BUPATI BIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUPATI BIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA"

Transkripsi

1 1 BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN KABUPATEN BIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 66 Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah dan untuk terarahnya pelaksanaan pemungutan atas Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, perlu ditetapkan petunjuk teknis pelaksanaannya; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Kabupaten Bima; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655); 2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 54 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3091) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 129 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048); 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 27 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4189); 4. Undang Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Repulik Indonesia Tahun 2002 Nomor 4247); 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesai Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

2 2 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4674); 9. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5049); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2005 Tentang Pedoman, Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyitaan dalam rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 135 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4049); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 165 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

3 Nomor 801,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737; 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2007 tentang Pengawasan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah; 18. Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bima (Lembaran Daerah Kabupaten Bima Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bima Nomor 25); 19. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bima Tahun 2008 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bima Nomor 26); 20. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pokok Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bima Tahun 2008 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bima Nomor 29); 21. Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah (lembaran Daerah Kabupaten Bima Tahun 2011 Nomor 02, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 40); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN KABUPATEN BIMA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bima. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Bima. 3. Kepala Daerah adalah Bupati Bima. 4. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bima. 5. Kepala Dinas Pendapatan Daerah yang selanjutnya disebut Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bima.

4 4 6. Unit Pelaksana Teknis Dinas, yang selanjutnya disingkat UPTD, adalah unsur pelaksana tugas teknis pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bima. 7. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah. 8. Desa adalah kesatuan masyarakat khusus yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang di akui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 9. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. 10. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. 11. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. 12. Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah kabupaten. 13. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut. 14. Nilai Jual Objek Pajak, yang selanjutnya disingkat NJOP, adalah harga ratarata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau NJOP pengganti. 15. Nilai Jual Obyek Pajak tidak Kena Pajak, yang selanjutnya disingkat NJOPTKP, adalah batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang tidak kena pajak. 16. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan Pajak. 17. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah. 18. Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahun kalender. 19. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah. 20. Pendekatan data pasar adalah pendekatan penilaian dengan cara membandingkan objek pajak yang akan dinilai dengan objek pajak lain yang sejenis yang nilai jualnya sudah diketahui dengan melakukan penyesuaian yang dipandang perlu. 21. Pendekatan biaya adalah pendekatan penilaian dengan cara memperhitungkan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membuat bangunan baru objek yang dinilai dan dikurangi penyusutan.

5 5 22. Pendekatan Kapitalisasi Pendatan adalah pendekatan penilaian dengan cara menghitung atau memproyeksikan seluruh pendapatan sewa atau penjualan dalam satu tahun dari objek pajak yang dinilai dikurangi dengan kekosongan, biaya operasi dan/atau hak pengusaha. 23. Penilaian Individual adalah Penilaian terhadap objek pajak dengan cara memperhitungkan semua karakteristik dari setiap objek pajak. 24. Penilaian Massal adalah penilaian yang sistematis untuk sejumlah objek pajak yang dilakukan pada saat tertentu secara bersamaan dengan menggunakan suatu prosedur standar yang dalam hal ini disebut Computer Assisted Valuation (CAV). 25. Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SISMIOP adalah sistem yang terintegrasi untuk mengolah informasi/data objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dengan bantuan komputer, sejak dari pengumpulan data (melalui pendaftaran, pendataan dan penilaian), pemberian identitas objek pajak (Nomor objek pajak), perekaman data, pemeliharaan basis data, pencetakan hasil keluaran (antara lain berupa Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan, Surat Setoran Pajak Daerah Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan dan Daftar Himpunan Ketetapan dan Pembayaran, pemantauan penerimaan dan pelaksanaan penagihan pajak, sampai dengan pelayanan kepada wajib pajak melalui pelayanan satu tempat. 26. Pemeliharaan Basis Data SISMIOP pasif adalah kegiatan pemeliharaan basis data yang dilakukan oleh Dinas berdasarkan laporan yang diterima dari wajib pajak dan/atau pejabat/instansi terkait; 27. Pemeliharaan Basis Data SISMIOP aktif adalah kegiatan pemeliharaan basis data yang dilakukan oleh Dinas dengan cara mencocokkan dan menyesuaikan data obyek dan subyek pajak yang ada dengan keadaan sebenarnya di lapangan atau mencocokkan dan menyesuaikan nilai jual obyek pajak dengan rata-rata nilai pasar yang terjadi di lapangan, pelaksanaannya sesuai dengan prosedur pembentukan basis data; 28. Surat Ketetapan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak yang terutang. 29. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDKB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administratif, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar. 30. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya disingkat SKPDKBT, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan. 31. Surat Pemberitahuan Objek Pajak, yang selanjutnya disingkat SPOP, adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan data subjek dan objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah. 32. Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak, yang selanjutnya disingkat LSPOP adalah formulir yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan data rinci objek Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

6 6 33. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, yang selanjutnya disingkat SPPT, adalah surat yang digunakan untuk memberitahukan besarnya Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang kepada Wajib Pajak. 34. Daftar Himpunan Ketetapan dan Pembayaran yang selanjutnya disingkat DHKP, adalah daftar himpunan yang memuat data nama wajib pajak, letak objek pajak, nomor objek pajak, besar serta pembayaran pajak terutang yang dibuat perdesa. 35. Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SSPD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas umum daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Kepala Daerah. 36. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDLB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang. 37. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan daerah yang terdapat dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat Tagihan Pajak Daerah, Surat Keputusan Pembetulan, atau Surat Keputusan Keberatan. 38. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak. 39. Putusan Banding adalah Putusan Badan Peradilan Pajak atas Banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak. 40. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada Wajib Pajak serta pengawasan penyetorannya. 41. Petugas pemungut adalah petugas yang ditunjuk untuk memungut Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dan menyetorkan ketempat pembayaran. 42. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan daerah. 43. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Bima. 44. Tempat Pembayaran, selanjutnya disingkat TP adalah tempat pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.

7 7 BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 (1) Ruang lingkup pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan meliputi: a. pendaftaran dan pendataan; b. penilaian; c. SISMIOP; d. pemungutan; dan e. penyelesaian pengaduan. (2) Pendaftaran dan pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi pendataan, pendaftaran, bentuk serta format SPOP dan LSPOP. (3) Penilaian sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b meliputi proses penilaian, NJOP, bentuk dan format SPPT serta penyampaian SPPT. (4) SISMIOP sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c meliputi pengolahan informasi/data objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dengan bantuan komputer, pengumpulan data, pemberian identitas objek pajak, perekaman data, pemeliharaan basis data, pencetakan hasil keluaran, pemantauan penerimaan dan pelaksanaan penagihan pajak, sampai dengan pelayanan kepada Wajib Pajak. (5) Pemungutan sebagaimana yang dimaksud ayat (1) huruf d meliputi penghimpunan data objek dan subjek pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan/pemungutan pajak kepada Wajib Pajak serta masa kedaluwarsa pajak. (6) Penyelesaian pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e adalah tahapan penyelesaian dari laporan atau informasi yang disampaikan oleh Wajib Pajak mengenai dugaan pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pasal 3 (1) Kepala Dinas melakukan langkah-langkah sebagai berikut : a. pendaftaran dan pendataan, penilaian, pengelolaan basis data, pemungutan dan penyelesaian pengaduan; dan b. pembukuan dan pelaporan. (2) Pendaftaran dan pendataan, penilaian, pengelolaan basis data, pemungutan, penyelesaian pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a bertugas melakukan interaksi dengan wajib Pajak dalam setiap tahapan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan. (3) Pembukuan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b bertugas untuk menyiapkan laporan realisasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan berdasarkan data dan laporan dari pihak terkait.

8 8 BAB III PENDAFTARAN DAN PENDATAAN Bagian Kesatu Pendaftaran Pasal 4 (1) Pendaftaran Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dilakukan oleh Subyek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dengan cara mengisi SPOP dan/atau LSPOP Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan. (2) Dalam melakukan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Dinas/UPTD dapat dibantu petugas kecamatan, desa, rukun warga, dan rukun tetangga. (3) Dinas/UPTD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menyampaikan SPOP dan/atau LSPOP Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan kepada Subjek Pajak. (4) Subjek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus mengisi SPOP dan/atau LSPOP Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dengan jelas, benar, dan lengkap serta ditandatangani oleh Subjek Pajak atau kuasanya. (5) Wajib Pajak Bumi dan Bangunan yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak pada kolom yang tersedia dalam SPOP dan/atau LSPOP. (6) Formulir SPOP dan/atau LSPOP disediakan oleh Dinas Pendapatan Daerah atau UPTD. (7) Bentuk dan tata cara pengisian formulir SPOP dan/atau LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini. (8) Alur penyampaian SPOP dan/atau LSPOP Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) termuat dalam Bagan alur yang tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini. Bagian Kedua Pendataan Paragraf 1 Tata Cara Pasal 5 Tata cara Pendataan objek dan subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dilakukan dengan: a. penyampaian dan pengembalian SPOP dan/atau LSPOP; b. identifikasi objek; c. verifikasi data objek; dan d. pengukuran bidang objek.

9 9 Paragraf 2 Penyampaian dan Pengembalian SPOP dan/atau LSPOP Pasal 6 (1) Pendataan dengan penyampaian dan pengembalian SPOP dan/atau LSOP dilakukan dengan menyebarkan SPOP dan/atau LSPOP langsung kepada subyek pajak atau kuasanya. (2) Pendataan dengan penyampaian dan pengembalian SPOP dan/atau LSOP sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan pada daerah yang potensi pajaknya relatif kecil dengan cakupan wilayah dan obyek pajak yang luas. Paragraf 3 Identifikasi Objek Pasal 7 Pendataan dengan identifikasi obyek pajak dilaksanakan pada wilayah yang sudah mempunyai peta garis atau peta foto yang dapat menentukan posisi relatif objek pajak tetapi tidak mempunyai data administrasi pembukuan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan. Paragraf 4 Verifikasi Data Objek Pasal 8 Pendataan dengan verifikasi data obyek pajak dilaksanakan pada wilayah yang sudah mempunyai peta garis atau peta foto yang sudah mempunyai data administrasi pembukuan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan. Paragraf 5 Pengukuran Bidang Objek Pasal 9 Pendataan dengan pengukuran bidang obyek pajak dilaksanakan pada wilayah yang sudah mempunyai sket peta desa dan/atau peta garis atau peta foto tetapi belum dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif objek pajak. Paragraf 6 Jangka Waktu Pengembalian SPOP/LSOP Pasal 10 (1) Penyampaian SPOP dan/atau LSPOP Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dilakukan oleh Dinas Pendapatan atau UPTD untuk diisi oleh wajib pajak atau kuasanya. (2) SPOP dan/atau LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembalikan oleh wajib pajak atau kuasanya kepada Bupati melalui Dinas Pendapatan atau UPTD, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah tanggal diterimanya SPOP dan/atau LSPOP.

