MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA"

Transkripsi

1 MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/XII/2008 TENTANG METODE PENGHITUNGAN PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan Serta Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja, perlu menetapkan Peraturan Menteri tentang Metode Penghitungan Persediaan dan Kebutuhan Tenaga Kerja; : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan Serta Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 34, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4701); 3. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 31/P Tahun 2007; 4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.05/MEN/IV/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, sebagaimana telah diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.14/MEN/VIII/2008; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI TENTANG METODE PENGHITUNGAN PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA. 1

2 Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan : 1. Perencanaan Tenaga Kerja, yang selanjutnya disingkat PTK, adalah proses penyusunan rencana ketenagakerjaan secara sistematis yang dijadikan dasar dan acuan dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan pelaksanaan program pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan. 2. Persediaan tenaga kerja, adalah angkatan kerja yang tersedia, dengan berbagai karakteristiknya. 3. Kebutuhan tenaga kerja, adalah angkatan kerja yang diperlukan untuk mengisi kesempatan kerja yang tersedia, dengan berbagai karakteristiknya. 4. Neraca tenaga kerja, adalah keseimbangan atau kesenjangan antara persediaan tenaga kerja dengan kebutuhan tenaga kerja, dengan berbagai karakteristiknya. 5. Metode penghitungan persediaan tenaga kerja, adalah cara memperkirakan jumlah angkatan kerja secara statistika. 6. Metode penghitungan kebutuhan tenaga kerja, adalah cara memperkirakan jumlah kesempatan kerja secara statistika. 7. Penduduk Usia Kerja, yang selanjutnya disingkat PUK, adalah penduduk yang berumur 15 (lima belas) tahun dan lebih atau disebut tenaga kerja. 8. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, yang selanjutnya disingkat TPAK, adalah rasio antara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja. 9. Angkatan Kerja, yang selanjutnya disingkat AK, adalah penduduk usia kerja yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran yang akftif mencari pekerjaan. 10. Bekerja, adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, sekurang-kurangnya 1 (satu) jam tidak terputus dalam seminggu. 11. Penganggur Terbuka, adalah mereka yang mencari pekerjaan, yang mempersiapkan usaha, yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan serta yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja. 12. Tingkat Penganggur Terbuka, yang selanjutnya disingkat TPT, adalah rasio antara banyaknya penganggur terbuka dengan jumlah angkatan kerja. 13. Kesempatan kerja, adalah lowongan pekerjaan yang diisi oleh pencari kerja, dan pekerja yang sudah ada. 14. Produk Domestik Regional Bruto, yang selanjutnya disingkat PDRB, adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. 2

3 15. Produktivitas Tenaga Kerja, adalah rasio antara produk berupa barang dan jasa, dengan tenaga kerja yang digunakan, baik individu maupun kelompok dalam satuan waktu tertentu, yang merupakan besaran kontribusi tenaga kerja dalam pembentukan nilai tambah suatu produk, pada proses kegiatan ekonomi. 16. Menteri adalah Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Pasal 2 Peraturan Menteri ini dipergunakan sebagai acuan bagi Kementerian, Lembaga Pemerintah Non Departemen, dan pemerintah daerah dalam melakukan penghitungan persediaan dan kebutuhan tenaga kerja. Pasal 3 Metode penghitungan persediaan, dan metode penghitungan kebutuhan tenaga kerja, sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan contoh penghitungan persediaan dan kebutuhan Tenaga Kerja tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri ini, dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan Menteri ini. Pasal 4 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 18 Desember 2008 MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, ttd Dr. Ir. ERMAN SUPARNO, MBA., M.Si. 3

4 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/XII/2008 TENTANG METODE PENGHITUNGAN PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA BAB I PENDAHULUAN Pembangunan bidang ketenagakerjaan dewasa ini masih menghadapi berbagai permasalahan antara lain tingginya tingkat pengangguran, terbatasnya penciptaan dan perluasan kesempatan kerja, rendahnya produktivitas pekerja/buruh. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu perencanaan tenaga kerja yang sistematis yang memuat pendayagunaan tenaga kerja secara optimal, dan produktif guna mendukung pembangunan ekonomi atau sosial secara nasional, daerah, maupun sektoral sehingga dapat membuka kesempatan kerja seluas-luasnya, meningkatkan produktivitas kerja dan meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 7 mengamanatkan bahwa dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan pelaksanaan program pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan, Pemerintah dan pemerintah daerah harus berpedoman pada rencana tenaga kerja. Rencana Tenaga Kerja memuat persediaan tenaga kerja, kebutuhan tenaga kerja, neraca tenaga kerja dan arah kebijakan, strategi dan program pembangunan ketenagakerjaan yang dirinci menurut berbagai karakteristik. Kebijakan dan program tersebut merupakan acuan bagi seluruh instansi, khususnya instansi pencipta kesempatan kerja/instansi pembina sektor sehingga dalam menyusun strategi dan pelaksanaan program di instansinya masing-masing dengan memperhatikan bidang ketenagakerjaan khususnya penciptaan kesempatan kerja, sehingga pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan tetap berjalan. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan Serta Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja, Pasal 15 mengamanatkan bahwa penghitungan persediaan tenaga kerja dilakukan dengan pendekatan tingkat partisipasi angkatan kerja atau iuran pendidikan, penghitungan kebutuhan tenagakerja dilakukan dengan pendekatan kebutuhan tenaga kerja dan pendekatan pendayagunaan tenaga kerja, dengan mempertimbangkan tenaga kerja di pasar kerja internasional, serta penghitungan neraca tenaga kerja disusun dengan membandingkan antara persediaan dan kebutuhan tenaga kerja. Mengingat ragamnya penghitungan persediaan, kebutuhan dan neraca tenaga kerja, maka diperlukan Metode Penghitungan Persediaan dan Kebutuhan Tenaga Kerja. BAB II METODE PENGHITUNGAN PERSEDIAAN TENAGA KERJA Penghitungan persediaan tenaga kerja menggunakan pendekatan TPAK dan pendekatan Kohort. A. Pendekatan TPAK 1. Penghitungan persediaan tenaga kerja dengan pendekatan TPAK menggunakan data dan informasi antara lain: a. PUK menurut Jenis Kelamin, Golongan Umur, dan Tingkat Pendidikan; 4

