BIODATA PENULIS. Menyetujui, Dosen Pembimbing I,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BIODATA PENULIS. Menyetujui, Dosen Pembimbing I,"

Transkripsi

1 V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasar hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa : 1. Berdasae hasil pengujian, enkoder HT12E dan dekoder HT12D telah dapat berfungsi dengan baik sebagaimana yang diharapkan. 2. Berdasar hasil pengujian, terlihat bahwa data yang dikirim TLP434A dengan data yang diterima RLP434A hampir sama, hal ini menunjukkan bahwa TLP434A telah dapat mengirimkan data dan RLP434A dapat menerima data sesuai dengan yang diinginkan. Adanya sedikit perbedaan dikarenakan adanya rugi-rugi derau. 3. Agar komunikasi dapat dilakukan, maka kondisi TE harus 0 (diketanahkan) karena TE aktif low, bit alamat antara HT12E dan HT12D harus sama, nilai Rosc dari HT12D sekitar 50 kali dari Rosc HT12E. 4. Berdasar hasil pengujian, terlihat jika terdapat ketidakcocokan bit alamat HT12E dan HT12D, maka komunikasi tidak dapta dilakukan. Dengan demikian dapat dimanfaatkan untuk menambah keamanan data yang ditransmisikan. [11] Cooper, George, Modern Communications and Spread Spectrum, McGraw Hill Book Company, Singapore [12] Erwin, Robert M, Pengantar Telekomunikasi, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, [13]. BIODATA PENULIS Bambang Sugiyono, terlahir di kota Semarang pada tanggal 21 Oktober Telah menjalani pendidikan di Taman Kanak-Kanak Budi Luhur Semarang, Sekolah Dasar Negeri Kalibanteng Kidul 02, Sekolah Dasar Negeri Lebdosari 02, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 19 Semarang, Sekolah Menengah Umum Negeri 3 Semarang. Dan sekarang tengah menyelesaikan pendidikan Strata Satu di Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia. 5.2 Saran 1. Jika diinginkan untuk aplikasi yang membutuhkan komunikasi jarak yang lebih jauh, dapat digunakan TLP434 0,5 W yang memiliki daya pancar yang lebih kuat daripada TLP434A. 2. TLP434 dan RLP434 dapat digunakan pada aplikasi lain, seperti pada remote kontrol, pembuka garasi otomatis, sistem alarm mobil dan lain - lain. DAFTAR PUSTAKA [1] Coughlin, F. Robert, Penguat Operasional dan Rangkaian Terpadu Linear, Diterjemahkan oleh Herman Widodo S, Erlangga, Jakarta, [2] Millman, Halkias, Elektronika Terpadu, Erlangga, Jakarta, [3] Schwartz, Mischa, Transmisi Informasi, Modulasi dan Bising, Erlangga, Jakarta, [4] Sudjadi, Teori dan Aplikasi Mikrokontroler, Aplikasi pada Mikrokontroler AT89C51, Graha Ilmu, Yogyakarta, [5] Setiawan Rachmad, Mikrokontroler MCS-51, Graha Ilmu, Yogyakarta, [6] Putra, Agfianto Eko, Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55 Teori dan Aplikasi, Gaya Media, Yogyakarta, [7] Prasetia Ratna & Widodo, Edi Catur, Interfacing Port Pararel dan Port Serial komputer dengan Visual Basic 6.0, Penerbit Andi, Yogyakarta, [8] [9] Malvino, Paul Albert, Prinsip Prinsip Elektronika Jilid I, Diterjemahkan oleh Sahat Pakpahan, Erlangga, Jakarta, [10] Wasito, S, Vademekum Elektronika Edisi Kedua, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Menyetujui, Dosen Pembimbing I, Achmad Hidayatno, ST, MT NIP Dosen Pembimbing II, Yuli Christiyono, ST, MT NIP

2 Berdasar pengujian diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 8 Pengujian sistem keseluruhan No. Kondisi Kondisi LED S1 SW1 SW2 SW mati mati mati mati mati hidup mati mati mati mati hidup hidup hidup mati hidup hidup hidup hidup hidup hidup mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati * kondisi 0 pada S1, SW1, SW2, SW3 adalah kondisi saat saklar dihubungkan(ditekan), kondisi 1 adalah saat saklar terbuka (dilepas). Berdasar Tabel 8 pada nomor 6 sampai 10 terlihat kondisi LED semuanya mati, hal ini disebabkan karena kondisi SW2 dan SW3 yang berbeda. Maka dapat disimpulkan bahwa jika bit alamat dari HT12E dan HT12D berbeda, komunikasi tidak dapat terjadi karena jika pada HT12D mendeteksi bit alamat yang tidak sesuai dengan bit alamat yang dimilikinya, pengkodean berhenti pada HT12D sehingga LED tidak menerima tegangan atau mati. Sedangkan pada nomor 11 sampai 18 kondisi LED semuanya juga mati, dengan nilai S1(TE) pada kondisi 1. Hal ini terjadi karena saklar TE merupakan pengontrol apakah data yang telah dikodekan HT12E akan ditransmisikan atau tidak dan TE bersifat aktif low, sehingga aktif jika diberikan kondisi 0 atau saklar dalam posisi diketanahkan. Dari pengujian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa yang mempengaruhi komunikasi ini dapat dilakukan adalah kondisi TE harus 0, bit alamat antara HT12E dan HT12D harus sama, nilai Rosc dari HT12E sekitar 50 kali dari Rosc HT12D. Jarak antara pemancar dan penerima tidak lebih dari 110 m. 14

3 Tabel 6 Pengukuran tegangan sebelum rangkaian transistor Tegang Tegangan paralel (V) No. Data -an serial (V) ,447 0, , , , , , ,0001 0,787 0, , , , , , , ,788 0, , ,562 0,551 0, ,500 1, ,583 0, , ,585 0, , ,652 0, ,550 0, ,583 0,790 0, ,650 0,550 0, , ,652 0,550 0,552 0, ,700 0,420 0,421 0,425 0,430 Berdasar Tabel 6 terlihat bahwa nilai tegangan paralel besarnya rata-rata 5 volt untuk data 1, sedangkan pada Tabel 6 besarnya merupakan pembagian secara merata dari tegangan serialnya. Hal ini terjadi karena transistor yang berfungsi sebagai penguat dengan penguatan yang besarnya adalah sebagai berikut : Av = Vo/Vi Dengan Av adalah penguatan tegangan Vo adalah tegangan masukan Vi adalah tegangan keluaran Maka untuk data urut ke-2 nilai Av Av = Vo/Vi = 5/1,515 = 3,3 kali Tabel 7 Pengukuran penguatan tegangan No. Data Tega ngan serial (V) 1 Penguatan (kali) , , , , , , , , , , , , , , , , ,500 3, , ,583 6, , ,585 6, , ,652 9, , ,583 6, , ,650 9, , ,652 9, , ,700 11, ,700 Berdasar Tabel 7 di atas terlihat pada data 0001 terjadi penguatan sebesar 3,30 kali, lalu saat data 0101 terjadi penguatan rata-rata 6,3 kali. Pada data 1101 penguatan rata-rata sebesar 9,1 kali dan data 1111 penguatan sebesar 11,8 kali. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah alat yang dikendalikan, maka semakin besar penguatan yang dibutuhkan dan penguatan dibatasi hingga level tegangan 5 volt. 4.8 Pengujian sistem keseluruhan Pengujian sistem secara keseluruhan dilakukan setelah masing-masing blok diuji terlebih dahulu. Berikut ini adalah gambar pengujian sistem secara keseluruhan. Gambar 34 Rangkaian Pemancar Gambar 35 Rangkaian Penerima 13

4 cara yang lain. Pada kesempatan ini pengujian RLP434A dilakukan seperti gambar di bawah ini: Sinyal Uji Pemancar Penerima OSILOSKOP CHA CHB Keluaran Gambar 32 Pengujian RLP434A Pada pengujian ini, RLP434A diuji dengan beberapa variasi data masukan. Pertama, alamat HT12E diatur pada kondisi yang sama yaitu dan DIP switch 4 bit yang terhubung dengan HT12E diberikan masukan dengan urutan data biner , maka seharusnya pada osiloskop juga terlihat urutan data biner yang sama. Pada osiloskop dapat dilihat hasil seperti ini. Gambar 33 Hasil pengujian RLP434A dengan masukan Ternyata data yang diterima benar, dengan demikian RLP434A dapat berfungsi dengan baik 4.5 Pengujian fungsi address dekoder Pada enkoder HT12E dan dekoder HT12D terdapat bit address yang berfungsi agar data yang diterima merupakan data yang dikirim dari pasangan enkoder dan dekoder yang diinginkan. Dengan demikian, keamanan data terjamin dari adanya interferensi dari pihak lain, sehingga data yang diterima dekoder adalah data yang benar - benar dikirim dari enkoder yang merupakan pasangan dekoder tersebut. Pengujian dilakukan dengan mengamati gelombang hasil keluaran pada HT12D dengan menggunakan osiloskop. Hasil pengamatan osiloskop dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3 Hasil pengujian fungsi address data No. HT12E HT12D address data address data Tabel 3 merupakan pengujian yang dilakukan dengan variasi bit data dan address, pada pengujian ke-1 hingga ke-8, nilai bit address dari HT12E dan HT12D sama. Data yang dikirim HT12E dan data yang diterima HT12D juga sama. Pada pengujian ke-9 hingga ke-16, nilai address antara HT12E dan HT12D tidak sama sehingga data yang dikirim HT12E tidak dapat diterima HT12D dan menunjukkan nilai awal data HT12D yaitu Hal ini membuktikan bahwa dengan adanya pengaruh terhadap ketidakcocokan address HT12E dan HT12D, dengan demikian dapat dimanfaatkan menambah keamanan data yang ditransmisikan. 4.6 Pengujian Jarak Jarak pancar TLP434A mencapai 100 m, pada pegujian yang dilakukan pada beberapa tempat, hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini : Tabel 4 Pengujian jarak No Perkiraa Kondisi data Letak pemancar Letak penerima. n jarak yang diterima 1 Lab. KPS Lab. Kom. 5 m Sesuai 2 Lab. KPS Lab. Elka 6 m Sesuai 3 Lab. KPS Lab. Power 15 m Sesuai 4 Lab. KPS HME 20 m Sesuai 5 Lab. KPS Ruang B m Sesuai 6 Lab. KPS Lab Power lt3 12 m Sesuai 7 Lab. KPS luar Pos parkir 108 m Sesuai 8 Pos parkir Lab. KPS 112 m Sesuai Berdasar Tabel 4 diketahui bahwa jarak pancar TLP mencapai sekitar 100 m, hal ini terjadi pada kondisi yang tidak LOS (Line Of Sight). Jika dilakukan pada kondisi LOS maka jarak pancar TLP434A dapat mencapai hingga 130 m. 4.7 Pengujian pengaruh adanya penambahan transistor Adanya rangkaian transistor yang dipasang setelah pin data pada HT12D mempunyai fungsi sebagai saklar dan penguat tegangan. Hal ini dilakukan karena pada proses perubahan dari serial ke paralel yang terjadi, HT12D membagi tegangan serial sehingga perlu adanya penguatan. Berikut ini data hasil pengukuran tegangan setelah adanya rangkaian transistor : Tabel 5 Pengukuran tegangan setelah rangkaian transistor Tegang Tegangan paralel (V) No. Data (V) -an serial ,447 0, , ,514 0, , , , ,0001 0, ,584 0, , ,580 0, , , ,583 5, , ,652 5, , , , ,652 5, , ,01 5 5

