Puskesmas - Rumah Sakit. Panduan Operasional

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Puskesmas - Rumah Sakit. Panduan Operasional"

Transkripsi

1 Panduan Operasional Pelayanan Jejaring Sistim Rujukan Kegawat-daruratan Ibu dan Bayi Baru Lahir (Neonatus) Panduan Fasilitasi Pemantapan AMP Panduan Operasional Panduan Alat Pantau Kinerja 1

2 2

3 Panduan Operasional Pelayanan Jejaring Sistim Rujukan Kegawat-daruratan Ibu dan Bayi Baru Lahir (Neonatus) 3

4 4

5 DAFTAR ISI I. Pendahuluan A. Latar Belakang B. Definisi C. Tujuan Umum dan Khusus D. Dasar Hukum II. Kerangka Pikir Kegawat-daruratan Ibu dan Neonatus A. Rujukan Medis B. Sistim Rujukan Efektif, Efisien dan Berkeadilan C. Alur Rujukan D. Tatakelola yang baik III. Pengorganisasian A. Pernyataan Kerja-sama jejaring Sistim Rujukan B. Peran Kelompok Kerja Medis dan Non-Medis IV. Pelayanan Rujukan Kegawat-daruratan Ibu dan Bayi Baru Lahir (Neonatus) A. Pra Rujukan 1. Promosi Tanda Bahaya 2. P4K (Program Persiapan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) 3. Kelas Ibu dan Bapak 4. Pemanfaatan Buku KIA 5. PWS-KIA (elektronik) B. Pelayanan Rujukan 1. Komponen Rujukan a. Komponen Tanda Bahaya b. Komponen Stabilisasi c. Komponen Konseling d. Komponen Komunikasi e. Komponen Pengantar f. Komponen Transportasi g. Komponen Peralatan dan Obat h. Komponen SOP Pelayanan 2. Paket Persiapan Rujukan C. Fasilitas Pelayanan Kegawat-daruratan Ibu dan BBL (Neonatus) 1. PPGDN Pelayanan Dasar 2. Puskesmas PONED 3. Rumah Sakit PONEK V. Monitoring dan Evaluasi A. Alat Pantau Kinerja Jejaring Sistim Rujukan B. AMP (Audit Maternal dan Perinatal) C. Mekanisme Umpan Balik VI. Penutup Lampiran 5

6 Daftar Singkatan AMP : Audit Maternal Perinatal AKI : Angka Kematian Ibu AKB : Angka Kematian Bayi AKN : Angka Kematian Neonatal APN : Asuhan Persalinan Normal BBL : Bayi Baru Lahir BDD : Bidan Di Desa BPS : Bidan Praktek Swasta GIS : Geografic Information System HPP : Hemorrage Post Partum JAMPERSAL : Jaminan Persalinan LKBK : Lembaga Kesehatan Budi Kemuliaan MDGs : Milleneum Development Goals MPS : Making Pregnancy Saver PEB : Pre Eklamsi Berat PMK : Penanganan Metoda Kanguru POKJA : Kelompok Kerja P4K : Program Persiapan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi PK : Perjanjian Kerjasama POLINDES : Pondok Bersalin Desa PONED : Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar PONEK : Pelayanan Obstetri Emergensi Komprehensif POSKESDES : Pos Kesehatan Desa PPGDON : Program Penanganan Gawat Darurat Obstetri dan Neonatal RSIA : Rumah Sakit Ibu dan Anak RPJMN : Rencana Pemerintah Jangka Menengah Nasional RTI : Reseach Treangle Institute Tabulin : Tabungan Ibu Bersalin TIK : Teknologi Informasi Komunikasi SDKI : Survei Demografi Kesehatan Indonesia SEKDA : Sekretariat Daerah SIJARIEMAS : Sistim Informasi Jaringan Rujukan EMAS SIGAPKU : Sistim Informasi Gerbang Aspirasi Kesehatan Umum SIPPP : Sistim Informasi Pembelajaran dan Performa UGD : Unit Gawat Darurat 6

7 Daftar Pengertian dan Istilah Ibu Ibu hamil, bersalin, dan masa nifas (ibu yang telah melahirkan sampai dengan masa 42 hari); Bayi baru lahir Bayi baru lahir umur 0 7 hari; Neonatus Bayi umur 0 28 hari; Kegawatdaruratan Kondisi ibu hamil, bersalin, dan nifas serta bayi baru lahir dengan komplikasi/ penyulit yang menyertai atau diperberat oleh kehamilan, persalinan, dan nifas; Sistem rujukan Penyelenggaraan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggungjawab secara timbal balik baik vertikal maupun horisontal, struktural, dan fungsional terhadap suatu penyakit, masalah kesehatan ataupun permasalahan kesehatan; Forum Masyarakat Madani Wadah atau arena untuk perluasan partisipasi masyarakat dalam pelayanan KIA. Tata kelola/governance Penerapan tatakelola yang baik Tata kelola klinis Penerapan tata kelola yang baik dalam pelayanan medis sesuai standar, manajemen resiko, keterbukaan, pendidikan dan pelatihan, audit klinis, efektivitas klinis, penelitian dan pengembangan; PPGDON Pelayanan Penanganan Gawat darurat Obstetri dan Neonatal di tingkat pelayanan bidan/perawat. PONED Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar di tingkat pelayanan dasar (Puskesmas, Balkesmas); PONEK Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif di tingkat pelayanan rujukan (Rumah Sakit); Angka Kematian Ibu Angka yang menunjukkan rasio kematian ibu hamil, bersalin, dan nifas yang diakibatkan oleh penyebab langsung maupun tidak langsung kecuali kecelakaan; Angka Kematian Bayi Angka yang menunjukkan rasio kematian bayi baru lahir yang diakibatkan oleh penyebab langsung maupun tidak langsung kecuali kecelakaan; 7

8 Pedoman Kemenkes RI yang dioperasionalkan 1. Pedoman dan Modul APN 2. Pedoman dan Modul RS PONEK 3. Pedoman dan Modul Puskesmas PONED 4. Pedoman PPGDON 5. Pedoman PWS-KIA dan Software Kartini 6. Pedoman Kemitraan Bidan dan Dukun 7. Pedoman P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi 8. Pedoman AMP 9. Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas (Kementerian Kesehatan 2011) 10. Pedoman Kelas Ibu dan Anak dan Lembar Balik Panduan Operasional Jejaring Sistim Rujukan Kegawat-daruratan Ibu dan Neonatal 1. Alat Pantau Kinerja dilengkapi dengan Panduan Operasional Jejaring Sistim Rujukan Kegawat-daruratan Ibu dan BBL/Neonatal 2. Pedoman Teknis Civikus Indeks 3. Pedoman Teknis Forum Masyarakat Madani 4. Buku Saku Motivator KIA Pedoman Teknis POKJA 6. Pedoman Teknis PK (Perjanjian Kerjasama) 7. Pedoman Teknis Maklumat Pelayanan 8. Padoman teknis Monitoring Pelayanan 9. Pedoman Implementasi SIJARIEMAS 10. Pedoman Implementasi SIGAPKU 11. Pedoman Implementasi SIPPP 12. Panduan Fasilitasi Penyesuaian Pedoman AMP

9 Pengantar Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir (BBL)/Neonatus di Indonesia memperlihatkan Angka Kematian Ibu 228/ kelahiran hidup dan Angka Kematian BBL 18/1000 kelahiran hidup pada SDKI 2007 yang lalu. Walaupun saat ini sudah di akhir tahun 2012, situasi tersebut masih cukup mengkhawatirkan, mengingat untuk mencapai target MDGs pada tahun 2015 yaitu 102/ kelahiran hidup, masih diperlukan akselerasi kegiatan agar target AKI yang berada diluar jalur dan AKN yang cenderung stagnan dapat dicapai. Berbagai kebijakan dan program telah disiapkan dan diimplementasikan selama ini, baik program lama maupun yang baru diluncurkan, tentunya membutuhkan kerja keras berbagai pihak pengelola program dan sektor untuk secara bersama sama saling berkoordinasi dalam menjalankannya. Program EMAS (Expanding Maternal Neonatal Survival) bantuan USAID diluncurkan pemerintah Indonesia di 6 Provinsi (Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan) sejak dari tahun Program ini didukung oleh 5 Institusi Mitra yaitu JHPIEGO, Save the Children, Research Triangle Institute, Muhammadiyah dan Lembaga Kesehatan Budi Kemuliaan secara terpadu. Salah satu keluaran dari Program EMAS yaitu berfungsinya Sistim Rujukan Kegawat-daruratan Ibu dan BBL (Neonatal) yang efektif, efisien dan berkeadilan di semua kabupaten yang di fasilitasi yaitu kabupaten selama 5 tahun, agar kematian ibu dan BBL (Neonatus) dapat dicegah sebanyak-banyaknya. Hasil Kajian awal di 10 kabupaten tahun I memperlihatkan adanya ketidakselarasan pelayanan rujukan antar fasilitas dan belum memadainya implementasi berbagai program pelayanan Ibu dan BBL (Neonatus) di lapangan yang seyogianyanya berjalan beriringan dan terpadu. Hal ini mengakibatkan keluaran dan dampak yang diharapkan masih belum memadai. 9 Melalui Program EMAS diupayakan suatu pendekatan komprehensif dan terpadu, didukung dengan sistim tatakelola ( governance ), teknologi informasi komunikasi terkini, alat monitoring dan evaluasi untuk memfungsikan semua progam terkait dengan Pelayanan Kegawat-daruratan Ibu dan BBL (Neonatus) dengan memanfaatkan Alat Pantau Kinerja Jejaring Sistim Rujukan dengan disertai Pedoman Operasional yang terpadu dan komprehensif serta dilengkapi dengan semua Pedoman Teknis terkait untuk mencapainya.

10 10

11 Bab I: Pendahuluan A. Latar belakang Angka Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia masih cukup memprihatinkan terlebih apabila dibandingkan dengan negara tetangga di Asia. Data terakhir yang ada yaitu AKI dan AKB dari SDKI (Survei Demografi Kesehatan Indonesia) tahun AKI berada pada posisi 228/ kelahiran hidup dan AKB ada di 34/1000 kelahiran hidup. Angka ini lebih memprihatinkan apabila dilihat dari jumlah riil kematian ibu dan bayi. Kematian bayi, khususnya komponen neonatus memberi kontribusi kematian yang cukup besar yaitu kurang lebih sebesar 40%, dan komponen ini sangat terkait dengan pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas. Situasi ini membuat program Kesehatan Ibu dan Bayi harus melaksanakan upaya akselerasi dalam pelayanan persalinan dan komplikasinya karena hampir semua ibu hamil sudah bertemu dengan tenaga kesehatan pada saat mereka mendapatkan pelayanan antenatal pertama kali. Angka capaian tahun 2011 menunjukkan Kunjungan Pertama Antenatal (K1) mencapai 95%. Sayangnya belum semua ibu tersebut mendapatkan pelayanan Antenatal berkualitas, mengingat angka kunjungan antenatal minimal 4 kali (K4) lebih kecil yaitu 89% dan bahkan belum semua mendapatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil (Pn. 84%), serta masih cukup banyak yang melahirkan dirumah. Hal ini cukup memprihatinkan padahal pemerintah telah meluncurkan program JAMPERSAL (Jaminan Persalinan) dengan tujuan universal coverage yang artinya pelayanan persalinan bagi semua ibu hamil. Walaupun demikian, telah makin banyak persalinan di tolong di fasilitas kesehatan mulai dari Poskesdes/Polindes, BPS (BIdan Praktek Swasta), Puskesmas, Rumah Sakit Ibu dan Anak maupun Rumah Sakit Umum baik pemerintah maupun swasta yang berdampak terdorongnya kematian ke tingkat RS. Selayaknya kematian ibu dan bayi dapat dicegah sebanyak mungkin, namun pada kenyataannya angka menunjukkan bahwa kematian menurun sangat lambat dan data menunjukkan bahwa semakin banyak kematian terjadi di rumah sakit, bahkan dibeberapa provinsi jumlah tersebut sangat meningkat, walaupun mungkin merupakan rujukan tidak berkualitas. 1

12 Hal ini dapat diakibatkan karena pelayanan di tingkat institusi pelayanan belum prima ataupun terjadi keterlambatan pelayanan rujukan ibu dan BBL/neonatus yang mengakibatkan sangat terlambat pula ketibaan ibu/bbl/neonatus di fasilitas pelayanan rujukan. Di Indonesia sudah sangat dikenal istilah 3 terlambat yang menjadi penyebab kematian ibu dan neonatal yaitu terlambat pengambilan keputusan di tingkat keluarga, terlambat mencapai fasilitas pelayanan dan terlambat mendapat pertolongan di tingkat fasilitas. Oleh sebab itu untuk mengatasi 3 terlambat tersebut diatas, perlu disiapkan suatu jejaring sistim pelayanan rujukan kegawat-daruratan termasuk persiapan keluarga ibu hamil/bbl/neonatus di tingkat keluarga, masyarakat baik dari segi sosial ekonomi, pendidikan, budaya, agama sampai ke tingkat pelayanan dasar di Bidan di Desa, Bidan Praktek Swasta, Puskesmas, praktik dokter, pelayanan rujukan primer, sekunder dan tertier bila diperlukan. Panduan Operasional ini dimanfaatkan oleh Penanggung-jawab Lintas Program dan Sektor Kabupaten/Kota terkait dalam penanganan kegawat-daruratan Ibu dan bayi Baru Lahir/neonatus untuk memfokuskan pada bagaimana upaya peningkatan kinerja jejaring sistim rujukan kegawat-daruratan (memanfaatkan Alat Pantau Kinerja) di suatu kabupaten/kota dimulai dari membangun jaringan rujukan, persiapan masyarakat, fasilitas2 rujukan yang akuntabel yang akan dapat berfungsi dengan efektif, efisien dan berkeadilan secara terpadu. B. Definisi 1. Sistim Rujukan sesuai UU Rumah Sakit No. 44 tahun Pelayanan jejaring sistim rujukan Kegawat-daruratan Ibu dan BBL/Neonatus. Pelayanan Kegawat-daruratan ibu dan neonatus adalah penanganan kasus ibu-neonatus yang mengalami penyulit dan memerlukan penanganan adekuat dari tingkat pelayanan dengan kompetensi terendah sampai tertinggi secara berkolaborasi. C. Tujuan Tujuan Umum Tersedianya jejaring sistim rujukan pelayanan kegawat-daruratan ibu dan BBL/ neonatus yang berfungsi secara efektif, efisien dan berkeadilan. Tujuan Khusus Membangun jejaring pelayanan sistim rujukan ibu dan BBL/neonatus yang berfungsi secara efektif, efisien dan berkesinambungan. Memerankan organisasi penanganan pelayanan jejaring sistim rujukan (POKJA Jejaring Rujukan Kegawat-daruratan) sebagai pengawal. Menata mekanisme sesuai alur pelayanan rujukan penanganan kegawat-daruratan. Memanfaatkan berbagai panduan teknis dan alat yang tersedia (KIA, Tatakelola, TIK, Pemberdayaan Ormas dll.) Melaksanakan sistim monitoring dan evaluasi agar pelayanan dalam jejaring rujukan gawat-darurat akuntabel. Memanfaatkan alat pantau kinerja untuk meningkatkan kinerja jejaring sistim rujukan secara berkesinambungan. 2

13 D. Dasar Hukum Beberapa dasar hukum terkait, yaitu: 1. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. 3. UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran. 4. UU No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. 5. UU No. 11 tahun 2008 tentang Telekomunikasi. 6. Permenkes RI No tahun 2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktek Bidan. 7. PP terkait Kesehatan Ibu dan Bayi. 8. PERDA Terkait Kesehatan Ibu dan Bayi. 3

14 4

15 Bab II: Kerangka Pikir Kegawat-daruratan Ibu dan Neonatus Rujukan Kegawat-daruratan Ibu dan BBL (Neonatus) membutuhkan suatu jejaring rujukan medis antar fasilitas yang perlu di mantapkan dan Program EMAS secara khusus berfokus pada membangun dan menjaga tersedianya pelayanan kegawat-daruratan. Di dalam Undang Undang No. 46 tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rujukan tidak hanya terdapat dibidang kegawat-daruratan tetapi juga rujukan perorangan dan kesehatan masyarakat lainnya. Dalam Panduan ini, tidak semua jenis rujukan dimanfaatkan di dalam kerangka pikir. Untuk membangun dan memfungsikan suatu jejaring sistim rujukan kegawat-daruratan yang efektif, efisien dan berkeadilan maka di kembangkan 4 (empat) pola pikir yang saling berkaitan dan menunjang agar sistim dapat beroperasi secara komprehensif dan terpadu. Ke empat pola pikir yang dikembangkan adalah sebagai berikut: A. Rujukan Medis B. Sistim Rujukan Efektif, Efisien dan Berkeadilan C. Mekanisme Alur Rujukan D. Tata Kelola yang Baik RUJUKAN MEDIS RUJUKAN KASUS RUJUKAN LABORATORIUM RUJUKAN ILMU A. Rujukan Medis Rujukan Medis sesuai Undang Undang Rumah Sakit No. 44 tahun 2009 merupakan kegiatan rujukan yang berkaitan dengan urusan medis dan dibagi menjadi 3 yaitu: 1. Rujukan Kasus Rujukan kasus merupakan rujukan yang berkaitan dengan kasus yang dialami klien dalam hal ini komplikasi ibu dan bayi baru lahir/neonatus. 2. Rujukan Laboratorium Rujukan bahan laboratorium yang berkaitan dengan kebutuhan diagnosa komplikasi ibu dan bayi baru lahir/neonatus. 5

16 3. Rujukan Ilmu Rujukan ilmu pengetahuan diantara tenaga kesehatan dalam rangka peningkatan pengetahuan penanganan komplikasi ibu dan bayi baru lahir/neonatus dimana pihak yang lebih kompeten akan memberikan ilmu sesuai kebutuhan dan kewenangan. B. Sistim Rujukan Efektif, Efisien, dan Berkeadilan Sistim rujukan dibangun dengan membuat jejaring antar fasilitas dan pemangku kepentingan agar pelayanan rujukan kegawat-daruratan ibu dan BBL /Neonatus dapat menjadi efektif, efisien dan berkeadilan. Terdapat dua prinsip yang perlu diperhatikan agar dapat dihasilkan suatu sistim jejaring pelayanan rujukan yang efektif, efisien dan berkeadilan, yaitu: 1. Kolaborasi 2. Pertukaran Informasi 1. Prinsip Kolaborasi Mengingat Sistim Kesehatan Nasional di Indonesia berjenjang dari tingkat kompetensi terendah di tingkat bidan di desa atau Bidan Praktek Swasta sampai tingkat tertinggi yaitu Rumah Sakit tertier yang melibatkan pelayanan sector pemerintah maupun swasta serta mempunyai tingkat kewenangan yang berbeda maka prinsip kolaborasi antar fasilitas yang berbeda tersebut menjadi sangat penting khususnya bagi komplikasi Ibu dan BBL (Neonatus) yang merupakan keadaan gawat-darurat. Sangat penting pula untuk bersama-sama memahami peran dokter spesialis di Kabupaten/jejaring rujukan sebagai pembina fungsional dalam kolaborasi ini. 6

17 Kolaborasi antar fasilitas baik publik maupun swasta diharapkan akan membentuk suatu jejaring sistim rujukan pelayanan kegawat-daruratan ibu dan bayi baru lahir/ neonatus di dalam suatu wilayah tertentu misalnya suatu kabupaten atau kota tertentu. Dengan kolaborasi jejaring pelayanan seperti tersebut diatas maka di suatu wilayah dengan minimal penduduk, sejalan dengan strategi Making Pregnancy Saver (MPS) yang diterapkan di Indonesia, maka kematian ibu dan bayi dapat dicegah lebih 70%. Sisa 20-25% merupakan kontribusi dari Program Keluarga Berencana (KB). Hal ini telah diakomodasi dalam RPJMN dan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan yang tertera dalam Permendagri/Permenkes yang keluar setiap tahunnya dan terdiri dari: pelayanan ibu hamil, bayi dan KB pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil; penyediaan pelayanan PONED minimal di 4 puskesmas perawatan terpilih dan Rumah Sakit PONEK Merupakan kewajiban minimal yang harus dipenuhi oleh pemerintah daerah setempat bagi pemenuhan hak kesehatan rakyatnya. Di tingkat Kabupaten/Kota terdapat 3 tingkat kemampuan pelayanan kegawat-daruratan ibu dan bayi baru lahir seperti yang terlihat pada gambar di halaman sebelumnya, yaitu: 1. Rumah Sakit PONEK (Pedoman RS PONEK dan RSIA) 2. Puskesmas PONED (Pedoman Puskesmas PONED) 3. Bidan di Desa atau BPS yang mampu memberikan PPGDON (Pedoman PPGDON). 2. Pertukaran Informasi Agar dapat terbangun suatu jejaring sistim rujukan yang efektif dan efisien, maka antar pemberi layanan di semua fasilitas yang telah berjejaring seyogianya harus terjadi suatu pertukaran informasi yang tepat dan sama. Hal ini harus secara berkesinambungan disosialisasikan agar semua pemberi layanan dalam suatu jaringan bisa saling berkomunikasi dengan baik, tepat sasaran karena memiliki informasi dan pemahaman yang sama. Pertukaran informasi bisa berbentuk media cetak berupa surat, pedoman, leaflet, poster, buku saku dll maupun elektronik berupa SMS, , dll atau dalam pertemuan, magang, pembinaan, pelatihan dll. 7

18 C. Mekanisme dan Alur Pelayanan Rujukan (Persiapan, Pelaksanaan, Pemantauan) PUSKESMAS PENGIRIM Tanda bahaya Komunikasi kasus & tempat Stabilisasi Persiapan Surat Klien & Suami Kendaraan Peralatan Pengantar Jaminan Perjalanan Komunikasi kasus & ketibaan Pelayanan sesuai SOP RS TK I/RSIA Kabupaten RS TK II/III / RSIA TK II/III PONEK Komunikasi Persiapan Rujuk PELAYANAN PENERIMA PONED Komunikasi UGD Tanda Bahaya PONED/Rujuk Tata Laksana Klinik Peningkatan Kinerja Dashboard Indikator Nearmiss/Death Audit Supervisi ke pusk Feedback RR UGD Komunikasi Sup. Fasilitatif RR/ PWS-KIA AMP Tanda bahaya Stabilisasi Persiapan Surat Klien & Suami Kendaraan Peralatan Pengantar P4K Komunikasi Pelacakan Kasus RR/PWS-KIA Tanda Bahaya Komunikasi PPGDON Tanda Bahaya Stabilisasi Persiapan Rujukan Surat Klien & Suami Jaminan POSKESDES (Bidan di Desa) BPS (Bidan Praktek Swasta) Dokter Puskesmas Dokter Praktek Swasta P4K (Waktu, pengantar, tempat persalinan, tabulin/jaminan, transportasi, donor) Buku KIA dan Stiker Tanda Bahaya Komunikasi Rujuk Warga Siaga Pemberdayaan Masy. Komunikasi Pelacakan Kasus Feedback 8

19 D. Tata Kelola yang Baik (Good Governance) Tatakelola yang baik mengusung prinsip akuntabel, transparan, partisipasi berbagai pihak. Dengan adanya tatakelola yang baik, maka lingkungan untuk berfungsinya suatu jejaring sistim rujukan akan terbangun dan diharapkan dapat berfungsi dengan efektif, efisien dan berkeadilan. Berbagai alat tatakelola dikenal dan dapat dimanfaatkan untuk tujuan di atas. Beberapa Alat Tata Kelola yang dimanfaatkan melalui Program EMAS adalah sebagai berikut: 1. Perjanjian Kerjasama (PK) Antar Fasilitas PK bertujuan membangun jejaring pelayanan rujukan antar berbagai macam fasilitas publik maupun swasta dari berbagai jenjang pelayanan yang selaras dan saling berkolaborasi serta berkoordinasi. Karena inti dari PK adalah membangun jejaring sistim rujukan maka sebelum PK ditandatangani, lakukan terlebih dahulu penataan dan penyepakatan minimal ke-7 kebutuhan inti proses rujukan sebagai berikut yaitu : a). Mekanisme rujukan antar pemberi layanan dan fasilitas, b). Alur rujukan setempat termasuk fasilitas swasta, c). Alur data, kewajiban melaporkan dan audit kematian, d). Pemetaan tugas dan fungsi masing masing fasilitas yang berjejaring, e). Pembinaan klinis dan manajemen dalam jaringan, f). Mekanisme pembiayaan jaminan social setempat, g). Mekanisme dan cara berkomunikasi. (lihat Bab II untuk rincian kegiatan dan Pedoman Teknis PK Program EMAS 2012) 2. POKJA Jejaring Sistim Rujukan Kegawat-daruratan, TIK, Tatakelola dan Peran Serta Masyarakat POKJA bertujuan membantu pemerintah dalam mengawal berfungsinya jejaring sistim rujukan yang akan mengacu pada akselerasi penurunan kematian ibu dan BBL (Neonatus) dalam mencapai zero tolerancy kematian. (lihat Bab II dan Pedoman Teknis POKJA Program EMAS 2012). 3. Forum Masyarakat Madan (FMM) FMM bertujuan membantu masyarakat sipil untuk mencapai hak atas pelayanan kesehatan yang berkualitas. (Pedoman Teknis FMM Program EMAS 2012). 4. Maklumat Pelayanan Merupakan Janji fasilitas dalam memberikan pelayanan yang berkualitas pada rakyat dan telah disepakati bersama FMM sebagai wakil rakyat. Maklumat pelayanan sejalan dengan PK yang ditandatangani. Bertujuan agar fasilitas akuntabel memberikan pelayanan berkualitas sesuai dengan yang dijanjikan. (Pedoman Teknis Maklumat Pelayanan Program EMAS 2012). 5. Kartu Laporan Warga: Merupakan alat yang dapat dimanfaatkan FMM. Bertujuan untuk memantau atau mendukung agar fasilitas dapat berfungsi sesuai dengan kebutuhan rakyat dan janji yang telah disepakati pada Maklumat Pelayanan. (Pedoman Teknis KLW Program EMAS 2012). Selain itu bisa pula dipakai metoda lain, misalnya temu pelanggan bersama FMM dan fasilitas atau Diskusi Kelompok berupa Kelompok Pemantauan Kolaboratif (KPK) dan Pemantauan Bersama (PB) atau penelitian yang dilaksanakan FMM. (Pedoman Teknis Monitoring Pelayanan Program EMAS 2013). 9

20 6. Mekanisme Umpan Balik Ada beberapa macam cara dapat dipakai, antara lain kotak saran, SMS Getaway (Program EMAS memperkenalkan SIGAPKU melalui Pedoman Implementasi SIGAPKU 2013) 10

21 Bab III: Pengorganisasian A. Pernyataan Kerja-Sama (PK) Jejaring Sistim Rujukan 1. Latar Belakang Sistim Kesehatan Nasional Indonesia melibatkan berbagai macam fasilitas dari tingkat pelayanan dasar sampai pelayanan rujukan tertier di tingkat rumah sakit. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir bahkan jauh sampai tingkat desa melalui Pos Kesehatan Desa (POSKESDES/POLINDES), Bidan Praktek Swasta dan Dokter praktek swasta. Hal ini berbeda dengan berbagai Negara dengan kematian ibu dan bayi yang rendah di beberapa tetangga seperti Malaysia, Singapura, Thailand yang sudah mengandalkan rumah sakit sebagai satu satunya tempat persalinan. Pertolongan gawat darurat tentunya akan mudah diberikan dalam penyelamatan ibu dan bayi. Oleh sebab itu, semua pemberi pertolongan persalinan baik publik maupun swasta di suatu wilayah sangat perlu berada dalam suatu jejaring sistim rujukan yang solid agar dapat memberikan pelayanan gawat darurat secara efektif, efisien dan berkeadilan. Maka, jaringan sistim rujukan perlu di tatakelola, dengan menyepakati berbagai hal yang dibutuhkan untuk merujuk ibu dan bayi baru lahir/neonatus yang mengalami komplikasi dan dalam situasi gawat darurat. Selanjutnya setelah penataan dan kesepakatan dibuat maka dilakukan penandatanganan suatu Perjanjian Kerjasama (PK) antar semua fasilitas terkait termasuk fasilitas swasta. 2. Tujuan Umum Tertatanya jejaring sistim kegawat-daruratan ibu dan BBL/neonatus di suatu wilayah (kabupaten/kota, antar kabupaten/kota dan antar provinsi). 3. Tujuan Khusus a. Menata mekanisme rujukan dalam jejaring dari tingkat masyarakat sampai RS. 11

22 b. Menyepakati alur rujukan yang melibatkan institusi publik maupun swasta. c. Memetakan dan menyepakati tugas dan fungsi masing masing fasilitas sesuai kewenangan d. Menyepakati mekanisme laporan termasuk kematian dan wajib melakukan audit e. Menyepakati metoda dan mekanisme komunikasi yang dibangun f. Menyepakati mekanisme pembiayaan jaminan social sesuai situasi setempat g. Menyepakati mekanisme pembinaan klinis dan manajemen dalam jejaring. 4. Rincian Kesepakatan a. Menata mekanisme rujukan dalam jejaring dari tingkat masyarakat sampai RS. Menata mekanisme/tatakelola rujukan antar fasilitas ditata bahkan bisa mengaitkan keluarga, kader dan dukun, BDD, BPS, Pusk, RS oleh penanggungjawab di Dinas Kesehatan, Tim RS, Organisasi Profesi terkait. Contoh: dukun tidak boleh menolong persalinan dan bermitra dengan bidan, Buku KIA wajib digunakan, P4K bagi semua ibu, merujuk harus distabilisasi oleh pelayanan dasar dan diantar dll. b. Menyepakati alur rujukan yang kemungkinan melibatkan institusi publik maupun swasta Alur rujukan perlu diatur karena jejaring melibatkan semua institusi dengan beda kewenangan termasuk instusi swasta (perlu ditata dalam rangka menjamin pelayanan rujukan terakses dengan cepat) Alur perlu ditata sesuai fasilitas dan kebijakan yang ada di kabupaten/kota masing-masing. Contoh: c. Memetakan dan menyepakati tugas dan fungsi masing masing fasilitas sesuai kewenangan Pemetaan kemampuan dan kewenangan diperlukan agar perujuk mengetahui dengan jelas kemana kasus harus dirujuk. Setiap kabupaten/kota tentunya mempunyai peta kekuatan pelayanan KIA dimulai dari berapa jumlah dan didaerah mana dukun perlu dimitrakan, berapa bidan di desa dan Bidan Praktek Swasta atau klinik KIA atau Klinik spesialis berada, kemampuan gawat darurat apa dan oleh siapa kewenangan diberikan. Misalnya: Dukun tidak boleh menolong persalinan, BDD mampu apa?, BPS mampu apa, Pusk A-D mampu apa? Pusk C-D,E mampu PONED, RS mampu PONEK mana saja. 12

23 Contoh: Buat Peta: kekuatan BDD dan BPS mana yang mampu APN dan mana mampu PGDON atau semua mampu keduanya. Kekuatan pusk mana mampu stabilisasi yang akan merujuk ke pusk PONED Rumah Sakit mana dengan kemampuan PONEK baik publik maupun swasta. d. Menyepakati mekanisme laporan termasuk laporan kematian dalam 3x24 jam dan kewajiban melakukan audit. Dalam rangka menghindari ketidak tepatan data cakupan pelayanan ibu dan BBL di wilayah setempat, maka perlu mekanisme pelaporan ditata, termasuk laporan dari pelayanan swasta. Gambarkan alur laporan yang disepakati. Selain itu perlu diatur mekanisme laporan kematian dalam 3x24 jam yang segera akan dilakukan audit pada bulan berjalan, mengingat kasus yang sama dapat muncul kembali sebelum masalah diatasi. e. Menyepakati metoda dan mekanisme komunikasi yang dibangun. Metoda komunikasi di era modern sudah cukup canggih di Indonesia, Efektivitas dan efisiensi rujukan dapat memanfaatkan sms, telpon, hot line, , dll. Maka, kabupaten/kota dapat menyepakati metoda yang sesuai dan dapat dimanfaatkan di wilayah kerjanya. Kemampuan penyediaan sarana sesuai kemampuan telekomunikasi yang ada. Selain itu mekanisme komunikasi juga perlu diatur, siapa saja yang terlibat, cara komunikasi, dari mana kemana, biaya dll. (lebih jelasnya lihat Pedoman Implementasi SIJARIEMAS, SIGAPKU dan SIPPP). f. Menyepakati mekanisme pembiayaan jaminan sosial yang disesuaikan dengan situasi setempat. Setiap daerah mempunyai kebijakan pembiayaan jaminan yang berbeda dari mulai Jampersal, Jamkesmas, Jamkesda ataupun Jamsostek ataupun asuransi swasta utk pekerja dll. Selain itu bagaimana mekanisme pembagian insentif bila rujukan ditangani oleh beberapa provider. Apakah kasus persalinan yang mendadak harus dirujuk ke RS atau puskesmas, siapa mendapat apa. Apakah transportasi, pengantar, keluarga dan darah tersedia bagi keluarga miskin?, dll. g. Menyepakati mekanisme pembinaan klinis dan manajemen dalam jejaring. Kabupaten diharapkan merencanakan bagaimana rencana pembinaan dalam jejaringnya. Pembinaan dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk misalnya pendampingan, pelatihan, magang, pembinaan spesialis, m learning, teleconference, Seminar, dll. Bisa pula melibatkan organisasi profesi, JNPK KR, institusi swasta, dll, Bagaimana pembiayaannya, siapa yang membiayai, dll. Pernyataan Kerja Sama akan ditandatangani setelah tata kelola diatur dan disepakati oleh semua jejaring fasilitas dan para pemangku kepentingan yang telah bersepakat untuk memberikan pelayanan rujukan kegawat-daruratan secara terpadu baik oleh institusi swasta maupun pemerintah sesuai dengan peran dan kewenangan serta sesuai dengan situasi setempat. Dibawah ini akan dilampirkan contoh Perjanjian Kerja Sama antar fasilitas di suatu kabupaten/kota tertentu yang harus disesuaikan oleh pemerintah daerah setempat sesuai keadaan sarana prasarana dan tenaga kesehatan serta kesepakatan masing-masing. Kesepakatan dalam penataan jejaring sistim rujukan diatas dapat termuat dalam paragraph di PK atau dimuat sebagai lampiran. Selain itu kesepakatan di daerah yang sudah ada yang berhubungan dengan 13

24 rujukan bisa dipakai dan dilampirkan pula. Misalnya : apabila sudah ada kesepakatan penyediaan darah, SK pengaturan pelayanan dukun, Kerjasama dengan IBI dalam pelayanan BPS, dll. Contoh Perjanjian Kerja Sama (PK) (perlu dilakukan penyesuaian di setiap daerah, karena penataan dan mekanisme serta kesepatan pasti berbeda tergantung sarana dan prasarana yang ada, geografi, kultur, politik, social ekonomi, dll.) PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA Dinas Kesehatan Kabupaten A, Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten A Rumah Sakit Muhammadiyah B, Rumah Sakit Swasta C, Palang Merah Indonesia, Laboratorium Klinik...,... TENTANG PELAYANAN RUJUKAN KEGAWAT-DARURATAN KESEHATAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR No : PK para pihak Pada hari ini tanggal bulan tahun, bertempat di yang bertanda tangan di bawah ini : 1. Dr...., selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten A, yang berkedudukan di... (alamat Dinkes) dalam hal ini bertindak dalam jabatan tersebut diatas untuk dan atas nama serta secara sah mewakili Puskesmas X, Puskesmas Y, dan Puskesmas Z Kabupaten A, selanjutnya dalam perjanjian ini disebut PIHAK PERTAMA 2. dr...., selaku Direktur RSUD Kabupaten A, yang berkedudukan di (alamat RSUD ), dalam hal ini bertindak dalam jabatan tersebut di atas untuk dan atas nama serta secara sah memawakili RSUD Kabupaten A, selanjutnya dalam perjanjian ini disebut PIHAK KEDUA 3. dr...., selaku Direktur RS Muhammadiyah B, yang berkedudukan di (alamat RS), dalam hal ini bertindak dalam jabatan tersebut di atas untuk dan atas nama serta secara sah mewakili RS..., selanjutnya dalam perjanjian ini disebut PIHAK KETIGA 4. dr...., selaku Direktur RS Swasta C, yang berkedudukan di (alamat RS), dalam hal ini bertindak untuk atas nama serta sah mewakili RS Swasta C, selanjutnya dalam perjanjian ini disebut PIHAK KEEMPAT 5....PMI 6....Lab Klinik Berdasarkan: 1. UU No. 25/2009 tentang Pelayanan Publik 2. UU No. 39/2009 tentang Kesehatan 3. UU No. 42/2009 tentang Rumah Sakit 4. Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten A tentang Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten A yang memuat sasaran pembangunan Kesehatan Ibu dan Anak 5. Surat Keputusan Kepala Bappeda Jawa Tengah No... tentang Rencana Aksi Daerah untuk Percepatan Pencapaian Pembangunan Millenium (MDGs) yang berisi komitmen pencapaian tujuan empat yaitu penurunan kematian bayi dan tujuan kelima yaitu peningkatan kesehatan ibu; 6. Surat Edaran/Keputusan... Bupati A tentang peningkatan pelayanan rujukan Kegawatdaruratan Kesehatan Ibu dan Bayi Bari Lahir 7. Hasil pertemuan para pihak tentang PELAYANAN RUJUKAN KEGAWAT-DARURATAN KESEHATAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR dalam rangka menurunkan jumlah Kematian Ibu dan Bayi baru lahir pada Tanggal... yang dilaksanakan di... Pihak Pertama, Pihak Kedua, Pihak Ketiga, dst yang secara bersama-sama disebut PARA PIHAK dan masing-masing disebut PIHAK bersepakat untuk melakukan Perjanjian Kerja Sama dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut: Pasal 1 Pengertian dan Istilah a. Ibu adalah ibu hamil, bersalin, dan masa nifas (ibu yang telah melahirkan sampai dengan masa 42 hari); b. Bayi baru lahir adalah bayi baru lahir umur 0 7 hari; c. Neonatal adalah bayi umur 0 28 hari; d. Kegawatdaruratan adalah kondisi ibu hamil, bersalin, dan nifas serta bayi baru lahir dengan komplikasi/penyulit yang menyertai atau diperberat oleh kehamilan, persalinan, dan nifas; e. Sistem rujukan adalah penyelenggaraan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggungjawab secara timbal balik baik vertikal maupun horisontal, struktural, dan fungsional terhadap suatu penyakit, masalah kesehatan ataupun permasalahan kesehatan; f. Tata kelola klinis adalah penerapan tata kelola yang baik dalam pelayanan medis sesuai standar: manajemen resiko, keterbukaan, pendidikan dan pelatihan, audit klinis, efektivitas klinis, penelitian dan pengembangan; g. PONED adalah Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar di tingkat pelayanan dasar (Puskesmas, Balkesmas); h. PONEK adalah Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif di tingkat pelayanan rujukan (Rumah Sakit); i. Angka Kematian Ibu adalah angka yang menunjukkan rasio kematian ibu hamil, bersalin, dan nifas yang diakibatkan oleh penyebab langsung maupun tidak langsung kecuali kecelakaan; j. Angka Kematian Bayi adalah angka yang menunjukkan rasio kematian bayi baru lahir yang diakibatkan oleh penyebab langsung maupun tidak langsung kecuali kecelakaan; 14

25 Pasal 2 Maksud dan Tujuan (1). Para pihak mengadakan Perjanjian Kerja Sama dengan maksud untuk meningkatkan pelayanan rujukan kegawatdaruratan kesehatan ibu dan bayi baru lahir di Kabupaten A secara efektif, efisien, berkeadilan dan menyepakati tata kelola klinik dan non klinis pada wilayah pelayanan. (2). Secara khusus tujuan pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama ini adalah: a) Meningkatkan kualitas pelayanan kegawatdaruratan obstetric dan neonatal pada fasilitas dari tingkat desa yaitu POSKESDES/ POLINDES, Puskesmas, Puskesmas PONED dan Rumah Sakit PONEK; b) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem rujukan antara fasilitas, termasuk puskesmas PONED dan rumah sakit PONEK c) Membentuk jejaring kerjasama dan sinergi pelayanan rujukan kegawatdaruratan antar fasilitas PONED dan PONEK sesuai dengan kompetensi dan kewenangan masing-masing. Pasal 3 Sasaran Sasaran dari kerjasama tersebut diatas adalah penyelamatan ibu dan BBL sebanyak banyaknya dengan target zero tolerance sehingga dapat memberikan kontribusi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) secara nasional sebesar 25%. Pasal 4 Objek dan Ruang Lingkup Kerjasama (1). Objek dari Perjanjian Kerja Sama ini adalah bidang kesehatan ibu dan anak, khususnya pelayanan rujukan kegawatdaruratan kesehatan ibu dan bayi baru lahir (2). Ruang lingkup kerja sama adalah: a). Pelayanan kegawatdaruratan kesehatan ibu; b). Pelayanan kegawatdaruratan kesehatan bayi; c). Pelayanan pendukung, seperti penyediaan darah, ambulans, teknologi informasi dan komunikasi, dan lain-lain. d). Pelayanan horisontal antar fasilitas e). Pelayanan informasi dan pengaduan masyarakat (3). Rincian cakupan pelayanan tersebut pada no. (2) diakomodasi dalam maklumat pelayanan masing masing fasilitas sesuai kemampuan dan kewenangan dalam penanganan kegawat-daruratan. Pasal 5 Organisasi Pengelola Kerjasama (1). Agar kerjasama jejaring sistem rujukan antara para pihak dapat terkelola secara berdaya guna dan berhasil guna maka perlu dibentuk organisasi pengelola kerjasama yaitu Sekretariat Bersama Jejaring Sistem Rujukan Kabupaten A atau Pokja Jejaring Sistem Rujukan (hanya usulan) (2). Susunan organisasi, peran dan tanggung jawab Sekber/Pokja Jejaring Sistem Rujukan dijelaskan dalam Lampiran. (3). Pengurus organisasi diangkat oleh Bupati/Walikota dan operasional Pokja dibiayai oleh Anggaran Daerah atau Sumber lainnya yang sah dan tidak mengikat. Pasal 6 Mekanisme Jejaring Sistim Rujukan (1). Puskesmas dan Rumah Sakit dalam Jejaring Sistem Rujukan berkewajiban menyiapkan jaminan kesehatan bagi semua ibu hamil melalui pelayanan antenatal (ANC) dan P4K (Program Persiapan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi); (2). Setiap pihak berkewajiban melakukan rujukan kasus kegawatdaruratan kesehatan ibu dan bayi baru lahir sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 perjanjian ini kepada para pihak dalam waktu 2 x 24 jam hari kerja tanpa terlebih dahulu menyelesaikan persyaratan administrasi yang berlaku; mekanisme rujukan antar fasilitas dalam jejaring terlampir (3). Para pihak berkewajiban melakukan rujukan kasus ke sesama fasilitas yang memiliki tingkat kemampuan yang sama dan kepada fasilitas yang memiliki kemampuan lebih tinggi; Peras, fungsi sesuai kewenangan terlampir, alur rujukan riil terlampir (4). Para pihak berkewajiban memberikan pelayanan kepada klien kebidanan dan bayi baru lahir yang mengalami komplikasi/penyulit bagi keluarga miskin/kurang mampu dan rentan sesuai standar pelayanan kesehatan yang berlaku; mekanisme pembiayaan jaminan social dalam jejaring terlampir (5). Para pihak yang telah memberikan pelayanan kepada pasien rujukan berkewajiban memberikan rujukan kembali kepada perujuk dengan memanfaatkan buku KIA; atau cara lain yang disepakati seperti surat rujukan atau sms dll. terlampir (6). Para pihak berkewajiban untuk menjamin pelayanan transfusi darah apabila diperlukan melalui mekanisme yang ada di Kabupaten setempat, sebagai berikut (contoh prosedur): Pihak yang berkepentingan mengajukan permohonan darah menggunankan formulir baku UTDC PMI kepada PMI setempat dengan dilampiri persyaratan... Apabila dalam menangani kasus kasus komplikasi/penyulit ibu dan bayi baru lahir bagi keluarga miskin/kurang mampu/rentan diperlukan tindakan transfusi darah dan PMI berkewajiban menyediakan darah yang diperlukan sesuai dengan ketentuan yang telah berlaku sebelumnya... (7). Para pihak berkewajiban untuk bekerjasama memberikan pelayanan laboratorium sesuai kemampuan masing-masing; Menata hubungan dengan laboratorium swasta. Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan yang tidak ada. (8). Para pihak berkewajiban menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam memberikan pelayanan rujukan; (9). Para pihak berkewajiban menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam melaksanakan fungsi pembinaan dan pertukaran informasi dan pengetahuan; metoda dan mekanisme komunikasi terlampir. Pasal 7 Penyusunan Maklumat Pelayanan Untuk tujuan akuntabilitas pelayanan, Para pihak berkewajiban menyusun Maklumat Pelayanan 15

26 Pasal 8 Pelayanan Informasi dan Pengaduan Sistem Rujukan (1). Para pihak berkewajiban membuka akses informasi dan layanan penyampaian saran dan pengaduan tentang pelayanan rujukan/ kegawatdaruratan di fasilitas masing-masing (2). Para pihak berkewajiban memberikan informasi yang diminta dan menindaklanjuti saran dan pengaduan (3). Para pihak menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam penyediaan akses informasi dan layanan tersebut pada no. (1). Pasal 9 Pelaporan Kematian Ibu dan Bayi Baru lahir (1). Para pihak berkewajiban melaporkan kematian ibu dan BBL dalam waktu 3x24 jam ke Dinas Kesehatan setempat. (2). Para pihak berkewajiban melakukan audit medik di fasilitas masing masing. (3). Para pihak wajib memberikan informasi agar dapat dilaksanakan AMP (Audit Maternal Perinatal) di tingkat kabupaten/kota. (4). AMP wajib dilaksanakan untuk semua kasus kematian ibu dan BBL. Pasal 10 Rencana Kerja (1). Para pihak berkewajiban menyusun rencana kerja untuk mendukung pelaksanaan kerjasama dan menindaklanjuti Maklumat Pelayanan. (2). Penyusunan rencana kerja tersebut perlu diintegrasikan dalam District Team Problem Solving (DTPS) dan selanjutnya masuk dalam prosesperencanaan dan penganggaran daerah Pasal 11 Pembiayaan dan Sumber Pembiayaan (1). Pembiayaan yang muncul dari perjanjian kerjasama ini akan dibebankan kepada sumber pembiayaan masing-masing dan sumbersumber lain yang sah dan tidak mengikat (2). Institusi Kemitraan Program EMAS Pemantapan Jejaring Sistem Rujukan Kegawatdaruratan Ibu dan Bayi Baru Lahir Pemerintah Indonesia akan memberikan bantuan teknis dalam implementasi kerjasama tersebut dengan dukungan dana dari USAID pada masa Proyek berjalan. (3) Para pihak akan berusaha melaksanakan kesinambungan pada inovasi yang berhasil kedalam anggaran masing masing dari tingkat kabupaten/kota, bantuan provinsi ataupun pusat. Pasal 12 Jangka waktu perjanjian (1). Perjanjian kerjasama ini berlaku sejak diberlakukan penandatanganan perjanjian ini sampai dengan jangka waktu yang disepakati oleh para pihak; (2). Jangka waktu berakhirnya perjanjian ini akan diinformasikan/disampaikan oleh Pihak Pertama kepada para pihak lainnya. Pasal 13 Penghargaan (1). Pihak Pertama dan instansi daerah yang berwenang akan melaksanakan penilaian kinerja para pihak dalam pelayanan sistem rujukan kegawatdaruratan kesehatan ibu dan bayi baru lahir secara berkala; (2). Pihak Pertama akan mengajukan pemberian penghargaan untuk pihak yang memiliki kinerja terbaik (champion) kepada Pimpinan Daerah atau Kementerian Kesehatan. Pasal 14 Perselisihan 1). Jika terdapat perbedaan pendapat diantara para pihak mengenai pelaksanaan perjanjian kerjasama ini, maka para pihak akan mengutamakan penyelesaian dengan cara musyawarah yang difasilitasi oleh Pihak Pertama; 2). Apabila para pihak tidak memperoleh penyelesaian dengan cara musyawarah, maka masalah akan diselesaikan melalui lembaga daerah yang berwenang yang akan dihadiri oleh pihak pihak terkait dalam perjanjian ini; 3). Jika belum dapat diselesaikan melalui lembaga daerah tersebut pada ayat (2), maka penyelesaiannya diserahkan kepada...; 4). Jika cara terakhirpun masalah tidak dapat diselesaikan maka perselisihan diserahkan kepada Pengadilan Negeri Kabupaten A. Pasal 15 Lain-lain 1). Jika terdapat kewajiban pembayaran dan atau administrasi lainnya yang belum diselesaikan oleh pihak kesatu pada saat berakhirnya perjanjian ini, maka pihak kesatu akan tetap bertanggungjawab kepada pihak kedua sampai kewajiban tersebut terselesaikan. 2). Demikian surat perjanjian ini dibuat dalam rangkap tiga diatas materai yang cukup, serta masing masing ditandatangani oleh pihak kesatu, pihak kedua dan pihak ketiga, serta mempunyai kekuatan hokum yang sama. KETENTUAN PENUTUP (1). Perubahan dan pembatalan, baik sebagian atau keseluruhan dalam perjanjian ini hanya dapat dilakukan atas persetujuan para pihak. (2). Ketentuan yang belum diatur dalam perjanjian ini sepanjang tidak bertentangan dengan dasar dan tujuan perjanjian ini dapat disele saikan dan diputuskan bersama oleh para pihak secara musyawarah mufakat. Tanda tangan PARA PIHAK Mengetahui Kepala Daerah Lampiran: 1. Disesuaikan dengan kesepakatan yang tertera diatas 2. SK atau Perda yang sudah ada 3. MOU lain terkait rujukan yang sudah ada. 16

27 B. Peran Kelompok Kerja Medis dan Non-Medis PENGORGANISASIAN TINGKAT KABUPATEN PROGRAM EMAS PEMANTAPAN SISTIM RUJUKAN KEGAWAT-DARURATAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR /NEONATUS 1. Latar belakang Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir di Indonesia sudah menunjukkan penurunan yang cukup berarti selama dasawarsa terakhir, angka SDKI 2007 menunjukkan AKI 228/ kelahiran hidup dan AKN 19/1000 kelahiran hidup. Walaupun demikian, angka ini masih cukup jauh untuk dicapai dalam rangka pemenuhan target capaian MDGs tahun 2015 yaitu AKI sebesar 102/ kelahiran hidup dan masih berada diluar jalur. Sedangkan untuk kematian bayi selama dasawarsa ini kurang menunjukkan penurunan walaupun masih di dalam jalur capaian target MDGs, sedangkan kematian neonatal khususnya bayi baru lahir memberikan kontribusi yang cukup besar. Berbagai upaya strategis telah dilaksanakan termasuk pendekatan MPS (Making Pregnancy Saver) dimana dikenal tiga kunci utama yaitu persalinan oleh tenaga kesehatan terampil, penyediaan pelayanan kegawat-daruratan dan penyediaan pelayanan Keluarga Berencana. Sejauh ini pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil secara signifikan meningkat dan akan meningkat terus mencapai 100% dengan adanya JAMPERSAL yang merupakan universal coverage bagi semua ibu hamil, bersalin dan nifas termasuk bayi baru lahir/ neonatus. Keadaan ini selain menunjukkan kemajuan juga tetap memprihatinkan, mengingat JAMPERSAL belum dimanfaatkan secara maksimal dan kematian ibu dan bayi baru lahi/neonatus menurun tidak sesuai harapan. Dengan semakin meningkatnya persalinan di fasilitas maka kematian ibu dan bayi baru lahir/neonatus bergeser ke fasilitas. Keadaan ini diasumsikan bahwa kemungkinan masih tetap terjadi ketiga keterlambatan penyebab kematian ibu dan bayi baru lahir/neonatus yaitu terlambat pengambilan keputusan di tingkat keluarga, keterlambatan mencapai fasilitas pelayanan dan keterlambatan dalam pelayanan di fasilitas. Keterlambatan ini sangat terkait erat dengan belum berfungsinya secara efektif, efisien jejaring sistim rujukan kegawat-daruratan kesehatan ibu dan bayi baru lahir/neonatus yang ada. Untuk itu perlu dilakukan akselerasi penurunan kematian ibu dan bayi baru lahir/ neonatus melalui pemantapan sistim rujukan kegawat-daruratan. Oleh sebab itu, maka Pemerintah Indonesia melalui bantuan USAID mengembangkan model Program EMAS Pemantapan Sistim Rujukan Kegawat-daruratan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir/Neonatus yang akan dibantu implementasinya oleh Kemitraan 5 institusi yaitu JHPIEGO, Save the Children, RTI (Research Triangle Institute), Muhammadiyah dan LKBK (Lembaga Kesehatan Budi Kemuliaan). Maka diperlukan suatu kelompok kerja khusus yang akan mengawal dan menangani akselerasi di tingkat kabupaten dengan nama : POKJA PROGRAM EMAS PEMANTAPAN JEJARING SISTIM RUJUKAN KEGAWAT-DARURATAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR (NEONATUS) Pokja ini akan bertugas melakukan: Analisis situasi sistim rujukan kegawat-daruratan kesehatan ibu dan bayi baru lahir 17

28 Membuat rekomendasi pemecahan masalah dan usulan rencana kerja yang berasal dari permasalahan klinis mupun non klinis yang muncul dalam jejaring sistim rujukan. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi kinerja jejaring sistim rujukan. Menindaklanjuti masukan dari masyarakat melalui masukan Forum Masyarakat Madani dan Umpan balik lainnya. CONTOH. POKJA Program EMAS Pemantapan Jejaring Sistim Rujukan Kegawat-Daruratan Kesehatan Ibu Dan Bayi Baru Lahir 18

29 Catatan: POKJA bisa disesuaikan sesuai kebutuhan setempat, misalnya POKJA yang mengutamakan lintas stakeholder bisa disatukan sedangkan TIM teknis gawat darurat yang diharapkan bisa bertemu bulanan dalam mengatasi masalah secepatnya dapat menjadi tim adhoc dari POKJA. Apabila jejaring sistim rujukan telah berfungsi dengan baik, ada kemungkinan peran POKJA bisa diambil alih oleh Dinas Kesehatan setempat. No. Posisi Peran 1 Pelindung Mengarahkan dan membina Tim Pengarah sebagai penanggung-jawab wilayah 2 Pembina Mewakili Pelindung mengarahkan dan membina Tim Pengarah. 3 Tim Pengarah Menentukan kebijakan program, memberi arahan dan bimbingan agar pelaksanaan program dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana, dan melaporkan pelaksanaan tugasnya setiap bulannya dalam rapat rutin pimpinan. 4 Ketua POKJA Dapat dipilih Direktur salah satu Rumah Sakit dalam jejaring rujukan swasta maupun pemerintah atau salah satu spesialis terpilih yang bertugas memimpin Tim kegawat-daruratan jejaring RS dan puskesmas yaitu dalam: Membahas masalah kematian ibu dan bayi baru lahir dalam jejaring sistim rujukan pelayanan Melakukan analisis situasi Membuat rekomendasi Memantau dan membina kekompakan Tim RS dan Puskesmas Hasil kegiatan akan dikoordinasikan dengan Tim Pendukung dan dilaporkan kepada Tim Pengarah melalui sekretariat Tim Pengarah setiap bulan melalui rapat rutin instansi Tim Pengarah 5 Tim Jejaring Kegawat-daruratan Rumah Sakit dan Puskesmas Tim ini akan menjadi Tim POKJA dan bertugas: Memastikan standar pelayanan dilaksanakan Memastikan clinical governance dilaksanakan Memastikan rujukan tertangani dengan adekuat Melaporkan kegiatan pada Tim POKJA 6 Tim Pendukung Tim pendukung di ketuai oleh salah satu Direktur atau Direktur Medis RS dalam jejaring dibantu oleh Wakil Ketua dari Penanggung-jawab Program Pelayanan Kesehatan dan Sekretaris dari Penanggung-jawab Program KIA. Intsitusi Kemitraan Program EMAS akan memberikan dukungan tehnis maupun material melalui koordinasi dengan Tim Pendukung. Tugas Tim Pendukung yaitu: Menindak-lanjuti rekomendasi Tim POKJA pelayanan kegawat-daruratan Memberikan masukan atau bimbingan kepada Tim POKJA pelayanan kegawat-daruratan sesuai tugas dan fungsi masing-masing. Memantau jalannya pelaksanaan program dan melaksanakan evaluasi di bidang masing-masing Menyiapkan perluasan program keseluruh wilayah kerja Membantu wilayah lain bila memungkinkan dalam lingkup Indonesia 7 Tim Pakar Tim ini Memberikan masukan sesuai kepakaran yang dibutuhkan kepada Tim POKJA Kegawat-daruratan sesuai kebutuhan. 8 Forum Masyarakat Madani Memantau jalannya pelaksanaan program Memantau capaian program Melakukan analisis masalah dan memberikan umpan balik kepada Tim POKJA Kegawat-daruratan dan Tim Pengarah Melakukan advokasi yang dibutuhkan Melakukan sosialisasi program ke semua masyarakat 19

30 20

31 Bab IV: Pelayanan Rujukan Kegawat-daruratan Ibu dan BBL/ Neonatus A. Pelayanan Rujukan Pelayanan rujukan dibawah ini dimanfaatkan oleh setiap tingkat pelayanan sesuai kewenangan masing masing untuk mempermudah operasional persiapan pelayanan. Semua standar pelayanan yang tertera dibawah ini mengacu pada standar pelayanan yang ada dan mengacu pada APN, PPGDON, PONED dan PONEK. Standar hanya dapat disesuaikan atau disepakati oleh Organisasi Profesi atau spesialis setempat dalam memberikan kewenangan pada pemberi layanan di bawahnya. Cara memanfaatkannya adalah sebagai berikut: Setiap tingkat pelayanan menggunting bagiannya dan ditempelkan di fasilitas masing masing sesuai kewenangannya. Misalnya Bidan di desa/bps menggunting bagiannya dan tempelkan di Poskesdes/Polindes/Klinik BPS. Tanda Bahaya dan Stabilisasi Pelayanan, alat obat dan SOP pelayanan di transportasi Puskesmas PONED 21

32 Tanda Bahaya dan Stabilisasi Pelayanan, alat obat dan SOP pelayanan di transportasi BDD/BPS 1. Komponen Tanda Bahaya Tanda Bahaya selain yang diketahui ditingkat masyarakat, di tingkat pelayanan setiap jenjang pelayanan mempunyai tanda bahaya dimana keputusan merujuk harus diambil. Tanda Bahaya untuk masing-masing kasus kegawat-daruratan. Tanda Bahaya Komplikasi Maternal No Kasus Komplikasi Tanda Bahaya 1 Perdarahan Post Partum Pusing, pucat, nadi cepat, akral dingin Kontraksi uterus lembek Perdarahan tetap mengalir dari jalan lahir Nyeri tekan perut Tanda shock: nadi cepat dan halus (>100x permenit) Tekanan darah < 60mmHg Pernafasan cepat (respirasi> 32xpermenit) Pucat (konyungtiva palpebral, telapak tangan, bibir) Berkeringat, gelisah, apatis/bingung atau pingsan/tak sadar. 2 Partus Lama Ibu kelelahan Pembukaan serviks melewati kanan garis waspada pada partograf Pembukaan serviks tidak disertai dengan penurunan bagian bawah janin 22

33 3 PEB dan Eklamsi Nyeri kepala hebat tidak hilang dengan analgetik biasa Penglihatan kabur Hiperrefleksia Nyeri ulu hati Tekanan darah diastolik 90mmHg Proteinuri +2 atau lebih 4 Sepsis Puerperalis Demam dg suhu >38 C Menggigil atau berkeringat Lokhia berbau sampai nanah Uterus nyeri tekan Sumber infeksi: luka perineum, metritis, luka operasi, mastitis Tanda Bahaya Komplikasi Neonatus No Kasus Komplikasi Tanda Bahaya 1 Asfiksia Merintih Tidak bernafas/bernafas megap-megap Sianosis Pucat Letargi/tonus otot menurun Sepsis Apnea, takipnea dan sianosi Suhu tidak stabil, penurunan suhu lebih sering <35,5 C, hipotermia atau hipertermia Aktifitas menurun Rewel gelisah, tidak mau menetek Tidak dapat minum Toleransi asupan yg buruk Muntah, diare, distensi abdomen, ileus dan sulit minum, hepatomegali Syok Purpura Ubun-ubun menonjol atau penuh Prematur/BBLR BBL<2000gr. Ibu Hamil dengan Persalinan Prematur perlu dirujuk segera dengan janinnya. Terdapat tanda prematuritas (Usia kehamilan kurang dari 36 minggu). Semua bayi dg BBL <2000gr harus dirujuk ke fasilitas kesehatan BBL<2500gr dengan komplikasi 23

34 Response Time Untuk Stabilisasi Komplikasi Maternal No Kasus Bidan di Desa/ BPS Puskesmas PONED Rumah Sakit PONEK Rumah Sakit PONEK + ICU 1 HPP_SYOK SEGERA Ditangani, jika tidak ada kemajuan rujuk SEGERA 2 PEB/Eklampsi SEGERA Persalinan dalam 6 jam untuk Eklampsi Dan 12 jam untuk PEB 3 Sepsis Kurang dari 1 hari Response Time Komplikasi Neonatus SEGERA (Dimaksudkan adalah tidak ada penundaan dalam melakukan work-up dan terapi pada kasus infeksi) Ditangani, Jika perdarahan tetap berlangsung, syok tidak teratasi siapkan OK Persalinan dalam 24jam SEGERA Kolaborasi dg ICU SEGERA Persalinan dalam 24 jam SEGERA No Kasus Bidan di Desa/BPS Puskesmas PONED Rumah Sakit PONEK Rumah Sakit PONEK + ICU 1 Asfiksia (PONED) SEGERA Resusitasi 2-3 menit SEGERA Resusitasi 10 menit SEGERA Resusitasi 10 menit SEGERA Resusitasi 10 menit + tergantung komplikasi 2 Sepsis SEGERA Setelah ditegakkan diagnosis Sepsis (Gunakan Katagori Acuan PONED hal 12-4) terus dirujuk CEPAT 5-10 menit Untuk menegakkan diagnosis yang dilanjutkan dengan intervensi CEPAT 5-10 menit untuk menegakkan diagnosis yang dilanjutkan dengan intervensi CEPAT 5-10 menit Untuk menegakkan diagnosis yang dilanjutkan dengan intervensi 3 BBLR SEGERA Setelah distabilisasi secara perawatan neonatal esensial selama 2 menit dirujuk dengan dibungkus plastik (hanya pada bidan yang terlatih) SEGERA Status ditegakkan dalam waktu 2 menit kemudian di kelola sesuai dengan kondisi spesifik atau komplikasinya SEGERA Status ditegakkan dalam waktu 2 menit kemudian di kelola sesuai dengan kondisi spesifik atau komplikasinya SEGERA Status ditegakkan dalam waktu 2 menit kemudian di kelola sesuai dengan kondisi spesifik atau komplikasinya 24

35 2. Komponen Stabilisasi Komponen stabilisasi, merupakan komponen yang sangat penting bagi semua penolong komplokasi ibu dan BBL/neonatus dan harus dilaksanakan di setiap tingkat pelayanan dari mulai di tingkat BDD/BPS sebelum melaksanakan rujukan, karena berkontribusi dalam penyelamatan ibu dan BBL/Neonatus. Setelah melaksanakan stabilisasi maka penolong persalinan atau BBL/neonatus harus mengantar kasus ke sasaran fasilitas rujukan dengan kemampuan diatasnya. Persiapan stabilisasi ini perlu ditempel di dekat tempat pertolongan dilaksanakan, agar pemberi layanan dapat dengan cepat dan tepat memberikan pertolongan stabilisasi bila tanda bahaya muncul. Stabilisasi Komplikasi Maternal NO Kasus Pelayanan Di Bidan di Desa/BPS 1 HPP_SYOK Kolaborasi bidan Diagnostik Pasang infus 2 jalur (Ringer Laktat atau garam fisiologis) 1 liter dalam menit Bebaskan jalan nafas dengan pembersihan material penyumbat Persiapan donor Persiapan rujukan Puskesmas NON-PONED Diagnostik Pasang infus 2 jalur (Ringer Laktat atau garam fisiologis) 1 liter dalam menit Uterotonika (dosis?) Bebaskan jalan nafas dengan pembersihan material penyumbat Beri Oksigen Persiapan rujukan Puskesmas PONED Diagnostik Pasang 2 jalur iv Uterotonika Tatalaksana sesuai kausa (Atonia Uteri, Robekan jalan lahir, retentio plasenta, sisa plasenta) Persiapan rujuk 25

36 2 Identifikasi tanda bahaya, Oliguria <400cc/24jam Kolaborasi bidan MgSo4 (40%) 4 gr IV 5 menit Lanjutkan dengan 6 gr dalam 15 cc Ringer Lactat/ Ringer Acetat 15 menit kejang beri 2 gr selama 5 menit Pasang infus RL dengan Jarum ukuran 16 atau lebih dan maintenance MgSo4 1 gr selama 24 jam. Pasang Peralatan penanganan kejang Goedel, penghisap lendir, masker O2 dan O liter/menit Diagnosis klinik Dosis awal MgSO4 MgSo4 (40%) 4 gr IV 5 menit Lanjutkan dengan 6 gr dalam 15 cc Ringer Lactat/Ringer Acetat 15 menit kejang beri 2 gr selama 5 menit Nifedipin jk TD 140/ mg bisa diulang 8x/24jam Pasang infus RL dengan Jarum ukuran 16 atau lebih maintenance MgSo4 1 gr selama 24 jam. Pasang Peralatan penanganan kejang Goedel, penghisap lendir, masker O2 dan O liter/menit Diagnosis klinik Dosis awal MgSO4 MgSo4 (40%) 4 gr IV 5 menit Lanjutkan dengan 6 gr dalam 15 cc Ringer Lactat/Ringer Acetat 15 menit kejang beri 2 gr selama 5 menit Nifedipin jk TD 140/ mg bisa diulang 8x/24jam Pasang infus RL dengan Jarum ukuran 16 atau lebih maintenance MgSo4 1 gr selama 24 jam. Percepat kala2 VE Rujuk bila memburuk Pasang Peralatan penanganan kejang Goedel, penghisap lendir, masker O2 dan O liter/menit 3 Maternal Sepsis Identifikasi tanda bahaya Kolaborasi bidan Diagnosis kerja Hidrasi IV Antibiotika lini pertama: Ampisilin 2 gr + Gentamisin80mg dan Metronidazol 500mg IV Rujuk Diagnosis Hidrasi IV Antibiotika lini pertama Ampicillin 2 Gram IV setiap 6 jam + Gentamycin 5 mg / kg BB IV tiap 24 jam + Metronidazole 500 mg IV tiap 8 jam Tindakan sesuai cause gagal 26

37 Stabilisasi Komplikasi Neonatus NO Kasus Pelayanan Di Bidan di Desa/BPS 1 Asfiksia Setelah Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia (APN hal 141). VTP 3-5x30 detik, bayi masih merintih/blm nafas spontan rujuk sambil VTP. Bila setelah 3 menit, tidak bernafas spontan/denyut jantung - (gagal resusitasi) Rujukan Antepartum terbaik. Puskesmas NON-PONED Setelah Manajemen Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia (Bagan Alur B Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial hal 5) VTP 30 detik, bayi masih merintih/blm nafas spontan rujuk sambil VTP. Bila setelah 3 menit, tidak bernafas spontan/denyut jantung - (gagal resusitasi) Rujukan Antepartum terbaik. Puskesmas PONED Setelah Resusitasi Neonatus (Bagan 9-1 Tahapan resusitasi Acuan PONED hal 9-9). 2 Sepsis (cari Pedoman, gunting dan tempel) Identifikasi oleh keluarga/ bidan berdasarkan Hasil Pemeriksaan Neonatus (Buku KIA hal 49 dan MTBM) Penegakan diagnosis Sepsis dan berikan antibiotik IM sesuai berat badan (Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial hal 26 dan hal 40) Penegakan Diagnosis Sesuai Tabel 12-1 hal 12-3 dan Pemberian Antibiotika lini pertama Tabel 12-2 Buku Acuan PONED. Jika ada komplikasi, rujuk ke Rumah Sakit setelah keadaan stabil. 3 BBLR/ Prematur Identifikasi oleh keluarga/ bidan berdasarkan tanda-tanda fisik dan hasil timbangan SEGERA dirujuk setelah dilakukan Perawatan Esensial Neonatus dan dirujuk dengan tetap mempertahankan kehangatan tubuh BBLR/ Prematur Pemeriksaan Status Neonatus dan Perawatan Esensial Neonatus kemudian segera di rujuk dengan tetap mempertahankan k ehangatan tubuh BBLR/ Prematur Pemeriksaan Status Neonatus, jaga kehangatan neonatus, jaga jalan napas tetap bersih dan terbukam kelola gangguan nafas (jika ada), hentikan kejang dengan anti konvulsan jika ada, pasang jalur IV berikan cairan serta kelola sesuai dengan kondisi spesifik atau komplikasinya (Acuan PONED hal 8-4) 27

38 3. Komponen Konseling Sebagai pendengar yang baik akan diperoleh beberapa hal yakni: Teknik sederhana berkomunikasi efektif Bagi Petugas Tahap-tahap yang dilakukan pada konseling/komunikasi interpersonal agar dapat memberikan kepuasan pada klien antara lain: 1. Informasi yang sebanyak-banyaknya atau selengkapnya dari Klien atau suami dan keluarganya yang merupakan kekuatan untuk menentukan dan menetapkan permasalahan atau diagnose Klien. 2. Menghindarkan petugas kesehatan dari kesalahan yang mebuat kesan bahwa sebagai petugas kurang mampu, kurang trampil dan tidak professional. 3. Memberikankan kesan bahwa Klien,suami dan keluarganya diberlakukan sebagai orang penting yang diperhatikan yang memberi rasa kebahagiaan bagi mereka. 1. Mengulangi dan mepertegas : dengan mengulangi dan menyatakan kembali informasi yang disampaikan klien dengan kata-kata sendiri, klien, suami dan atau keluarga memastikan bahwa kita mengerti dan memahami tentang dirinya. Berikan kesempatan klien untuk mengkoreksi dan mengulangi. 2. Mengajukan pertanyaan: dengan mengajukan pertanyaan untuk memberi dukungan dan dorongan serta memastikan pemahaman terhadap pikiran, perasaan klien dan keluarganya. 1. Berikan salam dengan ramah, hangat dan bersahabat. 2. Tunjukkan senyum yang tulus 3. Sapa klien, suami daan keluarga pada sat pertemuan pertama 4. Tunjukkan kesediaan untuk membantu 5. Bertindak sesuai dengan apa yg dikatakan. 6. Berikan bantuan dengan bersikap hati-hati dan sungguh-sungguh 7. Berikan pujian pada klien sesuai dengan kondisinya 8. Buatlah klien merasa penting dan dihargai 9. Layani sebaik mungkin sejak awal, pertengahan, hingga akhir. 10. Dalam tindakan rujukan berikan rasa mana dan nyaman. 28

39 Komplikasi Maternal Perdarahan Ante dan Post Partum Ibu (sebut nama ibunya ) sudah sejak jam ibu mengeluarkan darah segar, sedang tanda-tanda melahirkan belum ada!hal seperti ini tidak normal ibu! Keadaan janin dalam kandungan ibu saat ini masih baik, maka kita mau agar janin/bayi/ anak dalam kandungan ibuharus segera diselamatkan dan ibu sendiri juga selamat. Oleh karena itu kita harus segera memperoleh pertolongan yang cepat dan tepat. Pertolongan hanya dapat di Rumah Sakit besar.bagaimana pendapat ibu? Setuju ya ibu!...bila ibu sudah jelas dan setuju kita lanjutkan dengan tanda tangan persetujuan tindakan (informed consent ) Bidan/ Nakes menyampaikan kepada suami klien sebagai berikut: Bapak ini suami dari ibu.(sebut nama ibunya) bahwa saat ini istri bapak keadaannya/ kondisi mengeluarkan darah. Sudah mulai sejak jam. jam berapa ya pak?(tanyakan keadaan sebelum dibawa ke Puskesmas). Bapak kalau ibu mengeluarkan darah segar seperti sekarang dapat membahayakan si ibu dan janin. Persalinan hanya dapat berlangsung di Rumah Sakit.. Oleh karena itu kita membutuhkan pertolongan yang cepat dan tepat dan pertolongan itu hanya dapat kalau kita segera bawa ke Rumah Sakit yang memiliki sarana memadai yakni ke RS di. Kami minta supaya bapak/ keluarga siap untuk berangkat ke Rumah Sakit. Dan kami akan segera persiapkan Bidan memberi penjelasan kepada Klien( dengan perdarahan karena Atonia Uteri) bahwa: Ibu telah melahirkan dengan selamat, bayi (L/P) sehat, ari-ari sudah lahir, sudah diberikan suntikan dan pasang infuus untuk menghentikan perdarahan, tetapi perdarahan masih terus banyak (lebih 500 ml). walau sudah diberi suntikan, sudah dilakukan tindakan untuk menghentikan perdarahan tapi darah masih mengalir. Untuk itu ibu harus segera dirujuk/diantar ke Rumah Sakit.. agar mendapat pertolongan yang cepat dan tepat demi meneyelamatkan jiwa ibu. Untuk Klien dengan (Retensio Plasenta dengan perdarahan manual tidak berhasil/ plasenta restan). Beri penjelasan kepada ibu/klien bahwa anak telah lahir (L/P ) dengan selamat, ari-ari sudah di upayakan untuk lahir namun belum/tidak berhasil. Untuk memperoleh pertolongan dengan cepat kita harus segera merujuk/ membawa ibu ke Rumah Sakit.agar segera memperoleh tindakan penyelamatan nyawa ibu. Kami minta bapak dan atau keluarga bersiap agar kita berangkat segera: Kemungkinan Yang terjadi Bila lebih cepat tiba di Rumah Sakit akan cepat memperoleh pertolongan dan lebih baik. Bila lebih lama, kemungkinan perdarahan lebih banyak akan mengancam nyawa ibu dan janin. Kekurangan darah kemungkinan memerlukan dukungan tambahan darah. ( Perlu persiapan orang orang sebagai donor) Apakah ada anggota keluarga atau tetangga yg sudah pernah didaftar/ dicatat sebagai calon pendonor darah pada waktu kehamilan (lihat buku KIA dan Stiker/daftar calon donor) 29

40 Tujuan rujukan Melihat keadaan Ibu (sebut nama ibunya ) sudah sejak jam (lihat hasil anamnesa) ibu telah mengeluarkan darah segar, sedang tanda-tanda melahirkan belum ada, yakni mules yang makin lama makin sering dan makin kuat dan disertai dengan keluarnya lendir dan sedikit darah dari jalan lahir. Sekarang ibu merasakan mules sedikit disertai keluarnya darah segar, bahkan tanpa mules ada keluar darah juga, hal seperti ini tidak normal dan tidak baik bagi kesehatan janin dalam kandungan dan kesehatan ibu! Keadaan janin dalam kandungan ibu saat ini masih baik, maka kita mau agar janin dalam kandungan ibu harus segera diselamatkan dan ibu sendiri juga selamat.oleh karena itu kita harus segera memperoleh pertolongan yang cepat dan tepat. Pertolongan hanya dapat di Rumah Sakit besar. Kemungkinan Layanan/ tindakan Kemungkinan Risiko Prognosis Bapak dan Ibu kami ingin menjelaskan bahwa dengan keadaan ibu seperti sekarang ini kita mengharapkan apabila ibu segera didirujuk akan dapat tertolong dengan secepatnya, sehingga ibu dan anak akan dapat diselamatkan. Bagaimana pun pendapat bapak dan ibu, kami percaya bapak dan ibu juga sependapat dengan kami.kita berharap dan berdo a persalinan berjalan normal, namun dalam keadan yang paling sulit ada kemungkinan tidak dapat dengan cara biasa atau cara normal sehingga harus dengan tindakan. Kami perlu sampaikan kemungkinan- kemungkinan tindakan yang akan dilakukan di Rumah Sakit adalah melahirkan janin dengan cara operasi ( masyarakat sering menyebut bedah Caesar). Selama perjalanan ke Rumah Sakit seyogianya ibu tidak makan lagi, minum sekedar saja apabila rasa haus, supaya bila dilakukan tindakan ibu tidak muntah, yang dapat mengakibatkan aspirasi atau terganggu jalan pernafasan ibu. Kemungkinan bayi lahir berat badannya kurang dari normal ( normal gr) bila berat badan bayi kurang dari gr, bernafas kurang baik, dan daya hisap kurang baik, memerlukan perawatan khusus. Kemungkinan dengan tindakan pembedahan memerlukan tambahan darah yang lebih banyak. Sehingga diperlukan beberapa orang sebagai donor darah Perawatan ibu dan bayi kemungkinan akan lebih lama dari kelahiran normal, bila semua berjalan lancar perawatan/ rawat inap antara 3-5 hari. PB dan Eklamsi Bidan / Petugas Kesehatan menjelaskam kepada suami/keluarga bahwa keadaan kesehatan si ibu/ istrimya yg dengan kehamilanya disertai kaki bengkak, tekanan darah yang tinggi, hasil pemeriksaan laboratorium bahkan rasa nyeri pada ulu hati merupakan suatu keadaan yang tidak baik dan kemungkinan sangat membahyakan nywa ibu dan janin dalam kandungan. Oleh karena keadaan seperti ini harus memperoleh pertolongan yang cepat dan yang tepat maka hanya dengan membawa ibu ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas yang cukup untuk segera mendapat pertolongan.. Apabila kita menunggu atau menunda ibu bisa mengalami kejang dan kejang sangat membahayakan. Bila bapak siap kami akan menyiapkan untuk rujukan. Kemungkinan Yang terjadi Bila kita segera mendapat pertolongan/ kalau lebih cepat tiba di Rumah Sakit akan cepat memperoleh pertolongan dan ibu dan janin dapat ditolong dan selamat Bila lebih lama, atau kita menunda kemungkinan terjadi kejang pada ibu, dan bila terjadi kejang yang akan mengancam nyawa ibu dan janin. Tindakan yang akan dilakukan kemungkinan memerlukan dukungan tambahan darah. Perlu mempersiapan orang orang apakah anggota keluarga atau tetangga yg sudah pernah didaftar/ dicatata sebagai calon pendonor darah pada waktu kehamilan. 30

41 Partus Lama Bidan/petugas kesehatan menjelaskan kepada Klien bahwa kedaan ibu sampai saat ini belum melahirkan, tampaknya kemajuan pembukaan jalan lahir dan turunnya janin sangat lambat. dilihat dari sudut waktu hal ini sudah melebihi dari batas normal ( tunjukkan catatan bidan yang direkam pada partograf yang sudah melewati garis waspada / Kala I yang panjang). pada jam seharusnya sudah melahirkan. Seperti bisanya ibu merasakan mules semakin lama semakin kuat, semakin sering, Oleh karena kita menharapkaan ibu segera memperoleh bantuan dari tenaga ahli dan dapat bantuan agar pembukaan jalan lahir terbuka dengan baik dan bila perlu mendapat bantuab agar ibu selamat, dan bayi yang dilahirkan selamat.maka ibu harus melahirkan di Rumah Sakit.. yang memiliki tenaga dan peralatan untuk membantu ibu melahirkan dengan segera. ( upayakan ibu dapat menerima keadaanya dan menyadari betapa kita juga mengharapkan keselamatannya) Bidan / Petugas Kesehatan menjelaskam kepada suami/keluarga bahwa keadaan istrimya yang sudah sekian jam ternyata jalan lahir pembukaannya sangat lambat, mulesnya yang seharusnya semakin lama semakin sering dan semakin kuat ternyata tidak ada. Kita telah berupaya namun mengingat waktu dimana janin harusnya sudah lahir, bila kita tunggu-tunggu terus dan lebih lama dapat mengakibatkan kegawatan pada janin, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan kita harus segera membawa ibu ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas yang cukup untuk segera mendapat pertolongan.. Apabila kita menunggu atau menunda ibu bisa mengalami infeksi yang dapat membahayakan diri ibu dan janinnya. Bila bapak siap kami akan menyiapkan untuk rujukan segera. Kami akan mendampinginya.. Kemungkinan Yang terjadi Bila kita segera mendapat pertolongan/ kalau lebih cepat tiba di Rumah Sakit akan cepat memperoleh pertolongan dan ibu dan janin dapat ditolong dan selamat Bila lebih lama, atau kita menunda kemungkinan terjadi infeksi pada ibu, dan bila terjadi infeksi juga akan mengancam nyawa janin. Tindakan yang akan dilakukan kemungkinan memerlukan dukungan tambahan darah. Perlu mempersiapan orang orang apakah anggota keluarga atau tetangga yg sudah pernah didaftar/ dicatat sebagai calon nyak pendonor darah (lihat bila ada catatan pada Buku KIA Komplikasi Neonatal BBLR Bidan/ petugas kesehatan yang telah menolong persalinan menyampaikan kepada ibu dan bapak bayi bahwa : Bayi telah lahir dengan selamat, Berat Badan Lahir Rendah kurang dari gr/ 2Kg. Umur kehamilan ibu juga masih baru..mg (sebutkan umur kehamilan ibu..mg sesuai catatan usia kehamilan dalam buku KIA) selain masih kurang umur/ belum cukup bulan, berat badan bayi rendah. Bayidengan berat badan yang rendah dan tampak bahwa pernaafasan bayi belum sempurna, tampak megap-megap, nangis merintah/ tidak menangis kuat, kemampuan isap bayi juga lemah,( tunjukkan kepada ibu dan bapak keadaan bayi yang sebenarnya) dengan demikian bapak dan Ibu, bayi ini membutuhkan pertolongan dan perawatan yang baik agar kita dapat menyelematkannya. Kalau bapak dan ibu siap kita akan mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan. 31

42 Kemungkinan Yang terjadi Karena alat pernafasan belum berfungsi dengan sempurna, maka pernafasan juga akan dibantu dan bayi akan ditempatkan pada tempat tidur khusus yang suhu ruangannya diatur, agar suhu badan bayi tetap terjaga. Mengingat ruangan perawatan bayi adalah ruangan khusus maka bapak dan atau keluarga yang akan melihat/ bezuk bayi hanya melihat dari kaca dan tidak masuk ke ruangan. Kecuali ibunya apabila bayi sudah mulai disusukan. Apabila berat badan bayi bertambah dengan baik atau pesat, pernafasan bayi baik, tangisan bayi sudah mulai kuat,dan gerakan bayi cukup aktif, maka bayi akan dapat pulang. Oleh karena itu ibu harus semangat utk memberikan ASI karena ASI adalah makanan terbaik bayi. Asfiksia Bidan /petugas kesehatan yang telah menolong persalinan menyampaikan kepada ibu dan bapak bayi bahwa : Bayi telah lahir, tetapi waktu bayi lahir tidak menangis, pernafasaan kurang lancar dan saat ini bayi masih merintih. Upaya telah dilakukan tetapi keadaannya masih belum sempurna. Masih tampak megap-megap, merintah/ tidak menangis kuat, gerakan bayi lemah,( tunjukkan kepada ibu dan bapak keadaan bayi yang sebenarnya) dengan demikian bapak dan Ibu, bayi ini lebih aman dan lebih baik jika mendapat pertolongan dan perawatan yang baik agar segera dapat menyelematkannya. Kalau bapak dan ibu siap kamiakan mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan. Kemungkinan Yang terjadi Melihat keadaan bayi yang belum dapat bernafas dengan baik dan sempurna maka harus memperoleh pemeriksaan dari tenaga ahli untuk menemukan penyebab yang tepat mengapa pernafasan bayi tidak dapat berfungsi dengan baik. Kemungkinan perawatan akan membutuhkan waktu beberapa hari dan bayi kemungkinan akan menggunakan alat bantu pernafasan yang agak lama, sehingga ibunya harus ikut serta ke Rumah Sakit dan kemungkinan harus menunggu. Karena menggunakan alat bantu pernafasan kemungkinan bayi akan dirawat pada ruang dan tempat tidur khusus yang suhu ruangannya diatur, sehingga suhu badan bayi tetap terjaga. Mengingat ruangan perawatan bayi adalah ruangan khusus maka bapak dan atau keluarga yang akan melihat/ bezuk bayi hanya melihat dari kaca dan tidak masuk ke dalam ruang/kamar perawatan. Untuk minuman dan makanan bayi dibutuhkan Air Susu Ibu, kemungkinan ibu harus berada di RS dan siap memberikan ASI untuk diberikan kepada bayi, syukur kalau cepat baik dan bayi dapat menyusu. Apabila berat badan bayi bertambah dengan baik atau pesat, pernafasan bayi baik, tangisan bayi sudah mulai kuat,dan gerakan bayi cukup aktif, maka bayi akan dapat pulang. Oleh karena itu ibu harus semangat utk memberikan ASI karena ASI adalah makanan terbaik bayi. Sepsis Bila menemukan bayi dengan kasus infeksi yang terjadi oleh karena infeksi pada saat kala persalinan misalnya partus lama, maka bidan melaksanakan konseling dan komunikasi dengan orang tua bayi (ibu dan bapaknya) dan menjelaskan keberadaan bayi saat ini yakni suhu badan yang tinggi, bayi merintih, pergerakan bayi passif, dan sebaiknya memperoleh pengobatan yang lebih baik yang hanya diperoleh di Rumah Sakit (perlihatkan kepada kedua orang tua keadaan bayi) Bila bayi infeksi pada masa neonates ( 1 minggu atau lebih setelah lahir) tanyakan pertolongan persalinan ditolong oleh siapa? Jelaskan pada kedua orang tuanya bahwa Saat ini bayi keadaan suhu tubuh bayi tinggi, ada tanda merah pada pusar dan agak berbau busuk dan tidak mau mengisap, kemungkinan besar bayi dapat kejang dan yang paling baik adalah bayi segera dibawa ke RumahSakit untuk mendapat pertolongan dan pengobatan yang cepat dan yang tepat (tunjukkan pada kedua orang tua bayi keadaan anaknya) dengan demikian mereka dapat mengambil keputusan yang cepat. 32

43 Kemungkinan Yang terjadi Bahwa dengan keadaan seperti ini bayi kemungkinan akan dirawat di Rumah Sakit dalaam beberapa hari, sehingga orang tua bayi harus ikut serta menunggu dan si ibu harus tetap memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi. Kalau bayi bisa mengisap sendiri, kemungkinan ibu dianjurkan untuk menyusui langsung. Tetapi bila harus mengunakan alat bantu ASI hanya diperas dan diberikan kepada petugas di sana. Akhir dari suatu konseling yang berhasil maka akan ditanda-tangani inform concent Inform Concernt Dan Penolakan Rujukan Persetujuan atau penolakan pasien atas pelayanan yang akan diberikan perlu diketahui oleh petugas da nada bukti tertulisnya dengan tujuan pasien diberi informasi yang benar dan akuntabel atas apa yang akan dilakukan pada dirinya. Format Inform consernt tersedia di RS/Puskesmas masing masing (manfaatkan yang sudah ada). Inform consernt/penolakan kalau tidak ada bisa dituliskan di status. 4. Komponen Tenaga Pengantar Daftar Jaga menurut kompetensi. Daftar Jaga tidak saja bagi mereka yang memberikan pelayanan di dalam gedung, tetapi juga bagi mereka yang harus mengantar pasien rujukan, sesuai dengan kemampuan, mengingat selama dalam perjalanan tetap perlu dilakukan pelayanan gawat-darurat. Komplikasi Maternal dan Neonatus dengan kemampuan: Kemampuan Pengantar Mampu menangani gawat-darurat maternal Pedoman PPGDON No. Komplikasi Kemampuan yang dibutuhkan pengantar Asfiksia BBLR/Prematur Sepsis Memiliki pengetahuan dan ketrampilan dasar dan lanjut resusitasi dan penggunaan peralatan resusitasi dasar terutama penggunaan O2 dengan benar. Dokter, Bidan Perawat yang telah dilatih resusitasi neonatus. Memiliki kompetensi penanganan BBLR/Prematur dan mampu melakukan penanganan awal komplikasi BBLR, jika timbul, seperti Bidan, Dokter Umum dan Perawat terlatih Penanganan BBLR Mampu mendiagnosa serta melakukan penanganan awal untuk komplikasi sepsis setelah disatbilisasi, 33

44 Jadwal jaga Bidan/Perawat sesuai kemampuan bulanan tahun 2012 Bulan:... NO Jaga Pagi/Sore/ Malam Nama Bidan Kontak Nama Perawat Kontak Keterangan Tanda Tangan Kepala Puskesmas (...) 34

45 5. Komponen Transportasi Transportasi merupakan salah satu komponen penting dalam penanganan kasus rujukan kegawat-daruratan maternal dan neonatal (BBL) Transportasi perlu disiapkan selama 24 jam mengingat waktu emas beberapa kasus sangat singkat, bahkan untuk perdarahan postpartum hanya 2 jam saja. Guna ketersediaan transportasi 24 jam ada beberapa alternative upaya yaitu: a) Pemanfaatan ambulans 24 jam Puskesmas atau Rumah Sakit Jadwal supir dan kendaraan (ambulans ataupun kendaraan lainnya) perlu dibuat setiap bulan baik di tingkat Rumah Sakit maupun Puskesmas. Kendaraan tidak bisa hanya satu, apabila hanya ada satu, maka perlu diupayakan mendata kendaraan yang ada dilingkungan, disepakati dan dijadwalkan. Karena apabila hanya satu kendaraan, apabila saat itu dipakai maka rujukan akan sulit dilakukan dengan tidak terlambat. Beberapa kendaraan yang bisa disepakati yaitu: mobil Kepala Puskesmas, ambulan pemadam kebakaran, mobil kecamatan, dll. Ketersediaan bahan bakar telah disediakan oleh Puskesmas/RS. Biaya sesuai PERDA yang ada (gratis bagi gawat-darurat, terlebih orang miskin dan rentan). Jadwal Kendaraan dan Supir Bulan:... Tanggal 1 I. II. 2 I. II. 3 I. II. 4 I. II. Nama Kendaraan I dan II Nama Supir Kontak Supir Tanda Tangan Kepala Puskesmas... 35

46 b) P4K dengan ambulans desa perlu disiapkan untuk tingkat desa Program ini perlu dilaksanakan mengingat letak geografi yang mungkin sulit dan memakan waktu yang cukup lama untuk mencapai fasilitas pelayanan yang dituju sehingga tidak dapat mengandalkan ambulan yang ada di puskesmas maupun di rumah sakit. (Pedoman P4K). Ambulan desa mungkin bukan merupakan ambulan yang telah diketahui selama ini tetapi kendaraan apa saja yang ada di tingkat desa bahkan kendaraan yang di tarik kuda atau kapal serta pesawat. Ambulan Desa tertera di dalam stiker ibu hamil dan berupa catatan yang ada di bidan di desa ataupun kepala desa dan di tempelkan di kantor desa, rumah kepala desa, bidan di desa. Daftar ambulan desa di tingkat desa. No. Nama Ibu & Suami Alamat Nama Pemilik Kendaraan Kontak Alamat Mengetahui. Kepala Desa... 36

47 6. Komponen Peralatan dan Obat Peralatan dan obat yang perlu dibawa pada saat tenaga kesehatan mengantar kasus maternal atau neonatal sesuai tabel dibawah ini. Peralatan dan obat ini harus selalu disediakan dan siap 24 jam di tempat layanan khususnya di UGD baik Puskesmas PONED maupun Puskesmas Perawatan ataupun Puskesmas TT serta Poskesdes/BPS. Hal ini akan mendukung kecepatan penanganan rujukan kasus kegawat-daruratan maternal dan neonatal (BBL) No Kasus Bidan di desa/bps Puskesmas Puskesmas PONED 1 Asfiksia Selimut/handuk kering dan bersih 2 helai dan handuk kecil/ selendang 1 helai De Lee Penghisap Lendir atau bola karet yang dapat dibersihkan Balon dan sungkup dengan katup pengatur tekanan Sarung tangan DTT Jam dengan penunjuk detik Stetoskop Alas Bayi Selimut /handuk kering dan bersih 2 helai dan handuk kecil/selendang 1 helai De Lee Penghisap Lendir atau bola karet yang dapat dibersihkan Balon dan sungkup dengan pengatur tekanan. Sarung tangan DTT Jam dengan penunjuk setik Stetoskop Alas Bayi Selimut/handuk kering dan bersih 2 helai dan Bantal Penyangga leher Bayi De Lee Penghisap Lendir atau bola karet yang dapat dibersihkan Balon dan sungkup dengan pengatur tekanan PEEP Stetoskop Set infus Cairan infus garam normal, ringer laktat, Natrium Bikarbonat 4,2%, Dextrosa 10% Alas Bayi 2 Sepsis Selimut/Handuk kering dan bersih Pencuci tangan alkohol Kotak berisi peralatan resusitasi neonatus Stetoskop Sarung Tangan DTT Selimut/Handuk kering dan bersih Pencuci tangan alcohol Kotak berisi Peralatan resusitasi neonatus Stetoskop Sarung tangan DTT Diazepam 10mg/ 2 ml per rektal Transport incubator Set infus Cairan infus garam normal, ringer laktat, Natrium Bikarbonat 4,2%, Dextrosa 10% Selimut/Handuk kering dan bersih Pencuci tangan alcohol Kotak berisi Peralatan resusitasi neonates Stetoskop Sarung tangan DTT Diazepam 10mg/ 2 ml per rektal 37

48 3 BBLR (minimal berat dan usia kehamilan tergantung pada kemampuan area pusat rujukan masingmasing) Kontak kulit ke kulit/ PMK (jika bayi stabil) Dibungkus plastik (jika tersedia dan bidan telah dilatih) Pencuci tangan alcohol Kotak berisi peralatan resusitasi neonatus Kontak kulit ke kulit/pmk ( jika bayi stabil) Dibungkus plastik (jika tersedia dan petugas telah dilatih) Pencuci tangan alcohol Kotak berisi peralatan resusitasi neonatus Kontak kulit ke kulit/ PMK (jika bayi stabil) Dibungkus plastik (jika tersedia dan petugas telah dilatih) Pencuci tangan alcohol Kotak berisi peralatan resusitasi neonatus Set infus Cairan infus Cairan normal saline, Dextrosa 10% 7. Komponen Sop Pelayanan SOP Pelayanan yang dimaksud adalah SOP pada saat petugas kesehatan mengantar kasus gawat-darurat ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi. SOP Maternal Komplikasi selama transportasi No Kasus Bidan di Desa/BPS Puskesmas PONED RS PONEK 1 HPP-SYOK Jaga jalan nafas Selimuti Jaga IV 2 Jalur 20IU Oksitosin min 500cc/jam Kompresi Aorta Abd/ Bimanual Jaga jalan nafas Resusitasi Jaga IV 2 jalur 20IU Oksitosin 500cc/jam Tatalaksana sesuai kausa tidak berhasil (curettage) Kompresi Aorta Abd./Bimanual Jaga jalan nafas Resusitasi IV sentral 2 Eklampsia/PEB Jaga jalan nafas Jaga dari trauma MGSO4 IV 1 gr /jam melalui infus Ringer Laktat/Ringer Acetat Nifedipin 5mg sublingual Jaga jalan nafas Jaga dari trauma MGSO4 IV 1 gr /jam melalui infus Ringer Laktat/ Ringer Acetat Nifedipin 5mg sublingual Jaga jalan nafas Jaga dari trauma 3 Maternal Sepsis Hidrasi Jalur IV Antibiotika lini pertama Jalur IV Antibiotika lini pertama Jalur IV/Sentral Antibiotika Kultur Rawatan ICU/HCU 38

49 SOP Neonatus dengan Komplikasi No Kasus Bidan di Desa/BPS Puskesmas PONED RS PONEK 1 Asfiksia Bidan mendampingi Bayi Alat perlengkapan termasuk alat suntik, selang IV, alat resusitasi Keluarga ikut menemani Surat rujukan Obat-obatan esensial yang mungkin diperlukan selama perjalanan Kendaraan yang cukup baik adalah tersedia Uang yang cukup jika diperlukan selama merujuk Bayi dalam keadaan stabil Bayi harus dalam keadaan hangat Didampingi tenaga kesehatan yang terampil melakukan tiindakan resusitasi, minimal ventilasi Tersedia obat dan peralatan yang dibutuhkan Dilakukan oleh Tim Transportasi dengan tanda vital neonatus yang stabil. Tim transportasi harus tetap di RS yang merujuk hingga neonatus cukup stabil dan kondisinya aman untuk dibawa. Pengkajian Klinis di Lapangan Pengobatan Pemantauan selama perjalanan Hubungi NICU untuk bantuan/usulan setiap saat Dokumen 2 Sepsis Bidan mendampingi Bayi Alat perlengkapan termasuk alat suntik, selang IV, alat resusitasi Keluarga ikut menemani Surat rujukan Obat-obatan esensial yang mungkin diperlukan selama perjalanan. Kendaraan yang cukup baiki adalah tersedia Uang yang cukup jika diperlukan selama merujuk. Mewaspadai pada gangguan khusus, penyakit penyerta serta komplikasi yang terjadi seperti kejang, hipoglikemi, gangguan nafas dan icterus Merujuk neonatus yang menderita sepsi neonatorum dengan komplikasi dilakukan setelah keadaan stabil. Mewaspadai pada gangguan khusus, penyakit penyerta serta komplikasi yang terjadi seperti kejang, hipoglikemi, gangguan nafas dan icterus Merujuk neonatus yang menderita sepsi neonatorum dengan komplikasi dilakukan setelah keadaan stabil. 39

50 3 BBLR/ Preterm Bidan mendampingi Bayi Alat perlengkapan termasuk alat suntik, selang IV, alat resusitasi Keluarga ikut menemani Surat rujukan Obat-obatan esensial yang mungkin diperlukan selama perjalanan Kendaraan yang cukup baiki adalah tersedia Uang yang cukup jika diperlukan selama merujuk. Manajemen Umum Jaga Bayi tetap hangat (PMK) Jaga Jalan Nafas tetap bersih dan terbuka Nilai segera kondisi bayi tentang tanda vital Mengelola gangguan nafas Hentikan kejang dengan antikonvulsan Atasi dehidrasi denagn memasang jalur intravena dan berikan cairan rehidrasi IV Kelola sesuai dengan kondisi spesifik atau komplikasinya. Manajemen Spesifik Sesuai dengan temuan klinis dan pengelolannnya masing-masing. Manajemen Umum Jaga Bayi tetap hangat (PMK) Jaga Jalan Nafas tetap bersih dan terbuka Nilai segera kondisi bayi tentang tanda vital Mengelola gangguan nafas Hentikan kejang dengan antikonvulsan Atasi dehidrasi dengan memasang jalur intravena dan berikan cairan rehidrasi IV Kelola sesuai dengan kondisi spesifik atau komplikasinya. Manajemen Spesifik Sesuai dengan temuan klinis dan pengelolaannya masing-masing. SOP Pelayanan yang dimaksud adalah SOP pada saat petugas kesehatan mengantar kasus gawat-darurat ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi. 8. Komponen Komunikasi Sistim pelayanan kesehatan di Indonesia berjenjang dari tingkat pelayanan di tingkat desa sampai di tingkat kabupaten/kota yaitu dari pelayanan di Poskesdes sampai Rumah Sakit tertier. Disetiap tingkat tersebut masing masing fasilitas mempunyai kemampuan dan kewenangan yang berbeda termasuk kategori jenis tenaga kesehatan antara lain bidan, perawat, dokter dan para spesialis terkait. Agar rujukan dapat berjalan dengan baik maka sangat diperlukan adanya komunikasi antar fasilitas ataupun tenaga kesehatan yang berbeda dan fasilitas tersebut harus berkolaborasi dalam suatu jejaring pelayanan,khususnya dalam penanganan kasus kegawat-daruratan maternal dan neonatal (BBL). Diera elektronik dimana komunikasi makin mudah terlebih dijangkau dengan makin meluasnya pemanfaatan telepon genggam, laptop, computer, internet, media social, dll. maka rujukan kasus, laboratorium dan ilmu akan sangat terbantu di dalam proses penyelamatan ibu dan neonatal (BBL). Komunikasi memperlancar dan meningkatkan kualitas sistim pelayanan rujukan kegawat-daruratan maternal dan neonatal (BBL) 40

51 Komunikasi merupakan salah satu komponen penting agar sistim rujukan dapat berfungsi dengan baik di suatu wilayah. Terlebih mengingat berbedanya kemampuan dan kewenangan fasilitas pelayanan kegawat-daruratan yang ada. Beberapa Komponen yang perlu disiapkan yaitu: a. Manajemen KIA tingkat Kabupaten Manajer KIA tingkat Kabupaten di Dinas Kesehatan perlu mengembangkan kebijakan, strategi, intervensi dan kegiatan jejaring sistim rujukan kegawat-daruratan maternal dan neonatal (BBL) agar kematian dan kesakitan dapat dicegah. Untuk itu Dinas Kesehatan memerlukan situasi analisis program KIA yang di tentukan oleh adanya data data yang akurat baik data geografis, infrastruktur, ekonomi, social, budaya, pelayanan KIA dan program KIA. Salah satu alat yang dapat dikembangkan untuk memetakan data-data diatas dengan akurat yaitu GIS (Geografic Information System). Dengan GIS maka lokasi dan kemampuan fasilitas termasuk tenaga dan sarana pendukung dapat diletakkan dengan lebih tepat dan terpantau secara berkesinambungan agar sistim rujukan dapat berjalan dengan efisien, efektif serta berkeadilan. Selain itu untuk mendukung pemantauan kegiatan pelayanan KIA dipakai sistim PWS-KIA. 41

52 b. Data KIA Data KIA dimanfaatkan untuk pengelolaan program KIA melalui sistim PWS KIA. PWS KIA merupakan salah satu alat pantau jalannya program KIA di suatu wilayah. Pemantauan ini dilaksanakan di sesemua tingkat pemerintahan dari tingkat desa sampai provinsi bahkan pusat. Dengan sistim ini semua ibu hamil dan BBL di suatu wilayah dapat terpantau baik yang mendapatkan pelayanan dari bidan, dokter maupun spesialis swasta maupun pemerintah dari : Sejak awal kehamilan dimana pelayanan antenatal diberikan, Tercatat kesehatannya dan -terdeteksi apabila perlu dilakukan rujukan kasus berupa konsultasi, Rujukan penanganan persalinan dengan risiko ataupun penyulit terencana ataupun Rujukan kegawat-daruratan Persalinan normal Pelayanan KB Pelayanan nifas Pelayanan neonatal Data ini dicatat di dalam kohort ibu dan kohort bayi serta Buku KIA yang berada di tangan ibu hamil Selama ini PWS-KIA dilaksanakan secara manual, walaupun sejak tahun 2009 telah direformasi mengakomodasi pelayanan KIA terpadu dan tehnologi informasi kedalam bentuk software computer dengan Nama PWS Kartini. Belum banyak kabupaten memanfaatkan software ini mengingat di seluruh Indonesia baru tersedia pelayanan online di tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota. Puskesmas di Indonesia masih akan dikembangkan dalam tahun-tahun mendatang termasuk jaringan pelayanan di tingkat desa. Untuk mempermudah bidan didesa dalam mencatat dan melaporkan kegiatannya maka tehnologi informasi dapat membantu proses PWS-KIA dari tingkat desa sehingga data ibu hamil dengan faktor Risiko dan Risiko tinggi dapat terdata dan di kenali di tingkat Puskesmas PONED ataupun RS PONEK jejaring rujukan maternal dan neonatal baik swasta maupun pemerintah melalui jejaring pelayanan ANC mulai dari tingkat desa. 42

53 Dukungan teknologi ini mempermudah mekanisme rujukan, baik rujukan konsultasi, rujukan terencana maupun rujukan gawat darurat. Selain itu laporan dari Rumah Sakit dapat pula disampaikan dengan lebih cepat melalui SIM RS. Lengkapnya dapat dilihat pada Pedoman PWS-KIA (Kementerian Kesehatan RI 2010) c. Komunikasi antar fasilitas dalam suatu sistim Rujukan Pada saat terdapat kasus gawat darurat baik di tingkat masyarakat, bidan di desa, BPS, puskesmas, balkesmas, puskesmas PONED, dan Rumah Sakit pemerintah maupun swasta dalam suatu jejaring pelayanan sistim rujukan kegawat-daruratan maternal dan neonatal harus saling berkomunikasi dan berkonsultasi. Adapun Konsultasi bertujuan untuk mengetahui: Saran Penanganan kasus Kesiapan tempat tujuan PONED Kesiapan tempat tujuan RS PONEK Kesiapan ketersediaan darah Kesiapan administrasi pembiayaan Kesiapan transportasi Komunikasi dapat dilakukan mulai dari tingkat masyarakat sampai RS: No Tingkatan Jenis Komunikasi 1 Masyarakat Masyarakat setelah mengetahui tanda bahaya akan dapat langsung menghubungi tenaga kesehatan terdekat. 2 Bidan di desa Bidan di desa/bps setelah dalam batas kewenangannya tidak mampu memberikan pelayanan gawat darurat dapat melakukan konsultasi terlebih dahulu ke Puskesmas PONED atau RS PONEK (UGD, Bidan Kamar Bersalin, Perawat Neonatus, SpOG/DsA dalam jejaring pelayanan) sebelum merujuk kasus. 3 Bidan di desa/bidan/ Perawat selama perjalanan Selama dalam perjalanan merujuk kasus, petugas kesehatan dapat melakukan konsultasi ke Puskesmas PONED/RS PONEK. 4 Puskesmas PONED Pemberi layanan di Puskesmas PONED dapat berkonsultasi ke RS PONEK atau memberikan konsultasi ke pelayanan dibawahnya. 43

54 5 UGD RS PONEK UGD RS PONEK dapat memberikan pelayanan konsultasi kepada jejaring pelayanan yang ada di dalam suatu wilayah selain agar persiapan menerima kasus sudah dapat dilakukan atau merujuk ke RS PONEK lain apabila tidak terdapat ketersediaan tempat atau mengirimkan ambulans apabila masih dalam jarak waktu emas Untuk ini semua pemberi layanan gawat darurat dalam suatu jejaring pelayanan akan tercantum identitas dalam suatu elektronik direktori pelayanan yang harus di jaga secara berkesinambungan keabsahannya oleh Dinas Kesehatan setempat. Semua pemberi layanan dalam suatu jejaring akan dapat saling berhubungan satu sama lain sesuai kebutuhan baik lewat SMS maupun telepon langsung (statis maupun mobile) atau melalui call center/hotline. Tata cara konsultasi. Konsultasi sebaiknya dilakukan berjenjang dari masyarakat ke bidan di desa, BPS atau Puskesmas, ke Puskesmas PONED dan ke RS PONEK swasta maupun pemerintah. Urutan konsultasi dapat meloncat alur apabila telah mendapat saran dari tingkat diatasnya sesuai alur rujukan yang ada. Contoh: bidan di desa dapat menghubungi spesialis setelah menghubungi bidan/dokter puskesmas PONED. Hal ini dapat disepakati di tingkat kabupaten. d. Rujukan Ilmu Rujukan ilmu perlu dilaksanakan agar semua pemberi layanan rujukan dapat memberikan pelayanan prima sesuai kemampuan dan kewenangannya agar rujukan gawat darurat dapat berjalan dengan efektif, efisien. Beberapa dukungan rujukan ilmu yaitu: Pembelajaran ber basis SMS untuk standar pelayanan Pembelajaran ber basis hotline untuk manajemen layanan sesuai standar pelayanan Pembelajaran berbasis media social untuk standar dan manajemen layanan Pembelajaran berbasis komunikasi konsultasi langsung (telepon statis atau telepon genggam) untuk rujukan kasus. Pembelajaran berbasis media elektronik bagi masyarakat tentang tanda bahaya dan pelayanan prima yang ada di dalam jejaring layanan Pembelajaran melalui teleconference. (Pedoman Pemanfaatan Informasi Komunikasi Teknologi Program EMAS menawarkan SIPPP 2012) e. Pemantapan Kualitas Kualitas pelayanan prima harus selalu dijaga dan ditingkatkan agar keselamatan ibu hamil, bersalin. nifas dan neonatal dapat selamat dari kesakitan dan kematian. Oleh sebab itu semua kasus kematian maternal dan neonatal (BBL) harus melalui suatu Audit yang telah kita kenal dengan AMP (Audit Maternal dan Perinatal). Agar Audit dapat berlangsung secara rutin dan berkesinambungan, efisien dan efektif, teknologi modern dapat membantu dalam proses AMP ini dari mulai pelaporan kematian sampai dengan kajian dan rekomendasi dan dapat disebut Elektronik AMP. (kegiatan ini akan dibahas di Bab selanjutnya). 44

55 f. Umpan Balik Suatu sistim agar dapat berjalan dengan baik tentunya memerlukan suatu sistim umpan balik. Umpan balik dapat bermanfaat bagi: 1. Perbaikan kualitas pelayanan. 2. Penanganan atau pelayanan rujukan kembali setelah kasus dilayanai. 3. Perbaikan program 4. Pemenuhan Hak Warga atas pelayanan prima Salah satu alat yang dapat dipakai yaitu: SMS Getaway Mekanisme SMS Getaway adalah sebagai berikut: Setelah masyarakat mengetahui pelayanan prima yang diberikan oleh jejaring pelayanan sesuai maklumat pelayanan yang disepakati bersama masyarakat dan diumumkan, maka masalah atau apresiasi dapat disampaikan melalui SMS dengan nomor tertentu. SMS akan dikompilasi oleh suatu institusi yang ditunjuk dan didistribusikan kepada para pemberi layanan dan penanggung-jawab dan penentu kebijakan pemberi layanan untuk mendapatkan penyelesaian ataupun usulan perbaikan yang akan ditindak-lanjuti oleh para penanggung-jawab di dinas kesehatan,dinas terkait, PEMDA ataupun organisasi profesi maupun masyarakat. (Pedoman SMS Getaway Program EMAS 2012) 45

56 Komponen Rujukan Kembali Komponen rujukan kembali merupakan bagian penting yang akan dapat menyelamatkan ibu dan bayi sepulang dari pelayanan gawat-darurat di Puskesmas maupun rumah sakit. Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam rujukan kembali yaitu: 1. Surat Rujukan Kembali Mengisi atau membuat surat rujukan kembali kepada perujuk atau tingkat pelayanan dibawahnya sesuai kewenangan dan kompetensi yang diharapkan (puskesmas atau poskesdes dll). Format rujukan terlampir dibawah ini 2. Buku KIA Mengisi Buku KIA sesuai apa yang perlu dilakukan sepulang dari fasilitas yang menangani kepada fasilitas dibawahnya atau kepada keluarga. (Buku KIA merupakan satu satunya catatan ibu dan bayi yang bisa menjembatani keluarga dan berbagai macam fasilitas agar penanganan dapat berjalan berkesinambungan). Catatan: Buku KIA harus dibawa pada setiap pelayanan berkaitan dengan Jampersal ataupun jamkesmas serta Jaminan Kesehatan lainnya. 3. Komunikasi Elektronik Melakukan komunikasi kepada perujuk melalui SMS (jaringan komunikasi yang ada). 4. Kelas Ibu Bayi RS Kelas Ibu dan Bayi pada saat klien dirawat baik di rumah sakit maupun di Puskesmas PONED. Kegiatan ini merupakan suatu kegiatan penting khususnya bagi kasus komplikasi mengingat neonatal sepulangnya dirawat dari rumah sakit ataupun puskesmas perlu mendapatkan perawatan yang khusus agar tidak terjatuh kembali ke kondisi gawat darurat yang lebih parah. Kegiatan ini mengacu pada Pedoman Kelas Ibu dan Bayi di RS Kementerian Kesehatan Contoh Format Rujukan Kembali (Lampiran 2) B. Paket Persiapan Rujukan Paket Persiapan Rujukan dapat disiapkan dalam 2 bentuk: 1. Sebuah kantong yang berisi semua kebutuhan persiapan rujukan untuk masing-masing kasus. 2. Tempel semua dokumen persiapan rujukan di dinding UGD atau tempat terdekat pelayanan gawat darurat dilaksanakan. 1. Metoda Kantong Untuk itu disiapkan 7 macam kantong yang masing-masing berisi: 1. Tanda Bahaya dan Respon time 2. Cara stabilisasi 3. Surat Rujukan dan Surat Rujukan kembali 4. Materi Konseling dan Surat inform concent/penolakan rujukan 5. Alat dan obat yang dibawa 6. SOP pelayanan selama transportasi 7. Cek Jaminan Kesehatan yang ada 46

57 Kantong Plastik/ Amplop ad 7 macam Kantong Jenis Komplikasi Tanda bahaya Respon Time Stabilisasi Konseling Daftar Alat Daftar Obat Syarat Jamkesmas Petugas dapat mengecek ceklist yang tersedia dalam kantong. Lemari Persiapan rujukan Lemari diletakkan di UGD atau Ruang Pelayanan Kebidanan berisi: 1. Kantong-kantong Persiapan Rujukan Komplikasi (7 kantong) 2. Alat dan obat sesuai kebutuhan diatas 3. Daftar Tenaga Pengantar bulan berjalan 4. Daftar Kendaraan dan supir bulan berjalan Buat Format Ceklist harian bulan... tahun... Tgl Kantong Alat Obat Daftar Kendaraan dan Supir Daftar Pengantar Metoda Tempel Tempelkan semua dokumen dekat tempat pelayanan dan troli gawat-darurat serta peralatan dan obat yang harus dibawa. 47

58 Dinding Ruangan UGD / Pelayanan Kebidanan Tanda bahaya Respon Time Stabilisasi Konseling Daftar Alat Daftar Obat Syarat Jamkesmas Ceklist Persiapan Rujukan bulan Surat Inform Consent 2. Surat rujukan 3. Surat rujukan kembali 4. Alat 5. Obat-obatan 6. Daftar Kendaraan dan Supir 7. Daftar Tenaga Pengantar Buat Format Ceklist harian bulan... tahun... Tgl Surat Inform Consent Surat Rujukan + Rujukan Kembali Alat Obat Daftar Kendaraan dan Supir Daftar Pengantar Paket paket ini harus selalu tersedia disemua fasilitas dari mulai tingkat desa sampai puskesmas PONED. Cara penghitungan ketersediaan kantong disesuaikan dengan proyeksi kasus berdasarkan kasus tahun sebelumnya. Isi kantong dapat di down load dan diprint atau di fotokopi disetiap jenjang pelayanan. 48

59 Daftar Tilik 49

60 C. Pra Rujukan Puskesmas merupakan Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat yang memberikan pelayanan promotif, preventif, pengobatan dan rehabilitatif di wilayah kerjanya. Jajaran pelayanan. Agar pelaksanaan pra rujukan dapat berjalan dengan baik maka persiapan sudah harus disiapkan dari tingkat masyarakat. Kegiatan yang disiapkan untuk dapat memberikan pelayanan kegawat-daruratan pelayanan ibu dan neonatal adalah sebagai berikut: 1. Promosi Tanda Bahaya Tanda bahaya pada ibu hamil, bersalin dan nifas perlu di promosikan secara terus menerus dan diketahui di tingkat masyarakat agar dapat segera mencari pertolongan tenaga kesehatan ataupun fasilitas yang memadai agar dapat terselamatkan (Poskesdes, Puskesmas, Puskesmas PONED ataupun RS PONEK). Tanda bahaya ini menunjukkan ibu dan bayi dalam kandungan dalam bahaya. Gangguan bisa terjadi pada 15-20% dari jumlah ibu hamil, dan biasanya terjadi mendadak dan tidak dapat diprediksi sebelumnya. Oleh sebab itu, ibu, suami, keluarga, kader dan masyarakat perlu mengetahui tanda bahaya ini, sehingga bisa menolong ibu dan bayi untuk segera mencari pertolongan ke tenaga /fasilitas kesehatan terdekat. 10 Tanda Bahaya pada Ibu 7 Tanda Bahaya pada BBL 1. Ibu tidak mau makan dan muntah terus 2. Berat badan ibu hamil tidak naik 3. Perdarahan 4. Bengkak kaki, tangan/wajah, pusing dan dapat diikuti kejang 5. Gerakan janin berkurang atau tidak ada 6. Kelainan letak janin didalam rahin 7. Ketuban pecah sebelum waktunya 8. Persalinan lama 9. Penyakit ibu yang berpengaruh terhadap kehamilan 10. Demam tinggi pada masa nifas 1. Tidak mau menyusu 2. Kejang 3. Kaki dan tangan teraba dingin dan demam 4. Badan bayi kuning 5. Gerakan kedua lengan dan kaki lemah 6. Gangguan nafas 7. Tali pusat basah dan bau Tanda Bahaya dicantumkan di dalam Buku KIA, agar ibu hamil, suami dan keluarga dapat membaca, mengetahui dan dapat segera membawa ke petugas kesehatan atau fasilitas kesehatan terdekat. Tanda Bahaya diajarkan melalui kader dengan Buku Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas (Kementerian Kesehatan 2011) Tanda Bahaya diajarkan melalui Kelas Ibu dan Balita yang juga melibatkan para suami. (Pedoman Kelas Ibu dan Anak dan Lembar Balik tersedia) dan dapat dipromosikan melalui media cetak, elektronik dan media sosial. Tanda Bahaya diperkenalkan melalui Forum Masyarakat Madani dengan Motivator KIA nya (Buku Saku Motivator KIA 2012). 50

61 2. P4K (Program Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi). Sebagai upaya percepatan penurunan AKI, Menuju Persalinan yang Aman dan Selamat bagi Setiap Ibu maka diperkenalkan Program P4K sejak tahun 2008 yang dimulai dengan Program Gerakan Sayang Ibu dan Suami Siaga pada tahun Kegiatan ini merupakan salah datu kegiatan Desa SIAGA yang melaksanakan Pemantauan kesehatan ibu secara tepat melalui ANC yang berkualitas dan memanfaatkan Stiker yang ditempel disetiap rumah ibu hamil agar ibu selamat dan bayi sehat. Isi stiker : Nama Ibu hamil Taksiran Persalinan Penolong Persalinan Tempat Persalinan Pendamping Persalinan Transport yang akan digunakan Calon-calon donor darah Dengan data dalam Stiker, maka suami, keluarga, kader, dukun, masyarakat bersama tenaga kesehatan dapat memantau secara intensif keadaan dan perkembangan kesehatan ibu hamil, untuk mendapatkan pelayanan sesuai standar dari sejak hamil sehingga proses persalinan sampai nifas termasuk rujukannya bila terjadi dapat berjalan dengan baik dan tepat sehingga dapat dicegah kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir. Tujuan Terdatanya ibu hamil dan terpasangnya Stiker P4K dirumah setiap ibu hamil. Adanya perencanaan persalinan dan pemakaian KB paska salin bagi pasangan tersebut dan disepakati bersama dengan petugas kesehatan/ penolong persalinan. Terjadinya pengambilan keputusan yang berlangsung dengan cepat dan tepat apabila terjadi komplikasi. Adanya dukungan masyarakat setempat dalam penanganan gawat darurat bila terjadi komplikasi. P4K sangat bermanfaat dalam memfungsikan desa Siaga, kemitraan bidan dukun, tertanganinya komplikasi secara dini, meningkatkan cakupan KIA-KB, menurunnya kesakitan, kematian serta tercatat dan teraudit. Secara lengkap terdapat dalam Pedoman P4K dengan Stiker dalam rangka mempercepat penurunan AKI (Departemen Kesehatan RI tahun 2008) 3. Kelas Ibu Dan Bapak Selama masa Antenatal diharapkan ibu hamil dan suami mengikuti kelas ibu agar pasangan dapat memahami tentang kehamilan dan bagaimana persiapan untuk menghadapi persalinan agar selamat dan bayi lahir dengan sehat. Setiap pasangan diharapkan bisa mengikuti 3 kali pertemuan kelompok dengan bidan agar dapat mendapatkan informasi tentang 51

62 beberapa hal sbb: Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III Apa itu kehamilan Perubahan tubuh selama hamil Keluhan umum selama hamil Pelayanan Kesehatan bagi ibu hamil Pengaturan Gizi Kesiapan Psikologis menghadapi Kehamilan Hubungan suami istri selama hamil Obat yang boleh dan tidak boleh diminum Tanda Bahaya Kehamilan P4K Tanda Awal Persalinan Tanda Bahaya Persalinan dan Ibu Nifas Proses Persalinan Inisiasi Menyusu Dini Apa saja yang dilakukan ibu nifas agar bisa ASI Eksklusif KB Paska Salin Perawatan Bayi Baru Lahir Pemberian Vit K Tanda Bahaya pada BBL KMS Bayi dan Tumbuh Kembangnya Pemberian Imunisasi Penggalian dan Pelurusan mitos Infeksi Menular Seksual dan HIV Pencegahan dan Penanganan Malaria Akte Kelahiran Senam Hamil Cara Pernafasan Persalinan Cara Mengejan Cara Pernafasan Saat Melahirkan Lengkapnya ada di Pedoman Kelas Ibu, CD dan Lembar Balik Kelas Ibu (Departemen Kesehatan RI 2009) 4. Pemanfaatan Buku Kia Buku KIA merupakan satu satunya Catatan yang dipegang oleh Ibu hamil dan balita yang berisi semua catatan pelayanan dan informasi yang diperlukan bagi ibu hamil, suami maupun keluarga. Buku ini sudah dimanfaatkan diseluruh Indonesia dan di dukung dengan adanya Permenkes No. tahun 2004 tentang Buku KIA Buku KIA wajib dipakai dalam memberikan pelayanan yang sesuai standard selain merupakan salah satu persyaratan yang akan dipakai pada saat ibu perlu penanganan rujukan termasuk biayanya apabila diperlukan. (JUKNIS Jampersal 2012). 5. Pemantauan Wilayah Setempat (PWS-KIA) PWS-KIA merupakan suatu alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA disuatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Menurut definisi surveilans WHO, PWS-KIA dapat termasuk surveilans KIA. PWS-KIA memantau pelayanan ibu hamil, bersalin, nifas dan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, BBL, BBL dengan komplikasi, bayi dan balita. Proses PWS-KIA merupakan satu rangkaian dari mulai pengumpulan data, pengolahan, analisis dan intrepetasi data serta penyebraan informasi bagi yang membutuhkan. Proses ini dapat dilakukan secara manual maupun elektronik. Lengkapnya dapat dilihat di Pedoman PWS-KIA (Kementerian Kesehatan RI tahun 2010) dan Software Kartini. 52

63 Tujuan Terpantaunya dan terjaganya mutu pelayanan KIA secara terus menerus di suatu wilayah kerja. Tujuan khusus Memantau secara individu melalui kohort. Memantau kemajuan pelayanan KIA dan cakupan indicator KIA secara teratur (bulanan) dan terus menerus. Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar. Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas yang akan ditangani berdasarkan kesenjangan. Merencanakan tindak lanjut. Meningkatkan peran aparat setempat dalam penggerakan sasaran dan mobilisasi sumber dana. Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan KIA. Pengelolaan Program KIA dan Indikator Pemantauannya. Pengelolaan Program KIA diutamakan pada kegiatan pokok sbb: a. Pelayanan ANC Pelayanan sesuai Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) dilaksanakan di semua fasilitas kesehatan dengan indikator Ki dan K4. b. Pertolongan Persalinan Pelayanan Pertolongan Persalinan oleh tenaga yang kompeten diarahkan ke fasilitas kesehatan dengan indikator Pn. c. Pelayanan Nifas Pelayanan ibu nifas sesuai SPK dilaksanakan di semua fasilitas dengan indikator KF3. d. Pelayanan Neonatus Pelayanan Neonatus sesuai Standar dapat diberikan oleh dokter, bidan dan perawat di fasilitas kesehatan dengan indikator KN-lengkap. e. Deteksi Dini Deteksi Dini factor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus baik oleh masyarakat dengan indicator jumlah ibu hamil, bersalin, nifas dengan factor risiko dan komplikasi yang di deteksi oleh masyarakat. f. Penanganan Komplikasi. Penanganan komplikasi baik pada ibu maupun neonatus diharapkan mendapatkan pelayanan definitive baik di tingkat pelayanan dasar/ PONED maupun rujukan/ponek. Diperkirakan 15-20% ibu dan 15% Neonatus mengalami komplikasi dan kejadian ini kadang-kadang sulit diduga sebelumnya, oleh sebab itu semua persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan agar komplikasi dapat terdeteksi dan tertangani dengan adekuat dengan indikator PK. Selain itu komplikasi Neonatus memerlukan pengetahuan penyakit dan kelainan neonatus. g. Pelayanan Kesehatan Bayi Pelayanan diberikan bagi semua bayi usia 29 hari-12 bulan sesuai standar di semua fasilitas kesehatan. Dengan indikator Kunjungan bayi. h. Pelayanan Anak Balita Pelayanan diberikan bagi semua bayi usia bulan sesuai standar di semua fasilitas kesehatan. Dengan indikator Kunjungan Anak Balita. 53

64 i. Pelayanan MTBS (Manajemen Terpadu balita Sakit) Pelayanan terpadu Balita Sakit di fasilitas kesehatan sesuai standard (Pedoman MTBS, Departemen Kesehatan RI tahun) j. Pelayanan KB Pelayanan KB berkualitas dilaksanakan sesuai standar dengan menghormati hak individu dalam perencanaan kehamilan sehingga dapat berkontribusi dalam penurunan kematian ibu dan menurunkan tingkat fertilitas dengan indikator CPR (Contraceptive Prevalence Rate). Catatan: Indikator PK merupakan salah satu indicator penting berkaitan dengan keberhasilan penanganan kegawat-daruratan maternal dan neonatal di mana makin tinggi % makin baik (jumlah diharapkan mendekati 20% ibu hamil dan 15% neonatal. 54

65 Bab V: Monitoring dan Evaluasi A. Alat Pantau Kinerja Jejaring Sistim Rujukan Kegawat-Daruratan Ibu Dan BBL/Neonatal. Pemanfaatan alat pantau kinerja jejaring sistim rujukan kegawat-daruratan ibu dan neonatal melalui penyeliaan fasilitatif Catatan: Alat Pantau Kinerja tidak merubah Pedoman Penyeliaan Fasilitatif KIA/KB yang ada, tetapi menambahkan khusus untuk pemantapan jejaring sistim rujukannya. Jejaring Sistim Rujukan Kegawat-daruratan Ibu dan Neonatal merupakan suatu sistim pelayanan rujukan yang dapat terlaksana secara efektif, efisien dan berkeadilan, dan dilaksanakan secara komprehensif dan terpadu. Agar Sistim Rujukan dapat berfungsi, maka prinsip kolaborasi dan pertukaran informasi harus dilaksanakan dalam suatu jejaring pelayanan dari tingkat masyarakat di desa sampai fasilitas tertinggi di suatu kabupaten/kota. Alat Pantau Kinerja merupakan suatu alat pantau yang berisi kinerja yang disepakati bersama lintas program terkait ( performance standar ) dan diharapkan dapat dicapai oleh suatu jejaring pelayanan rujukan agar dapat berfungsi dengan efektif, efisien dan berkeadilan. Cara Pemanfaatan Alat Pantau Kinerja mempergunakan metoda Penyelia Fasilitatif. Metoda ini sudah dikenal dan dimanfaatkan bagi program KIA/KB (Pedoman Penyeliaan Fasilitatif Pelayanan KIA dan KB Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 2001). Penyeliaan Fasilitatif yaitu penyeliaan dengan pendekatan sistim dalam menemukan masalah atau penyebab rendahnya kinerja, termasuk rencana perbaikannya dengan melibatkan dan persetujuan pihak terkait. Tujuan Umum: Membangun jejaring sistim rujukan kegawat-daruratan ibu dan neonatal yang berfungsi secara efektif, efisien dan berkeadilan. 55

66 Tujuan Khusus: 1. Melakukan penyeliaan fasilitatif jejaring sistim rujukan di wilayah kabupaten/ kota berkala dan berkesinambungan. 2. Melaksanakan rencana tindak lanjut manajemen dan pelayanan rujukan sesuai hasil penyeliaan fasilitatif. Keluaran: Dengan memanfaatkan Alat Pantau Kinerja ini diharapkan Dinas Kesehatan bisa memantau perkembangan secara berkala dan berkesinambungan untuk mencapai dan mempertahankan kinerja 100% Alat pantau Kinerja ini terdiri dari 2 bagian: 1. Bagian Puskesmas 2. Bagian Rumah Sakit Alat Pantau Kinerja: Pedoman Alat Pantau Kinerja Jejaring Rujukan termasuk perangkat lunak analisisnya. Fungsi Alat Pantau Kinerja sebagai : 1. Peningkatan Kinerja jejaring rujukan melalui Penyeliaan Fasilitatif bagi Dinas Kesehatan, Puskesmas dan Rumah Sakit. 2. Peningkatan Kinerja jejaring rujukan melalui Kajian Mandiri di Puskesmas dan Rumah Sakit. Kegiatan ini dilaksanakan secara berkala, sebaiknya 3 bulan sekali agar dapat terjadi peningkatan atau terpelihara kinerja secara berkesinambungan. Penyelia yang dibutuhkan: Dinas Kesehatan Puskesmas Rumah Sakit : Tim Lintas Program terkait. : Tim Puskesmas (Ka Puskesmas, Dokter Puskesmas atau Bidan Koordinator) : Tim Rumah Sakit (Direksi, Bagian Kebidanan dan Bagian Anak). Cara Penyeliaan Fasilitatif: Pendampingan/ Mentoring dalam memberikan umpan balik yang membangun. Pemecahan masalah bersama Komunikasi dua arah. Prinsip Penyeliaan Fasilitatif: Orientasi pada klien Fokus pada sistim dan proses versus individu Pelibatan staf dan perhatikan kepemilikan Peningkatan kinerja berkelanjutan Pembelajaran berkelanjutan, pengembangan dan membangun kapasitas SDM Kualitas buruk biaya tinggi versus kualitas baik penghematan biaya. 56

67 Syarat Tim Penyelia: Bekerja dalam tim Berbicara dan mendengarkan segala tingkat staf Memberikan penghargaan pada hasil yang baik Mengatasi masalah pada saat itu (kalau bisa) Memberikan umpan balik yang membangun Melibatkan staf dalam proses pengambilan keputusan Jangan melakukan kritik di depan staf yang lain. Siklus Penyeliaan Fasilitatif Pencapaian Kinerja Langkah Langkah: Membuat Rencana Kunjungan Melaksanakan Penyeliaan Fasilitatif Memberikan Umpan Balik yang Membangun Membuat Rencana Tindak Lanjut untuk mengatasi temuan Melaksanakan Penyeliaan berikut untuk Pemantauan Kemajuan. Sistim Pencatatan dan Monitoring Pemanfaatan Alat Pantau Kinerja Kegiatan ini bertujuan untuk mencatat dan memantau pemanfaatan alat pantau kinerja. Pencatatan dilakukan secara manual dan elektronik. Langkah langkah: Lakukan penyeliaan Catat hasil penyeliaan dalam format alat pantau kinerja, data dimasukkan ke dalam template yang ada (terlampir) Isi format RTL Fasilitas Isi format RTL Penyelia 57

68 Format Rencana Tindak Lanjut No Instrumen Puskesmas dan RS Puskesmas 1 Instrumen1: Pelayanan Jejaring Rujukan Masalah Penyebab Rencana Aksi Penaggung jawab Pelaksanaan Waktu 2 Instrumen 2: Pelayanan Pra Rujukan 3 Instrumen 3: Pengenalan Tanda Bahaya 4 Instrumen 4: Paket Pelayanan Rujukan 5 Instrumen 5: Persiapan Pelayanan Rujukan 6 Instrumen 6: Rujukan Kembali dan Umpan Balik Rumah Sakit 1 Instrumen1: Jejaring Pelayanan Rujukan 2 Instrumen 2: Persiapan Awal Gawat Darurat dan kesiapan UGD 3 Instrumen 3: Pemanfaatan Ambulan 4 Instrumen 4: AMP 5 Instrumen 5: Akuntailitas Publik 6 Instrumen 6: Pembinaan Kualitas Pelayanan 7 Instrumen 7: Rujukan Kembali.,..,.., 2012 Tanda Tangan Tanda Tangan Penyelia Yang diselia

69 Format Rencana Penyelia No Instrumen Puskesmas dan RS Puskesmas Instrumen1: Pelayanan Jejaring Rujukan Masalah Rencana/ Sumber yang dibutuhkan Waktu Tindak Lanjut Catatan Instrumen 2: Pelayanan Pra Rujukan Instrumen 3: Pengenalan Tanda Bahaya Instrumen 4: Paket Pelayanan Rujukan Instrumen 5: Persiapan Pelayanan Rujukan Instrumen 6: Rujukan Kembali dan Umpan Balik Rumah Sakit Instrumen1: Jejaring Pelayanan Rujukan Instrumen 2: Persiapan Awal Gawat Darurat dan kesiapan UGD Instrumen 3: Pemanfaatan Ambulan Instrumen 4: AMP Instrumen 5: Akuntailitas Publik Instrumen 6: Pembinaan Kualitas Pelayanan Instrumen 7: Rujukan Kembali.,..,.., 2012 Tanda Tangan Tanda Tangan Penyelia Yang diselia

70 B. AMP (Audit Maternal Dan Neonatal) Tujuan Umum AMP bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan KIA disemua tingkatan dari Kabupaten/Kota sampai ke Pusat melalui penerapan tatakelola klinik yang baik. Tujuan Khusus. Tujuan khusus AMP adalah: Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus secara teratur dan berkesinambungan Mengidentifikasi penyebab kematian dan mengkaji factor-faktor penyebab yang dapat dicegah yaitu penyebab yang berhubungan dengan : pasien/ keluarga (situasi pribadi, keluarga, lingkungan, social ekonomi, budaya, nilai, ketidak adilan gender, dan perilaku pasien), petugas kesehatan, manajemen pelayanan kesehatan dan, kebijakan pelayanan kesehatan. Mengembangkan mekanisme pembelajaran, pembinaan, pelaporan dan perencanaan terpadu antar pemangku kepentingan dan antar fasilitas. Menentukan rekomendasi, intervensi, strategi pembelajaranbagi masingmasing pihak terkait sesuai masalah yang ada. Mengembangkan mekanisme pemantauan, evaluasi dan pengembangan terhadap rekomendasi. Memperoleh kesepakatan pemecahan masalah yang paling sesuai. Pengelolaan AMP AMP dikelola oleh TIM AMP yang terdiri dari: Pelindung: Bupati/Walikota memberikan payung hukum dan kebijakan. Tim Manajemen: Penanggung-jawab: Kepala Dinas Kesehatan 1. Memastikan terlaksananya AMP 2. Memfasilitasi Koordinator Tim dalam penyelenggaraan dan alokasi dana 3. Mengupayakan tindak lanjut rekomendasi 4. Menetapkan indicator dan standar outcome Koordinator Tim: Penanggung-jawab program KIA/ Yankes yang ditunjuk. 1. Menyelenggarakan pertemuan kajian secara rutin 2. Mengelola data hasil kajian 3. Mengatur pemanfaatan hasil kajian untuk pembelajaran, pelaporan dan perencanaan. Sekretariat Tim: Staf KIA 1. Membantu administrasi 2. Notulis pada pertemuan kajian 3. Notulis pada pertemuan pembelajaran 4. Fasilitasi pelaksanaan pertemuan AMP 60

71 Tim Pengkaji. Tim Pengkaji Internal Pakar di Kabupaten/Kota terdiri dari: DsOG, DsA, Bidan Senior, dan Spesialis lain yang dibutuhkan (Anestesia, penyakit dalam, dll) 1. Pengkajian kasus 2. Merumuskan rekomendasi 3. Mengembangkan pedoman local (bila perlu) Tim Pengkaji Eksternal (bila dibutuhkan) Sama dengan Pengkaji internal, hanya berasal dari pusat-pusat pendidikan atau kabupaten/kota tetangga yang mempunyai kemampuan menjadi pengkaji. 1. Memberi masukan kepada pengkaji internal 2. Menyediakan informasi tentang bukti-bukti ilmiah (evidence-based practice) Komunitas Pelayanan Komunitas Pelayanan merupakan para pihak yang terlibat langsung ataupun tidak langsung dalam pemberian pelayanan maternal dan neonatal. Terdapat 4 kelompok komunitas pelayanan sebagai berikut: Kelompok Masyarakat Kelompok Petugas Kesehatan Kelompok Pimpinan Fasilitas Kelompok Pembuat Kebijakan 1. Informasi kematian 2. Informasi dan pelatihan agar partisipasi meningkat 1. Informasi kematian yang ditelusuri dari masyarakat 2. Informasi dari fasilitas 1. Fasilitasi pengumpulan dan pelaporan data kematian 2. Fasilitasi implementasi rekomendasi 1. Fasilitasi penyelenggaran AMP 2. Implementasi rekomendasi pada tingkat kebijakan Catatan: AMP dapat dikerjakan secara elektronik melalui pemanfaatan SMS, Internet dengan memanfaatkan telepon genggam, laptop, androit dan computer. 61

72 Mekanisme Kerja KEMATIAN MATERNAL PERINATAL Setiap kematian dilaporkan ke Puskesmas SUMBER: - Pasien - Masyarakat - Petugas Kes - Institusi Form PKmM/ PKmP Pemberitahuan kematian 3x24 jam Semua laporan direkapitulasi di Puskesmas, RS dan Kabupaten Bidan Koordinator Rekam Medis atau SEkretaris AMP Form DKM dan DKP Puskesmas dan RKP Kabupaten Daftar Kematian bulanan Setiap kematian di-autopsi Verbal dan diisi Rekam Medis Bidan Koordinator atau Bidan yang ditunjuk atau Fasilitas (dokter, bidan) Form OVM/ OVP (Otopsi Verbal Maternal/ Perinatal) Form RMM/ RMP (Rekam Medis) Form RMMP/ RMPP (Rekam Media RS) Audit/ Pengkajian kasus oleh Tim Pengkaji Anonimasi Registrasi RAHASIA Sekretariat Tim AMP Kabupaten Format Pengkaji dan Ringkasan Pengkaji 62

73 Tim Pengkaji akan melakukan pertemuan audit secara rutin dan berkesinambungan melakukan analisis kasus secara mendalam dan memberikan Rekomendasi memanfaatkan kedua format pengkaji diatas dan Tim AMP melalui penanggungjawabnya akan menyusun Rencana Tindak Lanjut yang dapat dipertajam pembahasannya dalam suatu Forum antara lain di dalam POKJA Kegawat-daruratan yang ada. C. Mekanisme Umpan Balik Suatu sistim agar dapat berjalan dengan baik tentunya memerlukan suatu sistim umpan balik. Umpan balik dapat bermanfaat bagi: Perbaikan kualitas pelayanan. Penanganan atau pelayanan rujukan kembali setelah kasus dilayani. Perbaikan program Beberapa alat yang dapat dipakai yaitu: SMS Getaway Kotak Saran Memanfaatkan FMM/Forum Peduli KIA dengan memanfaatkan alat Monitoring Pelayanan yang diterangkan dalam Bab I tentang Tatakelola sebelumnya. Mekanisme SMS Getaway adalah sebagai berikut: Setelah masyarakat mengetahui pelayanan prima yang diberikan oleh jejaring pelayanan sesuai maklumat pelayanan yang diumumkan, maka masalah atau apresiasi dapat disampaikan melalui SMS dengan nomor tertentu. SMS akan dikompilasi oleh suatu institusi yang ditunjuk dan didistribusikan kepada para pemberi layanan dan penanggung-jawab dan penentu kebijakan pemberi layanan untuk mendapatkan penyelesaian ataupun usulan perbaikan yang akan ditindak-lanjuti oleh para penanggung-jawab di dinas kesehatan,dinas terkait, PEMDA ataupun organisasi profesi maupun masyarakat. 63

Panduan Operasional. Sistem Jejaring Rujukan Kegawatdaruratan Ibu dan Bayi Baru Lahir Puskesmas - Rumah Sakit. Panduan Fasilitasi Pemantapan AMP

Panduan Operasional. Sistem Jejaring Rujukan Kegawatdaruratan Ibu dan Bayi Baru Lahir Puskesmas - Rumah Sakit. Panduan Fasilitasi Pemantapan AMP Panduan Operasional Sistem Jejaring Rujukan Kegawatdaruratan Ibu dan Bayi Baru Lahir Puskesmas - Rumah Sakit Edisi 1, September 2014 Panduan Fasilitasi Pemantapan AMP Panduan Operasional Panduan Alat Pantau

Lebih terperinci

Pemanfaatan Alat Pantau Kinerja Jejaring Rujukan Kegawatdaruratan Ibu dan Neonatal

Pemanfaatan Alat Pantau Kinerja Jejaring Rujukan Kegawatdaruratan Ibu dan Neonatal Pemanfaatan Alat Pantau Kinerja Jejaring Rujukan Kegawatdaruratan Ibu dan Neonatal Panduan Fasilitasi Pemantapan AMP Panduan Operasional Panduan Alat Pantau Kinerja 1 2 Pemanfaatan Alat Pantau Kinerja

Lebih terperinci

Instrumen 1: Pelayanan Jejaring Sistem Rujukan Vanguard Kegawat daruratan Ibu dan BBL (neonatal)

Instrumen 1: Pelayanan Jejaring Sistem Rujukan Vanguard Kegawat daruratan Ibu dan BBL (neonatal) Lampiran A: Instrumen bagi Rumah Sakit Instrumen 1: Pelayanan Jejaring Sistem Rujukan Vanguard Kegawat daruratan Ibu dan BBL (neonatal) Nama Fasililtas: Kabupaten: Kecamatan: Tanggal: Penilai: Pertunjukpengisian:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari Millennium Development Goals (MDGs) 2015 adalah perbaikan kesehatan ibu, namun sampai saat ini Angka Kematian maternal (AKI) di beberapa

Lebih terperinci

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah bagi kehidupan seorang ibu dalam usia produktif. Bila terjadi gangguan dalam proses ini, baik itu

Lebih terperinci

PERJANJIAN KERJASAMA

PERJANJIAN KERJASAMA PERJANJIAN KERJASAMA antara JOHNS HOPKINS PROGRAM FOR INTERNATIONAL EDUCATION IN GYNECOLOGY AND OBSTETRICS (JHPIEGO) dengan PEMERINTAH KABUPATEN MALANG tentang PELAKSANAAN PROGRAM PENYELAMATAN IBU DAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh timbulnya penyulit persalinan yang tidak dapat segera dirujuk

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Deklarasi pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) yang merupakan hasil kesepakatan 189 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada September 2000

Lebih terperinci

EVALUASI PERSIAPAN PUSKESMAS PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2012

EVALUASI PERSIAPAN PUSKESMAS PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2012 EVALUASI PERSIAPAN PUSKESMAS PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2012 Karya wijaya Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro ABSTRAK Puskesmas PONED

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat menetukan dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat menetukan dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sehat sebagai salah satu hak dasar manusia, merupakan salah satu faktor yang sangat menetukan dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), yang bersama faktor pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kematian ibu dan angka kematian bayi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran hasil konsepsi, plasenta dan selaput ketuban oleh ibu,

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran hasil konsepsi, plasenta dan selaput ketuban oleh ibu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan merupakan rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi, plasenta dan selaput ketuban oleh ibu, prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Tercatat di WHO Angka Kematian Ibu di dunia tahun 2013 sebesar 210

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Tercatat di WHO Angka Kematian Ibu di dunia tahun 2013 sebesar 210 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu merupakan hal yang masih menjadi perhatian di dunia kesehatan. Tercatat di WHO Angka Kematian Ibu di dunia tahun 2013 sebesar 210 kematian ibu per

Lebih terperinci

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DAN JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) PADA FASILITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mereduksi AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia

Lebih terperinci

RANGKUMAN KESEPAKATAN DALAM KEBERLANGSUNGAN PROGRAM PENYELAMATAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR DI KABUPATEN BOGOR PASCA PENDAMPINGAN PROGRAM EMAS.

RANGKUMAN KESEPAKATAN DALAM KEBERLANGSUNGAN PROGRAM PENYELAMATAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR DI KABUPATEN BOGOR PASCA PENDAMPINGAN PROGRAM EMAS. RANGKUMAN KESEPAKATAN DALAM KEBERLANGSUNGAN PROGRAM PENYELAMATAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR DI KABUPATEN BOGOR PASCA PENDAMPINGAN PROGRAM EMAS. POKJA PENYELAMATAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR KABUPATEN BOGOR BOGOR,

Lebih terperinci

PONED sebagai Strategi untuk Persalinan yang Aman

PONED sebagai Strategi untuk Persalinan yang Aman PONED sebagai Strategi untuk Persalinan yang Aman Oleh: Dewiyana* Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) adalah pelayanan untuk menanggulangi kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal yang

Lebih terperinci

Motivator KIA. Buku Saku. Edisi 1, September Motivator KIA 1

Motivator KIA. Buku Saku. Edisi 1, September Motivator KIA 1 Motivator KIA Buku Saku Edisi 1, September 2014 Motivator KIA 1 Motivator KIA DAFTAR ISI PENGANTAR Pendahuluan Persiapan Kehamilan Pendampingan Ibu Hamil Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Persalinan di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati Deklarasi Millenium di New York pada bulan September 2000. Deklarasi Millenium ini dikenal dengan

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA CARA PENGUATAN SISTEM RUJUKAN KEGAWATDARURATAN KIBBLA PENANGGUNG JAWAB. Kepala. Ruangan

PEDOMAN DAN TATA CARA PENGUATAN SISTEM RUJUKAN KEGAWATDARURATAN KIBBLA PENANGGUNG JAWAB. Kepala. Ruangan LAMPIRAN II PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 13 TAHUN 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tingginya AKI di suatu negara menunjukkan bahwa negara tersebut

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tingginya AKI di suatu negara menunjukkan bahwa negara tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat. Tingginya AKI di suatu negara menunjukkan bahwa negara tersebut dikategorikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Prawirohardjo (2010; h. 55) kehamilan, persalinan, nifas,dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Prawirohardjo (2010; h. 55) kehamilan, persalinan, nifas,dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Prawirohardjo (2010; h. 55) kehamilan, persalinan, nifas,dan bayi baru lahir merupakan keadaan yang fisiologis namun prosesnya bisa menjadi patologis, kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih menjadi permasalahan di dunia sampai saat ini. AKI dan AKB merupakan salah satu indikator derajat kesehatan

Lebih terperinci

Daftar ISI Pendahuluan... 1 Dasar Hukum Manajemen Pendampingan... 7 Tim Manajemen Lintas Program Tingkat Provinsi... 9 POKJA Provinsi...

Daftar ISI Pendahuluan... 1 Dasar Hukum Manajemen Pendampingan... 7 Tim Manajemen Lintas Program Tingkat Provinsi... 9 POKJA Provinsi... Daftar ISI A Pendahuluan... 1 B Dasar Hukum Manajemen Pendampingan... 7 C Tim Manajemen Lintas Program Tingkat Provinsi... 9 D POKJA Provinsi... 13 E Pelaksana Pendampingan... 17 F Rencana Kerja... 21

Lebih terperinci

suplemen Informasi Jampersal

suplemen Informasi Jampersal suplemen Informasi Jampersal A. Apa itu Jampersal? Jampersal merupakan kependekan dari Jaminan Persalinan, artinya jaminan pembiayaan yang digunakan untuk pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab

BAB I PENDAHULUAN. eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, terutama disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan, eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDG) yaitu goal ke-4 dan ke-5. Target

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDG) yaitu goal ke-4 dan ke-5. Target BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu yang menjadi tujuan dalam Millenium Development Goals (MDG) yaitu goal ke-4 dan ke-5. Target MDG 2015 berkaitan dengan

Lebih terperinci

TENTANG BUPATI SERANG,

TENTANG BUPATI SERANG, BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN BANTUAN OPERASIONAL PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DAN JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) PADA

Lebih terperinci

Expanding Maternal and Newborn Survival (EMAS)

Expanding Maternal and Newborn Survival (EMAS) Expanding Maternal and Newborn Survival (EMAS) Peranan Para Mitra Kerja Jhpiego : Memiliki pengalaman selama puluhan tahun dan kemampuan dalam mengelola program kesehatan ibu dan anak Save The Children

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK)

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK) KERANGKA ACUAN PELATIHAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK) Latar Belakang Bangsa Indonesia dihadapkan dengan tantangan untuk senantiasa meningkatkan kinerja dari aspek kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komitmen Indonesia untuk mencapai MDG s (Millennium Development Goals) mencerminkan komitmen Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indicator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka Kematian Ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28H ayat 1 menyatakan: Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menunjukkan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menunjukkan rendahnya kualitas pelayanan kesehatan terutama kesehatan ibu. Salah satu kendala utamanya adalah hambatan

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN RUJUKAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK)

PANDUAN PELAKSANAAN RUJUKAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK) PANDUAN PELAKSANAAN RUJUKAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK) OLEH : TIM AKREDITASI MDGS RSUD LAHAT KATA PENGANTAR Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Neonatal (AKN) di

Lebih terperinci

PengalamanJabardalam PeningkatanKompetensiBidan. Alma lucyati

PengalamanJabardalam PeningkatanKompetensiBidan. Alma lucyati PengalamanJabardalam PeningkatanKompetensiBidan didesa Alma lucyati Jumlah Kematian Ibu dan Bayi Tahun 2003-2009 Provinsi Jawa Barat BIDAN MAMPU MENGETAHUI PENYEBAB KEMATIAN LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN

Lebih terperinci

Kepemimpinan Kadinkes Dalam Upaya Penurunan Kematian Ibu dan Neonatus

Kepemimpinan Kadinkes Dalam Upaya Penurunan Kematian Ibu dan Neonatus Kepemimpinan Kadinkes Dalam Upaya Penurunan Kematian Ibu dan Neonatus Oleh: Hartanto Hardjono PTL EMAS Jawa Tengah Yogyakarta, 6 Maret 2012 Hubungan Hulu Hilir Kematian sudah beralih dari non faskes ke

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan Pencapaian Tujuan Milenium Indonesia Tahun 2010 ditegaskan, penurunan angka kematian ibu melahirkan (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan sasaran Milenium

Lebih terperinci

Pedoman Teknis Pokja

Pedoman Teknis Pokja Pedoman Teknis Pokja Edisi 1, September 2014 Pokja FMM Perjanjian Kerjasama Maklumat Pelayanan Monitoring Pelayanan 1 DAFTAR ISI I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan C. Pengertian Umum

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN DANA JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN DANA JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012 BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN DANA JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012 BUPATI KUDUS, Menimbang : a bahwa dalam rangka menurunkan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN BANTUAN OPERASIONAL PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DAN JARINGANNYA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kandungan, saat kelahiran dan masa balita (dibawah usia lima tahun).

BAB 1 PENDAHULUAN. kandungan, saat kelahiran dan masa balita (dibawah usia lima tahun). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia dalam bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan secara mudah dan terjangkau dalam rangka meningkatkan derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan derajat kesehatan masyarakat dan keberhasilan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan derajat kesehatan masyarakat dan keberhasilan pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat dan keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan (Kemenkes

Lebih terperinci

Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal, Angka Kematian Ibu (AKI)

Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal, Angka Kematian Ibu (AKI) kesehatan ibu dan anak, penyediaan SDM yang berkulitas dan penyediaan sarana dan prasarana dalam upaya percepatan penurunan AKI di Kabupaten Bangka Tengah. Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal,

Lebih terperinci

KESEHATAN IBU DAN ANAK. dr Dani MKes Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha 2015

KESEHATAN IBU DAN ANAK. dr Dani MKes Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha 2015 KESEHATAN IBU DAN ANAK dr Dani MKes Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha 2015 LATAR BELAKANG : MILENIUM DEVELOPMENT GOALS ( MDG S ) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri agar pencapaian derajat kesehatan

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

Lebih terperinci

BUPATI SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS,

BUPATI SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, BUPATI SAMBAS PERATURAN BUPATI SAMBAS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) DAN PROGRAM PERSALINAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) BAGI PUSKESMAS DAN JARINGANNYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak kejadian komplikasi dari proses kehamilan, persalinan, hingga nifas yang mengarah terjadinya angka kematian ibu.

BAB I PENDAHULUAN. Banyak kejadian komplikasi dari proses kehamilan, persalinan, hingga nifas yang mengarah terjadinya angka kematian ibu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak kejadian komplikasi dari proses kehamilan, persalinan, hingga nifas yang mengarah terjadinya angka kematian ibu. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan Millennium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya penurunan angka kematian anak salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehamilan sebagai komplikasi persalinan atau nifas, dengan penyebab terkait atau

BAB 1 PENDAHULUAN. kehamilan sebagai komplikasi persalinan atau nifas, dengan penyebab terkait atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian ibu yaitu kematian perempuan hamil atau kematian dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa mempertimbangkan umur dan jenis kehamilan sebagai komplikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan ibu selama kehamilan sampai melahirkan dicerminkan dari tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) yang dapat dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur penentu status kesehatan (Saifuddin, 2013). Keadaan fisiologis bisa

BAB I PENDAHULUAN. unsur penentu status kesehatan (Saifuddin, 2013). Keadaan fisiologis bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa depan suatu bangsa dipengaruhi oleh kesejahteraan ibu dan anak, kesejahteraan ibu dan anak dipengaruhi oleh proses kehamilan, persalinan, postpartum (nifas), BBL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, karena ibu dan anak merupakan. dan anak penting untuk dilakukan (Kemenkes RI, 2016)

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, karena ibu dan anak merupakan. dan anak penting untuk dilakukan (Kemenkes RI, 2016) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu dan anak adalah anggota keuarga yang perlu mendapatkan prioritas dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, karena ibu dan anak merupakan kelompok rentan terhadap keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Millennium Development Goals (MDGs) kelima, berjalan. 200 selama dekade terakhir, meskipun telah dilakukan upaya-upaya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Millennium Development Goals (MDGs) kelima, berjalan. 200 selama dekade terakhir, meskipun telah dilakukan upaya-upaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kesehatan ibu di Indonesia, yang merupakan tujuan pembangunan Millennium Development Goals (MDGs) kelima, berjalan lambat dalam beberapa tahun terakhir.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi tahun 2003 di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen kesehatan pada periode 2005-2009.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bayi (AKB) 32/1.000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatus (AKN) meninnggal setiap 1 jam (Profil Kesehatan Indonesia, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. bayi (AKB) 32/1.000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatus (AKN) meninnggal setiap 1 jam (Profil Kesehatan Indonesia, 2014). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Survei Demografi Kesehatan Indonesia pada tahun 2012 telah mencatat masalah kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) dan bayi di Indonesia

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 PEDOMAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DANA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN JAMINAN PERSALINAN DI LINGKUNGAN KABUPATEN BANDUNG BARAT Menimbang : a. DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mencapai komitmen internasional, yang dituangkan dalam Millennium

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mencapai komitmen internasional, yang dituangkan dalam Millennium digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur. Mulamula kekuatan yang muncul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunita Tri Setya, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunita Tri Setya, Kebidanan DIII UMP, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak bergantung pada tempat atau usia kehamilan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan dan kelahiran anak. Pada tahun 2013

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) DINAS KESEHATAN DAERAH KOTA BLITAR

WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) DINAS KESEHATAN DAERAH KOTA BLITAR 1 WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) DINAS KESEHATAN DAERAH KOTA BLITAR WALIKOTA BLITAR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menurunkan angka

Lebih terperinci

POLICY PAPER Rencana Aksi Daerah Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu(RAD PPAKI)

POLICY PAPER Rencana Aksi Daerah Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu(RAD PPAKI) POLICY PAPER Rencana Aksi Daerah Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu(RAD PPAKI) oleh Kate Walton, Health Specialist, USAID-Kinerja Maret 2015 Latar Belakang Pada akhir tahun 2015, diharapkan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan yaitu asuhan kehamilan, pesalinan, bayi baru lahir, nifas

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan yaitu asuhan kehamilan, pesalinan, bayi baru lahir, nifas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bidan mempunyai peran penting dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Peran tersebut mencangkup pemeriksaan yang berkesinambungan yaitu asuhan kehamilan, pesalinan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2012). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. SISTEM RUJUKAN 1. Definisi Rujukan adalah suatu kondisi yang optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan atau fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu upaya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu upaya pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu upaya pelayanan dasar yang ada di puskesmas. Tujuan umum program KIA ini adalah meningkatkan derajat kesehatan ibu

Lebih terperinci

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan, ekonomi dan kesehatan. Masalah kesehatan sampai saat ini masih belum dapat diselesaikan. Salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. indikator keberhasilan program pembangunan.kesehatan berimplikasi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. indikator keberhasilan program pembangunan.kesehatan berimplikasi pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu indikator kesejahteraan penduduk sekaligus indikator keberhasilan program pembangunan.kesehatan berimplikasi pada produktifitas perorangan

Lebih terperinci

Buku Saku Motivator Kesehatan Ibu dan Anak

Buku Saku Motivator Kesehatan Ibu dan Anak Buku Saku Motivator Kesehatan Ibu dan Anak PK Pokja Maklumat FMM- Antar Fasilitas Pelayanan Peduli KIA 1 Buku Saku Motivator Kesehatan Ibu dan Anak Monitoring & Pengelolaan Umpan Balik Buku Saku Motivator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indikator utama dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. indikator utama dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator utama dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Menurunnya AKI dari 334

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Menurunnya AKI dari 334 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) merumuskan delapan tujuan pembangunan, dua diantaranya adalah komitmen dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELACAKAN KASUS KEMATIAN IBU/BAYI

KERANGKA ACUAN PELACAKAN KASUS KEMATIAN IBU/BAYI KERANGKA ACUAN PELACAKAN KASUS KEMATIAN IBU/BAYI I. PENDAHULUAN Saat ini status kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih jauh dari harapan, ditandai dengan masih tingginya angka kematian ibu (AKI) yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Program pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Program pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri agar derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah aset yang paling berharga yang harus dimiliki oleh setiap orang untuk menjalankan segala aktivitas dalam kehidupan. Mendapatkan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus kematian ibu di negara berkembang pada umumnya adalah wanita hamil yang meninggal disebabkan oleh keterlambatan pengambilan keputusan untuk mendapatkan perawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Indikator

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Indikator 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang menunjukkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Indikator derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian bayi (AKB) dan Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komplikasi persalinan pada ibu dan bayi baru lahir sebagai faktor penyebab tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam pertolongan persalinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hamil atau dalam 42 hari setelah persalinan, keguguran atau terminasi

BAB I PENDAHULUAN. hamil atau dalam 42 hari setelah persalinan, keguguran atau terminasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang AKI (Angka Kematian Ibu) merupakan jumlah kematian wanita saat hamil atau dalam 42 hari setelah persalinan, keguguran atau terminasi kehamilan, dari setiap penyebab

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang :

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI (P4K)

KERANGKA ACUAN PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI (P4K) KERANGKA ACUAN PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI (P4K) I. PENDAHULUAN Kehamilan merupakan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. AKI (Angka Kematian Ibu) adalah jumlah kematian ibu selama

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. AKI (Angka Kematian Ibu) adalah jumlah kematian ibu selama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu indikator kesejahteraan suatu bangsa. AKI (Angka Kematian Ibu) adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan status kesehatan masyarakat di Indonesia sudah mulai

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan status kesehatan masyarakat di Indonesia sudah mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan status kesehatan masyarakat di Indonesia sudah mulai menunjukkan hasil nyata. Keberhasilan pembangunan kesehatan ini, salah satunya dapat dilihat dari periode

Lebih terperinci

(GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

(GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan tolak ukur dalam menilai kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu pemerintah berupaya keras menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 58,9/ kelahiran hidup, angka ini mengalami peningkatan dibandingkan AKI

BAB I PENDAHULUAN. 58,9/ kelahiran hidup, angka ini mengalami peningkatan dibandingkan AKI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2015 Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Tabanan sebesar 58,9/100.000 kelahiran hidup, angka ini mengalami peningkatan dibandingkan AKI tahun 2014 sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Eka Fitriani, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Eka Fitriani, Kebidanan DIII UMP, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi juga merupakan target sasaran

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULAN. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan hasil Survei

BAB 1 PENDAHULAN. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan hasil Survei BAB 1 PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup. AKI pada hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan ibu merupakan bagian yang sangat penting dalam. kesehatan reproduksi karena seluruh bagian yang lain sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan ibu merupakan bagian yang sangat penting dalam. kesehatan reproduksi karena seluruh bagian yang lain sangat dipengaruhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan ibu merupakan bagian yang sangat penting dalam kesehatan reproduksi karena seluruh bagian yang lain sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Apabila ibu sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pengambilan keputusan dalam kesehatan masyarakat akan sangat tergantung dari ketersediaan data dan informasi. Sistem informasi yang baik, proses pengumpulan, analisis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pemeriksaan kehamilan setiap 4 minggu sekali dari saat pemeriksaan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pemeriksaan kehamilan setiap 4 minggu sekali dari saat pemeriksaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) sangat menyarankan agar ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan setiap 4 minggu sekali dari saat pemeriksaan kehamilan pertama kali

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR 1 BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci