BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab kajian pustaka, penulis mengadopsi proses managemen proyek dengan beberapa fase secara berurutan dan disederhanakan dalam blok diagram sebagaimana dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini. FASE 1 FASE 2 FASE 3 Fase 1 Fase 2 Fase 3 Identifikasi masalah & Penilaian Peluang Pengembangan Alternatif Solusi & Penyeleksian Alternatif Finalisasi Alternatif Solusi sebelum Perancangan Sistem Melakukan kajian jurnal untuk mengidentifikasi semua informasi awal permasalahan, metode/pendekatan yang digunakan dan hasil yang diperoleh sebagai dasar untuk dijadikan peluang untuk perbaikan. Membuat daftar alternatif solusi dan melakukan penyeleksian dari beberapa opsi tersebut dengan mempertimbangkan beberapa aspek. Memfinalisasi alternatif solusi disesuaikan dengan spesifikasi tangki dan peralatan Sistem Tank Gauging yang akan dipasang. Pembahasan teori yang berkaitan finalisasi alternatif penggunaan Radar Level Gauge dengan Antena Parabolik Gambar 2.1. Blok diagram Proses Managemen Proyek 7

2 1.1. Perbandingan Jurnal Dalam tugas akhir ini dilakukan beberapa kajian jurnal sebagai referensi untuk tema yang berkaitan dengan tugas akhir berupa ikhtisar masalah, metode/pendekatan yang digunakan dan hasil yang diperoleh sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini. Tabel 2.1.Kajian Pustaka berkaitan dengan Tema Tugas Akhir Jurnal Masalah Metode/Pendekatan Hasil Saad Daoud Al Shamma, Real time level, temperature, Quantity and density measurement for petroleum storage tanks, International Journal of Engineering and Innovative Technology (IJEIT), Vol.3 Issue-9: Bagaimana mendesain sistem realtime untuk mengukur level, suhu dan densiti pada cairan petroleum di Tanki Timbun. Memaparkan teori dan rumus perhitungan standar untuk pengukuran level berdasarkan perbedaan tekanan pada masingmasing sensor tekanan, rumus pengukuran densiti dan rumus pengukuran suhu untuk diaplikasikan pada PLC. Desain Menggunakan beberapa Standar Hardware dan Software antara lain : - Analog Digital Converter - RS485 communication modul - PLC (Programmable Logic Control) - Pressure Transmitter sensor (2.5 Bar Maximum and 4-20 ma Sistem berhasil diimplementasikan dimana didesain menggunakan sensor pressrure transmitter pada 2 titik atas dan bawah pada tanki, sistem PLC untuk logic control dan komputing, Software Aplikasi user interface pada PC untuk monitoring, dan memiliki aplikasi database untuk data storage. 8

3 output) - PC GUI - Software User Interface untuk menampilkan suhu, densiti dan Level termasuk kalkulasinya - SQL Database sebagai aplikasimenyimpan data tangki berupa tanggal, waktu, perbedaan tinggi, suhu dan densiti. Salah I. Yahya, Bagaimana Memaparkan beberapa Teknik Aplikasi A Multi- mendesain pada metode dan standar algoritma, sensor Level Storage Tank tanki timbun pengukuran level pada coaxial, dan nano Gauging And minyak beserta tanki timbun second pulse yang Monitoring System monitoring Memaparkan teknik merambat pada Using A sistemnya algoritma dan prosedur coaxial sensor Nanosecond secara akurat untuk sistem coaxial untuk sistem multi Pulse, namun sensor dan nanosecond level storage tank International menggunakan pulse yang diusulkan gauging berhasil Journal of teknologi yang diimplementasikan Engineering Trends murah (coaxial Melakukan dan dapat and Technology sensor). eksperimen percobaan dikembangkan (IJETT) Vol.5 dan pengukuran beberapa sebagai teknologi Number-1: cairan untuk sistem alternatif disamping coaxial sensor dan teknologi gauging nanosecond pulse. system yang sudah Melakukan ada. pembandingan pada teknologi gauging system yang sudah banyak dan standar digunakan dengan sensor coaxial dan nanosecond pulse yang diusulkan 9

4 Sang-Dong Kim, Mengusulkan Melakukan analisis Penggunaan TR Performance FMCW-UWB pada Receiver Radar FMCW-UWB radar Analysis.of radar sebagai Koheren terhadap untuk gasoline level FMCW-UWB alternatif untuk frekuensi yang tidak gauge radar berhasil Radar for Oil Tank tank level diinginkan. disimulasikan Level Gauge, Gauge Impelementasi sistem dengan kinerja yang International gasoline. TR-FMCW-UWB radar lebih baik Conference on yang terdiri dari FFT dibanding Receiver Computers, block, delay block, yang koheren Networks, Systems multiplier, dan integrator sehingga kedepan and Industrial block kemudian usulan sistem ini Engineering melakukan analisis dan dapat diaplikasikan (CNSI), DOI: simulasi dari sistem ini. untuk beberapa / pengukuran level CNSI tangki. 114: Ralph Braddock Bagaimana Ikhtisar semua sistem Dari hasil ikhtisar and Colin mendapatkan Tank gauging antara lain dan perbandingan Chambers, sistem tank deep tape, wire guide, semua tank gauging Tank Gauging gauging yang servo, radiasi, radar, sistem, arah evolusi Systems Used For lebih akurat, hidrostatik, dan dalam sistem Bulk Storage Of dan beroperasi ultasonik. storage tank level Gasoline, Institute dengan handal. Perbandingan semua berfokus pada of Chemical sistem tank gauging, pengurangan Engineers keuntungan, kerugian komponen (IChemE) dan aplikasinya. Ikhtisar peralatan, Symposium Series sistem tank gauging penggunaan No. 156, Vol- digabungkan dengan software, Hazards XXII: 553- parameter Densiti dengan mengurangi 559. pemasangan Pressure komponan transmitter dan mekanikal, pemasangan sensor suhu memiliki sistem self untuk mendapatkan diagnostic dan volume data yang disebut kinerja yang handal Hybrid Tank Gauging. 10

5 2.2. Storage Tank (Tangki timbun) Tangki timbun adalah tempat yang digunakan untuk menyimpan produk cairan mentah minyak bumi sebelum didistribusikan kepada konsumen. Tangki timbun ini biasanya berukuran sangat besar dan digunakan untuk tekanan rendah. Dikhususkan pada tangki minyak bumi di Lawe-Lawe Termnal yaitu Floating Roof Tank, adalah tangki jenis silinder yang mempunyai kontruksi roof tidak menyatu dengan dinding (shell). Roof dapat bergerak naik atau turun tergantung dari level cairan didalamnya. Floating roof akan berada diatas jika isi cairan didalamnya tinggi (high) dan akan berada dibawah ketika level cairan didalamnya rendah (low) sebagaimana dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini. Gambar 2.2. Tangki timbun floating roof beserta komponennya 2.3. Tank Gauging Tank gauging adalah proses pengukuran cairan produk di tangki timbun. Dua (2) metode yang diakui dalam industri MIGAS yaitu : 1. Volume berbasis Tank Gauging berdasarkan pengukuran level dan suhu. 2. Massa berbasis Tank Gauging berdasarkan tekanan hidrostatik pengukuran cairan kolom. 11

6 Metode Tank Gauging berbasis volume adalah yang digunakan oleh beberapa perusahaan minyak di Indonesia sesuai dengan prosedur penyerahan minyak bumi dan telah disepakati oleh SKKMIGAS. Tingkat kehandalan yang tinggi dan akurasi adalah penting ketika data ini digunakan untuk inventarisasi data atau keperluan transfer produk cairan tersebut ke konsumen. Beberapa standar internasional yang digunakan untuk melakukan Tank Gauging sebagaimana kesepakatan antara perusahaan pengolahan minyak bumi, SKKMIGAS dan Konsumen dapat dilihat pada tabel 2.2 di bawah ini. Tabel 2.2. Standar internasional untuk Tank Gauging Standar ASTM D-1085; API ASTM D-1086; API-2543 ASTM D-270; API-2546 ASTM D-1298; API 2544 Table 6 ASTM D-1250; API Aplikasi Pengukuran tinggi permukaan minyak dan air pada tangki Pengukuran suhu Pengambilan contoh minyak bumi untuk mendapatkan nilai densiti Analisa Densiti, Spesific Gravity atau API Gravity Volume correction ke 60 F Manual Tank Gauging (MTG) Manual Tank Gauging (Pengukuran Cairan Tangki secara Manual) atau disingkat MTG adalah suatu proses atau kegiatan yang melibatkan manusia secara langsung melakukan pengukuran level, suhu dan densitas dari cairan didalam tangki kemudian parameter yang didapat tersebut dihitung menjadi suatu besaran volume yang menggunakan beberapa peralatan sebagaimana dapat dilihat pada gambar 2.3 di bawah ini berserta deskripsinya masing-masing. 12

7 Gambar peralatan MTG Deskripsi Tabel Volume Tangki yang ditera ulang setiap 6 tahun oleh Direktorat Metrologi dan mendapat izin penggunaan dari Dirjen MIGAS Hand Deep Tape atau alat ukur baja yang berfungsi sebagai alat ukur tinggi permukaan cairan dalam tangki yang ditera ulang oleh Direktorat Metrologi dan mendapat izin penggunaan dari Dirjen MIGAS setiap 1 tahun. Termometer sebagai alat ukur suhu yang ditera ulang oleh Direktorat Metrologi dan mendapat izin penggunaan oleh Dirjen MIGAS setiap 1 tahun. Kaleng pengambil contoh minyak dalam tangki bertujuan untuk mengukur nilai perubahan suhu dan densiti cairan dan mendapatkan nilai koreksi untuk perubahan tersebut dari standar ukur yang sudah ditentukan.pengambilan pada kedalaman 75%, 50% dan 25% dengan membuka manhole untuk mengambil sample. Gambar 2.3. Peralatan MTG : contoh foto dan deskripsinya 13

8 Automatic Tank Gauging (ATG) Automatic Tank Gauging atau disingkat ATG adalah sistem pengukuran cairan pada tangki timbun dengan peralatan sensor yang memiliki presisi yang tinggi dan bekerja secara otomatis untuk mencapai standar minimum sebagai custody transfer (untuk jual beli dengan pihak ketiga) dengan variabel pengukuran yaitu level minyak, suhu minyak, level air, dan densitas cairan yang digunakan untuk mendapat hasil akhir volume bersih minyak dalam suatu tangki dengan perhitungan sesuai standar internasional tentang tank gauging. Dalam industri MIGAS terdapat beberapa jenis ATG yang sebagaimana dapat dilihat pada gambar 2.4 di bawah ini beserta keterangan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Jenis ATG Kelebihan Kekurangan Wire Guide (+) Cukup akurat sebagai alat ukur level (-) Suku cadang yang semakin sulit deepasaran karena pabrikan tidak lagi memfabrikasi komponennya Servo (+) Akurasi pengukuran sampai dengan milimeter (-) Sistem mekanikal berkontribusi untuk ketidakakuratan pengukuran seiring waktu penggunaannya (-) Biaya pemeliharaan yang tinggi 14

9 Radiasi (+) Non invasif ke tangki (-) Bahan radioaktif yang memerlukan perizinan (-) Jarang digunakan dalam industri perminyakan (-) Biaya pembelian dan instalasi yang mahal Radar Hidrostatik (+) Tidak ada bagian mekanikal yang bergerak yang dapat mengurangi biaya pemeliharaan (+) Berpotensi mencapai mm untuk akurasi pengukurannya (+) Biaya rendah saat pembelian dan Instalasi (-) Perancangan awal sistem lebih kompleks untuk memastikan akurasi pengukuran (-) Akurasi pengukuran tidak bisa digunakan sebagai meter penjualan Ultrasonik (+) Tidak ada bagian mekanikal yang bergerak yang mengurangi biaya pemeliharaan (-) Belum banyak dikembangkan pada Tangki Timbun Minyak (-) Rentan terhadap Echo Palsu Gambar 2.4. Jenis ATG dengan kelebihan dan kekurangannya 15

10 2.3.3 Penyeleksian jenis ATG Dari beberapa jenis ATG diperlukan penyeleksian dengan beberapa kriteria sesuai kondisi aktual di lapangan agar dapat dipasang pada tangki timbun minyak bumi dengan standar baku mutu dari industri MIGAS, sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2.3 di bawah ini. Kriteria tersebut antara lain adalah : 1. Servis dari fludia yang diukur yaitu minyak bumi dengan kandungan air yang dipersyaratkan kurang dari 0.5%. 2. Kondisi operasi yaitu tangki beroperasi 24 jam secara kontinu. 3. Kendala fisik dimana tangki tipe floating roof tersebut tidak memiliki pipa stilling well berupa lubang pipa panjang dari atas sampai dasar tangki sebesar 4 inchi yang merepresentasikan ketinggian level cairan dalam tangki. 4. Akurasi yang dipersyaratkan yaitu +0.5 % deviasi volume atau +3 mm deviasi jarak ukur level cairan tangki berdasar Surat Edaran DirJen MIGAS No.8631/18.06/DJM.T/2008 tentang Penggunaan Sistem Alat Ukur pada Kegiatan Usaha Migas di Indonesia. 5. Peralatan harus terdaftar dan diakui oleh Dirjen MIGAS. 6. Penerimaan dari Operator terutama kemudahan dalam mengoperasikan. 7. Kemudahan perawatan selama beroperasi. 16

11 Tabel 2.3. Proses seleksi jenis ATG dengan penilaian setiap kriteria Jenis ATG Servis Cairan yang diukur Instalasi dimana Tangki tetap harus beroperasi tanpa berhenti Instalasi dimana Tangki tidak memiliki stilling well Akurasi yang Dipersyaratkan Peralatan yang diakui Dirjen MIGAS Pengoperasikan Perawatan Wire Guide Semua fase cairan Aplikatif Aplikatif Tinggi Tidak diakui Mudah Sulit Servo Semua fase cairan Aplikatif Aplikatif Rendah *seiring waktu Diakui Mudah Sulit Radiasi Semua fase cairan Tidak Aplikatif Tidak Aplikatif Tinggi Tidak diakui Sulit Sangat Sulit Radar Semua fase cairan Aplikatif Aplikatif Tinggi Diakui Mudah Mudah Hidrostatik Tidak aplikatif jika ada endapan pasir Aplikatif Aplikatif Rendah Tidak diakui Mudah Sulit Ultrasonik Semua fase cairan Aplikatif Aplikatif Rendah Tidak diakui Mudah Mudah Berdasarkan tabel perbandingan pada tabel 2.3 di atas, maka alternatif terbaik yang dipilih sebagai pengukur level untuk ATG yang dapat diaplikasikan pada Tangki timbun minyak bumi yang tidak memiliki pipa stilling well adalah Radar Finalisasi Alternatif Jenis ATG yang Terseleksi Untuk Finalisasi Alternatif Jenis ATG yang terseleksi maka Radar untuk pengukur level atau Radar Level Gauge (RLG) akan diintegrasikan dengan sensor suhu untuk mengukur suhu cairan dan sensor tekanan untuk mengukur densiti cairan dalam tangki serta dilengkapi hardware dan software komputer yang 17

12 berfungsi untuk mengolah data parameter tangki dan melakukan perhitungan sesuai volume tabel tangki, disebut juga dengan Hybrid Tank Measurement System (HTMS) dengan fitur kombinasi pengukuran berbasis massa dan volume sebagai prinsip pengukuran tangki serta kalkulasi secara kontinu dari komputer sebagaimana gambar arsitektur dan rangkaiannya pada gambar 2.7 di bawah ini. Gambar 2.5. Arsitektur dan Rangkaian ATG : kombinasi RLG dan HTMS Untuk mengetahui lebih dalam, pada gambar 2.6 di bawah ini dipaparkan tentang komponen ATG dengan deskripsinya masing-masing sebagai berikut : Foto komponen ATG Deskripsi 1 (satu) unit RLG dengan antena parabolik untuk pengukuran level tangki timbun tanpa kontak langsung dengan cairan tangki. 18

13 1 (satu) unit Single Tank Hub sebagai distributor power dari sumber tegangan 220 Volt AC sekaligus sebagai integrator data dimana data ditransmisikan ke control room via komunikasi HART wireless. 1(satu) unit Local Display sebagai monitor yang di pasang pada lapangan dekat tangki timbun untuk mempermudah operator membaca parameter level, tekanan, suhu dan volume tangki saat itu. 1(satu) set Multi-spot Temperature sensor dan Transmitter untuk membaca suhu cairan didalam tangki dan mentrasmisikan sinyal dari sensor suhu tersebut ke Tank Hub unit. 1 (satu) unit Pressure Transmitter mengukur densiti cairan di dalam tangki secara online berdasarkan prinsip hidrostatik. 1 (satu) unit Wireless Thumb Adapter untuk komunikasi Wireless data dari Tank Hub ke komputer di control room sebagai pengganti kabel dengan jarak antara tangki ke Control room. 19

14 1 (satu) unit Smart Wireless Gateway termasuk software aplikasi berbasis web yang diinstal pada komputer untuk menterjemahkan sinyal HART wireless dari tank hub ke dalam data variabel level, tekanan, dan suhu di Ruang Kontrol. 1 (satu) set PC hardware dan Tank Master Software untuk melakukan pengolahan data level, tekanan dan suhu menjadi volume dalam bentuk tampilan HMI (Human machine Interface) Gambar 2.6. komponen ATG terseleksi dan deskripsi fungsi masing-masing 2.4. Radar Radar atau Radio Detection and Ranging adalah sebuah sistem elektromagnetik untuk mendeteksi dan menentukan lokasi objek yang bekerja dengan memancarkan gelombang elektromagnetik dan mengolah sinyal pantul 20

15 untuk mengetahui karakter objek. Sistem radar ada dua macam yaitu radar pulsa (pulsed radar) dan radar kontinu (Continous Wave Radar). Tabel 2.4. Band frekuensi untuk aplikasi RADAR Band frekuensi Frekuensi untuk Aplikasi tertutup acc. ETSI EN Frekuensi untuk Aplikasi terbuka Acc. ETSI TR C band 4,5 7,0 GHz 6 8,5 GHz X band 8,5 10,6 GHz K band 24,05 27,0 GHz 24,05 26,5 GHz V band GHz GHz W band GHz GHz Radar FMCW Radar yang diaplikasikan apada tugas akhir ini adalah produk pabrikan yang bekerja dengan frekuensi X-band 10 GHz. Dipilih frekuensi tersebut adalah bermaksud untuk mendapatkan optimalisasi keseimbangan antara beamwidth dan sensitivitas antena dengan mode Frequency Modulation Continous Wave (FMCW) sebagaimana diilustrasikan pada gambar

16 Gambar 2.7. Ilustrasi cara kerja Radar Level Gauge Penjelasan dari ilustrasi gambar 2.7 di atas adalah sebagai berikut : FMCW adalah suatu metode radar yang menggunakan modulasi frekuensi secara liner dan kontinu, dimana pengukuran dengan menghitung delta frekuensi dari frekuensi yang dikirimkan dan frekuensi yang diterima saat itu. Pengukuran ini dilakukan dengan memvariasikan frekuensi yang ditransmisikan. Frekuensi ini memiliki sifat semakin besar dalam setiap waktu sampai saat tertentu dia akan kembali mulai dari awal lagi. Jika digambarkan spektrum seperti gelombang gigi gergaji. Waktu tempuh frekuensi pertama tersebut akan memiliki waktu yang sebanding dengan jarak antara transmitter dan sisi pemantul. Semakin besar jaraknya maka semakin lama pula frekuensi pertama tersebut ditangkap. Pada saat yang bersamaan, radar tersebut juga mengirimkan sinyal yang semakin naik seiring bertambahnya waktu. Ketika frekuensi pertama ditangkap oleh radar, frekuensi tersebut dibandingkan dengan frekuensi yang dikirim saat ini. Delta frekuensi ini akan ditransformasikan dengan FFT menjadi frekuensi spektrum. Dari situlah bisa ditentukan jarak pengukuran. Dengan perhitungan tertentu, delta f ini memiliki hubungan sebanding dengan jarak yang diukur. 22

17 Jika laju perubahan frekuensi (chirp rate) disimbolkan sebagai μ maka dapat didefinisikan sebagai berikut : dimana : (2.1) B (Bandwith) = Deviasi frekuensi gelombang terendah dan tertinggi (Hz) T (Time sweep) = periode sinyal chirp (detik) Ketika gelombang yang dipancarkan radar tersebut diradiasikan kedalam sebuah medium dan menumbuk target, target akan memantulkan sebagian gelombang tersebut kembali ke radar. Gelombang pantul yang dihasilkan merupakan duplikasi gelombang pancar yang mengalami pelemahan dan penundaan waktu sebesar τ. dimana : (2.2) τ = penundaan waktu (detik) R = jarak antara radar dengan target (m) c = cepat rambat cahaya (2, x 10 8 m/detik) Perbedaan frekuensi antara gelombang pancar dan gelombang pantul disebut sebagai gelombang beat (pelayangan) yang nilainya sebanding dengan jarak target pemantul dengan radar sehingga didapatkan nilai jangkauan R yaitu : (2.3) 23

18 dimana : R = jarak antara radar dengan target (m) c = cepat rambat cahaya (2, x 10 8 m/detik) B = Bandwith yaitu deviasi frekuensi gelombang terendah dan tertinggi (Hz) T = periode sinyal chirp (detik) fb = frekeunsi beat (Hz) 2.5. Antena Parabolik Antena adalah elemen penting yang ada pada setiap sistem tanpa kabel (nirkabel/wireless) yang berfungsi sebagai pemancar dan penerima gelombang radio elektromagnetik dan juga sebagai transduser (pengubah) elektromagnetis, yaitu yang digunakan untuk mengubah gelombang tertuntun di dalam saluran transmisi kabel menjadi gelombang yang merambat di ruang bebas, serta sebagai alat penerima mengubah gelombang elektromagnetis ruang bebas menjadi gelombang tertuntun. Difokuskan pada pembahasan tentang antena reflektor parabolik sebagaimana dapat dilihat pada gambar 2.8, antena ini memiliki sifat gain yang sangat tinggi sampai dengan db. Pada antena dengan diameter kecil biasanya beroperasi antara 2 GHz sampai 28 GHz. Gambar 2.8. Antena reflektor parabolik 24

19 Struktur dasar dari antena reflektor parabolik terdiri dari sebuah antena feed sebagai focal point yang menunjuk ke arah reflektor parabola. Focal point ini pada umumnya menggunakan antena horn dengan bentuk circular. Ukuran diameter antena parabolik setidaknya beberapa kali panjang gelombang, tetapi diameter antena dengan 100 kali panjang gelombang bisa mencapai gain yang sangat tinggi (> 50 db gain). Jarak antara focal point dan reflektor biasanya adalah beberapa kali panjang gelombang. Berbeda dengan sudut reflektor, dimana jaraknya adalah setengah-panjang gelombang dari reflektor. Gambar 2.9. Geometri antena reflektor parabolik Ilustrasi geometri pada gambar 2.9 di atas dapat diterangkan bahwa diameter, panjang focal point, ketinggian vertikal reflektor dan sudut maks antara titik fokus dan tepi parabola θ adalah saling berhubungan satu sama lain dengan persamaan berikut: Dimana : F = Focal point (m) (2.4) D = Diameter parabola (m) H = Ketinggian vertikal reflektor (m) 25

20 Dari persamaaan dan ilustrasi gambar di atas dapat dirangkum bahwa : Semua energi yang berasal dari titik pusat feed antenna akan dipantulkan menuju arah yang sama. Energi yang dipancarkan dari titik fokus ke reflektor dan kemudian balik ke titik fokus kembali adalah konstan. Untuk perancangan antena ini, semakin besar nilai diameter D maka semakin besar gain antena. Panjang fokus F ini biasanya diberikan sebagai rasio F/D, dengan nilai berkisar antara 0,3 dan 1.0. Gain maksimum antena dapat dinyatakan dalam persamaan di bawah ini: (2.5) Namun gain aktual pada dasarnya berhubungan dengan efisiensi (permitivitas, epsilon atau konstanta dielektrik) untuk rancangan antena: (2.6) Dimana : G max = Gain maksimum antena A = Luas permukaan antena (m 2 ) D = diameter antena parabolik (m) = panjang gelombang (m) = Efisiensi Sedangan efisiensi dapat ditulis sebagai produk dari serangkaian ketentuan dengan persamaan sebagai berikut : (2.7) 26

21 = efisiensi Radiasi; adalah efisiensi yang berhubungan dengan kerugian ohmik. Karena antena horn sering digunakan sebagai feed, dan memiliki kerugian yang sangat kecil, dan karena reflektor parabolik menggunakan logam dengan konduktivitas sangat tinggi, maka efisiensi ini dapat bernilai 1 dan dapat diabaikan. = efisiensi Aperture; adalah efisiensi medan magnet/listrik yang diiluminasikan sepanjang reflektor. Secara umum, antena akan memiliki gain maksimum jika amplitudo dan fase medan listrik/magnet yang diiluminasikan sepanjang reflektor adalah konstan. Namun iluminasi akan cenderung berkurang dari sumbu utama reflektor, yang mengarah pada gain yang lebih rendah. Efisiensi ini dapat ditingkatkan dengan meningkatkan rasio F/D. Namun dengan meningkatkan rasio F/D juga akan mengurangi efisiensi spillover. = efisiensi Spillover, adalah efisiensi radiasi yang dipancarkan dari antena feed dan kemudian dipantulkan oleh reflektor. Karena ukuran diameter terbatas dari reflektor, beberapa radiasi yang ditembakkan dari antena feed memiliki sudut yang lebih besar sehingga tidak terpantul secara keseluruhan. Efisiensi ini dapat ditingkatkan dengan memindahkan feed lebih dekat ke reflektor, atau dengan meningkatkan ukuran reflektor. = efisiensi lainnya, yaitu besaran yang mendegradasi gain antena dan terdiri dari efek seperti: Permukaan yang cacat; penyimpangan kecil bentuk reflektor akan mendegradasi kinerja antena, terutama frekuensi tinggi dengan panjang gelombang kecil sehingga tersebar oleh anomali permukaan reflektor. 27

22 Polarisasi terbalik; kehilangan gain karena radiasi terpolarisasi terbalik. Penyumbatan aperture; antenna feed dan struktur fisik nya menyumbat dan menghalangi radiasi yang akan ditransmisikan oleh reflektor. Feed tidak benar-benar berada tepat ditengah; antena parabolik memiliki sifat yang relatif terhadap satu focal point. Karena sumber tidak berada pada titik tengah, maka akan ada beberapa kerugian yang diakibatkan dari posisi antena feed tersebut Diagram Radiasi Antena Diagram radiasi antena adalah besaran yang menentukan ke arah sudut mana sebuah antena memancarkan energi elektromagnetis yang menggambarkan distribusi energi yang di pancarkan pada ruang bebas. Besaran ini diukur pada medan jauh (far-field) dengan jarak yang konstan ke antena. Sebagaimana dapat dilihat pada gambar 2.10 bahwa Radiasi antena yang dipancarkan memiliki tiga daerah pancaran yaitu : 1. Main lobe (radiasi utama), yaitu energi difokuskan pada suatu arah tertentu yang bersifat direktif. Semakin menjauh dari radiasi utama pancaran antena akan semakin mengecil sampai tidak memiliki pancaran energi sama sekali. 2. Side lobe (radiasi samping), yaitu energi dengan semakin membesarnya sudut, setelah mencapai nilai minimum (yaitu level nol), bisa kembali membesar dan mencapai suatu (lokal) maksimum. 28

23 3. Back lobe (radiasi belakang), yaitu energi pada sudut tepat bertolak belakang pada sudut arah pancaran utama (main lobe) Beamwidth antena Gambar Diagram radiasi antena direksional Beamwidth antena didefinisikan sebagai sebuah lebar sudut pancar antena tersebut, dihitung 3 db dari puncak main lobe ke bawah. Beamwidth menyatakan sudut pada main lobe pada batas-batas ke kiri dan ke kanan pada titik 3 db down dari puncak main lobe. Beamwidth yang dihitung sebesar 3 db dari puncak main lobe ini adalah merupakan setengah dari nilai penguatan total dari antena yang digunakan. Nilai beamwidth sangat dipengaruhi oleh besarnya frekuensi kerja dan besarnya diameter antena. Kedua nilai ini berbanding terbalik dengan besarnya beamwidth. Semakin besar frekuensi kerja yang digunakan, maka semakin kecil lebar berkasnya (beamwidth) dan sebaliknya. Padahal bila dilihat dari penguatan antena, semakin besar frekuensi maka semakin besar juga penguatan antena tersebut. Maka dapat diambil kesimpulan semakin tinggi frekuensi yang 29

24 digunakan akan semakin tajam direktivitasnya atau semakin kecil dan panjang bentuk main lobe pancaran sinyalnya, sehingga harus semakin teliti dalam pengarahan antena (pointing) tersebut. Sama halnya dengan besar diameter antena yang digunakan. Semakin besar diameter yang digunakan, maka menjadi semakin kecil beamwidth demikian sebaliknya, artinya berkas sinyal yang dipancarkan akan semakin koheren dan harus semakin teliti dalam pengarahan (pointing) antena tersebut. Ilustrasinya dapat dilihat pada gambar Gambar Lebar sudut antena reflektor parabolik θ 3db Perhitungan matematis untuk mencari besar lebar berkas sinyal ini yaitu digunakan persamaan berikut: θ 3db = beamwidth ( ) k 70 c k k D f D 3 db (2.8) 30

25 Half Power Beam Width Di dalam fisika dan teknik didefinisikan suatu batasan, jika daya mengecil sampai ke 50% dari daya maksimalnya (atau 70,7% dari intensitas listrik/magnetnya), maka kita mendapatkan batas untuk wilayah efektif tersebut. Dan wilayah efektif tersebut mempunyai lebar pancar yang dibatasi oleh kedua sudut batas pada daya 50%. Interval ini disebut juga Half-Power Beam Width (HPBW) yaitu sudut dari deviasi titik-titik pada setengah pola daya dalam main lobe, yang dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut : HPBW = Ө HPBW left - Ө HPBW right (2.9) Dengan Ө HPBW left dan Ө HPBW right : titik-titik pada kiri dan kanan dari main lobe dimana pola daya mempunya harga, Makin menjauh dari radiasi utama (main lobe) pancaran antena makin mengecil, dan sampai pada garis nol, yang artinya ke arah sudut tersebut tidak ada pancaran energi sama sekali. Sudut interval yang dibatasi oleh level nol ini disebut juga First Null Beam Width (FNBW) Gain Antena Gain antena adalah suatu parameter yang melambangkan suatu nilai penguatan antena terhadap sinyal elektromagnetis baik yang dipancarkan maupun diterimanya. Penguatan antena tersebut adalah nilai penguatan yang dibangkitkan oleh perangkat pendukungnya dan ada pada suatu antena bila dibandingkan dengan antena lain. Hal ini disebabkan karena antena merupakan salah satu 31

26 perangkat pasif yang tidak dapat menghasilkan suatu daya atau penguatan sendiri. Persamaan matematisnya adalah sebagai berikut : G max 2 D 10log λ = c/f (2.10) ; Dimana: Gmax = Gain maksimum antena (db) = efisiensi ( < 1 ) D = diameter antena ( m ) λ = panjang gelombang ( m ) c = cepat rambat cahaya (2, x 10 8 m/s) f = frekuensi yang digunakan ( Hz ) Kerugian Gain Antena (Antenna Gain Roll-off) Selain memiliki nilai penguatan (gain), antena memiliki parameter yang merupakan nilai dari rugi-rugi pengurangan gain antena tersebut yang disebabkan oleh penyimpangan sudut bore sight antena dari batas-batas yang ditentukan. Kerugian gain antena ini juga bisa disebabkan oleh besarnya beamwidth antena tersebut. Semakin sempit beamwidth suatu antena berarti semakin tajam main lobe-nya sehingga perubahan arah antena sedikit saja menimbulkan kerugian gain yang cukup besar. Secara matematis, nilai gain roll-off antena dapat dihitung dengan persamaan berikut: G 2 0,027(b.f.D) (2.11) dimana: 32

27 G = Antenna gain roll-off (db) b = Besar sudut simpang ( ) D f = Diamater antena (m) = Frekuensi kerja (GHz) Return loss Return loss adalah parameter untuk mengetahui banyak daya yang hilang dari radiasi antena yang dipancarkan yang merupakan perbandingan antara amplitudo dari gelombang yang direfleksikan terhadap amplitudo gelombang yang dipancarkan. Perbandingan antara gelombang refleksi dengan gelombang yang dipancarkan atau disebut dengan koefisien refleksi tegangan (Γ) dapat dicari dengan persamaan: Γ = Vo+/ Vo- (2.12) Di mana : Γ Vo+ Vo- = Koefisien refleksi tegangan = Tegangan yang dipantulkan (Volt) = Tegangan yang dikirimkan (Volt) Nilai return loss dapat dicari dengan cara memasukkan koefisien refleksi tegangan ke dalam persamaan bawah ini : ReturnLoss = 20 log 10 Γ (2.13) Nilai return loss yang baik adalah > -9,54 db, yang berarti nilai gelombang yang direfleksikan tidak terlalu besar dibandingkan dengan gelombang yang dikirimkan atau dengan kata lain, saluran transmisi sudah dalam keadaan matching. Nilai 33

28 parameter ini menjadi salah satu acuan untuk melihat apakah antena sudah dapat bekerja pada frekuensi yang diharapkan atau tidak Hubungan Antara Sudut Beam Radar (Α), Jarak Radar Ke Target (D) Dan Diameter Beamwidth Target (W) Dengan mengadopsi rumus pytagoras maka dapat didefiniskan hubungan antara sudut beam dari radiasi yang dikirim oleh Radar, Jarak dari Radar ke target, dan diameter beamwidth sudut pancar sampai ke target sebagaimana ilustrasi gambar 2.12 dan persamaan di bawah ini : W = 2 x D x tan (α/2) (2.14) Dimana : W (Width) D (Distance) = diameter beamwidth dari target (mm) = Jarak dari sumber Radar ke target (mm) α (sudut beam) = sudut pancar dari Radar ke target ( ) Gambar Ilustrasi hubungan antara sudut beam (α), Jarak (D) dan diameter beamwidth (W) RLG menggunakan antena parabolik. 34

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1. Diagram Alir Perancangan Mounting Pole dan Reflektor RLG

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1. Diagram Alir Perancangan Mounting Pole dan Reflektor RLG BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1. Diagram Alir Perancangan Mounting Pole dan Reflektor RLG Mulai Parameter Data : Spesifikasi tangki timbun minyak bumi tipe floating roof tanpa pipa stilling well

Lebih terperinci

BAB II ANTENA MIKROSTRIP. dalam sistem komunikasi tanpa kabel atau wireless. Perancangan antena yang baik

BAB II ANTENA MIKROSTRIP. dalam sistem komunikasi tanpa kabel atau wireless. Perancangan antena yang baik BAB II ANTENA MIKROSTRIP 2.1 Pengertian Antena Antena merupakan salah satu dari beberapa komponen yang paling kritis dalam sistem komunikasi tanpa kabel atau wireless. Perancangan antena yang baik akan

Lebih terperinci

LABORATORIUM SWTICHING &TRANSMISI MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI SATELIT DISUSUN OLEH: WAHYU PAMUNGKAS, ST

LABORATORIUM SWTICHING &TRANSMISI MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI SATELIT DISUSUN OLEH: WAHYU PAMUNGKAS, ST LABORATORIUM SWTICHING &TRANSMISI MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI SATELIT DISUSUN OLEH: WAHYU PAMUNGKAS, ST AKADEMI TEKNIK TELEKOMUNIKASI SANDHY PUTRA PURWOKERTO 2005 MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI SATELIT LAB

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Kontrol Sistem kontrol adalah sekumpulan komponen yang bekerja dibawah pengarahan kecerdasan mesin. Dalam kebanyakan kasus,rangkaian elektronika menghasilkan kecerdasan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA. Dilihat dari latar belakang telekomunikasi berupa komunikasi wireless,

BAB II TEORI DASAR ANTENA. Dilihat dari latar belakang telekomunikasi berupa komunikasi wireless, BAB II TEORI DASAR ANTENA 2.1 Umum Dilihat dari latar belakang telekomunikasi berupa komunikasi wireless, antena radio pertama dibuat oleh Heinrich Hertz yang tujuannya untuk membuktikan keberadaan gelombang

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB II TEORI DASAR ANTENA BAB II TEORI DASAR ANTENA 2.1 Antena Dipole Antena dipole tunggal adalah suatu antena resonan yang mempunyai panjang total nominal ½ λ pada frekuensi pembawa, biasanya disebut antena dipole setengah gelombang

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. tracking untuk mengarahkan antena. Sistem tracking adalah suatu sistem yang

BAB II TEORI DASAR. tracking untuk mengarahkan antena. Sistem tracking adalah suatu sistem yang BAB II TEORI DASAR 2.1 Umum Kualitas suatu sistem komunikasi sangat ditentukan oleh kuat sinyal yang diterima. Salah satu cara agar sinyal dapat diterima secara maksimal adalah dengan mengarahkan antena

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. radiasi antena tidak tetap, tetapi terarah dan mengikuti posisi pemakai (adaptive).

BAB II DASAR TEORI. radiasi antena tidak tetap, tetapi terarah dan mengikuti posisi pemakai (adaptive). BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengerian Smart Antenna Istilah smart antenna umumnya mengacu kepada antena array yang dikombinasikan dengan pengolahan sinyal yang canggih, yang mana desain fisiknya dapat dimodifikasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Global Positioning System (GPS) Global Positioning System (GPS) merupakan sebuah sistem navigasi satelit yang digunakan untuk menentukan lokasi yang tepat pada permukaan bumi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Perkembangan antenna saat ini semakin berkembang terutama untuk system komunikasi. Antenna adalah salah satu dari beberapa komponen yang paling kritis. Perancangan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS 4.1 Syarat Pengukuran Pengukuran suatu antena yang ideal adalah dilakukan di suatu ruangan yang bebas pantulan atau ruang tanpa gema (Anechoic Chamber). Pengukuran antena

Lebih terperinci

Aplikasi Modulasi pada Gelombang Radar

Aplikasi Modulasi pada Gelombang Radar Research Based Learning Wave 2015 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 Aplikasi Modulasi pada Gelombang Radar Wildan Syahrun Nahar 1,a,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. (transmitting antenna) adalah sebuah transduser (pengubah) elektromagnetis,

BAB II DASAR TEORI. (transmitting antenna) adalah sebuah transduser (pengubah) elektromagnetis, BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Antena adalah elemen penting yang ada pada sistem telekomunikasi tanpa kabel (nirkabel/wireless), tidak ada sistem telekomunikasi wireless yang tidak memiliki antena. Pemilihan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PATCH ARRAY SEGI EMPAT TRIPLE BAND PADA FREKUENSI 2,3, 3,3 GHz DAN 5,8 GHz

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PATCH ARRAY SEGI EMPAT TRIPLE BAND PADA FREKUENSI 2,3, 3,3 GHz DAN 5,8 GHz RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PATCH ARRAY SEGI EMPAT TRIPLE BAND PADA FREKUENSI 2,3, 3,3 GHz DAN 5,8 GHz Ramli Qadar, Ali Hanafiah Rambe Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ANTENA YAGI 2,1 GHz UNTUK MEMPERKUAT PENERIMAAN SINYAL 3G

RANCANG BANGUN ANTENA YAGI 2,1 GHz UNTUK MEMPERKUAT PENERIMAAN SINYAL 3G RANCANG BANGUN ANTENA YAGI 2,1 GHz UNTUK MEMPERKUAT PENERIMAAN SINYAL 3G Abdullah Habibi Lubis, Rahmad Fauzi Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

PERANCANGAN ANTENA HELIX UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz

PERANCANGAN ANTENA HELIX UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz PERANCANGAN ANTENA HELIX UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz 1 Antonius Irianto. S, ST., MT 2 Betty Savitri, ST., MT 3 Busono Soerowirdjo, Ph.D 1 Univ. Gunadarma, irianto@staff.gunadarma.ac.id 2 Univ. Gunadarma, bsavitri@staff.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

PERANCANGAN ANTENA HELIX UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz

PERANCANGAN ANTENA HELIX UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz PERANCANGAN ANTENA HELIX UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz 1 Antonius Irianto. S, ST., MT 2 Betty Savitri, ST., MT 3 Busono Soerowirdjo, Ph.D 1 Univ. Gunadarma, irianto@staff.gunadarma.ac.id 2 Univ. Gunadarma, bsavitri@staff.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS 4.1 Syarat Pengukuran Pengukuran suatu antena yang ideal adalah dilakukan di suatu ruangan yang bebas pantulan atau ruang tanpa gema (Anechoic Chamber). Pengukuran antena

Lebih terperinci

BAB IV. Perancangan Dan Realisasi Antena Horn

BAB IV. Perancangan Dan Realisasi Antena Horn BAB IV Perancangan Dan Realisasi Antena Horn Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi doubleridged horn antena tanpa adanya aperture horn secara horisontal. Mulai dari perhitungan frekuensi,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ANTENA DAN METODOLOGI PENGUKURAN

BAB III PERANCANGAN ANTENA DAN METODOLOGI PENGUKURAN BAB III PERANCANGAN ANTENA DAN METODOLOGI PENGUKURAN 3.1. UMUM Pada bagian ini akan dirancang antena mikrostrip patch segiempat planar array 4 elemen dengan pencatuan aperture coupled, yang dapat beroperasi

Lebih terperinci

Materi II TEORI DASAR ANTENNA

Materi II TEORI DASAR ANTENNA Materi II TEORI DASAR ANTENNA 2.1 Radiasi Gelombang Elektromagnetik Antena (antenna atau areal) adalah perangkat yang berfungsi untuk memindahkan energi gelombang elektromagnetik dari media kabel ke udara

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY

BAB 3 PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY BAB 3 PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY 3.1 UMUM Pada Tesis ini akan merancang dan fabrikasi antena mikrostrip array linier 4 elemen dengan pencatu berbentuk T untuk aplikasi WiMAX yang beroperasi di

Lebih terperinci

BAB III GROUND PENETRATING RADAR

BAB III GROUND PENETRATING RADAR BAB III GROUND PENETRATING RADAR 3.1. Gelombang Elektromagnetik Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang terdiri dari medan elektrik (electric field) dan medan magnetik (magnetic field) yang dapat

Lebih terperinci

ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DENGAN TEKNIK PLANAR ARRAY

ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DENGAN TEKNIK PLANAR ARRAY ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DENGAN TEKNIK PLANAR ARRAY Maria Natalia Silalahi, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Blok diagram sistem radar [2]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Blok diagram sistem radar [2] BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi begitu pesat, dari generasi ke generasi lahir berbagai inovasi yang merupakan objek pembaharuan penunjang kehidupan manusia. Di bidang komunikasi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Antena adalah sebuah komponen yang dirancang untuk bisa memancarkan

BAB II DASAR TEORI. Antena adalah sebuah komponen yang dirancang untuk bisa memancarkan BAB II DASAR TEORI 2.1 Antena Antena merupakan elemen penting yang terdapat dalam sistem telekomunikasi tanpa kabel (wireless). Pemilihan antena yang tepat, perancangan yang baik dan pemasangan yang benar

Lebih terperinci

BAB II. Teori Dasar Antena Horn

BAB II. Teori Dasar Antena Horn BAB II Teori Dasar Antena Horn 2.1 Studi Literatur Jurnal Ada tiga tema mengenai antena horn yang penulis pelajari dan menjadi referensi untuk tugas akhir ini yaitu : a. Dual-polarized double ridged horn

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Komunikasi Point to Point Komunikasi point to point (titik ke titik ) adalah suatu sistem komunikasi antara dua perangkat untuk membentuk sebuah jaringan. Sehingga dalam

Lebih terperinci

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 2. SISTEM MODULASI DALAM PEMANCAR GELOMBANG RADIO Modulasi merupakan metode untuk menumpangkan sinyal suara pada sinyal radio. Maksudnya, informasi yang akan disampaikan kepada

Lebih terperinci

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH COPLANAR DIPOLE DUAL BAND UNTUK APLIKASI WIMAX

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH COPLANAR DIPOLE DUAL BAND UNTUK APLIKASI WIMAX PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH COPLANAR DIPOLE DUAL BAND UNTUK APLIKASI WIMAX Eva Smitha Sinaga, Ali Hanafiah Rambe Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Jl. Almamater,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Perangkat elektronik atau perangkat komunikasi dapat saling berhubungan diperlukan antena yang menggunakan frekuensi baik sebagai pemancar ataupun penerima.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2. 1 Umum Antena adalah perangkat yang berfungsi untuk memindahkan energi gelombang elektromagnetik dari media kabel ke udara atau sebaliknya dari udara ke media kabel. Sistem Telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wireless dimana transmisi sinyal tanpa menggunakan perantara konduktor / wire.

BAB I PENDAHULUAN. wireless dimana transmisi sinyal tanpa menggunakan perantara konduktor / wire. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam komunikasi radio, pengiriman dan penerimaan data dilakukan melalui transmisi ruang udara bebas. Sistem ini disebut juga sebagai teknologi komunikasi wireless

Lebih terperinci

DASAR TELEKOMUNIKASI. Kholistianingsih, S.T., M.Eng

DASAR TELEKOMUNIKASI. Kholistianingsih, S.T., M.Eng DASAR TELEKOMUNIKASI Kholistianingsih, S.T., M.Eng KONTRAK PEMBELAJARAN UAS : 35% UTS : 35% TUGAS : 20% KEHADIRAN : 10% KEHADIRAN 0 SEMUA KOMPONEN HARUS ADA jika ada satu komponen yang kosong NILAI = E

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Antena radio pertama dibuat oleh Heinrich Hertz yang tujuannya untuk

BAB II DASAR TEORI. Antena radio pertama dibuat oleh Heinrich Hertz yang tujuannya untuk BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Antena radio pertama dibuat oleh Heinrich Hertz yang tujuannya untuk membuktikan keberadaan gelombang elektromagnetik yang sebelumnya telah diprediksi oleh James Clerk Maxwell.

Lebih terperinci

Radio dan Medan Elektromagnetik

Radio dan Medan Elektromagnetik Radio dan Medan Elektromagnetik Gelombang Elektromagnetik Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat, Energi elektromagnetik merambat dalam gelombang dengan beberapa karakter yang bisa

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN EFISIENSI BAHAN PADA PEMBUATAN ANTENA HORN SEKTORAL BIDANG MEDAN LISTRIK (E)

STUDI PERBANDINGAN EFISIENSI BAHAN PADA PEMBUATAN ANTENA HORN SEKTORAL BIDANG MEDAN LISTRIK (E) STUDI PERBANDINGAN EFISIENSI BAHAN PADA PEMBUATAN ANTENA HORN SEKTORAL BIDANG MEDAN LISTRIK (E) Budi Aswoyo Dosen Teknik Telekomunikasi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR TE Desain Antena Log Periodik Mikrostrip untuk Aplikasi Pengukuran EMC pada Frekuensi 2 GHz 3.5 GHz.

TUGAS AKHIR TE Desain Antena Log Periodik Mikrostrip untuk Aplikasi Pengukuran EMC pada Frekuensi 2 GHz 3.5 GHz. TUGAS AKHIR TE 091399 Desain Antena Log Periodik Mikrostrip untuk Aplikasi Pengukuran EMC pada Frekuensi 2 GHz 3.5 GHz. Tara Aga Puspita NRP 2207100070 Dosen Pembimbing Eko Setijadi,ST.,MT.,Ph.D Ir.Aries

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS HASIL PENGUKURAN BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS HASIL PENGUKURAN 4.1. HASIL PENGUKURAN PARAMETER ANTENA Pada proses simulasi dengan menggunakan perangkat lunak AWR Microwave Office 24, yang dibahas pada bab tiga

Lebih terperinci

ANALISA EFISIENSI ANTENA DIPOLE DITINJAU DARI PENGGUNAAN BAHAN REFLEKTOR

ANALISA EFISIENSI ANTENA DIPOLE DITINJAU DARI PENGGUNAAN BAHAN REFLEKTOR Analisa Efisiensi Antena Dipole ditinjau dari Penggunaan Reflektor. Amir D ANALISA EFISIENSI ANTENA DIPOLE DITINJAU DARI PENGGUNAAN BAHAN REFLEKTOR Amir D Dosen Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri

Lebih terperinci

STUDI PERANCANGAN ANTENA SUSUN MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DUAL-BAND (2.4 GHz dan 3.3 GHz)

STUDI PERANCANGAN ANTENA SUSUN MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DUAL-BAND (2.4 GHz dan 3.3 GHz) STUDI PERANCANGAN ANTENA SUSUN MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DUAL-BAND (2.4 GHz dan 3.3 GHz) Apli Nardo Sinaga, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Sistem Transmisi Telekomunikasi. Kuliah 6 Jalur Gelombang Mikro

Sistem Transmisi Telekomunikasi. Kuliah 6 Jalur Gelombang Mikro TKE 8329W Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 6 Jalur Gelombang Mikro Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas

Lebih terperinci

PERANCANGAN ANTENA YAGI UDA 11 ELEMEN PADA FREKUENSI MHz (TVONE) MENGGUNAKAN SOFTWARE NEC-Win Pro V e

PERANCANGAN ANTENA YAGI UDA 11 ELEMEN PADA FREKUENSI MHz (TVONE) MENGGUNAKAN SOFTWARE NEC-Win Pro V e PERANCANGAN ANTENA YAGI UDA 11 ELEMEN PADA FREKUENSI 727.25 MHz (TVONE) MENGGUNAKAN SOFTWARE NEC-Win Pro V. 1.6.2e Andi Azizah andiazizah_az@yahoo.co.id Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 WLAN (Wireless Local Area Network) WLAN adalah suatu jaringan area lokal nirkabel yang menggunakan gelombang radio sebagai karriernya. Keunggulan wireless ini adalah untuk

Lebih terperinci

PEMBUATAN PERANGKAT APLIKASI PEMANFAATAN WIRELESS SEBAGAI MEDIA UNTUK PENGIRIMAN DATA SERIAL

PEMBUATAN PERANGKAT APLIKASI PEMANFAATAN WIRELESS SEBAGAI MEDIA UNTUK PENGIRIMAN DATA SERIAL PEMBUATAN PERANGKAT APLIKASI PEMANFAATAN WIRELESS SEBAGAI MEDIA UNTUK PENGIRIMAN DATA SERIAL Oleh : Zurnawita Dikky Chandra Staf Pengajar Teknik Elektro Politeknik Negeri Padang ABSTRACT Serial data transmission

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI BAB TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI.1 Pendahuluan Secara umum, antena adalah sebuah perangkat yang mentransformasikan sinyal EM dari saluran transmisi kedalam bentuk sinyal radiasi gelombang EM dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bagian ini menerangkan mengenai tinjauan pustaka atau teori dasar mengenai antena dan gambaran umum tentang jaringan wireless. Dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai antena

Lebih terperinci

BAB 10 ULTRA HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk

BAB 10 ULTRA HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk BAB 10 ULTRA HIGH FREQUENCY ANTENNA Kompetensi: Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk komunikasi, salah satunya pada rentang band Ultra High Frequency (HF).

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO No Percobaan : 01 Judul Percobaan Nama Praktikan : Perambatan Gelombang Mikro : Arien Maharani NIM : TEKNIK TELEKOMUNIKASI D3 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA ANTENA MIKROSTRIP SUSUN DUA ELEMEN PATCH

PERBANDINGAN KINERJA ANTENA MIKROSTRIP SUSUN DUA ELEMEN PATCH PERBANDINGAN KINERJA ANTENA MIKROSTRIP SUSUN DUA ELEMEN PATCH SEGI EMPAT MENGGUNAKAN TEKNIK DGS (DEFECTED GROUND STRUCTURE) DAN TANPA DGS BERBENTUK SEGITIGA SAMA SISI Meinarty Sinurat, Ali Hanafiah Rambe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Antena merupakan suatu bagian yang mutlak diperlukan dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Antena merupakan suatu bagian yang mutlak diperlukan dalam sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Antena merupakan suatu bagian yang mutlak diperlukan dalam sistem komunikasi radio. Dalam dunia telekomunikasi antena didefinisikan sebagai struktur yang berfungsi

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz Iswandi, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara Jl.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Antena Antena (antenna atau areal) didefinisikan sebagai suatu struktur yang berfungsi sebagai media transisi antara saluran transmisi atau pemandu gelombang dengan udara, atau

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA DAN PROPAGASI GELOMBANG RADIO

BAB II TEORI DASAR ANTENA DAN PROPAGASI GELOMBANG RADIO BAB II TEORI DASAR ANTENA DAN PROPAGASI GELOMBANG RADIO 2.1 Umum Salah satu teknologi pengamatan vertikal atmosfer dari permukaan adalah peluncuran balon sonde atau radiosonde. Radiosonde adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. 39 Universitas Indonesia

BAB 5 PEMBAHASAN. 39 Universitas Indonesia BAB 5 PEMBAHASAN Dua metode penelitian yaitu simulasi dan eksperimen telah dilakukan sebagaimana telah diuraikan pada dua bab sebelumnya. Pada bab ini akan diuraikan mengenai analisa dan hasil yang diperoleh

Lebih terperinci

DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Arjuni Budi P. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI

DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Arjuni Budi P. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Pendahuluan Telekomunikasi = Tele -- komunikasi Tele = jauh Komunikasi = proses pertukaran informasi Telekomunikasi = Proses pertukaran

Lebih terperinci

Rancang Bangun Dan Analisis Antena Yagi 11 Elemen Dengan Elemen Pencatu Folded Dipole Untuk Jaringan VOIP

Rancang Bangun Dan Analisis Antena Yagi 11 Elemen Dengan Elemen Pencatu Folded Dipole Untuk Jaringan VOIP Rancang Bangun Dan Analisis Antena Yagi 11 Elemen Dengan Elemen Pencatu Folded Dipole Untuk Jaringan VOIP Fandy Himawan [1], Aad Hariyadi [2], Moch.Taufik [3] Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O,

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O, BAB II DASAR TEORI 2.1 Arduino Uno R3 Arduino Uno R3 adalah papan pengembangan mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada suatu industri penggunaaan peralatan instrumentasi merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Pada suatu industri penggunaaan peralatan instrumentasi merupakan hal BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pada suatu industri penggunaaan peralatan instrumentasi merupakan hal yang sangat penting dalam mendukung jalannya proses dalam suatu pabrik. Untuk itu peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi data telah menjadi layanan utama pada sistem telekomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi data telah menjadi layanan utama pada sistem telekomunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perkembangan teknologi saat ini kebutuhan manusia untuk informasi data semakin berkembang. Perkembangan teknologi ini mengganti komunikasi suara yang

Lebih terperinci

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGITIGA DUAL-BAND UNTUK APLIKASI WLAN (2,45 GHZ) DAN WiMAX (3,35 GHZ)

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGITIGA DUAL-BAND UNTUK APLIKASI WLAN (2,45 GHZ) DAN WiMAX (3,35 GHZ) STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGITIGA DUAL-BAND UNTUK APLIKASI WLAN (2,45 GHZ) DAN WiMAX (3,35 GHZ) Nevia Sihombing, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen

Lebih terperinci

KONSEP DAN TERMINOLOGI ==Terminologi==

KONSEP DAN TERMINOLOGI ==Terminologi== TRANSMISI DATA KONSEP DAN TERMINOLOGI ==Terminologi== Direct link digunakan untuk menunjukkan jalur transmisi antara dua perangkat dimana sinyal dirambatkan secara langsung dari transmitter menuju receiver

Lebih terperinci

DESIGN ANTENA YAGI UDA UNTUK FREKUENSI 759,25 MHz UNTUK APLIKASI PADA METRO TV MENGGUNAKAN SOFTWARE NEC-Win Pro V e

DESIGN ANTENA YAGI UDA UNTUK FREKUENSI 759,25 MHz UNTUK APLIKASI PADA METRO TV MENGGUNAKAN SOFTWARE NEC-Win Pro V e DESIGN ANTENA YAGI UDA UNTUK FREKUENSI 759,25 MHz UNTUK APLIKASI PADA METRO TV MENGGUNAKAN SOFTWARE NEC-Win Pro V. 1.6.2e Rusli rusli_rsl@yahoo.co.id Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern ini, laju perkembangan teknologi semakin hari semakin bertambah maju, dengan mengedepankan digitalisasi suatu perangkat, maka akan berdampak pada kemudahan

Lebih terperinci

Perancangan dan Pembuatan Antena Mikrostrip Telur (Egg) Dengan Slot Lingkaran Pada Frekuensi Ultra Wideband (UWB)

Perancangan dan Pembuatan Antena Mikrostrip Telur (Egg) Dengan Slot Lingkaran Pada Frekuensi Ultra Wideband (UWB) Perancangan dan Pembuatan Antena Mikrostrip Telur (Egg) Dengan Slot Lingkaran Pada Frekuensi Ultra Wideband (UWB) Fitria Kumala Trisna, Rudy Yuwono, ST.,MSc, Erfan Achmad Dahlan,Ir, MT Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI. Gbr. 2.1 Grafik Faktor Refleksi Terhadap. Faktor Refleksi

Bab II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI. Gbr. 2.1 Grafik Faktor Refleksi Terhadap. Faktor Refleksi BAB II DASAR TEORI 2.1 Antena 2.1.1 Faktor Refleksi Frekuensi kerja antena menunjukkan daerah batas frekuensi gelombang elektromagnetik yang mampu untuk ditransmisikan dan atau ditangkap oleh antena dengan

Lebih terperinci

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Model Sistem Komunikasi Sinyal listrik digunakan dalam sistem komunikasi karena relatif gampang dikontrol. Sistem komunikasi listrik ini mempekerjakan sinyal listrik untuk membawa

Lebih terperinci

Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara

Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara Chapter 5 Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara Gelombang dasar lain datang jika jarak dari beberapa titik dari titik tertentu dianggap sebagai koordinat relevan yang bergantung pada variabel akustik.

Lebih terperinci

Sistem Monitoring Tinggi Muka Air Sungai Terpasang di seluruh Kaltim dengan Pusat Monitor di Samarinda menggunakan komunikasi satelit RTU LOGGER

Sistem Monitoring Tinggi Muka Air Sungai Terpasang di seluruh Kaltim dengan Pusat Monitor di Samarinda menggunakan komunikasi satelit RTU LOGGER Sistem Monitoring Tinggi Muka Air Sungai Terpasang di seluruh Kaltim dengan Pusat Monitor di Samarinda menggunakan komunikasi satelit RTU LOGGER Blok diagram Hardware RTU LOGGER Spesifikasi Teknis RTU

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA ULTRAWIDEBAND. 2.1 Studi Jurnal Ada 2 tema mengenai antena UWB yang penulis pelajari dna

BAB II TEORI DASAR ANTENA ULTRAWIDEBAND. 2.1 Studi Jurnal Ada 2 tema mengenai antena UWB yang penulis pelajari dna BAB II TEORI DASAR ANTENA ULTRAWIDEBAND 2.1 Studi Jurnal Ada 2 tema mengenai antena UWB yang penulis pelajari dna menjadi referensi dalam pembuatan tugas akhir ini, yaitu: 2.1.1 A Novel Monopol Antenna

Lebih terperinci

BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk

BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA Kompetensi: Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk komunikasi, salah satunya pada rentang band High Frequency (HF). Mahasiswa

Lebih terperinci

SIMULASI MODEL INDOOR CEILING MOUNT ANTENNA SEBAGAI PENGUAT SINYAL WI-FI MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS V10.0

SIMULASI MODEL INDOOR CEILING MOUNT ANTENNA SEBAGAI PENGUAT SINYAL WI-FI MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS V10.0 SIMULASI MODEL INDOOR CEILING MOUNT ANTENNA SEBAGAI PENGUAT SINYAL WI-FI MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS V10.0 Hermanto Siambaton, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN REALISASI ANTENNA CONTROL UNIT BERUPA PHASE SHIFTER DIGITAL UNTUK ANTENA PHASED ARRAY 4X4 PADA FREKUENSI S-BAND UNTUK RADAR 3D

PERANCANGAN DAN REALISASI ANTENNA CONTROL UNIT BERUPA PHASE SHIFTER DIGITAL UNTUK ANTENA PHASED ARRAY 4X4 PADA FREKUENSI S-BAND UNTUK RADAR 3D PERANCANGAN DAN REALISASI ANTENNA CONTROL UNIT BERUPA PHASE SHIFTER DIGITAL UNTUK ANTENA PHASED ARRAY 4X4 PADA FREKUENSI S-BAND UNTUK RADAR 3D Fahmi Lismar Halim 1), Bambang Setia Nugroho 2), Yuyu Wahyu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN MODEL KANAL DAN SIMULASI POWER CONTROL DENGAN MENGGUNAKAN DIVERSITAS ANTENA

BAB III PERANCANGAN MODEL KANAL DAN SIMULASI POWER CONTROL DENGAN MENGGUNAKAN DIVERSITAS ANTENA BAB III PERANCANGAN MODEL KANAL DAN SIMULASI POWER CONTROL DENGAN MENGGUNAKAN DIVERSITAS ANTENA 3.1 Simulasi Kanal Fading Rayleigh Proses simulasi yang digunakan untuk memodelkan kanal fading diambil dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. memperlihatkan apakah telah layak sebagai user interface.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. memperlihatkan apakah telah layak sebagai user interface. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Software Visual Basic Pengujian software Visual Basic dilakukan dengan menguji kinerja dari program penjadwalan apakah telah berfungsi sesuai dengan harapan dan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 1. Balanis Constatantine, A John Wiley - Sons Analysis And Design Antena Theory Third Edition.

DAFTAR PUSTAKA. 1. Balanis Constatantine, A John Wiley - Sons Analysis And Design Antena Theory Third Edition. DAFTAR PUSTAKA 1. Balanis Constatantine, A John Wiley - Sons.2005. Analysis And Design Antena Theory Third Edition. 2. Pozar,DM. Mikrostrip Antenna. Proceeding of the IEEE,Vol 80.No : 1, January 1992 3.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pendahuluan Antena mikrostrip terdiri dari tiga elemen dasar, seperti yang ditunjukan pada gambar 1, elemen pertama adalah patch yang berfungsi untuk meradiasikan gelombang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SFN

BAB III PERANCANGAN SFN BAB III PERANCANGAN SFN 3.1 KARAKTERISTIK DASAR SFN Kemampuan dari COFDM untuk mengatasi interferensi multipath, memungkinkan teknologi DVB-T untuk mendistribusikan program ke seluruh transmitter dalam

Lebih terperinci

Mahkota (Crown Antenna) Perencanaan dan Pembuatan Antena UWB (Ultra Wide Band)

Mahkota (Crown Antenna) Perencanaan dan Pembuatan Antena UWB (Ultra Wide Band) 24 Mahkota (Crown Antenna) Perencanaan dan Pembuatan Antena UWB (Ultra Wide Band) Rudy Yuwono,ST.,MSc. Abstrak -Kemajuan teknologi komunikasi menunjukkan perkembangan yang sangat pesat, khususnya komunikasi

Lebih terperinci

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 8,5 dbi

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 8,5 dbi DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI 425-890 MHz DENGAN GAIN 8,5 dbi LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA

BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA Tujuan Instruksional Umum Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perambatan gelombang, yang merupakan hal yang penting dalam sistem komunikasi serat optik. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA 4.1 Umum Dalam bab ini membahas tentang pengukuran antena mikrostrip patch rectangular yang dirancang, pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui kinerja apakah antena yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. objek yang terdeteksi. Pada mulanya radar digunakan sebagai salah satu alat

BAB II LANDASAN TEORI. objek yang terdeteksi. Pada mulanya radar digunakan sebagai salah satu alat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Radio Detecting and Ranging (Radar) Radio Detecting and Ranging (Radar) merupakan suatu perangkat yang digunakan untuk menentukan posisi objek, arah pergerakannya maupun bentuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.3.4 Uji Panjang Pulsa Sinyal Pengujian dilakukan untuk melihat berapa panjang pulsa sinyal minimal yang dapat di respon oleh modul. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan astable free running, blok

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Krakatau Steel merupakan suatu perusahaan yang memproduksi baja dengan produk yang dihasilkan berupa Hot Roll Coil, Cold Roll Coil dan Wire Rod. Dalam prosesnya,

Lebih terperinci

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG - PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 9 dbi

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG - PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 9 dbi DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG - PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI 430-1000 MHz DENGAN GAIN 9 dbi LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Pada proyek akhir ini digunakan patch berbentuk persegi panjang dengan teknik pencatuan proximity coupling. Dengan demikian diharapkan antena yang dirancang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam memperoleh informasi dan berita pada saat ini. Dengan berkomunikasi kita dapat bertukar informasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang RADAR (selanjutnya ditulis sebagai radar) ialah singkatan dari Radio Detection and Ranging dimana merupakan sistem elektromagnetik untuk mendeteksi & memberi informasi

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR PERANCANGAN COUPLER. Gambar 2.1 Skema rangkaian directional coupler S S S S. ij ji

BAB 2 DASAR PERANCANGAN COUPLER. Gambar 2.1 Skema rangkaian directional coupler S S S S. ij ji 5 BAB 2 DAAR PERANCANGAN COUPLER 2.1 DIRECTIONAL COUPLER Directional coupler memegang peranan penting dalam rangkaian microwave pasif. Divais ini di implementasikan dalam banyak cara untuk mendapatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perang ataupun sebagai bagian dari sistem navigasi pada kapal [1].

II. TINJAUAN PUSTAKA. perang ataupun sebagai bagian dari sistem navigasi pada kapal [1]. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Radio Detecting and Ranging (Radar) Radio Detecting and Ranging (Radar) adalah perangkat yang digunakan untuk menentukan posisi, bentuk, dan arah pergerakan dari suatu objek yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri menggunakan PLC (Programmable Logic Controller) sebagai sistem

BAB I PENDAHULUAN. industri menggunakan PLC (Programmable Logic Controller) sebagai sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini kebutuhan manusia akan energi semakin berkembang seiring dengan semakin pesatnya perkembangnya teknologi, berbagai penemuan terbaru yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik

BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK 2.1 Umum elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik seperti yang diilustrasikan pada

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN 3.1. PERANCANGAN SISTEM KONTROL

BAB III PERANCANGAN 3.1. PERANCANGAN SISTEM KONTROL BAB III PERANCANGAN 3.1. PERANCANGAN SISTEM KONTROL Pada awalnya sistem pompa transmisi menggunakan sistem manual dimana dalam menyalakan atau mematikan sistem diperlukan dua operator lebih. Tugas para

Lebih terperinci

PERANCANGAN ANTENA HELIX PADA FREKUENSI 433 MHz

PERANCANGAN ANTENA HELIX PADA FREKUENSI 433 MHz PERANCANGAN ANTENA HELIX PADA FREKUENSI 433 MHz Disusun Oleh : BUDI SANTOSO (11411552) JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK TELEKOMUNIKASI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA Jakarta,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA ANTENA ARRAY PADA ANTENA RADAR CUACA PESAWAT EMBRAER 135

BAB IV ANALISA ANTENA ARRAY PADA ANTENA RADAR CUACA PESAWAT EMBRAER 135 BAB IV ANALISA ANTENA ARRAY PADA ANTENA RADAR CUACA PESAWAT EMBRAER 135 4.1 Analisa Single Slot antena Untuk menganalisa sebuah slot, maka slot tersebut dapat diasumsikan sebagai dua dipol dengan radius.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS ANTENA

BAB 4 HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS ANTENA BAB 4 HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS ANTENA Pengukuran terhadap antena dilakukan setelah antena dirancang. Pengukuran dilakukan untuk dua buah antena yaitu antena mikrostrip array elemen dan antena mikrostrip

Lebih terperinci

BAB II ANTENA MIKROSTRIP

BAB II ANTENA MIKROSTRIP BAB II ANTENA MIKROSTRIP 2.1 Pengertian Antena Antena merupakan elemen penting yang terdapat dalam sistem telekomunikasi tanpa kabel (wireless). Pemilihan antena yang tepat, perancangan yang baik dan pemasangan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER

BAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER 41 BAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER 4.1 Laser Laser atau sinar laser adalah singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation, yang berarti suatu berkas sinar yang diperkuat dengan

Lebih terperinci