BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH"

Transkripsi

1 BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH ` 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik Letak Geografis merupakan salah satu dari 14 Kabupaten yang ada di Provinsi Kalimantan Timur dan merupakan hasil pemekaran wilayah Kabupaten Bulungan sesuai dengan UU No. 47 tahun 1999, sebagaimana diubah dengan UU No. 7 tahun Luas wilayah adalah ,68 km², dan terletak pada posisi 3º º24 55 Lintang Utara - 115º º44 55 Bujur Timur dengan panjang garis perbatasan langsung dengan Negara tetangga sepanjang ,43 km. merupakan wilayah yang 13 kecamatannya terletak pada garis perbatasan antara Republik Indonesia dengan Malaysia (Sabah dan Serawak). Dengan posisi yang strategis tersebut menjadikan wilayah sebagai cermin dan halaman depan dari berbagai aktivitas perekonomian lintas batas atau antar negara, sehingga dengan demikian perlu mendapat perhatian khusus, terutama terhadap penanganan berbagai permasalahan yang timbul yang terkait dengan eksistensi wilayah perbatasan. Batas-batas wilayah adalah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Sabah (Malaysia) Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Makasar dan Laut Sulawesi Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tana Tidung dan Kabupaten Malinau. Sebelah Barat berbatasan dengan Serawak (Malaysia) Kondisi Topografi Morfologi wilayah berupa permukaan tanah yang datar, landai dan berbukit dan bergelombang. Berdasarkan Topografinya berada di ketinggian antara dpl dan hampir 50,25% berada di ketinggian dpl. Umumnya terletak di dekat Sungai sekitar 10,87% berada di ketinggian dpl dan 19,98% berada di ketinggian dpl. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.1. Buku Putih Sanitasi II - 1

2 Tabel. 2.1 Topografi di No Topografi (dpl) Luas (Km²) Presentase (%) ,808 50, ,112 10, ,981 19, ,221 18, ,02 Jumlah 1.426, Sumber : Buku Profil Tahun 2011 Untuk kawasan perbukitan terjal terdapat di sebelah utara bagian barat, perbukitan sedang di bagian tengah dan dataran bergelombang landai di bagian timur memanjang hingga ke pantai sebelah timur. Perbukitan terjal di sebelah utara merupakan jalur pegunungan dengan ketinggian m m di atas permukaan laut. Kemiringan untuk daerah dataran tinggi berkisar antara 8-15%, sedangkan untuk daerah perbukitan memiliki kemiringan yang sangat terjal, yaitu di atas 15%. Dengan demikian kemiringan rata-rata berkisar antara 0-50%. Gambar 2.1 Persentase Penyebaran dan Luas Ketinggian m 18,87% m 0,02% m 19,98% m 50,25% m 10,87% Berdasarkan kondisi hidrologinya, dipengaruhi oleh sekitar 10 Daerah Aliran Sungai (DAS) dan 17 pulau, Sungai terpanjang adalah Sungai Sembakung dengan panjang 278 km, sedangkan Sungai Tabut merupakan sungai terpendek dengan panjang 30 km. Sungai ini memiliki Peranan yang cukup penting Buku Putih Sanitasi II - 2

3 sebagai sarana Transportasi Air (mobilisasi penduduk, hasil pertanian dan perdagangan) di, Sungai sungai meliputi : Tabel 2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) Kab.Nunukan Nama DAS Panjang (Km) Sembakung 278 Sulunan 52 Sumalungun 42 Sepadaan 32 Itay 146 Sebuku 115 Agisan 62 Tikung 50 Tabut 30 Simanggaris 36 Sumber : Kab.Nunukan Dalam Angka 2012 Peta 2.1 Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Kab.Nunukan Kondisi Klimatologi Proses penggantian panas dan uap air antara bumi dan atmosfir dalam jangka waktu yang lama menghasilkan suatu keadaan yang dinamakan iklim. Iklim merupakan suatu kumpulan dari kondisi atmosfir yang meliputi panas, kelembaban dan gerakan udara. berada di wilayah khatulistiwa yang memiliki iklim tropis, sehingga mengalami 2 musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan serta dipengaruhi oleh angin muson, yaitu Muson Barat pada bulan Nopember-April dan angin Muson Timur pada bulan Mei-Oktober. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Stasiun Meteorologi Nunukan pada tahun 2011, Nunukan mengalami iklim panas dengan suhu udara rata-rata 27,1 0 C. Suhu udara terendah 22,3 0 C terjadi pada bulan Juli, dan tertinggi 31,4 0 C pada bulan Desember. Suhu udara Nunukan yang cenderung panas dipengaruhi oleh topografi Pulau Nunukan yang dikelilingi laut. Walaupun mengalami suhu udara yang cukup panas, namun karena diimbangi oleh wilayah hutan yang cukup luas, Pulau Nunukan mempunyai kelembaban udara dan curah hujan yang relatif tinggi. Pada tahun 2011 kelembaban udara berkisar antara 47,0% Buku Putih Sanitasi II - 3

4 sampai dengan 100,0%. Sedangkan rata-rata curah hujan mencapai 259,8 mm, dengan curah hujan tertinggi 446,2 mm pada bulan Agustus dan terendah 121,6 mm pada bulan November. Tabel 2.3 Jumlah Curah Hujan dan Banyaknya Hari Hujan 2011 Bulan Curah Hujan (mm) Banyaknya Curah Hujan Januari 151,1 23 Februari 258,6 21 Maret 216,9 27 April 312,7 22 Mei 329,7 26 Juni 318,1 21 Juli 328,0 20 Agustus 446,2 23 September 149,4 21 Oktober 206,2 22 November 121,6 23 Desember 279,5 20 Rata-rata 259,8 22 Sumber : Kab.Nunukan Dalam Angka 2012 Tabel 2.4 Rata-Rata Tekanan Udara, Kecepatan Angin, Dan Penyinaran Matahari Stasiun Meteorologi 2011 Bulan Tekanan Udara (mb) Kecepatan Angin (knots) Penyinaran Matahari (%) Januari 1007,5 3,3 54 Februari 1008,3 3,8 50 Maret 1008,3 2,9 44 April 1008,6 3,7 66 Mei 1008,6 3,2 52 Juni 1008,5 2,6 52 Juli 1008,5 3,0 64 Agustus 1008,9 3,3 61 September 1009,2 3,3 58 Oktober 1009,0 3,1 67 November 1008,0 2,9 52 Desember 1007,6 3,5 50 Rata-rata 1008,4 3,2 56 Sumber : Kab.Nunukan Dalam Angka 2012 Buku Putih Sanitasi II - 4