5 Tabel 2 Hasil pengujian HT12D No. Masukan HT12E AD8-AD11 LED 1 LED 2 LED 3 LED mati mati mati mati mati mati mati hidup mati mati hidup mati mati mati hidup hidup mati hidup mati mati mati hidup mati hidup mati hidup hidup mati mati hidup hidup hidup hidup mati mati mati hidup mati mati hidup hidup mati hidup mati hidup mati hidup hidup hidup hidup mati mati hidup hidup mati hidup hidup hidup hidup mati hidup hidup hidup hidup 4.3 Pengujian TLP434A Untuk mengetahui bahwa TLP434A dapat mengirimkan data dengan baik, maka terlebih dahulu harus dilakukan pengujian terhadapnya. Cara menguji modul RF biasanya dapat dilakukan dengan memberikan logika 1 atau 0 pada modul transmitter, kemudian gelombang tersebut diterima oleh modul receiver dan keluarannya juga 1 atau 0 sesuai dengan logika yang dikirimkan. Pada modul-modul tertentu hal tersebut tidak dapat dilakukan, karena adanya batas kecepatan minimal di dalam pengiriman data. Modul TLP434 tidak dapat diuji dengan cara memberikan logika 1 atau 0 saja, tetapi harus diberikan pulsa. Sumber pulsa dapat bermacam - macam antara lain, dari Function generator, Timer, dan lain-lain. (a) (b) Gambar 30 Sinyal uji (a)dari HT12E; (b)dari function generator (a) OSILOSKOP CHA CHB Sinyal Uji Pemancar Penerima Keluaran Gambar 29 Pengujian TLP434A dengan RLP434 dan osiloskop Pada pengujian ini, sinyal uji menggunakan gelombang kotak dengan dua variasi, yaitu mengunakan gelombang kotak keluaran HT12E dan yang kedua dari function generator. Pada osiloskop terlihat gelombang kotak yang dikirim seperti Gambar 30 dan Gambar 31 menunjukkan gelombang diterima. (b) Gambar 31 Sinyal keluaran (a)dari HT12E; (b)dari function generator Berdasar Gambar 30 dan Gambar 31 terlihat bentuk gelombang hampir sama, hal ini menunjukkan bahwa TLP434A telah dapat mengirimkan data sesuai dengan yang diinginkan. Adanya sedikit perbedaan dikarenakan adanya rugi-rugi derau. 4.4 Pengujian RLP434A Sebenarnya pengujian RLP434A juga sudah teruji seiring dengan pengujian TLP434A dengan menggunakan osiloskop, namun untuk lebih menyakinkan, maka dilakukan pengujian lagi dengan 11

6 sampai dengan V DD atau pin dibiarkan terbuka untuk mendapatkan kondisi high "1". Pin dihubungkan ke ground untuk mendapatkan kondisi low "0" dan pada pengujian ini digunakan DIP switch 4 bit yang dihubungkan ke pin AD8, AD9, AD10, AD11 pada HT12E sebagai masukan pengkondisi. Kemudian pada pin D OUT pada HT12E ditinjau keluarannya dengan menggunakan osiloskop, seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini : DIP Swicth HT12E OSILOSKOP CHA CHB Keluaran Gambar 27 Pengujian HT12E Pada saat DIP switch diatur pada kondisi high "1" pada pin AD8 sampai dengan AD11 dan pin TE diketanahkan untuk mendapatkan kondisi 0 karena TE aktif low, pada osiloskop menunjukkan seperti Gambar 28 berikut : (a) 4.2 Pengujian dekoder HT12D Setelah dilakukan pengujian terhadap enkoder HT12E maka perlu dilakukan pengujian terlebih dahulu pada blok dekoder HT12D. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari kesalahan penerimaan data. Pengujian pada dekoder ini dilakukan dengan cara memberi masukan data pada pin AD8, AD9, AD10, AD11 pada HT12E kemudian dilihat hasil keluaran dari HT12D. Data masukan berupa tegangan atau pin dibiarkan terbuka untuk mendapatkan kondisi high "1". Pin dihubungkan ke ground untuk mendapatkan kondisi low "0" dan pada pengujian ini digunakan DIP switch 4 bit yang dihubungkan ke pin AD8, AD9, AD10, AD11 pada HT12E sebagai masukan pengkondisi. Kemudian pada pin D OUT pada HT12E langsung dihubungkan dengan pin D IN pada HT12D, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.1 di bawah ini. DIP Swicth HT12E DIP Swicth A0-A7 HT12D Keluaran Gambar 4.5 Pengujian HT12D Pada saat DIP switch diatur pada kondisi high "1" pada pin A0 sampai dengan A7 pada LED menunjukkan seperti Tabel 4.1 berikut : Tabel 2 menunjukkan hasil pengujian HT12D. Pada hasil pengujian yang pertama (pada Tabel 4.1 no.1) dapat dilihat kondisi masukan pada pin AD8 sampai dengan AD11 adalah low (0). LED menunjukkan keadaan mati semua, hal ini berarti data masukan seharusnya , jadi data yang dikirim telah diterima dengan benar. Pada tabel no.14 DIP switch dikondisikan memberi masukan dengan urutan dari AD8 hingga AD11 adalah dan terlihat pada tabel bahwa nyala LED berurutan adalah hidup-hidup-mati-hidup, hal ini menunjukkan kondisi LEDbila diubah ke biner adalah , dengan demikian urutan data yang dikirimkan pertama mulai dari AD8 hingga AD11 telah diterima dengan benar. Selanjutnya dapat diketahui bahwa enkoder HT12D telah dapat berfungsi dengan baik sebagaimana yang diharapkan dan ketepatan penerimaan data 100 %, hal ini menunjukkan bahwa dekoder HT12D merupakan pasangan yang tepat untuk enkoder HT12E. (b) Gambar 28 Alamat= data=1111 (a) informasi lengkap (b) informasi tanpa periode pilot Gambar 28 menunjukkan urutan data yang dikirimkan mulai dari pertama, AD8 hingga AD11 menunjukkan kondisi masukan pada pin AD8 sampai dengan AD11 pada kondisi low "1" sedangkan kondisi alamat pada Berdasar Gambar 28 dapat disimpulkan bahwa dari kondisi masukan yang diberikan pada DIP switch dengan keluaran HT12E telah sesuai, maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa enkoder HT12E telah dapat berfungsi dengan baik sebagaimana yang diharapkan. 10

7 akan tetap sama hingga data yang baru diterima. Keluaran bit data merupakan data paralel 4 bit yang nantinya akan digunakan untuk mengendalikan peralatan listrik rumah. Data paralel keluaran dari HT12D dapat langsung dihubungkan ke plant, namun karena perubahan dari data serial ke paralel terjadi pembagian tegangan, maka diperlukan rangkaian transistor seperti Gambar 24. sehingga alat elektronik yang terhubung pada saklar tersebut menjadi hidup. Berikut ini diagram alir penerima : mulai Antena menerima data terkirim Data diterima RLP434A RLP434A mendemodulasi data HT12D meninjau bit alamat Bit alamat sudah sesuai? tidak ya Gambar 24 Rangakaian transistor sebagai saklar Dari rangkaian transistor kemudian data dikirim ke plant dengan rangkaian seperti pada Gambar 25 yang menggunakan sistem pemutus tegangan dengan transistor yang digunakan sebagai saklar. Pada saat transistor mencapai keadaan jenuh, arus akan mengalir dari basis ke kolektor. Sebaliknya saat transistor mencapai keadaan cut-off arus mengalir dari basis ke emitter. HT12D mengkodekan data Rangkaian transistor menguatkan tegangan Data dikirim ke plant Plant menampilkan hasil peralatan yang difungsikan Plant menampilkan hasil seperti kondisi sebelumnya Gambar 26 Diagram alir penerima Gambar 25 Rangkaian plant Cara kerja rangkaian di atas adalah blok penerima meneruskan perintah berupa tegangan 5 volt atau tegangan 0 volt. Blok rangkaian transistor mempunyai empat jalur data, empat jalur data ini terhubung ke masing - masing terminal. Apabila keluaran dari rangkaian transistor memberikan tegangan 5 volt maka arus mengalir dari basis ke kolektor dan membuat emiter dan kolektor menjadi hubung tutup sehingga terdapat arus mengalir melewati saklar dan menggerakkan saklar tersebut, menyebabkan saklar yang mempunyai kondisi awal normally open menjadi close, IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM Setelah sistem nirkabel selesai dibuat selanjutnya perlu dilakukan pengujian dan analisis untuk membuktikan bahwa konsep - konsep telah diterapkan dan sistem dapat berfungsi seperti yang diharapkan. Pengujian dilakukan pada masing-masing blok yaitu pengujian HT12E dan HT12D, pengujian pemancar TLP434A dan bagian penerima RLP434A, jarak yang dapat dijangkau, analisis fungsi bit alamat sebagai keamanan, analisis fungsi transistor sebagai penguat. 4.1 Pengujian enkoder HT12E Sebelum dilakukan pengujian terhadap modul TLP434A perlu dilakukan pengujian terlebih dahulu pada blok enkoder HT12E. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari adanya kesalahan dalam pengiriman data. Pengujian blok ini adalah dengan cara memberi masukan data pada pin AD8, AD9, AD10, AD11 pada HT12E. Data masukan dapat berupa tegangan sebesar 0,8V DD 9