10 10 (3) Dinas Pendapatan atau UPTD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membuat laporan pengembalian SPOP dan/atau LSPOP. (4) Laporan pengembalian SPOP dan/atau LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada Bupati. Pasal 11 (1) Apabila SPOP dan/atau LSPOP Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang disampaikan kepada wajib pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 tidak dikembalikan oleh wajib pajak atau kuasanya, Bupati atau pejabat yang ditunjuk harus mengeluarkan teguran secara tertulis. (2) Apabila Bupati atau Pejabat yang ditunjuk telah mengeluarkan teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) namun wajib pajak tetap tidak melaksanakan kewajibannya mengisi SPOP dan/atau LSPOP, maka Bupati atau Pejabat yang ditunjuk mengeluarkan SKPD. (3) SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dikeluarkan berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain yang memuat jumlah pajak terutang yang lebih besar dari jumlah pajak yang dihitung berdasarkan SPOP dan/atau LSPOP Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang disampaikan oleh Wajib Pajak. (4) Dalam hal Wajib Pajak tidak mengisi SPOP dan/atau LSPOP yang seharusnya dilakukannya, dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan pajak sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak yang terutang melalui penerbitan SKPDKB. BAB IV PENILAIAN Pasal 12 (1) Penilaian obyek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dilakukan dengan : a. pendekatan data pasar; b. pendekatan biaya; dan/atau c. pendekatan pendapatan. (2) Cara penilaian obyek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dilakukan dengan : a. penilaian massal; dan/atau b. penilaian individual. (3) Hasil penilaian obyek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) digunakan sebagai dasar penentuan NJOP Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan. (4) Penilaian objek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan oleh Fungsional Penilai dan Operator Komputer yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (5) Tata cara penilaian obyek pajak diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Dinas Pendapatan.

11 11 Pasal 13 (1) Klasifikasi dan besarnya NJOP Bumi ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (2) Klasifikasi dan besarnya NJOP Bangunan ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 14 (1) SPPT dan DHKP Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dijadikan dasar oleh Dinas Pendapatan untuk memberitahukan besarnya Pajak terutang kepada Wajib Pajak. (2) SPPT dan DHKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan formulir kertas dan ditanda tangani oleh Kepala Dinas Pendapatan. (3) Bentuk dan format SPPT dan DHKP Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini. Pasal 15 (1) SPPT dan DHKP Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan disampaikan oleh Dinas Pendapatan kepada Wajib Pajak melalui Camat pada setiap awal Tahun Pajak. (2) Penyampaian kepada camat sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum tanggal penyampaian kepada Wajib Pajak. (3) Dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal diterimanya SPPT dan DHKP sebagaimana dimaksud ayat (2), camat wajib menyampaikan SPPT dan DHKP kepada Wajib Pajak. (4) Dinas menyiapkan berita acara penyerahan SPPT dan DHKP kepada Camat. (5) Berita Acara Penyerahan SPPT dan DHKP Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dibuat dalam rangkap 2 (dua) : a. lembar 1 (satu) untuk Dinas Pendapatan; b. lembar 2 (dua) untuk UPTD dan/atau Camat. (6) Bentuk dan format berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (6) serta alur penyampaian SPPT dan DHKP Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termuat dalam bentuk dan bagan alur yang tercantum dalam lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini. Pasal 16 SPPT Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 yang tidak diterimakan atau disampaikan kepada Wajib Pajak oleh Camat akan dikembalikan kepada Dinas Pendapatan dengan Berita Acara Pengembalian. Pasal 17 (1) Wajib Pajak atau kuasanya yang telah menerima SPPT Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan harus menandatangani struk yang berada dibagian bawah SPPT.

12 12 (2) Struk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat nama wajib pajak dan tanggal diterimanya SPPT Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dimaksud. (3) UPTD dan/atau Camat menghimpun struk SPPT Wajib Pajak untuk direkapitulasi yang selanjutnya disampaikan kepada Dinas Pendapatan. (4) Bentuk dan format struk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini. Pasal 18 (1) Tanggal jatuh tempo pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan tercantum dalam SPPT. (2) Tanggal jatuh tempo pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berubah/tetap berlaku meskipun tidak diambil/diterima oleh Wajib Pajak pada saat penetapan SPPT. BAB V SISMIOP Pasal 19 Basis Data SISMIOP Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dilakukan melalui kegiatan: a. pendaftaran objek dan subyek Pajak; b. pendataan objek dan subyek Pajak; dan c. penilaian objek dan subyek Pajak. Pasal 20 Pemeliharaan Basis Data SISMIOP Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dilakukan dengan cara : a. pasif; dan b. aktif. Pasal 21 Setiap Petugas atau tenaga ahli yang melaksanakan kegiatan pendaftaran, pendataan dan penilaian obyek dan subyek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dalam rangka pembentukan dan/atau pemeliharaan Basis Data SISMIOP Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan wajib merahasiakan semua yang diketahuinya atau diberitahukan oleh Wajib Pajak. Pasal 22 (1) Dalam melakukan kegiatan pendaftaran, pendataan dan penilaian obyek dan subyek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dalam rangka pembentukan dan/atau pemeliharaan basis data SISMIOP, Dinas dapat bekerja sama dengan Pejabat Pembuat Akta Tanah dan/atau instansi lain yang terkait.

13 13 (2) Pendataan dan penilaian obyek dan subyek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dalam rangka pembentukan dan/atau pemeliharaan basis data SISMIOP dapat dilakukan oleh pihak ketiga yang memenuhi syarat teknis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan. Pasal 23 Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran, Pendataan dan Penilaian Obyek dan Subyek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dalam rangka pembentukan dan/atau pemeliharaan Basis Data SISMIOP diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas pendapatan. BAB VI PEMUNGUTAN Pasal 24 (1) Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dilarang diborongkan. (2) Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak terutang berdasarkan SPPT atau SKPD. Pasal 25 (1) Pajak yang terutang berdasarkan SPPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) harus dilunasi selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak. (2) SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan. (3) Pajak yang terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayar ke tempattempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati. (4) Pajak yang terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), pada saat jatuh tempo pembayarannya tidak dibayar atau kurang dibayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan, yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk jangka waktu selama 6 (enam) bulan. (5) Apabila jangka waktu selama 6 (enam) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dilunasi, seluruh bentuk pelayanan administrasi pada tingkat Desa, Kecamatan dan Kabupaten tidak dapat dilayani sampai dengan seluruh kewajiban tunggakan Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan diselesaikan. (6) Bentuk dan Format SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan sebagaimana dimaksud ayat (2) tercantum dalam Lampiran VI yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

14 14 (7) Tata cara pengisian SKPD, SKPDKB, SKPDKBT sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tercantum dalam Lampiran VII yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini. Pasal 26 (1) Hak untuk melakukan penagihan Pajak menjadi kadaluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak, kecuali apabila Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan daerah. (2) Kadaluwarsa Penagihan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditangguhkan apabila: a. diterbitkan Surat Teguran; atau b. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak, baik langsung maupun tidak langsung. (3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kadaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal penyampaian Surat Teguran tersebut. (4) Pengakuan utang pajak secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Pajak dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Pajak dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah. (5) Pengakuan utang secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Pajak. BAB VII PENYELESAIAN PENGADUAN Pasal 27 (1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan dalam hal wajib pajak berpendapat bahwa luas objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dan/atau nilai jual objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan tidak sebagaimana mestinya. (2) Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan secara perorangan atau secara kolektif. Pasal 28 (1) Pengajuan keberatan secara perorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) diajukan secara tertulis kepada Bupati melalui Kepala Dinas dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut : a. asli SPPT Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, Identitas Wajib Pajak, Surat Kuasa; dan b. perhitungan jumlah Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang menurut Wajib Pajak disertai dengan alasan yang mendukung pengajuan keberatannya.

15 15 (2) Pengajuan keberatan secara kolektif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) diajukan secara tertulis kepada Bupati melalui Kepala Dinas dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut : a. asli SPPT Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang diajukan keberatan; b. penghitungan jumlah Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang menurut Wajib Pajak disertai dengan alasan yang mendukung pengajuan keberatannya; c. fotocopy identitas Wajib Pajak dan fotocopy identitas kuasa Wajib Pajak dalam hal dikuasakan; d. fotocopy bukti kepemilikan tanah dan/atau keterangan kepemilikan tanah dari desa setempat. Pasal 29 (1) Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk atas suatu SPPT, SKPD,SKPDKB, SKPDKBT dan SKPDLB. (2) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kecuali apabila Wajib Pajak atau kuasanya dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya. (3) Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis dengan disertai alasan-alasan yang jelas. (4) Keberatan dapat diajukan apabila Wajib Pajak telah membayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak. (5) Surat Keberatan yang diajukan harus ditandatangani oleh Wajib Pajak. (6) Dalam hal surat permohonan keberatan ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, harus dilampiri dengan Surat Kuasa. (7) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) tidak dianggap sebagai Surat Keberatan sehingga tidak dipertimbangkan. (8) Tanda penerimaan Surat Keberatan yang diberikan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk atau tanda pengiriman Surat Keberatan melalui surat pos tercatat sebagai tanda bukti penerimaan Surat Keberatan. (9) Tanggal penerimaan surat keberatan yang dijadikan dasar untuk memproses surat keberatan adalah tanggal terima surat keberatan, dalam hal disampaikan secara langsung oleh Wajib Pajak atau kuasanya, atau tanggal tanda pengiriman surat keberatan, dalam hal disampaikan melalui pos dengan bukti pengiriman surat. (10) Apabila surat Wajib Pajak tidak memenuhi syarat sebagai surat keberatan dan Wajib Pajak memperbaikinya dalam batas waktu penyampaian surat keberatan, maka batas waktu penyelesaian keberatan dihitung sejak diterima surat berikutnya yang memenuhi syarat sebagai surat keberatan.