5 b. TPAK menurut Jenis Kelamin, Golongan Umur, dan Tingkat Pendidikan yang sudah ada; c. AK menurut Jenis Kelamin, Golongan Umur, dan Tingkat Pendidikan. 2. Metode penghitungan a. Proyeksi Penduduk Data proyeksi penduduk diperoleh dari lembaga atau instansi yang berwenang memproyeksikan penduduk. b. Proyeksi PUK. Proyeksi PUK merupakan selisih antara hasil proyeksi penduduk dengan penduduk yang berumur kurang dari 15 tahun. Cara menghitungnya menggunakan rumus: PUK = Hasil proyeksi PUK P = Hasil proyeksi penduduk P< 15 = Hasil proyeksi penduduk yang berusia kurang dari 15 tahun Proyeksi PUK menurut golongan umur dihitung dengan menggunakan rumus sebagaimana tersebut di atas. Proyeksi PUK menurut karakteristik selain golongan umur dilakukan melalui beberapa tahap: 1) Memproyeksikan PUK dengan menggunakan rumus linear sederhana yaitu y = a + b atau rumus pertumbuhan geometrik Y = Hasil proyeksi PUK a = Konstanta b = Parameter x = Tahun PUK t = Proyeksi PUK tahun t PUK o = Data dasar proyeksi PUK r = Laju pertumbuhan PUK t = Jarak (selisih) tahun proyeksi (t n ) dengan tahun data dasar (t o ) Untuk menentukan laju pertumbuhan PUK menggunakan rumus: r = Laju pertumbuhan PUK PUK n = Data PUK tahun akhir PUK o = Data PUK tahun awal t = Jarak (selisih) tahun proyeksi (t n ) dengan tahun data dasar (t o ) 2) Apabila jumlahnya tidak sama dengan hasil proyeksi PUK menurut golongan umur, maka perlu mengalikan hasil proporsi penghitungan pada huruf a dengan jumlah proyeksi PUK menurut golongan umur. 5

6 c. Proyeksi TPAK. Proyeksi TPAK dapat dilakukan dengan menggunakan rumus: Regresi Linear Sederhana Y = Proyeksi TPAK a = Konstanta b = Parameter x = Tahun Dalam memproyeksikan TPAK setiap kelompok dilakukan penghitungan tersendiri. Untuk menghitung TPAK dalam kelompok jumlah tidak menggunakan rumus diatas tetapi dengan membandingkan proyeksi jumlah angkatan kerja dengan proyeksi jumlah PUK. d. Proyeksi AK. Untuk memproyeksikan AK diperoleh dengan mengkalikan antara proyeksi PUK dengan proyeksi TPAK dengan karakteristik dan tahun yang sama. Dengan rumus : B. Pendekatan Kohort Pendekatan kohort dipergunakan untuk memperkirakan jumlah angkatan kerja pada kurun waktu tertentu dengan melihat keluaran pada tiap tingkat pendidikan yang akan masuk pasar kerja. Penghitungannya dengan menggunakan rumus: AK PUKTS PUK SD PUK SMTP PUK SMTA PUK Dip PUK S1 = Angkatan Kerja = PUK Tidak Sekolah yang diperkirakan masuk pasar kerja. = PUK SD yang keluar (drop out) dan lulus tetapi tidak melanjutkan dan diperkirakan masuk pasar kerja. = PUK SMTP yang keluar (drop out) dan lulus tetapi tidak melanjutkan dan diperkirakan masuk pasar kerja. = PUK SMTA yang keluar (drop out) dan lulus tetapi tidak melanjutkan dan diperkirakan masuk pasar kerja. = PUK Dip yang keluar (drop out), lulus dan diperkirakan masuk pasar kerja. = PUK S1 yang keluar (drop out), lulus dan diperkirakan masuk pasar kerja. BAB III METODE PENGHITUNGAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA Penghitungan kebutuhan tenaga kerja dilaksanakan secara bertahap mulai dari penghitungan perkembangan ekonomi yang dilihat dari PDRB sampai kepada perkiraan kesempatan kerja. A. Penghitungan PDRB 1. Data dan Informasi yang dibutuhkan: a. PDRB berdasarkan harga konstan menurut lapangan usaha. b. Perkiraan pertumbuhan ekonomi atau PDRB menurut lapangan usaha. 6

7 2. Tahapan Penghitungan Metodologi yang digunakan untuk menghitung proyeksi PDRB adalah sebagai berikut : a. Mentabulasi data historis PDRB menurut lapangan usaha berdasarkan harga konstan yang sama. b. Menghitung Proyeksi PDRB menurut lapangan usaha, sampai dengan tahun proyeksi, dengan rumus : Pt i = Proyeksi PDRB sektor i; Po i = Data dasar PDRB sektor i; r i = Perkiraan pertumbuhan ekonomi (PDRB) sektor i; t = Jarak (selisih) tahun proyeksi (t n ) dengan tahun data dasar (t o ) B. Penghitungan Kesempatan Kerja 1. Data dan Informasi yang dibutuhkan: a. Penduduk yang bekerja menurut karakteristiknya. b. PDRB berdasarkan harga konstan menurut lapangan usaha. c. Perkiraan pertumbuhan ekonomi atau PDRB, menurut lapangan usaha. 2. Pendekatan. Penghitungan kesempatan kerja dapat menggunakan pendekatan Input-Output, Ekonometrik, atau Elastisitas. a. Pendekatan Input-Output. Dasar pemikiran penggunaan pendekatan input-output dalam perencanan kebutuhan tenaga kerja adalah bahwa permintaan akhir efektif mempunyai pengaruh terhadap penciptaan kesempatan kerja di berbagai sektor produksi. Penciptaan kesempatan kerja tersebut bersifat langsung terhadap sektor-sektor yang mendukung peningkatan produksi pada sektor pertama. Persamaannya dirumuskan: X (I-A d ) -1 F d = Matriks vektor output = Matriks leontief = Matriks vektor permintaan akhir b. Pendekatan Ekonometrik. Pendekatan ekonometrik adalah untuk menjelaskan keterkaitan dan hubungan kuantitatif antara peubah (variable) makro ekonomi suatu daerah dengan penyerapan tenaga kerja, khususnya menurut lapanga usaha, dengan memperhatikan: 1) PDRB; 2) Nilai Tambah Bruto setiap lapangan usaha; 3) Nilai ekspor barang dan jasa; 4) Stok kapital; 5) Investasi fisik/pembentukan modal tetap bruto; 6) Penyerapan tenaga kerja di setiap sektor; 7) Total penyerapan tenaga kerja; 8) Faktor lainnya. 7