8 kemudian pin VT pada kondisi high dan hal ini berarti data yang diterima sudah tepat. Gambar 20 Rangkaian blok penerima RLP434A Setelah data pancarkan oleh TLP434A, data mengalami transmisi kemudian untuk memperoleh data tersebut digunakan rangkaian penerima. RLP434A merupakan pasangan TLP434A yang dapat digunakan untuk menerima data yang dikirim TLP434A dan juga sebagai demodulator digital ASK. Data diterima oleh antena penerima diteruskan ke RLP434A melewati pin 8 kemudian data yang diterima diproses oleh RLP434A dan didemodulasikan sehingga diperoleh data digital yang selanjutnya akan dikirimkan ke HT12D untuk proses pendekodean data. Keluaran RLP434A ini dapat berupa data digital ataupun linier, namun pada aplikasi ini yang dibutuhkan adalah keluaran data digital. Konfigurasi pin RLP434A ditunjukkan Gambar 21. Gambar 22 Blok Diagram HT12D Jika kode bit alamat tidak sama, maka kondisi keluaran tetap sama seperti halnya keluaran sebelumnya, kemudian HT12D siap menerima data berikutnya dari RLP434A, kemudian meninjau lagi bit alamat 3 kali berturut - turut. Data yang baru ditandai dengan adanya sinyal sinkronisasi, sehingga apabila diterima runtutan data dengan sinyal sinkronisasi yang baru dari sebelumnya maka data tersebut merupakan data baru yang siap diolah dan dikodekan HT12D. Berikut ini diagram alir dari proses yang terjadi dalam HT12D : Pin 1 : pertanahan Pin 2 : keluaran data digital Pin 3 : keluaran linier Pin 4 : vcc Pin 5 : vcc Pin 6 : pertanahan Pin 7 : pertanahan Pin 8 : antena Gambar 21 RLP434A Data keluaran dari RLP434A tersebut kemudian dikirim ke dekoder 12 bit HT12D yang pada akhirnya diperoleh keluaran data paralel 4 bit yang sebelumnya dilatch oleh HT12D. selain itu data validasi / dari pin VT di HT12D yang mengisyaratkan bahwa data yang diterima sesuai dengan data yang sebelumnya telah dikodekan oleh HT12E Dekoder 12 bit HT12D HT12D merupakan dekoder yang merupakan seri CMOS LSIs yang dapat dimanfaatkan untuk sistem kendali jarak jauh. HT12D dapat mendekodekan informasi 12 bit yang berisi 8 bit sebagai bit alamat dan 4 bit sebagai bit data. Pada penerimaan dekoder mengisyaratkan 8 bit pertama sebagai bit alamat dan 4 bit selanjutnya sebagai bit data. Sinyal dari pin DIN mengaktifkan oscillator pada saat mendekodekan bit alamat dan bit data yang diterima. Dekoder akan meninjau bit alamat yang diterima 3 kali berturut-turut. Jika kode bit alamat telah sama dengan bit alamat HT12D, bit data didekodekan, Gambar 23 Diagram alir HT12D Bit data yang keluar dari pin Dout sebelumnya telah dilatch terlebih dahulu sehingga pada keluaran data 8

9 3.2.1 Enkoder 12 bit HT12E HT12E mengkodekan informasi yang berisi 8 bit alamat dan 4 bit data. Setiap alamat atau data masukan diatur dalam kondisi salah satu dari dua kondisi logika (0 atau 1). Pada saat TE aktif low maka enkoder ini memulai dengan mentransmisikan sekumpulan 4 word secara berulang. Peredaran ini akan berulang terus selama TE terjaga pada kondisi low Berikut ini timing diagram transmisi HT12E seperti pada Gambar 11. Gambar 15 Timing diagram transmisi HT12E Gambar 16 Bentuk gelombang bit data/alamat HT12E Gambar 16 menunjukkan bentuk gelombang bit alamat atau data dengan tiap kondisi 1 atau 0 memiliki periode gelombang 3 kali dari periode fosc. Status bit alamat atau data dapat diatur high atau low. Jika TE aktif low enkoder akan memindai dan kemudian mentransmisikan keadaan dari 12 bit dari bit alamat dan data secara serial. Pada saat pengiriman informasi, bit-bit ini ditransmisikan dengan didahului bit untuk sinkronisasi. Jika Te aktif high maka HT12E berada pada kondisi standby dengan mengkonsumsi arus kurang dari 1 µa untuk supply sebesar 5 V. Diagram alir HT12E adalah sebagai berikut : TLP434A Setelah data dikodekan oleh HT12E, data dikirim ke TLP434A melalui pin 2 dari TLP434A. Konfigurasi pin TLP434A ditunjukkan pada Gambar 18. Pin 1 : pertanahan Pin 2 : masukan data Pin 3 : vcc Pin 4 : antena Gambar 18 TLP434A Data yang dikirim HT12E ke TLP434A kemudian dimodulasi ASK dan dipancarkan dengan daya pancar 14 dbm atau 25,12 mw. Hal ini dapat dilihat dari kurva di bawah ini yang merupakan kurva hubungan antara tegangan, arus dan daya pancar TLP434A. Karena Vdd yang digunakan adalah 5 V, maka daya pancarnya adalah sekitar 25 mw. Diagram alir Pemancar Mulai Data dari komputer Dikodekan HT12E Dimodulasi ASK oleh TLP434A Dipancarkan TLP434A Diarahkan antena Ada perubahan data dari komputer? Ya Tidak Tetap mengirim data sebelumnya Gambar 19 Diagram alir pemancar Gambar 17 Diagram alir HT12E 3.3 Penerima Sistem penerima yang digunakan pada Tugas Akhir ini merupakan perpaduan antara HT12D sebagai dekoder dan modul RLP434A sebagai penerima dan demodulator ASK (Amplitude Shift Keying). Rangkaian blok penerima dapat dilihat pada Gambar 20. 7

10 Tabel 1 Pembagian frekuensi Nama Frekuensi Panjang Gelombang Very Low Frequency VLF < 30 KHz >10 km Low Frequency LF KHz 1 10 km Medium Frequency MF KHz km High Frequency HF 3 30 MHz m Very High Frequency VHF MHz 1 10 m Ultra High Frequency UHF MHz cm Super High Frequency SHF 3 30 GHz 1 10 cm Extremely High Frequency EHF GHz 1 10 mm III PERANCANGAN ALAT Sistem Nirkabel yang digunakan terdiri dari 2 bagian utama, yaitu : Modul pemancar ASK dan modul Penerima ASK. Modul pemancar ASK terdiri dari 3 bagian utama, yaitu : enkoder dan TLP434A sebagai modulator sekaligus pemancar ASK dengan frekuensi 434 MHz. Modul penerima ASK terdiri dari dekoder dan RLP434A sebagai demodulator sekaligus penerima ASK 434 MHz. adapun diagram untuk sistem nirkabel ini ditunjukan oleh Gambar 3.1 Komputer Enkoder TLP434A (a) (b) Gambar 13 Blok Diagram Sistem Nirkabel (a).bagian Pemancar (b).bagian Penerima antena 3.1 Komputer Pengenalan Ucapan Perancangan program pengenalan ucapan sebagai pengaktif peralatan elektronik ini menggunakan bahasa pemrograman Matlab Program ini diawali dengan perekaman dan penyimpanan basisdata terlebih dahulu. Basisdata utama sendiri terdiri dari dua buah basisdata yaitu basisdata angka dan basisdata perintah. Perekaman basisdata utama dilakukan dengan bantuan program Cool Edit Pro 2, untuk perekaman basisdata alat dilakukan dengan menggunakan perintah matlab 7.01 secara langsung. Parameter parameter inilah yang nantinya digunakan untuk membedakan satu kata dengan kata yang lain. Parameter HMM didapatkan melalui lima tahap, yaitu memasukkan runtun observasi hasil dari proses ekstraksi ciri, memilih state, inisialisasi parameter HMM, pelatihan HMM, pelatihan HMM digunakan untuk mendapatkan parameter yang lebih baik, dan penyimpanan parameter. Setelah itu dilakukan runtun observasi, inisialisasi parameter HMM, dan pelatihan parameter HMM. Setelah ucapan dikenali dan diperoleh data, maka data tersebut dikirimkan ke pemancar melewati port paralel Proses Pengiriman Data Melewati Port Paralel Proses pengiriman data dengan menggunakan port paralel yang sebelumnya port paralel tersebut perlu didaftarkan terlebih dahulu. Untuk mendaftarkan port paralel yang sudah tersedia di belakang panel komputer, menggunakan instruksi seperti di bawah ini : out = daqregister('parallel'); dio = digitalio('parallel','lpt1'); Data Acquisition Toolbox menyediakan akses ke sistem cadangan melalui objek digital I/O. Dengan perintah digitalio membuat objek Matlab yang dapat mewakili sistem digital I/O. Langkah selanjutnya menghubungkan line perangkat keras dengan objek digital I/O. Menambahkan line dengan menggunakan instruksi seperti di bawah ini : lines = addline(dio,0:7,'out'); Perintah tersebut bertujuan menentukan pin operasi untuk mengirimkan data keluaran pada data pin 0 sampai data pin 7 pada port paralel yang telah terdaftar. Setelah menentukan pin operasi, selanjutnya pin-pin operasi tersebut diberikan logika 1/0 dengan perintah putvalue, logika 1 dipakai untuk menghidupkan peralatan elektronik dan logika 0 untuk mematikan peralatan elektronik yang terpasang. Senarai program pemberian logika pada tiap pin operasi adalah sebagai berikut: putvalue(dio,[ ]); Setelah itu nilai-nilai tersebut akan disimpan dalam file bernama perintah, pada saat akan menghidupkan atau mematikan perangkat elektronik yang terpasang mengacu pada kondisi pin operasi terakhir yang tersimpan. 3.2 Pemancar Sistem Pemancar yang digunakan pada Tugas Akhir ini merupakan perpaduan antara HT12E sebagai enkoder dan modul TLP434A sebagai modulator ASK dan pemancar. Data yang diterima dari komputer dikodekan oleh enkoder 12 bit HT12E kemudian dikirim ke TLP434A untuk dimodulasikan secara digital dengan teknik modulasi ASK (Amplitude Shift Keying) kemudian dipancarkan. Rangkaian pemancar yang digunakan adalah sebagai berikut : Gambar 14 Rangkaian blok Pemancar 6

