BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengokohkan kepribadian (Suyono & Hariyanto, 2011). Menurut Sanjaya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengokohkan kepribadian (Suyono & Hariyanto, 2011). Menurut Sanjaya"

Transkripsi

1 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pengertian Belajar Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian (Suyono & Hariyanto, 2011). Menurut Sanjaya (2012) belajar adalah proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman secara langsung yang diperoleh melalui aktivitas sendiri pada situasi yang sebenarnya. Sementara Hilgard & Bower dalam Purwanto (2004), mengatakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang ulang, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungannnya berupa respon bawaan, kematangan atau keadaan sesaat seseorang. Belajar pada hakikatnya merupakan proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu (Rusman, 2010). Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Berdasarkan definisi definisi tersebut, secara umum dapat dikatakan bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk mengubah tingkah

2 11 laku yang lebih baik secara keseluruhan melalui latihan, penyesuaian diri, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik (Darsono,2000). Menurut Trianto (2011), mengatakan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan siswa, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya. Pembelajaran merupakan upaya yang sistemis dan sistematis dalam menata lingkungan belajar guna menumbuhkan dan mengembangkan belajar seseorang. Proses belajar terjadi dalam diri seseorang sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya. Proses belajar merupakan indikator berhasil tidaknya suatu pembelajaran (Rusman, 2010). Pembelajaran dalam suatu definisi dipandang sebagai upaya mempengaruhi siswa agar belajar. Jadi, pembelajaran dikondisikan agar mampu mendorong kreativitas anak secara keseluruhan, membuat siswa aktif, mencapai tujuan secara efektif dan berlangsung dalam kondisi menyenangkan (Dimyati & Mudjiono, 1994).

3 Pengertian Hasil Belajar Setelah individu mengalami proses belajar maka akan memperoleh output atau hasil dari proses belajar yang dialaminya. Itulah yang biasa disebut hasil belajar. Hasil belajar adalah kemampuan - kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar (Sudjana, 2008). Proses pembelajaran mengakibatkan adanya suatu pengalaman belajar. Pengalaman belajar setiap siswa selalu berbeda. Seorang siswa akan memiliki pengalaman yang menyenangkan pada salah satu mata pelajaran dan mungkin memiliki pengalaman yang kurang menyenangkan pada salah satu mata pelajaran tersebut. Pengalaman tersebut yang akan menjadi dasar siswa dalam berkembang. Perkembangan siswa terkadang menuju kearah yang lebih baik, terkadang juga menjadi kurang baik. Hal ini dapat terlihat dari out put atau hasil yang diperlihatkan oleh setiap siswa. Out put ini menunjukkan tingkat hasil belajar siswa. Hal tersebut berarti bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan materi pelajaran yang dicapai oleh seorang siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar ini yang sering kali berupa nilai-nilai dari suatu ujian atau ulangan. Nilai tersebut kemudian digunakan sebagai dasar penentuan dan pertimbangan dalam kenaikan kelas ataupun kelulusan siswa. Menurut Hamalik (2002) menyebutkan bahwa hasil belajar tampak sebagai perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan dapat diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil belajar sangat memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku. Siswa

4 13 yang telah mengikuti proses belajar mengajar akan memiliki pengetahuan, pengalaman dan wawasan baru. Hal ini dapat memungkinkan timbulnya sikap dan keterampilan yang baru. Sikap dan keterampilan tersebut sedapat mungkin digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan sekolah, keluarga ataupun masyarakat. Bloom merumuskan hasil belajar sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi domain (ranah) kognitif, ranah psikomotorik, dan ranah afektif. Dalam ranah kognitif, hasil belajar tersusun dalam enam tingkatan. Enam tingkatan tersebut ialah, (1) Pengetahuan atau ingatan, (2) Pemahaman, (3) Penerapan, (4) Sintesis, (5) Analisis dan (6) Evaluasi. Adapun ranah psikomotorik terdiri dari lima tingkatan yaitu, (1) Peniruan (menirukan gerak), (2) Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak), (3) Ketepatan (melakukan gerak dengan benar), (4) Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar), (5) Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar). Sementara ranah afektif terdiri dari lima tingkatan yaitu, (1) Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu), (2) Merespon (aktif berpartisipasi), (3) Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia pada nilai-nilai tertentu), (4) Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercaya) dan (5) Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup) (Kuswana,2012). Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku akibat dari proses belajar. Perubahan tingkah laku tersebut adalah perubahan yang relatif menetap, dimana

5 14 perubahan itu terjadi pada ranah kognitif (pengetahuan), psikomotor (keterampilan), dan afektif (sikap). 2.2 Hakikat IPA Biologi Pada hakikatnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur (Trianto, 2011). Sementara menurut Darmodjo (1992) hakekat IPA yaitu: 1) proses dari upaya manusia untukmemahami berbagai gejala alam. Artinya bahwa diperlukan suatu caratertentu yang sifatnya analitis, cermat, lengkap serta menghubungkan gejalaalam yang satu dengan gejala alam yang lain sehingga keseluruhannyamembentuk sudut pandang yang baru tentang obyek yang diamati, 2) produkdari upaya manusia untuk memahami berbagai gejala alam. Artinya produkberupa prinsip-prinsip, teori-teori, hukum-hukum, konsep-konsep maupunfakta-fakta yang kesemuanya itu ditujukkan untuk menjelaskan tentangberbagai gejala alam, dan 3) faktor yang dapat mengubah sikap danpandangan manusia terhadap alam semesta, dari sudut pandang mitologismenjadi sudut pandang ilmiah. Mata pelajaran IPA terbagi menjadi tiga disiplin ilmu. Ketiga disiplin ilmu tersebut adalah Biologi, Fisika dan Kimia (Trianto, 2010). Setiap disiplin ilmu mempunyai cakupan materi yang berbeda-beda, walaupun sebenarnya merupakan satu-kesatuan.

6 15 Biologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan alam memfokuskan pembahasan pada masalah masalah biologi di alam sekitar melalui proses dan sikap ilmiah. Sikap ilmiah tersebut mencakup ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa pembelajaran IPA biologi lebih menekankan pada sikap ilmiah yang mencakup kompetensi kognitif, psikomotorik, dan afektif sehingga siswa menemukan fakta fakta, membangun konsep konsep, teori. Pembelajaran biologi selama ini lebih banyak menghafalkan fakta, prinsip, dan teori saja. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu dikembangkan strategi pembelajaran biologi yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan dan menerapkan ide ide mereka. Merujuk pada hakikat IPA sebagaimana dijelaskan di atas, maka nilai nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA antara lain sebagai berikut : 1. Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut langkah langkah metode ilmiah. 2. Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan alat alat eksperimen untuk memecahkan masalah. 3. Mempunyai sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik dalam kaitannya dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan (Trianto, 2011).

7 Model Pembelajaran STM (Sains, Teknologi, Masyarakat) Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran juga dapat dimaknai sebagai perangkat rencana atau pola yang dapat dipergunakan untuk merancang bahan bahan pembelajaran serta membimbing aktivitas pembelajaran di kelas atau di tempat lain yang melaksanakan aktivitas aktivitas pembelajaran. Joyce & Weil dalam Rusman (2010), berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut Agus (2009) model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran dikelas. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah perangkat rencana atau pola yang digunakan sebagai teknik untuk merancang, mempersiapkan, dan melaksanakan pembelajaran.

8 Pengertian Pembelajaran STM (Sains, Teknologi, Masyarakat) Model pembelajaran STM (Sains, Teknologi, Masyarakat) merupakan model yang menekankan pada pemanfaatan isu isu sains yang ada di lingkungan sekitar siswa untuk kemudian dibahas dalam pembelajaran melalui proses maupun produk sains (Poedjiadi, 2005). John Lochhead & Robert E. Yager (1996) dalam Gusfarenie (2013) mengemukakan bahwa pembelajaran dengan model STM di dalamnya mengandung unsur pembelajaran konstruktivisme, dimana siswa dituntut untuk membangun suatu konsep atau pengertian berdasarkan perspektif mereka yang diperoleh dari pengalaman orang lain yang dihubungkan dengan pengalaman pribadi siswa itu sendiri sehingga konsep tersebut dapat lebih mudah dimengerti oleh siswa. Lebih lanjut Clement, et al. (1987) dalam Yager (1996) mengungkapkan bahwa ide utama konstruktivisme adalah bahwasiswa tidak bisa belajar secara pasif menyerap atau menyalinpemahaman orang lain. Sebaliknya semua siswa harus membangunpemahaman mereka sendiri, pemahaman tersebut diorganisasi olehdan terkait dengan pengetahuan yang telah ada yang dibentuksecara individual oleh setiap orang berdasarkan pengalaman masalalunya. Konsep lama hanya dapat dipindahkan ketika pelajar terlibatdalam situasi masalah dimana makna yang dibangun oleh sendirimereka tidak memadai. Interaksi sosial dalam bentuk diskusi,perdebatan, dan argumen memainkan peran penting dalammenantang kecukupan konsep lama.

9 18 Model pembelajaran STM adalah model pembelajaran yang bertujuan menyajikan konteks dunia nyata dalam pendidikan dan pendalaman sains (Gusfarenie, 2013). Sehingga menyebabkan model pembelajaran STM erat kaitannya dalam meningkatkan enam domain sains yang beberapa diantaranya domain proses (process domain) yang dapat menumbuhkan keterampilan proses sains, domain aplikasi dan keterkaitan (application and connection domain) yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, serta domain cara pandang terhadap dunia dan lingkungan (wolrd view domain) yang dapat menumbuhkan sikap sains (kompetensi kognitif, psikomotor, dan afektif) yang positif pada siswa (Nurchayati, 2013) Ciri ciri Pembelajaran STM (Sains, Teknologi, Masyarakat) Menurut Fajar (2003), pada umumnya STM memiliki karakteristik/ciri ciri sebagai berikut : 1. Identifikasi masalah masalah setempat yang terdapat ketertarikan dan dampak. 2. Menggunakan sumber daya setempat (seperti manusia, benda, lingkungan) untuk mengumpulkan informasi yang digunakan dalam memecahkan masalah. 3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam mencari informasi yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah masalah dalam kehidupan sehari-hari. 4. Merupakan kelanjutan dari pembelajaran di kelas dan di sekolah.

10 19 5. Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadap siswa. 6. Suatu pandangan bahwa isi sains tersebut lebih dari pada konsepkonsep yang harus dikuasai siswa dalam tes. 7. Penekanan pada keterampilan proses, sehingga siswa dapat menggunakannya dalam memecahkan masalah mereka. 8. Penekanan pada kesadaran berkarir, yang berkaitan dengan sains dan teknologi. 9. Kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara, sehingga ia dapat mencoba untuk memecahkan masalah yang telah diidentifikasi. 10. Mengidentifikasi sejauh mana sains dan teknologi berdampak di masa depan. 11. Kebebasan dalam proses pembelajaran (sebagaimana masalah-masalah individu yang telah diidentifikasi). Adapun tujuan dari model pembelajaran STM itu sendiri, antara lain yang disebutkan oleh Yager dalam Putra (2013) : a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan serta mengkontraskan sains, dan teknologi, sekaligus menghargai cara sains dan teknologi dalam memberikan kontribusi kepada pengetahuan dan pengaruh baru. b. Memberikan contoh contoh dari masa lalu dan sekarang mengenai perubahan perubahan yang sangat besar dalam bidang sains dan teknologi yang di bawa oleh masyarakat, pertambahan ekonomi, dan proses proses politik.

11 20 c. Memberikan/menawarkan pandangan global terkait hubungan sains dan teknologi kepada masyarakat, serta menunjukkan dampaknya terhadap pengembangan bangsa dan ekologi bumi. Menurut Putra (2013), pengajaran IPA khusunya Biologi, dengan model pembelajaran STM hendaknya mengandung komponen komponen berikut : a. Strategi strategi yang ada digunakan untuk memberikan pemahaman yang nyata mengenai pola pola penalaran dan berpikir dari teman sebaya siswa, orang dewasa, dan para ahli. b. Keterampilan keterampilan dalam menguji validitas argumen dan contoh contoh yang tampaknya terdengar seperti penalaran ilmiah yang membawa kepada kesimpulan yang keliru. c. Memotivasi siswa untuk mengeksplorasi emosi dan nilai nilai dalam hubungan data dengan bukti bukti khusus. d. Penggunaan studi lapangan, pembicara tamu, media informasi, film, dan kegiatan kegiatan siswa, debat, bermain peran, dan simulasi.

12 Sintak sintak pembelajaran STM (Sains, Teknologi, Masyarakat) Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran STM Yager dalam Lufri (2007) Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran STM (Sains, Teknologi, dan Masyarakat) Sebagai sebuah model pembelajaran, model pembelajaran STM memiliki kelebihan dan kekurangan, sebagaimana model model

13 22 pembelajaran yang lain. Adapun beberapa kelebihan pembelajaran STM menurut Putra (2013) ialah sebagai berikut : 1) Ditinjau dari Segi Tujuan a) Meningkatkan keterampilan inkuiri dan pemecahan masalah, selain keterampilan proses. b) Menekankan cara belajar yang baik, yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. c) Menekankan sains dalam keterpaduan antar bidang studi. 2) Ditinjau dari Segi Pembelajaran a) Menekankan keberhasilan siswa b) Menggunakan berbagai strategi c) Menyadarkan guru bahwa kadang dirinya tidak selalu berfungsi sebagai sumber informasi. d) Menggunakan berbagai informasi, kerja lapangan studi mandiri serta interaksi antara informasi secara formal. 3) Ditinjau dari Segi Evaluasi a) Diketahui adanya hubungan antara tujuan, proses, dan hasil belajar. b) Perbedaan antara kecakapan, kematangan, serta latar belakang siswa harus diperhatikan. c) Kualitas efisiensi dan keefektifan serta fungsi program juga dievaluasi. d) Guru juga yang termasuk dievaluasi usahanya yang terus menerus membangtu siswa.

14 23 4) Ditinjau dari Segi Guru a) Mempunyai pandangan yang luas mengenai sains b) Mengajar dengan berbagai strategi baru di dalam kelas, sehingga memahami tentang kecakapan, kematangan, serta latar belakang siswa. c) Menyadarkan guru bahwa terkadang dirinya tidak selalu berfungsi sebagai sumber informasi. Menurut Gusfarenie (2013), kelebihan penggunaan model STM dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan intelektualnya dalam berpikir logis dan memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. 2. Dapat membantu siswa mengenal dan memahami sains dan teknologi serta besarnya peranan sains dan teknologi dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. 3. Dapat membantu siswa memperoleh prinsip-prinsip sains. 4. Siswa lebih bebas berkreativitas selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun kelemahan dari model STM, antara lain : 1) Kurangnya bahan pengajaran yang dimiliki guru, sehingga proses pembelajaran tidak berjalan dengan lancar, disarankan kepada para guru yang ingin merancang suatu KBM dengan model STM untuk

15 24 memperluas wawasannya dengan banyak membaca buku atau bertanya kepada narasumber. 2) Pembelajaran dengan model STM memerlukan sedikit tambahan waktu jika dibandingkan dengan pembelajaran biasa. Oleh karena itu guru harus merinci secara cermat pembagian waktu pembelajaran agar tidak menyita waktu untuk pokok pembahasan yang lain. 2.4 Kompetensi Kognitif, Psikomotor, dan Afektif Pengertian Kompetensi Kognitif, Psikomotor, dan Afektif Menurut Kuswana (2012) kompetensi kognitif adalah kemampuan seseorang tentang sasaran hasil yang berhubungan dengan daya ingat tentang pengetahuan, keterampilan, serta kemampuan intelektual. Kompetensi kognitif yang terpusat dalam pengkajian tes dan pengembangan kurikulum, melalui pendefinisian sasaran hasil sebagai uraian perilaku siswa. Berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Kompetensi psikomotor merupakan kemampuan seseorang yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Sementara kompetensi afektif adalah kemampuan seseorang tentang sasaran hasil yang menguraikan perubahan perubahan di dalam sikap (minat, sikap dan nilai nilai, penyesuaian diri serta pengembangan penghargaan).

16 25 Menurut Bloom dalam Kuswana (2012), terdapat enam tingkatan kompetensi kognitif dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Keenam tingkatan tersebut yaitu: 1) Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus, terminologi strategi problem solving dan lain sebagianya. 2) Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri. 3) Tingkat penerapan (application), penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari kedalam situasi yang baru, serta memecahlcan berbagai masalah yang timbuldalam kehidupan sehari-hari. 4) Tingkat analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini peserta didik diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan

17 26 cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari. 5) Tingkat sintesis (synthesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. 6) Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu. Menurut Bloom (1979) berpendapat bahwa kompetensi psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Dave (1970) dalam penjelasannya mengatakan bahwa kompetensi psikomotor dapat dibedakan menjadi lima tahap, yaitu: 1) Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan sederhana dan sama persis dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya. 2) Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum pernah dilihat tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja. 3) Kemampuan tingkat presisi adalah kemampuan melakukan kegiatankegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat.

18 27 4) Kemampuan pada tingkat artikulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan yang komplek dan tepat sehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh. 5) Kemampuan pada tingkat naturalisasi adalah kemampuan melakukan kegiatan secara reflek, yakni kegiatan yang melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi. Menurut Krathwohl (1974) dalam Sudijono (2009), kompetensi afektif berhubungan dengan emosi seperti perasaan, nilai, apresiasi, motivasi dan sikap. Terdapat lima kategori utama afektif dari yang paling sederhana sampai kompleks yaitu: 1) Receivingatau attending (menerima atau memperhatikan) adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan dari luar yang datang pada dirinya dalam bentuk masalah, situasi gejala dan lain lain. 2) Responding (tanggapan) adalah memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Mengandung arti adanya partisipasi aktif. 3) Valuing (penghargaan) berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. 4) Organization (pengorganisasian) berkaitan dengan memadukan nilainilai yang berbeda, menyelesaikan konflik, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten. 5) Characterizationby a Value or Value Complex(karakterisasi berdasarkan nilai-nilai) yakni keterpaduan semua sistem nilai yang

19 28 telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya Aktivitas Kompetensi Psikomotor dan Afektif Jenis aktivitas kompetensi psikomotor, antara lain : 1. Aktivitas menyebutkan bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dasar tentang konsep materi yang sedang dikaji dalam pembelajaran. Menurut KBB1 (2008), kemampuan menyebutkan adalah kesanggupan siswa dalam melafalkan. 2. Aktivitas memahami adalah kemampuan seseorang untuk mengerti sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi (Sudijono, 2009). 3. Aktivitas menghubungkan adalah kesanggupan seseorang untuk menggunakan ide ide umum, tata cara ataupun metode metode, prinsip prinsip, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi baru dan kongkret (Sudijono, 2009). 4. Aktivitas menganalisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian bagian atau faktor faktor yang satu dengan faktor faktor yang lain (Sudijono, 2009). 5. Aktivitas menafsirkan adalah kemampuan memperkirakan atau mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum

20 29 diamati berdasarkan penggunaan pola keteraturan atau kecenderugan kecenderungan gejala tertentu yang telah diketahui sebelumnya (Rustaman, 2005). 6. Aktivitas menyimpulkan adalah suatu proses yang memadukan bagian- bagian atau unsur unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru (Sudijono, 2009). Jenis aktivitas kompetensi afektif, antara lain : 1. Rasa ingin tahu Rasa ingin tahu berarti sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat dan didengar (Puskur, 2010). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) rasa ingin tahu berarti perasaan atau sikap yang kuat untuk mengetahui sesuatu, dorongan kuat untuk mengetahui lebih banyak tentang sesuatu. 2. Berkomunikasi Berkomunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. PBM (Proses belajar mengajar) merupakan suatu bentuk komunikasi : komunikasi antara subyek didik dengan pendidik. Di dalam komunikasi tersebut terdapat pembentukan (transform) dan pengalihan (transfer) pengetahuan (Prihatono, 2011).

21 30 3. Kerjasama Menurut Soedjono (1987) menerangkan bahwa kerjasama merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama sama oleh lebih dari satu orang. Kerjasama bisa bermacam macam bentuknya, namun suatu kegiatan yang dilakukan diarahkan guna mewujudkan tujuan bersama. Sesuai kegiatannya, maka kegiatan yang terwujud di tentukan oleh suatu pola yang disepakati secara bersama sama. 4. Teliti Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teliti diartikan dengan cermat, seksama, dan hati hati, sedangkan cermat diartikan dengan seksama, teliti, berhati hati dalam mengerjakan sesuatu. 2.5 Hasil Penelitian Terkait a. Penelitian yang dilakukan oleh Agustini,et al.(2013),dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) Terhadap Penguasaan Materi Dan Keterampilan Pemecahan Masalah Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Di MTs Negeri Patas. Penelitian ini menunjukkan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dapat meningkatkan penguasaan materi dan keterampilan pemecahan masalah. b. Penelitian yang dilakukan oleh Nurchayati (2013), dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Dan Sikap Sains Siswa Smp. Penelitian ini menunjukkan Sains Teknologi Masyarakat (STM) berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis dan sikap sains siswa.

22 31 c. Penelitian yang dilakukan oleh Sabar (2013), dengan judul Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) Dalam Pembelajaran IPA Sebagai Upaya Peningkatan Life Skills Peserta Didik. Penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat berpengaruh terhadap peningkatan life skill peserta didik. d. Penelitian yang dilakukan oleh Smarabawa, et al. (2013)., dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Terhadap Pemahaman Konsep Biologi Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA.Penelitian ini menunjukkan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat meningkatkan pemahaman konsep biologi dibandingkan dengan kelas yang tidak menggunakan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berjalannya waktu perkembangan sains pun berkembang dengan pesat. Hal ini memiliki keterkaitan yang erat dengan perkembangan teknologi. Sehubungan dengan dunia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, pendekatan CTL, dan alat peraga. 2.1.1 Hasil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan ilmu pengetahuan sosial merupakan proses mendidik dan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia zaman modern dihadapkan pada perkembangan pengetahuan yang begitu pesat akibat kemampuan berpikir dan penelitian para ahli. Pengetahuan tidak dapat dimiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan pengamatan melalui langkah-langkah metode ilmiah dan proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM)

MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) Dwi Gusfarenie Abstrak Berkembangnya sains berimbas pada kemajuan teknologi yang dipergunakan bagi kesejahteraan manusia sehingga menuntut masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. siswa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. siswa 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. siswa adalah penentu terjadinya atau

Lebih terperinci

MANFA NFA TUJUAN PEMBELAJARAN

MANFA NFA TUJUAN PEMBELAJARAN Retno Wahyuningsih 1 PENGERTIAN Ranah hasil belajar siswa dikelompokkan sebuah taksonomi Taksonomi adalah usaha pengelompokan yang disusun dan diurut berdasarkan ciri-ciri tertentu. 1 MANFAAT Untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA di SD 1. Pembelajaran Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) I. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis jenjang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Laboratorium Belajar adalah suatu proses yang kompleks terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar berlangsung karena adanya interaksi karena

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas II di MIN Sumberjati Kademangan Blitar pada mata pelajaran Fiqih dengan melalui penerapan model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangat membantu proses perkembangan di semua aspek kehidupan bangsa. Salah satunya adalah aspek

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Sukanti Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam pembelajaran yaitu: (1) minat, 2) sikap, 3) konsep diri, dan 4) nilai. Penilaian afektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1.

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm. 74-82 PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Oleh Sukanti 1 Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam

Lebih terperinci

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR A. Model Pembelajaran Novick Model Pembelajaran Novick merupakan salah satu model pembelajaran yang merujuk pandangan konstruktivisme. Gagasan utama dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Model Pembelajaran Kreatif - Produktif. pembelajaran hal tersebut harus ditumbuhkan secara bersamaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Model Pembelajaran Kreatif - Produktif. pembelajaran hal tersebut harus ditumbuhkan secara bersamaan. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kreatif - Produktif A. Pengertian Model Pembelajaran Kreatif - Produktif Kreativitas merupakan hal yang sangat penting untuk dikembangkan. Kreativitas diperlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Slameto, 2010). Menurut Gredler dalam Aunurrahman. sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Slameto, 2010). Menurut Gredler dalam Aunurrahman. sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Hakikat Belajar dan Pembelajaran Belajarmerupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT 8 BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT A. Metode Kerja Kelompok Salah satu upaya yang ditempuh guru untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam peningkatan sumber daya manusia dan salah satu kunci keberhasilan dalam pembangunan nasional di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan perubahan yang terjadi kian cepat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum pendidikan harus disusun dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia yang cerdas, kreatif, dan kritis menjadi faktor dominan yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi era persaingan global. Sementara itu proses pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pendekatan Discovery Learning Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan memberikan pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan sertameningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika a. Pembelajaran Matematika di SD Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga melibatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga melibatkan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Eksperimen Eksperimen adalah bagian yang sulit dipisahkan dari Ilmu Pengetahuan Alam. Eksperimen dapat dilakukan di laboratorium maupun di alam terbuka. Metode ini mempunyai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. lingkungan. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. lingkungan. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Belajar Belajar pada hakekatnya adalah suatu interaksi antara individu dengan lingkungan. Lingkungan menyediakan rangsangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dan tidak bisa terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan merupakan suatu hal yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Kartu Kata Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk majemuk atau jamak medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi memberikan dampak yang besar dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Munculnya berbagai macam teknologi hasil karya manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan dari siswa setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Hal ini menjadi tuntutan dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Hal ini menjadi tuntutan dalam dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Hal ini menjadi tuntutan dalam dunia pendidikan diera

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan kondisi belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Kontekstual Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan dengan strategi. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pemebelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berasal dari Bahasa Inggris, yaitu natural science. Nature artinya berhubungan dengan alam atau yang bersangkut paut dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seseorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Guru sebagai agen pembelajaran merasa terpanggil untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut adalah mengoptimalkan

Lebih terperinci

A. Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Sumber Pembelajaran. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu dan

A. Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Sumber Pembelajaran. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu dan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Sumber Pembelajaran Belajar pada hakikatnya adalah suatu interaksi antara individu dan lingkungan. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan itu diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. 1 Hasil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. Efektivitas merupakan standar atau taraf tercapainya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 pasal 3. (2005:56) tentang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 pasal 3. (2005:56) tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan modal utama untuk meningkatkan kualitas bangsa, karena dengan pendidikan dapat mengingkatkan kualitas Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan IPA di sekolah dirumuskan dalam bentuk pengembangan individu-individu yang literate terhadap sains.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menghasilkan perubahan-perubahan yang bersifat relatif tetap dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menghasilkan perubahan-perubahan yang bersifat relatif tetap dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar dapat diartikan sebagai aktivitas mental atau (psikis) yang terjadi karena adanya interaksi aktif antara individu dengan lingkungannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Unsur terpenting dalam mengajar adalah merangsang serta mengarahkan siswa belajar. Mengajar pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar menolong para siswa untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Exclusive Penerapan model pembelajaran dapat memudahkan guru dalam merancang pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Guru sains adalah salah satu komponen penting dalam meningkatkan mutu

I. PENDAHULUAN. Guru sains adalah salah satu komponen penting dalam meningkatkan mutu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks. Sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa untuk memahami nilai-nilai, norma, dan pedoman bertingkah laku karena

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa untuk memahami nilai-nilai, norma, dan pedoman bertingkah laku karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah konsep yang memberikan apresiasi dan pemahaman yang luas kepada siswa untuk memahami nilai-nilai, norma, dan pedoman bertingkah laku karena pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan memilih menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses yang dapat mengubah obyeknya. Pendidikan nasional harus dapat mempertebal iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. KAJIAN TEORI 1. Lingkungan Sekolah a. Pengertian Lingkungan Sekolah Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan selalu bersentuhan dengan lingkungan sekitar,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat di mana ia hidup, proses sosial dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab untuk membantu perkembangan kepribadian serta kemampuan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran semua cabang sains, terutama fisika, pada umumnya adalah mencoba menemukan keteraturan di dalam observasi kita terhadap dunia di sekeliling kita. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bidang studi yang diajarkan pada sekolah dasar yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pengajaran IPA di sekolah dasar ditujukan untuk memajukan teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh peserta didik dan mengajar

BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh peserta didik dan mengajar BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh peserta didik dan mengajar berorientasi

Lebih terperinci

BAB II MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI MATERI KONSEP KONSEP GEOGRAFI

BAB II MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI MATERI KONSEP KONSEP GEOGRAFI BAB II MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI MATERI KONSEP KONSEP GEOGRAFI A. Model Pembelajaran Course Review Horay 1. Pengertian Model Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Sedangkan menurut Horwart

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari mengenai alam dan fenomena alam yang terjadi, yang berhubungan dengan benda hidup maupun benda tak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Agus, S Cooperative Learning.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

DAFTAR PUSTAKA. Agus, S Cooperative Learning.Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 82 DAFTAR PUSTAKA Agus, S. 2009. Cooperative Learning.Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Agustini D., Subagia I. W., & Suardana I.N. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) Terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. 2.1 Hakikat Hasil Belajar Siswa Tentang Perubahan Wujud Benda

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. 2.1 Hakikat Hasil Belajar Siswa Tentang Perubahan Wujud Benda BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Hasil Belajar Siswa Tentang Perubahan Wujud Benda 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Hamalik (2001 : 1), Hasil belajar adalah bila seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang dekat sekali dengan kehidupan manusia. Saat kita mempelajari IPA, berarti mempelajari bagaimana alam semesta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu saja menyangkut berbagai hal tidak terkecuali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, pengalaman individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, pengalaman individu 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi saat ini diperlukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi saat ini diperlukan sumber daya manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menghadapi era globalisasi saat ini diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan berpikir, yaitu yang mencakup kemampuan penalaran logis, berpikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dan pembelajaran merupakan konsep yang saling berkaitan.

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dan pembelajaran merupakan konsep yang saling berkaitan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Belajar dan pembelajaran merupakan konsep yang saling berkaitan. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan lingkungan. Belajar merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan siswa yang berkualitas,

I. PENDAHULUAN. mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan siswa yang berkualitas, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPA merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan siswa yang berkualitas, yaitu manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu sistem pendidikan dikatakan berkualitas jika proses pembelajarannya berlangsung secara menarik dan menantang sehingga siswa dapat belajar sebanyak mungkin

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pendidikan IPA SD BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Pendidikan IPA SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang dipelajari oleh semua jenjang pendidikan mulai dari sekolah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kehidupan masyarakat. Mempelajari IPS, menjadikan seseorang. mengetahui segala aspek yang terdapat dalam kehidupan masyarakat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kehidupan masyarakat. Mempelajari IPS, menjadikan seseorang. mengetahui segala aspek yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian IPS IPS merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat. Mempelajari IPS, menjadikan seseorang mengetahui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus segera direspon secara positif oleh dunia pendidikan. Salah satu bentuk respon positif dunia pendidikan adalah

Lebih terperinci

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat.

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat. PENDAHULUAN Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah dengan perbaikan sistem pendidikan. Dengan adanya perombakan dan pembaharuan kurikulum yang berkesinambungan, mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas bangsa, karena dengan pendidikan dapat meningkatkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Peran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu (1) informasi verbal; (2) keterampilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Demonstrasi 2.1.1.1 Hakekat Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Perguruan Tinggi (PT), bahkan di tingkat Taman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Stategi Problem Solving Strategi problem solving adalah strategi yang mengajarkan kepada siswa bagaimana cara memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Lebih terperinci