LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI KOTA MEDAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI KOTA MEDAN"

Transkripsi

1 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI KOTA MEDAN Disusun oleh: Saifah Nur Nasution, S.Farm FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Saifah Nur Nasution : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan, 2008 USU Repository 2008

2 Lembar Pengesahan LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan Disusun Oleh: Saifah Nur Nasution, S.Farm Pembimbing, Dra. Azizah Nasution, M.Sc., Apt. Dra. Erlina, Apt. NIP NIP Staf Pengajar Fakultas Farmasi Staf IFRS RSU Dr. Pirngadi USU Medan Kota Medan Diketahui Oleh : (Dra. Azwinar, Apt.) NIP Ka. Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Dekan, (Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.) NIP Saifah Nur Nasution : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan, 2008 USU Repository 2008

3 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi di Badan Pelayan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan dan penyusunan laporan ini. Praktek Kerja Profesi ini merupakan salah satu program pendidikan di tingkat Apoteker Fakultas Farmasi USU Medan dalam menyelesaikan studinya. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Dr. Sjahrial R. Anas, MHA. sebagai Kepala BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan yang telah berkenan memberikan fasilitas kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi. 2. Ibu Dra. Azwinar, Apt. sebagai Kepala Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan yang telah memberikan fasilitas, bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama melakukan Latihan Kerja Profesi. 3. Ibu Dra. Erlina, Apt selaku pembimbing dari Instalasi Farmasi BPK RSU. Dr Pirngadi Kota Medan dan Ibu Dra. Azizah Nasution, M.Sc., Apt sebagai pembimbing dari Fakultas Farmasi USU yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama melakukan Praktek Kerja Profesi dan proses penyusunan laporan ini. 4. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. sebagai Dekan Fakultas Farmasi USU Medan dan Bapak Drs. Wiryanto, MS., Apt. sebagai Saifah Nur Nasution : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan, 2008 USU Repository 2008

4 koordinator Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi USU Medan yang telah memberikan fasilitas kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi. 5. Bapak dan Ibu Apoteker, Staf, dan Karyawan Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan yang telah memberikan petunjuk dan bantuan selama melaksanakan Praktek Kerja Profesi. Semoga Allah SWT membalas budi baik Bapak dan Ibu serta harapan kami semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Medan, Pebruari 2008 Penulis Saifah Nur Nasution : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan, 2008 USU Repository 2008

5 DAFTAR ISI JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT Definisi Rumah Sakit Tugas Rumah Sakit Fungsi Rumah Sakit Klasifikasi Rumah Sakit Rekam Medik Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) Sistem Formularium Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) Perbekalan Distribusi Administrasi Central Sterilization Supply Department BAB III TINJAUAN KHUSUS BPK RSU Dr. PIRNGADI MEDAN Sarana Dan Prasarana Fisik Struktur Organisasi Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan Sub Instalasi Perbekalan Sub Instalasi Distribusi Pelayanan Farmasi Rawat Jalan Pelayanan Farmasi Rawat Inap Pelayanan Farmasi Rawat Inap Askes/Jamkesmas 28 Saifah Nur Nasution : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan, 2008 USU Repository 2008

6 Pelayanan Farmasi IGD Pelayanan Farmasi COT Distribusi Ruang Sub Instalasi Administrasi Farmasi Klinik Instalasi CSSD BAB IV PEMBAHASAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Saifah Nur Nasution : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan, 2008 USU Repository 2008

7 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Jalur Pelayanan ResepAskes untuk pasien rawat inap di IFRS BPK Dr. Pirngadi Kota Medan Saifah Nur Nasution : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan, 2008 USU Repository 2008

8 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Struktur Organisasi BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan...60 Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSU Dr. Pirngadi Kota Medan...61 Lampiran 3. Struktur Organisasi Instalasi CSSD RSU Dr. Pirngadi Kota Medan...62 Lampiran 4. Permohonan Pembelian Barang Medis dari Gudang...63 Lampiran 5. Kartu Gudang...64 Lampiran 6. Daftar Permintaan dan Penggunaan Farmasi...65 Lampiran 7. Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi...66 Lampiran 8. Kartu Apotek...67 Lampiran 9. Surat Pesanan Psikotropika dan Narkotika...68 Lampiran 10. Formulir Pemakaian Obat Golongan Narkotika...69 Lampiran 11. Laporan Penggunaan Narkotika...70 Lampiran 12. Laporan Penggunaan Psikotropika...71 Lampiran 13. Catatan Pemberian Obat...72 Lampiran 14. Surat Pernyataan dan Bon Gantung di Apotek IGD...73 Lampiran 15. Daftar Stok Obat-Obat Emergensi...74 Lampiran 16. Daftar Stok Alat-Alat Medis Emergensi...75 Lampiran 17. Daftar Permintaan dan Pengeluaran Narkotika...76 Lampiran 18. Formulir Pemakaian Obat-Obatan dan Alat Kesehatan untuk Pasien Operasi...77 Lampiran 19. Daftar Permintaan Obat Anestesi dan Perlengkapannya...78 Lampiran 20. Daftar Dosis Pemakaian Obat/ Alat Anestesi...79 Lampiran 21. Formulir Pemakaian Pethidin di Kamar Bedah...80 Lampiran 22. Alur Pelayanan Dari Instalasi CSSD Ke Poliklinik dan Ruangan...81 Lampiran 23. Alur Pelayanan Dari Instalasi CSSD Ke Ruang Saifah Nur Nasution : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan, 2008 USU Repository 2008

9 Kamar Bedah Emergensi...82 Lampiran 24. Alur Pelayanan Dari Instalasi CSSD Ke COT (Central Operation Theatre)...83 Lampiran 25. Formulir Pelayanan Informasi Obat (PIO) Instalasi Farmasi RSUPM...84 Saifah Nur Nasution : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan, 2008 USU Repository 2008

10 BAB I PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dan ketika kesehatan terganggu maka dibutuhkan suatu upaya untuk memulihkan kesehatan tersebut. Menurut Kepmenkes No.1197 tahun 2004, upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Kesehatan masyarakat merupakan salah satu modal pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan hal ini secara optimal, diselenggarakan upaya kesehatan. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan meningkatkan mutu pelayanan dibidang kefarmasian (Siregar, 2004). Pelayanan farmasi rumah sakit dikelola oleh Instalasi Farmasi Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan yang merupakan sarana pelayanan kesehatan berkewajiban untuk mengadakan, menyiapkan, 1

11 mendistribusikan obat yang aman dan rasional di rumah sakit, di bawah pimpinan seorang apoteker, yang bertanggung jawab kepada Kepala Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan. Mengingat pentingnya pelayanan farmasi rumah sakit, maka calon apoteker perlu memahami dan mengenal peranan apoteker di rumah sakit, khususnya pada Instalasi Farmasi. Hal ini penting sebagai bekal bagi lulusan Program Pendidikan Profesi Apoteker apabila bekerja di rumah sakit. Dengan pertimbangan ini, Fakultas Farmasi USU Medan bekerjasama dengan Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan mengadakan Latihan Kerja Profesi bagi calon apoteker. Praktek Kerja Profesi ini meliputi: 1. Pemberian materi tentang Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Medan. 2. Melihat langsung aktivitas dan peranan apoteker secara umum di BPK RSU Dr. Pirngadi Medan, khususnya di bagian Instalasi Farmasi Rumah Sakit. 3. Diskusi dengan Kepala dan Staf di Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Medan. 4. Melakukan pemberian obat dan informasi terhadap pasien di pelayanan farmasi rawat jalan dan rawat inap. 5. Mengetahui peran dan tugas CSSD di BPK RSU Dr. Pirngadi Medan. Tujuan Praktek Kerja Profesi ini adalah dengan melihat secara langsung pelaksanaan tugas dan fungsi apoteker di rumah sakit sehingga diharapkan kelak para calon apoteker mampu mengelola Instalasi Farmasi rumah sakit dan meningkatkan peranan apoteker di rumah sakit pada masa yang akan datang. 2

12 BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1. Defenisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik (F:\frs\Rumah sakit - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm) Tugas Rumah Sakit Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 983/Menkes/SK/XI/1992, tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan (Siregar, 2004) Fungsi Rumah Sakit Dalam melaksanakan tugasnya, rumah sakit mempunyai berbagai fungsi yaitu menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan penunjang medik dan nonmedik, pelayanan dan asuhan keperawatan, pelayanan rujukan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan dan pengembangan, serta administrasi umum dan keuangan (Siregar, 2004). 3

13 Pelayanan Terhadap Pasien Pelayanan terhadap pasien yang langsung di rumah sakit terdiri atas pelayanan medis, pelayanan farmasi, dan pelayanan keperawatan. Pelayanan terhadap pasien melibatkan pemeriksaan dan diagnosa, pengobatan penyakit atau luka, pencegahan, rehabilitasi, perawatan dan pemulihan kesehatan. Pendidikan dan Pelatihan Pendidikan sebagai suatu fungsi rumah sakit terdiri atas 2 bentuk utama: 1. Pendidikan dan/atau pelatihan profesi kesehatan. Yang mencakup dokter, apoteker, perawat, personel rekam medik, ahli gizi, teknisi sinar-x, laboran dan administrator rumah sakit. 2. Pendidikan dan/atau pelatihan penderita. Merupakan fungsi rumah sakit yang sangat penting dalam suatu lingkup yang jarang disadari oleh masyarakat. Hal ini mencakup: Pendidikan khusus dalam bidang rehabilitasi, psikiatri sosial dan fisik. Pendidikan khusus dalam perawatan kesehatan, misalnya: mendidik penderita diabetes, atau penderita kelainan jantung untuk merawat penyakitnya. Pendidikan tentang obat untuk meningkatkan kepatuhan, mencegah penyalahgunaan obat dan salah penggunaan obat, dan untuk meningkatkan hasil terapi yang optimal dengan penggunaan obat yang sesuai dan tepat. Penelitian Rumah sakit melakukan penelitian sebagai suatu fungsi dengan maksud utama, yaitu: 4

14 Memajukan pengetahuan medik tentang penyakit dan peningkatan/perbaikan pelayanan rumah sakit. Ditujukan pada tujuan dasar dari pelayanan kesehatan yang lebih baik bagi penderita. Misalnya: pengembangan dan penyempurnaan prosedur pembedahan yang baru. Kesehatan Masyarakat Tujuan utama dari fungsi rumah sakit sebagai sarana kesehatan masyarakat adalah membantu komunitas dalam mengurangi timbulnya kesakitan dan meningkatkan kesehatan umum penduduk. Apoteker rumah sakit mempunyai peluang memberi kontribusi pada fungsi ini dengan mengadakan brosur informasi kesehatan, pelayanan pada penderita rawat jalan dengan memberi konseling tentang penggunaan obat yang aman dan tindakan pencegahan keracunan. Pelayanan Rujukan Upaya Kesehatan Pelayanan rujukan upaya kesehatan yaitu suatu upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah yang timbul kepada pihak yang mempunyai fasilitas lebih lengkap dan mempunyai kemampuan lebih tinggi (Siregar, 2004) Klasifikasi Rumah Sakit Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria sebagai berikut: 1. Berdasarkan kepemilikan a. Rumah Sakit pemerintah, terdiri dari: 5

15 Rumah Sakit yang langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan Rumah Sakit pemerintah daerah Rumah Sakit militer Rumah Sakit BUMN b. Rumah Sakit swasta yang dikelola oleh masyarakat. 2. Berdasarkan jenis pelayanan Berdasarkan jenis pelayanannya, rumah sakit terdiri atas: a. Rumah Sakit Umum, memberi pelayanan kepada pasien dengan beragam jenis penyakit. b. Rumah Sakit Khusus, memberi pelayanan pengobatan untuk pasien dengan kondisi medik tertentu baik bedah maupun non bedah. Contoh: rumah sakit kanker, rumah sakit bersalin. 3. Berdasarkan afiliasi pendidikan Terdiri atas 2 jenis, yaitu: a. Rumah Sakit pendidikan, yaitu rumah sakit yang menyelenggarakan program latihan untuk berbagai profesi. b. Rumah Sakit non pendidikan, yaitu rumah sakit yang tidak memiliki hubungan kerjasama dengan universitas. Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah Rumah sakit Umum Pemerintah pusat dan daerah diklasifikasikan menjadi Rumah sakit kelas A, B, C, dan D. Klasifikasi tersebut didasarkan pada unsur pelayanan, ketenagaan, fisik dan peralatan. 6

16 1. Rumah sakit umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan subspesialistik luas. 2. Rumah sakit umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya sebelas spesialistik dan subspesialistik terbatas. 3. Rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar. 4. Rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar Rekam Medik Rekam medik adalah sejarah ringkas, jelas dan akurat dari kehidupan dan kesakitan penderita, ditulis dari sudut pandang medik. Defenisi rekam medik menurut Surat Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas, anamnesis, pemeriksaan, diagnosis, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada seorang penderita selama dirawat di rumah sakit, baik yang dirawat inap maupun yang dirawat jalan. Kegunaan rekam medik; Digunakan sebagai dasar perencanaan dan keberlanjutan perawatan penderita. Merupakan suatu sarana komunikasi antara dokter dan setiap profesional yang berkontribusi pada perawatan penderita. 7