11 Gambar 10 HT12E-18 DIP-A HT12E merupakan enkoder yang merupakan seri CMOS LSIs untuk sistem kendali jarak jauh. HT12E dapat mengkodekan informasi yang berisi N jumlah bit alamat dan 12-N bit data. Dalam Tugas Akhir ini digunakan 8 bit sebagai bit alamat dan 4 bit sebagai bit data. Setiap bit alamat atau data masukan dapat diatur dalam kondisi salah satu dari dua kondisi logika. Pada saat TE aktif low, maka enkoder ini memulai dengan mentransmisikan sekumpulan 4 word secara berulang. Peredaran ini akan berulang terus selama TE terjaga pada kondisi low. Pada saat TE high, enkoder melengkapi kumpulan terakhirnya dan berhenti Dekoder 12 bit HT12D Gambar 11 HT12D-18 DIP-A HT12D dapat mendekodekan informasi yang berisi N jumlah bit alamat dan 12-N bit data dan dalam Tugas Akhir ini digunakan 8 bit sebagai bit alamat dan 4 bit sebagai bit data. Pada penerimaan dekoder mengisyaratkan N bit pertama sebagai bit alamat dan 12 N bit selanjutnya sebagai bit data, dengan N adalah jumlah kode alamat. Sinyal dari pin DIN mengaktifkan oscillator disaat mendekodekan bit alamat dan bit data yang diterima. Dekoder akan meninjau bit alamat yang diterima 3 kali berturut-turut. Jika kode bit alamat sama dengan bit alamat HT12D bit data didekodekan kemudian pin VT pada kondisi high dan hal ini berarti data yang diterima valid. Jika tidak sama maka kondisi keluaran tetap sama seperti keluaran sebelumnya lalu menerima data lagi dari RLP434A kemudian meninjau lagi bit alamat 3 kali berturut-turut. Bit data yang keluar dari pin Dout sebelumnya telah dilatch terlebih dahulu sehingga pada keluaran data akan tetap sama hingga data yang baru diterima. 2.7 Transistor [13] Prinsip kerja transistor adalah arus bias basis - emiter yang kecil mengatur besar arus kolektor - emiter. Ada tiga cara yang umum untuk memberi arus bias pada transistor, yaitu rangkaian CE (Common Emitter), CC 5 (Common Collector) dan CB (Common Base). Dengan menganalisa rangkaian CE akan dapat diketahui beberapa parameter penting dan berguna terutama untuk memilih transistor yang tepat untuk aplikasi tertentu. Rangkaian CE adalah rangkaian yang paling sering digunakan untuk berbagai aplikasi yang mengunakan transistor. Dinamakan rangkaian CE, karena titik ground atau titik tegangan 0 volt dihubungkan pada titik emiter. Gambar 12 Rangkaian CE Daerah Aktif dan Daerah Jenuh Daerah kerja transistor yang normal adalah pada daerah aktif, dimana arus I C konstan terhadap berapapun nilai V CE. Daerah kerja ini biasa juga disebut daerah linear (linear region). Daerah jenuh adalah mulai dari V CE = 0 volt sampai kira - kira 0,7 volt (transistor silikon), dan 0,3 volt (transistor germanium) yaitu akibat dari efek dioda kolektor - base yang mana tegangan V CE belum mencukupi untuk dapat menyebabkan aliran elektron Daerah Cut Off dan Daerah Breakdown Jika kemudian tegangan V CC dinaikkan perlahan - lahan, sampai tegangan VCE tertentu tiba - tiba arus IC mulai konstan. Pada saat perubahan ini, daerah kerja transistor berada pada daerah cut - off yaitu dari keadaan saturasi (OFF) lalu menjadi aktif (ON). Perubahan ini dipakai pada sistem digital yang hanya mengenal angka biner 1 dan 0 yang tidak lain dapat direpresentasikan oleh status transistor OFF dan ON. Transistor mengalami breakdown jika tegangan V CE lebih dari yang ditentukan, arus I C menaik dengan cepat sehingga transistor mengalami dadal. 2.8 Line Of Sight Line of sight merupakan suatu cara perpindahan gelombang elektromagnet pada satu garis pandang / garis lurus. Gelombang didifraksikan, dipantulkan, atau diserap oleh rintangan dan tidak dapat berpindah melewati horizon(garis yang memisahkan permukaan bumi dengan langit) atau belakang benda. Sinyal radio, pada frekuensi rendah (di bawah 2 MHz) dapat dipengaruhi oleh transmisi tanah sehingga terjadi difraksi yang besar, yang membiarkan photon untuk mengikuti lekukan tanah sepanjang garis lurus terpantul yang banyak. Jadi mengaktifkan sinyal radio AM yang daerah sekitarnya memiliki derau kecil dapat diterima dengan baik setelah antena pemancar diturunkan di bawah horizon.

12 Fungsi bit akhir adalah menyediakan waktu tunda sebelum karakter yang selanjutnya dapat mulai dikirimkan. Hal ini disebut transmisi asinkron mulaiberhenti. Bit akhir juga dapat membantu dalam pensinkronan kembali. Pada pentransimian secara sinkron, clock dipulihkan kembali sendiri - sendiri dari aliran data dan tanpa menggunakan bit awal dan bit akhir. Hal ini meningkatkan efisiensi transmisi pada kanal yang tepat, yaitu bit yang dikirim merupakan data yang berguna dan tidak merupakan suatu bingkai karakter. Transmisi asinkron tidak mengirimkan data ketika alat transmisi tidak mengirimkan data, sedangkan pada transmisi sinkron harus mengirimkan karakter pad untuk menjaga agar pemancar dan penerima tetap sinkron. Karakter pad yang biasa digunakan adalah karakter SYN, hal ini secara otomatis dilakukan oleh perangkat transmisi Karakteristik Sinyal Port Paralel Port paralel adalah port yang pada umumnya digunakan sebagai port penghubung dengan printer. Port paralel juga dapat digunakan untuk keperluan lain, karena port paralel dapat digunakan untuk data in dan data out. Port PC dan PS hanya beberapa bit yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan interfacing. Port DP terdapat delapan bit yang dapat dimanfaatkan. Port PC digunakan untuk baca atau tulis, PS adalah port yang digunakan hanya untuk baca (read only), sedangkan port DP digunakan untuk baca atau tulis. Gambar 7 menunjukkan konfigurasi port paralel DB-25 female yang dapat ditemukan di belakang PC. TLP434A merupakan suatu modul pemancar buatan Laipac Technology, Inc. yang di dalamnya terkandung suatu rangkaian modulator digital ASK dan rangkaian pemancar. TLP434A ini memiliki 4 pin antara lain pin untuk ground, pin untuk data masukan, pin untuk Vcc dan pin ke antena. TLP434A biasanya difungsikan pada frekuensi 315 MHz, 418MHz, dan 433,92 MHz dengan tegangan operasi antara 2 VDC hingga 12 VDC. Berikut gambar dari TLP434A : Gambar 8 TLP434A RLP434A RLP434A merupakan suatu modul buatan Laipac Technology, Inc. yang di dalamnya terkandung suatu rangkaian penerima dan demodulator digital ASK. RLP434A ini memiliki 8 pin antara lain pin untuk ground, pin data keluaran digital, pin data keluaran linier, pin untuk Vcc dan pin dari antena. RLP434A biasanya difungsikan pada frekuensi 315 MHz, 418 MHz, dan 433,92 MHz dengan tegangan operasi antara 3,3 VDC hingga 6 VDC. Keluaran RLP434A ini dapat berupa data digital ataupun linier, namun yang dibutuhkan keluaran data yang digital. Berikut gambar dari RLP434A : Gambar 7 Konfigurasi Port Paralel DB-25 female 2.5 Komunikasi Nirkabel Komunikasi nirkabel merupakan suatu komunikasi antara beberapa pihak dengan media transmisi tanpa melalui kabel atau kawat. Sinyal informasi (suara, data atau text) ditumpangkan pada gelombang radio untuk disampaikan ke tempat tujuan. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya suatu pemancar dan penerima TLP434A Gambar 9 RLP434A Kinerja pada sistem komunikasi banyak ditentukan oleh kemampuan bagian receiver (penerima) dalam mengolah kembali sinyal yang diterima dari transmitter (pengirim). Kemampuan penerima untuk mengolah informasi yang terdapat pada gelombang pembawa akan menentukan kualitas kemampuan sistem komunikasi tersebut. Dari seluruh pesan (dalam hal ini bit atau simbol) yang dikirim pemancar, beberapa bagian diterjemahkan secara benar oleh penerima dan beberapa bagian salah. Bagian yang salah dalam satu satuan waktu (detik) disebut sebagai persen kesalahan per detik atau lebih dikenal sebagai bit error rate (BER). Besarnya bagian yang salah dari seluruh bit yang diterima disebut sebagai prosen error. Kemungkinan kesalahan yang terjadi dari sejumlah bit yang dikirimkan lebih dikenal sebagai probability of error (ada juga yang menyebut bit error probability ) atau disingkat sebagai Pe. Nilai Pe ini selanjutnya digunakan sebagai salah satu kriteria dari kinerja sistem komunikasi digital. Semakin kecil nilai Pe, maka semakin bagus kinerja yang dimiliki sistem komunikasi tersebut. 2.6 Enkoder dan Dekoder Enkoder 12 bit HT12E 4

13 Gambar 3 Demodulator MASK Gambar 2 merupakan modulator MASK sedangkan Gambar 3 merupakan demodulator ASK. 2.2 Tapis Pelewat Frekuensi Rendah (Low Pass Filter / LPF) [1] Dalam telekomunikasi, penyaringan (filtering) sinyal - sinyal diperlukan untuk memisahkan sinyal yang dikehendaki dari sinyal - sinyal yang lain. LPF berfungsi untuk melewatkan frekuensi dibawah frekuensi potong (f c, cut off) dan menahan frekuensi diatas frekuensi potong. Tapis yang sering digunakan adalah tapis aktif, karena memiliki beberapa keunggulan dibandingkan tapis pasif, yaitu: ada penguatan tegangan, impedansi masukan tinggi, tanpa kumparan (L), serta dapat dibebani dengan impedansi rendah. penerimannya adalah nol. Pengutuban horisontal (unsur - unsur antenanya sejajar dengan permukaan bumi) sedikit lebih menguntungkan daripada pengutuban vertikal, lebih efektif dalam menghindari derau, karena kebanyakan derau listrik buatan manusia adalah berpolarisasi vertikal. Oleh karena itu, pengutuban horisontal diterapkan terutama dalam komunikasi jarak jauh, sedangkan pengutuban vertikal digunakan terutama dalam komunikasi jarak dekat. Panjang antena marconi (antena ¼ λ) adalah f.λ=c. f p... (5) dengan f = frekuensi (Hz) λ = panjang gelombang (m) f p = faktor pendekatan c = kecepatan rambat gelombang elektromagnet dalam ruang (3x10 8 m/s) Antena Vertikal ( tampak atas) ¼? (a) (b) Gambar 4 (a) Tapis frekuensi rendah aktif. (b) respon keluaran Pada frekuensi rendah, kapasitor menjadi hubung buka dan rangkaian bekerja seperti penguat inverting dengan penguatan tegangan R / R 2 1. Jika frekuensi bertambah, reaktansi kapasitif berkurang sehingga menyebabkan penguatan tegangan turun (drop off). Jika frekuensi mendekati tak terhingga, kapasitor menjadi seperti dihubung singkat dan penguatan tegangan mendekati nol. Gambar 4(b) melukiskan respon keluaran. Sinyal keluaran maksimum pada frekuensi rendah. 2.3 Antena Dalam suatu sistem radio, gelombang elektromagnet merambat dari pemancar ke penerima melalui ruang bebas, sehingga diperlukan antena pada kedua ujung tersebut untuk keperluan penggandengan (coupling) antara pemancar dan penerima ke hubungan ruang bebas (space link). Pada rangkaian penerima, antena berfungsi untuk menangkap pancaran gelombang elektromagnet yang dihasilkan oleh pemancar. Antena akan beroperasi efektif kalau dimensinya sama dengan panjang gelombang isyarat yang hendak dipancarkan atau diterima, sehingga dalam dunia telekomunikasi tidak dipancarkan sinyal berfrekuensi rendah karena ukuran antena menjadi tidak praktis. Antena dua kutub ½ gelombang yang direntangkan secara horisontal (dinamai juga antena Hertz) dan antena ¼ gelombang vertikal (dinamai juga antena Marconi). Untuk antena vertikal, daya yang dipancarkan sama kuat ke atau dari segala arah, namun untuk arah ke atau dari perpanjangan kawat antena, pancaran atau penerimaannya adalah nol. Antena horizontal memancarkan atau menerima gelombang tidak sama kuat ke atau dari segala arah, namun untuk ke atau dari arah perpanjangan kawat antena, pancaran atau Gambar 5 Pola pancaran antena Marconi [9] 2.4 Komunikasi Data Tata Cara Komunikasi Data Serial [4][5][6][7] Komunikasi data secara serial dibagi menjadi dua jenis yaitu secara sinkron dan asinkron. Komunikasi data serial secara sinkron adalah komunikasi serial yang pengiriman datanya berdasarkan detak (clock), yaitu detak dikirimkan bersama - sama dengan data serial. Komunikasi data serial secara asinkron adalah komunikasi data serial yang pengiriman datanya berdasarkan baudrate sehingga tidak memerlukan sinyal detak untuk sinkronisasi, namun pengiriman data ini harus diawali dengan start bit dan diakhiri dengan stop bit seperti yang tampak pada Gambar 6. Mark Space Bit start Contoh : Karakter M = (paritas genap) Mark Space Bit start Data 7 bit Satu karakter Data 7 bit Bit Bit paritas stop Bit paritas Gambar 6 Transmisi serial asinkron [6] Bit stop UART (Universal Asynchronous Receiver / Transmitter) UART adalah suatu bentuk pemancar atau penerima yang tidak sinkron, suatu perangkat yang mentranslasikan data antara bentuk serial dan paralel. Pada pengiriman asinkron, UART mengirim bit awal, bit data yang panjangnya biasanya dari 5 sampai 8 bit, dan bit akhir (biasanya juga ada bit paritas sebelum bit akhir). 3

14 II DASAR TEORI 2.1 Modulasi Modulasi dapat diartikan dengan mengatur atau menyetel. Dalam bidang telekomunikasi, modulasi berarti mengatur suatu parameter dari suatu pembawa (carrier) berfrekuensi tinggi dengan pertolongan sinyal informasi yang berfrekuensi lebih rendah. Modulasi amplitudo juga berarti suatu bentuk modulasi dengan cara memvariasikan amplitudo sinyal pembawa secara proposional berdasarkan frekuensi sinyal masukan, dengan frekuensi sinyal pembawa tetap konstan. Tujuan utama dari proses modulasi adalah untuk mengefisiensikan dimensi antena, karena kebanyakan sinyal - sinyal informasi yang dikirimkan mempunyai orde kilohertz (khz). Radiasi elektromagnetis yang efisien menggunakan dimensi antena yang besarnya sama dengan panjang gelombang (λ) dari sinyal yang sedang dipancarkan. Hubungan antara frekuensi (f) dan panjang gelombang (λ) adalah: c = f λ... (1) Gelombang pembawa selalu berbentuk sinusoida, perubahan antara tegangan dan waktu dari gelombang dapat dinyatakan dengan Persamaan 2.2: e = Ec sin( ω c t + θ )... (2) Parameter - parameter yang dapat dimodulasi adalah: 1. Ec maks untuk modulasi amplitudo (AM) 2. f c (atau ω c =2πf c ) untuk modulasi frekuensi (FM) 3. θ untuk modulasi fasa (PM) Pada modulasi amplitudo, proses modulasi dilakukan dengan cara mengubah - ubah amplitudo gelombang pembawa sinusoidal. Sinyal yang memodulasi ditunjukkan oleh Persamaan 2.3 : e = Em sinω t... (3) m max max Modulasi ASK (Amplitude Shift Keying) Pada sebuah situasi, sinyal baseband yang ditransmisikan memiliki dua kemungkinan nilai informasi yaitu antara nol (0) dan satu (1). Karena kemungkinan nilai informasinya tersusun dari dua keadaan tersebut, maka selanjutnya sistem ini dikenal dengan ASK biner atau kadang lebih disukai dengan menyebutnya sebagai BASK yang merupakan singkatan dari binary amplitude shift keying. Bentuk sinyal termodulasi dalam hal ini dapat didekati dengan sebuah persamaan matematik: v(t) = Vc/2 [1 + mv m (t)]cos(2ω c t)... (4) dengan : v(t) = sinyal termodulasi Vc= amplitudo sinyal pembawa v m = sinyal pemodulasi yang bernilai 1 atau 0 m = indek modulasi ω c = 2µf c = frekuensi pembawa dalam nilai radian c 2 Dihasilkan dua bentuk sinyal, dengan nilai v m (t) = 0 atau 1 untuk mengirimkan nilai informasi biner nol (0) atau satu (1). v m (t) bisa juga bernilai 1 atau 1, sehingga dapat dipertimbangkan sebagai data bipolar ternormalisasi. Indek modulasi (m) dapat bernilai 0< m < 1. (a) (b) (c) Gambar 1 Bentuk gelombang ASK dengan indek modulasi (a) m = 0 (b) m = ½ (c) m = M - ary ASK Sistem binary ASK memiliki dua macam amplitudo yang mungkin membawa informasi, yaitu high untuk nilai informasi 1 dan low untuk nilai informasi 0. Hanya satu bit untuk setiap pengiriman sebuah simbol. Untuk meningkatkan laju bit, dapat dilakukan dengan cara mengirimkan lebih dari satu bit untuk setiap simbol yang akan dikirimkan, sehingga tidak perlu memperbesar lebar pita pada sistem komunikasi yang digunakan. Karena tetap menggunakan teknik dasar ASK dan setiap simbol tersusun lebih dari satu bit, teknik ini dikenal sebagai M - ary ASK. Dengan M menyatakan banyaknya kemungkinan amplitudo yang digunakan untuk mewakili setiap informasi yang dikirimkan. Nilai M ini berkaitan dengan jumlah bit/simbol yang dikirimkan. Gambar 2 Modulator MASK

15 IMPLEMENTASI SISTEM NIRKABEL MENGUNAKAN TLP434 DAN RLP434 PADA SISTEM PENGAKTIF PERANGKAT ELEKTRONIK MENGGUNAKAN SUARA Bambang Sugiyono (L2F ) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Semarang, Indonesia Abstrak Pengolahan sinyal digital sekarang diaplikasikan pada banyak bidang seperti biomedical, navigasi, telekomunikasi, pengolahan suara dan musik, serta pengolahan video dan gambar. Pengenalan suara dapat diimplementasikan pada sebuah sistem kelistrikan rumah, maka nantinya diharapkan sistem kelistrikan rumah akan lebih mudah. Dalam Tugas Akhir ini akan dibuat implementasi sistem nirkabel yang diterapkan pada pengolahan suara untuk mengaktifkan sistem kelistrikan rumah. Pada program terdapat identifikasi suara pemilik rumah dan keluarganya yang nantinya disimpan dalam database sebagai data uji. Teknik pengenalan ini sering disebut speech identification. Metode yang akan digunakan dalam pengenalan suara ialah LPC (Linear Predictive Coding) sebagai penghasil vektor ciri. LPC dapat dengan fleksibel dikombinasikan dengan HMM (Hidden Markov Model) yang berfungsi sebagai pembanding pola. Data hasil pengenalan dikodekan HT12E dan ditransmisikan pemancar, kemudian penerima menerima data, HT12D mendekodekan data tersebut. Data yang telah didekodekan berguna sebagai pengaktif suatu plant,misal lampu, radio, kipas angin, dan sebagainya. Pada pengujian diperoleh bahwa HT12E telah dapat digunakan untuk mengkodekan data dan HT12D mendekodekan data. Pada pengujian, TLP434A telah dapat memodulasi data secara ASK (Amplitude Shift Keying) dan memancarkan data tersebut. RLP434A dapat menerima data tersebut dan mendemodulasikan data yang diterima. Dari pengujian diperoleh jarak komunikasi nirkabel yang dapat dilakukan sejauh 100 m. Pada pengujian, perbedaan bit alamat pada HT12E dan HT12D menyebabkan komunikasi tidak dapat dilakukan. I PENDAHULUAN Pengenalan suara telah menjadi suatu penelitian yang dilakukan di beberapa Laboratorium Suara di berbagai negara. Contoh nyata dari pendapat tersebut ialah telah ditemukannya banyak metode yang dipakai sebagai sarana pendekatan pemroses suara saat ini. Beberapa metode yang banyak dipakai dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu Metode Analisis Spektrum dan Pencocokkan Pola [1]. Dua kelompok besar tersebut masih terbagi ke dalam beberapa metode. Dalam analisis spektrum terdapat metode Fast Fourier Transform (FFT), Cepstral Analysis, dan Linear Predictive Coding (LPC). Sedangkan pada metode pencocokan pola dikenal Dynamic Time Warp (DTW) dan Hidden Markov Model (HMM). 1.1 Latar Belakang Saat ingin menyalakan kipas atau peralatan elektronik rumah tangga lainnya, seseorang yang dalam keadaan yang letih akan merasa membutuhkan orang lain untuk mengerjakannya. Salah satu solusinya adalah pengenalan suara yang diimplementasikan untuk mengaktifkan peralatan elektronik rumah tangga. Pengenalan suara digunakan metode Hidden Markov Model (HMM) dengan ekstraksi ciri Linear Predictive Coding (LPC). HT12E sebagai enkoder dan HT12D sebagai dekoder. TLP434A memodulasi data dari enkoder HT12E dan memancarkan data termodulasi. RLP434 sebagai penerima dan pendemodulasi ASK, kemudian dari RLP434A data dikirimkan ke HT12D. Data dari HT12D digunakan relay sebagai kondisi untuk mengaktifkan atau mematikan peralatan. Sehingga diharapkan suatu saat dapat mempermudah pengoperasian sistem kelistrikan rumah, misalkan untuk menyalakan lampu, kipas angin, radio, dan sebagainya. 1.2 Tujuan Tujuan dalam Tugas Akhir ini adalah mengimplementasikan sistem nirkabel dengan TLP434 dan RLP434 yang digunakan dalam pengaktifan sistem kelistrikan rumah dengan deteksi suara. 1.3 Pembatasan Masalah Dalam Tugas Akhir ini ada beberapa pembatasan masalah sebagai berikut : 1. Penelitian terlepas dari kondisi berderau. 2. Tidak membahas tentang pengenalan suara. 3. Pensinyalan TLP434 tidak dapat diketahui karena frekuensinya tinggi. 4. Menggunakan komunikasi paralel untuk antar muka dengan komputer. 1

