jatuh. Selain itu tenaga kerja juga melakukan pemeliharaan terhadap tray, termasuk melakukan pengecekan terhadap media tanam sekam bakar pada tray. Untuk melakukan kegiatan ini terhadap 7218 unit tanaman dilakukan selama satu hari kerja dalam satu minggu atau sekitar 8 jam kerja, sehingga dibutuhkan waktu selama 0,0011 jam untuk satu unit tanaman hias VEGA. Dalam satu siklus produksi, kegiatan ini dilakukan sebanyak 8 kali. Dengan demikian dibutuhkan waktu selama 0,009 jam untuk satu unit tanaman hias VEGA selama satu siklus produksi. 65

20 Perumusan model kendala tenaga kerja untuk seluruh kegiatan yaitu : TK) 0,031 (X1 + X2 + X3 + X4 + X5 + X6 + X7 + X8 + X9 + X10 + X11) <= Kendala Permintaan Permintaan dimasukan dalam model kendala dengan tujuan untuk menghindari terjadinya produksi yang melebihi jumlah permintaan tanaman hias untuk VEGA. Jika terjadi kelebihan produksi maka tanaman hias untuk VEGA tidak dapat diserap pasar yang pada akhirnya akan mengurangi jumlah keuntungan yang diterima. Nilai ruas kanan kendala dalah rata-rata kebutuhan konsumen untuk setiap jenis tanaman hias berdasarkan siklus produksinya. Adapun fungsi kendala permintaan yang dirumuskan adalah : X1 <= 1228 X7 <= 905 X2 <= 1766 X8 <= 1201 X3 <= 1221 X9 <= 988 X4 <= 1337 X10 <=1022 X5 <= 1460 X11 <= 986 X6 <= Keputusan Produksi Aktual dan Optimal Keputusan Produksi Aktual Penerimaan dari kombinasi produksi aktual yang dilakukan PT Godongijo Asri diperoleh dari hasil penjualan kesebelas jenis tanaman hias untuk VEGA selama satu siklus produksi yaitu pada bulan Juli Adapun biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi tanaman hias untuk VEGA terdiri dari biaya variabel yang meliputi biaya sekam bakar, pupuk perangsang, pestisida, rockwool, karet gelang dan plastik. Sedangkan biaya tetapnya meliputi biaya indukan, listrik, penyusutan investasi, tenaga kerja, umum kantor, transportasi dan biaya sewa lahan. Berdasarkan perhitungan tersebut diketahui bahwa keuntungan total 66

21 perusahaan selama periode analisis adalah sebesar Rp Rincian perhitungan tersebut tersaji pada Lampiran Keputusan Produksi Optimal Analisis Jumlah Produksi dan Pendapatan (Analisis Primal) Tujuan yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah kombinasi produksi optimal yang diproduksi PT Godongijo Asri berdasarkan sumberdaya yang dimiliki. Kombinasi produksi optimal tersebut akan memberikan keuntungan yang maksimal bagi perusahaan. Berdasarkan hasil olahan menggunakan program LINDO yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 12, maka diketahui kombinasi jumlah produksi optimal yang seharusnya diproduksi oleh PT Godongijo Asri selama satu siklus produksi pada bulan Mei sampai Juni Hasil tersebut menunjukan bahwa terdapat perbedaan antara kombinasi produksi aktual dan optimal. Perbedaan kombinasi produksi tersebut dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Kombinasi Produksi Aktual dan Optimal pada PT Godongijo Asri selama Periode Analisis Jenis Tanaman Kondisi Aktual (unit) Kondisi Optimal (unit) Selisih Produksi (unit) Begonia thelmae Dracaena golden Epipremnum gold Homalomena Miana Monocostus uniflorus Peperomia obtusivolia variegata Peperomia scandens Polyscias Schefflera varigata Syngonium pink neon Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui bahwa terdapat sepuluh jenis tanaman hias yang memiliki jumlah produksi optimal yang lebih besar dari jumlah produksi aktual yaitu tanaman jenis Begonia thelmae, Epipremnum gold, Homalomena, Miana, Monocostus uniflorus, Peperomia obtusivolia variegata, 67