8 c. Pendekatan Elastisitas. Elastisitas tenaga kerja merupakan rasio antara perubahan atau pertumbuhan kesempatan kerja dengan pertumbuhan PDRB menggunakan rumus: E i = Elastisitas tenaga kerja sektor i rl i = Laju pertumbuhan penduduk yang bekerja sektor i pertahun (%) ry i = Laju pertumbuhan ekonomi (PDRB) i pertahun (%) L i = Jumlah penduduk yang bekerja sektor - i Y i = Jumlah PDRB sektor i n = Data tahun akhir o = Data tahun awal t = Jarak (selisih) tahun proyeksi (t n ) dengan tahun data dasar (t o ) Proyeksi kesempatan kerja dengan pendekatan elastisitas dilakukan dengan tahapan: 1) Mentabulasi data historis penduduk yang bekerja dan PDRB berdasarkan harga konstan tahun yang sama, menurut lapangan usaha. 2) Menghitung laju pertumbuhan penduduk yang bekerja dan laju pertumbuhan PDRB setiap lapangan usaha menggunakan rumus: 3) Menghitung elastisitas setiap lapangan usaha menggunakan rumus: a. Jika elastisitas lebih besar dari 1 (satu), maka laju pertumbuhan kesempatan kerja sangat besar, sebaliknya laju pertumbuhan produktivitas minus. b. Jika elastisitas kurang dari 0 (nol) atau minus, maka laju pertumbuhan kesempatan kerja minus, sebaliknya laju pertumbuhan produktivitas sangat besar. c. Jika elastisitas antara 0 (nol) sampai dengan 1 (satu), maka laju pertumbuhan kesempatan kerja positif dan laju pertumbuhan produktivitas juga positif. 8

9 4) Menghitung laju pertumbuhan kesempatan kerja menurut lapangan usaha sampai dengan tahun proyeksi, yaitu mengalikan antara elastisitas perubahan dengan perkiraan ekonomi menurut lapangan usaha menggunakan rumus: rl ai = Laju pertumbuhan kesempatan kerja baru sektor - i E ai = Elastisitas perubahan ry ai = Perkiraan laju pertumbuhan ekonomi sektor - i 5) Menghitung proyeksi kesempatan kerja menurut lapangan usaha, sampai dengan tahun proyeksi menggunakan rumus: KK ti = Proyeksi kesempatan kerja sektor -i KK oi = Data dasar penduduk yang bekerja sektor -i rl ai = Laju pertumbuhan kesempatan kerja sektor -i t = Jarak (selisih) tahun proyeksi (t n ) dengan tahun data dasar (t o ) 6) Menghitung proyeksi tambahan kesempatan kerja menurut lapangan usaha menggunakan rumus: TKK i = Tambahan kesempatan kerja sektor -i PKK i = Proyeksi kesempatan kerja sektor i PYB i = Penduduk yang bekerja sektor i 7) Proyeksi kesempatan kerja menurut karakteristik selain lapangan usaha dilakukan melalui beberapa tahap: a. Memproyeksikan kesempatan kerja dengan menggunakan rumus linear sederhana ( ) atau rumus pertumbuhan geometrik Y = Hasil proyeksi kesempatan kerja a = Konstanta b = Parameter x = Tahun KK t = Proyeksi kesempatan kerja tahun t KK o = Data dasar proyeksi kesempatan kerja rl i = Laju pertumbuhan penduduk yang bekerja t = Jarak (selisih) tahun proyeksi (t n ) dengan tahun data dasar (t o ) Untuk menentukan laju pertumbuhan penduduk yang bekerja menggunakan rumus: 9

10 rl i = Laju pertumbuhan penduduk yang bekerja sektor i pertahun (%) L i = Jumlah penduduk yang bekerja sektor - i n = Data tahun akhir o = Data tahun awal t = Jarak (selisih) tahun proyeksi (t n ) dengan tahun data dasar (t o ) b. Apabila jumlahnya tidak sama dengan hasil proyeksi kesempatan kerja menurut lapangan usaha, maka perlu mengalikan hasil proporsi penghitungan sebagaimana dimaksud pada huruf a dengan jumlah proyeksi kesempatan kerja menurut lapangan usaha. C. Metode Penghitungan Produktivitas Tenaga Kerja 1. Data dan Informasi yang dibutuhkan a. Penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha. b. PDRB berdasarkan harga konstan menurut lapangan usaha. c. Proyeksi kesempatan kerja menurut lapangan usaha. d. Proyeksi PDRB menurut lapangan usaha. 2. Tahapan Perhitungan Tahapan untuk menghitung produktivitas tenaga kerja dilakukan melalui : a. Mentabulasi data historis PDRB dengan harga konstan dan proyeksi PDRB menurut lapangan usaha. b. Mentabulasi data historis penduduk yang bekerja dan proyeksi kesempatan kerja menurut lapangan usaha. c. Menghitung produktivitas tenaga kerja dengan membandingkan antara PDRB dengan penduduk yang bekerja atau kesempatan kerja menggunakan rumus: BAB IV KETENTUAN LAIN-LAIN Untuk mengetahui keseimbangan/kesenjangan antara persediaan tenaga kerja dengan kebutuhan tenaga kerja diperlukan neraca tenaga kerja yaitu pengurangan antara proyeksi AK dengan proyeksi kesempatan kerja berbagai karakteristik dengan menggunakan rumus: NTK = Neraca tenaga kerja PAK = Proyeksi angkatan kerja PKK = Proyeksi kesempatan kerja 10

11 BAB V KETENTUAN PENUTUP Metode penghitungan persediaan dan kebutuhan tenaga kerja untuk memberikan kemudahan dan keseragaman penyusunan rencana tenaga kerja bagi Pemerintah dan pemerintah daerah. Di tetapkan di Jakarta pada tanggal 18 Desember 2008 MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, ttd Dr. Ir. ERMAN SUPARNO, MBA., M.Si. 11

12 LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/XII/2008 TENTANG METODE PENGHITUNGAN PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA CONTOH PENGHITUNGAN A. Metode Penghitungan Persediaan Tenaga Kerja. 1. Proyeksi Penduduk. Data proyeksi penduduk diperoleh dari lembaga atau instansi yang memproyeksikan penduduk. berwenang Tabel 1 Proyeksi Penduduk Menurut Golongan Umur Provinsi/Kab/Kot X, Tahun (dlm ribu) Gol. Umur ,2 207,3 210,4 213,6 216, ,2 187,2 184,2 181,2 178, ,8 208,9 203,2 197,6 192, ,1 254,0 248,0 242,1 236, ,0 330,7 329,5 328,2 327, ,3 378,9 389,9 401,2 412, ,0 326,0 338,4 351,3 364, ,2 253,8 255,4 257,1 258, ,3 246,5 249,7 252,9 256, ,9 232,8 240,0 247,5 255, ,3 198,2 206,4 214,9 223, ,1 150,9 154,9 159,0 163, ,8 443,8 449,8 456,0 462,2 Jumlah 3.380, , , , ,2 2. Proyeksi PUK. Proyeksi PUK merupakan selisih antara hasil proyeksi penduduk dengan penduduk yang berumur kurang dari 15 tahun. Cara menghitungnya menggunakan rumus: 12

