PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL MELALUI PERMAINAN BAHASA

Transkripsi

1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL MELALUI PERMAINAN BAHASA Yetniati SD Negeri Kisaran Kota, kab. Asahan Abstract: The purpose of this research is to know the improvement of students' early reading ability by using game of language in learning. This research was conducted at SD Negeri Kisaran Kota with subject amount to 50 students. The result of the research shows the improvement of process quality and the result of reading learning which includes: the ability to read simple sentences with the right intonation of 35 people (70%) categorized well after being given the action; Ability to put the appropriate pause 35 people (70%) categorized well after being given the action; The ability to read smoothly 35 people (70%) categorized well after given the action; The ability to distinguish the pronunciation of certain letters 35 people (70%) categorized well after the action was given; And the ability to understand the meaning of words or sentences that read 35 people (70%) categorized well after given the action. By doing the learning language game to be active, innovative, creative, effective and fun so that students are more motivated to do early reading learning, consequently students have reading competence early in accordance with expected learning objectives, and reading competence of students both individually and classically, The quantity has increased. Keywords: read early, game language Abstrak: Tujuan penelitian untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca awal siswa dengan menggunakan permainan bahasa di dalam pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kisaran Kota dengan subjek berjumlah 50 siswa. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran membaca awal yang meliputi aspek: kemampuan membaca kalimat sederhana dengan intonasi yang tepat 35 orang (70%) berkategori baik setelah diberi tindakan; kemampuan menempatkan jeda yang tepat 35 orang (70%) berkategori baik setelah diberikan tindakan; kemampuan membaca lancar 35 orang (70%) berkategori baik setelah diberikan tindakan; kemampuan membedakan pelafalan bunyi huruf-huruf tertentu 35 orang (70%) berkategori baik setelah diberikan tindakan; dan kemampuan memahami makna kata atau kalimat yang dibaca 35 orang (70%) berkategori baik setelah diberikan tindakan. Dengan melakukan permainan bahasa pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan sehingga siswa semakin termotivasi melakukan pembelajaran membaca awal, konsekuensinya siswa memiliki kompetensi membaca awal sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan, dan kompetensi membaca awal siswa baik secara individual maupun klasikal, kualitas dan kuantitasnya mengalami peningkatan. Kata kunci: membaca awal, permainan bahasa 381

2 Ada empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa agar mereka mampu mengekspresikan diri secara optimal baik secara lisan maupun tulis, keempat keterampilan berbahasa itu adalah keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Menyimak dan membaca merupakan keterampilan yang bersifat penerimaan belaka tanpa menuntut suatu yang dihasilkan. Sedangkan keterampilan berbicara dan menulis merupakan keterampilan produktif yang bersifat mengungkapkan/menghasilkan sesuatu, tuturan dan tindak bahasa merupakan produk keterampilan berbicara, sementara itu tulisan atau karangan hasil keterampilan menulis. Keterampilan berbahasa yang bersifat produktif tidak mungkin dimiliki oleh siswa tanpa mengalami pembelajaran atau pengalaman atas keterampilan berbahasa yang reseftif, siswa tidak mungkin dapat berbicara dengan baik dan benar apabila pernah menyimak atau mendengarkan tuturan. Demikian pula keterampilan menulis merupakan refleksi akumulasi kekerapan melakukan kegiatan membaca. (Suparaptiningsih, 2008:4). Keterampilan membaca harus segera dikuasai oleh siswa di sekolah dasar karena keterampilan tersebut secara langsung berkorelasi erat dengan seluruh proses pembelajaran di dalam kelas, keberhasilan proses belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah sanat ditentukan oleh tingkat penguasaan keterampilan membaca mereka. Siswa yang tidak memiliki keterampilan membaca (tidak mampu membaca) dengan baik dan mengalami hambatan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran semua mata pelajaran. Mereka tentu mengalami kesulitan memahami dan memaknai informasi yang disajikan dalam berbagai buku pelajaran, buku-buku bahan pendukung, dan sumber-sumber belajar tertulis yang lain, hal itu berdampak pada keterlambatan kemajuan belajar siswa dibandingkan dengan temanteman mereka yang tidak mengalami kesulitan dalam membaca. Dengan demikian keterampilan membaca merupakan dasar bagi siswa untuk mempelajari berbagai keterampilan lain. Tanpa memiliki keterampilan membaca baik, siswa diyakini akan mengalami berbagai kesulitan untuk mempelajari semua mata pelajaran yang ada di sekolah. Bila dicermati secara seksama, pada T.P. 2014/2015 ditemukan 20 orang (50%) siswa yang mampu membaca dengan lancar namun intonasi kurang tepat, 12 orang (32%) siswa membaca dengan terputusputus, dan 8 orang (20%) siswa tidak mampu membaca, bahkan pada tahuntahun sebelumnya ditemukan pula siswa terpaksa menamatkan pendidikan sekolah dasar tanpa memiliki keterampilan membaca yang baik. Secara umum, siswa yang mampu membaca dengan lancar berasal dari taman kanak-kanak, sedangkan mereka yang kurang lancar atau bahkan tidak dapat membaca biasanya masuk ke sekolah dasar tanpa pernah merasakan duduk di bangku taman kanak-kanak. Siswa yang berasal dari taman kanak-kanak tentu lebih memiliki kesiapan (readiness) untuk belajar membaca dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah masuk taman kanakkanak. Berdasarkan pengaturan yang 382

