BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. SEJARAH DAN LETAK GEOGRAFIS KOTA PALANGKARAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. SEJARAH DAN LETAK GEOGRAFIS KOTA PALANGKARAYA"

Transkripsi

1 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. SEJARAH DAN LETAK GEOGRAFIS KOTA PALANGKARAYA KALIMANTANG TENGAH Terbentuknya Provinsi Kalimantan Tengah melalui proses yang cukup panjang sehingga mencapai puncaknya pada tanggal 23 Mei 1957 dan dikuatkan dengan Undang- Undang Darurat Nomor 10 tahun 1957, yaitu tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Tengah. Sejak saat itu Provinsi Kalimantan Tengah resmi sebagai daerah otonom, sekaligus sebagai hari jadi Provinsi Kalimantan Tengah. Sejarah pembentukan Pemerintahan Kota Palangkaraya merupakan bagian integral dari pembentukan Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan Undang-Undang Darurat Nomor 10 Tahun 1957, lembaran Negara Nomor 53. Selanjutnya, Kecamatan Kahayan Tengah yang berkedudukan di Pahandut secara bertahap mengalami perubahan dengan mendapat tambahan tugas dan fungsinya, antara lain mempersiapkan Kotapraja Palangkaraya. Kahayan Tengah ini dipimpin oleh Asisten Wedana, yang pada waktu itu dijabat oleh J. M. Nahan. Peningkatan secara bertahap Kecamatan Kahayan Tengah tersebut, lebih nyata lagi setelah dilantiknya bapak Tjilik Riwut sebagai Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Tengah pada tanggal 23 Desember 1959 oleh Menteri Dalam Negeri, dan Kecamatan Kahayan Tengah di Pahandut dipindahkan ke Bukit Rawi. 1 Dan pada tanggal 11 Mei 1960, dibentuk pula Kecamatan Palangka Khusus Persiapan Kotapraja Palangkaraya, yang dipimpin oleh J.M. Nahan. Selanjutnya sejak tanggal 1 Diktat Sejarah Kalimantan Palangka dalam angka 2009, Didi Djauhari 2001

2 20 Juni 1962 Kecamatan Palangka Khusus Persiapan Kotapraja Palangkaraya dipimpin oleh W.Coenrad dengan sebutan Kepala Pemerintahan Kotapraja Administratif Palangkaraya. Kota Palangkaraya secara geografis terletak pada ` ` Bujur Timur dan 1 35`- 2 24` Lintang Selatan, dengan luas wilayah 2.678,51 Km2 ( Ha) dengan topografi terdiri dari tanah datar dan berbukit dengan kemiringan kurang dari 40%. Secara administrasi Kota Palangkaraya berbatasan dengan: Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Barat : Dengan Kabupaten Gunung Mas : Dengan Kabupaten Pulang Pisau : Dengan Kabupaten Pulang Pisau : Dengan Kabupaten Katingan A.I. GAMBARAN WILAYAH DALAM BENTUK PETA 1.1. Gambar Kota Palangkaraya Kalimantan Tengah

3 1.2. Gambar Wilayah Kalimantan Tengah secara Umum Wilayah Kota Palangka Raya terdiri dari 5 (lima) Kecamatan yaitu Kecamatan Pahandut, Kecamatan Sabangau, Kecamatan Jekan Raya, Kecamatan Bukit Batu dan Kecamatan Rakumpit dengan luas masing-masing 117,25 Km2, 583,50 Km2, 352,62 Km2, 572,00 Km2 dan 1.053,14 Km2. Luas Wilayah Menurut Penggunaannya Kawasan Hutan Tanah Pertanian Perkampungan Perkebunan Sungai dan Danau Lain-lain : 2.485,75 Km2 : 12,65 Km2 : 45,54 Km2 22,30 Km2 : 42,86 Km2 : 69,41 Km2 Secara Geologi keadaan formasi geologi yang ada di wilayah Kota Palangka Raya tersusun atas formasi Aluvium (Qa) (tersusun dari bahan-bahan liat kaolinit dan debu bersisipan pasir, gambut, kerakal dan bongkahan lepas, merupakan endapan sungai dan rawa)

4 dan formasi Batuan Api (Trv) (tersusun dari batuan breksi gunung api berwarna kelabu kehijauan dengan komponennya terdiri dari andesit, basalt dan rijang. Selain kedua formasi tersebut, wilayah Kota Palangka Raya juga termasuk ke dalam formasi Dahor (TQd) (tersusun atas sebagian besar pasir kuarsa dengan dasar lempung, pada beberapa tempat terdapat sisipan konglomerat yang komponennya berupa batuan malihan, granit dan lempung). 2 Sedangkan kondisi iklim curah hujan tahunan di wilayah Kota Palangkaraya selama 10 tahun terakhir ( ) berkisar dari mm dengan rata-rata sebesar mm. Kelembaban udara berkisar antara 75 89% dengan kelembaban rata-rata tahunan sebesar 83,08%. Temperatur rata-rata adalah 26,880 C, minimum 22,930 C dan maksimum 32,520 C. B. KONFLIK ANTARA ETNIS MADURA DAN DAYAK TAHUN 2001 DI PALANGKARAYA KALIMANTAN TENGAH Konflik yang terjadi pada manusia bersumber pada berbagai macam sebab. Begitu beragamnya sumber konflik yang terjadi antar manusia, sehingga sulit itu untuk dideskripsikan secara jelas dan terperinci sumber dari sebuah konflik. Hal ini dikarenakan sesuatu yang seharusnya bisa menjadi sumber konflik, tetapi pada kelompok manusia tertentu ternyata tidak menjadi sumber konflik, demikian halnya sebaliknya. Kadang sesuatu yang sifatnya sepele bisa menjadi sumber konflik antara manusia. Konflik di latar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Oleh karena kita tidak bisa menetapkan secara tegas bahwa yang menjadi sumber konflik adalah sesuatu hal tertentu, apalagi hanya didasarkan pada hal-hal yang sifatnya 2 Ibid

5 rasional. Pada umumnya penyebab munculnya konflik kepentingan sebagai berikut: (1) perbedaan kebutuhan, nilai, dan tujuan, (2) langkanya sumber daya seperti kekuatan, pengaruh, ruang, waktu, uang, popularitas dan posisi, dan (3) persaingan. Ketika kebutuhan, nilai dan tujuan saling bertentangan, ketika sejumlah sumber daya menjadi terbatas, dan ketika persaingan untuk suatu penghargaan serta hak-hak istimewa muncul, konflik kepentingan akan muncul (Johnson & Johnson, 1991). 3 Sebagaimana konflik etnis yang terjadi di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah adalah salah satu contoh konflik komunal yang pernah terjadi di indonesia. Konflik kekerasan yang terjadi di provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah ini bisa di katakan sebagai kerusuhan antar etnis yang tergolong pasif. Kelompok masyarakat yang mengatas namakan dirinya sebagai suku asli Kalimantan (etnik Dayak dan Melayu) berhadapan dengan kelompok masyarakat yang di anggap sebagai pendatang dari pulau Madura (etnik Madura). Saling bunuh tak terhindarkan tatkala antar etnik sudah tidak saling percaya dan menganggap eksitensi suku yang satu menjadi penghalang eksitensi suku yang lain. Kerusuhan yang pecah pada akhir februari 2001 di wilayah Kalimantan Tengah. Ribuan orang Dayak bersenjatakan busur, panah, tombak memburu warga dari etnik Madura. Tindak pembunuhan dan perusakan nyaris terjadi di semua desa. Kerusuhan semula terjadi sekitar sepekan di kota Sampit, namun merembet ke Kuala Kapuas, Pangkalan Bun, dan Palangkaraya. Dampak dari kerusuhan di Sampit ratusan orang terbunuh dan puluhan ribu pendatang (etnis Madura) dipaksa keluar dari bumi Kalimantan untuk kembali kedaerah asalnya di pulau Madura. 4 Konflik etnik antara suku Dayak dan Madura di Kalimantan Tengah (Kalteng) terjadi 3 Bernard Raho,Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, Heru Cahyono, konflik di kalbar dan kalteng: Sebuah Perbandingan, Masyarakat Indonesia, Jilid XXX No.2, 2004, page 47-48

6 pada Febuari Akhir dari konflik ini lebih merupakan pembantaian dan pengungsian Madura dari Kalimantan Tengah. Hubungan antara etnis Dayak dan Madura dapat dilihat melalui sikap yang dikeluarkan oleh kedua belah pihak dalam kesehariannya. Sikap dapat muncul atau merupakan manifestasi dari citra yang melekat pada diri objek. Interaksi antara Dayak dengan Madura sudah dimulai secara bayangan akibat pencitraan tentang orang Madura yan sudah hadir sebelum mereka berinteraksi secara langsung dengan orang Madura. Dan bagaimana perkembangan hubungan social antara suku Dayak dengan Madura dapat dilihat ketika kedua etnis ini sama-sama mengembangkan diri dalam hal perekonomian, bercocok tanam karet, kelapa, jenis tanaman, persawahan dan lainnya. Citra baik ini kemudian runtuh ketika ada perselisihan antara tiga orang Madura dengan orang Dayak yang akhirnya memunculkan citra baru bahwa etnis Madura adalah orang yang suka memaksakan kehendak di mata orang Dayak, karena perseteruan ini, konflik individual akhirnya harus dibela secara kelompok karena sikap solidaritas yang kuat di antara mereka. 5 Peristiwa tersebut membuat warga Dayak mulai was-was dan takut dan menimbulkan identitas diri sebagai kelompok yang terancam. Sikap yang muncul pertama adalah diam, yang justru menimbulkan jarak antara Dayak dengan Madura. Jika citra berada dalam tataran pemahaman maka sikap termanifestasikan alam tindaan. Sikap yang muncul dari citra yang sudah melekat pada diri orang Dayak terhadap orang Madura yang dianggap suka terhadap kekerasan memunculkan sikap menyingkir dan menyebarkan rasa takut dan pada gilirannya karena tumpukan kekesalan akhirnya menimbulkan kontak verbal dan fisik. Dan sikap menyingkir diambil oleh orang Dayak untuk menghindari babunuh atau berbunuhan di antara mereka. Siasat ini merupakan upaya pembebasan rasa takut, terteror dan terancam atas tindakan etnis Madura yang senang menggunakan carok (istilah bahasa Madura yang artinya culik ) untuk 5 Heru Cahyono, Mardyanto Wahyu Trytmoko, Asvi Warman Adam Konflik Kalbar Dan Kalteng jalan Panjang Meretas Perdamaian, Penerbit: Pustaka Pelajar, 2008

7 menyelesaikan setiap permasalahan. Sikap menyingkir ini akhirnya menimbulkan kekosongan interaksi antara orang Madura dengan orang Dayak dan di sisi lain semakin menguatkan ikatan solidaritas sesama Dayak yang menyingkir karena tindakan orang Madura. Mereka kemudian mereproduksi ungkapan yang bertujuan mengolok-ngolok orang Madura. Tanpa sadar ungkapan-ungkapan ini direproduksi dalam hubungan sehari-hari baik dikalangan orang tua, muda dan anak-anak yang sebenarnya adalah wujud institusionalisasi Madura sebagai sumber terror bagi orang Dayak. Sikap kedua yang diambil oleh orang Dayak atas citra orang Madura yang suka kekerasan adalah kontak verbal dan fisik. Tindakan ini merupakan tindakan balik secara langsung tehadap keadaan terganggunya etnis Dayak atas etnis Madura. 6 Bericara mengenai hubungan orang Dayak dengan Madura dan Kalimantan merupakan pembicaraan yang sampai saat ini terus menarik untuk dibahas, karena hubungan keduanya sering diwarnai dengan konflik. Dalam realitas sejarah sejak tahun di Kalimantan Barat telah terjadi 15 (lima belas) kali pertikaian yang melibatkan kedua etnis tersebut. Berikut ini penulis akan memaparkan dan menjelaskan kronologis isngkat terjadiinya konflik antara etnis Madura dan Dayak tahun 2001 di Palangkaraya-Kalimnatan Tengah : 1950 Pertama kalinya perkelahian massal antara pendatang Madura dan etnis Dayak pecah. Pertikaian ini menelan korban dalam jumlah besar. Tidak jelas diketahui apa penyebabnya Sani, Camat Sungaipinyuh, Kabupaten Pontianak dibunuh oleh petani Madura. Petani itu kecewa karena Sang Camat menolak melayani urusan pembuatan surat jual beli tanahnya. Si petani yang tak bisa menerima alasan yang dikemukakan, langsung 6 Ibid 57

8 menikam Sani hingga tewas Kerusuhan besar antara Dayak-Madura pecah untuk kedua kalinya di Sungaipinyuh. Kerusuhan ini dipicu pembunuhan Cangkeh, petani Dayak, yang dilakukan beberapa orang Madura yang marah karena pendatang Madura dihardik Cangkeh hanya karena menyabit rumput di halaman rumahnya Bentrokan kedua etnis kembali terjadi. Kali ini di Singkawang, Kabupaten Sambas. Robert Lonjeng, seorang polisi dari suku Dayak dibantai seorang pemuda Madura. Si pemuda rupanya gelap mata setelah perang mulut dengan Robert, yang menegur si pemuda, marah karena adik perempuannya diajak pergi sampai larut malam. Robert tewas seketika oleh sabetan celurit Madura yang memacari adiknya Tak lama setelah pukul duabelas malam pada tanggal 18 Februari sekelompok orang Dayak menyerang sebuah rumah dan menewaskan lima orang penghuninya yang orang Madura. Orang Madura kemudian melancarkan serangan terhadap sebuah rumah Dayak yang berdekatan dimana dipercaya pembunuh Dayak tengah bersembunyi. Akan tetapi orang Dayak di rumah itu telah ditahan oleh polisi yang selanjutnya menjadikan mereka terdakwa atas pembunuhan terhadap orang Madura tersebut. Orang Madura kemudian membakar rumah orang Dayak lainnya, yang ikut tewas bersama anggota keluarganya dalam kebakaran tersebut Pada petang hari Jumat 15 Desember, perkelahian pecah disebuah bar karaoke di daerah lampu merah dekat Kereng Pangi. Dalam perkelahian tersebut, seorang Dayak tewas setelah ditikam oleh tiga orang Madura. Sekitar tengah malam, ratusan orang Dayak tiba untuk mencari ketiga orang Madura yang telah kabur. Orang Dayak yang kecewa lantas merusak atau membakar setidaknya empat bar karaoke milik orang Madura dan sembilan rumah. Meski 150 bantuan polisi dikirim ke tempat kejadian dari 7 Makna di balik teks Dayak sebagai etnis Headhunter Journal Communication Spectrum, Vol. 1 No. 2 Agustus Januari 2012

9 Palangkaraya dan Sampit pada dini hari esoknya, mereka tidak mampu mencegah orang Dayak menyerang dan membakar rumah, mobil, dan sepeda motor milik pendatang Madura. 2000, 17 Desember, orang Dayak terus mencari orang Madura dan empat buah bis milik seorang pengusaha Madura dibakar. Hingga tanggal 18 Desember, ratusan bantuan polisi telah didatangkan berikut sebuah satuan tentara berukuran kompi dan selanjutnya pada pekan itu pasar Kereng Pangi dibuka kembali. Menurut seorang pejabat setempat, tiga orang terbunuh, 28 rumah dibakar dan 10 lagi rusak, dan lebih selusin kendaraan mobil serta sepeda motor dirusak. Tetapi menurut beberapa sumber lusinan orang Madura terbunuh. Menyusul benturan-benturan tersebut, orang Madura melakukan penyerangan lebih dahulu dan menurut berbagai cerita membunuh antara 16 hingga 24 orang Dayak. Mengantisipasi serangan balik orang Dayak, orang Madura menjaga jalanan yang secara efektif dikuasai mereka. Akan tetapi cerita selanjutnya diperdebatkan. Menurut Buku Merah dan sumber Dayak lainnya, pada 19 Februari spanduk-spanduk dipajang yang bertuliskan slogan seperti Kota Sampit adalah Sampang kedua (Sampang adalah sebuah kota di Madura), Selamat Datang di sebuah kota Madura, serta Sampit adalah Serambi Mekah. 8 Pada saat yang bersamaan pemuda Madura berarak keliling kota diatas sepeda motor sambil berteriak Dimana jagoan Dayak?, Orang Dayak Pengecut, dan Dimanakah Panglima Burung (yang dimaksud adalah seorang panglima magis Dayak yang konon muncul pada saat krisis). 9 9 Kutipan Tulisan Kronologis Konflik Kerusuhan Antar Etnis di Sampit, alinea 13-14, Buku Merah, Jilid 1. Kronologi peristiwa menurut sudut pandang orang Madura disampaikan dalam Dari Ratap Menuju Harap. Tragedi Pembantaian Etnis Madura di Sampit (18 Februari 2001), diterbitkan oleh Ikatan Keluarga Madura, Kotawaringin Timur, Surabaya, 8 Mei 2001.

10 Pembantaian di Sampit merupakan isyarat bagi orang Dayak di daerah sekitar untuk menyerang orang Madura. Pada hari Minggu tanggal 25, sepekan setelah letusan di Sampit, orang Dayak dipedalaman membawa konflik ke ibukota propinsi, Palangkaraya. Orang Dayak mulai membakar rumah-rumah Madura akan tetapi tidak banyak terjadi pembunuhan karena sebagian besar orang Madura telah melarikan diri Konflik antara Dayak dan Madura meletus di Sampit, Kalimantan Tengah. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia mencatat bahwa korban jatuh mencapai sekitar 400 jiwa. Menurut data kepolisian, 319 lebih rumah dibakar dan sekitar 197 lainnya dirusak. Muncul banyak versi yang memicu kasus perseteruan antar-etnis kesepuluh ini. Dari kisah terbunuhnya ibu hamil sampai balas dendam warga Madura atas kerusuhan di Kereng pangi, Kabupaten KotawaringinTimur. Banyak pendapat yang bergulir mengapa konflik di antara etnis Madura dan Dayak ini sering terjadi di Kalimantan, terutaman di Kalimantan Tengah, diantaranya karena adanya perbedaan budaya, persaingan yang tidak seimbang, premannisme, dan kriminalitas (tindak kekerasan), sentralisasi kebijakan pemerintah, struktur dan persaingan social ekonomi yang tidak wajar dan tidak seimbang, ketidakmampuan dan ketidakberdayaan tokoh-tokoh masyarakat dan juga penegak hukum. Namun ada juga yang berpendapat bahwa konflik di Kalimantan ini terjadi karena sikap frustasi penduduk setempat (Dayak) yang termanifestasikan dalam sikap agresif terhadap pendatang asal Madura, kebijakan pemerintah tentang komersialisasi hutan di Kalimantan, tidak dihormatinya dan tidak berwibawanya Polri di mata masyarakat, pemerintah yang sangat sentralistik, keadaan darurat yang menimpa masyarakat dan pemerintah Indonesia, etnisitas maupun pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan peningkatan jumlah

