BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Energi Angin Salah satu energi terbarukan yang berkembang pesat di dunia saat ini adalah energi angin. Angin adalah udara yang bergerak karena adanya perbedaan tekanan udara di permukaan bumi ini. Angin akan bergerak dari suatu daerah yang memiliki tekanan tinggi ke daerah yang memiliki tekanan yang lebih rendah. Perbedaan tekanan udara terjadi akibat adanya perbedaan penerimaan radiasi sinar matahari (Tanti, 2011). Daerah yang banyak terkena pancaran sinar matahari akan memiliki temperatur yang lebih tinggi daripada daerah yang sedikit terkena pancaran sinar matahari, sehingga mengakibatkan terjadinya perbedaan suhu udara. Adanya perbedaaan suhu udara tersebut meyebabkan perbedaan tekanan, akhirnya menimbulkan gerakan udara (Nurchayati, 2009). Udara yang bergerak memiliki energi kinetik. Udara yang memiliki massa m dan kecepatan v akan menghasilkan energi kinetik sebesar: E = 1 2 mv2 (2.1) Dengan: E = energi kinetik (joule) m = massa (kg) v = kecepatan udara (m/s) Volume udara per satuan waktu (debit) yang bergerak dengan kecepatan v dan melewati daerah seluas A adalah: V = va (2.2) Massa udara yang bergerak dalam satuan waktu dengan kerapatan ρ, yaitu: m = ρv = ρva (2.3) Sehingga energi kinetik angin yang berhembus dalam satuan waktu (daya angin) adalah: P = 1 2 (ρav)(v2 ) P = 1 2 ρav3 (2.4) 5

2 digilib.uns.ac.id 6 Dengan: P = daya angin (Watt) ρ = massa jenis udara (ρ = 1,225 kg/m 3 ) A = luas penampang turbin (m 2 ) v = kecepatan udara (m/s) Besar daya tersebut adalah daya yang dimiliki oleh angin sebelum dikonversi atau sebelum melewati turbin angin. Dari daya tersebut tidak semuanya dapat dikonversi menjadi energi mekanik oleh turbin angin (Ajao dan Adeniyi, 2009). 2.2 Potensi Energi Angin Studi potensi pemanfaatan energi angin dimulai dengan kajian data sekunder dan observasi lapangan untuk mendapatkan data primer. Data sekunder dan hasil observasi dianalisa untuk dijadikan dasar rancangan umum sistem konversi energi angin. Untuk memperoleh data primer yang dapat dipercaya, harus diperhatikan letak aktual alat pengkur arah dan kecepatan angin (anemometer), jarak dan tinggi bangunan terdekat, vegetasi, pepohonan dan bukit-bukit terdekat yang dapat menjadi rintangan sehingga menimbulkan aliran berolak (Daryanto, 2007). Data kecepatan angin tersebut berguna untuk menentukan apakah lokasi tersebut cocok untuk dibangun sistem konversi energi angin. Analisa potensi angin dapat memberikan informasi mengenai: Pola angin berkala dalam periode tertentu Durasi kecepatan angin rendah dan kecepatan angin tinggi Kecepatan angin di daerah yang tidak jauh dengan lokasi pengukuran (pengambilan data primer) Berapa banyak energi yang dapat tersedia pertahunnya (Daryanto, 2007). Kecepatan angin pada tempat di mana sistem konversi turbin angin akan dipasang akan dianalisa dan dihitung berdasarkan data yang ada, baik dari data sekunder maupun hasil pengukuran sebagai dasar untuk perancangan turbin angin. Data angin yang tersedia dalam rata-rata per jam atau rata-rata per hari selama kurun waktu satu bulan dalam satu tahun akan diolah dengan menggunakan metode statistik standar pengolahan data angin commit dan akan to user disajikan dalam beberapa buah bentuk

3 digilib.uns.ac.id 7 grafik. Dalam tugas akhir ini, metode pengolahan data kecepatan angin menggunakan distribusi Weibull. 2.3 Distribusi Weibull Angin merupakan udara yang bergerak dan memiliki fluktuasi yang tinggi sehingga sulit untuk memprediksi keberadaan angin di suatu daerah. Untuk memprediksi keberadaan angin di suatu tempat dilakukan dengan mengumpulkan data kecepatan angin kemudian data tersebut diolah menggunakan pendekatan distribusi Weibull. Distribusi Weibull berguna untuk mendapatkan prediksi yang akurat mengenai potensi energi angin di suatu tempat dan mengetahui karakteristik pola kecepatan angin (Daryanto, 2007). Distribusi Weibull terdiri dari dua jenis fungsi yaitu probability density function f(v) dan cumulative distribution function F(V). Probability density function menunjukkan kemungkinan (probability) munculnya angin pada kecepatan angin (v) tertentu. Probability density function didefinisikan dengan persamaan, f(v) = k c (V c )k 1 exp ( ( V c )k ) (2.5) Cumulative distribution function menunjukkan fraksi atau kemungkinan dimana kecepatan angin lebih kecil atau sama dengan kecepatan angin referensi (v). Cumulative distribution function didefinisikan dengan persamaan, F(v) = 1 exp ( ( V c )k ) (2.6) Dengan k dan c masing-masing disebut sebagai parameter bentuk dan parameter skala yang harus dicari dari data hasil pengukuran (Mathew, 2006). Salah satu faktor terpenting dalam menganalisa potensi energi angin pada suatu daerah yaitu mencari nilai kecepatan angin rata-rata (Vm). Kecepatan angin rata-rata dapat dihitung dengan persamaan, n Vm = 1 Vi n i=1 (2.7) Dengan Vi adalah kecepatan angin dan n adalah jumlah data angin. Namun untuk perhitungan daya angin, kecepatan angin harus proporsional dengan daya angin. Sehingga Vm dihitung menggunakan persamaan, (Mathew, 2006)

4 digilib.uns.ac.id 8 Vm = ( 1 n 1 n 3 i=1 ) Vi3 (2.8) Ukuran dari variasi kecepatan angin dalam sejumlah data tertentu adalah standar deviasi (σv). Standar deviasi dihitung menggunakan persamaan, σv= n i=1 (Vi Vm)2 n Nilai standar deviasi yang kecil menunjukkan bahwa data tersebut seragam. (2.9) Setelah nilai Vm dan σv dihitung maka nilai k (parameter bentuk) dan c (parameter skala) dapat dicari menggunakan persamaan, k = ( σv Vm ) c = (2.10) Vm k (2.11) k Biasanya data pengukuran kecepatan angin hanya tersedia pada satu ketinggian tertentu saja sehingga belum cocok dengan ketinggian hub turbin angin. Oleh karena itu, data tersebut perlu dirubah agar sesuai dengan ketinggian hub turbin angin menggunakan persamaan berikut, (Oyedepo, 2012) V(ZR) = V(Z) ln(zr Z0 ) Dengan, ln( Z Z0 ) (2.12) V(ZR) = kecepatan angin pada ketinggian hub turbin angin (m/s) V(Z) = kecepatan angin pada ketinggian di lokasi pengukuran (m/s) ZR Z Z0 = tinggi hub turbin angin (m) = ketinggian lokasi pengukuran kecepatan angin (m) = kekasaran permukaan Kekasaran permukaan bisa mendekati nilai 0 untuk wilayah laut dan bisa bernilai 2 untuk wilayah perkotaan. Untuk permukaan datar dan halus pada wilayah pantai Z0 bernilai 0,005 (Mathew, 2006). Parameter bentuk (k) dan parameter skala (c) distribusi Weibull akan ikut berubah mengikuti fungsi ketinggian seperti pada persamaan berikut, (Oyedepo, 2012) c(h) = co ( h ho )n (2.13)

5 digilib.uns.ac.id 9 k(h) = ko[1 0,088 ln (ho/10) ]/[1 0,088 ln (h/ho) ] (2.14) Dengan, c(h) = parameter skala pada ketinggian hub turbin (m/s) c(o) = parameter skala pada ketinggian di lokasi pengukuran (m/s) k(h) = parameter bentuk pada ketinggian hub turbin k(o) = parameter bentuk pada ketinggian di lokasi pengukuran kecepatan angin h = tinggi hub turbin (m) h(o) = tinggi di lokasi pengukuran kecepatan angin (m) n = eksponen Nilai eksponen (n) dihitung menggunakan persamaan berikut, n = [0,37 0,088 ln (co)]/ [1 0,088 ln ( h )] (2.15) 10 Total energi yang tersedia berdasarkan kecepatan angin di suatu daerah, luasan area rotor, dan kurun waktu tertentu disebut energy density (ED). Energy density dihitung menggunakan persamaan, ED = ρ c3 3 2 Dengan, k Γ (3 k ) (2.16) ED = energi density (Watt) ρ = massa jenis udara (kg/m 3 ) c = parameter skala (m/s) k = parameter bentuk Setelah ED diketahui, energi yang tersedia selama periode tertentu (EI) dapat dihitung menggunakan persamaan, EI = ED T (2.17) dengan T adalah periode (Mathew, 2006). Selain kecepatan angin rata-rata, terdapat dua jenis kecepatan angin yang perlu dicari untuk memprediksi potensi energi angin yaitu kecepatan angin yang sering muncul (VF) dan kecepatan angin yang menghasilkan energi maksimal (VE) selama periode tertentu (Oyedepo, 2012). VF dan VE dirumuskan dengan persamaan,

6 digilib.uns.ac.id 10 1 VF = c ( k 1 ) k k VE = c (k+2) 1 k 1 kk (2.18) (2.19) Kecepatan angin yang sering muncul (VF) merupakan nilai tertinggi (peak) pada grafik probability density function sedangkan kecepatan angin yang menghasilkan energi maksimal (VE) dapat digunakan sebagai kecepatan angin desain atau rated wind speed pada perancangan turbin angin (Oyedepo, 2012). 2.4 Turbin Angin Energi angin adalah energi kinetik yang dapat dikonversi atau ditransfer ke dalam bentuk energi lain seperti mekanik atau listrik dengan menggunakan alat yang disebut turbin angin. Oleh karena itu, turbin angin sering disebut sebagai Sistem Konversi Energi Angin (SKEA). Tenaga angin mekanik yang sangat sederhana telah dikembangkan untuk penggilingan di Afganistan pada abad ketujuh. Sistem energi angin pembangkit listrik pertama kali dibangun di Amerika tahun 1888 dengan memodifikasi turbin angin untuk menggerakkan generator. Tahapan penting dalam pengembangan sistem tersebut dilakukan oleh ilmuwan Denmark bernama Dane Poul LaCour pada tahun Kemudian ratusan turbin angin empat sudu dengan soliditas rendah yang merupakan pelopor turbin angin untuk pengisian baterai. Pada akhir abad ke-19, turbin angin dengan desain yang kompleks telah menjadi sumber energi yang utama di Eropa sebagai refleksi kemajuan teknologi energi angin. Sekitar 20 ribu unit turbin angin telah dioperasikan di Perancis dan 90% kebutuhan industri di Belanda adalah dari turbin angin. Pada tahun 1920-an, sekitar 600 ratus ribu unit turbin angin sudu majemuk telah dioperasikan di Amerika. Tipe turbin angin Amerika itu kemudian menyebar dan paling banyak dikembangkan di seluruh dunia (Tresher dkk, 1998). Pengembangan desain sistem energi angin meningkat pesat tahun 1930-an dengan diterapkannya aerodinamika dan struktur pada pesawat terbang. Akan tetapi, dalam era industri hampir semua instalasi sistem energi angin yang dekat dengan

7 digilib.uns.ac.id 11 jaringan listrik menghilang dan digantikan oleh tenaga fosil yang lebih murah dan lebih praktis. Hanya sistem energi angin skala kecil yang masih digunakan secara terbatas untuk kebutuhan pedesaan dan untuk daerah terpencil. Minat terhadap sistem energi angin menguat kembali ketika harga minyak meningkat drastis dalam dasawarsa 1970-an. Sistem energi angin diproduksi kembali untuk segera digunakan. Riset dan pengembangan dilanjutkan dengan semua pendekatan yang dimungkinkan untuk meningkatkan prestasi dan keandalan sistem, seperti pengembangan turbin angin dengan starting torque yang rendah agar dapat beroperasi pada kecepatan angin yang rendah Prinsip Kerja Turbin Angin Turbin angin bekerja berdasarkan prinsip perubahan energi kinetik angin sebelum dan setelah melewati rotor turbin angin. Ketika melewati rotor, angin mengalami pengurangan energi kinetik yang ditandai dengan berkurangnya kecepatan angin. Energi kinetik yang hilang ini dikonversikan menjadi energi mekanik yang memutar rotor turbin angin. Putaran rotor tersebut kemudian digunakan untuk beberapa hal sesuai dengan kebutuhan seperti memutar dinamo atau generator untuk menghasilkan listrik atau menggerakkan pompa untuk pengairan. Daya yang dihasilkan dari konversi oleh rotor turbin angin sebanding dengan pangkat tiga kecepatan angin. Daya yang dapat dihasilkan oleh rotor turbin angin adalah (Sidiq dan Ridwan, 2008). P = Cp 1 2 ρav3 (2.20) Dimana : P = daya keluaran rotor turbin angin (Watt) Cp = koefisien daya turbin angin ρ = massa jenis udara (kg/m 3 ) A = luas sapuan rotor (m 2 ) V = kecepatan angin (m/s) Menurut Albert Betz seorang ahli aerodinamika Jerman, efisiensi maksimal yang dapat dicapai oleh turbin angin adalah 16/27 atau 59,3%. Gambar 2.1 menunjukkan

8 digilib.uns.ac.id 12 hubungan antara koefisien performa (Cp) berbagai jenis turbin angin dengan kecepatan ujung sudu (tip speed ratio). Gambar 2.1 Grafik hubungan antara Cp dengan tip speed ratio (λ) berbagai jenis turbin angin (Khan, 2009) Jenis Turbin Angin Turbin angin dibedakan menjadi dua jenis, yaitu turbin angin sumbu horizontal (TASH) dan turbin angin sumbu vertikal (TASV). Turbin angin sumbu horizontal merupakan turbin angin dimana sumbu putarnya sejajar dengan tanah (Arwoko, 1999). Biasanya turbin jenis ini memiliki sudu berbentuk airfoil seperti bentuk sayap pada pesawat. Pada turbin ini, putaran rotor terjadi karena adanya gaya lift (gaya angkat) pada sudu yang ditimbulkan oleh aliran udara. Turbin ini cocok digunakan pada tipe angin sedang dan tinggi dan banyak digunakan sebagai pembangkit listrik skala besar. Berdasarkan jumlah sudu, turbin angin sumbu horizontal dapat dibedakan menjadi single bladed, two bladed, three bladed dan multi bladed seperti terlihat pada gambar 2.2. Jenis turbin yang saat ini populer untuk menghasilkan energy listrik adalah three bladed wind turbine.

9 digilib.uns.ac.id 13 Gambar 2.2 Berbagai jenis turbin angin sumbu horizontal (Mathew, 2006) Secara umum, kelebihan TASH yaitu memiliki efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan VAWT dan memiliki cut-in wind speed rendah. Kekurangannya yaitu turbin jenis ini memiliki desain yang lebih rumit karena rotor hanya dapat menangkap angin dari satu arah sehingga dibutuhkan pengarah angin (yaw mechanism) selain itu penempatan dinamo atau generator berada di atas tower sehingga perawatannya lebih sulit dan beban tower juga bertambah. Turbin angin sumbu vertikal (TASV) merupakan turbin angin dimana sumbu putarnya tegak lurus dengan tanah (Arwoko, 1999). Ada tiga tipe rotor pada turbin angin jenis ini yaitu: Savonius, Darrieus, dan H-rotor, seperti diperlihatkan pada gambar 2.3. Turbin Savonius memanfaatkan gaya drag sedangkan Darrieus dan H- rotor memanfaatkan gaya lift. Secara umum, kelebihan TASV yaitu memiliki torsi tinggi sehingga dapat berputar pada kecepatan angin rendah sehingga sangat cocok beroperasi pada daerah dengan kecepatan angin rendah sampai sedang. Generator ditempatkan dibagian bawah turbin sehingga mempermudah perawatan. TASV dapat menerima angin dari segala arah sehingga tidak memerlukan yaw mechanism atau pengarah angin dan juga tidak terlalu bising.