16 16 Pasal 30 (1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 2 (dua ) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan. (2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya pajak yang terutang. (2) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan. Pasal 31 (1) Keputusan atas keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak ditetapkan oleh Bupati berdasarkan hasil penelitian Dinas Pendapatan dan dapat dilanjutkan dengan penelitian di lapangan. (2) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan surat tugas dan hasilnya dituangkan dalam laporan hasil penelitian. (3) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh : a. Dinas atau UPTD, dalam hal letak objek pajak berada dalam satu Kecamatan dengan tempat kedudukan di wilayah UPTD yang bersangkutan, letak objek pajak berada tidak dalam satu Kecamatan dengan tempat kedudukan di wilayah UPTD yang bersangkutan dan keberatan diajukan secara perseorangan. b. UPTD, dalam hal letak objek pajak berada dan berkedudukan dalam satu Kecamatan dengan tempat kedudukan di wilayah UPTD. (4) Kepala UPTD meneruskan berkas pengajuan Keberatan kepada Kepala Dinas dalam jangka waktu paling lama : a. 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal penerimaan surat keberatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), dalam hal penelitian dilaksanakan oleh Dinas dan/atau UPTD; atau b. 2 (dua) bulan sejak tanggal penerimaan surat keberatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), dalam hal penelitian dilaksanakan oleh Dinas dan/atau UPTD, disertai laporan hasil penelitian keberatan. (5) Tata cara dan bentuk formulir yang digunakan dalam rangka pengajuan dan penyelesaian keberatan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas. BAB VIII PEMBAYARAN, PENYETORAN DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN Pasal 32 (1) Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan harus dilakukan sekaligus atau lunas. (2) Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) oleh Wajib Pajak dapat dilakukan melalui Petugas pemungut dan/atau langsung pada TP yang ditunjuk.

17 17 (3) Setiap pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan Bukti Pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan. (4) Bukti pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berupa TTS atau STTS dan bukti pembayaran lain yang sah. (5) Bentuk dan format TTS dan STTS sebagaimana dimaksud pada ayat (4), tercantum dalam Lampiran VIII yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini. Pasal 33 (1) Petugas Pemungut menyetorkan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ke TP yang ditunjuk melalui BKP. (2) Setiap penyetoran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan bukti pembayaran berupa STTS untuk setiap Wajib Pajak yang telah melunasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan pada petugas pemungut. (3) Penyetoran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan Surat Bukti Setoran dan Laporan Mingguan Penerimaan. (4) Bentuk, isi dan cara pengisian Surat Bukti Setoran atau Laporan Mingguan Penerimaan tercantum dalam Lampiran IX yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini. (5) Tata cara pembayaran dan penyetoran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 dan 33 tercantum dalam Lampiran X yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini. Pasal 34 Bupati dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk menunda pembayaran pajak terutang sampai batas waktu yang ditentukan, dengan dikenakan biaya administrasi berupa bunga 2 % (dua persen) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar, dengan memenuhi persyaratan : a. wajib pajak mengajukan surat permohonan penundaan pajak kepada Kepala Daerah melalui Kepala Dinas, dan b. wajib pajak dalam usahanya mengalami kerugian yang dibuktikan dengan laporan laba/rugi. BAB IX PEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN KETETAPAN DAN PENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 35 Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya, Bupati dapat membetulkan SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan SKPDLB yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

18 18 Pasal 36 (1) Selain dapat membetulkan SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan SKPDLB sebagaimana dimaksud Pasal 35, Bupati juga dapat : a. membatalkan atau mengurangkan SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan SKPDLB yang tidak benar; dan/atau b. membatalkan hasil pemeriksaan atau ketetapan pajak terutang yang dilaksanakan atau diterbitkan tidak sesuai dengan tata cara yang ditentukan. (2) Pembatalan atau pengurangan ketetapan pajak terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan pertimbangan kemampuan membayar wajib pajak atau kondisi tertentu obyek pajak. Pasal 37 (1) Bupati atas permohonan Wajib Pajak dapat memberikan pengurangan, penghapusan sanksi administratif. (2) Pemberian pengurangan, penghapusan sanksi administratif, dan pengurangan/pembatalan ketetapan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila : a. terjadi kekeliruan dalam penerapan peraturan Perundang - undangan perpajakan daerah; b. mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak terutang dalam hal objek pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa; dan/atau c. mengurangkan ketetapan pajak terutang berdasarkan pertimbangan kemampuan membayar Wajib Pajak atau kondisi tertentu obyek pajak. (3) Permohonan pemberian pengurangan, penghapusan sanksi administratif, dan pengurangan/pembatalan ketetapan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus disampaikan secara tertulis oleh Wajib Pajak kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima SKPD, SLPDKB, SKPDKBT dengan memberikan alasan yang jelas. (4) Dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diterima, Bupati atau pejabat yang ditunjuk harus memberikan keputusan. (5) Apabila setelah lewat waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) Bupati atau pejabat yang ditunjuk tidak memberikan keputusan, permohonan pemberian Pengurangan, penghapusan sanksi administratif, dan pengurangan/pembatalan ketetapan pajak dianggap dikabulkan. (6) Bentuk dan isi keputusan pengurangan, penghapusan sanksi administratif, dan pengurangan/pembatalan ketetapan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dalam Lampiran XI, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

19 19 BAB X PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN DAN PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK YANG KEDALUWARSA Bagian Kesatu Pengembalian kelebihan Pembayaran Pasal 38 Pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan terjadi apabila : a. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang dibayar ternyata lebih besar dari yang seharusnya terutang; b. dilakukan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang tidak seharusnya terutang. Pasal 39 (1) Wajib pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk secara tertulis dengan menyebut sekurang-kurangnya : a. nama dan alamat wajib pajak; b. masa pajak; c. besarnya kelebiahan pajak; dan d. surat keputusan keberatan. (2) Dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bupati atau pejabat yang ditunjuk harus memberikan keputusan. (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Bupati atau pejabat yang ditunjuk tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian pembayaran kelebihan pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan. (4) Apabila wajib pajak mempunyai utang pajak lainnya, kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang pajak tersebut. (5) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB. Pasal 40 (1) Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan pajak lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara pemindah bukuan. (2) Bukti pemindah bukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.

20 20 Bagian Kedua Penghapusan Piutang Pajak Kedaluwarsa Pasal 41 (1) Bupati atas persetujuan DPRD dapat menghapuskan piutang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dikarenakan tidak bisa tertagih dan sudah kadaluwarsa. (2) Penghapusan Piutang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Bupati berdasarkan permohonan penghapusan piutang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan oleh Kepala Dinas Pendapatan. (3) Permohonan penghapusan piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat: a. nama dan alamat wajib pajak; b. jumlah piutang pajak; c. tahun pajak; dan d. alasan penghapusan piutang pajak. (4) Piutang Pajak yang dapat dihapuskan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah SPPT Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah atau objek pajak yang berdasarkan penelitian tidak termasuk kriteria Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan. (5) Piutang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang menurut data tunggakan yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi disebabkan karena: a. wajib pajak dan/atau Penanggung Pajak tidak dapat ditemukan atau meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan dan tidak mempunyai ahli waris atau ahli waris tidak dapat ditemukan; b. wajib pajak dan/atau Penanggung Pajak tidak mempunyai harta kekayaan lagi; c. tidak ditemukan alamat pemiliknya karena objek pajak sudah tutup dan alih manajemen; d. hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa; atau e. wajib pajak tidak dapat ditagih lagi karena sebab lain, seperti wajib pajak yang tidak dapat ditemukan lagi atau dokumen-dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak lengkap atau tidak dapat ditelusuri lagi disebabkan keadaan yang tidak dapat dihindarkan seperti bencana alam dan kebakaran. (6) Piutang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Wajib Pajak Badan yang menurut data tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi disebabkan karena : a. wajib pajak bubar, likuidasi atau pailit dan pengurus, direksi, komisaris, pemegang saham, pemilik modal atau pihak lain yang dibebani untuk melakukan pemberesan atau likuidator atau kurator tidak dapat ditemukan; b. wajib pajak dan/atau Penanggung Pajak tidak memiliki harta kekayaan lagi;

21 21 c. penagihan pajak secara aktif telah dilaksanakan dengan penyampaian Salinan Surat Paksa kepada pengurus, direksi, likuidator, kurator, pengadilan negeri, pengadilan niaga, baik secara langsung maupun dengan menempelkan pada papan pengumuman atau media massa; d. hak untuk melakukan penagihan pajak sudah kedaluwarsa. Pasal 42 (1) Untuk memastikan keadaan wajib pajak atau piutang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, wajib dilakukan penelitian setempat atau penelitian administrasi oleh Dinas dan/atau UPTD yang hasilnya dilaporkan dalam Laporan Hasil Penelitian. (2) Laporan Hasil Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menggambarkan keadaan wajib pajak atau piutang pajak yang bersangkutan sebagai dasar untuk menentukan besarnya piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi dan diusulkan untuk dihapus. Pasal 43 (1) Dinas dan/atau UPTD setiap akhir tahun pajak menyusun daftar usulan penghapusan piutang pajak berdasarkan Laporan Hasil Penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42. (2) Daftar usulan penghapusan piutang pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setiap awal tahun berikutnya disampaikan kepada Kepala Dinas. (3) Kepala Dinas menyampaikan daftar usulan penghapusan piutang pajak yang telah diteliti kepada Bupati. BAB XI PEMBUKUAN/PENCATATAN DAN PEMERIKSAAN PAJAK Bagian Kesatu Pembukuan/Pencatatan Pasal 44 (1) Wajib Pajak harus menyimpan dengan baik bukti pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang dimilikinya. (2) Petugas pemungut dan BKP wajib melaksanakan pembukuan/pencatatan penerimaan pembayaran pajak kedalam catatan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan. (3) Bentuk dan isi catatan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran XII, merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini. Bagian Kedua Pemeriksaan Pasal 45 (1) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk melakukan pemeriksaan untuk menguji keputusan memenuhi kewajiban Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dalam rangka melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

22 22 (2) Tata cara pemeriksaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud dengan ayat (1) berikut: a. wajib pajak, petugas pemungut dan BKP yang diperiksa harus memperlihatkan dan/atau meminjamkan dokumen yang berhubungan dengan obyek pajak terhutang; b. wajib pajak, petugas pemungut, BKP harus memberikan kesempatan kepada petugas untuk memasuki tempat atau ruang yang dianggap perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan; c. wajib pajak, petugas pemungut, BKP harus memberikan keterangan yang benar dan jelas sesuai dengan yang diperlukan; d. hasil pemeriksaan ditanda tangani oleh Wajib Pajak, petugas pemungut, BKP dan pejabat sebagai dasar pengenaan pajak. BAB XII PEMBERIAN, PEMANFAATAN INSENTIF DAN UPAH PUNTUNG Pasal 46 (1) Dinas Pendapatan diberikan insentif pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dari Kas Daerah berdasarkan alokasi yang tercantum dalam APBD tahun berjalan. (2) Besarnya insentif pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebesar 5 % (lima persen). (3) Insentif pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) tercantum dalam DPA Dinas Pendapatan. Pasal 47 (1) Insentif pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan diberikan atas pencapaian target penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang ditetapkan pada APBD tahun berkenaan yang dijabarkan secara triwulan. (2) Target penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut: a. Sampai dengan triwulan I : 15 % (lima belas persen); b. Sampai dengan triwulan II : 40 % (empat puluh persen); c. Sampai dengan triwulan III : 75 % (tujuh puluh lima persen); d. Sampai dengan triwulan IV : 100 % (seratus persen). (3) Akhir triwulan I realisasi mencapai 15 % (lima belas persen) atau lebih, insentif diberikan pada awal triwulan II. (4) Akhir triwulan I realisasi kurang dari 15 % (lima belas persen) insentif tidak diberikan pada awal triwulan II. (5) Akhir triwulan II realisasi 40 % (empat puluh persen) atau lebih, insentif diberikan untuk triwulan I yang belum dibayarkan dan triwulan II. (6) Akhir triwulan II realisasi kurang dari 40 % (empat puluh persen), insentif untuk triwulan II belum dibayarkan pada awal triwulan III.