5 Rata-rata kecepatan angin mengalami perubahan dari tahun lalu, yaitu menjadi 3,2 knots. Persentase penyinaran matahari rata-rata 56%, terendah 44% pada bulan Maret sedangkan tertinggi mencapai 67% terjadi pada bulan Oktober Administratif Secara administratif, sejak Tahun 2011 Wilayah terbagi atas 15 kecamatan yang sebelumnya hanya 9 kecamatan dan terdiri dari 240 desa. Kecamatan Lumbis Ogong merupakan kecamatan dengan wilayah terluas, yaitu 3.357,01 km 2 atau sekitar 23,56% dari luas. Selain itu, kecamatan ini juga memiliki jumlah desa terbanyak dibandingkan kecamatan lainnya, yaitu sebanyak 49 desa. Sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Sebatik Utara, yaitu 15,39 km 2 atau sekitar 0,11% dari luas. Kecamatan Nunukan yang juga merupakan ibukota kabupaten memiliki luas wilayah 564,50 km 2 atau sekitar 3,96% dari luas wilayah. NO Tabel 2.5 Nama, Luas Wilayah per-kecamatan dan Jumlah Kelurahan/Desa Kecamatan Jumlah Kelurahan/ Desa Administrasi Luas Wilayah Terbangun (Ha) (%) thd total (Ha) (%) thd total 1 Krayan Krayan Selatan Lumbis Lumbis Ogong Sembakung Nunukan Sei Menggaris Nunukan Selatan Sebuku Tulin Onsoi Sebatik Sebatik Timur Sebatik Tengah Sebatik Utara Sebatik Barat Jumlah Sumber : Kab.Nunukan Dalam Angka 2012 Buku Putih Sanitasi II - 5

6 Peta 2.2 Peta Administrasi (ukuran A3) 2.2 Demografi Pembangunan di suatu wilayah tidak terlepas dari peran serta penduduknya sebagai subjek pembangunan, demikian pula dengan pembangunan yang dilaksanakan di. Jumlah penduduk yang besar di satu sisi merupakan suatu potensi yang dapat mendorong keberhasilan suatu pembangunan jika kuantitas tersebut juga diimbangi dengan kualitas yang tinggi pula. Namun disisi lain jumlah penduduk yang tinggi dapat pula menimbulkan suatu masalah jika penyebarannya kurang merata. Otonomi daerah dan pemekaran wilayah diharapkan dapat meningkatkan potensi dan peran penduduk sebagai subjek pembangunan serta mengurangi masalah kepadatan dan mobilitas penduduk. Perlu diketahui sumber data penduduk yang diambil dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) ini digunakan untuk melakukan study ehra sebagai data dasar penentuan kriteria kepadatan penduduk yang diperlukan sampai tingkat kelurahan/desa. Informasi ini hanya ada dalam sumber data yang disajikan oleh Disdukcapil. Adapun gambaran jumlah penduduk 4 tahun terakhir seperti terlihat dalam tabel 2.6 berikut: Buku Putih Sanitasi II - 6

7 Nama Kecamatan Luas (Km2) Jumlah Penduduk (jiwa) Tabel. 2.6 Jumlah Penduduk 4 Tahun Terakhir ( ) Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan (%) Kepadatan/Km2 Tahun Tahun Tahun Tahun Krayan 1.834, ,20 0,76 0,45 1,17 3,72 4,26 4,67 5,90 Krayan Selatan 1.757, ,01 0,21 0,32-0,02 1,26 1,42 1,72 1,70 Lumbis 290, ,08 1,01 0,49-2,58 33,13 37,66 40,50 23,36 Lumbis Ogong 3.357, , ,68 Sembakung 2.042, ,00 1,69 0,68 0,29 3,61 4,69 5, Nunukan 564, ,90 13,29 5,81-2,78 93, ,40 131,90 Sei Menggaris 850, , ,06 Nunukan Selatan 181, ,71 2,14 0,87 0,77 67,66 82,99 91,02 99,20 Sebuku 1.608, ,13 4,25 1,52-2,93 5,75 9,19 10,76 7,25 Tulin Onsoi 1.513, , ,55 Sebatik 51, ,39 3,59 3,45-11,73 366,50 457,94 570,77 127,47 Sebatik Timur 39, , ,47 Sebatik Tengah 47, , ,03 Sebatik Utara 15, , ,90 Sebatik Barat 93, ,34 1,24 2,00-3,24 119,36 136,71 172,46 105,32 Jumlah , , ,76 28,19 15,58 9,17 9,14 11,72 13,54 14,78 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, 2012 Buku Putih Sanitasi II - 7

8 Dari tabel diatas terlihat bahwa penduduk mengalami peningkatan tiap tahunnya, pada tahun 2012 meningkat menjadi jiwa dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2011 sebanyak jiwa dan tahun 2010 sebanyak jiwa. Pertumbuhan penduduk dihasilkan oleh berubahnya jumlah secara alamiah yaitu kelahiran dan kematian serta perubahan jumlah penduduk akibat migrasi (penduduk datang dan pergi) yang dipengaruhi oleh semakin meningkatnya berbagai fasilitas publik yang dibutuhkan masyarakat, dengan dibukanya lapangan kerja di sektor perkebunan, khususnya kelapa sawit dan industri pengolahan kayu serta sektor jasa. Hal ini merupakan dampak keberhasilan pembangunan sehingga menarik minat pendatang baru untuk tinggal di kabupaten ini. Dalam perencanaan pembangunan sanitasi di, perlu adanya dasar perhitungan untuk memperkirakan jumlah penduduk selama 5 tahun yang akan datang, dan disepakati perhitungan proyeksi penduduk menggunakan metode bunga berganda dengan rumus sebagai berikut: Pt = Po ( 1 + R ) t Di mana: Pt = Jumlah penduduk tahun ke t Po = Jumlah Penduduk awal (tahun sebelumnya) R = Rata rata pertumbuhan penduduk t = Waktu (5) Perhitungan didasarkan pada laju pertumbuhan penduduk rata-rata dalam periode sebesar 16,42 %, dengan hasil proyeksi jumlah penduduk dari tahun seperti terlihat pada Tabel 2.7 berikut: Buku Putih Sanitasi II - 8