3 telah dilakukan terhadap proses pembelajaran membaca awal di dalam kelas ditemukan beberapa penyebab permasalahan membaca awal, seperti: guru tidak memahami konsep bahan metode atau teknik, dan media yang digunakan dalam pembelajaran awal. Konsekuensinya, guru mengalami kebingungan dalam mengelola pembelajaran yang efektif dan efisien dan siswa tidak termotivasi untuk belajar membaca karena tidak menarik dan menjemukan. Beranjak dari akar permasalahan membaca awal seperti dikemukakan di atas, ditentukan beberapa solusi pemecahannya, sebagai berikut. Siswa kelas awal merupakan siswa yang akrab dengan dunia bermain, oleh karena itu, idealnya pembelajaran membaca awal dilakukan secara terintigrasi dengan keterampilan berbahasa lainnya (menyimak, berbicara, dan menulis melalui permaianan yang mengasyikan). Permainan merupakan sarana bagi siswa untuk menjelajahi dunia mereka, dari sesuatu yang tidak dikenal sampai pada sesuatu yang diketahui, dan dari yang tidak dapat diperbuatnya sampai mereka mampu melakukannya (Semiawan, 2002:21). Dengan melakukan permainan bahasa, siswa termotivasi belajar karena merasa senang dan asyik sekaligus memperoleh keterampilan berbahasa tertentu, dalam hal ini keterampilan membaca. Oleh karena itu permainan bahasa yang dirancang secara baik diyakini mampu meningkatkan kemampuan membaca awal siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri Kisaran Kota. Di samping melakukan penilaian kemampuan membaca awal siswa kelas I SD Negeri Kisaran Kota, peneliti juga melakukan pengamatan terhadap kemampuan membaca awal siswa dengan tanya jawab secara lisan. Pada pertemuan 1 dan 2, sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam pelafalan, intonasi, dan jeda ketika membaca awal. Namun, pada pertemuan ke 3 dan 4, peningkatan kemampuan semua aspek tersebut terlihat signifikan. Dengan demikian, pemberian tindakan pada siklus selanjutnya tidak perlu dilakukan lagi karena pertemuan 3 dan 4 siswa sudah mencapai ketuntasan 70% memperoleh nilai baik pada setiap aspek pembelajaran membaca awal. Dengan perkataan lain, setelah dilakukan selama 4 kali pertemuan selesai, pemberian tindakan diberhentikan. METODE Penelitian ini dilaksanakan di kelas I SD Negeri Kisaran Kota. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan (Bulan September s.d. November 2015). Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri Kisaran Kota tahun pelajaran 2015/2016 berjumlah 50 orang. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan awal penelitian ini, diketahui bahwa sebagian besar siswa belum mampu membaca kalimat sederhana dengan intonasi yang benar, menempatkan jeda secara benar, memiliki kelancaran membaca kata dan kalimat sederhana, membedakan bunyi huruf-huruf tertentu 383

