BAB I PENDAHULUAN. merugikan suatu pihak atas dasar kepentingan pribadi atau kelompok tertentu dari

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecurangan dapat diartikan sebagai sebuah tindakan negatif yang dapat merugikan suatu pihak atas dasar kepentingan pribadi atau kelompok tertentu dari hal sederhana hingga hal kompleks dan terencana. Kecurangan pada sektor publik maupun swasta dewasa ini banyak melibatkan kalangan terpelajar dan tidak jarang orang yang memiliki kedudukan dan jabatan tinggi terlibat di dalamnya. Bentuk kecurangan dapat berupa penyalahgunaan aset, penyuapan, pencucian uang, korupsi dan lain lain yang berbentuk kejahatan ekonomi, tindakan kecurangan seperti ini disebut sebagai tindak kejahatan kerah putih (Tuanakotta, 2007). Banyak kasus kecurangan yang terjadi seperti yang telah disebutkan di atas, contoh salah satu tindakan fraud yang paling menyita perhatian yaitu korupsi, yang mendapat perhatian yang cukup besar dari masyarakat, karena telah menjadi fenomena tersendiri yang berkembang dari waktu yang lama. Korupsi banyak menjalar di banyak sektor pemerintahan maupun swasta, bahkan sektor hukum selaku penegak dan pengadil tidak luput dari tindak kejahatan ini. Tidak heran jika tingkat korupsi di Indonesia masih berada diangka yang tinggi. (Transparency International, 2014) 1

2 2 Tabel 1.1 Corruption Perception Index (CPI) Negara Skor yang diraih Skor Ideal Peringkat Singapura Jepang Hongkong Korea Selatan Malaysia Filipina Cina Indonesia Vietnam Sumber : data diolah kembali Berikut adalah Indeks Persepsi Korupsi atau Corruption Perception Index (CPI) tahun 2014 yang dirilis Transparency International menempatkan Indonesia pada peringkat 107 dari 174 negara dengan angka CPI sebesar 34, walau terjadi peningkatan peringkat dan indeks yang sebelumnya peringkat 109, naik dua peringkat ke 107. Walaupun terjadi peningkatan namun, akutnya kasus korupsi di Indonesia masih mencerminkan tingginya angka kasus korupsi di Indonesia dibandingkan dengan negara negara Asia lainnya. (Transparency International, 2014) Banyak kasus korupsi di Indonesia yang hanya lewat begitu saja, yang dibicarakan di media elektronik maupun media massa, dengan pandangan yang

3 3 beragam dari masyarakat. Namun diputuskan bebas di pengadilan, dan juga kasus yang belum menemukan titik terang dan belum diketahui secara pasti dan jelas arahnya. Berikut 11 kasus korupsi yang penyidikannya belum tuntas di KPK yang menurut Indonesian Corruption Watch (ICW) 2014 yang dimuat dalam halaman Liputan6.com, sebagai berikut: 1. Suap perusahaan asal Inggris, Innospec ke pejabat Pertamina. 2. Bailout Bank Century. 3. Proyek Pembangunan di Hambalang. 4. Proyek Wisma Atlet Kementerian Pemuda dan Olahraga di Sumatera Selatan. 5. Suap pemilihan Deputi Gubernur Bank Indonesia (Cek pelawat). 6. Proyek SKRT Kementerian Kehutanan. 7. Hibah Kereta Api dari Jepang di Kementerian Perhubungan. 8. Proyek Pengadaan Alat Kesehatan di Kementerian Kesehatan. 9. Dugaan korupsi pelaksanaan proyek PT Duta Graha Indah dan Pencucian uang atas pemberian saham PT Garuda. 10. Pengadaan Simulator SIM di Dirlantas Polri. 11. Pembangunan Proyek PLTU Tarahan pada Menurut Arens (2008:430) ada dua konsep definisi kecurangan, yaitu: 1. Sebagai konsep legal yang luas

