Laporan Kemajuan Penelitian (70%) Penelitian Dosen Madya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Kemajuan Penelitian (70%) Penelitian Dosen Madya"

Transkripsi

1 Laporan Kemajuan Penelitian (70%) Penelitian Dosen Madya DAMPAK PHYSICOMOTORTHERAPHY TERHADAP MOTOR ABILITY SISWA KELAS 2 SD NEGERI KARANGDAN KEC. PADAKEMBANG KAB. TASIKMALAYA Oleh: KetuaKelompok : H. Agus Mulyadi, M.Pd. (NIDN ) Anggota : 1. Nuriska Subekti, M.Pd. (NIDN ) 2. Juhrodin, M.Pd. (NIDN ) UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA 2017

2 HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN DOSEN MADYA i

3 RINGKASAN Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Dampak Physicomotortheraphy terhadap Motor Ability Siswa kelas 2 SD Negeri Karangdan Kec. Padakembang Kab. Tasikmalaya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen, Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi dengan jumlah populasi 55 orang. sampel eksperimen yang diambil untuk penelitian ini adalah Kelas kelas 2A SD Negeri Karangdan Kec. Padakembang Kab. Tasikmalaya dengan jumlah 28 orang. Instrument yang digunakan adalah tes motor ability yaitu Tes Shuttle run 4 x 10 meter, Tes lempar tangkap bola jarak 1 meter dengan tembok, Tes Stork Stand Positional balance, Tes lari Cepat 30 Meter. Teknik pengumpulan data melalui angket dan tes kebugaran yang dianalisis dengan menggunakan program SPSS. Dari hasil tes awal siswa kelas 2A SD Negeri Karangdan Kec. Padakembang Kab. Tasikmalaya siswa kemampuan gerak masih kurang. Terbukti dengan hasil yang di peroleh dapat di ktegorikan dengan 65% dalam kategori kurang, 30% dalam kategori cukup dan 15% dalam kategori Baik. Kata Kunci : Motor Abilit, Physicomotortheraphy Abstract The purpose of this research is to know the impact of Physicomotortheraphy on Motor Ability of Grade 2 students of SD Negeri Karangdan Kec. Padakembang Kab. Tasikmalaya. This research uses experimental research method, Population in this research are students with population 55 people. Experimental samples taken for this research are Class 2A SD Negeri Karangdan Kec. Padakembang Kab. Tasikmalaya with a total of 28 people. Instrument used is motor ability test that is Test of Shuttle - run 4 x 10 meter, Throw Test catch ball 1 meter distance with wall, Test Stork Stand Positional balance, Test Run fast 30 Meter. Data collection techniques through questionnaires and fitness tests were analyzed using the SPSS program. From the results of the initial test of grade 2A students of SD Negeri Karangdan Kec. Padakembang Kab. Tasikmalaya students motion ability is still lacking. Proven with the results obtained can be categorized with 65% in the category less, 30% in the category enough and 15% in the Good category. Keyword : Motor Ability, Physicomotortheraphy ii

4 PRAKATA Alhamdulillahirabbil'aalamin, segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Penyayang. Tanpa karunia-nya, mustahillah penelitian ini terselesaikan tepat waktu mengingat tugas dan kewajiban lain yang bersamaan hadir. Penelitian ini ditulis berdasarkan penulis yang sering mengamati perilaku siswa di sekolah dasar. Para siswa begitu gemar mengikuti pelajaran penjas. Itu adalah salah satu bentuk antusias mereka dalam mengikuti pelajaran penjas. Murid Sekolah Dasar yang umurnya berusia antara 6-9 tahun pada dasamya sudah dapat dilihat seberapa jauh motorik mereka, diharapkan murid SD sudah memiliki motorik minimal yang sangat berguna bagi penyesuaian diri kehidupan mereka terutama yang menyangkut gerakan-gerakan dasar yang berguna dalam kehidupan mereka sehari-hari. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, pembelajaran penjas di SD Negeri Karangdan Kec. Padakembang Kab. Tasikmalaya siswa kemampuan gerak masih kurang. Salah satu faktor penyebab kurang kemampuan geraknya adalah merasa ketakutan akan cedera ketika melakukan setiap gerakan. Berdasarkan kondisi tersebut, penulis melakukan penelitian dengan memberikan inovasi pembelajaran. Pemberian inovasi pembelajaran yang dimaksud adalah terapi. Diharapkan dengan pemberian terapi ini akan menunjukkan hasil belajar penjas yang maksimal. Terselesaikannya penulisan penelitian ini juga tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak. Karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof. H. Aripin, Ph.D. selaku Ketua LPPM Universitas Siliwangi yang telah menyetujui penelitian ini. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada para anggota peneliti yang tel;ah ikut andil untuk menyelesaikan penelitian ini. Selain itu, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada segenap dosen Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan rekreasi atas semua bantuan, motivasi, dan saran-sarannya. iii

5 Meskipun telah berusaha untuk menghindarkan kesalahan, penulis menyadari juga bahwa dalam penelitian ini masih mempunyai kelemahan sebagai kekurangannya. Karena itu, penulis berharap agar berkenan menyampaikan kritikan. Dengan segala pengharapan dan keterbukaan, penulis menyampaikan rasa terima kasih dengan setulus-tulusnya. Kritik merupakan perhatian agar dapat menuju kesempurnaan. Akhir kata, penulis berharap agar peneliotian ini dapat membawa manfaat. Secara khusus, penulis berharap semoga penelitian ini dapat menginspirasi generasi bangsa ini agar menjadi generasi yang tanggap dan tangguh. Jadilah generasi yang bermartabat, kreatif, dan mandiri. Tasikmalaya, Juli 2017 Penulis, AM iv

6 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN... i RINGKASAN... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB 1 PENDAHULUAN BAB 2 BAB Latar Belakang Masalah Identifikasi Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Target Luaran Penelitian... 4 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 State of The Art Penelitian Yang Sudah Dilaksanakan Teori Belajar Belajar Pendidikan Jasmani Proses Belajar Gerak Motor Ability Physicomotortheraphy Penerapan Physicomotortheraphy Dalam Proses ii iii v vii viii Belajar Penjas Hipotesis TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 3.1 Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian ix v

7 Halaman BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Desain Penelitian Langkah-Langkah Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Penelitian Sampel Penelitian Lokasi Penelitian Instrumen Penelitian Rancangan Pembelajaran Teknik Pengolahan Analisis Data BAB 5 HASIL YANG DICAPAI 5.1 Hasil Penelitian BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA 6.1 Rencana Tahapan Berikutnya BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Penelitian DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN vi

8 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 Materi Pembelajaran Tabel 4.2 Program Pembelajaran Tabel 5.1 Hasil Tes Awal Motor Ability Siswa-Siswi kelas 2A SD Negeri Karangdan Kec. Padakembang Kab. Tasikmalaya Tahun Ajaran 2017/ vii

9 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 4.1 Desain Eksperimen Pre-test and Post-test design (Fraenkel and Wallen (1993:247) Gambar 4.2 Langkah-Langkah Penelitian Gambar 4.3 Tes Shutle Run Gambar 4.4 Tes Stork Stand Position Balance Gambar 4.5 Tes Lari 30 Meter viii

10 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Materi Pembelajaran Lampiran 2. Program Pembelajaran Lampiran 3. Deskripsi Data Hasil Tes Awal Lampiran 4. Surat Izin Melaksanakan Penelitian Lampiran 5. Justifikasi Anggaran Penelitian Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian ix

11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan dan memiliki ciri khas yang sangat mendasar dan membedakan pendidikan jasmani dengan mata pelajaran lainnya yang ditandai dengan adanya indikasi keterlibatan komponen fisik seperti kecepatan reaksi dan komponen fisik lainnya yang terangkum dalam tujuan yang hendak dicapai. Disamping itu melalui pembelajaran gerak dalam pendidikan jasmani dapat diperoleh kesenangan serta dapat mengekspresikan diri dalam suasana yang khas dalam interaksi dengan lingkungannya. Tujuan pendidikan jasmani dan kesehatan di sekolah dasar seperti dikemukakan Depdikbud (1993:2) adalah sebagai berikut. Membantu siswa untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatannya melalui pengenalan dan penanaman sikap positif, serta kemampuan gerak siswa dan berbagai aktivitas jasmani agar dapat : 1) Tercapainya pertumbuhan dan perkembangan jasmani khususnya tinggi dan berat badan secara harmonis. 2) Terbentuknya sikap dan perilaku seperti; disiplin, kejujuran, kerjasama serta mengikuti peraturan dan ketentuan yang berlaku. 3) Menyenangi aktivitas jasmani yang dapat dipakai untuk mengisi waktu luang serta kebiasaan hidup sehat. 4) Tersalurnya hasrat untuk bergerak dan tercapainya gerakan yang benar. 5) Meningkatkan kesehatan, kesegaran jasmani, dan keterampilan gerak dasar Tujuan tersebut di atas akan tercapai dengan baik jika faktor-faktor pendukung dalam pelaksanaan proses pembelajarannya saling mendukung. Faktor-faktor pendukung dalam suatu proses pembelajaran adalah guru, siswa, tujuan, materi, metode, dan evaluasi/penilaian. Faktor utama dari faktor-faktor tersebut di atas adalah faktor guru, karena gurulah yang merumuskan tujuan, memilih, dan menentukan materi pelajaran, metode dan alat evaluasi. Keterampilan gerak dasar dapat dimiliki siswa sekolah dasar melalui kegiatan pokok (atletik, senam, permainan, dan pendidikan kesehatan) dan kegiatan pilihan (renang, pencak silat, bulutabgkis, tenis meja, tenis, sepak 1

12 takraw, olahraga tradi- sional, dan cabang-cabang olahraga lainnya yang berkembang dan potensial di daerah), yang semuanya itu merupakan ruang lingkup materi penjaskes di sekolah dasar. Oleh karena itu harus dikembangkan berbagai bentuk pembelajaran gerak yang dapat meningkatkan kemampuan motorik (motor ability) mereka. bahwa : Mengenai kemampuan motorik Widiastuti (2015 : 191) mengemukakan Kemampuan motorik merupakan salah satu indikator kebugaran yang penting pada setiap individu yang erat kaitannya dengan pencapaian kualitas fisik dan kualitas keterampilan gerak. Kemampuan motorik adalah (motor fitnes) adalah sebagai suatu kapasitas dari seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan kemampuan fisik untuk dapat melaksanakan suatu gerakan, atau dapat pula didefinisikan bahwa kemampuan motorik adalah kapasitas penampilan seseorang dalam melakukan berbagai tugas gerak. Selanjutnya mengenai kemampuan motorik (motor ability) menurut Nurhasan dan Narlan, Abdul (2014 : 98) Motor ability kemampuan umum seseorang untuk bergerak. Secara lebih spesifik motor ability adalah kapasitas seseorang untuk dapat melakukan bermacam-macam gerakan yang memerlukan keberanian dalam berolahraga. Murid Sekolah Dasar yang umurnya berusia antara 6-9 tahun pada dasamya sudah dapat dilihat seberapa jauh motorik mereka, diharapkan murid SD sudah memiliki motorik minimal yang sangat berguna bagi penyesuaian diri kehidupan mereka terutama yang menyangkut gerakan-gerakan dasar yang berguna dalam kehidupan mereka sehari-hari. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, pembelajaran penjas di SD Negeri Karangdan Kec. Padakembang Kab. Tasikmalaya siswa kemampuan gerak masih kurang. Salah satu faktor penyebab kurang kemampuan geraknya adalah merasa ketakutan akan cedera ketika melakukan setiap gerakan yang mengakibatkan : 1. kurang mampu mengatur keseimbangan, 2. reaksi kurang cepat dan 3. koordinasi kurang baik. 2

13 Anak- anak yang mengalami kesulitan dalam mengatur keseimbangan tubuhnya biasanya juga memiliki kesulitan dalam mengontrol gerakan anggota tubuh sehingga terkesan gerakannya ragu- ragu dan tampak canggung, Lambat dalam bereaksi dan koordinasi gerakannya juga tampak kacau sehingga sering kali disebut ceroboh. Dari paparan masalah diatas guru harus pandai memilih pendekatan, metode, teknik, dan strategi pembelajaran sesuai dengan pengetahuan, kemampuan yang dimilikinya, serta sarana prasarana sekolah, modifikasi dalam pembelajaran dan memberikan inovasi pembelajaran. Pemberian inovasi pembelajaran yang dimaksud adalah terapi. Diharapkan dengan pemberian terapi ini akan menunjukkan hasil belajar penjas yang maksimal. Terapi yang dimaksudkan adalah terapi dalam konteks belajar gerak. Terapi dalam konteks belajar gerak adalah remediasi masalah gerak dasar yang masih perlu diperbaiki supaya kualitas gerak anak lebih baik yang akan berdampak pada kognitif, afektif dan sosial siswa. Tujuan dari terapi ini adalah untuk memfasilitasi interaksi, mendorong sosialisasi dengan lingkungan, meningkatkan stimulus realitas dan respon individu, memotivasi, mendorong fungsi kognitif, afektif, motorik, meningkatkan rasa dimiliki, meningkatkan rasa dan percaya diri. Terapi motorik tersebut dinamakan Physicomotortheraphy. Physicomotortheraphy adalah suatu cara untuk memfasilitasi, mendorong, meningkatkan stimulus, memotivasi, meningkatkan rasa percaya diri dalam melakukan kemampuan gerak seseorang agar dapat meningkatkan motor ability yang baik. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Dampak Physicomotortheraphy terhadap Motor Ability Siswa kelas 2 SD Negeri Karangdan Kec. Padakembang Kab. Tasikmalaya. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengindetifikasi permasalahannya adalah : Ketidakmampuan siswa mengatur keseimbangan. Anak- anak yang mengalami kesulitan dalam mengatur keseimbangan tubuhnya biasanya 3