4 seperti b, p, t, dan d secara tepat, dan memahami makna kata dan kalimat sederhana yang dibaca, adapun hasil praobservasi kemampuan membaca awal siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri Kisaran Kota, sebagai berikut, siswa yang dapat membaca kalimat sederhana dengan informasi yan tepat 2 orang (4%), dapat menempatkan jeda dengan tepat 10 orang (20%), lancar membaca 20 orang (40%), dapat membedakan bunyi huruf b, p, t, dan d sebanyak 30 orang (60%), dapat memahami makna kata atau kalimat sejumlah 25 orang (30%). Hal itu menunjukkan bahwa kemampuan rata-rata membaca awal siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri Kisaran Kota masih sangat kurang, yaitu 30,8%. Berdasarkan pengamatan kontiniu yang dilakukan oleh peneliti selama mengejar di kelas I SD Negeri Kisaran Kota, tidak semua siswa aktif dalam pembelajaran membaca awal, sebagian besar siswa tidak atau kurang termotivasi mengikuti pembelajaran membaca awal. Hanya beberapa orang saja terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran membaca awal, oleh karena itu, secara umum kemampuan siswa masih sangat kurang (sangat rendah). Meskipun guru telah berupaya melakukan variasi dalam metode pembelajaran, upaya tersebut belum menunjukkan perubahan hasil kearah hasil yang lebih baik secara signifikan. Teknik permainan bahasa yang tepat, menarik dan dapat melibatkan semua siswa secara aktif dalam pembelajaran permainan bahasa dan pengemasan materi ajar sehingga mudah dipelajari siswa dapat mengoptimalkan proses dan hasil belajar bahasa awal siswa. Teknik-teknik pembelajaran bahasa dimaksud, antara lain menemukan kata (dengan memanfaatkan kartu-kartu huruf) kontes ucapan (memanfaatkan kartu-kartu kata), permainan kata (menggunakan kartu-kartu kata), dan batu loncatan (menggunakan kartu-kartu kata). Pertemuan dan penilaian dilakukan oleh kedua guru pengobservasi dengan berpedoman pada lembar pengamatan dengan terstruktur yang telah dipersiapkan sebelumnya. Berdasarkan hasil penilaian kemampuan mula membaca awal, lalu membandingkannya dengan hasil penilaian kemampuan membaca awal pada 4 pertemuan tindakan, ternyata hasil belajar siswa mengalami peningkatan signifikan, baik dan aspek membaca kalimat sederhana dengan intonasi yang benar, memiliki kelancaran membaca kata dan kalimat sederhana, membedakan bunyi-bunyi huruf tertentu, seperti b, p, t, dan d secara tepat, maupun memahami makna kata dan kalimat yang dibaca. Di samping melakukan penilaian kemampuan membaca awal siswa kelas I SD Negeri Kisaran Kota, peneliti juga melakukan pengamatan terhadap kemampuan membaca awal siswa dengan tanya jawab secara lisan. Pada pertemuan 1 dan 2, sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam pelafalan, intonasi, dan jeda ketika membaca awal. Namun, pada pertemuan ke 3 dan 4, peningkatan kemampuan semua aspek tersebut terlihat signifikan. Dengan demikian, pemberian tindakan pada siklus selanjutnya tidak perlu dilakukan lagi karena pertemuan 384

5 Aspek Kemampuan Membaca kalimat sederhana dengan intonasi yang tepat Menempatkan jeda dengan tepat Membaca awal secara lancar Artikulasi/pelafalan huruf tertentu Makna bacaan yang dibaca Tabel 1. Hasil Kemampuan Siswa Kategori Kurang Kategori Cukup Kategori Baik (Nilai 0 49) (Nilai 50 69) (Nilai ) (dalam orang) (dalam orang) (dalam orang) Persentase Ketuntasan 3 dan 4 siswa sudah mencapai ketuntasan 70% memperoleh nilai baik pada setiap aspek pembelajaran membaca awal. Selama tindakan diberikan pada pertemuan 1 dan 2, peneliti dan 2 orang guru pengobservasi mengetahui bahwa secara umum kemampuan membaca awal siswa masih belum mencapai ketuntasan yang diinginkan, oleh karena itu permainan bahasa pada pembelajaran membaca awal ditingkatkan kualitasnya sehingga pada pertemuan 3 dan 4 proses dan hasil pembelajaran membaca awal sudah mencapai tingkat ketuntasan, yaitu 70% siswa (35 orang) sudah memperoleh nilai baik (nilai ). SIMPULAN Setelah dilakukan pengamatan dan analisis diperoleh beberapa simpulan, sebagai berikut: 1. Pada tahap pengobservasi diperoleh informasi bahwa kemampuan membaca kalimat sederhana dengan intonasi yang tepat sebanyak 2 orang (4%) dan setelah diberikan tindakan mengalami tingkatan menjadi 35 orang (70%); kemampuan menempatkan jeda yang tepat sebanyak 10 orang (20%) dan setelah diberikan tindakan mengalami peningkatan menjadi 35 orang (70%); kemampuan membaca lancar sebanyak 20 orang (40%) dan setelah diberikan tindakan mengalami peningkatan menjadi 35 orang (70%): kemampuan membedakan pelafalan bunyi huruf-huruf tertentu sebanyak 30 orang (40%) dan setelah diberikan tindakan mengalami peningkatan menjadi 35 orang (70%) dan kemampuan memahami makna kata atau kalimat yang dibaca sebanyak 25 orang (30%) dan setelah diberikan tindakan mengalami peningkatan menjadi 35 orang (70%). 2. Dengan permainan bahasa pada pembelajaran membaca awal terjadi peningkatan motivasi dan aktivitas siswa dalam pembelajaran sehingga mampu meningkatkan hasil pembelajaran membaca awal secara signifikan. 385

6 DAFTAR PUSTAKA Dewi, R. & Rangkuti, I Penelitian Tindakan Kelas dan Peningkatan Profesional Guru. Medan: UNIMED. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan Tenaga Kependidikan Bahasa Bahan Ajar Diklat Tingkat Lanjut. Jakarta: Dektorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional. Semiawan, C. R Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini. Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi. Supraptiningsih Bahan Ajar Diklat Tingkat Lanjut Bahasa Indonesia Bagi Guru SD. Depdiknas: PPPPTK Bahasa. 386