9 Nama Kecamatan Luas (Km2) Tabel. 2.7 Proyeksi Penduduk 5 Tahun ke depan ( ) Jumlah Penduduk (jiwa) Tingkat Pertumbuhan (%) Kepadatan/Km2 Tahun Tahun Tahun Krayan 1.834,74 12,613` 17,095 26,975 49, , Krayan Selatan 1.757,66 3,470 4,704 7,422 13,634 29, Lumbis 290,23 7,892 10,697 16,878 31,006 66, Lumbis Ogong 3.357,01 6,559 8,890 14,028 25,769 55, Sembakung 2.042,66 13,110 17,769 28,038 51, , Nunukan 564,50 86, , , , , , Sei Menggaris 850,48 11,942 16,186 25,540 46, , Nunukan Selatan 181,77 20,992 28,451 44,894 82, , Sebuku 1.608,48 13,577 18,402 29,036 53, , Tulin Onsoi 1.513,36 9,777 13,251 20,909 38,411 82, Sebatik 51,07 7,579 10,272 16,209 29,775 63, , Sebatik Timur 39,17 18,901 25,617 40,422 74, , , , , Sebatik Tengah 47,71 10,444 14,155 22,336 41,031 87, , Sebatik Utara 15,39 10,265 13,912 21,953 40,327 86, , , , Sebatik Barat 93,27 11,437 15,501 24,460 44,933 96, , Jumlah ,50 245, , , ,468 2,060, Sumber: Analisis Pokja Sanitasi Kab.Nunukan 2013 Buku Putih Sanitasi II - 9

10 2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah Asas umum pengelolaan keuangan daerah yang telah menjadi komitmen Pemerintah adalah bahwa "Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarsakat. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem terintegrasi, diwujudkan APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan Peraturan Daerah." Analisis pengelolaan keuangan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan pembangunan daerah. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 2.8 dibawah ini. Buku Putih Sanitasi II - 10

11 Tabel 2.8 Rekapitulasi Realisasi APBD Tahun No Realisasi Anggaran Tahun Rata2 pertumbuhan A Pendapatan (a.1 + a.2 + a.3) 991,115,167, ,965,318, ,405,867, ,357,200,132, ,560,302,337, a.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 37,407,378, ,052,693, ,871,930, ,892,410, ,985,524, a.1.1 Pajak daerah 1,894,824, ,769,872, ,876,767, ,080,500, ,354,820, a.1.2 Retribusi daerah 7,429,429, ,479,761, ,241,648, ,893,508, ,334,793, (20.48) a.1.3 Hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan 4,402,878, ,738,441, ,138,869, ,533,946, ,344,673, (3.56) a.1.4 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 23,680,246, ,064,617, ,614,644, ,384,204, ,951,237, a.2 Dana Perimbangan (Transfer) 855,279,799, ,427,922, ,635,180, ,166,232,434, ,338,134,657, a.2.1 Dana bagi hasil 683,189,417, ,728,410, ,196,132, ,370,265, ,848,013, a.2.2 Dana alokasi umum 145,618,382, ,384,512, ,858,848, ,123,668, ,210,334, a.2.3 Dana alokasi khusus 26,472,000, ,315,000, ,580,200, ,738,500, ,076,310, a.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah 98,427,989, ,484,702, ,898,756, ,075,288, ,182,156, a.3.1 Hibah 0 3,769,950, (25.00) a.3.2 Dana darurat a.3.3 a.3.4 a.3.5 Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kab./kota Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus Bantuan keuangan dari provinsi/pemerintah daerah lainnya 13,168,177, ,417,422, ,104,669, ,062,159, ,247,920, ,454,812, ,000,000, ,351,887, ,581,429, ,033,133, ,805,000, ,297,330, ,442,200, ,431,700, ,901,103, Buku Putih Sanitasi II - 11

12 B Belanja (b1 + b.2) 967,313,269, ,035,820,307, ,538,383, ,037,267,041, ,197,643,582, b.1 Belanja Tidak Langsung 165,074,932, ,916,544, ,525,039, ,947,109, ,176,988, b.1.1 Belanja pegawai 135,240,626, ,578,492, ,424,645, ,799,878, ,385,072, b.1.2 Bunga 0 218,664,584, (25.00) b.1.3 Subsidi 0 0 8,170,636, ,730,032, ,014,806, b.1.4 Hibah 750,000, ,725,200, ,521,054, ,487,454, ,929,528, b.1.5 Bantuan sosial 16,084,218, ,942,871, ,297,202, ,251,164, ,466,592, (8.78) b.1.6 Belanja bagi hasil b.1.7 Bantuan keuangan 11,841,279, ,991,500, ,741,567, ,854,284, b.1.8 Belanja tidak terduga 1,158,807, ,396, ,000, ,012, ,703, b.2 Belanja Langsung 802,238,337, ,903,762, ,013,344, ,319,932, ,466,594, b.2.1 Belanja pegawai 55,796,690, ,525,219, ,620,153, ,607,711, (11.68) b.2.2 Belanja barang dan jasa 149,091,980, ,679,110, ,404,860, ,632,425, (6.02) b.2.3 Belanja modal 597,349,666, ,903,762, ,809,014, ,294,918, ,226,457, (0.91) C Pembiayaan 221,590,597, ,259,610, ,446,803, ,276,858, ,209,950, Surplus / Defisit Anggaran 23,801,897, ( 185,854,988, ) 136,867,484, ,933,091, ,658,755, (226.84) Sumber : DP2KD tentang Realisasi APBD tahun , diolah Buku Putih Sanitasi II - 12