14 juga memiliki kesulitan dalam mengontrol gerakan anggota tubuh sehingga terkesan gerakannya ragu- ragu dan tampak canggung Reaksi kurang cepat dan koordinasi kurang baik. Lambat dalam bereaksi dan koordinasi gerakannya juga tampak kacau sehingga sering kali disebut ceroboh Masih rendahnya motivasi belajar siswa yang diakibatkan oleh kurangnya penghargaan yang diberikan guru terhadap partisipasi aktif siswa dalam setiap konteks pembelajaran. 1.3 Rumusan Masalah Berdasar pada latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan permasalahan penelitian dalam kalimat tanya sebagai berikut, Apakah Physicomotortheraphy berdampak terhadap Motor Ability Siswa kelas 2 SD Negeri Karangdan Kec. Padakembang Kab. Tasikmalaya?. 1.4 Tujuan Penelitian Dari uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Dampak Physicomotortheraphy terhadap Motor Ability Siswa kelas 2 SD Negeri Karangdan Kec. Padakembang Kab. Tasikmalaya. 1.5 Target Luaran Penelitian Penelitian yang dihasilkan mempunyai target luaran sebagai berikut : Untuk dipublikasikan di jurnal nasional terakreditasi Untuk diseminarkan di pertemuan ilmiah tingkat nasional Memfasilitasi, mendorong, meningkatkan stimulus, memotivasi anak dalam pembelajaran penjas 4

15 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 State of The Art Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (penjasorkes) merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, melalui pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih Depdiknas,(2006:163). Perkembangan motorik pada masa anak-anak sangat pesat. Selain itu, umumnya anak yang sehat tidak pernah mau diam karena mereka akan bergerak dan bermain, baik sendirian maupun dengan temannya. Apalagi dia bermain sendirian maka anak tersebut akan bergerak dan menganggap benda atau objek lain sebagai teman bermainnya. Oleh karena itu pada masa anak-anak harus dikembangkan berbagai bentuk pembelajaran gerak yang dapat meningkatkan kemampuan motor abilitymereka. Secara sederhana motor abilitydapat ditafsirkan sebagai kemampuan umum seseorang untuk bergerak namun secara spesifik motor abilitydapat diartikan sebagai kapasitas seseorang untuk dapat melakukan bermacam-macam gerakan yang memerlukan keberanian dalam berolahraga (Nurhasan, 2008). Murid Sekolah Dasar yang umurnya berusia antara 6-9 tahun pada dasamya sudah dapat dilihat seberapa jauh motorik mereka, diharapkan murid SD sudah memiliki motorik minimal yang sangat berguna bagi penyesuaian diri kehidupan mereka terutama yang menyangkut gerakan-gerakan dasar yang berguna dalam kehidupan mereka sehari-hari. Anak-anak pada masa usia sekolah dasar sesuai dengan tujuan kurikulum pendidikan jasmani yang berlaku, diharapkan memperoleh pengetahuan dan pemahaman motorik yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa. Pada umumnya kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh murid sekolah dasar merupakan pengembangan dari motorik yang diajarkan oleh guru pendidikan jasmani. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti tentang proses 5

16 pembelajaran mengenai motor abilitysiswa setelah proses pemebelajaran. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil persentase kemampuan gerak dalam proses belajar siswa yang diperoleh pada saat observasi awal pada siswa SD Negeri Karangdan Kec. Padakembang Kab. Tasikmalaya yang siswanya berjumlah 40 orang. Dari observasi awal peneliti memperoleh data sebagai berikut: kemampuan gerak terbagi menjadi kategori yaitu: siswa dalam kategori sangat aktif tidak ada (0%), aktif sebanyak 8 orang (20,52%), cukup aktif sebanyak 21 orang (53,84%), kurang aktif sebanyak 10 orang (25,64%) dan sangat kurang aktif tidak ada (0%) dalam hasil ini, maka diketahui data hasil aktivitas belajar siswa secara klasikal diperoleh sebesar 6,23% dan angka ini berada dalam kategori cukup aktif. Aktivitas belajar siswa dikatakan berhasil minimal berada pada kategori aktif. Berdasarkan hasil refleksi awal yang peneliti lakukan masalah umum yang dialami siswa dalam proses pembelajaran adalah karena disebabkan oleh siswa kurang mampu mengatur keseimbangan, reaksi kurang cepat dan koordinasi kurang baik. Anak- anak yang mengalami kesulitan dalam mengatur keseimbangan tubuhnya biasanya juga memiliki kesulitan dalam mengontrol gerakan anggota tubuh sehingga terkesan gerakannya ragu- ragu dan tampak canggung, Lambat dalam bereaksi dan koordinasi gerakannya juga tampak kacau sehingga sering kali disebut ceroboh. Jika permasalahan ini terus berlangsung maka akan mengakibatkan kegagalan pada siswa dalam proses pembelajaran maupun menghambat perolehan hasil belajar yang optimal. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dipandang perlu untuk dicarikan jalan pemecahannya supaya tujuan proses pembelajaran mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan tuntutan kurikulum. Pemilihan Physicomotortheraphy ini juga dikuatkan oleh e-journal dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1). Mayliza Defly Ardina (2013), menemukan Bahwa Implementasi Pembelajaran Musik Untuk Mengembangkan Mental Dan Physicomotortheraphy Penderita Down Syndrom 2012/2013, (2). Agusta Dian Ellina (2013) menemukan bahwa Pengaruh Physicomotortheraphy Stimulasi Persepsi Sessi 1-3 Terhadap Kemampuan Mengendalikan Halusinasi Pada Pasien Skizofrenia Hebefrenik, (3). Sri Maryatun (2013) Pengaruh Terapi 6

17 Kelompok Terapeutik Terhadap Perkembangan Remaja Di Panti Sosial Marsudi Putra Dharmapala Inderalaya. 2.2 Penelitian yang Sudah Dilaksanakan Penelitian yang sudah dilaksanakan dan mendekati dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Memet Muhamad, Drs., MPd. yang berjudul Pengaruh Permainan Futsal Terhadap Motor abilitysiswa Di Sdit Bani Saleh 6 Kota Bekasi. Penelitian yang penulis lakukan berawal dari pemikiran penulis terhadap olahraga futsal. Dalam proses penelitian khususnya pada cabang olahraga futsal sudah tentu memiliki sasaran serta tujuan yang akan diambil. Masalah penelitian yang penulis ajukan adalah apakah permainan futsal dapat meningkatkan motor abilitysiswa SDIT Bani Saleh 6. Tujuan dari penelitian yang penulis ajukan adalah ingin mengetahui apakah permainan futsal dapat meningkatkan motor abilitysiswa SDIT Bani Saleh 6. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripif, instrumen penelitian atau alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes motor abilityuntuk tingkat sekolah dasar. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data antara variable eksperimen (latihan futsal) dengan variable control (tanpa latihan futsal) diperoleh nilai t- hitung sebesar 2,69. Sedangkan nilai t dalam table pada taraf nyata 0,05 dengan dk = 18 terdapat nilai sebesar 2,23, artinya nilai thitung lebih besar dari t-tabel. Dengan demikian variable eksperimen (latihan futsal) mempunyai pengaruh yang signifikan/berarti dibandingkan dengan variable control (tanpa latihan futsal). 2.3 Teori Belajar Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil individu sendiri dalam interasksi dengan lingkungan. Mengenai belajar menurut Indrawan, Budi (2013 : 1) adalah : perbuatan manusia yang nampak menjadi kebiasaan hidup manusia. 7

18 Selanjutnya Samsudin (2014 : 31) mengatakan : belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga ke liang lahat nanti. Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri manusia yang tampak dalam perubahan tingkah laku menjadi kebiasaan Ciri-ciri Belajar Pada dasarnya hakikat belajar adalah adanya perubahan pada diri pembelajar. Dari yang tadinya tidak mengetahui jadi tahu, dari yang sebelumnya tidak bisa menjadi bisa, itulah belajar. Jika tidak ada perubahan maka belum bisa disebut dengan belajar. Mungkin semua orang dapat mengalami proses belajar, namun tidak semua orang dapat belajar. Perubahan seperti itu sehingga orang dapat dikatakan belajar. Tentunya ada ciri-ciri yang dapat diamati dari orang yang mampu belajar maupun tidak belajar. Adapun ciri-ciri belajar menurut Samsudin (2014 : 34) sebagai berikut : 1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. 2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan. 3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan, 4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obatobatan. Dengan uraian diatas ciri-ciri belajar adalah merupakan adanya perubahan yang tidak berlangsung sesaat melainkan harus dengan usaha seseorang dan perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/kedewasaan tersebut Prinsip-Prinsip belajar Perubahan yang terjadi adalah perubahan ke arah yang lebih baik dimana dimulai dari perubahan yang sederhana hingga kompleks. Dalam ciri-ciri belajar dapat diketahui bahwa dalam proses belajar sangat penting adanya pengambilan keputusan dan reaksi tindakan terhadap keputusan yang diambil, karena hasil dari 8

19 tindakan inilah yang menentukan adanya perubahan atau tidak. Dari paparan tersebut untuk dapat dilihat perubahan karena adanya melakasankan belajar dengan hasil yang memuaskan, maka harus diperhatikan beberapa prinsip belajar. Prinsip-prinsip belajar menurut Samsudin (2014 : 45-47) sebagai berikut : 1. Respon-respon baru (new responses) diulang sebagai akibat dari respons yang terjadi sebelumnya. 2. Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respons, tetapi juga di bawah pengaruh kondisi atau tanda-tanda dilingkungan siswa. 3. Perilaku yang ditimbulkan oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau berkurang frekuensinya bila tidak diperkuat dengan akibat yang menyenangkan. 4. Belajar yang berbentuk respons terhadap tanda-tanda yang terbatas akan ditransfer kepada situasi lain yang terbatas pula. 5. Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar sesuatu yang kompleks seperti yang berkenan dengan pemecahan masalah. 6. Situasi mental siswa untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi perhatian dan ketekunan siswa selama proses siswa belajar. 7. Kegiatan belajar yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai umpan balik menyelesaikan tiap langkah, akan membantu siswa. 8. Kebutuhan memecah materi yang kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil dapat dikurangi dengan mewujudkannya dalam suatu model. 9. Keterampilan tingkat tinggi (kompleks) terbentuk dari keterampilan dasar yang melebihi sederhana. 10. Belajar akan lebih cepat, efisien dan menyenangkan bila siswa diberi informasi tentang kualitas penampilannya dengan cara meningkatkannya. 11. Perkembangan dan kecepatan belajar siswa sangat bervariasi, ada yang maju ada yang lebih lambat. 12. Dengan persiapan, siswa dapat mengembangkan kemampuan mengorganisasikan kegiatan belajar sendiri dan menimbulkan umpan balik bagi dirinya untuk membuat respons yang benar. Dari kedua belas prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan diatas merupakan bagian terpenting yang wajib diketahui para pengajar sehingga mereka bisa memahami lebih dalam prinsip tersebut dan seorang pengajar bisa membuat acuan yang tepat dalam pembelajarannya. Dengan begitu pembelajaran yang dilakukan akan jauh lebih efektif serta bisa mencapai target tujuan. 9

20 2.3.2 Belajar Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang emanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk sosial, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Definisi pendidikan jasmani tidak hanya menunjuk pada pengertian tradisional dari aktivitas fisik. Kita harus melihat istilah pendidikan jasmani pada bidang yang lebih luas dan lebih abstrak, sebagai satu proses pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh. Mengenai pendidikan jasmani Husdarta (2011 : 142) mengemukakan Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari proses keseluruhan proses pendidikan. Artiya, pendidikan jasmani menjadi salah satu media untuk membantu ketercapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Pada gilirannya, pendidikan jasmani diharapkan dapat berkontribusi positif terhadap peningkatan nindeks pembangunan manusia (Human Index Development). Permainan, rekreasi, ketangkasan, merupakan materi-materi yang terkandung dalam pendidikan jasmani karena diakui mengandung nilai-nilai pendidikan yang hakiki. Karenanya pendidikan jasmani ini harus menyebabkan perbaikan dalam pikiran (psikis) dan tubuh (fisik) yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang. Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada ketiga domain kependidikan: psikomotor, kognitif dan afektif. Pendidikan jasmani diharapkan mampu menciptakan tubuh yang baik bagi pikiran atau jiwa. Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, yaitu jasmani, psikomotor, kognitif dan afektif. Materi mata pelajaran pendidikan jasmani yang meliputi pengalaman mempraktikkan keterampilan dasar permainan dan olahraga, aktivitas 10

21 pengembangan, uji diri, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas (outdoor education). Materi-materi semacam ini disajikan untuk membantu peserta didik agar memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien dan efektif. Adapun implementasinya perlu dilakukan secara terencana, bertahap dan berkelanjutan yang pada gilirannya peserta didik diharapkan dapat meningkatkan sikap positif bagi diri sendiri dan menghargai manfaat aktivitas jasmani Pembelajaran Pendidikan Jasmani Terdapat beberapa teori tentang konsep pembelajaran pendidikan jasmani. Menurut Syarifudin (1997), mengungkapkan bahwa konsep pendidikan jasmani mencakup empat komponen, antara lain: 1. Komponen Organik, merupakan gambaran aspek fisik dan psikomotor dan harus dicapai pada setiap proses pembelajaran, yang meliputi ; kapasitas fungsional dari organ-organ seperti daya tahan jantng dan otot. 2. Komponen neuromuskuler, merupakan gambaran tentang aspek kemampuan unjuk kerja keterampilan gerak yang didasari oleh kelenturan, kelincahan, keseimbangan, kecepatan dan lain-lain. 3. Komponen intelektual, merupakan gambaran yang dapat dipadankan dengan kognitif. 4. Komponen emosional, merupakan gambaran yang dapat dipadanan dengan afektif. Dari keempat konsep pendidikan jasmani yang telah disampaikan, kemudian dikenal dengan istilah learning by moving. Secara harfiah, istilah tersebut berarti belajar melalui gerak. Makna yang lebih luas adalah kita belajar melalui gerak dengan pendidikan jasmani. Bukan belajar untuk bergerak yang selama ini menjadi persepsi kebanyakan orang. Kemudian, dari keempat konsep tersebut dapat disederhanakan menjadi tiga konsep saja, yaitu: 1. Mengembangkan aspek psikomotorik (keterampilan fisik); 2. Mengembangkan aspek kognitif (keterampilan intelektual); 3. Mengembangkan aspek afektif (keterampilan moral, emosional, sosial dan spiritual). 11

22 Tujuan dan Fungsi Pendidikan Jasmani Berdasarkan konsep learning by moving, pendidikan jasmani memiliki tujuan dan fungsi yang tentunya berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain. Adapaun tujuan pendidikan jasmani adalah sebagai berikut: 1. Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani 2. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis dan agama 3. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui tugas-tugas pembelajaran Pendidikan Jasmani 4. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis melalui aktivitas jasmani 5. Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik serta strategi berbagai permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas (Outdoor education) 6. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani 7. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain 8. Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat 9. Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif. Selanjutnya adalah fungsi pendidikan jasmani, yang dapat dibedakan menjadi beberapa aspek, diantaranya adalah sebagai berikut: Aspek organik 1. menjadikan fungsi sistem tubuh menjadi lebih baik sehingga individu dapat memenuhi tuntutan lingkungannya secara memadai serta memiliki landasan untuk pengembangan keterampilan; 2. meningkatkan kekuatan yaitu jumlah tenaga maksimum yang dikeluarkan oleh otot atau kelompok otot; 12

23 3. meningkatkan daya tahan yaitu kemampuan otot atau kelompok otot untuk menahan kerja dalam waktu yang lama; 4. meningkatkan daya tahan kardiovaskuler, kapasitas individu untuk melakukan aktivitas yang berat secara terus menerus dalam waktu relatif lama; 5. meningkatkan fleksibelitas, yaitu; rentang gerak dalam persendian yang diperlukan untuk menghasilkan gerakan yang efisien dan mengurangi cidera. Aspek neuromuskuler 1. meningkatkan keharmonisan antara fungsi saraf dan otot; 2. mengembangkan keterampilan lokomotor, seperti; berjalan, berlari, melompat, meloncat, meluncur, melangkah, mendorong, menderap atau mencongklang, bergulir, dan menarik; 3. mengembangkan keterampilan non-lokomotor, seperti; mengayun, melengok, meliuk, bergoyang, meregang, menekuk, menggantung, membongkok; 4. mengembangkan keterampilan dasar manipulatif, seperti; memukul, menendang, menangkap, berhenti, melempar, mengubah arah, memantulkan, bergulir, memvoli; 5. mengembangkan faktor-faktor gerak, seperti; ketepatan, irama, rasa gerak, power, waktu reaksi, kelincahan; 6. mengembangkan keterampilan olahraga, seperti; sepak bola, soft ball, bola voli, bola basket, baseball, atletik, tennis, beladiri dan lain sebagainya; 7. mengembangkan keterampilan rekreasi, seperti, menjelajah, mendaki, berkemah, berenang dan lainnya. Aspek perseptual 1. mengembangkan kemampuan menerima dan membedakan isyarat; 2. mengembangkan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan tempat atau ruang, yaitu kemampuan mengenali objek yang berada di: depan, belakang, bawah, sebelah kanan atau sebelah kiri dari dirinya; 3. mengembangkan koordinasi gerak visual, yaitu; kemampuan mengkoordinasikan pandangan dengan keterampilan gerak yang melibatkan tangan, tubuh, dan atau kaki; 13

24 4. mengembangkan keseimbangan tubuh (statis, dinamis), yaitu; kemampuan mempertahankan keseimbangan statis dan dinamis; 5. mengembangkan dominansi (dominancy), yaitu; konsistensi dalam menggunakan tangan atau kaki kanan/kiri dalam melempar atau menendang; 6. mengembangkan lateralitas (laterality), yaitu; kemampuan membedakan antara sisi kanan atau sisi kiri tubuh dan diantara bagian dalam kanan atau kiri tubuhnya sendiri; 7. mengembangkan image tubuh (body image), yaitu kesadaran bagian tubuh atau seluruh tubuh dan hubungannya dengan tempat atau ruang. Aspek kognitif 1. mengembangkan kemampuan menggali, menemukan sesuatu, memahami, memperoleh pengetahuan dan membuat keputusan; 2. meningkatkan pengetahuan peraturan permainan, keselamatan, dan etika; 3. mengembangkan kemampuan penggunaan strategi dan teknik yang terlibat dalam aktivitas yang terorganisasi; 4. meningkatkan pengetahuan bagaimana fungsi tubuh dan hubungannya dengan aktivitas jasmani; 5. menghargai kinerja tubuh; penggunaan pertimbangan yang berhubungan dengan jarak, waktu, tempat, bentuk, kecepatan, dan arah yang digunakan dalam mengimplementasikan aktivitas dan dirinya; 6. meningkatkan pemahaman tentang memecahkan problem-problem perkembangan melalui gerakan. Aspek sosial 1. menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan dimana berada; 2. mengembangkan kemampuan membuat pertimbangan dan keputusan dalam situasi kelompok; 3. belajar berkomunikasi dengan orang lain; 4. mengembangkan kemampuan bertukar pikiran dan mengevaluasi ide dalam kelompok; 5. mengembangkan kepribadian, sikap, dan nilai agar dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat; 14

25 6. mengembangkan rasa memiliki dan rasa diterima di masyarakat; 7. mengembangkan sifat-sifat kepribadian yang positif; 8. belajar menggunakan waktu luang yang konstruktif; 9. mengembangkan sikap yang mencerminkan karakter moral yang baik. Aspek emosional 1. mengembangkan respon yang sehat terhadap aktivitas jasmani; 2. mengembangkan reaksi yang positif sebagai penonton; 3. melepas ketegangan melalui aktivitas fisik yang tepat; 4. memberikan saluran untuk mengekspresikan diri dan kreativitas; 5. menghargai pengalaman estetika dari berbagai aktivitas yang relevan Proses belajar gerak Proses belajar gerak merupakan salah satu bentuk rangkaian kejadian sewaktu-waktu menurut Indrawan, Budi (2013 : 74) adalah segala tindakan untuk mencapai suatu tujuan selalu memerlukan proses. Proses itu berlangsung dalam bentuk rangkaian kejadian dari waktu ke waktu. Kejadian yang berlangsung dalam belajar gerak dapat dilihat pada si pelajar. Apa yang terjadi pada diri pelajar bisa dilihat dari segi tahapan apa yang dilakukan dan yang bisa dicapai apabila melakukan kegiatan belajar secara khusus secara terus menerus. Adapun belajar gerak yang bertujuan untuk menguasai gerakan keterampilan berlangsung dalam tiga tahapan atau fase. Tiga fase belajar gerak menurut Fitts dan Posner yang dikutip oleh Indrawan, Budi (2013 : 74) yaitu : 1. Fase kognitf Fase kognitif merupakan tahap awal dalam belajar gerak keterampilan. 2. Fase asosiatif Fase asosiatif merupakan tahap kedua dalam belajar gerak keterampilan. 3. Fase otonom Fase otonom merupakan tahap akhir dalam belajar gerak keterampilan. Dari uraian diatas dapat disimpulakan bahwa proses belajar gerak adalah proses yang meliputi rangkaian gerak dalam waktu ke waktu untuk mencapai tahapan yang dilakukan dengan secara benar dan proses belajar tersebut dan mempunyai fase-fase yang harus diketahui yaitu meliputi fase kognitif, fase asosiatif dan fase otonom. 15

26 2.3.4 Motor Ability Pada umumnya setiap aktivitas kehidupan manusia tidak terlepas dari gerak. Proses motorik terjadi atas kerja beberapa bagian tubuh, saraf, otak dan juga otot, sehingga terjadi gerakan baik gerak reflek atau gerak tak disadari maupun yang disadari. Belajar gerak dasar yang paling ideal terjadi pada fase anak-anak. Didalam kehidupan ini gerak sangat dibutuhkan oleh setiap manusia untuk melakukan aktivitas, penguasaan gerak sejak masa kecil akan membantu kita menjadi manusia terampil di kehidupan yang akan datang sehingga dapat tercapai kehidupan yang lebih baik. Fungsi sel saraf motorik adalah mengirim impuls dari sistem saraf pusat sampai ke otot, sehingga ujung akson mengeluarkan zat kimia sehingga otot berkontraksi dan terjadi proses motoris. Proses perkembangan motorik anak melalui tahap-tahap yang sesuai dengan umur. Pengertian Kemampuan Motorik secara umum adalah kemampuan seseorang untuk berbagai nomor olahraga yang diajarkannya dan menandakan kemampuan keterampilan umum sama dengan membahas mengenai motor ability. Mengenai motor abilitywidiastuti (2015 : 191) mengemukakan bahwa : Kemampuan motorik merupakan salah satu indikator kebugaran yang penting pada setiap individu yang erat kaitannya dengan pencapaian kualitas fisik dan kualitas keterampilan gerak. Kemampuan motorik adalah (motor fitnes) adalah sebagai suatu kapasitas dari seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan kemampuan fisik untuk dapat melaksanakan suatu gerakan, atau dapat pula didefinisikan bahwa kemampuan motorik adalah kapasitas penampilan seseorang dalam melakukan berbagai tugas gerak. Selanjutnya mengenai motor abilitymenurut Nurhasan dan Narlan, Abdul (2014 : 98) Motor ability kemampuan umum seseorang untuk bergerak. Secara lebih spesifik motor ability adalah kapasitas seseorang untuk dapat melakukan bermacam-macam gerakan yang memerlukan keberanian dalam berolahraga. Banyak macam gerak dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang dalam cabang olahraga apa pun. Bentuk-bentuk gerak dasar tersebut merupakan dasar seluruh gerak dari semua gerakan jasmani. Atau dengan kata lain gerak dasar tersebut akan menjadi dasar dari gerakan-gerakan dalam cabang olahraga apa 16

27 pun.gerak dasar tersebut dikategorikan oleh Laban dalam Azis (2000: menjadi tiga pola dasar gerak, yaitu: 1) Gerak stabilitas, yaitu gerakan-gerakan yang bertalian dengan upayaupaya mempertahankan kesimbngan tubuh atau bagian-bagiannya sehubungan dengan adanya pengaruh-pengaruh gravitasi dan daya-daya lain yang mempengaruhi tubuh (berjalan pada bambu, berdiri satu kaki), 2) Gerak Lokomotor, yaitu gerakan yang termasuk gerak dalam berpindah/berubah tempat seluruh tubuh kita dari suatu tempat yang relatif tetap mislanya (berjalan, berlari), dan 3) Gerak Manipulatif, yaitu gerakangerakan yang berkenanan dengan memberikan daya-daya/tenaga gerak (force) kepada benda, dengan menggunakan tangan atau kaki (melempar, menendang, menghentikan bola). Bentuk-bentuk gerak dasar atau fundamental yang dapat digolongkan ke dalam gerak-gerak lokomotor, manipulatif dan stabilitas, diantara yang dapat diamati adalah : a. Gerak lokomotor dasar. 1) Berjalan 2) Berlari 3) Lompat ke arah horizontal 4) Lompat ke arah vertikal 5) Berjingkat 6) memanjat b. Gerak manipulatif dasar. 1) Melempar 2) Menangkap 3) Menyepak 4) Memukul 5) Menggelindingkan 6) Memantul-matulkan c. Gerak stabilitas dasar. 1) Gerakan gerak berputar 2) Bertumpu pada bidang yang diperkecil 3) Bergerak bolak-balik 4) Bertumpu pada satu kaki 17

28 2.3.5 Physicomotortheraphy Terapi yang dimaksudkan adalah terapi dalam konteks belajar gerak. Terapi dalam konteks belajar gerak adalah remediasi masalah gerak dasar yang masih perlu diperbaiki supaya kualitas gerak anak lebih baik yang akan berdampak pada kognitif, afektif dan sosial siswa. Tujuan dari terapi ini adalah untuk memfasilitasi interaksi, mendorong sosialisasi dengan lingkungan, meningkatkan stimulus realitas dan respon individu, memotivasi, mendorong fungsi kognitif dan afektif, meningkatkan rasa dimiliki, meningkatkan rasa percaya diri, dan belajar cara baru dalam menyelesaikan masalah. Terapi motorik tersebut dinamakan Physicomotortheraphy. Physicomotortheraphy adalah suatu cara untuk memfasilitasi, mendorong, meningkatkan stimulus, memotivasi, meningkatkan rasa percaya diri dalam melakukan kemampuan gerak seseorang agar dapat meningkatkan motor abilityyang baik Penerapan Physicomotortheraphy dalam proses belajar penjas Penerapan Physicomotortheraphy merupakan salah satu upaya yang dilakukan agar proses pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Cara ini dimaksudkan untuk memfasilitasi, mendorong, meningkatkan stimulus, memotivasi, meningkatkan rasa percaya diri dalam melakukan kemampuan gerak siswa agar dapat meningkatkan motor abilityyang baik sehingga siswa SD Negeri Karangdan Kec. Padakembang Kab. Tasikmalaya dapat melakukan gerakangerakan (motor ability) dengan benar. Pada paparan ini guru sebelum menyajikan materi terlebih dahulu menerapkan terapi gerak yang disebut Physicomotortheraphy. Siswa dikumpulkan dilapang untuk diberikan arahan oleh guru agar tidak merasa takut dalam melakukan setiap gerakan yang di berikan oleh guru. Setelah diberikan terapi atau pengarahan yang mendorong, meningkatkan stimulus, memotivasi, meningkatkan rasa percaya diri dalam melakukan kemampuan gerak langsung mempraktekan materi dilapangan yang diberikan oleh guru. Setelah siswa paham mengenai materi yang diberikan kemudian siswa langsung mempraktekan bersama-sama. 18

29 2.4 Hipotesis Berdasarkan anggapan dasar di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah Physicomotortheraphy dalam pembelajaran penjas memberikan pengaruh yang signifikan terhadap motor ability siswa kelas 2 SD Negeri Karangdan Kec. Padakembang Kab. Tasikmalaya. 19

30 BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 3.1 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini secara umum adalah untuk mendapatkan informasi mengenai Physicomotortheraphy sebagai salah satu upaya untuk dapat meningkatkan kemampuan gerak anak Sekalah Dasar. Siswa-siswi Sekolah Dasar masih banyak yang merasa ketakutan akan cedera dalam melakukan setiap gerakan. Oleh karena itu maka salah satu upaya tersebut adalah Physicomotortheraphy sebagai penunjang kemampuan gerak anak atau yang disebut motor ability. Sedangkan secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak Physicomotortheraphy terhadap peningkatan motor ability Siswa kelas 2 SD Negeri Karangdan Kec. Padakembang Kab. Tasikmalaya tahun ajaran 2017/2018. Tujuan dari Physicomotortheraphy adalah untuk memfasilitasi, mendorong, meningkatkan stimulus, memotivasi, meningkatkan rasa percaya diri dalam melakukan kemampuan gerak seseorang agar dapat meningkatkan motor ability yang baik. 3.2 Manfaat penelitian Bagi siswa, dapat dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan gerak menjadi lebih baik, pengalaman gerak multilateral akan lebih bertambah, gerakan koordinasi pun akan lebih baik dan motivasi pun lebih terarah sehingga dapat dijadikan bekal dalam upaya mengarungi rasa ketakutan akan cedera. Bagi guru pendidikan jasmani, Sebagai gambaran dalam proses pembelajaran di sekolah bahwa Physicomotortheraphy penting sekali diterapkan karena berdampak positif dalam meningkatkan motor ability sehingga berdampak secara signifikan terhadap peningkatan kompetensi guru. Masukan bagi lembaga pendidikan untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran penjas, belajar akan lebih efektif apabila dilakukan dalam suasana menyenangkan. Dengan adanya Physicomotortheraphy siswa akan lebih tertarik 20

31 untuk mengikuti pembelajaran penjas karena tidak takut akan cedera sehingga proses pembelajaran akan lebih baik dan partisipasi akan meningkat. 21

32 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Sesuai dengan permasalahan penelitian ini, maka jenis penelitian ini adalah eksperimen karena sifat dari penelitian ini, adalah untuk mengungkapkan pengaruh Physicomotortheraphy terhadap motor ability siswa Sekolah Dasar. Mengenai metode eksperimen menurut Sugiyono (2015:107) Metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Setiap penelitian harus menggunakan pola atau metode tertentu yang menjadi suatu keharusan dalam penelitian. Demikian pula dalam penelitian yang dilakukan ini. Pada penelitian ini diharapkan adanya penjelasan mengenai hubungan-hubungan sebab akibat dari kedua variabel yang sedang diteliti. Permasalahan yang ingin diteliti pada penelitian ini adalah dampak Physicomotortheraphy terhadap motor ability siswa SD Negeri Karangdan Kec. Padakembang Kab. Tasikmalaya. Saat melakukan penelitian seorang peneliti memerlukan suatu metode sebagai salah satu cara untuk mencapai tujuan penelitian dan membantu mengungkapkan suatu permasalahan. Keberhasilan suatu penelitian ilmiah tidak terlepas dari metode yang digunakan dalam penelitian. Masalah yang diteliti serta tujuan yang ingin dicapai dalam suatu penelitian akan menentukan penggunaan metode penelitian. Untuk membuktikan kebenaran dan menguji hipotesis yang penulis ajukan penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode exsprimen, yaitu mengadakan percobaan-percobaan terhadap variable-variabel yang diselidiki untuk mendapatkan suatu hasil. Menurut Ruseffendi (2005:32) bahwa Penelitian eksperimen atau percobaan (experimental research) adalah penelitian yang benarbenar untuk melihat hubungan sebab akibat. 22

33 4.2 Desain Penelitian Dalam suatu penelitian eksperimen perlu dipilih satu desain yang tepat, sesuai dengan kebutuhan variabel-variabel yang terkandung dalam tujuan penelitian dan hipotesis yang diajukan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah The One Group Pre-Test Post-Test seperti yang digambarkan pada desain berikut ini : O 1 X O 2 Gambar 4.1 The One Group Pretest-Posttest Design Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (2013 : ) Keterangan : O 1 : nilai pretest ( sebelum diberikan perlakuan ) X : Perlakuan melakukan Physicomotortheraphy O 2 : nilai posttest ( setelah diberikan perlakuan ) 4.3 Langkah-Langkah Penelitian Dalam melakukan penelitian salah satu hal yang penting ialah membuat langkah-langkah penelitian, karena langkah-langkah penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tanpa langkah-langkah penelitian yang benar seorang peneliti tidak akan dapat melakukan penelitian dengan baik karena yang bersangkutan tidak mempunyai pedoman arah yang jelas. Yang dimaksud langkah penelitian adalah kerangka atau perincian prosedur kerja yang akan dilakukan pada waktu meneliti sehingga diharapkan dapat memberi gambaran dan arah mana yang akan dilakukan dalam melaksanakan penelitian Suharsimi, (2007:28). Berikut langkah-langkah penelitian yang disajikan dalam gambar dibawah ini : 23

34 Pengamatan Pendahuluan Identifikasi & Perumusan Masalah Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian Konseptualisasi Variabel Penelitian Desain Penelitian Populasi & Sampling Operasionalisasi Variabel Penelitian Pengumpulan Data Analisis Data Validitas dan Reliabil Tidak Ya Kesimpulan Gambar 4.2 Langkah-langkah Penelitian Berdasarkan gambar 4.2 diatas, secara garis besar proses penelitian pada umumnya melalui langkah-langkah sebagai berikut : Melakukan pengamatan pendahuluan untuk mencari permasalahan yang pantas untuk diteliti Menelaah buku-buku untuk mencari dukungan teori dengan cara membaca buku teori maupun laporan hasil penelitian dan dari hasil penelitian ini peneliti menentukan langkah untuk terus atau menghentikan penelitian Setelah peneliti memastikan untuk melanjutkan penelitiannya, langkah selanjutnya adalah meninjau kembali rumusan serta memantapkan problematika dan dilanjutkan dengan identifikasi masalah dan membuat perumusan masalah dengan merumuskan tujuan, kegunaan serta hipotesis penelitian Menentukan konseptual variabel berdasarkan konsep teori yang akan dipakai, dengan kata lain menentukan variabel bebas dan variabel tak bebas dari penelitian yang akan dilakukan. 24

35 4.3.5 Operasional variabel. Setelah diketahui jenis-jenis variabel dalam penelitian yang akan dilakukan variabel-variabel tersebut perlu dioperasionalisasikan sehingga variabel yang bersifat konseptual dapat dijabarkan ke dalam variabel yang lebih bersifat konkrit. Dengan kata lain definisi operasional dari suatu variabel akan memberikan rincian hal-hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk mengukur variabel tersebut (spesifikasi kegiatan peneliti untuk mengukur variabel yang ada dalam penelitiannya) Menyusun instrumen pengumpul data, Jika instrumen pengumpul data telah disusun (dibuat) oleh peneliti sebelum digunakan atau diterapkan di lapangan, terlebih dahulu harus diyakini betul bahwa alat ukur tersebut memenuhi syarat. Syarat suatu alat ukur yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan minimal memenuhi dua kriteria : 1) Validitas 2) Reliabilitas Setelah melakukan uji validitas dan uji reliabilitas untuk mengetahui apakah instrumen pengumpul data tersebut benar-benar dapat mengukur apa yang mau peneliti ukur serta untuk mengetahui konsistensi atau keajegan instumen pengumpul data. Jika instrumen pengumpul data tersebut tidak valid dan tidak reliabel perlu untuk memperbaiki definisi operasional kembali, tetapi jika instrumen pengumpul data tersebut sudah valid dan reliabel selanjutnya peneliti melanjutkan ketahap selanjutnya. Menentukan desain penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu untuk melihat pengaruh antar variabel Melakukan pengumpulan data di lapangan untuk menguji hipotesis. Dimulai dari pengumpulan data dan kemudian dilanjutkan dengan analisis data, pengolahan data dilakukan dalam rangka pengujian hipotesis. Data yang telah terkumpul, sebelum diolah dan dianalisis terlebih dahulu harus diteliti atau dicek sehingga apabila ada kesalahan, kekurangan, ketidaksesuaian dapat diketahui dan dapat menentukan tindakan-tindakan apa yang perlu dilakukan. 25

36 4.3.8 Analisis data. Konsep berpikir deduktif yang telah diturunkan ke dalam hipotesis akan diuji secara empiris dengan menggunakan konsep berpikir induktif yaitu melalui pengumpulan data yang dilanjutkan dengan analisis data. Baru kemudian data tersebut diolah menjadi data yang teratur dan tersususun secara lebih terperinci dalam bentuk tabel-tabel atau grafikgrafik kemudian dianalisa. Hasil analisa data dengan statistik menunjukan Ho di tolak atau diterima. Selain itu dalam melakukan analisa data dapat memanfaatkan keterampilan-keterampilan statistik yang tersedia. Keterampilan statistik yang dipakai atau digunakan disesuaikan dengan maksud dan tujuan penelitiannya. Hasilnya kemudian dianalisis dalam pembahasan Tahap akhir adalah membuat kesimpulan. Merupakan intisari penelitian, bagian yang terpenting dari penelitian karena menjawab pertanyaan penelitian Langkah-langkah penelitian yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menentukan populasi 2. Memilih menentukan sampel 3. Mengadakan tes keterampilan gerak (motor ability) 4. Melakukan treatment atau pelaksanaan proses pembelajaran Physicomotortheraphy 5. Melakukan tes akhir 6. Mengolah data 7. Melakukan pengujian 8. Mengambil kesimpulan 4.4 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Penelitian Populasi adalah objek penelitian atau yang dijadikan sumber data dari suatu penelitian. Populasi memegang peranan penting dalam suatu penelitian, sebab populasi merupakan objek yang akan dipergunakan sebagai bahan 26

37 penelitian, Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 2 SD Negeri Karangdan Kec. Padakembang Kab. Tasikmalaya dengan jumlah populasi 55 orang Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Arikunto (2006: 131) menjelaskan pengertian sampel sebagai berikut: Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sesuai dengan penjelasan tersebut penulis memilih dan menentukan sebagian populasi untuk dijadikan sampel penelitian, penentuan sampel dimaksudkan untuk mengurangi subjek yang terlalu banyak jumlahnya. Penentuan sampel ini dilakukan dengan teknik purposive sampling sesuai dengan tujuan penelitian maka sampel yang di ambil adalah pemain yang mempunyai keterampilan gerak yang baik. Mengenai banyaknya sampel eksperimen yang diambil untuk penelitian ini adalah Kelas 2A SD Negeri Karangdan Kec. Padakembang Kab. Tasikmalaya dengan jumlah 28 orang putra dan putri. 4.5 Lokasi Penelitian Untuk pelaksanaan penelitiannya, penulis melakukan penelitian di SD Negeri Karangdan Kec. Padakembang Kab. Tasikmalaya. Lamanya perlakuan pada penelitian ini adalah 14 minggu, Pelaksanaan pembelajara (penelitian) berlangsung sebanyak 2 kali perminggu selama dua bulan, dimulai Bulan 25 Juli 2017 s/d 15 November 2017 sehingga jumlah total pembelajaran sebanyak 16 kali pertemuan 1 kali pertemuan tes awal dan 1 kali pertemuan tes akhir tes akhir. 4.6 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengetahui Motor Ability untuk Sekolah Dasar menurut Nurhasan dan abdul Narlan (2004:104) terdiri dari: 1. Tes Shuttle run 10 x 4 meter 2. Tes lempar tangkap bola jarak 1 meter dengan tembok 3. Tes Stork Stand Positional balance 4. Tes lari Cepat 30 Meter Administrasi tes 27

38 (1) Tes shuttle Run10 x 4 meter Tujuan : Mengukur kelincahan dalam bergerak mengubah arah. Alat/ fasilitas : Stopwatch, Lintasan yang lurus dan datar dengan jarak 4 meter antara garis start dan finis Pelaksanaan : Start dilakukan dengan berdiri. Pada aba aba bersedia orang coba atau berdiri dengan salah satu ujung jari sedekat mungkin dengan garis start. Gambar 4.3 Tes Sutle Run Sumber : (2) Tes lempar tangkap bola jarak 1 meter ke tembok Tujuan : Mengukur kemampuan koordinasi mata dan tangan Alat/ fasilitas : Bola tenis, stowatch dan tembok yang rata. Pelaksanaan : Subyek berdiri di belakang garis batas sambil memegang bola tenis dengan kedua tangan di depan dada. Aba aba ya subyek dengan segera melakukan lemparan tangkap ke dingding selama 30 detik. Skor : Dihitung jumlah tangkapanbola yang dapat dilakukan selama 30 detik. (3) Tes stork stand position balance Tujuan : mengukur keseimbangan tubuh Alat/ fasilitas : Stop watch Pelaksanaan : Subyek berdiri dengan tumpuan kaki kiri, kedua tangan bertolak pinggang kedua mata di pejamkan, lalu letakan kaki kanan pada lutut kaki kiri sebelah dalam. Pertahankan sikap tersebut selama mungkin Skor : Dihitung waktu yang dicapai dalam mempertahankan sikap di atas samapai dengan tanpa memindahkan kaki kiri dari tempat semula. 28

39 Gambar 4.4 Tes Stork Stand Position Balance Sumber : (4) Tes lari cepat 30 meter Tujuan : mengukur kecepatan lari Alat/ Fasilitas : stop watch, lintasn lurus dan rata sejauh 30 meter, bendera Pelaksanaan : start dilakukan dengan berdiri. Pada aba aba bersedia subyek berdiri dengan salah satu ujung jari kaki nya sedekat mungkin dengan garis start. Aba aba siap subyek siap untuk lari menju garis finis dengan jarak 30 meter, sampai melewati garis finis Skor : Dihitung waktu yang ditempuh dalam melakukan lari sejauh 30M Gambar 4.5 Tes Lari 30 Meter Sumber : tes+lari+30+meter 4.7 Rancangan Pembelajaran Setiap pendidik pada suatu pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, 29

40 inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema dan dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih Tabel 4.1 Materi Pembelajaran Standar Kompetensi 1. Mempraktikkan variasi gerak dasar melalui permainan dan aktivitas jasmani, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya Mempraktikkan variasi gerak dasar melalui permainan dan aktivitas jasmani, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya Kompetensi Dasar 1.2 Mempraktikkan gerak dasar jalan, lari, lompat yang bervariasi dalam permainan yang menyenangkan dan nilai kerjasama, toleransi, kejujuran, tanggungjawab, menghargai lawan dan menghargai diri sendiri 1.3 Mempraktikkan gerak dasar melempar, menangkap, menendang dan menggiring bola ke berbagai arah dalam permainan sederhana serta nilai kerjasama, toleransi, kejujuran, Materi Gerak Lokomotor Gerak Nonlokomotor Gerak Dasar Bermain Bola Waktu Pelaksanaan 2 pertemuan 2 pertemuan 2 pertemuan 30

41 tanggungjawab, menghargai lawan dan memahami diri sendiri 1. Mempraktikkan latihan dasar kebugaran jasmani dan nilainilai yang terkandung di dalamnya 1.. Mempraktikkan senam ketangkasan dasar dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya 1. Mempraktikkan keterampilan dasar ritmik diorientasikan dengan arah dan ruang dan nilainilai yang terkandung di dalamnya 1.2 Mempraktikkan satu jenis bentuk latihan untuk meningkatkan kekuatan otot lengan dan tungkai dengan mengikuti aturan 1.2 Mempraktikkan senam ketangkasan sederhana tanpa menggunakan alat: melompat dan meloncat dengan isyarat ke berbagai arah 1.2 Mempraktikkan gerak ritmik ke depan, belakang ataupun samping secara berpasangan dengan diiringi musik, dan nilai kerja sama Latihan Kekuatan Tungkai dan Lengan Senam Ketangkasan (1) Aktivitas Ritmik (1) 2 pertemuan 2 pertemuan 1 pertemuan 31

42 1. Mempraktikkan latihan dasar kebugaran jasmani dan nilainilai yang terkandung di dalamnya 1.2 Mempraktikkan satu jenis bentuk latihan untuk kekuatan otot dada, melatih otot punggung dan fleksibilitas dengan mengikuti aturan Latihan Kebugaran Jasmani 2 pertemuan Tabel 4.2 Program Pembelajaran Pertemuan 1 (Tes Awal) A. Pemanasan - Peregangan statis - Lari keliling lapangan - Peregangan dinamis B. Inti - Tes awal (tes motor ability) C. Penutup - Pelemasan 55 Menit Pertemuan 2-3 (Gerak lokomotor) A. Pemanasan - Peregangan statis - Lari keliling lapangan - Peregangan dinamis B. Inti - Melakukan Terapi Motorik - Gerak lokomotor dilakukan melatih otot otot kaki. - Gerak dasar lokomotor dengan berjalan berlari dan melompat. - Gerak lokomotor dilakukan secara berkelompok. C. Penutup - Pelemasan - Evaluasi 55 Menit Pertemuan 4-5 (Gerak nonlokomotor) 32

43 A. Pemanasan - Peregangan statis - Lari keliling lapangan - Peregangan dinamis B. Inti - Gerak nonlokomotor dilakukan untuk otot otot tubuh. - Gerak memutar badan untuk melatih otot lengan dan pinggang. - Gerak mengayun tangan untuk melatih otot lengan. - Gerak menekuk lutut untuk melatih otot tungkai. C. Penutup - Pelemasan - Evaluasi Pertemuan 6-7 (Gerak Dasar Bermain Bola) A. Pemanasan - Peregangan statis - Lari keliling lapangan - Peregangan dinamis B. Inti - Permainan bola dengan menggunakan bola besar dan bola kecil. - Permainan melempar dan menangkap bola dilakukan di lapangan. - Permainan melempar dan menangkap bola dilakukan dengan menggunakan bola kecil. - Latihan menendang dan menahan bola berfungsi untuk melatih kekuatan kecermatan dan kelincahan. - Latihan menendang dan menahan bola dilakukan dengan menggunakan bola besar. - Menggiring bola adalah gerakan membawa bola menggunakan kaki. C. Penutup - Pelemasan - Evaluasi Pertemuan 8-9 (Latihan Kekuatan Tungkai dan Lengan) A. Pemanasan - Peregangan statis - Lari keliling lapangan - Peregangan dinamis B. Inti - Gerakan untuk melatih tungkai dilakukan dengan melompati teman. - Gerakan untuk melatih lengan yaitu push up. 55 Menit 55 Menit 55 Menit 33

44 - Keseimbangan tubuh dilatih dengan cara berlatih keseimbangan. C. Penutup - Pelemasan - Evaluasi Pertemuan (Senam Ketangkasan (1)) A. Pemanasan - Peregangan statis - Lari keliling lapangan - Peregangan dinamis B. Inti - Senam ketangkasan dilakukan tanpa alat dan dengan menggunakan alat. - Alat yang digunakan berupa kotak kayu. - Setiap gerakan dilakukan setelah mendengar aba aba dari guru. - Setiap gerakan senam harus dilakukan dengan hati hati agar terhindar dari cedera. C. Penutup - Pelemasan - Evaluasi Pertemuan (Aktivitas Ritmik (1)) A. Pemanasan - Peregangan statis - Lari keliling lapangan - Peregangan dinamis B. Inti - Gerak lokomotor yang dilakukan dalam aktivitas ritmik adalah gerakan melangkah dan berjalan. - Gerak nonlokomotor yang dilakukan dalam aktivitas ritmik adalah gerakan meliuk liukkan tubuh. - Aktivitas ritmik dilakukan dengan iringan musik. - Aktivitas ritmik secara berpasangan atau berkelompok harus dilakukan dengan kompak. - Gerakan dilakukan sesuai dengan irama musik. - Alat yang dapat digunakan dalam aktivitas ritmik adalah bendera kecil. C. Penutup - Pelemasan - Evaluasi 55 Menit 55 Menit 34

45 Pertemuan (Latihan Kebugaran Jasmani) A. Pemanasan - Peregangan statis - Lari keliling lapangan - Peregangan dinamis B. Inti - Berjalan dengan bertumpu pada siku merupakan latihan kekuatan otot dada. - Latihan lainnya adalah menahan badan di palang dan merambat di palang. - Gerakan back up dapat melatih otot punggung. - Bentuk gerakan kelentukan tubuh adalah membungkukkan dan melentingkan badan. C. Penutup - Pelemasan - Evaluasi Pertemuan 16 (Tes Akhir) A. Pemanasan - Peregangan statis - Lari keliling lapangan - Peregangan dinamis B. Inti - Tes akhir (tes motor ability) C. Penutup - Pelemasan 55 Menit 55 Menit 4.8 Teknik Pengolahan Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data. Menurut Natsir (2003:328) dalam Riduwan (2009:72) mengatakan bahwa Teknik mengumpulan data merupakan alat-alat ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes motor ability. Tes motor ability adalah tes yang sudah terstandar. Pengertian tes terstandar dijelaskan Arikunto (2006:224) yaitu : Tes terstandar (standardized test) yaitu tes yang biasanya sudah tersedia di lembaga testing, yang sudah terjamin keampuhannya. Tes terstandar adalah tes yang sudah mengalami uji coba berkali-kali, direvisi berkali-kali sehingga sudah dapat dikatakan cukup baik. Di dalam setiap tes yang terstandar sudah dicantumkan petunjuk pelaksanaan, waktu yang 35

46 dibutuhkan, bahan yang tercakup, dan hal-hal lain, misalnya validitas dan realibitas. Dari konsep di atas, tes motor ability sudah memenuhi syarat untuk digunakan sebagai instrumen pengumpul data dalam penelitian ini. 4.9 Analisis Data Analisis data dilaksanakan dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) Serie 17. Adapun langkah-langkah yang ditempuh yaitu deskripsi data melalui rekapitulasi dan tabulasi data, dari cara tersebut dilanjutkan kepada uji normalitas data, uji homogenitas data dan uji ratarata dengan uji-t. Langkah-langkah analisis statistik sebagai berikut: Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilaksanakan dengan tujuan agar dapat memperoleh informasi mengenai distribusi kenormalan data. Selain itu, uji normalitas data juga akan menentukan langkah yang harus ditempuh selanjutnya, yaitu analisis statistik apa yang harus digunakan, apakah statistik parametrik atau nonparametrik. Langkah yang dilakukan adalah dengan menginput dan menganalisa menggunakan deskripsi explore data pada menu SPSS Serie 17. Uji normalitas dari output yang dihasilkan program SPSS 17 terdapat lima uji analisis normalitas data, yaitu kolmogorov smirnov, Shapiro-wilk, QQ Plots, Detrended normal QQ Plots, dan Spread V.S Level Plot. Ke lima uji analisis ini sebenarnya saling mendukung satu sama lainnya. Untuk uji normalitas, penulis mengacu pada analisis Shapiro-Wilk. Penulis memiliki anggapan bahwa untuk jumlah sampel lebih atau di atas 27 orang atau termasuk pada kategori kelompok sampel besar, pengujian dengan Shapiro-Wilk sangat relevan. Dengan pengujian Shapiro-Wilk, untuk jumlah sampel di atas 27 orang atau sampel besar memiliki derajat yang tinggi Uji Homogenitas Data Uji homogenitas data dilaksanakan setelah uji normalitas data. Tujuan uji homogenitas data adalah untuk mengetahui apakah data tersebut berasal dari sampel atau populasi yang homogen atau tidak. Selain itu juga untuk menentukan 36

47 jenis analisis statistik apa yang selanjutnya digunakan dalam uji hipotesis data. Karena syarat dari uji satistik parametrik, data penelitian harus berdistribusi normal dan homogen. Uji homogenitas data menggunakan program software SPSS Serie 17 adalah sama dengan uji normalitas data. Output yang dihasilkan dari descriptive explore data tersebut sekaligus menghasilkan dua analisis, yaitu normalitas dan homogenitas data. Untuk uji homogenitas data mengacu pada penghitungan Lavene Statistik hasil output dari SPSS Uji Hipotesis Uji hipotesis data dilakukan guna mendapatkan kesimpulan dari data yang diperoleh. Jenis analisis statistik yang digunakan untuk melakukan uji hipotesis dalam rangka mencari kesimpulan ditentukan oleh hasil uji normalitas dan homogenitas data. Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari psykomotorterapi terhadap motor ability Uji hipotesis dilakukan untuk menguji nilai rata-rata (compare means) pada SPSS. Untuk mengolah hasil tes awal dan tes akhir yang digunakan analisis dengan paired sampel t-test. 37

48 BAB 5 HASIL YANG DICAPAI 5.1 Hasil Penelitian Pada bagian dari bab ini secara berturut-turut akan disajikan gamabaran deskriptif tentang pelaksanaan tes awal yaitu pelaksanaan tes motor ability. Pelaksanaan tes dilaksanakan pada hari rabu tanggal 26 Juli Pelaksaan di mulai pukul WIB sd pukul WIB. Cara pengambilan sampel yaitu seluruh siswa kelas 2 diberikan kesempatan untuk mengikuti kemampuan gerak. Penulis atau peneliti memilih sampel yang mempunyai gerakan motor ability yang baik. Instrumen pada tes motor ability meliputi : 5. Tes Shuttle run 10 x 4 meter 6. Tes lempar tangkap bola jarak 1 meter dengan tembok 7. Tes Stork Stand Positional balance 8. Tes lari Cepat 30 Meter Pelaksanaan tes penulis paparkan sebagai berikut : 1. Tes shuttle Run 10 x 4 meter Start dilakukan dengan berdiri. Pada aba aba bersedia orang coba atau berdiri dengan salah satu ujung jari sedekat mungkin dengan garis start. 2. Tes lempar tangkap bola jarak 1 meter ke tembok Subyek berdiri di belakang garis batas sambil memegang bola tenis dengan kedua tangan di depan dada. Aba aba ya subyek dengan segera melakukan lemparan tangkap ke dingding selama 30 detik. Skor Dihitung jumlah tangkapanbola yang dapat dilakukan selama 30 detik. 3. Tes stork stand position balance Subyek berdiri dengan tumpuan kaki kiri, kedua tangan bertolak pinggang kedua mata di pejamkan, lalu letakan kaki kanan pada lutut kaki kiri sebelah dalam. Pertahankan sikap tersebut selama mungkin. Skor Dihitung waktu yang dicapai dalam mempertahankan sikap di atas samapai dengan tanpa memindahkan kaki kiri dari tempat semula. 38

49 4. Tes lari cepat 30 meter Start dilakukan dengan berdiri. Pada aba aba bersedia subyek berdiri dengan salah satu ujung jari kaki nya sedekat mungkin dengan garis start. Aba aba siap subyek siap untuk lari menju garis finis dengan jarak 30 meter, sampai melewati garis finis. Skor Dihitung waktu yang ditempuh dalam melakukan lari sejauh 30M. Adapun data dari gts awal sebagai berikut : Tabel 5.1 Data Hasil Tes Motor Ability Siswa-Siswi kelas 2A SD Negeri Karangdan Kec. Padakembang Kab. Tasikmalaya Tahun Ajaran 2017/2018 No Nama Lari 30 Meter Shutle Run Lempar Bola 1 Ridwan anwar 5,15 27, ,09 2 Muhamad abdul Azis 5,19 28, ,04 3 Silpia 4,35 29, ,58 4 Yoga Setiawan 5,49 27, ,02 5 Agus Ali 5,11 28, ,29 6 Aldiansyah 4,59 29, ,68 7 Ali Muhamed 5,1 30, ,02 8 Anisa 4,13 28, ,35 9 Arini 4,46 30, ,07 10 Aurellia 4,56 29, ,12 11 Cep Rizky 5,45 30, ,71 12 Delis Putri 4,45 29, ,04 13 Dilfi 4,49 28, ,02 14 Fauzan 4,09 30, ,19 15 Fauzi 5,39 31, ,07 16 Febsya 4,47 27, ,12 17 Lisna Rosmiati 4,39 28, ,13 18 M. Rifki 4,14 29, ,18 19 M. Bintang 5,41 30, ,24 20 Nabila Sarah 4,56 28, ,11 21 Nazwa 4,46 30, ,29 22 Novia 4,56 31, ,58 23 Nurma 5,45 27, ,02 24 Nurman 4,45 29, ,35 25 Reva 4,49 27, ,07 Balance Keterangan 39

50 26 Riski 4,09 28, ,12 27 Ruslan 5,39 29, ,71 28 Silvia ayu 4,47 30, ,04 40

51 BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA 6.1 Rencna Tahapan Berikutnya Pada bab ini, dipaparkan tahapan yang akan dilaksanakan berikutnya yaitu setelah melaksanakan tes awal selanjutnya melakukan perlakuan atau pelaksanaan penelitian. pelaksanaan penelitian dalam penelitian ini yaitu menguji cobakan psikomotorterapi dalam setiap proses pembelajaran penjas. Setelah melakukan perlakuan selama 14 kali subjek dapat dilihat hasilnya yaitu dengan melakukan tes akhir. Melakukan pengumpulan data di lapangan untuk menguji hipotesis. Dimulai dari pengumpulan data dan kemudian dilanjutkan dengan analisis data, pengolahan data dilakukan dalam rangka pengujian hipotesis. Data yang telah terkumpul, sebelum diolah dan dianalisis terlebih dahulu harus diteliti atau dicek sehingga apabila ada kesalahan, kekurangan, ketidaksesuaian dapat diketahui dan dapat menentukan tindakantindakan apa yang perlu dilakukan. Analisis data. Konsep berpikir deduktif yang telah diturunkan ke dalam hipotesis akan diuji secara empiris dengan menggunakan konsep berpikir induktif yaitu melalui pengumpulan data yang dilanjutkan dengan analisis data. Baru kemudian data tersebut diolah menjadi data yang teratur dan tersususun secara lebih terperinci dalam bentuk tabel-tabel atau grafik-grafik kemudian dianalisa. Hasil analisa data dengan statistik menunjukan Ho di tolak atau diterima. Selain itu dalam melakukan analisa data dapat memanfaatkan keterampilan-keterampilan statistik yang tersedia. Keterampilan statistik yang dipakai atau digunakan disesuaikan dengan maksud dan tujuan penelitiannya. Hasilnya kemudian dianalisis dalam pembahasan. Tahap akhir adalah membuat kesimpulan. Merupakan intisari penelitian, bagian yang terpenting dari penelitian karena menjawab pertanyaan penelitian yang selanjutkan dimuat dalam jurnal. 41

52 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari hasil tes awal siswa kelas 2A SD Negeri Karangdan Kec. Padakembang Kab. Tasikmalaya siswa kemampuan gerak masih kurang. Terbukti dengan hasil yang di peroleh dapat di ktegorikan dengan 65% dalam kategori kurang, 30% dalam kategori cukup dan 15% dalam kategori Baik. 7.2 Saran Dari hasil tes awal siswa kelas 2A SD Negeri Karangdan Kec. Padakembang Kab. Tasikmalaya penulis menyarankan memberikan inovasi pembelajaran. Pemberian inovasi pembelajaran yang dimaksud adalah terapi. Diharapkan dengan pemberian terapi ini akan menunjukkan hasil belajar penjas yang maksimal. Terapi yang dimaksudkan adalah terapi dalam konteks belajar gerak. Terapi dalam konteks belajar gerak adalah remediasi masalah gerak dasar yang masih perlu diperbaiki supaya kualitas gerak anak lebih baik yang akan berdampak pada kognitif, afektif dan sosial siswa. Tujuan dari terapi ini adalah untuk memfasilitasi interaksi, mendorong sosialisasi dengan lingkungan, meningkatkan stimulus realitas dan respon individu, memotivasi, mendorong fungsi kognitif, afektif, motorik, meningkatkan rasa dimiliki, meningkatkan rasa dan percaya diri. Terapi motorik tersebut dinamakan Physicomotortheraphy. Physicomotortheraphy adalah suatu cara untuk memfasilitasi, mendorong, meningkatkan stimulus, memotivasi, meningkatkan rasa percaya diri dalam melakukan kemampuan gerak seseorang agar dapat meningkatkan motor ability yang baik. 42

53 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Azis, A.H., 2008, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta : Salemba Medika. B.Ac, Drs. H. Syaifuddin, (1997), Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat (Cetakan 1), Kedokteran EGC, Jakarta. Budi Indrawan Teori Belajar Mengajar Motorik. Tasikmalaya : PJKR FKIP UNSIL Depdiknas Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional tes+lari+30+meter M. Natsir Metode Penelitian Bandung : Universitas Padjadjaran Bandung. Nurhasan dan Abdul Narlan Tes dan Pengukuran. Tasikmalaya : PJKR FKIP UNSIL Ruseffendi Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-Eksata Lainnya. Bandung : Tarsito Samsudin Media Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta : LITERA Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D). Bandung : Alfabeta Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D). Bandung : Alfabeta Widiastuti Tes dan Pengukuran Olahraga. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada 43

54 44

55 Standar Kompetensi 1. Mempraktikkan variasi gerak dasar melalui permainan dan aktivitas jasmani, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya Mempraktikkan variasi gerak dasar melalui permainan dan aktivitas jasmani, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya Lampiran 1. Materi Pembelajaran Materi Pembelajaran Kompetensi Dasar Materi Waktu Pelaksanaan 1.2 Mempraktikkan gerak dasar jalan, lari, lompat yang bervariasi dalam permainan yang menyenangkan dan nilai kerjasama, toleransi, kejujuran, tanggungjawab, menghargai lawan dan menghargai diri sendiri 1.3 Mempraktikkan gerak dasar melempar, menangkap, menendang dan menggiring bola ke berbagai arah dalam permainan sederhana serta nilai kerjasama, toleransi, kejujuran, tanggungjawab, menghargai lawan dan memahami diri sendiri Gerak Lokomotor Gerak Nonlokomotor Gerak Dasar Bermain Bola 2 pertemuan 2 pertemuan 2 pertemuan 45

56 1. Mempraktikkan latihan dasar kebugaran jasmani dan nilainilai yang terkandung di dalamnya 1.2 Mempraktikkan satu jenis bentuk latihan untuk meningkatkan kekuatan otot lengan dan tungkai dengan mengikuti aturan Latihan Kekuatan Tungkai dan Lengan 2 pertemuan 1.. Mempraktikkan senam ketangkasan dasar dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya 1.2 Mempraktikkan senam ketangkasan sederhana tanpa menggunakan alat: melompat dan meloncat dengan isyarat ke berbagai arah Senam Ketangkasan (1) 2 pertemuan 1. Mempraktikkan keterampilan dasar ritmik diorientasikan dengan arah dan ruang dan nilainilai yang terkandung di dalamnya 1.2 Mempraktikkan gerak ritmik ke depan, belakang ataupun samping secara berpasangan dengan diiringi musik, dan nilai kerja sama Aktivitas Ritmik (1) 1 pertemuan 1. Mempraktikkan latihan dasar kebugaran jasmani dan nilainilai yang terkandung di dalamnya 1.2 Mempraktikkan satu jenis bentuk latihan untuk kekuatan otot dada, melatih otot punggung dan fleksibilitas dengan mengikuti aturan Latihan Kebugaran Jasmani 2 pertemuan 46

57 Lampiran 2. Program Pembelajaran Pertemuan 1 (Tes Awal) A. Pemanasan - Peregangan statis - Lari keliling lapangan - Peregangan dinamis B. Inti - Tes awal (tes motor ability) C. Penutup - Pelemasan Program Pembelajaran 55 Menit Pertemuan 2-3 (Gerak lokomotor) A. Pemanasan - Peregangan statis - Lari keliling lapangan - Peregangan dinamis B. Inti - Melakukan Terapi Motorik - Gerak lokomotor dilakukan melatih otot otot kaki. - Gerak dasar lokomotor dengan berjalan berlari dan melompat. - Gerak lokomotor dilakukan secara berkelompok. C. Penutup - Pelemasan - Evaluasi Pertemuan 4-5 (Gerak nonlokomotor) A. Pemanasan - Peregangan statis - Lari keliling lapangan - Peregangan dinamis B. Inti - Gerak nonlokomotor dilakukan untuk otot otot tubuh. - Gerak memutar badan untuk melatih otot lengan dan pinggang. - Gerak mengayun tangan untuk melatih otot lengan. - Gerak menekuk lutut untuk melatih otot tungkai. C. Penutup - Pelemasan - Evaluasi 55 Menit 55 Menit 47

58 Pertemuan 6-7 (Gerak Dasar Bermain Bola) A. Pemanasan - Peregangan statis - Lari keliling lapangan - Peregangan dinamis B. Inti - Permainan bola dengan menggunakan bola besar dan bola kecil. - Permainan melempar dan menangkap bola dilakukan di lapangan. - Permainan melempar dan menangkap bola dilakukan dengan menggunakan bola kecil. - Latihan menendang dan menahan bola berfungsi untuk melatih kekuatan kecermatan dan kelincahan. - Latihan menendang dan menahan bola dilakukan dengan menggunakan bola besar. - Menggiring bola adalah gerakan membawa bola menggunakan kaki. C. Penutup - Pelemasan - Evaluasi Pertemuan 8-9 (Latihan Kekuatan Tungkai dan Lengan) A. Pemanasan - Peregangan statis - Lari keliling lapangan - Peregangan dinamis B. Inti - Gerakan untuk melatih tungkai dilakukan dengan melompati teman. - Gerakan untuk melatih lengan yaitu push up. - Keseimbangan tubuh dilatih dengan cara berlatih keseimbangan. C. Penutup - Pelemasan - Evaluasi Pertemuan (Senam Ketangkasan (1)) A. Pemanasan - Peregangan statis - Lari keliling lapangan - Peregangan dinamis B. Inti - Senam ketangkasan dilakukan tanpa alat dan dengan 55 Menit 55 Menit 48

59 menggunakan alat. - Alat yang digunakan berupa kotak kayu. - Setiap gerakan dilakukan setelah mendengar aba aba dari guru. - Setiap gerakan senam harus dilakukan dengan hati hati agar terhindar dari cedera. C. Penutup - Pelemasan - Evaluasi Pertemuan (Aktivitas Ritmik (1)) A. Pemanasan - Peregangan statis - Lari keliling lapangan - Peregangan dinamis B. Inti - Gerak lokomotor yang dilakukan dalam aktivitas ritmik adalah gerakan melangkah dan berjalan. - Gerak nonlokomotor yang dilakukan dalam aktivitas ritmik adalah gerakan meliuk liukkan tubuh. - Aktivitas ritmik dilakukan dengan iringan musik. - Aktivitas ritmik secara berpasangan atau berkelompok harus dilakukan dengan kompak. - Gerakan dilakukan sesuai dengan irama musik. - Alat yang dapat digunakan dalam aktivitas ritmik adalah bendera kecil. C. Penutup - Pelemasan - Evaluasi Pertemuan (Latihan Kebugaran Jasmani) A. Pemanasan - Peregangan statis - Lari keliling lapangan - Peregangan dinamis B. Inti - Berjalan dengan bertumpu pada siku merupakan latihan kekuatan otot dada. - Latihan lainnya adalah menahan badan di palang dan merambat di palang. - Gerakan back up dapat melatih otot punggung. - Bentuk gerakan kelentukan tubuh adalah membungkukkan dan melentingkan badan. C. Penutup - Pelemasan 55 Menit 55 Menit 55 Menit 49

60 - Evaluasi Pertemuan 16 (Tes Akhir) A. Pemanasan - Peregangan statis - Lari keliling lapangan - Peregangan dinamis B. Inti - Tes akhir (tes motor ability) C. Penutup - Pelemasan 55 Menit 50

61 Lampiran 3. Deskripsi Data Hasil Tes Awal Data Hasil Tes Motor Ability Siswa-Siswi kelas 2A SD Negeri Karangdan Kec. Padakembang Kab. Tasikmalaya Tahun Ajaran 2017/2018 No Nama Lari Shutle Lempar 30 Run Bola Meter Balance Keterangan 1 Ridwan anwar 5,15 27, ,09 2 Muhamad abdul Azis 5,19 28, ,04 3 Silpia 4,35 29, ,58 4 Yoga Setiawan 5,49 27, ,02 5 Agus Ali 5,11 28, ,29 6 Aldiansyah 4,59 29, ,68 7 Ali Muhamed 5,1 30, ,02 8 Anisa 4,13 28, ,35 9 Arini 4,46 30, ,07 10 Aurellia 4,56 29, ,12 11 Cep Rizky 5,45 30, ,71 12 Delis Putri 4,45 29, ,04 13 Dilfi 4,49 28, ,02 14 Fauzan 4,09 30, ,19 15 Fauzi 5,39 31, ,07 16 Febsya 4,47 27, ,12 17 Lisna Rosmiati 4,39 28, ,13 18 M. Rifki 4,14 29, ,18 19 M. Bintang 5,41 30, ,24 20 Nabila Sarah 4,56 28, ,11 21 Nazwa 4,46 30, ,29 22 Novia 4,56 31, ,58 23 Nurma 5,45 27, ,02 24 Nurman 4,45 29, ,35 25 Reva 4,49 27, ,07 26 Riski 4,09 28, ,12 27 Ruslan 5,39 29, ,71 28 Silvia ayu 4,47 30, ,04 51

62 Lampiran 4. Surat Izin Melaksanakan Penelitian 52

63 Lampiran 5. Justifikasi Anggaran Penelitian Justifikasi Anggaran Penelitian Sementara (70%) 53

64 Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian Sampel Penelitian Pemanasan 54

65 Tes Shuttle run 10 x 4 meter Tes Stork Stand Positional balance 55

66 Tes lari Cepat 30 Meter Tes lempar tangkap bola jarak 1 meter dengan tembok 56

TUJUAN DAN FUNGSI PENJAS

TUJUAN DAN FUNGSI PENJAS TUJUAN DAN FUNGSI PENJAS Tujuan Pendidikan Jasmani Pengembangan kebugaran jasmani. Pengembangan keterampilan motorik. Pengembangan kognitif. Pengembangan afektif. Physically Educated Person Memiliki keterampilan

Lebih terperinci

Draft Naskah Publikasi Penelitian Dosen Madya

Draft Naskah Publikasi Penelitian Dosen Madya Draft Naskah Publikasi Penelitian Dosen Madya DAMPAK PHYSICOMOTORTHERAPHY TERHADAP MOTOR ABILITY SISWA KELAS 2 SD NEGERI KARANGDAN KEC. PADAKEMBANG KAB. TASIKMALAYA Oleh: KetuaKelompok : H. Agus Mulyadi,

Lebih terperinci

KONTRIBUSI BERLATIH OLAHRAGA DI KLUB TERHADAP PENDIDIKAN DI SEKOLAH

KONTRIBUSI BERLATIH OLAHRAGA DI KLUB TERHADAP PENDIDIKAN DI SEKOLAH KONTRIBUSI BERLATIH OLAHRAGA DI KLUB TERHADAP PENDIDIKAN DI SEKOLAH Oleh: Danang Wicaksono Staff Pengajar Prodi PKL Jurusan PKO FIK UNY danangvega@uny.ac.id PENDAHULUAN Olahraga milik semua orang dan semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tentu di dalamnya ada proses pembelajaran. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tentu di dalamnya ada proses pembelajaran. Apabila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan jasmani yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan yang tentu di dalamnya ada proses pembelajaran. Apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar 2.1.1 Hakikat Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan

Lebih terperinci

: Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK)

: Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Pendidikan

Lebih terperinci

85. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

85. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D) 85. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D) A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran

A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis,

Lebih terperinci

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian

Lebih terperinci

57. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

57. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 57. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari

Lebih terperinci

untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. 57. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari

Lebih terperinci

PENGARUH PERMAINAN FUTSAL TERHADAP MOTOR ABILITY SISWA DI SDIT BANI SALEH 6 KOTA BEKASI. Oleh : Memet Muhamad, Drs., MPd.

PENGARUH PERMAINAN FUTSAL TERHADAP MOTOR ABILITY SISWA DI SDIT BANI SALEH 6 KOTA BEKASI. Oleh : Memet Muhamad, Drs., MPd. PENGARUH PERMAINAN FUTSAL TERHADAP MOTOR ABILITY SISWA DI SDIT BANI SALEH 6 KOTA BEKASI Oleh : Memet Muhamad, Drs., MPd. *) ABSTRAK Penelitian yang penulis lakukan berawal dari pemikiran penulis terhadap

Lebih terperinci

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian

Lebih terperinci

D. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas X, Semester 1

D. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas X, Semester 1 82. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) A. Latar Belakang Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks penelitian. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks penelitian. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks penelitian Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan apsek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan satu kesatuan dari sistem pendidikan secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Defri Mulyana, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Defri Mulyana, 2013 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pendidikan kita mengenal adanya input, proses, dan output. Input merupakan masukan, dalam pendidikan, input adalah para siswa yang akan diberikan perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penggunaan sebuah metode dalam penelitian bertujuan agar dapat memperoleh data yang dapat mengungkap permasalahan yang ingin diselesaikan. Hal ini seperti

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sugiyono (2009:6)

BAB III METODELOGI PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sugiyono (2009:6) BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Lebih terperinci

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations ACTIVE 4 (10) (2015) Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/peshr UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR LEMPAR TANGKAP BOLA MELALUI PERMAINAN LETABOTAI

Lebih terperinci

prilaku hidup sehat peserta didik, dalam kehidupan sehari-hari (Suroto, 2009).

prilaku hidup sehat peserta didik, dalam kehidupan sehari-hari (Suroto, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan dalam berbagai bidang kehidupan dewasa ini semakin ketat, yang menuntut manusia untuk bisa menjadi yang terbaik dalam persaingan ini supaya dapat

Lebih terperinci

yang lebih rumit akan lebih mudah dilakukan oleh anak.

yang lebih rumit akan lebih mudah dilakukan oleh anak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya setiap aktivitas kehidupan manusia tidak terlepas dari gerak. Manusia melakukan aktivitas gerak sesuai dengan kemampuan mereka sendiri. Belajar gerak dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan investasi besar jangka panjang yang harus ditata dan disiapkan sebaik mungkin, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Zulia Rachim, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Zulia Rachim, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani di sekolah memiliki peran yang cukup banyak karena tidak hanya dapat mengembangkan aspek psikomotor saja melainkan dapat mengembangkan aspek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan mengarah pada tujuan pendidikan nasional itu sendiri, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter bangsa dari suatu negara. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter bangsa dari suatu negara. Pendidikan jasmani BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu proses yang wajib diikuti dalam kehidupan setiap individu dan memiliki fungsi serta peranan penting bagi pembentukan karakter

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PEMBELAJARAN PENJAS DENGAN MODEL PERMAINAN SEPAKBOLA STOP PASSING, EKO S, GAWANG TIANG TUNGGAL TERHADAP ASPEK PSIKOMOTOR SISWA SD KELAS V

PERBANDINGAN PEMBELAJARAN PENJAS DENGAN MODEL PERMAINAN SEPAKBOLA STOP PASSING, EKO S, GAWANG TIANG TUNGGAL TERHADAP ASPEK PSIKOMOTOR SISWA SD KELAS V PERBANDINGAN PEMBELAJARAN PENJAS DENGAN MODEL PERMAINAN SEPAKBOLA STOP PASSING, EKO S, GAWANG TIANG TUNGGAL TERHADAP ASPEK PSIKOMOTOR SISWA SD KELAS V PJKR, FPIPSKR, Universitas PGRI Semarang Pandu_Kresnapati@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Donny Suhartono, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Donny Suhartono, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program pendidikan jasmani (penjas) dan olahraga di sekolah diarahkan pada potensi aspek-aspek pembangunan utuh peserta didik. Prosesnya lebih mengutamakan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata pelajaran yang dilaksanakan pada jenjang pendidikan dasar, menengah, bahkan pada pendidikan tinggi.

Lebih terperinci

Kata Kunci: Kemampuan Gerak Dasar.

Kata Kunci: Kemampuan Gerak Dasar. SURVEY KEMAMPUAN GERAK DASAR PADA SISWA-SISWI KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 7 SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA Agus, Victor, Wiwik. Program Studi Pendidikan Jasmani dan Rekreasi FKIP UNTAN e-mail:agusbudiono631@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Nuri Sri Widi Astuti SDN Gedong 03 UPTD Pendidikan Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Abstrak

Nuri Sri Widi Astuti SDN Gedong 03 UPTD Pendidikan Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Abstrak Pembelajaran Pendidikan Jasmani Melalui Permainan Tradisional Bolgrang Siswa Kelas V SDN Gedong 03 Uptd Pendidikan Kecamatan Banyubiru Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 Nuri Sri Widi Astuti SDN Gedong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang berkembang di Indonesia dilaksanakan oleh dua lembaga pendidikan yang berbeda, namun memiliki tujuan yang sama. Lembaga pendidikan tersebut adalah

Lebih terperinci

SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK

SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN 2011-2012 DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK Kemampuan motorik (motor ability) memegang peranan penting

Lebih terperinci

PEDOMAN BENTUK LATIHAN GERAK DASAR LOKOMOTOR (LOMPAT DAN LONCAT) MELALUI PERMAINAN UNTUK ANAK TUNAGRAHITA TINGKAT SMALB- C

PEDOMAN BENTUK LATIHAN GERAK DASAR LOKOMOTOR (LOMPAT DAN LONCAT) MELALUI PERMAINAN UNTUK ANAK TUNAGRAHITA TINGKAT SMALB- C PEDOMAN BENTUK LATIHAN GERAK DASAR LOKOMOTOR (LOMPAT DAN LONCAT) MELALUI PERMAINAN UNTUK ANAK TUNAGRAHITA TINGKAT SMALB- C A. Deskripsi Dalam buku pedoman bentuk latihan ini berisikan tentang variasivariasi

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PELAKSANAAN EVALUASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN PADA SISWA SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015

STUDI TENTANG PELAKSANAAN EVALUASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN PADA SISWA SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 STUDI TENTANG PELAKSANAAN EVALUASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN PADA SISWA SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Artikel Ilmiah

Lebih terperinci

2015 KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

2015 KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani di dalam sekolah memiliki peranan penting terhadap perkembangan perilaku siswa, yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam

Lebih terperinci

PENDIDIKAN LUAR KELAS SEBAGAI KURIKULUM PENJAS

PENDIDIKAN LUAR KELAS SEBAGAI KURIKULUM PENJAS PENDIDIKAN LUAR KELAS SEBAGAI KURIKULUM PENJAS PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH SEBAGAI KURIKULUM PENJAS Tujuan PENJASORKES 1. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan psikis yanglebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan psikis yanglebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami individu agar segala sesuatu yang baru menjadi lebih terarah dan bermakna.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Riska Dwi Herliana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Riska Dwi Herliana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan merupakan proses yang sangat berperan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui proses pendidikan manusia dididik dan dibina

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP KEMAMPUAN SERVIS ATAS DALAM PERMAINAN BOLAVOLI MAHASISWA PUTRA

PENGARUH LATIHAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP KEMAMPUAN SERVIS ATAS DALAM PERMAINAN BOLAVOLI MAHASISWA PUTRA Jurnal Pendidikan Olahraga, Vol. 6, No. 2, Desember 2017 PENGARUH LATIHAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP KEMAMPUAN SERVIS ATAS DALAM PERMAINAN BOLAVOLI MAHASISWA PUTRA Abdillah 1, Anang Qosim 2, Rubiyatno

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mencakup pengajaran dan pelaksanaan nilai-nilai, isi pendidikan ialah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mencakup pengajaran dan pelaksanaan nilai-nilai, isi pendidikan ialah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mencakup pengajaran dan pelaksanaan nilai-nilai, isi pendidikan ialah tindakan-tindakan yang membawa anak didik kita mengalami dan menghayati nilai-nilai

Lebih terperinci

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

GUMELAR ABDULLAH RIZAL, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktek pendidikan merupakan kegiatan mengimplementasikan konsep prinsip, atau teori oleh pendidik dengan terdidik dalam berinteraksi yang berlangsung dalam suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal penting dalam keberlangsungan dan perkembangan hidup manusia, karena di dalam proses pendidikan setiap orang akan mendapatkan pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sandy Windiana, 2014 Pengaruh Model Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sandy Windiana, 2014 Pengaruh Model Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Namun selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal. Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemampuan yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang. berlangsung seumur hidup. Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral

I. PENDAHULUAN. kemampuan yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang. berlangsung seumur hidup. Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup.tujuan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Masalah a. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam Kurikulum SMA, pengertian pendidikan jasmani dan kesehatan adalah mata pelajaran yang merupakan bagian pendidikan keseluruhan yang proses pembelajarannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan filosofi yang mendasari pendidikan jasmani. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan filosofi yang mendasari pendidikan jasmani. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani adalah bagian penting dari sistem pendidikan. Sebab secara esensi pendidikan jasmani membantu kelancaran proses pembelajaran. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan lainnya. Pendidikan jasmani di sekolah dapat diupayakan peranannya untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam melaksanakan kehidupan tidak lepas dari pendidikan. Pendidikan memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia dalam meningkatkan kedudukannya.

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI TERHADAP KETERAMPILAN BERMAIN BOLA VOLI SISWA DI SMPN 1 BATU BERSURAT

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI TERHADAP KETERAMPILAN BERMAIN BOLA VOLI SISWA DI SMPN 1 BATU BERSURAT 78 PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI TERHADAP KETERAMPILAN BERMAIN BOLA VOLI SISWA DI SMPN 1 BATU BERSURAT mimiyulianti15@yahoo.com Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi FKIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang

BAB I PENDAHULUAN yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan diselenggarakan dalam rangka memenuhi amanat UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang sangat kompleks sebagai

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SMP NEGERI 3 PAINAN KAB. PESISIR SELATAN JURNAL

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SMP NEGERI 3 PAINAN KAB. PESISIR SELATAN JURNAL PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SMP NEGERI 3 PAINAN KAB. PESISIR SELATAN JURNAL Oleh: NOFRINDO SANDRA NIM. 18786 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN REKREASI JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

Lebih terperinci

KISI KISI PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN

KISI KISI PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN Kompetensi Utama St. Inti/SK Standar Kompetensi Guru Kompet. Guru Mapel KD Indikator Esensial Pedagogik 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural,emosional,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan. Nasional, yang dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar dan

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan. Nasional, yang dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Undang-undang Sistem. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK).

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Undang-undang Sistem. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan dan mewujudkan potensi yang dimiliki siswa. Pengembangan potensi tersebut biasa dimulai

Lebih terperinci

AKTIVITAS PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SEBAGAI PENGEMBANGAN KETERAMPILAN GERAK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) 1

AKTIVITAS PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SEBAGAI PENGEMBANGAN KETERAMPILAN GERAK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) 1 AKTIVITAS PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SEBAGAI PENGEMBANGAN KETERAMPILAN GERAK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) 1 Addriana Bulu Baan 2 POR FKIP Universitas Tadulako Palu ABSTRAK Pendidikan Jasmani Olahraga

Lebih terperinci

BASIC MOTOR ABILITY OF GRADE IV AND V STUDENTS IN SD N KERATON YOGYAKARTA ACADEMIC YEAR 2015/2016

BASIC MOTOR ABILITY OF GRADE IV AND V STUDENTS IN SD N KERATON YOGYAKARTA ACADEMIC YEAR 2015/2016 KEMAMPUAN MOTORIK DASAR SISWA KELAS IV DAN V SD N KERATON YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 BASIC MOTOR ABILITY OF GRADE IV AND V STUDENTS IN SD N KERATON YOGYAKARTA ACADEMIC YEAR 2015/2016 Oleh: Firman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang dalam upaya pembinaan mutu sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang dalam upaya pembinaan mutu sumber daya manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas kehidupan bangsa ditentukan oleh faktor pendidikan. Pendididikan memegang peranan penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka dan

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU TAHUN 2011

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU TAHUN 2011 KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU TAHUN 2011 Materi Pokok Kompetensi Guru : Penjaskes : Pedagogik dan Profesional STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR INDIKATOR ESENSIAL 1. Menguasai karakteristik peserta

Lebih terperinci

II. TINJAU PUSTAKA. Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan yang diarahkan untuk. mendorong, membimbing, mengembangkan dan membina kemampuan

II. TINJAU PUSTAKA. Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan yang diarahkan untuk. mendorong, membimbing, mengembangkan dan membina kemampuan 8 II. TINJAU PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan yang diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan dan membina kemampuan jasmaniah dan rohaniah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Penjasorkes Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa pakar. Para pakar penjasorkes cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, agar menjadi manusia dewasa dan bertanggung jawab. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, agar menjadi manusia dewasa dan bertanggung jawab. Pendidikan jasmani BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan dan kualitas individu, baik dalam aspek kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, persepsi yang sempit dan keliru terhadap pendidikan jasmani akan mengakibatkan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai perkembangan karena usia yang tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek, baik kognitif, efektif maupun fisik motorik. besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Contohnya berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek, baik kognitif, efektif maupun fisik motorik. besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Contohnya berjalan, berlari, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini mempunyai kemampuan dan rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Pada usia ini anak mengalami perkembangan yang pesat dari semua aspek, baik kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. berlangsung seumur hidup. Berdasarkan undang-undang No.20 tahun. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

I. Pendahuluan. berlangsung seumur hidup. Berdasarkan undang-undang No.20 tahun. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, 1 I. Pendahuluan 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dan berlangsung seumur hidup. Berdasarkan undang-undang No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menerangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada masa usia dini merupakan pendidikan yang sangat penting untuk anak dalam menerima pertumbuhan dan perkembangannya. Pendidikan bagi anak bukan hanya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis. 2.1.1 Hakikat Permainan Kippers Pada dasarnya permaianan kippers sama dengan permainan kasti, baik dari segi teknik melempar, menangkap,

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBELAJARAN P J O K KELAS VI - SEMESTER 2

PROGRAM PEMBELAJARAN P J O K KELAS VI - SEMESTER 2 PROGRAM PEMBELAJARAN P J O K KELAS VI - SEMESTER 2 1 PROGRAM SEMESTER MATA PELAJARAN : Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan KELAS / SEMESTER : VI (Enam) / 2 (dua) Standar Kompetensi : 6. Mempraktikkan

Lebih terperinci

LEMPAR TANGKAP BOLA MELALUI MODIFIKASI MEDIA PEMBELAJARAN BOLA KASTI DI SDN 24 SENGKABANG

LEMPAR TANGKAP BOLA MELALUI MODIFIKASI MEDIA PEMBELAJARAN BOLA KASTI DI SDN 24 SENGKABANG LEMPAR TANGKAP BOLA MELALUI MODIFIKASI MEDIA PEMBELAJARAN BOLA KASTI DI SDN 24 SENGKABANG ARTIKEL ILMIAH OLEH TIKA ZINAWATI NIM F1102141023 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai perseorangan maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak terutama berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Peranan

BAB I PENDAHULUAN. anak terutama berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Peranan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang strategis bagi pemberdayaan anak terutama berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Peranan sekolah sebagai wahana

Lebih terperinci

Oleh: Ferry Himawan E. P. P., Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta

Oleh: Ferry Himawan E. P. P., Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta Tingkat Kemampuan Melempar Menangkap... (Ferry Himawan E.P.P) 1 TINGKAT KEMAMPUAN MELEMPAR MENANGKAP DAN MEMUKUL BOLA KASTI SISWA KELAS ATAS SEKOLAH DASAR SE GUGUS 01 PUNDONG UPT PPD KECAMATAN PUNDONG

Lebih terperinci

MOTIVASI BERMAIN KASTI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KRATON YOGYAKARTA

MOTIVASI BERMAIN KASTI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KRATON YOGYAKARTA Motivasi Bermain Kasti. (Sukawati Sutijo) 1 MOTIVASI BERMAIN KASTI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KRATON YOGYAKARTA MOTIVATION OF PLAYING

Lebih terperinci

PERMAINAN KESEIMBANGAN TUBUH BERPENGARUH TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK TK KELOMPOK A

PERMAINAN KESEIMBANGAN TUBUH BERPENGARUH TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK TK KELOMPOK A PERMAINAN KESEIMBANGAN TUBUH BERPENGARUH TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK TK KELOMPOK A PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan proses untuk membantu individu untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 3 yaitu tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian yang melengkapi dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran

Lebih terperinci

TANGGAPAN PESERTA DIDIK TERHADAP PEMBELAJARAN KEBUGARAN JASMANI DI KURIKULUM 2013 KELAS X SMK N 1 DEPOK SLEMAN

TANGGAPAN PESERTA DIDIK TERHADAP PEMBELAJARAN KEBUGARAN JASMANI DI KURIKULUM 2013 KELAS X SMK N 1 DEPOK SLEMAN Tanggapan Peserta Didik.(Irza Aji Ramadhana) 1 TANGGAPAN PESERTA DIDIK TERHADAP PEMBELAJARAN KEBUGARAN JASMANI DI KURIKULUM 2013 KELAS X SMK N 1 DEPOK SLEMAN STUDENT S RESPONSES TOWARDS PHYSICAL FITNESS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

I. PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan menurut Undang-undang Sisdiknas adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran

Lebih terperinci

TINGKAT KESULITAN BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SISWA KELAS V SD NEGERI SE KECAMATAN KOTAGEDE YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

TINGKAT KESULITAN BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SISWA KELAS V SD NEGERI SE KECAMATAN KOTAGEDE YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 Tingkat Kesulitan Belajar... (Surya Aditama) 1 TINGKAT KESULITAN BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SISWA KELAS V SD NEGERI SE KECAMATAN KOTAGEDE YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 THE LEVEL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik motorik, kognitif, dan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik motorik, kognitif, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan anak usia sekolah dasar disebut juga perkembangan masa pertengahan dan akhir anak yang merupakan kelanjutan dari masa awal anak. Permulaan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizal Faisal, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizal Faisal, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan jasmani merupakan sebuah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani. Melalui proses tersebut, pendidikan jasmani bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas manusia untuk bersaing dalam membangun taraf hidup

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas manusia untuk bersaing dalam membangun taraf hidup I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah upaya yang dikerjakan secara sadar oleh manusia untuk meningkatkan kualitas manusia untuk bersaing dalam membangun taraf hidup bangsa dan negara. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerak pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya

BAB I PENDAHULUAN. Gerak pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gerak pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya masyarakat karena selain merupakan fenomena sosial, gerak juga merupakan fenomena budaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan Model Pendekatan Taktis Dan Pendekatan Tradisional Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan Model Pendekatan Taktis Dan Pendekatan Tradisional Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan keseluruhan yang terpadu dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi dan melaksanakan fungsi-fungsi tertentu dalam rangka membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan

Lebih terperinci

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga Metode Pengembangan Fisik Drs. Rumpis Agus Sudarko, M.S. FIK-UNY Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik

Lebih terperinci

PROGRAM PELAKSANAAN UJIAN PRAKTIK MATA PELAJARAN PENJASKES SMP NEGERI 1 TAJURHALANG

PROGRAM PELAKSANAAN UJIAN PRAKTIK MATA PELAJARAN PENJASKES SMP NEGERI 1 TAJURHALANG DI SUSUN OLEH : 1. Syahrudin,S.Pd 2. Galih rudiansyah,s.pd SMP NEGERI 1 TAJURHALANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PROGRAM PELAKSANAAN UJIAN PRAKTIK MATA PELAJARAN PENJASKES SMP NEGERI 1 TAJURHALANG TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

GALIH PERMANA, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN ALAT BANTU MODIFIED SMARTER SPOTTER TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN SIKAP KAYANG

GALIH PERMANA, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN ALAT BANTU MODIFIED SMARTER SPOTTER TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN SIKAP KAYANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan merupakan bagian dari pendidikan secara keseluruhan. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,

Lebih terperinci