4 4 Kecurangan menggambarkan setiap upaya penipuan yang disengaja, yang dimaksudkan untuk mengambil harta atau hak orang atau pihak lain. 2. Dalam konteks audit atas laporan keuangan Kecurangan didefinisikan sebagai salah saji laporan keuangan yang disengaja. Dalam Penelitian Marcelina dan Sugeng (2009) Kompetensi diperlukan agar auditor dapat mendeteksi dengan cepat dan tepat ada tidaknya kecurangan serta trik-trik rekayasa yang dilakukan dalam melakukan kecurangan tersebut karena keahlian yang dimilikinya dapat menjadikannya lebih sensitif (peka) terhadap tindak kecurangan Independensi diperlukan agar auditor bebas dari kepentingan dan tekanan pihak manapun, sehingga auditor dapat mendeteksi ada atau tidaknya kecurangan pada perusahaan yang di auditnya dengan tepat, dan setelah kecurangan tersebut terdeteksi, auditor tidak ikut terlibat dalam mengamankan praktik kecurangan tersebut. Sedangkan profesionalisme diperlukan agar auditor dapat memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan yang di auditnya bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan. Suzi Novianty (2008) menjelaskan bahwa salah satu faktor kegagalan audit (audit failure) dalam mendeteksi kecurangan adalah rendahnya skeptisme professional auditor itu sendiri, hal ini berpengaruh terhadap kemampuan atau kepekaan auditor dalam mendeteksi kecurangan baik potensi maupun tanda yang mengindikasikan adanya kecurangan (fraud) atau kesalahan. Auditor yang tidak

5 5 menerapkan skeptisme profesional hanya akan mendapatkan salah saji yang disebabkan oleh kekeliruan saja, dan sulit menemukan kecurangan didalamnya, karena biasanya akan disembunyikan oleh pelakunya. Beberapa kasus terjadinya kegagalan auditor dalam menemukan adanya kecurangan, skandal ini melibatkan akuntan publik di dalamnya seperti kasus Enron, World Com, Tyco dan kasus-kasus lainnya yang salah satu penyebabnya karena kurangnya sikap skeptisme profesional auditor dalam mendeteksi kecurangan. Situs web memuat suatu kasus pada tahun 2012 yang menyeret Kementrian Agama dan Kementrian Dalam Negeri dalam audit pemeriksaan laporan keuangan. Dalam audit laporan keuangan sebenarnya kedua kementrian tersebut telah mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan (WTP DPP), namun BPK tetap melakukan pemeriksaan dengan alasan dan tujuan tertentu. Karena menurut salah satu anggota V BPK, rencana pemeriksaan dilakukan karena di dalam Kementrian Dalam Negeri banyak menemukan penyajian persediaan blanko E-KTP yang seharusnya tidak didukung seluruhnya atas hasil rekonsiliasi antar dokumen secara memadai, serta pencatatan dan pelaporan asset tetap yang berasal dari tugas pembantuan yang tidak tertib. Dari kasus di atas memperlihatkan kurangnya sikap skeptisme oleh auditor yang mengaudit pemeriksaan laporan keuangan. Hasil penelitian Katty, Martha dan David (2008), peneliti menekankan bahwa auditor yang memiliki sikap skeptisme yang lebih tinggi lebih mudah dalam menganalisa dan mendapatkan bukti serta bisa mendapatkan penjelasan alternatif yang lain dibandingkan dengan auditor yang memiliki sikap skeptisme yang lebih

6 6 rendah. Peneliti juga menjelaskan bahwa sikap skeptis auditor adalah hal yang melekat dalam diri secara individual. Skepticism is a trait inherent in individual auditors, similar to other personality traits such as curiosity, conscientiousness and extroversion. She explains that individual auditors bring their native or innate level of skepticism to their professional environment where they focus it on the professional issues and events found in audit engagements. In contrast, the other two views of professional skepticism emphasize the conflicting interests between management and the auditor, and they assume that professional skepticism arises primarily in response to audit circumstances. Dalam penelitian Marcellina dan Sugeng (2009), pada pernyataan standar umum pertama dalam SPKN, dinyatakan bahwa pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan. Hal ini berarti, dengan menggunakan kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan, pengalaman, serta pelatihan teknis yang cukup, auditor diharapkan dapat menjalankan tugasnya dengan lebih baik. Selain itu, dengan memiliki sikap kompetensi, auditor juga dapat mengasah sensitifitas (kepekaannya) dalam menganalisis laporan keuangan yang diauditnya sehingga auditor mengetahui apakah di dalam laporan keuangan tersebut, terdapat tindakan kecurangan atau tidak serta mampu mendeteksi trik-trik rekayasa yang dilakukan dalam melakukan kecurangan tersebut (Lastanti, 2005). Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Knapp dalam Astri Novianti (2014) menyatakan bahwa prosedur analitis merupakan salah satu cara prosedur audit yang digunakan dalam mendeteksi kecurangan, pengalaman yang merupakan salah satu indicator kompetensi memiliki pengaruh signifikan terhadap prosedur analitis dalam mendeteksi kecurangan.

