BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
|
|
- Susanti Widjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO KUALA, : a. bahwa dalam rangka meningkatkan tata kelola pengadaan pengadaan barang/jasa di desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa agar sesuai dengan tata kelola pemerintahan yang baik, transparan dan akuntable serta meningkatkan pemberberdayaan masyarakat, perlu diatur sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku ; b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 13 tahun 2013 tentang Pedoman Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa di Desa mengamanatkan Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa di Desa diatur oleh Bupati dalam bentuk Peraturan Bupati; c. bahwa dengan berakhirnya tahun anggaran 2016 dan sesuai ketentuan pasal 29 Peraturan Bupati Nomor 55 tahun 2016 tentang Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa di Desa Kabupaten Barito Kuala, Peraturan Bupati Nomor 55 tahun 2016 tentang Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa di Desa Kabupaten Barito Kuala dinyatakan tidak berlaku; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa di Desa Kabupaten Barito kuala; Mengingat : 1. Undang- Undang Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820);
2 2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik indonesia Nomor 5234); 4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik indonesia Nomor 4575); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539); 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2094);
3 11. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 13 Tahun 2013 tentang Pedoman Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa di Desa yang telah diubah dengan Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 13 Tahun 2013 tentang Pedoman Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa di Desa; 12. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Kuala Nomor 6 Tahun 2007 tentang Badan Permusyawaratan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Barito Kuala Tahun 2007 Seri D Nomor Seri 1); 13. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Kuala Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pedoman Pembentukan Dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Barito Kuala Tahun 2008 Nomor 36); 14. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Kuala Nomor 39 Tahun 2008 tentang Sumber Pendapatan Dan Kekayaan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Barito Kuala Tahun 2008 Nomor 39); 15. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Kuala Nomor 38 Tahun 2008 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Barito Kuala Tahun 2008 Nomor 38); 16. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Kuala Nomor 6 Tahun 2016 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa, Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa (Lembaran daerah Kabupaten Barito Kuala Tahun 2016 Nomor 24) MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : (1) Daerah adalah Daerah kabupaten Barito kuala; (2) Pemerintah Dearah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelengaraan pemerintah daerah; (3) Bupati adalah Bupati Barito kuala;
4 (4) Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di kabupaten Barito kuala; (5) Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa; (6) Kepala Desa adalah kepala pemerintah desa yang mempunyai wewenang, tugas dan kewajiban menyelenggarakan urusan rumah tangga desanya dan melaksanakan tugas dari pemerintah dan Pemerintah Daerah; (7) Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa yang selanjutnya disebut PKPKDes adalah Kepala Desa yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan Desa; (8) Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban desa tersebut; (9) Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disebut APBDes adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintahan Desa dan Badan Permusyawaratan Desa yang ditetapkan dengan Peraturan Desa; (10) Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa yang selanjutnya disebut PTPKD adalah perangkat desa yang ditunjuk oleh Kepala Desa untuk melaksanakan pengelolaan keuangan desa; (11) Lembaga Kemasyarakatan Desa adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra Pemerintah Desa dalam memberdayakan masyarakat; (12) Pengadaan Barang/Jasa di Desa yang selanjutnya disebut dengan Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh Pemerintah Desa, baik dilakukan dengan cara swakelola maupun melalui penyedia barang/jasa; (13) Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau perorangan yang menyediakan barang/jasa; (14) Swakelola adalah kegiatan Pengadaan Barang/Jasa dimana pekerjaannya direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri oleh Tim Pengelola Kegiatan; (15) Tim Pengelola Kegiatan yang selanjutnya disingkat TPK adalah Tim yang ditetapkan oleh Kepala Desa dengan Keputusan Kepala Desa, terdiri dari unsur Pemerintah Desa dan Unsur Lembaga Kemasyarakatan Desa untuk melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa; (16) Panitia penerima hasil pekerjaan adalah panitia yang ditetapkan oleh Kepala Desa yang bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan; (17) Pakta Integritas adalah surat pernyataan yang berisi ikrar untuk mencegah dan tidak melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme dalam Pengadaan Barang/Jasa;
5 (18) Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh Pengguna Barang; (19) Pekerjaan Konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya; (20) Jasa Konsultansi adalah jasa layanan professional yang membutuhkan keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir (brainware); (21) Dokumen Pengadaan adalah dokumen yang ditetapkan oleh Tim Pengelola Kegiatan yang memuat informasi dan ketentuan yang harus ditaati oleh para pihak dalam proses Pengadaan Barang/Jasa; (22) Surat Perjanjian Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Surat Perjanjian adalah perjanjian tertulis antara TPK dengan Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana Swakelola; BAB II RUANG LINGKUP, MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Ruang lingkup pengaturan pelaksanaan pengadaan barang/jasa dalam peraturan bupati ini terdiri atas : a. Pengadaan barang/jasa melalui swakelola; b. Pengadaan barang/jasa melalui penyedia barang/jasa; dan c. Pengawasan, pembayaran, pelaporan dan serah terima Pasal 3 (1) Peraturan Bupati ini dimaksudkan sebagai acuan bagi Pemerintah Desa dalam melaksanakan pengadaan barang/jasa yang dibiayai dengan menggunakan APBDesa. (2) Peraturan Bupati ini bertujuan agar pengadaan barang/jasa yang dilakukan Pemerintah Desa sesuai dengan tata kelola yang baik dan sesuai dengan prinsip prinsip pengadaan barang/jasa Pemerintah Desa. BAB III PRINSIP DAN ETIKA Pasal 4 (1) Pengadaan barang/jasa di Desa menerapkan prinsip-prinsip: a. efisien, yaitu pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang minimum untuk mencapai kualitas dan sasaran dalam waktu yang ditetapkan atau menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk mencapai hasil dan sasaran dengan kualitas yang maksimum;
6 b. efektif, yaitu pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya; c. transparan, yaitu semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang/jasa bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas oleh masyarakat dan penyedia barang/jasa yang berminat; d. pemberdayaan masyarakat, yaitu pengadaan barang/jasa harus dijadikan sebagai wahana pembelajaran bagi masyarakat untuk dapat mengelola pembangunan desanya; e. gotong-royong, yaitu penyediaan tenaga kerja oleh masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan di desa; dan f. akuntabel, yaitu harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait dengan pengadaan barang/jasa sehingga dapat dipertanggung jawabkan. (2) Para pihak yang terkait dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa harus mematuhi etika meliputi : a. bertanggung jawab; b. mencegah kebocoran dan pemborosan keuangan desa; dan c. patuh terhadap ketentuan Peraturan Perundang-undangan. BAB IV KELEMBAGAAN PENGADAAN BARANG/JASA Bagian Kesatu Organisasi Pengadaan Barang/Jasa di Desa Pasal 5 Kelembagaan yang terkait dengan pelaksanaan pengadaan barang/jasa di desa baik melalui swakelola maupun penyedia barang/jasa adalah : a. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa (PKPKD); b. Pelaksanan Teknis Pengelolaan Keuangan Desa; c. Tim Pengelola Kegiatan (TPK); dan d. Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) Bagian Kedua Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa (PKPKD) Pasal 6 Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa (PKPKD) adalah Kepala Desa atau Pejabat Kepala Desa yang memiliki tugas dan kewenangan dalam pengadaan barang/jasa sebagai berikut : a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesa; b. mengangkat dan menetapkan PTPKD; c. mengangkat dan menetapkan TPK d. mengangkat dan menetapkan PPHP e. menyetujui atau menolak penunjukan penyedia barang/jasa yang diusulkan TPK.
7 f. melakukan musyawarah/rapat persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan serah terima hasil pengadaan barang/jasa; g. mengawasi pelaksanaan Anggaran h. menyetujui pengeluaran atas kegiatan yang ditetapkan dalam APBDesa; i. Menyampaikan laporan keuangan desa kepada Bupati sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku ; j. Menyampaikan laporan realisasi keuangan desa terkait dengan pengadaan barang/jasa kepada Bupati setiap enam bulan sekali pada tahun anggaran berjalan ; dan k. Mengawasi penyimpanan dan pemeliharaan seluruh dokumen pengadaan barang/jasa. Bagian Ketiga Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD) Pasal 7 (1) Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD) terdiri dari: a. Sekretaris Desa; b. Kepala Seksi; dan c. Bendahara; (2) PTPKD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa pada setiap tahun anggaran Pasal 8 (1) Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat (1) huruf a bertindak selaku koordinator PTPKD. (2) Sekretaris Desa selaku koordinator PTPKD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas dan kewenangan : a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBDesa; b. menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa, perubahan APBDesa dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa; c. melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan dalam APBDesa; d. menyusun pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa; e. melakukan verifikasi terhadap bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran APBDesa; dan f. menolak SPP dari TPK untuk pembayaran pengadaan barang/jasa apabila tidak terdapat bukti yang sah dan tidak dapat dipertanggungjawabkan secara administratif Pasal 9 (1) Kepala Seksi sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat (1) huruf b bertindak sebagai pelaksana kegiatan sesuai dengan bidangnya. (2) Kepala Seksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas: a. menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya;
8 b. melaksanakan kegiatan dan/atau bersama Lembaga Kemasyarakatan Desa yang telah ditetapkan di dalam APBDesa; c. melakukan tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatan; d. mengendalikan pelaksanaan kegiatan; e. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Desa; dan f. menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan. Pasal 10 (1) Bendahara sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 ayat (1) huruf c di jabat oleh staf pada Urusan Keuangan (2) Bendahara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas : a. mencatat dan melaporkan setiap transaksi pengadaan barang/jasa yang membebani APBDesa ; b. melaksanakan pembayaran pengadaan barang/jasa di Desa setelah diverifikasi oleh Sekretaris Desa dan mendapat persetujuan dari Kepala Desa ; c. melaporkan realisasi penggunaan anggaran pengadaan barang/jasa setiap 1 (satu) bulan sekali kepada Kepala Desa paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya ; d. menyimpan dan mengamankan dokumen surat pertanggungjawaban pengadaan barang/jasa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagian Keempat Tim Pengelola Kegiatan (TPK) Pasal 11 (1) TPK adalah Tim yang dibentuk oleh Pemerintah Desa yang selanjutnya ditetapkan oleh Kepala Desa dengan Keputusan Kepala Desa. (2) TPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari unsur Perangkat Desa dan unsur Lembaga Kemasyarakatan Desa. (3) Unsur perangkat desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diutamakan Kepala Seksi Kesejahteraan dan/atau unsur perangkat desa lainnya yang memiliki kemampuan dalam menjalankan pengadaan barang/jasa. (4) Unsur Lembaga Kemasyarakatan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2), adalah sebagai anggota aktif, memiliki kompetensi dibidang pekerjaan yang akan dilaksanakan. Pasal 12 (1) TPK yang ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada pasal 11 ayat (1) jumlah keanggotaannya disesuaikan dengan kompleksitas dan nilai pekerjaan (2) Desa dapat membentuk TPK untuk setiap paket kegiatan atau satu TPK untuk semua kegiatan pengadaan barang/jasa di Desa. (3) Dalam hal satu TPK untuk semua kegiatan pengadaan barang/jasa di Desa, dapat dibentuk penanggung jawab teknis untuk setiap paket kegiatan.