23 23 (7) Akhir triwulan III realisasi kurang dari 75 % (tujuh puluh lima persen), insentif tidak diberikan pada awal triwulan IV. (8) Akhir triwulan III realisasi mencapai 75 % (tujuh puluh lima persen) atau lebih, insentif diberikan pada awal triwulan IV. (9) Akhir triwulan IV realisasi mencapai dari 100 % (seratus persen) atau lebih, insentif diberikan untuk triwulan yang belum dibayarkan. (10) Akhir triwulan IV realisasi kurang dari 100 % (seratus persen) tetapi lebih dari 75 % (tujuh puluh persen) tetapi lebih dari 75 % (tujuh puluh lima persen), insentif diberikan untuk triwulan III dan triwulan sebelumnya yang belum dibayarkan. Pasal 48 (1) Penggunaan insentif pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (2) digunakan untuk insentif pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan pada pos belanja tidak langsung. (2) Pembagian insentif pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah sebagai berikut : a. Bupati sebesar 8 % (delapan persen); b. Wakil Bupati sebesar 5 % (lima persen); c. Sekretaris Daerah sebesar 2 % (dua persen); d. Tim intensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebesar 5 % (lima persen). e. Pejabat dan pegawai instansi pelaksana pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebesar 80 % (delapan puluh persen). (3) Pembagian insentif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. Pasal 49 (1) Selain Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46, Petugas Pemungut diberikan upah puntung atas pengembalian setiap lembar struk SPPT Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang harus disertakan dengan bukti pelunasan dari wajib pajak. (2) Pembayaran upah puntung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. Pasal 50 Pencairan insentif Pemungutan dan upah puntung Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan diajukan oleh Dinas Pendapatan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

24 24 BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 51 Dengan ditetapkan Peraturan Bupati Bima tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Kabupaten Bima ini, maka semua ketentuan yang mengatur Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 52 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Bima. Ditetapkan di Raba - Bima Pada tanggal, 4 Juni 2013 BUPATI BIMA, ttd H. FERRY ZULKARNAIN Diundangkan di Raba-Bima Pada tanggal 4 Juni 2013 PLT Sekretaris Daerah Kabupaten Bima, ttd Drs. H. ABDUL WAHAB BERITA DAERAH KABUPATEN BIMA TAHUN 2013 NOMOR16

25 25 Lampiran I : Bentuk dan tata cara pengisian formulir SPOP/LSPOP : Halaman depan SPOP : PEMERINTAH KABUPATEN BIMA DINAS PENDAPATAN DAERAH NO. FAKTUR SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK KANTOR DINAS PENDAPATAN DAERAH 1. JENIS TRANSAKSI 1. Perekaman Data 2. Pemutahiran Data 2. Penghapusan Data 2. N O P 3. NOP BERSAMA 4. NOP ASAL 5. NOP SPPT LAMA 6. NOMOR KTP PR DT KEC KEL/DES BLOK NO. URUT A. INFORMASI TAMBAHAN UNTUK DATA BARU B. DATA SUBJEK PAJAK KODE 7. STATUS 1. Pemilik 2. Penyewa 3. Pengelola 4. Pemakai 5. Sengketa 8. PEKERJAAN 1. PNS *) 2. ABRI 3. Pensiunan *) Lainnya 9. NAMA OBJEK PAJAK 10. NPWP 11. TLPHONE / HP 11. NAMA JALAN 13. BLOK/ KAV / NOMOR 13. KELURAHAN / DESA 15. RW 16. RT 17. KABUPATEN/KOTA MADYA C. DATA LETAK OBJEK PAJAK 19. NO PERSIL / SERTIFIKAT 20. RW 21. RT 22. CABANG 23. JALAN 24. BLOK / KAV / NOMOR D. DATA BUMI 26. LUAS TANAH 26. ZONA NILAI TANAH 27. JENIS TANAH 1. TANAH 2. KAVLING 3. TANAH 4. FASILITAS BANGUNAN SIAP BANGUN KOSONG UMUM Catatan : *) yang penghasilannya semata - mata berasal dari gaji atau uang pensiunan

26 26 Halaman Belakang SPOP : IV. DATA KOMPONEN FASILITASI 21. JUMLAH & DAYA a. Spilt unit Pk b. Barang unit Pk AC c. Floor unit Pk c Central 22. JUMLAH LIFT a. Penumpang unit b. Barang unit 23. ESKALATOR a. Labar < 0,8 m unit b. Labar < 0,8 m unit 24. PAGAR a. BATAKO Tinggi m a. BATAKO Tinggi m c. BETON Tinggi m c. BETON Tinggi m Pracetak Pracetak e. BRC Tinggi m 25. GENSET KVA 26. DAYA LISTRIK 27. SITEM PANAS ada TERPASANG tidak ada JUMLAH BANGUNAN F. PERNYATAAN SUBJEK PAJAK G. IDENTITAS PENDATA DAN PEJABAT YANG BERWENANG PETUGAS PENDATA MENGETAHUI PEJABAT YANG BERWENANG 29. TANGGAL (TGL/BLN/THN 29. TANGGAL (TGL/BLN/THN 30. TANDA TANGAN 30. TANDA TANGAN 31. NAMA JELAS 31. NAMA JELAS 32. NIP. 32. NIP. SKET / DENAH LOKASI OBJEK PAJAK KETERANGAN : gambarkan Sket/Denah lokasi Objek Pajak (tanpa skala) yang dihubungkan dengan jalan raya/ jalan protokol/jalan lingkungan dan lain-lain, yang Burhan Somad mudah diketahui oleh umum. Nurdin sebutkan batas-batas pemilikan sebelah Utara Selatan, Timur dan Barat

27 27 Halaman depan LSPOP : LAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK NO. FAKTUR 1. JENIS TRANSAKSI 1. Perekaman Data 2. Pemutahiran Data 3. Penghapusan Data 4. Penilaian Individu PR DT KEC KEL/DES BLOK PR 3. JML BANG 2. N O P 4. BANG KE IDENTITAS OBJEK 5. JENIS PENGGUNAAN 1. Perumahan 2. Perkantoran 3. Pabrik BANGUNAN (JPB) 4. Toko/Apotik/Ruko 5. RS/Klinik 6. Olah Raga/Rekreasi 7. Hotel/Resto/Wisma 8. Bengkel/Gudang 9. Gd. Pemerintah 10. Lain-lain 11. Bang. Tidak Kena Pajak 12. Bang. Parkir 13. Apart/Kondominium 14 Pompa Bensin (Kanopi) 15. Tangki Minyak 16. Gedung Sekolah 6. KONDISI UMUM 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Sedang 4. Jelek 7. TAHUN SELESAI BANGUNAN 8. TAHUN RENOVASI I. DATA KOMPONEN UTAMA 9. JUMLAH LT. BANG ( Tdk Termasuk basement) 10. JML. LT. BASEMENT 11. LUAS BANGUNAN m² Ruangan, Kamar/unit apartement (JPB ) Pabrik/Gudang Kanopi ( Selain basement) ( Selain basement) m² Luas ruangan lain 12. LUAS LANTAI BASEMENT m² 13. KONSTRUKSI Baja Batu bata Beton Kayu II. DATA KOMPONEN MATERIAL 14. MATERIAL GYPSUM Str GYPSUM Str Pas Dind Str DINDING DALAM INPORT Bsm Lokal Bsm 1/2 batu Bsm TRIPLEX Str Ply Wood Str Bsm Bsm 15. MATERIAL Kaca Jml. Lt Pas selson Jml. Lt DINDING LUAR Pas Jml. Lt Beton Jml. Lt 1/2 batu pracetak Seng Jml. Lt kayu Jml. Lt 16. PELAPIS Kaca Jml. Lt Str Wall Jml. Lt Str DINDING DALAM Inport Bsm paper Bsm Kaca Jml. Lt Str Granit Jml. Lt Str Inport Bsm Inport Bsm Marmer Jml. Lt Str Granit Jml. Lt Str Inport Bsm lokal Bsm Marmer Jml. Lt Str Keramik Jml. Lt Str lokal Bsm std Bsm Cat Jml. Lt Str Bsm 17. PELAPIS Granit Jml. Lt Marmer Jml. Lt DINDING LUAR Inport Inport Kaca Jml. Lt Granit Jml. Lt Inport lokal Marmer Jml. Lt Kaca Jml. Lt lokal lokal Keramik Jml. Lt Wall Jml. Lt std 18. LANGIT - LANGIT Gypsun Jml. Lt Str Akustik Jml. Lt Str Bsm Bsm Triplex + Jml. Lt Str Etemit Jml. Lt Str Cat 19. ATAP Pelat Genteng Genteng Asbes Seng Genteng Genteng Beton Keramik Pres Beton Gelombang Gelombang Sirap Tanah liat 20. PENUTUP Granit Jml. Lt Str Marmer Jml. Lt Str LANTAI Inport Bsm Inport Bsm Marmer Jml. Lt Str Granit Jml. Lt Str lokal Bsm lokal Bsm Karpet Jml. Lt Str Keramik Jml. Lt Str Inport Bsm standar Bsm Vanil Jml. Lt Str Karpet Jml. Lt Str Bsm lokal Bsm Lantai Jml. Lt Str Pas ubin Jml. Lt Str Kayu Bsm abu-abu Bsm Teraso Jml. Lt Str Semen Jml. Lt Str Bsm Bsm

