PENENTUAN MODEL GEOID LOKAL DELTA MAHAKAM BESERTA ANALISIS
|
|
- Yanti Darmali
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III PENENTUAN MODEL GEOID LOKAL DELTA MAHAKAM BESERTA ANALISIS 3.1 Penentuan Model Geoid Lokal Delta Mahakam Untuk wilayah Delta Mahakam metode penentuan undulasi geoid yang sesuai adalah metode kombinasi yang mengkombinasikan model geopotensial EIGEN-GL04C dengan data gangguan gayaberat lokal melalui persamaan (2.32). Perhitungan anomali tinggi dan konversi ke undulasi geoid dilakukan menggunakan bahasa pemrograman Fortran dan Matlab 7.1. Untuk mengimplementasikan persamaan (2.32) tersebut dibutuhkan data-data yaitu data gayaberat lokal Delta Mahakam beserta koordinatnya, koefisien geopotensial dari model geopotensial global EIGEN- GL04C, dan data gangguan gayaberat dari Komisi Gayaberat Nasional Indonesia. Selanjutnya dari data-data tersebut dilakukan pengolahan dan penghitungan untuk mendapatkan model geoid Delta Mahakam sesuai dengan kebutuhan TOTAL E&P INDONESIE.. Pengukuran gayaberat di lapangan Pengukuran GPS di lapangan Pengolahan gayaberat hasil observasi Pengolahan data GPS Gangguan gayaberat Model geoid global EIGEN-GL04C Formulasi Model geoid lokal Delta Mahakam Gambar 3.1 Algoritma pengolahan data model geoid lokal Delta Mahakam 19
2 Secara mendetail tahapan penentuan model geoid lokal di daerah Delta Mahakam adalah sebagai berikut : 1. Akuisisi Data Data gayaberat lokal Data gayaberat lokal yang dibutuhkan adalah data gayaberat yang berada pada radius 500 km dari daerah Delta Mahakam dalam format 5 x 5. Data gayaberat ini diukur langsung di lapangan bersamaan dengan pengukuran GPS. Pengukuran data gayaberat dilakukan pada daerah dengan luas 60x90 km 2 dengan jarak antar titik sebesar 10 km (gambar 3.2). Dikarenakan permasalahan di lapangan, hanya 24 stasiun (dari 50 stasiun yang direncanakan) yang berhasil diukur gayaberatnya beserta posisi 3 dimensinya (gambar 3.3). Gambar 3.2. Lokasi pengukuran gayaberat Delta Mahakam 20
3 Gambar 3.3. Rencana distribusi stasiun pengamatan gayaberat Delta Mahakam Peralatan yang digunakan dalam akuisisi data gayaberat Delta Mahakam beserta posisinya adalah : - Gravimeter LaCoste & Romberg (Gambar 3.3-kiri) - GPS Trimble 4000 SSi (gambar 3.3-kanan) Gambar 3.4 LaCoste & Romberg dan GPS Trimble sedangkan untuk data gayaberat di luar area Delta Mahakam (darat dan laut) diperoleh dari database Komisi Gayaberat Nasional Indonesia. 21
4 Model Geopotensial Global Diperoleh dari model geopotensial terbaru dengan n max = 360. Dimana model geopotensial yang digunakan dalam penentuan model geoid lokal Delta Mahakam ini adalah EIGEN- GL04C. 2. Data Data-data yang digunakan dalam penentuan model geoid lokal Delta Mahakam adalah : Data gayaberat hasil pengamatan di lapangan (gambar 3.5) Data koordinat stasiun gayaberat hasil pengukuran GPS Model geopotensial global EIGEN-GL04C dengan resolusi 0.5 x 0.5 (gambar 3.6) Data gangguan gayaberat dari Komisi Gayaberat Nasional Indonesia dengan resolusi 5 x 5 (gambar 3.7) Gambar 3.5 Data gayaberat hasil pengamatan di lapangan (Delta Mahakam) (mgal) 22
5 Gambar 3.6 Data gangguan gayaberat dari model geopotensial EIGEN-GL04C (mgal) Gambar 3.7 Data gangguan gayaberat dari Komisi Gayaberat Nasional Indonesia (mgal) 23
6 3. Pengolahan Data Tahapan pengolahan data dalam penentuan model geoid lokal Delta Mahakam adalah : Pengolahan data GPS untuk mendapatkan koordinat tiga dimensi stasiun gayaberat Delta Mahakam dengan ketelitian yang memadai (dilakukan oleh pihak TOTAL E&P INDONESIE). Reduksi data gayaberat hasil observasi kedalam gangguan gayaberat melalui persamaan (2.12) dan (2.13) yang selanjutnya dilakukan interpolasi linear dari data gangguan gayaberat di 24 stasiun tersebut untuk mendapatkan data gangguan gayaberat di seluruh wilayah Delta Mahakam yang bervariasi dari -50 sampai dengan +150 mgal (gambar 3.8) Gambar 3.8 Data gangguan gayaberat Delta Mahakam (mgal) Penghitungan anomali tinggi berdasarkan pendekatan Molodensky dengan data gangguan gaya berat melalui persamaan (2.30), dimana besarnya g 1 untuk daerah 4.5 lintang utara sampai 5.5 lintang selatan dan 113 bujur timur sampai 123 bujur timur bervariasi dari -10 sampai dengan +8 mgal (gambar 3.9), dan besarnya kontribusi g 1 terhadap anomali tinggi untuk daerah Delta Mahakam bervariasi dari -1.5 sampai dengan +3.5 mm (gambar 3.10), 24
7 Gambar 3.9 Nilai g 1 pendekatan Molodensky (mgal) Gambar 3.10 Nilai efek g 1 terhadap anomali tinggi (mm) (titik-titik putih pada gambar merupakan daerah komputasi Delta Mahakam) seperti terlihat pada gambar 3.10 bahwa nilai kontribusi g 1 terhadap anomali tinggi untuk daerah Delta Mahakam sangat kecil (dalam skala mm), sehingga dapat diabaikan dan 25
8 δg diperoleh nilai ζ untuk daerah Delta Mahakam yang bervariasi dari -0.6 sampai dengan +1 m (gambar 3.11), Penghitungan anomali tinggi berdasarkan model geopotensial global EIGEN-GL04C dengan radius integrasi dari 0 sampai 180 melalui persamaan (2.29), sehingga diperoleh nilai untuk daerah Delta Mahakam yang bervariasi dari +53 sampai dengan +54 m (gambar 3.12), GM ζ Gambar 3.11 Anomali tinggi dari δg lapangan (m) Gambar 3.12 Anomali tinggi dari EIGEN-GL04C (m) 26
9 Penghitungan undulasi geoid dengan menggunakan metode kombinasi data gangguan gayaberat dengan model geopotensial global EIGEN-GL04C melalui persamaan (3.32) dimana besarnya nilai konversi anomali tinggi ke undulasi geoid bervariasi dari +0 sampai dengan +0,2 m (gambar 3.13), sehingga diperoleh harga undulasi geoid daerah Delta Mahakam yang bervariasi dari +53 sampai +55 m (gambar 3.14), Gambar 3.13 Nilai konversi anomali tinggi ke undulasi geoid (m) (titik-titik putih pada gambar merupakan daerah komputasi Delta Mahakam) Gambar 3.14 Undulasi geoid Delta Mahakam (m) 27
10 4. Verifikasi Proses verifikasi ini dilakukan untuk mengetahui keakuratan dari model geoid yang dihasilkan. Untuk tujuan ini perlu dilakukan pengukuran sipat datar (levelling) dan GPS pada beberapa baseline stasiun gayaberat di daerah Delta Mahakam. Dengan mengikuti persamaan [diff = H ( h N)], dapat diketahui perbedaan antara sinyal geoid dengan hasil levelling yang menunjukkan keakuratan dari model geoid tersebut. Secara teori harga delta haruslah nol, tetapi kondisi ini tidak dapat terpenuhi selama masih ada kesalahan pada H, h, dan N. Untuk mendapatkan kualitas N yang akurat, H dan h harus dihitung seakurat mungkin. Dalam proses verifikasi ini diasumsikan bahwa H dan h dapat diukur secara akurat oleh pengukuran sipat datar (levelling) dan pengamatan GPS. Tetapi untuk kualitas harga N sangat bergantung pada metode penghitungan serta model geopotensial global yang digunakan. Untuk itu dilakukan perbandingan penggunaan metode kombinasi dan model geopotensial dengan panjang baseline dibagi dalam 2 kategori yaitu baseline pendek (< 1km) dan baseline panjang (> 1km). Dari teori dan beberapa penelitian diketahui bahwa semakin panjang baseline maka semakin rendah ketelitian N karena dipengaruhi oleh ketelitian tinggi ellipsoid Gambar 3.15a Model geoid lokal Delta Mahakam dengan metode kombinasi (m) beserta lokasi titik-titik verifikasi 28
11 Gambar 3.15b Model geoid lokal Delta Mahakam hanya dengan EIGEN-GL04C (m) beserta lokasi titik-titik verifikasi Gambar 3.15c Model geoid lokal Delta Mahakam hanya dengan EGM 96 (m) beserta lokasi titik-titik verifikasi 29
12 Hasil dari proses verifikasi perbandingan penggunaan metode kombinasi dalam penentuan model geoid lokal dengan hasil dari penggunaan data model geopotensial saja (Gambar 3.15a, 3.15b, dan 3.15c). Hal ini dapat dilihat melalui perbandingan berikut : Tabel 3.1 Hasil perbandingan untuk baseline panjang No. Baseline Jarak (km) N (m) N (m) N (m) GPS levelling Kombinasi EIGEN-GL04C N (m) EGM 96 Kombinasi EIGEN-GL04C EGM 96 1 HDL1-P TOT1-S TOT1-TPL P010-Q Tabel 3.2 Hasil perbandingan untuk baseline pendek No. Baseline Jarak (km) N (m) GPS levelling N (m) Kombinasi N (m) EIGEN-GL04C N (m) EGM 96 Kombinasi EIGEN-GL04C EGM 96 1 P001-R P001-R Q003-P Q003-Q S002-TOT S002-S Z002-T Z002-T Analisis Beberapa analisis yang dapat dikemukakan mengenai model geoid lokal Delta Mahakam secara keseluruhan diantaranya yaitu : 30
13 3.2.1 Analisis kontribusi g 1 terhadap anomali tinggi dan konversi anomali tinggi ke undulasi geoid Hasil pengolahan anomali tinggi Delta Mahakam menunjukkan bahwa besarnya nilai kontribusi g 1 terhadap anomali tinggi sangat kecil (skala mm) (gambar 3.10), hal ini disebabkan karena kondisi daerah Delta Mahakam yang datar dan dekat dengan permukaan laut. Dalam pendekatan Molodensky hasil akhir yang didapatkan adalah anomali tinggi,sehingga untuk mendapatkan undulasi geoid, anomali tinggi tersebut harus dikonversi terlebih dahulu melalui persamaan (2.29). Untuk kasus Delta Mahakam, besarnya nilai konversi anomali tinggi ke undulasi geoid sangat kecil bahkan hampir tidak ada (gambar 3.13), hal ini disebabkan pada daerah Delta Mahakam bidang telluroid berhimpit dengan bidang geoid Analisis model geoid lokal Delta Mahakam Hasil pengolahan menunjukkan model geoid Delta Mahakam bervariasi dari +53 sampai dengan +55 m. Ketelitian dari model geoid lokal Delta Mahakam mencapai skala sentimeter (akan dibahas dalam subbab berikutnya), hal ini menunjukkan bahwa model geoid lokal tersebut bisa digunakan untuk keperluan praktis kerekayasaan (keperluan TOTAL E&P INDONESIE). Dengan mengasumsikan bahwa data gayaberat hasil pengamatan di lapangan tidak memiliki kesalahan, maka ketelitian model geoid lokal Delta Mahakam dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1. Data gangguan gayaberat tambahan dari Komisi Gayaberat Nasional Data gangguan gayaberat yang diperoleh dari Komisi Gayaberat Nasional banyak mengandung kesalahan dan ketidakakuratan karena data tersebut diperoleh dari hasil interpolasi dari data satelit dan pengukuran di lapangan pada daerah-daerah tertentu, proses interpolasi ini dilakukan karena tingkat kerapatan data gangguan gayaberat untuk wilayah Indonesia masih rendah terutama untuk wilayah di luar pulau Jawa khususnya wilayah Kalimantan dan Sulawesi (sumber : Peta gayaberat Indonesia yang diturunkan dari GETECH). 31
14 2. Koefisien geopotensial dari model geopotensial global Model geopotensial global diturunkan dari data gayaberat sebagai data utamanya (Prijatna, 2000). Dengan demikian kualitasnya pun ditentukan oleh kualitas data gayaberatnya. Selain itu, kualitas model geopotensial tergantung pada formula matematika yang digunakan sewaktu menurunkan model tersebut dan data gayaberatnya. Resolusi yang terbatas menyebabkan koefisien geopotensialnya pun terbatas. Model geopotensial global EIGEN- GL04C yang digunakan dalam penyelesaian tugas akhir ini telah memakai data dan teknologi terbaru, tetapi tetap memiliki resolusi dan tingkat kerapatan data yang terbatas dan tidak mungkin untuk dapat menghitung sampai dengan derajat tak hingga Analisis proses verifikasi Hasil proses verifikasi menunjukkan perbedaan sinyal N hasil metode gravimetri (solusi kombiansi) dan variasi harga diff (perbedaan antara sinyal geoid dan hasil GPS levelling) untuk baseline panjang. Perbedaan dan variasi tersebut sangat berhubungan erat dengan kualitas data pengamatan, strategi pengolahan, penggunaan model geopotensial global dan penggunaan piranti lunak dalam proses penghitungan h (khusus untuk masalah penggunaan piranti lunak dalam proses penghitungan h dibutuhkan penelitian lebih mendalam yang mana tidak dibahas dalam tugas akhir ini) Analisis proses verifikasi perbandingan penggunaan metode kombinasi dengan penggunaan model geopotensial saja Hasil proses verifikasi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil diff (perbedaan antara sinyal geoid dan hasil GPS levelling) dari pemakaian metode kombinasi dibandingkan dengan penggunaan model geopotensial saja (tabel 3.1 dan 3.2). Perbedaan tersebut terlihat jelas terutama pada baseline panjang. Pada tabel 3.3 dan 3.4 berikut ini dapat dilihat statistik nilai diff (perbedaan antara sinyal geoid dan hasil GPS levelling), masing-masing untuk metode kombinasi, model geopotensial global EIGEN-GL04C dan EGM 96 dalam baseline panjang dan baseline pendek.. 32
15 No. Baseline Jarak (km) Kombinasi EIGEN-GL04C EGM 96 1 HDL1-P TOT1-S TOT1-TPL P010-Q = = = max = max = max = min = min = min = σ = σ = σ = Tabel 3.3 Statistik nilai untuk baseline panjang perbandingan metode kombinasi dan model geopotensial global No. Baseline Jarak (km) Kombinasi EIGEN-GL04C EGM 96 1 P001-R P001-R Q003-P Q003-Q S002-TOT S002-S Z002-T Z002-T = = = max = max = max = min = min = min = σ = σ = σ = Tabel 3.4 Statistik nilai untuk baseline pendek perbandingan metode kombinasi dan model geopotensial global 33
16 dengan, diff = perbedaan antara sinyal geoid dan hasil GPS levelling = nilai rata-rata diff max = nilai diff yang terbesar min = nilai diff yang terkecil σ i = standar deviasi diff = ( ) diff i n 1 = 1 sampai n 2 Dari tabel 3.3 dapat terlihat bahwa untuk baseline panjang nilai diff (perbedaan antara undulasi geoid dan GPS levelling) yang dihasilkan metode kombinasi lebih kecil yaitu nilainya m (untuk baseline 15 km) daripada yang dihasilkan oleh model geopotensial global EIGEN-GL04C ( m untuk baseline 15 km) maupun oleh EGM 96 ( m untuk baseline 15 km). Secara statistik metode kombinasi memiliki nilai diff rata-rata ( ) yang lebih kecil yaitu m daripada EIGEN-GL04C ( m) dan EGM 96 ( m) dan juga memiliki standar deviasi yang lebih kecil yaitu m daripada EIGEN-GL04C ( m) dan EGM 96 ( m), hal ini disebabkan metode kombinasi memilki informasi gayaberat yang bersifat lokal dan informasi gayaberat yang bersifat global sekaligus, sedangkan EIGEN-GL04C dan EGM 96 hanya memiliki informasi gayaberat yang bersifat global saja sehingga hasilnya kurang detail dan akurat. Secara keseluruhan hasil statistik dari metode kombinasi memberikan hasil yang lebih baik daripada penggunaan model geopotensial global EIGEN-GL04C maupun oleh EGM 96. Dari tabel 3.3 juga bisa terlihat bahwa nilai diff (perbedaan antara undulasi geoid dan GPS levelling) dan statistik yang dihasilkan EIGEN-GL04C lebih baik daripada EGM 96, hal ini disebabkan EIGEN- GL04C memiliki tingkat kerapatan data yang lebih tinggi daripada EGM 96 serta EIGEN-GL04C memakai teknologi satelit terbaru yang secara berkala dianalisa untuk mempertahankan kualitas data gayaberat yang dihasilkan. Pada tabel 3.4 dapat terlihat bahwa perbedaan yang ada sangat kecil atau tidak signifikan baik itu dari segi nilai diff (perbedaan antara undulasi geoid dan GPS levelling) dimana perbedaan nilai diff-nya sebesar 1 mm maupun statistik yang dihasilkan oleh masing-masing metode (kombinasi, EIGEN-GL04C, EGM 96) yaitu nilainya sama sebesar m, hal ini disebabkan untuk baseline pendek pengaruh efek gayaberat yang bersifat lokal maupun global sangat kecil atau bahkan untuk baseline pendek (< 1 km) efek-efek tersebut dapat dikatakan tidak terasa pengaruhnya. 34
Gambar 1.1b Area Delta Mahakam
BAB I PENDAHLAN ntuk keperluan rekayasa di wilayah kerja TOTAL E&P INDONESIE dengan luas area 60 km x 90 km di daerah Delta Mahakam, Kalimantan Timur, diperlukan titik-titik yang tinggi ortometriknya diketahui.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri lebih dari buah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri lebih dari 17.000 buah pulau (Kahar, dkk., 1994). Indonesia setidaknya memiliki lima buah pulau besar yaitu Pulau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Geodesi merupakan ilmu yang mempelajari pengukuran bentuk dan ukuran bumi termasuk medan gayaberat bumi. Bentuk bumi tidak teratur menyebabkan penentuan bentuk dan
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip April 2015
PEMODELAN GEOID LOKAL KOTA SEMARANG BERDASARKAN MODEL GEOPOTENSIAL GLOBALGRACE Risa Ayu Miftahul Rizky, Bambang Darmo Yuwono, Muhammad Awaluddin Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciPenggunaan Egm 2008 Pada Pengukuran Gps Levelling Di Lokasi Deli Serdang- Tebing Tinggi Provinsi Sumatera Utara
Penggunaan Egm 2008 Pada Pengukuran Gps Levelling Di Lokasi Deli Serdang- Tebing Tinggi Provinsi Sumatera Utara Reza Mohammad Ganjar Gani, Didin Hadian, R Cundapratiwa Koesoemadinata Abstrak Jaring Kontrol
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
24 BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Metode dan Desain Penelitian Data variasi medan gravitasi merupakan data hasil pengukuran di lapangan yang telah dilakukan oleh tim geofisika eksplorasi Pusat Penelitian
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS. 4.1 Nilai undulasi geoid dari koefisien geopotensial UTCSR
BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS 4.1 Nilai undulasi geoid dari koefisien geopotensial UTCSR Undulasi geoid dalam tugas akhir ini dihitung menggunakan program aplikasi berbahasa FORTRAN, yang dikembangkan
Lebih terperinciStudi Anomali Gayaberat Free Air di Kota Surabaya
Studi Anomali Gayaberat Free Air di Kota Surabaya Enira Suryaningsih dan Ira Mutiara Anjasmara Departemen Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Lebih terperinciBAB III PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA. Penelitian dilakukan menggunakan gravimeter seri LaCoste & Romberg No.
BAB III PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Pengukuran Gayaberat Penelitian dilakukan menggunakan gravimeter seri LaCoste & Romberg No. G-804. Nomor yang digunakan menunjukkan nomor produksi alat yang membedakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan
BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap pengukuran lapangan, tahap pemrosesan data, dan tahap interpretasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam
BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam pencapaian tujuan. Berikut adalah gambar diagram alir dalam menyelesaikan penelitian ini: Data Anomali Bouguer Lengkap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gayaberat merupakan salah satu metode dalam geofisika. Nilai Gayaberat di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gayaberat merupakan salah satu metode dalam geofisika. Nilai Gayaberat di setiap tempat di permukaan bumi berbeda-beda, disebabkan oleh beberapa faktor seperti
Lebih terperinciGEODESI FISIS Isna Uswatun Khasanah
GEODESI FISIS Isna Uswatun Khasanah Infromasi Personal Isna Uswatun Khasanah ST., M.Eng S1 Teknik Geodesi UGM S2 Teknik Geomatika UGM Email : ikhasanah31@gmail.com Hp : 085310591597 / 085729210368 Outline
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Gambaran ellipsoid, geoid dan permukaan topografi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Geodesi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk dan ukuran bumi, termasuk penentuan medan gaya berat bumi beserta variasi temporalnya. Salah satu representasi
Lebih terperinciOrthometrik dengan GPS Heighting Kawasan Bandara Silvester Sari Sai
Orthometrik dengan GPS Heighting Kawasan Bandara Silvester Sari Sai STUDI PENENTUAN TINGGI ORTHOMETRIK MENGGUNAKAN METODE GPS HEIGHTING (STUDI KASUS: KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN BANDARA ABDURAHMAN
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data gayaberat. Adapun metode penelitian tersebut meliputi prosesing/
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dari suatu data berupa data gayaberat. Adapun metode penelitian tersebut meliputi prosesing/ pengolahan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Geoid adalah bidang ekipotensial gayaberat bumi yang berimpit dengan muka laut rerata (mean sea level / msl) yang tidak terganggu (Vanicek dan Christou, 1994). Geoid
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian deskriptif analitis. Penelitian gaya berat yang dilakukan ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran struktur bidang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam pencapaian tujuan. Berikut adalah gambar diagram alir dalam menyelesaikan penelitian ini: Data lapangan (Anomali
Lebih terperinciMODIFIKASI ALGORITMA AVHRR UNTUK ESTIMASI SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) CITRA SATELIT TERRA MODIS
MODIFIKASI ALGORITMA AVHRR UNTUK ESTIMASI SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) CITRA SATELIT TERRA MODIS Oleh : FENY ARAFAH 3507100034 Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Bangun Muljo Sukojo, DEA, DESS L. M. Jaelani, ST, MSc
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. Lama Pengamatan GPS. Gambar 4.1 Perbandingan lama pengamatan GPS Pangandaran kala 1-2. Episodik 1 Episodik 2. Jam Pengamatan KRTW
BAB IV ANALISIS Dalam bab ke-4 ini dibahas mengenai analisis dari hasil pengolahan data dan kaitannya dengan tujuan dan manfaat dari penulisan tugas akhir ini. Analisis dilakukan terhadap data pengamatan
Lebih terperinciPengertian Sistem Informasi Geografis
Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data gayaberat daerah
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Data Penelitian Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data gayaberat daerah Garut Utara hasil pengamatan Tim Geoteknologi LIPI Bandung dengan menggunakan gravitimeter
Lebih terperinciPengamatan Pasang Surut Air Laut Sesaat Menggunakan GPS Metode Kinematik
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6 No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-178 Pengamatan Pasang Surut Air Laut Sesaat Menggunakan GPS Metode Kinematik Ahmad Fawaiz Safi, Danar Guruh Pratomo, dan Mokhamad
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... i LEMBAR HAK CIPTA... i ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Oktober 2015
PEMODELAN GEOID INDONESIA DENGAN DATA SATELIT GOCE Maylani Daraputri, Yudo Prasetyo, Bambang Darmo Yuwono *) Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik, Unversitas Diponegoro Jl. Prof. Sudarto SH, Tembalang
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR METODE GRAVITASI
BAB II TEORI DASAR METODE GRAVITASI 2.1 Teori Gravitasi Newton 2.1.1 Hukum Gravitasi Newton Metode gravitasi atau gaya berat bekerja berdasarkan Hukum Gravitasi Newton yang menyatakan bahwa gaya antara
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENELITIAN
BAB IV ANALISIS PENELITIAN Pada bab IV ini akan dibahas mengenai analisis pelaksanaan penelitian sarta hasil yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada bab III. Analisis dilakukan terhadap
Lebih terperinciPENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA
PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA 1. SISTIM GPS 2. PENGANTAR TANTANG PETA 3. PENGGUNAAN GPS SISTIM GPS GPS Apakah itu? Dikembangkan oleh DEPHAN A.S. yang boleh dimanfaatkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Daerah dan data penelitian Data yang digunakan merupakan data sekunder gayaberat di daerah Bogor pada tahun 2008-2009 oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonsia Bandung dengan
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Agustus 2013
PEMODELAN GEOID KOTA SEMARANG Tanggo Rastawira 1 ) Ir. Sutomo Kahar, M.Si. 2 ) L.M. Sabri, S.T., M.T. 3) 1) Mahasiswa Teknik Geodesi Universitas Diponegoro 2) Dosen Pembimbing I Teknik Geodesi Universitas
Lebih terperinciSURVEI HIDROGRAFI PENGUKURAN DETAIL SITUASI DAN GARIS PANTAI. Oleh: Andri Oktriansyah
SURVEI HIDROGRAFI PENGUKURAN DETAIL SITUASI DAN GARIS PANTAI Oleh: Andri Oktriansyah JURUSAN SURVEI DAN PEMETAAN UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG 2017 Pengukuran Detil Situasi dan Garis Pantai
Lebih terperinciBAB III TEORI DASAR (3.1-1) dimana F : Gaya antara dua partikel bermassa m 1 dan m 2. r : jarak antara dua partikel
BAB III TEORI DASAR 3.1 PRINSIP DASAR GRAVITASI 3.1.1 Hukum Newton Prinsip dasar yang digunakan dalam metoda gayaberat ini adalah hukum Newton yang menyatakan bahwa gaya tarik menarik dua titik massa m
Lebih terperinciPENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA Oleh : Winardi & Abdullah S.
Coral Reef Rehabilitation and Management Program (COREMAP) (Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang) Jl. Raden Saleh, 43 jakarta 10330 Phone : 62.021.3143080 Fax. 62.021.327958 E-mail : Coremap@indosat.net.id
Lebih terperinciANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL
ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL Oleh : Syafril Ramadhon ABSTRAK Ketelitian data Global Positioning Systems (GPS) dapat
Lebih terperinciBAB III SATELIT GRACE DAN VARIASI TEMPORAL GEOID. 3.1 Satelit GRACE (Gravity Recovery and Climate Experiment).
BAB III SATELIT GRACE DAN VARIASI TEMPORAL GEOID 3.1 Satelit GRACE (Gravity Recovery and Climate Experiment). Satelit GRACE (Gravity Recovery And Climate Experiment), adalah sistem satelit gravimetri hasil
Lebih terperinciMAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH 1. Tutik Annisa (H1E007005) 2. Desi Ari (H1E00700 ) 3. Fatwa Aji Kurniawan (H1E007015) 4. Eri Widianto (H1E007024) 5. Puzi Anigrahawati
Lebih terperinciBAB III PEMANFAATAN SISTEM GPS CORS DALAM RANGKA PENGUKURAN BIDANG TANAH
BAB III PEMANFAATAN SISTEM GPS CORS DALAM RANGKA PENGUKURAN BIDANG TANAH Keberadaan sistem GPS CORS memberikan banyak manfaat dalam rangka pengukuran bidang tanah terkait dengan pengadaan titik-titik dasar
Lebih terperinciPENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA
PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA SISTIM GPS SISTEM KOORDINAT PENGGUNAAN GPS SISTIM GPS GPS Apakah itu? Singkatan : Global Positioning System Dikembangkan oleh DEPHAN A.S. yang
Lebih terperinciPertemuan 3. Penentuan posisi titik horizontal dan vertikal
Pertemuan 3 Penentuan posisi titik horizontal dan vertikal Koordinat 3D Koordinat 3D Koordinat 3D Pernyataan lintang Pernyataan bujur dan Tinggi λ (Bujur) = sudut yang dibentuk antara meridian suatu titik,
Lebih terperinciPemetaan Undulasi Kota Medan Menggunakan Hasil Pengukuran Tinggi Tahun 2010
Jurnal Itenas Rekayasa LPPM Itenas 1 Vol. XVII ISSN: 1410-3125 Januari 2013 Pemetaan Undulasi Kota Medan Menggunakan Hasil Pengukuran Tinggi Tahun 2010 Hary Nugroho, Rinaldy Jurusan Teknik Geodesi, Institut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kadaster menjadi bagian aspek pertanahan yang bersifat legal dan teknis yang dapat didekati dengan bidang ilmu mengenai penentuan posisi dan lokasi, seperti ilmu Geodesi.
Lebih terperinciDatum Geodetik & Sistem Koordinat Maju terus
Datum Geodetik & Sistem Koordinat Maju terus 31/03/2015 8:34 Susunan Lapisan Bumi Inside eartth Datum geodetik atau referensi permukaan atau georeferensi adalah parameter sebagai acuan untuk mendefinisikan
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengolahan Data Data GPS yang digunakan pada Tugas Akhir ini adalah hasil pengukuran secara kontinyu selama 2 bulan, yang dimulai sejak bulan Oktober 2006 sampai November 2006
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Analisis Data DEM/DTM Untuk mengetahui kualitas, persamaan, dan perbedaan data DEM/DTM yang akan digunakan untuk penelitian, maka dilakukan beberapa analisis. Gambar IV.1.
Lebih terperinciJaring kontrol gayaberat
Standar Nasional Indonesia Jaring kontrol gayaberat ICS 35.240.70 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Oktober 2013
PEMBUATAN PETA JALUR PENDAKIAN GUNUNG MERBABU Andriyana Lailissaum¹ ), Ir. Sutomo Kahar, M.si 2), Ir. Haniah 3) Abstrak Mendaki gunung adalah kegiatan yang cukup berbahaya. Tidak sedikit orang yang telah
Lebih terperinciPENENTUAN MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL YANG OPTIMAL UNTUK PERHITUNGAN GEOID SUMATERA
PENENTUAN MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL YANG OPTIMAL UNTUK PERHITUNGAN GEOID SUMATERA Enos 1, Rochman Djaja 2, Dadan Ramdani 3 ABSTRAK Perkembangan teknologi penentuan posisi dengan satelit sampai saat ini,
Lebih terperinciPERSAMAAN SCHRÖDINGER TAK BERGANTUNG WAKTU DAN APLIKASINYA PADA SISTEM POTENSIAL 1 D
PERSAMAAN SCHRÖDINGER TAK BERGANTUNG WAKTU DAN APLIKASINYA PADA SISTEM POTENSIAL 1 D Keadaan Stasioner Pada pembahasan sebelumnya mengenai fungsi gelombang, telah dijelaskan bahwa potensial dalam persamaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Gambar situasi adalah gambaran wilayah atau lokasi suatu kegiatan dalam bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan atribut (Basuki,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam studi ini meliputi :
BAB III METODOLOGI 3.1 Data Data yang digunakan dalam studi ini meliputi : Data citra satelit NOAA Citra Satelit NOAA yang digunakan merupakan hasil olahan yang menampilkan tampakan pewarnaan laut untuk
Lebih terperinciBAB 3 PENGOLAHAN DATA
BAB 3 PENGOLAHAN DATA 3.1 Pengumpulan Data Sebagaimana tercantum dalam diagram alir penelitian (Gambar 1.4), penelitian ini menggunakan data waveform Jason-2 sebagai data pokok dan citra Google Earth Pulau
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Pada BAB III ini akan dibahas mengenai pengukuran kombinasi metode GPS dan Total Station beserta data yang dihasilkan dari pengukuran GPS dan pengukuran Total Station pada
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
14 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 010 di daerah pantai berlumpur Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi. Udang contoh yang
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS. 4.1 Analisis Kemampuan Deteksi Objek
BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Kemampuan Deteksi Objek 4.1.1 Ketelitian koordinat objek Pada kajian ketelitian koordinat ini, akan dibandingkan ketelitian dari koordinatkoordinat objek berbahaya pada area
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perairan Laut Arafura di lokasi penelitian termasuk ke dalam kategori
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Peta Batimetri Laut Arafura Perairan Laut Arafura di lokasi penelitian termasuk ke dalam kategori perairan dangkal dimana kedalaman mencapai 100 meter. Berdasarkan data
Lebih terperinciBAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA
BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA 3.1 Kebutuhan Peta dan Informasi Tinggi yang Teliti dalam Pekerjaan Eksplorasi Tambang Batubara Seperti yang telah dijelaskan dalam BAB
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Oktober 2016
PEMODELAN GEOID LOKAL UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG Studi Kasus: Universitas Diponegoro Semarang Galih Rakapuri, Bambang Sudarsono, Bambang Darmo Yuwono *) Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik,
Lebih terperinciPEMODELAN GEOID KOTA SURABAYA MENGGUNAKAN DATA PENGUKURAN GAYABERAT TERESTRIS
RP 35121000 TUGAS AKHIR RG141536 PEMODELAN GEOID KOTA SURABAYA MENGGUNAKAN DATA PENGUKURAN GAYABERAT TERESTRIS CHANDRA WIDIPERMANA NRP 3513100011 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Muhammad Taufik Ira Mutiara Anjasmara,S.T.,M.Phil.,Ph.D.
Lebih terperinciPEMODELAN GEOID DARI DATA SATELIT GRACE
PEMODELAN GEOID DARI DATA SATELIT GRACE STUDI KASUS : WILAYAH INDONESIA ABDULLAH SUSANTO 3506 100 035 PEMBIMBING : DR. Ir. M. TAUFIK 1955 0919 1986 03 1001 EKO YULI HANDOKO 1974 0727 2000 03 1001 PENDAHULUAN
Lebih terperinciPelatihan Tracking dan Dasar-Dasar Penggunan GPS PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN - KEBUDAYAAN KEMENDIKBUD
Pelatihan Tracking dan Dasar-Dasar Penggunan GPS PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN - KEBUDAYAAN KEMENDIKBUD GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Slide 2 Merupakan salah satu sistem yang akan membantu untuk
Lebih terperinciBAB 3 PENGOLAHAN DATA DAN HASIL. 3.1 Data yang Digunakan
BAB 3 PENGOLAHAN DATA DAN HASIL 3.1 Data yang Digunakan Data GPS yang digunakan dalam kajian kemampuan kinerja perangkat lunak pengolah data GPS ini (LGO 8.1), yaitu merupakan data GPS yang memiliki panjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempersingkat waktu dan menghemat biaya. satunya adalah kebutuhan untuk
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Salah satu contoh perkembangan teknologi adalah teknologi dalam pencarian rute terpendek. Kehadiran teknologi pencarian rute dapat mempermudah user dalam menjalankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penghitungan rute terpendek memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena harus dilakukan dalam waktu singkat dan pada saat itu juga agar segera dapat
Lebih terperinciKOREKSI-KOREKSI KONVERSI HARGA BACAAN KOREKSI PASANG SURUT KOREKSI DRIFT
PENGOLAHAN DATA KOREKSI-KOREKSI KONVERSI HARGA BACAAN KOREKSI PASANG SURUT KOREKSI DRIFT KOREKSI LINTANG KOREKSI UDARA BEBAS KOREKSI BOUGER KOREKSI MEDAN ANOMALI BOUGER ANOMALI UDARA BEBAS KONVERSI HARGA
Lebih terperinciMengapa proyeksi di Indonesia menggunakan WGS 84?
Nama : Muhamad Aidil Fitriyadi NPM : 150210070005 Mengapa proyeksi di Indonesia menggunakan WGS 84? Jenis proyeksi yang sering di gunakan di Indonesia adalah WGS-84 (World Geodetic System) dan UTM (Universal
Lebih terperinciGambar 4.2. Lokasi titik pengukuran gayaberat.
BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN PEMODELAN INVERSI 4.1 Data Pengukuran data gayaberat di Semarang untuk penelitian ini dilakukan sebanyak tujuh kali pengukuran yaitu: Juli 2002, September 2002, Juni 2003, Desember
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN. Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian
18 3 METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2010 hingga Juni 2011 dengan lokasi penelitian yaitu Perairan Selat Makassar pada posisi 01 o 00'00" 07 o 50'07"
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang GPS(Global Positioning System) adalah sebuah sistem navigasi berbasiskan radio yang menyediakan informasi koordinat posisi, kecepatan, dan waktu kepada pengguna di
Lebih terperinciGeodesi Fisis. Minggu II,III : Review Medan Gayaberat Bumi Metode Pengukuran Gayaberat. Isna Uswatun Khasanah
Geodesi Fisis Minggu II,III : Review Medan Gayaberat Bumi Metode Pengukuran Gayaberat Isna Uswatun Khasanah 4/6/2016 Geofis Minggu 2,3 - Teknik Geodesi- FTSP ITP-2016 1 Statistik Pengumpulan Tugas1 Jumlah
Lebih terperinciPENGGUNAAN EGM2008, EGM1996 DAN GPS-LEVELING UNTUK TINGGI UNDULASI GEOID DI SULAWESI
PENGGUNAAN EGM2008, EGM1996 DAN GPS-LEVELING UNTUK TINGGI UNDULASI GEOID DI SULAWESI Dadan Ramdani 1 Abstract GPS is used increasingly and commonly in the last past year in all aspect of live. But the
Lebih terperinciBAB 2 PENGENALAN IRIS, PENENTUAN LOKASI IRIS, DAN PEMBUATAN VEKTOR MASUKAN
BAB 2 PENGENALAN IRIS, PENENTUAN LOKASI IRIS, DAN PEMBUATAN VEKTOR MASUKAN Pengenalan suatu objek tentu saja tidak bisa dilakukan tanpa persiapan sama sekali. Ada beberapa proses yang perlu dilakukan sebelum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang ilmu yang sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang akan lebih
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Desain Penelitian Data geomagnet yang dihasilkan dari proses akusisi data di lapangan merupakan data magnetik bumi yang dipengaruhi oleh banyak hal. Setidaknya
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS Analisis Terhadap Jaring Kontrol Geodesi
BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Kandungan Informasi Geospasial Dasar (Kelautan) Bagian berikut akan menjelaskan tentang analisis penyelenggaraan Informasi Geospasial Dasar Kelautan yang telah diatur
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN METODA
BAB 2 DATA DAN METODA 2.1 Pasut Laut Peristiwa pasang surut laut (pasut laut) adalah fenomena alami naik turunnya permukaan air laut secara periodik yang disebabkan oleh pengaruh gravitasi bendabenda-benda
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Geodesi dan Keterkaitannya dengan Geospasial
BAB II DASAR TEORI 2.1 Geodesi dan Keterkaitannya dengan Geospasial Dalam konteks aktivitas, ruang lingkup pekerjaan ilmu geodesi umumnya mencakup tahapan pengumpulan data, pengolahan dan manipulasi data,
Lebih terperinciPENENTUAN LOKASI DENGAN NATURAL AREA CODING SYSTEM (NAC)
PENENTUAN LOKASI DENGAN NATURAL AREA CODING SYSTEM (NAC) NIA HAERANI Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Penentuan suatu lokasi dengan menggunakan
Lebih terperinciDaftar Isi. Daftar Isi Daftar Gambar Bab 1. Pendahuluan... 5
Daftar Isi Daftar Isi... 2 Daftar Gambar... 4 Bab 1. Pendahuluan... 5 Bab 2. Metode Prediksi Iklim, Pola Tanam dan... 6 2.1 Pemodelan Prediksi Iklim... 6 2.2 Pengembangan Peta Prediksi Curah Hujan... 8
Lebih terperinciANALISA NILAI TEC PADA LAPISAN IONOSFER DENGAN MENGGUNAKAN DATA PENGAMATAN GPS DUA FREKUENSI PEMBIMBING EKO YULI HANDOKO, ST, MT
ANALISA NILAI TEC PADA LAPISAN IONOSFER DENGAN MENGGUNAKAN DATA PENGAMATAN GPS DUA FREKUENSI MOCHAMMAD RIZAL 3504 100 045 PEMBIMBING EKO YULI HANDOKO, ST, MT PENDAHULUAN Ionosfer adalah bagian dari lapisan
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Batimetri Selat Sunda Peta batimetri adalah peta yang menggambarkan bentuk konfigurasi dasar laut dinyatakan dengan angka-angka suatu kedalaman dan garis-garis yang mewakili
Lebih terperinciGambar 1. prinsip proyeksi dari bidang lengkung muka bumi ke bidang datar kertas
MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi menggunakan kaidah atau prinsip-prinsip fisika. Secara umum, metode geofisika dibagi menjadi dua kategori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga lempeng besar (Eurasia, Hindia Australia, dan Pasifik) menjadikannya memiliki tatanan tektonik
Lebih terperinci3. METODOLOGI PENELITIAN
3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Peta lokasi penelitian di perairan Teluk Bone, Perairan Sulawesi dan sekitarnya, Indonesia (Gambar 6). Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian Teluk Bone,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Cakupan
BAB IV ANALISIS Meskipun belum dimanfaatkan di Indonesia, tetapi di masa mendatang kerangka CORS dapat menjadi suatu teknologi baru yang secara konsep mampu memenuhi kriteria teknologi yang dibutuhkan
Lebih terperinciBAB III APLIKASI PEMANFAATAN BAND YANG BERBEDA PADA INSAR
BAB III APLIKASI PEMANFAATAN BAND YANG BERBEDA PADA INSAR III.1 Model Tinggi Digital (Digital Terrain Model-DTM) Model Tinggi Digital (Digital Terrain Model-DTM) atau sering juga disebut DEM, merupakan
Lebih terperinciPenentuan Tinggi Orthometrik Gunung Semeru Berdasarkan Data Survei GPS dan Model Geoid EGM 1996
PROC. ITB Sains & Tek. Vol. 36 A, No. 2, 2004, 145-157 145 Penentuan Tinggi Orthometrik Gunung Semeru Berdasarkan Data Survei GPS dan Model Geoid EGM 1996 Hasanuddin Z. Abidin 1), Heri Andreas 1), Dinar
Lebih terperinciBAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1. Sketsa gaya tarik dua benda berjarak R.
BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Konsep Dasar Gayaberat Dasar teori dari metode gayaberat adalah Hukum Newton. Hukum umum gravitasi menyatakan bahwa gaya tarik-menarik antara dua buah benda sebanding dengan kedua
Lebih terperinciAKUISISI DATA TITIK GEOARKINDO 2016
AKUISISI DATA TITIK GEOARKINDO 2016 BEBERAPA CARA AKUISISI DATA TITIK CAGAR BUDAYA Akuisisi Data Titik Menggunakan GPS GPS Handheld GPS Geodetik Akuisisi Data Titik dari Peta Tematik Arkeologi Akuisisi
Lebih terperinciBAB III KOREKSI PASUT UNTUK MENUJU SURVEI BATIMETRIK REAL TIME
BAB III KOREKSI PASUT UNTUK MENUJU SURVEI BATIMETRIK REAL TIME 3.1 Pendahuluan Survei batimetri merupakan survei pemeruman yaitu suatu proses pengukuran kedalaman yang ditujukan untuk memperoleh gambaran
Lebih terperinciBab III Pelaksanaan Penelitian
Bab III Pelaksanaan Penelitian Tahapan penelitian secara garis besar terdiri dari persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan kesimpulan. Diagram alir pelaksanaan penelitian dapat dilihat
Lebih terperinciHome : tedyagungc.wordpress.com
Email : tedyagungc@gmail.com Home : tedyagungc.wordpress.com Subagyo 2003, Permukaan bumi merupakan suatu bidang lengkung yang tidak beraturan, sehingga hubungan geometris antara titik satu dengan titik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya jaman dan teknologi, kebutuhan manusia akan energi semakin besar. Hampir setiap kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari memerlukan
Lebih terperinci3. METODOLOGI PENELITIAN
3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di wilayah Kepulauan Weh Provinsi Nangroe Aceh Darussalam yang terletak pada koordinat 95 13' 02" BT - 95 22' 36" BT dan
Lebih terperinciPENGOLAHAN DATA SATELIT NOAA-AVHRR UNTUK PENGUKURAN SUHU PERMUKAAN LAUT RATA-RATA HARIAN
PENGOLAHAN DATA SATELIT NOAA-AVHRR UNTUK PENGUKURAN SUHU PERMUKAAN LAUT RATA-RATA HARIAN Dalam pembahasan ini akan dijelaskan tentang proses interpretasi salah satu citra NOAA untuk mengetahui informasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi topografi selain menunjukkan karakteristik permukaan (relief) suatu daerah, juga dapat digunakan untuk mempelajari data selain elevasi. Suatu karakteristik
Lebih terperinciMODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA
MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER
BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER Tahapan pengolahan data gaya berat pada daerah Luwuk, Sulawesi Tengah dapat ditunjukkan dalam diagram alir (Gambar 4.1). Tahapan pertama yang dilakukan adalah
Lebih terperinci3. BAHAN DAN METODE. Penelitian yang meliputi pengolahan data citra dilakukan pada bulan Mei
3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian yang meliputi pengolahan data citra dilakukan pada bulan Mei sampai September 2010. Lokasi penelitian di sekitar Perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu,
Lebih terperinci