REKONSTRUKSI KERAJAAN GALUH ABAD VIII-XV

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "REKONSTRUKSI KERAJAAN GALUH ABAD VIII-XV"

Transkripsi

1 REKONSTRUKSI KERAJAAN GALUH ABAD VIII-XV Nina Herlina Lubis, Mumuh Muhsin Z., Kunto Sofianto, Dade Mahzuni, Widyonugrohanto, R.M. Mulyadi, Undang Ahmad Darsa Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran ABSTRACT The title of this research is Reconstruction of Galuh Kingdom in 8 th -15 th century. Issue that will be studied is how to unravel the location of the capital and palace shape of Galuh Kingdom. To answer the issue is used the historical method which consists of four steps, namely heuristic, criticism, interpretation, and historiography. Result of this research is that the existence of Galuh Kingdom is a history, not a myth. Historical sources which support the many arguments of its existence including inscriptions, foreign news, ancient manuscripts, social facts and mental facts. In addition, the life of its existence as long as eight centuries shows that Galuh Kingdom is not just existent but also strong because it is supported by a variety of solid and coherent system. Concerning about the location of capital and shape of the Kingdom, it still needs to explore further. Keywords: Reconstruction, Galuh Kingdom, and West Java ABSTRAK Judul penelitian ini adalah Rekonstruksi Galuh Raya di abad ke Masalah yang akan dipelajari adalah bagaimana mengungkap lokasi dari bentuk modal dan istana Kerajaan Galuh. Untuk menjawab masalah tersebut digunakan metode sejarah yang terdiri dari empat langkah, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini adalah bahwa keberadaan Kerajaan Galuh adalah sejarah, bukan mitos. Sumber-sumber sejarah yang mendukung banyak argumen keberadaannya termasuk prasasti, berita asing, naskah kuno, fakta sosial dan fakta mental. Selain itu, kehidupan keberadaannya selama delapan abad menunjukkan bahwa Kerajaan Galuh tidak hanya ada tapi juga kuat karena didukung oleh berbagai sistem yang solid dan koheren. Mengenai tentang lokasi ibukota dan bentuk Kerajaan, masih perlu untuk menjelajahi lebih lanjut. Kata kunci: Rekonstruksi, Galuh Raya, dan Jawa Barat PENDAHULUAN Di Tatar Sunda terdapat dua kerajaan besar yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh yang sanggup mempertahankan eksistensinya dari abad ke-8 hingga abad ke-16 di kawasan Tatar Sunda. Kerajaan Galuh berlokasi di kawasan Galuh, dan salah satu keratonnya terletak di Kawali, Kabupaten Ciamis sekarang sedangkan Kerajaan Sunda, berlokasi di kawasan Bogor sekarang, dan beribukota Pakuan Pajajaran. Ke dua kerajaan ini pernah dipersatukan dengan perkawinan, dan dari akhir abad ke-15 dipusatkan di Pakuan Pajajaran hingga runtuh tahun Wilayah kekuasaannya membentang dari Provinsi Banten, DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat hingga sebagian Provinsi Jawa Tengah sekarang. Akan tetapi, keberadaan kerajaan ini belum banyak terungkap terutama jika pertanyaan difokuskan pada lokalitas tempat berdirinya bangunan kerajaan. Informasi mengenai masa lalu kerajaan ini sebenarnya cukup tersedia dalam berbagai media, seperti prasasti, naskah kuna, berita asing, dan benda-benda arkeologis lainnya. Selain itu, fakta so- Paramita Vol. 26 No. 1 - Tahun 2016 [ISSN: , E-ISSN: ] Hlm

2 Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016 sial dan fakta mental pun cukup banyak. Namun, dalam penelitian yang kami lakukan sekarang ini lebih difokuskan pada upaya pencarian letak ibu kota dan bangunan bekas Kerajaan Galuh yang berlokasi di situs Astana Gede, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis sekarang karena lokasi bekas Kerajaan Sunda di sekitar Batutulis Bogor kecil kemungkinan untuk diteliti mengingat di sana sudah menjadi tempat pemukiman penduduk dan pertokoan. Aspek yang menjadi masalah adalah luasan lokasi Situs Astana Gede itu cukup besar, sekitar 5 hektar dan hampir seluruh jejak fisik masa lalu ibu kota dan bekas kerajaan itu terkubur tanah. Untuk mengungkapnya diperlukan kinerja yang maksimal dengan biaya yang sangat besar. Selain itu, diperlukan juga keterlibatan berbagai disiplin keilmuan dan berbagai instansi. Berbagai disiplin keilmuan yang diperlukan adalah sejarah, arkeologi, filologi, antropologi, dan geologi. Untuk kepentingan ini pun dilakukan Focus Discusion Group yang menghadirkan pembicara Dr. Hendrik E. Niemeijer, sejarawan dari Belanda; Dr. Shakila Parween binti Yacob, sejarawan dari Malaysia; para arkeolog antara lain terdiri atas Dr. Hasan Djafar, Dr. Richadiana Kartakusuma, Dr. Titi Surti Nastiti, Sudarti Priyono, M.Hum, Lutfi Yondri M.Hum, Etty Saringendiyanti, M.Hum, dan Drs. W an I ra m a, s e rt a B u d i m ansyah S.T.yang membantu dalam pemotretan dan pemetaan. Kami menyadari tercapainya tujuan itu masih cukup jauh. Oleh karena itu, pada tahap ini tujuan penelitian diarahkan pada tiga hal. Pertama, membuat rekonstruksi imajinatif dalam bentuk historiografi tentang peranan dan fungsi Astana Gede Kawali. Caranya dengan melakukan ekskavasi dan membuat eksplanasi dengan menggunakan naskah-naskah Sunda lama dan prasasti-prasasti terkait. Kedua, mengangkat Astana Gede sebagai ikon tinggalan Kerajaan Galuh sehingga dikenal oleh masyarakat Sunda, Indonesia, dan masyarakat internasional. Ketiga, membantu pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam melestarikan situs Astana Gede Kawali sebagai wilayah cagar budaya yang dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata sejarah yang unggul. METODE PENELITIAN Untuk merekonstruksi Kerajaan Galuh, pertama-tama dipergunakan metode arkeologi, khususnya untuk kegiatan ekskavasi situs Astana Gede. Setelah itu, untuk membuat rekonstruksi imajinatif tentang sejarah Kerajaan Galuh, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah dengan pendekatan multidimensional. Konsep-konsep ataupun teori Ant r o p o l o g i, F i l o l o g i, g e o l o g i d i - pergunakan untuk membantu membuat eksplanasi historis. Dalam tataran teknis operasional, metode sejarah terbagi ke dalam empat tahapan, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi (Garraghan, 1946; Gottschalk, 1969). Heuristik adalah proses mencari dan mengumpulkan data di berbagai perpustakaan baik yang berada di Bandung, Jakarta, atau pun kota lainnya dan juga di Arsip Nasional Jakarta serta Arsip Daerah. Kemudian seluruh data yang terkumpul baik yang berupa manuskrip, buku-buku, atau pun surat kabar dan majalah diproses untuk dikritik dan dinterpretasikan sehingga menghasilkan rangkaian fakta yang logis. Tahapan terakhir dari metode sejarah adalah menuliskan fakta tersebut dalam sebuah historiografi. 10

3 Rekonstruksi Kerajaan Galuh Nina Herlina Lubis, dkk. HASIL DAN PEMBAHASAN Fungsi Kompleks Astana Gede Kompleks Astana Gedé di Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis, pada mulanya kemungkinan dibangun sebagai kabuyutan yang berfungsi sebagai PadépokanKabataraan di bawah otoritas golongan ke-rama-an atau bisa pula berupa Padépokan Kawikuan di bawah otoritas golongan ke-resi-an, yakni tempat Niskala Wastu Kancana mengasingkan dirinya. Peristiwa tragis yang menimpa ayahanda, yaitu Prabu Maharaja beserta kaum keluarganya di Bubat pada tahun 1357 Masehi pastilah sangat menimbulkan kepiluan yang teramat mendalam. Namun, berkat asuhan Rahyang Bunisora (Maharaja Suradipati, paman sekaligus mertuanya), ia berdaya upaya agar Galuh mampu menghadapi setiap serangan dari luar. Demi menanamkan gagasannya pula, ia terlebih dahulu menempa dirinya pribadi dengan menjalani hidup sebagai pertapa (ilmuwan), seperti diberitakan dalam Carita Parahiyangan: brata siya puja tanpa lum ia berpuasa dan bertapa tidak mengenal batas. Niskala Wastu tidak pernah meninggalkan pedoman kenegaraan yang pernah dijalankan para pendahulunya, yaitu purbatisti purbajati serta diharapkannya agar para penerusnya tetap berpegang kepada pedoman yang diamanatkannya dalam prasasti Kawali II, sebagai berikut: aya ma ( Semoga ada) nu ngeusi bha- (yang mengisi) gya kawali ba- (Kawali dengan kebahagiaan) ri pakéna kere- (agar tercapai kesejahteraan) ta bener (yang sesungguhnya) pakeun na(n)jeur (demi keunggulan) na juritan. (di medan juang) Prasasti (I) yang lebih panjang bunyinya sebagai berikut: ## nihan tapa kali nu siya mulia tapa bhagya parebu raja wastu mangadeg di kuta kawali nu mahayu na kadatuan surawisésa nu marigi sakulili(ng) dayeuh nu najur sagala désa aya ma nu pa(n)deuri pakéna gawé rahayu pakeun heubeul jaya di na buana ## Inilah (tanda peringatan pertama) Kawali, ialah yang mendapat kebahagiaan dari bertapa, Prebu Raja Wastu yang berkuasa di Kota Kawali, yang memperindah keraton Surawisesa, yang memperkokoh pertahanan sekeliling ibu kota dengan parit, yang memakmurkan segenap daerah, semoga yang (berkuasa) kemudian mengikuti kebajikan supaya lama berdaulat di dunia. Para peneliti hingga kini masih berpendapat bahwa Prebu Wastu yang tercatat pada prasasti tadi adalah tokoh yang sama dengan Prabu Niskala Wastu Kancana dalam naskah Carita Parahiyangan (CP). Ia menjadi raja selama 104 tahun. Perabu Raja Wastu yang bertahta kota Kawali, yang memperindah kedaton Surawisesa, yang membuat saluran (parit) di sekeliling ibukota. Berdasarkan kutipan tersebut kita dapat mengetahui bahwa dia memindahkan ibukota kerajaan ke Kawali (Ciamis Utara), dari situs yang sekarang dikenal dengan sebutan Karangkamulyan. Keraton sudah ada, jadi tidak membangun yang baru, melainkan di dalam prasasti itu jelas-jelas dikatakan mahayu, yakni memperindah (Sunda sekarang: ngoméan, ngahadéan) keraton bernama Surawisesa. Fungsi pembuatan saluran di sekeliling ibukota sudah pasti di samping untuk kepentingan pertahan- 11

4 Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016 an, juga untuk mencegah bencana alam. Sampai kini orang sepakat bahwa, Prabu Raja Wastu adalah tokoh yang sama dengan sebutan Prabu Niskala Wastu Kancana dalam CP, piagam Kebantenan Bekasi, dan prasasti Batutulis Bogor. Niskala Wastu Kancana mempunyai dua orang isteri, dan dari setiap isteri lahir anak laki-laki. Akibatnya, ia terpaksa membagi kerajaanya menjadi dua, Pakwan Pajajaran dan Galuh Pakwan. P e n g g a n t i N i s k a l a W a s t u, menurut Carita Parahiyangan pada lempir verso 22 ialah Tohaan di Galuh, inya nu surup di gunung tiga, sedangkan menurut Piagam Kebantenan lempeng E 42a-b penggantinya ialah Rahiyang Ningrat Kancana, dalam pasasti Batutulis Bogor: Rahiyang Déwaniskala sang sida mokta di guna tiga. Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Tohaan di Galuh, bernama Rahiyang Ningrat Kancana atau Rahiyang Dewaniskala yang memerintah selama 7 tahun ( M). Dalam pada itu, di Kerajaan Sunda berkuasa Prabu Susuktunggal( M). Dalam CP (30ab) dinyatakan, Sang Susuktunggal ialah yang membuat tahta Sriman Sriwacana untuk penobatan Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakwan Pajajaran, yang bertahta di keraton Sri-Bima Punta Narayana Madura Suradipati, yaitu keraton Sanghiyang Sri Ratudewata. Peninggalan Sang Susuktunggal adalah warisan negeri yang indah dan makmur, sebagai bukti raja utama. Ia pun digantikan oleh Sang Ratu Jayadewata. Kemudian Sang Ratu Jayadewata alias Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan Pajajaran, dikenal sebagai sang mwakta ring Rancamaya yang dipusarakan di Rancamaya. Sang Ratu Jayadewata mewarisi singgasana P a k w a n P a j a j a r a n k a r e n a p e r - nikahannya dengan seorang puteri Sang Susuktunggal. Gambaran Konstruksi Keraton di Galuh Salah satu naskah Sunda yang memberi gambaran tentang struktur serta konstruksi kompleks keraton Galuh adalah naskah berbahan lontar yang ditulis olek Kai Raga di Kamandalaan Gunung Kumbang, yang berjudul Carita Ratu Pakuan. Berikut ini kutipan dari naskah tersebut: Dicarita Ambetkasih, (Tersebutlah Ambetkasih,) kadeungeun sakamaruan, (diiring para madunya,) bur payung agung ngawah tugu, (mengembanglah payung kebesaran ngawah tugu,) nu saur manuk sabda tunggal, (mereka yang sepakat pada merestui,) nu dék mulih ka Pakuan. (yang hendak kembali ke Pakuan.) Saundur ti dalem timur, (Sekepergiannya dari istana timur,) kadaton wétan buruan, (pelataran keraton timur,) Si Mahut Putih Gedémanik, (Si Mahut Putih Gedemanik) Mayadatar ngarana. (Mayadatar namanya.) Sunialaya ngarana, (Sunialaya namanya,) dalem Sri Kancana Manik, (istana Sri Kancana Manik,) bumi ringgit cipta ririyak, (rumah berukir dibuat gemerlapan,) di Sanghiyang Pandan Larang, (di Sanghiyang Pandan Larang,) dalem Si Pawindu Hurip. (istana si Pawindu Hurip.) Bumi hiji beunang ngukir, (Rumah pertama yang penuh ukiran,) Kadua beunang ngaréka, 12

5 Rekonstruksi Kerajaan Galuh Nina Herlina Lubis, dkk. (yang kedua rumah penuh ukiran, Katiluna bumi bubut,) (yang ketiga rumah penuh bubutan halus,) Kaopatna limas kumureb, (yang keempat berbentuk limas kumureb,) Kalimana badawang sarat, (yang kelima tembus pandang sejagat,) Kagenepna bumi tepep, (yang keenam rumah beratap tumpul,) Katujuhna hanjung méru, (yang ketujuh anjungan pagoda,) Kadalapan tumpang sanga, (yang kedelapan berumpak sembilan,) Kasalapan pagencayan. (yang kesembilan rumah gemerlap.) Pemerintahan Kerajaan Galuh Pemerintahan Kerajaan Galuh memiliki kekhasannya sendiri, yaitu terbagi dalam tiga kekuasaan. Prebu- Rama-Resi. Tiga kekuasaan itu disebut Tri Tangtu di Buana. Dalam naskah kuno Sanghyang Siksakandang Ng Karesian (ditulis 1518) disebutkan : Ini ujar sang sadu basana mahayu drebyana. Ini tri-tangtu di bumi. Bayu kita pina/h/ ka prebu, sabda kita pina/h/ ka rama, h(e)dap kita pina/h/ka resi. Ya tritangtu di bumi, ya kangken pineguh ning bwana ngara(n)na. Ini triwangsa di lamba, Wisnu kangken prabu, Brahma kangken rama, Isora kangken resi. Nya mana tritan(g)tu pineguh ning bwana, triwarga hurip ning jagat. Ya sinangguh t ritan(g)t u d i nu reya ngaranya (Danasasmita dkk,1987: 90) Terjemahan kurang lebih adalah sebagai berikut: Ini ujar sang budiman waktu menyentosakan pribadinya. Inilah tiga ketentuan di dunia. Kesentosaan kita ibarat raja, ucap kita ibarat rama, budi kita ibarat resi. Itulah tritangtu di dunia, yang disebut peneguh dunia. Ini triwarga dalam kehidupan. Wisnu ibarat prabu, Brahma ibarat rama, Isora ibarat resi. Karena itulah tritangtu menjadi peneguh dunia, triwarga menjadi kehidupan di dunia. Ya disebut tritangtu pada orang banyak namanya (Danasasmita dkk, 1987: ) Prebu adalah pemegang tampuk pemerintahan yang utama. Prebu menj a l a n k a n f u n g s i e k s e k u t i f a t a u pemerintahan. Prebu inilah yang disebut Raja Galuh dan tinggal menetap di keraton yang terletak di ibukota kerajaan sebagai pusat pemerintahan. Lalu yang kedua adalah Rama. Rama kurang lebihnya berfungsi sebagai penasehat atau badan legislatif yang berfungsi juga sebagai penasehat dan pembimbing. Tempat tinggal Rama ini adalah Keramaan atau Kebataraan. Letaknya di luar ibu kota kerajaan. Kemudian yang ketiga adalah Resi. Resi berfungsi sebagai pengadilan atau badan yudikatif. Resi tinggal di Karesian. Letaknya juga di luar ibukota negara seperti halnya Kebataraan (Lubis dkk, 2013: 207). Ketiga kekuasaan tersebut yang membentuk suatu segitiga pemerintahan dalam Kerajaan Galuh yang disebut Tri Tangtu di Buana. Ketika Karangkamulyan menjadi pusat pemerintahan kerajaan atau tempat bertahtanya Prebu maka yang diduga menjadi tempat Keramaan adalah Galunggung, dan yang diduga tempat Karesiannya adalah di daerah yang bernama Denuh di Ciamis sedangkan Astana Gede sebelum menjadi tempat bertahtanya Wastu Kencana diduga menjadi Kabuyutan suatu tempat pemujaan atau Balay Pamujan (Kartakusuma, 2015). Begitu pula ketika Astana Gede Kawali menjadi pusat pemerintahan Wastu Kencana maka Rama diduga 13

6 Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016 tetap bertempat di Galunggung dan Denuh diduga menjadi tempat Resi sehingga Tri Tangtu di Buana Kerajaan Galuh itu adalah Prebu bertahta di Karangkamulyan dan Astana Gede, Resi berada di Denuh dan Rama berada Galunggung. Birokrasi dalam Kerajaan Galuh Birokrasi dalam Kerajaan Galuh tidaklah banyak diketahui. Raja adalah penguasa tertinggi dalam kerajaan. Seperti telah disebutkan diatas bahwa dalam pola pemerintahan Sunda Tri Tangtu di Buana, raja disebut Prebu. Dia bertahta di keraton yang menjadi tempat tinggalnya dan sekaligus menjadi pusat pemerintahannya. Selain raja di keraton biasanya terdapat Putra Mahkota. Putra Mahkota adalah seorang yang dididik dan dipersiapkan untuk menjadi pengganti raja jika raja meninggal atau mengundurkan di ri. Sebagai perbandingan, pada Kerajaan Sunda seorang Putra Mahkota tidak selalu berasal dari anak raja yang tengah bertahta, bisa juga berasal dari raja-raja bawahan yang berkuasa di daerah dalam kekuasaan Kerajaan Sunda. Selanjutnya, Prebu atau seorang Raja Kerajaan Sunda, dalam pemerintahannya dibantu oleh seorang Mangkubumi dalam melaksanakan tugas sehari-hari pada pusat pemerintahan kerajaannya. Mangkubumi dibantu oleh beberapa orang yang jabatannya disebut Nu Nangganan. Seorang Nu Nangganan akan dibantu oleh beberapa pejabat yang disebut Mantri. Kemudian seorang Mantri akan dibantu oleh beberapa Wado. Para Wado itu kemudian yang akan berhubungan langsung dengan rakyat di kerajaan tersebut. Hal tersebut tertulis dalam Sanghyang Siksakanda Ng Karesian sebagai berikut: Nihan sinangguh dasa prebakti ngaranya. Anak bakti di bapa, ewe bakti di laki, hulun bakti di pacandaan, sisya bakti di guru, wang tani bakti di wado, wado bakti di mantra, mantra bakti di nu nangganan, nu nangganan bakti di mangkubumi, mangkubumi bakti di ratu, ratu bakti di dewata, dewata bakti di hyang. Ya ta sinangguh dasa prebakti ngara(n)na (Danasasmita dkk, 1987: 74) Terjemahannya kurang lebih adalah sebagai berikut: Ini yang disebut dasa prebakti. Anak tunduk kepada bapak, istri tunduk kepada suami, hamba tunduk kepada majikan, siswa tunduk kepada guru, petani tunduk kepada wado, wado tunduk kepada mantri, mantri tunduk kepada nu nangganan, nu nangganan tunduk kepada mangkubumi, mangkubumi tunduk kepada raja, raja tunduk dewata, dewata tunduk kepada hyang. Ya itulah yang disebut dasa prebakti (Danasasmita, 1987: 96) Selain itu Sanghyang Siksakanda Ng Karesian juga menyebutkan : Ini na pamanggihkeuneun dina sakala, tangtu batara di bwana pakeun pageuh jadi manik sakurungan, pakeuneun teja sabumi. Hulun bakti di tohaan, ewe bakti di laki, anak bakti di bapa, sisya bakti di guru, mantra bakti di mangkubumi, mangkubumi bakti ka ratu, ratu bakti di dewata. (Danasasmita, 1987: 86) Terjemahannya kurang lebih adalah demikian: Ini yang harus ditemukan dalam sabda, ketentuan batara di dunia agar teguh menjadi permata di dalam sangkar untuk cahaya seluruh dunia. Hamba tunduk kepada majikan, istri tunduk kepada suami, anak tunduk kepada bapak, siswa tunduk kepada guru, mantri tunduk kepada mangkubumi, mangkubumi tunduk kepada raja, raja tunduk kepada dewata (Danasasmita, 1987: 110) Dalam pemerintahan daerah, Prebu atau raja akan dibantu oleh raja-raja 14

7 Rekonstruksi Kerajaan Galuh Nina Herlina Lubis, dkk. daerah. Raja-raja daerah ini jabatannya disebut Tumenggung Adipati. Dalam tugas sehari-hari para raja daerah ini berlaku layaknya raja merdeka walaupun m a s i h m e n g a k u i r a j a d i p u s a t pemerintahan kerajaan sebagai tuan yang utama mereka. Di pelabuhan terdapat pejabat yang bergelar Syahbandar yang tugasnya mewakili raja dalam mengurus masalah perdagangan di pelabuhan (Nastiti, 2012: 254). Selain itu, ada pejabat lain yang tugasnya memungut pajak. Gelar jabatan itu biasanya disamakan dengan nama pajak yang mereka pungut dari rakyat. Para penarik pajak itu disebutkan dalam Sanghyang Siksakanda Ng Karesian dengan nama-nama pangurang, dasa, calagara, upeti panggeres reuma (Danasasmita dkk, 1987: 78). Pada umumnya disebut Pangurang. Akan tetapi, biasanya disebut dengan nama yang sama dengan nama pajak yang dipungutnya. Misalnya Dasa yang merupakan pajak dalam bentuk tenaga perseorangan. Calagara adalah pajak dalam bentuk tenaga kolektif. Kapas Timbang sering disebut juga upeti yang berupa pajak kapas sebanyak 10 pikul yang harus diberikan kepada penguasa daerah atau penguasa pusat. Lalu Pare Dongdang atau Panggeres Reuma adalah pajak berupa sisa-sisa hasil panen dari ladang yang harus diberikan pada penguasa daerah atau penguasa pusat. Selain itu, masih ada Beya yaitu semacam retribusi yang dipungut oleh seorang petugas di pelabuhan, muara sungai, tempat penyeberangan dan tempat tempat tertentu lainnya. Pemungutnya sering disebut dengan Beya (Nastiti, 2012: 255). Jadi, birokrasi yang berlaku di Kerajaan Sunda, kemungkinan berlaku pula di Galuh mengingat hubungan yang erat di antara kedua kerajaan tersebut. Agama dan Budaya Agama merupakan salah satu unsur kehidupan yang terdapat sepanjang sejarah masyarakat. Menurut Norbeck (1974: 3), pada masyarakat manusia, agama bersifat universal. Walaupun individu-individu yang non-religius makin umum di kalangan masyarakat modern, tetapi kepercayaan keagamaan tetap saja dipegang oleh semua masyarakat dari sejak jaman dahulu sampai sekarang. Keuniversalan agama menurut sejumlah ahli disebabkan karena fungsinya di dalam kehidupan manusia. Salah satunya adalah Weber (1954: 5), menyatakan bahwa bagi strata sosial yang mempunyai hak-hak istimewa, agama terutama berfungsi sebagai suatu alat untuk melegitimasi atau membenarkan posisi sosial mereka yang berkuasa dan memiliki hak-hak istimewa. Sedangkan bagi mereka yang tidak mempunyai hak-hak istimewa, fungsi agama dilihat sebagai media untuk memperoleh keselamatan dan lepas dari penderitaan. Agama yang dianut Raja-raja Sunda adalah agama Hindu terutama Hindu Saiwa. Namun toleransi Raja-raja Sunda cukup besar sehingga ada juga masyarakat yang beragama Hindu Waisnawa dan kerajaan bawahan, yaitu Kerajaan Talaga yang beragama Budha. Hal ini dibuktikan dalam prasasti Sanghyang Tapak (1030 M), prasasti Kawali, naskah Carita Parahiyangan naskah Sewaka Darma (abad ke-16), atau Serat Dewa Budha (1435 M), Serat Catur Bumi, naskah Sanghyang Raga Dewata, Kawih Paningkes, naskah Jati Niskala, serta naskah Sanghiyang Siksakandang Karesian (1518 Masehi). Namun perlu dijelaskan bahwa sejak akhir abad ke-15, muncul ajaran agama yang menekankan pemujaan terhadap hiyang, yang ditunjukkan oleh adanya penurunan derajat dewata 15

8 Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016 berada di bawah hiyang. Hal ini secara implisit dapat dibaca pada naskah Sanghiyang Siksakandang Karesian, yaitu: ratu bakti di dewata, dewata bakti di hiyang raja tunduk kepada dewata, d e w a t a t u n d u k k e p a d a h i - yang... (Danasasmita, 1987: 74) Tome Pires dalam bukunya Summa Oriental ( ), menulis demikian: Raja Sunda memuja berhala, demikian pula semua pembesar kerajaannya. (Heuken, 1999: 7) Lebih rendahnya kedudukan dewa-dewa mengakibatkan ajaran Hindu yang dianut tidaklah sepenuhnya dijalankan sesuai dengan ajaran dari tempat aslinya, terbukti bahwa Raja-raja Sunda tidak terlalu menekankan pada pembangunan candi-candi atau pembuatan arca-arca dewa yang monumental seperti di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jadi, tidak mengherankan juga bahwa di Tatar Sunda, tidak banyak ditemukan candi karena kedudukan leluhur tertinggi yang diwujudkan dalam hyang lebih diutamakan daripada para dewa Hindu/Buddha. Hal itu sejalan dengan kelanjutan isi naskah itu ketika mengisahkan penguasa alam selesai menciptakan dunia (Danasasmita, 1987: 86) /.Sakala batara jagat ngretakeun bumi niskala. Basana: Brahma, Wisnu, Isora, Mahadewa, Siwah, bakti ka Batara! Basana: Kusika, Garga, Mestri, Purusa, Pata (n)jala, bakti ka Batara! Sing para dewata kabeh pada bakti ka Batara Seda Niskala. Pahi manggihkeun si tuhu lawan pretyasa. Terjemahannya sebagai berikut. Suara penguasa alam ketika menyempurnakan dunia abadi. Ujarnya: Brahma, Wisnu, isora, Mahadewa, Siwa, baktilah kepada Batara! Ujarnya: Kusika, Garga, Mestri, Purusa, Patanjala, baktilah kepada Batara! Maka para dewata semua berbakti kepada Batara Seda Niskala. Semua menemukan yang Hak dan yang Wujud. Dari kutipan di atas jelas bahwa hiyang adalah Batara Seda Niskala Tuhan yang maha gaib yaitu tokoh tertinggi yang dipercaya sebagai tujuan akhir perjalanan bakti manusia. Juga dibedakan antara tempat kedudukan hiyang di kahyangan dan tempat dewa di surga. Orang dapat masuk ke surga dengan cara munggah, dan dapat masuk ke kahiyangan dengan cara mokta. Sementara itu, dalam naskah Sewaka Darma disebutkan bahwa seseorang yang telah mencapai kelepasan jiwa akan datang di kahiyangan. (Danasasmita, 1987: 53) Kepercayaan tentang alam semesta atau kosmologi pada masa Kerajaan Sunda tergambar dalam naskah yang berupa bundel nipah berjudul Sang Hyang Hyu Tuntunan Kebajikan. Isinya, antara lain, menggambarkan halhal yang berkaitan dengan sistem kosmologi Sunda yang berdasarkan konsep triumvirate tiga serangkai, tritunggal yang terbagi ke dalam (1) susunan dunia bawah, saptapatala tujuh neraka, (2) buhloka adalah bumi tempat kita saat ini yang disebut madyapada; dan (3) susunan dunia atas, saptabuana atau buanapitu tujuh sorga hingga alam mahagaib yang tak bisa ditembus oleh makhluk halus apa pun karena tempat itu adalah persemayaman Dzat Tunggal Maha Kuasa, Hyang Manon. Jadi, di antara saptapatala dan saptabuana disebut madyapada, yakni pratiwi dunia tempat manusia. Dijelaskan pula dalam teks naskah ini mengenai adanya hubungan antara jagat raya makrokosmos dengan jagat kecil mikrokosmos dalam raga manusia. Ini menggambarkan bahwa, konsep tata ruang masyarakat Sunda secara kosmologis selalu bersifat triumvirate. Dalam tatanan ini, mereka berupaya mencari makna dunia menurut eksis- 16

9 Rekonstruksi Kerajaan Galuh Nina Herlina Lubis, dkk. tensinya, yakni menyangkut keluasan atau lingkupnya yang mengandung segala macam dunia dengan seluruh bagian dan aspeknya sehingga tidak ada sesuatu pun yang dikecualikan. Ini artinya masyarakat Sunda memiliki pandangan tentang kesejajaran antara makrokosmos dan mikrokosmos, antara jagat raya dan dunia manusia. Saptapatala itu susunan bentuknya bagaikan kerucut tengadah, yang terdiri atas patala, nitala, sutala, talantala, talaningtala, mahatala, dan atyanta artapatala neraka terdalam yang sangat mengerikan. Sedangkan susunan Saptabuana atau Buanapitu menyerupai keadaan sarang lebah berbentuk labu, terdiri atas buwahloka, suwahloka, janahloka, tapwaloka, satyaloka, mahaloka, dan atyanta artaloka sorga tertinggi. Setelah saptabuana masih ada tempat tujuh susun yang bersuasana sunyi -hampa, yaitu sunya, atisunya, paramasunya, atyantasunya, nirmalasunya, suksmasunya, dan acintyasunya. Di atasnya lagi adalah tujuh susun yang berupa tempat kesirnaan-lenyap, yaitu taya, atitaya, paramataya, atyantataya, nirmalataya, suksmataya, dan acintyataya. Kemudian, di atas tempat tersebut masih ada tempat yang dinamakan a b y a n t a r a t a y a b a g i a n t e r d a l a m kesirnaan. Abyantarataya artinya tidak dapat terjangkau oleh cahaya bintang, bulan, matahari, pelangi, bianglala, kabut, asap, awan, hujan, petir, halilintar, guruh, guntur, meteor, paramanuh partikel-partikel kecil, atom, dan berbagai suara mahluk hidup. Semua itu tidak akan pernah sampai ke sana. Setelah abyantarataya adalah pancatanmantra lima unsur halus yang terdiri atas buddi bijak, guna pandai, pradana saleh. Di atas itu terdapat sunyataya nirmala kesunyisenyapan suci abadi ; dan berakhir pada kanirasrayan kemahakuasaan/kebebasan tertinggi, yakni takdir. Hal tersebut adalah salah satu tugas para mahaguru untuk menjelaskannya, di samping terus berlomba dalam belajar serta beribadah demi mencapai kesempurnaan hidup, baik di sakala dunia kini maupun di niskala akhirat kelak. Pada bagian berikutnya ditegaskan bahwa tidak ada lagi tempat selain yang telah disebutkan tadi. Alam semesta ini kenyataannya tanpa batas. Yang namanya arah penjuru angin (utara-timur laut-timurtenggara-selatan-barat daya-barat-barat l a u t ), a t a s m a u p u n b a w a h i t u hakikatnya hanya ada dalam anganangan. Di dalam angan-angan itu pulalah bahwa sorga itu adanya di atas, tempat para ruh halus, seperti ruh para mahluk suci, ruh para leluhur, dan ruh para pemimpin yang saleh. Para pandita kaum cendikia menyerukan kepada semua manusia untuk senantiasa memperhatikan Sang Hyang Darma Kitab Suci Petunjuk Keadilan. Setiap manusia harus dapat melepaskan diri dari kebodohan. Lihatlah ahli bangunan, pelukis, pemahat, perangkai bunga, dan pekerja lainnya, termasuk pula bermacam ajian berupa ayat-ayat suci dan doa-doa. Semua itu adalah kepandaian yang harus dianggap sebagai pangkal ilmu pengetahuan. Inilah yang dinamakan Sang Hyang Ajnyana Ilmu Pengetahuan yang harus dicari para siswa, yang pada hakikatnya sudah ada di dalam setiap diri manusia, hewan, dan tumbuhan. Buana adalah bumi dan angkasa, sedangkan sarira adalah semua yang ada di bumi dan di angkasa serta di antara keduanya. Sarira di angkasa adalah benda-benda langit, seperti bulan, bintang, matahari, dan planet-planet lainnya pengisi jagat raya. Sarira di bumi adalah benda-benda bumi, seperti air, gunung, samudra, manusia, binatang, tumbuhan, dan sebagainya. Semua itu ialah Sang Hyang Ajnyana 17

10 Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016 sumber ilmu pengetahuan Dinyatakan bahwa tanpa bayu, sabda, dan hedap manusia seolah-olah hanyalah bangkai-bangkai yang lamakelamaan busuk dan hancur. Segala mahluk beserta alam semesta ini hakikatnya ialah jelmaan tigarahasya dari unsur bayu sabda hedap yang bisa melenyapkan kebingunan dan kebodohan, dapat menyingkirkan sifat-sifat tamak, dendam, dan iri. Bayu sabda hedap harus digunakan untuk mempelajari kitab suci dan melaksanakan syariat peribadatan sehingga akan tercapai suatu kekuatan dan kemuliaan. Kasar dan lembutnya bayu sabda hedap dapat diketahui. Kasarnya bayu karena bisa dimasukkan, dikeluarkan, dan ditahan di hidung; lembutnya bayu tak terpegang. Kasarnya sabda adalah apa saja yang bisa terdengar, terucapkan, dan tertahan; lembutnya sabda karena tak terlihat. Kasarnya hedap dapat digunakan untuk melihat, mendengar, mencium, meraba, dan merasa; lembutnya hedap karena tak pernah kesulitan ke mana pun pergi serta begitu cepat sampai ke tujuan, tak berbekas, dan tak bersisa. Bagi para mahaguru, Sunyataya Paramarta Wisesa Keagungan Keheningan Alam Sirna Abadi adalah tempat pengobar bayu guna melenyapkan kebingungan, kenikmatan tidur, dan nafsu birahi. Sedangkan Ajimantra Barali Petunjuk Puja Illahi adalah alat pengobar sabda tatkala melantunkan ayatayat kitab suci. Kemudian, Yogasamadi Kekhusukan merupakan upaya pengobar hedap untuk mengagungkan Sang Khalik. Seseorang dinyatakan sebagai pandita cendikia jika memiliki: (1) Seruan berupa ilmu pengetahuan; (2) Kasih sayang berupa bayu sabda hedap; (3) Kesibukan untuk memberi petunjuk, memutuskan, menemukan, berwibawa, berkuasan, dan teguh. Dijelaskan pula mengenai Astaguna delapan kearifan sebagai pedoman yang harus diketahui dan dijiwai serta dilaksanakan oleh Sang Sewaka Darma Para Pengabdi Hukum, terutama bagi mereka yang memiliki jabatan sebagai pemimpin. Hal yang dimaksud masing-masing ialah (1) animan berbudi halus/ramah, (2) ahiman tegas, (3) mahiman berwawasan luas, (4) lagiman gesit-terampil, (5) prapti tepat sasaran, (6) prakamya ulet-tekun, (7) isitwa jujur, dan (8) wasitwa terbuka bagi kritik. Mengenai budaya waktu itu dapat dijejaki dari tinggalan yang ada. Namun, tidak banyak tinggalan budaya Sunda dari masa kuna yang bertahan hingga kini, kecuali tinggalan budaya yang terbuat dari bahan yang tahan lama, misalnya prasasti, bangunan suci, dan sebagian naskah yang terbuat dari lontar atau daun nipah. Mengenai arsitektur zaman Kerajaan Sunda, seperti yang diamati Tome Pires, telah dikemukakan. Hanya karena bahan bangunan kebanyakan dari kayu, tak ada bangunan yang tertinggal karena lapuk dan hancur dimakan waktu. Dari naskah Sanghyang Siksakandang Karesian, diketahui adanya para ahli sastra, lukis, ukir, gamelan, dan bahasa. Di antara para ahli itu, misalnya memen dalang. Ia mengetahui sejumlah cerita, antara lain Boma, Damarjati, Sanghyang Hayu, Jayasena, Sedamana, Pu Jayakarna, Ramayana, Adiparwa, Korawasarma, Bimasorga, Sumana, Tantri, Ranggalawe, Kalapurbaka, dan Jarini. Mengherankan juga jika pada masa itu prepantun ahli pantun, baru mengetahui empat buah cerita pantun, cerita-cerita yang pada umumnya dianggap asli Sunda, yaitu Langgalarang, Banyakcatra, Haturwangi, dan Siliwangi. Berbagai jenis kawih seperti kawih pengpeledan, kawih bwatuha, kawih panjang, kawih lalanguan, kawih panyaraman, kawih sisindiran, kawih babaha-nan, kawih 18

11 Rekonstruksi Kerajaan Galuh Nina Herlina Lubis, dkk. bangbarongan, kawih sasambatan, kawih tangtung, bongbong kaso, parerane, dan porod orih dapat diperoleh penjelasannya dari paraguna. Dalam pada itu, kepada hempul dapat ditanyakan beraneka permainan (pamacoh), dari ceta macoh, ceta nirus, noroy panca, tatapukan, bangbarongan, babakutrakan, ubang-ubangan, munikon, lembur, ngadu lesung, asup kana lantar, sampai ngadu nini. Dalam kedua jenis kesenian itu ada petunjuk yang menarik. Ke dalam kelompok kawih disebutkan ada kawih bangbarongan, sedangkan ke dalam kelompok pamacohada yang disebut bangbarongan. Hal itu menunjukkan bahwa pada masa itu, sangat mungkin sudah ada jenis permainan yang peragaannya harus diiringi nyanyian, yaitu bangbarongan. Menurut Tome Pires ( ), orang Sunda sudah mengenal berbagai jenis kain impor, sementara itu menurut naskah lokal, di dalam negeri juga dikenal kain-kain lokal, yaitu jenis-jenis batik (tulis), dengan ahlinya disebut lukis, antara lain pupunjengan, hihinggulan, kekembangan, alas-alasan, urangurangan, memetahan, sisiringan, taruk hata, kembang tarate, sedangkan macammacam ukiran seperti dinanagakon, dibarongkon, ditirupaksi, ditiruwere, dan ditirusingha dapat ditanyakan kepada marangguy yang ahli di bidang itu. Jika ingin tahu bahasa-bahasa yang dikenal di Nusantara oleh penduduk negara Sunda, dapat ditanyakan kepada jurubasa darmamurcaya. Bahasa asing pada waktu itu disebut carek paranusa, antara lain terdiri atas bahasa-bahasa Cina, Keling, Parsi, Mesir, Samudra, Benggala, Makasar, Pahang, Palembang, Siem, Kalaten, Bangka, Buwun, Beten, Tulangbawang, Sela, Tego, Pasay, Parayaman, Dinah, Nagaradekan, Andeles, Moloko, Badan, Pego, Malangkabo, Mekah, Lawe, Saksak, Bali, Sebawa, Jenggi, Sabini, Ngogan, Kanagen, Kumering, Simpangtiga, Gumantung, Bubu, Manumbi, Nyiri, Sapari, Patukangan, Lampung, Surabaya, Jambudipa, Seran, Gedah, Solot, Sologong, Cempa, Indragiri, Tanjungpura, Samapung, Baluk, dan Jawa. Disebutkannya nama-nama bahasa dan tempat itu sekaligus menjadi petunjuk, dengan daerah mana saja negara Sunda ketika itu bersentuh budaya, dan dalam kegiatan itu nampaknya peranan jurubasa darmamurcaya tidak dapat diabaikan. Tome Pires, memberikan kesaksian, bahwa bahasa Sunda jelas sekali berbeda dengan bahasa Jawa, meskipun berada dalam satu pulau (Ayatrohaedi dkk, 1987: 77; Danasasmita, 1987: 83-84; Heuken, 1999: 38) Menurut naskah Sanghyang Siksakandang Karesian, masyarakat telah mengenal berbagai macam keahlian pekerjaan atau mata pencaharian hidup seperti pandai besi, pandai emas, penangkap ikan, peternak, dan petani. Pertanian (terutama di ladang) merupakan mata pencaharian utama masyarakat Sunda, sehingga hasil pertanian disebutnya permata yang keluar dari bumi. Bukti atau petunjuk mengenai masyarakat ladang itu terdapat bukan saja terdapat dalam sumber sastra tulis, tetapi juga dalam sastra lisan. Dalam naskah Carita Parahiyangan misalnya, hanya satu kali disebutkan sawah, itupun dalam hubungannya dengan nama tempat yang disebut sawah tampian dalem, tempat dipusarakannya Ratu Dewata. Petunjuk selebihnya mengarah kepada masyarakat ladang, dimulai dengan informasi tentang kelima orang titisan pancakusika, tiga orang di antaranya menjadi pahuma (peladang), panggerek (pemburu), dan penyadap (penyadap) yang ketiganya merupakan jenis pekerjaan di ladang. Di dalam naskah Sanghyang Siksakandang Karesian, menyebutkan sejumlah perkakas yang umumnya merupakan alat untuk beker- 19

12 Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016 ja di ladang seperti: kujang, patik, baliung, kored, dan sadap. Kehidupan di ladang akan membentuk manusia yang berwatak ladang. Ciri yang paling menonjol dari masyarakat ladang itu adalah selalu berpindah tempat. Keadaan ini secara langsung turut mempengaruhi bentuk bangunan tempat mereka tinggal yang terkesan sederhana. Demikian juga dengan hasil b u d a y a l a i n n y a s e p e r t i s a r a n a peribadatan, tradisi tulis, baik bentuk tulisan maupun sarana penulisan, hasil sastra dan seni lainnya. Dengan memperhatikan pola hidup seperti itu, dapatlah dimengerti keunikan budaya masyarakat Sunda yang sisa-sisanya ditemukan pada masa kini. Dalam kehidupan yang berkaitan dengan kehidupan pertanian, dan aktivitas lainnya dalam kehidupan seharihari, masyarakat Sunda masa lampau telah mengenal alat yang disebut kolenjer untuk menghitung hari yang dianggap baik untuk melakukan suatu aktivitas. Bentuknya berupa titik-titik dan garis-garis yang membentuk kotakkotak tertentu. Jumlah titik-titik dalam satu kotak mempunyai arti tertentu dan tafsiran tersendiri. Demikian juga dengan semua tanda yang digoreskan dalam kolenjer itu mempunyai arti yang tertentu pula. Kesenian Mengenai kesenian di Kerajaan Galuh, dapat diperbandingkan dengan kesenian yang ada di Kerajaan Sunda sebagaimana tercantum dalam naskah Sanghyang Siksakandang Karesian Kropak 630 teks XVI. Beberapa cabang seni yang dituliskan dalam naskah tersebut adalah seni suara (kawih), seni lukis, seni ukir dan wayang. Sementara untuk seni tari tidak ditemukan catatan dalam naskah ini. Mengenai seni kawih dijelaskan beberapa macam jenis kawih seperti bwatuha, panjang, lalanguan, panyaraman, sisindiran, pengpeledan, bongbongkaso, pererane, babahanan, bangbarongan, tangtung, sasambatan, dan igel-igelan. Selain menyebutkan jenisjenis kawih, disebutkan pula mengenai adanya sebutan khusus mengenai ahli karawitan yang disebutnya dengan paraguna. Catatan mengenai bunyi-bunyian alat musik sudah dicantumkan dalam naskah Sewaka Dharma Kropak 408. Dalam naskah yang merupakan kidung nasehat tersebut pada teks 45 disebutkan adanya bunyi-bunyian sebagai berikut. Terdengar bunyi-bunyian, Suara canang, Suara gamelan tumpang kembang, Suara kumbang dan tarawangsa menyayat, Suara peninggalan bumi, Suara gamelan Jawa, Suara balingbaling ditingkahi calintuh di dangau, Suara deru kecapi penuh khawatir, Suara sedih semua Dari teks di atas tampak bahwa alat-alat musik yang sudah ada adalah canang, gamelan tumpang kembang dan gamelan Jawa, tarawangsa, calintuh (buluh bambu berlubang) serta kecapi. Mengenai seni lukis disebutkan berbagai jenis lukisan seperti pupunjengan, hihinggulan, kekembangan, a- las-alasan, urang-urangan, memetahan, sisirangan, taruk hata dan kembang terate. Sementara mengenai seni ukir dijelaskan berbagai jenis ukiran seperti naga, barong, burung, kera, dan singa. Tampak bahwa dalam ukiran yang dijadikan model adalah jenis-jenis binatang yang secara nyata ada di wilayah Priangan seperti kera, burung dan singa. Sementara binatang yang bersifat imajinasi adalah naga dan barong. Bagi seseorang yang mempunyai keahlian khusus dalam bidang ukiran di dalam naskah ini disebut sebagai maranggi. 20

13 Rekonstruksi Kerajaan Galuh Nina Herlina Lubis, dkk. Apabila dibandingkan antara model yang digunakan dalam seni lukis dan ukiran tampak perbedaan spesifik bahwa dalam lukisan tidak digunakan binatang sebagai modelnya, sementara dalam bidang ukiran tidak digunakan tumbuhan sebagai modelnya. Dalam naskah Sanghyang Siksakandang Karesian Kropak 630 teks XI dikatakan bahwa wayang selain kesenian juga merupakan sumber pelajaran. Seperti halnya berbagai unsur kehidupan yang mendapat nama-nama tersendiri sebagai sumber pelajaran atau disebut guru. Sebagai contoh adalah apabila seseorang mendapat pelajaran dari kedua orang tuanya disebut guru kamulan, kemudian bagi seseorang yang mendapat pelajaran dengan mengamati pekerjaan orang lain maka orang tersebut mendapatkan pelajaran dari yang disebut sebagai guru wreti. Dalam hal wayang sebagai sumber pelajaran dikatakan sebagai guru panggung. Posisi sebagai guru ini sangat penting, karena masih dalam teks yang sama diingatkan bahwa baik dan buruknya, bahagia dan sengsaranya seseorang tergantung kepada guru. Hal itu diperkuat dengan teks XVI yang menyebutkan bahwa dalang adalah tempat bertanya segala cerita. Adapun cerita-cerita yang disebutkan dalam teks tersebut adalah cerita Damarjati, Sanghyang Bayu, Jayasena, Sedamana, Pu Jayakarma, Ramayana, Adiparwa, Korasawawarma, Bimasorga, Rangga Lawe, Boma, Sumana, Kala Purbaka, Jarini dan Tantri. SIMPULAN Eksistensi Kerajaan Galuh tidak diragukan secara historis. Dukungan sumber yang banyak, baik yang berupa tinggalan arkeologis, berita asing, naskah kuna, serta fakta sosial dan fakta mental, makin menguatkan akan keberadaannya. Lamanya berdiri sekitar tujuh abad menunjukkan bahwa Kerajaan Galuh bukan sekedar pernah ada tapi juga menunjukkan kekuatan yang didukung oleh sistem sosial, ekonomi, politik, budaya, kepercayaa yang juga kuat. Adapun mengenai bukti fisik berupa bangunan kerajaan dan letak persis ibu kotanya tinggal menunggu waktu. Ekskavasi yang telah dilakukan beberapa kali, hingga yang terakhir ini, September-Oktober 2015 makin menunjukkan isyarat yang optimistis dengan ditemukannya makin banyak petunjuk. Tentu saja, kegiatan ekskavasi mutlak harus terus dilanjutkan. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Rektor Universitas Padjadjaran, Prof. Dr. Tri Hanggono Ahmad, dr., yang telah menggulirkan program Academic Leadership Grant (ALG). Melalui program ini dimungkinkan penelitian bisa dilaksanakan. Ucapan terima kasih pun kami sampaikan kepada dinas/ instansi terkait yang sudah memfasilitasi penelitian ini, yaitu Balai Arkeologi Bandung, Pusat Arkeologi Nasional, dan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Taufik dan A.B. Lapian (Editor) Indonesia dalam Arus Sejarah II. Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Ayatrohaedi Pajajaran dan Sunda, dalam Majalah Arkeologi No. 4 Th. 1 Maret. Jakarta: Jurusan Arkeologim- Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Danasasmita, Saleh dkk Sewaka Dar- 21

14 Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016 ma, Sanghyang Siksakandang Karesian, Amanat Galunggung;Transkripsi dan Terjemahan. Bandung: Bagian Proyek Penelitia n dan Pengkajia n Kebudayaan Sunda (Sundanologi) Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Heuken, S.J : 3 Sumber-Sumber Asli Sejarah Jakarta. Jilid I. Jakarta: Ciptaloka Caraka. Kartakusuma, Richadiana Situs Kawali (Astana Gede), Desa Indrayasa, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis (Jawa Barat); Salah satu Balay Pamujan/ Kabuyutan Kerajaan Galuh-Priangan Timur. Makalah FGD 29 September 2015 Bandung. Lubis, Nina Herlina dkk Sejarah Tatar Sunda jilid 1. Bandung: Lembaga Penelitian Unpad Lubis,Nina Herlina (dkk.) Sejarah Kerajaan Sunda. Bandung:YMSI Cabang Jawa Barat Bekerja Sama dengan MGMP IPS SMP Kabupaten Purwakarta. Norbeck, Edward Religion in Human Life. New York: Holt, Rinehart and Winston Inc. Prijono, Sudarti. 1994/1995. Laporan Hasil Penelitian Arkeologi tentang Identitas Data untuk Memperoleh Gambaran Transformasi Budaya di Situs Astana Gede, Desa Kawali, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat. Bandung: Balai Arkeologi Bandung (Tidak diterbitkan). Saptono, Nanang Situs Astana Gede Kawali dalam Konteks Perubahan Budaya, dalam Dimensi Arkeologi Kawasan Ciamis. Bandung: Balai Arkeologi Bandung. Sukendar, Haris (dkk) Metode Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan ArkeologiNasional. Tim Peneliti Laporan Hasil Penelitian Arkeologi Klasik di Situs Astana Gede, Kecamatan Kawali, Kabupa ten Ciamis, Propinsi Jawa Barat. Bandung: Balai Arkeologi Bandung (Tidak diterbitkan). Weber, Max The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism. New York: Charles s Scribner s Sons. 22

Prasasti ini dimaksudkan untuk memperingati perintah Rakryan Juru Pangambat pada tahun Saka 854 untuk mengembalikan kekuasaan kepada raja

Prasasti ini dimaksudkan untuk memperingati perintah Rakryan Juru Pangambat pada tahun Saka 854 untuk mengembalikan kekuasaan kepada raja Prasasti ini dimaksudkan untuk memperingati perintah Rakryan Juru Pangambat pada tahun Saka 854 untuk mengembalikan kekuasaan kepada raja Sunda..ba(r) pulihkan haji sunda.. Dengan Sanjaya dalam ki tab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prabu Siliwangi adalah seorang sosok raja Sunda dengan pusat. pemerintahan berada pada Pakuan Pajajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Prabu Siliwangi adalah seorang sosok raja Sunda dengan pusat. pemerintahan berada pada Pakuan Pajajaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Prabu Siliwangi adalah seorang sosok raja Sunda dengan pusat pemerintahan berada pada Pakuan Pajajaran. Kerajaan Pajajaran sendiri adalah nama lain dari Kerajaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE. di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE. di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE A. Kesimpulan Astana Gede Kawali adalah salah satu situs bersejarah yang terdapat di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Sunda pada umumnya sudah mengenal dengan kata Siliwangi dan Padjajaran. Kedua kata tersebut banyak digunakan dalam berbagai hal. Mulai dari nama tempat,

Lebih terperinci

STUDI LAPANGAN BAGI PENELITIAN SEJARAH

STUDI LAPANGAN BAGI PENELITIAN SEJARAH STUDI LAPANGAN BAGI PENELITIAN SEJARAH MAKALAH disampaikan dalam kegiatan Bimbingan Teknis Penelitian, diselengggarakan oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung, di Hotel Agusta Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Jawa kaya akan peninggalan-peninggalan purbakala, di antaranya ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini tersebar di

Lebih terperinci

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Sunda Ciamis mempunyai kesenian yang khas dalam segi tarian yaitu tarian Ronggeng Gunung. Ronggeng Gunung merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis

Lebih terperinci

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau MATERI USBN SEJARAH INDONESIA PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH 1. PENGERTIAN SEJARAH Istilah Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti Pohon. Penggunaan kata tersebut dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mengenai tokoh Sanjaya sebagai pendiri Kerajaan Mataram Hindu di Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Mengenai tokoh Sanjaya sebagai pendiri Kerajaan Mataram Hindu di Jawa Tengah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengenai tokoh Sanjaya sebagai pendiri Kerajaan Mataram Hindu di Jawa Tengah sebenarnya masih menjadi bahan perdebatan hingga saat ini. Jati diri Sanjaya yang

Lebih terperinci

Sebuah anomali pada pernaskahan Sunda Kuna

Sebuah anomali pada pernaskahan Sunda Kuna Sebuah anomali pada pernaskahan Sunda Kuna Abstrak Penelitian terhadap naskah Sunda Kuna (NSK) yang belum menyeluruh menimbulkan beberapa anggapan yang cenderung bersifat sementara. Seperti halnya anggapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

SRI BADUGA MAHARAJA ( ) Tokoh Sejarah yang Memitos dan Melegenda

SRI BADUGA MAHARAJA ( ) Tokoh Sejarah yang Memitos dan Melegenda SRI BADUGA MAHARAJA (1482-1521) Tokoh Sejarah yang Memitos dan Melegenda MAKALAH Disampaikan dalam seminar Sri Baduga dalam Sejarah, Filologi, dan Sastra Lisan Diselenggarakan oleh Balai Pengelolaan Museum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno adalah benda budaya yang merekam informasi dan pengetahuan masyarakat lampau yang diturunkan secara turun temurun semenjak dulu sampai saat ini. Warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi kata kepemimpinan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Definisi kata kepemimpinan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi kata kepemimpinan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai perihal pemimpin atau cara memimpin (dari seseorang). (Sugono, 2014:1075). Kepemimpinan

Lebih terperinci

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7 SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7 1. Sejarah Sunda Kata Sunda artinya Bagus/ Baik/ Putih/ Bersih/ Cemerlang, segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan, orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

TINJAUAN VISUAL AKSARA PADA PRASASTI BATU TULIS BOGOR

TINJAUAN VISUAL AKSARA PADA PRASASTI BATU TULIS BOGOR TINJAUAN VISUAL AKSARA PADA PRASASTI BATU TULIS BOGOR DK 38315 Skripsi Semester II 2009 / 2010 Oleh : Nevy Astuti Kumalasari 51906004 Program Studi Desain Komunikasi Visual FAKULTAS DESAIN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SITUS ASTANA GEDE KAWALI SEBAGAI SUMBER BELAJAR BAGI MAHASISWA SEJARAH (Studi Kasus pada Mahasiswa Program Studi Sejarah Universitas Padjadjaran)

SITUS ASTANA GEDE KAWALI SEBAGAI SUMBER BELAJAR BAGI MAHASISWA SEJARAH (Studi Kasus pada Mahasiswa Program Studi Sejarah Universitas Padjadjaran) SITUS ASTANA GEDE KAWALI SEBAGAI SUMBER BELAJAR BAGI MAHASISWA SEJARAH (Studi Kasus pada Mahasiswa Program Studi Sejarah Universitas Padjadjaran) Ayu Septiani, M.Hum 1 Dosen Program Studi Sejarah Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teks sastra adalah teks artistik yang disusun dengan menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu, ada sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan.

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang musik tidak akan pernah ada habisnya, karena musik begitu melekat, begitu dekat dengan kehidupan manusia. Musik telah ada sejak sebelum Masehi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan gugusan pulau dan kepulauan yang memiliki beragam warisan budaya dari masa lampau. Kekayaan-kekayaan yang merupakan wujud dari aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat Ciamis. Ronggeng gunung sebenarnya masih dalam koridor terminologi ronggeng secara umum, yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada peribahasa yang menyebutkan di mana ada asap, di sana ada api, artinya tidak ada kejadian yang tak beralasan. Hal tersebut merupakan salah satu kearifan nenek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia diawali melalui hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu kemudian berkembang ke berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada sekitar abad IV sampai pada akhir abad XV M, telah meninggalkan begitu banyak peninggalan arkeologis.

Lebih terperinci

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran BAB 7 Standar Kompetensi Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan keberadaan dan perkembangan tradisi lisan dalam masyarakat setempat. 2. Mengembangkan sikap

Lebih terperinci

SUNDA, PRIANGAN, DAN JAWA BARAT

SUNDA, PRIANGAN, DAN JAWA BARAT SUNDA, PRIANGAN, DAN JAWA BARAT MAKALAH Disampaikan dalam Diskusi Hari Jadi Jawa Barat Diselenggarakan oleh Harian Umum Pikiran Rakyat Bekerja Sama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat pada

Lebih terperinci

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH Reny Kartika Sary Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palembang Email : renykartikasary@yahoo.com Abstrak Rumah Limas

Lebih terperinci

Daftar Pustaka. Danandjaja, James, 1984, Folklor Indonesia; Ilmu Gosip, Dongeng, Dan Lain-lain, PT Pustaka Utama Grafiti, Jakarta

Daftar Pustaka. Danandjaja, James, 1984, Folklor Indonesia; Ilmu Gosip, Dongeng, Dan Lain-lain, PT Pustaka Utama Grafiti, Jakarta Daftar Pustaka Danandjaja, James, 1984, Folklor Indonesia; Ilmu Gosip, Dongeng, Dan Lain-lain, PT Pustaka Utama Grafiti, Jakarta Sutaarga, Drs. Moh. Amir, 1966, Prabu Siliwangi ; Ratu Purana Prebu Guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Banyak orang merasa bingung mengisi hari libur mereka yang hanya berlangsung sehari atau dua hari seperti libur pada sabtu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian sastra lisan sangat penting untuk dilakukan sebagai perlindungan dan pemeliharaan tradisi, pengembangan dan revitalisasi, melestarikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN. pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia memiliki ragam suku dan budaya, dalam proses pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah memiliki nilai sejarah. Pembentukan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel Eksistensi Punden Berundak di Pura Candi Desa Pakraman Selulung, Kintamani, Bangli (Kajian Tentang Sejarah dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah) Oleh : I Wayan Pardi, (NIM 0914021066), (e-mail:

Lebih terperinci

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global Oleh: Dyah Kustiyanti Tradisi biasanya didefinisikan sebagai cara mewariskan pemikiran, pandangan hidup, kebiasaan,

Lebih terperinci

AGUS SANTOSO PERNIKAHAN ARJUNA. Sebuah Epik Arjunawiwaha Karya Mpu Kanwa

AGUS SANTOSO PERNIKAHAN ARJUNA. Sebuah Epik Arjunawiwaha Karya Mpu Kanwa AGUS SANTOSO PERNIKAHAN ARJUNA Sebuah Epik Arjunawiwaha Karya Mpu Kanwa CIPANAS PRESS 2014 Diterbitkan oleh Cipanas Press (STT Cipanas) Jl. Gadog I/36 Cipanas Cianjur 43253 Jawa Barat Indonesia Cetakan

Lebih terperinci

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : ANANG MARWANTO NIM

Lebih terperinci

2014 SAJARAH CIJULANG

2014 SAJARAH CIJULANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah kuno merupakan salah satu warisan budaya Indonesia dalam bidang keberaksaraan yang telah dilindungi oleh UU RI No. 11 tahun 2010. Ungkapan warisan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan catatan dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang dipakai oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan judul skripsi

Lebih terperinci

Akhir Jaman Menurut Ajaran Gereja Katolik (Bagian Ke-2): THE SECOND COMING. Intro. Kita mendoakannya setiap hari Minggu dalam Syahadat kita:

Akhir Jaman Menurut Ajaran Gereja Katolik (Bagian Ke-2): THE SECOND COMING. Intro. Kita mendoakannya setiap hari Minggu dalam Syahadat kita: Akhir Jaman Menurut Ajaran Gereja Katolik (Bagian Ke-2): THE SECOND COMING Intro Kita mendoakannya setiap hari Minggu dalam Syahadat kita: Ia akan kembali dengan mulia, mengadili orang yang hidup dan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang terdapat di Pulau Jawa. Sungai Ciliwung ini dibentuk dari penyatuan aliran puluhan sungai kecil di kawasan Taman Nasional

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok digilib.uns.ac.id BAB V PENUTUP A. Simpulan Fokus kajian dalam penelitian ini adalah menemukan benang merah hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok Sawitri terhadap

Lebih terperinci

Bacaan diambil dari Kitab Nabi Yesaya:

Bacaan diambil dari Kitab Nabi Yesaya: 1 Tahun A Hari Minggu Adven I LITURGI SABDA Bacaan Pertama Yes. 2 : 1-5 Tuhan menghimpun semua bangsa dalam Kerajaan Allah yang damai abadi. Bacaan diambil dari Kitab Nabi Yesaya: Inilah Firman yang dinyatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan dan tumbuh kembangnya sangat diperhatikan. Tak heran banyak sekali orang yang menunggu-nunggu

Lebih terperinci

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar henysari74@gmail.com ABSTRAK Dalam pengenalan ajaran agama tidak luput dari

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA AKTIVITAS KEAGAMAAN MASYARAKAT KERAJAAN SUNDA ABAD KE-14 HINGGA AWAL ABAD KE-16 MASEHI BERDASARKAN DATA TERTULIS DAN TINGGALAN ARKEOLOGI: SUATU PENELITIAN AWAL SKRIPSI SUCI SEPTIANI

Lebih terperinci

Cagar Budaya Candi Cangkuang

Cagar Budaya Candi Cangkuang Cagar Budaya Candi Cangkuang 1. Keadaan Umum Desa Cangkuang Desa Cangkuang terletak di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Desa Cangkuang dikelilingi oleh empat gunung besar di Jawa Barat, yang antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.)

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.) MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.) DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT BALAI PENGEMBANGAN BAHASA DAERAH DAN KESENIAN 2013 DRAFT-1 DAN MATA PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB III AKSARA SUNDA

BAB III AKSARA SUNDA BAB III AKSARA SUNDA 3.1. Perihal Aksara Sunda Aksara Sunda atau yang disebut huruf Kaganga bukan milik sendiri maksudnya adalah aksara Sunda merupakan aksara hasil modifikasi dari aksara aksara daerah

Lebih terperinci

Tahun C Minggu Tri Tunggal Maha Kudus LITURGI SABDA

Tahun C Minggu Tri Tunggal Maha Kudus LITURGI SABDA 1 Tahun C Minggu Tri Tunggal Maha Kudus LTRG SABDA Bacaan Pertama Ams. 8 : 22-31 Sebelum bumi ada, kebijaksanaan sudah ada. Bacaan diambil dari Kitab Amsal: Tuhan telah menciptakan aku sebagai permulaan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Hubungan Malayu..., Daulat Fajar Yanuar, FIB UI, 2009

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Hubungan Malayu..., Daulat Fajar Yanuar, FIB UI, 2009 91 BAB 5 KESIMPULAN Pada masa Jawa Kuno, raja merupakan pemegang kekuasaan dan otoritas tertinggi dalam pemerintahan. Seorang raja mendapatkan gelarnya berdasarkan hak waris yang sifatnya turun-temurun

Lebih terperinci

DOKUMENTASI OBJEK-OBJEK WISATA SEJARAH KABUPATEN SUMEDANG

DOKUMENTASI OBJEK-OBJEK WISATA SEJARAH KABUPATEN SUMEDANG LAPORAN PENELITIAN DOKUMENTASI OBJEK-OBJEK WISATA SEJARAH KABUPATEN SUMEDANG Oleh Maman Sutirman, Drs., M. Hum. Prof. Dr. Hj. Nina H. Lubis, M. S. Miftahul Falah, S. S. Dibiayai oleh Dana DIPA PNBP Universitas

Lebih terperinci

METODE SEJARAH. Presentasi Oleh HY Agus Murdiyastomo

METODE SEJARAH. Presentasi Oleh HY Agus Murdiyastomo METODE SEJARAH Presentasi Oleh HY Agus Murdiyastomo PERTEMUAN PERTAMA What is history? Arti Sejarah Subjektif Sejarah Sebagai Kisah Objektif Sejarah Sebagai Peristiwa Peristiwa Einmalig Hanya sekali terjadi,

Lebih terperinci

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan)

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan) Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar Kelas 1 Kompetensi Inti KD Lama KD Baru 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya Menunjukkan contoh-contoh ciptaan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap

Bab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap kehidupan bangsanya. Hal ini dapat dilihat pada sejarah, tabiat dan watak bangsa tersebut.

Lebih terperinci

2016 PANDANGAN MASYARAKAT SUNDA TERHADAP ORANG BANGSA ASING

2016 PANDANGAN MASYARAKAT SUNDA TERHADAP ORANG BANGSA ASING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mantra merupakan puisi lisan yang bersifat magis. Magis berarti sesuatu yang dipakai manusia untuk mencapai tujuannya dengan cara-cara yang istimewa. Perilaku magis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya ketidakadilan dan sikap sewenang-wenang terhadap rakyat. Dengan kata lain, gerakan

Lebih terperinci

EKSISTENSI KERAJAAN PAJAJARAN DAN PRABU SILIWANGI

EKSISTENSI KERAJAAN PAJAJARAN DAN PRABU SILIWANGI EKSISTENSI KERAJAAN PAJAJARAN DAN PRABU SILIWANGI MAKALAH disampaikan dalam Seminar Prodi Ilmu Sejarah pada hari Senin 28 Maret 2011 di Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran Jatinangor oleh: Mumuh Muhsin

Lebih terperinci

Para rasul dan orang-orang Kristen yang mula-mula menganggap kedatangan Kristus kedua kali adalah pengharapan yang penuh bahagia (Tit.

Para rasul dan orang-orang Kristen yang mula-mula menganggap kedatangan Kristus kedua kali adalah pengharapan yang penuh bahagia (Tit. Para rasul dan orang-orang Kristen yang mula-mula menganggap kedatangan Kristus kedua kali adalah pengharapan yang penuh bahagia (Tit. 2:13; bandingkan Ibr. 9:28). Kesaksian Kitab Suci. Kepastian Kedatangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, tidak hanya suku yang berasal dari nusantara saja, tetapi juga suku yang berasal dari luar nusantara.

Lebih terperinci

MUATAN LOKAL DAN SEJARAH GARUT: PERSPEKTIF PAEDAGOGIS *)

MUATAN LOKAL DAN SEJARAH GARUT: PERSPEKTIF PAEDAGOGIS *) MUATAN LOKAL DAN SEJARAH GARUT: PERSPEKTIF PAEDAGOGIS *) Oleh: Andi Suwirta **) Pada tahun 1990-an, materi dalam Kurikulum Sejarah mulai diperkenalkan apa yang disebut dengan muatan lokal (mulok). Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan salah satu bentuk kebudayaan manusia. Setiap daerah mempunyai kesenian yang disesuaikan dengan adat istiadat dan budaya setempat. Jawa Barat terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu animisme dan dinamisme. Setelah itu barulah masuk agama Hindu ke

BAB I PENDAHULUAN. yaitu animisme dan dinamisme. Setelah itu barulah masuk agama Hindu ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebelum datangnya Islam masyarakat Indonesia masih percaya akan kekuatan roh nenek moyang yang merupakan sebuah kepercayaan lokal yaitu animisme dan dinamisme.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali telah terkenal dengan kebudayaannya yang unik, khas, dan tumbuh dari jiwa Agama Hindu, yang tidak dapat dipisahkan dari keseniannya dalam masyarakat yang berciri

Lebih terperinci

Pdt. Gerry CJ Takaria

Pdt. Gerry CJ Takaria KEPASTIAN KEDATANGAN KRISTUS Para rasul dan orang-orang Kristen yang mula-mula menganggap kedatangan Kristus kedua kali adalah pengharapan yang penuh bahagia (Tit. 2:13; bandingkan Ibr. 9:28). KEPASTIAN

Lebih terperinci

BAB III BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN HINDU DAN BUDHA

BAB III BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN HINDU DAN BUDHA BAB III BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN HINDU DAN BUDHA A. Pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha Koentjaraningrat (1997) menyusun uraian, bahwa tanda-tanda tertua dari adanya pengaruh kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lilis Melani, 2014 Kajian etnokoreologi Tari arjuna sasrabahu vs somantri di stsi bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lilis Melani, 2014 Kajian etnokoreologi Tari arjuna sasrabahu vs somantri di stsi bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seni terlahir dari ekspresi dan kreativitas masyarakat yang dilatarbelakangi oleh keadaan sosialbudaya, ekonomi, letak geografis, pola kegiatan keseharian,

Lebih terperinci

KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN

KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2014 2015 MATA PELAJARAN KELAS / PROGRAM / SEMESTER ALOKASI WAKTU JENIS SOAL : SEJARAH (PEMINATAN) : X / IIS/ GASAL : 90 Menit : Pilihan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini akan menguraikan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini akan menguraikan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Bab ini akan menguraikan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi

Lebih terperinci

Sukacita atas ciptaan Allah

Sukacita atas ciptaan Allah Sukacita atas ciptaan Allah Maka Allah melihat segala yang dijadikan- Nya itu, sungguh amat baik. (Kej. 1:31) Allah tetap dan terus-menerus berkarya melalui ciptaan-nya, melalui pelestarian alam jagat

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA

DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA I GUSTI NGURAH WIRAWAN, S.Sn., M.Sn NIP : 198204012014041001 INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016 ABSTRAK Saradpulagembal, seperti halnya sesajen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata seni adalah sebuah kata yang semua orang dipastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara Etimologi istilah seni berasal

Lebih terperinci

Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49)

Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49) HR KENAIKAN TUHAN : Kis 1:1-11; Ef 1:17-23; Luk 24:46-53 Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49) Sebelum menerima tahbisan imamat,

Lebih terperinci

Fungsi agama dalam pemerintahan pada masa kejayaan majapahit (abad ke-14 masehi) HB. Hery Santosa

Fungsi agama dalam pemerintahan pada masa kejayaan majapahit (abad ke-14 masehi) HB. Hery Santosa Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Fungsi agama dalam pemerintahan pada masa kejayaan majapahit (abad ke-14 masehi) HB. Hery Santosa Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=74007&lokasi=lokal

Lebih terperinci

Fungsi Produk Seni Kerajinan Ukir Kayu Guwang

Fungsi Produk Seni Kerajinan Ukir Kayu Guwang Fungsi Produk Seni Kerajinan Ukir Kayu Guwang Oleh: Ni Kadek Karuni Dosen PS Kriya Seni Feldman menjelaskan bahwa fungsi-fungsi seni yang sudah berlangsung sejak zaman dahulu adalah untuk memuaskan: (1)

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 SEJARAH KERAJAAN CIREBON DAN KERAJAAN BANTEN Disusun Oleh Kelompok 3 Rinrin Desti Apriani M. Rendi Arum Sekar Jati Fiqih Fauzi Vebri Ahmad UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 KERAJAAN CIREBON Kerajaan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Kamajaya,Karkono,Kebudayaan jawa:perpaduannya dengan islam,ikapi,yogja,1995 2

BAB II PEMBAHASAN. Kamajaya,Karkono,Kebudayaan jawa:perpaduannya dengan islam,ikapi,yogja,1995 2 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pendidikan adalah upaya menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap insan. Potensi itu berupa kemampuan berbahasa, berfikir, mengingat menciptakan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA

PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA Elfrida Rosidah Simorangkir Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas

Lebih terperinci

BUDAYA MARITIM NUSANTARA DAN GERAKAN KEMBALI KE LAUT

BUDAYA MARITIM NUSANTARA DAN GERAKAN KEMBALI KE LAUT BUDAYA MARITIM NUSANTARA DAN GERAKAN KEMBALI KE LAUT Gusti Asnan (Jur. Sejarah, Fak. Ilmu Budaya, Univ. Andalas Padang gasnan@yahoo.com) Berbincang mengenai budaya maritim Nusantara sesungguhnya membincangkan

Lebih terperinci

1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius.

1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius. 1 Tesalonika Salam 1:1 1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius. Kepada jemaah Tesalonika yang ada dalam Allah, Sang Bapa kita, dan dalam Isa Al Masih, Junjungan kita Yang Ilahi. Anugerah dan sejahtera menyertai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan lagi, dimana arus modernisasi tidak mengenal batasan antar kebudayaan baik regional, nasional

Lebih terperinci

DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG

DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXXII Di Depan Gedung Jaya Sabha Denpasar 12 Juni 2010 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,M.Sn.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa, memiliki nilai-nilai dan prinsip-prinsip luhur yang harus di junjung tinggi keberadaannya. Nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zainal Arifin Nugraha, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zainal Arifin Nugraha, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Naskah kuno merupakan hasil kebudayaan suatu bangsa yang tak ternilai harganya. Di dalamnya terdapat nilai-nilai luhur yang ingin disampaikan oleh nenek moyang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRAK. ABSTRACT... DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN..

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri khasnya masing-masing. Hal itu bisa dilihat pada pengaruh karya seni rupa peninggalan kerajaan

Lebih terperinci

KONSEP FIGUR PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN YANG TERUNGKAP DALAM SKRIPTORIUM NASKAH SUNDA BUHUN KABUYUTAN CIBURUY

KONSEP FIGUR PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN YANG TERUNGKAP DALAM SKRIPTORIUM NASKAH SUNDA BUHUN KABUYUTAN CIBURUY KONSEP FIGUR PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN YANG TERUNGKAP DALAM SKRIPTORIUM NASKAH SUNDA BUHUN KABUYUTAN CIBURUY Makalah ini disajikan pada Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara, Oleh: Elis Suryani

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto adalah Lintang Selatan dan

BAB IV KESIMPULAN. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto adalah Lintang Selatan dan BAB IV KESIMPULAN Kota Sawahlunto terletak sekitar 100 km sebelah timur Kota Padang dan dalam lingkup Propinsi Sumatera Barat berlokasi pada bagian tengah propinsi ini. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ki Gede Sebayu merupakan tokoh pendiri Tegal yang telah dikenal oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ki Gede Sebayu merupakan tokoh pendiri Tegal yang telah dikenal oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ki Gede Sebayu merupakan tokoh pendiri Tegal yang telah dikenal oleh masyarakat luas. Ketokohan Ki Gede Sebayu sebagai pendiri Tegal memang sudah tersohor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Tuban provinsi Jawa Timur merupakan wilayah yang berada di Jalur Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa. Sebelah utara Kabupaten Tuban membentang luas lautan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. a. Kebudayaan sebagai proses pembangunan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. a. Kebudayaan sebagai proses pembangunan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Kebudayaan a. Kebudayaan sebagai proses pembangunan Koentjaraningrat dalam Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan mendeskripsikan

Lebih terperinci

László Hankó: Kebahagiaan Marina

László Hankó: Kebahagiaan Marina 1 László Hankó: Kebahagiaan Marina Terjemahan: Mentari Siahaan Dahulu kala hiduplah seorang wanita muda dan cantik bernama Marina. Dia tinggal di sebuah gubuk kecil di tepi pantai bersama suaminya yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 178 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Situs Kabuyutan Ciburuy, terletak di Desa Pamalayan Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Di dalam lingkungan situs ini terdapat artefak-artefak

Lebih terperinci

Sumber dan Tujuan Pendidikan yang Benar. Pengetahuan orang kudus adalah pengertian, Kenalilah akan Dia.

Sumber dan Tujuan Pendidikan yang Benar. Pengetahuan orang kudus adalah pengertian, Kenalilah akan Dia. Sumber dan Tujuan Pendidikan yang Benar Pengetahuan orang kudus adalah pengertian, Kenalilah akan Dia. Pemikiran kita tentang pendidikan terlalu sempit dan dangkal. Karena hanya mengejar suatu arah pelajaran

Lebih terperinci

DISIAPKAN MENJADI SAKSI

DISIAPKAN MENJADI SAKSI Tata Ibadah Kenaikan Tuhan Yesus Ke Surga GKI Soka Salatiga Kamis, 25 Mei 2017 Pukul 08.30 WIB DISIAPKAN MENJADI SAKSI KETERANGAN: Ptgs. 1 : Seorang Bapak Ptgs. 2 : Seorang Ibu Ptgs. 3 : Seorang Pemuda

Lebih terperinci