7 7 SAS No. 82 dijelaskan tanggung jawab auditor dalam menemukan dan melaporkan kecurangan, guna memperoleh kepastian bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang disebabkan kekeliruan atau kecurangan. Kompetensi auditor dinilai salah satu indikator penting dalam melakukan dan menjalankan prosedur audit yang baik. Pengetahuan yang tinggi juga dibutuhkan serta menjunjung tinggi independensi agar semua kebutuhan yang diperlukan dalam mendeteksi kecurangan dapat dipenuhi serta tanggung jawab auditor pun dapat terlaksana. Berdasarkan dari kasus dan temuan dalam paparan yang dijelaskan, bentuk kecurangan, khususnya dalam laporan keuangan merupakan suatu tindakan yang merugikan banyak pihak dan termasuk tindakan pelanggaran hukum. Oleh karena itu, peneliti ingin membahas mengenai kompetensi auditor dan sikap skeptisme auditor dalam menganalisis bukti dan keadaan, dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan serta prosedur apa yang harus dilakukan terkait masalah kecurangan (fraud). Berdasarkan latar belakang diatas peneliti melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kompetensi dan Skeptisme Profesional Auditor Dalam Pendeteksian Dan Pengungkapan Kecurangan (Fraud).

8 8 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang dan ditinjau dari beberapa penelitian terdahulu, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah yang akan dibahas pada penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana kompetensi, skeptisme professional, dan pendeteksian dan pengungkapan kecurangan (fraud) pada BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat. 2. Seberapa besar pengaruh kompetensi auditor dalam pendeteksian dan pengungkapan kecurangan (fraud) pada BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat. 3. Seberapa besar pengaruh skeptisme profesional auditor dalam pendeteksian dan pengungkapan kecurangan (fraud) pada BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat. 4. Seberapa besar pengaruh kompetensi, skeptisme profesional auditor secara simultan dalam pendeteksian dan pengungkapan kecurangan (fraud). 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui gambaran umum apakah kompetensi dan skeptisme profesional akan mempengaruhi dalam hal pendeteksian dan pengungkapan kecurangan, sesuai dengan masalah yang telah diindentifikasi, yaitu:

9 9 1. Untuk mengetahui bagaimana kompetensi, skeptisme professional, dan pendeteksian dan pengungkapan kecurangan (fraud) pada BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat. 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kompetensi auditor dalam pendeteksian dan pengungkapan kecurangan (fraud) pada BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat. 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh skeptisme profesional auditor dalam pendeteksian dan pengungkapan kecurangan (fraud) pada BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat. 4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kompetensi, skeptisme profesional auditor secara simultan dalam pendeteksian dan pengungkapan kecurangan (fraud). 1.4 Kegunaan Penelitian Dari penelitian yang dibuat dan dilakukan penulis berharap dapat memberikan kegunaan sebagai berikut: Kegunaan Teoritis 1. Dapat memberikan tambahan informasi bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih tentang variabel yang diteliti dalam penelitian ini. 2. Sebagai referensi bagi peneliti untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu yang diperoleh selama bangku kuliah, dan masa penelitian dalam dunia kerja maupun untuk penelitian selanjutnya.

10 10 3. Memberikan tambahan wawasan bagi peneliti khususnya mengenai pengaruh kompetensi dan skeptisme profesional auditor dalam mendeteksi dan mengungkap kecurangan Kegunaan Praktis 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan wawasan bagi Akuntan di BPK 2. Bahan referensi dan masukan bagi auditor terhadap kemampuannya dalam mendeteksi dan mengungkap kecurangan sesuai dengan prosedur audit yang ada. 1.5 Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) Perwakilan Provinsi Jawa Barat yang terletak di Jalan Moch. Toha Nomor 164, Astanaanyar, Bandung Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan penelitian selesai.