APLIKASI PENGENALAN UCAPAN SEBAGAI PENGAKTIF PERALATAN ELEKTRONIK

APLIKASI PENGENALAN UCAPAN SEBAGAI PENGAKTIF PERALATAN ELEKTRONIK APLIKASI PENGENALAN UCAPAN SEBAGAI PENGAKTIF PERALATAN ELEKTRONIK Sinung Tegar P*, Achmad Hidayatno, ST, MT **, Yuli Christiyono, ST, MT ** Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM NIRKABEL PADA PENGENDALIAN ROBOT MOBIL PENGAKUISISI DATA SUHU

IMPLEMENTASI SISTEM NIRKABEL PADA PENGENDALIAN ROBOT MOBIL PENGAKUISISI DATA SUHU ABSTRAK Makalah Seminar Tugas Akhir IMPLEMENTASI SISTEM NIRKABEL PADA PENGENDALIAN ROBOT MOBIL PENGAKUISISI DATA SUHU Yus Octavian [1], Darjat, ST, MT [2], Ajub Ajulian Zahra, ST, MT [2] Jurusan Teknik

Lebih terperinci

APLIKASI PENGENALAN UCAPAN SEBAGAI PENGATUR KECEPATAN PUTARAN KIPAS ANGIN

APLIKASI PENGENALAN UCAPAN SEBAGAI PENGATUR KECEPATAN PUTARAN KIPAS ANGIN APLIKASI PENGENALAN UCAPAN SEBAGAI PENGATUR KECEPATAN PUTARAN KIPAS ANGIN Riva Anggara Yudha*, Achmad Hidayatno, ST, MT **, Ajub Ajulian Z, ST, MT ** Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

APLIKASI PENGENALAN UCAPAN SEBAGAI PENGATUR MOBIL DENGAN PENGENDALI JARAK JAUH

APLIKASI PENGENALAN UCAPAN SEBAGAI PENGATUR MOBIL DENGAN PENGENDALI JARAK JAUH APLIKASI PENGENALAN UCAPAN SEBAGAI PENGATUR MOBIL DENGAN PENGENDALI JARAK JAUH Muh. Widyanto Tri Saksono*, Achmad Hidayatno, ST, MT **, Ajub Ajulian Z, ST, MT ** Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU

Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU Adhe Ninu Indriawan, Hendi Handian Rachmat Subjurusan

Lebih terperinci

Perancangan Penerima Data EKG (Elektrokardiograf) Menggunakan Modulasi Digital FSK (Frequency Shift Keying) dan Modulasi Frekuensi (FM)

Perancangan Penerima Data EKG (Elektrokardiograf) Menggunakan Modulasi Digital FSK (Frequency Shift Keying) dan Modulasi Frekuensi (FM) Perancangan Penerima Data EKG (Elektrokardiograf) Menggunakan Modulasi Digital FSK (Frequency Shift Keying) dan Modulasi Frekuensi (FM) Desyanto Dwi Rahmadi [], Darjat, ST., MT. [], Yuli Christiyono, ST.,

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan secara umum perancangan sistem pengingat pada kartu antrian dengan memanfaatkan gelombang radio, yang terdiri dari beberapa bagian yaitu blok diagram

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2012/2013 JUDUL ( FSK) FREQUENCY SHIFT KEYING GRUP 1 TELKOM 3D PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK

Lebih terperinci

MODULATOR DAN DEMODULATOR. FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta

MODULATOR DAN DEMODULATOR. FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta MODULATOR DAN DEMODULATOR FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Email: budihardja@yahoo.com Intisari

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima

Lebih terperinci

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Realisasi PLL (Phase Locked Loop) sebagai modul praktikum demodulator FM sebelumnya telah pernah dibuat oleh Rizal Septianda mahasiswa Program Studi Teknik

Lebih terperinci

PEMBUATAN PERANGKAT APLIKASI PEMANFAATAN WIRELESS SEBAGAI MEDIA UNTUK PENGIRIMAN DATA SERIAL

PEMBUATAN PERANGKAT APLIKASI PEMANFAATAN WIRELESS SEBAGAI MEDIA UNTUK PENGIRIMAN DATA SERIAL PEMBUATAN PERANGKAT APLIKASI PEMANFAATAN WIRELESS SEBAGAI MEDIA UNTUK PENGIRIMAN DATA SERIAL Oleh : Zurnawita Dikky Chandra Staf Pengajar Teknik Elektro Politeknik Negeri Padang ABSTRACT Serial data transmission

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENELITIAN TERDAHULU Sebelumnya penelitian ini di kembangkan oleh mustofa, dkk. (2010). Penelitian terdahulu dilakukan untuk mencoba membuat alat komunikasi bawah air dengan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM. Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM. Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja sistem, baik secara keseluruhan ataupun kinerja dari bagian-bagian sistem pendukung. Perancangan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Dasar teori yang mendukung untuk tugas akhir ini adalah teori tentang device atau

BAB II DASAR TEORI. Dasar teori yang mendukung untuk tugas akhir ini adalah teori tentang device atau 7 BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang mendukung untuk tugas akhir ini adalah teori tentang device atau komponen yang digunakan, antara lain teori tentang: 1. Sistem Monitoring Ruangan 2. Modulasi Digital

Lebih terperinci

Aplikasi Pengiriman Data Serial Tanpa Kabel

Aplikasi Pengiriman Data Serial Tanpa Kabel Aplikasi Pengiriman Data Serial Tanpa Kabel Pada dunia digital terdapat dua metode pengiriman data yang umum digunakan, yaitu pengiriman data secara pararel dan pengiriman data secara serial. Pada pengiriman

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. serta pengujian terhadap perangkat keras (hardware), serta pada bagian sistem

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. serta pengujian terhadap perangkat keras (hardware), serta pada bagian sistem BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pengujian terhadap sistem yang telah dibuat dilakukan untuk mengetahui apakah sistem yang telah dibuat sudah dapat digunakan sesuai dengan perencanaan yang ada. Pengujian dan

Lebih terperinci

BAB II SISTEM KOMUNIKASI

BAB II SISTEM KOMUNIKASI BAB II SISTEM KOMUNIKASI 2.1 Sistem Komunikasi Digital Dalam mentransmisikan data dari sumber ke tujuan, satu hal yang harus dihubungkan dengan sifat data, arti fisik yang hakiki di pergunakan untuk menyebarkan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 52 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM Bab ini membahas pengujian alat yang dibuat, kemudian hasil pengujian tersebut dianalisa. 4.1 Pengujian Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dan

Lebih terperinci

Teknik modulasi dilakukan dengan mengubah parameter-parameter gelombang pembawa yaitu : - Amplitudo - Frekuensi - Fasa

Teknik modulasi dilakukan dengan mengubah parameter-parameter gelombang pembawa yaitu : - Amplitudo - Frekuensi - Fasa BAB II PEMBAHASAN Modulasi adalah proses menumpangkan sinyal informasi kepada sinyal pembawa, biasanya berupa gelombang sinus berfrekuensi tinggi. Terdapat tiga parameter kunci pada suatu gelombang sinusoidal

Lebih terperinci

LAMPIRAN PEDOMAN PENGGUNAAN ALAT

LAMPIRAN PEDOMAN PENGGUNAAN ALAT LAMPIRAN PEDOMAN PENGGUNAAN ALAT Simulator modulasi digital menggunakan perangkat lunak Matlab ini akan menampilkan hasil proses modulasi dan demodulasi, mulai dari isyarat masukan, isyarat pembawa, isyarat

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Analisa Rangkaian Secara Blok Diagram Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sensor RF (Radio Frekuensi) Sensor RF (Radio Frekuensi) adalah komponen yang dapat mendeteksi sinyal gelombang elektromagnetik yang digunakan oleh sistem komunikasi untuk mengirim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 500 KHz. Dalam realisasi modulator BPSK digunakan sinyal data voice dengan

BAB I PENDAHULUAN. 500 KHz. Dalam realisasi modulator BPSK digunakan sinyal data voice dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini perkembangan teknologi semakin pesat, terutama dalam bidang komunikasi data. Komunikasi berarti pengiriman informasi dari pengirim ke penerima

Lebih terperinci

FREQUENCY HOPPING SPREAD SPECTRUM TRANSMITTER DENGAN PSEUDO NOISE CODE

FREQUENCY HOPPING SPREAD SPECTRUM TRANSMITTER DENGAN PSEUDO NOISE CODE FREQUENCY HOPPING SPREAD SPECTRUM TRANSMITTER DENGAN PSEUDO Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Email: budihardja@yahoo.com

Lebih terperinci

Perancangan Dan Pembuatan Robot Beroda Dan Berlengan Yang Dilengkapi Dengan Kamera Video Berbasis Mikrokotroler AT89S51

Perancangan Dan Pembuatan Robot Beroda Dan Berlengan Yang Dilengkapi Dengan Kamera Video Berbasis Mikrokotroler AT89S51 Perancangan Dan Pembuatan Robot Beroda Dan Berlengan Yang Dilengkapi Dengan Kamera Video Berbasis Mikrokotroler AT89S51 Ary Herisaputra, F. Yudi Limpraptono, I Komang Somawirata Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB III STUDI KOMPONEN. tugas akhir ini, termasuk fungsi beserta alasan dalam pemilihan komponen. 2. Sudah memiliki Kecepatan kerja yang cepat

BAB III STUDI KOMPONEN. tugas akhir ini, termasuk fungsi beserta alasan dalam pemilihan komponen. 2. Sudah memiliki Kecepatan kerja yang cepat BAB III STUDI KOMPONEN Bab ini menjelaskan mengenai komponen apa saja yang digunakan dalam tugas akhir ini, termasuk fungsi beserta alasan dalam pemilihan komponen. 3.1 Mikrokontroler Perancangan sistem

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN. Pengujian ini termasuk pengujian masing-masing bagian secara terpisah dan pengujian

BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN. Pengujian ini termasuk pengujian masing-masing bagian secara terpisah dan pengujian BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dilakukan pengujian terhadap sistem yang telah dibuat. Secara garis besar, terdapat 3 macam pengujian, yaitu: 1. Pengujian hardware (troubleshooting).

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Bahan dan Peralatan

BAB III PERANCANGAN Bahan dan Peralatan BAB III PERANCANGAN 3.1 Pendahuluan Perancangan merupakan tahapan terpenting dari pelaksanaan penelitian ini. Pada tahap perancangan harus memahami sifat-sifat, karakteristik, spesifikasi dari komponen-komponen

Lebih terperinci

Arie Setiawan Pembimbing : Prof. Ir. Gamantyo Hendrantoro, M. Eng, Ph.D.

Arie Setiawan Pembimbing : Prof. Ir. Gamantyo Hendrantoro, M. Eng, Ph.D. Teknik Telekomunikasi Multimedia -Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri ITS Surabaya 2012 Arie Setiawan 2209106024 Pembimbing : Prof. Ir. Gamantyo Hendrantoro, M. Eng, Ph.D. Latar Belakang Indonesian

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS SISTEM. diharapkan dengan membandingkan hasil pengukuran dengan analisis. Selain itu,

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS SISTEM. diharapkan dengan membandingkan hasil pengukuran dengan analisis. Selain itu, BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS SISTEM Pengukuran dilakukan untuk mengetahui apakah sistem beroperasi dengan baik, juga untuk menunjukkan bahwa sistem tersebut sesuai dengan yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2015/2016

LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2015/2016 LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2015/2016 JUDUL AMPITUDE SHIFT KEYING GRUP 4 3A PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

Lebih terperinci

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 2. SISTEM MODULASI DALAM PEMANCAR GELOMBANG RADIO Modulasi merupakan metode untuk menumpangkan sinyal suara pada sinyal radio. Maksudnya, informasi yang akan disampaikan kepada

Lebih terperinci

PENGENDALIAN ROBOT MENGGUNAKAN MODULASI DIGITAL FSK (Frequency Shift Keying )

PENGENDALIAN ROBOT MENGGUNAKAN MODULASI DIGITAL FSK (Frequency Shift Keying ) PENGENDALIAN ROBOT MENGGUNAKAN MODULASI DIGITAL FSK (Frequency Shit Keying ) JOHANES 1 - FX.HENDRA PRASETYA 2 - RISA FARRID CHRISTIANTI 3 anes_spook@yahoo.com ; Universitas Katolik Soegijapranata Jl.Pawiyatan

Lebih terperinci

DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Arjuni Budi P. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI

DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Arjuni Budi P. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Pendahuluan Telekomunikasi = Tele -- komunikasi Tele = jauh Komunikasi = proses pertukaran informasi Telekomunikasi = Proses pertukaran

Lebih terperinci

Telekomunikasi Radio. Syah Alam, M.T Teknik Elektro STTI Jakarta

Telekomunikasi Radio. Syah Alam, M.T Teknik Elektro STTI Jakarta Telekomunikasi Radio Syah Alam, M.T Teknik Elektro STTI Jakarta Telekomunikasi Radio Merupakan suatu bentuk komunikasi modern yang memanfaatkan gelombang radio sebagai sarana untuk membawa suatu pesan

Lebih terperinci

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, ,

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, , 56 Tabel 4.1 Hasil Perbandingan Antara Output LM 35 dengan Termometer No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0,25 25 0 2 0,26 26 0 3 0,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0,29 28 1 6

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tergantung pada besarnya modulasi yang diberikan. Proses modulasi

BAB II LANDASAN TEORI. tergantung pada besarnya modulasi yang diberikan. Proses modulasi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Modulasi dan Demodulasi Modulasi adalah suatu proses dimana parameter dari suatu gelombang divariasikan secara proposional terhadap gelombang lain. Parameter yang diubah

Lebih terperinci

Quadrature Amplitudo Modulation-16 Sigit Kusmaryanto,

Quadrature Amplitudo Modulation-16 Sigit Kusmaryanto, Quadrature Amplitudo Modulation-16 Sigit Kusmaryanto, http://sigitkus@ub.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, kebutuhan

Lebih terperinci

MODULATOR DAN DEMODULATOR BINARY ASK. Intisari

MODULATOR DAN DEMODULATOR BINARY ASK. Intisari MODULATOR DAN DEMODULATOR BINARY ASK MODULATOR DAN DEMODULATOR BINARY ASK Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Email: budihardja@yahoo.com Intisari

Lebih terperinci

FREQUENCY HOPPING SPREAD SPECTRUM RECEIVER DENGAN PSEUDO NOISE CODE

FREQUENCY HOPPING SPREAD SPECTRUM RECEIVER DENGAN PSEUDO NOISE CODE FREQUENCY HOPPING SPREAD SPECTRUM RECEIVER DENGAN PSEUDO Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Email: budihardja@yahoo.com INTISARI

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Prinsip Kerja Sistem Yang Dirancang Pada dasarnya alat yang dibuat ini adalah untuk melakukan suatu transfer data karakter menggunakan gelombang radio serta melakukan pengecekan

Lebih terperinci

PEMANCAR&PENERIMA RADIO

PEMANCAR&PENERIMA RADIO PEMANCAR&PENERIMA RADIO Gelombang elektromagnetik gelombang yang dapat membawa pesan berupa sinyal gambar dan suara yang memiliki sifat, dapat mengarungi udara dengan kecepatan sangat tinggi sehingga gelombang

Lebih terperinci

Dalam pengukuran dan perhitungannya logika 1 bernilai 4,59 volt. dan logika 0 bernilai 0 volt. Masing-masing logika telah berada pada output

Dalam pengukuran dan perhitungannya logika 1 bernilai 4,59 volt. dan logika 0 bernilai 0 volt. Masing-masing logika telah berada pada output BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengukuran Alat Dalam pengukuran dan perhitungannya logika 1 bernilai 4,59 volt dan logika 0 bernilai 0 volt. Masing-masing logika telah berada pada output pin kaki masing-masing

Lebih terperinci

BABII TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BABII TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2 2.1 Tinjauan Pustaka Adapun pembuatan modem akustik untuk komunikasi bawah air memang sudah banyak dikembangkan di universitas-universitas di Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. regulator yang digunakan seperti L7805, L7809, dan L Maka untuk

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. regulator yang digunakan seperti L7805, L7809, dan L Maka untuk BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Pengukuran Catu Daya Pada pengujian catu daya dilakukan beberapa pengukuran terhadap IC regulator yang digunakan seperti L7805, L7809, dan L78012. Maka untuk regulator

Lebih terperinci

MODULASI. Adri Priadana. ilkomadri.com

MODULASI. Adri Priadana. ilkomadri.com MODULASI Adri Priadana ilkomadri.com Pengertian Modulasi Merupakan suatu proses penumpangan atau penggabungan sinyal informasi (pemodulasi) kepada gelombang pembawa (carrier), sehingga memungkinkan sinyal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia SISTEM PENGIRIMAN INFORMASI PADA SASARAN TEMBAK DART (DISSAPEAR AUTOMATICALLY RETALIATORY TARGET) MENGGUNAKAN GELOMBANG RADIO Meisach Cristie Indianto [1], Ajub Ajulian Zahra, ST, MT [2], Darjat, ST, MT

Lebih terperinci

MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 TUGAS UTS MATA KULIAH E-BUSSINES Dosen Pengampu : Prof. M.Suyanto,MM

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI 3.1 PERANCANGAN UMUM SISTEM Metode untuk pelaksanaan Program dimulai dengan mempelajari system pengukuran tangki air yang akan digunakan. Dari sini dikembangkan apa saja

Lebih terperinci

BAB IV KOMUNIKASI RADIO DALAM SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN MENGGUNAKAN KABEL PILOT

BAB IV KOMUNIKASI RADIO DALAM SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN MENGGUNAKAN KABEL PILOT BAB IV KOMUNIKASI RADIO DALAM SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN MENGGUNAKAN KABEL PILOT 4.1 Komunikasi Radio Komunikasi radio merupakan hubungan komunikasi yang mempergunakan media udara dan menggunakan gelombang

Lebih terperinci

PERANCANGAN MINIATUR TRAFFIC LIGHT DENGAN MEMPERGUNAKAN PENGENDALI PORT PARALEL

PERANCANGAN MINIATUR TRAFFIC LIGHT DENGAN MEMPERGUNAKAN PENGENDALI PORT PARALEL PERANCANGAN MINIATUR TRAFFIC LIGHT DENGAN MEMPERGUNAKAN PENGENDALI PORT PARALEL Eka Wahyudi 1, Desi Permanasari 2 1,2 Program Studi Diploma III Teknik Telekomunikasi, Purwokerto 1 ekawahyudi@akatelsp.ac.id

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENGUJIAN AN ANALISA ATA Pada bab ini akan dibahas tentang pengujian dan pengoperasian Sistem Pendeteksi Kebocoran Gas pada Rumah Berbasis Layanan Pesan Singkat yang telah selesai dirancang. Pengujian

Lebih terperinci

SINYAL & MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

SINYAL & MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung SINYAL & MODULASI Ir. Roedi Goernida, MT Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung 2012 1 Pengertian Sinyal Merupakan suatu perubahan amplitudo dari tegangan,

Lebih terperinci

Dasar- dasar Penyiaran

Dasar- dasar Penyiaran Modul ke: Fakultas FIKOM Dasar- dasar Penyiaran AMPLITUDO MODULATON FREQUENCY MODULATON SHORT WAVE (SW) CARA KERJA PEMANCAR RADIO Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi BROAD CASTING Judul Sub Bahasan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. DESKRIPSI KERJA SISTEM Gambar 3.1. Blok diagram sistem Satelit-satelit GPS akan mengirimkan sinyal-sinyal secara kontinyu setiap detiknya. GPS receiver akan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR SISTEM MONITORING TEKANAN BAN

BAB II KONSEP DASAR SISTEM MONITORING TEKANAN BAN BAB II KONSEP DASAR SISTEM MONITORING TEKANAN BAN Konsep dasar sistem monitoring tekanan ban pada sepeda motor secara nirkabel ini terdiri dari modul sensor yang terpasang pada tutup pentil ban sepeda

Lebih terperinci

BINARY PHASA SHIFT KEYING (BPSK)

BINARY PHASA SHIFT KEYING (BPSK) BINARY PHASA SHIFT KEYING (BPSK) Sigit Kusmaryanto http://sigitkus@ub.ac.id I Pendahuluan Modulasi adalah proses penumpangan sinyal informasi pada sinyal pembawa sehingga menghasilkan sinyal termodulasi.

