JOKOWI. Kerja, Kerja, Kerja. Proyek Mangkrak. Cerdaskan Petani. Proyek Mangkrak Jangan Dipelihara. Pembangunan dari Sabang hingga Merauke

Transkripsi

1 JOKOWI M e m b a n g u n Kerja, Kerja, Kerja Pembangunan dari Sabang hingga Merauke Proyek Mangkrak Proyek Mangkrak Jangan Dipelihara Cerdaskan Petani Infrastruktur dari Sabang hingga Merauke 1

2 Membangun dari Pinggiran Roda Pembangunan Bergulir hingga Jauh Oktober 2017 ini tepat tiga tahun masa pemerintahan Pesiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Banyak sekali pencapaian menonjol setidaknya di tiga bidang utama, yakni percepatan pembangunan infrastruktur, pembangunan manusia, dan kebijakan deregulasi ekonomi. Hasil kerja, kerja, kerja pemerintahan Jokowi disambut suka cita rakyat. Terbukti Organization for Economic Cooperation and Development mencatat tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah Indonesia pada 2016 sebesar 80 persen, capaian itu melonjak pesat dibanding tahun 2007 yang hanya 28 persen. Bebas Hambatan Berdasarkan laporan Kantor Staf Presiden Republik Indonesia, dalam percepatan pembangunan infrastruktur yang paling menonjol adalah pembangunan berbagai ruas jalan di berbagai wilayah di seluruh Tanah Air. Total ruas jalan tol yang telah dioperasionalkan di era Jokowi adalah sepanjang 176 kilometer dan diproyeksikan hingga akhir tahun 2017 mencapai 568 kilometer. Capaian pembangunan jalan bebas hambatan itu jauh melampaui pembangunan jalan tol rezim Soeharto yang hanya 490 kilometer dalam waktu 20 tahun. Demi mendukung konektivitas wilayah darat itu Presiden Jokowi menargetkan dalam 5 tahun pemerintahannya membangun kilometer jalan tol. Jalanjalan sepanjang itu dibangun demi kemudahan transportasi seluruh lapisan masyarakat dalam roda perekonomian yang pada akhirnya meningkatkan taraf hidup seluruh rakyat Indonesia. Pemerintahan Jokowi juga menggalakkan pemerataan pembangunan di wilayah pedalaman, perbatasan, dan pingggiran Indonesia. Pembangunan Jalan Trans Papua, sepanjang Sorong hingga Merauke, kini lebih masif dikerjakan. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan 2 Membangun Indonesia

3 Perumahan Rakyat, kini Trans Papua telah terhubung sepanjang 3.851,93 kilometer dari total target sepanjang 4.330,07 kilometer. Bendungan Harapan Selain jalan tol, pemerintahan Presiden Joko Widodo membangun banyak bendungan. Dalam rencana Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, menyebutkan dalam periode secara bertahap 39 bendungan akan rampung pembangunan konstruksinya. Pembangunan itu meliputi 5 bendungan selesai konstruksi pada 2015, yaitu Bendungan Rajui, Jatigede, Bajulmati, Nipah, dan Bendungan Titab. Pada 2016 sebanyak 2 bendungan selesai konstruksi, yaitu Bendungan Payaseunara dan Bendungan Teritip. Pada 2017 akan rampung pembangunan 4 bendungan, yaitu Bendungan Raknamo, Tanju, Mila, dan Bendungan Marangkayu. Selanjutnya pembangunan 7 bendungan akan selesai tahap konstruksi pada 2018, yaitu Bendungan Gondang, Tugu, Logung, Rotiklod, Muara Sei Gong, Bintang Bano, dan Bendungan Kuningan. Pada tahun 2019 akan selesai konstruksi 11 bendungan, yaitu Bendungan Passeloreng, Tapin, Ciawi, Sukamahi, Karalloe, Sindang Heula, Keureuto, Bendo, Gongseng, Tukul, dan Bendungan Pidekso. Sebanyak 39 bendungan itu merupakan bagian dari rencana pembangunan 65 bendungan selama periode pemerintahan Presiden Jokowi. Di bidang pendidikan, berdasarkan laporan Kantor Staf Presiden, pada 2 tahun pertama pemerintahan Presiden Jokowi berhasil meningkatkan berbagai akses dan infrastruktur pendidikan. Sebanyak ruang sekolah diperbaiki dan ditingkatkan kualitasnya, dibangun 726 unit sekolah baru meliputi SD, SMP, SMA/SMK, dan SLB di wilayah yang termasuk rendah tingkat partisipasi pendidikan, serta ruang kelas baru telah dibangun untuk meningkatkan daya tampung sekolah jenjang SD, SMP, SMA,SMK, dan SLB. Selain pembangunan fisik, peserta didik menerima Kartu Indonesia Pintar. Laut sebagai Penghubung Presiden Jokowi mencetuskan Program Tol Laut yang didesain untuk menghubungkan pelabuhanpelabuhan besar dengan pelabuhanpelabuhan kecil di seluruh wilayah Indonesia dalam sebuah jaringan logistik yang terpadu. Tol laut menekankan jalur pelayaran logistik yang tak tergantung muatan kapal, terjadwal, dan bertarif murah karena disubsidi langsung Geliat Infrastruktur dari Sabang hingga Merauke oleh pemerintah pusat. Program tol laut menunjukkan kehadiran negara di wilayah-wilayah yang selama ini nyaris tak terjamah pembangunan. Program ini diharapkan memangkas kesenjangan harga antar-wilayah di Indonesia. Untuk mendukung Program Tol Laut, pemerintah pun menggenjot peningkatan infrastruktur fasilitas pelabuhan. Saat ini tengah mengembangkan sekaligus mening katkan kapasitas operasional 24 pelabuhan di Indonesia. Dari jumlah itu, 5 pelabuhan akan berperan sebagai pelabuhan utama dan 19 pelabuhan berperan sebagai pelabuhan pengumpul. Lima pelabuhan utama yang sedang dikembangkan adalah Pelabuhan Belawan di Medan, Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta, Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya, Pelabuhan Makassar di Sulawesi Selatan, dan Pelabuhan Bitung di Sulawesi Utara. Sebanyak 19 pelabuhan yang berperan sebagai pelabuhan pengumpul adalah Pelabuhan Malahayati di Aceh, Pelabuhan Batu Ampar di Batam, Pelabuhan Teluk Bayur di Padang, Pelabuhan Jambi, Pelabuhan Palembang, Pelabuhan Panjang di Lampung, Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Pelabuhan Pontianak, Pelabunan Sampit,Pelabuhan Banjarmasin, Pelabuhan Balikpapan, Pelabuhan Palaran di Samarinda, Pelabuhan Pantoloan di Sulawesi Tengah, Pelabuhan Kendari, Pelabuhan Tenau di Kupang, Pelabuhan Ternate, Pelabuhan Jayapura, Pelabuhan Ambon, dan Pelabuhan Sorong. Memoles Pulau Terluar Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki pulau besar dan kecil di seluruh wilayah. Baru sebagian kecil pulau itu telah memiliki infrastruktur pendukung seperti fasilitas pelabuhan. Sesuai dengan amanat Nawa Cita, di antaranya memperkuat daerah dan desa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia, pulaupulau tersebut pun memerlukan infrastuktur pelabuhan. Konektivitas antarwilayah tidak hanya memangkas kesenjangan harga, namun juga dapat mengurangi kesenjangan pembangunan antarkawasan, sekaligus menggulirkan roda pembangunan yang merata dan berkeadilan sosial di seluruh wilayah Indonesia. Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan pun membangun dan mengembangkan 24 pelabuhan untuk mendukung Program Tol Laut serta membangun puluhan pelabuhan di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal itu menjadi beranda sekaligus etalase pembangunan Indonesia bagi dunia luar. Oktober