10 digilib.uns.ac.id 14 Gambar 2.3 Berbagai jenis turbin angin sumbu vertikal (Mathew, 2006) Kekurangan TASV untuk jenis Darrieus dan H-Rotor yaitu memiliki cut-in wind speed yang tinggi sehingga memerlukan gaya tambahan untuk memutar turbin pada saat awal beroperasi. Efisiensi TASV juga lebih rendah dibandingkan dengan TASH. TASV awalnya lebih berkembang untuk konversi energi mekanik, tetapi seiring dengan perkembangan desain, turbin tipe ini banyak digunakan untuk konversi energi listrik skala kecil. 2.5 Turbin Angin H-Rotor Turbin angin H-Rotor merupakan variasi dari tipe Darrieus. Turbin angin H- Rotor menggunakan prinsip gaya angkat untuk memutar sudu. Tipe H-rotor memiliki konstruksi yang sederhana apabila dibandingkan dengan tipe Darrieus. Turbin angin Darrieus menggunakan sudu yang ditekuk sedangkan tipe H-rotor menggunakan sudu yang lurus. Sudu pada H-Rotor dihubungkan ke poros menggunakan lengan atau biasanya disebut dengan strut, kemudian poros langsung dihubungkan dengan generator. Keuntungan lain dari tipe H-rotor yaitu tidak memerlukan mekanisme yaw karena dapat menerima angin dari segala arah. Bentuk sudu yang lurus atau non twisted juga memudahkan dalam hal produksi. Karena termasuk dalam turbin angin sumbu vertikal maka generator dapat diinstal di bawah sehingga memudahkan dalam hal perawatan. Selain itu tower juga tidak menopang beban generator sehingga struktur tower bisa lebih ringan. Gambar 2.4 commit adalah to turbin user angin tipe H-Rotor.

11 digilib.uns.ac.id 15 Gambar 2.4 Turbin angin H-Rotor Dalam merancang sebuah turbin angin H-Rotor terdapat parameter-parameter yang harus ditentukan dan diperhitungkan agar daya output turbin sesuai dengan yang diharapkan. Berikut ini adalah parameter-parameter yang harus ditentukan dalam perancangan turbin angin H-Rotor Jumlah Sudu (n) Untuk turbin angin tipe Darrieus, torque ripple dapat dikurangi apabila jumlah sudunya tiga atau lebih. Selain itu, variasi pembebanan yang merata pada turbin angin diperoleh apabila menggunakan jumlah sudu tiga atau lebih. Untuk jenis micro vertical axis wind turbine jumlah sudu optimal yang digunakan pada umumnya adalah tiga sudu (Hameed, 2012) Tip Speed Ratio (TSR) Tip speed ratio (TSR) merupakan perbandingan antara kecepatan putar turbin terhadap kecepatan angin. TSR dilambangkan dengan λ (Mittal, 2001). Untuk menghitung nilai TSR menggunakan persamaan, λmax = 4 π n dengan n adalah jumlah sudu (Hameed, 2012) Solidity (2.21) Solidity adalah perbandingan antara luas sudu dengan luas sapuan rotor. Solidity dapat dihitung menggunakan persamaan,

12 digilib.uns.ac.id 16 Solidity = Blade area = n c Rotor area D (2.22) dengan D adalah diameter turbin angin, n adalah jumlah sudu dan c adalah panjang chord sudu turbin angin (Koksal dkk, 2004). Nilai solidity berpengaruh pada material yang digunakan untuk membuat turbin angin dikarenakan berubahnya luasan turbin angin, kecepatan putar turbin angin di mana, semakin kecil nilai solidity maka kecepatan putar turbin angin akan semakin meningkat begitu juga sebaliknya, kemudian torsi yang dihasilkan oleh turbin angin akan semakin tinggi apabila nilai solidity juga meningkat (Kirke, 1998) Koefisien Power (Cp) Koefisien power adalah perbandingan antara daya yang keluar dari rotor dengan daya yang masuk pada rotor. Nilai koefisien daya tidak akan melebihi nilai ideal yaitu sbesar 0,593. Gambar 2.5 Grafik hubungan antara TSR dengan Cp dengan pertimbangan nilai solidity antara 0,05-0,40 (Koksal dkk, 2004)

13 digilib.uns.ac.id Diameter Rotor (D) Hubungan antara daya yang dihasilkan dan desain kecepatan angin dapat digunakan untuk menentukan diameter rotor sesuai persamaan (Blackwell dkk, 1977), P = 0,5 Cp ρ V 3 D 2 (2.23) dimana CP adalah koefisien power, ρ adalah massa jenis udara, V adalah kecepatan angin, dan D adalah diameter rotor Aspect ratio (AR) Aspect ratio adalah perbandingan antar panjang sudu (b) dengan panjang chord sudu (c). Semakin kecil nilai aspect ratio maka akan mengurangi performa rotor. Sudu yang panjang dan ramping (airfoil) dengan nilai aspect ratio yang tinggi sangat disarankan untuk turbin angin Darrieus tipe H-rotor (Islam dkk, 2008). Aspect ratio dirumuskan oleh persamaan berikut, Aspect ratio (AR) = Span length = b Chord length c (2.24) dengan b adalah panjang sudu dan c adalah panjang chord sudu Airfoil Airfoil adalah salah satu bentuk bodi aerodinamika sederhana yang berguna untuk memberikan gaya angkat tertentu terhadap suatu bodi dan dengan bantuan penyelesaian matematis sangat memungkinkan untuk memprediksi berapa besarnya gaya angkat yang dihasilkan oleh suatu bodi airfoil. Gambar 2.6 menunjukkan bagianbagian dari sebuah airfoil. Geometri airfoil memiliki pengaruh besar terhadap karakteristik aerodinamika dengan parameter penting berupa koefisien lift (CL) dan koefisien drag (CD) kemudian akan berkaitan dengan gaya angkat dan gaya hambat (Mulyadi, 2010). Suatu airfoil terdiri dari: Permukaan atas (Upper Surface) Permukaan bawah (Lower Surface) Mean camber line adalah tempat kedudukan titik-titik antara permukaan atas dan bawah airfoil yang diukur tegak lurus terhadap mean camber line Leading edge adalah titik paling depan pada mean camber line Trailing edge adalah titik paling belakang pada mean camber line

14 digilib.uns.ac.id 18 Camber adalah jarak maksimum antara mean camber line dan garis chord yang diukur tegak lurus terhadap garis chord Ketebalan (thickness) adalah jarak antara permukaan atas dan permukaan bawah yang diukur tegak lurus terhadap garis chord Gambar 2.6 NACA airfoil Airfoil simetris biasanya digunakan pada tipe turbin angin sumbu vertikal skala kecil. Airfoil simetris memiliki karakteristik drag dan lift yang sama pada bagian permukaan atas dan bawah. Keuntungan utama airfoil simetris adalah mampu menghasilkan gaya angkat selama satu putaran penuh (360 o ) ketika rotor berputar. Sudu akan menghasilkan gaya angkat saat angin berhembus dari arah manapun sehingga tidak perlu mengatur posisi sudu agar sejajar dengan arah angin (Hameed, 2012). Airfoil simetris khususnya NACA 0012, NACA 0015, dan NACA 0018 sering digunakan sebagai dasar pembuatan sudu Aerodinamika Sudu Analisa aerodinamika pada H-rotor cukup komplek walaupun bentuk rotornya tergolong sederhana. Pada saat angin mengenai sudu, tidak hanya kecepatan angin saja yang mempengaruhi gaya angkat dan gaya dorong pada sudu tetapi kecepatan angin relatif yang mempengaruhi. Selain itu terdapat pula kecepatan tangential dan kecepatan normal sudu. Beberapa persamaan matematika di bawah ini dapat digunakan untuk menganalisa aerodinamika pada sudu H-rotor. Sudut serang Sudut serang merupakan sudut yang terbentuk antara kecepatan tangential sudu dan kecepatan angin relatif. Seperti terlihat pada gambar 2.7, sudut serang dapat dicari menggunakan persamaan berikut ini.