22 Peperomia scandens, Polyscias, Schleffera varigata, dan, Syngonium pink neon. Hal ini dikarenakan kesepuluh jenis tanaman tersebut memberikan kontribusi keuntungan yang besar, sehingga mendapatkan alokasi sumberdaya yang lebih besar dan memenangkan persaingan. Pada sisi lain terdapat tanaman hias yang memiliki jumlah produksi aktual lebih besar dari jumlah produksi optimal yaitu tanaman hias jenis Dracaena golden. Hal tersebut dikarenakan kontribusi keuntungan tanaman hias tersebut lebih rendah dibandingkan tanaman hias lainnya, Akan tetapi, di sisi lain kontribusi keuntungan yang rendah tersebut tidak menyebabkan tanaman jenis ini kalah bersaing dengan tanaman hias lainnya. Dracaena golden diproduksi pada batas maksimum permintaan hal tersebut dikarenakan ketersedian sumberdaya indukan yang dimiliki mampu mencapai jumlah permintaan. Sehingga walaupun keuntungan per unit tanaman hias ini rendah namun jumlah yang diproduksi tinggi. Sebelas jenis tanaman hias untuk VEGA saling bersaing dalam menggunakan sumberdaya yang sama pada PT Godongijo Asri dengan proporsi yang sama namun batas maksimum permintaannya berbeda, sehingga jumlah produksi optimal tanaman hias untuk VEGA tersebut berbeda dengan kondisi aktualnya. Perbedaan jumlah produksi aktual dengan optimal akan memperngaruhi keuntungan yang diperoleh perusahaan. Seharusnya PT Godongijo Asri mampu memperoleh keuntungan sebesar Rp dari satu siklus produksi pada bulan Mei 2011 sampai dengan Juni 2011 jika berproduksi pada kondisi optimal. Apabila nilai keuntungan tersebut dibandingkan dengan keuntungan total pada kondisi aktual, maka terdapat peningkatan sebesar Rp Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan produksi tanaman hias untuk VEGA selama periode analisis masih belum optimal. Berdasarkan hasil olahan LINDO, diketahui pula bahwa kesebelas jenis tanaman hias untuk VEGA tetap diproduksi seluruhnya, namun jumlah setiap jenisnya berbeda-beda. Dengan demikian semua tanaman hias merupakan tanaman hias yang terpilih, karena apabila tetap diproduksi maka tidak akan 68

23 mengurangi jumlah keuntungan PT Godongijo Asri. Reduced cost pada hasil olahan LINDO yang bernilai neagatif dikarenakan adanya pembulatan yang dilakukan dengan integer programming Analisis Penggunaan Sumberdaya (Analisis Dual) Analisis dual merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui besarnya sumberdaya yang digunakan oleh perusahaan. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui apakah sumberdaya yang digunakan dalam produksi ketersediaannya berlebihan atau mengalami kelangkaan dengan melihat nilai slack/surplus dan nilai dual (shadow price). Nilai sumberdaya yang terbatas atau langka dinyatakan dengan nilai slack/surplus yang sama dengan nol, artinya sumberdaya tersebut habis terpakai dalam kegiatan produksi. Kendala yang memiliki nilai seperti ini sering disebut kendala aktif, artinya apabila penggunaanya ditambah sebesar satu satuan maka keuntungan akan meningkat sebesar dual price. Nilai dual dari sumberdaya yang langka akan lebih besar dari nol dan merupakan harga bayangan dari sumberdaya tersebut. Setiap perubahan satu unit ketersediaan akan menyebabkan perubahan nilai tujuan sebesar shadow price nya. Sumberdaya yang menjadi kendala utama dalam pencapaian hasil optimal dapat dilihat dari kendala yang memiliki shadow price terbesar. Sumberdaya yang memiliki dual price sama dengan nol biasanya akan memiliki nilai slack/surplus. Sumberdaya ini disebut sumberdaya berlebih atau kendala pasif. Nilai nol pada dual price tersebut menunjukan bahwa penambahan satu satuan ketersedian sumberdaya tidak akan mempengaruhi nilai fungsi tujuan. Sehingga apabila perusahaan menambah ketersediaan sumberdaya yang berlebih tersebut, maka tidak akan diperoleh tambahan pendapatan bagi perusahaan. Pada penelitian dilakukan analisis dual dengan maksud mengetahui penggunaan sumberdaya pada kegiatan produksi tanaman hias untuk VEGA, sehingga diketahui sumberdaya yang berlebih dan sumberdaya yang langka. Sumberdaya yang memiliki nilai slack/surplus tinggi pada kondisi optimal dapat direlokasi untuk penambahan sumberdaya pembatas sehingga tidak terjadi pemborosan biaya yang dapat mengurangi keuntungan yang diperoleh 69

24 PT Godongijo Asri. Berdasarkan hasil olahan LINDO diketahui bahwa seluruh sumberdaya yang digunakan dalam produksi tanaman hias untuk VEGA merupakan sumberdaya berlebih. Hal tersebut dapat terlihat dari nilai slack/surplus yang berlinai lebih besar dari nol. 1. Kendala Lahan Penggunaan lahan produksi tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri terbagi untuk mistroom dan greenhouse. Kesebelas jenis tanaman hias untuk VEGA memanfaatkan lahan secara bersama-sama. Tingkat penggunaan lahan optimal dapat dilihat dari nilai slack/surplus pada output LINDO yang terdapat pada Lampiran 12. Jika lahan memiliki nilai slack/surplus sama dengan nol maka sumberdaya lahan tersebut termasuk kendala aktif. Namun jika nilai dual price nya sama dengan nol, maka lahan termasuk kendala pasif. Perbandingan tingkat penggunaan lahan pada kondisi aktual dan optimal dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Tingkat Penggunaan Lahan pada Kondisi Kombinasi Produksi Aktual dan Optimal dalam Produksi Tanaman Hias untuk VEGA selama Periode Analisis pada PT Godongijo Asri Sumberdaya Aktual Optimal Dual Tersedia Terpakai Sisa Tersedia Terpakai Sisa Price Mistroom ,44 0, Greenhouse 366,7 366, ,7 327,40 39, Tabel di atas menunjukan bahwa penggunaan lahan pada kondisi produksi optimal dan aktual berbeda. Penggunaan lahan untuk mistroom pada kondisi produksi aktual lebih besar dibandingkan dengan penggunaan lahan pada kondisi optimal dengan sisa ketersediaan sebesar 5 m² pada kondisi aktual dan 0, m² pada kondisi optimal. Begitu pula dengan penggunaan lahan untuk greenhouse pada kondisi aktual lebih besar dibanding kondisi optimal. Terdapat sisa ketersediaan pada kondisi optimal sebesar 39,2999 m², sedangkan pada kondisi aktual tidak terdapat kelebihan ketersediaan lahan. Kelebihan ketersediaan lahan untuk greenhouse tersebut sebaiknya dialokasikan untuk produksi tanaman hias 70