13 Hasilnya adalah sebagai berikut : Golongan Umur Tabel 2 Proyeksi Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur Provinsi/Kab/Kot X Tahun (dalam ribu) Jumlah Proyeksi PUK menurut karakteristik selain golongan umur dilakukan melalui beberapa tahap: Contoh PUK menurut Tingkat Pendidikan : a. Mengumpulkan, dan mentabulasikan data masa lalu (historis) Tabel 3 Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Prov/Kab/Kot X Tahun Tingkat Pendidikan Maksimum SD SLTP SMTA D1 - D Universitas Jumlah Sumber : - b. Memproyeksikan Memproyeksikan PUK dengan menggunakan rumus linear sederhana 13

14 Dimana : Untuk memproyeksikan PUK menurut pendidikan, khusus yang berpendidikan maksimum SD, memerlukan tabel bantu sebagai berikut: Tahun (x) y x2 xy Proyeksi PUK yang berpendidikan maksimum SD, Tahun sebagai berikut: 14

15 Untuk proyeksi PUK yang berpendidikan secara keseluruhan dilakukan setiap tingkat pendidikan, Tahun sebagai berikut: Tabel 4 Proyeksi Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi/Kab/kot X Tahun Tingkat Pendidikan Maksimum SD 1,080 1,078 1,075 1,073 1,070 SLTP SMTA D1 - D Universitas Jumlah 2,774 2,833 2,891 2,950 3,008 c. Mensinkronkan Jumlah proyeksi PUK menurut Tingkat Pendidikan tersebut diatas jumlahnya tidak sama dengan proyeksi PUK menurut Golongan Umur, maka perlu mengalikan hasil proporsi penghitungan dengan jumlah proyeksi PUK menurut golongan umur. Tabel 5 Proporsi Proyeksi Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Prov/Kab/Kota X Tahun (%) Tingkat Pendidikan Maksimum SD SLTP SMTA D1 - D Universitas Jumlah Tabel 6 Proyeksi Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Prov/Kab/Kot X Tahun (dalam ribu) Tingkat Pendidikan SD 1,079 1,071 1,064 1,058 1,053 SLTP SMTA D1 - D Universitas Jumlah 2,771 2,816 2,862 2,910 2,960 15

16 Untuk memproyeksikan PUK karakteristik lainnya dapat menggunakan rumus diatas. 3. Proyeksi TPAK. Proyeksi TPAK dapat dilakukan dengan menggunakan rumus: Regresi Linear Sederhana ( ); Proyeksi TPAK menurut karakteristiknya dilakukan melalui beberapa tahap: Contoh TPAK menurut Tingkat Pendidikan : a. Mengumpulkan, dan menstabulasikan data masa lalu (historis) Tabel 7 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Prov/Kab/Kab X Tahun (%) Golongan Umur ,68 23,10 24,25 26,49 25, ,93 50,40 53,14 51,44 61, ,62 81,88 81,37 79,00 79, ,50 85,67 86,90 81,43 84, ,25 91,65 87,29 87,28 86, ,69 91,75 88,53 87,95 89, ,24 89,14 91,16 91,52 87, ,17 84,37 91,50 87,21 86, ,44 83,23 86,43 81,73 86, ,55 74,49 60,14 58,62 57,94 Jumlah 70,30 71,73 71,95 70,30 71,69 Sumber : b. Memproyeksikan Untuk memproyeksikan TPAK menurut Golongan Umur, khusus yang berumur Tahun, memerlukan tabel bantu sebagai berikut: Tahun (x) y x2 xy

17 Proyeksi TPAK menurut Golongan Umur, khusus yang berumur PUK Tahun, Tahun sebagai berikut: Untuk proyeksi TPAK menurut Golongan Umur secara keseluruhan dilakukan setiap golongan umur, Tahun sebagai berikut: Tabel 8 Proyeksi Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Prov/Kab/kab X Tahun (%) Golongan Umur Jumlah Dalam memproyeksikan TPAK agar tidak memproyeksikan jumlahnya bersamaan dengan yang lain. Proyeksi TPAK dilakukan tersendiri dengan membandingkan proyeksi jumlah angkatan kerja dengan proyeksi jumlah PUK. Untuk memproyeksikan TPAK dengan karakteristik lainnya dapat menggunakan rumus diatas. 4. Proyeksi Angkatan Kerja. Untuk memproyeksikan AK diperoleh dengan mengkalikan antara proyeksi PUK dengan proyeksi TPAK dengan karakteristik dan tahun yang sama. Dengan rumus : Sebagai contoh proyeksi AK Golongan Umur Tahun adalah sebagai berikut: AK 2008 = 368 x 80,17% = 295 AK 2009 = 379 x 80,37% = 305 AK 2010 = 390 x 80,56% = 314 AK 2011 = 401 x 80,76% = 324 AK 2012 = 413 x 80,95% =

18 Untuk Proyeksi AK Golongan Umur secara keseluruhan, dihitung setiap golongan umur, seperti sebahgai berikut : Tabel 9 Proyeksi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Prov/Kab/kot X Tahun (dalam ribu) Golongan Umur Jumlah 1,992 2,032 2,063 2,092 2,133 Untuk memproyeksikan AK dengan karakteristik lainnya dapat menggunakan rumus diatas. B. Proyeksi PDRB Proyeksi PDRB menurut karakteristiknya dilakukan melalui beberapa tahap: 1. Mengumpulkan, dan menstabulasikan data masa lalu (historis) Tabel 10 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Dengan harga konstan Prov/Kab/Kot X Tahun (dalam milyard rupiah) Lapangan Usaha Pertanian 2.947, , , , ,65 Pertambangan 119,43 120,44 122,33 126,14 132,05 Industri 2.325, , , , ,23 Listrik,gas dan air 135,40 144,85 153,29 152,47 163,24 Bangunan 1.178, , , , ,30 Perdagangan 3.099, , , , ,02 Angkutan 1.437, , , , ,57 Keuangan 1.408, , , , ,95 Jasa 2.710, , , , ,78 Jumlah , , , , ,79 Sumber : Data perkiraan laju pertumbuhan ekonomi diperoleh dari lembaga atau instansi yang berwenang memproyeksikan perkiraan laju pertumbuhan ekonomi. 18