17 Melengkapi bukti dokumen terjadinya/penyebab penyakit penderita dan penanganan/pengobatan selama dirawat di rumah sakit. Digunakan sebagai dasar untuk kaji ulang studi dan evaluasi perawatan yang diberikan kepada penderita. Membantu perlindungan kepentingan hukum penderita, rumah sakit dan praktisi yang bertanggung jawab. Menyediakan data untuk digunakan dalam penelitian dan pendidikan. Sebagai dasar perhitungan biaya, dengan menggunakan rekam medik, bagian keuangan dapat menetapkan besarnya biaya pengobatan seorang penderita (Siregar, 2004) Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) PFT adalah organisasi yang berada di bawah komite medik rumah sakit yang diketuai oleh dokter dan dibantu seorang sekretaris yaitu apoteker dari IFRS. Anggota PFT terdiri dari dokter yang mewakili Staf Medik Fungsional (SMF) dan apoteker yang mewakili farmasi serta tenaga kesehatan lainnya di rumah sakit. PFT rumah sakit bertugas membantu direktur rumah sakit dalam menentukan kebijakan pengobatan dan penggunaan obat. Fungsi dan ruang lingkup PFT adalah: Menyusun formularium rumah sakit sebagai pedoman utama bagi para dokter dalam memberi terapi kepada pasien. Pemilihan obat untuk dimasukkan ke dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga harus meminimalkan duplikasi produk 8

18 Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan meneliti rekam medik kemudian dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat. Mengembangkan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis dan perawat. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di rumah sakit sesuai dengan peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional (Siregar, 2004) 2.7. Sistem Formularium Sistem formularium adalah suatu metode yang digunakan staf medik di suatu rumah sakit untuk mengevaluasi, menilai dan memilih produk obat dianggap paling berguna dalam perawatan penderita. Obat yang ditetapkan dalam formularium harus tersedia di IFRS (Siregar, 2004). Sistem formularium merupakan sarana penting sebagai pedoman penulisan obat dalam resep. Sistem formularium menetapkan pengadaan, penulisan, dan pemberian suatu obat dengan nama dagang atau obat dengan nama generik apabila obat itu tersedia dalam dua nama tersebut. 9

19 Kegunaan sistem formularium di rumah sakit: Membantu menyakinkan mutu dan ketepatan penggunaan obat dalam rumah sakit. Sebagai bahan edukasi bagi staf medik tentang terapi obat yang benar. Memberi ratio manfaat yang tinggi dengan biaya yang minimal (Siregar, 2004) Instalasi Farmasi Rumah Sakit Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) adalah suatu unit di rumah sakit yang merupakan fasilitas penyelenggaraan kefarmasian di bawah pimpinan seorang farmasis dan memenuhi persyaratan secara hukum untuk mengadakan, menyediakan, dan mengelola seluruh aspek penyediaan perbekalan kesehatan di rumah sakit yang berintikan pelayanan produk yang lengkap dan pelayanan farmasi klinik yang sifat pelayanannya berorientasi kepada kepentingan penderita. Visi Farmasi Rumah Sakit adalah terselenggaranya pelaksanaan dan pengelolaan dalam pelayanan, pekerjaan kefarmasian di rumah sakit termasuk pelayanan farmasi klinik. Misi pelayanan kefarmasian di rumah sakit adalah mengadakan terapi obat yang optimal bagi semua penderita, menjamin mutu tertinggi dan pelayanan dengan biaya yang paling efektif serta memberikan pendidikan dan pengetahuan baru di bidang kefarmasian melalui penelitian bagi staf medik, mahasiswa, dan masyarakat. Tugas dan Fungsi Farmasi Rumah Sakit Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.134/Menkes/Per/I/1978, farmasi 10

20 rumah sakit bertugas mengelola: peracikan, penyimpanan, dan penyaluran obatobatan, gas medik serta bahan kimia. Penyimpanan dan penyaluran alat kesehatan. Fungsi farmasi rumah sakit adalah memberikan pelayanan yang bermutu dengan ruang lingkup yang berorientasi pada kepentingan masyarakat meliputi 2 fungsi yaitu : a. Pelayanan farmasi yang berorientasi pada produk yaitu mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien mulai dari perbekalan (perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan), produksi, pendistribusian dan evaluasi penggunaan perbekalan farmasi, dan administrasi. b. Pelayanan farmasi yang berorientasi pada pasien/farmasi klinik, yang meliputi : Mewujudkan perilaku sehat melalui penggunaan obat rasional termasuk pencegahan dan rehabilitasinya. Mengidentifikasikan permasalahan yang berhubungan dengan obat melalui kerjasama dengan pasien dan tenaga kesehatan lain. Memonitor penggunaan obat dan melakukan pengkajian terhadap penggunaan obat. Memberi informasi mengenai hal yang berhubungan dengan obat. Melakukan konseling kepada pasien/keluarga pasien maupun kepada tenaga kesehatan untuk mendapatkan terapi yang rasional. Melakukan pelayanan TPN (Total Parenteral Nutrition), i.v admixture, dan pelayanan pencampuran obat sitostatik (Cytostatic Handling). 11

21 Berperan serta dalam kepanitiaan seperti Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) ( sakit.html) Perbekalan Perbekalan dilaksanakan oleh unit pelaksana Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang meliputi pengadaan dan penyimpanan perbekalan farmasi. Pengadaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi. Pengadaan bertujuan untuk mendapatkan jenis dan jumlah sesuai dengan kebutuhan dan anggaran serta menghindari kekosongan obat. Pedoman perencanaan berdasarkan: Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) / formularium, standar terapi rumah sakit dan ketentuan setempat yang berlaku. Data catatan medik. Anggaran yang tersedia. Penetapan prioritas. Siklus penyakit. Sisa stok. Data pemakaian periode lalu. Perencanaan pengembangan. Pengadaan perbekalan farmasi merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan. Pembelian perbekalan farmasi harus sesuai dengan : Surat pesanan yang ditanda tangani oleh apoteker. 12

22 Barang harus berasal dari sumber dan jalur distribusi yang resmi yaitu distributornys harus jelas dan pengiriman barang dilakukan tepat waktu sesuai dengan permintaan Farmasi Rumah Sakit. Perjanjian pembayaran. Kualitas barang. Penyimpanan perbekalan farmasi merupakan kegiatan pengaturan sediaan farmasi di dalam ruang penyimpanan, dengan tujuan untuk: Menjamin mutu tetap baik, yaitu kondisi penyimpanan disesuaikan dengan sifat obat, misalnya dalam hal suhu, kelembaban. Memudahkan dalam pencarian, misalnya disusun berdasarkan abjad. Memudahkan pengawasan persediaan/stok dan barang kadaluarsa, yaitu disusun berdasarkan FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out) Menjamin pelayanan yang cepat dan tepat Distribusi Distribusi merupakan serangkaian kegiatan dalam rangka penyaluran obatobatan dan alat kesehatan. Distribusi obat rumah sakit dilakukan untuk melayani: 1. Pasien rawat jalan Pasien/keluarga pasien langsung menerima obat dari Instalasi Farmasi sesuai dengan resep yang ditulis oleh dokter. Keadaan ini memungkinkan diadakannya konseling pada pasien/keluarga pasien. 2. Pasien rawat inap Ada 3 sistem pendistribusian pada pasien rawat inap, yaitu: 13

23 a. Resep perorangan (Individual Prescription) Sistem ini memungkinkan semua resep dokter dapat dianalisis langsung oleh apoteker dan terjalin kerja sama antara dokter, apoteker, perawat dan pasien. Keuntungan sistem ini adalah: Resep dapat dikaji lebih dahulu oleh apoteker Ada interaksi antara apoteker, dokter dan perawat Adanya legalisasian persediaan Kelemahan sistem ini adalah: Bila obat berlebih maka pasien harus membayarnya Obat dapat terlambat ke pasien. b.floor stock Pada sistem ini perbekalan farmasi diberikan kepada masing-masing unit perawatan sebagai persediaan. Sistem ini memungkinkan perbekalan farmasi tersedia bila diperlukan. Misalnya untuk persediaan obat-obat emergensi. Keuntungan sistem ini adalah: Obat yang dibutuhkan cepat tersedia. Meniadakan obat yang return. Pasien tidak harus membayar obat yang lebih. Tidak perlu tenaga yang banyak. 14

24 Kelemahan sistem ini adalah: Sering terjadi kesalahan, seperti kesalahan peracikan oleh perawat atau adanya kesalahan penulisan etiket. Persediaan obat di ruangan harus banyak. Kemungkinan kehilangan dan kerusakan obat lebih besar. c. Unit dose Didefinisikan sebagai obat-obatan yang diminta, disiapkan, digunakan dan dibayar dalam unit dosis tunggal, yang berisi obat dalam jumlah yang telah ditetapkan untuk satu kali pemakaian. Sistem ini melibatkan kerjasama antara dokter, apoteker dan perawat. Keuntungan sistem ini adalah: Pasien hanya membayar obat yang dipakai. Tidak ada kelebihan obat atau alat yang tidak dipakai di ruangan perawat. Menciptakan pengawasan ganda oleh apoteker dan perawat. Kerusakan dan kehilangan obat hampir tidak ada. d. Kombinasi dari beberapa sistem pendistribusian di atas. Semua sistem diatas dapat dilakukan dengan cara: 1. Sentralisasi ; semua obat dari farmasi pusat 2. Desentralisasi : adanya pelayanan farmasi/depo farmasi Sistem distribusi obat harus menjamin: 1. Obat yang tepat diberikan kepada pasien yang tepat 2. Dosis yang tepat dan jumlah yang tepat 15

25 3. Kemasan yang menjamin mutu obat Administrasi Administrasi yang teratur sangat dibutuhkan untuk menjamin terselenggaranya sistem pembukuan yang baik. Oleh karena itu tugas administrasi di Instalasi Farmasi dikoordinir oleh koordinator yang bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit (Siregar, 2004) Central Sterilization Supply Department (CSSD) Sterilisasi adalah suatu proses yang bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat dilakukan dengan proses kimia maupun fisika (Depkes RI, 2001). Rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan berupaya untuk mencegah terjadinya resiko infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit. Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi nosokomial di rumah sakit. Untuk mencapai keberhasilan tersebut, maka perlu dilakukan pengendal;ian infeksi di rumah sakit (Depkes RI, 2001). Central Sterilization Supply Department (CSSD) atau Instalasi Pusat Pelayanan Sterilisasi merupakan satu unit/departemen dari rumah sakit yang menyelenggarakan proses pencucian, pengemasan, sterilisasi terhadap semua alat atau bahan yang dibutuhkan dalam kondisi steril (Depkes RI, 2001). Berdirinya CSSD di rumah sakit dilatar belakangi oleh: Besarnya angka kematian akibat infeksi nosokomial Kuman mudah menyebar, mengkontaminasi benda dan menginfeksi manusia di lingkungan rumah sakit. 16

26 Merupakan salah satu pendukung jaminan mutu pelayanan rumah sakit, maka peran dan fungsi CSSD sangat penting. CSSD merupakan pusat pelayanan kebutuhan steril untuk seluruh unit-unit rumah sakit yang membutuhkan. Dengan adanya CSSD di rumah sakit bertujuan: Mengurangi infeksi nosokomial dengan menyediakan peralatan yang telah mengalami pensortiran, pencucian dan sterilisasi dengan sempurna. Memutuskan mata rantai penyebaran kuman di lingkungan rumah sakit. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang dihasilkan. Menurut Depkes RI (2001), tugas utama CSSD di rumah sakit adalah : a. menyediakan peralatan medis untuk perawatan pasien b. melakukan proses sterilisasi alat/bahan c. mendistribusikan alat-alat yang dibutuhkan oleh ruang perawatan, kamar operasi, dan ruang lain yang membutuhkan d. berpartisipasi dalam pemilihan peralatan dan bahan yang aman, efektif, dan bermutu e. mempertahankan stok inventory yang memadai untuk keperluan perawatan f. mempertahankan standar yang ditetapkan g. mendokumentasikan setiap aktivitas pembersihan, desinfeksi, maupun sterilisasi sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu h. melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan dan pengendalian infeksi bersama dengan panitia pengendalian infeksi nosokomial 17

27 i. memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah sterilisasi j. menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan staf instalasi CSSD baik yang bersifat ontern dan ekstern k. mengevaluasi hasil sterilisasi 18

28 BAB III TINJAUAN KHUSUS BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI MEDAN 3.1. Sarana dan Prasarana Fisik Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan didirikan pada tanggal 11 Agustus 1928 dan mulai beroperasi pada tahun 1930 dan sejak tanggal 27 Desember 2001 dikelola oleh Pemerintah Kota Medan dengan status Rumah Sakit Swadana dengan nama Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan. BPK RSU Dr. Pirngadi Medan adalah rumah sakit kelas B Pendidikan yang mempunyai fasilitas dan kemampuan medis spesialis dasar, spesialis luas dan beberapa subspesialis. BPK RSU Dr. Pirngadi Medan terletak di Jl. Prof. H. M. Yamin, kelurahan Perintis kecamatan Medan Timur. Kepegawaian BPK RSU Dr. Pirngadi Medan meliputi tenaga medis, apoteker, tenaga keperawatan, tenaga gizi, tenaga non medis dan tenaga umum Struktur Organisasi Badan Pelayanan Kesehatan (BPK) RSU Dr. Pirngadi Medan dipimpin oleh seorang Kepala Badan Pelayanan Kesehatan (Ka. BPK) yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 1 orang sekretaris dan 5 orang Kepala Bidang (Kabid) yaitu: 1. Kepala Bidang Perencanaan dan Rekam Medik 19 19

29 2. Kepala Bidang Pelayanan Medis dan Penunjang Medis 3. Kepala Bidang Keperawatan 4. Kepala Bidang Pendidikan dan Penelitian 5. Kepala Bidang Pemeliharaan Selain itu ada juga Kelompok Jabatan Fungsional yang terdiri dari Staf Medik Fungsional dan Instalasi yang bertanggung jawab kepada Kepala BPK RSU Dr. Pirngadi Medan. Salah satu instalasi tersebut adalah Instalasi Farmasi yang bertugas mengatur dan menyelenggarakan semua kegiatan kefarmasian di rumah sakit Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Medan Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Medan merupakan salah satu unit fungsional yang dipimpin oleh seorang apoteker dan dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala BPK RSU Dr. Pirngadi Medan Sub Instalasi Perbekalan Sub Instalasi Perbekalan Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang apoteker dan bertugas untuk membantu dan menunjang fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit dalam hal perencanaan, pengadaan, dan penyimpanan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan rumah sakit. Sejak Juli 2002 telah ditetapkan bahwa pengelolaan perbekalan farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Medan dilakukan secara swakelola, yaitu melalui Surat Keputusan Walikota Medan No. 440/1319K/2002. Sub Instalasi Perbekalan dibagi 2 bagian, yaitu : a. Unit Perencanaan dan Pengadaan 20

30 Unit Perencanaan dan Pengadaan mempunyai tugas yaitu: Merencanakan seluruh kebutuhan rumah sakit akan perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang didasarkan atas data pemakaian periode yang lalu, sisa stok, siklus penyakit dan kemudian ditambahkan sebesar 10%. Memesan dan menyediakan permintaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan rumah sakit. Unit perencanaan dan pengadaan melakukan pemesanan kebutuhan bahanbahan obat dan alat kesehatan untuk stok selama 1 bulan berdasarkan permintan dari gudang, kecuali ada permintaan khusus yang mendesak. Prinsip pengadaan perbekalan farmasi yaitu tersedianya seluruh kebutuhan perbekalan farmasi dengan jenis dan jumlah yang memadai. Proses pengadaan kebutuhan perbekalan farmasi dapat dijelaskan melalui tahap berikut: Sub instalasi distribusi meminta barang ke gudang dengan menyerahkan formulir B2 (Formulir Daftar Permintaan dan Pengeluaran farmasi). Jika barang yang diminta hampir habis (dilihat dari kartu stok gudang dan daftar permohonan pembelian dari gudang) maka gudang membuat Permohonan Pembelian Barang dan menyerahkannya pada unit pengadaan. Unit pengadaan memesan perbekalan farmasi dengan menggunakan surat pesanan/order pembelian kepada PBF setelah disetujui dan ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi dan Kepala BPK Rumah Sakit. Untuk obat Askes, surat pesanan ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi dan disetujui oleh Kepala BPK Rumah Sakit dan PT. Askes. Pemesanan obat- 21

31 obat Askes sesuai dengan yang ada di DPHO (Daftar Plafon Harga Obat) dan kepada PBF yang telah ditentukan. Untuk pengadaan obat golongan narkotika (seperti codein, pethidin) dan psikotropika (seperti diazepam, luminal) dilakukan oleh unit pengadaan menggunakan form N-9 kepada PT. Kimia Farma. Barang pesanan kemudian diantar oleh PBF ke gudang dengan membawa faktur pembelian. Oleh petugas unit gudang barang diperiksa kesesuaiannya dengan faktur dan surat pesanan, meliputi : jenis, jumlah, tanggal kadaluarsa, nomor batch, dan kondisi barang. Barang yang diterima dibukukan pada Buku Barang Masuk dan Kartu Stok, kemudian ditantatangani oleh unit gudang dan kepala instalasi farmasi. Jika barang yang diterima tidak sesuai dengan faktur maka barang akan dikembalikan. Dua sampai tiga hari kemudian PBF mengantar kwitansi, unit pengadaan membuat pembukuan barang masuk yang telah diparaf oleh kepala instalasi farmasi dan unit pengadaan. b. Unit Gudang Unit gudang bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan perbekalan farmasi. Ada dua jenis gudang yaitu: 1. Gudang obat-obatan Bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan perbekalan farmasi misalnya sediaan parenteral, sediaan oral, sediaan topikal dan lain-lain. Gudang obat-obatan terbagi dua yaitu gudang obat Askes dan gudang obat 22

32 2. Gudang alat kesehatan habis pakai. Bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan perbekalan farmasi dan alat-alat kesehatan habis pakai seperti plester, kapas, infuse set, dan lainlain. Bahan-bahan cairan seperti alkohol, formalin, H 2 O 2, juga disimpan di gudang alat kesehatan habis pakai. Pihak gudang mencatat dan meminta perbekalan farmasi yang persediaannya hampir habis ke pengadaan setiap 1 bulan sekali yang ditulis dalam lembar Permohonan Pembelian Barang Medis (Formulir P.1) rangkap dua. Akan tetapi pada keadaan tertentu, permintaan perbekalan Farmasi ke pengadaan dapat dilakukan lebih dari satu kali dalam satu bulan. Setelah Permohonan Pembelian Barang Medis dikirim ke pengadaan, maka pengadaan membuat order pembelian. PBF mengantar barang yang diorder disertai faktur rangkap 7, yang ditujukan untuk: - Satu lembar untuk gudang - Satu lembar untuk pengadaan, faktur untuk pengadaan harus mendapat stempel dari gudang. - Lima lembar untuk pembayaran. Oleh petugas gudang, barang diperiksa kesesuaiannya dengan faktur dan surat pesanan meliputi: jenis, jumlah, tanggal kadaluarsa, nomor batch, kondisi barang. Apabila telah sesuai maka barang yang diantar dicatat di buku barang masuk disertai potongan harganya, kemudian dicatat di kartu gudang. 23

33 Keluar masuknya perbekalan farmasi dari gudang harus dicatat dalam Buku Besar Barang Masuk dan Barang Keluar kemudian dicatat dalam kartu gudang. Gudang mengeluarkan barang berdasarkan permintaan dari sub Instalasi Distribusi dengan menggunakan Formulir B2 (Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi). Penyimpanan dan pengeluaran perbekalan farmasi berdasarkan prinsip FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out). Obat-obat narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari khusus di gudang alat kesehatan. Obat-obat yang penyimpanannya pada suhu tertentu seperti serum, vaksin dan supositoria disimpan dalam lemari pendingin. Setiap akhir bulan petugas gudang membuat laporan sisa stok dan menghitung jumlah dan kondisi perbekalan farmasi dan alat kesehatan di gudang Sub Instalasi Distribusi Sub Instalasi Distribusi di BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan dipimpin oleh seorang apoteker. Distribusi obat dan alat kesehatan (perbekalan farmasi) merupakan fungsi utama pelayanan farmasi rumah sakit. Hal terpenting yang harus diperhatikan adalah menjamin pemberian obat yang benar dan tepat kepada pasien sesuai dengan dosis dan jumlah yang tertulis pada resep/kartu obat. Sistem distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan dan pasien rawat inap dilakukan berdasarkan resep perorangan (Individual Prescription). Untuk pasien rawat inap ASKES, Jamkesmas, korban bencana alam dilakukan berdasarkan One Day Dose Dispensing (ODDD). Namun untuk memenuhi permintaan perbekalan farmasi pada sore dan malam hari (emergency) dilakukan sistem floor stock. 24

34 One Day Dose Dispensing (ODDD) merupakan sistem distribusi sesuai dengan jumlah yang ditetapkan untuk satu hari pemakaian. Sistem ini melibatkan apoteker dalam memonitor penyampaian seluruh perbekalan farmasi kepada pasien sehingga penggunaan obat yang rasional dan efektif dapat tercapai. Secara umum sistem pemasukan dan pengeluaran perbekalan farmasi pada sub instalasi distribusi adalah sebagai berikut: Sub Instalasi Distribusi meminta perbekalan farmasi ke gudang berdasarkan besarnya kebutuhan rumah sakit dan keadaan stok barang setiap minggu melalui formulir B2 (Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi). Sub instalasi distribusi menerima barang dari gudang dan menyalurkannya ke ruang rawat, ruang bedah, ruang rawat intensif, poliklinik, pasien dan pasien ambulatori (Daftar Permintaan dan Penggunaan Farmasi, kartu obat, resep). Sistem pengawasan terhadap pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari sub instalasi distribusi dilakukan dengan cara cross check dengan pihak sub instalasi administrasi setiap bulan. Pelaksanaan pendistribusian perbekalan farmasi dilakukan melalui : a. Pelayanan farmasi pasien ASKES, Jamkesmas rawat inap dan rawat jalan b. Pelayanan farmasi pasien umum rawat inap dan rawat jalan c. Apotek satelit Instalasi Gawat Darurat (IGD) d. Apotek Satelit Central Operation Theatre (COT) e. Distribusi ruang perawatan/poliklinik 25

35 Pelayanan Farmasi Rawat Jalan Pelayanan farmasi rawat jalan melayani pasien umum, pasien ASKES, Jamkesmas. Permintaan obat dengan menggunakan resep. Pasien umum ini berasal dari poliklinik seperti poliklinik paru, mata, gigi, neurology, obgyn, dan lain-lain. Prosedur pelayanan farmasi rawat jalan: 1. Pasien memberi resep kepada asisten apoteker. 2. Resep diberi harga dan diinformasikan kepada pasien. Jika pasien setuju maka obat segera disiapkan. 3. Obat diserahkan beserta kuitansi (rangkap dua) dimana lembar asli diberikan pada pasien dan lembar copy sebagai pertinggal di apotek. 4. Resep asli dan kuitansi disimpan pihak apotek untuk diserahkan ke bagian administrasi agar diperiksa kembali dan diarsipkan. Nomor resep sesuai dengan nomor kuitansi. Uang yang diterima akan diambil oleh juru pungut keesokan harinya Pelayanan Farmasi Rawat Inap Pelayanan farmasi rawat inap melayani pendistribusian obat untuk pasien ASKES, Jamkesmas, pasien demam berdarah, dan umum. a. Pasien Umum Perawat/keluarga pasien membawa kartu obat ke pelayanan farmasi rawat inap Obat yang terdapat di kartu obat disalin kembali pada blanko copy resep. Obat tersebut diberi harga, diinformasikan harganya kepada pasien, 26

36 disiapkan obatnya, distempel, diberi etiket, dikemas lalu diserahkan ke bagian kasir agar dibuat kuitansi (rangkap dua). Obat diserahkan kepada perawat/keluarga pasien atau obat yang dipesan diantar ke ruangan beserta kuitansi asli dan dilakukan penagihan biaya obat langsung kepada pasien atau keluarga pasien Sedangkan lembar copy kuitansi beserta copy resep sebagai pertinggal di apotek. Kartu obat diserahkan kepada perawat kembali dan setelah pasien pulang disimpan ke bagian administrasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Jika pasien belum memiliki dana yang cukup, maka biaya obat atau resep dimasukkan ke opname brief dilanjutkan pe pihak Rumah Sakit agar ditagih sewaktu pasien keluar dari Rumah Sakit. Dan juru pungut Farmasi akan mengklaim biaya tersebut ke pihak Rumah Sakit. b. Pasien demam berdarah. Perawat datang membawa map pasien yang berisi kartu obat dan status pasien yang telah disetujui oleh Bidang Pelayanan Medis. Berkas tersebut dibawa perawat ke Tim Legalisasi resep. Resep dicek kerasionalannya dengan merujuk pada status pasien dan kartu obat. Setelah resep diperiksa dan disetujui oleh Tim legalisasi, perawat membawa kembali resep tersebut ke petugas untuk distempel nama apoteker (Tim legalisasi). Perawat membawa kartu obat ke pelayanan farmasi rawat inap. Karena kartu obat diserahkan kepada perawat, maka nama obat disalin kembali pada blanko copy resep, disiapkan obatnya, distempel, diberi 27

37 etiket, dikemas, dibuat kuitansi dan diserahkan kepada perawat. Untuk pasien tersebut dilayani perbekalan farmasinya seperti pasien umum tetapi tidak dipungut bayaran dari pasien. Pengklaiman dilakukan pada bagian keuangan BPK RSU Dr. Pirngadi Medan. d. Pemakaian obat golongan narkotika untuk pasien rawat inap dicatat ke Formulir Pemakaian Golongan Obat Narkotika yang ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan. Karena kartu obat pasien dikembalikan ke ruangan maka ditulis formulir sementara sebagai bukti pertinggal di sub instalasi distribusi (untuk keperluan administrasi dan pelaporan narkotika). Dimana pada Formulir Pemakaian Golongan Obat Narkotika tertera nama pasien, alamat pasien, nomor rekam medik pasien, ruang rawat, nama dokter, jumlah dan jenis narkotika yang digunakan Pelayanan Farmasi Rawat Inap Askes/Jamkesmas Yang menjadi peserta Askes yaitu semua PNS (Pegawai Negeri Sipil) beserta keluarga yang meliputi istri dan 2 orang anak. Untuk anak maksimum sampai umur 21 tahun, kecuali masih kuliah bisa sampai umur 25 tahun dengan adanya surat keterangan masih aktif kuliah sedangkan yang menjadi peserta Jamkesmas adalah semua anggota keluarga yang ada dalam satu kartu keluarga yang dinyatakan miskin oleh lurah setempat. Pelayanan obat untuk pasien Askes rawat inap di Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan dimulai sejak 1 Mei Pelayanan Askes rawat inap melayani pasien disemua unit pelayanan dan ruang rawat. Khusus untuk paien Jamkesmas hanya ruang rawat kelas 3. Pelayanan obat yang diberikan 28

38 kepada pasien Askes sesuai dengan yang tercantum dalam DPHO (Daftar Plafon Harga Obat) dan pasien Jamkesmas berdasarkan formularium yang telah ditetapkan. Pelayanan obat Askes/Jamkesmas rawat inap menggunakan sistem ODDD (One Day Dose Dispensing), obat oral yang ditulis dalam resep maksimum untuk tiga hari dan pelayanan ke pasien diberikan untuk pemakaian setiap hari. Untuk obat injeksi, resep ditulis dan diberikan ke pasien per hari. Untuk resep alat kesehatan ditulis terpisah dari resep obat dan resep alat kesehatan langsung dilayani, namun resep obat harus disetujui oleh Tim Legalisasi terlebih dahulu. Setiap obat yang diberikan kepada pasien dicatat dalam formulir Catatan Pemberian Obat (CPO). Resep untuk hari Minggu disiapkan sekaligus pada hari Sabtu. Sistem floor stock diberlakukan untuk mengantisipasi keadaan darurat, misalnya pada waktu sore dan malam hari. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melayani resep Askes: 1. Kertas resep rangkap tiga. 2. Periksa status pasien. 3. Dalam satu lembar resep maksimum tiga resep. 4. Ditandatangani oleh dokter dan kepala ruangan di sebelah kanan. 5. Ditandatangani oleh Tim legalisasi resep Askes. 6. Ada jaminan rawatan. 7. Bila anak sudah berumur tahun harus ada surat keterangan masih aktif kuliah. 8. Obat yang diresepkan sesuai dengan DPHO. 29

39 9. Jumlah obat yang diberikan. 10. Obat-obat yang memerlukan protokol terapi yaitu obat-obat yang pemakaiannya secara khusus misalnya : albumin maka protokol terapinya harus dicantumkan Pasien yang baru masuk pada sore dan malam hari dilayani di pelayanan farmasi IGD dengan menggunakan resep dan kartu obat hanya untuk satu kali pemakaian, kemudian pada hari kerja berikutnya dibuat CPO (Catatan Pemberian Obat) dan obat diambil ke pelayanan farmasi Askes rawat inap. Untuk obat yang perlu protokol terapi dan atau obat-obat lain yang resepnya belum memenuhi syarat di atas tetap dapat dilayani, namun perawat pasien tersebut perlu membuat surat pernyataan pada formulir yang sudah disediakan. Alur pelayanan resep Askes untuk pasien rawat inap di Instalasi Farmasi dapat dilihat pada bagan berikut: 30

40 Resep, kartu obat, (protokol terapi jika perlu) dibawa oleh perawat ke Petugas Pelayanan Farmasi Askes Rawat Inap Resep Obat diambil oleh perawat diantar ke Tim Legalisasi Resep dicek kerasionalannya dan distempel diberi nomor Resep yang telah disetujui dibawa oleh perawat ke Pelayanan Farmasi Askes Rawat Inap Resep Alat Kesehatan habis pakai Pasien dicek kerasionalannya diberi nomor resep dikerjakan diterima perawat dicatat no resep dan ruangan pasien dicatat di CPO resep dikerjakan dan diberi etiket Obat diterima perawat/ diantar oleh petugas Pasien Gambar 1. Jalur pelayanan resep Askes untuk pasien rawat inap di Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Medan 31

41 Pengklaiman diajukan ke PT. Askes untuk pasien Askes pegawai negeri dan ke Rumah Sakit untuk pasien Jamkesmas pada akhir bulan berdasarkan jumlah pemakaian obat per pasien yang dapat dilihat pada CPO dengan melampirkan: Resep pasien, protokol terapi, hasil lab (jika perlu). Catatan Pemberian Obat (CPO) pasien Surat jaminan perawatan pasien Pelayanan Farmasi di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Pelayanan farmasi di IGD dipimpin oleh seorang apoteker. Pelayanan farmasi IGD buka 24 jam, dilayani oleh petugas yang dibagi atas 3 shift yaitu pagi, siang dan malam hari serta dilakukan serah terima barang dan uang setiap pergantian shift. Pengadaan barang dari unit gudang dengan membawa Formulir B2 (Permintaan dan Pengeluaran Farmasi). Tugas dan fungsi dari pelayanan farmasi IGD : 1. Melayani perbekalan farmasi untuk pasien yang masuk ke IGD, yaitu pasien umum, pasien Askes, pasien Jamkesmas, pasien demam berdarah. Prosedur pelayanan farmasi di IGD: a. Pasien Umum Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan oleh pasien di kartu obat. Perawat IGD membawa kartu tersebut ke pelayanan farmasi IGD. Petugas pelayanan farmasi IGD memberikan perbekalan farmasi yang diminta dan menagih pembayarannya kepada keluarga pasien. 32

42 Pembayaran langsung di apotek IGD, dibuat kuitansi, kuitansi asli diberikan kepada pasien dan satu rangkap lagi sebagai pertinggal di apotek. Jika keluarga pasien umum yang tidak membawa uang, total biaya pemakaian perbekalan farmasi dicatat pada Opname Brief (OB) dan Nomor OB dicatat oleh petugas farmasi. Kalau pasien mau pulang, pembayaran perbekalan farmasi tersebut dipungut di ruangan dan selanjutnya petugas farmasi mengklaim ke rumah sakit. b. Pasien Askes/Jamkesmas Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan pada resep sementara. Untuk pasien Askes obat disesuaikan dengan DPHO, dan untuk pasien Jamkesmas disesuaikan dengan Formularium obat Jamkesmas Petugas farmasi memberikan perbekalan farmasi tersebut. Setelah pasien diberi perbekalan farmasi tersebut, dokter menulisnya di blanko resep Askes rangkap tiga dan ditandatangani oleh dokter, kepala ruangan dan oleh Tim legalisasi. Persyaratan yang harus dipenuhi yaitu membawa kartu Askes. c. Pasien demam berdarah. Untuk pasien tersebut dilayani perbekalan farmasi seperti pasien umum tetapi tidak dipungut bayaran dari pasien. Pengklaiman dilakukan pada bagian keuangan BPK RSU Dr. Pirngadi Medan. 33

43 2. Melayani perbekalan farmasi untuk pasien umum, pasien kredit/perusahaan, pasien Askes, pasien Jamkesmas, pasien demam berdarah, gizi buruk, korban bencana alam dan Mr/Ms.X dari ruangan rawat inap pada waktu diluar jam kerja dan pada hari libur. 3. Melayani perbekalan farmasi untuk pasien yang memerlukan tindakan bedah di KBE (Kamar Bedah Emergensi). Prosedur melayani perbekalan farmasi untuk pasien di KBE : a. Pasien Umum Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan termasuk obat anastesi dan obat narkotika seperti Pethidin di kartu obat. Petugas farmasi memberikan obat yang diminta tersebut. Untuk obat golongan narkotika, petugas farmasi IGD mencatat ke buku formulir pemakaian narkotika yang dilengkapi nama dokter, nama pasien dan ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan untuk keperluan pelaporan narkotika setiap bulannya. Pembuatan laporan seluruh narkotika yang digunakan di rumah sakit dilakukan oleh Bagian Administrasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit BPK RSU Dr. Pirngadi Medan. Perbekalan farmasi yang dipakai untuk keperluan tindakan bedah ditagih oleh petugas apotek pada keluarga pasien. Pembayaran langsung di Apotek IGD, dibuat kuitansi, kuitansi asli diberikan kepada pasien dan satu rangkap lagi sebagai pertinggal di apotek. 34

44 Jika keluarga pasien tidak membawa uang, total biaya pemakaian perbekalan farmasi dicatat pada Opname Brief (OB) dan Nomor OB dicatat oleh petugas farmasi. Jika pasien mau pulang, pembayaran perbekalan farmasi tersebut dipungut di ruangan. b. Pasien Askes/Jamkesmas Perbekalan farmasi yang diperlukan ditulis oleh dokter pada kartu obat. Pada keesokan harinya, dokter menulisnya di blanko resep Askes/Jamkesmas rangkap tiga dengan ditandatangani oleh dokter, kepala ruangan dan oleh Tim legalisasi. Persyaratan yang harus dipenuhi yaitu membawa kartu Askes/kartu keterangan dari lurah. Dalam melakukan pelayanan apotek IGD menetapkan sistem jaminan (bon gantung) bagi pasien-pasien yang datang ke Instalasi IGD. Besarnya jaminan disesuaikan dengan jumlah dan harga perbekalan farmasi yang digunakan oleh pasien. Sistem ini disyahkan dengan SK Direktur Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi kota Medan. Untuk pasien yang belum melengkapi persyaratan administrasi misalnya calon askes, calon Jamkesmas maka keluarga harus membuat surat pernyataan dan diberikan waktu maksimal 3 hari untuk melengkapi persyaratannya dan lebih dari itu harus membayar sesuai dengan jumlah biaya pengobatan pasien. 35

45 4. Mengisi perbekalan farmasi pada lemari emergensi. Pelayanan farmasi IGD mendistribusikan permintaan perbekalan farmasi yang bersifat emergensi ke ruangan-ruangan pasien rawat inap dan kamar bedah emergensi dengan memakai sistem distribusi floor stock yang disimpan di lemari khusus. Sistem pengelolaan obat di ruangan dilakukan oleh kepala ruangan yang bersangkutan sedangkan untuk KBE dilakukan oleh petugas farmasi IGD. Setiap obat-obatan yang dipakai dari lemari emergensi harus diganti segera mungkin. Bila pasien umum yang menggunakan obat-obat emrgensi maka pasien harus membeli dan mengembalikannya ke lemari emergensi. Bila yang menggunakan adalah pasien Askes/Jamkesmas maka perawat harus membuat resep dan mengamprahnya ke farmasi rawat inap Askes/Jamkesmas. Pada saat tertentu tim peninjau akan memeriksa ke setiap ruangan apakah jumlah obat-obat emergensi sesuai dengan yang disediakan oleh pihak Farmasi, khususnya farmasi IGD. Obat obat dan alat emergensi dikeluarkan jika kebutuhan obat atau alat kesehatan berada diluar jam kerja. Daftar Stok Obat-obat Emergensi ADRENALIN (EPINEPRIN) AMPUL LIDOCAIN 10% KORTISON ASETAT Aminofilin Magnesium sulfat Lanatosid (Cadilarid) Atropin sulfat Methergin Forgesic/tramadol Cyclocapron Na-bicarbonat/meylon *Pethidin Dexamethason Nacl 0,9% Transamin 500 mg Dextrose 5% Oxytocin/synthocinon Xylomidon ampul Dopamin Papaverin HCl ampul *Dobujek 500 mg Furosemid/lasix Phenobarbital ampul Bic-nat Calcium glukonat Ringer lactate Klorfenon/delladryl Klorpromazin HCl Ringer dextrose Lidocain 2% Kalium klorida *obat-obat yang hanya diediakan di ruang khusus seperti ICU, ICCU, STROKE. 36

46 Daftar Stok Alat-alat Kesehatan Emergensi SPUIT 3 CC CATHETER NO.14 ABBOCAT 22 Spuit 5 cc Catheter no.16 Infusset mikro Spuit 10 cc Catheter no.18 Infusset dewasa Spuit 60 cc NGT 16 Abbocat 24 NGT 19 Jenis obat dan alat emergensi yang disediakan di setiap ruangan berbedabeda untuk masing-masing ruang sesuai dengan kebutuhan dan jenis penyakit Pelayanan Farmasi di Central Operation Theatre (COT) Pelayanan farmasi COT bertugas melayani bagian Central Operation Theatre (COT). Pengelolaan obat-obat di COT atau pembedahan yang direncanakan adalah di bawah pengawasan pelayanan farmasi COT. Pasien umum yang mengambil obat membayar secara tunai yang kemudian akan disetor ke bagian keuangan sedangkan untuk pasien Askes pengobatan ditanggung oleh PT. Askes, pasien Jamkesmas ditanggung oleh pemerintah, dimana obat-obat yang diresepkan harus sesuai dengan Formularium dan obat-obat di luar Formularium diatasi oleh pihak Rumah Sakit. Perbekalan farmasi yang terdapat di pelayanan farmasi COT adalah obatobatan sediaan injeksi terutama obat bius dan alat kesehatan habis pakai. Pengadaan obat-obatan dan alat-alat kesehatan di apotek berasal dari unit gudang instalasi farmasi yang diminta sekali seminggu dengan menggunakan formulir B2. Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi. Demikian juga dengan pengadaan obat-obat narkotika menggunakan Daftar Permintaan dan Pengeluaran Narkotika. Pemasukan dan pengeluaran barang dicatat dalam Buku Pemasukan dan 37

47 Pengeluaran, lalu dimasukkan ke kartu stok dan dicross check dengan sub instalasi administrasi setiap bulan. Untuk pengadaan obat anastesi dan perlengkapannya di kamar bedah, petugas apotek COT mendistribusikan berdasarkan Daftar Permintaan Obat Anastesi dan Perlengkapannya. Pada Formulir ini perawat mencatat dan meminta obat dan perlengkapan anstesi langsung sewaktu pasien sedang dioperasi. Dosis pemakaian obat anastesi dimonitor oleh petugas anastesi dalam kamar bedah yang dicatat dalam Daftar Dosis Pemakaian Obat/Alat Anestesi sebagai bukti pengeluaran bagi pasien. Jadi bila ada obat dan perlengkapan anastesi yang berlebih dalam Daftar Permintaan Obat Anastesi dan Perlengkapannya akan dikembalikan lagi ke apotek COT dan yang terpakai sesuai dengan yang tertulis pada Daftar Dosis Pemakaian Obat/Alat Anastesi. Pemakaian golongan obat narkotika di kamar bedah dicatat dalam Form Pemakaian Obat Golongan Narkotik contohnya pethidin, dicatat dalam Formulir Pemakaian Pethidin di Kamar Bedah yang ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan. Formulir ini merupakan pertinggal di sub instalasi distribusi sebagai pengganti kartu obat. Dan ini akan memudahkan Farmasi Rumah Sakit untuk mengetahui jumlah pemakaian obat Narkotik sehingga mudah untuk membuat laporan penggunaan obat-obat Golongan Narkotik Distribusi Ruangan Distribusi ruangan melayani permintaan dari poliklinik, ruang perawatan dan non perawatan misalnya nefrologi/hemodialisis. Obat dan alat-alat kesehatan 38

48 yang didistribusikan dari distribusi ruangan ke poliklinik dan ruangan perawatan merupakan kebutuhan rutin seperti kapas, lisol, alkohol, kain kasa dan sebagainya. Perbekalan farmasi yang dibutuhkan didistribusikan ke ruangan/poliklinik adalah berdasarkan permintaan pemakai dengan memakai formulir Daftar Permintaan dan Penggunaan Farmasi yang ditandatangani oleh kepala ruangan dan dokter ruangan Sub Instalasi Administrasi Merupakan bagian dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang bertugas melaksanakan kegiatan administrasi kefarmasian di Instalasi Farmasi. Dalam melaksanakan tugasnya Sub Instalasi Administrasi dibagi dua yaitu: 1. Umum, kepegawaian dan rumah tangga Tugasnya antara lain: - Mencatat surat-surat yang masuk ke Instalasi farmasi dan mengarsipkannya dengan rapi. Pada buku agenda, surat-surat yang masuk dicatat: tanggal, asal surat, isi ringkas dan sebagainya. - Mencatat surat-surat yang keluar dari Instalasi Farmasi dan menyampaikan ke alamat yang dituju dengan pertanggung jawaban yang jelas dan mengarsipkannya. - Mengarsipkan data-data pegawai di Instalasi Farmasi. - Membalas surat yang masuk ke Instalasi Farmasi. - Mengatur mutasi pegawai di Instalasi Farmasi bekerja sama dengan staf yang lain. - Mengarsip resep dan kuitansi penjualan resep 39

49 - Mengurus permintaan keperluan rumah tangga di Instalasi Farmasi misalnya meja, alat-alat tulis dan mengurus kerusakan-kerusakan alat-alat rumah tangga. 2. Akuntansi, Laporan dan Statistik Tugasnya antara lain : - Mencatat semua data-data pengeluaran dan pemasukan obat-obatan, dan kesehatan/alat kedokteran dalam suatu pola administrasi yang sesuai dengan kebutuhan Instalasi Farmasi. - Melakukan pemeriksaan silang (cross chek) dengan gudang dan sub instalasi distribusi setiap bulan dan menyesuaikannya dengan Kartu Administrasi Persediaan Farmasi yang dapat dilihat pada lampiran. - Membuat laporan bulanan penjualan obat-obatan yang terjual melalui resep setiap bulan. - Membuat laporan pengeluaran obat-obatan, alat kesehatan /alat kedokteran yang dikeluarkan Instalasi Farmasi dalam bentuk laporan tahunan. - Menyesuaikan jumlah uang hasil penjualan dengan kuitansi penjualan resep yang akan disetor ke Bagian Keuangan Rumah Sakit setiap hari. - Neraca rugi laba dibuat dengan mengumpulkan data dari semua bagian tiap akhir tahun. Berdasarkan data yang dikumpulkan tersebut dapat diketahui Persediaan akhir setiap bulan dan setiap tahun. Harga Pokok Penjualan (HPP) kemudian dapat dihitung dengan menambahkan persediaan awal tahun dengan pembelian barang selama setahun lalu dikurangi dengan persediaan akhir tahun. Semua dana yang keluar dan 40

50 masuk direkapitulasi. Kemudian dihitung rugi labanya setiap tahun. Dari hasil tersebut dilakukan evaluasi. Sub Instalasi Administrasi membuat, mengatur dan mengevaluasi perhitungan unit cost. Pada prinsipnya seluruh perbekalan farmasi yang didistribusikan harus dapat dikembalikan dananya, misalnya melalui prinsip unit cost. Unit cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh IFRS untuk keperluan pemeriksaan, perawatan, dan tindakan medis bagi pasien, yang dalam penggunaannya tidak dapat ditentukan jumlah satuannya seperti reagen, kapas, plester dan lain-lain. Penentuan besarnya biaya unit cost untuk pasien rawat jalan, operasi dan rawat inap dapat dihitung dengan menggunakan rumus : a. Pasien rawat jalan/operasi Unit cost = Jumlah biaya perbekalan farmasi yang dikeluarkan Jumlah pasien yang berkunjung setiap bulan Keterangan: Data diambil minimal selama 3 bulan kemudian diambil rata-ratanya. b. Pasien rawat inap Unit cost = Jumlah biaya perbekalan farmasi yang dikeluarkan setiap bulan Jumlah hari rawatan setiap bulan Biaya unit cost ini untuk pasien Askes dan Umum besarnya sama. Jumlah biaya unit cost ini dicatat oleh petugas ruangan melalui opname brief, dihitung jumlahnya oleh petugas Intalasi Farmasi dan pembayarannya langsung diklaim oleh Instalasi Farmasi ke RSUPM. 41

51 Setiap bulan dibuat neraca Rugi/Laba untuk unit cost sehingga dapat dievaluasi secara berkala dan dapat segera disesuaikan jika terdapat perubahan yang signifikan. Contoh Perhitungan Besarnya Unit Cost Untuk Instalai Farmasi Pada Pasien Askes Untuk Partus Normal Rincian Perbekalan Farmasi-nya adalah sebagai berikut: No Nama Perbekalan Farmasi Kemasan Harga Satuan Pemakaian Harga Pemakaian 1. Lidocain Amp Rp. 863,- 2 amp Rp ,- 2. Kapas 1 kg Rp ,- 1 ons Rp ,- 3. Iodin Povidon Botol Rp ,- ¼ botol Rp. 875,- 60 cc 4. Chromic 2/0 Sachet Rp ,- 2 bh Rp ,- Jumlah Rp , Farmasi Klinik Instalasi Farmasi BPK RSU Dr.Pirngadi Medan memilik Sub Instalasi Farmasi Klinik yang dipimpin oleh seorang Apoteker, bertanggung jawab dalam melaksanakan pelayanan dibidang farmasi klinik. Pelayanan farmasi klinis yang baik akan memberikan manfaat bagi pasien maupun pihak rumah sakit, namun hingga saat ini belum banyak pelayanan farmasi klinis yang dilakukan di rumah sakit. Hal ini dikarenakan adanya kendala-kendala seperti keterbatasan ilmu, sumber daya manusia dan sarana rumah sakit yang belum mendukung. Adapun bagian dari farmasi klinis yang telah berjalan adalah pemberian informasi obat kepada pasien rawat jalan. Pemberian informasi obat dilakukan terhadap pasien yang mengambil obatnya di Unit Pelayanan Farmasi Rawat Jalan. Dengan adanya informasi, diharapkan pasien mengerti tentang tata cara 42

52 penggunaan obat sehingga tujuan pengobatan yang optimal dapat tercapai, mewaspadai efek yang tidak diinginkan yang mungkin muncul atas pemakaian obat, mengerti manfaat dari obat yang telah diberikan. Contoh pelayanan informasi obat yang dilakukan pada Instalasi Farmasi Rawat Jalan : BADAN PELAYANAN KESEHATAN RSU Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN INSTALASI RAWAT JALAN KARTU OBAT PASIEN RAWAT JALAN (KHUSUS UNTUK DILAYANI DI INSTALSI FARMASI) Poliklinik :Paru No : Nama dokter : Tanggal : 4 Agustus 2008 R/ Rifampisin 450 mg No.XXX S1dd I R/ INH 450 mg No.XXX S1dd I R/ Ethambutol 500 mg No. LX S1dd 2 R/ Lesifit No. XV S1dd I Tanda tangan dokter Pasien : Ismail Umur : 46 tahun Alamat : Pelayanan informasi: 1. Rifampisin a. Komposisi : tiap kapsul mengandung 450 mg rifampisin b. Indikasi : sebagai antituberkulosis c. Bentuk obat : kapsul d.cara Pemakaian : 1 kali sehari 1 kapsul e. Hal-hal yang perlu diinformasikan : - Obat harus dihabiskan sesuai dengan petunjuk dokter walaupun kondisi badan telah membaik. 43

53 - Jika urin, air liur, air mata, keringat dan cairan tubuh lainnya bewarna merah, tidak perlu dikhawatirkan karena ini merupakan efek dari obat tersebut. - Harus disiplin dan dimakan secara teratur, jangan terlupakan sekalipun. - Obat digunakan sebelum makan tiap pagi. 2. INH a. Komposisi : tiap kapsul mengandung 450 mg Isoniazid b. Indikasi : sebagai antituberkulosis c. Bentuk obat : Kapsul d. Cara pemakaian : 1 kali sehari 1 kapsul e. Hal-hal yang perlu diinformasikan - Obat harus dihabiskan sesuai dengan petunjuk dokter walaupun kondisi badan telah membaik. - Harus disiplin dan dimakan secara teratur, jangan terlupakan sekalipun. - Obat digunakan sebelum makan tiap pagi. 3. Ethambutol a. Komposisi : tiap kapsul mengandung 500 mg Ethambutol b. Indikasi : sebagai antituberkulosis c. Bentuk obat : Kapsul d. Cara pemakaian : 1 kali sehari 2 kapsul e. Hal-hal yang perlu diinformasikan: - Obat harus dihabiskan sesuai dengan petunjuk dokter walaupun kondisi badan telah membaik. 44

54 - Harus disiplin dan dimakan secara teratur, jangan terlupakan sekalipun. - Obat digunakan sebelum makan tiap pagi. - Bila pemakaian terlalu lama dapat menyebabkan gangguan penglihatan, hati-hati bila berkendaraan. 4. Lesifit a. Komposisi tiap kapsul mengandung lesithin, vitamin B1, B2, B6, B12, nikotinamid, vitamin E dan beta karoten b. Indikasi :Untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan menambah nafsu maka c. Betuk obat : Kapsul d.cara Pemakaian : 1 kali sehari 1 kapsul e. hal-hal yang perlu diinformasikan : - Obat dimakan dengan teratur setelah makan Instalasi Central Sterilization Supply Department (CSSD) Sejak 7 Januari 2005 bedasarkan nota tugas kepala BPK RSU Dr Pirngadi Medan No.217/009/1/2005, CSSD terpisah dari Instalasi Farmasi dan menjadi Instalasi CSSD yang dipimpin oleh Kepala Instalasi yang bertanggung jawab langsung kepada kepala BPK RSU Dr.Pirngadi Medan. CSSD merupakan pusat pelayanan kebutuhan alat dan bahan (linent) steril untuk seluruh unit-unit rumah sakit yang membutuhkan. Sistem pelayanan yang dilakukan dibagi atas 2 kelompok yaitu: 1. Sterilisasi alat kesehatan dari ruangan. 45

55 Menerima alat kesehatan yang belum steril dari ruangan untuk disterilkan di CSSD, kemudian menyerahkan kembali dalam keadaan steril kepada ruangan yang bersangkutan. Ruangan yang dilayani adalah pihak poliklinik atau ruangan perawatan yang membutuhkan. 2. Sterilisasi kebutuhan operasi Memproses penyediaan dan kebutuhan alat atau perlengkapan bedah dimulai dari pencucian, pengeringan, pengepakan, sterilisasi, penyimpanan dan pendistribusian. Kamar bedah yang dilayani adalah COT, KBE, kamar bedah THT, kamar bedah mata dan kamar bedah kulit. Kegiatan sterilisasi dibagi dalam lima tahap yaitu : 1. Penerimaan barang yang akan disterilkan. 2. Proses sterilisasi yang mencakup proses pencucian, pengeringan, pengemasan basic dan khusus dan penempelan label. 3. Sterilisasi 4. Penyimpanan 5. Penyaluran Jenis barang yang akan disterilkan yaitu: 1. Metal, alat alat bedah. 2. Linen/katun/dressing, pakaian, masker, tutup kepala. 3. rubber, sarung tangan Proses penyiapan alat : 1. Alat kotor disortir dan dicek kelengkapannya kemudian dicuci dengan air mengalir untuk membuang darah yang melekat pada alat. 46

56 2. Direndam dengan larutan klorin 0,5% selama 5 menit. 3. Dicuci dengan air bersih dan disikat sampai bersih 4. Direndam di ultrasonik dengan larutan saflon selama 30 menit 5. Dibilas di ultrasonik dengan air panas 6. Dikeringkan di ultrasonik 7. Alat dikeluarkan dan disusun (setting) sesuai tindakan operasi standar 8. Diberi tanda (indikator paper) 9. Sterilkan selama 15 menit, C 10. Dipacking dan dialurkan. Contoh perlengkapan untuk operasi : 1. Baju operasi 4 buah 2. Doek besar operasi 1 buah 3. Doek kecil 5 buah 4. Alat alat dasar 27 buah 5. Alat alat khusus sesuai dengan jenis pembedahan yang akan dilakukan. 47

57 BAB IV PEMBAHASAN Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Medan merupakan rumah sakit milik pemerintah Medan yang telah swadana, dimana BPK RSU Dr. Pirngadi memiliki wewenang untuk menggunakan penerimaan fungsionalnya secara langsung demi perkembangan rumah sakit. BPK RSU Dr. Pirngadi Medan termasuk Rumah Sakit Umum Kelas B Pendidikan dan sejak diubah statusnya menjadi BPK RSU Dr. Pirngadi Medan pimpinannya adalah Kepala Badan Pelayanan Kesehatan yang dalam melaksanakan tugasnya tidak lagi dibantu oleh Wakil Direktur melainkan oleh 5 Kepala Bidang dan 1 orang Sekretaris. Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Medan memiliki 4 Sub Instalasi yaitu: Perbekalan, Distribusi, Administrasi dan Farmasi Klinis. Setiap Sub Instalasi mempunyai tugas dan fungsi masing-masing yang saling berkaitan satu sama lainnya. Pada dasarnya setiap Sub Instalasi telah berusaha untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dengan sebaik-baiknya dalam memberikan pelayanan kepada pasien. BPK RSU Dr. Pirngadi Medan telah memiliki Formularium Rumah Sakit (FRS) yang digunakan sebagai standar penulisan resep oleh dokter. Formularium Rumah Sakit ini disusun oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) dibawah Komite Medis yang terdiri dari dokter dari Staf Medis Fungsional (SMF) dan Apoteker dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Formularium Rumah Sakit ini disusun dan 48 48

58 direvisi pada jangka waktu 3 tahun dengan mempertimbangkan perkembangan di bidang kedokteran dan farmasi. Instalasi Farmasi Rumah Sakit seharusnya merupakan satu-satunya unit di rumah sakit yang menyediakan dan mendistribusikan perbekalan farmasi serta menyajikan informasi obat pada pasien rawat jalan dan rawat inap. Sistem pelayanan farmasi seperti ini dikenal dengan sistem satu pintu. Pada kenyataannya di BPK RSU Dr. Pirngadi Medan belum sepenuhnya melaksanakan sistem pelayanan farmasi satu pintu. Hal ini dapat dilihat dengan adanya apotek Kimia Farma di luar Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Mulai tanggal 1 Mei 2004, Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Medan mengadakan pelayanan farmasi Askes rawat inap. Pelayanan pasien Askes rawat inap berada dibawah Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Medan. Mulai Januari selain itu juga melayani pasien Jamkesmas rawat inap. Pelayanan rawat inap untuk peserta Askes dan pasien Jamkesmas menggunakan sistem pelayanan ODDD (One Day Dose Dispensing). Pada pasien umum rawat inap, sistem pelayanan ODDD belum dapat berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan pasien harus setiap hari membayar karena belum adanya penagihan secara sentral. Pembagian Pelayanan Askes BPK RSU Dr. Pirngadi Medan dibagi atas beberapa depo untuk mengefisiensikan pelayanan melalui pendekatan pelayanan kepada pasien. Depo Farmasi lantai 3, 5 dan 7 melayani resep Askes dan Jamkesmas rawat inap. 49

59 Pada pelayanan resep Askes ada kalanya dokter menuliskan resep diluar DPHO dan Jamkesmas ada kalanya dokter menuliskan resep di luar Formularium obat Jamkesmas. Bila hal ini tak terhindarkan maka pasien Askes/ Jamkesmas harus membayar harga obat tersebut setelah pasien diinformasikan bahwa obat yang diresepkan diluar DPHO atau Formularium obat Jamkesmas. Untuk pasien Jamkesmas yang mendapat obat-obat yang digunakan secara khusus dokter harus membuat protokol terapinya, misalnya albumin, derivat-derivat statin, obat epileptik. Farmasi Klinis di BPK RSU Dr. Pirngadi Medan telah dilaksanakan pemberian informasi obat, pemantauan penggunaan obat, dan efektivitas biaya. Pengelolaan administrasi di Istalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Medan telah dilaksanakan dengan baik sebagai pengelola pembukuan dan pelaksana fungsi kontrol obat-obatan melalui sistem cross-check pada setiap sub Instalasi Farmasi. Dari neraca Rugi/Laba yang dibuat setiap tahun dapat dilakukan evaluasi untuk mengetahui Instalasi Farmasi mengalami Rugi/Laba. Jika dari neraca Rugi/Laba tersebut diketahui Instalasi Farmasi telah mendapat keuntungan maka sistem operasional yang dijalankan dalam periode ini dipertahankan untuk periode selanjutnya. Tetapi jika mengalami kerugian maka dilakukan evaluasi pada bagian mana yang mengalami kerugian dan dilakukan pembenahan di bagian tersebut. Seja tahun 2005 CSSD telah terpisah dari Instalasi Farmasi menjadi Instalasi CSSD. Instalasi CSSD telah melakukan upaya sterilisasi alat-alat untuk operasi yang disesuaikan dengan tindakan operasi yang dilakukan. Alat-alat kesehatan habis pakai dan bahan-bahan keperluan sterilisasi dipesan dengan 50

60 menggunakan surat pesanan yang disetujui oleh Kepala Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit kepada PBF. Sedangkan untuk alat-alat inventaris disediakan oleh pihak rumah sakit. 51

61 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan merupakan rumah sakit milik pemerintah kota Medan yang telah swadana dan Instalasi Farmasi Rumah Sakitnya yang swakelola. 2. Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan memiliki Formularium Rumah Sakit yang menjadi pedoman bagi dokter dalam menulis resep sehingga penggunaan obat di Rumah Sakit mudah dipantau. 3. Pelayanan farmasi yang telah dilakukan oleh Instalasi Farmasi Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi kota Medan adalah pelayanan farmasi minimal, sedangkan pelayanan farmasi klinis pelaksanaannya sedang dalam tahap optimalisasi. 4. Pelayanan perbekalan farmasi dengan sistem ODDD dan sistem floor stock sudah dilaksanakan pada pasien Askes dan Jamkesmas, sedangkan untuk pasien umum belum terlaksana karena Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi belum mempunyai sistem sentralisasi sehingga penagihannya sulit untuk dilakukan. 5. Sistem penyimpanan dan pengeluaranperbekalan farmasi di gudang menggunakan sistem FIFO dan FEFO dan digunakan kartu stok sebagai kontrol

62 5.2. Saran 1. Sebaiknya pelayanan farmasi klinis di Instalasi Farmasi Rumah Sakit terus ditingkatkan. 2. Agar sistem formularium yang telah ditetapkan sebelumnya dapat diperbaharui dan disosialisasikan sehingga dapat digunakan sebagai pedoman dalam pengobatan. 3. Agar diterapkan sistem ODDD bagi pasen umum rawat inap seperti yang telah diterapkan pada pasien Askes dan Jamkesmas rawat inap. 4. Agar keseluruhan sistem yang ada di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi kota Medan menerapkan sistem komputerisasi dalam operasionalnya. 53

63 DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2006, Indonesia Index of Medical Specialties (MIMS), Edisi Bahasa Indonesia, Volume 7, penerbit PT. Info Master, Jakarta. Anonim, 2006, Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO), Volume 41, Penerbit ISFI, Jakarta. Depkes RI, 2001, Pedoman Pelayanan Pusat Sterilisasi (CSSD) di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Kepmenkes No. 1197, Siregar, Charles. JP., 2004, Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan, Cetakan I, Penerbit EGC, Jakarta. Undang-Undang Kesehatan No. 23, F:\frs\Rumah sakit - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm 54 54

64 Lampiran 1. Struktur Organisasi BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan BAGAN ORGANISASI BADAN PELAYANAN KESEHATAN RSU DR. PIRNGADI KOTA MEDAN WALIKOTA DEWAN PENYANTUN KEPALA BPK RSUPM Staf Medik Fungsional (SMF) KA INSTALASI 1. Ka Ins Rawat Jalan 11. Ka.Ins. Radiologi Ka.Ins Rawat Inap 12. Ka.Ins.Farmasi 2. Ka.Ins Rawat Darurat 13. Ka.Ins.Gizi 3. Ka.InsBedah Sentral 14. Ka.Ins Gas Medis 4. Ka.Ins. Sterilisasi Sentral 15. Ka.Ins.Pat.Anatomi 5. Ka.Ins.Pelayanan Intensif 16. Ka.Ins Pat.Klinik 6. Ka.Ins.Anestesi dan Reanimasi 17. Ka.Ins.Pem.Jenazah. Kedok. 7. Ka.Ins.Hemodialysis Kehakiman 8. Ka.Ins.Diagnostik Terpadu 18. Ka.Ins Kemotoran 9. Ka.Ins Rehabilitasi Medik 19. Ka.Ins. Loundry dan Sandang SUB BAG TATA USAHA SUB BAG PERLENGKAP AN SEKRETARIATAN SUB BAG KEPEGA WAIAN SUBBAG PENY.ANGG, PERBEN,&VERI FIKASI SUBBAG AKUNT, KEU, & MOB. DANA BID. PERENCANAAN DAN RM BID.PEL. MEDIS & PENUNJANG MEDIS BID. KEPERAWATAN BID. PEND. & PENELITIAN BID. PEMELIHARAAN SUB. BID PENYUSUNAN PROG. & laporan SUB.BID RUJUKAN SUB.BID.PELAY. KEPERAWATAN SU.BID. PEND. & PELATIHAN SUB.BID PEMELIHARAAN SARANA MEDIS SUB.BID. REKAM MEDIS SUB.BID. PENGELOLAAN DATA RM, RWT JLN &RWT INAP SUB BID. KETENAGAAN, PEMUTU, &PEMFASILITAS SUB.BID PENUNJANG MEDIS SUB.BID.PENGEN. MUTU KEPERAWATAN SUB.BID KETENAGAAN & PENGEM.SDM KEPERWTAN SUB.BID. PENELITIAN SUB.BID. PERPUSTAKAAN SUB.BID PEMELIHARAAN SARANA NON MEDIS SUB.BID KEBERSIHAN, KEAMANAN, KETERTIBAN 55

65 Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSU Dr. Pirngadi Kota Medan STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI FARMASI BPK RSU DR. PIRNGADI MEDAN 56

66 Lampiran 3. Struktur Organisasi Instalasi CSSD RSU Dr. Pirngadi Kota Medan STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI CENTRAL STERILIZATION SUPPLY DEPARTMENT (CSSD) Kepala Instalasi CSSD Sekretaris Administrasi Bendahara Staff Distribusi Staff Setting Staff Sterilisasi 57

67 Lampiran 4. Permohonan Pembelian Barang Medis dari Gudang 58

68 Lampiran 5. Kartu Gudang 59

69 Lampiran 6. Daftar Permintaan dan Penggunaan Farmasi 60

70 Lampiran 7. Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi 61

71 62 Lampiran 8. Kartu Apotek 62

72 63 Lampiran 9. Surat Pesanan Psikotropika dan Narkotika 63

73 64 Lampiran 10. Formulir Pemakaian Obat Golongan Narkotika 64

74 65 Lampiran 11. Laporan Penggunaan Narkotika dan Psikotropika 65

75 66 Lampiran 12. Laporan Penggunaan Psikotropika 66

76 67 Lampiran 13. Catatan Pemberian Obat 67

77 68 Lampiran 14. Surat Pernyataan dan Bon Gantung 68

78 69 Lampiran 15. Daftar Stok Obat-obat Emergensi 69

79 70 Lampiran 16. Daftar Stok Alat-alat Medis Emergensi 70

80 Lampiran 17. Daftar Permintaan dan Pengeluaran Narkotik 71

81 Lampiran 18. Formulir Pemakaian Obat-Obatan dan Alat Kesehatan untuk Pasien Operasi 72

82 Lampiran 19. Daftar Permintaan Obat Anestesi dan Perlengkapannya 73

83 Lampiran 20. Daftar Dosis Pemakaian Obat/Alat Anestesi 74

84 Lampiran 21. Formulir Pemakaian Pethidin di Kamar Bedah 75

85 Lampiran 22. Alur Pelayanan Dari Instalasi CSSD Ke Poliklinik dan Ruangan 76

86 Lampiran 23. Alur Pelayanan dari Instalasi CSSD Ke Ruang Kamar Bedah Emergensi 77

87 Lampiran 24. Alur Pelayanan dari Instalasi CSSD Ke Ruang COT (Central Operation Theatre) 78

88 Lampiran 25. Formulir Pelayanan Informasi Obat (PIO) Instalasi Farmasi RSUPM 79

89 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN STUDI KASUS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) KOMPLIKASI PENYAKIT JANTUNG PARU (KOR PULMONAL) DISERTAI PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DAN ARITMIA JANTUNG Disusun oleh: Saifah Nur Nasution, S.Farm FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 i

90 DAFTAR ISI Halaman JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Definisi Mekanisme Obstruksi Jalan Pernapasan Patologi Penyakit Paru Obstruktif Kronik Patogenesis Penyakit Paru Obstruktif Kronik Pemeriksaan Terapi Kor Pulmonal (Penyakit Jantung Paru) Definisi Etiologi Penyakit Kor Pulmonal Patogenesis Penyakit Kor Pulmonal Penatalaksanaan Penyakit Kor Pulmonal Aritmia Jantung Definisi Etiologi Patofisiologi Penyakit jantung Koroner (PJK) ii

91 2.4.1 Definisi Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner Penatalaksanaan Penyakit Jantung Koroner BAB III PENGAMATAN DAN PENATALAKSANAAN Identitas Pasien Ringkasan Pada Waktu Pasien Masuk BPK RSU. Dr Pirngadi Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium Riwayat Penyakit dan Pengobatan Terdahulu Diagnosa Terapi BAB IV PEMBAHASAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iii

92 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Bronkitis Kronik... 4 Gambar 2.2. Emfisema Paru... 5 Gambar 2.3. Kor Pulmonal iv

93 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Hasil Pemeriksaan Fisik Tabel 3.2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tabel 3.3. Hasil Diagnosa dan Terapi v

94 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Tinjauan Umum Obat Lampiran 2. Farmakokinetika Obat Lampiran 3. Lembar Penilaian PPOSR vi

95 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan diperlukan oleh setiap manusia untuk dapat melakukan segala aktivitas hidup, dan pelayanan kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pelayanan farmasi yang luas mencakup keterlibatan dalam berbagai kegiatan untuk memastikan kesehatan yang baik dan menghindari kesakitan dalam populasi. Apabila pengobatan kesehatan yang sakit diperlukan, mutu dari tiap proses penggunaan obat penderita harus dipastikan untuk mencapai manfaat terapi maksimal dan menghindarkan efek samping yang tidak menguntungkan. Hal ini mensyaratkan apoteker menerima tanggung jawab bersama dengan profesional lain dan dengan penderita untuk hasil terapi (Siregar, 2004). Dalam rangka menerapkan praktek farmasi klinis di rumah sakit, maka mahasiswa apoteker perlu diberi perbekalan dan pengalaman dalam bentuk praktek kerja profesi di rumah sakit. Adapun studi kasus yang diambil adalah kasus Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) atau sering juga disebut sebagai Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). PPOK menjadi masalah kesehatan masyarakat yang makin lama makin penting tidak saja di negara-negara berkembang tetapi juga di negara-negara maju. Kendala utama berhasilnya pengelolaan PPOK disebabkan belum adanya kesatuan pendapat tentang etiologi, patogenesis dan pengobatan PPOK. Berbeda dengan asma, PPOK menyebabkan 1

96 obstruksi saluran napas yang bersifat ireversibel. Faktor kebiasaan merokok, polusi lingkungan, infeksi dan genetik adalah beberapa faktor resiko penyebab PPOK. Terapi utama pada PPOK adalah penanganan terhadap kegagalan pernapasan. Karena cepat atau lambat, PPOK dapat menyebabkan kegagalan pernapasan (Amin, 1996). Oleh sebab itu, diperlukan peran apoteker untuk memberikan pemahaman kepada pasien dan keluarganya dalam rangka meningkatkan kepatuhan pasien untuk mematuhi pengobatan demi tercapainya tujuan pengobatan berupa kesembuhan yang sempurna. 1.2 Tujuan Tujuan dilakukan studi kasus ini adalah: a. memberikan pemahaman dan dorongan kepada pasien untuk mematuhi protokol terapi yang telah ditetapkan dokter b. melihat rasionalitas penggunaan obat di rumah sakit 2

97 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Defenisi Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas (obstruksi saluran pernapasan) yang bersifat progresif, artinya penyakit ini berlangsung seumur hidup dan makin memburuk secara lambat dari tahun ke tahun Mekanisme Obstruksi Jalan Pernapasan Menurut Yunus (1992), mekanisme obstruksi jalan pernapasan adalah sebagai berikut: Obstruksi oleh sekret pada saluran napas akibat produksi sekret yang berlebihan disertai penebalan kelenjar-kelenjar sub mukosa. Infeksi saluran napas. Sekret yang purulen merupakan manifestasi yang jelas adanya radang saluran napas, perubahan sifat dan warna sputum sangat penting untuk menilai adanya infeksi akut atau eksaserbasi. Sembab mukosa dan bronkus yang disebabkan oleh akumulasi sel-sel inflamatorik, hipertropi dan hiperplasia kelenjar-kelenjar mukus. Konstriksi otot polos bronkus (bronkospasme) yang sering terjadi pada penderita PPOK. Dilatasi dan obstruksi alveoli pada emfisema menyebabkan saluran napas mudah kolaps. 3

98 2.1.3 Patologi Penyakit Paru Obstruktif Kronik Berdasarkan penyebabnya, penyakit ini dibagi atas: 1. Bronkitis kronik Gambar 2.1. Bronkitis kronik Bronkitis kronik secara defenisi klinis adalah penyakit yang ditandai batuk-batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran dahak, sekurang-kurangnya 3 bulan dalam satu tahun dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun berturut-turut. Kelainan utama pada bronkus adalah hipertropi dan hiperplasia kelenjar mukus dimana terjadinya sekresi mukus yang berlebihan dan lebih kental ( 2. Emfisema Paru Emfisema paru, menurut defenisi anatomi dengan adanya kerusakan pada dinding rongga-rongga udara (alveoli) (Hayes dan Mackey, 1997). Kerusakan ini menyebabkan rongga udara semakin membesar sehingga luas permukaan untuk pertukaran oksigen dan karbondioksida menjadi lebih kecil sehingga dapat menyebabkan kesulitan napas ( 4

99 Gambar 2.2. Emfisema Paru Patogenesis Penyakit Paru Obstruktif Kronik Menurut Amin (2006), ada beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya PPOK, yaitu: Rokok Rokok adalah penyebab utama timbulnya bronkitis kronik dan emfisema paru. Secara patologis, rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia epitel saluran pernapasan, juga menyebabkan bronkokonstriksi akut. Infeksi Infeksi menyebabkan kerusakan paru lebih hebat. Infeksi saluran pernapasan bagian atas pada seorang pasien bronkitis kronik hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah, serta menyebabkan kerusakan paru bertambah. Polusi Eksaserbasi akut pada bronkitis sering ditimbulkan oleh polusi sulfur dioksida (SO 2 ) yang tinggi, sedangkan Nitrogen (NO 2 ) dapat menyebabkan obstruksi saluran napas kecil (bronkiolitis). 5

100 Faktor genetik Pada survei terakhir terbukti bahwa anak-anak dari orang tua yang merokok mempunyai kecendrungan mengalami penyakit paru kronik lebih sering dan lebih berat. Faktor genetik diantaranya atopi yang ditandai dengan adanya hiperesponsif bronkus, riwayat penyakit obstruksi paru pada keluarga dan defisiensi protein Alfa-1 Anti Tripsin (AAT). Alfa-1 Anti Tripsin merupakan suatu protein yang menetralkan enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru. Dengan demikian AAT dapat melindungi paru dari kerusakan jaringan yang disebabkan oleh enzim proteolitik. Orang yang mempunyai nilai AAT<35%, tidak mampu memberikan perlindungan yang adekuat dan kerusakan parenkim paru dapat terjadi Pemeriksaan Untuk menegakkan diagnosa penyakit ini, perlu dilakukan pemeriksaan yang seksama mulai dari faktor-faktor resikonya, gejala, dan perjalanan penyakitnya dan pemeriksaan penunjang seperti: 1. Spirometer Spirometer adalah suatu teknik pemeriksaan untuk mengetahui fungsi paru, dimana pasien diminta untuk meniup sekuat-kuatnya melalui suatu alat yang dihubungkan dengan mesin spirometer yang secara otomatis akan menghitung kekuatan, kecepatan, dan volume udara yang dikeluarkan sehingga dengan demikian dapat diketahui kondisi faal paru pasien (Rab, 1996). 6

101 2. Pemeriksaan Radiologis Pemeriksaan radiologis pada emfisema paru menunjukkan adanya kelainan pada foto dada antara lain diafragma yang rendah dan datar, sternum lebih melengkung, terjadi kifosis, corakan paru bertambah, dan adanya bulae. Hasil pemeriksaan radiologis pada bronkitis kronik menunjukkan adanya corakan paru yang bertambah serta bayangan bronkus yang menebal (Soeparman., dkk, 1998) 3. Analisa Gas Darah Metode ini menunjukkan tingkat oksigen di dalam darah. Pasien bronkitis kronik memiliki tekanan oksigen arterial yang rendah (PaO 2 = mmhg) dan terjadi peningkatan tekanan karbondioksida arterial (PaCO 2 = mmhg). Sedangkan pasien emfisema memiliki PaO 2 yang lebih tinggi dan biasanya PaCO 2 normal dengan adanya peningkatan disfungsi paru-paru. 4. Pemeriksaan Fungsi Paru-Paru Pada pemeriksaan kapasitas difusi menunjukkan adanya penurunan kapasitas difusi yang disebabkan karena luas permukaan alveoli untuk difusi udara berkurang (Soeparman., dkk, 1998) Terapi Menurut Yunus (1992) dan Standar Pelayanan Medis IDI (2002), dasardasar penatalaksanaan PPOK secara umum adalah: a. Usaha pencegahan terutama ditujukan terhadap memburuknya penyakit. b. Mobilisasi dahak c. Mengatasi bronkospasme 7

102 d. Memberantas infeksi e. Penanganan terhadap komplikasi penyakit f. Fisioterapi, inhalasi terapi, dan rehabilitasi Pencegahan Penerangan yang jelas kepada penderita mengenai sebab dan faktor yang dapat memperburuk keadaan seperti berhenti merokok dan menghindari polusi udara di pabrik sehingga penderita dapat turut aktif dalam tindakan pencegahan dan pengobatan (Yunus., dkk, 1992; Standar Pelatanan Medis IDI, 2002). Pengobatan simptomatis Ditujukan untuk mengurangi keluhan batuk, ekspektorasi dan sesak dengan cara memberikan obat-obat yang mempermudah pengeluaran sputum serta melebarkan saluran napas seperti a. Mukolitik dan ekspektoransia Pencairan dan mobilisasi dahak merupakan tujuan pengobatan yang penting pada keadan eksaserbasi dan pada keadaan menahun yang disertai obstruksi jalan napas. Obat Mukolitik seperti asetil sistein oral, bromheksin dan ambroksol (Yunus., dkk, 1992; Standar Pelatanan Medis IDI, 2002). b. Nebulasi. Inhalasi uap air atau dengan aerosol melalui nebuliser, dapat juga ditambahkan dengan obat-obat bronkodilator dan mukolitik dengan atau tanpa Intermittent Positive Pressure Breathing (IPPB). Pemberian IPPB pada penderita dengan infeksi saluran napas akut dan dekompensasi jantung akut dapat berguna untuk mencegah dan menyembuhkan atelektasis, 8

103 membersihkan saluran napas dan memperbaiki pertukaran gas (Yunus., dkk, 1992). Obat-Obat Bronkodilator Menurut Yunus (1992) dan Standar Pelayanan Medis IDI (2002), bronkodilator merupakan obat utama dalam mengatasi obstruksi jalan napas. Bronkodilator tersebut dapat berupa: - Amin simpatomimetik, agonis beta-2 seperti salbutamol dan terbutalin. Obat ini selain bekerja sebagai bronkodilator juga bekerja merangsang mobilisasi dahak terutama pada pemberian secara inhalasi dalam bentuk aerosol. - Derivat xantin seperti aminofilin dan teofilin. Selain memeliki efek bronkodilatasi, golongan ini juga mempunyai kemampuan meningkatkan kontraktilitas otot diafragma sehingga sangat penting bagi penderita dengan sesak napas kronik seperti pada penderita PPOK - Kortikosteroid. Banyak penderita bronkitis yang juga menunjukkan gejala seperti asma disertai hipertropi otot polos bronkus. Kortikosteroid ini dapat berupa prednison dan metil prednisolon. Metil prednisolon memberikan manfaat pada bronkitis menahun yang disertai dengan kegagalan napas mendadak. Antibiotik Infeksi sangat berpengaruh terhadap perjalanan PPOK, terutama pada keadaan eksaserbasi. Pemberian antibiotika diperlukan karena biasanya kelainan parenkim paru disebabkan oleh mikroorganisme diantaranya Hemophylus 9

104 influenzae dan Pneumococcus sp, Staphylococcus sp. Idealnya pemberian antibiotika disesuaikan dengan hasil kultur sputum. Sambil menunggu hasil kultur, biasanya diberikan antibiotika spektrum luas (Yunus., dkk, 1992; Standar Pelatanan Medis IDI, 2002). Pengobatan terhadap komplikasi Komplikasi yang sering terjadi adalah hipoksemia dan kor pulmonal. Peningkatan PaCO 2 (tekanan karbondioksida arterial) dan asidosis pada penderita PPOK disebabkan tidak sempurnanya pengeluaran CO 2 sehingga menimbulkan hipoksemia. Hipoksemia dapat mencetuskan dekompensasi jantung pada penderita PPOK terutama pada saat adanya infeksi saluran napas. Pemberian oksigen dosis rendah 1-2 liter/menit selama jam sering dianjurkan, karena dapat memperbaiki hipoksemia tanpa terlalu menaikkan tekanan CO 2 darah akibat depresi pernapasan. Diuretik merupakan pilihan utama pada penderita dengan kor pulmonal yang disertai gagal jantung kanan (Yunus., dkk, 1992; Standar Pelatanan Medis IDI, 2002; Hatmoko, 2006). Fisioterapi dan inhalasi terapi Prinsip fisioterapi dan terapi inhalasi adalah mengencerkan dahak, memobilisasi dahak, melakukan pernapasan yang efektif dan mengembalikan kemampuan fisik penderita ke tingkat yang optimal (Yunus., dkk, 1992; Standar Pelatanan Medis IDI, 2002). 10

105 2.2 Kor Pulmonal (Penyakit Jantung Paru) Defenisi Defenisi Kor Pulmonal menurut WHO (1963) adalah keadaan patologis dengan ditemukannya hipertropi ventrikel kanan yang disebabkan oleh kelainan fungsional dan struktur paru. Tidak termasuk kelainan karena penyakit jantung primer pada jantung kiri dan penyakit jantung konginetal (bawaan). Gambar 2.3. Kor Pulmonal Etiologi Penyakit Kor Pulmonal Etiologi dari kor pulmonal secara garis besar dibagi menjadi: 1) Penyakit parenkim paru seperti PPOK merupakan penyebab tersering kor pulmonal kronis 2) Kelainan dinding toraks dan otot pernapasan seperti miestenia gravis 3) Penyakit vaskuler paru seperti emboli paru (Joewono, 2003). Tidak temasuk kelainan vaskuler paru yang disebabkan kelainan ventrikel kiri, penyakit 11

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1. Defenisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1. Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Defenisi Rumah Sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN. Disusun Oleh : LISBET SIAHAAN. S.

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN. Disusun Oleh : LISBET SIAHAAN. S. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN Disusun Oleh : LISBET SIAHAAN. S. Farm 083202043 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. di BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI KOTA MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. di BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI KOTA MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI KOTA MEDAN Disusun oleh : Bintang Sulastri Aruan, S.Farm 073202113 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI MEDAN Disusun Oleh : CHRISTINA LUMBAN TORUAN, S.Farm 083202006 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat 2.1 Definisi Rumah Sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI DI BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM. Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN OLEH: DAVID GINTING, S.

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI DI BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM. Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN OLEH: DAVID GINTING, S. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI DI BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN OLEH: DAVID GINTING, S.Farm 073202115 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN 1 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT Di RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN Disusun Oleh : Elva Yanti, S. Farm. 083202017 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatanyang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. di RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI MEDAN OLEH : TRISNA KURNIA, S.Farm.

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. di RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI MEDAN OLEH : TRISNA KURNIA, S.Farm. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI MEDAN OLEH : TRISNA KURNIA, S.Farm. Nim : 083202088 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN Disusun oleh: Sri Mayani Harahap, S. Farm NIM : 093202063 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 983/MenKes/SK/XI/1992, rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAGAN ORGANISASI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT

BAGAN ORGANISASI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT Lampiran 1. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan BAGAN ORGANISASI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT Komite Farmasi & Terapi Direktur RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Kepala Instalasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Salah satu sarana untuk penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD Dr. Pirngadi. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD Dr. Pirngadi. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD Dr. Pirngadi Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan BAGAN ORGANISASI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT Komite Farmasi & Terapi Direktur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur, BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Berdasarkan Undang-Undang tentang rumah sakit no.44 tahun 2009,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Berdasarkan Undang-Undang tentang rumah sakit no.44 tahun 2009, BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Berdasarkan Undang-Undang tentang rumah sakit no.44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD Dr. Pirngadi. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD Dr. Pirngadi. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD Dr. Pirngadi Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan BAGAN ORGANISASI INSTALASI FARMASI Komite Farmasi & Terapi Direktur RSUD

Lebih terperinci

Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan DIREKTUR KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL WAKIL DIREKTUR BIDANG ADMINISTRASI UMUM DAN KEUANGAN WAKIL DIREKTUR BIDANG PELAYANAN MEDIS DAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan

Lebih terperinci

Lampiran 1.Struktur Organisasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

Lampiran 1.Struktur Organisasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Lampiran 1.Struktur Organisasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan DIREKTUR KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL WAKIL DIREKTUR BIDANG ADMINISTRASI UMUM DAN KEUANGAN WAKIL DIREKTUR BIDANG PELAYANAN MEDIS DAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan

Lebih terperinci

Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan 77 Lampiran 3. Rekapitulasi Perhitungan Unit Cost Pasien Askes

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. PIRNGADI KOTA MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. PIRNGADI KOTA MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. PIRNGADI KOTA MEDAN Disusun Oleh: ADRIANSYAH, S.Farm 103202001 PRORAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III. TINJAUAN KHUSUS RSUD dr. PIRNGADI KOTA MEDAN. oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan nama GEMENTA ZIEKEN HUIS.

BAB III. TINJAUAN KHUSUS RSUD dr. PIRNGADI KOTA MEDAN. oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan nama GEMENTA ZIEKEN HUIS. BAB III TINJAUAN KHUSUS RSUD dr. PIRNGADI KOTA MEDAN 3.1 Sejarah RSUD dr. Pirngadi Kota Medan RSUD dr. Pirngadi Kota Medan didirikan pada tanggal 11 Agustus 1928 oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan

Lebih terperinci

BAB III. TINJAUAN KHUSUS RSUD Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN. 3.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan

BAB III. TINJAUAN KHUSUS RSUD Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN. 3.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan BAB III TINJAUAN KHUSUS RSUD Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN 3.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan didirikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI MEDAN. 3.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan

BAB III TINJAUAN KHUSUS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI MEDAN. 3.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan BAB III TINJAUAN KHUSUS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI MEDAN 3.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan didirikan oleh Pemerintah

Lebih terperinci

BAB III. TINJAUAN KHUSUS RSUD Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN. 3.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan

BAB III. TINJAUAN KHUSUS RSUD Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN. 3.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan BAB III TINJAUAN KHUSUS RSUD Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN 3.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan didirikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda

Lebih terperinci

Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan DIREKTU R KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL WAKIL DIREKTUR BIDANG ADMINISTRASI UMUM DAN KEUANGAN WAKIL DIREKTUR BIDANG PELAYANAN MEDIS DAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Disusun Oleh: Yuldiani Gustri, S.Farm. NIM 103202059 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Efisiensi Biaya Penggunaan Obat Kanker Nasofaring di RSUD Dr. Pirngadi Medan Pasien : Jamkesmas

Lampiran 1. Data Efisiensi Biaya Penggunaan Obat Kanker Nasofaring di RSUD Dr. Pirngadi Medan Pasien : Jamkesmas Lampiran 1. Data Efisiensi Biaya Penggunaan Obat Kanker Nasofaring di RSUD Dr. Pirngadi Medan Pasien : Jamkesmas Bulan : Mey 2009 NO NO MR NAMA PASIEN LFT 1 66-41-26 Edi Susanto 1.5 162 5-5-2009 cm NPC

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD PEKANBARU Disusun oleh: Faisal Yusuf, S.Farm. NIM 093202114 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH. Dr. PIRNGADI MEDAN. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan didirikan pada

BAB III TINJAUAN KHUSUS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH. Dr. PIRNGADI MEDAN. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan didirikan pada BAB III TINJAUAN KHUSUS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI MEDAN 3.1. Sarana dan Prasarana Fisik Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan didirikan pada tanggal 11 Agustus 1928 dan sejak tanggal

Lebih terperinci

Lampiran 1. Struktur organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Lampiran 1. Struktur organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan Lampiran 1. Struktur organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan DIREKTUR KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL WAKIL DIREKTUR BIDANG ADMINISTRASI UMUM WAKIL DIREKTUR BIDANG PELAYANAN MEDIS DAN KEPERAWATAN WAKIL DIREKTUR

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin. Bandung

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin. Bandung LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung Disusun Oleh: Rian Budi Prasetya, S.Farm. NIM 113202050 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung Disusun Oleh: Fathul Jannah, S. Farm NIM 103202081 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DEPO FARMASI IATI. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik. Medan

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DEPO FARMASI IATI. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik. Medan LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DEPO FARMASI IATI Di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Disusun Oleh: DIANA FEBRITA, S. Farm. NIM 113202014 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI. di RSUP ADAM MALIK MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI. di RSUP ADAM MALIK MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI di RSUP ADAM MALIK MEDAN Oleh: : CINDY CESARIA, S. Farm. 093202010 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 Lembar Pengesahan

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt.

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt. RUMAH SAKIT Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt. DASAR HUKUM RUMAH SAKIT UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. PerMenKes RI Nomor 1045/menkes/per/XI/2006 Tentang Pedoman organisasi rumah sakit di lingkungan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 STRUKTUR ORGANISASI RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG

LAMPIRAN 1 STRUKTUR ORGANISASI RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG LAMPIRAN 1 STRUKTUR ORGANISASI RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG DIREKTUR UTAMA KOMITE MEDIK KOMITE ETIK & HUKUM KOMITE MUTU & K3 DIREKTUR MEDIK DAN KEPERAWATAN DIREKTUR SUMBER DAYA MANUSIA DAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK Disusun Oleh: Meldawati Br Perangin-angin, S. Farm. NIM 103202094 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT RSUP H. ADAM MALIK MEDAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN OLEH: Pebriana Mega Sari, S.Farm. NIM 103202129 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar dan Amalia, 2004).

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar dan Amalia, 2004). BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor44 tahun 2009 pasal 1 Rumah Sakit

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor44 tahun 2009 pasal 1 Rumah Sakit 4 BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi rumah sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor44 tahun 2009 pasal 1 Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

KOMITE FARMASI DAN TERAPI. DRA. NURMINDA S MSi, APT

KOMITE FARMASI DAN TERAPI. DRA. NURMINDA S MSi, APT KOMITE FARMASI DAN TERAPI DRA. NURMINDA S MSi, APT STANDARD PELAYANAN FARMASI Keputusan MenKes no. 1197/MenKes/SK/X/2004 Tanggal 19 Oktober 2004 Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN Disusun Oleh: Lisda Mawarni Sihombing, S. Farm 083202044 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Efisiensi Biaya Penggunaan Obat Kanker Payudara di RSUD Dr. Pirngadi Medan Pasien : Jamkesmas Bulan : Mei 2009

Lampiran 1. Data Efisiensi Biaya Penggunaan Obat Kanker Payudara di RSUD Dr. Pirngadi Medan Pasien : Jamkesmas Bulan : Mei 2009 Lampiran 1. Data Efisiensi Biaya Penggunaan Obat Kanker Payudara di RSUD Dr. Pirngadi Medan Pasien : Jamkesmas Bulan : Mei 2009 NO NO MR NAMA OBAT KEMOTERAPI BIAYA LFT PASIEN Nama Obat Permintaan Perhitungan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung Disusun Oleh: Roni M. Situmorang, S. Farm (103202111) FAKULTAS FARMASI PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 rumah sakit

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 rumah sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi rumah sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN OLEH: BEDI RENTINA MUIS MATONDANG, S. Farm. NIM 093202008 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alat ilmiah khusus, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alat ilmiah khusus, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah suatu organisasi yag kompleks, menggunakan gabungan alat ilmiah khusus, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT Di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung Disusun Oleh: Eldiza Puji Rahmi, S. Farm. NIM 103202016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH. Disusun Oleh: Erda Marhas Yunita, S.

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH. Disusun Oleh: Erda Marhas Yunita, S. LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH Disusun Oleh: Erda Marhas Yunita, S. Farm 133202249 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era persaingan yang ketat, hal utama yang perlu diperhatikan oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing, mempertahankan pasar

Lebih terperinci

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat merupakan komponen penting dalam pelayanan kesehatan. Pengelolaan obat yang efisien diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi rumah sakit dan pasien

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN RANCANGAN PROSEDUR PENGELOLAAN OBAT/ALAT KESEHATAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT MYRIA PALEMBANG

BAB IV ANALISIS DATA DAN RANCANGAN PROSEDUR PENGELOLAAN OBAT/ALAT KESEHATAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT MYRIA PALEMBANG BAB IV ANALISIS DATA DAN RANCANGAN PROSEDUR PENGELOLAAN OBAT/ALAT KESEHATAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT MYRIA PALEMBANG Instalasi Farmasi Rumah Sakit Myria Palembang merupakan Bagian Pelayanan Instalasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dengan memadukan penggunaan ilmu dan seni untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu dari saranan kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI JAKARTA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI JAKARTA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI JAKARTA Disusun Oleh: Zeplin Karo-karo, S. Farm 0732020110 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Lembar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat pada umumnya semakin sadar akan pentingnya kesehatan dalam kehidupan. Kesehatan merupakan salah satu kunci utama bagi seseorang dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Pembangunan kesehatan pada dasarnya

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN

PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Jaminan Pelayanan Kesehatan

Lebih terperinci

Perbedaan jenis pelayanan pada:

Perbedaan jenis pelayanan pada: APLIKASI MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT OLEH : LELI F. MAHARANI S. 081121039 MARINADIAH 081121015 MURNIATY 081121037 MELDA 081121044 MASDARIAH 081121031 SARMA JULITA 071101116 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat dan tempat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 30 Tahun 2001 Seri D ---------------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam hal ini memerlukan suatu variabel yang dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam hal ini memerlukan suatu variabel yang dapat digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam analisis kepuasan pasien, erat hubungannya dengan suatu kinerja, yaitu proses yang dilakukan dan hasil yang dicapai oleh suatu organisasi dalam menyediakan produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kepuasan Konsumen Kepuasan konsumen berarti bahwa kinerja suatu barang atau jasa sekurang kurangnya sama dengan apa yang diharapkan (Kotler & Amstrong, 1997).

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menjadi prioritas utama program pemerintah menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

Lebih terperinci

NOMOR : 10 TAHUN 2009

NOMOR : 10 TAHUN 2009 BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2009 NOMOR 17 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR : 10 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT Di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Disusun Oleh: Nurhafni, S.Farm. NIM 113202046 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, 06 JANUARI 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 11 S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 11 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WALUYO JATI KRAKSAAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 17 TAHUN 2015 T E N T A N G TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN. Oleh: CUT MANZALENI BRAISYAH PUTRI, S. Farm NIM

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN. Oleh: CUT MANZALENI BRAISYAH PUTRI, S. Farm NIM LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN Oleh: CUT MANZALENI BRAISYAH PUTRI, S. Farm NIM 083202008 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

SOP Pelayanan Farmasi Tentang Perencanaan dan Pemesanan Obat-obat High Alert

SOP Pelayanan Farmasi Tentang Perencanaan dan Pemesanan Obat-obat High Alert SOP Pelayanan Farmasi Tentang Perencanaan dan Pemesanan Obat-obat High Alert PENGERTIAN PROSEDUR UNIT TERKAIT Suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyusun daftar kebutuhan obat yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA JALAN KESEHATAN NO. 1 YOGYAKARTA 03 AGUSTUS 30 SEPTEMBER 2015 PERIODE XLV

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA JALAN KESEHATAN NO. 1 YOGYAKARTA 03 AGUSTUS 30 SEPTEMBER 2015 PERIODE XLV LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA JALAN KESEHATAN NO. 1 YOGYAKARTA 03 AGUSTUS 30 SEPTEMBER 2015 PERIODE XLV PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dua jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. dua jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan memberikan dua jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH PT NUSANTARA SEBELAS MEDIKA RUMAH SAKIT ELIZABETH SITUBONDO 2015 DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN Tujuan Umum... 2 Tujuan Khusus... 2 BAB II

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan Kepatuhan menyatakan kesesuaian perilaku dan pelaksanaan kegiatan terhadap ketentuan atau standar yang berlaku. Kepatuah dokter menulis resep dipengaruhi faktor-faktor

Lebih terperinci