25 jenis lain, sehingga pemanfaatan lahan di PT Godongijo Asri dapat efisien dan efektif. Nilai sisa yang bernilai lebih besar dari nol pada kondisi optimal menunjukan bahwa sumberdaya tersebut merupakan sumberdaya yang berlebih pada perusahaan. Dengan demikian greenhouse dan mistroom yang memiliki nilai slack/surplus besar dari nol merupakan sumberdaya berlebih. Namun jika dilihat nilai slack/surplus pada mistroom yang bernilai kurang dari satu maka berarti sebenarnya semua sumberdaya tersebut terpakai tetapi terdapat bagian mistroom yang tidak terpakai secara maksimal dalam kegiatan produksinya. 2. Indukan Penggunaan indukan untuk setiap jenis tanaman hias berbeda-beda. Pada keadaan aktual perusahaan menggunakan seluruh indukannya dalam berproduksi. Hal tersebut dilakukannya dengan alasan berupaya memanfaatkan seluruh sumberdaya yang dimilikinya. Pada hasil analisis kondisi optimal diketahui bahwa indukan merupakan sumberdaya yang berlebih. Tingkat penggunaan sumberdaya indukan pada kondisi aktual dan optimal dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Tingkat Penggunaan Indukan pada Kondisi Kombinasi Produksi Aktual dan Optimal dalam produksi Tanaman Hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri selama Periode Analisis Sumberdaya Aktual Optimal Dual Price Tersedia Terpakai Sisa Tersedia Terpakai Sisa Begonia thelmae ,0261 0, Dracaena golden ,9360 5, Epipremnum gold ,9991 0, Homalomena ,8861 0, Miana ,8620 0, Monocostus 0 89,9101 0, uniflorus Peperomia obtusivolia 0 68,8201 0, variegate Peperomia 0 0 scandens ,8761 0,1239 Polyscias ,7941 0, Schefflera varigata , Syngonium pink 0 139,8601 0, neon

26 Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa Indukan untuk sebelas jenis tanaman hias merupakan sumber yang berlebih. Hal tersebut terlihat dari nilai slack/surplus yang bernilai lebih besar dari nol. Terdapat sepuluh jenis tanaman hias untuk VEGA yang memiliki nilai slack/surplus yang bernilai lebih besar dari nol tetapi kurang dari satu. Hal tersebut berarti sebenarnya semua indukan terpakai namun terdapat indukan yang penggunaannya tidak maksimal. Tanaman tersebut yaitu Begonia thelmae, Epipremnum gold, Homalomena, Miana, Monocostus uniflorus, Peperomia obtusivolia variegata, Peperomia scandens, Polyscias, Schleffera varigata, dan, Syngonium pink neon. Indukan jenis Dracaena golden memiliki kelebihan sebesar 5, pot sebaiknya diletakkan pad showroom dan dijual kepada konsumen hal tersebut dikarenakan jika tetap dirawat pada greenhouse produksi maka akan menimbulkan biaya bagi PT Godongijo Asri. Selain itu, lahan yang selama ini digunakan untuk indukan Dracaena golden dapat dimanfaatkan untuk produksi tanaman hias jenis lain, sehingga tidak terjadi pemborosan lahan Penambahan jumlah indukan pada produksi tanaman hias untuk VEGA tidak akan menambah jumlah keuntungan yang diperoleh karena dual price sumberdaya indukan tersebut bernilai nol. Hal tersebut menunjukan bahwa sebaiknya perusahaan tidak menambah sumberdaya indukan sebelas jenis tanaman hias. 3. Media Tanam Produksi tanaman hias untuk VEGA menggunakan dua jenis media tanam yaitu sekam bakar dan rockwool. Penggunaan media tanam tersebut pada kondisi produksi aktual dan optimal dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Tingkat Penggunaan Media Tanam Pada Kondisi Aktual dan Optimal Produksi Tanaman Hias VEGA PT Godongijo Asri selama Analisis Sumber Aktual Optimal Dual Daya Tersedia Terpakai Sisa Tersedia Terpakai Sisa Price Sekam Bakar ,71 487, Rockwool ,