19 Tabel 11 Perkiraan Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Prov/Kab/Kot X Tahun Lapangan Usaha Pertumbuhan PDRB Pertanian 3,00 3,50 3,60 3,60 4,00 Pertambangan 3,00 4,00 4,20 4,30 4,30 Industri 4,00 4,00 4,10 5,00 5,20 Listrik,gas dan air 5,00 5,00 5,20 5,50 5,70 Bangunan 8,00 7,50 7,50 7,30 7,50 Perdagangan 6,00 6,50 6,50 6,70 7,00 Angkutan 7,00 7,10 7,10 7,30 7,50 Keuangan 5,00 5,20 5,20 5,50 6,00 Jasa 3,00 3,20 3,20 3,50 3,50 Jumlah 4,83 5,08 5,14 5,40 5,68 2. Menghitung Proyeksi PDRB menurut lapangan usaha, sampai dengan tahun proyeksi, dengan rumus : Sebagai contoh Proyeksi PDRB Sektor Industri, tahun adalah sebagai berikut : Pt 2008 = 2510,23 x (1 + 4,00/100) 1 = 2610,64 Pt 2009 = 2610,64 x (1 + 4,00/100) 1 = 2715,06 Pt 2010 = 2715,06 x (1 + 4,10/100) 1 = 2826,38 Pt 2011 = 2826,38 x (1 + 5,00/100) 1 = 2967,70 Pt 2012 = 2967,70 x (1 + 5,20/100) 1 = 3122,02 Untuk proyeksi PDRB menurut Lapangan Usaha secara keseluruhan dilakukan setiap lapangan usaha, Tahun sebagai berikut: Tabel 12 Proyeksi Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha, Kabupaten X Tahun (dlm milyard) Lapangan Usaha Pertanian 3.508, , , , ,76 Pertambangan 136,01 141,45 147,39 153,73 160,34 Industri 2.610, , , , ,02 Listrik,gas dan air 171,40 179,97 189,33 199,74 211,13 Bangunan 1.844, , , , ,31 Perdagangan 3.995, , , , ,47 Angkutan 1.999, , , , ,33 Keuangan 1.750, , , , ,22 Jasa 3.138, , , , ,29 Jumlah , , , , ,87 19

20 C. Metode Penghitungan Kebutuhan Tenaga Kerja Inti penghitungan kebutuhan tenaga kerja, adalah proyeksi kesempatan kerja menurut karakteristiknya yang dilakukan melalui beberapa tahap: 1. Mengumpulkan, dan menstabulasikan data masa lalu (historis) Tabel 13 Penduduk Yang Bekerja, PDRB Menurut Lapangan Usaha Prov/Kab/Kot X Tahun Lapangan Usaha KK PDRB (dlm milyard) Pertanian 650,83 588, , ,65 Pertambangan 9,89 35,55 119,43 132,05 Industri 213,96 250, , ,23 Listrik,gas dan air 0,79 3,52 135,40 163,24 Bangunan 123,67 178, , ,30 Perdagangan 367,39 402, , ,02 Angkutan 40,17 57, , ,57 Keuangan 14,11 41, , ,95 Jasa 237,29 277, , ,78 Jumlah 1.658, , , ,79 2. Menghitung laju pertumbuhan penduduk yang bekerja dan PDRB menurut lapangan usaha, dengan rumus elastisitas : Sebagai contoh laju pertumbuhan penduduk yang bekerja dan PDRB dan elastisitas sektor industri adalah sebagai berikut : Penduduk yang bekerja : PDRB : 20

21 Untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk yang bekerja, PDRB, elastisitas dan perubahan elastisitas seluruh lapangan usaha adalah sebagai berikut : Tabel 14 Laju Pertumbuhan KK, PDRB dan Elastisitas TK Menurut Lapangan Usaha Prov/Kab/Kot X Lapangan Usaha Laju Pertumbuhan Elastisitas Elastisitas KK PDRB Perubahan Pertanian -2,47 3,69-0,67-0,15 Pertambangan 37,70 2,54 14,82 0,50 Industri 4,06 1,93 2,10 0,75 Listrik,gas dan air 45,06 4,79 9,42 0,80 Bangunan 9,58 9,74 0,98 0,70 Perdagangan 2,28 5,01 0,46 0,40 Angkutan 9,22 6,78 1,36 0,80 Keuangan 30,82 4,29 7,18 0,80 Jasa 4,01 2,97 1,35 0,90 Jumlah 2,57 4,43 0,58 3. Menghitung laju pertumbuhan kesempatan kerja menurut lapangan usaha sampai dengan tahun proyeksi, yaitu mengalikan antara elastisitas perubahan (Tabel 14) dengan perkiraan ekonomi menurut lapangan usaha (Tabel 11) menggunakan rumus: Sebagai contoh menghitung laju pertumbuhan kesempatan kerja sektor industri adalah sebagai berikut : rl 2008 = 0,75 x 4.00 = 3,00 rl 2009 = 0,75 x 4.00 = 3,00 rl 2010 = 0,75 x 4.10 = 3,08 rl 2011 = 0,75 x 5.00 = 3,75 rl 2012 = 0,75 x 5.20 = 3,90 Untuk menghitung laju pertumbuhan kesempatan kerja seluruh lapangan usaha adalah sebagai berikut : Tabel 15 Perkiraan Laju Pertumbuhan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha Prov/Kab/Kot X Tahun Lapangan Usaha Pertumbuhan Kesempatan Kerja Pertanian -0,45-0,53-0,54-0,54-0,60 Pertambangan 1,50 2,00 2,10 2,15 2,15 Industri 3,00 3,00 3,08 3,75 3,90 Listrik,gas dan air 4,00 4,00 4,16 4,40 4,56 Bangunan 5,60 5,25 5,25 5,11 5,25 21

22 Perdagangan 2,40 2,60 2,60 2,68 2,80 Angkutan 5,60 5,68 5,68 5,84 6,00 Keuangan 4,00 4,16 4,16 4,40 4,80 Jasa 2,70 2,88 2,88 3,15 3,15 4. Menghitung proyeksi kesempatan kerja menurut lapangan usaha, sampai dengan tahun proyeksi menggunakan rumus: Sebagai contoh proyeksi kesempatan kerja sektor industri, tahun adalah sebagai berikut : KK 2008 = 250,91 x (1 + 3,00/100) 1 = 258,44 KK 2009 = 258,44 x (1 + 4,00/100) 1 = 266,19 KK 2010 = 266,19 x (1 + 4,10/100) 1 = 274,78 KK 2011 = 274,78 x (1 + 5,00/100) 1 = 290,72 KK 2012 = 290,72 x (1 + 5,20/100) 1 = 303,81 Untuk proyeksi kesempatan kerja menurut lapanagn usaha secara keseluruhan dilakukan setiap lapangan usaha, Tahun sebagai berikut: Tabel 16 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha Prov/Kab/Kot X Tahun (dlm ribu) Proyeksi Kesempatan Kerja Lapangan Usaha Pertanian 586,32 582,80 579,48 576,35 571,51 Pertambangan 36,08 36,99 37,84 38,71 39,54 Industri 258,44 266,19 274,78 290,72 303,81 Listrik,gas dan air 3,66 3,80 3,97 4,18 4,39 Bangunan 188,34 197,57 207,94 217,69 230,35 Perdagangan 411,76 423,29 434,29 446,98 461,64 Angkutan 60,36 63,84 67,46 71,73 76,49 Keuangan 42,98 44,83 46,70 49,09 52,24 Jasa 285,15 293,88 302,34 314,32 324,23 Jumlah 1.873, , , , ,20 5. Menghitung proyeksi tambahan kesempatan kerja menurut lapangan usaha menggunakan rumus: 22

23 Sebagai contoh proyeksi tambahan kesempatan kerja Sektor Industri, tahun adalah sebagai berikut : KK 2008 = 258,44-250,91 = 7,53 KK 2009 = 266,19-258,44 = 7,75 KK 2010 = 274,78-266,19 = 8,59 KK 2011 = 290,72-274,78 = 15,94 KK 2012 = 303,81-290,72 = 13,09 Untuk proyeksi tambahan kesempatan kerja menurut lapangan usaha secara keseluruhan dilakukan setiap lapangan usaha, Tahun sebagai berikut: Tabel 17 Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha prov/kab/kot X Tahun (dlm ribu) Lapangan Usaha Proyeksi Kesempatan Kerja Pertanian (2,65) (3,52) (3,32) (3,13) (4,84) Pertambangan 0,53 0,90 0,85 0,87 0,83 Industri 7,53 7,75 8,59 15,94 13,09 Listrik,gas dan air 0,14 0,15 0,17 0,20 0,22 Bangunan 9,99 9,23 10,37 9,75 12,65 Perdagangan 9,65 11,53 11,01 12,68 14,67 Angkutan 3,20 3,48 3,63 4,26 4,76 Keuangan 1,65 1,86 1,87 2,39 3,15 Jasa 7,50 8,73 8,46 11,99 9,90 Jumlah 37,54 40,11 41,62 54,97 54,43 6. Proyeksi kesempatan kerja menurut karakteristik selain lapangan usaha dilakukan melalui beberapa tahap: Memproyeksikan kesempatan kerja dengan menggunakan rumus linear sederhana ( ) atau rumus pertumbuhan geometrik Contoh proyeksi kesempatan kerja menurut golongan umur : a. Mengumpulkan, dan menstabulasikan data masa lalu (historis) Tabel 18 Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan Umur Prov/Kab/Kot X Tahun (dlm ribu) Golongan Umur

24 Jumlah 1, , , , , b. Memproyeksikan. Memproyeksikan kesempatan kerja menurut golongan umur dengan menggunakan rumus linear sederhana Dimana : Untuk memproyeksikan kesempatan kerja menurut golongan umur, khusus yang berumur Tahun, memerlukan tabel bantu sebagai berikut: Tahun (x) y x2 xy Proyeksi kesempatan kerja golongan umur tahun, Tahun sebagai berikut: 24

25 Untuk proyeksi kesempatan kerja golongan umur secara keseluruhan dilakukan setiap tingkat pendidikan, Tahun sebagai berikut: Tabel 19 Proyeksi Kesempatan Kerja Menurut Golongan Umur Prov/Kab/Kot X Tahun (dlm ribu) Golongan Umur Jumlah 1, , , , , c. Mensinkronkan. Jumlah proyeksi kesempatan kerja menurut golongan umur tersebut diatas jumlahnya tidak sama dengan proyeksi kesempatan kerja menurut lapangan usaha, maka perlu mengalikan hasil proporsi penghitungan dengan jumlah proyeksi kesempatan kerja menurut lapangan usaha. Tabel 20 Proporsi Proyeksi Kesempatan Kerja Menurut Golongan Umur Prov/Kab/Kot X Tahun (dlm ribu) Golongan Umur Jumlah Tabel 21 Proyeksi Kesempatan Kerja Menurut Golongan Umur Prov/Kab/Kot X Tahun (dlm ribu) Golongan Umur Jumlah 1, , , , ,

26 Untuk memproyeksikan PUK karakteristik lainnya dapat menggunakan rumus diatas. D. Proyeksi Produktivitas Tenaga Kerja. Proyeksi produktivitas tenaga kerja menurut lapangan usaha dilakukan dengan membandingkan antara proyeksi PDRB (Tabel 12 ) dengan penduduk yang bekerja atau kesempatan kerja (Tabel 16 ) menggunakan rumus: Sebagai contoh proyeksi produktivitas tenaga kerja sektor industri, tahun adalah sebagai berikut : Untuk proyeksi produktivitas tenaga kerja menurut lapangan usaha secara keseluruhan dilakukan setiap lapangan usaha, Tahun sebagai berikut: Tabel 22 Proyeksi Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha, Prov/Kab/Kot X Tahun (Juta Rp/TK) Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Listrik,gas dan air Bangunan Perdagangan Angkutan Keuangan Jasa Jumlah E. Keseimbangan Tenaga Kerja Untuk mengetahui keseimbangan/kesenjangan antara persediaan tenaga kerja dengan kebutuhan tenaga kerja diperlukan neraca tenaga kerja yaitu pengurangan antara proyeksi AK dengan proyeksi kesempatan kerja berbagai karakteristik dengan menggunakan rumus: 26

27 Perkiraan kelebihan angkatan kerja (penganggur terbuka) dan kekurangam angkatan kerja untuk golongan umur, khusus golongan umur tahun, Tahun sebagai berikut: Perkiraan kelebihan angkatan kerja (penganggur terbuka) dan kekurangam angkatan kerja untuk golongan umur secara keseluruhan dilakukan setiap tingkat pendidikan, Tahun sebagai berikut: Tabel 23 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur Prov/Kab/Kota X, Tahun (dalam ribuan) Golongan Umur Jumlah Untuk memperkirakan kelebihan angkatan kerja (penganggur terbuka) dan kekurangam angkatan kerja karakteristik lainnya dapat menggunakan rumus diatas. Di tetapkan di Jakarta pada tanggal 18 Desember 2008 MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, ttd Dr. Ir. ERMAN SUPARNO, MBA., M.Si. 27

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR :PER.24/MEN/XII/2008. TENTANG METODE PENGHITUNGAN PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN

Lebih terperinci

9. Keputusan /2 ATE\MW\DATAWAHED\2016\PER.GUB\NOVEMBER

9. Keputusan /2 ATE\MW\DATAWAHED\2016\PER.GUB\NOVEMBER PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 87 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN PERENCANAAN TENAGA KERJA DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2010 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA MAKRO

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2010 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA MAKRO MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2010 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA MAKRO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA KABUPATEN KARAWANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, bahwa perencanaan

Lebih terperinci

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI GORONTALO TAHUN

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI GORONTALO TAHUN PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI GORONTALO TAHUN 2013-2017 ISBN : 978-602-7536-15-9 PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI GORONTALO TAHUN 2013-2017 Kerjasama : Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kementerian Tenaga

Lebih terperinci

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI BALI TAHUN

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI BALI TAHUN ISBN : 978-602-7536-10-4 PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI BALI TAHUN 2012-2016 PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI BALI TAHUN 2012-2016 Kerjasama Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I Dengan Dinas

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 457 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 457 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 457 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 35 /MEN/XII/2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN TIM PERENCANAAN TENAGA

Lebih terperinci

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI PAPUA TAHUN

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI PAPUA TAHUN ISBN : 978-602-7536-03-6 PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI PAPUA TAHUN 2012-2016 Kerjasama Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Dengan Pemerintah Provinsi Papua Tahun 2011 PERENCANAAN TENAGA KERJA

Lebih terperinci

ISBN : RENCANA TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN

ISBN : RENCANA TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN ISBN : 978-602-7536-19-7 RENCANA TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2014-2018 Kerjasama Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Dengan Dinas Tenaga Kerja dan

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/I/2009 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN METODA STATISTIKA KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPEROLEH INFORMASI KETENAGAKERJAAN DAN PENYUSUNAN SERTA PELAKSANAAN PERENCANAAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPEROLEH INFORMASI KETENAGAKERJAAN DAN PENYUSUNAN SERTA PELAKSANAAN PERENCANAAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPEROLEH INFORMASI KETENAGAKERJAAN DAN PENYUSUNAN SERTA PELAKSANAAN PERENCANAAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja. Biasanya semakain tinggi pertumbuhan ekonomi cenderung

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja. Biasanya semakain tinggi pertumbuhan ekonomi cenderung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi perkembangan penyerapan tenaga kerja. Biasanya semakain tinggi pertumbuhan ekonomi cenderung semakin membuka penyerapan tenaga

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPEROLEH INFORMASI KETENAGAKERJAAN DAN PENYUSUNAN SERTA PELAKSANAAN PERENCANAAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PAPARANPERENCANAAN DAN PROGRAM KETENAGAKERJAAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN

PAPARANPERENCANAAN DAN PROGRAM KETENAGAKERJAAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN PAPARANPERENCANAAN DAN PROGRAM KETENAGAKERJAAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2017-2022 DINAS TENAGA KERJA DAN KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN KEBUMEN DASAR HUKUM PERENCANAAN TENAGA KERJA Landasan

Lebih terperinci

G U B E R N U R L A M P U N G

G U B E R N U R L A M P U N G G U B E R N U R L A M P U N G KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR : G / 662 / B.VII / HK / 2009 TENTANG PEMBENTUKAN TIM PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI LAMPUNG GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPEROLEH INFORMASI KETENAGAKERJAAN DAN PENYUSUNAN SERTA PELAKSANAAN PERENCANAAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014

GAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014 GAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN 2013 Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014 Statistik Dasar UU NO. 16 TAHUN 1997 (TENTANG STATISTIK) Statistik yang pemanfaatannya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2002 NOMOR : 48 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 21 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN DALAM PENYELENGGARAAN STATISTIK DI KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek yang sangat menonjol dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan masalah ketenagakerjaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPEROLEH INFORMASI KETENAGAKERJAAN DAN PENYUSUNAN SERTA PELAKSANAAN PERENCANAAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya pertumbuhan ekonomi mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan salah satu usaha daerah untuk

Lebih terperinci

- 1 - PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 1 - PRESIDEN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPEROLEH INFORMASI KETENAGAKERJAAN DAN PENYUSUNAN SERTA PELAKSANAAN PERENCANAAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR : PER-16/MEN/V/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR : PER-16/MEN/V/2006 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-16/MEN/V/2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/IX/2009 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KERJA BAGI CALON TENAGA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.21/MEN/IX/2009 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN PRODUKTIVITAS

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.21/MEN/IX/2009 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN PRODUKTIVITAS MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.21/MEN/IX/2009 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN PRODUKTIVITAS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah BADAN PUSAT STATISTIK Kabupaten Bandung Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Soreang, 1 Oktober 2015 Ir. R. Basworo Wahyu Utomo Kepala BPS Kabupaten Bandung Data adalah informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi meningkat (Atmanti, 2010). perekonomian. Secara lebih jelas, pengertian Produk Domestik Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi meningkat (Atmanti, 2010). perekonomian. Secara lebih jelas, pengertian Produk Domestik Regional Bruto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu daerah didasarkan pada bagaimana suatu daerah dapat meningkatkan pengelolaan serta hasil produksi atau output dari sumber dayanya disetiap

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2014 2018 Kerjasama : Pusat Perencanaan Tenaga Kerja-Kemnakertrans RI Dengan Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Kalimantan Timur 2013 ISBN : 978-602-7536-23-4

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.707, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Komponen. Tahapan. Hidup Layak.

BERITA NEGARA. No.707, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Komponen. Tahapan. Hidup Layak. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.707, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Komponen. Tahapan. Hidup Layak. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN

Lebih terperinci

DATABASE KETENAGAKERJAAN KABUPATEN KENDAL TAHUN

DATABASE KETENAGAKERJAAN KABUPATEN KENDAL TAHUN DATABASE KETENAGAKERJAAN KABUPATEN KENDAL TAHUN 2013-2015 DINAS TENAGA KERJA DAN TANSMIGRASI KABUPATEN KENDAL Jl. Soekarno Hatta No. 62 Kendal Kode Pos 51301 Telp. (0294) 381275/381074 Fax. (0294) 381275

Lebih terperinci

ANALISA PERENCANAAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

ANALISA PERENCANAAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR ANALISA PERENCANAAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Lapeti Sari Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK Penelitian ini bertujuan antara lain adalah: memberikan gambaran tentang persediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/IX/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/IX/2009 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/IX/2009 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KERJA BAGI CALON TENAGA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2012 MENCAPAI 6,3 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai

Lebih terperinci

PEMETAAN POTENSI TENAGA KERJA DI KOTA PEKANBARU TAHUN

PEMETAAN POTENSI TENAGA KERJA DI KOTA PEKANBARU TAHUN PEMETAAN POTENSI TENAGA KERJA DI KOTA PEKANBARU TAHUN 2011-2015 Sri Maryanti, Rita Wiyati dan Muhammad Thamrin Universitas Lancang Kuning, Pekanbaru, 28265, Indonesia Telp: 0761-52581 Email:ssrimaryanti@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan berlangsungnya proses demografis. Pada tahun 2004, di Jawa. 1,07 persen bila dibanding tahun 2003 (BPS, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan berlangsungnya proses demografis. Pada tahun 2004, di Jawa. 1,07 persen bila dibanding tahun 2003 (BPS, 2004). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan dan jumlah komposisi tenaga kerja tersebut akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah dibutuhkannya investasi. Investasi merupakan salah satu pendorong untuk mendapatkan pendapatan yang

Lebih terperinci

Daftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1

Daftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Isu-isu Pokok Pembangunan Ekonomi Daerah... 2 1.1.2 Tujuan... 5 1.1.3 Keluaran... 5

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.21/MEN/IX/2009 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN PRODUKTIVITAS

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.21/MEN/IX/2009 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN PRODUKTIVITAS MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.21/MEN/IX/2009 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN PRODUKTIVITAS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesempatan kerja merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Kesempatan kerja merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Kesempatan kerja merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi. Ketika kesempatan kerja tinggi, pengangguran akan rendah dan ini akan berdampak pada naiknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha yang dilakukan suatu negara untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Dalam pembangunan ekonomi Indonesia,

Lebih terperinci

I. UMUM. Perencanaan...

I. UMUM. Perencanaan... PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPEROLEH INFORMASI KETENAGAKERJAAN DAN PENYUSUNAN SERTA PELAKSANAAN PERENCANAAN TENAGA KERJA I. UMUM Pembangunan

Lebih terperinci

RPJMD Kabupaten Tebo

RPJMD Kabupaten Tebo Halaman Tabel 2.1 Topografi Kabupaten Tebo II-3 Tabel 2.2 Jenis Penggunaan Lahan Kabupaten Tebo II-4 Tabel 2.3 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tebo Tahun 2000- II-6 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi ekonomi dan keberlanjutan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam meningkatkan kesejahteraan tersebut, salah satunya

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERENCANAAN TENAGA KERJA TERHADAP KEBUTUHAN TENAGA KERJA DI KOTA PEKANBARU TAHUN 2008 S.D 2012 ABSTRAK

HUBUNGAN PERENCANAAN TENAGA KERJA TERHADAP KEBUTUHAN TENAGA KERJA DI KOTA PEKANBARU TAHUN 2008 S.D 2012 ABSTRAK HUBUNGAN PERENCANAAN TENAGA KERJA TERHADAP KEBUTUHAN TENAGA KERJA DI KOTA PEKANBARU TAHUN 2008 S.D 2012 Sri Maryanti dan Liviawati Fakultas Ekonomi Universitas Lancang Kuning Pekanbaru ssrimaryanti@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TIMUR YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

BAB VI INDIKATOR KINERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TIMUR YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN BAB VI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TIMUR YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN PROVINSI JAWA TIMUR 014-2019 Pada bagian ini akan dikemukakan Indikator Kinerja Utama (IKU) Dinas Tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah hasil dari perubahan dalam bidang teknis dan tata kelembagaan dengan mana output tersebut diproduksi dan didistribusikan (Adrimas,1993).

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil daerah Kota Malang. Hal ini dikarenakan Kota Malang merupakan salah satu propinsi yang memiliki sumbangan potensi cukup besar bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses mutlak yang harus dilakukan oleh suatu bangsa dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh bangsa tersebut.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 30/08/31/Th.IX, 15 AGUSTUS 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB atas

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007 BPS PROVINSI D.K.I. JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007 No. 17/05/31/Th.IX, 15 MEI 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk...

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 166 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melakukan upaya yang berfokus pada peran serta rakyat dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melakukan upaya yang berfokus pada peran serta rakyat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sasaran pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam mencapai sasaran tersebut maka pemerintah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 No. 68/11/33/Th.VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan III tahun

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 47 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Kabupaten Natuna merupakan salah satu daerah tertinggal dari tujuh kabupaten dan kota di Provinsi Kepulauan Riau. Daerah tertinggal adalah daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi disamping dua tujuan lainnya yaitu pemerataan dan stabilitas. Indikator

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv PRAKATA... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN No.015/05/63/Th XII, 15 Mei 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2009 JUMLAH PENDUDUK YANG DIKATEGORIKAN SEBAGAI ANGKATAN KERJA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 1,75 juta jiwa. Jumlah tersebut

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.25/MEN/IX/2009 TENTANG PERKEMBANGAN PERMUKIMAN TRANSMIGRASI DAN KESEJAHTERAAN

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Jawa Tengah Tahun Realisasi Proyek dan Investasi Penanaman Modal di Provinsi

DAFTAR TABEL. Jawa Tengah Tahun Realisasi Proyek dan Investasi Penanaman Modal di Provinsi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ix HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT... BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2012 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No.51/11/31/Th. XIV, 5 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS Jumlah angkatan kerja di Provinsi DKI Jakarta pada mencapai 5,37 juta orang, bertambah 224,74 ribu

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang diarahkan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Keberhasilan sebuah pemerintah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi statistik yang akurat dan tepat waktu. Informasi tersebut selain menunjukkan perkembangan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,08 PERSEN No. 11/02/61/Th. XVII, 5 Februari 2014 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.17/MEN/XI/2010 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA MIKRO

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.17/MEN/XI/2010 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA MIKRO MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.17/MEN/XI/2010 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA MIKRO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, pemerataan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011 No.027/05/63/Th XV, 5 Mei 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2011 sebesar 1,840 juta jiwa. Jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar 0,36

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat Keadaan Ketenagakerjaan No. 69/11/76/Th. XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Di Provinsi Sulawesi Barat : Tingkat Pengangguran Terbuka di Sulawesi Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi

BAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam setiap perekonomian pemerintah perlu melakukan berbagai jenis pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi pemerintah, membangun dan memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan bagian dari suatu perwujudan pembangunan ekonomi nasional yang bertujuan menciptakan kemandirian suatu daerah dalam mengurus rumah

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012 No.28/05/63/Th XVI/07 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2012 sebesar 1,887 juta jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 2,55

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG BIDANG KETENAGAKERJAAN DAN KETRANSMIGRASIAN TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan suatu upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI 4.1 Umum Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam Analisis Kebutuhan

Lebih terperinci

Keywords : GDRP, learning distribution, work opportunity

Keywords : GDRP, learning distribution, work opportunity 1 ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO SEKTOR PERTANIAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEMPATAN KERJA SERTA DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN Erlina Rufaidah 1, Dwi Wulan Sari 2 Program Studi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi statistik yang akurat dan tepat waktu. Informasi tersebut selain menunjukkan perkembangan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dam masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk kerja sama antara pemerintah

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan proses multidimensial yang meliputi perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam kelembagaan (institusi)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 No. 19/05/31/Th. X, 15 Mei 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2008 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG BIDANG KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 28/05/16/Th. XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci