PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 17 TAHUN 1996 TENTANG USAHA JASA BOGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi

1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 17 TAHUN 1996 TENTANG USAHA JASA BOGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II BADUNG, Menimbang : a. bahwa berkenaan dengan adanya Penyerahan sebagian Urusan Pemerintahan di Bidang Pariwisata kepada Kabupaten Daerah Tingkat II Badung sesuai dengan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 2 Tahun 1995, maka dipandang perlu meningkatkan pengembangan usaha yang menunjang Pariwisata; b. bahwa untuk maksud tersebut diatas, dimana Usaha Jasa Boga mempunyai peranan yang penting dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan Kepariwisataan Daerah, maka untuk mendorong dan meningkatkan peranan Usaha Jasa Boga dimaksud dipandang perlu untuk mengatur dan menetapkannya dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 12 Drt.Tahun 1957 tentang Peraturan Umum Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 57; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1288); 2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah - daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah - Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3037); 4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuanketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3215);

2 2 5. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3427); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah dengan Titik Berat pada Daerah Tingkat II (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3487); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah kepada 26 (dua puluh enam) Daerah Tingkat II (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3590); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3658); 9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 712/Menkes/X/1986 tentang Persyaratan Kesehatan Jasa Boga; 10. Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Nomor KM.9/PW.102/MPPT-93 tentang Usaha Jasa Boga; 11. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 1993 tentang Bentuk Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah Perubahan; 12. Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Nomor Km.95/UM.001/MPPT-94 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan Bidang Pariwisata; 13. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 3 Tahun 1991 tentang Pariwisata Budaya (Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Tahun 1991 Nomor 241 Seri C Nomor 2); 14. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 2 Tahun 1995 tentang Penyerahan sebagian Urusan Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Bali di Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pekerjaan Umum, Pariwisata, Pertambangan, Tenaga Kerja dan Kebutuhan kepada Kabupaten Daerah Tingkat II Badung (Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Tahun 1995 Nomor 114 Seri D Nomor 113);

3 3 Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG TENTANG USAHA JASA BOGA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung; b. Bupati Kepala Daerah adalah Bupati Kepala Daerah Tingkat II Badung; c. Dinas Pariwisata adalah Dinas Pariwisata Kabupaten Daerah Tingkat II Badung; d. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Daerah Tingkat II Badung; e. Pimpinan Usaha Jasa Boga adalah orang yang sehari-hari memimpin dan bertanggung jawab atas pengusahaan Usaha Jasa Boga; f. Usaha Jasa Boga adalah Usaha yang menyediakan jasa pelayanan makan dan minum untuk umum yang diolah atas dasar pesanan dan dihidangkan tidak di tempat pengolahan; g. Persetujuan prinsip adalah persetujuan sementara yang diberikan oleh Bupati Kepala Daerah kepada Badan Usaha atas perseorangan untuk dapat mendirikan Usaha Jasa Boga; h. Izin Usaha adalah izin yang diberikan untuk menyelenggarakan Usaha Jasa Boga;

4 4 BAB II BENTUK USAHA DAN PERMODALAN Pasal 2 (1) Usaha Jasa Boga dapat dilakukan oleh badan usaha berbentuk Perseroan Terbatas (PT), Koperasi, Perseroan Komanditer (CV) dan Firma (Fa) yang maksud dan tujuannya berusaha dibidang Jasa Boga sesuai dengan ketentuan ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini. (2) Dengan tidak mengurangi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Usaha Jasa Boga dapat pula dilakukan oleh perseorangan sebagai usaha rumah tangga. Pasal 3 Dalam penyelenggaraan Usaha Jasa Boga sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Pasal 4 Pengusahaan Jasa Boga harus memenuhi persyaratan yang diatur dengan Keputusan Bupati Kepala Daerah. Pasal 5 Dalam menjalankan Usahanya Pimpinan Usaha Jasa Boga wajib untuk : a. Memenuhi ketentuan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; b. Menjalankan usahanya sesuai dengan norma norma usaha; c. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang menyangkut tenaga kerja sanitasi dan hygiene serta kelestarian lingkungan;

5 5 d. Menyelenggarakan pembukuan Perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 6 Usaha Jasa Boga harus memiliki struktur yang lengkap dan jelas serta tenaga pengelola Usaha Jasa Boga sekurang-kurangnya terdiri dari unsur Pimpinan Umum Produksi dan Pengolah Makanan. Pasal 7 Pimpinan Umum/Pimpinan Produksi sekurang-kurangnya berpendidikan Sekolah Menengah Umum (SMU)/yang setingkat atau berpengalaman dalam pengelolaan Usaha Jasa Boga. BAB III P E R I J I N A N Pasal 8 (1) Untuk mengusahakan Usaha Jasa Boga harus memiliki Persetujuan dan Ijin sebagai berikut : a. Persetujuan prinsip; b. Ijin Usaha. (2) Persetujuan Prinsip dan Ijin Usaha dikeluarkan oleh Bupati Kepala Daerah. (3) Persetujuan Prinsip berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang kembali maksimal 2 (dua) kali. (4) Ijin Usaha berlaku untuk jangka waktu tidak terbatas dengan ketentuan setiap 5 (lima) tahun pengusaha bersangkutan wajib mendaftarkan ulang kepada Bupati Kepala Daerah.

6 6 (5) Ijin Usaha dapat dicabut apabila: a. Memperoleh Ijin Usaha secara tidak sah. b. Tidak memenuhi ketentuan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. c. Atas permohonan diri dari yang bersangkutan. Pasal 9 (1) Usaha Jasa Boga yang diselenggarakan oleh perseorangan yang memenuhi kapasitas maxsimum 50 pax (bungkus) perhari tidak diperlukan persetujuan prinsip dan Ijin Usaha. (2) Penyelenggaraan Usaha Jasa Boga perseorangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini untuk dapat melaksanakan kegiatannya, diwajibkan untuk mendaftar terlebih dahulu kepada Bupati Kepala Daerah. (3) Tata cara mendaftar diatur dengan Keputusan Bupati Kepala Daerah. (4) Kegiatan Usaha Jasa Boga yang diselenggarakan oleh perseorangan dapat dihentikan apabila tidak memenuhi wajib daftar sebagaimana di maksud dalam ayat (2) pasal ini. Pasal 10 (1) Untuk memperoleh persetujuan prinsip sebagaimana maksud dalam Pasal 8 Peraturan Daerah ini, permohonan harus diajukan secara tertulis diatas kertas leges Rp ,- (dua ribu rupiah) kepada Bupati Kepala Daerah dengan melampirkan : a. Data Usaha Jasa Boga yang direncanakan akan dibangun; b. KTP/Surat Keterangan Domisili; c. Akte Pendirian Perusahaan bagi yang berbadan hukum; d. Bukti pemilikan / penguasaan hak atas tanah; e. Gambar rencana bangunan dan peta lokasi bangunan.

7 7 (2) Pemrakarsa setelah mendapat persetujuan prinsip wajib menyusun Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan upaya Pemantauan Lingkungan (UPL). (3) Untuk mendapat Ijin Usaha Jasa Boga permohonan harus ditulis diatas kertas berleges Rp ,- (dua ribu rupiah) dan di tujukan kepada Bupati Kepala Daerah dengan melampirkan : a. Salinan persetujuan prinsip; b. Salinan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) yang sesuai fungsi usahanya; c. Salinan Ijin Hinder Ordonantie (HO) dan Surat Ijin Tempat Usaha (SITU); d. Data-data fasilitas Usaha Jasa Boga. (4) Permohonan / pendaftaran ulang Ijin Usaha Jasa Boga ditujukan kepada Bupati Kepala Daerah dengan melampirkan : a. Ijin Usaha yang telah dimiliki; b. Tanda bukti pembayaran pajak/retribusi tahun yang bersangkutan/sebelumnya; c. Laporan perkembangan usaha. (5) Ijin Usaha tidak boleh dipindah tangankan kecuali atas persetujuan tertulis dari Bupati Kepala Daerah. BAB IV P E M B I A Y A A N Pasal 11 (1) Untuk mendapat persetujuan prinsip tidak dipungut biaya. (2) Biaya yang dikenakan untuk mendapatkan ijin usaha sebesar Rp ,- (Tujuh ratus lima puluh ribu rupiah).

8 8 BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 12 (1) Dalam rangka pembinaan setiap Usaha Jasa Boga diwajibkan mengadakan pemeriksaan kesehatan karyawan/karyawati penjamah makanan serta mengadakan pemeriksaan makanan dan minuman dari segi hygiene dan sanitasi sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) Tahun yang harus dibuktikan dengan surat keterangan laik sehat yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Daerah. (2) Dinas Pariwisata melakukan pembinaan dan pengawasan, serta menyampaikan laporan pelaksanaan secara berkala kepada Bupati Kepala Daerah. BAB VI KETENTUAN PIDANA Pasal 13 (1) Pelanggaran terhadap Peraturan Daerah ini diancam pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp ,- (Lima puluh ribu rupiah). (2) Tindak pidana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran.

9 9 BAB VII KETENTUAN PENYIDIK Pasal 14 (1) Selain pejabat penyidik umum yang bertugas menyidik tindak pidana, penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini, dapat juga di lakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di Lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan para penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) berwenang : a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana. b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan; c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. Melakukan penyitaan benda dan atau surat; e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang; f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. Menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik umum bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik umum memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya;

10 10 i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 15 (1) Usaha Jasa Boga yang belum memenuhi persyaratan-persyaratan yang termasuk dalam Peraturan Daerah ini diwajibkan selambat-lambatnya dalam 6 (enam) bulan terhitung tanggal berlakunya Peraturan Daerah ini untuk menyesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang termasuk dalam Peraturan Daerah ini. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 16 (1) Hal-hal yang belum diatur didalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati Kepala Daerah. (2) Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

11 11 Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung. Ditetapkan di Denpasar Pada Tanggal : 28 Nopember 1996 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH BUPATI KEPALA DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG TINGKAT II BADUNG KETUA, ttd. ttd. I KETUT GARGA I.G.B.ALIT PUTRA Disahkan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali Dengan Keputusan Tanggal Nomor 423 Tahun 1997 Diundangkan Dalam Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung. Nomor : 49 Tanggal : 12 Agustus 1997 Seri : C Nomor : 6 Sekretaris Wilayah / Daerah Tingkat II Badung ttd Drs. Ida Bagus Yudara Pidada Pembina Utama Muda Nip

12 12 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 17 TAHUN 1996 TENTANG USAHA JASA BOGA I. UMUM Bahwa dalam rangka mengembangkan usaha penunjang di bidang Pariwisata khususnya Usaha Jasa Boga untuk itu dipandang perlu mengadakan penataan dan pengaturan Usaha Jasa Boga dimaksud. Sehubungan dengan hal tersebut diatas dan dengan adanya penyerahan urusan berdasarkan kepada Peraturan Daerah Tingkat I Bali Nomor 2 Tahun 1955 yang mengatur tentang penyerahan sebagian Urusan Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Bali diantaranya tentang Pariwisata kepada Kabupaten Daerah Tingkat II Badung, maka dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung tentang Usaha Jasa Boga. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 : Cukup jelas

13 13 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16