ANALISIS PENCEMARAN UDARA DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KOTA SURAKARTA
|
|
- Sudirman Gunardi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS PENCEMARAN UDARA DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KOTA SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatann Oleh: MEGA SANTI SEKARTAJI J PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016
2 HALAMAN PERSETUJUAN ANALISIS PENCEMARAN UDARA DAN PEMETAANMENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KOTA SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH oleh: MEGA SANTI SEKARTAJI J Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh: Pembimbing I Pembimbing II Heru Subaris Kasjono, SKM., M.Kes NIK Sri Darnoto, SKM., MPH NIK.1015 i
3 HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PENCEMARAN UDARA DAN PEMETAANMENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KOTA SURAKARTA OLEH MEGA SANTI SEKARTAJI J Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Sabtu, 6 Agustus 2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat Dewan Penguji: 1.Heru Subaris Kasjono, SKM., M.Kes (Anggota I Dewan Penguji) 2.Tarwaka, PGDip, Sc, M.Erg (Ketua Dewan Penguji) 3.Bejo Raharjo, SKM., M.Kes (Anggota II Dewan Penguji) ( ) (....) (.) Dekan, Dr. Suwaji, M.Kes NIP ii
4 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.. Surakarta, 06 Agustus 2016 Penulis MEGA SANTI SEKARTAJI J iii
5 ANALISIS PENCEMARAN UDARA DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KOTA SURAKARTA Oleh Mega Santi Sekartaji 1, Heru Subaris Kasjono 2, Sri Darnoto 3 1 Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Megasekartaji94@gmail.com 23 Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstrak Pencemaran udara merupakan salah satu timbulnya masalah lingkungan dan kesehatan terhadap masyarakat. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan Sistem Informasi Geografis. Pengukuran pencemaran udara dalam penelitian ini sejumlah 12 titik yang diambil dari 5 kecamatan di Kota Surakarta dengan 3 parameter pengukuran yaitu NO 2, O 3, dan SO 2 yang bekerjasama dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Surakarta. Hasil pengukuran tahun tidak ada yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB). Pengukuran tertinggi terdapat pada tahun 2014, yaitu NO 2 di Jalan Kolonel Sugiono sebesar 56,90 µg/m 3, pada parameter O 3 berada pada Taman Balekambang sebesar 15,23 µg/m3, sedangkan pada parameter SO 2 berada di Jalan Nanas sebesar 65,5 µg/m 3. Hasil pemetaan memudahkan dalam melihat tren pencemaran udara dari tahun ke tahun. Kata Kunci : Analisis Pencemaran Udara, Pemetaan, Sistem Informasi Geografis Abstract Pollution of air is are of influence sphere problem and public health. The kind of this research is descriptive research using geographycal information system approach. It taken from 5 subdistrict in Surakarta. This research uses 3 parameter of measuring such as NO 2, O 3, SO 2 which work with Environmental Agency (BLH) Surakarta. In the result is not increases and it is not add more threshold value limits (NAB). The tallest measuring on 2014, there are NO 2 in Kolonel Sugiono Street as big as 47,43 µg/m 3, parameter O 3 in Balekambang Park as big as 15,23 µg/m3, meanwhile on parameter SO 2 in Nanas Street big as 65,5 µg/m 3. The result of cartography make us easy to see trends of air pollution from years to years. Key word: Analysis Of Air Pollution, Cartography, Geographycal Information System. 1. PENDAHULUAN Pada zaman yang semakin modern ini pembangunan pesat terjadi pada berbagai bidang yang memberikan kemajuan pada sektor ekonomi, kesehatan, teknologi maupun berbagai bidang lainnya. Peningkatan kualitas hidup yang terjadi tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas lingkungan. Berbagai masalah lingkungan terjadi akibat pesatnya pembangunan. Masalah lingkungan yang terjadi diantaranya adalah pencemaran udara, tanah, dan air. Pencemaran udara terjadi akibat peningkatan jumlah industri dan transportasi. Hal tersebut akibat dari tingginya konsumsi penggunaan bahan bakar yang berasal dari minyak fosil, maka semakin tinggi pula potensi pencemaran udara yang dihasilkan dari gas buangan hasil pembakaran (Dewi, 2004). Data nasional dari Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) tahun 2012 tentang Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan (EKUP). Hasil uji emisi kendaraan menunjukkan peningkatan tingkat kelulusan rerata untuk kendaraan bensin, dari 85% pada tahun 2011 menjadi 88% pada tahun
6 Namun untuk kendaraan solar rerata menurun dari 47% di tahun 2011 menjadi 43% di tahun Dari 25 kota yang dievaluasi berturut-turut pada tahun 2011 dan 2012, sebanyak 6 kota mengalami peningkatan kinerja lalulintas, 13 kota mengalami penurunan, dan 6 kota kinerja lalu lintasnya stabil. Surakarta merupakan salah satu diantaranya yang merupakan kriteria D yaitu tingkat pelayanan jalan mendekati arus tidak stabil dengan kecepatan rendah. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Surakarta tahun 2014 dan tahun 2015 tentang Pemantauan Kualitas Udara, terdapat 15 titik pengukuran dengan parameter yang diukur adalah SO 2, NO 2, dan O 3. Terdapat peningkatan pada parameter NO 2 di Jl. Veteran (Perempatan Baturono) sebesar 16%, Jl. Kolonel Sugiono (Palang Rel Joglo) sebesar 34,5%, dan Monumen 45 Banjarsari sebesar 16,4% serta peningkatan pada parameter O 3 di Jl. Dr. Radjiman (Pertigaan Jongke) sebesar 24,5%, Jl. Bhayangkara sebesar 32%, Taman Edupark sebesar 9,9%, Jl. Ir. Sutami (Jurug) sebesar 44,7%, Ring Road Mojosongo sebesar 19,4%, dan Jl. Nanas sebesar 83,6%. Peningkatan pada parameter SO 2 di Taman Bale Kambang sebesar 55,3%, Jl. Ir. Sutami (Jurug) sebesar 6,3%, dan Ring Road Mojosongo sebesar 57,7%. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan analisis pencemaran udara dan pemetaan pencemaran udara dari tahun 2013 sampai tahun 2015 di Kota Surakarta dengan sistem informasi geografis menggunakan data dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Surakarta dengan parameter yang diukur adalah SO 2, NO 2, dan O METODE Penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian yang digunakan untuk membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program di masa sekarang, kemudian hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-juni Tempat penelitian berada di Kota Surakarta. Objek penelitian ini adalah 12 titik pengukuran yang diambil dari 5 kecamatan yang ada di Kota Surakarta yaitu Jl. Kolonel Sugiono (Palang Rel Joglo), Taman Bale Kambang, Jl. Dr. Radjiman (Pertigaan Jongke), Jl. Bhayangkara, Monumen 45 Banjarsari, Taman Edupark, Jl. Adi Sucipto 198, Jl. Ir. Sutami (Jurug), Ring Road Mojosongo, Lapangan Mojosongo, Jalan Nanas, Jl. Veteran (Perempatan Baturono). Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis spasial. Analisis deskriptif untuk mengetahui distribusi pencemaran udara di Kota Surakarta yang disajikan dalam bentuk peta dengan menggunakan aplikasi GIS. Analisis spasial melalui fitur overlay peta, yaitu dengan menyatukan lapisan layer yang berbeda sehingga dapat menampilkan 2
7 informasi atribut dari kedua peta, analisis ini untuk mengetahui tingkat pencemaran udara di Kota Surakarta. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Pemetaan Pencemaran Udara di Kota Surakarta Gambar 1. Peta Pencemaran Udara Kota Surakarta Tahun 2013 Berdasarkan gambar 1 Rata-rata parameter NO 2 pada tahun 2013 sebesar 23,13 µg/nm 3, dengan hasil tertinggi pada Jalan Dr. Radjiman sebesar 46,21 µg/nm 3 dan hasil terendah pada Monumen 45 Banjarsari dengan nilai 4,86 µg/nm 3. Pada parameter O 3 memiliki rata-rata sebesar 8,78 µg/nm 3, dengan hasil tertinggi pada Lapangan Mojosongo dan Taman Edupark UMS dengan nilai sebesar 13,56 µg/nm 3 dan hasil terendah pada Jalan Veteran dengan nilai sebesar 4,78 µg/nm 3, sedangkan pada parameter SO 2 memiliki rata-rata sebesar 11,66 µg/nm 3, dengan hasil tertinggi pada Jalan Bhayangkara dengan nilai sebesar 38,82 µg/nm 3, dan nilai terendah pada Taman Balekambang, Taman Edupark UMS, Lapangan Mojosongo, dan Jalan Nanas dengan nilai sebesar 0 µg/nm 3. Gambar 2. Peta Pencemaran Udara Kota Surakarta Tahun 2014 Berdasarkan gambar 2 Rata-rata parameter NO 2 pada tahun 2014 sebesar 26,70 µg/nm 3, dengan hasil tertinggi pada Jalan Nanas sebesar 47,43µg/Nm 3 dan hasil terendah pada Taman Balekambang dengan nilai sebesar 3,65 µg/nm 3. Pada parameter O 3 memiliki rata-rata sebesar 6,83 µg/nm 3, dengan hasil tertinggi pada Taman Balekambang dengan nilai sebesar 15,23 µg/nm 3 dan hasil terendah pada Jalan Dr. Radjiman dengan nilai sebesar 3,65 µg/nm 3, sedangkan pada parameter SO 2 memiliki rata-rata sebesar 19,48 µg/nm 3, dengan hasil tertinggi pada Jalan Nanas dengan nilai sebesar 65,5 µg/nm 3, dan nilai terendah pada Monumen 45 Banjarsari sebesar 6,42 µg/nm 3. 3
8 Gambar 3. Peta Pencemaran Udara Kota Surakarta Tahun 2015 Berdasarkan gambar 3 Rata-rata parameter NO2 pada tahun 2015 sebesar 24,39 µg/nm3, dengan hasil tertinggi pada Jalan Kolonel Sugiono sebesar 56,90 µg/nm3 dan hasil terendah pada Taman Balekambang dengan nilai sebesar 2,25 µg/nm3. Pada parameter O3 memiliki rata-rata sebesar 7,34 µg/nm3, dengan hasil tertinggi pada Jalan Nanas dengan nilai sebesar 10,21 µg/nm3 dan hasil terendah pada Jalan Dr. Radjiman dengan nilai sebesar 4,32 µg/nm3, sedangkan pada parameter SO2 memiliki rata-rata sebesar 17,23 µg/nm3, dengan hasil tertinggi pada Jalan Nanas dengan nilai sebesar 50,16 µg/nm3, dan nilai terendah pada Monumen 45 Banjarsari sebesar 6,12 µg/nm Peta Tren Pencemaran Udara di Kota Surakarta Berdasarkan gambar 4 diagram batang menunjukkan Gambar 4. Peta Tren Pencemaran Udara Parameter NO 2 Kota Surakarta Tahun tren pencemaran pada parameter NO 2, semakin tinggi batang diagramnya maka semakin tinggi ngka pencemaranya. Warna magenta mewakili tahun 2013, warna hijau mewakili tahun 2014, dan warna biru mewakili tahun 2015, rata-rata parameter NO 2 di Kota Surakarta dari 12 titik pengukuran pada tahun hasil pengukuran rata-rata tertinggi terdapat pada Jalan Kolonel Sugiono dengan nilai sebesar 39,88 µg/nm 3. Rata-rata terendah berada pada Taman Balekambang dengan nilai sebesar 3,82 µ/nm 3. Berdasarkan gambar 5 diagram batang menunjukkan tren pencemaran pada parameter O 3, semakin tinggi batang diagramnya maka semakin tinggi ngka pencemaranya. Warna merah muda mewakili tahun 2013, warna coklat mewakili tahun 2014, dan warna biru mewakili tahun 2015, rata-rata parameter O 3 di Kota Surakarta dari 12 titik pengukuran pada tahun hasil pengukuran rata-rata tertinggi terdapat pada Taman Balekambang dengan nilai sebesar 12,28 µg/nm 3. Rata-rata terendah berada pada Jalan Dr. Radjiman dengan nilai sebesar 4
9 Gambar 5 Peta Tren Pencemaran Udara Parameter O 3 Kota Surakarta Tahun Gambar 8. Peta Tren Pencemaran Udara Parameter SO 2 Kota Surakarta Tahun ,65 µg/nm 3. Berdasarkan gambar 8 diagram batang menunjukkan tren pencemaran pada parameter SO 2, semakin tinggi batang diagramnya maka semakin tinggi ngka pencemaranyya. Warna oren muda mewakili tahun 2013, warna unggu mewakili tahun 2014, dan warna biru muda mewakili tahun 2015, rata-rata parameter SO 2 di Kota Surakarta dari 12 titik pengukuran pada tahun hasil pengukuran rata-rata tertinggi terdapat pada Jl. Nanas dengan nilai sebesar 38,55 µg/nm 3. Rata-rata terendah berada pada Taman Edupark UMS dengan nilai sebesar 6,25 µg/nm Analisis Pencemaran Udara di Kota Surakarta Pencemaran udara di Kota Surakarta dalam tiga tahun terakhir mengalami kenaikan dan penurunan. Ketiga parameter pencemaran udara yang diukur yaitu NO 2, O 3, dan SO 2 tidak ada yang melebihi NAB sesuai dengan Perda Jateng No 08 Tahun 2001 tentang Baku Mutu Udara Ambien. Berdasarkan peraturan tersebut NAB pada ketiga parameter yaitu NO 2 sebesar 316 µg/m 3, O 3 sebesar 200 µg/m 3, dan SO 2 sebesar 632 µg/m 3. Parameter NO 2 dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 15,4%, dan pada tahun 2014 ke tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 9,4%. Parameter O 3 dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 27,57%, dan pada tahun 2014 ke tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 8,7%, sedangkan pada parameter SO 2 dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 67,06%, dan dari tahun 2014 ke tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 13,05%. Hasil pengukuran pada tahun terdapat pengukuran tertinggi parameter NO 2 di Jl. Kolonel Sugiono sebesar 56,90 µg/m 3 di tahun 2014, pada parameter O 3 berada pada Taman Balekambang sebesar 15,23 µg/m3 di tahun 2014, sedangkan pada parameter SO 2 berada di Jl. Nanas sebesar 65,5 µg/m 3 di tahun Hasil pengukuran tertinggi pada ketiga parameter terdapat pada tahun 2014 dan tahun 2015, hal ini dikarenakan pada tahun 2014 terdapat penuruan suhu dan kecepatan angin dibandingkan pada tahun 2013, dan Kelembaban lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2013 tetapi memiliki nilai yang sama dengan tahun 2015 sedangkan untuk curah hujan mengalami penurunan dari tahun 2013 dan naik dibandingkan tahun Kenaikan maupun penurunan pencemaran udara dipengaruhi dari berbagai faktor iklim, seperti suhu udara, kelembaban, kecepatan angin serta curah hujan hal ini sejalan dengan penelitian Aji (2006), menunjukkan bahwa suhu yang rendah, 5
10 kelembaban tinggi, kecepatan angin rendah, dan curah hujan rendah menyebabkan kenaikan terhadap pencemaran udara. Pencemaran udara yang tinggi mengakibatkan banyak kerugian terhadap lingkungan maupun kesehatan manusia, seperti tejadinya kerusakan pada logam dan tumbuhan yang terhambat pertumbuhannya, serta terjadinya gangguan kesehatan terutama pada gangguan pernapasan hal ini sesuai dengan pernyataan Mukono (2008) bahwa NO 2 dapat menyebabkan sembab paru dan fibrosis, dan O 3 dapat menyebabkan sakit kepala, nyeri dada dan pernapasan yang pendek, sedangkan SO 2 dapat menyebabkan batuk kronis dan iritasi kulit, begitu halnya dengan kerusakan lingkungan sesuai dengan Kristanto (2013) bahwa pencemaran udara dapat menggangu lingkungan yaitu korosi pada logam dan menurunnya ph air. 3.4 Analisis Spasial Pencemaran Udara di Kota Surakarta Analisis spasial bertujuan untuk menggambarkan sebaran pencemaran udara di Kota Surakarta ke dalam bentuk peta. Dalam periode tahun pencemaran udara di Kota Surakarta mengalami kenaikan pada tahun 2014 dan mengalami penurunan di tahun Pada peta pencemaran udara per tahun menggunakan simbol pie yang memudahkan dalam menyajikan data ketiga parameter dalam satu tempat, sedangkan pada peta tren pencemaran udara menggunakan simbol bar yang memudahkan dalam melihat kenaikan maupun penurunan masing-masing parameter di setiap titik pengukuran. Hasil pengukuran yang melebihi NAB dicetak menggunakan warna merah, akan tetapi dalam periode tahun tidak terdapat hasil pengukuran yang melebihi NAB. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Overlay. Pada peta pencemaran udara ini menggabungkan peta administratif Kota Surakarta dan peta sebaran pencemaran udara. 4. PENUTUP 4.1 Simpulan Pencemaran udara dari tahun mengalami kenaikan dan penurunan.. Parameter NO 2 dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 15,4%, dan pada tahun 2014 ke tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 9,4%. Parameter O 3 dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 27,57%, dan pada tahun 2014 ke tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 8,7%, sedangkan pada parameter SO 2 dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 67,06%, dan dari tahun 2014 ke tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 13,05% Sebanyak 12 titik yang diukur tidak ada yang melebihi NAB Peta pencemaran udara memudahkan dalam melihat tren pencemaran udara dari tahun ke tahun Saran Bagi Pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta Diharapkan pelaporan hasil pemantauan kualitas udara bukan hanya berbentuk tabel tetapi juga peta dan grafik sehingga mempermudah melihat tren dari tahun ke tahun. 6
11 Diharapkan adanya konsistensi dalam pencatatan hasil pengukuran pencemaran udara sehingga mempermudah dalam proses analisis Diharapkan adanya pengukuran parameter lain yaitu Co dan Pd Peningkatan vegetasi di jalan padat lalu lintas Bagi Peneliti Lain Menganalisis pencemaran udara dengan pendekatan spasial fitur buffering untuk mengetahui seberapa besar pencemaran udara di sekitar titik pengukuran dan meneliti hubungan antara pencemaran udara dengan perubahan iklim. DAFTAR PUSTAKA Aji, B.S Pemetaan Penyebaran Polutan Sebagai Bahan Pertimnbangan Pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Cilegon. [Skripsi Ilmiah]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Agusnar, H Kimia Lingkungan.Medan: USU Press. Atiqoh, I Analisis Kerentanan Kebakaran Pemukiman dengan Aplikasi Citra Quickbird dan Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus di Kecamatan Gondokusuman, Mergangsan, dan Umbulharjo, Kota Yogyakarta). [Skripsi Ilmiah]. Surakarta: Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Badan Lingkungan Hidup Surakarta Laporan Pemantauan Kualitas Udara Perkotaan Kota Surakarta. Surakarta: Badan Lingkungan Hidup Surakarta. Badan Lingkungan Hidup Surakarta Laporan Pemantauan Kualitas Udara Perkotaan Kota Surakarta. Surakarta: Badan Lingkungan Hidup Surakarta. Badan Pusat Statistik Surakarta Surakarta dalam Angka. Surakarta: Badan Pusat Statistik Surakarta. Badan Standardisasi Nasional SNI Udara Ambien Bagian 2: Cara Uji Nitrogen dioksida (NO 2 ) dengan metoda Griess Saltzman menggunakan Spektrofotometer. Jakarta: BSN. Badan Standardisasi Nasional SNI Udara Ambien Bagian 7: Cara Uji Sulfur dioksida (SO 2 ) dengan metoda Pararosanilin menggunakan Spektrofotometer. Jakarta: BSN. Badan Standardisasi Nasional SNI Udara Ambien Bagian 8: Cara Uji Oksidan dengan metoda Neutral Buffer Kalium Iodida (NBKI) menggunakan Spektrofotometer. Jakarta: BSN. 7
12 Basuki, S Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Dewi Aplikasi Teknik Penginderaan Jauh untuk Estimasi Potensi Pencemaran Udara di Kawasan Malioboro. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM. Halimatusya diyah, S Rancang Bangun Sistem Informasi Spasial Berbasis WEBGIS Pada Sebaran Pencemaran Udara Primer Industri Besar (Studi Kasus : DKI Jakarta). [Skripsi Ilmiah]. Jakarta: Fakultas SAINS dan Teknologi UIN. Hamidi Aplikasi Sistem Informasi Berbasis Web Penyebaran Dana Bantuan Operasional Sekolah, Jurnal Masyarakat Informatika. Vol. 2(3). Hanafi, I. H Penginderaan Jauh Melalui Satelit di Indonesia dan Pengaturannya dalam Hukum Ruang Angkasa, Jurnal sasi. Vol.17(2). Islamadina, Raihan dan Nasarudin Aplikasi Web Sistem Informasi Geografis untuk Multi Risiko Bencana Aceh, Jurnal Rekayasa Elektrika. Vol. 10(1). Kadyarsi, I Pemetaan Kualitas Udara Kota Surakarta. Forum Geografi. Vol. 20. No. 1. Juli 2006: Kementrian Lingkungan Hidup Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan. Diakses: 25 Maret Kraak, Menno-Jan dan Ormeling, F Kartografi : Visualisasi Data Geospasial. (Terjemahan Sukendra Martha, Sukwardjono, Mas Sukoco, Noorhadi Rahardjo, Hartono, Agus H. Atmadilaga, Hardjito Saroso, Trini Hastuti, Mardijani Nugrahaningsih, Priyadi Kardono, Bebas Purnawan, Tuty Handayani, Tjiong Giok Pin). Yogyakarta : Gadjah Mada Univesity Press. Kristanto, P Ekologi Industri. Yogyakarta: ANDI. Lo, C.P Penginderaan Jauh Terapan. (Terjemahan Bambang Purbowaseso). Jakarta : Universitas Indonesia Press. Martono, A.D Kartografi Dasar, Buku Pegangan Kuliah. Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta. 8
13 Mukono, H.J Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan Saluran Pernapasan. Surabaya: Universitas Airlangga. Notoadmodjo, S Metodologi Penelititian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Prawiro, R.H Ekologi Pencemaran Lingkungan. Semarang: Satya Wacana. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Sodiq, M Ilmu Kealaman Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group. Soedomo, M. S Pencemaran Udara (Kumpulan Karya Ilmiah). Bandung: Institut Tekhnologi Bandung. Suharyadi Bahan Ajar Mata Kuliah Sistem Informasi Geografis I. Yogyakarta : Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Sukirman, S Dasar-dasar Perencenaan Geometrik Jalan. Bandung: Nova. Sulistianto, A Analisis Spasial Aksesibilitas Pelayanan Rumah Sakit Umum di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun [Skripsi Ilmiah]. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sutanto Penginderaan Jauh Jilid I. GMU Press : Yogyakarta. Tjasyono, B Klimatologi Umum. Bandung: Institut Teknologi Bandung. 9
BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman yang semakin modern ini pembangunan pesat terjadi pada berbagai bidang yang memberikan kemajuan pada sektor ekonomi, kesehatan, teknologi maupun berbagai
Lebih terperinciANALISIS PENCEMARAN UDARA DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KOTA SURAKARTA
ANALISIS PENCEMARAN UDARA DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KOTA SURAKARTA Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Mendapat Ijazah S1 Disusun Oleh : MEGA SANTI SEKARTAJI
Lebih terperinciElaeis Noviani R *, Kiki Ramayana L. Tobing, Ita Tetriana A, Titik Istirokhatun. Abstrak. 1. Pendahuluan. 2. Dasar Teori Karbon Monoksida (CO)
PENGARUH JUMLAH KENDARAAN DAN FAKTOR METEOROLOGIS (SUHU, KECEPATAN ANGIN) TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI GAS PENCEMAR CO, NO₂, DAN SO₂ PADA PERSIMPANGAN JALAN KOTA SEMARANG (STUDI KASUS JALAN KARANGREJO
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... i ii iii vi iv xi xiii xiv BAB I PENDAHULUAN...
Lebih terperinciRINGKASAN BAKHTIAR SANTRI AJI.
PEMETAAN PENYEBARAN POLUTAN SEBAGAI BAHAN PERTIMBANGAN PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KOTA CILEGON BAKHTIAR SANTRI AJI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xviii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar
Lebih terperinciSUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO
SUMMARY ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO Oleh : Yuliana Dauhi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pembangunan di berbagai bidang yang semakin meningkat apabila tidak disertai oleh upaya pengelolaan lingkungan yang baik, maka dapat mengakibatkan terjadinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan komponen yang sangat penting untuk keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Tingkat pencemaran udara di Kota Padang cukup tinggi. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara mempunyai fungsi yang sangat penting bagi makhluk hidup terutama manusia. Di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan fisik kota yang ditentukan oleh pembangunan sarana dan prasarana. Lahan yang seharusnya untuk penghijauan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dengan luas wilayah 32,50 km 2, sekitar 1,02% luas DIY, jumlah
Lebih terperinciJurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya SIDANG TUGAS AKHIR ANALISA KUALITAS LINGKUNGAN UDARA BERDASARKAN KEPADATAN LALU LINTAS DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi saat ini menjadi masalah yang sangat penting karena dapat mengindikasikan kemajuan suatu daerah. Transportasi sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandara merupakan salah satu sumber tarikan perjalanan bagi suatu zona. Meningkatnya aktivitas di bandara dapat menyebabkan jumlah perjalanan yang tertarik ke tata
Lebih terperinciPOLA SEBARAN OZON SEBAGAI POLUTAN SEKUNDER DI UDARA AMBIEN KAWASAN GAYA MOTOR JAKARTA UTARA
POLA SEBARAN OZON SEBAGAI POLUTAN SEKUNDER DI UDARA AMBIEN KAWASAN GAYA MOTOR JAKARTA UTARA Andhesta Tangari Yono, 1 Dr. Sutanto, M.Si, 1 dan Dra. Ani Iryani, M.Si, 1 1 Kimia, FMIPA UNPAK Jl. Pakuan PO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara merupakan sumber daya alam milik bersama yang besar pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk bernafas umumnya tidak atau kurang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara
Lebih terperinci4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011
4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011 Pada pengujian periode I nilai NO 2 lebih tinggi dibandingkan dengan periode II dan III (Gambar 4.1). Tinggi atau rendahnya konsentrasi NO 2 sangat dipengaruhi oleh berbagai
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh : MUHAMMAD TAUFIQ
APLIKASI TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK ESTIMASI KOEFISIEN LIMPASAN PERMUKAAN SUB DAS PADANG JANIAH DAN PADANG KARUAH PADA DAS BATANG KURANJI KECAMATAN PAUH KOTA PADANG
Lebih terperinciINVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM
INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM Izzati Winda Murti 1 ), Joni Hermana 2 dan R. Boedisantoso 3 1,2,3) Environmental Engineering,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan peralatan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 2014 pada pasal 1 ayat 9 yang menyatakan
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan mengamanatkan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hujan Asam Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah salah satu bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan ekosistem buatan yang terjadi karena campur tangan manusia dengan merubah struktur di dalam ekosistem alam sesuai dengan yang dikehendaki (Rohaini, 1990).
Lebih terperinciSKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Program Studi Geografi
ANALISIS PRIORITAS PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU DAERAH PERMUKIMAN MELALUI PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN KOTAGEDE SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Komposisi dan Perilaku Gas Buang Kendaraan Bermotor Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi dari kandungan senyawa kimianya tergantung
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran udara merupakan masalah yang memerlukan perhatian khusus, terutama pada kota-kota besar. Pencemaran udara berasal dari berbagai sumber, antara lain asap
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR FISIS YANG MEMPENGARUHI AKUMULASI NITROGEN MONOKSIDA DAN NITROGEN DIOKSIDA DI UDARA PEKANBARU
FAKTOR-FAKTOR FISIS YANG MEMPENGARUHI AKUMULASI NITROGEN MONOKSIDA DAN NITROGEN DIOKSIDA DI UDARA PEKANBARU Riad Syech, Sugianto, Anthika Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 12,5
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat telah dikenal sejak tahun 1997 dan merupakan bencana nasional yang terjadi setiap tahun hingga
Lebih terperinciANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN ESTIMASI BEBAN EMISI (Studi Kasus : DKI JAKARTA)
ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN ESTIMASI BEBAN EMISI (Studi Kasus : DKI JAKARTA) RAHMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Lebih terperinciDINASTI TUNGGAL DEWI J
PERBEDAAN NADI KERJA DAN TEKANAN DARAH PADA KARYAWAN TERPAPAR INTENSITAS KEBISINGAN DI ATAS DAN DI BAWAH NILAI AMBANG BATAS (NAB) PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA Skripsi
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Analisis Tingkat Pencemaran Udara Pada Kawasan Pemukiman Kota Makassar
TUGAS AKHIR Analisis Tingkat Pencemaran Udara Pada Kawasan Pemukiman Kota Makassar (Studi Kasus Perumahan Bukit Baruga dan Perumahan Dosen Unhas ) Fitriana Indah Ay (D121 09 305) PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk di Kota Padang setiap tahun terus meningkat, meningkatnya jumlah penduduk mengakibatkan peningkatan jumlah transportasi di Kota Padang. Jumlah kendaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perubahan iklim akibat pemanasan global saat ini menjadi sorotan utama berbagai masyarakat dunia. Perubahan iklim dipengaruhi oleh kegiatan manusia berupa pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata, budaya, dan pendidikan. Hal ini menjadikan perkembangan kota ini menjadi pesat, salah satunya ditunjukkan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara yang berada di bumi merupakan komponen yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Penggunaannya akan tidak terbatas selama udara mengandung unsur-unsur
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bumi dan komponen campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Udara juga
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi dan komponen campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Udara juga merupakan atmosfir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri seharusnya memiliki kualitas sesuai standar yang ditentukan. Dalam proses pembuatannya tentu diperlukan
Lebih terperinciPENGARUH EMISI GAS BUANG TERHADAP TINGKAT PENCEMARAN UDARA DI JALAN RAYA SUBAH (Ruas Jalan Antara Semarang - Pekalongan)
PENGARUH EMISI GAS BUANG TERHADAP TINGKAT PENCEMARAN UDARA DI JALAN RAYA SUBAH (Ruas Jalan Antara Semarang - Pekalongan) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas udara perkotaan di Indonesia menunjukkan kecenderungan menurun dalam beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL FINITE LENGTH LINE SOURCE UNTUK MENDUGA KONSENTRASI POLUTAN DARI SUMBER GARIS (STUDI KASUS: JL. M.H. THAMRIN, DKI JAKARTA)
PENERAPAN MODEL FINITE LENGTH LINE SOURCE UNTUK MENDUGA KONSENTRASI POLUTAN DARI SUMBER GARIS (STUDI KASUS: JL. M.H. THAMRIN, DKI JAKARTA) EKO SUPRIYADI DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. b. c. bahwa udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi
Lebih terperinciTINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)
TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe) Gustina Fitri *) ABSTRAK Simpang Empat Bersinyal Kota
Lebih terperinciSTUDI SPASIAL KADAR CO DAN SO2 DI TERMINAL BARUGA DI KOTA KENDARI TAHUN 2015
STUDI SPASIAL KADAR CO DAN SO2 DI TERMINAL BARUGA DI KOTA KENDARI TAHUN 2015 Novitasari Siregar 1 Ruslan Majid 2 Syawal K. Saptaputra 3 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo 123 novy_siregar@ymail.com
Lebih terperinciPAPER SIMULASI KECUKUPAN LUASAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BOGOR BERDASARKAN EMISI CO2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI
Mata Kuliah Biometrika Hutan PAPER SIMULASI KECUKUPAN LUASAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BOGOR BERDASARKAN EMISI CO2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI Disusun oleh: Kelompok 6 Sonya Dyah Kusuma D. E14090029 Yuri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Kota Medan sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Utara merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia dengan jumlah penduduk 2.191.140 jiwa pada tahun 2014 (BPS Provinsi Sumut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi memberikan dampak yang besar bagi kelangsung hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling banyak terjadi di Indonesia
Lebih terperinciEvaluasi Cakupan Sinyal BTS Secara Spasial Di Sebagian Kabupaten Buleleng Provinsi Bali
Evaluasi Cakupan Sinyal BTS Secara Spasial Di Sebagian Kabupaten Buleleng Provinsi Bali Susanti geokpjsusan@gmail.com Noorhadi Rahardjo noorhadi@ugm.ac.id Abstract The development of communication technology
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESI DEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESI DEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : Bahwa udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan bagian yang sangat bernilai dan diperlukan saat ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun pada sisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hasil Analisa Bulan November Lokasi/Tahun Penelitian SO2 (µg/m 3 ) Pintu KIM 1 (2014) 37,45. Pintu KIM 1 (2015) 105,85
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Udara merupakan salah satu faktor penting dalam keberlangsungan hidup semua mahluk hidup terutama manusia. Seiring dengan meningkatnya pembangunan infrastruktur mulai
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara
37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Wilayah Penelitian Kota Gorontalo merupakan Ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polusi udara merupakan masalah lingkungan global yang terjadi di seluruh dunia. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), polusi udara menyebabkan kematian
Lebih terperinciESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR
ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh : AMBAR YULIASTUTI L2D 004 294 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciANALISIS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT VOLUME LALU LINTAS DI RUAS JALAN (STUDI KASUS JALAN SLAMET RIYADI SURAKARTA)
ANALISIS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT VOLUME LALU LINTAS DI RUAS JALAN (STUDI KASUS JALAN SLAMET RIYADI SURAKARTA) Lydia Novitriana 1), Dewi Handayani 2),,Muh Hasbi 3) 1) Pengajar Teknik Sipil,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara sudah menjadi masalah yang serius di kota-kota besar di dunia. Polusi udara perkotaan yang berdampak pada kesehatan manusia dan lingkungan telah dikenal
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Dari pembahasan yang telah dilakukan serta tujuan dari tugas akhir ini, dapat disimpulkan bahwa: 1. Tingkat konsentrasi partikulat Maksimum pada hari Senin untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa kesehatan lingkungan merupakan suatu keseimbangan yang harus ada antara manusia dengan lingkungannya
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KUALITAS GAS SO 2 DI DAERAH INDUSTRI PENGECORAN LOGAM CEPER
IDENTIFIKASI KUALITAS GAS SO 2 DI DAERAH INDUSTRI PENGECORAN LOGAM CEPER Oleh : Wiharja *) Abstrak Di Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten telah lama berkembang industri pengecoran logam. Untuk mengantisipasi
Lebih terperinciAnalisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting
Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting Artikel Ilmiah Diajukan kepada Program Studi Sistem Informasi guna memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan komponen hidup yang sangat penting untuk manusia maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa hari, tanpa minum manusia
Lebih terperinciKusumawati, PS.,Tang, UM.,Nurhidayah, T 2013:7 (1)
dan Tahun Pembuatan Kendaraan dengan ISSN Emisi 1978-5283 Co 2 Kusumawati, PS.,Tang, UM.,Nurhidayah, T 2013:7 (1) HUBUNGAN JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR, ODOMETER KENDARAAN DAN TAHUN PEMBUATAN KENDARAAN DENGAN
Lebih terperinciDistribusi Spasial Karbon Monoksida Ambien di Lingkungan Kampus Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan ISSN: 2085-1227 Volume 6, Nomor 2, Juni 2014 Hal. 126-137 Distribusi Spasial Karbon Monoksida Ambien di Lingkungan Kampus Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Dian Hudawan
Lebih terperinciKeputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 Tentang : Indeks Standar Pencemar Udara
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 Tentang : Indeks Standar Pencemar Udara Menteri Negara Lingkungan Hidup, Menimbang : 1. bahwa pencemaran udara dapat menimbulkan gangguan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kenyamanan permukiman di kota dipengaruhi oleh keberadaan ruang terbuka hijau dan tata kelola kota. Pada tata kelola kota yang tidak baik yang ditunjukkan dengan
Lebih terperinciANALISIS SPASIAL AKSESIBILITAS PELAYANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2009
ANALISIS SPASIAL AKSESIBILITAS PELAYANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2009 Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami
Lebih terperinciANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A
ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A34203009 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)
D216 Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Untuk Menyerap Emisi CO 2 Kendaraan Bermotor Di Surabaya (Studi Kasus: Koridor Jalan Tandes Hingga Benowo) Afrizal Ma arif dan Rulli Pratiwi Setiawan Perencanaan
Lebih terperinciANALISIS SPASIAL KASUS ISPA AKIBAT KABUT ASAP DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KECAMATAN PONTIANAK UTARA TAHUN 2015
ANALISIS SPASIAL KASUS ISPA AKIBAT KABUT ASAP DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KECAMATAN PONTIANAK UTARA TAHUN 2015 SkripsiiniDisusunGunaMemenuhi Salah SatuSyarat UntukMemperolehIjazah SI DisusunOleh :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup
Lebih terperinciPERUBAHAN PENGUNAAN LAHAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERUBAHAN IKLIM KOTA MALANG
PERUBAHAN PENGUNAAN LAHAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERUBAHAN IKLIM KOTA MALANG 1) Akhmad Faruq Hamdani; 2) Nelya Eka Susanti 1) 2) Universitas Kanjuruhan Malang Email: 1) a.faruqhamdani@unikama.ac.id;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keadaan lingkungan dapat memengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sarana dan prasarana fisik seperti pusat-pusat industri merupakan salah satu penunjang aktivitas dan simbol kemajuan peradaban kota. Di sisi lain, pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyebab terjadinya hujan asam adalah senyawa Sulfur dan Nitrogen Oksida yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Hujan asam merupakan salah satu indikator terjadinya pencemaran udara. Penyebab terjadinya hujan asam adalah senyawa Sulfur dan Nitrogen Oksida yang masuk
Lebih terperinciKeywords : Indoor Air Pollution, Nitrogen Dioxide (NO₂), Parking Area
ANALISIS KUALITAS NO 2 DALAM RUANG PADA PERPARKIRAN BASEMENT DAN UPPER GROUND ( Studi Kasus : Mall X, Semarang) Qiyam Maulana Binu Soesanto, Haryono Setiyo Huboyo, Endro Sutrisno Program Studi Teknik Lingkungan
Lebih terperinciDiajukan untuk Memenhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Skripsi S-1. Diajukan Oleh : Dimas Santoso Rahmadi NIRM : E
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DENGAN PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI WILAYAH PERKOTAAN BOYOLALI TAHUN 2015 Diajukan untuk Memenhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Jumlah penduduk Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada tahun 1990 jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pencemaran udara adalah proses masuknya atau dimasukkannya zat pencemar ke udara oleh aktivitas manusia atau alam yang menyebabkan berubahnya tatanan udara sehingga
Lebih terperinciB A P E D A L Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP- 107/KABAPEDAL/11/1997 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN SERTA INFORMASI INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA B A P E D A L Badan
Lebih terperinciJURNAL ILMU-ILMU TEKNIK - SISTEM, Vol. 10 No. 2
PENGARUH AKTIVITAS KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP KEBISINGAN DI KAWASAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PANGUDI LUHUR SURAKARTA Dyah Ratri Nurmaningsih, Kusmiyati, Agus Riyanto SR 7 Abstrak: Semakin pesatnya
Lebih terperinci(STUDI KASUS : JL. KARANGREJO RAYA, JL. SUKUN RAYA DAN JL. NGESREP TIMUR V) Ita Tetriana Agustini, Sudarno, Titik Istirokhatun
ANALISA HUBUNGAN JUMLAH KENDARAAN DAN FAKTOR METEOROLOGI (SUHU, KELEMBABAN UDARA DAN KECEPATAN ANGIN) TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI SO 2 PADA PERSIMPANGAN JALAN KOTA SEMARANG (STUDI KASUS : JL. KARANGREJO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin bertambahnya aktivitas manusia di perkotaan membawa dampak semakin sulitnya pemenuhan tuntutan masyarakat kota akan kesejahteraan, ketentraman, ketertiban
Lebih terperinciOP-030 Uji Validasi Program Caline4 terhadap Dispersi Gas NO2 dari Sektor Transportasi di Kota Padang
Seminar Nasional Sains dan Teknologi Lingkungan II e-issn -880 Padang, 9 Oktober 06 OP-00 Uji Validasi Program terhadap Dispersi Gas NO dari Sektor Transportasi di Kota Padang Vera Surtia Bachtiar, Siti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya. Udara
Lebih terperinciANALISIS POLA PERSEBARAN PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN DI KOTA SURAKARTA DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
ANALISIS POLA PERSEBARAN PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN DI KOTA SURAKARTA DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 45/MENLH/10/1997 TENTANG INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA LINGKUNGAN HIDUP
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 45/MENLH/10/1997 TENTANG INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA LINGKUNGAN HIDUP Kementerian Lingkungan Hidup 2002 65 KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berwawasan lingkungan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat dengan sesedikit mungkin memberikan dampak negatif pada lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Udara merupakan zat yang penting dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi. Selain memberikan oksigen, udara juga berfungsi sebagai alat penghantar suara dan bunyi-bunyian,
Lebih terperinciANALISIS DEVIASI PEMANFAATAN RUANG AKTUAL TERHADAP RENCANA DETIL TATA RUANG KOTA (RDTRK) KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN TAHUN SKRIPSI
ANALISIS DEVIASI PEMANFAATAN RUANG AKTUAL TERHADAP RENCANA DETIL TATA RUANG KOTA (RDTRK) KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2009-2018 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional di bidang kesehatan yang tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan jumlah penduduk di perkotaan akan menyebabkan kualitas lingkungan menurun karena tingginya aktivitas manusia. Perkembangan kota seringkali diikuti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini kota-kota besar di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam bidang industri, sarana transportasi, perluasan daerah pemukiman dan lain sebagainya.
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Oleh REZA DARMA AL FARIZ PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017
PREDIKSI KONSENTRASI KARBON MONOKSIDA (CO) DAN SULFUR DIOKSIDA (SO 2 ) DARI SUMBER TRANSPORTASI DI JALAN S.PARMAN MEDAN MENGGUNAKAN BOX MODEL STREET CANYON TUGAS AKHIR Oleh REZA DARMA AL FARIZ 130407011
Lebih terperinciWisnu Wisi N. Abdu Fadli Assomadi, S.Si., M.T.
PEMODELAN DISPERSI SULFUR DIOKSIDA (SO ) DARI SUMBER GARIS MAJEMUK (MULTIPLE LINE SOURCES) DENGAN MODIFIKASI MODEL GAUSS DI KAWASAN SURABAYA SELATAN Oleh: Wisnu Wisi N. 3308100050 Dosen Pembimbing: Abdu
Lebih terperinci