27 Tabel 25 menunjukan bahwa pada kondisi optimal semua media tanam merupakan kendala berlebih. Hal tersebut terlihat dari nilai slack/surplus yang bernilai lebih besar dari nol. Kelebihan ketersediaan media tanam baik sekam bakar maupun rockwool tidak menjadi permasalahan karena dapat digunakan untuk penambahan ketersediaan pada siklus berikutnya. Terutama untuk ketersediaan rockwool yang sulit didapatkan sebab kontinuitas tidak berjalan baik dari pemasok. Begitupula dengan sisa ketersedian sekam bakar. Sekam bakar yang berlebih dapat digunakan untuk produksi pada siklus selanjutnya karena sekam bakar dapat tahan lama hingga tiga bulan dengan ketentuan disimpan dalam tempat yang kering dan tidak terkena endapan air. Hal tersebut tidak menjadi permasalahan bagi perusahaan karena PT Godongijo Asri memiliki gudang sebagai tempat penyimpanan semua input produksi. Penambahan jumlah ketersediaan media tanam pada produksi tanaman hias untuk VEGA tidak akan menambah jumlah keuntungan yang diperoleh PT Godongijo Asri. Hal tersebut dilihat dari nilai dual yang bernilai nol. 4. Kendala Tray Proses produksi tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo tidak menggunakan pot, melainkan menggunakan tray yang dapat menampung dalam jumlah besar. Penggunaan tray tersebut dimaksudkan untuk menghemat lahan produksi. Tingkat penggunaan tray optimal dapat dilihat dari nilai slack/surplus. Jika pada hasil olahan LINDO untuk tray terdapat nilai slack/surplus maka tray termasuk sumberdaya yang berlebih dan tidak menjadi pembatas dalam proses produksi. Namun jika terdapat nilai dual maka tray termasuk dalam sumberdaya yang langka. Terdapat perbedaan penggunaan tray pada kondisi produksi aktual dan optimal dalam produksi tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri. Penggunaan tray pada keadaan aktual menggunakan seluruh ketersediaan tray yang dimiliki perusahaan, namun pada kondisi optimal tidak seluruh ketersediaan digunakan. Terdapat kelebihan tray sebanyak 13,588 buah pada kondisi optimal. Berdasarkan nilai tersebut maka disimpulkan bahwa tray merupakan sumberdaya yang berlebih, sehingga tidak menjadi pembatas dalam proses produksi. Apabila perusahaan melakukan penambahan jumlah ketersediaan tray, maka tidak akan 73

28 menambah keuntungan yang diperoleh PT Godongijo Asri. Hal tersebut dikarenakan nilai dual pada kondisi optimal adalah sebesar nol. 5. Pupuk Perangsang PT Godongijo Asri menggunakan beberapa macam pupuk dalam produksi tanaman hias untuk VEGA, diantaranya yaitu pupuk perangsang akar dan perangsang daun. Tingkat penggunaan pupuk pada tingkat produksi aktual dan optimal disajikan pada Tabel 26. Tabel 26. Tingkat Penggunaan Pupuk Perangsang pada Kondisi Kombinasi Produksi Aktual dan Optimal dalam Produksi Tanaman Hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri selama Periode Analisis Sumberdaya Aktual Optimal Dual Tersedia Terpakai Sisa Tersedia Terpakai Sisa Price Perangsang Akar , ,071 0 Perangsang Daun ,836 80,164 0 Pada tabel tingkat penggunaan pupuk perangsang pada kondisi kombinasi produksi aktual dan optimal dalam produksi tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri selama periode analisis di atas terlihat bahwa pada kondisi aktual perusahan terjadi kelebihan ketersediaan untuk pupuk perangsang akar dan perangsang daun. Hal tersebut dikarenakan perusahaan belum memperhitungkan jumlah kebutuhan pupuk yang diperlukan dalam kegiatan produksi. Pada kondisi optimal seluruh pupuk yang digunakan dalam produksi tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri merupakan kendala tidak aktif dan ketersediaannya melimpah. Hal tersebut terlihat dari nilai slack/surplus yang bernilai lebih dari nol. Pupuk perangsang akar mengalami kelebihan sebesar 280,071 ml, sedangkan pupuk perangsang daun terjadi kelebihan 80,164 ml. Ketersediaan pupuk yang berlebih tersebut dapat disimpan untuk proses produksi selanjutnya karena pupuk merupakan sumberdaya yang tahan lama serta tidak memerlukan tempat penyimpanan khusus sehingga dapat tetap digunakan tanpa mengurangi kualitas dari pupuk tersebut. 74

29 Nilai dual pada hasil analisis optimal benilai nol. Hal tersebut menunjukan bahwa jika terjadi penambahan ketersediaan pupuk tidak akan menambah keuntungan yang diperoleh perusahaan. 6. Pestisida Pestisida yang digunakan pada produksi tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri terdiri dari insektisida, fungisida, dan bakterisida. Penggunaan pestisida tersebut berbeda antara kondisi produksi aktual dan optimal perusahaan. Tingkat penggunaan tersebut secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 27. Tingkat Penggunaan Pestisida pada Kondisi Kombinasi Produksi Aktual dan Optimal dalam Produksi Tanaman Hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri selama Periode Analisis Sumberdaya Aktual Optimal Dual Tersedia Terpakai Sisa Tersedia Terpakai Sisa Price Fungisida "Sc" , ,204 0 Insektisida "Con" ,5 212, , ,256 0 Bakterisida "Agr" ,316 88, Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa penggunaan sumberdaya pestisida antara keadaan aktual dan optimal berbeda. Pada keadaan aktual penggunaannya lebih tinggi dibanding pada keadaan optimalnya. Jumlah ketersediaannya pun melimpah. Hal ini dikarenakan cara perolehan pestisida tersebut relatif mudah dan banyak dijumpai di pasaran. Kelebihan sumberdaya ini tidak menjadi permasalahan dikarenakan pestisida merupakan sumberdaya yang tahan lama dan dan mudah penyimpanannya sehingga dapat digunakan pada proses produksi siklus selanjutnya. Berdasarkan nilai slack/surplus yang bernilai lebih besar dari nol maka disimpulkan bahwa sumberdaya pestisida ini merupakan sumberdaya berlebih dan tidak menjadi pembatas dalam proses produksi. Fungisid sumberdaya pestisida yang paling melimpah karena nilai slack/surplus paling tinggi yaitu sebesar 323,204 ml. Nilai dual yang bernilai nol menunjukan bahwa jika PT Godongijo Asri menambah ketersediaan pestisida jenis apapun, maka keuntungan yang akan diperoleh tidak akan bertambah. 75

VI. ANALISIS OPTIMALISASI PRODUKSI BENIH IKAN HIAS AIR TAWAR PADA TAUFAN S FISH FARM

VI. ANALISIS OPTIMALISASI PRODUKSI BENIH IKAN HIAS AIR TAWAR PADA TAUFAN S FISH FARM VI. ANALISIS OPTIMALISASI PRODUKSI BENIH IKAN HIAS AIR TAWAR PADA TAUFAN S FISH FARM 6.1 Perumusan Model Untuk merumuskan model interger programming, tahap awal yang dilakukan adalah merumuskan fungsi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumberdaya hayati yang beraneka ragam. Hal tersebut dikarenakan letak geografis Indonesia yang berada pada garis katulistiwa

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Produksi Menurut Salvatore (2001), produksi merujuk pada transformasi dari berbagai input atau sumberdaya menjadi output berupa barang atau

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Hias Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Hias Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Hias Indonesia Wilayah dan iklim di Indonesia yang termasuk dalam wilayah tropis menyebabkan banyak tanaman dapat tumbuh dengan baik di Indonesia, salah satunya yaitu tanaman

Lebih terperinci

VII. KEPUTUSAN PRODUKSI AKTUAL DAN OPTIMAL

VII. KEPUTUSAN PRODUKSI AKTUAL DAN OPTIMAL VII. KEPUTUSAN PRODUKSI AKTUAL DAN OPTIMAL 7.1 Keputusan Produksi Aktual Keputusan produksi aktual adalah keputusan produksi yang sudah terjadi di P4S Nusa Indah. Produksi aktual di P4S Nusa Indah pada

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI TANAMAN HIAS UNTUK VERTICAL GARDEN PADA PT GODONGIJO ASRI, SAWANGAN, DEPOK PROPINSI JAWA BARAT

OPTIMALISASI PRODUKSI TANAMAN HIAS UNTUK VERTICAL GARDEN PADA PT GODONGIJO ASRI, SAWANGAN, DEPOK PROPINSI JAWA BARAT OPTIMALISASI PRODUKSI TANAMAN HIAS UNTUK VERTICAL GARDEN PADA PT GODONGIJO ASRI, SAWANGAN, DEPOK PROPINSI JAWA BARAT SKRIPSI RANI FERNIASARI H34096084 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan Marbella Bakery merupakan salah satu produsen roti di Jakarta Timur khususnya di sekitar kelurahan Pekayon. Usaha ini didirikan oleh Bapak J. Hoeru

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) yang berlokasi di Jalan KH Abdul Hamid Km 3, Desa Situ Ilir Kecamatan Cibungbulang,

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Perumusan Fungsi Tujuan Berdasarkan metode penelitian, perumusan model program linear didahului dengan penentuan variabel keputusan, fungsi tujuan, dan kendala. Fungsi tujuan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Adolina PTPN IV Medan, Sumatera Utara. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK Analisis pendapatan usahatani paprika hidroponik meliputi analisis penerimaan, analisis biaya, analisis pendapatan, dan analisis R/C. Perhitungan usahatani

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rinadya Yoghurt yang berlokasi di Bukit Asri Ciomas Blok A5 No. 9, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Sub Terminal Agribisnis (STA) Rancamaya yang berlokasi di Jl. Raya Rancamaya Rt 01/01, Kampung Rancamaya Kidul, Desa Rancamaya,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi adalah suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output) yang berupa

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2010. Lokasi penelitian berada di PT Perikanan Nusantara Cabang Benoa, Bali (Peta lokasi kantor PT Perikanan

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL LINEAR PROGRAMMING

ANALISIS MODEL LINEAR PROGRAMMING VII ANALISIS MODEL LINEAR PROGRAMMING 7.1. Penentuan Model Linear Programming Produksi Tempe Dampak kenaikan harga kedelai pada pengrajin tempe skala kecil, menengah, dan besar dianalisis dengan menggunakan

Lebih terperinci

Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel PT. Ukindo-Palm Oil Mill

Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel PT. Ukindo-Palm Oil Mill Petunjuk Sitasi: Pasaribu, M. F., & Puspita, R. (2017). Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel PT. Ukindo-Palm Oil Mill. Prosiding SNTI

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Produksi Menurut Salvatore (2002), produksi merujuk pada transformasi dari berbagai input atau sumberdaya menjadi output berupa barang atau

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kelangkaan merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Hal ini menjadi masalah utama ketika keinginan manusia yang tidak terbatas berhadapan dengan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI USAHA AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU

OPTIMALISASI USAHA AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU OPTIMALISASI USAHA AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU Akhmad Sarifudin, Djaimi Bakce, Evy Maharani Fakultas Pertanian Universitas Riau Hp: 085271968335; Email: akhmad_agb08@yahoo.com ABSTRACT The purpose

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT 1 OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT Oleh : NUR HAYATI ZAENAL A14104112 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

Dualitas Dalam Model Linear Programing

Dualitas Dalam Model Linear Programing Maximize or Minimize Z = f (x,y) Subject to: g (x,y) = c Dualitas Dalam Model Linear Programing Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi KONSEP

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 39 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Budidaya tanaman pare ini dilakukan dari mulai pengolahan lahan manual dengan menggunakan cangkul, kemudian pembuatan bedengan menjadi 18 bedengan yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Dalam setiap perusahaan berusaha untuk menghasilkan nilai yang optimal dengan biaya tertentu yang dikeluarkannya. Proses penciptaan nilai yang optimal dapat

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

Dualitas Dalam Model Linear Programing

Dualitas Dalam Model Linear Programing Maximize or Minimize Z = f (x,y) Subject to: g (x,y) = c Dualitas Dalam Model Linear Programing Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi KONSEP

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode-metode ilmiah dari teori-teori yang digunakan dalam penyelesaian persoalan untuk menentukan model program linier dalam produksi.. 2.1 Teori

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit,

Lebih terperinci

Analisis Sensitifitas DALAM LINEAR PROGRAMING

Analisis Sensitifitas DALAM LINEAR PROGRAMING Maximize or Minimize Z = f (x,y) Subject to: g (x,y) = c Analisis Sensitifitas DALAM LINEAR PROGRAMING Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Magister Agribisnis Universitas Jambi Suatu analisis

Lebih terperinci

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Nama : Sonia Tambunan Kelas : J NIM : 105040201111171 MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Dengan lahan seluas 1500 m², saya akan mananam tanaman paprika (Capsicum annuum var. grossum L) dengan jarak tanam, pola

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA SALIBU

TEKNOLOGI BUDIDAYA SALIBU TEKNOLOGI BUDIDAYA SALIBU PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT DENGAN MENGGUNAKAN BIO-AGRO INPUT Tanam Sekali Panen Berkali-kali 2 0 1 6 TAHAPAN BUDIDAYA TEKNOLOGI SALIBU 1. PENGGENANGAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kombinasi Produk Optimum Penentuan kombinasi produksi dilakukan untuk memperoleh lebih dari satu output dengan menggunakan satu input. Hal ini

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2015 sampai bulan Januari 2016 bertempat di Screen House B, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret,

Lebih terperinci

03 2- OPTIMALISASI PRODUKSI IKAN HIAS DI MIRANTI AQUARIUM DESA CILUAR, KOTA BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT AKHMAD MUHARRAM

03 2- OPTIMALISASI PRODUKSI IKAN HIAS DI MIRANTI AQUARIUM DESA CILUAR, KOTA BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT AKHMAD MUHARRAM 03 2- OPTIMALISASI PRODUKSI IKAN HIAS DI MIRANTI AQUARIUM DESA CILUAR, KOTA BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT AKHMAD MUHARRAM PROGRAM STUD1 MANAJEMEN BI'SNIS DAN EKONOMI PERIKANAN- KELAUTAN DEPARTEMEN SOSIAL

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL 5.1 Gambaran Umum Perusahaan PT Panafil Essential Oil ialah anak perusahaan dari PT Panasia Indosyntec Tbk yang baru berdiri pada bulan Oktober 2009. PT Panasia Indosyntec

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN Aktivitas usahatani sangat terkait dengan kegiatan produksi yang dilakukan petani, yaitu kegiatan memanfaatkan sejumlah faktor produksi yang dimiliki petani dengan jumlah yang terbatas.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Operation Research (OR) digunakan dalam penyelesaian masalahmasalah manajemen untuk meningkatkan produktivitas, atau efisiensi. Metode dalam Teknik

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG Tanaman Bawang Merah (Allium Cepa Var Ascalonicum (L)) merupakan salah satu tanaman bumbu dapur yang sangat mudah dijumpai di berbaga tempat. Bumbu yang

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MODEL LINEAR PROGRAMMING SECARA MATEMATIK (METODE SIMPLEKS)

PENYELESAIAN MODEL LINEAR PROGRAMMING SECARA MATEMATIK (METODE SIMPLEKS) Maximize or Minimize Subject to: Z = f (x,y) g (x,y) = c S1 60 4 2 1 0 S2 48 2 4 0 1 Zj 0-8 -6 0 0 PENYELESAIAN MODEL LINEAR PROGRAMMING SECARA MATEMATIK (METODE SIMPLEKS) Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH,

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 7.1. Penerimaan Usahatani Kedelai Edamame Analisis terhadap penerimaan usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Untuk mengetahui dampak kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku (input) dalam industri tempe, akan digunakan beberapa teori yang berkaitan dengan hal tersebut.

Lebih terperinci

KURSUS GRATIS. Teknologi Budidaya Tanaman Jeruk dalam Pot (Tabulampot Jeruk) Oleh: Hadi Mulyanto, SP

KURSUS GRATIS. Teknologi Budidaya Tanaman Jeruk dalam Pot (Tabulampot Jeruk) Oleh: Hadi Mulyanto, SP KURSUS GRATIS Teknologi Budidaya Tanaman Jeruk dalam Pot (Tabulampot Jeruk) Oleh: Hadi Mulyanto, SP BALAI PENELITIAN TANAMAN JERUK DAN BUAH SUBTROPIKA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BADAN

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

VIII. ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI VIII. ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI 8.1. Analisis Biaya Usaha Pembesaran Lele Dumbo CV Jumbo Bintang Biaya merupakan suatu hal penting yang harus diperhatikan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Faktor umur adalah salah satu hal yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Semakin produktif umur seseorang maka curahan tenaga yang dikeluarkan

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Geografis dan Iklim

KEADAAN UMUM. Letak Geografis dan Iklim 10 KEADAAN UMUM Letak Geografis dan Iklim Vin s Berry Park adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis hortikultura khususnya budidaya, pengolahan dan agrowisata stroberi. Vin s Berry Park

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH 8.1. Penerimaan Usahatani Bawang Merah Penerimaan usahatani bawang merah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung

Lebih terperinci

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING BAB 3 LINEAR PROGRAMMING Teori-teori yang dijelaskan pada bab ini sebagai landasan berpikir untuk melakukan penelitian ini dan mempermudah pembahasan hasil utama pada bab selanjutnya. 3.1 Linear Programming

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Petani dan Usahatani Menurut Hernanto (1995), petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

BAB 3 PROGRAM LINEAR 1. MODEL MATEMATIKA

BAB 3 PROGRAM LINEAR 1. MODEL MATEMATIKA BAB 3 PROGRAM LINEAR 1. MODEL MATEMATIKA Masalah 1.1 Sekelompok tani transmigran mendapatkan 10 hektar tanah yang dapat ditanami padi, jagung, dan palawija lain. Karena keterbatasan sumber daya petani

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Jenis Produk Penelitian ini fokus pada tujuh tipe pintu. Pada tahun 2011, jumlah pintu yang dihasilkan sebanyak 2.227 unit. Jumlah tersebut merupakan bagian dari 20.069

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar Lampung dengan kondisi iklim tropis, memiliki curah hujan 2000 mm/th dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Jalan Swadaya IV,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Jalan Swadaya IV, 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Jalan Swadaya IV, Gedung Meneng Bandar Lampung dari bulan Desember 2011 sampai bulan

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI BUNGA POTONG PADA PRI S FARM KECAMATAN CARINGIN BOGOR. Oleh : Mubarak Ahmad Silalahi A

OPTIMALISASI PRODUKSI BUNGA POTONG PADA PRI S FARM KECAMATAN CARINGIN BOGOR. Oleh : Mubarak Ahmad Silalahi A OPTIMALISASI PRODUKSI BUNGA POTONG PADA PRI S FARM KECAMATAN CARINGIN BOGOR Oleh : Mubarak Ahmad Silalahi A14102118 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 53

Lebih terperinci

Rahmawati 1 Latifa Hanum 2 RINGKASAN. Keywoard : Perbandingan biaya, Produksi krisan, P4S.

Rahmawati 1 Latifa Hanum 2 RINGKASAN. Keywoard : Perbandingan biaya, Produksi krisan, P4S. PERBANDINGAN KEUNTUNGAN KRISAN POTONG DENGAN PEMANFAATAN SISTEM TUNAS DAN SISTEM TANAM AWAL DI P4S ASTUTI LESTARI PARONGPONG BANDUNG BARAT Rahmawati 1 Latifa Hanum 2 RINGKASAN Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Sistem Produksi Secara umum produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil

Lebih terperinci

Maximize or Minimize Z = f (x,y) Subject to: g (x,y) = c

Maximize or Minimize Z = f (x,y) Subject to: g (x,y) = c Maximize or Minimize Z = f (x,y) Subject to: g (x,y) = c PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Pengertian, Contoh masalah dan Perumusan model

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 7.1 Penggunaan Input Produksi Pembenihan Ikan Patin Secara umum input yang digunakan dalam pembenihan ikan patin di Kota Metro dapat dilihat pada Tabel berikut ini: Tabel

Lebih terperinci

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Analisis Aspek Finansial Aspek finansial adalah aspek yang mengkaji dari sisi keuangan perusahaan. Kelayakan pada aspek financial dapat diukur melalui perhitungan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Fungsi Produksi Produksi dan operasi dalam ekonomi menurut Assauri (2008) dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang berhubungan dengan usaha

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Optimalisasi Distribusi Sistem distribusi adalah cara yang ditempuh atau digunakan untuk menyalurkan barang dan jasa dari produsen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sejak tahun 2011 yang memproduksi pupuk. UMKM Pupuk PAZ s Bio

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sejak tahun 2011 yang memproduksi pupuk. UMKM Pupuk PAZ s Bio BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Objek Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum UMKM Pupuk PAZ s Bio Fertilizer merupakan salah satu UMKM yang dikenal di Bondowoso Jawa Timur sebagai salah satu industri yang berdiri

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 202 di Rumah Kaca Gedung Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. 3.2 Bahan dan Alat Bahan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang di PT JORO, Bandung Barat, Jawa Barat

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang di PT JORO, Bandung Barat, Jawa Barat LAMPIRAN 38 39 Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang di PT JORO, Bandung Barat, Jawa Barat Bln Tgl Kegiatan Lokasi Feb 15 Memperkenalkan diri kepada manajer dan karyawan PT JORO Melakukan observasi

Lebih terperinci

PELAKSANAAN MAGANG Penanaman Ulang Tanaman Stroberi

PELAKSANAAN MAGANG Penanaman Ulang Tanaman Stroberi 16 PELAKSANAAN MAGANG Penanaman Ulang Tanaman Stroberi Tanaman stroberi mampu berproduksi dengan baik sampai dengan dua tahun apabila dipelihara dengan baik. Tanaman stroberi di Vin s Berry Park umurnya

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Biaya Produksi Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk dengan penambahan biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost) adalah

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) akan dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Selongisor RT 03 / RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PROGRAM LINIER PRIMAL-DUAL DALAM MENGOPTIMALKAN PRODUKSI MINYAK GORENG PADA PT XYZ

PENERAPAN MODEL PROGRAM LINIER PRIMAL-DUAL DALAM MENGOPTIMALKAN PRODUKSI MINYAK GORENG PADA PT XYZ Saintia Matematika Vol. 1, No. 1 (2013), pp. 29 40. PENERAPAN MODEL PROGRAM LINIER PRIMAL-DUAL DALAM MENGOPTIMALKAN PRODUKSI MINYAK GORENG PADA PT XYZ Sarah Marina Gultom, Faigiziduhu Bu ulolo, Henry Rani

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

VI PEREMAJAAN OPTIMUM KARET RAKYAT

VI PEREMAJAAN OPTIMUM KARET RAKYAT VI PEREMAJAAN OPTIMUM KARET RAKYAT Peremajaan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu peremajaan karet yang dilakukan oleh petani karet di Kabupaten Banyuasin. Peremajaan yang dilakukan petani akan dianalisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian bertempat di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian bertempat di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dan 13 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian bertempat di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dan dilaksanakan selama 4 bulan, yaitu dari bulan Februari sampai dengan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, 23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik petani yang menjadi responden bagi peneliti adalah usia,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik petani yang menjadi responden bagi peneliti adalah usia, 51 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Responden Karakteristik petani yang menjadi responden bagi peneliti adalah usia, pengalaman bertani, tingkat pendidikan, penggunaan luas lahan, dan jumlah tanggungan

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 20 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Kenteng Rt 08 Rw 02, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada sayuran organik PT. Masada Organik Indonesia secara optimal. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. pada sayuran organik PT. Masada Organik Indonesia secara optimal. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah pola pengadaan dan tingkat pengadaan pada sayuran organik PT. Masada Organik Indonesia secara optimal. Penelitian

Lebih terperinci

INSTRUMEN IDENTIFIKASI FAKTOR PENENTU (IMPACT POINT) ASPEK TEKNIS UNTUK PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN PERTANIAN

INSTRUMEN IDENTIFIKASI FAKTOR PENENTU (IMPACT POINT) ASPEK TEKNIS UNTUK PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN PERTANIAN INSTRUMEN IDENTIFIKASI FAKTOR PENENTU (IMPACT POINT) ASPEK TEKNIS UNTUK PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN PERTANIAN Oleh Ir. Lindung, MP Widyaiswara BPP Jambi Tahapan identifikasi impact point teknis adalah

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Metodologi Penelitian Modul ke: PEMROGRAMAN LINIER Fakultas Program Pasca Sarjana Hamzah Hilal Program Studi Magister Teknik Elektro 13.1 UMUM Banyak keputusan manajemen dan atau riset operasi berkaitan

Lebih terperinci