BAB I PENDAHULUAN. manusia dikaruniai keberhasilan dalam bekerja atas melimpahnya harta benda.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. manusia dikaruniai keberhasilan dalam bekerja atas melimpahnya harta benda."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakat merupakan salah satu ibadah kepada Allah SWT. setelah manusia dikaruniai keberhasilan dalam bekerja atas melimpahnya harta benda. Karena memang membayar zakat merupakan kewajiban yang telah disyari atkan oleh agama (al-qur an dan al-sunnah). Di samping itu, pelunasan zakat adalah semata-mata sebagai cermin kualitas keimanannya kepada Allah SWT. Islam memandang bahwa harta kekayaan adalah mutlak milik Allah SWT, sedangkan manusia hanya sebatas pengurusan dan pemanfaatannya saja. Karena harta kekayaan yang diperoleh adalah amanah yang harus dipertanggung-jawabkan setiap pembelanjaannya di akhirat nanti. Dengan demikian, setiap muslim yang harta kekayaannya telah mencapai nishab dan haul berkewajiban untuk mengeluarkan zakat, baik zakat fitrah maupun zakat maal. Jenis harta yang wajib dikeluarkan zakatnya telah ditetapkan pokokpokoknya, baik dalam al-qur an maupun as-sunnah, yaitu berupa hasil bumi, hasil peternakan, barang yang diperdagangkan, emas, perak, dan uang. Klasifikasi ini tampaknya kurang memadai lagi dengan keadaan sekarang. Fiqh zakat yang sudah ada dan diajarkan di lembaga-lembaga pendidikan Islam, hampir seluruhnya hasil perumusan para ahli beberapa abad yang lalu yang banyak dipengaruhi oleh situasi dan kondisi setempat masa itu 1

2 2 Perumusan zakat tersebut, sudah tidak memadai lagi untuk mengatur pengelolaan zakat pada masyarakat saat ini yang memiliki berbagai usaha yang tidak ada pada masa lalu. Disebabkan karena pada saat ini banyak profesi yang dapat menghasilkan uang cukup besar, dilakukan dengan cara yang mudah, dan dalam waktu yang relatif singkat, seperti pekerja profesional atau pekerja mandiri 1 yaitu: pengacara, dokter, artis, dan lain-lain yang dalam waktu singkat dapat memperoleh hasil yang cukup besar. Oleh karenanya, permasalahan zakat sekarang ini memerlukan hukum-hukum baru yang mampu menjawab ketidakpastian dan keragu-raguan masyarakat. Karena jika permasalahan ini dikaitkan dengan pelaksanaan zakat yang sudah berjalan di masyarakat, maka terlihat adanya kesenjangan atau ketidakadilan antara petani yang banyak mencurahkan tenaga tetapi memiliki penghasilan kecil tetap harus membayar zakat, dengan para pekerja profesional yang dalam waktu singkat dapat memperoleh hasil yang cukup besar tetapi tidak wajib zakat. Dalam konteks Indonesia, melalui Undang-Undang Zakat No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan zakat, ditetapkan tentang jenis-jenis harta yang wajib dizakati, salah satunya adalah zakat dari hasil pendapatan dan jasa (dalam pembicaraan selanjutnya disebut zakat profesi). Dan juga melalui fatwa Ulama yang dihasilkan dalam Muktamar Internasional Pertama tentang zakat di Kuwait pada tanggal 29 Rajab 1404 H / 30 April 1984, juga 1 Muhammad, Zakat Profesi: Wacana Pemikiran dalam Fiqih Kontemporer, Salemba Diniyah; Jakarta, 2002, Cet. 1, Hlm. 3

3 3 disepakati tentang wajibnya membayar zakat dari hasil usaha profesi apabila telah mencapai nishab. 2 Meskipun Undang-Undang dan kesepakatan ulama tersebut belum ditemui penjelasan tentang tata cara mengeluarkan zakatnya. Bentuk zakat baru (setelah masa Nabi) tersebut merupakan sebuah langkah maju dari hasil ijtihad para ulama kontemporer, yang masih perlu pengkajian dan penelitian tentang keberadaan hukumnya dalam nash, baik al- Qur an, Sunnah Rasul SAW, ataupun ijtihad ulama terdahulu. Karena ada sebagian kaum modernis, seperti Persis dan Muhammadiyah, yang awalnya berpendapat tidak ada ijtihad, dalam hal ini penggunaan qiyas dalam urusan ibadat (zakat). 3 Walaupun pada akhirnya keduanya menggunakan qiyas dalam menetapkan kewajiban zakat profesi melalui diskusi di Pusat Pengkajian Islam, UNISBA. 4 Didin Hafidhuddin sebagai representasi dari salah satu ulama kontemporer dan juga merupakan pakar zakat Indonesia memberikan beberapa pandangannya tentang sumber zakat yang muncul pada era modern. Menurutnya dengan pendekatan ijmali (global), 5 semua jenis harta yang belum ada contoh kongkritnya di zaman Rasulullah tetapi karena perkembangan ekonomi, menjadi benda yang bernilai maka harus dikeluarkan zakatnya. 6 2 Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, Jakarta :Gema Insani, 2002, Cet. I, hlm Jalaludin Rahmat, Islam Aktual, Bandung: Mizan, 1994, Cet. VII, hlm Ibid 5 Segala macam harta yang dimiliki yang memenuhi persyaratan zakat 6 Didin Hafidhuddin, Op.Cit., hlm. 91

4 4 Salah satu sumber zakat yang perlu perhatian serius adalah zakat profesi, yang dalam hal ini Didin Hafidhuddin memberikan pendapatnya tentang bagaimana memposisikan dan memberlakukan zakat bagi para pekerja profesi dalam hubungannya sebagai muzakki untuk melakukan pembayaran zakatnya. Menurutnya, dengan menggunakan peng-analogi-an (dalam ilmu fiqh disebut qiyas), zakat profesi yang dalam nash (al-qur an maupun as- Sunnah) tidak diterangkan secara jelas mengenai penentuan nishab, kadar zakat yang harus dikeluarkan, dan waktu pengeluarannya, bisa digunakan dan dijadikan metode dalam penghitungan zakat atas hasil usaha profesi tersebut. Hal tersebut sejalan dengan ketentuan yang secara eksplisit memang sudah ada, yaitu dalam pembayaran zakat fitrah. Pada awal mula berlakunya zakat (fitrah) pada zaman Nabi dibayarkan dengan gandum, akan tetapi dengan melihat kondisi dan zaman yang sudah jauh berbeda dengan era Nabi dengan masa sekarang, ketentuan tersebut berubah, gandum diganti dengan beras. 7 Karena dengan jalan qiyas (peng-analogi-an), beras sama dengan gandum yang merupakan sama-sama kebutuhan pokok. Mengenai penentuan nishab, kadar, dan waktu pembayaran zakat profesi tersebut, Didin Hafidhuddin menggunakan metode qiyas Syabah, qiyas yang illat hukumnya ditetapkan melalui metode syabah. 8 Metode Syabah adalah metode qiyas dengan mengkaitkan furu (cabang) yang mempunyai bentuk kesamaan dengan dua hukum al-ashl Hasil wawancara langsung dengan Didin Hafidhudin di BAZNAS, tanggal 08 Desember 8 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jakarta : Logos, 1987, Jilid I, hlm Nasroen Haroen, Ushul Fiqh I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, Cet. II, hlm. 93

5 5 Berdasarkan pemikiran Didin Hafidhuddin di atas, penulis mencoba menganalisa lebih dalam tentang konsep qiyas yang dipakai Didin Dafidhuddin dalam penentuan nishab, kadar, waktu, dalam skripsi yang berjudul: Analisis Pendapat Didin Hafidhuddin Tentang Zakat Profesi. B. Rumusan Masalah Menilik pada latar belakang yang telah dipaparkan di atas, kiranya bisa diambil pokok-pokok permasalahan yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah yang bisa diklasifikasi antara lain sebagai berikut : 1. Bagaimana konsep pemikiran Didin Hafidhuddin tentang zakat profesi? 2. Bagaimana metode istinbath hukum penghitungan zakat profesi menurut Didin Hafidhuddin? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Formal Untuk memenuhi salah satu syarat Akademik, guna memperoleh gelar Sarajana (S-1) Hukum Islam Fakultas Syari ah Institut Agama Islam Walisongo Semarang. 2. Tujuan Materiil Berdasarkan pada tujuan yang hendak dicapai pada rumusan permasalahan yang ada di atas, kemudian dianalisa berdasarkan data-data yang berkaitan dan mendukung pembahasan penelitian ini, maka data-data

6 6 tersebut dimaksudkan untuk dapat menjawab pokok permasalahan yang ada, dan diharapkan menghasilkan manfaat untuk : 1. Memberikan landasan yang tepat menurut sudut pandang syari at Islam terhadap konsep pembayaran zakat profesi hubungannya dengan pendapat Didin Hafidhuddin. 2. Memberikan masukan bagi khasanah keilmuan masa kini dengan semakin kompleksnya permasalahan kontemporer yang muncul. D. Telaah Pustaka Dalam buku yang berjudul Zakat Profesi : Wacana Pemikiran dalam Fiqh Kontemporer karya Drs. Muhammad, M.Ag. diterangkan secara terperinci tentang konsepsi zakat profesi dalam kapasitasnya sebagai sumber kekayaan yang wajib dizakati. Muhammad mengemukakan pendapat ulama modern tentang prosentase zakat yang harus dibayarkan dari hasil profesi. Yaitu yang berkecenderungan untuk membayarkan 2,5% dan 20%. 10 Namun dalam hal ini pembahasan Muhammad hanya selesai pada masalah tersebut, tanpa menguraikan lebih lanjut bagaimana praktek pembayaran zakat profesi yang harus diterapkan untuk kondisi kekinian. Abdul Karim Assalawiu dalam tesisnya yang berjudul Zakat Profesi Dalam Perspektif Hukum dan Etik, antara lain meyebutkan 11 bahwa, besar zakat profesi jika diqiyaskan dengan zakat tanaman dan buah-buahan, adalah 10 Muhammad, Op.Cit. hlm Abdul Karim Assalawi, Zakat Profesi Dalam Perspektif Hukum dan Etik, Tesis Pascasarjana Program Studi Pemikiran Hukum Islam, Semarang: Perpustakaan Pascasarjana IAIN Walisongo, 2001, Hlm

7 7 sebesar 5% dan 10%. Namun bila diqiyaskan dengan zakat emas dan perdagangan, maka zakatnya adalah 2,5%. Bila ingin membayar lebih banyak, maka itu lebih baik. Abdul Karim Assalawi tidak menerangkan prosentase mana yang tepat dijadikan patokan dalam membayarkan zakat profesi. Pendapat Amin Rais dalam salah satu sub bahasannya di buku Cakrawala Islam, Antara Cita dan Fakta, mempersoalkan tentang prosentase pembayaran zakat profesi tertentu yang mendatangkan rizki dengan mudah dan cukup melimpah, tidak hanya cukup 2,5% saja, tapi perlu ditinjau kembali kalau perlu ditingkatkan sampai 10% atau bahkan 20%. 12 Dengan dasar logika dan prinsip keadilan dalam Islam, serta kenyataan yang ada di masyarakat sekarang. 13 Sayangnya Amin Rais tidak melengkapi uraiannya dengan menjelaskan mengenai dasar kewajiban zakat profesi, berapa jumlah nishab, serta kejelasan tentang batasan prosentase zakat profesi yang harus dibayarkan, 10% atau 20%. Pendapat Dawam Rahardjo dalam bukunya Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi, pada salah satu sub pokok bahasannya, ia menjelaskan tentang bagaimana bentuk pelaksanaan zakat profesi dalam rangka menindaklanjuti Instruksi Menteri Agama No. 5 Th tentang zakat profesi. Menurut dugaannya, banyak karyawan dan kaum profesional yang belum membayar zakat karena ketidaktahuan dan mungkin juga karena adanya perbedaan pendapat tentang informasi mengenai ketentuan pembayarannya yang kemungkinan tidak dihitungnya tambahan pendapatan di ` 12 Amin Rais, Cakrawala Islam Antara Cita Dan Fakta, Bandung: Mizan, 1996, Cet. VII, hlm Ibid, hlm. 61

8 8 luar pendapatan tetap. 14 Kontribusi Dawam Rahardjo mengenai zakat profesi adalah karena mencoba menganalisa pelaksanaan zakat profesi tersebut di Indonesia serta memberikan solusi pelaksanaanya. Namun di sisi lain uraiannya mengenai zakat profesi tersebut terlalu singkat, sehingga masih memerlukan penelitian dan pembahasan lebih lanjut. Pendapat Yusuf Al-Qardlawi dalam kitabnya Hukum Zakat (terj.) menjelaskan secara detail tentang zakat profesi dengan menggunakan studi komparatif dengan kaidah Tarjih. Yaitu berpegang (mengutamakan) salah satu dari dua hujjah yang lebih kuat dari yang lainnya, karena memang ada keistimewaan yang mengharuskan demikian. 15 Juga mengambil konklusi hukum baru yang belum pernah dikemukakan oleh ulama terdahulu. Yusuf Qardhawi mengqiyaskan zakat profesi dengan zakat tanaman, tentang tidak adanya haul. Untuk masalah besarnya nishab dan kadar zakat yang harus dibayarkan, sama dengan zakat emas dan perak, yaitu 85 gram dan 2,5%. 16 Dengan mencantumkan pendapat ulama-ulama klasik maupun kontemporer. Akan tetapi, ia menyamakan kewajiban membayar zakat profesi sebesar 2,5% untuk semua jenis profesi. Pendapat Wahbah az-zuhaily dalam kitab al-fiqh al-islam wa Adillatuh, dalam uraian singkatnya menyatakan bahwa al-maal al-mustafad 14 Dawam Rahardjo, Islam Dan Transformasi Sosial Ekonomi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999, Cet. I, hlm M. Jawad al-mughniyah, Ilmu Ushul al-fiqh Fi Saubih al-jadid, Beirut: Daar al-ilm Lilmalayin, Cet. I, 1975, hlm Yusuf Qardlawi, al-fiqh az-zakat. Terj., Didin Hafidhuddin, et.al, Hukum Zakat, Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 1996, hlm. 482

9 9 (harta hasil profesi) wajib dikeluarkan walaupun belum sampai satu tahun. 17 Namun ia hanya menguraikan secara singkat pembahasan mengenai zakat profesi. Penelitian M. Assobur dalam skripsinya yang berjudul Analisis Terhadap Pemikiran DR. Amin Rais Tentang Zakat Profesi Modern, menguraikan bagaimana kesimpulan yang diberikan oleh Amin Rais, yaitu seharusnya kadar zakat yang dibebankan bagi pekerja profesi adalah 20%, dengan landasan keadilan sosial dan keadilan ekonomi mengingat mudahnya cara mendapatkan harta (penghasilan) dari usahanya. 18 Namun landasan logika saja tidak cukup kuat dalam ijtihadnya, mengingat landasan nash yang ada masih diperdebatkan. E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, penulis menggunakan penelitian kepustakaan (library research), yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan dengan pengumpulan dan penelusuran data-data serta pengolahan (buku-buku, literatur dan bahan pustaka) yang berkaitan dengan topik pembahasan. 19 Adapun jenis penelitiannya adalah penelitian kualitatif. Yaitu tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara 17 Wahbah al-zuhaily, al-fiqh al-islam wa Adillatuh. Terj. Agus Effendy dan Bahruddin Fananny Zakat Kajian Berbagai Madzhab, Bandung : Rosdakarya, 2005, Cet. VI, hlm M. Assobur, Analisis Terhadap Pemikiran DR. Amin Rais Tentang Zakat Profesi Modern, Skripsi mahasiswa Syari ah, Tahun Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004, hlm. 3

10 10 fundamental bergantung pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan dalam peristilahannya Sumber Data Sumber data adalah subyek dari mana data itu dapat diperoleh. 21 Dalam hal ini penulis akan mengambil data dari berbagai sumber, seperti buku-buku, majalah, artikel, surat kabar, essai, makalah-makalah, maupun karya tulis lainnya yang mendukung dan sangat relevan dengan pokok permasalahan yang penulis kaji. Sumber data itu sendiri terbagi menjadi dua sumber, sumber primer (pokok) dan sumber sekunder (tambahan). Sumber primer ini berupa buku atau literatur-literatur yang membahas secara langsung tentang zakat profesi, di antaranya buku Zakat Dalam Perekonomian Modern, karya Didin Hafidhuddin. Dan juga hasil wawancara langsung dengan Didin Hafidhuddin sebagai obyek utama penelitian. Wawancara di sini adalah percakapan dengan maksud terterntu, yang dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara (interviewer) dengan pihak yang diwawancara (interviewee). 22 Sumber kedua adalah sumber sekunder (tambahan) berupa buku atau literatur-literatur yang mempunyai sifat-sifat melengkapi dan menguatkan 20 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001, hlm.3 21 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1993, hlm Op.Cit., hlm.17

11 11 dari sumber-sumber pokok yang ada, tentu saja tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan bahasan skripsi yang penulis bahas ini. 3. Analisis Data Sebagai pegangan dalam pengolahan data penelitian, maka penulis menggunakan beberapa metode analisis. Pengolahan data penelitian yang sudah diperoleh dimaksudkan sebagai suatu cara mengorganisasikan data sedemikian rupa, sehingga dapat dibaca (redeable) dan dapat ditafsirkan (interpretable). 23 Metode tersebut adalah sebagai berikut: a. Analisis Deskriptif Analisis ini bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subyek penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari subyek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis. 24 Metode analisis ini digunakan dalam menganalisis bab II, yang menguraikan tentang landasan teori tentang zakat profesi dan bab III yang menguraikan tentang biografi, pendapat, dan metode istinbath hukum Didin Hafidhuddin. b. Analisis Kritis Analisis ini bertujuan untuk mengadakan rincian tentang obyek yang diteliti dengan jalan memilah-milih antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain untuk memperoleh kejelasan mengenai 23 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998, Cet. I, hlm Ibid. hlm.126

12 12 suatu masalah. 25 Dengan demikian akan diperoleh suatu pengetahuan yang sifatnya baru. Metode ini dipakai dalam rangka menganalisa kelebihan dan kekurangan pemikiran Didin Hafidhuddin tentang zakat profesi kaitannya dengan realitas sosial masyarakat sekarang. F. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan dalam pembahasan dan pemahaman yang lebih lanjut dan jelas dalam membaca penelitian ini, maka disusunlah sistematika penulisan penelitian ini. Dengan garis besarnya adalah sebagai berikut: Bab I merupakan Pendahuluan. Dalam bab ini berisi tentang penggambaran awal mengenai pokok-pokok permasalahan dan kerangka dasar dalam penyusunan penelitian ini. Adapun didalamnya berisi antara lain : Latar Belakang Masalah, Rumusan Permasalahan, Tujuan Penelitian, Telaah Pustaka, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan. Bab II merupakan sebagai landasan teori yang akan menjadi kerangka dasar (teoritik) sebagai acuan dari keseluruhan bab-bab yang akan dibahas dalam penelitian ini. Adapun di dalamnya antara lain berisi pembahasan tentang : Tinjauan umum tentang zakat dan profesi, Definisi profesi dan dasar hukum, Metode qiyas dalam penghitungan zakat, dan Makna filosofis kewajiban membayar zakat profesi. 25 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung : Tarsito, 1985, hlm. 139

13 13 Bab III bab ini berisi tentang gambaran dan pemaparan awal mengenai obyek kajian dari penelitian dalam penelitian ini. Yang antara lain berisi tentang : biografi dan pola pemikiran, karya-karya, dan konsep pemikiran Didin Hafidhuddin, serta metode istinbath hukum Didin Hafidhuddin tentang zakat profesi. Bab IV berisi tentang analisa yang diberikan oleh penulis kaitannya dengan seluruh pemaparan yang telah dijabarkan dalam bab-bab sebelumnya dengan analisa yang obyektif dan komprehensif. Di dalamnya meliputi: analisa tentang metode istinbath hukum zakat profesi menurut Didin Hafidhuddin dan analisa tentang teknis pelaksanaan pembayaran zakat profesi menurut Didin Hafidhuddin. Bab V merupakan bab terakhir dan merupakan bab penutup yang akan menggambarkan mengenai kesimpulan dari apa yang menjadi pokok kajian dalam penelitian ini. Yang di dalamnya antara lain berisi : Kesimpulan, saransaran, dan penutup.

BAB 1 PENDAHULUAN. zakat sama dengan perintah sholat. Namun dalam kenyataannya rukun

BAB 1 PENDAHULUAN. zakat sama dengan perintah sholat. Namun dalam kenyataannya rukun BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Sebagai salah satu rukun Islam, zakat hukumnya fardu ain dan merupakan kewajiban yang bersifat ta abudi. Dalam Al Qur an perintah zakat sama dengan perintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan salah satu ibadah kepada Allah SWT setelah manusia

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan salah satu ibadah kepada Allah SWT setelah manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakat merupakan salah satu ibadah kepada Allah SWT setelah manusia dikaruniai keberhasilan dalam bekerja dengan melimpahnya harta benda. Bagi orang muslim, pelunasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kekayaan mereka tersedia hak peminta-minta dan orang-orang yang hidup

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kekayaan mereka tersedia hak peminta-minta dan orang-orang yang hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam al-qur an ada petunjuk yang secara terbuka kami diingatkan bahwa: Dalam kekayaan mereka tersedia hak peminta-minta dan orang-orang yang hidup serba kekurangan.

Lebih terperinci

ZAKAT LEMBAGA PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. Disusun oleh DAVID SATRIA I

ZAKAT LEMBAGA PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. Disusun oleh DAVID SATRIA I ZAKAT LEMBAGA PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Disusun oleh DAVID SATRIA I 000 060 001 FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu firman-nya yakni Q.S. at-taubah ayat 60 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. satu firman-nya yakni Q.S. at-taubah ayat 60 sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibnu sabil merupakan salah satu dari delapan kelompok yang berhak menerima zakat (ashnaf). Hal ini sebagaimana disebutkan Allah dalam salah satu firman-nya yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi dilengkapi dengan perangkat lain yang menunjang segala kehidupan makhluk- Nya di muka bumi.

Lebih terperinci

Berdasarkan uraian diatas, maka yang dimaksud dalam judul skripsi ini adalah sebuah kajian yang akan fokus mengenai

Berdasarkan uraian diatas, maka yang dimaksud dalam judul skripsi ini adalah sebuah kajian yang akan fokus mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami maksud judul skripsi ini, terlebih dahulu akan diuraikan arti dari beberapa istilah yang ada dalam judul skripsi Sewa-Menyewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hayyie Al-Kattani, Gema Insani Press, Jakarta, cet III, 2001, h Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur an, Terj.

BAB I PENDAHULUAN. Hayyie Al-Kattani, Gema Insani Press, Jakarta, cet III, 2001, h Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur an, Terj. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan kitab suci terakhir yang di wahyukan Allah kepada nabi Muhammad SAW guna untuk dijadikan sebagai pedoman hidup (way of life) bagi umat manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jelas dan tegas dari kehendak Tuhan untuk menjamin bahwa tidak seorang pun. ternyata mampu menjadi solusi bagi kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. jelas dan tegas dari kehendak Tuhan untuk menjamin bahwa tidak seorang pun. ternyata mampu menjadi solusi bagi kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zakat merupakan komponen pokok bagi tegaknya pondasi perekonomian umat. Selain itu zakat termasuk rukun islam yang ketiga dari kelima rukunnya dan wajib dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karunia dari Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Orang yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. karunia dari Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Orang yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam ajaran agama Islam, waktu yang tersedia hendaknya diisi dengan kegiatan melaksanakan ibadah kepada Allah dan kegiatan mencari rezeki, sebagai karunia dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan menegaskan arti dan maksud dari istilah-istilah yang terdapat dalam judul skripsi ini.dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah. Zakat telah ditentukan oleh Allah dengan dalil-dalil syara secara

BAB I PENDAHULUAN. Allah. Zakat telah ditentukan oleh Allah dengan dalil-dalil syara secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakat merupakan suatu kewajiban yang telah ditentukan oleh Allah. Zakat telah ditentukan oleh Allah dengan dalil-dalil syara secara pasti. Allah SWT telah menetapkan

Lebih terperinci

ISTINBATH HUKUM TERHADAP UPAH MENGAJAR AL-QUR'AN (ANALISIS PENDAPAT FUQAHA KLASIK DAN KONTEMPORER)

ISTINBATH HUKUM TERHADAP UPAH MENGAJAR AL-QUR'AN (ANALISIS PENDAPAT FUQAHA KLASIK DAN KONTEMPORER) ISTINBATH HUKUM TERHADAP UPAH MENGAJAR AL-QUR'AN (ANALISIS PENDAPAT FUQAHA KLASIK DAN KONTEMPORER) TESIS Oleh: SYAHDIAN NOOR, LC. NIM: 11.0202.0767 INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak kita saksikan. Sebagian masyarakat hidup dalam serba kekurangan,

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak kita saksikan. Sebagian masyarakat hidup dalam serba kekurangan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan kita sekarang ini kesenjangan sosial merupakan keadaan yang masih banyak kita saksikan. Sebagian masyarakat hidup dalam serba kekurangan, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani, 2002,

BAB I PENDAHULUAN. hal Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani, 2002, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zakat merupakan ibadah yang mengandung 2 dimensi, yaitu dimensi hablumminallah dan hablumminannas 1. Zakat dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat terutama

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI A. Analisis Perhitungan Iddah Perempuan Yang Berhenti Haid Ketika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pustaka baik berupa konsep, teori-teori dan lain-lainnya yang berhubungan

BAB III METODE PENELITIAN. pustaka baik berupa konsep, teori-teori dan lain-lainnya yang berhubungan BAB III METODE PENELITIAN Pada dasarnya penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kepustakaan (library research) yaitu penulis melakukan penggalian data dengan cara mempelajari dan menelaah sejumlah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap segala permasalahan. 1 Metode dapat diartikan juga sebagai suatu cara atau teknis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdimensi sosial ekonomi dan dengan zakat, di samping ikrar tauhid (syahadat)

BAB I PENDAHULUAN. berdimensi sosial ekonomi dan dengan zakat, di samping ikrar tauhid (syahadat) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakat adalah salah satu rukun yang bercorak sosial ekonomi dari lima rukun Islam. Seorang mukmin diakui sebagai saudara seagama apabila telah menunaikan zakat.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang tepat untuk melakukan sesuatu; dan Logos yang artinya ilmu atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang tepat untuk melakukan sesuatu; dan Logos yang artinya ilmu atau BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian berasal dari kata Metode yang artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu; dan Logos yang artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi, metodologi artinya

Lebih terperinci

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI A. Abdul Wahab Khallaf 1. Biografi Abdul Wahab Khallaf Abdul Wahab Khallaf merupakan seorang merupakan

Lebih terperinci

umat Islam terhadap praktek keuangan yang tidak sesuai dengan syari ah perbankan konvensional yang diidentikkan dengan riba. 1 Dengan demikian,

umat Islam terhadap praktek keuangan yang tidak sesuai dengan syari ah perbankan konvensional yang diidentikkan dengan riba. 1 Dengan demikian, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebab utama kemunculan dan keberadaan lembaga keuangan syari ah di Indonesia adalah untuk menghindarkan dan menghilangkan kekhawatiran umat Islam terhadap praktek keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam zakat terdapat dua unsur, yaitu ta abbudi dan ta aqquli.

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam zakat terdapat dua unsur, yaitu ta abbudi dan ta aqquli. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zakat, di samping membina hubungan dengan Allah, juga akan menjembatani dan mendekatkan hubungan kasih sayang antara sesama manusia dan mewujudkan kata-kata bahwa Islam

Lebih terperinci

Ida Rahayuningsih FAKULTAS SYARI AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

Ida Rahayuningsih FAKULTAS SYARI AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ANALISIS TERHADAP ZAKAT HASIL BUMI MENURUT PENDAPAT IMAM ABU HANIFAH Skripsi Disusun untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana strata S.1 dalam ilmu hukum ekonomi islam Ida

Lebih terperinci

Diajukan. Oleh: Rahmat NIM: I

Diajukan. Oleh: Rahmat NIM: I ZAKAT PROFESI DALAM PERSPEKTIF MOHAMMAD AMIEN RAIS DAN YUSUF AL-QARADHAWI NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI Diajukan kepada Program Studi Muamalat (Syariah) Fakultas Agama Islam Universitass Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu persoalan berada pada tangan beliau. 2. Rasulullah, penggunaan ijtihad menjadi solusi dalam rangka mencari

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu persoalan berada pada tangan beliau. 2. Rasulullah, penggunaan ijtihad menjadi solusi dalam rangka mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an sebagai firman Allah dan al-hadits merupkan sumber dan ajaran jiwa yang bersifat universal. 1 Syari at Islam yang terkandung dalam al- Qur an telah mengajarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, kemiskinan menjadi suatu problem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, kemiskinan menjadi suatu problem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat, kemiskinan menjadi suatu problem sosial, karena persoalan ini mempengaruhi setiap kehidupan manusia dan tidak menutup kemungkinan

Lebih terperinci

DISTRIBUSI KEKAYAAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

DISTRIBUSI KEKAYAAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DISTRIBUSI KEKAYAAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum Islam pada Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama yang sempurna, agama yang memberi rahmat bagi seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai bagi ummat manusia didalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diterbitkannya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahunn 2003 yang

BAB I PENDAHULUAN. Diterbitkannya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahunn 2003 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diterbitkannya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahunn 2003 yang menyatakan bahwa bunga bank itu adalah riba, dan riba sangat dilarang dan diharamkan dalam

Lebih terperinci

PEMIKIRAN YUSUF QORDHOWI MENGENAI KONSEP IJTIHAD KONTEMPORER

PEMIKIRAN YUSUF QORDHOWI MENGENAI KONSEP IJTIHAD KONTEMPORER 73 PEMIKIRAN YUSUF QORDHOWI MENGENAI KONSEP IJTIHAD KONTEMPORER Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Tugas dan Syarat-syarat Guna Menempuh Gelar Sarjana Hukum Islam (SH.i) Pada Jurusan Syari ah Mu amalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ibadah haji merupakan syari at yang ditetapkan oleh Allah kepada. Nabi Ibrahim. Dan hal ini juga diwajibkan kepada umat Islam untuk

BAB I PENDAHULUAN. Ibadah haji merupakan syari at yang ditetapkan oleh Allah kepada. Nabi Ibrahim. Dan hal ini juga diwajibkan kepada umat Islam untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibadah haji merupakan syari at yang ditetapkan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim. Dan hal ini juga diwajibkan kepada umat Islam untuk menjalankan ibadah tersebut

Lebih terperinci

ARTIKEL WEBSITE KONSEP ZAKAT DAN PEMBERDAYAAN EKONOMI DALAM MASYARAKAT ISLAM. Oleh : Drs. Kgs. H. M. Daud, M.Hi (Widyaiswara Madya BDK Palembang)

ARTIKEL WEBSITE KONSEP ZAKAT DAN PEMBERDAYAAN EKONOMI DALAM MASYARAKAT ISLAM. Oleh : Drs. Kgs. H. M. Daud, M.Hi (Widyaiswara Madya BDK Palembang) ARTIKEL WEBSITE KONSEP ZAKAT DAN PEMBERDAYAAN EKONOMI DALAM MASYARAKAT ISLAM Oleh : Drs. Kgs. H. M. Daud, M.Hi (Widyaiswara Madya BDK Palembang) KEMENTERIAN AGAMA BALAI DIKLAT KEAGAMAAN PALEMBANG JANUARI

Lebih terperinci

ZAKAT BARANG ANTIK MENURUT PENDAPAT ULAMA KOTA SEMARANG

ZAKAT BARANG ANTIK MENURUT PENDAPAT ULAMA KOTA SEMARANG ZAKAT BARANG ANTIK MENURUT PENDAPAT ULAMA KOTA SEMARANG SKRIPSI DiajukanUntukMemenuhiTugasdanMelengkapiSyarat GunaMemperolehGelarSarjana Strata Satu (S1) DalamIlmuSyari ah Oleh: Zahrotun Naimah 102311087

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut: Penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian kualitatif yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut: Penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian kualitatif yaitu BAB III METODE PENELITIAN Untuk memperoleh data yang komprehensif, sistematis dan terarah, maka penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut: A. Jenis Penelitian Penelitian yang peneliti gunakan adalah

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN TARIF PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DENGAN TARIF ZAKAT PROFESI

STUDI PERBANDINGAN TARIF PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DENGAN TARIF ZAKAT PROFESI STUDI PERBANDINGAN TARIF PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DENGAN TARIF ZAKAT PROFESI (Analisis Perbandingan UU No 36 Tahun 2008 Dengan Hukum Zakat Profesi ) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

ZAKAT INVESTASI MENURUT YUSUF QARDHAWI

ZAKAT INVESTASI MENURUT YUSUF QARDHAWI ZAKAT INVESTASI MENURUT YUSUF QARDHAWI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Syariah Oleh : Nuraini Lutfinnisak ( 102311058 ) JURUSAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu enam bulan ini diharapkan dapat dimaksimalkan peneliti dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu enam bulan ini diharapkan dapat dimaksimalkan peneliti dalam 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini yaitu selama enam bulan, dimulai dari 20 juli 2015 sampai 20 Januari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Sebaliknya seseorang dianggap tidak berhasil bila ia

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Sebaliknya seseorang dianggap tidak berhasil bila ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di zaman ini, harta telah menjadi simbol keberhasilan hidup seseorang. Sebaliknya seseorang dianggap tidak berhasil bila ia kekurangan harta. Tak heran, bila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai perbandingan konsep pendidikan Islam menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya terhadap pendidikan

Lebih terperinci

BAB I ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MULTI JASA DENGAN AKAD IJARAH DI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARI'AH (BPRS) MITRA HARMONI SEMARANG

BAB I ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MULTI JASA DENGAN AKAD IJARAH DI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARI'AH (BPRS) MITRA HARMONI SEMARANG BAB I ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MULTI JASA DENGAN AKAD IJARAH DI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARI'AH (BPRS) MITRA HARMONI SEMARANG A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, manusia

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N. Puasa di dalam Islam disebut Al-Shiam, kata ini berasal dari bahasa Arab

B A B I P E N D A H U L U A N. Puasa di dalam Islam disebut Al-Shiam, kata ini berasal dari bahasa Arab 1 B A B I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Puasa di dalam Islam disebut Al-Shiam, kata ini berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti : Menahan diri dari makan, minum dan hubungan seksuil

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HEDGING TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK-BBM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HEDGING TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK-BBM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV ANALISIS HEDGING TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK-BBM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Analisis Hedging Terhadap Dampak Kenaikan Harga BBM Ditinjau Dari Hukum Islam. Sebagaimana dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun dilihat dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. 1 Zakat berarti suci,

BAB I PENDAHULUAN. maupun dilihat dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. 1 Zakat berarti suci, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakat adalah ibadah maaliyah ijtima iyah yang memiliki posisi yang sangat penting, strategis,dan sangat menentukan, baik dilihat dari sisi ajaran islam maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muamalah terdapat peluang bagi manusia untuk mengadakan pembaharuan,

BAB I PENDAHULUAN. muamalah terdapat peluang bagi manusia untuk mengadakan pembaharuan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam sebagai agama yang universal mencakup aspek ibadah dan muamalah terdapat peluang bagi manusia untuk mengadakan pembaharuan, hal tersebut sudah menjadi kebutuhan

Lebih terperinci

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN ZAKAT PENGHASILAN الر ح يم الر ح من االله ب س م Majelis Ulama Indonesia, setelah MENIMBANG MENGINGAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN : a. bahwa kedudukan hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Zakat merupakan salah satu rukun Islam. Zakat bukanlah sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Zakat merupakan salah satu rukun Islam. Zakat bukanlah sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakat merupakan salah satu rukun Islam. Zakat bukanlah sesuatu yang baru yang merupakan bagian dari syariat Islam yang dibawa oleh Rasulullah, oleh karena itu

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPAT SITI MUSDAH MULIA TENTANG PERNIKAHAN BEDA AGAMA

ANALISIS PENDAPAT SITI MUSDAH MULIA TENTANG PERNIKAHAN BEDA AGAMA ANALISIS PENDAPAT SITI MUSDAH MULIA TENTANG PERNIKAHAN BEDA AGAMA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh gelar Sarjana Dalam Ilmu Syari ah Oleh: AHMAD RIFQI 082111046

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam adalah sebuah konsep hidup yang. individu maupun masyarakat. Tidak ada satu perkara pun yang terlewatkan

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam adalah sebuah konsep hidup yang. individu maupun masyarakat. Tidak ada satu perkara pun yang terlewatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama Islam adalah sebuah konsep hidup yang sempurna bagi individu maupun masyarakat. Tidak ada satu perkara pun yang terlewatkan dalam dinamika hidup di dunia ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Majelis Ulama Indonesia (MUI) memberi rekomendasi agar didirikan lembaga perbankan syariah pada tahun 1990. Salah satu uji coba yang cukup berhasil dan kemudian tumbuh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Taylor sebagaimana dikutip oleh Moeloeng mendefinisikan metodologi

BAB III METODE PENELITIAN. Taylor sebagaimana dikutip oleh Moeloeng mendefinisikan metodologi BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Merujuk pada rumusan masalah yang diajukan, penelitian ini dapat diklasifikasikan penelitian kualitatif deskriptif analisis kritis. Bogdan dan

Lebih terperinci

DR. KHUDZAIFAH DIMYATI, SH., M.Hum. Dosen Program Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta

DR. KHUDZAIFAH DIMYATI, SH., M.Hum. Dosen Program Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta DR. KHUDZAIFAH DIMYATI, SH., M.Hum. Dosen Program Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Nota Dinas Hal : Tesis Saudara Masjupri Kepada Yth. Direktur Program Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan permasalahan yang diteliti maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Dengan mengacu pada beberapa pandangan seperti yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan ekonomi keuangan dan kemasyarakatan, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan ekonomi keuangan dan kemasyarakatan, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakat merupakan ibadah maliyah ijtima iyyah, yang artinya ibadah yang berkaitan dengan ekonomi keuangan dan kemasyarakatan, dan merupakan salah satu dari lima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang keilmuan lainnya. Al-Qur an juga merupakan firman Allah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang keilmuan lainnya. Al-Qur an juga merupakan firman Allah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan anugerah yang diberikan kepada kita umat Islam sebagai anugerah. Allah memberikan banyak kemudahan bagi yang mau mempelajarinya. Baik dari

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM Tentang HUKUM ISLAM SYARIAH, FIKIH, DAN USHUL FIKIH. Dr. Marzuki, M.Ag. PKnH-FIS-UNY 2015

TINJAUAN UMUM Tentang HUKUM ISLAM SYARIAH, FIKIH, DAN USHUL FIKIH. Dr. Marzuki, M.Ag. PKnH-FIS-UNY 2015 TINJAUAN UMUM Tentang HUKUM ISLAM SYARIAH, FIKIH, DAN USHUL FIKIH Dr. Marzuki, M.Ag. PKnH-FIS-UNY 2015 1 Beberapa Istilah Terkait dengan HUKUM ISLAM 1. Hukum 2. Hukum Islam 3. Syariah 4. Fikih 5. Ushul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan adalah suatu perjanjian perikatan antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan adalah suatu perjanjian perikatan antara laki-laki dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah suatu perjanjian perikatan antara laki-laki dan perempuan, dalam hal ini perkawinan merupakan perjanjian yang sakral untuk membentuk keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mafqud (orang hilang) adalah seseorang yang pergi dan terputus kabar beritanya, tidak diketahui tempatnya dan tidak diketahui pula apakah dia masih hidup atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. harus mengacu pada metode-metode yang relevan dengan objek yang diteliti. Hal ini

BAB III METODE PENELITIAN. harus mengacu pada metode-metode yang relevan dengan objek yang diteliti. Hal ini BAB III METODE PENELITIAN Untuk mencapai hasil yang memuaskan, maka kerangka kerja setiap penelitian harus mengacu pada metode-metode yang relevan dengan objek yang diteliti. Hal ini dilakukan agar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat, dimana Perbankan Syari ah mendapatkan respon yang positif oleh

BAB I PENDAHULUAN. pesat, dimana Perbankan Syari ah mendapatkan respon yang positif oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Perbankan Syari ah dewasa ini dipandang cukup pesat, dimana Perbankan Syari ah mendapatkan respon yang positif oleh masyarakat. Pertumbuhan dan

Lebih terperinci

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI AR-RANIRY

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI AR-RANIRY IMPLIKASI BANK ASI TERHADAP HUKUM RADHA AH; (WACANA PEMIKIRAN YUSUF QARDHAWI) SKRIPSI Diajukan Oleh : AFDHALUL ULFA Mahasiswa Fakultas Syari ah Jurusan Syari ah Ahwalul Syakhsiyah NIM : 110 807 766 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu urat nadi perekonomian sebuah negara,

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu urat nadi perekonomian sebuah negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu urat nadi perekonomian sebuah negara, tanpa Bank, bisa kita bayangkan bagaimana kita sulitnya menyimpan dan mengirimkan uang, memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan penelitian yang akan penulis gunakan pada skripsi ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Sugiyono, adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 1976, hlm Jakarta, 1997, hlm. 5. Utama, Jakarta, 2011, hlm. 1496

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 1976, hlm Jakarta, 1997, hlm. 5. Utama, Jakarta, 2011, hlm. 1496 BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Pada bagian sub bab ini penulis akan menjelaskan maksud dari judul skripsi ini supaya tidak menimbulkan kesalah pahaman bagi pembaca dalam memahami judul tersebut.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT PROFESI. dari zakat yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik. 1 Secara istilah zakat

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT PROFESI. dari zakat yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik. 1 Secara istilah zakat BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT PROFESI A. Aspek-aspek Zakat 1. Pengertian Zakat Zakat ditinjau dari bahasa, kata zakat merupakan kata dasar (masdar) dari zakat yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARADAWI TENTANG MENYERAHKAN ZAKAT KEPADA PENGUASA YANG ZALIM DALAM KITAB FIQHUZ ZAKAT

ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARADAWI TENTANG MENYERAHKAN ZAKAT KEPADA PENGUASA YANG ZALIM DALAM KITAB FIQHUZ ZAKAT ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARADAWI TENTANG MENYERAHKAN ZAKAT KEPADA PENGUASA YANG ZALIM DALAM KITAB FIQHUZ ZAKAT SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

HUKUM ISLAM DAN KONTRIBUSI UMAT ISLAM INDONESIA

HUKUM ISLAM DAN KONTRIBUSI UMAT ISLAM INDONESIA HUKUM ISLAM DAN KONTRIBUSI UMAT ISLAM INDONESIA Waldi Nopriansyah, S.H.I., M.S.I Oleh: I. Sumber Hukum Islam Secara umum keberadaan sumber hukum Islam dapat digambarkan dalam diagram berikut : Al-Qur an

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARDHAWI TENTANG ZAKAT INVESTASI

BAB IV ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARDHAWI TENTANG ZAKAT INVESTASI BAB IV ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARDHAWI TENTANG ZAKAT INVESTASI A. Analisis Pendapat Yusuf Qardhawi tentang Zakat Investasi Jika kita melihat kembali bagaimana zakat itu difungsikan sebagai sarana vital

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fondasi perekonomian suatu negara berada didalam dunia lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Fondasi perekonomian suatu negara berada didalam dunia lembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Fondasi perekonomian suatu negara berada didalam dunia lembaga keuangannya. Lembaga Keuangan yang sehat akan menunjang perekonomian negara secara keseluruhan.

Lebih terperinci

RELASI ZAKAT DAN PAJAK PASCA UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

RELASI ZAKAT DAN PAJAK PASCA UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT RELASI ZAKAT DAN PAJAK PASCA UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT (Studi Kasus di Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Malang dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kepanjen Malang) BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank umum menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional ataupun berdasarkan prinsip syariah yang

Lebih terperinci

TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU "KONSEPSI MANUSIA MENURUT ISLAM"

TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU KONSEPSI MANUSIA MENURUT ISLAM TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU "KONSEPSI MANUSIA MENURUT ISLAM" SKRIPSI untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Bahan penelitian berhadapan langsung dengan (nash) atau data angka dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Bahan penelitian berhadapan langsung dengan (nash) atau data angka dan 56 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan kepustakaan atau biasa disebut Library Research. Menurut Mestika Zed, riset kepustakaan adalah serangkaian kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, penelitian kualitatif yaitu, penelitian yang tidak menggunakan perhitungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan semakin besar peranannya dalam kehidupan organisasi,baik organisasi

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan semakin besar peranannya dalam kehidupan organisasi,baik organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (human resources) merupakan milik atau kekayaan (aset) organisasi yang paling berharga. 1 Oleh karena itu, sumber daya manusia dirasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meminjam (berhutang) kepada bank atau perusahaan lain. akan dapat menganggu tatanan kehidupan ekonomi yang dudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. meminjam (berhutang) kepada bank atau perusahaan lain. akan dapat menganggu tatanan kehidupan ekonomi yang dudah ada. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia usaha tentu tidak selalu dalam keadaan baik, adakalanya usaha dari suatu perusahaan itu tidak dapat lagi memenuhi fungsinya sebagai suatu perusahaan.

Lebih terperinci

Article Review. : Jurnal Ilmiah Islam Futura, Pascasarjana UIN Ar-Raniry :

Article Review. : Jurnal Ilmiah Islam Futura, Pascasarjana UIN Ar-Raniry : Article Review Judul Artikel : Perubahan Sosial dan Kaitannya Dengan Pembagian Harta Warisan Dalam Perspektif Hukum Islam Penulis Artikel : Zulham Wahyudani Reviewer : Anna Rizki Penerbit : Jurnal Ilmiah

Lebih terperinci

ZAKAT HARTA ORANG YANG TIDAK CAKAP BERTINDAK SKRIPSI. Diajukan Oleh: ROHANA BINTI MAHUSSAIN. Mahasiswa Fakultas Syari ah

ZAKAT HARTA ORANG YANG TIDAK CAKAP BERTINDAK SKRIPSI. Diajukan Oleh: ROHANA BINTI MAHUSSAIN. Mahasiswa Fakultas Syari ah ZAKAT HARTA ORANG YANG TIDAK CAKAP BERTINDAK SKRIPSI Diajukan Oleh: ROHANA BINTI MAHUSSAIN Mahasiswa Fakultas Syari ah Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiah NIM : 110807795 FAKULTAS SYARI AH INSTITUT AGAMA ISLAM

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode yang Digunakan 1. Deskriptif Kualitatif Kritis Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian Deskriptif kualitatif-kritis. Proses penelitian dimulai

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Departemen Agama) setelah dikeluarkannya keputusan Kepala Kantor. tentang Susunan Pengurus Badan Amil Zakat, Infaq dan shadaqah.

BAB IV PEMBAHASAN. Departemen Agama) setelah dikeluarkannya keputusan Kepala Kantor. tentang Susunan Pengurus Badan Amil Zakat, Infaq dan shadaqah. 85 BAB IV PEMBAHASAN A. Analisis Penghimpunan Zakat Profesi Di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan Pelaksanaan penghimpunan zakat di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan dimulai pada tanggal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berlainan jenis antara laki-laki dan perempuan serta menjadikan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berlainan jenis antara laki-laki dan perempuan serta menjadikan hidup BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan suatu ikatan yang mempersatukan dua insan yang berlainan jenis antara laki-laki dan perempuan serta menjadikan hidup bersama, hal ini merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI I TENTANG WAKAFYANG DIWARISKAN SETELAH WAKIF MENINGGAL DUNIA

ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI I TENTANG WAKAFYANG DIWARISKAN SETELAH WAKIF MENINGGAL DUNIA ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI I TENTANG WAKAFYANG DIWARISKAN SETELAH WAKIF MENINGGAL DUNIA SKRIPSI DiajukanuntukMemenuhiTugasdanMelengkapiSyarat GunaMemperolehGelarSarjana Program Strata 1 (S1) Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seperti kita ketahui bersama bahwa Islam adalah merupakan agama yang paling sempurna, agama Islam tidak hanya mengatur perihal ibadah saja, namun di dalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat kebutuhan jasmaniyah dengan cara yang sebaik-baiknya. 1. yang bersifat universal dan komprehensif. 2

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat kebutuhan jasmaniyah dengan cara yang sebaik-baiknya. 1. yang bersifat universal dan komprehensif. 2 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial yang membutuhkan interaksi. Artinya manusia tidak bisa hidup tanpa berhubungan dengan manusia yang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam pendidikan. Untuk itu setiap adanya inovasi pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Segala puji bagi Allah Swt. yang mengatur dan memelihara segala sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Segala puji bagi Allah Swt. yang mengatur dan memelihara segala sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Segala puji bagi Allah Swt. yang mengatur dan memelihara segala sesuatu yang ada di alam ini, serta teriring salawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pustaka, 1976), hlm ), hlm 6

BAB I PENDAHULUAN. Pustaka, 1976), hlm ), hlm 6 BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam memahami makna yang terkandung dalam judul skripsi ini, penulis merasa perlu untuk memberikan penegasan seperlunya. Adapun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan ungkapan lain,

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan ungkapan lain, BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan ungkapan lain, metodologi

Lebih terperinci

A. Ringkasan atau Isi Penting dari Artikel

A. Ringkasan atau Isi Penting dari Artikel ARTICLE REVIEW Oleh: Afifah Hasbi (Prodi Ekonomi Syariah Pps UIN Ar-Raniry) Judul artikel : Pendistribusian Zakat Produktif Dalam Perspektif Islam Penulis artikel: Siti Zalikha Penerbit : Jurnal Ilmiah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kata-kata tertulis atau tulisan lisan dari orang-orang dan perilaku yang

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kata-kata tertulis atau tulisan lisan dari orang-orang dan perilaku yang 63 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan pendekatan penelitian yang bersifat penelitian kualitatif, yaitu suatu pendekatan penelitian yang menghasilkan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya bank-bank syariah di negara-negara Islam berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi islam

Lebih terperinci

HUKUM WASIAT MENDONORKAN ORGAN TUBUH MANUSIA MENURUT PENDAPAT YUSUF AL-QARDHAWI SKRIPSI

HUKUM WASIAT MENDONORKAN ORGAN TUBUH MANUSIA MENURUT PENDAPAT YUSUF AL-QARDHAWI SKRIPSI HUKUM WASIAT MENDONORKAN ORGAN TUBUH MANUSIA MENURUT PENDAPAT YUSUF AL-QARDHAWI SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Syari ah (S.Sy) OLEH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Proses perjalanan kehidupan manusia yang membawa pengaruh dan akibat hukum kepada lingkungannya, menimbulkan hak dan kewajiban serta hubungan antara keluarga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam judul skripsi makelar mobil dalam perspektif hukum islam (Studi di

BAB I PENDAHULUAN. dalam judul skripsi makelar mobil dalam perspektif hukum islam (Studi di BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami maksud judul skripsi ini, terlebih dahulu akan diuraikan arti dari beberapa istilah yang ada dalam judul skripsi makelar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama 58 BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama Saudara Dan Relevansinya Dengan Sistem Kewarisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hukum islam merupakan serangkaian kesatuan dan bagian integral dari ajaran agama islam yang memuat seluruh ketentuan yang mengatur perbuatan manusia. Baik yang manshuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagi orang muslim, pelunasan harta semata-mata sebagai cermin kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Bagi orang muslim, pelunasan harta semata-mata sebagai cermin kualitas A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Islam sebagai agama universal tidak hanya berisi ajaran mengenai hubungan manusia dengan Tuhannya yang berupa ibadah, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DAKWAH DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU BAITUS SALAM KOTA SEMARANG JAWA TENGAH TAHUN

BAB I PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DAKWAH DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU BAITUS SALAM KOTA SEMARANG JAWA TENGAH TAHUN 1 BAB I PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DAKWAH DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU BAITUS SALAM KOTA SEMARANG JAWA TENGAH TAHUN 2012-2013 A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Gedung TWINK Lt. 5, Jl. Kapten Tendean No. 82, Jakarta Selatan. Dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Gedung TWINK Lt. 5, Jl. Kapten Tendean No. 82, Jakarta Selatan. Dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di kantor pusat PT Happy Prima Wisata Gedung TWINK Lt. 5, Jl. Kapten Tendean No. 82, Jakarta Selatan. Dengan pertimbangan bahwa kantor

Lebih terperinci