28 28 Halaman Belakang LSPOP : IV. DATA KOMPONEN FASILITASI 21. JUMLAH & DAYA a. Spilt unit Pk b. Barang unit Pk AC c. Floor unit Pk c Central 22. JUMLAH LIFT a. Penumpang unit b. Barang unit 23. ESKALATOR a. Labar < 0,8 m unit b. Labar < 0,8 m unit 24. PAGAR a. BATAKO Tinggi m a. BATAKO Tinggi m c. BETON Tinggi m c. BETON Tinggi m Pracetak Pracetak e. BRC Tinggi m 25. GENSET KVA 26. DAYA LISTRIK 27. SITEM AIR PANAS ada TERPASANG tidak ada 28. SIS. PENGOLAHAN ada 29. KEDALAMAN m 30 RESERVOIR ada LIMBAH tidak ada SUMUR ARTERSIS tidak ada 31. PROTEKSI API a. Hydrant c. Alaram Kebakaran 32. PENANGKAL PETIR ada b. Spinkler d. Interkom tidak ada 33. JML. SALURAN PABX 34. SISTEM TATA SURYA ada ls m² tidak ada jml liter m² 36. SISTEM TV 38. JUMLAH LAPANAGAN TENIS 39. LUAS PERKERASAN a. MATV ls m² jml R b. CCTV ls m² jml R Dng lampu Tanpa lampu a. Ringan m² a. Beton ban ban b. Sedang m² 37. KOLAM RENANG b. Aspal ban ban a. luas m² c. Keras m² c. Tanah Liat ban ban b. Finishing Diplester Ding Pelapis JPB 3 (PABRIK)/JPB 8 (GUDANG) V. DATA TAMBAHAN UNTUK BANGUNAN SELAIN GEDUNG 40. Keliling m 41. Tinggi m 42 Lebar m Dinding Kolam Bentang 43. Luas Mezanin 44 Lantai Daya Dukung Tipe Ringan Sedang Berat Sangat Berat JPB 14 (POMPA BENSIN) 45. Jumlah Kanopi JPB 15 (TANGKI MINYAK) 46. Posisi Diatas tanah 47 Kapasitas Dibawah Tanah VI. PENILAIAN INDIVIDUAL ( X 1000 Rp) 48. NILAI SISTEM 49. NILAI INDIVIDUAL VII. IDENTITAS PENDATA / PEJABAT YANG BERWENANG PETUGAS PENDATA MENGETAHUI PEJABAT 29. TANGGAL (TGL/BLN/THN 29. TANGGAL (TGL/BLN/THN 30. TANDA TANGAN 30. TANDA TANGAN 31. NAMA JELAS 31. NAMA JELAS 32. NIP. 32. NIP.

29 29 Tata Cara Pengisian SPOP dan LSPOP PERHATIAN - Isilah formulir ini dengan benar, lengkap dan gunakan huruf balok. - Pengisian huruf dimulai dari kotak awal. - Pengisian angka dimulai dari kotak akhir secara berurutan dengan angka terakhir dari kanan ke kiri. No. Formulir DINAS JENIS TRANSAKSI NOP NOP BERSAMA : Diisi oleh petugas : Diisi oleh petugas : Diisi oleh petugas : Diisi oleh petugas : Diisi oleh petugas A. INFORMASI TAMBAHAN UNTUK DATA BARU NOP ASAL NO SPPT LAMA : Diisi oleh petugas : Diisi oleh petugas B. DATA LETAK OBJEK PAJAK NAMA JALAN : Isilah dengan nama alamat objek pajak. Gunakan singkatan sebagai berikut : JL untuk Jalan KAV untuk Kaveling GG untuk Gang BJ untuk Banjar KO untuk Komplek KP untuk Kampung DS untuk Dusun SB untuk Subak LK untuk Lingkungan BLK untuk Belakang DLM untuk Dalam UJ untuk Ujung BLOK/KAV/NOMOR : Isilah dengan Nomor, Blok, Kaveling. Contoh Pengisian NAMA JALAN BLOK/KAV/NOMOR NAMA JALAN BLOK/KAV/NOMOR JL SOEKARNO HATTA KAV B7 JL SULTAN SALAHUDDIN IV 10 JL SULTAN KAHARUDDIN III 15 GG AYUB 28 KP RAMBUTAN BLOK C1-22 JL CEMPAKA PUTIH ELOK BLK BLOK D1-15 KELURAHAN/DESA RW/RT : Isilah dengan nama Kelurahan/Desa dimana objek pajak berada. : Isilah dengan nomor RW/RT dimana objek pajak berada. C. DATA SUBJEK PAJAK STATUS PEKERJAAN : Berilah tanda silang (X) sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada saat formulir diisi. : Berilah tanda silang (X) pada butir 1 (PNS), 2(ABRI), 3(Pensiunan) jika penghasilan subjek pajak semata-mata berasal dari gaji atau uang pensiun. Butir 4 (Badan) diberi tanda silang (X) jika objek pajak tersebut milik Badan atau Pemerintah. Butir 5 (Lainnya) diberi tanda silang (X) jika subjek pajak adalah PNS, ABRI, Pensiunan yang mempunyai penghasilan lain diluar gaji atau uang pensiunan, dan pekerjaan lainnya selain PNS, ABRI dan Pensiunan.

30 30 NAMA SUBJEK PAJAK : Isilah dengan lengkap. Gelar, titel, pangkat dan yang sejenis, penulisannya disingkat di belakang nama subjek pajak setelah koma diberi jarak satu spasi dan diakhiri dengan titik. Contoh : ABY LYLA, H. ABU GANI, JEND. ARIEF VONY, PROF.DR.IR.SH. NPWP : Isilah dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Jika objek pajak milik perorangan maka NPWP yang dicantumkan adalah NPWP Perseorangan. NAMA JALAN : Isilah dengan nama jalan/alamat subjek pajak sesuai petunjuk huruf B. KELURAHAN/DESA : Isilah dengan nama kelurahan/desa dimana subjek pajak bertempat tinggal. RW/RT : Isilah dengan nama RW/RT dimana subjek pajak bertempat tinggal. KABUPATEN/KOTA MADYA KODE POS : Isilah dengan nama Kabupaten /kodya dan nomor kode pos dimana subjek pajak bertempat tinggal. NOMOR KTP : Isilah dengan Nomor KTP dari subjek pajak perseorangan. D. DATA TANAH LUAS TANAH ZONA NILAI TANAH JENIS TANAH : Isilah dengan luas tanah objek pajak yang dimiliki/dimanfaatkan (dalam meter persegi) sesuai dengan petunjuk pengisian angka. : Diisi oleh petugas. : Berilah tanda silang (X) sesuai dengan pemanfaatan tanah, pada Kolom yang tersedia. E. DATA BANGUNAN JUMLAH BANGUNAN : Isilah dengan jumlah bangunan yang ada pada objek pajak (bidang tanah) yang bersangkutan. Setiap bangunan, adanya harus dirinci ke dalam satu lampiran SPOP. F. PERNYATAAN SUBJEK PAJAK NAMA SUBJEK PAJAK /KUASANYA, TANGGAL, TANDA TANGAN : Isilah diatas masing-masing garis yang disediakan. G. IDENTITAS PENDATA / PEJABAT YANG BERWENANG Diisi oleh petugas. SKET/DENAH LOKASI OBJEK PAJAK - Diisi /digambar oleh Subjek Pajak jika subjek pajak mendaftarkan objek pajaknya. - Apabila kegiatan pendataan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, Sket/Denah Lokasi objek pajak tidak perlu diisi / digambar.

31 31 PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN SPOP UNTUK SUBJEK PAJAK 1. Jenis Transaksi : Diisi oleh petugas 2. NOP : Diisi oleh petugas 3. Jumlah Bangunan : Diisi oleh petugas 4. Bangunan Ke : Diisi oleh petugas A. RINCIAN DATA BANGUNAN 5. Jenis Penggunaan Bangunan (JPB) : Berilah tanda silang (x) sesuai dengan pemanfaatan bangunan saat ini. Apabila penggunaan satu bangunan lebih dari satu jenis, masing-masing penggunaan bangunan menggunakan 1 (satu) lembar lampiran SPOP sesuai dengan JPB-nya. Contoh: - Lantai basement untuk parkir (JPB=12) - Lantai 1-6 untuk perkantoran (JPB=2) - Lantai 7 dan seterusnya untuk apartemen (JPB=13) 6. Luas Bangunan : Isilah jumlah luas lantai bangunan termasuk teras, balkon dan bangunan tambahan lainnya. 7. Jumlah Lantai : Isilah jumlah lantai yang ada. 8. Tahun Dibangun : Cukup jelas. 9. Tahun Direnovasi : Isilah dengan tahun terakhir yang direnovasi. 10. Daya Listrik Terpasang/watt : Isilah daya listrik sesuai yang tertera dalam rekening. 11. Kondisi Pada Umumnya : Cukup jelas. 12. Kontruksi : Cukup jelas. 13. Atap : Berilah tanda silang (x) sesuai dengan bahan yang digunakan. Jika bahan yang digunakan lebih dari satu jenis, pilih/cantumkan bahan yang utama/dominan. 14. Dinding : Berilah tanda silang (x) sesuai dengan bahan yang digunakan. Jika bahan yang digunakan lebih dari satu jenis, pilih/cantumkan bahan yang utama/dominan. 15. Lantai : Berilah tanda silang (x) sesuai dengan bahan yang digunakan. Jika bahan yang digunakan lebih dari satu jenis, pilih/cantumkan bahan yang utama/dominan. 16. Langit-langit : Berilah tanda silang (x) sesuai dengan bahan yang digunakan. Jika bahan yang digunakan lebih dari satu jenis, pilih/cantumkan bahan yang utama/dominan.

32 32 B. FASILITAS 17. Jumlah AC : Cukup jelas. 18. AC Central : Cukup jelas. 19. Luas kolam renang : Cukup jelas. 20. Luas perkerasan halaman : Isilah luas perkerasan halaman sesuai dengan typenya. - Kontruksi ringan : Tebal rata-rata 6 cm, biasanya menggunakan beton ringan. - Kontruksi sedang : Tebal rata-rata 10 cm, untuk parkir mobil pribadi, biasanya menggunakan beton, aspal atau paving block. - Kontruksi berat : Tebal rata-rata lebih dari 10 cm, menggunakan beton dilapis aspal, untuk halaman pabrik /industri. - Penutup lantai misalnya : dengan keramik dll. 21. Jumlah lapangan tennis : Cukup jelas. 22. Jumlah lift : Cukup jelas. 23. Jumlah tangga berjalan : Cukup jelas. 24. Panjang pagar, bahan pagar : Cukup jelas. 25. Pemadam kebakaran : Cukup jelas. 26. Jumlah/sal. pesawat PABX : Isilah sesuai dengan jumlah saluran telepon (extension) yang dihubungkan dengan PABX. 27. Kedalaman sumur artesis : Cukup jelas.

33 33 PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN SPOP (UNTUK PETUGAS) A. RINCIAN DATA BANGUNAN : diisi wajib pajak. B. FASILITAS : diisi wajib pajak C. DATA TAMBAHAN UNTUK JPB = 3/8 28. Tinggi kolom : diisi dengan tinggi kolom bangunan 29. Lebar bentang : diisi dengan lebar bentang bangunan Contoh : tinggi kolom lebar bentang lebar bentang 30. Daya dukung lantai : diisi daya dukung lantai 31. Keliling dinding : keliling dinding = 2 x (panjang + lebar) 32. Luas Mezzanine : Mezzanine atau lantai antara, adalah lantai tambahan yang terletak di dalam bangunan dengan ketinggian 2 3 m dari lantai, dan biasanya digunakasn untuk kantor atau tempat penyimpanan barang. Mezzanine D. DATA TAMBAHAN UNTUK BANGUNAN NON-STANDARD PERKANTORAN SWASTA/GEDUNG PEMERINTAH (JPB=2/9) 33. Kelas bangunan : diisi kelas bangunan TOKO/APOTIK/PASAR/RUKO (JPB = 4) 34. Kelas bangunan : diisi kelas bangunan RUMAH SAKIT/KLINIK ( JPB = 5) 35. Kelas Bangunan : diisi kelas bangunan 36. Luas Kamar dengan AC Central : Untuk mendapatkan luas, caranya dengan mengalikan jumlah umumnya kamar dengan luas sesuai type masing-masing. 37. Luas Ruangan Lain dengan AC sentral : Diisi dengan luas ruangan selain kamar, termasuk ruang kantor dan ruangan - ruangan yang lain.

34 34 OLAH RAGA/REKREASI (JPB = 6) 38. Kelas bangunan : diisi kelas bangunan HOTEL/RESTORAN/WISMA (JPB = 7) 39. Jenis hotel : Non Resort adalah jenis hotel yang biasanya terdapat di dalam kota dan aktivitas penghuni umumnya dalam rangka bisnis. Contoh : Hotel Indonesia Jakarta, Hotel Simpang Surabaya, Hotel Tiara Medan. Resort adalah jenis hotel yang lokasinya di daerahdaerah tempat wisata dan aktivitas penghuninya adalah dalam rangka liburan. Contoh : Hotel Kalaki Beach Bima, Hotel Parapat Danau Toba, Hotel Senggigi Lombok. 40. Jumlah Bintang : Diisi sesuai dengan klasifikasi hotel. 41. Jumlah Kamar : Diisi dengan jumlah seluruh kamar dari semua type. 42. Luas Kamar Dengan AC Sentral : Untuk mendapatkan luas caranya dengan mengalikan jumlah kamar dengan luas sesuai type masing-masing. Ukuran kamar umumnya standard. 43. Luas Ruangan Lain Dengan AC Sentral : Diisi dengan ruangan lain selain kamar, termasuk ruan pertemuan, lobby dan restaurant. BANGUNAN PARKIR (JPB = 12) 44. Type Bangunan : diisi type bangunan APARTEMEN/KONDOMINIUM (JPB = 13) 45. Kelas Bangunan : diisi kelas bangunan 46. Jumlah Apartemen : Diisi sesuai dengan jumlah unit-unit apartemen yang ada (bukan jumlah gedung). 47. Luas Apartemen Dengan AC Sentral : Untuk mendapatkan luas, caranya dengan mengalikan jumlah unit apartemen dengan luas sesuai type masing-masing. Ukuran unit apartemen umumnya standard. 48. Luas Ruangan Lain Dengan AC Sentral : Diisi dengan luas ruangan lain selain kamar, termasuk ruan pertemuan, lobby dan restaurant. TANGKI MINYAK (JPB=15) 49. Kapasitas Tangki : Diisi sesuai dengan kapasitas tangki yang ada. (pengisian kapasitas agar disesuaikan dengan keadaan di lapangan). 50. Letak Tangki : Cukup jelas GEDUNG SEKOLAH (JPB=16) 51. Kelas Bangunan : diisi kelas bangunan

35 35 E. PENILAIAN INDIVIDUAL 52. Nilai Sistem : Nilai hasil perhitungan komputer 53. Nilai Individual : Kolom ini diisi untuk objek pajak yang dinilainya dihitung dengan menggunakan penilaian individual. F. IDENTITAS PENDATA/PEJABAT YANG BERWENANG Nomor 54 s/d 62 : Cukup jelas BUPATI BIMA H. FERRY ZULKARNAIN

36 36 Lampiran II : Bagan alur penyampaian SPOP/LSPOP-PBB. BAGAN ALUR PENYAMPAIAN SPOP/LSOP PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DINAS UPTD / KECAMATAN DESA WAJIB PAJAK Keterangan : : Penyampaian SPOP / LSPOP : Koordinasi : Berita Acara Penyampaian BUPATI BIMA H. FERRY ZULKARNAIN

37 37 Lampiran III : Bentuk dan Format SPPT dan DHKP Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan KABUPATEN BIMA DINAS PENDAPATAN DAERAH NOP : SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TAHUN 2014 LETAK OBJEK PAJAK SPPT PBB P2 BUKAN MERUPAKAN BUKTI KEPEMILIKAN HAK NAMA DAN ALAMAT WAJIB PAJAK NPWP : OBJEK PAJAK LUAS (M2) KELAS NJOP PER M2 (RP) TOTAL NJOP (RP) BUMI BANGUNAN NJOP sebagai dasar pengenaan PBB = NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak) = NJOP untuk penghitungan PBB = NJKP (Nilai Jual Kena Pajak) = PBB yang Terutang = 0,3 % X PAJAK BUMI DAN BANGUNAN YANG HARUS DIBAYAR (RP) TGL. JATUH TEMPO TEMPAT PEMBAYARAN = = BIMA, a.n. KEPALA DINAS PENDAPATAN KABUPATEN BIMA,

38 38 TEMPAT PEMBAYARAN KABUPATEN KECAMATAN DAFTAR HIMPUNAN KETETAPAN PAJAK DAN PEMBAYARAN BUKU TAHUN : : DESA : : NOMOR NOP NOMOR ALAMAT OBJEK PAJAK/ PERUBAHAN TANGGAL NAMA WAJIB PAJAK PAJAK TERHUTANG INDUK WAJIB PAJAK PAJAK BAYAR BUPATI BIMA H. FERRY ZULKARNAIN

39 39 Lampiran IV : Bagan alur penyampaian SPPT dan DHKP PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN. BAGAN ALUR PENYAMPAIAN SPPT DAN DHKP PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DINAS UPTD/ KECAMATAN DESA WAJIB PAJAK Keterangan : : Penyampaian SPPT dan DHKP : Koordinasi : Berita Acara Penyampaian BUPATI BIMA H. FERRY ZULKARNAIN

40 40 Lampiran IV : Bentuk dan Format Berita Acara Penyerahan SPPT dan DHKP. PEMERINTAH KABUPATEN BIMA DINAS PENDAPATAN DAERAH Jalan... BERITA ACARA PENYERAHAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERHUTANG (SPPT) DAN DAFTAR HIMPUNAN KETETAPAN DAN PEMBAYARAN PAJAK (DHKP) PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN KABUPATEN BIMA TAHUN... Pada hari ini..., tanggal,... tahun... Yang bertanda tangan dibawah ini : I. Nama : NIP : Jabatan : Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA II. Nama : NIP : Jabatan : Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA menyerahkan kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA menerima dari PIHAK PERTAMA Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) dan Daftar Himpunan Ketetapan dan Pembayaran (DHKP). Tahun : Sektor : Desa : Dengan jumlah pajak terhutang sebesar Rp.... Dengan uraian sebagai berikut : 1. Jumlah Surat Pemritahuan Pajak Terhutang (SPPT) sebanyak... lembar/wp. 2. Daftar Humpinan Ketetapan dan Pembayaran (DHKP) sebanyak... Buku. Untuk disampaikan kepada wajib pajak sebagai berikut : 1. SPPT perubahan harus disampaikan kepada wajib pajak selambat-lambatnya tanggal Pajak terhutang PBB P2 agar dibayar lunas pada tempat pembayaran yang telah ditentukan. 3. Tanggal jatuh tempo pembayaran adalah Apabila saat jatuh tempo pembayaran pajak terhutang belum lunas dibayar akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

41 41 5. Pembayaran oleh wajib pajak melalui petugas pemungut agar menggunakan Surat Tanda Terima Setoran (STTS). Demikian Berita Acara ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Yang Menerima... Yang Menyerahkan KEPALA DINAS PENDAPATAN KABUPATEN BIMA (...) (...) NIP.... BUPATI BIMA H. FERRY ZULKARNAIN

42 42 Lampiran V : Bentuk Struk SPPT. NAMA WP : Diterima tanggal : LETAK OBYEK PAJAK : KECAMATAN : Tanda Tangan DESA/KELURAHAN : NOP SPPT TAHUN/Rp. : (...) Nama Terang BUPATI BIMA H. FERRY ZULKARNAIN

43 43 Lampiran VI : Bentuk dan Format SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDKLB, Surat Keputusan Pembetulan dan Surat Keputusan Keberatan. A. Bentuk dan isi SKPD. PEMERINTAH KABUPATEN BIMA DINAS PENDAPATAN DAERAH Jln, Soekarno Hatta Telp SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH (SKPD) TAHUN:.. NOMOR SKPD 1. NAMA JENIS PAJAK 2. NAMA WAJIB PAJAK 3. ALAMAT 4. NPWPD No OBJEK PAJAK PERHITUNGAN PAJAK.. PERHITUNGAN LUAS (M 2 ) KELAS NJOP PER M 2 (Rp.) TOTAL NJOP (Rp.) = (3 x 5) JUMLAH TOTAL....RP. TARIF PAJAK..% JUMLAH PAJAK TERUTANG =...% x Rp. Rp. DENGAN HURUF (.) TANGGAL PEMBAYARAN SELAMBAT-LAMBATNYA TGL : TEMPAT PEMBAYARAN :..., a.n. KEPALA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BIMA Lembar 1 : Untuk Wajib Pajak Lembar 2 : Untuk Petugas Pemungut Lembar 3 : Untuk Dispenda Lembar 4 : Untuk Arsip (*) diisi sesuai keperluan

44 44 B. Bentuk dan isi SKPDKB. SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH KURANG BAYAR (SKPDKB) NOMOR SKPDKB PEMERINTAH KABUPATEN BIMA DINAS PENDAPATAN DAERAH Jln, Soekarno Hatta Telp TAHUN:.. 5. NAMA JENIS PAJAK 6. NAMA WAJIB PAJAK 7. ALAMAT 8. NPWPD No OBJEK PAJAK PERHITUNGAN PAJAK.. PERHITUNGAN LUAS (M 2 ) KELAS NJOP PER M 2 (Rp.) TOTAL NJOP (Rp.) = (3 x 5) JUMLAH TOTAL....RP. TARIF PAJAK..% JUMLAH PAJAK TERUTANG =...% x Rp. Rp. JUMLAH PEMBAYARAN SEBELUMNYA Rp. ( - ) JUMLAH PAJAK DAERAH KURANG BAYAR Rp DENGAN HURUF (.) TANGGAL PEMBAYARAN SELAMBAT-LAMBATNYA TGL : TEMPAT PEMBAYARAN :..., a.n. KEPALA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BIMA Lembar 1 : Untuk Wajib Pajak Lembar 2 : Untuk Petugas Pemungut Lembar 3 : Untuk Dispenda Lembar 4 : Untuk Arsip (*) diisi sesuai keperluan

45 45 C. Bentuk dan isi SKPDKBT. SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH KURANG BAYAR TAMBAHAN (SKPDKBT) NOMOR SKPDKBT PEMERINTAH KABUPATEN BIMA DINAS PENDAPATAN DAERAH Jln, Soekarno Hatta Telp TAHUN:.. 9. NAMA JENIS PAJAK 10. NAMA WAJIB PAJAK 11. ALAMAT 12. NPWPD No OBJEK PAJAK PERHITUNGAN PAJAK.. PERHITUNGAN LUAS (M 2 ) KELAS NJOP PER M 2 (Rp.) TOTAL NJOP (Rp.) = (3 x 5) JUMLAH TOTAL....RP. TARIF PAJAK..% JUMLAH PAJAK TERUTANG =...% x Rp. Rp. JUMLAH PEMBAYARAN SEBELUMNYA Rp. ( - ) JUMLAH PAJAK DAERAH KURANG BAYAR Rp. DENDA % / BULAN Rp. ( + ) JUMLAH PAJAK DAERAH KURANG BAYAR TAMBAHAN Rp. DENGAN HURUF (.) TANGGAL PEMBAYARAN SELAMBAT-LAMBATNYA TGL : TEMPAT PEMBAYARAN :..., a.n. KEPALA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BIMA Lembar 1 : Untuk Wajib Pajak Lembar 2 : Untuk Petugas Pemungut Lembar 3 : Untuk Dispenda Lembar 4 : Untuk Arsip (*) diisi sesuai keperluan

46 46 D. Bentuk dan isi SKPDLB. SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH LEBIH BAYAR (SKPDLB) NOMOR SKPDLB PEMERINTAH KABUPATEN BIMA DINAS PENDAPATAN DAERAH Jln, Soekarno Hatta Telp TAHUN: NAMA JENIS PAJAK 14. NAMA WAJIB PAJAK 15. ALAMAT 16. NPWPD No OBJEK PAJAK PERHITUNGAN PAJAK.. PERHITUNGAN LUAS (M 2 ) KELAS NJOP PER M 2 (Rp.) TOTAL NJOP (Rp.) = (3 x 5) JUMLAH TOTAL....RP. TARIF PAJAK..% JUMLAH PAJAK TERUTANG =...% x Rp. Rp. JUMLAH PEMBAYARAN SEBELUMNYA Rp. ( - ) JUMLAH PAJAK DAERAH LEBIH BAYAR Rp. DENGAN HURUF (.) TANGGAL PEMBAYARAN SELAMBAT-LAMBATNYA TGL : TEMPAT PEMBAYARAN :..., a.n. KEPALA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BIMA Lembar 1 : Untuk Wajib Pajak Lembar 2 : Untuk Petugas Pemungut Lembar 3 : Untuk Dispenda Lembar 4 : Untuk Arsip (*) diisi sesuai keperluan

47 47 E. Bentuk Surat Keputusan Pembetulan. KEPUTUSAN BUPATI BIMA NOMOR : TENTANG KEBERATAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN TAHUN PAJAK... DESA.KECAMATAN.KABUPATEN BIMA TAHUN BUPATI BIMA Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan pengajuan keberatan atas Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Tahun Pajak yang diajukan secara kolektif melalui kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam surat Nomor..tanggal, maka telah melakukan pemeriksaan kantor dan lapangan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bima sebagaimana tertuang dalam laporan Hasil Pemeriksaan Kantor dan Pemeriksaan Lapangan Keberatan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan No. b. bahwa berdasarkan hasil laporan Hasil Pemeriksaan Kantor dan Pemeriksaan lapangan Keberatan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, sebagaimana tertuang dalam huruf a, maka terhadap keberatan tersebut dapat diterima seluruhnya/diterima sebagian/ditolak/perlu dilakukan penambahan besarnya Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tertuang dalam huruf a dan b, perlu menetapkan Keputusan Bupati tentang keberatan atas Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan tahun pajak Desa..Kecamatan..Kabupaten Bima. Mengingat : MEMUTUSKAN Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI BIMA TENTANG KEBERATAN ATAS SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN TAHUN PAJAK KESATU : Ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan atas pengajuan keberatan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang diajukan secara kolektif sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan Bupati Bima.

48 48 KEDUA KETIGA : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam Keputusan Bupati ini, maka kekeliruan tersebut akan dibetulkan sebagaimana mestinya. : Keputusan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Raba-Bima Pada tanggal :. Bupati Bima, Tembusan ; disampaikan kepada Yth : 1. Kepala UPTD Dinas Pendapatan Kec.di Tempat 2. Kepala Desa.di Tempat

49 49 F. Bentuk Surat Keputusan Keberatan. KEPUTUSAN BUPATI BIMA NOMOR :. TENTANG KEBERATAN ATAS SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERUTANG, SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH, SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH KURANG BAYAR, SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH KURANG BAYAR TAMBAHAN ATAU SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH LEBIH BAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DESA.KECAMATAN.KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan pengajuan keberatan atas Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan Atau Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Nomor..tanggal.. Tahun Pajak oleh Wajib Pajak/Kuasa dari Wajib Pajak.. sebagaimana dimaksud dalam surat Nomor..,.tanggal.., maka telah dilakukan pemeriksaan kantor dan lapangan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bima sebagaimana dituangkan dalam laporan Hasil Pemeriksaan Kantor dan Pemeriksaan lapangan Keberatan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan Atau Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan No...tanggal b. bahwa berdasarkan hasil laporan Hasil Pemeriksaan Kantor dan Pemeriksaan lapangan Keberatan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan Atau Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, sebagaimana tertuang dalam huruf a, maka terhadap keberatan tersebut dapat diterima seluruhnya/ diterima sebagian/ditolak/perlu dilakukan penambahan besarnya Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang*); c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tertuang dalam huruf a dan b, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bima tentang Keberatan atas Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan Atau Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan No...tanggal..

50 50 Mengingat : MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI BIMA TENTANG KEBERATAN ATAS SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERUTANG, SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH, SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH KURANG BAYAR, SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH KURANG BAYAR TAMBAHAN ATAU SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH LEBIH BAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN NOMOR.TANGGAL KESATU : Menerima seluruhnya/ diterima sebagian/ ditolak/ perlu dilakukan penambahan besarnya Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang*) terhadap pengajuan keberatan atas Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan Atau Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan. a. Wajib pajak Nama :.. NPWP :.. Alamat :.. b. NOP Tahun Pajak :.. Pajak yang terutang : Rp... ( ) c. Obyek pajak Alamat :.. Desa :.. Kecamatan :.. Kabupaten : Bima. KEDUA : Perhitungan besarnya Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang sebagaimana dimaksud pada diktum kesatu adalah sebagai berikut : Luas (M2) NJOP/M2 (Rp.) Pajak Uraian Bumi Bangunan Bumi Bangunan Terutang (2x4)+(3x5) Semula Menjadi KETIGA : Berdasarkan perhitungan sebagaimana dimaksud pada diktum kedua, maka besarnya Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang menjadi sebesar Rp. (..)

51 51 KEEMPAT : KELIMA Apabila dikemudian hari diketahui terdapat kekeliruan dalam Keputusan Bupati Bima ini, maka kekeliruan tersebut akan dibetulkan sebagaimana mestinya. : Keputusan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Raba-Bima Pada tanggal :. BUPATI BIMA, Tembusan : Yth. Sdr. Kepala UPTD Dinas Pendapatan Kecamatan.di Tempat *) Coret yang tidak perlu BUPATI BIMA, H. FERRY ZULKARNAIN

52 52 Lampiran VII : Tata cara pengisian SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan SKPDLB. A. CARA PENGISIAN SKPD 1. Nomor 1, diisi Jenis Pajak 2. Nomor 2, diisi Nama Wajib Pajak 3. Nomor 3, diisi Alamat Wajib Pajak 4. Nomor 4, diisi Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD). 5. Untuk Tabel Perhitungan Pajak : a. Kolom (1) diisi nomor urut b. Kolom (2) diisi Objek Pajak c. Kolom (3) diisi Luas d. Kolom (4) diisi Kelas tanah e. Kolom (5) diisi NJOP per meter persegi (M 2 ) f. Kolom (6) diisi Total NJOP (Kolom (3) x Kolom (5)) 6. Tarif Pajak adalah tarif sesuai dengan ketentuan PERDA. 7. Jumlah Pajak Terutang adalah Tarif Pajak dikalikan dengan total harga (kolom 6). 8. Tanggal Pembayaran adalah tanggal melakukan pembayaran Pajak terutang. 9. Tempat Pembayaran adalah tempat melakukan pembayaran Pajak terutang. 10. Tanggal Penerbitan SKPD adalah tanggal diterbitkannya SKPD 11. Tanda Tangan, ditanda tangani oleh Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kab.Bima. B. CARA PENGISIAN SKPDKB 1. Nomor 1, diisi Jenis Pajak 2. Nomor 2, diisi Nama Wajib Pajak 3. Nomor 3, diisi Alamat Wajib Pajak 4. Nomor 4, diisi Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD). 5. Untuk Tabel Perhitungan Pajak : a. Kolom (1) diisi nomor urut b. Kolom (2) diisi Objek Pajak c. Kolom (3) diisi Luas d. Kolom (4) diisi Kelas tanah e. Kolom (5) diisi NJOP per meter persegi (M 2 ) f. Kolom (6) diisi Total NJOP (Kolom (3) x Kolom (5)) 6. Tarif Pajak adalah tarif sesuai dengan ketentuan PERDA. 7. Jumlah Pajak Terutang adalah Tarif Pajak dikalikan dengan total harga (kolom 6). 8. Jumlah Pembayaran sebelumnya adalah Tarif Pajak yang sudah dibayar. 9. Jumlah Pajak kurang bayar adalah jumlah Pajak terutang dikurangi dengan jumlah pembayaran sebelumnya (kolom 8). 10. Tanggal Pembayaran adalah tanggal melakukan pembayaran Pajak terutang. 11. Tempat Pembayaran adalah tempat melakukan pembayaran Pajak terutang. 12. Tanggal Penerbitan SKPDKB adalah tanggal diterbitkannya SKPDKB. 13. Tanda Tangan, ditanda tangani oleh Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kab.Bima. C. CARA PENGISIAN SKPDKBT 1. Nomor 1, diisi Jenis Pajak 2. Nomor 2, diisi Nama Wajib Pajak 3. Nomor 3, diisi Alamat Wajib Pajak 4. Nomor 4, diisi Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD). 5. Untuk Tabel Perhitungan Pajak : a. Kolom (1) diisi nomor urut b. Kolom (2) diisi Objek Pajak c. Kolom (3) diisi Luas d. Kolom (4) diisi Kelas tanah

53 53 e. Kolom (5) diisi NJOP per meter persegi (M 2 ) f. Kolom (6) diisi Total NJOP (Kolom (3) x Kolom (5)) 6. Tarif Pajak adalah tarif sesuai dengan ketentuan PERDA. 7. Jumlah Pajak Terutang adalah Tarif Pajak dikalikan dengan total harga (kolom 6). 8. Jumlah Pembayaran sebelumnya adalah Tarif Pajak yang sudah dibayar. 9. Jumlah Pajak kurang bayar adalah jumlah Pajak terutang dikurangi dengan jumlah pembayaran sebelumnya (kolom 8). 10. Denda adalah denda administratif sebesar 2 % setiap bulan. 11. Jumlah Pajak kurang bayar Tambahan adalah jumlah pajak terutang ditambah denda (kolom 10). 12. Tanggal Pembayaran adalah tanggal melakukan pembayaran Pajak terutang. 13. Tempat Pembayaran adalah tempat melakukan pembayaran Pajak terutang. 14. Tanggal Penerbitan SKPDKB adalah tanggal diterbitkannya SKPDKB. 15. Tanda Tangan, ditanda tangani oleh Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kab.Bima. D. CARA PENGISIAN SKPDLB 1. Nomor 1, diisi Jenis Pajak 2. Nomor 2, diisi Nama Wajib Pajak 3. Nomor 3, diisi Alamat Wajib Pajak 4. Nomor 4, diisi Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD). 5. Untuk Tabel Perhitungan Pajak : a. Kolom (1) diisi nomor urut b. Kolom (2) diisi Objek Pajak c. Kolom (3) diisi Luas d. Kolom (4) diisi Kelas tanah e. Kolom (5) diisi NJOP per meter persegi (M 2 ) f. Kolom (6) diisi Total NJOP (Kolom (3) x Kolom (5)) 6. Tarif Pajak adalah tarif sesuai dengan ketentuan PERDA. 7. Jumlah Pajak Terutang adalah Tarif Pajak dikalikan dengan total harga (kolom 6). 8. Jumlah Pembayaran sebelumnya adalah Tarif Pajak yang sudah dibayar. 9. Jumlah Pajak lebih bayar adalah jumlah Pajak terutang dikurangi dengan jumlah pembayaran sebelumnya (kolom 8). 10. Tanggal Pembayaran adalah tanggal melakukan pembayaran Pajak terutang. 11. Tempat Pembayaran adalah tempat melakukan pembayaran Pajak terutang. 12. Tanggal Penerbitan SKPDKB adalah tanggal diterbitkannya SKPDKB. 13. Tanda Tangan, ditanda tangani oleh Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kab.Bima. BUPATI BIMA, H. FERRY ZULKARNAIN

54 54 Lampiran VIII : Bentuk dan Fomat TTS dan STTS. KABUPATEN BIMA KABUPATEN BIMA DINAS PENDAPATAN DAERAH DINAS PENDAPATAN DAERAH TANDA TERIMA SEMENTARA PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN Nomor WP : Alamat : Desa : Kecamatan : No. SPPT : Jumlah Pembayaran : Rp.... (...) Telah terima dari Wajib Pajak PBB P2 : Nama Alamat Desa Kecamatan No. SPPT Pembayaran PBB Tahun... sebesar Rp... (...)... Petugas Pemungut PBB P2 (...) KABUPATEN BIMA DINAS PENDAPATAN DAERAH Tempat Pembayaran Telah menerima pembayaran PBB P2 Th. Nama Wajib Pajak Letak Objek Pajak Nomor SPPT (NOP) Sejumlah Tanggal Pembayaran Jumlah yang dibayar SURAT TANDA TERIMA SETORAN (STTS) : : : : : : Rp. : : Rp. dari : Kec. Desa Tanda terima dari Lembaran Dispenda cap Bank BUPATI BIMA, H. FERRY ZULKARNAIN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, PERATURAN BUPATI KLUNGKUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN S A L I N A N BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKULU TENGAH,

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKULU TENGAH, PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKULU

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang : a. bahwa pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan

Lebih terperinci

BUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal

Lebih terperinci

WALIKOTA BAUBAU PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR : 7 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

WALIKOTA BAUBAU PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR : 7 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN WALIKOTA BAUBAU PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR : 7 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAUBAU, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONOROGO, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI GOWA PAJAK PARKIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA,

BUPATI GOWA PAJAK PARKIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA, BUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf g Undang Undang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN 1 Menimbang : a. Mengingat : 1. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf e Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkan Undang-Undang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 5 SERI B

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 5 SERI B BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 5 SERI B PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN YANG SUDAH KADALUARSA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. Mengingat : 1. bahwa dalam rangka memperkuat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI TAHUN 2010 DAFTAR ISI NO.

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI, RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf b Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa potensi penerangan jalan yang sangat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NUNUKAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN YANG SUDAH KEDALUWARSA DI KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN

Lebih terperinci

BUPATI BULULUKUMBA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Nomor : 3 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BULULUKUMBA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Nomor : 3 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULULUKUMBA Menimbang : a Mengingat : 1. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Nomor : 3 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. Mengingat : 1. BUPATI BANDUNG BARAT, bahwa pajak parkir merupakan salah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANGGARAI BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan

Lebih terperinci

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, 2 Menimbang : a. bahwa Pajak Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUNA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PEMERINTAH KABUPATEN MUNA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PEMERINTAH KABUPATEN MUNA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUNA NOMOR ({. TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUNA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN RANCANGAN PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGETAN, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2011 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2011

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2011 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2011 LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2011 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON, Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara

6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara BUPATI MAJENE Menimbang: PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (2) huruf

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU, Menimbang Mengingat : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf b Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO, Menimbang : a. bahwa Pajak Air Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2)

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf d Undang-Undang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH YANG DIBAYAR SENDIRI OLEH WAJIB PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

Lebih terperinci

NO. PERDA NOMOR 2 TAHUN 2011 PERDA NOMOR 17 TAHUN 2016 KET 1. Pasal 1. Tetap

NO. PERDA NOMOR 2 TAHUN 2011 PERDA NOMOR 17 TAHUN 2016 KET 1. Pasal 1. Tetap MATRIKS PERBANDINGAN PERDA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DAN PERDA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERDA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMENEP Menimbang Mengingat : : a. bahwa pajak daerah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK PARKIR BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI TAHUN 2013 DAFTAR ISI NO. URAIAN

Lebih terperinci

BUPATI TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BUPATI TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN BUPATI TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANA TORAJA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa Pajak Daerah merupakan salah satu

Lebih terperinci

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA GORONTALO, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, Menimbang : a. 2 bahwa Pajak Daerah merupakan salah satu sumber

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 07 TAHUN 2012 TLD NO : 07

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 07 TAHUN 2012 TLD NO : 07 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 07 TAHUN 2012 TLD NO : 07 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN Menimbang : a. Mengingat : 1. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA,

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang : a. bahwa Peraturan

Lebih terperinci

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT SALINAN BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 73 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN DAN BANDING ATAS PAJAK AIR TANAH, PAJAK REKLAME DAN PAJAK

Lebih terperinci

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET PEMERINTAH KABUPATEN SIGI TAHUN 2014 0 BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf h Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI TENGAH, Menimbang : a. bahwa pajak daerah merupakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH } PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat WALIKOTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARO JAMBI, Menimbang : a. bahwa Pajak Air

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR : 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGGAMUS, Menimbang : a. bahwa untuk menyelenggarakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANGGARAI BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANGGARAI BARAT, PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK AIR TANAH Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANGGARAI BARAT, a. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 05 TAHUN 2012 TLD NO : 05

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 05 TAHUN 2012 TLD NO : 05 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 05 TAHUN 2012 TLD NO : 05 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN PEMERINTAH KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI PURWAKARTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HALMAHERA TIMUR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HALMAHERA TIMUR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HALMAHERA TIMUR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf b

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 10 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 10 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 10 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SUNGAI PENUH, Menimbang :

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN - 1 - PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf c Undang-Undang Nomor 28 Tahun

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONOROGO, Menimbang : a. bahwa pajak daerah merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28

Lebih terperinci

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 106 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN YANG SUDAH

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2010 NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2010 NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2010 NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON, Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI TANGGAL : 10 OKTOBER 2011 NOMOR : 8 TAHUN 2011 TENTANG : PAJAK RESTORAN Sekretariat Daerah Kota Sukabumi Bagian Hukum 2011

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA Menimbang : a. bahwa berdasarkan pasal 2 ayat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, Menimbang : a. 2 bahwa Pajak Daerah merupakan salah satu

Lebih terperinci

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA GORONTALO,

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA GORONTALO, WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA GORONTALO, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 28

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU,

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa pajak daerah merupakan salah satu sumber

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG

PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG, Menimbang a. bahwa dengan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYISIHAN DAN PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang Mengingat : : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 2 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA AMBON,

PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 2 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA AMBON, PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 2 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA AMBON, Menimbang : a. bahwa Pajak Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI TENGAH,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI TENGAH, PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI TENGAH, Menimbang : a. bahwa pajak daerah merupakan salah satu

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 NOMOR 39 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 39 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 13 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 13 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 13 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun

Lebih terperinci

BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUTON,

BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUTON, SALINAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUTON, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2)

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : Mengingat : a.

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

GUBERNUR SULAWESI TENGAH SALINAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH PERATURAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG PAJAK AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 17

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 39 TAHUN : 2012 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN, PAJAK HIBURAN, PAJAK PENERANGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 27 TAHUN : 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS, TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN

BUPATI MUSI RAWAS, TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS, Menimbang : a. bahwa salah satu sumber pendapatan

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU,

BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU, BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pendapatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA MEDAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN

PEMERINTAH KOTA MEDAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN PEMERINTAH KOTA MEDAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN Menimbang : a. bahwa Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU. Nomor 11 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU. Nomor 11 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU Nomor 11 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA LUBUKLINGGAU, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 16 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 16 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 16 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf h Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2011 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2011 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2011 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON, Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 02 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 02 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 02 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS Menimbang : a. bahwa Pajak Daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang penting,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu PERATURAN DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS, TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS, TENTANG BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS, Menimbang : a. bahwa salah satu sumber pendapatan

Lebih terperinci