4 Membangun dari Pinggiran Kemauan, Obat Proyek Mangkrak Tol Pemalang - Batang - Semarang Waduk Jatigede Sejak : sekitar 50 tahun lalu Masalah : Pembebasan lahan; penolakan warga; ada situs sejarah Solusi : Perpres No. 1 Tahun 2015; pendekatan persuasif ke warga; fasilitas ganti rugi lahan Mangkrak Sejak : 2006 Masalah : Pembebasan lahan Solusi : Dialog persuasif Tol Cimanggis - Cibitung Waduk Nipah Mangkrak sejak : 2006 Masalah : Pembebasan lahan; Pihak swasta penerima konsesi tidak perform Solusi : Diambil alih pemerintah Sejak : 2007 Masalah : Pembebasan lahan; penolakan warga setempat Solusi : pendekatan persuasif dengan meng gandeng pemerintah daerah Jembatan Merah Putih Ambon Tol Solo - Kertosono Mangkrak sejak : 2011 Masalah : Kurangnya peralatan dan material; koordinasi dengan pihak terkait terutama TNI Solusi : Koordinasi intensif antar instansi dan lembaga Sejak : 2009 Masalah : Kontraktor tidak bisa melanjutkan proyek karena kekurangan dana Solusi : Pemerintah mencabut kontrak dan mengambil alih proyek 4 Bandara Kertajati Mangkrak sejak : 2013 Masalah : Kurangnya koordinasi antarlembaga Solusi : Didudukkan bareng dan koordinasi diintensifkan Membangun Indonesia

5 Mangkrak Jangan Dipelihara Proyek mangkrak jangan disepelekan. Jangan dianggap remeh. Seperti halnya batuk, menyepelekan dan meremehkan saja jangan, apalagi memeliharanya. K elegaan tak bisa disembunyikan Wawan, warga Desa Padajaya, Kecamatan Wado, Sumedang, saat melangkah keluar dari Gedung Mess Samsat Jatigede, pada Juni 2016, lalu. Saat itu, bersama 613 KK lain, sesama warga genangan Jatigede, dia akhirnya menerima pembayaran tunjangan pengganti rumah. Wawan patut bernafas lega. Pasalnya, dia termasuk yang sempat menjadi bagian dari kelompok warga yang belum mendapat tunjangan. Negoisasi harga dan nilai tunjangan yang belum ada titik temu menjadi pangkalnya. Tapi, akhirnya kami dapat juga, katanya, sebagaimana dikutip tribunnews.com, (13/6/2016), lalu. Persoalan pembebasan lahan kerap menjadi alasan mangkraknya sejumlah proyek infrastruktur. Padahal, uang negara sudah tersedot dalam jumlah yang tidak sedikit. Masa mangkraknya pun beragam. Dari yang hanya hitungan beberapa tahun, sampai ada yang puluhan tahun. Bendungan Jatigede, misalnya. Waduk yang awalnya Oktober 2017 digagas Presiden Soekarno itu, akhirnya mulai dilaksanakan pada era Presiden Soeharto, pada Namun, karena gagal menuntaskan persoalan pembebasan lahan, proyek mandeg. Dengan demikian, sempat setidaknya 50 tahun proyek mangkrak. Baru, pada awal 2015 lalu, kembali ada titik terang kelanjut an megaproyek pembangunan waduk terbesar kedua se-asia Tenggara itu. Jika pemerintah tegas, Jatigede sudah jadi sejak dua puluh tahun lalu Belum satu tahun memimpin, pemerintahan Joko Widodo sudah bertekad untuk tidak akan menunda-nunda pengoperasian dan pemanfaatan Bendungan Jatigede. Pertimbangannya simpel. Jika dibiarkan berlarutlarut, potensi kerusakan fisik bangunan waduk yang sudah berdiri akan semakin besar. Selain itu, jika persoalannya memang karena lahan, pembiayaan kedepan tentu akan semakin besar pula. Jika pemerintah tegas, Jatigede sudah jadi sejak dua puluh tahun lalu, kata Abah Memet S, tokoh senior di Desa Sukaratu, Sumedang, sebagaimana dikutip cnnindonesia.com, jelang pengoperasian waduk, pada (31/8/2015), lalu. Langkah yang diambil Pre siden Jokowi menangani mangkraknya Jatigede memang cepat, tepat, dan cespleng. Selain mengeluarkan Perpres No. 1 Tahun 2015 Tentang Penanganan Dampak Sosial Kemasyarakatan Pembangunan Waduk Jatigede, pendekatan persuasif kepada warga juga terus diintensifkan. Presiden juga memerintahkan untuk segera menyelesaikan semua permasalahan yang ada dengan memberikan ganti rugi pada semua masyarakat yang lahannya digunakan untuk waduk. Jatigede tentu bukan satusatunya. Tercatat, beberapa proyek mangkrak lain juga mulai merasakan sentuhan pemerintahan Jokowi. Mulai dari Bendungan Nipah, di Madura, Jawa Timur, yang sempat mangkrak 8 tahun, hingga jalan Tol Solo-Kertosono yang mangkrak sejak Selain itu, masih ada puluhan proyek mangkrak lainnya senilai ratusan triliun rupiah yang masih menunggu. Mulai dari berbagai proyek pembangkit listrik, tol, hingga beberapa jenis infrastruktur lainnya. Keberhasilan mengaktifkan dan menyelesaikan proyekproyek mangkrak menjadi bukti kalau tidak ada persoalan yang tidak bisa diselesaikan. Semuanya tergantung kemauan. Terutama, pemimpinnya memang benar-benar mau menyelesaikan atau tidak. 5

6 Membangun dari Pinggiran Jalan Tak Sekadar Bantuan Kasus warga desa yang tak terselamatkan nyawanya saat perjalanan ke rumah sakit, tak terbilang jumlahnya. Sayuran layu dan membusuk dalam perjalanan menuju pasar juga tak sedikit terdengar. Kasus-kasus inilah yang kemudia membuat warga desa Gondanglegi, Klego, Boyolali masing-masing merelakan sedikit dari lahan mereka untuk dijadikan jalan yang menghubungkan desa mereka dengan wilayah lainnya. Kerelaan warga ini disambut baik oleh pemerintah dengan membuat proyek optimalisasi jalan di desa tersebut. Proyek senilai Rp. 4,1 M ini total digunakan untuk pembangunan jalan, karena tak satu pun warga yang meminta ganti rugi pembebasan lahan. Lebar jalan yang awalnya direncanakan hanya 6 meter bisa diperlebar menjadi 8 m. Dengan kondisi jalan yang jauh lebih baik, warga tak perlu lagi mengulang kisah sedih di masa lalu. Jika ada warga yang sakit, bisa cepat dibawa ke puskesmas kecamatan atau rumah sakit di kota, tutur Sukimin, salah seorang warga yang menyumbangkan 100 m lahan yang dia miliki. Hasilhasil pertanian juga lebih mudah dipasarkan. Warga tidak hanya menyumbangkan lahan yang mereka miliki, tapi juga menyumbangkan tenaga dengan ikut bergotong royong dalam pengerjaan proyek tersebut. Proyek pembangunan jalan di desa Gondanglegi ini, merupakan contoh partisipasi masyarakat dan kepekaan pemerintah mengamodasi kepentingan masyarakat. Masyarakat berinisiatif dan menyertakan kemampuan yang mereka milik, hingga harap an untuk kehidupan yang lebih baik semakin terbuka. Geliat Infrastruktur dari Sabang hingga Merauke 6 Membangun Indonesia

7 Infrastruktur Cerdaskan Petani M enjadi petani tidak selalu teridentikkan dengan kesulitan-kesulitan hidup. Contohnya, Aceng Hasan Muttaqien (37 th). Petani kentang dari Pengalengan, Jawa Barat. Di awal menjadi petani dia memang merasakan kesulitankesulitan. Dari masalah lahan, proses budidaya, infrastruktur jalan hingga pemasaran. Namun setelah dia bersama kawan-kawannya membentuk kelompok tani Bintang Saga, mereka mulai mengoptimalkan lahan yang terbatas untuk Oktober 2017 meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Menjadi petani itu bisa menguntungkan, jika punya pengetahuan yang cukup, katanya. Mereka bersyukur, jalanan dari lahan pertanian mereka ke jalan raya saat ini sudah dibangun dengan baik. Itu dirasakannya bisa mempermudah distribusi hasil panen ke pasar. Dari sebelumnya pada tahun 2006 dia hanya menggarap lahan seluas 250 m2, sekarang dia sudah mengelola lahan sejumlah 4 hektar. Percepatan ini juga karena didukung oleh masuknya infrastruktur telekomunikasi di wilayahnya. Jaringan internet yang masuk ke desa, memproses kesadaran mereka mendigitalisasi produk untuk didistribusikan ke pasar global. Kami juga memanfaatkannya (internet) untuk mengecek harga pasar, ujar Hasan. Selain pasar mereka juga menggunakannya untuk mengetahui prediksi musim dan kapan memulai tanam. Bukan hanya petani kentang saja yang memanfaatkan pola pemasaran dengan sistem pendaringan ini. Petani kopi di Pengalengan juga sudah mulai memanfaatkannya. Beberapa produk kopi Pengalengan saat ini sudah menembus pasar nasional dan global. 7