KORELASI ANTARA STATUS GIZI (INDEKS MASSA TUBUH DAN HEMOGLOBIN) DENGAN DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI ATLET PENCAK SILAT KOTA BEKASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KORELASI ANTARA STATUS GIZI (INDEKS MASSA TUBUH DAN HEMOGLOBIN) DENGAN DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI ATLET PENCAK SILAT KOTA BEKASI"

Transkripsi

1 KORELASI ANTARA STATUS GIZI (INDEKS MASSA TUBUH DAN HEMOGLOBIN) DENGAN DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI ATLET PENCAK SILAT KOTA BEKASI Aridhotul Haqiyah 1 Universitas Islam 45 Bekasi Ary_haqiyah@yahoo.co.id Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi (hubungan) antara status gizi, dalam hal ini adalah indeks massa tubuh atau body mass index dan hemoglobin dengan salah satu komponen kebugaran, yaitu daya tahan kardiorespirasi pada atlet pencak silat Kota Bekasi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik korelasional, yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data, mengidentifikasi masalah- masalah yang sekarang dan menganalisa data. Dasar penelitian ini adalah cross sectional dimana penelitian ini dilakukan pada satu periode tertentu, serta sampel hanya diukur satu kali. Instrumen penelitian atau alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penghitungan indeks massa tubuh dengan rumus {IMT = BB (kg)/tb² (m)}, pengukuran kadar hemoglobin dalam darah dengan menggunakan kertas dan skala hemoglobin dan pengukuran daya tahan kardiorespirasi menggunakan tes lari 2,4 Km. Populasi dalam penelitian ini adalah 20 atlet pencak silat dilingkup Ikatan Pencak Silat (IPSI) Kota Bekasi yang sekaligus dijadikan sebagai sampel penelitian. Hasil penelitian menyatakan sebagai berikut: (1) terdapat korelasi yang signifikan dan searah dengan angka korelasi positif sebesar 0.86 (kategori tinggi), antara status gizi (indeks massa tubuh) dengan daya tahan kardiorespirasi atlet pencak silat kota bekasi, (2) terdapat korelasi yang signifikan dan searah dengan angka korelasi negatif sebesar dan berada pada kategori tinggi, antara status gizi (hemoglobin) dengan daya tahan kardiorespirasi atlet pencak silat kota bekasi, dan (3) terdapat korelasi yang signifikan dan searah dengan angka korelasi positif sebesar 0.57 dan berada pada kategori cukup, antara status gizi (indeks massa tubuh dan hemoglobin) dengan daya tahan kardiorespirasi atlet pencak silat Kota Bekasi. Kata Kunci: Indeks Massa Tubuh, Hemoglobin, Daya Tahan Kardiorespirasi, Atlet Pencak Silat Kota Bekasi. Perkembangan di bidang olahraga berdampak pada kemajuan prestasi atlet-atlet olahraga dari berbagai cabang olahraga baik di tingkat cabang, daerah, nasional, maupun internasional. Dalam hal ini pengurus organisasi baik ditingkat terrendah sampai di tingkat pusat sangat berperan, karena dalam organisasi sangat memungkinkan untuk dilakukan pembinaan dan penyusunan program latihan. 1 Aridhotul Haqiyah: Dosen PJKR FKIP Universitas Islam 45 Bekasi. 123

2 Keanekaragaman budaya di Indonesia telah memberikan nilai tambah yang positif bagi Negara Indonesia di mata internasional. Salah satu budaya yang dapat dibanggakan adalah seni bela diri pencak silat yang merupakan hasil olah gerak serta olah rasa masyarakat Indonesia yang dengan segala kelebihannya dapat menciptakan seni bela diri yang sangat unik. Olahraga pencak silat merupakan salah satu olahraga bela diri yang sedang berkembang yang perlu mendapatkan pembinaan dan selanjutnya dikembangkan menjadi olahraga prestasi yang lebih populer. Olahraga pencak silat sudah lama dikenal di Indonesia sebagai seni bela diri yang banyak peminatnya dari segala lapisan masyarakat baik pria maupun wanita tanpa batasan usia dan telah tersebar ke seluruh dunia sehingga banyak kejuaraan kejuaraan yang digelar disertai dengan peraturan pertandingan yang sifatnya melindungi resiko cedera yang sangat fatal dari para pesilat, dan nomor pertandingannya pun dipisahkan antara atlet putra dan putri berdasarkan berat badan. Adapun nomor pertandingan pencak silat dibagi menjadi dua kategori yaitu kategori tanding dan kategori seni (Tunggal, Ganda, Regu). Dalam usaha mempersiapkan atlet pencak silat dan untuk menghadapi suatu pertandingan, arah pembinaannya ditekankan pada faktor kondisi fisik, teknik, taktik dan mental. Dengan kata lain seorang atlet harus dibekali dengan keterampilan motorik, kondisi fisiologis dan kesiapan aspek psikologis. Khusus pada nomor tanding, atlet akan berhadapan langsung dengan lawan sehingga atlet harus siap apabila terpukul atau tertendang walaupun ada peralatan pertandingan yang akan melindungi atlet pada saat bertanding berupa body protector (pelindung badan), gentle cup (pelindung kemaluan) pada laki-laki. Pada nomor ini resiko cedera lebih besar dibandingkan dengan nomor seni yang hanya menampilkan rangkaian jurus. Oleh karena itu, faktor fisiologis (kondisi fisik) menjadi sangat penting, karena pada olahraga pencak silat kategori tanding harus menyelesaikan 3 ronde atau 9 menit pada setiap partai. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa atlet pencak silat harus memiliki kondisi fisik yang bagus saat menghadapi pertandingan. Komponen kondisi fisik yang ditekankan disini adalah komponen kebugaran jasmani berupa daya tahan kardiorespirasi. Aktivitas jasmani yang dilakukan dengan betul dan teratur dapat meningkatkan kebugaran jasmani seseorang. Definisi dari kebugaran jasmani adalah 124

3 kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaannya sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti dan masih mempunyai cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggang serta untuk keperluan yang mendadak. Nurhasan (2007: 12) mengatakan: Kebugaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan pekerjaan dengan efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kebugaran jasmani adalah kualitas seseorang untuk melakukan aktivitas sesuai dengan pekerjaannya secara optimal tanpa menimbulkan problem kesehatan dan kelelahan berlebihan. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk bekerja secara efisien tanpa timbul kelelahan yang berarti yang ditandai oleh kemampuan mengkonsumsi oksigen secara maksimum melalui tes daya tahan kardiorespirasi, yaitu tes lari 2,4 Km. Daya tahan kardiorespirasi adalah kesanggupan jantung dan paru serta pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan latihan untuk mengambil oksigen dan mendistribusikannya ke jaringan yang aktif untuk digunakan pada proses metabolisme tubuh. Ambilan oksigen maksimal (VO 2 max) merupakan parameter fisiologis yang sangat objektif untuk mengukur daya tahan kardiorespirasi. Oksigen yang diserap oleh darah di paru-paru harus diangkut ke jaringan agar dapat digunakan oleh sel-sel. Oksigen di dalam darah terdapat dalam dua bentuk, yaitu larut secara fisik, dan terikat secara kimiawi ke Hemoglobin (Hb). Daya tahan kardiorespirasi erat kaitannya dengan sistem aerobik, karena aerobik sendiri adalah variasi latihan yang menstimulasi aktivitas jantung dan paru-paru dalam periode waktu tertentu untuk memberikan perubahan yang bermanfaat bagi tubuh. Badriah DL (2009: 34) mengatakan: Daya tahan menyatakan keadaan yang menekankan pada kapasitas melakukan kerja secara terus menerus dalam suasana aerobik, oleh karena itu kemampuan daya tahan kardiorespirasi seseorang dapat dinilai dari kapasitas aerobiknya. Kapasitas aerobik adalah kemampuan untuk melakukan kerja menggunakan energi yang ada dengan keberadaan oksigen. Kapasitas aerobik pada individu menggambarkan kemampuan untuk mengambil O 2 secara maksimal (VO 2 max). 125

4 Selain memiliki derajat kebugaran jasmani (daya tahan kardiorespirasi) yang baik, indikator yang perlu diketahui adalah derajat kesehatan seseorang. Derajat kesehatan (status gizi) seseorang dapat dilihat dari pengukuran antropometri tubuh untuk menentukan komposisi tubuh atau berat badan ideal. Seseorang dikatakan mempunyai ukuran yang ideal apabila bentuk tubuhnya tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk dan terlihat serasi antara berat dan tinggi badannya demikian juga seseorang yang kelebihan berat badan akan sering merasa kehabisan nafas, badan terasa berat, sering merasa kepanasan atau gerah, sering sakit pada bagian pinggang, pinggul, paha dan lutut. Hal ini merupakan suatu peringatan bahwa seseorang harus sadar dan harus melakukan pengaturan makan serta latihan fisik yang cukup dan sesuai agar tetap sehat dan bugar. Komponen lain adalah status gizi yang juga sangat erat kaitannya dengan daya tahan kardiorespirasi adalah hemoglobin. Kekurangan hemoglobin dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang di transfer ke sel tubuh dan otak sehingga menimbulkan gejala letih, lesu dan cepat lelah. Berdasarkan uraian di atas maka penulis ingin mengetahui korelasi antara status gizi (indeks massa tubuh dan hemoglobin) dengan daya tahan kardiorespirasi atlet pencak silat Kota Bekasi, sehingga diharapkan dapat lebih meningkatkan prestasi pencak silat Kota Bekasi. Hakikat Pencak Silat Olahraga pencak silat merupakan olahraga bela diri asli Indonesia yang sedang berkembang dan sangat perlu mendapat pembinaan agar menjadi olahraga prestasi yang lebih populer di dunia Internasional. Di Indonesia terdapat dua istilah dasar, yaitu pencak dan silat. Istilah pencak biasanya digunakan oleh masyarakat yang mendiami pulau Jawa khususnya Jawa Barat, sedangkan silat atau bersilat sering digunakan oleh masyarakat yang berada di pulau Sumatera. Menurut Notosoejitno (1997: 35) dalam Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran Pencak Silat, Direktorat Jendral Olahraga Depdiknas pencak silat adalah gerak bela diri tingkat tinggi yang disertai dengan perasaan sehingga merupakan penguasaan gerak efektif dan terkendali serta sering dipergunakan dalam latihan sabung atau pertandingan. Dalam arti yang khusus, 126

5 pencak silat merupakan mental spiritual yang lebih banyak menitik beratkan pada pembentukan sikap dan watak kepribadian seorang pesilat. Aspek mental spiritual yang dikembangkan melalui pencak silat antara lain: (1) bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, (2) tenggang rasa, percaya diri, dan disiplin, (3) mencintai bangsa dan tanah air, (4) rasa persaudaraan, pengendalian diri, dan tanggung jawab sosial, dan (5) solidaritas sosial, mengejar kemajuan, serta membela kejujuran, kebenaran, dan keadilan (M. Saleh, 1991: 17). Olahraga pencak silat telah tersebar ke seluruh dunia sehingga banyak kejuaraan kejuaraan yang digelar disertai dengan peraturan pertandingan yang sifatnya melindungi resiko cedera yang sangat fatal dari para pesilat, dan nomor pertandingannya pun dipisahkan antara atlet putra dan putri berdasarkan berat badan. Adapun nomor pertandingan pencak silat dibagi menjadi dua kategori yaitu kategori tanding dan kategori seni (Tunggal, Ganda, Regu). Khusus pada nomor tanding, atlet akan berhadapan langsung dengan lawan sehingga atlet harus siap apabila terpukul atau tertendang walaupun ada peralatan pertandingan yang akan melindungi atlet pada saat bertanding berupa body protector (pelindung badan), gentle cup (pelindung kemaluan) pada laki-laki. Pada nomor ini resiko cedera lebih besar dibandingkan dengan nomor seni yang hanya menampilkan rangkaian jurus. Oleh karena itu, faktor fisiologis (kondisi fisik) menjadi sangat penting, karena pada olahraga pencak silat kategori tanding harus menyelesaikan 3 ronde atau 9 menit pada setiap partai. Dalam usaha mempersiapkan atlet pencak silat dan untuk menghadapi suatu pertandingan, arah pembinaannya ditekankan pada faktor kondisi fisik, teknik, taktik dan mental. Dengan kata lain seorang atlet harus dibekali dengan keterampilan motorik, kondisi fisiologis dan kesiapan aspek psikologis. Indeks Massa Tubuh Status gizi adalah keadaan tubuh dari hasil proses penggunaan makanan dimana proses tersebut meliputi intake (masukan), digestin (dicerna), absorbtion (penyerapan), transport (angkut), stroge (cadangan) dan metabolisme. Agar tubuh selalu dapat oksigen dalam jumlah cukup satu cara yang dikerjakan adalah melakukan aktifitas fisik seperti olahraga secara teratur Pengukuran status gizi dalam Antropometri berat badan (indeks massa tubuh) dan kadar hemoglobin merupakan suatu ukuran yang paling banyak 127

6 digunakan untuk member gambaran komposisi lemak tubuh, pertumbuhan massa jaringan dan darah (hemoglobin). Indeks massa tubuh (IMT) adalah rasio standar berat terhadap tinggi, dan sering digunakan sebagai indikator kesehatan umum. IMT dihitung dengan membagi berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Angka IMT antara 18,5 dan 24,9 dianggap normal untuk kebanyakan orang dewasa. IMT yang lebih tinggi mungkin mengindikasikan kelebihan berat badan atau obesitas (kamus kesehatan). Rumus yang digunakan untuk mengukur indeks massa tubuh adalah: IMT = BB/TB². Metode ini bisa memperkirakan lemak tubuh, tetapi tidak dapat diartikan sebagai persentase yang pasti dari lemak tubuh. Metode ini sangat berguna untuk memperkirakan berat badan seseorang yang ideal dari hasil perbandingan dari berat badan dan tinggi badannya. Tabel 1. Pedoman Praktis Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa (Sumber: Giriwijoyo, dkk; 2007: 265) Kategori Keterangan Wanita Pria BB Kurang IMT = < 90% <18,9 <20,2 BB Ideal IMT = 100% 21 22,5 BB Normal IMT = % 18,9 23,1 20,2 24,7 BB Lebih IMT = % 23,1 25,2 24,7 27,0 Gemuk/Obes IMT =m>120% >25,2 > 27 Hemoglobin Hemoglobin adalah suatu senyawa protein dengan Fe sebagai penyebab warna sel darah merah, yang berfungsi untuk mengangkut oksigen (O 2 ) ke dalam jaringan dan mengambil gas CO 2 dari jaringan ke paru paru. Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut 100 persen (Evelyn, 2009 dalam 128

7 Tabel 2. Batas Kadar Hemoglobin (Sumber: WHO dalam Wikipedia) Kelompok Usia Bayi baru lahir Umur 1 minggu Umur 1 bulan Anak anak Lelaki dewasa Perempuan dewasa Lelaki tua Perempuan tua Hb (gr/100ml) gram/dl gram/dl gram/dl gram/dl gram/dl gram/dl gram/dl gram/dl Dalam penetapan kadar Hb dengan metode yang dijelaskan di atas, keseluruhan metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk memilih metode yang digunakan tergantung pertimbangan, diantaranya tujuan dan keperluan penetapan kadar Hb, pertimbangan biaya, serta situasi dan kondisi di lapangan. (Sihadi dan Purawisastra, 1995 dalam Hakikat Daya Tahan Kardiorespirasi Dalam dunia olahraga dan kesehatan dikenal suatu istilah untuk menggambarkan tentang kesanggupan atau kemampuan fisik terhadap suatu beban atau tugas fisik tanpa mengalami kelelahan yang berarti yaitu kebugaran jasmani/kesegaran jasmani/kesamaptaan jasmani (physical fitness). Physical merupakan kata sifat yang berarti jasmaniah. Sedangkan fitness merupakan kata benda yang berarti kemampuan dan kecocokan. (Echols dan Shadily, 1993:244;428). Nurhasan (2007: 12) mengatakan: Kebugaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan pekerjaan dengan efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Kesimpulan yang dapat penulis kemukakan bahwa kebugaran jasmani merupakan gambaran tentang kemampuan fungsional dari alat-alat tubuh. Hal ini didasarkan pada hasil yang dicapai, seperti contoh: orang yang lemah tetapi sehat (statis) dengan melatih fisiknya maka ia akan menjadi orang yang lebih sehat (dinamis). Sebaliknya orang yang cacat jasmaniah tidak akan mungkin dapat diperbaiki dengan 129

8 melatih fisiknya. Oleh karena itu untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani seseorang sebaiknya melalui pengukuran terhadap unsur atau komponen kebugaran jasmani. Daya tahan kardiorespirasi adalah kesanggupan sistem jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan kerja dalam mengambil oksigen dan menyalurkannya ke jaringan yang aktif sehingga dapat digunakan pada proses metabolisme tubuh. Daya tahan kardiorespirasi disebut juga aerobic capacity atau aerobic pre-dominant energy system, pengertiannya sering disamakan dengan daya tahan aerobic. Badriah DL (2009: 34) mengatakan: Daya tahan menyatakan keadaan yang menekankan pada kapasitas melakukan kerja secara terus menerus dalam suasana aerobic dan dalam laboratorium pengukuran tingkat kebugaran jasmani dengan cara mengukur ambilan maksimum oksigen per menit (VO 2 max). Lebih lanjut lagi, Badriah DL (2009: 34) menjelaskan bahwa pengukuran kemampuan ambilan oksigen maksimal per menit dilapangan dapat dilakukan dengan menggunakan tes Balke yaitu lari atau jalan cepat secara kontinyu dalam waktu 15 menit atau tes lari 2,4 Km atau 12 menit atau meter. Cara pengukuran kebugaran jasmani lainnya dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya: berjalan, berlari, sepeda, mendayung pada ergometer, atau melakukan batere tes (rangkaian tes) yang memungkinkan diukurnya seluruh komponen yang membentuk kebugaran jasmani tersebut. Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mengukur daya tahan kardiorespirasi, dapat menggunakan dua metode yaitu metode langsung (laboratorium) dan metode tidak langsung (tes di lapangan). Untuk mengukur daya tahan kadioresprasi, penulis memilih menggunakan tes lari 2,4 Km. Depdiknas (2003: 39) mengatakan: Tujuan tes lari 2,4 km (protocol cooper) adalah mengukur kemampuan dan kesanggupan kerja fisik seseorang. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode ini bertujuan untuk mengukur waktu tempuh yang diperlukan untuk lari sejauh 2,4 km. Adapun tabel norma klasifikasi kesegaran jasmani untuk tes lari 2,4 Km adalah sebagai berikut: 130

9 Tabel 3. Penilaian Tes Lari 2,4 Km Laki-Laki (Sumber: Cooper 1982 dalam Depdiknas, 2003: 41) Katagori Sangat kurang Kurang Sedang Baik Baik sekali Baik sekali dan terlatih Kelompok Umur dalam Tahun ke atas > 15,31 > - 16,01 > - 16,31 > - 17,31 > - 19,01 > - 20,00 12,11-15,30 14,01-16,00 14,64-16,30 15,36-17,30 17,01-19,00 19,01-20,00 10,49-12,10 12,01-14,00 12,31-14,45 13, ,31-17,00 16,16-19,00 09,41-09,48 10,46-12,00 11,01-12,30 11,31-13,00 12,31-14,30 14,15-16,15 08,37-09,40 09,45-10,45 10,00-11,00 10,30-11,30 11,00-12,30 11,15-13,59 < - 08,37 < - 09,45 < - 10,00 < - 10,30 < - 11,00 < - 11,15 Tabel 4. Penilaian Tes Lari 2,4 Km Perempuan (Sumber: Cooper 1982 dalam Depdiknas, 2003: 41) Katagori Sangat kurang Kurang Sedang Baik Baik sekali Baik sekali dan terlatih Kelompok Umur dalam Tahun ke atas > 18,31 > - 19,01 > - 19,31 > - 20,01 > - 20,31 > - 21,01 16,55-18,30 18,31-19,00 19,01-19,30 19,31-20,00 20,01-20,30 20,31-21,00 14,31-16,54 15,55-18,30 16,31-19,00 17,31-19,30 19,01-20,00 19,31-20,30 12,30-14,30 13,31-15,54 14,31-16,30 15,56-17,00 16,31-19,00 17,31-19,30 11,50-12,29 12,30-13,30 13,00-14,30 13,45-15,55 14,30-16,30 16,30-17,30 < -11,50 < - 12,30 < - 13,00 < - 13,45 < - 14,30 < - 16,30 Menurut Badriah DL (2009: 34-35), Daya tahan kardiorespirasi dipengaruhi beberapa factor antara lain sebagai berikut. Keturunan (genetik). Hal ini didasarkan pada hasil penelitian, bahwa kemampuan ambilan oksigen maksimal per menit dipengaruhi oleh faktor keturunan (genetik). khususnya jenis serabut otot dan kadar Hb. Serabut otot dominan untuk mewujudkan kerja daya tahan adalah jenis otot slow twitch fiber ( jenis serabut otot lambat atau jenis serabut otot merah). Dikatakan serabut otot merah atau tipe otot 131

10 lambat, karena filamen-filamen pada otot jenis ini berwarna merah karena banyaknya pembuluh kapiler yang memberikan suplay darah dan nutrisi untuk kerja otot tersebut. Semakin banyak pembuluh kapiler yang mensuplay otot tersebut akan semakin lama kemampuan kontraksinya. Usia. Mulai anak-anak sampai sekitar usia 20 tahun, daya tahan kardiorespirasi meningkat dan mencapai maksimal pada usia tahun. Pada orang yang terlatih, penurunan daya tahan kardiorespirasi setelah usia 30 tahun hanya menurun sekitar 20-30%. Jenis Kelamin. Sampai pada usia pubertas tidak terdapat perbedaan antara lakilaki dan wanita dan setelah itu, wanita lebih rendah sekitar 15-20% dari laki-laki. Perbedaan ini terletak pada maximal muscular power yang berhubungan dengan luas permukaan tubuh, komposisi tubuh, kekuatan, jumlah hemoglobin, kapasitas paru, dan sekresi hormon testoteron. Aktivitas Fisik. Istirahat di tempat tidur selama 3 minggu akan menurunkan daya tahan kardiorespirasi sebanyak 17-27%. Efek latihan aerobik selama 8 minggu akan meningkatkan sebanyak 62% dari keadaan istirahat atau sekitar 18% bila tidak melakukan istirahat. METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan suatu peristiwa pada saat ini. Berkenaan dengan masalah penelitian ini, yaitu hubungan status gizi (indeks massa tubuh dan hemoglobin) dengan daya tahan kardiorespirasi atlet pencak silat Kota Bekasi, maka teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah teknik korelasional. Dasar penelitian ini adalah cross sectional dimana penelitian ini dilakukan pada satu periode tertentu, serta sampel hanya diukur satu kali. Hermawan (2005: 87) dalam mengatakan: penelitian cross sectional adalah suatu penelitian yang datanya dikumpulkan sekaligus, merupakan hasil sekali bidik (one snaphoot) pada satu saat tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah atlet pencak silat Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Kota Bekasi yang rutin mengikuti latihan berjumlah 20 atlet. Dalam 132

11 hal ini sampel diperoleh dengan cara ditetapkan oleh penulis karena merupakan atlet yang rutin berlatih, bersedia untuk mengikuti tes lari 2,4 Km serta diukur indeks massa tubuh dan hemoglobinnya. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes daya tahan kardiorespirasi dengan menggunakan tes lari 2,4 Km, penghitungan indeks massa tubuh menggunakan rumus IMT serta pengukuran kadar hemoglobin menggunakan kertas Hb skala Harenz. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, penulis mengambil sampel dari keseluruhan populasi sebanyak 20 atlet dengan kualifikasi atlet yang rutin berlatih. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut: Tabel 5. Daftar Sampel Penelitian No testi TES 1 (IMT) TES 2 (Hb) TES 3 (Lari 2,4 Km) Jenis Kelamin Usia Laki-Laki Perempuan Laki- Laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-Laki Perempuan Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Perempuan Perempuan Laki-Laki

12 Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki 17 Adapun hasil klasifikasinya dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini: Tabel 6. Hasil Pengamatan dan Klasifikasi Variabel Indeks Massa TubuhHemoglobin dan Daya Tahan Kardiorespirasi No testi Kategori IMT Hb DTK 1 Gemuk/Obes Normal Sedang 2 BB Lebih Normal Sedang 3 BB Normal Normal Baik Sekali 4 BB Normal Normal Sedang 5 BB Normal Normal Baik 6 BB Normal Normal Baik Sekali 7 BB Normal Normal Baik Sekali 8 BB Normal Normal Terlatih 9 BB Kurang Normal Terlatih 10 BB Kurang Normal Terlatih 11 Gemuk/Obes Normal Baik 12 BB Lebih Normal Baik Sekali 13 BB Lebih Normal Baik Sekali 14 BB Normal Normal Baik Sekali 15 BB Normal Normal Terlatih 16 BB Normal Normal Terlatih 17 BB Normal Normal Terlatih 18 BB Ideal Normal Terlatih 19 BB Ideal Normal Terlatih 20 BB Ideal Normal Terlatih 134

13 Untuk hasil penghitungan dan pengukuran nilai rata-rata, dan simpangan baku dari variabel penelitian, yaitu: indeks massa tubuh, kadar hemoglobin dan daya tahan kardiorespirasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 7. Hasil Penghitungan Dan Pengukuran Status Gizi (Indeks Massa Tubuh dan Hemoglobin) dengan Daya Tahan Kardiorespirasi Komponen X S Jumlah Indeks Massa Tubuh Hemoglobin (gram/dl) Daya Tahan Kardiorespirasi Untuk lebih jelasnya, keseluruhan hasil uji normalitas data penelitian (indeks massa tubuh, hemoglobin dan daya tahan kardiorespirasi) dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini: Tabel 8. Hasil Uji Normalitas (Lilliefors) Variabel L hitung L tabel Keterangan Indeks Massa Tubuh Normal Hemoglobin Normal Daya Tahan Kardiorespirasi Normal Berdasarkan tabel 7 tersebut di atas dapat diketahui bahwa nilai L tabel untuk penghitungan indeks massa tubuh, pengukuran hemoglobin dan tes daya tahan kardiorespirasi dari daftar = pada dk = 20 dan taraf signifikansi = Sedangkan nilai L hitung data indeks massa tubuh = 0.180, nilai L hitung pengukuran kadar hemoglobin = dan nilai L hitung tes daya tahan kardiorespirasi = Kriteria pengujiannya adalah: tolak hipotesis nol jika L o yang diperoleh dari data pengamatan melebihi L dari daftar tabel. Berdasarkan hasil penghitungan di atas menunjukkan harga mutlak terbesar dari L hitung = Karena Lo = < L 0.05 = 0.190, maka Ho diterima dan populasi berdistribusi normal. Setelah diketahui bahwa distribusi data adalah normal, maka 135

14 pengujian hipotesis menggunakan pengujian parametrik, dalam hal ini menggunakan uji t dan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 9. Hasil Uji Signifikansi Koefisien Korelasi antara Status Gizi (Indeks Massa Tubuh) dengan Daya Tahan Kardiorespirasi Koefisien Korelasi (r xy ) t hitung t tabel ( =0,05, dk = 18) Signifikansi Signifikan Tabel tersebut di atas menunjukan bahwa nilai t-hitung = 9.01 yang lebih besar dari t-tabel = 2.10 pada dk = 18 dan taraf nyata = Hal ini berarti hipotesis nol (H 0 ) ditolak dan hipotesis penelitian (H a ) diterima sehingga hasil korelasi yang diperoleh menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara status gizi (indeks massa tubuh) dengan daya tahan kardiorespirasi. Hal ini berarti hasil penghitungan indeks massa tubuh dapat dijadikan prediksi untuk mengetahui kapasitas aerobik atau daya tahan kardiorespirasi sampel penelitian. Koefisien determinasi antara status gizi (indeks massa tubuh) dengan daya tahan kardiorespirasi adalah (r xy ) 2 x 100 = (0.86) 2 x 100 = %. Hal ini berarti bahwa % daya tahan kardiorespirasi dapat dilihat dari penghitungan status gizi (indeks massa tubuh) seseorang. Berdasarkan hasil penghitungan tinggi-rendah, kuatlemah atau besar kecilnya suatu korelasi dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya suatu angka (koefisien) yang disebut angka indeks korelasi atau coefficient of correlation. Jadi angka indeks korelasi adalah sebuah angka yang dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui seberapa besar kekuatan korelasi diantara variabel yang yang diselidiki korelasinya. Untuk memberikan interprestasi terhadap kuatnya korelasi maka digunakan pedoman sebagai berikut: Tabel 10. Klasifikasi Koefisien Korelasi Tes (Sumber: Nur Hasan, 2007: 335) r = 0,00 : Tidak ada hubungan r = ± 0,01 - ± 0,20 : Rendah r = ± 0,21 - ± 0,50 : Sedang 136

15 r = ± 0,51 - ± 0,70 : Cukup r = ± 0,71 - ± 0,90 : Tinggi r = ± 1,90 - ± 1,00 : Sempurna Dari hasil penghitungan korelasi antara status gizi (indeks massa tubuh) dengan daya tahan kardiorespirasi diperoleh angka korelasi sebesar 0.86 dan berada pada kategori tinggi. Artinya, apabila angka variabel indeks massa tubuh mengalami kenaikan atau penurunan akan diikuti pula dengan kenaikan atau penurunan angka pada variabel daya tahan kardiorespirasi. Selanjutnya, hasil uji signifikasi koefisien korelasi antara pengukuran status gizi (hemoglobin) dengan daya tahan kardiorespirasi dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini: Tabel 11. Hasil Uji Signifikansi Koefisien Korelasi antara Status Gizi (Hemoglobin) dengan Daya Tahan Kardiorespirasi Koefisien Korelasi (r xy ) t hitung t tabel ( =0,05, dk = 18) Signifikansi Signifikan Dengan demikian diperoleh nilai t-hitung = yang lebih besar dari t-tabel = 2.10 pada dk = 18 dan taraf nyata = Hal ini berarti hipotesis nol (H 0 ) ditolak dan hipotesis penelitian (H a ) diterima sehingga hasil korelasi yang diperoleh menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status gizi (hemoglobin) dengan daya tahan kardiorespirasi. Hal ini berarti hasil tes hemoglobin dapat dijadikan prediksi untuk mengetahui daya tahan kardiorespirasi. Koefisien determinasi antara status gizi (hemoglobin) dengan daya tahan kardiorespirasi adalah (r xy ) 2 x 100 = (0.86) 2 x 100 = %. Hal ini berarti bahwa % daya tahan kardiorespirasi atlet di tentukan oleh kadar hemoglobin dalam darah. Berdasarkan penghitungan koefisien korelasi antara status gizi (hemoglobin) dengan daya tahan kardiorespirasi diperoleh angka -0.86, dan berada pada kategori tinggi. Artinya, semakin tinggi angka kadar hemoglobin atlet, maka semakin rendah atau semakin cepat waktu yang dibutuhkan atlet untuk menyelesaikan lari 2.4 Km, dan 137

16 mengindikasikan semakin tingginya daya tahan kardiorespirasi atlet pecak silat Kota Bekasi. Selanjutnya, untuk mengetahui hasil uji signifikasi ketiga variabel penelitian, maka digunakan uji signifikasi koefisien korelasi ganda (multiple correlation) antara penghitungan status gizi (indeks massa tubuh dan hemoglobin) dengan daya tahan kardiorespirasi. Adapun hasil penghitungannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 12. Hasil Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Ganda antara Status Gizi (Indeks Massa Tubuh Dan Hemoglobin) Dengan Daya Tahan Kardiorespirasi Koefisien Korelasi F hitung F tabel Signifikansi Signifikan Dengan taraf nyata ( ) = 0.05 dan dk = (k=2, n- k- 1 =17) maka diperoleh F tabel = F (1- )(dk pembilang, dk penyebut) = F (1-0,05)(2, 17) = Bila dibandingkan, maka nilai F hitung = 4.17 lebih besar dari nilai F tabel = 3.59 sehingga hipotesis ditolak (korelasi signifikan). Kesimpulannya terdapat hubungan yang signifikan antara variabel (X 1 ) status gizi (indeks massa tubuh) dan variabel (X 2 ) status gizi (hemoglobin) secara bersama-sama dengan variabel (Y) yaitu daya tahan kardiorespirasi. Dengan demikian diperoleh nilai F hitung = 4.17 dan F tabel dengan dk pembilang 2, dan dk penyebut 17 dengan 0.05 sebesar Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa derajat hubungan ketiga variabel tersebut sebesar 0.57 adalah signifikan dan berada pada kategori cukup. Berdasarkan uji signifikansi (keberartian) koefisien korelasi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi antara indeks massa tubuh dan hemoglobin dengan daya tahan kardiorespirasi adalah signifikan. Koefisien determinasinya adalah (Ry 12 ) 2 x 100 = (0.57) 2 x 100 = %. Hal ini berarti bahwa % daya tahan kardiorespirasi ditentukan oleh indeks massa tubuh dan hemoglobin. Artinya, apabila angka variabel indeks massa tubuh dan hemoglobin mengalami kenaikan atau penurunan akan diikuti pula dengan kenaikan atau penurunan pada angka variabel daya tahan kardiorespirasi. 138

17 SIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, maka kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) terdapat korelasi yang signifikan dan searah dengan angka korelasi positif sebesar 0.86 (kategori tinggi) antara status gizi (indeks massa tubuh) dengan daya tahan kardiorespirasi atlet pencak silat Kota Bekasi, (2) terdapat korelasi yang signifikan dan searah dengan angka korelasi negatif sebesar dan berada pada kategori tinggi, antara status gizi (hemoglobin) dengan daya tahan kardiorespirasi atlet pencak silat Kota Bekasi, dan (3) terdapat korelasi yang signifikan dan searah dengan angka korelasi positif sebesar 0.57 dan berada pada kategori cukup, antara status gizi (indeks massa tubuh dan hemoglobin) dengan daya tahan kardiorespirasi atlet pencak silat Kota Bekasi. DAFTAR PUSTAKA Badriah DL. (2009). Fisiologi Olahraga Edisi II. Bandun: Multazam. Depdiknas. (2003). Ketahuilah Tingkat Kesegaran Jasmani Anda. Jakarta: Depdiknas Pusat Pengembangan Kualitas Jamani. Giriwijoyo, dkk. (2007). Ilmu Kesehatan Olahrga (Sport Medicine). Bandung: FPOK UPI Bandung. Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: CV. Tambak. Kimball, dkk. (1983). Biologi edisi kelima. Jakarta: Erlangga. Muhammad, Memet. (2009). Diktat Statistik Pendidikan. FKIP Unisma Bekasi.. (2009). Materi Perkuliahan Statistik 2 (statistik inferensial). FKIP Unisma Bekasi Mutohir, dkk. (2007). Sport Development Index. Jakarta: Bessindo Primalaras. M. Saleh. (1991). Olahraga pencak silat. Bandung: FPOK IKIP. Nurhasan. (2007). Tes dan Pengukuran Olahraga. Bandung: FPOK UPI. Sucipto. (2001). Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran Pencak Silat. Direktorat Jendral Olahraga Depdiknas. 139

18 Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. T. Ariyadi dkk Perbedaan Hasil Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Metode Cyanmeth Langsung dan Tidak Langsung. (online) dimuat didalam ( 140

PROFIL INDEKS MASSA TUBUH DAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PJKR UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI TAHUN 2015/2016

PROFIL INDEKS MASSA TUBUH DAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PJKR UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI TAHUN 2015/2016 PROFIL INDEKS MASSA TUBUH DAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PJKR UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI TAHUN 2015/2016 Aridhotul Haqiyah 1 Universitas Islam 45 Bekasi ary_haqiyah@yahoo.co.id Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulutangkis adalah salah satu cabang olahraga yang popular dan banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Bahkan masyarakat Indonesia sudah melekat kecintaanya terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selama metabolisme berkepanjangan saat latihan yang intens. 1,2 Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. selama metabolisme berkepanjangan saat latihan yang intens. 1,2 Berdasarkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Daya tahan kardiorespirasi adalah salah satu unsur kebugaran jasmani yang menggambarkan kemampuan pembuluh paru-paru jantung dan darah untuk memberikan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luang dan menanggulangi keadaan-keadaan mendadak yang tidak. yang berkaitan dengan kesehatan dan yang berkaitan dengan performance.

BAB I PENDAHULUAN. luang dan menanggulangi keadaan-keadaan mendadak yang tidak. yang berkaitan dengan kesehatan dan yang berkaitan dengan performance. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebugaran fisik adalah kemampuan untuk melakukan pekerjaan seharihari dengan bertenaga dan penuh kesiagaan, tanpa kelelahan yang tidak semestinya dan dengan cukup energi,

Lebih terperinci

PENGARUH KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP AKURASI JUMP SERVIS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI. Loan Subarno*) ABSTRAK

PENGARUH KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP AKURASI JUMP SERVIS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI. Loan Subarno*) ABSTRAK PENGARUH KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP AKURASI JUMP SERVIS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI Loan Subarno*) ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui pengaruh latihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu yang membutuhkan daya tahan jantung paru. Kesegaran jasmani yang rendah diikuti dengan penurunan

Lebih terperinci

PENGARUH KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP AKURASI JUMP SERVIS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI. Loan Subarno*) ABSTRAK

PENGARUH KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP AKURASI JUMP SERVIS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI. Loan Subarno*) ABSTRAK PENGARUH KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP AKURASI JUMP SERVIS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI Loan Subarno*) ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui pengaruh latihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diemban. Kebugaran jasmani dipertahankan dengan berbagai bentuk latihan.

BAB I PENDAHULUAN. diemban. Kebugaran jasmani dipertahankan dengan berbagai bentuk latihan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) memerlukan tingkat kebugaran jasmani lebih tinggi dibandingkan orang biasa karena beratnya tugas yang diemban. Kebugaran jasmani

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan oleh banyaknya klub-klub sepak bola yang ada dan penggemar yang tidak sedikit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waktu, dan tempat dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara

BAB I PENDAHULUAN. waktu, dan tempat dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pencak silat adalah gerak bela serang yang teratur menurut sistem, waktu, dan tempat dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara ksatria, tidak

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PRODI KEDOKTERAN UNJA

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PRODI KEDOKTERAN UNJA HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PRODI KEDOKTERAN UNJA Ahmad Syauqy 1 1 Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Jambi email : asqyjbi30@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik. 1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat VO2max Burns (2000:2) VO2max adalah jumlah maksimal oksigen yang dapat dikonsumsi selama aktivitas fisik yang intens sampai akhirnya terjadi

Lebih terperinci

TINJAUAN KEMAMPUAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO2 MAX) ATLET PENCAK SILAT PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN PELAJAR (PPLP) SUMATERA BARAT TAHUN 2015 JURNAL

TINJAUAN KEMAMPUAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO2 MAX) ATLET PENCAK SILAT PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN PELAJAR (PPLP) SUMATERA BARAT TAHUN 2015 JURNAL 1 TINJAUAN KEMAMPUAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO2 MAX) ATLET PENCAK SILAT PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN PELAJAR (PPLP) SUMATERA BARAT TAHUN 2015 JURNAL Oleh : SITI MURNI 1104725/2011 JURUSAN KESEHATAN DAN

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 17 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 di lingkungan Kampus (IPB)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Olahraga adalah segala bentuk aktivitas fisik kompetitif yang biasanya dilakukan melalui partisipasi santai atau terorganisi, bertujuan untuk menggunakan, memelihara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah nikmat karunia Allah yang menjadi dasar bagi segala nikmat. Nikmatnya makan, minum, tidur, serta kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah nikmat karunia Allah yang menjadi dasar bagi segala nikmat. Nikmatnya makan, minum, tidur, serta kemampuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sehat adalah nikmat karunia Allah yang menjadi dasar bagi segala nikmat dan segala kemampuan. Nikmatnya makan, minum, tidur, serta kemampuan bergerak, bekerja

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KELINCAHAN DAN KECEPATAN TERHADAP KETERAMPILAN MENGGIRING BOLA DALAM PERMAINAN BOLA BASKET

KONTRIBUSI KELINCAHAN DAN KECEPATAN TERHADAP KETERAMPILAN MENGGIRING BOLA DALAM PERMAINAN BOLA BASKET KONTRIBUSI KELINCAHAN DAN KECEPATAN TERHADAP KETERAMPILAN MENGGIRING BOLA DALAM PERMAINAN BOLA BASKET (Studi Deskriptif pada Siswa Ekstrakurikuler Bola Basket SMP Negeri 11 Kota Tasikmalaya Tahun Ajaran

Lebih terperinci

Kata Kunci: Kadar Lemak, Status Gizi, Kapasitas Vital Paru, Kesegaran Jasmani.

Kata Kunci: Kadar Lemak, Status Gizi, Kapasitas Vital Paru, Kesegaran Jasmani. Serambi Saintia, Vol. IV, No. 1, April 2016 ISSN : 2337-9952 HUBUNGAN KADAR LEMAK, STATUS GIZI DAN KAPASITAS VITAL PARU DENGAN KESEGARAN JASMANI PADA MAHASISWA PENJASKES UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Sehat juga keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinan setiap orang hidup produktif dan ekonomis.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaannya sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Serta meningkatkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI ATLET PENCAK SILAT DI KLUB SMP NEGERI 01 NGUNUT TULUNGAGUNG JURNAL

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI ATLET PENCAK SILAT DI KLUB SMP NEGERI 01 NGUNUT TULUNGAGUNG JURNAL HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI ATLET PENCAK SILAT DI KLUB SMP NEGERI 01 NGUNUT TULUNGAGUNG JURNAL EKO ANDI SUSILO 096484002 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penentuan suatu metode dalam proses penelitian merupakan langkahlangkah signifikan yang akan mendorong tercapainya tujuan penelitian, ketepatan penentuan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENJASKESREK FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2015

PROGRAM STUDI PENJASKESREK FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2015 Artikel Skripsi PENGARUH LATIHAN LARI INTERVAL DENGAN LATIHAN NAIK TURUN BANGKU TERHADAP PENINGKATAN VO2Max PADA SISWA EKSTRAKURIKULER SEPAK BOLA SMA NEGERI 7 KEDIRI TAHUN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu dalam masyarakat berperan penting sebagai agen dari suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut membutuhkan suatu keadaan yang mendukung

Lebih terperinci

sebagainya. Menurut Susan M Sawyer et al, 2012 masa remaja merupakan salah satu fase kehidupan saat fungsi fisik hampir mencapai puncaknya.

sebagainya. Menurut Susan M Sawyer et al, 2012 masa remaja merupakan salah satu fase kehidupan saat fungsi fisik hampir mencapai puncaknya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat kebugaran jasmani berhubungan erat dengan aktivitas fisik yang dilakukan seseorang. Semakin tinggi aktivitas semakin besar tingkat kebugarannya begitupun sebaliknya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. aktifitas yang dilakukan bersifat pokok (karier) maupun aktifitas rileks

II. TINJAUAN PUSTAKA. aktifitas yang dilakukan bersifat pokok (karier) maupun aktifitas rileks 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian kebugaran Jasmani Kebugaran jasmani merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia, dimana setiap hari manusia banyak melakukan berbagai aktifitas, baik aktifitas

Lebih terperinci

PENGARUH METODE LATIHAN DAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN AEROB PEMAIN BULUTANGKIS PUTRA PB PG MRICAN KEDIRI

PENGARUH METODE LATIHAN DAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN AEROB PEMAIN BULUTANGKIS PUTRA PB PG MRICAN KEDIRI PENGARUH METODE LATIHAN DAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN AEROB PEMAIN BULUTANGKIS PUTRA PB PG MRICAN KEDIRI Deddy Setyawan Priambodo Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta E-mail: Abstrak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesegaran Jasmani 2.1.1 Pengertian Kesegaran jasmani sudah umum dipakai dalam bahasa Indonesia, khususnya dalam bidang keolahragaan. Kesegaran jasmani biasa diucapkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia. Saat ini, pencak silat sendiri sudah dipertandingkan diberbagai ajang kompetisi olahraga internasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, memelihara kesegaran jasmani (fitness) atau sebagai terapi untuk memperbaiki kelainan,

Lebih terperinci

Vol. 1 No. 1 ISSN Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap VO2Max Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016

Vol. 1 No. 1 ISSN Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap VO2Max Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016 Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016 Isyani Email: duatujuhyard@yahoo.com Abstract; Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh

Lebih terperinci

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET Pendahuluan Prestasi olahraga yang tinggi perlu terus menerus dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Salah satu faktor yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa dipisahkan. Didalam hidup manusia dituntut untuk dapat menjaga

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa dipisahkan. Didalam hidup manusia dituntut untuk dapat menjaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada prinsipnya manusia sadar bahwa dirinya sebagai individu sekaligus makhluk sosial yang terdiri dari jasmani dan rohani, yang keduanya tidak bisa dipisahkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang dibutuhkan untuk kesehatan optimal sangatlah penting.

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang dibutuhkan untuk kesehatan optimal sangatlah penting. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi seseorang menunjukkan seberapa besar kebutuhan fisiologis individu tersebut telah terpenuhi. Keseimbangan antar nutrisi yang masuk dan nutrisi yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahan aerobik yang baik diperlukan tingkat VO 2 max yang tinggi. Banyak faktor

BAB I PENDAHULUAN. tahan aerobik yang baik diperlukan tingkat VO 2 max yang tinggi. Banyak faktor 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini keikutsertaan wanita dalam pertandingan/perlombaan dalam bidang olahraga prestasi semakin meningkat. Secara biologis wanita setiap bulan akan mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebugaran jasmani adalah kondisi jasmani yang berhubungan dengan kemampuan atau kesanggupan tubuh yang berfungsi dalam menjalankan pekerjaan secara optimal dan efisien.

Lebih terperinci

YADY SUPRIYATNA, 2014 KONTRIBUSI TINGKAT VO2 MAX TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI DALAM OLAHRAGA BULUTANGKIS

YADY SUPRIYATNA, 2014 KONTRIBUSI TINGKAT VO2 MAX TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI DALAM OLAHRAGA BULUTANGKIS 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peneltian Permainan bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang sering dimainkan oleh masyarakat Indonesia. Peraturannya yang sederhana membuat bulutangkis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latihan fisik merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran. Seseorang dengan aktivitas fisik rendah memiliki 20% sampai 30% lebih tinggi risiko

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Penelitian ini menggunakan contoh mahasiswa mayor Ilmu Gizi tahun ajaran 2009 yang mengikuti mata kuliah Gizi Olahraga. Jumlah contoh awal dalam penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN PELAKSANAAN TES DALAM PENDIDIKAN JASMANI DI SMP NEGERI 1 CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN PELAKSANAAN TES DALAM PENDIDIKAN JASMANI DI SMP NEGERI 1 CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT. HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN PELAKSANAAN TES DALAM PENDIDIKAN JASMANI DI SMP NEGERI 1 CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT Mudjihartono (Universitas Pendidikan Indonesia) Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

NARASI KEGIATAN TES KEBUGARAN JANTUNG PARU DENGAN METODE ROCKPORT BAGI KARYAWAN DINAS KESEHATAN PROPINSI DIY

NARASI KEGIATAN TES KEBUGARAN JANTUNG PARU DENGAN METODE ROCKPORT BAGI KARYAWAN DINAS KESEHATAN PROPINSI DIY NARASI KEGIATAN TES KEBUGARAN JANTUNG PARU DENGAN METODE ROCKPORT BAGI KARYAWAN DINAS KESEHATAN PROPINSI DIY Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or NIP 19830127 200604 2 001 FIK UNY Abstrak Dalam rangka menilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa adalah siswa pada perguruan tinggi yang memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan sebagai remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan

Lebih terperinci

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes GIZI KESEHATAN MASYARAKAT Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes Introduction Gizi sec. Umum zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan dan memperbaiki jaringan tubuh. Gizi (nutrisi)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Umbulharjo, Yogyakarta, memiliki 24 kelas, yang masing masing kelas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Umbulharjo, Yogyakarta, memiliki 24 kelas, yang masing masing kelas BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian SDIT Luqman Al Hakim Yogyakarta terletak di Muja Muju, Umbulharjo, Yogyakarta, memiliki 24 kelas, yang masing masing kelas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah merupakan suatu bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah merupakan suatu bentuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kebugaran jasmani Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah merupakan suatu bentuk pembinaan dan peningkatan kebugaran jasmani bagi siswa. Batasan mengenai kebugaran jasmani dikemukakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jepang yang terdiri dari dua kata yaitu kara dan te, jika disatukan dalam satu

I. PENDAHULUAN. Jepang yang terdiri dari dua kata yaitu kara dan te, jika disatukan dalam satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga adalah aktifitas fisik atau jasmani yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan kebugaran dan stamina tubuh. Salah satu cabang olahraga yang banyak digemari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

Idris Mohamad mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga ; Drs. Ahmad Lamusu, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan dan

Idris Mohamad mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga ; Drs. Ahmad Lamusu, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan dan PENGARUH PELATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN VO 2 MAX DALAM CABANG OLAHRAGA PENCAK SILAT PADA MAHASISWA SEMESTER VI B JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA (Idris Mohamad, Ahmad Lamusu, Edy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggi Fauzi Mukti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggi Fauzi Mukti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan suatu pekerjaan fisik yang dikerjakan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang sangat berarti. Artinya

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI AEROBIK DAN LATIHAN RENANG TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI AEROBIK DAN LATIHAN RENANG TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI AEROBIK DAN LATIHAN RENANG TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Studi DIV Fisioterapi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 29 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2011 di SMA Ragunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia merupakan masalah yang sering ditemui pada remaja putri. Remaja putri termasuk dalam kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya semua orang mempunyai aktifitas masing-masing, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya semua orang mempunyai aktifitas masing-masing, dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya semua orang mempunyai aktifitas masing-masing, dimana tingkatan aktifitasnya itu berbeda-beda pada masing-masing individu. Untuk dapat melaksanakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU DENGAN DAYA TAHAN CARDIORESPIRATORY PADA CABANG OLAHRAGA SEPAK BOLA

HUBUNGAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU DENGAN DAYA TAHAN CARDIORESPIRATORY PADA CABANG OLAHRAGA SEPAK BOLA HUBUNGAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU DENGAN DAYA TAHAN CARDIORESPIRATORY PADA CABANG OLAHRAGA SEPAK BOLA Ilman Alifa Syahda, Imas Damayanti, Iman Imanudin Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN PERMAINAN HOKI TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DI SMA NEGERI 26 GARUT

PENGARUH PEMBELAJARAN PERMAINAN HOKI TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DI SMA NEGERI 26 GARUT PENGARUH PEMBELAJARAN PERMAINAN HOKI TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DI SMA NEGERI 26 GARUT Carsiwan, Mira Sandrawaty Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Departemen

Lebih terperinci

Specific Dynamic Action

Specific Dynamic Action Kebutuhan Energi Besarnya kebutuhan energi tergantung dari energi yang digunakan setiap hari. Kebutuhan energi dapat dihitung dengan memperhatikan beberapa komponen penggunaan energi. Komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Latihan kondisi fisik (physical conditioning) memegang peranan penting untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical fitness).

Lebih terperinci

KONTRIBUSI DAYA LEDAK OTOT LENGAN DAN KELENTUKAN TERHADAP PUKULAN LOB ATLET BULUTANGKIS PB. MERAH PUTIH KOTA PADANG

KONTRIBUSI DAYA LEDAK OTOT LENGAN DAN KELENTUKAN TERHADAP PUKULAN LOB ATLET BULUTANGKIS PB. MERAH PUTIH KOTA PADANG KONTRIBUSI DAYA LEDAK OTOT LENGAN DAN KELENTUKAN TERHADAP PUKULAN LOB ATLET BULUTANGKIS PB. MERAH PUTIH KOTA PADANG Giri Prayogo 1 Universitas Islam 45 Bekasi giriprayogo91@gmail.com Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci

2015 PENGARUH LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENURUNAN LEMAK TUBUH DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN DAYA TAHAN AEROBIK (VO2 MAX)

2015 PENGARUH LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENURUNAN LEMAK TUBUH DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN DAYA TAHAN AEROBIK (VO2 MAX) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tubuh ideal dan sehat menjadi dambaan bagi semua orang karena hal ini akan menimbulkan rasa percaya diri dalam pergaulan serta tampil sehat dalam setiap kesempatan.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011 di SMP/SMA Ragunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. enzim dari jalur lintas glikolitik dan heksosa monofosfat dari metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. enzim dari jalur lintas glikolitik dan heksosa monofosfat dari metabolisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era teknologi maju olahraga menjadi semakin penting bagi sumberdaya manusia (SDM) agar dapat menempatkan diri pada kedudukan yang lebih baik untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA SDN 16 PULAU BINJAI DENGAN SDN 22 RANTAU SILANG KECAMATAN KUANTAN MUDIK

PERBEDAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA SDN 16 PULAU BINJAI DENGAN SDN 22 RANTAU SILANG KECAMATAN KUANTAN MUDIK PERBEDAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA SDN 16 PULAU BINJAI DENGAN SDN 22 RANTAU SILANG KECAMATAN KUANTAN MUDIK Misrati Kepala SDN 012 Kasang Kecamatan Kuantan Mudik misratii729@gmail.com ABSTRAK Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Sebagaimana telah dipaparkan pada Bab II bahwa permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah pengaruh latihan menggunakan alat bantu tahanan karet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merokok juga banyak dilakukan oleh remaja bahkan anak-anak. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dalam DepKes RI

BAB I PENDAHULUAN. merokok juga banyak dilakukan oleh remaja bahkan anak-anak. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dalam DepKes RI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman di Indonesia saat ini membawa banyak perubahan bagi lingkungan maupun masyarakatnya. Perubahan yang sering terjadi ialah perubahan perilaku pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN DAYA TAHAN (ENDURANCE) TERHADAP PENINGKATAN VO2MAX PEMAIN SEPAKBOLA

PENGARUH LATIHAN DAYA TAHAN (ENDURANCE) TERHADAP PENINGKATAN VO2MAX PEMAIN SEPAKBOLA Multilateral: Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga Herita, Ramadhan, Ali 121 PENGARUH LATIHAN DAYA TAHAN (ENDURANCE) TERHADAP PENINGKATAN VO2MAX PEMAIN SEPAKBOLA Herita Warni, Ramadhan Arifin, Robinsyah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Energi Otot Rangka Kreatin fosfat merupakan sumber energi pertama yang digunakan pada awal aktivitas kontraktil. Suatu karakteristik khusus dari energi yang dihantarkan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH :

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH : KONTRIBUSI KESEIMBANGAN, KECEPATAN DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN TENDANGAN DEPAN PADA PESERTA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT DI SMK AHMAD YANI KEDIRI TAHUN AJARAN 2014-2015 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Futsal merupakan olahraga permainan yang di gemari oleh seluruh masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. Futsal merupakan olahraga permainan yang di gemari oleh seluruh masyarakat di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Futsal merupakan olahraga permainan yang di gemari oleh seluruh masyarakat di karenakan cara memainkan olahraga ini sangat lah murah dan mudah, dengan bermodalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100 meter sampai dengan 400 meter (Yoyo, 2000). Lari sprint 100 meter merupakan nomor lari jarak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kodratnya dengan tidak bergerak dan tidak beraktivitas. Banyak manfaat

I. PENDAHULUAN. kodratnya dengan tidak bergerak dan tidak beraktivitas. Banyak manfaat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan mahluk bergerak, oleh karena itu tidak boleh melawan kodratnya dengan tidak bergerak dan tidak beraktivitas. Banyak manfaat yang diperoleh dengan bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Faktor umur harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Faktor umur harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini memerlukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faktor umur harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini memerlukan perhatian khusus dalam bidang kesehatan. Pihak pemerintah, dalam hal ini Departemen Kesehatan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Penggunaan metode dalam pelaksanaan penelitian turut menentukan

Lebih terperinci

PELATIHAN LARI AMPLOP MENINGKATKAN KELINCAHAN SISWA PUTRA PESERTA EKSTRA KURIKULER PENCAK SILAT SMA DWIJENDRA DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PELATIHAN LARI AMPLOP MENINGKATKAN KELINCAHAN SISWA PUTRA PESERTA EKSTRA KURIKULER PENCAK SILAT SMA DWIJENDRA DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PELATIHAN LARI AMPLOP MENINGKATKAN KELINCAHAN SISWA PUTRA PESERTA EKSTRA KURIKULER PENCAK SILAT SMA DWIJENDRA DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Yudhi Surya Pratama*, Yoga Parwata**, Ngurah Adi Santika***

Lebih terperinci

Vol. 1 No. 1 ISSN Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap VO2Max Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016

Vol. 1 No. 1 ISSN Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap VO2Max Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016 Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016 Isyani Dosen FPOK IKIP Mataram Email: duatujuhyard@yahoo.com Abstract Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Indeks Masa Tubuh 2.1.1. Defenisi Indeks Masa Tubuh Indeks Massa tubuh (IMT) adalah alat ukur paling umum yang digunakan untuk mendefenisikan status berat badan anak, remaja,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Universitas Nusantara PGRI Kediri. Disusun Oleh : NIM : PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

SKRIPSI. Universitas Nusantara PGRI Kediri. Disusun Oleh : NIM : PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT LENGAN DAN KELENTUKAN PUNGGUNG DENGAN KETETAPAN SERVIS ATAS DALAM PERMAIANAN BOLA VOLI PADA SISWA SMA PEMUDA PAPAR TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses transfer falsafah dan sistem nilai,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses transfer falsafah dan sistem nilai, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses transfer falsafah dan sistem nilai, pengetahuan dan kemampuan sebagai bagian paling penting dari investasi sumber daya manusia.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat, Waktu, dan Sasaran Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di SMAN 27 Bandung kelas X dan XI di jalan Ustaman Bin Affan No.1, Kota Bandung, Jawa

Lebih terperinci

ARTIKEL SURVEI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLA DI SMP PGRI BESOWO KEPUNG TAHUN AJARAN 2017/2018

ARTIKEL SURVEI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLA DI SMP PGRI BESOWO KEPUNG TAHUN AJARAN 2017/2018 ARTIKEL SURVEI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLA DI SMP PGRI BESOWO KEPUNG TAHUN AJARAN 2017/2018 Oleh: RIZKY HARDIAN 13.1.01.09.0155 Dibimbing oleh : 1. YULINGGA NANDA HANIEF,

Lebih terperinci

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Olahraga merupakan salah satu kesatuan yang memiliki tujuan cukup luas antaranya adalah untuk prestasi, pendidikan, dan sebagai aktivitas untuk kesehatan,

Lebih terperinci

2016 KONTRIBUSI KESEIMBANGAN, KELENTUKAN PANGGUL DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL TENDANGAN SABIT CABANG OLAHRAGA PENCAK SILAT

2016 KONTRIBUSI KESEIMBANGAN, KELENTUKAN PANGGUL DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL TENDANGAN SABIT CABANG OLAHRAGA PENCAK SILAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencak silat merupakan hasil karya budaya bangsa Indonesia yang telah dikembangkan secara turun temurun hingga mencapai bentuknya seperti sekarang ini. Definisi Pencak

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Dalam penelitian ini, penelitian dilakukan di tempat SSB PSBUM UPI berlatih bertempat di lapang sepak bola kampus FPOK jalan H. Ph

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Adanya pergeseran budaya dari budaya gerak menjadi budaya diam menyebabkan terjadinya permasalahan pada aspek kesegaran jasmani. Hal ini disebabkan oleh dampak teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi sekarang ini masyarakat disibukkan dengan pekerjaan yang menjadi rutinitas masyarakat tersebut. Masyarakat membutuhkan waktu untuk merefresh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi olahraga Indonesia mengalami keadaan pasang dan surut. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi olahraga Indonesia mengalami keadaan pasang dan surut. Pada BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Prestasi olahraga Indonesia mengalami keadaan pasang dan surut. Pada tiga periode SEA Games berturut-turut, yaitu tahun 2007, 2009, dan 2011, peringkat perolehan medali

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN TINGKAT VO 2 MAX PEMAIN SEPAK BOLA STKIP BBG. Didi Yudha Pranata 1. Abstrak

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN TINGKAT VO 2 MAX PEMAIN SEPAK BOLA STKIP BBG. Didi Yudha Pranata 1. Abstrak HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN TINGKAT VO 2 MAX PEMAIN SEPAK BOLA STKIP BBG Didi Yudha Pranata 1 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan tingkat VO 2 max

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan Penjaskesrek.

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan Penjaskesrek. HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN DENGAN NILAI KECEPATAN LARI PADA SISWA PUTRI KELAS VI MI MIFTAHUL ULUM KEBONAGUNG UJUNGPANGKAH GRESIK TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi dan trasportasi dirasa memperpendek jarak dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi dan trasportasi dirasa memperpendek jarak dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan modern kini menuntut segala sesuatu yang serba cepat. Baik dalam aktivitas pekerjaan, kehidupan rumah tangga dan kebutuhan makan dalam sehari-hari. Perkembangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani disekolah merupakan satu bentuk pembinaan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani disekolah merupakan satu bentuk pembinaan dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka a. Kebugaran Jasmani Pelaksanaan pendidikan jasmani disekolah merupakan satu bentuk pembinaan dan peningkatan kebugaran jasmani bagi siswa. Batasan mengenai kebugaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 43 BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Untuk memberikan gambaran umum mengenai distribusi data yang diperoleh di lapangan, maka data yang dideskripsikan menggunakan teknik statistik

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak BAB V PEMBAHASAN A. Asupan Karbohidrat Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan food recall 1 x 24 jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak latihan diketahui bahwa

Lebih terperinci

PELATIHAN PROGRAM KEBUGARAN BAGI INSTRUKTUR FITNESS SE-KABUPATEN MAGELANG

PELATIHAN PROGRAM KEBUGARAN BAGI INSTRUKTUR FITNESS SE-KABUPATEN MAGELANG LAPORAN PELAKSANAAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT PELATIHAN PROGRAM KEBUGARAN BAGI INSTRUKTUR FITNESS SE-KABUPATEN MAGELANG Oleh: Sigit Nugroho, S.Or., M.Or FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAHAN PENATARAN DI BPMD. OLEH: DRA. Hj. TITE JULIANTINE M.Pd

BAHAN PENATARAN DI BPMD. OLEH: DRA. Hj. TITE JULIANTINE M.Pd BAHAN PENATARAN DI BPMD OLEH: DRA. Hj. TITE JULIANTINE M.Pd ANATOMI DAN FISIOLOGI OLAHRAGA A. PENDAHULUAN Mempelajari tubuh manusia melibatkan beberapa ilmu pengetahuan. Masing-masing ilmu menyumbangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. POMNAS (Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. POMNAS (Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional) merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan POMNAS (Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional) merupakan salah satu kegiatan olahraga yang ada di Indonesia. Keberadaan Pomnas tidak terlepas dari sejarah perjalanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua lokasi, yaitu untuk fisik bertempat di Lapangan Pajajaran Bandung dan untuk teknik

Lebih terperinci

BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSIS DATA. 1. Gaya Hidup (X1) yang berasal dari data responden

BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSIS DATA. 1. Gaya Hidup (X1) yang berasal dari data responden BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSIS DATA Berdasarkan judul penelitian Hubungan Gaya Hidup Dan Tingkat Kebugaran jasmani Terhadap Risiko Sindrom Metabolik maka dapat dideskripsikan data

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEGARAN JASMANI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENJASKESREK IKIP PGRI PONTIANAK

ANALISIS TINGKAT KESEGARAN JASMANI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENJASKESREK IKIP PGRI PONTIANAK ANALISIS TINGKAT KESEGARAN JASMANI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENJASKESREK IKIP PGRI PONTIANAK Stephani Yaneˡ, Zainal Arifin², Mira Fuzita³ 1,2,3 Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas

Lebih terperinci