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM 42 BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini dijelaskan pembuatan alat yang dibuat dalam proyek tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem kontrol suhu dan kelembaban berbasis mirkrokontroler

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi PWM Sinyal PWM pada umumnya memiliki amplitudo dan frekuensi dasar yang tetap, namun, lebar pulsanya bervariasi. Lebar pulsa PWM berbanding lurus dengan amplitudo sinyal

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 18 BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada pembahasan perancangan sistem ini akan menjelaskan cara kerja dari keseluruhan sistem kendali on/off dan intensitas lampu menggunakan frekuensi radio. Pengiriman data

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak ( Software). Pembahasan perangkat keras meliputi perancangan mekanik

Lebih terperinci

Modulasi Digital. Levy Olivia Nur, MT

Modulasi Digital. Levy Olivia Nur, MT Modulasi Digital Levy Olivia Nur, MT Model Komunikasi Digital Sumber informasi Analog atau digital Format Simbol digital Modulator Channel Baseband atau bandpass Noise Tujuan Informasi Unformat Demodulat

Lebih terperinci

BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik

BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK 2.1 Umum elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik seperti yang diilustrasikan pada

Lebih terperinci

Rancang Bangun Demodulator FSK pada Frekuensi 145,9 MHz untuk Perangkat Receiver Satelit ITS-SAT

Rancang Bangun Demodulator FSK pada Frekuensi 145,9 MHz untuk Perangkat Receiver Satelit ITS-SAT JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Rancang Bangun Demodulator FSK pada Frekuensi 145,9 MHz untuk Perangkat Receiver Satelit ITS-SAT Respati Loy Amanda, Eko Setijadi, dan Suwadi Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal.

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal. BAB II DASAR TEORI 2.1 Modulasi Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk memperoleh transmisi yang efisien dan handal. Pemodulasi yang merepresentasikan pesan yang akan dikirim, dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain fungsi dari function generator, osilator, MAX038, rangkaian operasional amplifier, Mikrokontroler

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras Perancangan perangkat keras pada sistem keamanan ini berupa perancangan modul RFID, modul LCD, modul motor. 3.1.1 Blok Diagram Sistem Blok diagram

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah pengaturan parameter dari sinyal pembawa (carrier) yang

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah pengaturan parameter dari sinyal pembawa (carrier) yang BAB II DASAR TEORI 2.1 Modulasi Modulasi adalah pengaturan parameter dari sinyal pembawa (carrier) yang berfrekuensi tinggi sesuai sinyal informasi (pemodulasi) yang frekuensinya lebih rendah, sehingga

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan

BAB III PERANCANGAN. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan 41 BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan perancangan rangkaian elektronik,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Pada perancangan perangkat keras (hardware) ini meliputi: Rangkaian

BAB III PERANCANGAN. Pada perancangan perangkat keras (hardware) ini meliputi: Rangkaian BAB III PERANCANGAN Pada perancangan perangkat keras (hardware) ini meliputi: Rangkaian catu daya, modulator dan demodulator FSK, pemancar dan penerima FM, driver motor DC, mikrokontroler, sensor, serta

Lebih terperinci

Praktikum Sistem Komunikasi

Praktikum Sistem Komunikasi UNIT V Modulasi BPSK dan DPSK 1. Tujuan Praktikum 1. Mengetahui perbedaan komunikasi analog dengan komunikasi digital 2. Mengetahui jenis-jenis format data coding 3. Mampu memahami sistem komunikasi digital

Lebih terperinci

Kata kunci: Amplitude Shift Keying, nir kabel, elektromagnetik

Kata kunci: Amplitude Shift Keying, nir kabel, elektromagnetik Printer Nir Kabel Budihardja Murtianta Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga budihardja.murtianta@staff.uksw.edu Ringkasan Printer

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan sistem dan realisasi perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang mendukung alat secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Gambaran Umum Merupakan alat elektronika yang memiliki peranan penting dalam memudahkan pengendalian peralatan elektronik di rumah, kantor dan tempat lainnya.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Didalam merancang sistem yang akan dibuat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelumnya, pertama-tama mengetahui prinsip kerja secara umum dari sistem yang akan dibuat

Lebih terperinci

melibatkan mesin atau perangkat elektronik, sehingga pekerjaan manusia dapat dikerjakan dengan mudah tanpa harus membuang tenaga dan mempersingkat wak

melibatkan mesin atau perangkat elektronik, sehingga pekerjaan manusia dapat dikerjakan dengan mudah tanpa harus membuang tenaga dan mempersingkat wak PINTU GERBANG OTOMATIS DENGAN REMOTE CONTROL BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 Robby Nurmansyah Jurusan Sistem Komputer, Universitas Gunadarma Kalimalang Bekasi Email: robby_taal@yahoo.co.id ABSTRAK Berkembangnya

Lebih terperinci

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Model Sistem Komunikasi Sinyal listrik digunakan dalam sistem komunikasi karena relatif gampang dikontrol. Sistem komunikasi listrik ini mempekerjakan sinyal listrik untuk membawa

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI TELMETRI SUHU BERBASIS ARDUINO UNO

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI TELMETRI SUHU BERBASIS ARDUINO UNO PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI TELMETRI SUHU BERBASIS ARDUINO UNO Emil Salim (1), Kasmir Tanjung (2) Konsentrasi Teknik Komputer, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU)

Lebih terperinci

Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN: Sistem Logger Suhu dengan Menggunakan Komunikasi Gelombang Radio

Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN: Sistem Logger Suhu dengan Menggunakan Komunikasi Gelombang Radio Sistem Logger Suhu dengan Menggunakan Komunikasi Gelombang Radio Setiyo Budiyanto Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana JL. Raya Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta, 11650 Telepon:

Lebih terperinci

1.2 Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun sirkit sebagai pembangkit gelombang sinus synthesizer berbasis mikrokontroler

1.2 Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun sirkit sebagai pembangkit gelombang sinus synthesizer berbasis mikrokontroler BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dewasa ini dunia telekomunikasi berkembang sangat pesat. Banyak transmisi yang sebelumnya menggunakan analog kini beralih ke digital. Salah satu alasan bahwa sistem

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Alat Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang direncanakan diperlihatkan pada Gambar 3.1. Sinyal masukan carrier recovery yang berasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas mengenai teori yang mendukung dalam pembuatan Proyek Akhir. Materi yang akan di bahas adalah Robot, Radio Frekuensi, Antena, Komunikasi Serial, Mikrokontroler,

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Oleh : Nila Feby Puspitasari

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Oleh : Nila Feby Puspitasari STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Oleh : Nila Feby Puspitasari Data digital, sinyal digital - Merupakan bentuk paling sederhana dari pengkodean digital - Data digital ditetapkan satu level tegangan untuk biner satu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Tinjauan Pustaka 1. Perancangan Telemetri Suhu dengan Modulasi Digital FSK-FM (Sukiswo,2005) Penelitian ini menjelaskan perancangan telemetri suhu dengan modulasi FSK-FM. Teknik

Lebih terperinci

APLIKASI RDS (Radio Data Sytem) PADA SIARAN FM KONVENSIONAL

APLIKASI RDS (Radio Data Sytem) PADA SIARAN FM KONVENSIONAL APLIKASI RDS (Radio Data Sytem) PADA SIARAN FM KONVENSIONAL TUGAS AKHIR Disusun Oleh : AHMAD BURHANUDDIN ROSID 201010130312099 JURUSAN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2015 i KATA

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Sistem Blok diagram dari sistem AVR standalone programmer adalah sebagai berikut : Tombol Memori Eksternal Input I2C PC SPI AVR

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT. modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT. modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT 3.1 Pembuatan Modulator 8-QAM Dalam Pembuatan Modulator 8-QAM ini, berdasarkan pada blok diagram modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok

Lebih terperinci

Teknik Pengkodean (Encoding) Dosen : I Dewa Made Bayu Atmaja Darmawan

Teknik Pengkodean (Encoding) Dosen : I Dewa Made Bayu Atmaja Darmawan Teknik Pengkodean (Encoding) Dosen : I Dewa Made Bayu Atmaja Darmawan Pendahuluan Pengkodean karakter, kadang disebut penyandian karakter, terdiri dari kode yang memasangkan karakter berurutan dari suatu

Lebih terperinci

AUDIO/VIDEO SELECTOR 5 CHANNEL DENGAN MIKROKONTROLER AT89C2051

AUDIO/VIDEO SELECTOR 5 CHANNEL DENGAN MIKROKONTROLER AT89C2051 AUDIO/VIDEO SELECTOR 5 CHANNEL DENGAN MIKROKONTROLER AT89C2051 MUHAMMAD ERPANDI DALIMUNTHE Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma, Margonda Raya 100 Depok 16424 telp

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Konsep dasar mengendalikan lampu dan komponen komponen yang digunakan pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem

Lebih terperinci

SISTEM KONTROL LISTRIK MENGGUNAKAN MEDIA HANDPHONE BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

SISTEM KONTROL LISTRIK MENGGUNAKAN MEDIA HANDPHONE BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 SISTEM KONTROL LISTRIK MENGGUNAKAN MEDIA HANDPHONE BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 Sun Purwandi 1) Haryanto 1) 1) Program Studi Sistem Komputer, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Narotama Surabaya Email:

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1. Blok sistem secara keseluruhan. Sensor tegangan dan sensor arus RTC. Antena Antena. Sensor suhu.

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1. Blok sistem secara keseluruhan. Sensor tegangan dan sensor arus RTC. Antena Antena. Sensor suhu. BAB III PERANCANGAN Pada bab tiga akan diuraikan mengenai perancangan sistem dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada Data Logger Parameter Panel Surya. Dimulai dari uraian cara kerja

Lebih terperinci

MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 1 TUJUAN Memahami

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Pengatur Scoring Digital Wireless Futsal Berbasis Mikrokontroller AVR ATMEGA8. Perancangan rangkaian pengatur scoring digital untuk mengendalikan score,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Temperatur atau suhu merupakan salah satu besaran pokok fisika yang

BAB I PENDAHULUAN. Temperatur atau suhu merupakan salah satu besaran pokok fisika yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Temperatur atau suhu merupakan salah satu besaran pokok fisika yang penting. Hampir setiap kegiatan manusia selalu berkaitan dengan suhu. Temperatur merupakan ukuran

Lebih terperinci

Dioda-dioda jenis lain

Dioda-dioda jenis lain Dioda-dioda jenis lain Dioda Zener : dioda yang dirancang untuk bekerja dalam daerah tegangan zener (tegangan rusak). Digunakan untuk menghasilkan tegangan keluaran yang stabil. Simbol : Karakteristik

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan diuraikan tentang proses pengujian sistem yang meliputi pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun secara keseluruhan, dan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk mempermudah penjelasan dan cara kerja alat ini, maka dibuat blok diagram. Masing-masing blok diagram akan dijelaskan lebih rinci

Lebih terperinci