15 digilib.uns.ac.id 19 sinθ α = tan 1 ( ) (2.25) TSR+cosθ Gambar 2.7 Segitiga kecepatan pada turbin angin H-Rotor Vc merupakan kecepatan tangential sudu dan dapat dihitung dengan persamaan, Vc = Rw + Va cosθ (2.26) Sedangkan Vn merupakan kecepatan normal dan dapat dihitung menggunakan persamaan, Vn = Va sinθ (2.27) Va merupakan kecepatan angin. Kecepatan relatif Dalam analisa segitiga kecepatan angin pada sebuah turbin angin, terdapat komponen penting yang menghasilkan commit gaya to angkat user dan gaya dorong yaitu kecepatan

16 digilib.uns.ac.id 20 angin relative (W). Kecepatan angin relatif merupakan resultan vektor antara kecepatan angin (V) dengan kecepatan tangential (Rw) seperti ditunjukkan pada gambar 2.8. Gambar 2.8 Penentuan kecepatan angin relatif Nilai β dan γ ditentukan menggunakan persamaan, V = Rw sin α sin β (2.28) sin β = sin 1 (( Rw ) sin α) (2.29) V γ = 180 (α + β) (2.30) Sedangkan kecepatan relatif (W) dihitung menggunakan persamaan, W 2 = V 2 + Rw 2 2VRw cos γ (2.31) Perhitungan gaya angkat dan gaya dorong Gaya angkat (L) adalah gaya yang tegak lurus dengan kecepatan relatif angin sedangkan gaya dorong (D) adalah gaya yang sejajar dengan kecepatan relatif angin seperti yang terlihat pada gambar 2.9. Gaya angkat dan gaya dorong dihitung menggunakan persamaan berikut (Anderson, 2010), L = 1 2 ρw2 CL c H (2.32) D = 1 2 ρw2 CD c H (2.33) Dengan, L = gaya angkat (N) D = gaya dorong (N) W = kecepatan relatif (m/s) CL = koefisien lift CD = koefisien drag c = panjang chord sudu (m) H = tinggi sudu (m)

17 digilib.uns.ac.id 21 Gaya normal (N) merupakan gaya yang tegak lurus dengan chord sudu sedangkan gaya axial (A) merupakan gaya yang sejajar dengan chord sudu seperti terlihat pada gambar 2.9. Gaya normal dan axial dihitung menggunakan persamaan berikut (Anderson, 2010), N = L cos α + D sin α (2.34) A = L sin α D cos α (2.35) Dengan, N = gaya normal (N) A = gaya axial (N) Gambar 2.9 Diagram gaya pada sudu turbin angin Generator Untuk menghasilkan energi listrik dari putaran poros, perangkat turbin angin harus menggunakan generator. Prinsip kerja generator adalah menjadikan medan magnet yang ada disekitar konduktor mengalami fluktuasi atau perubahan, sehingga timbul tegangan listrik. Magnet yang berputar disebut rotor dan konduktor yang diam disebut stator. Dari segi sifat kemagnetan, generator dibagi menjadi 2 jenis yaitu generator magnet tetap dan generator magnet sementara. Pada generator dengan magnet tetap, sifat kemagnetannya tidak berubah dan tidak mudah hilang. Untuk membangkitkan listrik dengan generator ini, dilakukan dengan memutar poros generator supaya

18 digilib.uns.ac.id 22 menyebabkan fluktuasi magnet dan dihasilkan tegangan listrik. Untuk generator magnet sementara sifat kemagnetannya mudah hilang. Sifat medan magnet yang terjadi pada generator ini dihasilkan dengan induksi. Untuk membangkitkan daya listrik, generator harus diberi arus listrik ketika kumparan magnetnya berputar. Dari segi arus listrik yang dihasilkan, generator dibagi 2, yaitu generator arus bolak-balik (AC) dan generator arus searah (DC). Generator arus bolak-balik (AC) menghasilkan tegangan yang arahnya bolak-balik dan bila dihubungkan dengan beban akan menimbulkan arus bolak-balik pula. Generator AC dapat menghasilkan daya pada putaran yang bervariasi bergantung pada spesifikasi rotor itu sendiri. Pada generator arus searah (DC) terdapat rectifier yang berfungsi untuk mengubah arus AC menjadi DC. Generator ini menghasilkan tegangan yang arahnya tetap dan bila dihubungkan dengan beban, akan menimbulkan arus searah pula. Pada umumnya generator arus searah dapat menghasilkan listrik pada putaran yang tinggi. Untuk digunakan pada turbin angin, jenis generator ini memerlukan transmisi untuk menaikkan putaran. Pada penelitian turbin angin ini, generator yang digunakan adalah generator AC dengan menggunakan magnet permanen. Generator jenis ini disebut juga Permanent Magnet Generator (PMG) yang dapat menghasilkan daya dan tegangan listrik pada putaran yang rendah. Gambar 2.10 Generator

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Turbin Angin Bila terdapat suatu mesin dengan sudu berputar yang dapat mengonversikan energi kinetik angin menjadi energi mekanik maka disebut juga turbin angin. Jika energi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Turbin Angin Turbin angin adalah suatu sistem konversi energi angin untuk menghasilkan energi listrik dengan proses mengubah energi kinetik angin menjadi putaran mekanis rotor

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Energi Angin

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Energi Angin BAB DASAR TEORI.1 Energi Angin Energi merupakan suatu kekuatan yang dimiliki oleh suatu zat sehingga zat tersebut mempunyai pengaruh pada keadaan sekitarnya. Menurut mediumnya dikenal banyak jenis energi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Angin Angin adalah gerakan udara yang terjadi di atas permukaan bumi. Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara, ketinggian dan temperatur. Semakin besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Energi Angin Energi merupakan suatu kekuatan yang dimiliki oleh suatu zat sehingga zat tersebut mempunyai pengaruh pada keadaan sekitarnya. Menurut mediumnya dikenal banyak jenis

Lebih terperinci

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo PENGARUH VARIASI JUMLAH STAGE TERHADAP KINERJA TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS TIPE- L Krisna Slamet Rasyid, Sudarno, Wawan Trisnadi

Lebih terperinci

Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal

Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal A. Pendahuluan Angin merupakan sumberdaya alam yang tidak akan habis.berbeda dengan sumber daya alam yang berasal dari fosil seperti gas dan minyak. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional

Gambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional BAB II DASAR TEORI Bab ini berisi dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain daya angin, daya turbin angin, TSR (Tip Speed Ratio), aspect ratio, overlap ratio, BHP (Break Horse

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sebagai Sumber angin telah dimanfaatkan oleh manusaia sejak dahulu, yaitu untuk transportasi, misalnya perahu layar, untuk industri dan pertanian, misalnya kincir angin untuk

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PROFIL DAN JUMLAH SUDU PADA VARIASI KECEPATAN ANGIN TERHADAP DAYA DAN PUTARAN TURBIN ANGIN SAVONIUS MENGGUNAKAN SUDU PENGARAH DENGAN LUAS SAPUAN ROTOR 0,90 M 2 SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

E =Fu... (1) F = ρav(v-u) BAB II TEORI DASAR. 2.1 Energi Angin. Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin

E =Fu... (1) F = ρav(v-u) BAB II TEORI DASAR. 2.1 Energi Angin. Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin BAB II TEORI DASAR 2.1 Energi Angin Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Turbin Cross Flow Tanpa Sudu Pengarah Pengujian turbin angin tanpa sudu pengarah dijadikan sebagai dasar untuk membandingkan efisiensi

Lebih terperinci

Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius

Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius Bambang Arip Dwiyantoro*, Vivien Suphandani dan Rahman Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut

Lebih terperinci

SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik EKAWIRA K NAPITUPULU NIM

SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik EKAWIRA K NAPITUPULU NIM UJI PERFORMANSI TURBIN ANGIN TIPE DARRIEUS-H DENGAN PROFIL SUDU NACA 0012 DAN ANALISA PERBANDINGAN EFISIENSI MENGGUNAKAN VARIASI JUMLAH SUDU DAN SUDUT PITCH SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

BAB I LANDASAN TEORI. 1.1 Fenomena angin

BAB I LANDASAN TEORI. 1.1 Fenomena angin BAB I LANDASAN TEORI 1.1 Fenomena angin Angin adalah udara yang bergerak akibat adanya perbedaan tekanan udara dengan arah aliran angin dari tempat yang memiliki tekanan lebih tinggi ke tempat yang bertekanan

Lebih terperinci

ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU. Muhammad Suprapto

ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU. Muhammad Suprapto ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU Muhammad Suprapto Program Studi Teknik Mesin, Universitas Islam Kalimantan MAB Jl. Adhyaksa No.2 Kayutangi Banjarmasin Email : Muhammadsuprapto13@gmail.com

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 UJI PERFORMANSI TURBIN ANGIN TIPE DARRIEUS-H DENGAN PROFIL SUDU NACA 4415 DAN ANALISA PERBANDINGAN EFISIENSI MENGGUNAKAN VARIASI JUMLAH SUDU DAN SUDUT PITCH SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. sering disebut sebagai Sistem Konversi Energi Angin (SKEA).

BAB II TEORI DASAR. sering disebut sebagai Sistem Konversi Energi Angin (SKEA). BAB II TEORI DASAR 2.1 Energi Angin Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem serta realisasi perangkat keras pada perancangan skripsi ini. 3.1. Gambaran Alat Alat yang akan direalisasikan adalah sebuah alat

Lebih terperinci

Pengujian Kincir Angin Horizontal Type di Kawasan Tambak sebagai Energi Listrik Alternatif untuk Penerangan

Pengujian Kincir Angin Horizontal Type di Kawasan Tambak sebagai Energi Listrik Alternatif untuk Penerangan Pengujian Kincir Angin Horizontal Type di Kawasan Tambak sebagai Energi Listrik Alternatif untuk Penerangan Agus Sifa a, Casiman S b, Habib Rizqon H c a Jurusan Teknik Mesin,Politeknik Indramayu,Indramayu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan energi, khususnya energi listrik di Indonesia, merupakan bagian tak terpisahkan dari kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari seiring dengan pesatnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), adalah suatu pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL

PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL Soebyakto Dosen Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal E-mail : soebyakto@gmail.com ABSTRAK Tenaga angin sering disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Energi Angin Energi angin berasal dari matahari melalui reaksi fusi nuklir hidrogen (H) menjadi helium (He) pada inti matahari. Reaksi ini menimbulkan panas dan radiasi elektromagnetik

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Angin Energi merupakan suatu kekuatan yang dimiliki oleh suatu zat sehingga zat tersebut mempunyai pengaruh pada keadaan sekitarnya. Menurut mediumnya dikenal banyak

Lebih terperinci

Jurnal Dinamis Vol.II,No.14, Januari 2014 ISSN

Jurnal Dinamis Vol.II,No.14, Januari 2014 ISSN UJI PERFORMANSI TURBIN ANGIN TIPE DARRIEUS-H DENGAN PROFIL SUDU NACA 0012 DAN ANALISA PERBANDINGAN EFISIENSI MENGGUNAKAN VARIASI JUMLAH SUDU DAN SUDUT PITCH Farel H. Napitupulu 1, Ekawira K. Napitupulu

Lebih terperinci

PEMBUATAN KODE DESAIN DAN ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DARRIEUS TIPE-H

PEMBUATAN KODE DESAIN DAN ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DARRIEUS TIPE-H Pembuatan Kode Desain dan Analisis.. (Agus Muhamad Arsad et al) PEMBATAN KODE DESAIN DAN ANALISIS TRBIN ANGIN SMB VERTIKAL DARRIES TIPE-H Agus Muhamad Arsad*), dan Firman Hartono**) *)niversitas Nurtanio

Lebih terperinci

Bab 2 Dasar Teori Prinsip Konversi Energi Angin Energi kinetik dalam benda bergerak dirumuskan dengan persamaan (2.1)

Bab 2 Dasar Teori Prinsip Konversi Energi Angin Energi kinetik dalam benda bergerak dirumuskan dengan persamaan (2.1) Bab Dasar Teori.1. Prinsip Konversi Energi Angin Energi kinetik dalam benda bergerak dirumuskan dengan persamaan E = 1 mv (.1) dimana: m : massa udara yang bergerak (kg) v : adalah kecepatan angin (m/s).

Lebih terperinci

PERANCANGAN TURBIN ANGIN TIPE SAVONIUS L SUMBU VERTIKAL. Hendra Darmawan Penulis, Program Studi Teknik Elektro, FT UMRAH,

PERANCANGAN TURBIN ANGIN TIPE SAVONIUS L SUMBU VERTIKAL. Hendra Darmawan Penulis, Program Studi Teknik Elektro, FT UMRAH, PERANCANGAN TURBIN ANGIN TIPE SAVONIUS L SUMBU VERTIKAL Hendra Darmawan Penulis, Program Studi Teknik Elektro, FT UMRAH, hendradarmawan11@gmail.com Ibnu Kahfi Bachtiar ST, M.Sc Dosen Pembimbing, Program

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN, DATA DAN ANALISIS

BAB 4 PENGUJIAN, DATA DAN ANALISIS BAB 4 PENGUJIAN, DATA DAN ANALISIS 4.1 Pengujian Turbin Angin Turbin angin yang telah dirancang, dibuat, dan dirakit perlu diuji untuk mengetahui kinerja turbin angin tersebut. Pengujian yang dilakukan

Lebih terperinci

Bab IV Analisis dan Pengujian

Bab IV Analisis dan Pengujian Bab IV Analisis dan Pengujian 4.1 Analisis Simulasi Aliran pada Profil Airfoil Simulasi aliran pada profil airfoil dimaskudkan untuk mencari nilai rasio lift/drag terhadap sudut pitch. Simulasi ini tidak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TORI

BAB II LANDASAN TORI BAB II LANDASAN TORI Proses perancangan suatu alat ataupun yang mesin yang baik, diperlukan perencanaan yang cermat dalam perhitungan dan ukuran. Teori teori yang berhubungan dengan alat yang dibuat perlu

Lebih terperinci

PEMBANGKIT LISRIK TENAGA ANGIN. Nama : M. Beny Djaufani ( ) Ardhians A. W. ( Benny Kurnia ( Iqbally M.

PEMBANGKIT LISRIK TENAGA ANGIN. Nama : M. Beny Djaufani ( ) Ardhians A. W. ( Benny Kurnia ( Iqbally M. PEMBANGKIT LISRIK TENAGA ANGIN Nama : M. Beny Djaufani (11-2009-035) Ardhians A. W. (11-2009-0 Benny Kurnia (11-2009-0 Iqbally M. (11-2009-0 Pengertian PLTB Pembangkit Listrik Tenaga Angin atau sering

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2. Blade Falon Dasar dari usulan penelitian ini adalah konsep turbin angin yang berdaya tinggi buatan Amerika yang diberi nama Blade Falon. Blade Falon merupakan desain sudu turbin

Lebih terperinci

PERFORMANSI TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN EMPAT SUDU UNTUK MENGGERAKKAN POMPA SKRIPSI

PERFORMANSI TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN EMPAT SUDU UNTUK MENGGERAKKAN POMPA SKRIPSI PERFORMANSI TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN EMPAT SUDU UNTUK MENGGERAKKAN POMPA SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ALVI SYUKRI 090421064 PROGRAM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE PARAMETER AWAL ROTOR TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS

PENGEMBANGAN METODE PARAMETER AWAL ROTOR TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS Pengembangan Metode Parameter Awal Rotor... (Sulistyo Atmadi et al.) PENGEMBANGAN METODE PARAMETER AWAL ROTOR TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS Sulistyo Atmadi, Ahmad Jamaludin Fitroh Peneliti

