MED-MEDAN SEBUAH TRADISI UNTUK KEBERSAMAAN. I Made Sudharma

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MED-MEDAN SEBUAH TRADISI UNTUK KEBERSAMAAN. I Made Sudharma"

Transkripsi

1 MED-MEDAN SEBUAH TRADISI UNTUK KEBERSAMAAN I Made Sudharma Judul : Med-medan Tradisi unik dari Sesetan Pengarang : I Made Mungguh Penertbit : Pustaka Bali Post Tebal : 102 Halaman PENDAHULUAN Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang semua pada dasarnya adalah pribumi, yang secara turun-temurun yang telah tinggal di wilayah geografis Indonesia. Begitu juga dengan kebudayaannya sudah ada secara turun-tenurun. Suatu kajian sejarah kebudayaan dapat menyoroti keseluruhan perkembangan kebudayaan di suatu daerah atau Negara, Namun dapat juga secara khusus memberikan sorotan terhadap salah satu aspek Sejarah Kebudayaan atau beberapa komponen kebudayaan. Komponen suatu kebudayaan adalah apa yang di sebut juga sebagai unsur kebudayaan, seperti system kepercayaan, system pengetahuan, system perekonomian, system kesenian, system komunikasi dan sosial. Masyarakat Hindu di Bali sejak lama telah memiliki suatu kebudayaan yang unik, indah dan kaya makna sekaligus penuh mesteri. Dikatakan misteri karena banyak produk budaya Bali tidak bisa dilepaskan dari kepercayaan yang bersifat magis religius. Kebudayaan sering diartikan sama dengan kemanusiaan. Sehingga tidak salah apabila ilmu kebudayaan diistilahkan dengan The Humanities atau Humaniora. Manusia menciptakan kebudayaan karena hakekat kemanusiaannya.dan setelah kebudayaan tercipta, dengan demikian manusui melesterikannya. Manusia menciptakan kebudayaan adalah akibat dari perkembangan kemampuan (daya) dari idep (budi). Manusia harus dapat mengembangkan bayu, sabda,idep yang dimilikinya yang dituntun oleh oleh nilai keutamaan(guna) maenjadi suatu kebudayaan. Di setiap kebudayaan yang ada disana terdapat unsur-unsur nilai dari estetika yaitu keindahan. Secara umum Estetika diartikan sebagai suatu cabang filsafat yang memperhatikan atau menghubungkan dengan gejala yang indah pada alam dan seni, pandangan ini mengandung pengertian yang sempit. Estetika berasal dari bahasa yunani aisthetika berarti hal-hal yang dapat diserap oleh panca indera, oleh karena itu estetika sering diartikan sebagai persepsi indera. Penggunaan kata 131 Shopia Dharma, Volume I Edisi 1 Nomor 1 Juli Desember 2013

2 estetika berbeda dengan filsafat keindahan, karena estetika kini tidak lagi semata-mata menjadi permasalahan falsafi, didalamnya menyangkut bahasan ilmiah berkaitan dengan karya seni, sehingga merupakan lingkup bahasan ilmiah. Cakupan pembicaraan tentang keindahan dalam seni atau pengalaman estetis,yang berkaitan juga dengan gaya atau aliran seni, perkembangan seni dan sebagainya. Salah satu aktivitas yang merupakan unsur kebudayaan yang telah dilakoni oleh masyarakat Banjar Kaja, Kelurahan sesetan yaitu tradisi Med-medan, sebagai cara untuk ikut melesterikan budaya Bali. Walaupun berpuluh-puluh tahun, bahkan mungkin sudah ratusan tahun. Tradisi Med-medan ini telah berlangsung secara tradisional dan tidak diketahui kapan mulainya. Sebagaimana biasanya acara Medmedan ini dilakukan pada hari Ngembak geni dalam rangka menyambut Tahun Baru Saka, warga Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan. Kata dasar dari kata medmedan yaitu dari kata maomed-omedan adalah omed, Kata omed diulang menjadi maomed-omedan yang artinya bertarik-tarikan. Dalam suatu tradisi di masyarakat selalu adanya pro dan kontra.seperti halnya tradisi Med-medan ini, Tradisi ini mendapat cibiran dari masyarakat. Masyatakat Banjar Kaja, Sesetan, amat menolak tudingan image atau kesan bayang-bayang yang seolah-olah menuduh tradisi Medmedan itu sebagai sebagai suatu kesempatan arena untuk bercium-ciuman di depan masyarakat umum.sebagai umat yang beragama khususnya Agama hindu tidak akan mungkin berciuman di depan umum.hal yang seperti itu tidak pernah terjadi dan tidak pernah ada ide seperti itu. Tradisi inin hanyalah luapan-luapan kebahagiaan para muda-mudi pada saat mereka melaksanakan Med-medan, yang merupakan ajang masima krama. Med-medan adalah suatu mitologi yang diterima sebagai warisan masyarakat Banjar Kaja, Sesetan, secara turun-temurun dari generasi tua sampai generasi muda saat ini. Karena itulah tradisi Med-medan ini kedengaran dan kelihatan unik dan langka dan sama sekali tidak ada ditempat lain. SEJARAH TRADISI MED-MEDAN. Tradisi med-medan ini sudah diwarisi secara turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Menurut informan dari warga Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan, yang tertua yakni I Wayan Orten, Bahwa tradisi ini sudah ada pada zaman pemerintahan Hindia Belanda. Pelaksanaan Med-medan waktu itu dilangsungkan pada Hari raya Nyepi. Pada sore harinya. Dan pelaksanaan nyepi di daerah sesetan khususnya di Banjar Kaja melaksanakan sipeng dari sejak pagi sampai tengah hari. Pada sore harinya mereka ngelebar brata serta melaksanakan tradisi Med-medan., Dan pada malam harinya kembali melaksanakan sipeng sampai pagi esoknya. Hal seperti ini terus berlangsung sampai tahun Menurut I Gusti Ngurah Oka Putra, salah seorang keturunan di jero Banjar Kaja atau Puri Oka Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan, menjelaskan bahwa keturunannya yang bernama Anak Agung 132 Shopia Dharma, Volume I Edisi 1 Nomor 1 Juli Desember 2013

3 Made Raka yang dijuluki Ida Bhatara Kompiang oleh sentananya menjadi pemucuk atau mengatur pemerintahan di Desa Sesetan pada saat itu. Pada saat menjelang Hari Raya Nyepi, Ida bhatara kompyang sakit keras, walaupun sudah diobati keberbagai dukun, tetapi tidak sembuh-sembuh juga. Beliau sulit berdiri apalagi berjalan. Kepada warga beliau melarang untuk menjenguk diri beliau dan jangan maengadakan keramaian atau ribut-ribut di depan Puri. Wargapun menjadi sedih dan kecewa karena adanya pelarangan tersebut. Ditengah kesedihan dan kekecewaan yang dirasakan masyarakat pada saat itu, ada beberapa masyarakat yang melanggar larangan tersebut, tetap melaksanakan tardisi med-medan yang telah diwarisi oleh nenek moyangnya. Akhirnya med-medan pun ramai seperti sedia kala.ida Bhatara Kompyang yang sedang sakit keras menjadi marah sekali dan seketika itu juga memerintahkan keluarganya untuk menghantarkan beliau kedepan Puri, yang bermaksud hendak membentak para abdinya dan menghentikan keributan tersebut agar suasana puri menjadi tenang. Pada saat beliau dihantar ke luar puri, sakit yang dirasakan semakin berkurang dan sampai di tempat rakyat berkumpul sakitnya hilang dan malah merasa beliau benar-benaar sehat seperti sedia kala. Seketika itu tokoh puri mengurungkan niatnya malah berkehendak sebaliknya. Beliau menganjurkan kepada masyarakat agar pelaksanaan maed-medan tersebut dilakukan sebagaimana trsdisi ysng biasanya. Beliau merasakan ada sesuatu keajaiban yang dialami, dari yang pada awalnya sakit seketika menjadi sehat bugar. Fenomena diatas terjadi sesuai dengan pendapat Koentjaraningrat (1958 : 450) yang menganggap bahwa unsur-unsur kebudayaan yang dipelajari paling dahulu di dalam masa si individu pendukung kebudayaan itu masih kanak-kanak, akan paling sukar juga diganti oleh unsur-unsur kebudayaan asing. Karena adanya pengaturan, penataan dan pembinaan umat Hindu secara profesional oleh Parisada Hindu Dharma (pusat) pada tahun 1980-an, yaitu pelaksanaan hari Raya Nyepi harus benar-benar dilaksanakan sipeng selama 24 jam dan besoknya hari Ngembak geni. Sejak itulah pelaksanaan med-medan dilakukan pada saat setelah hari Raya Nyepi yaitu pada hari Ngembak Geni, dengan acara utama yaitu masima krama atau dharma santi dan dilanjutkan dengan melaksanakan tradisi Med-medan sebagaimana yang disaksikan orang-orang seperti sekarang pada setiap tahun di hari Ngembak Geni di depan Bale Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan. Sekitar tahun 1984-an, para tokoh masyarakat di Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan yang dipelopori oleh I Gusti Ngurah Oka Putra, I Wayan Warna dan I wayan Beny, SH, (almarhum), merencanakan untuk meniadakan tradisi Medmedan. Karena adanya cemoohan/cibiran bahwa anak-anak muda-mudi di Banjar Kaja, Sesetan mengadakan hiburan dengan variasi cium-ciuman di depan umum. Sebagai seorang pewaris keturunan dari Puri Oka di Desa Sesetan dengan tegas menolak tudingan miring tersebut. Pada saat Ngembak geni pernah tradisi Med- 133 Shopia Dharma, Volume I Edisi 1 Nomor 1 Juli Desember 2013

4 medan ini tidak dilaksanakan, dengan memasang pengumuman di arena atau tempat Med-medan tersebut, Tetapi walaupun demikian warga masyarakat dan para penonton dari luar masyarakat Banjar Kaja, Sesetan tetap datang berjubel. Pada saat itu entah dari mana datangnya ditengah-tengah kerumunan warga yang ramai, terjadilah perkelahian dua ekor babi, dan tak seorangpun mampu memisahkan kedua babi yang sampai berdarah-darah tersebut. I Gusti Ngurah Oka Putra pun segera mendatangi tempat kejadian. Begitu tiba di tempat terjadi kehebohan, karena seketika itu pula babi yang berkelahi tadi memisahkan diri dan lari terbirit-birit, dan menghilang. Tak seorang pun tahu kemana dan siapa pemilik dari babi tersebut. Berdasarkan kejadian ini para prajuru banjar dan tokoh masyarakat untuk bermusyawarah tentang kejadian itu dan menganalisis apa kirakira akan terjadi setelah peristiwa tersebut. Pada saat piodalan di Pura Bale Banjar, Berdasarkan kejadian tersebut para tokoh adat/agama Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan memohon petunjuk kepada orang yang kesurupan (mapinunas). Dengan jawaban singkat diberikan oleh orang yang kerauhan (kesurupan) bahwa Med-medan itu adalah kehendak sesuhunan yang berstana di Pura Bale Banjar dan harapan agar diteruskan pelaksanaannya. Pengalaman-pengalaman tentang kejadianpkejadian yang dialami sendiri oleh para abdi dan masyarakat warga Banjar Kaja, Sesetan itu, disimpulkan oleh warga setempat, bahwa tradisi Med-medan harus diteruskan, dilestarikan dan dikembangkan, karena para Dewa yang berstana di Pura Banjar itu memang menghendaki. Dalam hal ini warga Banjar Kaja, Sesetan, percaya dan berkeyakinan bahwa petapakan yang disungsung (disembah) di Pura tersebut yang berwujud Rangda (disebut dengan julukan Ida Ratu Ayu Mas Calonarang), dan patung Bangkal (disebut Ida Ratu Gede Bangkal Putih), Memang menghendaki tradisi Med-medan diadakan, dilestarikan dan dianggap sebagi pelindung, sebagai pemberi kesejahteraan kepada umat setempat. PELAKSANAAN MED-MEDAN Pada tanggal satu sasih kedasa sesuai dengan kalender Bali (Tahun Baru Saka) dilaksanakan hari Raya Nyepi, dimana masyarakat Bali melakukan Catur Brata penyepian yaitu empat yang di larang, amati geni (tidak menyalakan api/lampu), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelangon (tidak mengadakan hiburan). Masyarakat di wajibkan benarbenar melakukan upawasa (puasa) selama 24 jam, dan pada keesokan harinya disebut dengan Hari Raya Ngembak Geni. Pada hari inilah tradisi Med-medan tersebut dilaksanakan oleh para muda mudi Banjar Kaja, Sesetan. Sebagai pemain atau peserta Med-medan tersebut terdiri atas kaum muda mudi yang masih lajang atau mereka yang belum pernah nikah dan tercatat sebagai anggota STT yang orang tuanya menjadi anggota ngarep pada warga suka duka Banjar Kaja, 134 Shopia Dharma, Volume I Edisi 1 Nomor 1 Juli Desember 2013

5 Kelurahan Sesetan. Pada saat sekarang ini orang luar dan orang asing dapat ikut mendaftar sebagai peserta Med-medan ini asalkan memenuhi syarat yaitu ; masih lajang/bujang, membawa surat-surat resmi dan rekomendasi atau izin dari pemda setempat. Dalam pelaksanaan tradisi Med-medan ini, demi kelancaran pelaksanaannya terlebih dahulu dibentuknya panitia. Sebagai penanggung jawab yaitu kelihan Banjar dan Kelihan Adat. Panitia dibentuk berdasarkan hasil rapat yang telah dilakukan beberapa kali. Konsep-konsep dan gagasan-gagasan yang telah dipadukan masyarakat Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan bisa menggerakkan organisme yang memiliki kesadaran diri untuk mampu bergaul, berintegrasi, dan berwawancara dengan diri mereka masing-masing. Pelaksanaan tradisi Med-medan dimulai tepat pukul Wita. Acara pembukaan yang dilaksanakan oleh Prajuru Banjar. Arahan dan petunjuk singkat disampaikan oleh Prajuru banjar, agar semua bermain secara baik, sopan, dan beretika, sesuai dengan budaya Bali.Tidak beraksi senonoh, jorok dan menjijikkan. Persembahyangan bersama, diikuti oleh semua hadirin yang ada di areal Pura dan Bale Banjar. Acara ini langsung dipimpin oleh Jero Pemangku Pura Banjar. Persembahyangan ini dilakukan bermaksud memohon kerahayuan atau keselamatan, mengembalikan dan memoertahankan keseimbangan spiritual antara manusia dan alam semesta ini. Dharma santi atau masima krama dan dilanjutkan dengan tari-tarian Bali. Acara ini dipimpin oleh Prajuru Banjar memberikan beberapa uraian tentang makna dari Hari Raya Nyepi, saran dan nasehat. Dan dilanjutkan dengan adanya dialog dengan para hadirin yang ada di ruang masima krama. Kemudian baru ditampilkan tari-tarian Bali sebagai kreativitas dari muda mudi di Banjar Kaja. Puncak acara pelaksanaan tradisi Med-medan di depan Bale Banjar. Kelompok dibagi menjadi dua, di satu sisi berdiri kelompok remaja putra dan di sisi lain berdiri kelompok remaja putri, yang saling berhadapan. Tiap kelompok ditentukan jumlah anggotanya, kelompok putra berjumlah 40 orang, kelompok putri berjumlah 60 orang, agar kekuatan kelompok menjadi seimbang, dilakukan secara bergantian dengan anggota yang belum dapat. Tiap kelompok memiliki kepala kelompok yang posisinya berada di depan, sedang anggotanya ada dibelakangnya dengan saling memeluk pinggang teman di depannya. Nantinya pada saat akan dimulai ketua kelompok putri dipegang kedua tangannya oleh ketua kelompok putra, kemudian saling tarik-tarikan. Pada saat seorang ketua kelompok telah menginjak garis tertentu, maka kelompoknya dinyatakan kalah, harus menyerahkan ketua kelompoknya itu kepada kelompok yang menang. Yang siserahkan ini dinamakan sebagai pecundang. Pada fase permainan kedua, pecundang fase satu dijadikan jarahan kelompok yang menang pada fase pertama dan ditempatkan pada posisi satu atau ketua kelompok pada bekas bekas lawannya pada fase satu. Pada fase kedua ini jika ia menang berhadapan dengan bekas 135 Shopia Dharma, Volume I Edisi 1 Nomor 1 Juli Desember 2013

6 kawannya pada fase satu, maka pecundang mendapat tambahan pecundang lagi dari bekas kawannya lagi, dan seterusnya. Jika terjadi hal yang sebaliknya, yaitu pada fase kedua ini ia kalah, maka pecundang ini kembali ke bekas kawannya seperti pada fase satu, dan demikian seterusnya. Pertukaran tempat kelompok dilakukan setiap terjadi perputaran fase. Setiap penghentian fase dengan kalahnya suatu kelompok dan diikuti pula dengan menyiramkan air kepada semua peserta, baik kelompok yang kalah maupun yang menang pun disiram, agar peserta benarbenar berhenti menarik lawannya. Siraman air itu tujuannya untuk menghentikan setiap fase, juga sekaligus untuk menyejukkan badan peserta dari teriknya matahari. Kelompok pecalang dibagi menjadi tiga yaitu ; 1. Sebagai petugas khusus memberi tanda mulai dan berhentinya permainan. 2. Sebagai petugas ketertiban yaitu mencegah permainan yang tidak disiplin dan dari penonton nakal. 3. penyiram pemain untuk menghentikan tiap fase. Permainan akan dihentikan jika pemain atau peserta sudah kelihatan lesu, dan dengan posisi matahari telah menunjukkan waktu sekitar pukul Wita. Perhitungan final kalah menang tidak dijumlah dan tidak di umumkan. Semua para peserta Med-medan saling bersalaman antar sesamanya dan juga dengan beberapa penonton. Istirahat sambil makan bersama. Di tempat istirahat aula Bale Banjar, sambil menikmati hidangan ala kadarnya, sambil beramah tamah. Penutup. Kelihan Banjar menutup acara yang disertai ucapan terima kasih kepada seluruh masyarakat yang berpatisipasi menyukseskan tradisi Med-medan ini. Warga masyarakat umum pun di bubarkan. Bagi seluruh masyarakat warga Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan pelaksanaan Med-medan berfungsi untuk mempertahankan, melanjutkan, dan bahkan meningkatkan mutu tradisi tersebut pada masa yang akan datang, agar pelaksanaannya bisa lebih berkualitas. Melalui pelaksanaan Med-medan ini diharapkan lebih merekatkan rasa persatuan masyarakat, khususnya diantara para anggota STT, sehingga bisa mencegah adanya konflik yang mungkin saja terjadi di masyarakat Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan. Dengan melaksanakan tradisi Medmedan ini diharapkan dengan masuknya budaya lain yang mengandung unsurunsur yang bersifat negatif, dapat meminimalisasi pengaruhnya terutama terhadap generasi muda yang masih labil pemahamannya terhadap budaya Bali. Melalui kegiatan Med-medan yang diadakan setiap tahun yang mendemokrasikan tradisi yang langka da unik itu, diharapkan tradisi ini makin dikenal orang dan dengan demikian sekaligus akan berdampak positif terhadap Desa Sesetan, lebih dikenal di masyarakat umum, karena adanya tradisi Med-medan ini. Upacara dan acara tradisi Med-medan merupakan wadah kesepakatan untuk mewujudkan kearifan masyarakat religius di Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan, yang 136 Shopia Dharma, Volume I Edisi 1 Nomor 1 Juli Desember 2013

7 berfungsi sangat besaar bagi kelangsungan hidup warga mereka. Tujuan dari tradisi Med-medan ini adalah : 1. Penghormatan terhadap leluhur dan Tuhan Yang Maha esa. Warga Banjar Kaja agar selalu ingat terhadap leluhur yang sebagai perintis dan cikal bakal pembawa kebudayaan atau tradisi dan selalu bertaqwa kehadapan Tuhan Yang Maha esa, sebagai pencipta. Tradisi Med-medan juga sebagaiupacara keagamaan yang dapat membangkitkan rasa solidaritasdan kerekatan sosial masyarakatnya. 2. Menyame braya. Tadisi Med-medan juga berfungsi sosial yaitu untuk memupuk rasa kesetiakawanan atau menyame braya diantara masyarakat warga Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan, Yang juga memiliki konsepsi dan slogan : saling asih, saling asah dan saling asuh. Prinsip ini selalu mengutamakan hidup yang selaras, serasi dan harmonis, dan berkeseimbangan hubungnnya terhadap orang lain. 3. Keharmonisan dan solidaritas, upacara Med-medan ini dipercaya dapat sebagai mediasi dalam penyelesaian konflik. Menerapkan hidup gotong royong dalam kehidupan masyarakat. 4. Sebagai hiburan, Para penonton yang datang ke acara tradisi Med-medan menikmati berbagai hal yang menarik dan menyenangkan mereka. Disamping bertemu dengan kerabat lama juga dapat mengenal masyarakat yang lainnya Hal ini juga berdampak terhadap perekonomian dari warga Sesetan khususnya di Banjar Kaja,karena para tamu domistik ataupun tamu asing yenyu akan membelanjakan uangnya untuk membeli makanan ataupun minuman. MAKNA TRADISI MED-MEDAN Nilai budaya itu bersifat abstrak,berada di dalam pikiran tiap-tiap orang, dan berada dalam alam pikiran warga masyarakat di tempat kebudayaan tersebut hidup. Nilai budaya ini dinamakan sebagai adat tata kelakuan yang fungsinya mengatur, mengendalikan, dan mengarahkan kelakuan manusia dalam masyarakat, menentukan tindakan dan memilih alternatif-alternatif yang ada. Nilai Budaya dalam hal ini dimaksud sebagai pola perilaku lelompok sosial tertentu.jadi pemberian ati terhadap suatu benda, pemberian nilai budaya itu, akan menjadi posisi sentral dalam kerangka suatu kebudayaan, karena berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi tata kelakuan manusia (Kessing, 1989 : 68). Pada masyarakat tradisional, makna ini diberikan kepada manusia oleh tradisinya sendiri, seperti pada masyarakat Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan. Pada masyarakat tradisional, makna disajikan sebagai sesuatu yang dianggap pasti dan biasanya dianggap sebagai fakta keramat, sedangkan dalam masyarakat modern, sejumlah makna penting yang semakin besar spektrumnya dapat di tawarkan kepada manusia (Purna, 2001 : 145). Melalui upacara tradisi Med-medan ini 137 Shopia Dharma, Volume I Edisi 1 Nomor 1 Juli Desember 2013

8 mereka mengekspresikan nilai-nilai kearifan lokal yang merupakan wujud dan abstraksi pikiran dari masyarakat Banjar Kaja, Kelurahan sesetan. Dengan inilah masyarakatnya mendasari perilakunya secara jasmaniah maupun batiniah. Juga mempengaruhi kehidupan sosial masyarakatnya, kehidupan keagamaan atau spiritual, solidaritas sosial, dan dalam pelestarian alam lingkungannya. Dalam makna kebudayaan perlu diketahui terlebih dahulu cara menafsirkan simbol-simbil yang setiap saat dan tempat dipergunakan dalam kehidupan umum di sebuah masyarakat, menunjukkan bagaimana para warga masyarakat berfikir, merasa, melihat dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang ada. Implikasi makna dari pesan-pesan kearifan lokal yang difokuskan dalam beberapa aspek yakni ; Religi, Solidaritas, Budaya dan Kesejahteraan. Realigi, Upacara tradisi Med-medan merupakan salah satu perwujudan aktivitas keagamaan dan emosi keagamaan yang di bangkitkan dengan adanya sesuhnan Ida Bhatara Petapakan yaitu Ida Ratu Ayu Calonarang Dan Ratu Gede Bangkal Putih di Pura Pererepan Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan. Makna spiritual berkenan dengan kepercayaan dengan adany Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, yang tidak mungkin di lihat secara kasat mata, tetapi hanya dapat dirasakan kehadirannya. Upacara tradisi Med-medan ini juga merupakan sebagai salah satu wadah pendorong semangat masyarakat dalam menjalani dan menghadapi segala sukaduka dalam kehidupannya. Dengan upacara Tradisi Med-medan ini masyarakat memiliki pengharapan akan kehidupan yang lebih baik lagi. Karena adanya kepercayaan terhadap eksistensi Ida Bhatara Sesuhunan, Tuhan Yang Maha Esa, yang berkuasa atas hidup dan kehidupan mereka. Solidaritas, Dalam kehidupan masyarakat kita harus hidup saling tolong menolong, Manusia tidak akan bisa hidup tanpa manusia yang lainnya. Dalam mempersiapkan upacara tradisi Med-medan ini dilakukan segalnya secara gotong royong oleh masyarakat Banjar kaja, Sesetan. Upacara tradisi Med-medan ini merupakan wujud keinginan masyarkat itu sendiri untuk kepentingan kehidupan bersama. Yang tercermin juga pada saat ritual upacara yang tidak menonjolkan adanya perbedaan apapun diantara pesertanya. Dalam segala kegiatan dilakukan secara bersama sama yang merupakan suatu simbolisasi adanya jiwa dan perasaan sama tinggi sama rendah diantara peserta, Prajuru dan tokoh tokoh desa. Budaya, Berbicara tentang budaya Bali asosiasi masyarakat Bali adalah Falsafah Tri Hita Karana yang bernafaskan agama Hindu, sebagai agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat Bali dan sekaligus menjiwai kebudayaan Bali.Hampir setiap budaya berkaitan dengan agama, terkadang makna budaya disini tumpang tindih dengan makna agama. Tri Hita Karana merupakan ajaran yang mengajarkan umat manusia untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan Tuhan, dengan sesama manusia, dan dengan alam lingkungan, maka akan 138 Shopia Dharma, Volume I Edisi 1 Nomor 1 Juli Desember 2013

9 terwujud kehidupan yang bahagia lahir dan batin. Kehidupan di masyarakat Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan diharapkan dengan adanya upacara Med-medan ini telah memahami, menghayati dan menjalankan budaya leluhur, dan mendapatkan kebahagiaan antar sesama manusia lingkungan dan terhadap Tuhan. Kesejahteraan, Warga masyarakat Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan yakin bahwa pelaksanaan tradisi Med-medan perlu terus diadakan, dan seharusnya di lestarikan serta di efektifkan karena dianggap sebagai pelindung, sebagai pemberi kesejahteraan kepada umat setempat. PENUTUP Tradisi Med-medan merupakan sesuatu tradisi yang unik dan menarik, yang satu-satunya terdapat di Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan, Denpasar. Upacara Tradisi Med-medan ini sudah diwarisi dari generasi kegenerasi, yang sudah ada pada zaman pemerintahan Hindia Belanda. Dulunya tradisi Med-medan ini dilaksanakan tepat pada Hari Raya Nyepi, pada sore hari. Dan sejak tahun 1980-an karena adanya aturan pemerintah tentang hari Raya Nyepi yang harus dilakukan sipeng selama 24 jam, maka upacara tradisi Med-medan ini dilaksanakan pada keesokan harinya yang disebut dengan Hari Ngembak Geni. Pelaksanaan tradisi Med-medan ini seluruh warga Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan mendukung secara bulat, karena dengan pelaksanaan tradisi ini masyarakat merasa selalu berada dalam perlindungan Ida Bhatara Sesuhunan di Pura ini. Upacara tradisi Medmedan terbukti telah mengandung kearifan lokal karena merupakan sejarah suci untuk menghormati leluhur dan menyembah Ida Bhatara Petapakan dan memiliki daya aktif di dalam kehidupan masyarakat setempat untuk membentuk sumberdaya manusia yang berkwalitas, mengkonservasi lingkungan alam, mencegah konplik dan menjaga solidaritas. DAFTAR PUSTAKA Edi Sedyawati, Budaya Indonesia, Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Munggah, I Made Med-medan Tradisi Unik Dari Sesetan. Pustaka Bali Post. Denpasar. Swastawa Dharmayuda, I Made Kebudayaan Bali ; Pra-Hindu, Masa Hindu Dan Pasca Hindu. CV Kayumas Agung. Wiana, I Ketut Tri Hita Karana, Menurut Konsep Hindu.Penerbit Paramita. Surabaya. 139 Shopia Dharma, Volume I Edisi 1 Nomor 1 Juli Desember 2013

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) :

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) : SENI BUDAYA BALI Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali Oleh (Kelompok 3) : Dewa Made Tri Juniartha 201306011 Ni Wayan Eka Putri Suantari 201306012 I Gusti Nyoman Arya Sanjaya 201306013 Dicky Aditya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, seluruh umat beragama memiliki hari suci. Makna hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu memperingati suatu kejadian yang sangat

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu)

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu) TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu) OLEH: KOMANG HERI YANTI email : heryan36@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

PERSPEKTIF SOSIO-BUDAYA DAN RELIGIUS TERHADAP TRADISI MED-MEDAN DI BANJAR KAJA, DESA PAKRAMAN SESETAN, KOTA DENPASAR, BALI

PERSPEKTIF SOSIO-BUDAYA DAN RELIGIUS TERHADAP TRADISI MED-MEDAN DI BANJAR KAJA, DESA PAKRAMAN SESETAN, KOTA DENPASAR, BALI PERSPEKTIF SOSIO-BUDAYA DAN RELIGIUS TERHADAP TRADISI MED-MEDAN DI BANJAR KAJA, DESA PAKRAMAN SESETAN, KOTA DENPASAR, BALI ARTIKEL SKRIPSI OLEH I PUTU ANDREW ADITYA CAHYADINATA NIM 0914041027 JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I BALI, Menimbang : a. bahwa kepariwisataan

Lebih terperinci

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar KAJIAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM TRADISI NGAYAH DI TENGAH AKSI DAN INTERAKSI UMAT HINDU DI DESA ADAT ANGGUNGAN KELURAHAN LUKLUK KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman akan tradisi dan budayanya. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan kesimpulan dan saran sebagai berikut: A. KESIMPULAN 1. Kesimpulan umum Budaya tolak bala masih tetap dipertahankan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach Dalam teori Joachim wach dapat diamati dalam tiga bentuk ekspressi keagamaan atau pengalaman beragama baik individu

Lebih terperinci

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar henysari74@gmail.com ABSTRAK Dalam pengenalan ajaran agama tidak luput dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015 PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015 I. PENDAHULUAN. Lingsar adalah sebuah Desa yang terletak di Wilayah Kecamatan Lingsar Lombok Barat, berjarak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah BAB V KESIMPULAN 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual Kuningan Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah merupakan seni pertunjukan yang biasa tetapi merupakan pertunjukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata Tahlil secara etimologi dalam tata bahasa Arab membahasnya sebagai sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti mengucapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinamakan mampu berbuat hamemayu hayuning bawana (Suwardi Endraswara,

BAB I PENDAHULUAN. dinamakan mampu berbuat hamemayu hayuning bawana (Suwardi Endraswara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah bagian dari suatu ekosistem yang harus diperhatikan eksistensinya. Manusia harus menciptakan lingkungan budayanya menjadi enak dan nyaman. Orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan dapat menimbulkan rasa solidaritas terhadap lingkungan sekitar. Tradisi ritual dalam

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013 Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERESMIAN PESTA KESENIAN BALI KE-35 DI ART CENTRE, ARDHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG Ni Made Sri Windati Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar sriwindati95@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia di dunia ini, termasuk di Indonesia. Sejak dilahirkan di dunia manusia sudah mempunyai kecenderungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian Rakyat Ebleg Kebumen, dapat diambil kesimpulan berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Sebagai salah satu pulau di Indonesia, Bali memiliki daya tarik yang luar biasa. Keindahan alam dan budayanya menjadikan pulau ini terkenal dan banyak

Lebih terperinci

SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010

SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010 KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010 Assalamu alaikum Warahmatullahiwabarakatuh.

Lebih terperinci

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Realisasi pelestarian nilai-nilai tradisi dalam berkesenian, bersinergi dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Saparan di Kaliwungu Kendal BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Pelaksanaan Tradisi Saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal Pelaksanaan tradisi Saparan

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV. BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP 4.1. PENDAHULUAN Bertolak dari uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian yang terdapat dalam Bab I, yang dilanjutkan dengan pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di segala aspek kehidupan. Keanekaragaman tersebut terlihat dari beragamnya kebudayaan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Restu Rahayu Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan Raman Utara, Kabupaten Lampung Timur. Wilayah Kecamatan Raman Utara memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan budaya. Hal ini menyebabkan daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa, didalamnya memiliki keragaman budaya yang mencerminkan kekayaan bangsa yang luar biasa. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. berdasarkan fungsi yang dilaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika

1. PENDAHULUAN. berdasarkan fungsi yang dilaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasta merupakan suatu sistem pembagian atau pengelompokan masyarakat berdasarkan fungsi yang dilaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika seseorang tersebut bekerja

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Upacara Tawur Agung Kesangan Nasional, di Candi Prambanan, tgl. 20 Mar 2015 Jumat, 20 Maret 2015

Sambutan Presiden RI pd Upacara Tawur Agung Kesangan Nasional, di Candi Prambanan, tgl. 20 Mar 2015 Jumat, 20 Maret 2015 Sambutan Presiden RI pd Upacara Tawur Agung Kesangan Nasional, di Candi Prambanan, tgl. 20 Mar 2015 Jumat, 20 Maret 2015 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA UPACARA TAWUR AGUNG KESANGA NASIONAL PERAYAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan salah satu kekayaan yang Indonesia miliki, kebudayaan yang beranekaragam ini merupakan aset negara yang harus tetap dipertahankan maupun dilestarikan.

Lebih terperinci

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi dan budaya yang berbeda. Ini menjadi variasi budaya yang memperkaya kekayaan budaya bangsa Indonesia. Budaya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Mustopo Habib berpendapat bahwa kesenian merupakan jawaban terhadap tuntutan dasar kemanusiaan yang bertujuan untuk menambah dan melengkapi kehidupan. Namun

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam terdiri dari puncak-puncak kebudayaan daerah dan setiap kebudayaan daerah mempunyai ciri-ciri khas masing-masing. Walaupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya yang berada di daerah-daerah di dalamnya. Kebudayaan itu sendiri mencakup pengertian yang sangat luas. Kebudayaan merupakan

Lebih terperinci

BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA

BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA 36 BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA 5.1 Gambaran Sosial-Budaya Masyarakat Lokal Masyarakat Kampung Batusuhunan merupakan masyarakat yang identik dengan agama Islam dikarenakan

Lebih terperinci

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan manusia yang sedang berkembang menuju pribadi yang mandiri untuk membangun dirinya sendiri maupun masyarakatnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR (Analisis Pendidikan Agama Hindu) Oleh I Made Agus Sutrisna Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan nenek moyang. Sejak dulu berkesenian sudah menjadi kebiasaan yang membudaya, secara turun temurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Perkawinan dapat merubah status kehidupan manusia dari belum dewasa menjadi dewasa atau anak muda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat manusia secara keseluruhan. Ajaran Islam dapat berpengaruh bagi umat manusia dalam segala

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Dharma Santi Nasional Perayaan Hari Raya Nyepi, di Jakarta, 25 Apr 2014 Jumat, 25 April 2014

Sambutan Presiden RI pd Dharma Santi Nasional Perayaan Hari Raya Nyepi, di Jakarta, 25 Apr 2014 Jumat, 25 April 2014 Sambutan Presiden RI pd Dharma Santi Nasional Perayaan Hari Raya Nyepi, di Jakarta, 25 Apr 2014 Jumat, 25 April 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA DHARMA SANTI NASIONAL PERAYAAN HARI

Lebih terperinci

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat "Terima kasih, ini uang kembalinya." "Tetapi Pak, uang kembalinya terlalu banyak. Ini kelebihannya." "Betul. Anda seorang yang jujur. Tidak banyak yang akan berbuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Penjelasan pertama pada pendahuluan akan menjelaskan mengenai latar belakang dengan melihat kondisi yang ada secara garis besar dan dari latar belakang tersebut didapatkan suatu rumusan

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 234 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Perkawinan merupakan rentetan daur kehidupan manusia sejak zaman leluhur. Setiap insan pada waktunya merasa terpanggil untuk membentuk satu kehidupan baru, hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Berelson dan Gary A. Steiner (1964) dalam Wiryanto (2004:7) Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat mempersatukan dan mempertahankan spiritualitas hingga nilai-nilai moral yang menjadi ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian merupakan suatu estafet

Lebih terperinci

2015 KREASI TARI RONGGENG LENCO DI DESA CURUG RENDENG KECAMATAN JALAN CAGAK KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT

2015 KREASI TARI RONGGENG LENCO DI DESA CURUG RENDENG KECAMATAN JALAN CAGAK KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Subang merupakan salah satu daerah yang kaya akan ragam kesenian tradisional. Subang dikenal dengan kesenian Sisingaan yang menjadi ikon kota Subang. Kesenian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si Art Exhibition Indonesian Institute of the Arts Denpasar Okinawa Prefectural University of Art OPUA

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan kebudayaan adalah hasil dari karya manusia. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang 115 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. B. Kesimpulan Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang diwariskan oleh para leluhur kepada masyarakat kampung adat cireundeu. Kesenian Angklung

Lebih terperinci

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PROVINSI BALI PEDOMAN PELAKSANAAN HARI RAYA NYEPI TAHUN SAKA 1938

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PROVINSI BALI PEDOMAN PELAKSANAAN HARI RAYA NYEPI TAHUN SAKA 1938 PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PROVINSI BALI PEDOMAN PELAKSANAAN HARI RAYA NYEPI TAHUN SAKA 1938 Om Swastyastu, Sehubungan dengan Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1938 yang jatuh pada Hari : Rabu, Tanggal :

Lebih terperinci

UTSAWA DHARMA GITA TAHUN 2008, DI ISTANA NEGARA, JAKARTA, 8 AGUSTUS 2008

UTSAWA DHARMA GITA TAHUN 2008, DI ISTANA NEGARA, JAKARTA, 8 AGUSTUS 2008 UTSAWA DHARMA GITA TAHUN 2008, DI ISTANA NEGARA, JAKARTA, 8 AGUSTUS 2008 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA UTSAWA DHARMA GITA TAHUN 2008 DI ISTANA NEGARA, JAKARTA 8 AGUSTUS 2008 Assalaamu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ETNIS LAMPUNG DAN BALI DALAM MEMELIHARA KERUKUNAN HIDUP BERMASYARAKAT

BAB IV ANALISIS POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ETNIS LAMPUNG DAN BALI DALAM MEMELIHARA KERUKUNAN HIDUP BERMASYARAKAT BAB IV ANALISIS POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ETNIS LAMPUNG DAN BALI DALAM MEMELIHARA KERUKUNAN HIDUP BERMASYARAKAT Bagian ini menjelaskan hasil-hasil yang didapatkan dari penelitian dan mendiskusikannya

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ritual merupakan suatu proses pelaksanaan tradisi. Meskipun sudah ada ritual tanpa mitos-mitos dalam beberapa periode jaman kuno. Dalam tingkah laku manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sesuatu yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat dikatakan masih

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA Dalam mengemban amanat masyarakat desa, pemerintah desa melakukan upaya terencana dan terprogram yang tersusun dalam dokumen perencanaan desa baik RPJMD maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil laporan, deskripsi serta pembahasan hasil penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil laporan, deskripsi serta pembahasan hasil penelitian 195 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil laporan, deskripsi serta pembahasan hasil penelitian yang telah dilaksanakan terhadap penduduk Kelurahan Cigugur Kabupaten Kuningan tentang

Lebih terperinci

DESKRIPSI SENDRATARI KOLOSAL BIMA SWARGA

DESKRIPSI SENDRATARI KOLOSAL BIMA SWARGA DESKRIPSI SENDRATARI KOLOSAL BIMA SWARGA Oleh : I Gede Oka Surya Negara, SST.,M.Sn. JURUSAN SENI TARI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2009 KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. A. Bentuk-bentuk kegiatan keagamaan dan sosial masyarakat. jika yang dinamakan hidup bersama dan berdampingan pasti ada masalah

BAB IV ANALISA DATA. A. Bentuk-bentuk kegiatan keagamaan dan sosial masyarakat. jika yang dinamakan hidup bersama dan berdampingan pasti ada masalah BAB IV ANALISA DATA A. Bentuk-bentuk kegiatan keagamaan dan sosial masyarakat Keadaan kerukunan di Desa Balonggarut antara Islam dan Hindu masuk dalam kategori damai tanpa konflik. Meskipun dalam suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang tentunya pulau-pulau tersebut memiliki penduduk asli daerah yang mempunyai tata cara dan aspek-aspek

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PENDUDUK DALAM KERANGKA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEPENDUDUKAN (SIMDUK) DI KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali telah terkenal dengan kebudayaannya yang unik, khas, dan tumbuh dari jiwa Agama Hindu, yang tidak dapat dipisahkan dari keseniannya dalam masyarakat yang berciri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak

BAB II KAJIAN TEORI. Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Kebudayaan Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budhi atau akal. Kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kearifan. Tradisi Mesatua di Bali lambat laun semakin tergerus dengan roda

BAB I PENDAHULUAN. kearifan. Tradisi Mesatua di Bali lambat laun semakin tergerus dengan roda BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang kaya dengan adat dan istiadat, budaya serta suku memiliki berbagai macam tradisi. Salah satunya adalah Mesatua Bali (Mendongeng), sebagai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. maupun negatif kepada umat manusia. Dampak tersebut berakibat kepada perubahanperubahan

BAB V PENUTUP. maupun negatif kepada umat manusia. Dampak tersebut berakibat kepada perubahanperubahan BAB V PENUTUP I. Pengantar Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi memberikan dampak baik positif maupun negatif kepada umat manusia. Dampak tersebut berakibat kepada perubahanperubahan yang terjadi di

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berisi mengenai simpulan yang dikemukakan penulis sebagai analisis hasil temuan dalam permasalahan yang di kaji.

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan L A M P I R A N 57 INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan Anda diminta untuk memilih 1 (satu) pernyataan dari setiap rumpun yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat beberapa hal pokok yang akan ditegaskan sebagai inti pemahaman masyarakat Tunua tentang fakta

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis di Dusun Kedungringin Kertosono Nganjuk dengan judul Komunikasi Simbolik Dalam Ritual Bari an studi pada masyarakat Dusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan sebagai objek wisata. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang

Lebih terperinci