9 Pasal 13 (1) Untuk pengadaan barang/jasa dengan nilai s.d. Rp ,00 (limapuluh juta rupiah) dan pekerjaan bersifat sederhana, keanggotaan TPK berjumlah maksimal 2 orang. (2) Untuk pengadaan barang/jasa dengan nilai diatas Rp ,00 (limapuluh juta rupiah) sampai dengan Rp (duaratus juta rupiah), keanggotaan TPK berjumlah 2 sampai dengan 3 orang (3) Untuk pengadaan barang/jasa dengan nilai lebih dari Rp (duaratus juta rupiah), keanggotaan TPK minimal berjumlah 3 orang. (4) susunan organisasi TPK yang terdiri atas: a. Ketua merangkap anggota adalah berasal dari Unsur Perangkat Desa; b. Sekretaris merangkap anggota adalah unsur yang berasal dari Perangkat Desa atau dari unsur Lembaga Kemasyarakatan Desa; dan c. Anggota berasal dari unsur Perangkat Desa atau dari unsur Lembaga Kemasyarakatan Desa (5) Untuk membantu pelaksanaan tugas, TPK dapat menggunakan tenaga ahli/teknis yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil atau Swasta sesuai dengan keahlian dibidangnya Pasal 14 (1) Pemerintah Desa menyediakan biaya pendukung dalam rangka pelaksanaan tugas TPK berupa honorarium dan keperluan biaya pendukung kerja TPK sepanjang berkaitan dengan kegiatan pengadaan barang/jasa dimaksud. (2) Besaran honorarium dan keperluan biaya pendukung maksimal 3% dari nilai pengadaan barang/jasa dan disesuaikan dengan kemampuan keuangan desa (3) Ketentuan besaran biaya pendukung dan komposisi alokasi 3% sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan setiap tahunnya dalam pedoman penyusunan APBDesa yang ditetapkan dengan keputusan Bupati. Pasal 15 TPK sebagaimana dimaksud pada pasal 11 ayat (1) memiliki tugas pokok dan kewenangan sebagai sebagai berikut: a. Menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB) berdasarkan data harga pasar setempat dan dapat memperhitungkan ongkos kirim atas barang/jasa yang akan diadakan; b. Menetapkan spesifikasi teknis sederhana barang/jasa (bila diperlukan); c. Khusus pekerjaan kontruksi, menetapkan gambar rencana kerja sederhana/sketsa (bila diperlukan); d. Menyusun rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa; e. mempersiapkan dokumen pengadaan barang/jasa ; f. mengumumkan pelaksanaan pengadaan barang/jasa di Desa dengan memasang dipapan pengumuman desa atau tempat-tempat strategis dalam wilayah desa ; g. menilai kualifikasi penyedia barang/jasa ; h. menilai penawaran dan melakukan negosiasi dengan penyedia barang/jasa;
10 i. mengusulkan penyedia barang/jasa kepada pengguna anggaran desa ; j. menetapkan penyedia barang/jasa untuk pengadaan barang/jasa dengan persetujuan Kepala Desa ; k. menandatangani dan melaksanakan perjanjian dengan penyedia barang/jasa; l. Menyimpan dan menjaga keutuhan dokumen pengadaan Barang/Jasa;dan m. Melaporkan semua kegiatan dan menyerahkan hasil Pengadaan Barang/Jasa kepada Kepala Desa dengan disertai Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan. Pasal 16 (1) Untuk ditetapkan sebagai keanggotaan TPK harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Memiliki integritas, disiplin, dan bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas; b. Mampu mengambil keputusan, serta tidak pernah terlibat Korupsi, Kolusi dan Nepotisme; c. Menandatangani Pakta Integritas; d. Tidak menjabat sebagai Sekretaris Desa, Kaur Keuangan, dan atau bendahara desa; dan e. Memiliki kemampuan kerja secara berkelompok dalam melaksanakan setiap tugas/pekerjaannya. (2) TPK dilarang mengadakan ikatan perjanjian atau menandatangani Surat Perjanjian dengan Penyedia Barang/Jasa apabila belum tersedia anggaran. Bagian Kelima Panitia Penerima Hasil Pekerjaan Pasal 17 (1) Panitia Penerima Hasil Pekerjaan ditetapkan oleh Kepala Desa dengan Keputusan Kepala Desa yang keanggotaannya disesuaikan dengan kompleksitas dan nilai pekerjaan. (2) Panitia Penerima Hasil Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari unsur Badan Permusyawaratan Desa, unsur Perangkat Desa dan dari unsur lembaga kemasyarakatan desa. (3) Pemerintah Desa menyediakan biaya pendukung dalam rangka pelaksanaan tugas PPHP berupa honorarium dan biaya pendukung kerja PPHP sepanjang berkaitan dengan pemeriksaan hasil pengadaan barang/jasa dimaksud. (4) Ketentuan jumlah PPHP dan besaran biaya pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (2 dan ayat (3) ) ditetapkan setiap tahunnya dalam pedoman penyusunan APBDesa yang ditetapkan dengan keputusan Bupati Pasal 18 (1) Panitia Penerima Hasil Pekerjaan wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. memiliki integritas, disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas;
11 b. Memahami Isi RAB. Gambar dan Isi Perjanjian c. Memiliki kualifikasi Teknis d. Menandatangani pakta integritas e. tidak menjabat sebagai Sekretaris Desa, Kaur Keuangan, dan atau bendahara desa. (2) Panitia Penerima Hasil Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas pokok dan kewenangan untuk : a. melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa sesuai yang tercantum dalam RAB atau perjanjian yang mencakup kesesuaian jenis, spesifikasi teknis, jumlah/volume/kuantitas, mutu/ kualitas, waktu dan tempat penyelesaian pekerjaan dituangkan di dalam Berita Acara Hasil Pemeriksaan; b. menerima hasil Pengadaan Barang/Jasa setelah melalui pemeriksaan/pengujian; dan c. membuat dan menandatangani Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan. (3) Untuk membantu pelaksanaan tugas, Panitia Penerima Hasil Pekerjaan yang dimaksud dalam ayat (2) dapat menggunakan tenaga ahli/teknis yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil atau Swasta sesuai dengan keahlian dibidangnya. (4) Dalam hal keanggotaan Panitia Penerima Hasil Pekerjaan tidak turut serta menandatangani Berita Acara Hasil Pekerjaan/Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan, wajib memberikan penjelasan tertulis. (5) Penjelasan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (6), merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan.. BAB V PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA Bagian Kesatu Umum Pasal 19 (1) Pengadaan Barang/Jasa di desa pada prinsipnya dilakukan dengan cara Swakelola oleh Pemerintah Desa dengan melibatkan seluruh masyarakat Desa dengan semangat gotong royong, memanfaatkan kearifan lokal, serta memaksimalkan penggunaan material/bahan dari wilayah setempat, untuk memperluas kesempatan kerja dan pemberdayaan masyarakat setempat (2) Pelaksanaan Swakelola oleh TPK meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan, pengawasan, penyerahan, pelaporan, dan pertanggungjawaban hasil pekerjaan. (3) Khusus untuk pekerjaan kontruksi tidak sederhana, yaitu pekerjaan konstruksi yang membutuhkan tenaga ahli dan/atau peralatan berat, tidak dapat dilaksanakan dengan cara swakelola.
12 Bagian Kedua Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola Paragraf 1 Umum Pasal 20 (1) Swakelola merupakan kegiatan pengadaan barang/jasa dimana pekerjaannya direncanakan, dikerjakan dan/ atau diawasi sendiri oleh Tim Pengelola Kegiatan (2) Pelaksanaan swakelola oleh TPK meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan, penyerahan, pelaporan dan pertanggungjawaban hasil pekerjaan. (3) Khusus untuk pekerjaan konstruksi tidak sederhana, yaitu pekerjaan konstruksi yang membutuhkan tenaga ahli dan/atau peralatan berat, tidak dapat dilaksanakan dengan cara swakelola Paragraf 2 Perencanaan Pasal 21 Rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa di desa melalui metode swakelola meliputi: a. Jadwal pelaksanaan pekerjaan; b. Rencana penggunaan tenaga kerja, kebutuhan bahan, dan peralatan; c. Khusus pekerjaan konstruksi, menetapkan Gambar rencana kerja/sketsa (apabila diperlukan); d. Spesifikasi teknis (apabila diperlukan); dan e. Perkiraan Biaya (Rencana Anggaran Biaya/RAB). Paragraf 3 Pelaksanaan Pasal 22 (1) Pelaksanaan swakelola dilakukan berdasarkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa melalui swakelola; (2) Kebutuhan barang/jasa termasuk di dalamnya bahan/material untuk mendukung kegiatan swakelola yang tidak dapat disediakan dengan cara swadaya, dilakukan oleh penyedia barang/jasa yang dianggap mampu oleh TPK; (3) Khusus untuk pekerjaan konstruksi : a. ditunjuk satu orang penanggung jawab teknis pelaksanaan pekerjaan dari anggota TPK yang dianggap mampu atau mengetahui teknis kegiatan/pekerjaan. b. penanggungjawab teknis pelaksanaan pekerjaan dapat dibantu oleh personil yang ditunjuk dari dinas teknis terkait atau tenaga ahli/tkenis yang berasal dari non PNS sesuai dengan keahlian dibidangnya dan atau c. dapat dibantu oleh pekerja (tenaga tukang dan/atau mandor).
13 (4) TPK menyusun rencana pelaksanaan pengadaan meliputi : a. Rencana anggaran biaya (RAB) berdasarkan data harga pasar setempat atau harga pasar terdekat dari desa tersebut b. Dalam penyusunan RAB dapat memperhitungkan pajak, ongkos kirim atau ongkos pengambilan atas barang/jasa yang akan diadakan c. Khusus untuk pekerjaan konstruksi, disertai gambar rencana kerja (5) TPK wajib melakukan pengawasan dan melaporkan kemajuan fisik semua kegiatan pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya secara periodik. (6) Khusus pekerjaan konstruksi bangunan yang dilakukan secara swakelola, TPK mengajukan pencairan dana kepada PKPKDes terbagi tiga tahap yaitu: a. tahap pertama senilai 60% (enam puluh perseratus) merupakan uang dimuka dari nilai pekerjaan untuk membiayai persiapan Pelaksanaan kegiatan; b. tahap kedua senilai 30% (tiga puluh perseratus) setelah TPK mempertanggungjawabkan100% (seratus perseratus) dari nilai uang dimuka yang telah dipergunakan;dan c. tahap ketiga senilai 10% (sepuluh perseratus) setelah TPK mempertanggungjawabkan 100% (seratus perseratus) dari nilai uang yang diminta pada tahap kedua yang telah dipergunakan. (7) TPK wajib mempertanggungjawabkan realisasi keuangan dan realisasi fisik pekerjaan yang menjadi kewajibannya. (8) TPK wajib membuat pertanggungjawaban hasil pekerjaan/kegiatan kepada Kepala Desa selaku PKPKD. Bagian Ketiga Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia Barang/Jasa Paragraf 1 Umum Pasal 23 (1) Pengadaan barang/jasa melalui penyedia barang/jasa dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan barang/jasa dalam rangka mendukung pelaksanaan swakelola maupun memenuhi kebutuhan barang/jasa secara langsung di Desa. (2) Penyedia barang/jasa adalah Badan Usaha atau Perseorangan yang menyediakan barang/jasa (3) Penyedia barang/jasa yang dianggap mampu dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa harus memenuhi persyaratan : a. Menjalankan usaha atau kegiatan penyediaan barang/jasa sesuai yang dibutuhkan.
14 b. memiliki tempat/lokasi usaha, kecuali untuk tukang batu, tukang kayu, dan sejenisnya. c. Menandatangani surat pernyataan kebenaran usaha d. untuk pekerjaan konstruksi, mampu menyediakan tenaga ahli dan/atau peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan. e. khusus Badan Usaha harus memiliki NPWP dan telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir. (4) Tidak boleh menggunakan pihak ketiga (orang atau badan yang bukan toko/penyedia) sebagai calo penyedia bahan/alat/tenaga yang dibutuhkan. (5) Unsur Pemerintah Desa dan Lembaga Kemasyarakatan Desa yang menjabat dalam kelembagaan pengadaan barang/jasa di desa dilarang menjadi penyedia barang/jasa di Desa setempat. Paragraf 2 Perencanaan Pengadaan Barng/Jasa Melalui Penyedia Barang/Jasa Pasal 24 (1) Dalam menyusun perencanaan pengadaan barang/jasa TPK harus mempertimbangkan : a. kondisi/keadaan yang sebenarnya dilokasi/lapangan ; b. kepentingan masyarakat setempat ; c. jenis, sifat dan nilai barang/jasa d. jumlah penyedia barang/jasa yang ada ; e. kebutuhan barang/bahan; dan f. jadwal pengadaan dan ketepatan tempat pengiriman. (2) TPK menyusun rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa meliputi: a. Rencana Anggaran Biaya (RAB) berdasarkan data harga pasar setempat atau harga pasar terdekat; b. Rencana anggaran belanja dengan memperhitungkan ongkos kirim atau ongkos pengambilan atas barang/jasa yang akan diadakan; c. spesifikasi teknis barang/jasa (apabila diperlukan); dan d. khusus untuk pekerjaan konstruksi, disertai gambar rencana kerja (apabila diperlukan). Paragraf 3 Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Pasal 25 (1) Pengadaan Barang/jasa melalui penyedia barang/jasa meliputi : a. Pengadaan barang/jasa dengan nilai sampai dengan Rp ,00 (lima puluh juta rupiah); b. Pengadaan barang/jasa dengan nilai di atas Rp ,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp ,00 (dua ratus juta rupiah); dan
15 c. Pengadaan barang/jasa dengan nilai di atas Rp ,00 (dua ratus juta rupiah). (2) Penentuan jumlah nilai pengadaan sebagaimana ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c adalah jumlah biaya pengadaan bahan atau alat yang terdapat pada RAB berdasar jenis atau gabungan bahan atau alat yang biasa disediakan oleh penyedia yang sama. Paragraf 4 Pengadaan Barang/Jasa dengan Nilai sampai dengan Rp ,00 (Lima Puluh Juta Rupiah) Pasal 26 Pengadaan barang/jasa dengan nilai sampai dengan Rp ,00 (lima puluh juta rupiah) dilaksanakan dengan ketentuan: a. TPK membeli barang/jasa kepada 1 (satu) penyedia barang/jasa; b. pembelian sebagaimana dimaksud pada huruf a, dilakukan tanpa permintaan penawaran secara tertulis; c. TPK melakukan negosiasi (tawar-menawar) dengan penyedia barang/jasa untuk memperoleh harga yang lebih murah; dan d. penyedia barang/jasa memberikan bukti transaksi berupa nota, faktur pembelian, atau kuitansi untuk dan atas nama TPK. Paragraf 5 Pengadaan Barang/Jasa dengan Nilai di Atas Rp ,00 (Lima Puluh Juta Rupiah) sampai dengan Rp ,00 (Dua Ratus Juta Rupiah) Pasal 27 Pengadaan barang/jasa dengan nilai di atas Rp ,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp ,00 (dua ratus juta rupiah) dilaksanakan dengan ketentuan: a. TPK melakukan permintaan penawaran secara tertulis dari 1 (satu) penyedia barang/jasa dengan dilampiri daftar barang/jasa (rincian barang/jasa atau ruang lingkup pekerjaan, volume, dan satuan); b. penyedia barang/jasa menyampaikan penawaran tertulis yang berisi daftar barang/jasa (rincian barang/jasa atau ruang lingkup pekerjaan, volume, dan satuan) dan harga; c. TPK melakukan negosiasi (tawar-menawar) dengan penyedia barang/jasa untuk memperoleh harga yang lebih murah; dan d. Ketua TPK dan penyedia barang/jasa menandatangani surat perintah kerja e. TPK mengumumkan data pekerjaan dan penyedia barang/jasa terpilih di papan pengumuman Kantor Desa dan papan/tempat berkumpulnya warga (misalnya : pos ronda/kamling, pos RT/RW, pos Karang Taruna dan sejenisnya), sekurang-kurangnya terdiri dari: 1) nama barang atau pekerjaan yang diadakan; 2) nama dan alamat penyedia barang/jasa;
16 3) harga akhir hasil negosiasi (tawar menawar); 4) jangka waktu penyerahan barang atau pelaksanaan pekerjaan; 5) tanggal diumumkan. f. penyedia barang/jasa mengirim barang/jasa, memberikan bukti transaksi berupa nota, faktur pembelian, atau kuitansi untuk dan atas nama TPK. g. TPK Memeriksa hasil pengadaan barang/jasa, membuat Berita Acara serah terima antar TPK dengan penyedia dan menyiapkan administrasi untuk pembayaran. Paragraf 6 Pengadaan Barang/Jasa dengan Nilai di Atas Rp ,00 (Dua Ratus Juta Rupiah) Pasal 28 Pengadaan barang/jasa dengan nilai di atas Rp ,00 (dua ratus juta rupiah) dilaksanakan dengan ketentuan: a. TPK mengundang dan meminta 2 (dua) penawaran secara tertulis dari 2 (dua) penyedia barang/jasa yang berbeda dilampiri dengan daftar barang/jasa (rincian barang/jasa atau ruang lingkup pekerjaan, volume, dan satuan) dan spesifikasi teknis barang/jasa; b. Penyedia barang/jasa menyampaikan penawaran tertulis yang berisi daftar barang/jasa (rincian barang/jasa atau ruang lingkup pekerjaan, volume, dan satuan) dan harga; c. TPK menilai pemenuhan spesifikasi teknis barang/jasa terhadap kedua penyedia barang/jasa yang memasukkan penawaran; d. apabila spesifikasi teknis barang/jasa yang ditawarkan: 1. dipenuhi oleh kedua penyedia barang/jasa, maka dilanjutkan dengan proses negosiasi (tawar-menawar) secara bersamaan; 2. apabila dipenuhi oleh salah satu penyedia barang/jasa, maka TPK tetap melanjutkan dengan proses negosiasi (tawar-menawar) kepada penyedia barang/jasa yang memenuhi spesifikasi teknis tersebut; dan 3. jika tidak dipenuhi oleh kedua penyedia barang/jasa, maka TPK membatalkan proses pengadaan. e. apabila spesifikasi teknis sebagaimana dimaksud pada huruf d angka 3 tidak dipenuhi, maka TPK melaksanakan kembali proses pengadaan; f. negosiasi (tawar-menawar) sebagaimana dimaksud pada huruf d angka 1 dan angka 2 untuk memperoleh harga yang lebih murah. Hasil negosiasi dituangkan dalam Berita Acara; g. Ketua TPK dan Penyedia Barang/Jasa menandatangani surat perjanjian yang berisi sekurang-kurangnya : 1. tanggal dan tempat dibuatnya surat perjanjian; 2. para pihak; 3. ruang lingkup pekerjaan; 4. nilai pekerjaan; 5. hak dan kewajiban para pihak; 6. jangka waktu pelaksanaan pekerjaan;
17 7. ketentuan keadaan kahar; dan 8. sanksi. h. TPK mengumumkan data barang/pekerjaan dan penyedia barang/jasa terpilih di papan pengumuman Kantor Desa dan papan/tempat berkumpulnya warga (misalnya : pos ronda/kamling, pos RT/RW, pos Karang Taruna, gedung serbaguna dan sejenisnya), sekurang-kurangnya mencantumkan: 1. nama barang atau pekerjaan yang diadakan; 2. nama dan alamat penyedia barang/jasa; 3. harga hasil negosiasi ; 4. jangka waktu penyerahan barang atau pelaksanaan pekerjaan; 5. tanggal diumumkan. Bagian Keempat Perubahan Ruang Lingkup Pekerjaan Pasal 29 (1) Apabila diperlukan, TPK dapat memerintahkan secara tertulis kepada penyedia barang/jasa untuk melakukan perubahan ruang lingkup pekerjaan meliputi: a. menambah atau mengurangi volume pekerjaan; b. mengurangi jenis pekerjaan; c. mengubah spesifikasi teknis; dan/atau d. melaksanakan pekerjaan tambah. (2) Terhadap perubahan ruang lingkup pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyedia barang/jasa menyampaikan penawaran tertulis kepada TPK. (3) TPK melakukan negosiasi (tawar-menawar) dengan penyedia barang/jasa untuk memperoleh harga yang lebih murah. (4) Untuk nilai pengadaan barang/jasa di atas Rp ,00 (dua ratus juta rupiah), dilakukan addendum surat perjanjian yang memuat perubahan ruang lingkup dan total nilai pekerjaan yang disepakati. (5) Perubahan ruang lingkup pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), untuk menambah pekerjaan dan/atau melaksanakan pekerjaan tambahan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dilapangan dan ketersediaan anggaran. Bagian Kelima Pembayaran Prestasi Kerja Pasal 30 (1) Pembayaran atas prestasi pekerjaan diberikan kepada Penyedia Barang/Jasa sesuai ketentuan tahapan pembayaran pada SPK atau perjanjian. (2) Pembayaran atas prestasi pekerjaaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan kepada Penyedia Barang/Jasa setelah Panitia Penerima hasil Pekerjaan melakukan Pemeriksaan yang dituangkan di dalam Berita Acara Pemeriksaan Barang/Pekerjaan
18 (3) Atas dasar Berita Acara Pemeriksaan Barang.Pekerjaan, TPK dan penyedia menandatangani Berita cara Serah Terima. (4) Pembayaran terakhir atas prestasi pekerjaan dibayarkan setelah dikurangi dengan denda keterlambatan akibat kesalahan Penyedia Barang/Jasa sebesar 1/1000 x jumlah hari keterlambatan x nilai total surat perjanjian (apabila terjadi keterlambatan). Bagian Keenam Keadaan Kahar Pasal 31 (1) Keadaan kahar merupakan salah satu keadaan yang terjadi diluar kehendak para pihak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban yang ditentukan dalam Surat Perjanjian menjadi tidak dapat dipenuhi. (2) Yang dapat digolongkan sebagai Keadaan Kahar dalam Surat Perjanjian Pengadaan Barang/Jasa di Desa meliputi: a. bencana alam; b. bencana non alam; c. bencana sosial; d. pemogokan; e. kebakaran; dan/atau f. gangguan industri lainnya yang dinyatakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membidangi. (3) Dalam hal terjadi Keadaan Kahar, Penyedia Barang/Jasa memberitahukan tentang terjadinya Keadaan Kahar kepada TPK secara tertulis dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kalender sejak terjadinya Keadaan Kahar, dengan menyertakan salinan asli pernyataan Keadaan Kahar yang dikeluarkan oleh pihak/instansi yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Hal hal merugikan dalam Pengadaan Barang/Jasa yang disebabkan oleh perbuatan atau kelalaian para pihak Penyedia Barang tidak termasuk katagori Keadaan Kahar. (5) Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh terjadinya Keadaan Kahar tidak dikenakan sanksi. (6) Setelah terjadinya Keadaan Kahar, para pihak dapat melakukan kesepakatan kembali, dan selanjutnya dituangkan dalam perubahan Surat Perjanjian Kerja. Bagian Ketujuh Pemutusan Surat Perjanjian Pasal 32 TPK secara sepihak dapat melakukan pemutusan Surat Perjanjian Kerja apabila : a. waktu keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan Penyedia Barang/Jasa sudah melampaui 28 hari kalender; b. penyedia Barang/Jasa lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan oleh TPK;dan
19 c. penyedia Barang/Jasa terbukti melakukan Korupsi Kolusi Nepotisme, kecurangan dan/atau pemalsuan dalam proses Pengadaan yang diputuskan oleh instansi yang berwenang. Bagian Kedelapan Penyelesaian Perselisihan Pasal 33 (1) Perselisihan antara TPK dan Penyedia Barang/Jasa terlebih dahulu menyelesaikan perselisihan tersebut melalui musyawarah untuk mufakat yang dipimpin langsung oleh Kepala Desa selaku PKPKDes. (2) Dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai kata mufakat, dapat dilakukan melalui pengadilan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Bagian Kesembilan Serah Terima Pekerjaan Pasal 34 (1) TPK menyerahkan Hasil Pekerjaan kepada Kepala Desa setelah seluruh hasil pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan. (2) Serah terima hasil pekerjaan dilakukan TPK dan Kades setelah diterbitkannya Berita Acara Pemeriksaan kegiatan 100% oleh PPHP. (3) Apabila terdapat kekurangan dalam hasil pekerjaaan, Panitia Penerima Hasil Pekerjaan melaporkan secara tertulis kepada Kepala Desa selaku PKPKD untuk melakukan penundaan pencairan dan memerintahkan kepada Penyedia Barang/Jasa untuk memperbaiki dan/atau melengkapi kekurangan pekerjaan sebagaimana yang disyaratkan di dalam Surat Perjanjian. (4) Penyedia Barang/Jasa dapat mengajukan permintaan pembayaran secara tertulis kepada PKPKD melalui TPK setelah pekerjaan selesai 100% (seratus perseratus) dengan dilampiri Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan dan Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan. BAB VI PENGAWASAN DAN SANKSI Bagian Kesatu Pengawasan Pasal 35 (1) Camat melakukan pembinaan, pengendalian dan pengawasan terhadap Pengadaan Barang/Jasa di Desa. (2) Inspektorat Kabupaten Barito Kuala sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah wajib melakukan pengawasan terhadap proses Pengadaan Barang/Jasa di Desa.
20 (3) Setiap pengaduan tentang pengadaan barang/jasa di Desa wajib ditindaklanjuti oleh Kepala Desa, Camat, dan Inspektorat. Bagian Kedua Sanksi Pasal 36 (1) Penyedia Barang/Jasa dapat diberikan sanksi jika terbukti melakukan dengan sengaja melakukan perbuatan atau tindakan sebagai berikut: a. berusaha mempengaruhi TPK atau pihak lain yang berwenang dalam bentuk dan cara apapun, baik langsung maupun tidak langsung guna memenuhi keinginannya yang bertentangan dengan ketentuan dan prosedur yang telah ditetapkan dalam Dokumen Perjanjian Kerja, dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan; b. melakukan persekongkolan dengan Penyedia Barang/Jasa lain untuk mengatur Harga Penawaran diluar prosedur Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa, sehingga mengurangi/menghambat memperkecil dan/atau meniadakan persaingan yang sehat dan/atau merugikan orang lain; c. membuat dan/atau menyampaikan dokumen dan/atau keterangan lain yang tidak benar untuk memenuhi persyaratan Pengadaan Barang/Jasa; d. mengundurkan diri dari pelaksanaan Perjanjian Kerja dengan alasan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dan/atau tidak dapat diterima oleh TPK; e. tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan Surat Perjanjian Kerja. (2) Perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenakan sanksi berupa: a. sanksi administratif, berupa peringatan/teguran tertulis; b. gugatan secara perdata; dan/atau c. pelaporan secara pidana kepada pihak yang berwenang. (3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan huruf c, dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. (4) Apabila ditemukan penipuan/pemalsuan atas informasi yang disampaikan Penyedia Barang/Jasa, dikenakan sanksi pembatalan sebagai calon pemenang. (5) Apabila terjadi pelanggaran dan/atau kecurangan dalam proses Pengadaan Barang/Jasa, maka TPK/Panitia Pemerima Hasil Pekerjaan dapat : a. dikenakan sanksi administrasi; b. dituntut ganti rugi; dan/atau c. dilaporkan secara pidana. (6) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a berupa teguran/peringatan tertulis dan apabila terjadi pelanggaran dan/atau kecurangan yang dilakukan dengan sengaja oleh anggota TPK dalam proses Pengadaan Barang/Jasa di Desa maka dapat diberhentikan sebagai anggota TPK.
21 Pasal 37 Penyedia Jasa Konsultan perencana yang tidak cermat dan mengakibatkan kerugian terhadap Pemerintah Desa atas beban biaya APBDes dikenakan sanksi berupa keharusan menyusun kembali perencanaan dengan beban biaya dari Penyedia Jasa Konsultan yang bersangkutan, dan/atau dituntut dengan ganti rugi sesuai Perjanjian Kerja yang telah disepakati bersama. BAB VII KETENTUAN LAIN LAIN Pasal 38 Pengadaan barang/jasa sebagaimana diatur dalam peraturan ini tidak termasuk pengadaan tanah untuk keperluan desa Pasal 39 Bentuk dokumen pengadaan barang/jasa sebagaimana tercantum dalam lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 40 Peraturan Bupati ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Barito kuala; Ditetapkan di Barito kuala pada tanggal 28 Desember 2016 BUPATI BARITO KUALA Diundangkan di Marabahan pada tanggal SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA H. HASANUDDIN MURAD H. SUPRIYONO BERITA DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA TAHUN 2016 NOMOR 72
BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang:a. bahwa
Lebih terperinciB U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI TANAH LAUT,
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 97 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 97 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA KABUPATEN BARITO KUALA
PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA KABUPATEN BARITO KUALA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO KUALA, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciBUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA
SALINAN BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPROVINSI KALIMANTAN TIMUR
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI KUTAI KARTANEGARA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG DAN JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI KARTANEGARA, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH
SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
SALINAN BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA Menimbang Mengingat BUPATI GARUT, : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI TANAH BUMBU, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SIMEULUE NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA BUPATI SIMEULUE,
1 PERATURAN BUPATI SIMEULUE NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA BUPATI KUDUS,
BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 105 Peraturan Pemerintah Nomor
Lebih terperinciBUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI JEMBRANA, : a. bahwa dalam
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 39 Tahun : 2015
BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 39 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI
Lebih terperinciBUPATI ACEH BARAT DAYA PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH BARAT DAYA NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI ACEH BARAT DAYA PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH BARAT DAYA NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI GAMPONG DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
SALINAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI SRAGEN, : bahwa untuk
Lebih terperinciBUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI REMBANG NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI REMBANG NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI SIMEULUE NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
1 PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI SIMEULUE NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT
Lebih terperinciBUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 11 TAHUN 2015
SALINAN BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN,
Lebih terperinciN O M O R,<3 T A H U N Y A N G B E R S U M B E R D A R I A N G G A R A N D A N D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G ESA
PROVINSI J A W A T E N G A H P E R A T U R A N B U P A T I B A T A N G N O M O R,
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SIMEULUE NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG
1 PERATURAN BUPATI SIMEULUE NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI SIMEULUE NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA
Lebih terperinciPROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI GAMPONG DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI GAMPONG DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, Menimbang : a. b. c. Mengingat : 1. 2.
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK UTARA, Menimbang
Lebih terperinciB U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI TANAH LAUT,
Lebih terperinciBUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
- 1 - BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 5 SERI E
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 5 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN, PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang :
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BADUNG
1 BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI HULU SUNGAI TENGAH PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI TENGAH, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA
Lebih terperinciBUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
9 BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA BARAT NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,
PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 52 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang Mengingat : bahwa
Lebih terperinciBUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DI KABUPATEN LAMANDAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT Menimbang : a. Mengingat : 1. PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciMenetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 15 TAHUN
SALINAN WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH, Menimbang
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
SALINAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 11 TAHUN 2014 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA RANCANGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA RANCANGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,
Lebih terperinciB U P A T I K A R O PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
1 B U P A T I K A R O PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO Menimbang : bahwa
Lebih terperinciLEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Tata, cara, pengadaan, barang, jasa, desa.
1 2015 No.24,2015 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Tata, cara, pengadaan, barang, jasa, desa. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 54 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 54 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT. PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 21 TAHUN 2015 LAMPIRAN : 7 (tujuh) TENTANG
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 21 TAHUN 2015 LAMPIRAN : 7 (tujuh) TENTANG PENGADAAN BARANG DAN/ATAU JASA DI DESA LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBUPATI KOTAWARINGIN TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG
1 BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/ JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciKEPALA DESA BANGOREJO KECAMATAN BANGOREJO KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN KEPALA DESA BANGOREJO NOMOR 02 TAHUN 2017 TENTANG
KEPALA DESA BANGOREJO KECAMATAN BANGOREJO KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN KEPALA DESA BANGOREJO NOMOR 02 TAHUN 2017 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA
Lebih terperinciPEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DI DESA BAB I PENDAHULUAN
2013, No.1367 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DI DESA PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN
Lebih terperinciBUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 15 TAHUN TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 15 TAHUN 20155 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI KONAWE SELATAN NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
BUPATI KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI KONAWE SELATAN NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KONAWE SELATAN,
Lebih terperinciBUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
- -1 - SALINAN BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TIMUR, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciBUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa untukkelancaran
Lebih terperinciTATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.
TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN www.diklat.net I. PENDAHULUAN Bahwa sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, bahwa Desa
Lebih terperinciBUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR
1 BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciKEPALA DESA NITA KABUPATEN SIKKA PERATURAN KEPALA DESA NITA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA NITA
KEPALA DESA NITA KABUPATEN SIKKA PERATURAN KEPALA DESA NITA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA NITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA NITA, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN KEPALA DAERAH TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SUMATERA UTARA RANCANGAN PERATURAN KEPALA DAERAH tentang TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA BIDANG AKUNTABILITAS PEMERINTAH DAERAH (APD)
Lebih terperinciBUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI GAMPONG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI GAMPONG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi
Lebih terperinciBUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU
1 BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG /JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
SALINAN BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPROVINSI PAPUA PERATURAN BUPATI JAYAPURA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI KAMPUNG KABUPATEN JAYAPURA
PROVINSI PAPUA PERATURAN BUPATI JAYAPURA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI KAMPUNG KABUPATEN JAYAPURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAPURA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciBUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU
1 BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN BANTUAN KEUANGAN YANG BERSIFAT KHUSUS KEPADA PEMERINTAH DESA YANG BERSUMBER
Lebih terperinciBUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DESA
BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciBUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM
Lebih terperinciBUPATI/WALIKOTA... PERATURAN BUPATI/WALIKOTA NOMOR...TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Template Rancangan BUPATI/WALIKOTA... PERATURAN BUPATI/WALIKOTA NOMOR...TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI/WALIKOTA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciBUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA DI KABUPATEN TANAH
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 135 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciTIM PENGELOLA KEGIATAN DESA KECAMATAN... Alamat : UNDANGAN PENGADAAN BARANG/JASA
LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA A. Contoh Format Surat Undangan Pengadaan Barang/Jasa dan Contoh Format Rencana Anggaran Biaya
Lebih terperinciTIM PENGELOLA KEGIATAN KECAMATAN
LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 12 TAHUN 2015 TANGGAL 12 JANUARI 2015 TIM PENGELOLA KEGIATAN DESA KECAMATAN Alamat : Jalan Kode Pos. RENCANA ANGGARAN BIAYA Kegiatan: Pekerjaan Tahun Anggaran
Lebih terperinciBUPATI MUSI RAWAS UTARA
BUPATI MUSI RAWAS UTARA PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS UTARA NOMOR 2dTAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA, DESAIN RAB DAN SERTIFIKASI HASIL PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMBANGUNAN DI DESA KABUPATEN
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA
Lebih terperinciBUPATI OGAN KOMERING ULU TlMUR PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR M TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JA3A DI DESA
BUPATI OGAN KOMERING ULU TlMUR PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR M TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JA3A DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG BAAH& ESA BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR,
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROSES PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN METODE PENGADAAN LANGSUNG
SALINAN NOMOR 33, 2014 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROSES PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN METODE PENGADAAN LANGSUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,
Lebih terperinciWALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciBUPAT! S!TUBONDO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR ^ TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
BUPAT! S!TUBONDO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR ^ TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
SALINAN BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI LAMONGAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG BESARAN PENGHASILAN TETAP DAN TUNJANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA, JAMINAN KESEHATAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT
BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH MELALUI PENGADAAN LANGSUNG DI KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciWALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciLAMPIRAN I PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
LAMPIRAN I TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA PEMERINTAH KABUPATEN GARUT KECAMATAN. KANTOR DESA.. Jalan... No... Telp. (0262)... Kode Pos... BERITA ACARA SERAH TERIMA HASIL PEKERJAAN NOMOR
Lebih terperinciBUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA DI KABUPATEN TANAH
Lebih terperinci- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG
- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang
Lebih terperinciPROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,
PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : bahwa berdasarkan ketentuan Pasal
Lebih terperinciPERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
Lebih terperinciPERATURAN DESA SIMPANG NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DESA SIMPANG NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SIMPANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,
PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciBUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 7 TAHUN 2016
SALINAN BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN DAN PENYALURAN ALOKASI DANA DESA TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 20 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/ JASA BADAN SAR NASIONAL
KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 20 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/ JASA BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN
Lebih terperinciBUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DANA ANGGARAN
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG
PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG BESARAN PENGHASILAN TETAP DAN TUNJANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA, TUNJANGAN BPD, INSENTIF RT DAN RW SERTA OPERASIONAL PEMERINTAH DESA DAN
Lebih terperinciBUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8 TAHUN TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BLORA
BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8 TAHUN 201515 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BLORA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 43 Peraturan
Lebih terperinciPROVINSI BANTEN BUPATI TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG
PROVINSI BANTEN BUPATI TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa dengan telah
Lebih terperinciBUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI NATUNA NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG DAN JASA DI DESA
SALINAN BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI NATUNA NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG DAN JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NATUNA, Menimbang
Lebih terperinci