Lebih terperinci

DESAIN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE H-ROTOR KAPASITAS 1 kw DI PANTAI SUWUK KEBUMEN

DESAIN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE H-ROTOR KAPASITAS 1 kw DI PANTAI SUWUK KEBUMEN DESAIN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE H-ROTOR KAPASITAS 1 kw DI PANTAI SUWUK KEBUMEN SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh : ACHMAD GUSTIANTONO NIM. I0411001

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Prinsip Kerja Turbin Angin Prinsip kerja dari turbin angin adalah mengubah energi mekanis dari angin menjadi energi putar pada kincir. Lalu putaran kincir digunakan untuk memutar

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH SUDUT PITCH TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN DARRIEUS-H SUMBU VERTIKAL NACA 0012

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH SUDUT PITCH TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN DARRIEUS-H SUMBU VERTIKAL NACA 0012 STUDI EKSPERIMEN PENGARUH SUDUT PITCH TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN DARRIEUS-H SUMBU VERTIKAL NACA 0012 Nur Aklis, H mim Syafi i, Yunika Cahyo Prastiko, Bima Mega Sukmana Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Literatur Beberapa penelitian yang telah melakukan penelitian terkait ilmu yang menyangkut tentang turbin angin, antara lain: Bambang setioko (2007), Kenaikan harga BBM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya konsumsi bahan bakar khususnya bahan bakar fosil sangat mempengaruhi peningkatan harga jual bahan bakar tersebut. Sehingga pemerintah berupaya mencari

Lebih terperinci

Turbin angin poros vertikal tipe Savonius bertingkat dengan variasi posisi sudut

Turbin angin poros vertikal tipe Savonius bertingkat dengan variasi posisi sudut Dinamika Teknik Mesin 6 (2016) 107-112 Turbin angin poros vertikal tipe Savonius bertingkat dengan variasi posisi sudut I.B. Alit*, Nurchayati, S.H. Pamuji Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mataram,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Proses Pengambilan dan Pengolahan Data Berdasarkan pembelajaran mengenai pembangkit energi tenaga angin yang telah ada maka berdasar dengan fungsi dan kegunaan maka dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Denhas (2014) melakukan penelitian mengenai peningkatan unjuk kerja turbin angin vertikal axis savonius dengan cara menambahkan sudu pengarah

Lebih terperinci

ANALISA PEMANFAATAN POTENSI ANGIN PESISIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK

ANALISA PEMANFAATAN POTENSI ANGIN PESISIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK ANALISA PEMANFAATAN POTENSI ANGIN PESISIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK Ahmad Farid 1, Mustaqim 2, Hadi Wibowo 3 1,2,3 Dosen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal Abstrak Kota Tegal dikenal

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KARAKTERISTIK RANCANGAN AWAL ROTOR TURBIN ANGIN

PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KARAKTERISTIK RANCANGAN AWAL ROTOR TURBIN ANGIN PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KARAKTERISTIK RANCANGAN AWAL ROTOR TURBIN ANGIN Sulistyo Atmadi Ahmad Jamaludln Fltroh Peneliti Pusat Teknologi Dirgantara Terapan, LAPAN ABSTRACT A method for determining

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan energi angin di Indonesia masih sangat kecil, baik yang dimanfaatkan untuk membangkitkan energi listrik ataupun untuk menggerakkan peralatan mekanis seperti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis meggunakan metode eksperimental dengan pendekatan kuantitatif yaitu melakukan pengamatan untuk mencari data penelitian

Lebih terperinci

Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin

Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-13 Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin Rahmat Taufiqurrahman dan Vivien Suphandani

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL TURBIN ANGIN SAVONIUS SUDU U DENGAN PENAMBAHAN SUDU NACA 0012

STUDI EKSPERIMENTAL TURBIN ANGIN SAVONIUS SUDU U DENGAN PENAMBAHAN SUDU NACA 0012 STUDI EKSPERIMENTAL TURBIN ANGIN SAVONIUS SUDU U DENGAN PENAMBAHAN SUDU NACA 0012 (1) Muhammad Irfansyah, (2) Mujiburrahman, (3) Meky Royandi (1)(2)(3) Prodi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN. yang penulis rancang ditunjukkan pada gambar 3.1. Gambar 3.

BAB III METODE PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN. yang penulis rancang ditunjukkan pada gambar 3.1. Gambar 3. 29 BAB III METODE PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN 3.1 Konsep Perancangan Sistem Adapun blok diagram secara keseluruhan dari sistem keseluruhan yang penulis rancang ditunjukkan pada gambar 3.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pulau Gili Ketapang Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pulau Gili Ketapang Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Gili Ketapang Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo adalah pulau kecil dengan pesona alam yang mengagumkan. Terletak disebelah utara Kota Probolinggo sekitar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.. Pengertian Angin Angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah. Perbedaan tekanan udara disebabkan oleh perbedaan suhu

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012 DESAIN PROTOTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN DENGAN TURBIN HORISONTAL DAN GENERATOR MAGNET PERMANEN TIPE AXIAL KECEPATAN RENDAH Hasyim Asy ari 1, Aris Budiman 2, Wahyu Setiyawan 3 1,2,3) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Proses perancangan suatu alat ataupun mesin yang baik, diperlukan perencanaan yang cermat dalam pendesainan dan ukuran. Teori teori yang berhubungan dengan alat yang dibuat perlu

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Angin adalah udara yang bergerak karena adanya perbedaan tekanan udara

BAB II TEORI DASAR. Angin adalah udara yang bergerak karena adanya perbedaan tekanan udara BAB II TEORI DASAR 2.1 Definisi Angin Angin adalah udara yang bergerak karena adanya perbedaan tekanan udara antara satu tempat dan tempat yang lain (Yusman, 2005). Adapun penyebab perbedaan tekanan udara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan 1. Kajian Teori a. Energi Angin Angin adalah udara yang bergerak yang disebabkan akibat rotasi bumi dan akibat perbedaan tekanan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGUKURAN

BAB III METODOLOGI PENGUKURAN BAB III METODOLOGI PENGUKURAN Kincir angin merupakan salah satu mesin konversi energi yang dapat merubah energi kinetic dari gerakan angin menjadi energi listrik. Energi ini dibangkitkan oleh generator

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE (HAWT) UNTUK DAERAH PANTAI SELATAN JAWA

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE (HAWT) UNTUK DAERAH PANTAI SELATAN JAWA PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE (HAWT) UNTUK DAERAH PANTAI SELATAN JAWA TUGAS AKHIR Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Strata-1 Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL TIGA SUDU BERDIAMETER 3,5 METER. Adi Andriyanto

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL TIGA SUDU BERDIAMETER 3,5 METER. Adi Andriyanto PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL TIGA SUDU BERDIAMETER 3,5 METER TUGAS SARJANA Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh Adi Andriyanto 13102131

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK PADA VERTICAL AXIS WIND TURBINE

STUDI EKSPERIMENTAL SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK PADA VERTICAL AXIS WIND TURBINE STUDI EKSPERIMENTAL SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK PADA VERTICAL AXIS WIND TURBINE (VAWT) SKALA KECIL ( Citra Resmi, Ir.Sarwono, MM, Ridho Hantoro, ST, MT) Jurusan Teknik Fisika FTI ITS Surabaya Kampus ITS

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN SUMBU VERTIKAL DI DESA KLIRONG KLATEN Oleh Bayu Amudra NIM:

RANCANG BANGUN ALAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN SUMBU VERTIKAL DI DESA KLIRONG KLATEN Oleh Bayu Amudra NIM: RANCANG BANGUN ALAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN SUMBU VERTIKAL DI DESA KLIRONG KLATEN Oleh Bayu Amudra NIM: 612008032 Skripsi Untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program

Lebih terperinci

SISTEM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS DENGAN BLADE TIPE L

SISTEM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS DENGAN BLADE TIPE L SISTEM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS DENGAN BLADE TIPE L Oleh Hendriansyah 23410220 Pembimbing : Dr. Ridwan, MT. Latar Belakang Energi angin merupakan salah satu energi

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN TURBIN ANGIN TIPE-H DENGAN BENTUK AIRFOIL NACA MODIFIKASI

RANCANG BANGUN TURBIN ANGIN TIPE-H DENGAN BENTUK AIRFOIL NACA MODIFIKASI TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN TURBIN ANGIN TIPE-H DENGAN BENTUK AIRFOIL NACA 0015-52 MODIFIKASI Disusun Oleh : FENDI SUTRISNO NIM: D200.06.0103 NIRM : 06.6.106.03030.50103 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

SEKILAS TEK.MESIN 1994 FT, 2010 FST

SEKILAS TEK.MESIN 1994 FT, 2010 FST SEKILAS TEK.MESIN FST,UNDANA 1994 FT, 2010 FST Konversi Energi Konstruksi Perancangan Rekayasa Material Dosen 21 orang Aktif : (S1=5, S2=13) Sementara study (S2=2, S3=1) Mahasiswa = 198 org Alumni = 164

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH SUDUT PITCH, UNTUK MEMPEROLEH DAYA OPTIMAL TURBIN ANGIN LPN-SKEA 50 KW PADA BEBERAPA KONDISI KECEPATAN ANGIN

ANALISA PENGARUH SUDUT PITCH, UNTUK MEMPEROLEH DAYA OPTIMAL TURBIN ANGIN LPN-SKEA 50 KW PADA BEBERAPA KONDISI KECEPATAN ANGIN Jurnal Teknologi Dirgantara Vol. 7 No. 1 Juni 009:60-66 ANALISA PENGARUH SUDUT PITCH, UNTUK MEMPEROLEH DAYA OPTIMAL TURBIN ANGIN LPN-SKEA KW PADA BEBERAPA KONDISI KECEPATAN ANGIN Sulistyo Atmadi, Ahmad

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BENTUK SUDU SETENGAH SILINDER ELLIPTIK UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TURBIN SAVONIUS

PENGGUNAAN BENTUK SUDU SETENGAH SILINDER ELLIPTIK UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TURBIN SAVONIUS 5 PENGGUNAAN BENTUK SUDU SETENGAH SILINDER ELLIPTIK UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TURBIN SAVONIUS Muhammad Irsyad Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung Keywords : Turbin Angin Savonius Sudu Elliptik

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI JUMLAH BLADE TERHADAP AERODINAMIK PERFORMAN PADA RANCANGAN KINCIR ANGIN 300 Watt

PENGARUH VARIASI JUMLAH BLADE TERHADAP AERODINAMIK PERFORMAN PADA RANCANGAN KINCIR ANGIN 300 Watt Dinamika Teknik Mesin, Volume 4 No. 2 Juli 2014 jumlah Blade Sayoga, Wiratama, Mara, Agus Dwi Catur: Pengaruh Variasi PENGARUH VARIASI JUMLAH BLADE TERHADAP AERODINAMIK PERFORMAN PADA RANCANGAN KINCIR

Lebih terperinci

Analisa Peletakan Multi Horisontal Turbin Secara Bertingkat

Analisa Peletakan Multi Horisontal Turbin Secara Bertingkat JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No., (05) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) G-0 Analisa Peletakan Multi Horisontal Turbin Secara Bertingkat Agus Suhartoko, Tony Bambang Musriyadi, Irfan Syarif Arief Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERANCANGAN TURBIN ANGIN TIPE SAVONIUS DUA TINGKAT DENGAN KAPASITAS 100 WATT UNTUK GEDUNG SYARIAH HOTEL SOLO SKRIPSI

PERANCANGAN TURBIN ANGIN TIPE SAVONIUS DUA TINGKAT DENGAN KAPASITAS 100 WATT UNTUK GEDUNG SYARIAH HOTEL SOLO SKRIPSI PERANCANGAN TURBIN ANGIN TIPE SAVONIUS DUA TINGKAT DENGAN KAPASITAS 100 WATT UNTUK GEDUNG SYARIAH HOTEL SOLO SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh: Satriya

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KINCIR ANGIN SEDERHANA DENGAN DUA SUDU POROS HORIZONTAL

ANALISIS KINERJA KINCIR ANGIN SEDERHANA DENGAN DUA SUDU POROS HORIZONTAL ANALISIS KINERJA KINCIR ANGIN SEDERHANA DENGAN DUA SUDU POROS HORIZONTAL Yeni Yusuf Tonglolangi Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Mesin, UKI Toraja email: yeni.y.tonglolangi@gmail.com Abstrak Pola

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Potensi Energi Air Potensi energi air pada umumnya berbeda dengaan pemanfaatan energi lainnya. Energi air merupakan salah satu bentuk energi yang mampu diperbaharui karena sumber

Lebih terperinci

STUDI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU (PLTB) DI SUMATERA UTARA

STUDI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU (PLTB) DI SUMATERA UTARA STUDI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU (PLTB) DI SUMATERA UTARA OLEH : NAMA : WISWANATHEN NIM : 030402072 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 STUDI PEMBANGKIT

Lebih terperinci

START STUDI LITERATUR MENGIDENTIFIKASI PERMASALAHAN. PENGUMPULAN DATA : - Kecepatan Angin - Daya yang harus dipenuhi

START STUDI LITERATUR MENGIDENTIFIKASI PERMASALAHAN. PENGUMPULAN DATA : - Kecepatan Angin - Daya yang harus dipenuhi START STUDI LITERATUR MENGIDENTIFIKASI PERMASALAHAN PENGUMPULAN DATA : - Kecepatan Angin - Daya yang harus dipenuhi PENGGAMBARAN MODEL Pemilihan Pitch Propeller (0,2 ; 0,4 ; 0,6) SIMULASI CFD -Variasi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

Studi Kinerja Turbin Angin Sumbu Horizontal NACA 4412 dengan Modifikasi Sudu Tipe Flat Pada Variasi Sudut Kemiringan 0º, 10 º, 15 º

Studi Kinerja Turbin Angin Sumbu Horizontal NACA 4412 dengan Modifikasi Sudu Tipe Flat Pada Variasi Sudut Kemiringan 0º, 10 º, 15 º NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR Studi Kinerja Turbin Angin Sumbu Horizontal NACA 4412 dengan Modifikasi Sudu Tipe Flat Pada Variasi Sudut Kemiringan 0º, 10 º, 15 º Disusun Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PEMBANGKIT LISTRIK SKALA KECIL MENGGUNAKAN KINCIR ANGIN SUMBU VERTIKAL LENZ2 PORTABEL

RANCANG BANGUN PEMBANGKIT LISTRIK SKALA KECIL MENGGUNAKAN KINCIR ANGIN SUMBU VERTIKAL LENZ2 PORTABEL RANCANG BANGUN PEMBANGKIT LISTRIK SKALA KECIL MENGGUNAKAN KINCIR ANGIN SUMBU VERTIKAL LENZ2 PORTABEL Yusuf Ismail Nakhoda 1), Chorul Saleh 2) 1) 2) Teknik Elektro, Institut Teknologi Nasional Malang E-mail:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pompa Sentrifugal 2.1.1. Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu mesin kinetis yang mengubah energi mekanik menjadi energi fluida menggunakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Angin Angin adalah gerakan udara dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Kekuatan angin berlebihan dapat dikontrol menggunakan sistem manual atau otomatik.

Lebih terperinci

Moch. Arif Afifuddin Ir. Sarwono, MM. Ridho Hantoro, ST., MT. Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2010

Moch. Arif Afifuddin Ir. Sarwono, MM. Ridho Hantoro, ST., MT. Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2010 STUDI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI VERTICAL AXIS WIND TURBINE (VAWT) DENGAN VARIASI DESAIN TURBIN Moch. Arif Afifuddin Ir. Sarwono, MM. Ridho Hantoro, ST., MT. Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, penggunaan sumber energi fosil tak pelak lagi merupakan sumber energi utama yang digunakan oleh umat manusia. Dalam penggunaan energi nasional di tahun

Lebih terperinci

Karakterisasi Turbin Angin Poros Horizontal Dengan Variasi Bingkai Sudu Flat Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Angin

Karakterisasi Turbin Angin Poros Horizontal Dengan Variasi Bingkai Sudu Flat Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Angin Karakterisasi Turbin Angin Poros Horizontal Dengan Variasi Bingkai Sudu Flat Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Angin Bono, Gatot Suwoto, Margana, Sunarwo Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl.

Lebih terperinci

Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya

Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya Analisa Bentuk Profile Dan Jumlah Blade Vertical Axis Wind Turbine Terhadap Putaran Rotor Untuk Menghasilkan Energi Listrik Saiful Huda (1) dan Irfan Syarif Arief, ST.MT (2) (1) Mahasiswa Teknik Sistem

Lebih terperinci

Pengaruh Desain Sudu Terhadap Unjuk Kerja Prototype Turbin Angin Vertical Axis Savonius

Pengaruh Desain Sudu Terhadap Unjuk Kerja Prototype Turbin Angin Vertical Axis Savonius TURBO Vol. 5 No. 2. 2016 p-issn: 2301-6663, e-issn: 2477-250X Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah Metro URL: http://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo Pengaruh Desain Sudu Terhadap Unjuk Kerja Prototype

Lebih terperinci

DESAIN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL HYBRID KAPASITAS 300 WATT UNTUK GEDUNG SALA VIEW HOTEL SURAKARTA

DESAIN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL HYBRID KAPASITAS 300 WATT UNTUK GEDUNG SALA VIEW HOTEL SURAKARTA DESAIN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL HYBRID KAPASITAS 300 WATT UNTUK GEDUNG SALA VIEW HOTEL SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh : MUHAMAD NIM.

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/naval JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro ISSN 2338-0322 Analisa Pengaruh Variasi Bentuk Sudu,

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI SUDUT BLADE AIRFOIL CLARK-Y FLAT BOTTOM PADA UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) DENGAN KAPASITAS 500 WATT

PENGARUH VARIASI SUDUT BLADE AIRFOIL CLARK-Y FLAT BOTTOM PADA UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) DENGAN KAPASITAS 500 WATT PENGARUH VARIASI SUDUT BLADE AIRFOIL CLARK-Y FLAT BOTTOM PADA UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) DENGAN KAPASITAS 500 WATT Novi Caroko 1,a, Wahyudi 1,b, Aditya Ivanda 1,c Universitas

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL TURBIN ANGIN PEMBANGKIT LISTRIK TIPE SAVONIUS JENIS SPLIT S DENGAN SISTEM MAGNETIC LEVITATION SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF

KAJI EKSPERIMENTAL TURBIN ANGIN PEMBANGKIT LISTRIK TIPE SAVONIUS JENIS SPLIT S DENGAN SISTEM MAGNETIC LEVITATION SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF KAJI EKSPERIMENTAL TURBIN ANGIN PEMBANGKIT LISTRIK TIPE SAVONIUS JENIS SPLIT S DENGAN SISTEM MAGNETIC LEVITATION SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF Miftahur Rahmat 1,Kaidir 1,Edi Septe S 1 1 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. Kecepatan arus ( m/s) 0,6 1,2 1,6 1,8. Data kecepatan arus pada musim Barat di Bulan Desember dapt dilihat dari tabel di bawah.

BAB IV ANALISA DATA. Kecepatan arus ( m/s) 0,6 1,2 1,6 1,8. Data kecepatan arus pada musim Barat di Bulan Desember dapt dilihat dari tabel di bawah. BAB IV ANALISA DATA 4.1 Umum Pada bab ini menguraikan langkah-langkah dalam pengolahan data-data yang telah didapatkan sebelumnya. Data yang didapatkan, mewakili keseluruhan data sistem yang digunakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PROTOTIPE TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS TUGAS AKHIR

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PROTOTIPE TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PROTOTIPE TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS TUGAS AKHIR Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Program Strata I pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas TeknikUniversitas

Lebih terperinci

Maximum Power Point Tracking (MPPT) Pada Variable Speed Wind Turbine (VSWT) Dengan Permanent Magnet Synchronous Generator

Maximum Power Point Tracking (MPPT) Pada Variable Speed Wind Turbine (VSWT) Dengan Permanent Magnet Synchronous Generator Maximum Power Point Tracking (MPPT) Pada Variable Speed Wind Turbine (VSWT) Dengan Permanent Magnet Synchronous Generator (PMSG) menggunakan Switch Mode Rectifier (SMR) Armaditya T.M.S. 2210 105 019 Dosen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energi angin merupakan salah satu sumber daya yang berlimpah, ramah lingkungan dan bersifat renewable sehingga berpotensi untuk dikembangkan. Secara keseluruhan potensi

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN TURBIN ANGIN HYBRID (SAVONIUS- DARRIEUS)

LAPORAN PENELITIAN TURBIN ANGIN HYBRID (SAVONIUS- DARRIEUS) LAPORAN PENELITIAN TURBIN ANGIN HYBRID (SAVONIUS- DARRIEUS) Medeline Citra Vanessa NIM: 1500510021 Physics Energy Engineering, Clean Energy and Climate Change Faculty Surya University Tangerang, Banten,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Chen, dkk (2013) meneliti tentang Vertical Axis Water Turbine (VAWT) yang diaplikasikan untuk menggerakkan power generation untuk aliran air dalam pipa. Tujuannya

Lebih terperinci

PERANCANGAN TURBIN STRAIGHT BLADE DARRIEUS DENGAN TIGA SUDU

PERANCANGAN TURBIN STRAIGHT BLADE DARRIEUS DENGAN TIGA SUDU EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol No. Mei 05; 4-46 ERANANGAN TURBIN STRAIGHT BLADE DARRIEUS DENGAN TIGA SUDU Supriyo rogram Studi Teknik Konversi Energi oliteknik Negeri Semarang Jl. rof. H. Sudarto, S.H.,

Lebih terperinci

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDU PENGARAH ALIRAN (GUIDE VANE) TERHADAP DAYA PADA TURBIN SAVONIUS SKRIPSI

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDU PENGARAH ALIRAN (GUIDE VANE) TERHADAP DAYA PADA TURBIN SAVONIUS SKRIPSI UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDU PENGARAH ALIRAN (GUIDE VANE) TERHADAP DAYA PADA TURBIN SAVONIUS SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh : YASIR DENHAS NIM.

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN KINCIR ANGIN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK SUMBU VERTIKAL SAVONIUS PORTABEL MENGGUNAKAN GENERATOR MAGNET PERMANEN ABSTRAK

RANCANG BANGUN KINCIR ANGIN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK SUMBU VERTIKAL SAVONIUS PORTABEL MENGGUNAKAN GENERATOR MAGNET PERMANEN ABSTRAK Rancang Bangun Kincir Angin Yusuf Choirul RANCANG BANGUN KINCIR ANGIN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK SUMBU VERTIKAL SAVONIUS PORTABEL MENGGUNAKAN GENERATOR MAGNET PERMANEN 1) Yusuf Ismail Nakhoda, 2) Chorul

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Konsumsi tenaga listrik Indonesia... 1 Gambar 2.1 Klasifikasi aliran fluida... 6 Gambar 2.2 Daerah aliran inviscid dan aliran viscous... 7 Gambar 2.3 Roda air kuno... 10 Gambar

Lebih terperinci

UJI KINERJA TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE DARRIEUS-H NACA 0018 MODIFIKASI DENGAN VARIASI SUDUT PITCH 35 0,40 0,45 0,50 0,55 0,60 0

UJI KINERJA TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE DARRIEUS-H NACA 0018 MODIFIKASI DENGAN VARIASI SUDUT PITCH 35 0,40 0,45 0,50 0,55 0,60 0 TUGAS AKHIR UJI KINERJA TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE DARRIEUS-H NACA 0018 MODIFIKASI DENGAN VARIASI SUDUT PITCH 35 0,40 0,45 0,50 0,55 0,60 0 Disusun : YUNIKA CAHYO PRASTIKO NIM : D 200 120 087 PROGRAM

Lebih terperinci