13 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah pendapatan dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan, terutama di dana lain lain pendapatan yang sah, sedangkan untuk penerimaan pembiayaan mengalami fluktuasi. Pendapatan terbesar berasal dari dana perimbangan. Ini menunjukkan bahwa Kabupaten Nunukan masih membutuhkan dana bantuan dari pemerintah pusat (APBN) untuk membiayai pembangunannya. Sedangkan dari sisi pembelanjaan, belanja langsung memiliki peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan dengan belanja tidak langsung. Adapun realisasi anggaran belanja modal sanitasi, dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.10 Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD No SKPD 1 DPU-Cipta Karya 1,552,560,860 1.a Investasi 1,552,560,860 1.b operasional/pemeliharaan (OM) 0 2 Badan Lingkungan Hidup 5,000,000 2.a Investasi 5,000,000 2.b operasional/pemeliharaan (OM) 0 3 DKPP 3,319,761,799 3.a Investasi 2,929,668,180 3.b operasional/pemeliharaan (OM) 390,093,619 4 Dinas Kesehatan 762,157,193 4.a Investasi 762,157,193 4.b operasional/pemeliharaan (OM) 0 5 Bappeda -- 5.a Investasi -- 5.b operasional/pemeliharaan (OM) -- 6 DinasTata Ruang & Kota -- 6.a Investasi -- 6.b operasional/pemeliharaan (OM) -- 7 Dinas Pendidikan 96,384,000 7.a Investasi 49,604,000 7.b operasional/pemeliharaan (OM) 46,780,000 8 Kantor Kesatuan Bangsa 6,914,455,927 8.a Investasi 6,914,455,927 8.b operasional/pemeliharaan (OM) 0 8 Belanja Sanitasi ( n) 12,650,319, Pendanaan investasi sanitasi Total (1a+2a+3a+ na) Pendanaan OM (1b+2b+3b+ nb) Tahun ,213,446, ,873, Belanja Langsung 802,238,337, Proporsi Belanja Sanitasi Belanja Langsung(8/11) 1.78% Rata2 pertumbuhan Buku Putih Sanitasi II - 13

14 13 Proporsi Investasi Sanitasi Total Belanja Sanitasi (9/8) 96.95% 14 Proporsi OM Sanitasi Total 3.05% Belanja Sanitasi (10/8) Sumber : DP2KD tentang Realisasi APBD tahun , diolah Keterangan : investasi termasuk di dalamnya pembangunan sarana prasarana, pengadaan lahan, pelatihan, koordinasi, advokasi, kampanye dan studi-studi yang terkait dengan sanitasi Tabel 2.11 Belanja Sanitasi Perkapita No 1 D e s k r i p s i Total Belanja Sanitasi Kabupaten/Kota Tahun ,650,319,779 2 Jumlah Penduduk (BPS) 129, , , ,286 Belanja Sanitasi Perkapita (1 / 2) 92,560 Sumber : APBD dan BPS, diolah Rata-rata Posisi pendapatan yang masih didominasi oleh dana perimbangan berkorelasi dengan kemampuan fiskal yang mengalami fluktuasi dan cenderung meningkat. Walaupun demikian, APBD masih memerlukan bantuan dana dari Pemerintah Pusat untuk membiayai pembangunannya. Adapun data kapasitas fiskal dapat dilihat pada tabel 2.12 dibawah ini. Tabel 2.12 Data Kapasitas Fiskal tahun Tahun Indeks Kapasitas Fiskal Kategori ,7898 Sangat Tinggi ,5025 Sangat Tinggi ,9272 Sangat Tinggi ,1490 Sangat Tinggi ,6281 Sangat Tinggi Sumber : Kementerian Keuangan Tahun Keberhasilan suatu pembangunan dibidang ekonomi salah satu tolok ukurnya dengan melihat pertumbuhan angka produk domestik regional bruto (PDRB). Dari tahun ke tahun, PDRB (tanpa migas) atas dasar harga konstan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Kenaikan PDRB tersebut diikuti pula oleh peningkatan pendapatan perkapita (PDRB per kapita). Sedangkan untuk pertumbuhan ekonomi mengalami fluktuasi yang pada tahun 2011 sebesar 6,38% tanpa migas, hal ini Buku Putih Sanitasi II - 14

15 dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tambah dari sektor pertambangan dan penggalian yang memberikan kontribusi terbesar terhadap nilai PDRB, seperti terlihat pada tabel 2.13: Tabel 2.13 Data Perekonomian tahun No 1 2 D e s k r i p s i PDRB harga konstan (struktur perekonomian) (Juta Rp.) Pendapatan Perkapita Kabupaten/Kota (Rp.) Tahun ,899, ,830, ,119, ,257, ,481, Pertumbuhan Ekonomi (%) 17,12 14,83 6,10 7,87 6,38 Sumber : Nunukan Dalam Angka 2012, diolah 2.4 Tata Ruang Wilayah Kebijakan Penataan Ruang Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten adalah arahan pengembangan wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten guna mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten berfungsi sebagai: 1. Sebagai dasar untuk memformulasikan strategi penataan ruang wilayah kabupaten; 2. Sebagai dasar untuk merumuskan struktur dan pola ruang wilayah kabupaten; 3. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW kabupaten;dan 4. Sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan : a. Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten; b. Karakteristik wilayah kabupaten; c. Kapasitas sumber daya untuk mewujudkan tujuan penataan ruang; dan d. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria: 1) Mengakomodasi kebijakan penataan ruang wilayah nasional dan kebijakan penataan ruang wilayah provinsi; 2) Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan; Buku Putih Sanitasi II - 15

16 3) Mampu menjawab isu-isu strategis baik yang ada sekarang maupun yang diperkirakan akan timbul di masa yang akan datang; dan 4) Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Dalam rangka pencapaian tujuan penataan ruang wilayah kabupaten, maka rumusan kebijakan penataan ruang adalah sebagai berikut: a) pengembangan sentra-sentra pertanian, perkebunan, kehutanan, dan perikanan terkait pengembangan agroindustri; b) pengembangan sistem pusat kegiatan dan sistem pelayanan sarana dan prasarana wilayah secara berjenjang dan sinergis; c) pemantapan fungsi kawasan lindung sebagai penyeimbang ekosistem wilayah; d) pemanfaatan potensi sumberdaya alam dengan memperhatikan daya dukung lingkungan; dan e) peningkatan fungsi kawasan kepentingan pertahanan dan keamanan negara Kawasan Rawan Bencana (Zona N5) Kawasan rawan bencana adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Tujuan perlindungan kawasan ini adalah untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia. Di wilayah, kawasan rawan bencana alam yang teridentifikasi terdiri dari: kawasan rawan banjir, kawasan rawan longsor, bencana gelombang pasang, bencana angin topan, bencana kebakaran, dan bencana kekeringan. A. Kawasan Rawan Bencana Banjir Kawasan rawan bencana banjir adalah tempat-tempat yang secara rutin setiap musim hujan mengalami genangan lebih dari enam jam pada saat hujan turun dalam keadaan musim hujan normal. Kawasan rawan banjir merupakan kawasan lindung yang bersifat sementara, sampai dengan teratasinya masalah banjir secara menyeluruh dan permanen di tempat tersebut. Kawasan rawan banjir sedapat mungkin tidak dipergunakan untuk permukiman. Untuk daerah yang sudah terbangun, hendaknya diadakan penyuluhan akan bahaya yang mungkin terjadi di waktu yang akan datang dan secara bertahap dan terencana permukiman dipindahkan. Kegiatan lain yang berdampak dapat mempengaruhi kelancaran tata drainase di kawasan ini dilarang, sedangkan pembangunan fisik berupa pengembangan saluran drainase diutamakan. Buku Putih Sanitasi II - 16

17 B. Kawasan Rawan Bencana Erosi/Longsor Kawasan rawan bencana alam rawan erosi/longsor merupakan wilayah yang kondisi permukaan tanahnya mudah longsor karena terdapat zona yang bergerak akibat adanya patahan atau pergeseran batuan induk pembentuk tanah. Kawasan rawan erosi/longsor tertutup bagi permukiman, persawahan, tanaman semusim, kolam ikan, atau kegiatan budidaya lainnya yang berbahaya bagi keselamatan manusia dan lingkungan. Permukiman yang terletak pada kawasan ini segera dipindahkan ke tempat lain secara terencana. Untuk mencegah dan mengatasi terjadinya bencana alam erosi, tanah longsor dilakukan kegiatan-kegiatan reboisasi dan penghijauan, penyuluhan dan lain-lain, terutama pada kawasan rawan bencana dan daerah-daerah yang berkaitan. C. Kawasan Rawan Bencana Lain Kawasan rawan bencana lain yang mungkin terjadi di wilayah adalah bencana gelombang pasang, bencana angin topan, bencana kebakaran (kebakaran bangunan, kebakaran hutan, kebakaran kebun), bencana rawan gempa dan bencana kekeringan, rawan limbah industri, polusi. Kawasan bencana ini umumnya bersifat temporer, baik secara lokasi maupun waktu. Namun demikian, pada kawasan-kawasan yang mempunyai kecenderungan terjadi bencana ini, sedapat mungkin diadakan pembatasan dalam kegiatan budidaya, khususnya permukiman. Mekanisme dan prosedur pengungsian penduduk perlu dilakukan sedini mungkin. Peta 2.3 Rencana Pusat Layanan (ukuran A3) Peta 2.4 Rencana Pola Ruang (ukuran A3) 2.5 Sosial dan Budaya Pendidikan merupakan dimensi pembentuk dan penentu kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan masyarakat secara merata dan menyeluruh dilaksanakan dengan adanya program wajib belajar sembilan tahun, kejar paket A, B, C dan GNOTA. Tolok ukur umum yang bisa digunakan untuk melihat keberhasilan pendidikan di suatu wilayah adalah penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, baik gedung sekolah maupun tenaga pengajar dan rasio murid terhadap guru. Buku Putih Sanitasi II - 17

18 Salah satu penunjang keberhasilan pendidikan adalah tersedianya tenaga pengajar yang memadai untuk setiap jenjang pendidikan. Rasio murid-guru merupakan salah satu indikator yang menggambarkan beban kerja seorang guru terhadap muridnya. Rasio murid-guru juga mencerminkan mutu pendidikan di kelas, karena semakin besar angka rasio murid-guru berarti beban kerja seorang guru semakin berat pula, dan pengawasan atau kontrol yang dilakukan akan berkurang. Secara umum sejak tahun pembelajaran 2000/2001 hingga 2011/2012 jumlah sarana sekolah dari jenjang TK hingga SMU/SMK, baik negeri maupun swasta yang berada di bawah Diknas secara kuantitatif mengalami perkembangan. Pada tahun 2011 sarana pendidikan yang tercatat di terdiri dari 35 Taman Kanakkanak, 125 Sekolah Dasar Negeri, 17 Sekolah Dasar Swasta, 38 SLTP Negeri, 9 SLTP Swasta, 8 SMU Negeri, 8 SMU Swasta, 4 SMKN, dan 1 SMK Swasta. Selain fasilitas pendidikan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah, di juga terdapat Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Ibnu Khaldun yang membuka kegiatan perkuliahan di dengan jumlah mahasiswa 344 orang dan memiliki 25 orang tenaga pengajar. Keberadaan perguruan tinggi ini diharapkan mampu mendorong minat para siswa untuk melanjutkan pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi. Adapun gambaran fasilitas pendidikan di dapat dilihat pada tabel 2.14 dibawah ini: Nama Kecamatan Tabel 2.14 Fasilitas Pendidikan yang tersedia di Umum Jumlah Sarana Pendidikan Swasta SD SLTP SMA SMK SD SLTP SMA SMK 1. Krayan Krayan Selatan Lumbis Lumbis Ogong Sembakung Nunukan Sebuku Nunukan Selatan Sei Menggaris Tulin Onsoi Sebatik Sebatik Barat Sebatik Tengah Sebatik Timur Buku Putih Sanitasi II - 18

19 15. Sebatik Utara / Jumlah 2010/ / Sumber : Kab. Nunukan Dalam Angka, 2012 Aspek ketenagakerjaan merupakan salah satu potensi pembangunan yang sangat menentukan kerberhasilan proses pembangunan itu sendiri. Permasalahan yang ditimbulkan dalam aspek ketenagakerjaan adalah apabila ternyata SDM usia produktif banyak yang menjadi pengangguran. Hal ini tentunya mengakibatkan terbentuknya permasalahan sosial yang memerlukan perhatian tersendiri. Masalah yang terkait dengan proses pembangunan di adalah masalah mobilitas penduduk dan ketenagakerjaan. Tingginya angka mobilitas penduduk dari luar daerah ke akan membawa persoalan baru dibidang ketenagakerjaan. Masuknya penduduk luar daerah ke merupakan konsekuensi dari karakteristik Kabupaten Nunukan sebagai Kota Kabupaten serta Sebagai Kota Perdagangan dan Jasa. Persoalan ini membawa dampak pada beban kota untuk menampung keberadaan mereka. Apalagi jika kaum pendatang tidak mempunyai bekal pendidikan dan skill yang memadai, sehingga akan menambah angka pengangguran dan kemiskinan di. Data jumlah penduduk miskin per kecamatan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 2.15 berikut: Tabel 2.15 Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan Tahun 2012 Nama Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin (jiwa) 1. Krayan Krayan Selatan Lumbis Lumbis Ogong Sembakung Nunukan Sei Menggaris Nunukan Selatan Sebuku Tulin Onsoi Sebatik Sebatik Timur Sebatik Tengah 987 Buku Putih Sanitasi II - 19

20 14. Sebatik Utara Sebatik Barat Jumlah Sumber : Bappeda, 2012 Dalam hal kepemilikan rumah/tempat tinggal masyarakat di belum ada informasi atau sumber data yang menyajikan mengenai hal tersebut. Tabel 2.16 Jumlah Rumah Per Kecamatan Tahun 2012 Nama Kecamatan Jumlah Rumah 1. Krayan Krayan Selatan Lumbis Lumbis Ogong Sembakung Nunukan Sei Menggaris Nunukan Selatan Sebuku Tulin Onsoi Sebatik Sebatik Timur Sebatik Tengah Sebatik Utara Sebatik Barat -- Jumlah -- Sumber : Tidak ada 2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kelembagaan Pemerintah disusun berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah, Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, Peraturan Daerah Nomor 03 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Susunan Organisasi Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja, Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pembentukan Susunan Organisasi Badan Pengelola Perbatasan Daerah, Peraturan Daerah Kabupaten Buku Putih Sanitasi II - 20

21 Nunukan Nomor 21 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan dan Peraturan Daerah Kabupaten No. 24 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Satuan Kerja Perangkat Daerah terdiri dari 14 Dinas Daerah, 9 Lembaga Teknis Daerah, dan Lembaga Lain yaitu Satuan Polisi Pamong Praja, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Badan Pengelola Perbatasan Daerah, serta terdiari dari 15 Kecamatan, 8 Kelurahan dan 232 Desa yang bertanggung jawab kepada Bupati Nunukan melalui Sekretaris Daerah. Secara lengkap, Struktur Organisasi Pemerintah dapat dilihat pada Gambar 2.1. Buku Putih Sanitasi II - 21

22 Gambar 2.2 Struktur Organisasi Pemerintah Daerah BUPATI WAKIL BUPATI SEKRETARIS DAERAH STAF AHLI KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL ASISTEN TATA PEMERINTAHAN ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN ASISTEN ADMINISTRASI SEKRETARIAT DPRD 1. Bagian Pemerintahah 2. Bagian Hukum 3. Bagian Penataan Perbatasan 1. Bagian Ekonomi 2. Bagian Pembangunan 3. Bagian Kesejahteraan rakyat 1. Bagian Organisasi 2. Bagian Umum 3. Bagian Humas dan Protokol 1. Bagian Persidangan & Perundangan 2. Bagian Umum 3. Bagian Humas & Protokol DINAS DINAS DAERAH 1. Dinas Pekerjaan Umum 2. Dinas Kesehatan 3. Dinas Pendidikan 4. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika 5. Dinas Pendapatan Pengelolaan dan Aset Daerah 6. Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga 7. Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemadam Kebakaran 8. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 9. Dinas Sosial,Tenaga Kerja dan Transmigrasi 10. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan UMKM 11. Dinas Perikanan dan Kelautan 12. Dinas Kehutanan dan Perkebunan 13. Dinas Pertanian dan Peternakan 14. Dinas Pertambangan dan Energi LEMBAGA TEKNIS DAERAH 1. Badan Perencanaan, Pembangunan Daerah 2. Badan Kepagawaian dan Diklat 3. Badan Lingkungan Hidup 4. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemdes 5. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik 6. Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah 7. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana 8. Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu 9. RSUD LEMBAGA LAIN 1. Satpol Pamong Praja 2. Badan Penanggulangan Bencana 3. Badan Pengelola Perbatasan Daerah KECAMATAN 1. Krayan 2. Krayan Selatan 3. Lumbis 4. Lumbis Ogong 5. Sembakung 6. Nunukan 7. Sei Menggaris 8. Nunukan Selatan 9. Sebuku 10. Tulin Onsoi 11. Sebatik 12. Sebatik Timur 13. Sebatik Tengah 14. Sebatik Utara 15. Sebatik Barat KELURAHAN/DESA Terdiri dari: 8 Kelurahan dan 232 desa Buku Putih Sanitasi II - 13

23 2.6.2 Pemangku Kepentingan Dalam Pengelolaan Sanitasi Dalam pengelolaan dan pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kabupaten Nunukan, beberapa satuan kerja perangkat daerah terlibat di dalamnya dan melaksanakan pembangunan sanitasi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Secara ringkas, hubungan kerja SKPD yang terlibat dalam pembangunan sanitasi di Kabupaten Nunukan digambarkan dalam Gambar 2.2 berikut: Gambar 2.2 Pemangku Kepentingan Dalam Pengelolaan Sanitasi BUPATI BAPPEDA Bidang Prasarana dan Pengembangan Wilayah DINAS PEKERJAAN UMUM Bidang Cipta Karya DINAS KESEHATAN Bidang Kesehatan Masyarakat DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL Bidang Pendataan dan Informasi Penduduk DINAS KEBERSIHAN, PERTAMANAN DAN PEMADAM KEBAKARAN Bidang Kebersihan Keterangan : : SKPD yang langsung menangani sanitasi : SKPD yang tidak langsung menangani sanitasi Buku Putih Sanitasi II - 14

Gambaran Umum Wilayah

Gambaran Umum Wilayah Bab 2: Gambaran Umum Wilayah 2.1 Geogrfis, Administratif dan Kondisi Fisik Kabupaten Minahasa Selatan adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Minahasa Selatan adalah Amurang,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Organisasi Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi Banten berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 bulan

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN...I.

BAB I PENDAHULUAN...I. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GRAFIK... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... I. 1 1.1 Latar Belakang... I. 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I. 9 1.3 Hubungan RKPD dan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1. Geografis, Administrasi, dan Kondisi Fisik 2.1.1 Geografis Kabupaten Musi Rawas merupakan salah satu kabupaten dalam Provinsi Sumatera Selatan yang secara geografis terletak

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH Kota Metro dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 1999 dengan luas wilayah 6.874 Ha. Kota Metro terdiri dari 5 Kecamatan dengan 22 kelurahan, yang pembentukannya berdasarkan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii x xi BAB I PENDAHULUAN... I - 1 A. Dasar Hukum... I - 1 B. Gambaran Umum Daerah... I - 4 1. Kondisi Geografis Daerah...

Lebih terperinci

BAB 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik Kabupaten Kepulauan Aru dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2003 dengan maksud mengoptimalkan penyelenggaraan

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG 2.1. Batas Administratif Kabupaten Soppeng merupakan salah satu bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan yang secara administratif dibagi menjadi 8 kecamatan, 21 kelurahan,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang

Lebih terperinci

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010-2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

Lampiran I Peraturan Daerah Nomor : TAHUN 08 Tanggal : Januari 08 PEMERINTAH PROVINSI PAPUA RINGKASAN APBD Tahun Anggaran 08 NOMOR URUT URAIAN JUMLAH. PENDAPATAN.8..0.8,00 PENDAPATAN ASLI DAERAH.008.78..8,00..

Lebih terperinci

Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI KALBAR

Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI KALBAR Urusan Pemerintahan 1 - URUSAN WAJIB 1.20 - Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, 1.20.05 - BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI KALBAR 15.090.246.60 5.844.854.40

Lebih terperinci

Daftar Isi. KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii

Daftar Isi. KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii Daftar Isi KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii BAB. I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Dasar Hukum... I-1 1.2. Gambaran Umum Wilayah... I-2 1.2.1. Kondisi Geografis Daerah... I-2 1.2.2. Topografi...

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN NUNUKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 TANJUNGPANDAN, MARET 2014 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN BAB VII PENUTUP KESIMPULAN Pencapaian kinerja pembangunan Kabupaten Bogor pada tahun anggaran 2012 telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal ini terlihat dari sejumlah capaian kinerja dari indikator

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa Peraturan Daerah Nomor : 8 TAHUN 2016 Tanggal : 30 December 2016 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2017 KODE TIDAK

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1 Program Prioritas Pada bab Indikasi rencana program prioritas dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau ini akan disampaikan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografi dan Topografi Kabupaten Nunukan merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Bulungan, yang terbentuk berdasarkan pertimbangan luas wilayah, peningkatan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang MPS Kabupaten Bantaeng 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari negara-negara tetangga, apalagi dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang memiliki komitmen

Lebih terperinci

APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018

APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018 APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018 1. Tema pembangunan tahun 2018 : Meningkatnya Pelayanan Publik yang Berkualitas Menuju Kota Yogyakarta yang Mandiri dan Sejahtera Berlandaskan Semangat Segoro Amarto.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. Sejarah dan Profil Kabupaten Labuhan Batu Utara

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. Sejarah dan Profil Kabupaten Labuhan Batu Utara BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA Sejarah dan Profil Kabupaten Labuhan Batu Utara Sejarah Singkat Sebutan Labuhanbatu bermula ketika pada tahun 1862 Angkatan Laut Belanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Dan Sasaran C. Lingkup Kajian/Studi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Dan Sasaran C. Lingkup Kajian/Studi KETERANGAN HAL BAB I PENDAHULUAN... 1-1 A. Latar Belakang... 1-1 B. Tujuan Dan Sasaran... 1-3 C. Lingkup Kajian/Studi... 1-4 D. Lokasi Studi/Kajian... 1-5 E. Keluaran Yang Dihasilkan... 1-5 F. Metodelogi...

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH Kota Metro dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 1999 dengan luas wilayah 6.874 Ha. Kota Metro terdiri dari 5 Kecamatan dengan 22 kelurahan, yang pembentukannya berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN

BAB IV PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN BAB IV PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, urusan pemerintahan daerah terdiri dari

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO,

Lebih terperinci

RINGKASAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

RINGKASAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI Lampiran II Raperda APBD TA. 2017 Nomor : --- Tahun 2016 Tanggal : 14 Nopember 2016 PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN TAHUN ANGGARAN 2017 KODE 1 1.01 Urusan Wajib Pelayanan Dasar 85.515.105.50 790.283.942.30

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim Provinsi Banten secara geografis terletak pada batas astronomis 105 o 1 11-106 o 7 12 BT dan 5 o 7 50-7 o 1 1 LS, mempunyai posisi strategis pada lintas

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR 1.5 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah daratan (tidak memiliki wilayah laut) yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Sleman Akhir Masa Jabatan Tahun DAFTAR TABEL

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Sleman Akhir Masa Jabatan Tahun DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman... 2 Tabel 1.2. Ketinggian Wilayah Kabupaten Sleman... 3 Tabel 1.3. Jumlah Penduduk Kabupaten Sleman Menurut Jenis Kelamin, Kepadatan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 4 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 4 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 4 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH, STAF AHLI DAN

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa Peraturan Daerah Nomor : 10 Tahun 2013 Tanggal : 31 Desember 2013 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 KODE TIDAK

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi dan tuntutan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 1. Batas admistrasi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di pulau Jawa bagian tengah, di bagian selatan dibatasi lautan Indonesia, sedangkan di bagian

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA PRIORITAS PLAFON ANGGARAN SEMENTARA PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA PRIORITAS PLAFON ANGGARAN SEMENTARA PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA PRIORITAS PLAFON ANGGARAN SEMENTARA PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA TAHUN 2015 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i vii xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4 1.3.1 Hubungan RPJMD

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS APBD. LP2KD Prov. Kaltara

BAB V ANALISIS APBD. LP2KD Prov. Kaltara BAB V ANALISIS APBD Evaluasi APBD secara keseluruhan dilakukan untuk mendapatkan hasil analisis yang menunjukkan relevansi dan efektivitas APBD dalam penanggulangan kemiskinan. Analisis dilakukan dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN SIGI TAHUN 2016 BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN D A F T A R I S I DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL.... ix DAFTAR GAMBAR.... xi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG... I 1 B. DASAR HUKUM... I 1 C. GAMBARAN UMUM DAERAH...

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Pemerintah Kota Medan Gambaran umum kondisi kota Medan memuat perkembangan kondisi Kota Medan sampai saat ini, capaian hasil pembangunan kota sebelumnya

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Kupang, Februari 2014 KEPALA BAPPEDA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR,

Kata Pengantar. Kupang, Februari 2014 KEPALA BAPPEDA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR, Kata Pengantar Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih karena atas penyertaan-nya maka penyusunan Buku Statistik Kinerja Keuangan Provinsi NTT Beserta SKPD 2009-2013 ini dapat diselesaikan. Dalam era

Lebih terperinci

Jumlah Anggaran 1 BELANJA , ,00 97, ,95

Jumlah Anggaran 1 BELANJA , ,00 97, ,95 PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR SKPD : 1.01.01. - DINAS PENDIDIKAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN Desember 2016 dan 2015 Dalam Rupiah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i iii vii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum... I-2 1.3 Maksud dan Tujuan... I-4 1.4 Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa Peraturan Daerah Nomor : 26 TAHUN 2012 Tanggal : 27 December 2012 KABUPATEN LAMANDAU RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2013 KODE TIDAK LANGSUNG LANGSUNG

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011 BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011 A. Isu Strategis Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Samarinda Tahun 2011 merupakan suatu dokumen perencanaan daerah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA 1 1 PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR : 08 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA STAF AHLI BUPATI LOMBOK BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA STAF AHLI BUPATI LOMBOK BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA STAF AHLI BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

REALISASI PENCAIRAN DANA APBD PROVINSI KALIMANTAN TENGAH S.D. TRIWULAN IV TA 2015

REALISASI PENCAIRAN DANA APBD PROVINSI KALIMANTAN TENGAH S.D. TRIWULAN IV TA 2015 REALISASI PENCAIRAN DANA APBD PROVINSI KALIMANTAN TENGAH S.D. TRIWULAN IV TA 2015 APBD PERUBAHAN PROVINSI KALTENG TA. 2015 Ditetapkan dengan Perda No. 09 Tahun 2015 Tgl. 17 November 2015 Ttg APBD Perubahan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G Design by (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura, 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa Peraturan Daerah Nomor : 20 TAHUN 2013 Tanggal : 24 Desember 2013 KABUPATEN LAMANDAU RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 KODE 1.01.01 Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

WALI KOTA BONTANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

WALI KOTA BONTANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH WALI KOTA BONTANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BONTANG, Menimbang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR HAL i iv vi vii BAB I PENDAHULUAN I - 1 1.1 DASAR HUKUM I - 4 1.2 GAMBARAN UMUM DAERAH I - 3 1. Kondisi Geografis Daerah I - 5 2. Batas Administrasi

Lebih terperinci

KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kondisi Geografis

KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kondisi Geografis 43 KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Geografis Provinsi Banten dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Provinsi Banten. Wilayah Provinsi Banten berasal dari sebagian

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 1, 2009 PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MANDAILING NATAL RINGKASAN PERUBAHAN APBD TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MANDAILING NATAL RINGKASAN PERUBAHAN APBD TAHUN ANGGARAN 2014 LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH Nomor : 11 Tanggal : 1/9/214 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MANDAILING NATAL RINGKASAN PERUBAHAN APBD TAHUN ANGGARAN 214 URAIAN Jumlah Jumlah Rp 3 4 5=4-3 6 1 PENDAPATAN DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

RINGKASAN RANCANGAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN RANCANGAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa Raperda APBD 2015 Nomor :.. Tanggal : 14 Nopember 2014 PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT RINGKASAN RANCANGAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 KODE TIDAK

Lebih terperinci

RINGKASAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

RINGKASAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI Lampiran II Raperda APBD TA. 2018 Nomor :... Tanggal : 13 Nopember 2017 PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN TAHUN ANGGARAN 2018 KODE TIDAK LANGSUNG LANGSUNG JUMLAH 1 1.01 Urusan Wajib Pelayanan Dasar 198.400.634.00

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa Peraturan Daerah Nomor : 14 TAHUN 2016 Tanggal : 29 Desember 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BANGLI RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2017 KODE 1.01.01 Dinas

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

Tabel 4.3. Prioritas Pembangunan, Program, Indikator dan Target Kinerja SKPD Tahun 2016

Tabel 4.3. Prioritas Pembangunan, Program, Indikator dan Target Kinerja SKPD Tahun 2016 Tabel 4.3. Prioritas Pembangunan, Program, Indikator dan Target Kinerja SKPD Tahun 2016 No. Prioritas Pembangunan Program/Pembangunan Indikator Kinerja Target SATUAN AWAL 2014 2015 2016 2017 2018 1 Percepatan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci