KEMENANGAN PARTAI BURUH DALAM 2 (DUA) KALI PEMILU TERAKHIR DAN MENGHANGATNYA SUHU POLITIK MENJELANG PEMILU Oleh Iwan Gunawan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEMENANGAN PARTAI BURUH DALAM 2 (DUA) KALI PEMILU TERAKHIR DAN MENGHANGATNYA SUHU POLITIK MENJELANG PEMILU Oleh Iwan Gunawan"

Transkripsi

1 KEMENANGAN PARTAI BURUH DALAM 2 (DUA) KALI PEMILU TERAKHIR DAN MENGHANGATNYA SUHU POLITIK MENJELANG PEMILU 2013 Oleh Iwan Gunawan Abstrak Dua pemilu terakhir Australia dikuasai oleh Partai Buruh, setelah sebelumnya dimenangkan oleh Partai Konservatif. Namun suasana didalam tubuh Partai Buruh agak memanas seiring mundurnya Kevin Ruud menjelang pemilu 2010 dan digantikan oleh Julia Gillard. Meskipun Gillard memenangkan pemilu tahun 2010, namun dukungan terhadap partai Buruh mengalami penurunan yang hanya menghasilkan 72 anggota legislatif sama dengan partai Konservatif. Menjadi sangat menarik untuk mencermati Pemilu 2013, akankah Partai Konservatif merebut kembali kekuasaan? Atau Partai Buruh tetap mempertahankannya hingga tahun 2016? Kata Kunci: Pemilu, Suhu Politik. Pendahuluan Sistem pemerintahan Australia dibangun di atas tradisi demokrasi liberal. Berdasarkan nilai-nilai toleransi beragama, kebebasan berbicara dan berserikat, dan supremasi hukum, lembaga-lembaga Australia dan praktik-praktik pemerintahannya mencerminkan model Inggris dan Amerika Utara. Pada saat yang sama, mereka khas Australia. Salah satu demokrasi yang tertua dan lestari di dunia, Persemakmuran Australia didirikan pada 1901 ketika bekas koloni Inggris ini kini enam negara bagian sepakat untuk menjadi federasi. Praktik dan prinsip demokrasi yang membentuk parlemen kolonial pra-federasi (seperti satu orang, satu suara dan hak pilih wanita) diberlakukan oleh pemerintah federal Australia yang pertama. Koloni Australia mewarisi tradisi pemilu dari Inggris yang mencakup hak pilih terbatas dan pemungutan suara umum dan ganda. Pelanggaran seperti suap dan intimidasi pemilih mendorong perubahan pemilihan umum. Australia mempelopori reformasi yang menopang praktik pemilu demokrasi modern. Pada 1855, Victoria memperkenalkan pemilihan umum secara rahasia, yang menjadi terkenal di seluruh dunia sebagai pemilu Australia. Pada 1856, Australia Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 323

2 Selatan menghapuskan persyaratan profesional dan harta serta memberi hak pilih kepada seluruh pria dewasa, kemudian pada 1892 memberi wanita dewasa hak pilih. Pada dasawarsa 1890an koloni-koloni tersebut memberlakukan prinsip satu suara per orang, menghentikan praktik pemungutan suara ganda. Pemerintah Australia didasarkan pada parlemen yang dipilih secara populer dengan dua majelis: Dewan Perwakilan dan Senat. Para menteri yang diangkat dari kedua majelis ini menjalankan fungsi eksekutif, dan keputusan kebijakan dibuat dalam rapat-rapat Kabinet. Selain pengumuman keputusan, diskusi Kabinet tidak disebarluaskan. Para menteri terikat oleh prinsip solidaritas Kabinet, yang sangat mencerminkan model Inggris yakni Kabinet bertanggungjawab kepada parlemen. Walaupun Australia adalah bangsa yang merdeka, Ratu Elizabeth II dari Inggris secara resmi juga merupakan Ratu Australia. Ratu menunjuk Gubernur Jenderal (atas saran dari Pemerintah Australia terpilih) untuk mewakilinya. Gubernur Jenderal memiliki kekuasaan yang luas, tetapi berdasarkan konvensi hanya bertindak atas saran para menteri dalam hampir semua urusan. Seperti Amerika Serikat namun berbeda dengan Inggris, Australia memiliki undang-undang dasar tertulis. UUD Australia merumuskan tanggung jawab Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 324

3 pemerintah federal, yang mencakup hubungan luar negeri, perdagangan, pertahanan dan imigrasi. Pemerintah negara bagian dan teritori bertanggungjawab atas semua urusan yang tidak dilimpahkan kepada Persemakmuran, dan mereka juga mematuhi prinsip pemerintah yang bertanggungjawab. Di negara bagian, Ratu diwakili oleh seorang Gubernur untuk setiap negara bagian. Pengadilan Tinggi Australia menangani sengketa antara Persemakmuran dan negara bagian. Banyak keputusan pengadilan memperluas kekuasaan dan tanggung jawab konstitusional pemerintah federal. UUD Australia hanya dapat diubah dengan persetujuan pemilih melalui suatu referendum nasional di mana seluruh orang dewasa yang masuk dalam daftar pemilih harus ikut serta. Rancangan undang-undang yang berisi amandemen pertama-tama harus disahkan oleh kedua majelis parlemen tersebut atau, dalam situasi tertentu saja, hanya oleh salah satu majelis parlemen. Setiap perubahan UUD harus disetujui oleh mayoritas ganda mayoritas pemilih nasional dan mayoritas pemilih di mayoritas negara bagian (sekurangnya empat dari enam negara bagian). Jika satu atau bebeberapa negara bagian tertentu terkena dampak isi referendum tersebut, mayoritas pemilih di negara-negara bagian tersebut juga harus menyetujui perubahan tersebut. Ini sering disebut dengan kaidah tiga mayoritas. Ketentuan mayoritas ganda membuat perubahan UUD menjadi sulit. Sejak federasi berdiri pada 1901, hanya delapan dari 44 usulan amandemen UUD yang disetujui. Pemilih pada umumnya enggan mendukung apa yang mereka pandang sebagai peningkatan kekuasaan pemerintah federal. UUD Australia menjabarkan kekuasaan pemerintah dalam tiga bagian legislatif, eksekutif dan yudikatif tetapi menegaskan bahwa anggota legislatif harus juga anggota eksekutif. Pada kenyataannya, parlemen mendelegasikan wewenang penyusunan undang-undang yang luas kepada eksekutif. Pemerintah dibentuk di Dewan Perwakilan Rakyat oleh partai yang mampu meraih mayoritas di majelis tersebut. Partai minoritas seringkali menjadi penyeimbang kekuasaan di Senat, yang berfungsi sebagai majelis kaji ulang keputusan-keputusan pemerintah. Para senator dipilih untuk masa bakti enam tahun, dan dalam satu pemilihan umum biasa hanya separuh senator yang menghadapi pemilih. Di semua parlemen Australia, pertanyaan dapat diajukan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, dan menerapkan giliran yang ketat antara Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 325

4 pertanyaan pemerintah dan Oposisi kepada para menteri selama Waktu Tanya- Jawab. Oposisi menggunakan pertanyaan untuk mencecar pemerintah. Pemerintahan memberi kesempatan kepada para menteri untuk menjelaskan kebijakan dan tindakan pemerintah secara positif, atau untuk menyerang Oposisi. Apa pun yang diucapkan di parlemen dapat disebarluaskan dengan berimbang dan akurat tanpa kekhawatiran akan tuntutan pencemaran nama baik. Keriuhan Waktu Tanya-Jawab dan debat parlemen disiarkan dan diberitakan secara luas. Ini membantu membangun reputasi debat publik yang tangguh di Australia, dan berfungsi sebagai kendali informal atas kekuasaan eksekutif. Pemilihan umum nasional harus diselenggarakan dalam jangka waktu tiga tahun sejak sidang pertama parlemen federal yang baru. Masa bakti rata-rata parlemen sekitar dua setengah tahun. Pada praktiknya, pemilihan umum diadakan ketika Gubernur Jenderal menyetujui permintaan dari Perdana Menteri, yang memilih tanggal pemilihan umum. Partai yang berkuasa berganti rata-rata setiap lima tahun sejak federasi berdiri pada 1901, akan tetapi masa bakti pemerintah sangat bervariasi. Partai Liberal memimpin koalisi dengan masa bakti paling lama 23 tahun dari 1949 hingga Sebelum Perang Dunia II, beberapa pemerintahan bertahan kurang dari satu tahun, tetapi sejak 1945 hanya terjadi tujuh kali pergantian pemerintahan. Seluruh warga negara yang berusia di atas 18 tahun wajib memberikan suaranya dalam pemilihan umum pemerintah federal atau negara bagian, dan kemangkiran dari pemilu dapat berujung pada denda atau tuntutan pidana. Seperti halnya di negara lain, partai politik Australia dan kegiatan internalnya umumnya tidak diatur, namun disiplin internal partai sangat ketat. Australia memiliki sistem resmi pendaftaran partai dan pelaporan kegiatan partai melalui Komisi Pemilihan Australia dan komisi setara di tingkat negara bagian dan teritori. Australia memiliki empat partai politik utama. Partai Buruh Australia (ALP) adalah partai sosial demokrat yang didirikan oleh gerakan buruh Australia. ALP telah berkuasa sejak akhir Partai Liberal adalah partai sayap kanan tengah. Partai Nasional Australia, sebelumnya Partai Negeri, adalah partai konservatif yang mewakili kepentingan pedesaan. Partai Hijau Australia adalah partai sayap kiri dan lingkungan. Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 326

5 Partai politik utama Australia memiliki tata cara terstruktur untuk melibatkan anggota mereka dalam pengembangan kebijakan partai atas isu tertentu. Politisi terpilih jarang yang menentang partai mereka di parlemen. Meskipun para komentator Australia mengamati bahwa pemilihan umum semakin bersifat presidensial dalam arti beberapa metode kampanye Amerika telah digunakan, struktur dasar sistem Australia cenderung menekankan posisi kebijakan daripada kepribadian perorangan politisi. Seperti halnya di negara demokrasi lainnya, biaya kampanye pemilu dan sumber dana kegiatan politik menjadi isu di Australia. Sejak 1984, sistem pendanaan publik (dikelola oleh Komisi Pemilihan Umum Australia) dan keterbukaan kampanye pemilihan umum telah diterapkan. Partai harus meraih sedikitnya 4 persen dari suara yang sah dalam pemilihan yang mereka ikuti untuk menerima dana publik. Partai-partai harus mengungkapkan pengeluaran kampanye dan sumbersumber sumbangan di atas batas yang sudah ditentukan. Calon perorangan juga harus mengungkapkan sumber sumbangan di atas batas tertentu. Partai dan perorangan yang mengikuti pemilihan umum tidak secara berturut-turut harus mengungkapkan hadiah dan sumbangan yang diterima di selang kampanye. Parlemen negara bagian tunduk kepada UUD nasional dan konstitusi negara bagian. Hukum federal mengalahkan hukum negara bagian yang tidak selaras dengannya. Dalam praktiknya, kedua tingkat pemerintahan bekerja sama dalam banyak bidang di mana negara bagian dan teritori secara resmi bertanggungjawab, seperti pendidikan, transportasi, kesehatan dan penegakan hukum. Pajak penghasilan ditetapkan secara federal, dan debat antar tingkat pemerintahan mengenai akses ke penerimaan dan fungsi pengeluaran yang tumpang tindih adalah corak permanen politik Australia. Lembaga pemerintah daerah dibentuk melalui perundang-undangan di tingkat negara bagian dan teritori. Dewan Pemerintahan Australia (COAG) adalah forum untuk memprakarsai, mengembangkan dan menerapkan reformasi kebijakan nasional yang menuntut tindakan kerja sama antar tiga tingkat pemerintahan: nasional, negara bagian atau teritori, dan daerah. Sasarannya mencakup penanganan isu besar dengan kerja sama dalam reformasi struktural pemerintah dan reformasi untuk mencapai ekonomi nasional yang terintegrasi dan efisien serta pasar tunggal nasional. COAG terdiri dari perdana menteri, perdana menteri negara bagian, ketua menteri teritori, dan presiden Asosiasi Pemerintah Daerah Australia. Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 327

6 Selain itu, dewan menteri (terdiri dari menteri nasional, negara bagian dan teritori, dan bila relevan, perwakilan pemerintah daerah dan pemerintah Selandia Baru dan Papua Nugini) bertemu secara teratur untuk mengembangkan dan menerapkan tindakan antar-pemerintah di bidang-bidang kebijakan khusus. Pembahasan Sistem Pemilu Australia Sistem pemilu di Australia dilaksanakan untuk memilih wakil-wakil rakyat, baik ditingkat federal/ nasional maupun ditingkat Negara bagian dan teritori. Pada tingkat federal sistem majelis dan keanggotaannya sudah diatur berdasarkan konstitusi. a. Federal Pada majelis ditingkat federal atau nasional bersifat bicameral atau dua kamar, yaitu majelis rendah dan senat. Majelis rendah bernama House Of Representatives, beranggota 148 orang yang ditarik dari masing-masing Negara bagian secara proporsional berdasarkan jumlah penduduk. Berdasarkan ketentuan tersebut, Negara bagian new south wales memperoleh wakil 50 orang, Victoria 38, queensland 25, western Australia 14, south Australia 12, dan Tasmania 8orang, dan masing-masing 2 orang wakil bagi tritori NT dan ACT. Berdasarkan ketentuan konstitusi, pemilihan bagi anggota majelis rendah dilaksanakan 3 tahun sekali; tetapi dapat dilakukan pemilu sebelum habis masa bakti 3 tahunan, bila mayoritas anggota parlemen menghendakinya. Berdasarkan konstitusi, setengah dari 12 senator Negara bagian dan seluruh dari senator dari teritori dipilih untuk masa bakti 3 tahun. Sedangkan 6 senator sisanya dipilih 6 tahun sekali. Oleh karena itu, ada 2 kali masa pemilu bagi pengisian kursi senator. Yaitu Full Senate Election, dimana rakyat memilih 12 anggota senatnya 6 tahun sekali. Dan Half Senate Election, dimana rakyat memilih 6 anggota senat yang pension pada 3 tahun pertama keanggotaan dari 6 tahun. Untuk Full Senate Election, untuk mendapatkan kursi senat seorang senator harus mendapatkan quota 7,7 %, sedangkan dalam Half Senate Election, seorang senator harus mendapatkan 14,3 % quota. Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 328

7 Sistem Pemilu Federal / Nasional Australia Parlemen Australia majelis Senat House Of Representati ves Daerah Pemilihan Setiap Negara bagian 12 senator dan 2 senator untuk masing-masing teritori 148 Single member electorate Sistem Pemilu Perwakilan berimbang Masa Bakti 6 tahun; setengahnya pensiun setiap 3 tahun Pemilu Pertama 1949 Preferensial 3 tahun 1909 Jumlah Perwakilan Negara Bagian dan Teritori untuk House of Representatives Australia No Negara Bagian Jumlah Wakil 1 New South Wales 50 2 Victoria 38 3 Queensland 25 4 Western Australia 14 5 South Australia 12 6 Tasmania 8 7 Teritori NT 2 8 Teritori ACT 2 Keanggotaan Majelis Tinggi (senat) Federal Australia No Negara Bagian Jumlah Wakil 1 New South 12 Wales 2 Victoria 12 3 Queensland 12 4 Western 12 Australia 5 South Australia 12 6 Tasmania 12 7 Teritori NT 2 8 Teritori ACT 2 Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 329

8 b. Negara Bagian Pada tingkat Negara bagian dan teritori, pemilu diselenggarakan untuk memilih anggota-anggota parlemen Negara bagian dan teritori. Seluruh parlemen Negara bagian menganut sistem dua-kamar, kecuali Queensland. Queensland telah menghapus majelis tingginya sesjak Queensland dan 2 Teritori menganut sistem satu-kamar. 1.New South Wales New South wales menganut sistem majelis dua kamar. Majelis tingginya bernama Legislative Council, majelis rendahnya Legislative Assemably. Anggota majeis rendahnya adalah 99 orang untuk masa bakti 4 tahun Sedangkan majelis tinggi 45 orang dipilih untuk masa bakti tiga kali masa bakti majelis rendahnya, yaitu 4 tahun. Negara Bagian New South Wales Majelis Rendah (Legislative Assembly) Legislative council (Majelis Tinggi) Anggota Masa Bakti Anggota Masa Bakti 99 orang 4 tahun 45 orang 3 kali masa bakti majelis rendah 2.Victoria Majelis rendah Victoria memilih 88 anggotanya untuk masa bakti 4 tahun, sedangkan majelis tingginya beranggotakan 44 orang dengan masa bakti 2 kali mamsa bakti majelis rendahnya. Negara Bagian Majelis Rendah (Legislative Assembly) Legislative council (Majelis Tinggi) Anggota Masa Bakti Anggota Masa Bakti Victoria 88 oerang 4 tahun 44 orang 2 kali masa bakti majelis rendah Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 330

9 Pemilu bagi 44 orang anggota dilaksanakan di 22 daerah pemilihan yang masing-masing daerah pemilihan memilih 2 anggota. Batas maksimum masa bakti majelis tinggi tersebut adalah 2 kali masa bakti majelis rendahnya, namun masingmasing satu anggota dari setiap daerah pemilihan pension setiap satu kali masa bakti majelis rendah. Oleh karena itu setiap 4 tahun sekali diselenggarakan untuk mengisi setengah dari anggota majelis tinggi yang pension tersebut. 3.Queeensland Pemilu di queensland hanya untuk memilih anggota majelis rendah yang berjumlah 89 anggota setiap 3 tahun sekali. 4.Western Australia Majelis tingginya berjumlah 34 anggota untuk masa bakti 6 tahun. Sementara majelis rendahnya 57 anggota dipilih setiap 3 tahun sekali. Negara Bagian Western Australia Majelis Rendah (Legislative Assembly) Legislative council (Majelis Tinggi) Anggota Masa Bakti Anggota Masa Bakti 57 orang 3 tahun 34 orang 6 tahun Pemilu bagi 34 orang anggota dilaksanakan di 6 daerah pemilihan. Untuk masa bakti 6 tahun, namun masing-masing satu anggota terpilih dari setiap daerah pemilihan pensiun setiap 3 tahun sekali. Oleh karena itu setiap 3 tahun sekali diselenggarakan untuk mengisi 6 anggota majelis tinggi yang pensiun tersebut 5. South Australia Majelis tingginya berjumlah 22 anggota untuk masa bakti 6-8 tahun. Sementara majelis rendahnya 47anggota dipilih setiap 3-4 tahun Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 331

10 Negara Bagian South Australia Majelis Rendah (Legislative Assembly) Legislative council (Majelis Tinggi) Anggota Masa Bakti Anggota Masa Bakti 47 orang 3-4 tahun 22 orang 6-8 tahun 6. Tasmania Majelis tingginya berjumlah 19 anggota untuk masa bakti 6 tahun. Sementara majelis rendahnya 35 anggota dipilih setiap 4 tahun sekali Negara Bagian South Australia Majelis Rendah (Legislative Assembly) (Majelis Tinggi) Legislative council Anggota Masa Bakti Anggota Masa Bakti 35 orang 4 tahun 19 orang 6 tahun 7. Northern Australia Pemilu di Northern Australia hanya untuk memilih anggota majelis rendah yang berjumlah 25 anggota setiap 4 tahun sekali 8.Australia Capital Terithory Pemilu di Australia Capital Terithory hanya untuk memilih anggota majelis rendah yang berjumlah 17 anggota untuk masa bakti maksimum 3 tahun. Ini baru diberlakukan pada Lima majelis tinggi Negara bagian dinamakan Legislatif (Legislative Council)sementara majelis rendah Negara bagian dan teritori memppunyai nama yang sedikit berbeda. Kecuali majelis rendah disouth australias dan Tasmania yang bernama House of Assembly, seluruh majelis rendah Negara bagian dan teritori disebut dengan legislative Assembly. Penerapan sistem majelis baik ditingkat federal maupun Negara bagian dan teritori mempunyai dampak yang luas bagi perwakilan politik anggota parlemen. Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 332

11 sistem perwakilan politik bagi anggota parlemen tidak hanya menggunakan satu sistem perwakilan, tetapi semua sistem perwakilan yang ada dipergunakan. Sistem proportional representation atau perwakilan berimbang, dan sistem distrik-di Australia umumnya dikenal dengan sebutan preferential, karena metode pemungutan suaranya berbeda dengan sistem perwakilan berimbang- digunakan bagi wakil-wakil rakyat diparlemen. Sistem perwakilan Proportional Representation Preferential Representation (Distrik) Dengan sistem Multi-member constituency (satu daerah pemilihan memiliki lebih dari satu anggota parlemen) Single member constituency (setiap anggota parlemen hanya mewakili satu daerah pemilihan) Untuk Pemilihan Diberlakukan bagi parlemen senator (majelis tinggi) ditingkat federal Bagi pemilihan wakil rakyat (majelis rendah) diparlemen pada tingkat federal. Digunakan pada Pemilihan majelis tinggi di New South Wales, Victoria, South Australia, Western Australia pemilihan majelis rendah di Tazmania dan teritori ACT Pemilihan anggota parlemen Negara bagian New South Wales, Victoria, Queensland, dan Western Australia dan teritori NT serta anggota majelis tinggi Tazmania Persemakmuran Australia didirikan pada 1901 ketika bekas koloni Inggris ini sekarang enam negara bagian sepakat untuk mendirikan federasi. Walaupun Australia merupakan negara demokrasi parlementer yang merdeka penuh, Ratu Elizabeth II dari Inggris secara resmi juga merupakan Ratu Australia. Seluruh warga negara yang berusia di atas 18 tahun harus memberikan suaranya baik pada pemilihan umum pemerintah federal maupun negara bagian. Pemilu 2004 Penampilan ekonomi yang mencengangkan menjadi faktor utama dibalik kemenangan kubu Howard. Isu Irak yang menjadi titik lemah menjadi seperti tidak berarti. Tuduhan kepada Howard sebagai anjing pudelnya Presiden AS, George Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 333

12 Walker Bush, karena mendukung invasi AS ke Irak, ternyata tidak berpengaruh besar bagi warga Australia. 1 Dagangan politik yang ditawarkan Mark Latham, Ketua Partai Buruh, bahwa Australia akan menarik mundur 900 personel pasukan Australia dari Irak sebelum Natal 2004, tak mampu meraih simpati dari para pemilih Australia. Disamping secara karakteristik para pemimpin Partai Buruh dan Partai Hijau lebih ramah kepada tetangganya di Asia Tenggara. Namun masyarakat Australia tidak mau mendengarnya, dan dipengaruhi oleh kampanye Howard yang menyatakan pemerintahan Latham akan merusak kemakmuran Australia, yang telah sembilan tahun dinikmati semasa pemerintahan Howard, jangan ambil resiko atas kemakmuran anda dengan memilih mereka. 2 Dengan 73,3 persen suara terhitung minggu 10 Oktober 2004, hasil resmi ini memberi koalisi Liberal-Nasional pimpinan Howard sedikitnya 83 kursi dalam majelis rendah DPR yang mempunyai 150 kursi, naik dari sebelumnya 82. Sedangkan partai Buruh yang mengusung Latham mendapat 60 kursi dari 64 kursi dalam pemilu sebelumnya. 3 Di Majelis Tinggi Senat, kubu Howard memenangkan 38 kursi. Ini untuk pertamakalinya sejak tahun 1981 bahwa pemerintah memegang kontrol majelis rendah dan senat, yang memiliki kekuasaan untuk menghalangi RUU. Bahkan, dengan hanya 38 kursi di Senat, Howard dapat mengandalkan untuk mendapatkan dukungan sebagian besar isu dari partainya. Pergeseran kekuatan ini, berarti Partai Buruh tidak lagi bisa bergabung dengan partai-partai kecil di senat untuk mempersulit pembaruan konservatif Howard. Namun ada sebuah kemajuan dalam orientasi politik luar negeri Howard, dukungan Howard pada AS tak diragukan lagi, namun salah satu prioritas kuncinya selama jabatan keempatnya adalah menggalang hubungan baik dengan wilayah Asia. Hal tersebut tersirat dalam pernyataanya: Satu orang dengan siapa saya ingin bicara segera adalah Presiden terpilih Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, yang akan menjadi tokoh yang sangat penting di kawasan kita. Howard sempat membuat gusar tetangga-tetangga terdekat Australia ketika belum lama ini 1 Berita, Pemerintahan John Howard Menang Lagi Pada Pemilu, KOMPAS, Minggu 10 Oktober 2004, hal 3. 2ibid 3 Berita, Howard Mulai Rencanakan Agendanya, Asia Jadi Salah Satu Prioritas, KOMPAS, Senin 11 Oktober 2004, hal 2. Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 334

13 mengulangi pandangannya bahwa serangan pre-emptive di negara lain merupakan respons yang sah pada ancaman teroris. 4 Perdana Menteri Australia, John Howard pernah melempar bola panas dengan pernyataan tak segan melakukan serangan pre-emptive terhadap kantongkantong teroris di negara-negara tetangga, termasuk di Asia Tenggara, guna melindungi keamanan negaranya. 5 Howard menyatakan, bila diperlukan, ia akan menempatkan pasukan terbang (flying squads) yang terdiri atas 10 anggota Kepolisian Federal Australia untuk memberangus teroris di negara-negara tersebut sebelum mereka menyerang kepentingan negara Kangguru itu. Dan hal ini mendapat tanggapan keras dari Malaysia, Filipina dan Indonesia. Upaya Menteri Luar Negeri Australia, Alexandert Downer menghaluskan pernyataan Howard, dengan menegaskan serangan pre-emptive tidak ditujukan ke negara-negara Asia Tenggara yang menurut dia cukup memiliki kemampuan menaggulangi terorisme, namun kemungkinan ditujukan kepada negara-negara yang gagal (failed states) menangani masalah keamanan di Pasifik Selatan, tidak cukup ampuh menetralkan suasana. Ketegangan Australia dengan negara-negara tetangganya di Asia Tenggara, kembali mencuat. Wakil Perdana Menteri Malaysia, Najib Tun Razak mengecam sikap Howard dan menegaskan pihaknya tidak akan membiarkan serangan preemptive terhadap negerinya. Juru Bicara Presiden Filipina, Ignacio Bunye, mengeluarkan tanggapan serupa, pihak Manila tidak menerima konsep serangan pre-emptive dan pasukan terbang. 6 Dari Indonesia juga muncul kecaman, namun, ditengah kecaman itu, duta besar Indonesia untuk Australia Imron Cotan mengeluarkan pernyataan cerdas, konsep serangan pre-emptive dan pengiriman pasukan terbang yang digagas Howard itu harus dilihat dalam kerangka politik domestik Australia, saat menjelang Pemilu Federal, dimana Howard dari Koalisi Partai Liberal dan Partai Nasional sedang bertarung dengan pemimpin oposisi Mark Latham yang didukung oleh Partai Buruh dan Partai Hijau. Pernyataan Cotan cukup beralasan mengingat serangan teroris terhadap kedutaan besar Australia di Jakarta, 9 September 2004, secara signifikan telah 4 Ibid. 5 The Australian, 21 September Sudirman H. Nasir, Pre-Emptive Strike John Howard, KOMPAS, 9 Oktober 2004, hal 4. Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 335

14 mempengaruhi persaingan politik di Australia dan membelokan tema kampanye pemilu, yang semula bertumpu pada isu-isu domestik (kesehatan, pendidikan, pajak, suku bunga dan lain-lain) ke isu-isu keamanan dan terorisme internasional. Meskipun demikian, pemerintah baru Indonesia dibawah pimpinan SBY, tidak akan mengijinkan pasukan Australia ditempatkan di Indonesia, apalagi pasukan itu melakukan serangan pre-emptif terhadap extrimis di Indonesia. Kehadiran aparat keamanan Australia yang berlebihan bisa dipandang intervensi. 7 Howard dan Latham berlomba menunjukkan ketegasannya menghadapi serangan teroris di Jakarta yang ditujukan untuk kepentingan Australia. Keduanya menyadari, psikologi masyarakat Australia yang kini cemas membutuhkan tanggapan segera. Apalagi dibalik kesuksesan Howard memimpin Australia (pertumbuhan ekonomi yang cukup mantap, jaminan kesejahteraan sosial dan keamanan), ia banyak dikritik karena terlalu berorientasi kepada peningkatan hubungan Australia-AS atau Australia-Eropa dan cenderung mengabaikan peningkatan kualitas Australia dengan negara-negara kunci di Asia Tenggara. Meningkatnya kerawanan isu keamanan dan teroris di wilayah Asia Tenggara, yang secara geopolitik amat dekat dengan Australia, kian memperbesar titik lemah Howard. Sensitivitas isu keamanan dan ancaman terorisme bagi warga Australia saat ini cukup tinggi karena kuatnya anggapan mengenai keterkaitan serangan teroris terhadap Kedubes Australia di Jakarta dengan keterlibatan negara itu mendukung serangan AS ke Irak. Sejak awal, cukup banyak warga Australia menentang kebijakan Howard ikut menyerang Irak tanpa persetujuan PBB. Banyak pula kritik muncul terhadap kebijakan Howard yang menempatkan negara itu sebagai wakil deputi yang senantiasa mengikuti apapun keinginan AS (an ally who cant say no). Kecaman itu beralasan setelah senjata pemusnah massal tidak ditemukan di Irak dan setelah terjadi pelanggaran hak asasi manusia oleh sejumlah tentara AS dan Inggris di penjara Abu Ghraib. Kecaman muncul dari 43 mantan pejabat sipil, militer dan diplomat Australia yang menuduh Howard mengeksploitasi kecemasan masyarakat terhadap serangan terorisme untuk kepentingan politiknya. Richard Wilcott, salah seorang tokoh dari 43 7 PLE Priatna, Australia, Indonesia dan ASEAN, KOMPAS, 19 November 2004, hal 5. Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 336

15 mantan pejabat itu, menyatakan bahwa serangan terhadap Kedubes Australia sebagai dampak langsung kebijakan luar negeri Howard. Ke-43 tokoh itu, pada bulan Agustus 2004, meluncurkan dokumen Truth in Government yang mengecam keras dugaan kebohongan Howard dalam kasus Tampa (kapal yang memuat pencari suaka yang tenggelam di perairan Australia) menjelang Pemilu Federal tahun Dalam kasus Tampa, Howard menuduh para pencari suaka melemparkan anak-anaknya ke laut untuk menekan pemerintah Australia agar mereka diterima masuk negara itu. Tuduhan yang kemudian terbukti tidak benar. Ke-43 tokoh itu juga menyorot kebijakan Howard menyerang Irak yang didasari laporan intelejen yang tidak akurat tentang kepemilikan senjata pemusnah massal. Howard dinilai tidak kritis membaca laporan intelejen. Dalam kondisi terdesak, terutama dalam suasana Pemilu, Howard tampaknya ingin menunjukkan kembali sikapnya yang lebih tegas dalam isu keamanan dan strategi menghadapi terorisme. Konsep serangan pre-emptive dan pasukan terbang itu ditujukan untuk menaikkan kembali pamornya dimata warga Australia. Kemenangan yang dicapai oleh John Howard dalam Pemilu tahun 2004 ini, merupakan kemenangan yang diraih dengan tidak mudah, sebab pesaing Howard yaitu Latham adalah seorang politisi muda yang sangat piawai membuka kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh Howard, terutama berkaitan dengan kemampuannya memahami permasalahan militer dan keamanan regional. Mark Latham juga adalah sosok yang diharapkan memenangkan Pemilu 2004 oleh para pemimpin di Asia, terutama Asia Tenggara. Karakteristik partai Buruh yang lebih berorientasi ke Asia, diyakini akan mampu meredam kekhawatiran negara-negara Asia terhadap Australia, yang telah memproklamirkan diri sebagai deputy shariffnya AS di Asia. Ini terbukti dengan diadopsinya konsepsi pre-emptive attack dalam memerangi terorisme internasional. Namun harapan bangsa Asia akan lahirnya sosok pemimpin baru yang bersahabat dengan bangsa Asia gagal, setelah Pemilu kembali dimenangkan oleh kubu Howard. Negara-negara di Asia, terutama negara-negara Asia Tenggara sangat khawatir apabila Howard benar-benar menerapkan pre-emptive attack dan flying suquads akan menyebabkan instabiltas kawasan, atau paling tidak, kohesivitas kawasan yang mulai ditata kembali, akan kembali berantakan gara-gara Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 337

16 Australia yang semakin ofensif, sebab di belakang Australia ada the lonely superpower yaitu AS. Dalam pandangan Akh Muzakki, 8 ada dua faktor yang menyelamatkan Howard dari penetrasi kekuatan oposisi di bawah pimpinan Mark Latham, Pertama, jaminan keamanan. Pemerintah koalisi pimpinan John Howard lebih bisa diterima kebanyakan masyarakat Australia karena dianggap lebih menjajnjikan keamanan Australia, terutama dari serangan terorisme. Keseriusan Howard dalam hal jaminan keamanan ini ditunjukkan dengan kecepatan reaksi pemerintahannya atas sejumlah kasus terorisme di kawasan sekitar Australia. Mulai dari kasus Afghanistan, bom Bali hingga bom Kuningan. Reaksi cepat ini cenderung dibaca masyarakat pemilih sebagai indikasi kuatnya jaminan keamanan yang bisa diberikan pemerintahan Howard. Faktor Kedua, adalah jaminan ekonomi. Pemerintah koalisi pimpinan Howard telah menunjukkan kredibilitas ekonomi yang membaik. Paling tidak, ada sejumlah indikator yang bisa dilihat dalam prestasi ekonomi, diantaranya kecenderungan rendahnya suku bunga bank dan menurunya pengangguran. Ditengah naiknya harga properti, bahan bakar, dan biaya industri lainnya dihampir seluruh Australia, angka suku bunga bank menjadi bayang-bayang yang menakutkan bagi masyarakat Australia. Selama tiga periode kepemimpinan Howard, mereka mengalami ekonomi yang stabil dengan suku bunga bank yang relatif rendah. Sementara pihak oposisi tidak berhasil meyakinkan masyarakat pemilih atas perbaikan ekonomi melalui suku bunga ini. Hal yang sama terjadi dengan angka pengangguran, dari 8,2 persen pada Maret 1996, saat Howard mulai memerintah, angka pengangguran cenderung bisa ditekan dan diturunkan hingga 5,6 persen tahun Prestasi Howard mengatasi pengangguran amat dirasakan langsung masyarakat Australia. Dengan demikian, ada harapan juga dalam sosok Howard yang pada pengukuhannya sebagai PM Pasca Pemilu 2004, menjanjikan bahwa pemerintahannya akan berusaha keras memperkuat hubungan dengan negaranegara Asia dan menarik mundur (backed away) gagasan melakukan serangan preemptive terhadap basis-basis teroris di kawasan Asia. 8 Akh Muzakki, Sukses Howard, Pelajaran Bagi SBY, KOMPAS, 15 Oktober 2004, hal 5. Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 338

17 Howard mengatakan, tidak memiliki musuh di Asia, walau ada kekhawatiran di kalangan sebagian negara tetangga bahwa Australia telah menjadi deputy sheriff kawasan itu untuk Amerika Serikat. Saya mengharapkan kesempatan untuk lebih memperdalam hubungan kami dengan negara-negara di kawasan ini. Saya mengharapkan berlanjutnya dualitas hubungan kami di wilayah Asia Pasifik dan semakin dekatnya hubungan dengan AS, Namun konsisten dengan itu, sebuah hubungan yang lebih dekat dengan sahabat-sahabat dan tetangga-tetangga kami di kawasan ini, kawasan Asia Pasifik. 9 Howard dikritik didalam dan diluar negeri atas pernyataanya dalam sebuah kampanye pemilu, bahwa Australia sebagai upaya terakhir membela rakyatnya, akan melakukan serangan pre-emptive terhadap teroris-teroris di negara lain. Namun dari pernyataan tanggal 13 Oktober 2004, Howard tampaknya mundur dari ancaman dengan mengatakan, Saya rasa itu tidak akan pernah terjadi. Apa yang kami katakan adalah kalau anda menghadapi situasi dimana sebuah negara, dimana sebuah ancaman dari para teroris disusun sebagai upaya terakhir kami akan melakukan tindakan untuk menyelamatkan jiwa warga Australia. 10 Dalam persepsi John Howard, apa yang pernah dia katakan adalah sebuah situasi yang muncul dimana sebuah negara tidak bisa (mengatasi serangan teror kepada Australia). Sebagai upaya terakhir, kami akan mengambil tindakan untuk menyelematkan jiwa warga Australia dan melindungi aset Australia. Howard juga mengatakan bahwa berita kekhawatiran negara-negara Asia Tenggara soal hubungan antara Australia dan AS dibesar-besarkan. Bahkan PM Howard berupaya menyempatkan diri untuk hadir dalam pelantikan SBY sebagai Presiden RI pada 20 Oktober Bahkan SBY adalah orang yang diprioritaskan oleh Howard untuk dihubungi pasca terpilihnya dia menjadi PM yang keempatkalinya. Saya mengharapkan untuk bekerjasama erat dengan DR Yudhoyono dan pemerintah barunya untuk melanjutkan dan memperluas kerjasama yang erat antara kedua negara kami, terutama dalam kontraterorisme. Kedua negara sama-sama memiliki komitmen yang jelas untuk keterlibatan yang kooperatif dan sama-sama menguntungkan dalam memerangi terorisme diwilayah kami KOMPAS, 14 Oktober 2004, hal 1 10 ibid 11 KOMPAS, 15 Oktober 2004, hal 3. Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 339

18 Ada upaya untuk meningkatkan hubungan dua negara, terutama antara pemerintahan SBY dengan Howard, namun menurut analis politik Michael McKinley, masih terlalu dini untuk mengatakan adanya sebuah era baru kerjasama antara kedua negara, meskipun Menlu Alexander Downer melontarkan gagasan menyangkut perjanjian keamanan baru dengan Indonesia, dan didukung oleh Tajuk Rencana Sydney Morning Herald yang memuji kemenangan dan pelantikan SBY sebagai era yang cantik (a beautiful era) bagi Australia, termasuk prospek hubungannya dengan Barat. Indonesia dibawah pimpinan SBY adalah a new friend in Jakarta, secara umum akan berarti sebuah komunikasi lebih smooth, cocok untuk memperkokoh kerjasama keamanan dalam memerangi ancaman terorisme. Tapi langkah ini belum tentu didukung oleh masyarakat kedua negara. Dalam sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh Australian Strategic Policy Institute (ASPI) pada 25 Agustus 2004, Indonesia masih dianggap ancaman utama bagi Australia. Namun upaya Howard melalui cara berbicara dengan SBY adalah sebuah sikap yang tepat, dan sangat diperlukan daripada sekedar simbolisme untuk benarbenar memperbaiki hubungan itu. 12 Pemilu 2007 Partai Labor akhirnya memenangkan pemilu 2007, mengalahkan pemerintah koalisi dengan suara 84 banding 58. Sang pimpinan partai Labor (Kevin Rudd) selanjutnya secara otomatis menjadi Perdana Menteri (Kepala Pemerintah). Di Australia yang memerintah adalah anggota parlemen yang memiliki kursi terbanyak di parlemen yang selanjutnya disebut eksekutif. Partai yang kalah kemudian berperan menjadi oposisi. Dengan demikian tidak ada perbedaan tegas antara legislatif dan eksekutif karena mereka sama-sama berasal dari anggota parlemen yang memegang fungsi legislasi. Ketentuan tersebut bukan hanya di tingkat nasional tetapi juga berlaku di tingkat state (negara bagian). Dengan demikian Pemilu menjadi lebih ngirit biaya karena nggak perlu mangadakan berulang-ulang untuk memilih anggota DPR dan kepala pemerintahan baik itu di pusat maupun di daerah. Akan tetapi frekwensi pemilu di Australia sekali tiap tiga tahun.dengan kemenangan ini maka Labor sudah 12 ibid Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 340

19 dapat dipastikan memerintah seluruh Australia karena semua state maupun territory sekarang dipimpin oleh partai Labor. Namun pada tahun 2010 Kevin Ruud mengundurkan diri dari kursi Perdana Menteri dan digantikan oleh Perdana Menteri perempuan pertama Australia, Julia Gillard. Rudd mundur karena ketidakpuasan pimpinan Partai Buruh atas kepemimpinannya. Dukungan pemerintahan Partai Buruh merosot dalam jajak pendapat sejak April 2010, diduga kuat karena kegagalan kebijakan Rudd seperti skema perdagangan karbon, ketidakmampuan mengatasi isu pertambangan yang kontroversial. Pemilu 2010 Pemilihan umum federal Australia 2010 diselenggarakan pada hari Sabtu, 21 Agustus 2010 untuk menentukan anggota Parlemen Australia ke-43. Partai oposisi kanan-tengah Koalisi Liberal/Nasional yang dipimpin oleh pimpinan oposisi Anthony John Abbott adalah penantang utama untuk Partai Buruh yang dipimpin oleh Perdana Menteri Julia Eileen Gillard. Penantang ketiga, Australian Greens, memegang keseimbangan kekuasaan di Senat Australia, sementara Partai Hijau dan 4 partai independen mungkin memegang keseimbangan kekuasaan di Dewan Perwakilan Australia. Pemilihan ini hampir pasti menghasilkan pemerintahan minoritas, sejak tahun penduduk Australia mendaftar untuk memilih pada saat pemilu berlangsung Australia menganut wajib voting, dan menggunakan surat suara istimewa dalam kursi satu anggota untuk DPR dan suara tunggal teralihkan dengan daftar voting kelompok fakultatif dalam senat yang diwakili secara seimbang. Pemilu ini diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Australia.Hasil resmi yang diumumkan beberapa hari setelah pemungutan suara: Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 341

20 Dewan perwakilan Parti Suara % Kursi Buruh ,53 72 Koalisi Liberal/Nasional ,47 72 Independen 4 CLP 1 Greens 1 Para pemimpin politik Australia membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk membentuk pemerintahan baru setelah pemilihan umum tidak menghasilkan suara mayoritas di parlemen. Pemerintahan terpaksa dijalankan pejabat sementara setelah Partai Buruh yang berkuasa dan berhaluan kiri-tengah pimpinan Perdana Menteri Julia Gillard serta koalisi oposisi konservatif Liberal/Nasional pimpinan Tony Abbott tidak memenangkan suara mayoritas. Partai-partai besar itu harus bernegosiasi dengan calon-calon independen dan satu Partai Hijau yang sepertinya akan terus memegang keseimbangan kekuatan di parlemen. Menurut para pengamat, proses itu dapat memakan waktu hingga tiga bulan sebelum akhirnya pemerintah baru terbentuk. Profesor Donald Rothwell mengatakan, parlemen harus mengadakan rapat dalam waktu 30 hari sejak pejabat pemilihan menegaskan nama setiap kandidat yang terpilih. Namun, komisi itu baru dapat memastikan nama-nama itu pada 27 Oktober. "Hal ini bisa memungkinkan Perdana Menteri Gillard untuk memanggil jajarannya dalam rapat DPR paling lambat pada 26 November 2010 sehingga baru tiga bulan kemudian kesepakatan tercapai dengan para kandidat independen," katanya.rothwell, profesor di Australian National University College of Law, mengatakan, Gillard bisa tetap menjadi perdana menteri sementara sampai saat itu. Penutup Pemilu tahun 2010 adalah peristiwa menarik dalam pemilu di Australia, sebab perolehan suara antara partai buruh dan partai konservatif sama, menghasilkan 72 Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 342

21 kursi di parlemen, yang kemudian mengantarkan kembali Julia Gillard ke kursi Perdana Menteri, yang telah ia duduki 3 bulan sebelum pelaksanaan pemilu, setelah Kevin Ruud mengundurkan diri. Suasana persaingan yang begitu ketat besar kemungkinan akan terbawa hingga pemilu berikutnya pada bulan September Partai Konservatif dan koalisinya merasa punya peluang yang besar untuk merebut kembali kekuasaan yang teah diambil alih oleh partai buruh dalam 2 kali pemilu terakhir, apalagi ada kekecewaan dari pendukung partai buruh, terhadap regulasi yang tidak normal dari Kevin Ruud ke Julia Gillard. Sumber Bacaan: Akh Muzakki, Sukses Howard, Pelajaran Bagi SBY, KOMPAS, 15 Oktober Berita, Pemerintahan John Howard Menang Lagi Pada Pemilu, KOMPAS, Minggu 10 Oktober Berita, Howard Mulai Rencanakan Agendanya, Asia Jadi Salah Satu Prioritas, KOMPAS, Senin 11 Oktober PLE Priatna, Australia, Indonesia dan ASEAN, KOMPAS, 19 November Sudirman H. Nasir, Pre-Emptive Strike John Howard, KOMPAS, 9 Oktober The Australian, 21 September KOMPAS, 14 Oktober KOMPAS, 15 Oktober Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 343

Sistem pemerintahan Australia

Sistem pemerintahan Australia Sistem pemerintahan Australia Sistem pemerintahan Australia dibangun di atas tradisi demokrasi liberal. Berdasarkan nilainilai toleransi beragama, kebebasan berbicara dan berserikat, dan supremasi hukum,

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KUNJUNGAN KERJA PANITIA KHUSUS RUU TENTANG TENTANG PROTOKOL KE NEGARA CANADA ( 11 Juli 17 Juli 2010 )

KERANGKA ACUAN KUNJUNGAN KERJA PANITIA KHUSUS RUU TENTANG TENTANG PROTOKOL KE NEGARA CANADA ( 11 Juli 17 Juli 2010 ) KERANGKA ACUAN KUNJUNGAN KERJA PANITIA KHUSUS RUU TENTANG TENTANG PROTOKOL KE NEGARA CANADA ( 11 Juli 17 Juli 2010 ) A. PENDAHULUAN Masalah keprotokoleran semula diawali dengan adanya pengaturan atas pembukaan

Lebih terperinci

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea, RESUME Australia adalah sebuah negara yang terdapat di belahan bumi bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILU DUNIA

SEJARAH PEMILU DUNIA SEJARAH PEMILU DUNIA PENGERTIAN PAKAR Secara etimologis kata Demokrasi terdiri dari dua kata Yunani yaitu damos yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan cratein atau cratos yang berarti kedaulatan

Lebih terperinci

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2008 OTONOMI. Pemerintah. Pemilihan. Kepala Daerah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam masa diadakan perluasan untuk menemukan daerah daerah baru, dan

I. PENDAHULUAN. Dalam masa diadakan perluasan untuk menemukan daerah daerah baru, dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam masa diadakan perluasan untuk menemukan daerah daerah baru, dan masalah timbul pada masa ini masalah yang cukup rumit misalnya; timbulnya gerakan gerakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, bebas dan jujur.tetapi pemilihan umum 1955 menghasilkan

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MATERI AUDIENSI DAN DIALOG DENGAN FINALIS CERDAS CERMAT PANCASILA, UUD NEGARA RI TAHUN 1945, NKRI, BHINNEKA TUNGGAL IKA, DAN KETETAPAN MPR Dr. H. Marzuki Alie

Lebih terperinci

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH Policy Brief [05] Kodifikasi Undang-undang Pemilu Oleh Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu MASALAH Demokrasi bukanlah bentuk pemerintahan yang terbaik, namun demokrasi adalah bentuk pemerintahan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni

BAB VI KESIMPULAN. Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni BAB VI KESIMPULAN Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni sejak tahun 1961 hingga 1963, akan tetapi Kennedy tetap mampu membuat kebijakan-kebijakan penting yang memiliki dampak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Penyelenggara Pemilu Harus Independen

Penyelenggara Pemilu Harus Independen Penyelenggara Pemilu Harus Independen SALAH satu hasil studi banding Pansus RUU Penyelenggaraan Pemilu DPR ke Meksiko dan Jerman ialah keinginan sejumlah anggota untuk menempatkan anggota partai sebagai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN AWAL KOLONI AUSTRALIA

PEMERINTAHAN AWAL KOLONI AUSTRALIA PEMERINTAHAN AWAL KOLONI AUSTRALIA TERBENTUKNYA FEDERASI AUSTRALIA MENGAPA PERLU FEDERASI? Terbentuknya koloni menyebabkan perbedaan pemerintahan dan tidak adanya koordinasi Dalam hal perdagangan, terdapat

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (yang telah disahkan dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 18 Juli 2006) RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU DI JERMAN

LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU DI JERMAN LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU DI JERMAN Jerman merupakan sebuah negara republik federal yang terdiri atas 16 negara bagian (Länder). Kekuasaan legislatif dibagi antara Bundestag dan Landtage (Parlemen Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan adalah dimensi penting dari usaha United Nations Development Programme (UNDP) untuk mengurangi separuh kemiskinan dunia

Lebih terperinci

MENGANALISIS SISTEM PEMERINTAHAN DI BERBAGAI NEGARA

MENGANALISIS SISTEM PEMERINTAHAN DI BERBAGAI NEGARA MENGANALISIS SISTEM PEMERINTAHAN DI BERBAGAI NEGARA A. SISTEM PEMERINTAHAN PARLEMENTER Sistem pemerintahan di mana kepala pemerintahan dipegang oleh presiden dan pemerintah tidak bertanggung jawab kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diberitakan kemungkinan bakal menjadi calon tunggal dalam pemilihan presiden tahun 2009. Kemungkinan calon tunggal dalam pilpres

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 22 ayat (2) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang...

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 22 ayat (2) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang... UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG- UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011: 34 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Judicial Review Kewenangan Judicial review diberikan kepada lembaga yudikatif sebagai kontrol bagi kekuasaan legislatif dan eksekutif yang berfungsi membuat UU. Sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan berpolitik di Indonesia banyak mengalami perubahan terutama setelah era reformasi tahun 1998. Setelah era reformasi kehidupan berpolitik di Indonesia kental

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.182, 2014 LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN TIM PENGAWAS INTELIJEN NEGARA SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA

PEMBENTUKAN TIM PENGAWAS INTELIJEN NEGARA SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA PEMBENTUKAN TIM PENGAWAS INTELIJEN NEGARA SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima : 24 September 2014; disetujui : 13 Oktober 2014

Lebih terperinci

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P No.29, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6187) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan RZF / Kompas Images Selasa, 6 Januari 2009 03:00 WIB J KRISTIADI Pemilu 2009 sejak semula dirancang untuk mencapai beberapa tujuan sekaligus. Pertama, menciptakan

Lebih terperinci

KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN HADIRI PERTEMUAN PIMPINAN LEMBAGA NEGARA

KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN HADIRI PERTEMUAN PIMPINAN LEMBAGA NEGARA KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN HADIRI PERTEMUAN PIMPINAN LEMBAGA NEGARA bpk.go.id Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melakukan pertemuan dengan pimpinan lembaga negara di Majelis Permusyawaratan Rakyat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro

Lebih terperinci

Koalisi Masyarakat Sipil Antikorupsi dan Reformasi Hukum

Koalisi Masyarakat Sipil Antikorupsi dan Reformasi Hukum 2014 Jakarta, 4 Februari Kepada Yth. 1. DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono Presiden Republik Indonesia 2. Amir Syamsudin Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Di Jakarta 1. Pemerintah-dalam hal ini diwakili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi kesinambungan dibandingkan dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF Demokrasi: Antara Teori dan Pelaksanaannya Di Indonesia Modul ini akan mempelajari pengertian, manfaat dan jenis-jenis demokrasi. selanjutnya diharapkan diperoleh

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5493

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5493 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG- UNDANG NOMOR 24

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

MAKALAH PERBANDINGAN SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA

MAKALAH PERBANDINGAN SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA Makalah Perbandingan Sistem Pemerintahan Negara MAKALAH PERBANDINGAN SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA RUSDIANTO KARIM SMA NEGERI 1 BONTOMARANNU TAHUN AJARAN 2011-2012 BAB I PENDAHULUAN Sistem pemerintahan suatu

Lebih terperinci

PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN BERDASARKAN SISTEM PRESIDENSIL

PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN BERDASARKAN SISTEM PRESIDENSIL PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN BERDASARKAN SISTEM PRESIDENSIL SUMONO, SH Abstrak Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden merupakan perwujudan demokrasi dalam sistem presidensiil. Namun sistem presidensiil

Lebih terperinci

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* Institut Internasional untuk Demokrasi dan Perbantuan Pemilihan Umum didirikan sebagai organisasi internasional antar pemerintah

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id

Lebih terperinci

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Anggaran Dasar Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu hak asasi manusia yang sangat

Lebih terperinci

USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1

USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1 USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1 USULAN UMUM: MEMPERKUAT SISTEM PRESIDENSIAL 1. Pilihan politik untuk kembali pada sistem pemerintahan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law Modul ke: 07 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law Fakultas PSIKOLOGI Program Studi PSIKOLOGI Rizky Dwi Pradana, M.Si Sub Bahasan 1. Pengertian dan Definisi Konstitusi 2. Hakikat dan Fungsi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2008 LEMBAGA NEGARA. POLITIK. Pemilu. DPR / DPRD. Warga Negara. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4801) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 Oleh: Muh. Miftachun Niam (08430008) Natashia Cecillia Angelina (09430028) ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

PEMILIHAN UMUM. R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 6 Juni 2008

PEMILIHAN UMUM. R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 6 Juni 2008 PEMILIHAN UMUM R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 6 Juni 2008 Sub Pokok Bahasan Memahami Sistem Pemilu dalam Ketatanegaraan

Lebih terperinci

Pengaruh Politik Domestik Terhadap Kebijakan Politik Luar Negeri Australia

Pengaruh Politik Domestik Terhadap Kebijakan Politik Luar Negeri Australia Ciptahadi Nugraha 10/296341/SP/23828 Pengaruh Politik Domestik Terhadap Kebijakan Politik Luar Negeri Australia Seperti yang kita ketahui, dalam politik pemerintahan Australia terdapat dua partai yang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab V, penulis memaparkan simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Simpulan yang dibuat oleh penulis merupakan penafsiran terhadap analisis hasil

Lebih terperinci

Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia

Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia Sistem pemerintahan negara Indonesia telah mengalami beberapa perubahan. Semuanya itu tidak terlepas dari sifat dan watak

Lebih terperinci

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Oleh: Dr. (HC) AM. Fatwa Wakil Ketua MPR RI Kekuasaan Penyelenggaraan Negara Dalam rangka pembahasan tentang organisisasi

Lebih terperinci

MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG

MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG Resume Fransiskus Carles Malek 151050084 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Parlemen selama 30 tahun. Kakek John Malcolm Fraser berasal dari Nova Scotia.

BAB VI KESIMPULAN. Parlemen selama 30 tahun. Kakek John Malcolm Fraser berasal dari Nova Scotia. BAB VI KESIMPULAN Malcolm Fraser dilahirkan 21 mei 1930, dari keluarga petani dan peternak domba yang kaya, kakeknya Sir Simon Fraser adalah salah seorang pertama-tama dipilih sebagai senator mewakili

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 - Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) 2 K168 Konvensi

Lebih terperinci

2013, No Mengingat dan tata cara seleksi, pemilihan, dan pengajuan calon hakim konstitusi serta pembentukan majelis kehormatan hakim konstitusi;

2013, No Mengingat dan tata cara seleksi, pemilihan, dan pengajuan calon hakim konstitusi serta pembentukan majelis kehormatan hakim konstitusi; LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.167, 2013 HUKUM. Kehakiman. Mahkamah Konstitusi. Penyelenggaraan. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5456) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK

RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK Sebagai para pemimpin partai politik, kami memiliki komitmen atas perkembangan demokratik yang bersemangat dan atas partai

Lebih terperinci

PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA

PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA Materi Kuliah Sistem Politik Indonesia [Sri Budi Eko Wardani] Alasan Intervensi Militer dalam Politik FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL 1. Nilai dan orientasi perwira

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 http://kesbangpol.kemendagri.go.id I. PENDAHULUAN Dana kampanye adalah sejumlah biaya berupa uang, barang, dan jasa yang digunakan

Lebih terperinci

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Copyright (C) 2000 BPHN UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH *14124 UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disingkat UUD 1945 1 telah mengalami perubahan sebanyak empat kali, yakni Perubahan Pertama pada tahun 1999, Perubahan

Lebih terperinci

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di KETERANGAN PENGUSUL ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

BADAN EKSEKUTIF OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-6 (IK-1,3,4,5)

BADAN EKSEKUTIF OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-6 (IK-1,3,4,5) BADAN EKSEKUTIF OLEH: ADIYANA SLAMET Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-6 (IK-1,3,4,5) Pemerintah Dan Pemerintahan Pemerintah (Government) secara etimologis berasal dari bahasa

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN

Lebih terperinci

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Bapak Presiden SMU PBB, Saya ingin menyampaikan ucapan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK I. UMUM Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Indonesia adalah negara tetangga yang penting bagi Australia. Sebagai

BAB V KESIMPULAN. Indonesia adalah negara tetangga yang penting bagi Australia. Sebagai BAB V KESIMPULAN Indonesia adalah negara tetangga yang penting bagi Australia. Sebagai negara kepulauan dengan jumlah populasi yang besar pula, Indonesia terletak di antara Samudra India dan Samudra Pasifik.

Lebih terperinci

PERUBAHAN KETIGA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN

PERUBAHAN KETIGA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERUBAHAN KETIGA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945-77 - - 78 - MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERUBAHAN KETIGA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

Komentar Global Witness untuk konsultasi publik mengenai Rancangan Undang- Undang (RUU) Dana Minyak Timor Leste.

Komentar Global Witness untuk konsultasi publik mengenai Rancangan Undang- Undang (RUU) Dana Minyak Timor Leste. Global Witness Komentar Global Witness untuk konsultasi publik mengenai Rancangan Undang- Undang (RUU) Dana Minyak Timor Leste. Global Witness menyambut baik komitmen yang ditunjukkan oleh Timor Leste

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada Bab 1 pasal 1 dijelaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara hukum dan negara

Lebih terperinci