BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang. keleluasaan bagi pemerintah daerah dalam mengelola daerahnya. Salah satu

Transkripsi

1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah ditandai dengan pelimpahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pelimpahan kewenangan pemerintah pusat memberikan keleluasaan bagi pemerintah daerah dalam mengelola daerahnya. Salah satu pelimpahan kewenangan tersebut adalah pengelolaan barang daerah yang diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun Barang milik daerah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Pelimpahan kewenangan pengelolaan aset daerah bukan hanya pemanfaatan atau penggunaan dan pengoptimalannya saja, tetapi juga disertai dengan adanya tanggung jawab dalam pemeliharaan dan perawatan aset tersebut, sehingga keberadaan aset daerah mampu mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pemerintahan. Pemeliharaan bangunan gedung menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2008, adalah kegiatan menjaga keandalan bangunan gedung beserta prasarana dan sarananya agar bangunan gedung selalu laik fungsi. Kegiatan pemeliharaan merupakan kegiatan atau tindakan yang dilakukan agar semua barang milik daerah selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan. 1

2 2 Peranan kegiatan pemeliharaan dalam pengelolaan barang milik daerah sangatlah penting yaitu selain menjaga kondisi fisik dan fungsi agar dapat terus mendukung pelaksanaan tugas pokok pemerintahan tetapi juga dapat meningkatkan nilai dari aset/barang tersebut. Kegiatan pemeliharaan ini merupakan tanggung jawab Pemerintah Daerah, sebagaimana disebutkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Pasal 35 ayat (1), Pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang bertanggung jawab atas pemeliharaan barang milik negara/daerah yang ada di bawah penguasaannya. Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat merupakan pemerintah daerah yang memiliki 107 (seratus tujuh) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Sekretariat KORPRI, Sekretariat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, Inspektorat, 17 (tujuh belas) Dinas, 14 (empat belas) Badan, 2 (dua) Kantor, Rumah Sakit Umum Daerah, Rumah Sakit Jiwa, Rumah Sakit Khusus, Satuan Polisi Pamong Praja dan 65 (enam puluh lima) Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang semuanya berfungsi sebagai pengguna anggaran dan barang dengan jumlah pegawai negeri sipil sebanyak orang (Sumber: Bidang Informasi Kepegawaian Badan Kepegawaian Daerah, Rekapitulasi Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013). Pemeliharaan di lingkungan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat meliputi kebersihan gedung, perawatan dan pemeliharaan taman, perbaikan dan pemeliharaan kantor, pemeliharaan aset kantor dan pemeliharaan lahan parkir. Perawatan yang dilakukan dengan cara internal dan eksternal. Cara internal dilakukan oleh masing-masing pegawai pada lingkup kerja masing-masing,

3 3 sedangkan cara eksternal dilakukan oleh pihak ketiga sesuai dengan keahlian dan kemampuannya. Kegiatan perawatan aset milik Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat telah dilakukan secara rutin, akan tetapi terkadang kegiatan perawatan hanya dilakukan pada saat terjadi kerusakan fisik. Kegiatan perawatan bangunan dilakukan selain untuk menjaga kondisi bangunan beserta elemen yang ada di bangunan agar tetap berfungsi dengan baik dan jauh dari pengaruh yang akan merusak sehingga mencapai usia atau bahkan melebihi usia yang direncanakan juga diharapkan dapat memberikan kenyamanan kepada seluruh pegawai sehingga tercipta semangat untuk giat bekerja. Pada tahun 2013, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp ,00 atau 0,25 persen dari total APBD (Sumber: Bidang Akuntansi Badan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah, Laporan Realisasi APBD Tahun Anggaran 2013). Namun pada kenyataannya, pemeliharaan aset milik Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat belumlah optimal. Hal ini terlihat pada beberapa bangunan gedung kantor Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam kondisi kurang terawat seperti plafon langit-langit yang berlubang, keramik lantai yang pecah, pintu kantor rusak dan lain sebagainya sehingga dibutuhkan pemeliharaan yang lebih terencana dan teratur. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah penelitian ini dapat di rumuskan yaitu beberapa bangunan gedung kantor SKPD Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dalam kondisi kurang terawat.

4 4 1.3 Keaslian Penelitian Penelitian terdahulu telah membahas mengenai pemeliharaan bangunan dengan berbagai tujuan dan pendekatan yang berbeda. Beberapa penelitian yang menjadi acuan dalam penelitian ini ditampilkan dalam Tabel 1.1 berikut. Tabel 1.1 Penelitian-Penelitian Terdahulu No Peneliti Objek Metoda Penelitian Penelitian Hasil Penelitian / Temuan Penelitian di Mancanegara 1. El-Haram dan Horner (2002) Analisis Deskriptif. Properti Perumahan di Skotlandia. 2. Chan (2008) Hotel-Hotel di Hongkong. 3. De Marco, et. al. (2009) 4. Yi dan Komatsu (2010) Gudanggudang distribusi di Italia. Fasilitas umum di Tokyo. Analisis Deskriptif dan Maintenance Cost Index. Analisis regresi. Pengurangan Radar Charts dan Product Portfolio Management (PPM) Matrix. Biaya pemeliharaan dipengaruhi oleh faktor yang hanya dapat dievaluasi secara subjektif dan sulit diukur secara kuantitatif Indeks biaya pemeliharaan untuk hotel bintang lima lebih tinggi menyesuaikan dengan permintaan tamu yang menginginkan kualitas pelayanan yang lebih tinggi serta pada hotel yang tua (umur lebih dari 30 tahun) dikeluarkan biaya pemeliharaan lebih tinggi dan dibutuhkan lebih banyak staf teknis biaya pemeliharaan hanya dapat dicapai dengan membuat keputusan desain yang tepat pada karakteristik strategis fasilitas gudang. Secara khusus, lokasi dan usia bangunan merupakan faktor-faktor relevan pemeliharaan kerusakan, sementara volume kargo bulanan transit gudang merupakan faktor signifikan biaya pemeliharaan dikarenakan kerusakan. Kurang adanya perhatian dari pemerintah terhadap fasilitas umum dan lebih fokus kepada perawatan gedung kantor swasta serta bangunan rumah tinggal.

5 5 Lanjutan Tabel 1.1 Penelitian-Penelitian Terdahulu Lind dan Properti di Analisis Terdapat sejumlah Munyingo Swedia. Deskriptif. ketidakpastian yang (2012) mempengaruhi perencanaan pemeliharaan gedung yang membuat rencana-rencana jangka panjang yang lebih rinci menjadi kurang bermakna. Struktur baru untuk pemeliharaan yang diusulkan berfokus pada tujuan strategi jangka panjang untuk berbagai bangunan/komponen dan dalam jangka pendek dilakukan penyesuaian ketika diperoleh informasi baru. 6. Li dan Guo (2012) 7. Hassanain, et.al (2013) Gedung Universitas di Taiwan. Fasilitas rumah sakit pada 20 rumah sakit umum dan 20 rumah sakit swasta di Arab Saudi. Regresi linier, regresi berganda dan Back Propagation artifial neural Network (BPN). Relative Importance Index (RII). Model BPN memiliki kemampuan estimasi yang baik dalam menganalisis masalah biaya pemeliharaan dan perencanaan anggaran gedung Universitas untuk memperoleh siklus hidup skenario pemeliharaan yang optimal. Faktor yang paling penting mempengaruhi biaya pemeliharaan fasilitas rumah sakit dari sudut pandang rumah sakit umum adalah transfer masalah dari fase konstruksi untuk fase pemeliharaan resolusi, kurangnya koordinasi antara pembangunan dan pemeliharaan kelompok dan adanya langkah-langkah kontrol kualitas selama instalasi sistem, sedangkan dari sudut pandang rumah sakit swasta adalah durasi kontrak pemeliharaan, metoda mengklasifikasikan pemeliharaan kontraktor, kesalahan yang dilakukan selama desain proyek dan kurangnya umpan balik dari kelompok pemeliharaan untuk tim desain.

6 6 Lanjutan Tabel 1.1 Penelitian-Penelitian Terdahulu Penelitian di Indonesia 1. Ervianto (2007) Gedung Universitas Atmajaya Yogyakarta. 2. Usman dan Winandi (2009) 3. Supriyatna (2009) Gedung Teknologi Hasil Pertanian dan Fisika (MIPA) Universitas Lampung. Gedung- Gedung di Bandung. 4. Kharir (2009) Gedung Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Analisis Deskriptif. Analisis Deskriptif. Analisis Deskriptif. Importance Performance Analysis dan Trend Linier Model. Kampus tidak memiliki program pemeliharaan yang jelas dan terstruktur. Prosentase pemeliharaan kedua gedung dibagi dalam tiga kategori kerusakan yaitu kerusakan ringan, sedang dan berat. Program kerja pemeliharaan jangka panjang dalam waktu lima tahun ke depan untuk kerusakan ringan dan sedang dilakukan masingmasing selama 2 tahun dan kerusakan berat selama satu tahun. Kurangnya perhatian atau tidak sesuainya kegiatan pemeliharaan yang dilakukan akan menyebabkan suatu kondisi atau dampak negatif dengan menurunnya tingkat produktifitas, sedangkan dengan pemeliharaan bangunan gedung yang baik akan memperpanjang usia bangunan dan bengunan gedung terawat sehingga mendapatkan keuntungan dari investasi yang maksimal. Terdapat 4 (empat) faktor keberhasilan pemeliharaan bangunan gedung yang masih perlu ditingkatkan yaitu program pemeliharaan tidak terencana, Standar Operasional Prosedur (SOP), deskripsi kerja/uraian tugas pemeliharaan dan analisa kebutuhan biaya pemeliharaan serta terjadi peningkatan biaya pemeliharaan gedung setiap tahun sebesar Rp ,00.

7 7 Lanjutan Tabel 1.1 Penelitian-Penelitian Terdahulu Murwantara (2009) Gedung kantor Pemerintah Kabupaten Bantul. 6. Marsono (2010) Gedung kantor perwakilan BPK se- Indonesia. 7. Ningrum (2010) Gedung kantor pajak di Jakarta. 8. Yolandary (2011) 9. Ramadhaniyah (2013) 10. Dewita, dkk. (2013) Gedung kantor Pemerintah Kabupaten Murung Raya. Gedung Insitut Bisnis dan Informatika Darmajaya. Fasilitas bandar udara Ngurah Rai Bali. Analisis data panel, analisis deskriptif dan standar biaya serta uji beda dua rata-rata. Analisis regresi data panel dan analisis deskriptif standar biaya. Analisis regresi data panel. Analisis data panel. Analisis regresi berganda data panel, analisis deskriptif dan analisis efisiensi biaya. Analisis Cost Significant Model dan regresi linier berganda. Variabel umur bangunan, luas bangunan dan jumlah pegawai berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan kualitas bangunan dan kondisi bangunan tidak berpengaruh. Perencanaan biaya pemeliharaan masih belum efisien yang didukung dengan penetapan standar biaya yang berlaku dan tidak terdapat perbedaan pola perilaku biaya sebelum dan sesudah gempa bumi tanggal 27 Mei Variabel umur bangunan, luas bangunan dan jumlah pegawai berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan ketinggian bangunan, status bangunan dan jumlah kamar mandi tidak berpengaruh secara signifikan. Variabel umur, luas, nilai dan pendapatan pajak bangunan berpengaruh positif dan signifikan terhadap biaya pemeliharaan terkecuali jumlah pegawai. Variabel umur bangunan dan luas bangunan berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan kondisi bangunan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap biaya pemeliharaan. Variabel luas bangunan, jumlah pegawai dan jumlah ruang berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan umur bangunan dan jumlah lantai berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap biaya pemeliharaan bangunan gedung. Biaya pemeliharaan landasan, parkir kendaraan, alat perhubungan udara dan instalasi AC menjadi model estimasi yang sangat baik dipakai untuk model biaya pemeliharaan fasilitas di bandar udara Ngurah Rai Bali.

8 8 Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu terkait dengan tujuan penelitian, alat analisis dan variabel yang digunakan. Penelitian terdahulu bertujuan menganalisis manajemen biaya pemeliharaan, seperti pada penelitian Ervianto (2007), Usman dan Winandi (2009), Supriyatna (2009), Kharir (2009), Yi dan Komatsu (2010), Lind dan Munyingo (2012), Hassanain, et. al. (2013) dan Dewita, dkk. (2013), sedangkan penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi biaya pemeliharaan seperti pada penelitian El-Haram dan Horner (2002), Chan (2008), De Marco, et. al. (2009), Murwantara (2009), Marsono (2010), Ningrum (2010), Yolandary (2011), Li dan Guo (2012) dan Ramadhaniyah (2013). Alat Analisis yang digunakan pada penelitian terdahulu menggunakan analisis Maintenance Cost Index (Chan, 2008), Radar Chart dan Matriks PPM (Yi dan Komatsu, 2010), Back Propagation artifial neural Network (Li dan Guo, 2012), Relative Importance Index (Hassanain, et. al., 2013), Importance Performance Analysis dan Trend Linear Model (Kharir, 2009) dan analisis Cost Significant Model (Dewita, dkk., 2013), sedangkan penelitian ini menggunakan alat analisis regresi seperti pada penelitian De Marco, et. al. (2009), Murwantara (2009), Marsono (2010), Ningrum (2010), Yolandary (2011) dan Ramadhaniyah (2013). Variabel yang digunakan pada penelitian terdahulu memiliki kesamaan pada variabel luas bangunan, umur bangunan, jumlah lantai, jumlah pegawai dan jumlah kamar mandi seperti yang digunakan pada penelitian Chan (2008), De Marco, et. al. (2009), Murwantara (2009), Marsono (2010), Ningrum (2010), Yolandary (2011) dan Ramadhaniyah (2013), sedangkan berbeda pada variabel dummy elevator yang

9 9 dimodifikasi dari variabel jumlah elevator seperti yang digunakan pada penelitian Li dan Guo (2012). 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini, antara lain, sebagai berikut. 1. Menganalisis efisiensi dan keefektifan biaya pemeliharaan bangunan gedung perkantoran Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi biaya pemeliharaan bangunan gedung kantor Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat Manfaat penelitian Hasil Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain. 1. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, diharapkan dapat memberikan kontribusi dan dijadikan sebagai sumber rujukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya. 2. Bagi pemerintah daerah, diharapkan dapat memberikan masukan dalam penetapan standar atau pun pengambilan keputusan terkait biaya pemeliharaan bangunan gedung kantor Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tesis ini terdiri dari empat bab. Bab I Pengantar menguraikan permasalahan mengenai pemeliharaan bangunan gedung kantor yang memuat latar belakang, rumusan masalah, keaslian penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistemtika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka dan Alat Analis menjabarkan tinjauan pustaka dan landasan teori dari studi empiris yang relevan

10 10 berkaitan dengan pemeliharaan bangunan gedung kantor serta alat analisis yang digunakan di dalam penelitian. Bab III Analisis Data dan Pembahasan memuat uraian mengenai proses penelitian, pengolahan data yang diperoleh, analisis data serta pembahasan. Bab IV Kesimpulan dan Saran memuat tentang kesimpulan yang diambil dari hasil analisis data dan pembahasan serta saran yang diberikan dari kesimpulan hasil penelitian.