11 peningkatkan jumlah lapangan pekerjaan khususnya pertanian. 10 Dalam konteks ini etnis Dayak diasumsikan tidak mendapat keadilan dari system yang ada sehingga melampiaskan terhadap etnis Madura. Proses sosio-kultural yang terdapat di dalam struktur social etnis Madura dan Dayak terutama tentang stereotip antar-keduanya juga sedikit banyak mempengaruhi cara pandang masing-masing etnis yang akhirnya berpengaruh terhadap sikap satu sama lain. Kekerasan di Kalimantan Tengah terjadi setelah beberapa dasawarsa dimana orang Dayak, yang merupakan lebih dari setengah jumlah penduduk propinsi tersebut mengalami dislokasi. Susunan demografi propinsi telah mengalami perubahan, terutama dalam dua dasawarsa terakhir, disebabkan program transmigrasi yang dilakukan pemerintahan. Orang Dayak tidak sepenuhnya menjelaskan kekerasan yang terjadi di bulan Februari dan Maret. Kalaupun pembantaian merupakan reaksi terhadap perubahan demografis yang pesat maupun perusakan hutan, maka kemarahan orang Dayak tentunya dituju kepada semua masyarakat pendatang. Akan tetapi kekerasan yang terjadi dipusatkan seluruhnya terhadap orang Madura dan akhirnya dijadikan suatu kampanye untuk mengusir mereka dari propinsi tersebut. Jumlah masyarakat Madura tidak hanya lebih sedikit dibanding masyarakat Dayak, tetapi juga dibanding masyarakat pendatang lainnya seperti orang Jawa dan orang Banjar. Sebagaimana biasa terjadi dalam konflik etnis, tidak jelas bagaimana kekerasan bermula. Menurut versi orang Dayak, kemarahan mereka terhadap orang Madura sudah memuncak bertahun-tahun sampai serangan orang Madura terhadap orang Dayak di Sampit di Februari memicu pembantaian spontan terhadap ratusan orang Madura. Dilain pihak, menurut orang Madura beberapa kelompok Dayak memprovokasi benturan- benturan kecil sebagai alasan untuk menjalankan pembantaian yang menysusul kemudian. Akan tetapi hingga saat ini tidak ada penjelasan yang memuaskan mengenai apa yang menjadi motivasi kelompok Dayak tersebut Amri Marzali Perbedaan Etnis dalam Konflik (Jakarta: INIS- Indonesian Netherlands Cooperation in Islamic Studies- Universitas Leider 2003) page Kekerasan Etnis di Indonesia : Pelajaran dari Kalimantan Laporan ICG (International Crisis Group) Asia N 19,

12 B.1. PENYEBAB KONFLIK ANTARA ETNIS MADURA DAN DAYAK TAHUN 2001 DI PALANGKARAYA KALIMANTAN TENGAH Penduduk Kalimantan Tengah sejumlah 1,8 juta orang kebanyakan terdiri dari orang pribumi Dayak yang diperkirakan meliputi setengah hingga duapertiga jumlah penduduk. Orang Dayak merupakan penduduk asli Kalimantan (Borneo) dan tetap merupakan bagian terbesar dari jumlah penduduk tidak saja di Kalimantan Tengah akan tetapi juga di Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur meski di Kalimantan Selatan mereka telah menjadi minoritas kecil. Orang Dayak juga merupakan bagian yang cukup besar dari jumlah penduduk di Malaysia Timur. Akan tetapi orang Dayak tidak terdiri dari hanya satu masyarakat etnis, melainkan terdiri dari lebih 200 suku terpisah yang masing-masing memiliki bahasa, adat istiadat serta budaya sendiri. Meski kebanyakan tinggal didesa terpencil di hutan tropis yang tersisa dan bercocok tanam secara berpindah ladang, banyak pemuda Dayak yang kini mengenyam pendidikan modern dan beralih ke bidang pekerjaan diperkotaan. Tidak seperti di Kalimantan Barat dimana orang Dayak beda dengan bangsa Melayu lainnya karena tidak beragama Islam, sedikitnya separuh bahkan mungkin 70 persen dari orang Dayak di Kalimantan Tengah adalah Muslim. Kelompok suku yang dominan di Kalimantan Tengah adalah suku Ngaju yang bahasanya telah menjadi bahasa penghubung yang umum digunakan di propinsi tersebut. 12 Pada dasarnya, secara sederhana penyebab konflik dibagi menjadi dua yaitu, pertama, kemajemukan horizontal, yang artinya adalah struktur masyarakat yang majemuk secara kultural, seperti suku bangsa, agama, ras dan majemuk secara sosial dalam arti perbedaan pekerjaan dan profesi, seperti petani, buruh, pedagang, pengusaha, pegawai negeri, militer, wartawan, alim ulama, sopir, dan cendikiawan. Kemajemukan horizontal-kultural 27 June 2001 (Diktat) 12 ibid

13 menimbulkan konflik masing- masing unsur kultural tersebut mempunyai karakteristik sendiri dan masing- masing penghayat budaya tersebut ingin mempertahankan karakteristik budayanya tersebut. Dalam masyarakat yang strukturnya seperti ini, jika belum ada konsensus nilai yang menjadi pegangan bersama, konflik yang terjadi dapat menimbulkan perang saudara dan gerakan separatisme. Jika situasi ini terjadi, maka masyarakat tersebut akan mengalami disintegrasi. Kedua, kemajemukan vertikal, yang artinya struktur masyarakat yang terpolarisasi kekayaan dan kekuasaan. Kemajemukan vertikal dapat menimbulkan konflik sosial karena ada sekelompok kecil masyarakat yang memiliki kekayaan, pendidikan yang mapan kekuasaan dan kewenangan yang besar, sementara sebagian besar tidak atau kurang memiliki kekayaan, pendidikan rendah, dan tidak memiliki kekuasaan dan kewenangan. Polarisasi seperti ini merupakan benih subur bagi timbulnya konflik sosial. Singkat kata, distribusi sumber-sumber nilai di dalam masyarakat yang pincang akan menjadi penyebab utama timbulnya konflik. 13 Sebagaimana lazim terjadi pada hampir semua kasus kekerasan etnis, pelaku maupun korban masing-masing memberi penjelasan yang saling bertentangan secara radikal mengenai sebab-musabab kejadian. Namun demikian ada satu hal yang jelas. Permusuhan antara masyarakat Dayak dan masyarakat Madura tertanam dalam, dan hubungan antara kedua masyarakat tersebut menjadi sangat tegang setelah peristiwa pembunuhan di Kereng Pangi. Secara umum orang Dayak mengatakan bahwa pembantaian merupakan reaksi spontan orang Dayak terhadap kejadian-kejadian pada Februari ketika Sampit dikuasai orang Madura. Antara 16 dan 24 orang Dayak terbunuh oleh orang Madura ketika mereka membalas serangan Dayak terhadap orang Madura. Bila memang terjadi, maka tidak kalah provokatif adalah 13 Krinus kum, Konflik Etnik: Telaah Kritis dan Konstruktif atas Konflik Etnis di Tanah Papua,Litera Buku, Yogyakarta, page 20-21

14 terpampangnya spanduk, serta teriakan slogan-slogan yang sangat menyinggung perasaan orang Dayak. Khawatir terhadap keselamatan nyawa mereka, ribuan orang Dayak melarikan diri dari kota tersebut serta menyebarkan berita didaerah pedalaman dimana, konon para tetua Dayak berkonsultasi dengan arwah nenek moyang mereka dan mendapatkan persetujuan untuk berperang melawan orang Madura. Seusai ritual agama dimana arwah para panglima perang masa lampau diterima oleh mereka, bersenjatakan mandau (sejenis pedang) dan tombak, orang Dayak tradisional yang amarahnya telah memuncak berangkat untuk merebut Sampit dari tangan orang Madura. Konon orang Dayak yang turun ke Sampit kerap terlihat berada dalam keadaan kesurupan. Tidak dibedakan antara pria, wanita, maupun anak-anak dalam menjalankan tugas khusus mereka untuk membersihkan kota itu dari orang Madura. Di kotakota lebih kecil serta desa-desa didaerah itu, orang Madura semakin tidak berdaya terhadap gelombang serangan Dayak. Konflik etnik antara suku Dayak dan Madura di Kalimantan Tengah (Kalteng) terjadi pada Febuari Akhir dari konflik ini lebih merupakan pembantaian dan pengungsian Madura dari Kalimantan Tengah. Korban dan kerugian yang tercatat adalah 469 tewas (utamanya Madura), rumah dirusak/terbakar, 6 mobil dirusak, 43 sepeda motor dirusak, dan 114 becak dihancurkan. Konflik ini juga mengakibatkan gelombang pengungsi ke Madura dan Jawa Timur sekitar Walaupun peristiwa konflik utamanya berlangsung sekitar 2 minggu, akibat konflik demikian besar dan hingga sekarang sebagian besar pengungsi di Madura masih belum mendapatkan tempat tinggal tetap. Sebelum konflik Febuari 2001 sebenarnya telah terjadi konflik Dayak-Madura dalam skala yang kecil. Catatan yang ada menunjukan terdapat sekitar 12 peristiwa konflik sejak sekitar 1982, yang melibatkan pembunuhan, penganiayaan dan perkosaan. Namun sebagian besar peristiwa konflik sebelumnya ini tidak terselesaikan secara tuntassehingga peristiwa-peristiwa ini dapat dikatakan turut mendorong peristiwa konflik 2001.

15 Konflik 2001 bermula dari pembunuhan seorang putra tokoh ingformal Dayak, Sendung, di Kereng Pangi pada 16 Desember, Karena pembunuhan ini warga Dayak menyerang warga Madura sambil mencari pembunuh Sendung yang belum tertangkap. Sejak peristiwa ini terjadi eskalasi ketegangan antara Madura dan Dayak, terutama sejak meledaknya bom di rumah salah seorang warga Madura di Sampit. Warga Dayak beranggapan warga Madura menyimpan bom untuk bersiap perang. Kemudian peristiwa konflik besar merebak pada 17 Febuari 2001, ketika sejumlah orang (dicurigai orang Dayak) menyerang rumah seorang warga Madura 6 warga Madura terbunuh karena mencurigai pembunuh Sendung bersembunyi di rumah tersebut. Karena sebab ini warga Madura kemudian mencari kelompok penyerang di Baamang, Sampit, dan kemudian membakar sebuah rumah dan selanjutnya berkeliling kota mencari warga Dayak yang terlibat. Hingga waktu tersebut warga Madura mampu menguasai Sampit. 14 Setelah peristiwa ini kemudian konflik tidak terelakan lagi, terutama setelah para warior Dayak dari pedesaan (pedalaman) masuk ke kota Sampit pada 19 Februari. Pada 20 Febuari 2001, Sampit sepenuhnya berada dalam kontrol Dayak dan pembantaian terhadap Madura mulai berlangsung. Menghindari pengejaran Dayak, warga Madura kemudian mengungsi ke rumah Bupati, dan kemudian dipindahkan ke kantor Bupati. Dengan inisiatif pejabat setempat guna menghindari pembantaian lebih banyak lagi, pemindahan pengungsi dari Sampit ke Surabaya dan Madura kemudian berlangsung hingga mencapai angka sekitar orang. Banyak analisis mengetengahkan bahwa terdapat sejumlah sebab yang mendorong terjadinya konflik, antara lain proses marginalisasi ekonomi dan politik penduduk asli (Dayak) oleh pemerintahan Orde Baru yang mengentalkan sentimen lokal. Program transmigrasi, eksploitasi sumber alam (utamanya hutan), hilangnya peran lembaga adat seperti Demang 14 Hasil wawancara Mardyanto (suku Dayak asli) 8 Januari 2015-Palangkaraya,Kalteng

16 karena UU No. 5/1974, desentralisasi (UU 22/1999) sehingga menghasilkan lokal-sentrisme, serta konflik elit lokal untuk memperebutkan posisi politik dan birokrasi, tidak dapat disangkal kesemuanya mendorong situasi kerentanan dan tensi bagi konflik. Faktor-faktor ini dapat dikelompokan sebagai necessary condition yang turut mendorong situasi terciptanya konflik. Namun ada juga beberapa pihak yang menolak jika sebab lansung konflik adalah marginalisasi ekonomi penduduk asli, terutama jika dikaitkan dengan ketimpangan dengan Madura. Sebab langsung yang lebih mereka rasakan adalah benturan budaya antara Madura dan Dayak yang sangat berbeda, manajemen konflik dari aparat yang lemah terutama prevensinya, migrasi Madura yang sangat besar terutama pada tahun-tahun terakhir, serta peristiwa-peristiwa konflik sebelumnya yang tidak terselesaikan (law enforcement lemah). Dari hasil ini, dapat dikatakan bahwa peritiwa konflik etnik di Kalteng merupakan akibat dari sejumlah faktor sebab, baik yang tidak langsung maupun langsung. Indikator ekonomi regional di kalteng, seperti HDI dan HPI menunjukan bahwa kondisi perbaikan ekonomi terjadi secara kontinum antara sebelum hingga setelah konflik. Hasil studi lapangan melalui survei pendapat subyektif responsen menunjukan bahwa dilihat dari pendapatan, kondisi ekonomi dan peluang kerja, keadaan setelah konflik lebih baik dari sebelum konflik. Keadaan ekonomi terganggu terutama pada sekitar 6 bulan pertama setelah konflik, yakni suplai barang berkurang serta banyak sector ekonomi yang ditinggalkan oleh warga Madura, namun hal ini segera dapat diatasi oleh penduduk setempat. Temuan ini menunjukan dampak ekonomi terhadap wilayah Kalteng terlihat hanya temporer. Namun penyebab tidak hanya bermula dari masalah ekonomi saja, beberapa narasumber juga mengatakan bahwa ada perselisihan yang terjadi mengenai hak tanah dan masalah sumber daya alam (SDA). Pada tahun 1970 an seiring dengan pembukaan hutan dan pembuatan jaringan jalan, yang disertai dengan ketimpangan distribusi pendapatan dan kerusakan dan perusakan

17 lingkungan secara masif. Penyeragaman kampung menjadi desa bercorak Jawa juga berperan dalam pengikisan alas bangunan sosial dan ekonomi setempat. Posisi Kepala Adat (timanggong), misalnya, lebih banyak ditentukan, atau diangkat oleh Pemerintah, sehingga ia kerap serba salah dalam menengahi silang sengketa tanah adat atau tanah kebun setempat, termasuk pranata-pranata asli dalam penyelesaian sengketa. Sementara itu, di pedalaman, kebun-hutan, hutan karet, dan tanah-tanah keramat kelompok Dayak Kanayatn banyak yang telah beralih fungsi menjadi kawasan pengusahaan hutan (HPH), HTI-Transmigrasi, dan belakangan ini, menjadi kebun kelapa sawit berskala besar. Kemudian dari sector transportasi, jasa tenaga kerja, dan pembuatan jalan yang dapat menggantikan keterpurukan pendapatan rumah tangga pun telah dikuasai oleh migran Madura pasca 1990-an. Sayangnya, penguasaan sektor-sektor itu banyak yang disertai dengan praktik main kayu, premanisme, dan patronase. Maraknya premanisme dalam pendominasian sektor ekonomi dan perusakan lingkungan itu bertemali pula dengan corak penguasaan dan pengurasan sumber daya alam (SDA) secara rakus yang dibangun oleh rezim Orba. Repotnya, dalam sejumlah kasus, para individu pendukung praktik premanisme itu berasal dari kelompok Madura yang masuk pada tahun 1990 an. Perseteruan antara kedua etnis ini semakin memanas, didukung lagi masyarakat yang semakin teradu oleh karena situasi pada saat ini yang memaksa mereka untuk slaing membela kelompok etnis mereka masing-masing. Selain alasan yang telah dipaparkan diatas dengan penyebab mengapa konflik ini terjadi, ada hal yang membuat etnis Dayak semakin memuncak rasa emosionalnya kepada etnis Madura bahwa kota Kalimantan, khususnya Kalimantan Tengah akan dijadikan kota Sampang kedua. Dan ini membuat masyarakat Dayak begitu geram dan meresponi isu tersebut dengan menyapu bersih etnis Madura dari tanah Kalimantan Hasil wawancara Yudea (suku Dayak asli) 8 Januari 2015 Palangkaraya, Kalteng

18 B.2. OKNUM MASYARAKAT YANG TERLIBAT KONFLIK ANTARA ETNIS MADURA DAN DAYAK TAHUN 2001 DI PALANGKARAYA KALIMANTAN TENGAH Peristiwa konflik masal dengan kekerasan yang terjadi di Kalbar dan Kalteng serta melibatkan etnik Madura, Dayak dan Melayu merupakan peristiwa konflik yang telah terjadi berulang kali sejak pertengahan tahun 1990an hingga awal Konflik yang dialami oleh para pengungsi pada dasarnya telah memiliki rantai sejarah yang relatif panjang. Pelluso & Harwell (2001) serta Davidson & Kammen (2002) memberikan sejumlah catatan penting tentang latar belakang dari konflik tersebut. Mereka melihat bahwa konflik yang terjadi antara etnik Madura dengan etnik Dayak (Kalteng) maupun etnik Melayu (Kalbar) pada dasarnya merupakan konsekuensi dari sejarah panjang dari konflik kekerasan lokal di Kalimantan dan politik kebudayaan yang melahirkan identitas kekerasan, selain juga adanya perasaan tersingkirnya etnik Dayak dari keuntungan-keuntungan ekonomi politik yang dihasilkan melalui pembangunan terhadap sumber-sumber daya lokal. Ini disebabkan oleh kondisi komunitas lokal yang juga miskin sementara mereka melihat bahwa pengungsi pada dasarnya berasal dari kelas sosial yang relatif lebih baik dibanding dengan mereka. Dalam hubungan sosial, awalnya terjadi kesenjangan antara komunitas lokal Madura dan pengungsi yang disebabkan oleh perbedaan latar belakang budaya yang terbentuk melalui lokasi tempat tinggal yang berbeda. Kehadiran pengungsi dalam keluarga-keluarga penampung menimbulkan beban sosial sehingga kerap melahirkan konflik. Berbicara tentang siapakah oknum yang terlibat dalam konflik antara etnis Madura dan Dayak ini, dapat dikatakan bahwa masyarakat Dayak yang ada di Palangkaraya dan juga para pendatang yakni orang Madura adalah oknum utama yang terlibat dalam pertikaian ini. Pecahnya konflik etnis yang ganas di Kalimantan Tengah pada bulan Februari tahun 2001 hanya dapat dipahami dengan latarbelakang perasaan dislokasi, dirampas dan disisihkan yang sangat

19 mendalam yang dialami masyarakat Dayak di propinsi itu. Para sosiolog daerah Palangkaraya juga berpendapat bahwa akar dari timbulnya konflik yaitu adanya hubungan sosial, ekonomi, dan politik yang akarnya adalah perebutan atas sumber-sumber kepemilikan, status sosial, dan kekuasaan (power) yang jumlah ketersediaannya sangat terbatas dengan pembagian yang tidak merata di masyarakat. Ketidakmerataan pembagian aset-aset sosial di dalam masyarakat tersebut dianggap sebagai bentuk ketimpangan pembagian ini menimbulkan pihak-pihak tertentu berjuang untuk mendapatkannya bagi yang problem aset sosialnya relatif sedikit. 16 Sementara pihak tertentu berjuang untuk mendapatkan pembagian aset sosial tersebut berusaha untuk mempertahankan atau menambahinya disebut sebagai status quo dan pihak yang berusaha mendapatkannya disebut sebagai status need. B.3. DAMPAK KONFLIK ANTARA ETNIS MADURA DAN DAYAK TAHUN 2001 DI PALANGKARAYA KALIMANTAN TENGAH Indikator ekonomi regional di kalteng, seperti HDI dan HPI menunjukan bahwa kondisi perbaikan ekonomi terjadi secara kontinum antara sebelum hingga setelah konflik. Dampak konflik etnik di Kalimantan Tengah sangat dirasakan justru bukan di wilayah Kalimantan Tengah saja dampak yang lebih signifikan justru akan terlihat di Madura (lihat laporan Madura). Dengan jumlah pengungsi sekitar (jumlah pasti tidak tercatat), maka Kabupaten Bangkalan dan Sampang tempat asal migran Madura di Kalimantan Tengah sangat terbebani. Sebagian besar pengungsi sudah tidak memiliki rumah lagi di Madura, atau tidak memiliki kerabat dekat di Madura, dan mereka merupakan kelompok yang paling terpukul oleh konflik ini. Oleh sebab itu kelompok ini berupaya sebisanya untuk dapat kembali ke 16 Ibid

20 Kalimantan Tengah. Lebih parah lagi, di Madura pun para pengungsi menjadi lahan eksploitasi oknum dan mereka yang terlibat menangani pengungsi. Dampak lain yang penting adalah pada relasi sosial di Kalimantan Tengah, yakni segregasi sosial antara warga Madura dan non-madura, yang setelah konflik terlihat semakin lebar. Warga non-madura (Dayak dan lainnya) cenderung menyalahkan perilaku Madura atas sebab terjadinya konflik. Oleh sebab itu, kembalinya Madura ke Kalteng dikuatirkan akan memicu konflik berikutnya, karena perilaku ini sangat melekat dengan kultur Madura. Selain itu, terhadap dinamika politik lokal kiranya terjadi secara tidak langsung. Setelah konflik pemekaran beberapa kabupaten dilakukan dan ini agaknya dapat mengadopsi kompetisi dan kepentingan politik elit lokal sekaligus menurunkan tensi konflik. Kehadiran warga Madura mungkin saja tidak terkait langsung dengan kompetisi politik lokal, namun dapat menjadi obyek dan korban dari kompetisi tersebut. Konflik yang terjadi tahun 1990 an ini sampai berkelanjutan pada tahun 2001 memang mendatangkan dampak yang sangat serius. Orang Dayak pun menyadari bahwa konflik dan perlawanan yang mereka lakukan terhadap orang-orang Madura juga berdampak parah pada etnisnya sendiri yakni orang dayak khususnya yang berada di Palangkaraya Kalimantan Tengah. Rusaknya beberapa asset-aset yang dimiliki orang dayak juga dirasakan pada saat itu, alat-alat transprotasi yang dipenuhi ribuan kepala, bahkan tak jarang tempat tinggal pun masih berbau anyir oleh karen akonflik yang melanda kedua etnis ini. Pemerintah juga mersakan dampak yang sama, ketika lapisan-lapisan legislatif yang ada juga ada yang anggota keluarganya menjadi korban bahkan menjadi oknum dari konflik besar tersebut. Lumpuhnya pemerintahan dan fasilitas masyarakat pada saat itu menjadi bagian dari dampak konflik antara etnis Madura dan Dayak.

21 C. DAMPAK PASCA KONFLIK ANTARA ETNIS MADURA DAN DAYAK DI PALANGKARAYA KALIMANTAN TENGAH Setiap masyarakat social dalam hubungannya bersosialisasi antar individu yang lain, agama yang lain dan etnis yang lain memang diakui memiliki problemnya masing-masing. Dalam arti ketika masyarkat itu sendiri tinggal dalam suatu dan satu lingkungan yang sama namun berbeda etnis, disinilah letak terjadinya problem yang disebabkan oleh perbedaan adat atau kebiasaan dari tiap budaya (etnis). Tidak semua suku atau budaya mampu langsung dengan cepat beradaptasi dengna budaya yang lain dalam tempat yang sama, pasti terjadi pergeseran, dan bilamana pergeseran tersebut ters-menerus dijumpai dalam keseharian, maka akan terjadi konflik yang sangat hebat diantara keduanya. Saling adu dan saling bunuhmembunuh menjadi salah satu bagian yang tidak terhelakan lagi di antara kedua etnis ini. Tidak sedikit korban yang berjatuhan karena konflik ini, banyak bangunan dan tempat ibadah yang tidak luput dari amukan kedua etnis ini. Tidak hanya masyarakat saja yang merasakan bagaimana efek dari konflik hebat ini, segala aspek, lingkungan, bahkan pemerintah setempat pun merasakan efek dari konflik kedua etnis ini. Pada dasarnya sebuah konflik yang terjadi dalam suatu lingkungan pasti akan berdampak juga pada individunya, entah pada pelaku konflik atau bukan. Dalam konflik di Kalimantan Tengah ini anatara etnis Madura dan dayak yang berseteru, dampak melanda ke berbagai aspek dan bidang. Dampak yang pertama dialami oleh masyarakat yang terlibat dan menjadi korban konflik adalah dampak pada psikis mereka. Ada perasaan dimana mereka sulit menerima satu sama lain, perasaan trauma akan kejadian-kejadian yang telah terjadi, mereka tidak hanya merasakan kekerasan secara fisik saja akan tetapi mereka mengalami kekerasan

22 secara batiniah. Hubungan persaudaraan antara satu dengan lain rusak oleh karena konflik ini, suku Dayak asli yang berada di Palangkaraya pun mengakui bahwa banyak orang-orang mereka yang mengalami keadaan psikis yang kurang baik karena konflik sengit ini. Mengapa sampai berdampak kepada psikis? Konflik antar dua etnis ini juga menghilangkan sanak keluarga yang mereka miliki, banyak korban yang merasa terpukul bukan karena mereka kehilangan tempat tinggal saja karena mereka kehilangan anak, suami, istri dan anggota keluarga lainnya yang turut menjadi korban dalam konflik di Palangkaraya. 17 setelah konflik ini surut sekitar tahun 2002, masyarakat Dayak masih belum semua melakukan aktivitasnya dalam bertani atau bekerja dagang, dan orang Madura masih ada yang tetap tinggal dan berdagang di Palangkaraya pada saat itu dan ada juga yang memilih untuk kembali ke kampung asalnya. Setelah konflik besar-besaran ini terjadi pada tahun 2001, kondisi lingkungan dalam masyarakat Dayak tidak langsung pulih seketika, karena konflik pada tahun 1990 an sampai 2001 ini cukup meruntuhkan hal-hal dan fasilitas yang penting baik masyarakat sendiri maupun pemerintahan. Sehingga tidak jarang kalau pasca konflik ini orang Dayak masih merasa membutuhkan pemulihan yang cukup panajang walaupun perdamaian pun telah di lakukan dari kedua pihak yang berkonflik. C.1. DAMPAK PASCA KONFLIK BAGI AGAMA DAN BUDAYA Orang Dayak telah lama memendam kekesalan terhadap sikap golongan etnis lain yang cenderung meremehkan orang Dayak sebagai bangsa yang tidak berbudaya dan tidak beradab. Orang Dayak secara khusus dibuat marah oleh anggapan umum bahwa kebiasaan orang Dayak bercocok tanam dengan berpindah lahan selama beberapa abad lalu telah menimbulkan 17 Hasil wawancara Zainal Pele (suku Dayak asli) 12 Januari 2015

23 kerusakan pada lingkungan hidup, sementara hasil karya perusahaan penebangan kayu dipandang sebagai kontribusi bagi pembangunan nasional. Orang Dayak merasa terhina pula oleh perlakuan terhadap agama Dayak dimasa Orde Baru. Meski pada saat ini kebanyakan orang Dayak beragama Islam atau Kristen, agama tradisional dari suku Ngaju yang merupakan golongan dominan Kaharingan masih dihormati, bahkan orang Dayak sendiri mengatakan bahwa orang Dayak yang Muslim dan Kristen tetap dipengaruhi kebudayaan yang berhubungan dengan Kaharingan. 18 Pada saat berlangsungnya konflik ada beberapa kelompok yang sempat berasumsi bahwa konflik etnis Madura dan Dayak ini dipicu oleh karena alasan agama, karena orang Madura banyak memeluk agama Islam sedangkan orang Dayak memeluk agama Kristen-Kaharingan. Dampak pada agama antar kedua etnis ini pasca konflik dapat dikatakan tidak cukup rukun, karen sempat tersebar isu pemicu konflik besar ini adalah agama. Kesimpang siuran isu tersebutlah yang berdampak pada kesenjangan hubungan dalam agama. C.2. DAMPAK PASCA KONFLIK BAGI SOSIAL POLITIK DAN EKONOMI Kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami pulau-pulau di Nusantara telah menjalin hubungan dagang dengan berbagai bangsa di dunia sejak zaman dahulu kala. Dengan hubungan dagang yang telah berlangsung selama ratusan tahun itu, interseksi di Indonesia juga telah berlangsung selama ratusan tahun pula. Interseksi tersebut berjalan sedemikian rupa dan meliputi unsur-unsur bidang agama, kebudayaan, dan juga ekonomi. Pengalaman masyarakat Dayak selama duapuluh atau tigapuluh tahun terakhir telah menyediakan banyak alasan bagi keluhan mereka. Orang Dayak memang layak beranggapan bahwa kepentingan mereka telah diabaikan oleh pemerintah pusat yang memperlakukan sumber daya Kalimantan Tengah lebih sebagai sumber kekayaan bagi golongan elit di Jakarta 18 Ibid

24 ketimbang peluang untuk memperbaiki kehidupan masyarakat mayoritas di propinsi itu. Sesungguhnya tidak sulit memahami keberangan orang Dayak yang ditujukan kepada pemerintah nasional berikut wakil mereka di propinsi, kepentingan usaha besar yang telah menguasai industri penebangan kayu dan perkebunan. Memang banyak orang Madura yang berpindah ke kegiatan di kota dan cukup berhasil, akan tetapi orang Madura masih jauh dari penguasaan ekonomi Kalimantan Tengah. Orang Madura menonjol dalam sektor perdagangan eceran, pasar lokal, dan angkutan namun bidang-bidang tersebut tidak merupakan kegiatan puncak perdagangan propinsi. Orang Madura memang sangat menonjol dalam kegiatan perdagangan di Sampit yang merupakan tempat dimulainya pembantaian, tetapi orang Dayak sendiri menyangkal bahwa motivasi mereka berdasarkan pertimbangan ekonomi, dan dalam konflik tersebut memang terjadi kesenjangan social ekonomi. 19 Pasca konflik etnis Madura dan Dayak keadaan social ekonomi dapat dikatakan dalam proses yang rusak secara system, karena kehadiran pendatang seperti Jawa dan Madura cukup membantu keadaan perekonomian di Kalimantan Tengah pada saat itu, akan tetapi setelah konflik berakhir ekonomi surut karena orang Madura mengalami rasa jera mendalam oleh karena masalah tanah yang mereka sewa sebagai lahan bekerja mereka. Memang harus diakui akan keahlian orang Madura dalam berdagang, sehing sejak kedatangan Madura ke daerah Kalimantan khususnya Palangkaraya, kota ini maju pesat dalam hal ekonomi. Namun, sejak konflik kondisi ekonomi terganggu, dan pemerintah lambat dalam rekontruksi social ekonomi pasca konflik ini. 20 Dampak yang begitu kentara dari pasca konflik ini memang terlihat dari segi social ekonomi. Akan tetap orang Dayak pun berjuang untuk dapat memulihkan kestabilan ekonomi agar supaya kota tidak lumpuh secara financial. Pasca konflik berakhir masih ditemukan orang Madura yang tetap melanjutkan aktivitas kerjanya sebagai seorang pedagang yang meminjam 19 Kekerasan Etnis di Indonesia : Pelajaran dari Kalimantan Laporan ICG (International Crisis Group) Asia N 19, 27 June 2001 (Diktat) 20 Hasil wawancara Antonius Aluy (Ketua kelompok) 12 Januari 2015

25 atau mungkin bahkan membeli lahan atau tanah milik orang Dayak. C.3. HUBUNGAN PASCA KONFLIK ANTARA ETNIS MADURA DAN DAYAK TAHUN 2001 DI PALANGKARAYA KALIMANTAN TENGAH Suatu konflik yang terjadi karena pebedaan pendapat dimana masing-masing pihak merasa dirinya benar, tidak ada yang mau mengakui kesalahan, dan apabila perbedaan pendapat tersebut amat tajam maka dapat menimbulkan rasa kurang enak, ketegangan dan sebagainya. Salah satu pemicu utama dalam sebuah konflik adalah salah paham. Salah paham merupakan salah satu hal yang menimbulkan konflik. Misalnya tindakan dari seseorang yang tujuan baik tetapi diterima sebaliknya oleh individu yang lain. Dalam setiap individu yang hidup dalam kondisi bersosialisasi tentu ada banyak perbedaan yang didapati,. Karena pada hakikinya Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya

26 sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, social, dan budaya. 21 Sistem Sosial diartikan sebagai suatu keseluruhan dari unsur- unsur sosial yang berkaitan dan berhubungan satu sama lain serta saling pengaruh-mempengaruhi. Hubungan saling mempengaruhi dalam ilmu sosiologi diperankan atau dijalankan oleh masyarakat. Peran tersebut dalam penelitian dijalankan oleh etnik Dayak dan Madura. Secara sederhana konsepsi konflik terjadi karena masalah kepaduan (integrasi), stabilitas dan keteraturan sosial. 22 Dari penjelasan diatas akan menghubungan kita dengan konflik yang terjadi di Kalimantan Tengah antara etnis Madura dan Dayak pada tahun 2001 silam. Dan saat ini penulis akan memaparkan tentang bagaimana hubungan pasca konflik antara etnis Madura dan Dayak di Palangkaraya-Kalimantan Tengah. Hasil dari wawancara dan penelitian lapangan, saat ini etnis Madura yang masih tinggal di kota Palangkaraya memang tidak sebanyak pada tahun 1990 an, semenjak konflik berakhir sebagian orang Madura ada yang memilih untuk pulang ke kampung halaman ada juga yang memilih untuk menetap di Palangkaraya dengan alasan masih ingin mengadu nasib dan mengembangkan hidup di tempat rantau. Kondisi kota secara umum dapat dikatakan sudah mulai kondusif pada sekitar tahun 2002, dan sampai saat ini setelah konflik benar-benar usai kedua etnis ini Madura dan dayak dapat hidup berdampingan, walaupun jumlah populasi orang Madura tidak sebanyak pada waktu tahun 1990 an. Orang Madura berpopulasi banyak dapat ditemukan di Kalimantan Barat,Pontianak. Disana orang Madura tergolong banyak yang menetap. Tidak menutup kemungkinan bahwa konflik yang terjadi besar-besaran ini mampu memberikan perubahan yang positif dari kedua etnis ini. Khususnya dalam hal ini bagi orang Dayak sendiri, konflik yang telah menjatuhkan ratusan korban jiwa itu justru memberi dampak yang baik yakni rasa 21 Dean G Pruitt dan Jeffrey Z Rubin, 2004, Teori Konflik Sosial, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 22 Soleman B Taneko. Konsepsi Sistem Sosial dan Sistem Sosial Indonesia, (Jakarta : Fajar Agung, 1986)

27 solidaritas yang tinggi justru dapat tercipta dengan adanya konflik tersebut. Hubungan pasca konflik antara etnis Madura dan Dayak saat ini dapat dikatakan sangat baik, melihat dari kondisi kota Palangkaraya saat ini yang nyaman dan tergolong majemuk dalam artian tidak hanya orang asli Dayak saja yang tinggal disana namun, orang Jawa juga ada yang berdomisili di Palangkaraya. Bagi orang Madura, seusai konflik berakhir mereka ada yang memilih untuk menetap di Kalimantan ada juga yang pulang ke daerah asal mereka. Namun, orang Madura di Palangkaraya saat ini tergolong tidak ada yang menetap, hanya ada di Pontianak, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur. Salah satu pengakuan orang Madura yang merasakan konflik pada tahun 2001 silam itu, bahwa ia dan keluarga memilih untuk pindah dan menetap di Kalimantan Timur dan mencari pekerjaan di kota tersebut. Bukan karena alasan trauma konflik yang menjadi penyebab kepindahan orang Madura, akan tetapi mereka ingin mencari pengalaman berdagang dan pekerjaan di kota lain. 23 Konflik antara Madura dan Dayak ini memang banyak meninggalkan hal yang mungkin buruk dan menyakitkan bagi kedua belah pihak, akan tetapi hubungan kedua suku tersebut saat ini dapat dikatakan baik. Khususnya bagi masyarakat Dayak sendiri, konflik yang telah terjadi merupakan pengalaman dan bahkan sejarah yang begitu berharga, yang memberi banyak pesan bagi orang Dayak sendiri, bahwa dalam hidup bersosialisasi dibutuhkan rasa solidaritas yang baik kepada sesama masyarakat, yang hidup berdampingan dengan kita. Saat ini orang Madura yang masih ada di Pulau Kalimantan berusaha untuk bisa menciptakan kenyamanan dalam bermasyarakat, walaupun di Palangkaraya sendiri orang Madura saat ini tergolong tidak sebanyak tahun-tahun kemarin. D. ADANYA KESEPAKATAN DAN NORMA BARU PASCA KONFLIK ANTARA ETNIS MADURA DAN DAYAK TAHUN 2001 DI PALANGKARAYA 23 Hasil wawancara Paerah (suku Madura asli) 16 Januari 2015

ETNIK KONFLIK DAN PERDAMAIAN DI KALIMANTAN TENGAH

ETNIK KONFLIK DAN PERDAMAIAN DI KALIMANTAN TENGAH Pendahuluan ETNIK KONFLIK DAN PERDAMAIAN DI KALIMANTAN TENGAH Konflik etnik antara suku Dayak dan Madura di Kalimantan Tengah (Kalteng) terjadi pada Febuari 2001. Akhir dari konflik ini lebih merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari analisis yang telah dilakukan terkait resolusi konflik yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, baik jangka pendek maupun jangka panjang guna mengatasi konflik di Sampit,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan

Lebih terperinci

BAB II LATAR BELAKANG KONFLIK DAYAK MADURA DI SAMALANTAN A. Alasan Budaya. berkelompok, memiliki rasa solidaritas tinggi di antara sesama etnisnya dan

BAB II LATAR BELAKANG KONFLIK DAYAK MADURA DI SAMALANTAN A. Alasan Budaya. berkelompok, memiliki rasa solidaritas tinggi di antara sesama etnisnya dan BAB II LATAR BELAKANG KONFLIK DAYAK MADURA DI SAMALANTAN A. Alasan Budaya Orang Madura juga dikenal sebagai suku yang senang hidup berkelompok, memiliki rasa solidaritas tinggi di antara sesama etnisnya

Lebih terperinci

KONFLIK, PERDAMAIAN DAN MASALAH PENGUNGSI DI MADURA

KONFLIK, PERDAMAIAN DAN MASALAH PENGUNGSI DI MADURA 1 KONFLIK, PERDAMAIAN DAN MASALAH PENGUNGSI DI MADURA Pengantar Membanjirnya warga etnik Madura yang berasal dari Kalimantan ke pulau Madura hingga mencapai 128.919 orang (OCHA, 2003) menimbulkan sejumlah

Lebih terperinci

ANALISA PENYEBAB TERJADINYA KONFLIK HORIZONTAL DI KALIMANTAN BARAT. Alwan Hadiyanto Dosen Tetap Program Studi Ilmu Hukum UNRIKA

ANALISA PENYEBAB TERJADINYA KONFLIK HORIZONTAL DI KALIMANTAN BARAT. Alwan Hadiyanto Dosen Tetap Program Studi Ilmu Hukum UNRIKA ANALISA PENYEBAB TERJADINYA KONFLIK HORIZONTAL DI KALIMANTAN BARAT Alwan Hadiyanto Dosen Tetap Program Studi Ilmu Hukum UNRIKA Sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945, tujuan bangsa Indonesia adalah menciptakan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KONFLIK DI INDONESIA DAN MAKNA PANCASILA

TUGAS AKHIR KONFLIK DI INDONESIA DAN MAKNA PANCASILA TUGAS AKHIR KONFLIK DI INDONESIA DAN MAKNA PANCASILA Nama : AGUNG NOLIANDHI PUTRA NIM : 11.11.5170 Kelompok : E Jurusan : 11 S1 TI 08 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 ABSTRAK Konflik adalah sesuatu yang hampir

Lebih terperinci

BAB IV DAMPAK DARI KONFLIK DAYAK DAN MADURA DI SAMALANTAN. hubungan yang pada awalnya baik-baik saja akan menjadi tidak baik, hal

BAB IV DAMPAK DARI KONFLIK DAYAK DAN MADURA DI SAMALANTAN. hubungan yang pada awalnya baik-baik saja akan menjadi tidak baik, hal BAB IV DAMPAK DARI KONFLIK DAYAK DAN MADURA DI SAMALANTAN A. Dampak Negatif Dampak negatif antara kedua suku yang bertikai tentu membuat hubungan yang pada awalnya baik-baik saja akan menjadi tidak baik,

Lebih terperinci

BAB IV. Gambaran Umum Wilayah Penelitian. 4.1 Gambaran Umum Kota Palangka Raya

BAB IV. Gambaran Umum Wilayah Penelitian. 4.1 Gambaran Umum Kota Palangka Raya BAB IV Gambaran Umum Wilayah Penelitian 4.1 Gambaran Umum Kota Palangka Raya Palangka Raya adalah kota yang menjadi Ibukota Provinsi Kalimantan Tengah. Secara geografis, Kota Palangka Raya terletak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan lancar jika didukung oleh adanya kondisi yang aman dan tenteraman. Salah satu hal

BAB I PENDAHULUAN. berjalan lancar jika didukung oleh adanya kondisi yang aman dan tenteraman. Salah satu hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi yang aman dan kondusif merupakan salah satu syarat guna mendukung proses penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Karena proses penyelenggaraan pemerintahan akan

Lebih terperinci

parameter nominal Dapat menyebabkan disintegrasi sosial/budaya

parameter nominal Dapat menyebabkan disintegrasi sosial/budaya KONFLIK ANTAR ETNIS INDONESIA Pluralisme sosial Heterogenitas diferensiasi sosial parameter nominal kesenjangan sosial parameter graduate SARA,Parpol & ormas ekonomi & jabatan Dapat menyebabkan disintegrasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik.

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman sumber daya alam dan memiliki banyak suku yang berada diseluruh kepulauan Indonesia, mulai dari Aceh sampai

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sudah setengah abad lebih Indonesia merdeka, masyarakat Indonesia yang merupakan bangsa yang multi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sudah setengah abad lebih Indonesia merdeka, masyarakat Indonesia yang merupakan bangsa yang multi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sudah setengah abad lebih Indonesia merdeka, masyarakat Indonesia yang merupakan bangsa yang multi etnis, bangsa yang kaya dengan keanekaragaman suku bangsa

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. berasal dari nama tumbuhan perdu Gulinging Betawi, Cassia glace, kerabat

Bab 1. Pendahuluan. berasal dari nama tumbuhan perdu Gulinging Betawi, Cassia glace, kerabat Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Dari beribu-ribu pulau tersebut Indonesia memiliki berbagai suku, ras, agama,

Lebih terperinci

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Rusuh Ambon 11 September lalu merupakan salah satu bukti gagalnya sistem sekuler kapitalisme melindungi umat Islam dan melakukan integrasi sosial. Lantas bila khilafah

Lebih terperinci

KONFLIK SOSIAL Pengertian Konflik

KONFLIK SOSIAL Pengertian Konflik KONFLIK SOSIAL 1. Pengertian Konflik Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau

Lebih terperinci

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia dalam interaksi berbangsa dan bernegara terbagi atas lapisanlapisan sosial tertentu. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk dengan sendirinya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat dari gambaran demografi bahwa terdapat 726 suku bangsa dengan 116 bahasa daerah dan terdapat 6 (enam) jenis agama.(koran Tempo,

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan ini merupakan inti pembahasan yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian yang dikaji. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian

Lebih terperinci

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian

Lebih terperinci

Makalah Manajemen Konflik

Makalah Manajemen Konflik Makalah Manajemen Konflik Disusun Oleh : Muhammad Ardan Fahmi (17082010008) JURUSAN SISTEM INFORMASI FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2017-2018 Daftar Isi Daftar

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah provinsi kepulauan dengan ciri khas sekumpulan gugusan pulau-pulau kecil di bagian timur wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang terdiri dari beranekaragam etnis, agama, dan kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak ternilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan rejim ekonomi politik di Indonesia yang terjadi satu dasawarsa terakhir dalam beberapa hal masih menyisakan beberapa permasalahan mendasar di negeri ini.

Lebih terperinci

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA Pada bab ini penulis akan bercerita tentang bagaimana sejarah konflik antara Palestina dan Israel dan dampak yang terjadi pada warga Palestina akibat dari

Lebih terperinci

KEKERASAN ETNIS DI INDONESIA: PELAJARAN DARI KALIMANTAN

KEKERASAN ETNIS DI INDONESIA: PELAJARAN DARI KALIMANTAN KEKERASAN ETNIS DI INDONESIA: PELAJARAN DARI KALIMANTAN 27 Juni 2001 Laporan Asli Dalam Bahasa Inggris Laporan ICG Asia N 19 Jakarta/Brussels Daftar Isi I. KALIMANTAN TENGAH: LATAR BELAKANG PERISTIWA...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 William Chang, Berkaitan Dengan Konflik Etnis-Agama dalam Konflik Komunal Di Indonesia Saat Ini, Jakarta, INIS, 2002, hlm 27.

BAB I PENDAHULUAN. 1 William Chang, Berkaitan Dengan Konflik Etnis-Agama dalam Konflik Komunal Di Indonesia Saat Ini, Jakarta, INIS, 2002, hlm 27. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Konflik merupakan bagian dari kehidupan umat manusia yang akan selalu ada sepanjang sejarah umat manusia. Sepanjang seseorang masih hidup hampir mustahil

Lebih terperinci

MULTIKULTURALISME DI INDONESIA MENGHADAPI WARISAN KOLONIAL

MULTIKULTURALISME DI INDONESIA MENGHADAPI WARISAN KOLONIAL Seminar Dies ke-22 Fakultas Sastra Pergulatan Multikulturalisme di Yogyakarta dalam Perspektif Bahasa, Sastra, dan Sejarah MULTIKULTURALISME DI INDONESIA MENGHADAPI WARISAN KOLONIAL oleh Hilmar Farid Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah konflik menjadi fenomena yang seakan menjadi biasa dalam masyarakat Indonesia. Kondisi Negara Indonesia dengan segala macam kemajemukan dan heterogenitas.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

MENCERMATI PENERBITAN PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEKERJA RUMAH TANGGA

MENCERMATI PENERBITAN PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEKERJA RUMAH TANGGA MENCERMATI PENERBITAN PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEKERJA RUMAH TANGGA Oleh: Arrista Trimaya * Naskah diterima: 30 Januari 2015; disetujui: 12 Februari 2015 Menteri

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan manusia dalam masyarakat sangatlah majemuk. orang pendatang yaitu korban kerusuhan Sampit.

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan manusia dalam masyarakat sangatlah majemuk. orang pendatang yaitu korban kerusuhan Sampit. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Keberadaan manusia dalam masyarakat sangatlah majemuk. Kemajemukan ini juga terdapat pada masyarakat Sampang Madura, baik dari segi suku, budaya dan agama. Madura

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bentrok antara kedua desa, yaitu Desa Balinuraga dengan Desa Agom, di

I. PENDAHULUAN. Bentrok antara kedua desa, yaitu Desa Balinuraga dengan Desa Agom, di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bentrok antara kedua desa, yaitu Desa Balinuraga dengan Desa Agom, di sebabkan karena pelecehan seksual dimana adanya fitnah kepada warga masyarakat suku Bali

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 pun tidak lepas dan luput dari persoalan yang berkaitan dengan ketahanan wilayah karena dalam

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pengembangan karena terletak di Jalan Raya Lintas Sumatera dan terletak

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pengembangan karena terletak di Jalan Raya Lintas Sumatera dan terletak 13 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis dan Demografis 1. Keadaan Geografis Pangkalan Kerinci adalah sebuah kecamatan yang juga merupakan ibu kota KabupatenPelalawan, Riau. Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Bangsa Gayo menurut daerah kediaman dan tempat tinggalnya dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut Tawar, Gayo Linge yang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai belahan bumi, dan masyarakat umumnya. 1 Etnobotani juga memiliki

BAB I PENDAHULUAN. berbagai belahan bumi, dan masyarakat umumnya. 1 Etnobotani juga memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnobotani secara terminologi dapat dipahami sebagai hubungan antara botani (tumbuhan) yang terkait dengan etnik (kelompok masyarakat) di berbagai belahan bumi, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Kesampaian Daerah Daerah penelitian secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kampung Seibanbam II, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan.

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENANGANAN BENCANA

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENANGANAN BENCANA PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENANGANAN BENCANA I. Umum Indonesia, merupakan negara kepulauan terbesar didunia, yang terletak di antara dua benua, yakni benua Asia dan benua Australia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang 1 A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia yang menjadi negara kepulauan, mempunyai kemajemukan dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang masih mengakar dalam perkembangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, 1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 33 TAHUN 2017 TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur

Lebih terperinci

BAB II. Gambaran Umum. A. Konflik Multikulturalisme di Maluku Pasca karya Rustam Kastor (2000:54) menjelaskan bahwa desa-desa di Maluku sebelum

BAB II. Gambaran Umum. A. Konflik Multikulturalisme di Maluku Pasca karya Rustam Kastor (2000:54) menjelaskan bahwa desa-desa di Maluku sebelum BAB II Gambaran Umum A. Konflik Multikulturalisme di Maluku Pasca 1998 Menurut buku Badai Pembalasan Laskar Mujahidin Ambon dan Maluku karya Rustam Kastor (2000:54) menjelaskan bahwa desa-desa di Maluku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat dari gambaran demografi bahwa terdapat 726 suku bangsa dengan 116 bahasa daerah dan terdapat 6 (enam) jenis agama. (Koran Tempo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang besar dan pulau yang kecil. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. luas yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang besar dan pulau yang kecil. Sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai wilayah yang terbentang luas yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang besar dan pulau yang kecil. Sebagai Negara yang

Lebih terperinci

LAPORAN ANALISIS PERDAMAIAN-PEMBANGUNAN PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR: PROMOSI PERDAMAIAN BERKESINAMBUNGAN DAN PEMBANGUNAN MANUSIA SECARA ADIL

LAPORAN ANALISIS PERDAMAIAN-PEMBANGUNAN PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR: PROMOSI PERDAMAIAN BERKESINAMBUNGAN DAN PEMBANGUNAN MANUSIA SECARA ADIL LAPORAN ANALISIS PERDAMAIAN-PEMBANGUNAN PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR: PROMOSI PERDAMAIAN BERKESINAMBUNGAN DAN PEMBANGUNAN MANUSIA SECARA ADIL Studi ini bertujuan meneliti penyebab dan dampak konflik antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya bangsa dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wilayah negara yang terbentang luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan dengan pertambahan aktivitas yang ada di kota, yaitu khususnya dalam kegiatan sosial-ekonomi. Pertumbuhan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah longsor adalah suatu produk dari proses gangguan keseimbangan yang menyebabkan bergeraknya massa tanah dan batuan dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan BAB V PENUTUP Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan melakukan kesimpulan dan mengusulkan saran, sebagai berikut: A. KESIMPULAN Indonesia adalah sebuah kata yang dapat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Penerapan konsep noodweer exces dalam kasus penganiayaan atas dasar

BAB V PENUTUP. 1. Penerapan konsep noodweer exces dalam kasus penganiayaan atas dasar BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Bahwa berdasarkan analisis yang diuraikan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Penerapan konsep noodweer exces dalam kasus penganiayaan atas dasar pembelaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bentrokan massa kembali terjadi di Kabupaten Lampung Selatan antara Desa

I. PENDAHULUAN. Bentrokan massa kembali terjadi di Kabupaten Lampung Selatan antara Desa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bentrokan massa kembali terjadi di Kabupaten Lampung Selatan antara Desa Agom Kalianda dan sekitarnya dengan massa Desa Balinuraga Kecamatan Way Panji Lampung Selatan pada

Lebih terperinci

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Lampiran Ringkasan Novel KoKoro Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Kamakura menjadi sejarah dalam kehidupan keduanya. Pertemuannya dengan sensei merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. segala bentuk dan prakteknya telah berupaya dikembangkan, namun. cacat dan kekurangan dari sistem tersebut semakin terlihat nyata.

BAB I PENGANTAR. segala bentuk dan prakteknya telah berupaya dikembangkan, namun. cacat dan kekurangan dari sistem tersebut semakin terlihat nyata. 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah lebih dari satu dasawarsa reformasi dijalani bangsa Indonesia kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara cenderung mengalami kemunduran kualitas, meskipun sistem

Lebih terperinci

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata toleran yang berarti sifat/sikap menenggang (menghargai,

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda 31 BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR A. Sejarah Desa Sempor Pada jaman dahulu kala ada dua orang putra Eyang Kebrok, namanya belum diketahui mendapat perintah untuk membuat sungai. Putra yang tua membuat

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa hutan dan lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km² BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG 2.1 Letak Geografis Pulau Burung Pulau Burung merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir,

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT Yang saya hormati: Tanggal, 19 Juni 2008 Pukul 08.30 W IB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang pada dasarnya adalah pribumi. Suku bangsa yang berbeda ini menyebar dari Sabang

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili Secara administratif pemerintah, areal kerja IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili dibagi menjadi dua blok, yaitu di kelompok Hutan Sungai Serawai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang memiliki ribuan pulau, tiga ratus lebih suku, budaya,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang memiliki ribuan pulau, tiga ratus lebih suku, budaya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara yang memiliki ribuan pulau, tiga ratus lebih suku, budaya, agama, serta aliran kepercayaan menempatkan Indonesia sebagai negara besar di dunia dengan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN 2.1 Sejarah Desa Pauh Desa Pauh ini terletak di Jalan Jala X Lingkungan 14 Terjun Medan. Nama asli dari desa ini sebenarnya adalah Desa Terjun Jalan

Lebih terperinci

Created by: ASMAUL KHUSNA

Created by: ASMAUL KHUSNA KONFLIK Created by: ASMAUL KHUSNA 17082010016 Page 1 of 10 Table of Contents DEFINISI KONFLIK... 3 Definisi konflik... 3 JENIS KONFLIK... 4 Jenis-jenis konflik... 4 LEVEL KONFLIK... 5 PENYEBAB KONFLIK...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu adalah keragaman etnis atau suku bangsa yang dimilikinya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. itu adalah keragaman etnis atau suku bangsa yang dimilikinya. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang sangat majemuk dilihat dari berbagai dimensi. Salah satu dimensi menonjol dari kemajemukan itu adalah keragaman

Lebih terperinci

LESTARI BRIEF KETERPADUAN DALAM PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri

LESTARI BRIEF KETERPADUAN DALAM PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri LESTARI BRIEF LESTARI Brief No. 01 I 11 April 2016 USAID LESTARI KETERPADUAN DALAM PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri PENGANTAR Bagi ilmuwan, kebakaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan bernegara, aspek pertahanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut. Tanpa mampu mempertahankan diri terhadap

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Republik Indonesia tanggal 11 Mei 1959, mengesahkan Undang-Undang

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Republik Indonesia tanggal 11 Mei 1959, mengesahkan Undang-Undang 59 BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Gambaran Tentang Kota Palangka Raya Berdasarkan Undang-Undang Nomor Tahun 958 Parlemen Republik Indonesia tanggal Mei 959,

Lebih terperinci

BAB VII SEJARAH PEMEKARAN DAN PENGGABUNGAN WILAYAH Kronologi Pemekaran Wilayah Tiga Kecamatan Sejarah Terbentuknya Tiga Kecamatan

BAB VII SEJARAH PEMEKARAN DAN PENGGABUNGAN WILAYAH Kronologi Pemekaran Wilayah Tiga Kecamatan Sejarah Terbentuknya Tiga Kecamatan 74 BAB VII SEJARAH PEMEKARAN DAN PENGGABUNGAN WILAYAH 7.1. Kronologi Pemekaran Wilayah Tiga Kecamatan 7.1.1. Sejarah Terbentuknya Tiga Kecamatan Pemekaran kecamatan di Kabupaten Maluku Utara, sebagaimana

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran negative yang dapat memicu lahir konflik(meteray, 2012:1).

BAB I PENDAHULUAN. pikiran negative yang dapat memicu lahir konflik(meteray, 2012:1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang multikultural. Bangsa Indonesia memiliki lebih dari 300 suku bangsa besar dan kecil, banyak suku bangsa dengan bahasa dan identitas

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN 5.1. LATAR BELAKANG DESA KESUMA Kawasan penelitian yang ditetapkan ialah Desa Kesuma, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Desa ini berada pada

Lebih terperinci

TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL

TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL II. TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL A. Konflik Istilah konflik secara etimologis berasal dari bahasa latin con yang berarti bersama dan fligere yang berarti benturan atau tabrakan. Jadi, konflik dalam

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Konflik dan tindakan kekerasan dalam kehidupan manusia sekarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Konflik dan tindakan kekerasan dalam kehidupan manusia sekarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik dan tindakan kekerasan dalam kehidupan manusia sekarang ini semakin meningkat bahkan tidak sedikit korban yang berjatuhan. Secara khusus dalam Negara Kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau utama dan ribuan pulau kecil disekelilingnya. Dengan 17.508 pulau, Indonesia menjadi negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia dikaruniai kekayaan alam, bumi, air, udara serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia dikaruniai kekayaan alam, bumi, air, udara serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia dikaruniai kekayaan alam, bumi, air, udara serta ribuan pulau oleh Tuhan Yang Maha Esa, yang mana salah satunya adalah hutan. Hutan merupakan sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu hal penting yang telah menjadi perhatian serius oleh pemerintah pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erupsi Merapi yang terjadi dua tahun lalu masih terngiang di telinga masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan kehilangan mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perasaan positif yang dimiliki pasangan dalam perkawinan yang memiliki makna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perasaan positif yang dimiliki pasangan dalam perkawinan yang memiliki makna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah kepuasan perkawinan, ialah sesuatu yang merujuk pada sebuah perasaan positif yang dimiliki pasangan dalam perkawinan yang memiliki makna lebih luas daripada

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Kaum Muslim Myanmar merupakan 4 persen total populasi 60 juta, menurut sensus pemerintah.

Kaum Muslim Myanmar merupakan 4 persen total populasi 60 juta, menurut sensus pemerintah. Biksu Buddha Saydaw Wirathu, yang dikenal sebagai bin Laden dari Myanmar, telah menyerukan untuk memboikot secara nasional bisnis kaum Muslim di Myanmar Belum kering air mata warga Rohingya yang dianiaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia saat ini telah dijumpai beberapa warga etnis seperti Arab, India, Melayu apalagi warga etnis Tionghoa, mereka sebagian besar telah menjadi warga Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling berkomunikasi. Manusia juga pada dasarnya memiliki dua kedudukan dalam hidup, yaitu sebagai makhluk

Lebih terperinci

KONFLIK KEAGAMAAN DI SUMENEP MADURA (Studi Perebutan Otoritas antara Kyai Tradisional dan Walisongo Akbar)

KONFLIK KEAGAMAAN DI SUMENEP MADURA (Studi Perebutan Otoritas antara Kyai Tradisional dan Walisongo Akbar) KONFLIK KEAGAMAAN DI SUMENEP MADURA (Studi Perebutan Otoritas antara Kyai Tradisional dan Walisongo Akbar) Rasuki I Sumenep sebagai salah satu Kabupaten paling timur diujung Madura, dengan mayoritas penduduk

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, SALINAN BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan apabila ada interaksi sosial yang positif, diantara setiap etnik tersebut dengan syarat kesatuan

Lebih terperinci